persepsi mahasiswa fakultas ushuluddin uin...

108
PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PRO KONTRA KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh JOJON SUHENDAR NIM: 1110032100029 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H8

Upload: leliem

Post on 06-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

PERSEPSI MAHASISWA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TERHADAP PRO KONTRA KEPEMIMPINAN

NON-MUSLIM DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

JOJON SUHENDAR

NIM: 1110032100029

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H8

Page 2: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang
Page 3: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

iii

Page 4: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang
Page 5: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

i

ABSTRAK

Jojon Suhendar

1110032100029

Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Terhadap Pro

Kontra Kepemimpinan non-Muslim di Indonesia

Sikap inklusif harus menjadi modal kolektif manusia Indonesia yang memiliki beragam

suku budaya dan Agama. Bagaimanapun perbedaan dalam keragaman tersebut merupakan

sunatullah yang juga suatu keniscayaan sejarah yang bersifat universal. Namun yang menjadi

ironi adalah sikap-sikap primordialisme yang cenderung dikedepankan oleh sebagian kalangan,

meskipun dengan tujan beragam tujuan. Pada tahun 1988 misalnya sempat ada isu bahwa LB.

Moerdani akan mencalonkan diri menjadi wakil persiden mendampingi Soeharto. Kabar ini

kemudian menuai pro dan kontra karena LB. Moerdani merupakan seorang Nasrani.

Dalam contoh terbaru adalah soal penolakan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) sebagai

gubernur DKI Jakarta beberapa tahun silam oleh beberapa kalangan umat Islam. Penulis dalam

hal ini mengkaji menganalisa bagaimana persepsi mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dalam merespon pro kontra kepemimpinan non-Muslim, dengan

menggunakan teknik deskriptif.

Persepsi Mahasiswa merupakan hal penting, mengingat dari persepsi tersebut akan

muncul tindakan-tindakan yang merupakan buah dari persepsi. Penelitian ini ingin mengetahui

Persepsi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 4-12 terhadap pro kontra

kepemimpinan non-Muslim di Indonesia. Persepsi orang adalah apa yang dia yakini “nyata”

padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, pikirandan dan perasaannya. Melalui studi

kepustakaan, wawancara dan pengamatan lapangan, penulis mendeskripsikan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi subjek penelitian serta bagaimana subjek tersebut memiliki prinsip

sehingga membolehkan (inklusif) atau melarang (eklusif) non-Muslim menjadi pemimpin di

Indonesia.

Page 6: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, puja serta puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT. Atas segala rahmat, karunia dan ridho-Nya, skripsi dengan judul “Persepsi

Mahasiswa Terhada Pro-Kontra kepemimpinan non-Muslim di Indonesia” ini dapat

diselesaikan. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada panutan hidup, pencerah

kehidupan, Nabi Muhammad SAW. Melaluinya mukjizat terbesar dari Allah SWT.

Selanjutnya, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini. Oleh karena itu menghaturkan banyak terimakasih pada:

1. Kedua orang tua penulis, Abah dan Ibu yang terlebih dahulu meninggalkan

penulis. Juga keluarga, kaka, teteh yang telah mensuport penulis

2. Ibu Dra. Marzuqoh, MA. Selaku pembimbing dalam pengerjaan skripsi ini

3. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Dekan Fakultas Ushuluddin

4. Bapak DR. Media Zainul Bahri MA. Pembimbing akademik sekaligus ketua

jurusan Studi Agama-Agama

5. Ibu Dra. Halimah, MA. Sekretaris Jurusan Studi Agama-agama

6. Abang-abang Ideologis penulis yang tak pernah henti mengarahkan

7. Para staf dan Fungsionaris Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

8. Kawan-kawan penulis, di HMB Jakarta, HMI, SAA 2010, KOMNAS-RIM,

IPI dan Kosan.

Ucapan terimakasih penulis haturkan juga kepada semua pihak yang mendukung juga

siapapun yang telah membantu dalam proses merampungkan kuliah S1 Penulis di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebaikan dibalas dengan kemuliaan.

Ciputat, 20 Oktober 2017

Jojon Suhendar

Page 7: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

iii

PEDOMAN TRASLITERASI

Panduan transiterasi dibuat untuk membantu memudahkan ejahan dalam dalam

bahasa arab. Dalam penyusunan trensiterasi ini penulis mengacu pada pedoman transliterasi

Arab-Latin hasil keputusan bersama Menteri Agama R.I. dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I. tahun 1987, Nomor: 0543 b/U/1987, sebagai berikut:

1. Konsonan

Arab Ind. Arab Ind.

ء

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

`

b

t

ts

j

h

kh

d

dz

r

z

s

sy

sh

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

هـ

ي

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

=

dh

th

zh

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

Page 8: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

iv

2. Vokal

a. Vokal tunggal (monoftong)

a : ـــ

i : ـــ

u : ـــ

b. Vokal rangkap (diftong)

ay : ـــ ي

aw : ـــ و

c. Vokal panjang (madd)

â, Â : ـــا

î, Î : ــ ي

ــ و : û, Û

d. Ya` Nisbah

.Ya` nisbah di akhir kata = y, seperti: Islâmiy : ي

.Ya` nisbah tidak di akhir kata = yy, seperti: Islâmiyyah : ي

3. Ta` Marbuthah ة ( )

Adapun transliterasi terhadap kata (al-kalimah) yang berakhiran ta’ marbuthah (ة )

dilakukan dengan dua bentuk sesuai dengan fungsinya, yaitu dengan atau “h”.

Page 9: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

v

4. Singkatan

Cet. : Cetakan

Ed. : Editor

Eds. : editors

H. : Hijrīyah

J. : Jilid atau Juz

L. : lahir

M. : Masehi

Saw. : Shallallâhu ‘alayhi wa sallam

Swt. : Subhânahû wa ta‘âlâ

t.d. : tidak diterbitkan

t.dt. : tanpa data (tempat, penerbit, dan tahun penerbitan)

t.tp. : tanpa tempat (kota, negeri, atau negara)

t.np. : tanpa nama penerbit

t.th. : tanpa tahun

Vol. : Volume

w. : wafat

5. Penulisan

Penulisan kata بن dan ابن adalah ibn atau Ibn.

Penulisan ال adalah al- atau Al- (tanpa membedakannya ketika bertemu dengan huruf

Syamsiyah atau Qamariyah).

Penulisan القرآن adalah Alquran.

Page 10: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

vi

Allah Swt. berfirman di dalam Alqur’an surat al-An’âm/6: 95, yaitu:

“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia

mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.

(yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka Mengapa kamu masih berpaling”

(Qs. al-An’âm/6: 95).z

Page 11: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

PEDOMAN TRANSITERASI .................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... vii

DAFTR TABEL .......................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

1. Fokus Penelitian ................................................................................ 12

2. Rumusan Masalah ............................................................................. 12

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 14

F. Definisi Konseptual ................................................................................ 15

G. Metodologi Penelitian ............................................................................ 17

H. Sistematika Penulisan .............................................................................20

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Deskripsi Teoritis tentang Persepsi

1. Pengertian Persepsi ........................................................................... 22

2. Proses terjadinya Persepsi ................................................................. 23

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ...................................... 26

B. Diskursus Kepemimpinan Non-Muslim

1. Pengertian Kepemimpinan ................................................................ 28

2. Kepemimpinan Dalam Islam ............................................................. 29

3. Ruang lingkup dan macam-macam non-Muslim .............................. 34

4. Kepemimpinan non-Muslim Dalam Islam ........................................ 40

C. Hak-Hak Non-Muslim Sebagai Warga Negara

Page 12: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

viii

1. Dalam Pandangan Islam .................................................................... 47

2. Dalam Konteks Demokrasi Indonesia................................................ 49

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Fakultas Ushuluddin

1. Sejarah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......... 51

2. Visi-Misi............................................................................................. 54

B. Gambaran kegiatan mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta..................................................................................................... 55

C. Gambaran Individu informan ................................................................. 57

BAB IV Analisis Persepsi Mahasiswa Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

Tentang Pemimpin Non-Muslim

A. Persepsi Mahasiswa Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Tentang

Pemimpin Non-Muslim

1. Pandangan Mahasiswa Terhadap Pluralisme Agama..........................62

2. Analisis pemahaman mahasiswa tentang demokrasi...........................62

B. Kriteria Pemimpin Bagi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin......................63

C. Perhatian dan penlaian Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Terhadap Pro-Kontra Pemimpin non-Muslim ....82

D. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dalam melihat tentang Keadilan dan

kesetaraan.........................................................................................85

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................83

B. Saran.........................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................85

LAMPIRAN

Page 13: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.0 Gambaran usia subjek penelitian ……………………………………… 60

Tabel 3.1 Gambaran smester dan jurusan responden ………………….………… 61

Tabel 3.2 Gambaran tempat tinggl responden …………………………………… 62

Tabel 3.3 Gambaran Individu Informan…………………………………………… 63

Tabel 3.4 Gambaran kegiatan subjek diluar kampus …………………..………… 65

Tabel 4.0 Pandangan mahasiswa terhadap pluralisme di Indonesia ……………… 71

Tabel 4.1 Pemahaman demokrasi mahasiswa .....................……………….. ……. 77

Tabel 4.2 Tabel pertanyaan .............................................… …………………….. 81

Tabel 4.3 Penilaian terhadap pemimpin non-Muslim …………………………… 84

Page 14: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat

dunia setelah China, India dan Amerika. Dalam sesnsus penduduk 2010, Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memiliki 248,8 juta jiwa penduduk dan

tersebar di ribuan pulau yang ada di Indonesia.1 Dengan sendirinya hal ini

menjadikan Indonesia sebagai Negara yang multikultural mulai dari etnis, bahasa

hingga keyakinan dalam beragama.

Keragaman ini merupakan sebuah realita faktual yang tak terbantahkan

adanya. Sehingga, segala perbedaan dalam keragaman tersebut merupakan order

of nature (ketentuan alam; sunnatullâh)2 yang dimiliki oleh Indonesia. Selain itu

ia merupakan suatu keniscayaan sejarah (historical necessary) yang bersifat

universal3. Namun,adakalannya persoalan keragaman justeru berbalik menjadi

sumber konfik. Hal ini terjadi ketika suatu agama, kebudayaan atau bahasa, tidak

saling mendukung dan memahami. Immanuel Kant dalam Kennedy (1933:133)

seperti dikutip Imam Hidajat, menyatakan bahwa setidaknya ada dua faktor yang

dapat memecah belah rakyat, yaitu Agama dan bahasa.4

Di Indonesia untuk merumuskan keragaman beragama, Negara ini

memiliki sebuah konsensus nasional dengan meletakkan Pancasila sebagai dasar

Negara. Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, difahami sebagai sebuah

1 Http//www.bps.go.id, diakses pad atanggal 01-03-2017 Pkl. 19.00.

2Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, cet. 5 (Bandung:

Mizan, 1999), h. 56. 3 Dadang Kahmad “Sosiologi Agama: Potret Dalam Dinamika Konflik, Pluralisme Dan

Modernitas” (Bandung: Pustaka Setia 2011), h.141. 4 Imam Hidajat, “Teori-teori politik” edisi revisi (Malang: Setara Press 2009) h. 50.

Page 15: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

2

sebab akibat (konditiom since quanon) yang memungkinkan setiap kelompok

sosial yang percaya terhadap tuhan bebas mengekspresikan kepercayaannya pada

tuhan dengan cara dan gaya masing-masing.5

Adanya sila pertama menjadi modal dasar untuk siapapun yang percaya

terhadap Tuhan YME, mendapatkan hak yang sama dimata hukum khususnya

dalam hal beribadah, termasuk menjadi pemimpin politik (Presiden, wakil

Presiden, Gubernur, Walikota, Lurah dll).

Dalam undang-undang 1945 Pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap warga Negara untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya,6 selain

itu adapula UU No 27 tahun 1945 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga

Negara sama kedudukannya di depan hukum. Ini juga berlaku untuk kebebasan

beragama/berkeyakinan sebagai hak Individu yang tidak bisa ditunda

pemenuhannya (non derogable right) termasuk didalamnya hak-hak setiap warga

Negara yang berekyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa7, bisa mengikuti setiap

proses pemilihan umum baik sebagai objek maupun subjek dalam setiap

prosesnya.

Pro-kontra Pemimpin non-Muslim

Dalam Islam ada kelompok yang menolak namun ada juga yang

mendukung terhadap pemimpin atau non-Muslim, menurut Fahmi Huwaidi

sebagaimana dikutip oleh Mujar Ibnu Syarif, secara jumlah kelompok pertama

merupakan pendapat yang paling banyak dianut dan menjadi tesis yang paling

5 M. Ridwan Lubis “Agama Dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan

Beragama di Indonesia” (Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,Departemen Agama RI) h.54. 6 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat 2.

7 M. Ridwan Lubis “Agama Dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan.

Beragama di Indonesia” (Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,Departemen Agama RI) h.246.

Page 16: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

3

banyak diikuti oleh umat Islam dewasa ini. Ulama-ulama pendukung kelompok

pertama, antara lain, adalah al-Jashshash, al-Alusi, Ibn Arabi, Kiya al-Harasi, Ibn

Katsir, alShabuni, al-Zamakhsyari, Ali al-Sayis, Thabathaba’i, al-Qurthubi,

Wahbah al-Zuhaili, al-Syaukani, al-Thabari, Sayyid Quthb, alMawardi, al-

Juwaini, Abdul Wahab Khallaf, Muhammad Dhiya al-Din al-Rayis, Hasan al-

Banna, Hasan Ismail Hudaibi, alMaududi, dan Taqi al-Din al-Nabhani.8

Salah satu ayat yang menjadi dasar penolakan non-Muslim adalah surat Ali

Imran ayat 28 yang artinya sebagai berikut:

Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orangorang kafir menjadi pemimpin

dengan meninggalkan orangorang Mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya

lepaslahia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu

yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.

Dan Hanya kepada Allah kembali (mu)". (Q.S. 3 : Ali Imran : 28).

Selain aya diatas, masih ada 11 ayat lagi yang sering dijadikan argumen

untuk melegitimasi penolakan pemimpin non-Muslim, yaitu : ayat 51 surat al-

Maidah, ayat 1 surat al-Mumtahanah, ayat 57 surat al-Maidah, ayat 118 surat Ali

Imran, ayat 22 surat al- Mujadilah, ayat 144 surat al-Nisa, ayat 73 surat al-Anfal,

ayat 71 surat al-Taubah, ayat 8 surat al-Taubah, ayat 100 surat Ali Imran, dan

ayat 141 surat al-Nisa. Ayat-ayat yang disebutkan terakhir ini, kendatipun

memiliki redaksi yang berbeda satu sama lain, namun mengacu pada satu inti

persoalan yang sama. Yaitu umat Islam tidak diperkenankan memilih non-Muslim

sebagai pemimpinnya.

Bahkan Muhammad Ali al-Sayis, berpendapat bila umat Islam mengangkat

orang-orang Kafir sebagai pemimpinnya, itu berarti umat Islam seolah

memandang bahwa jalan yang ditempuh oleh orang-orang Kafir itu baik. Hal ini

8 Mujar Ibnu Syarif , Memilih Presiden non-Muslim di Negara Muslim Dalam Perspektif

Hukum Islam dalam Jurnal Konstitusi PKK Fakultas Syariah IAIN Antasari, Vol.II No 1, Juni 2008 hal. 92

Page 17: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

4

tidak boleh terjadi, sebab dengan meridhai kekafiran berarti seseorang telah

Kafir.9

Pelarangan atas diangkatnya non-Muslim sebagai pemimpinnya kaum

Muslim, menurut al-Zamakhsyari adalah logis mengingat orang-orang Kafir

adalah musuh umat Islam, dan pada prinsipnya, memang tak akan pernah

mungkin bagi seseorang untuk mengangkat musuhnya sebagai pemimpinnya10

Kelompok Yang Membolehkan Pemimpin non-Muslim

Sedangkan kelompok kedua yaitu pendukung gagasan bolehnya

mengangkat pemimpin non-Muslim, Salah satu ulama masyhur yang termasuk

katagori kedua ini adalah Taqi ad-Din Abu al-Abbas ibn Abd al-Halim ibn Abd

as-Salam ibn Taimiyah atau yang popular disebut Ibnu Taimiyah. Salah satu

statement Ibnu Taimiyah yang paling terkenal adalah: “lebih baik dipimpin oleh

pemimpin yang kafir yang adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim yang

dzalim”.11

Pendapat ini menegaskan bolehnya non-Muslim (kafir) menjadi

pemimpin di kalangan Islam selama ia adil.

Dalam konteks yang lebih modern, kelompok ini memandang bahwa

konteks sosial-kultural-politik saat ini, utamanya setelah dikenalnya prinsip

multikulturalisme dan demokrasi, mengutamakan hak-hak individu tanpa

memandang minoritas. Tesis yang diajukan pendukung pemimpin non-Muslim

adalah semua orang memiliki hak yang sama di depan hukum. Sedangkan

9 Muhammad Ali al-Sayis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Mishr : Mathba'ah Muhammad Ali

Shabih wa Awladuh, 1373 H/1953 M, jilid 3, h. 5-8 10

Mujar Ibnu Syarif, Memilih Persiden non-Muslim di Negara Muslim dalam Perspektif Islam, Jurnal Konstitusi IAIN Antasari Vol.2 No.1 2008 h.96

11 Surwandono, Pemikiran Politik Islam (Yogyakarta: LPPI UMY, 2001), h. 32. Terkait

dengan latar historis yang mengilhami lahirnya pendapat-pendapat Ibnu Taimiah, baca Masyaruddin, Pemberontakan Tasawuf: Kritik Ibnu Taimiyah atas Rancang Bangun Tasawuf (Surabaya : STAIN Kudus Press, 2007), h. 27.

Page 18: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

5

menolak prinsip ini sama artinya telah mendukung ketidakadilan. Padahal,

ketidakadilan sesungguhnya merupakan musuh utama hukum Islam.

Menurut Mohammad Thaha12

Pandangan fiqih klasik yang tidak

membolehkan non-Muslim menjadi presiden di negara mayoritas Muslim, tidak

mampu memberikan representasi demokratis yang proporsional kepada minoritas

non-Muslim yang menjadi warga negara Islam modern dan atau sebuah negara

yang diperintah oleh mayoritas Muslim. Karena itu, pandangan fiqh klasik yang

bercorak diskriminatif terhadap non-Muslim, mendesak untuk segera direformasi.

Abdullah Ahmed al-Na’im berpendapat umat Islam awal yang menolak

presiden non-Muslim dapat dibenarkan. Hal ini karena sejak masa-masa

pembentukan syari’ah (dan paling tidak untuk masa seribu tahun kemudian)

belum ada konsepsi hak-hak asasi manusia universal di dunia ini. Karenanya sejak

abad ke-7 hingga abad ke-20 adalah suatu hal yang normal di seluruh dunia

untuk menentukan status dan hak-hak seseorang berdasarkan agama. Dengan kata

lain, boleh dikata,diskriminasi atas dasar agama adalah norma seluruh dunia pada

waktu itu13

Al-Na’im menambahkan ayat-ayat tentang pelarangan non-Muslim sudah

tidak relevant, justeru perlu ditonjolkan adalah ayat-ayat Makiyah yang

mengajarkan persamaan universal seluruh umat manusia, tanpa memandang

agama yang dipeluknya. Ayat-ayat yang dimaksud antara lain adalah ayat 13 surat

al-Hujurat:

12 Muhammad Thaha, adalah intelektual Muslim asal Sudan yang dianggap liberal, yang

notabene seorang insinyur, pendiri The Republican Brothers, sebuah kelompok reformis Islam di Sudan, yang dieksekusi oleh Presiden Ja’far Numieri atas kejahatan murtad pada 18 Januari 1985 lantaran pandangan-pandangan tokoh oposisi yang menentang penerapan Syari’at Islam sebagai hukum negara di Sudan ini dianggap bid’ah oleh penguasa

13 Mujar Ibnu Syarif, Memilih Persiden non-Muslim di Negara Muslim dalam Perspektif

Islam, Jurnal Konstitusi IAIN Antasari Vol.2 No.1 2008 h.103

Page 19: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

6

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu . . .

(Q.S. 49 : al-Hujurat : 13).

Ayat di atas menurut Zuly Qodir menunjukkan bahwa keragaman umat

manusia dengan segala latar belakang yang dimiliki merupakan sesuatu yang

given dan tidak dapat diganggu gugat keberadaannya.14

Menurut kelompok yang mendukung pemimpin non-Muslim, Pandangan

fiqh klasik yang menolak presiden non-Muslim dirumuskan saat hubungan antar

golongan yang berbeda agama didasarkan pada prinsip konflik. Akan tetapi,

karena pada masa kini hubungan antar golongan yang berbeda Agama didasarkan

atas prinsip perdamaian dan persamaan, Maka yang paling relevan dan paling

maslahat diterapkan di Masa kontemporer sekarang ini adalah pendapat para

teoritisi Politik Muslim liberal, semisal Mahmoud Mohammad Thaha, Abdullah

Ahmad al-Na’im, Thariq al-Bishri, dan Muhammad Sa’id al-Ashmawy, yang

sama-sama menyatakan, non-Muslim Dapat menjadi presiden di negara mayoritas

Muslim.15

Memang Selalu dianggap wajar bahwa umat menghendaki pemimpinnya

memiliki kesamaan keyakinan. Apalagi jika kepemimpinan dipandang tidak

14

Zuly Qodir, Pemikiran Islam, Multikulturalisme dan kewargaan. Dalam Fikih Kebhinekaan Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim” Wawan Gunawan Abdul Wahid Dkk (Ed) Bandung: Mizan Pustaka bekerjasama dengan Ma’arif Institute h.186

15 Mujar Ibnu Syarif, Memilih Persiden non-Muslim dinegara Muslim dalam pers pektif

hukum Islam Jurnal Konstitusi IAIN Antasari Vol 2 no 1 2008 h.107

Page 20: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

7

semata-mata sebagai simbol politis yang profan tetapi sebagai keabsahan normatif

teologis sampai akhirat. Masalah yang terdapat dalam Idealisme semacam ini

niscaya dalam masyarakat homogen dan dalam lingkup yang kecil tetapi menjadi

problematik dalam masyarakat demokratis yang plural dan multikultural dengan

geo-politik yang luas seperti Indonesia.16

Sebagai pengalaman pertama yang berada pada level Negara, tahun 1988

timbul persoalan dengan adanya isu bahwa Jendral LB Moerdani yang merupakan

seorang beragama Nasrani akan menjadi calon wakil Presiden mendampingi

Soeharto. Isu tersebut memanas pada saat Aburrahman Wahid (Gus Dur)

menjawab sebuah pertanyaan dalam sebuah seminar di Australia dengan

pertanyaan “apakah non-Muslim bisa menjadi presiden di Indonesia dan siapa

kira-kira calon pemimpin masa depan yang paling tepat untuk memimpin

indonesia?” Pada saat itu Gus Dur menyatakan bahwa berdasarkan konstitusi

Indonesia, soeorang Non-Muslim bisa menjadi Presiden di Indonesia dan salah

satu yang paling tepat menjadi pemimpin masa depan Indonesia adalah Benny

Moerdani17

sontak pernyataan tersebut mendapatkan reaksi keras dari tokoh Islam

waktu itu, meski ada juga yang berpendapat pernyataan Gus Dur normatif.

Beberapa tahun belakangan, polemik soal kepemimpinan non-Muslim

kembali mengemuka, Front Pembela Islam (FPI) menggelar aksi besar-besaran

sebagai reaksi penolakan terhadap kebijakan pemerintah atas diangkatnya Basuki

Tjahya Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta, menggantikan Joko

Widodo yang kini menjabat sebagai presiden ke-7 Indonesia.

16

Siti Ruhaini Dzuhayatin 2015 Islam, Kepemimpinan non-Muslim dan Hak Asasi Manusia dalam “Fikih Kebinekaan: Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim” Bandung: Mizan Pustaka bekerjasama dengan Ma’arif Institute h.304

17 Mujar Ibnu Syarif “Presiden Non- Muslim di Negara Muslim” Tinjauan Dari Perspektif

Politik Islam dan Relevansinya bagi Indonesia (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan) h. ix.

Page 21: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

8

Menurut Muchsin Al Aththas dalam wawancara di TV One, Penolakan

tersebut didasarkan atas salah satu pertimbangan teologis yaitu adanya perbedaan

keyakinan antara Ahok dengan mayoritas masyarakat Indonesia. Sehingga

diharamkan menunjuk pemimpin dari kalangan Non-Muslim.18

Sebelumnya pada tanggal 29 Juli 2012, Rhoma Irama memberikan ceramah

pada tarawih di masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Dalam ceramahnya

itu, Rhoma Irama melakukan kampanye terselumbung sekaligus memojokan

pasangan calon Gubernur Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama (Ahok)19

seperti

yang dikutip kompas.com, Rhoma Irama menuturkan bahwa “dalam

mengkampanyekan sesuatu, Sara itu dibenarkan. Sekarang kita sudah hidup di

zaman keterbukaan dan demokrasi, dan masyarakat harus tahu siapa calon

pemimpin mereka”20

Penolakan terhadap pemimpinan non-Muslim ini kembali mengemuka

ketika Jokowi Dodo terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta dan menegangkat

Susan Jasmine Zulkifly yang merupakan seorang Nasrani pada 2013 diangkat

sebagai Lurah Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang mana

ini merupakan hasil dari perubahan sistem dari jenjang jabatan menjadi lelang

jabatan.

Disamping itu, Argumentasi-argumentasi Ilahiah yang bersumber dari

kitab suci banyak dikemukakan oleh peserta aksi. Ada 21 ayat sedikitnya dalam

al-Qur'an yang menurut para demonstran melarang seorang Non-Muslim

18 Nissa Putri, Wawancara dengan Ketua FPI (mengapa begitu membenci Ahok),

http://www.youtube.com/watch?v=yUF0Nlz4tVE, di akses pada 01-03-2017 jam 00:20. 19

M.Andi Perdana “Panwaslu Miliki Video Rhoma Irama Ceramah Sara” http://m.tempo.co/read/news/2012/08/02/228420888/Panwaslu-Miliki-Video-Rhoma-Irama Ceramah-Sara diakses pada Jum’at 21 Oktober 2016 pukul 14.50 WIB.

20 Kurnia Sari Aziza “Video Ceramah Rhoma Irama Dikantongi

Banwaslu”,http://kompas.com/read/video.ceramah.rhoma.irama.dikantongi.banwaslu diakses pada Jum’at, 21 Oktober 2016 pukul 14.50 WIB.

Page 22: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

9

memimpin sebuah masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Seperti yang

diutarakan oleh Juru Bicara MPI Lulu Assegaf di hadapan Pimpinan DPRD DKI

Jakarta, pada hari Jum'at, 10 Oktober 2014 di Gedung DPRD DKI Jakarta, "al-

Qur'an telah melarang orang Islam untuk menjadikan orang kafir sebagai

pemimpin, walaupun dia adalah kerabat kita sendiri. al-Qur'an juga memvonis

munafiq, zalim, fasiq, dan sesat kepada Muslim yang menjadikan kafir sebagai

pemimpin. Adapun beberapa dalil itu adalah QS. Alī-Imrān 3:28, QS. at-Taubah

9:23, dan QS. Al-Mumtahanah 60:5. Seperti yang dijelaskan oleh juru bicara MPI

di atas, salah satu ayat yang dijadikan sebagai landasan Ahok adalah QS. ‗Alī-

‗Imrān 3:2821

:

Sementara Wakil Sekretaris Jenderal FPI Awit Maschuri menegaskan FPI

bersama ormas-ormas yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Jakarta kembali

menyerukan penolakan karena merasa memiliki hak yang sama seperti warga di

Provinsi Bali yang tidak mau dipimpin orang lain selain Hindu22

Dari uraian diatas penulis tertarik mengkaji penolakan dan dukungan

terhadap pemimpin non-Muslim di Indonesia, dalam persepsi mahasiswa Fakultas

Ushuluddin UIN Jakarta. Penulis memilih Indonesia karena informan yang

penulis ambil adalah keseluruhan Warga Negara Indonesia yang merasakan atau

setidaknya mengetahui informasi mengenai hal-hal yang diperlukan dalam

penelitian ini. Sementara didalamnya akan di singgung mengenai penolakan

pemimpin non-Muslim di DKI Jakarta, karena sebagai ibu kota Negara yang

21

Haris Supriyanto, Fajar Ginanjar Mukti, “Demonstran Anti Ahok Gunakan Ayat Alquran”, http://metro.news.viva.co.id/news/read/546842-demonstran-anti-Ahok-gunakan-ayat-alquran, di akses pada 01-03-2017 jam 00:50.

22htt//cnnindonesia, 10/11/2014 FPI: Kami “Tak Rasis, yang Penting Islam” diakses

pada 01-03-2017 jam 03.00.

Page 23: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

10

dekat dengan sumber berita, Jakarta juga merupakan contoh terbaru dari agenda

agenda penolakan pemimpin berdasarkan agama.

Sementara Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta secara geografis relatif dekat

dengan Jakarta, Sehingga informasi apapun menyoal pro dan kontra terhadap

kepemimpinan non-Muslim dapat terserap dengan baik. Juga kenapa dalam hal ini

penulis memilih Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, ini bukan semata-mata karena

faktor kedekatan, melainkan sebuah misi dan tanggung jawab intelektual. Pada

saat bersamaan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

merupakan kaum terdidik yang mempelajari dan mendiskusikan persoalan agama-

agama lain disamping Agama Islam dan membahas soal politik sehingga

pengetahuan mereka tentang agama diluar Islam dianggap lebih mumpuni dari

mahasiswa non-Fakultas Ushuluddin.

Beberapa mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin

adalah, matakuliah agama-agama dunia, Pemikiran Modern dalam Islam dan juga

pendidikan kewarganegaraan (civic education). Sehinga dengan pengetahun yang

dimiliki mereka tersebut, mereka dianggap mampu menjawab pertanyaan–

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan melihat dari sudut pandang agama

lain, tidak hanya terpatok pada agama Islam saja.

Selain itu, informan yang penulis ambil adalah mereka aktif dalam

kegiatan–kegiatan diskusi keagamaan, termasuk juga pengurus Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM). Akan tetapi sebaai pembanding penulis juga mengambil

informan dari mahasiswa yang tidak aktif dalam kegiatan organisasi apapun,

dengan demikian penulis angap mereka mampu memberikan informasi yang

relevan dengan penelitian ini.

Page 24: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

11

Berdasarkan argumentasi yang penulis paparkan, penulis merumuskan

judul dalam skripsi ini “Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Terhadap Kepemimpinan Non Muslim di Indonesia.

Penulis memilih tema ini karena isu soal kepemimpinan non-Muslim kembali

mengemuka beberapa waktu lalu. Dalam penelitian ini penulis secara kualitatif

memfokuskan pada persepsi mahasiswa dalam kepemimpinan non-Muslim

Kepemimpinan sendiri menurut Wills (1994) seperti dikutip oleh Andrew

K. Leigh, dalam Leadership and Aboriginal Reconciliation mengartikan The

leader is one who mobilizes others to a goal shared by leader and followers…

[Leadership is] mobilization toward a common good”23

Rauch dan Behling (1984, 46) mengartikan kepemimpinan sebagai “The

process of influencing the activities of an organized group towrd goal

achievement” atau usaha atau proses untuk mencapai tujuan kolektif dalam

kelompok atau masyarakat24

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan

kepemimpinan sebagai perihal memimpin atau cara memimpin. Dalam Sosiologi,

Soerjono Soekanto mengartikan kepemimpinan (leadership) sebagai kemampuan

dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar dapat bertingkah laku

sebagaimana yang dikehendakinya25

.

Koentjraningrat, sebagaimana dikutip oleh Soerjono Seokanto dalam

Sosiologi: Sebuah Pengantar, membedakan kepemimpinan sebagai kedudukan

dan kepemimpinan sebagai proses.26

23 Andrew K. Leigh, Leadership and Aboriginal Reconciliation (Frank Knox Scholar John F. Kennedy School of

Government Harvard University 2002) h.5. 24 Andrew K. Leigh, Leadership and Aboriginal Reconciliation, h. 5. 25

Soerjono Soekanto “Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: CV Rajawali Cetakan ke-4 1984) h. 285.

26 Soerjono Soekanto “Sosiologi: Suatu Pengantar hal.285

Page 25: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

12

Sebuah Negara dengan masyarakat yang majemuk serta memiliki sistem

pemerintahan yang demokratis, pemilihan atau pengangkatan seorang tentu

mengendalkan citra dan kerja bukan semata-mata pada keyakinan atau agama.

Kemudian pribadi yang harus dimiliki seorang pemimpin juga adakalannya harus

memperhatikan aspek-aspek lain seperti golongan, aspek sosial-psikologis, sosial-

antropologis dan sosial-historis dalam masyarakat yang dipimpinnya.27

B. Rumusan Masalah

Pendapat sementara, kalangan umat Islam baik di Indonesia maupun di

negara-negara mayoritas Muslim lainnya yang menolak Pemimpin non-muslim di

masa kontemporer sekarang ini sejalan bahkan sangat mungkin dipengaruhi oleh

konsep negara ideologis klasik yang mendasarkan negara pada ideologi Islam,

yang dalam literatur Sunni klasik disebut sebagai Negara khilafah.

Sejalan dengan itu, maka penolakan terhadap pemimpin non-muslim di

negara dengan sistem demokrasi dianggap oleh sebagian kelompok sebagai

paham yang tidak relevan dalam konteks Indonesia karena dasar negara ini adalah

Pancasil. Bahkan kecenderungan tersebut dianggap sikap yang intoleran jika

ihwal kepemimpinan dalam konteks Negara tidak didasarkan pada kapabilitas

seorang pemimpin itu sendiri.

Lingkungan akadmik di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, ada mahasiswa yang menolak tentang keberadaan pemimpin non-Muslim

ada juga yang yang mendukung. Melihat respon tersebut, maka hipotesis yang

penulis ambil adalah mahasiswa yang memiliki kecenderungan bahkan sampai

menolak pemimpin non-muslim hanya karena berbeda agama tanpa didasarkan

27

Sartono Kartodirdjo. Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial (Jakarta: LP3ES, 1984), h. vii.

Page 26: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

13

pertimbangan-pertimbangan lain seperti potensi, rekam jejak adalah intoleran.

Untuk menjawab itu semua, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

o Bagaimanakah persepsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, terhadap kepemimpinan non-Muslim ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengetahuan secara empiris

bagaimana mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berpendapat soal kepemimpinan non-Muslim.

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, penulis ingin mendeskripsikan

dan menganalisa persepsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin sebagai kelompok

yang mempelajari dan concern terhadap isu-isu keagamaan, tentang

kepemimpinan non-Muslim di Indonesia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama

dalam bidang ilmu sosial-keagamaan.

b. Penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk penelitian lainnya yang

sejenis.

c. Menjadi rujukan bagi penelitian soal kepemimpinan non-Muslim

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan baru, khususnya bagi peneliti,

civitas akademik Fakultas Ushuluddin dan masyarakat pada umumnya.

Page 27: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

14

b. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi yang nyata

berupa aspirasi dan informasi kepada pihak-pihak tertentu, seperti

mahasiswa dan pengambil kebijakan di UIN Jakarta.

3. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kajian

kepemimpinan non-Muslim di Indonesia khususnya.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai insan akademis, pencipta pengabdi yang berasaskan Islam dan

bertanggung jawab, orisinilitas dan autentifikasi merupakan beberapa hal yang

dipegang erat oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dengan demikian

penulis mengkaji dan menelusuri berbagai literatur ilmiah yang sekiranya relevan

dengan proposal skripsi ini.

Dari hasil penelusuran penulis, penulis menemukan beberapa literatur

yang relevan dalam penelitian ini.

1. Buku karya H.M. Mujar Ibnu Syarif M.Ag dengan judul “Persiden

non-Muslim di Negara Muslim: Tinjauan dari Perspektif Islam dan

Relevansinya dalam Konteks Indonesia”. Buku ini merupakan

kompilasi tentang pandangan-pandangan dari para pemikir Islam

klasik dan kontemporer.Yang berkaitan dengan boleh tidaknya

seseorang yang non-Muslim memimpin masyarakat Muslim.

Didalamnya dibahas juga arguementasi-argumentasi yang menjadi

acuan dalam hal penentuan seorang pemimpin baik dari kalangan yang

pro maupun yang kontra termasuk polemik soal penetapan calon

pemimpin di Indonesia.

Page 28: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

15

2. Buku Fikih Kebinekaan, Pandangan Islam Indonesia tentang Umat,

Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim. Secara kontekstual

pemahaman-pemahaman yang dibangun begitu mendalam.buku ini

merupaka kompilasi beberapa penulis, diantaranya adalah Azyumardy

Azra, Yudi Latief dan lain-lain. Didalamnya terdapat sajian-sajian

misalnya tentang Bhinneka Tunggal Ika: Suatu Konsepsi Dialog

Keragaman Budaya oleh Yudi Latif, ada juga tulisan Islam,

Kepemimpinan Non-Muslim dan Hak Asasi Manusia oleh Siti

Ruhaini Dzuhayatin dan Fikih Kepemimpinan Non-Muslim oleh

Wawan Gunawan Abdul Wahid

3. Jurnal dengan Judul “Memilih Presiden Non-Muslim di Negara

Muslim dalam Perspektif Hukum Islam”. Dan diterbitkan oleh Jurnal

Konstitusi¸Vol. 1, No. 1 November (2008). Yang mana, tulisan dalam

jurnal tersebut menjelaskan bagaimana semestinya seorang Muslim

bersikap dalam kontestasi pemilu.

F. Definisi konseptual

Agar penelitian ini tidak dianggap sebagai perbuatan yang coba-coba (trial

and error) kajian teori penting untuk dilakukan. Hal ini agar suatu penelitian

memiliki dasar yang kokoh.28

Dalam pembahasan ini, penulis membatasi pada

pengertian persepsi

28

Prof. Dr. Sugiyono “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D” Cetakan ke -8 (Bandung: CV. Alfabeta 2009) hal.52.

Page 29: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

16

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah “proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”29

Menurut Solomon, persepsi merupakan proses dimana sensasi yang

diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya

diinterpretasikan (Prasetijo & Ihallauw, 2005:67). Persepsi menurut Jalaludin

Rakhmat (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan.30

Walaupun begitu, persepsi seseorang pada hakekatnya dapat berbeda dari

kenyataan objeknya. Jalaluddin Rakhmat mencatat bahwa persepsi adalah

pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi bisa

disimpulkan sebagai sebuah proses pemberian makna (mining procces),

interpretasi dari stimuli dan sensasi yang diterima oleh individu. Namun, hal ini

mesti disesuaikan dengan karakteristik masing - masing individu.31

Sesuai dengan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah

kesimpulan seseorang terhadap informasi yang diterima kemudian diolah dan

ditafsirkan menjadi cara pandang.

29

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 863. 30

Jalaluddin Rahmat, “Psikologi Komunikasi” (Bandung:Remaja Rosdakarya) hal. 51 31

Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” hal. 51.

Page 30: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

17

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif penulis gunakan untuk pengumpulkan informasi secara

aktual dan terperinci.

Sedangkan logika pendekatan dalam penelitian ini menggunakan

analisis dari Sosiologi fungsional Emile Durkheim. Menurutnya fakta atau

realitas sosial akan membentuk prilaku individu, dalam pandangan Durkheim,

berbagai struktur sosial dalam masyarakat dipahami sebagai realitas dan fakta

sosial yang akan membentuk prilaku individu.32

Sedangkan fakta sosial sendiri

terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada diluar dan

memaksa aktor33

Penelitian deskriptif menggambarkan realitas yang sedang terjadi

tanpa menjelaskan hubungan antar variable dan tidak menguji hipotesis.

(Rakhmat, 2005:24-26), agar data yang didapat lebih mendalam maka

penelitian ini tidak mementingkan jumlah populasi dan sampling bahkan

sample terbatas (Kriyantono 2002;56).

2. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis memakai teknik Triangulasi yakni

pengumpulan data dengan cara menggabungkan antara wawancara

(interview), studi kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan

(field research). Adapun soal perincian soal tiga tekhnik yang akan

32

H.M Sayuthi Ali Metodologi Penelitian Agama Cet. I, Jakarta Raja Grafindo Persada 2002, hal 100.

33 George Ritzer dan Douglas J. Goodman Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern Edisi ke-3. Nurhadi (penerjemah) Kreasi Wacana, Bantul 2011 hal.81

Page 31: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

18

digabungkan sebagai berikut.

a. Wawancara (interview)

Penulis akan melakukan wawancara mendalam (indept interview)

dalam penelitian ini. Secara praktis penulis akan melakukan kegiatan

wawancara tatap muka, sedangkan teknisnya ada pertanyaan-

pertanyaan yang berupa pilihan ada juga pertanyaan dengan jawaban

bebas hal ini dimaksudkan untuk menggali informasi yang lengkap dan

detail dari informan tanpa memberikan batasan.

Penulis juga mungkin akan mewawacarai informan dengan bahasa

yang tidak sesuai dengan karakteristik informan, bisa formal bisa juga

nonformal ini semaua agar wawancara berjalan tidak jenuh.

b. Studi Kepustakaan (librarry research)

Pengumpulan data dari studi kepustakaan ini meliputi, penelusuran

penulis mengenai literatur-literatur yang menunjang baik berupa buku,

jurnal yang dipublikasikan untuk memperkaya teori juga data-data

untuk melengkapi referensi berhubungan dengan topik penelitian ini.

c. Penelitian lapangan (field research)

Mengamati secara langsung (tanpa mediator) sesuatu obyek untuk

melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan obyek tersebut. Penelitian

lapangan ini termasuk juga didalamnya pengamatan keseharian

mahasiwa, mengamati perilaku verbal juga perilaku non-verbal dari

informan. Mengikuti kegiatan informan baik diskusi ataupun kajian

yang berkaitan dengan sesuatu yang membentuk persepsi informan.

observasi ini juga untuk mengamati argumen–argumen mahasiswa

tentang bagaimana mereka melihat fenomena kepemimpinan non-

Page 32: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

19

muslim.

Triangulasi sendiri penulis gunakan karena setiap teknik memiliki

kelemahan serta keunggulannya sendiri. Maka dengan demikian

triangulasi memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid.

Dalam merancang dan menyusun proposal skripsi ini, penulis

berpedoman pada pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, program strata satu tahun akademik 2010 – 2011

3. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek penelitian :

Dalam penelitian ini subyek adalah mahasiswa, Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program studi Aqidah dan Filsafat Islam,

Studi Agama-agama dan Tafsir Hadits, angkatan 2013, 2014 2015 dan

2016 yang aktif dalam kegiatan eksrta maupun intra kampus. Penulis

mengambil sepuluh orang dari masing-masing program studi karena

penulis anggap angka itu cukup untuk menggali informasi mengenai

pandangan secara menyeluruh persepsi mahasiwa soal pro-kontra

kepemimpinan non-Muslim ini. Penentuan subyek penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling.

Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-

kriteria tertentu, berdasarkan tujuan penelitian. Mahasiswa yang sering

memperdebatkan, baik menolak maupun mendukung pemimpin non-

Muslim merupakan informan yang relevan dan memenuhi kriteria

penelitian ini. Sedangkan orang–orang yang tidak memenuhi kriteria

tersebut tidak dijadikan informan. Teknik purposive sampling ini

digunakan karena peneliti ingin mendapatkan kedalaman data, dari pada

Page 33: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

20

tujuan representatif yang dapat digeneralisasikan. (Kriyantono, 2002:157).

b. Obyek Penelitian :

Obyek penelitian ini adalah Persepsi tentang kepemimpinan non-

Muslim di Indonesia

H. Sistematika Penulisan

Seperti yang penulis katakan di atas, proposal ini disusun dengan mengacu

pada pedoman akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, program strata satu

tahun akademik 2010- 2011. Penulis dalam hal ini membagi skripsi ini pada lima

bab yang masing-masing akan membahas topik.

BAB I sebagai pembukaan, dalam bab ini penulis menjelaskan kenapa kita

penting mengkaji soal persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,

yang mengklaim sebagai fakultas pencetak generasi kritis dan sarangnya

intelektual, dalam bab ini juga menjabarkan mengenai fokus penelitian dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaaat penelitian, definisi konseptual, metodologi

penelitian hingga tinjauan pustaka

BAB II penulis mengkaji mengenai teori yang didalamnya akan dibahas

mengenai teori tentang persepsi dari berbagai tokoh, proses terjadinya persepsi

dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Selain itu, dalam bab ini akan

diterangkan mengenai diskursus kepemimpinan non-Muslim, pengertian dan

ruang lingkup non-Muslim serta macam-macam non-Muslim yang mempunyai

yang notabene menjadi sumber perdebatan dikalangan Islam. Juga akan dibahas

soal hak non-Muslim sebagai warga Negara di Indonesia.

BAB III, pada bab ini akan diulas tentang gambaran umum yang

melingkupi, sejarah Fakultas Ushuluddin, penulis secra umum akan

Page 34: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

21

mendeskripsikan mengenai Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

juga program studi yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian yakni Aqidah

Filsafat Islam, Studi Agama-agama dan Tafsir hadis. Didalamnya akan dijelaskan

mengenai gambaran individu informan hingga studi tentang persepsi mahasiswa

Fakultas Ushuluddin tentang kepemimpinan non-Muslim

BAB IV didalamnya akan dibahas inti daripa skripsi ini. Dalam

pembahasana didalamnya penulis akan membahas dengan metode deskriptif

kalitatif bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta mengenai kepemimpin non-Muslim.

BAB V Penutup yang berisikan kesimpulan, kritik dan saran

Page 35: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

22

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Deskripsi Teoritis Tentang Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan kegiatan yang sangat bergantung pada penilaian

idividu (subyektif) mengenai penilaian terhadap objek atau stimulus. Kata

persepsi sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni “perception” yang berarti

“penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali

dengan penginderaan kemudian di transfer ke otak.34

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi berarti “proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”35

dalam

pengertian yang sederhana, persepsi bisa disebut dengan penglihatan tentang

bagaimana cara individu melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti yang luas

persepsi merupakan pandangan atau pengertian tentang bagaimana individu

memandang atau mengartikan sesuatu.

Para Psikolog menguraikan mengenai definisi persepsi dengan bermacam

ragam pengertian, diantaranya menurut Rudolph F. Verderber persepsi adalah

proses menafsirkan informasi indrawi. Menurut Jhon R. Wenburg, persepsi

dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna.36

Psikolog Alisuf

Sabri, mengemukakan bahwa persepsi adalah “proses dimana individu dapat

34

Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1995), h.105.

35 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 863. 36

Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 446

Page 36: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

23

mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat

indera”.37

Sedangkan Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab

memberikan pengertian bahwa persepsi sebagai “proses yang menggabungkan

dan mengorganisasikan data-data indera seseorang (penginderaan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya

termasuk sadar akan dirinya sendiri.38

Djaslim Saladin (2002;56) menambahkan bahwa proses persepsi

dipengaruhi pula oleh pandangan, tabiat atau kebiasaan, pengharapan atau

expectation alasan khusus (kebutuhan, keinginan dan kemampuan) serta proses

penyeleksian persepsi.

Walaupun begitu, apa yang kita persepsikan pada hakekatnya dapat

berbeda dari kenyataan objeknya. Jalaluddin Rakhmat mencatat bahwa persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi bisa

disimpulkan sebagai sebuah proses pemberian makna (mining procces),

interpretasi dari stimuli dan sensasi yang diterima oleh individu. Namun, hal ini

mesti disesuaikan dengan karakteristik masing - masing individu.39

Dengan demikian dapat diambil benang merah bahwa pertama. Secara

teoritis Persepsi termasuk dalam sistem pemprosesan informasi. Fase pertama

dalam proses informasi adalah sensasi, yaitu stimulasi yang diterima oleh sistem

indra. Tahap berikutnya adalah pengorganisasian sensasi untuk dapat menilai

37

Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h.46.

38 Abdul Rachman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam (Jakarta: Kencana,2004), cet. Ke-1, h. 88-89 39

Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” hal. 51.

Page 37: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

24

suatu objek dan melihat hubungannya dengan kejadian-kejadian yang ada di

sekitar kita. Kedua persepsi sangat erat kaitannya dengan akurasi penilaian

mengenai indra yang menerima stimulus dari luar. Terakhir persepsi adalah

perbuatan berupa interpretasi dari stimulus yang ada.

Paparan diatas mempertegas bahwa persepsi merupakan kesimpulan

seseorang terhadap informasi yang diterima kemudian diolah dan ditafsirkan

sehingga menjadi cara pandang.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Sensasi adalah tahap awal dari proses terbentuknya persepsi. Sensasi

merupakan kesadaran akan adanya suatu rangsang. Sensasi sama dengan

penginderaan. Semua rangsang masuk dalam diri seseorang melalui panca

indera, yang kemudian diteruskan ke otak yang menjadikan sadar akan adanya

rangsang tersebut. Rangsang yang sekedar masuk dalam diri seseorang tetapi

hanya menyadarinya tanpa mengerti atau memahami rangsang tersebut disebut

sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman atau pengertian tentang

rangsang tersebut dinamakan persepsi40

Solomon (1996:62) Seperti yang penulis singgung pada bab pendahuluan

memberikan pengertian bahwa persepsi merupakan proses bagaimana stimulus-

stimulus itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan. Secara faktual,

seorang individu mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek.

Hal itu tentu saja dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengetahuan

serta pengalaman subjek yang berbeda-beda sehingga menimbulkan persepsi

40 MIF Baihaqi, Dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan, (Bandung:

Refika Aditama, 2005), h. 63

Page 38: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

25

yang berbeda-beda pula. Solomon (dalam Djaslim Saladin, 2002:55)

menggambarkan proses persepsi sebagai berikut:

Stimulus yang diterima berupa objek bisa berupa hasil penglihatan yang

tentu kita terima lewat indra mata, bau-bauan yang kita terima melalui indra

hidung, suara kita terima lewat indra telinga, rasa kita terima lewat indra

pengecap, serta texture kita ketahui lewat indra peraba (kulit).

Stimulus-stimulus tersebut kita terima lewat indra dan diinterpretasikan

melalui metode tertentu dan tentu saja dipengaruhi oleh beberapa faktor ke

dalam ingatan atau otak, dan kemudian otak menanggapinya. Akhirnya

munculah persepsi tentang stimulus tadi.

Proses perseptual di mulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses

pengamatan selektif. Faktor-faktor perangsang yang penting dalam perbuatan

memperhatkan ini adalah perubahan, intensitas, ulangan, kontras, dan gerak.

Faktor-faktor organisme yang penting adalah minat, kepentingan dan kebiasaan

memperhatikan yang telah dipelajari. (Chaplin, 2001 :358)

STIMULUS

-Penglihatan

-Suara

-Bau

-Rasa

-Texture

Indera

Penerima

Interpretasi

PERSEPSI

perhatian

Tanggapan

Page 39: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

26

3. Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi

Menurut Bimo Walgito setidaknya ada tiga faktor yang berpengaruh

terhadap persepsi seseorang yaitu :

a. Stimulus yang cukup kuat, stimulus yang melampaui lambang stimulus

kejelasan akan banyak berpengaruh terhadap persepsi.

b. Fisiologis dan Psikologis, jika sistem fisiologisnya terganggu hal ini akan

berpengaruh dalam persepsi seseorang. Segi psikologis yang mencakup

pengalaman, perasaan kemampuan berpikir dan sebagainya. Juga akan

berpengaruh bagi seseorang dalam mempersepsi.

c. Faktor Lingkungan, situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan

mempengaruhi persepsi.41

Dirga Gunarsa menjabarkan kenapa persepsi masing-masing orang

kadang berbeda dalam memandang terhadap suatu objek yang sama,

menurutnya ada beberapa faktor diantaranya:

a. Motif, adalah faktor internal yang dapat merangsang perhatian.

Adanya motif menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan

sesuatu dan sebaliknya.

b. Kesediaan dan Harapan, hal ini akan menentukan pesan yang mana,

yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang

dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi.

c. Intensitas rangsang, kuat lemah rangsang yang diterima, akan sangat

berpengaruh bagi individu.

d. Pengulangan suatu rangsang yang muncul atau terjadi secara berulang-

ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh42

41

Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h.54

Page 40: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

27

Menurut David krech (Rakhmat (2005: 55) ada dua faktor yang

menentukan persepsi seseorang yaitu:

a. Faktor fungsional

Bahwa persepsi bersifat selektif fungsional dimana objek-objek yang

mendapat tekanan dalam persepsi, biasanya objek yang melakukan

persepsi dipengaruhi oleh faktor fungsional meliputi:

1. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan

mempengaruhi persepsi orang tersebut. Hakikatnya kebutuhan-

kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2. Kesiapan Mental

Kesiapan mental seseorang akan memengaruhi persepsi seseorang.

3. Suasana Emosi

Suasana emosi seseorang baik dalam keadaan sedih, bahagia,

gelisah maupun marah akan sangat memengaruhi persepsinya

terhadap budaya.

4. Latar Belakang

Latar belakang asal seseorang akan memengaruhi dan menentukan

persepsi seseorang tersebut pada suatu objek rangsangan.

b. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari stikulus fisik dan efek-efek

syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu yang dalam hal

ini eart kaitanya dengan fokus usia.

42

Singgih Dirga Gunarsa, Pengantar Psikologi (Jakarta: Sumber Widya, 1992), cet. Ke-4, h.107.

Page 41: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

28

B. Diskursus Kepemimpinan Non-Muslim

1. Pengertian Kepemimpinan

Banyak sekali tokoh-tokoh yang mendefinisikan soal kepemimpinan,

dan masing-masing definisinya sangat bervariasi sebanyak tokoh itu

mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan ini. Namun, secara etimologi

kepemimpinan bersumber dari kata dasar “pimpin” yang berarti membimbing

atau dituntun43

yang kemudian mendapat awalan “ke” dan sisipan “em” serta

akhiran “an”.

Dalam tata bahasa Indonesia, “ke” dan “ke-an” berfungsi sebagai

pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau peristiwa.

Sedangkan sisipan “em” pada kata pemimpin berfungsi membentuk kata baru

yang artinya tidak berbeda dengan kata dasarnya. Arti sisipan “em” disini

mengandung sifat. Jika pemimpin bnerasal dari kata pimpin yang mendapat

awalan “pe” yang mempunyai arti orang yang melakukan. jadi, pemimpin adalah

orang yang memimpin.44

Secara terminologi Abdul Syani mendefinisikan kepemimpinan sebagai

suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin

terhadap orang lain (sekelompok orang) atau melakukan aktifitas tertentu sesuai

dengan kehendaknya”.45

Uraian mengenai definisi kepemimpinan diatas dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seorang mempengaruhi orang

lain untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam suatu perkumpulan

individu atau kelompok. Dengan kata lain, kepemimpinan berkaitan erat

dengan memperngaruhi demi tercapainya tujuan.

Secara makro, tidak setiap orang harus menjadi pemimpin (dalam konsep

berbangsa dan bernegara). Namun secara mikro, setiap orang haruslah menjadi

43

WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1982), Cet. Ke-4 h. 754

44 Abdullah Ambari, Inti Sari Tata Bahasa Indonesia, ( Bandung: Dajtmika, t.t ), h. 70-72

45 Abdul Syani, Manejemen Organisasi, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1994 ) cet ke-1 h. 231

Page 42: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

29

pemimpin (minimal memimpin dirinya sendiri). Dalam skripsi ini penulis

memberikan pengertian kepemimpinan ini pada wilayah kepemimpinan

politik yakni, Persiden hinga Lurah atau kepala desa.

2. Kepemimpinan Dalam Islam

Islam merupakan agama yang koperhensife dalam ajarannya, tak

terkecuali ihwal pimpin memimpin. Dalam Islam, secara mikro Setiap orang

adalah pemimpin, meskipun kemampuan setiap orang dalam memimpin itu

berbeda, tetapi Islam mengakui bahwa setiap orang itu adalah pemimpin,

sebagaimana sabda sabda Nabi Muhammad SAW:

“Setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya tentang

kepemimpinannya itu. Seorang Imam adalah pemimpin dan akan ditanya

tentang kepemimpinannya itu, seorang laki laki adalah pemimpin atas ahli

keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya itu, seorang

perempuan adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan akan ditanya

tentang kepemimpinannya itu, pelayan pimpinan atas harta majikannya dan

akan ditanya tentang kepemimpinannya itu,

Dan semua kamu adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya

itu”. (HR. Bukhari)

Hadis di atas mengindikasikan bahwa potensi memimpin harus dimiliki

oleh setiap orang dan ini nantinya akan dipertanggung jawabkan, sehingga setiap

individu harus belajar untuk menjadi seorang pemimpin apapun posisi yang

diembannya selama dia masih berstatus sebagai mukallaf atau sudah baligh.46

Menurut Rahmat Solihin, seorang pemimpin dalam Islam memiliki hak

dan kewajiban. Diantara kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang

pemimpin adalah:47

1. Memimpin dengan adil dan bijaksana

2. Membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi yang berhajat

46

Rahmat Solihin, Referensi Islam Dalam Memilih Pemimpin. Jurnal Konstitusi PKK Fakultas Syariah IAIN Antasari, (Vol.II No 1, Juni 2008) hal. 72

47 Ibid. Hal 72

Page 43: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

30

3. Mendamaikan perkara terhadap yang bersengketa

4. Mengontrol (mengoreksi dan mengevaluasi) pegawai (yang dipimpinnya)

5. Mencegah tersebarnya gosip (fitnah).

Pemimpin juga memiliki hak yang seyogyanya akan didapatkannya ketika

dia telah menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya diantaranya :

1. Hak mendapatkan upah dari baitul mal

2. Hak didengar dan ditaati seluruh instruksinya selama tidak maksiat

3. Diberi nasehat (saran) yang konstruktif

4. Dihormati secara wajar

5. Menjaga perkataan

Dalam Islam, Pemimpin (Imam) yang adil termasuk salah satu dari tujuh

kelompok yang diberikan nauangan pada hari kiamat nanti, yang mana tidak ada

naungan selain dari naungannya Allah SWT. (HR Bukhari dari Abu Hurairah). Ini

berarti bahwa Islam sangat memberikan apresiasi yang tinggi bagi pemimpin-

pemimpin yang adil.48

Sementara itu, dalam Islam ada beberapa definisi yang kerap digunakan dan

kita temui baik dalam Al-qur’an maupun hadis Nabi. Beberapa istilah yang

sering digunakan untuk mewakili kata pemimpin yaitu:

b. Khalīfah (خليفة)

Akar kata dari khalīfah adalah خلف yang artinya menggantikan49

, dari

arti kata tersebut kemudian lahir beberapa kata yang lain. yaitu, خليفة

(pengganti), khalāf خالف yang artinya lupa atau keliru, dan khalafah خلف.

Dalam pandangan kaum Muslimin, khalīfah adalah kepemimpinan umum

dalam urusan agama dan dunia menggantikan Nabi Muhammad SAW. Ibn

48

Ibid. Hal 73 49

Prof. Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia, Hidakarya Agung Jakarta, 1972, h. 120

Page 44: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

31

Khaldun menjelaskan hakikat Khīlafah dengan menggantikan pembuat syara

dalam menjaga agama dan politik dunia50

Ada dua perkataan khalīfah dalam al-Qur’an yang berbentuk mufrad,.

yaitu dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 dan QS. Saad ayat 26. Kemudian

terdapat dua bentuk jamak yang menunjukkan banyak, yaitu dalam

perkataan khalā’if yang disebut sebanyak empat kali. Yaitu dalam QS. al-

An’am ayat 165, QS. Yunus ayat 14,73, dan QS. Fatir ayat 39. dan

perkataan khulafa’ disebut sebanyak tiga kali dalam QS. al-A‟raf ayat 69,

74 dan QS. an-Naml ayat 62.51

c. Auliya (اولياء)

Kata ( اولياء ) auliyā adalah bentuk jamak dari kata (ولي) waliy. yang

makna dasarnya adalah dekat. Dari pengertian wali ini, berkembang

makna-makna baru seperti pemimpin, penguasa, pembela, pelindung, yang

mencintai, dan sebagainya. Kata tersebut merupakan satu bentuk

kedekatan kepada sesuatu yang menjadikan terangkat dan hilangnya batas

antara yang mendekat dan yang didekati dalam tujuan kedekatan itu.

Kalau tujuan dalam konteks ketakwaan dan pertolongan, auliyā‟ adalah

penolong-penolong. Dalam konteks pergaulan dan kasih sayang auliya‟

adalah ketertarikan jiwa, dan dalam konteks ketaatan, waliy adalah siapa

yang memerintah dan harus ditaati ketetapannya.52

50

Ali Abd ar-Raziq, Islam Dasar-Dasar Pemerintahan Kajian Khafah dan Pemerintahan dalam Islam, Terj. M. Zaid Su‟di, Jendela, Yogyakarta, 2002, h. 4.

51 Yahaya Jusoh, Kamarul Azmi jasmi, Pendidikan Politik dan khilafah Islam dalam

Pelbagai Perspektif, Universiti Teknologi Malaysia, Johor Darul Ta’zim, 2006, h. 1. 52 M. Quraish Shihab, Tafsīr Al-Misbāh;Pesan, Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera

Hati, Jakarta,Vol. III, 2002, h.151

Page 45: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

32

d. Amir (أمير)

Kata amīr merupakan bentuk isim fi’il dari akar kata amara yang berarti

memerintahkan bisa juga kata ini d imaknai menguasai.53 Kata amir ini terdapat

dalam hadits nabi Muhammad SAW.

فقد عصى هللا, ومن أطاع أميري فقد أطاعني ومن عصانيمن أطاعني فقد أطاع هللا

من

عصى أميري فقد عصاني )رواه البخارى ومسلى (

Barang siapa yang taat kepadaku berarti taat pada Allah, dan barang

saiapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat pada Allah, dan siapa yang

taat pada yang aku angkat berarti taat kepadaku, dan barang siapa yang

melanggar Amir yang aku angkat berarti melanggar kepadaku ( HR.

Bukhari Muslim)

Dalam Al-Qur’an sendiri tidak pernah ditemukan kata amir, yang ada

hanya kata Ulilamri yang mengarah kepada makna pemimpin, meskipun

para ulama berbeda pendapat tentang arti ulilamri tersebut. Ada yang

menafsirkan dengan kepala Negara, pemerintah dan ulama. Bahkan orang-

orang syi‟ah mengartikan Ulilamri dengan imām-imām mereka yang

ma’sūm.54

e. Ar-Rā’in (الراع)

Padadasarnya term ar-rā’in berarti penggembala yang bertugas

memelihara binatang, baik yang terkait dengan pemberian makanan maupun

dengan perlindungan dari bahaya. Namun makna ini kemudian mengalami

53Ahmat Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, Arab-IndonesiaTerlengkap, Pustaka

Progressif, Surabaya, cet. XIV , 1997, h. 1466. 54

H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah; Implementasi Kemaslahatan Umad dalam Rambu- Rambu Syariah, Kencana, Bogor, 2003, h. 91-92.

Page 46: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

33

perkembangan, selanjutnya ar-rā’in juga dimaknai sebagai pemimpin,

karena tugas pemimpin sebenarnya hampir sama dengan tugas penggembala

yaitu memelihara, mengawasi dan melindungi orang-orang yang

dipimpinnya

Dalam hal ini, ketika kata pemimpin disebut dengan term ar-Rā’in

maka konotasinya secara otomatis pada makna tugas dengan beban

tanggung jawab pemimpin tersebut. Lebih jauh lagi, term ri’ayah yang

merupakan salah satu bentukan dari akar kata رعى hanya ditemukan satu

kali dalam al-Qur’an, yakni pada QS. al-Hadid ayat 27.

kata ri’ayah dalam ayat tersebut dihubungkan dengan kata ganti atau

dhamir ها yang merujuk pada kata رهبابنية menurut Al-Asfahani, kata ini

berarti takut yang disertai dengan usaha memelihara diri dari sesuatu yang

ditakuti. Dengan demikian, seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya

harus memiliki kesadaran akan tanggung jawab tersebut sehingga tugasnya

dilakukan penuh hati-hati, disertai upaya untuk memperbaiki diri sendiri dan

orang yang dipimpinnya.55

f. Imām (امام)

Imām merupakan salah satu bentukan kata dari akarkata أم يأم yang

berarti “pergi menuju, bermaksud kepada, dan menyengaja”. Menurut Ibn

Faris di dalam Maqāyis al- Lugah menyebutkan bahwa, kata imām memiliki

dua makna dasar, yaitu setiap orang yang diikuti jejaknya dan didahulukan

urasannya, karena itulah Rosūlullah saw disebut sebagai imām alammah dan

khalīfah. Sebagai pemimpin rakyat sering juga disebut imām al-ra‟iẏyah atau

55

Sahabuddin, et.al, ensklopedi al-qur’an kajian kosa kata, lentera hati, Jakarta, Juz III, 2007, h. 829.

Page 47: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

34

dalam hadis digunakan kata al-imām al-a’zam.

Dr. Ali As-Salus dalam bukunya menyatakan bahwa “Imām artinya

pemimpin seperti ketua atau yang lainnya, baik dia memberikan petunjuk

ataupun menyesatkan”56

sebagaimana firman Allah:

Artinya: “(ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat

dengan pemimpinnya; dan Barangsiapa yangdiberikan kitab amalannya

di tangan kanannya Maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan

mereka tidak dianiaya sedikitpun.”QS. al-Isrā’ ayat 71

Di dalam al-Qur’an kata imām disebutkan sebanyak tujuh kali. yaitu

dalam QS. al-Baqarah ayat 124, QS. al-Isrā‟ ayat 71, QS. al-Furqān ayat 74, QS.

Yāsīn ayat 12, QS. al-Ahqāf ayat 12, dan QS. al-Hijr ayat 79.57

3. Ruang lingkup dan macam-macam non-Muslim

Dalam hal ini, yang penulis maksud dengan non-Muslim adalah orang yang

yang memiliki keyakinan atau agama diluar agama Islam. Kelompok non-

Muslim ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yakni:

a. Ahl-Kitāb (Ahli Kitab)

Secara etimologi, Ahl-Kitāb terdiri dari dua kata Ahl dan Al-Kitāb.

Kata Ahl berarti keluarga atau kerabat dekat. Sedangkan al-Kitāb

menunjuk kepada makna lembaran atau buku58

. Jadi Ahli kitab merupakan

56

Ali as-Salus, Imāmah dan Khilafah Dalam Tinjauan Syar’i, Terj. Asmuni Solihan Zamakhsyari, Gema Insani Press, Jakarta, 1997, h. 15

57 Yahaya Jusoh, Kamarul Azmi jasmi, Pendidikan Politik dan khilafah Islam dalam

Pelbagai Perspektif, Universiti Teknologi Malaysia, Johor Darul Ta‟zim, 2006, h. 2 . 58

Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur’an dan Hadis, PT Elex Media

Page 48: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

35

sebutan bagi komunitas yang mempercayai dan berpegang teguh kepada

agama yang memiliki kitab suci yang berasal dari Tuhan selain Al

Qur’an.59

Term Ahl-Kitāb adalah menunjukkan kepada sebuah komunitas

yang beragama Yahudi dan Nasrani (Kristen), demikian pula yang

dimaksud dalam al-Qur’an dan Hadis. Namun sebagian ulama, ada

diantara mereka yang memperluas cakupan AhluKitāb, sehingga istilah

tersebut tidak hanya terbatas kepada dua kelompok yang disebutkan di atas

tadi, tapi mencakup agama dan kepercayaan yang lain, seperti: Majusi dan

Shabi’īn, atau oleh orang barat dikenal dengan sebutan kaum sabian60

Dalam Ensiklopedi al-Qur’an kajian kosa kata dan tafsirnya

disebutkan bahwa kata Ahlul Kitāb dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak

30 kali.61

Secara rinci kata Ahlul Kitāb masing-masing termaktub dalam

QS al-Baqarah ayat 105, 109. QS Ali „Imrānayat 64, 65, 69, 70, 71, 72,

75, 98, 99, 110, 113 dan 119. QS an-Nisā‟ ayat 123, 153, 159, 171. QS al-

Māidah ayat 15, 19, 59, 65, 68, 77 QS al-Ankabūt ayat 46 QS al-Ahzāb

ayat 26. QS al-Hadīdayat 29. QS al-ḥasyr ayat 2 dan 11. QS al-Bayyinah

ayat 1 dan 6.

b. Murtad

Kata Murtad berasal dari akar kata riddah atau irtidad yang

Komputindo, Jakarta, 2014, h. 146.

59 Abdullah Nasih Ulwan, Konsep Islam Terhadap Non Muslim, Terj. Kathur Suhardi,

(Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 1990), hlm. 32. 60

Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014, h 180.

61 Tim Penyusun, Ensiklopedi al-Qur'an; Kajian Kosa Kata dan Tafsirnya, Yayasan

Bimantara, Jakarta, 1997, h. 6.

Page 49: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

36

berarti kembali.62

Bisa juga diartikan berbalik atau berpaling. Dalam

pandangan hukum Islam, murtad berarti keluar dari Islam atau tidak

mengakui kebenaran Islam, baik dengan berpindah agama lain, atau

menjadi tidak beragama sama sekali (atheis).63

Pertannyaannya adalah kapan seseorang bisa disebut murtad ?

menurut Nasarudin Umar, seseorang bisa dikatakan murtad ketika

orang itu melakukan dengan sengaja sesuatu yang jelas keharamannya

dan dia mengetahui hukumnya. Sebagai contoh, ketika seseorang sujud

menyembah matahari atau menginjak al-Quran. Tetapi kalau perbuatan

itu dilakukan bukan karena menolak nas yang melarangnya atau

disebabkan penalaran yang keliru terhadap nas,ulama menilai orang

tersebut tidak menjadi murtad, juga orang yang dipaksa untuk murtad

tidak tergolong orang yang murtad

c. Kāfir

Akar kata kāfir adalah كفر (kafara) يكفر (yakfuru), كفرا

(kufran). Kata tersebut memiliki berbagai macam makna, antara lain.

Naqidh al-Iman, yaitu antonim dari iman atau tidak beriman kepada

Allah SWT, Aṣaw wa Imtana’u, yaitu melakukan maksiat, dan lain

sebagainya.64

Istilah kāfir yang saat ini di fahami oleh umat Islam adalah

ditunjukan bagi mereka yang menentang, menolak, kebenaran dari Allah

Swt, yang disampaikan melalui Rasul-Nya

62

Apakah Makna Kata Murtad? http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/14/01/15/mzeym4-apakah-makna-kata-murtad-1 diakses pada Rabu 19 Juli 15.27 WIB.

63 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2014, h. 146.

64 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2014, h.180

Page 50: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

37

Dalam beberapa literatur kāfir dengan arti mengingkari yang

ditujukan kepada orang-orang non-Muslim dapat diklasifikasikan kepada

beberapa kelompok. Dalam Fikih Siyasah, term kāfir dibagi menjadi

empat bagian.

Pertama, Kāfir Ḥarbi,

Kāfir Ḥarbi merupakan non-Muslim yang terlibat permusuhan

dengan kaum M uslimin. Mereka senantiasa ingin memecah belah

orang-orang mukmin dan bekerja sama dengan orang-orang yang telah

memerangi Allah SWT dan Rasulnya sejak dahulu.

Kedua, Kāfir Mu’ahad, yaitu non-Muslim yang terikat

komitmen dengan kaum Muslimin untuk tidak saling bermusuhan.

Kāfir Mu’ahad berasal dari Darul ḥarbi, tetapi mereka telah

mengadakan perjanjian damai dengan pemerintah Islam. Hak dan

kewajiban mereka ditentukan menurut al-Qur‟an, Sunnah, dan

perjanjian yang disepakati bersama, oleh karena itu, mereka harus

dilindungi hak-hak dan kewajibannya.

Ketiga, kafir Musta’man yakni kelompok non-Muslim yang

mendapatkan jaminan keamanan dari seluruh atau sebagian kaum

Muslim. Kelompok non-Muslim ini juga tidak boleh dibunuh sepanjang

masih berada dalam jaminan keamanan. Allah berfirman:

“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta

perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat

mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang

Page 51: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

38

aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak

mengetahui.”(QS : At-Taubah: ayat 6

Zulqarnain M. Sunusi Dalam bukunya Jihad dan “Terorisme”

mengatakan bahwa, “Adapun kafir musta’man, ia adalah orang yang

masuk ke Negara kaum Muslimin (dengan maksud) bukan untuk

menetap pada negara itu. jenis mereka ini ada empat macam, yakni:

1. Para utusan

2. Para pedagang

3. Orang-orang yang meminta perlindungan, yang dihadapkan

kepadanya keislaman dan al-Quran. Kalau ingin mereka masuk

(Islam), dan kalau (tidak) ingin, mereka (dipersilahkan untuk

pulang ke negeri mereka.

4. Orang-orang yang mempunyai hajat berupa kunjungan dan lain-

lain. Hukum terhadap mereka adalah tidak boleh diboikot, dibunuh,

dipungut jizyah darinya, dan terhadap orang-orang yang meminta

perlindungan agar diperlihatkan kepada mereka keislaman dan al-

Quran. Kalau mereka memeluk (Islam), itulah (yang diinginkan).

Kalau mereka ingin kembali kepada keamanannya (negaranya)

biarkan mereka kembali65

Ke Empat Kāfir Dzimmah,

Secara etimologis, kata dzimmi berasal dari kata dzimmah,

artinya aman atau janji. Dalam konteks non-Muslim (kafir)

Ahludzimmah diartikan sebagai orang kāfir yang mendapatkan

perlindungan dari pihak Muslim, juga dipahami sebagai non-

65

Dzulqarnain M.Sunusi, Antara Jihad dan Terorisme (Makasar: Pustaka As-Sunnah, 2011) h. 117

Page 52: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

39

Muslim yang telah mendapatkan janji dari umat Islam atas

keamanan dirinya.

Mereka tidak dianggap sebagai bahaya dan ancaman yang

serius terhadap akidah umat Islam. Oleh karena itu, mereka dapat

hidup aman dalam wilayah kekuasaan Islam dengan hak - hak dan

kewajiban -kewajiban yang ditentukan oleh penguasa Islam

Bagi kafir Dzimmah diberikan kepada mereka hak-hak oleh

Negara Islam, atas kewajiban membayar zakat, dan berlakunya

hukum-hukum sipil duniawi Islam terhadap mereka. Dengan

demikian, mereka menjadi warga negara resmi di negara Islam.

Oleh karena itu, para ahli fiqih dari berbagai mazhab sepakat untuk

menganggap mereka sebagai penduduk wilayah Islam.

Di negara Islam, dzimmi memiliki hak dan kewajiban yang

sama dengan kaum muslim, kecuali dalam beberapa hal,

diantaranya:

Pertama, hak untuk mendapatkan izin tinggal dan menjadi

penduduk secara resmi di dalam wilayah hukum Islam.

Ahludzimmah berhak tetap bertahan di atas tanah yang menjadi

miliknya yang sah. Tidak ada seorang pun yang berhak untuk

mengusirnya dari tanahnya itu.

Kedua, jaminan keamanan atas nyawa mereka dan keluarga,

baik dari ancaman orang Islam atau dari ancaman sesama orang

kāfir.

Ketiga, jaminan keamanan atas harta benda yang

dimilikinya

Page 53: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

40

Keempat, Ahludzimmah berhak mendapat jaminan untuk

melaksanakan agamanya di dalam wilayah Negeri muslim. Kaum

Muslimin tidak dibenarkan memaksa, mendiskreditkan, atau

memerintahkan mereka masuk Islam, kecuali bila atas kesadaran

mereka sendiri. Kebebasan menjalankan kegiatan agamanya sesuai

dengan keyakinannya adalah jaminan dari kaum muslim kepada

non-Muslim (Ahludzimmah)

Kelima, jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan

penghidupan yang layak. Islam tidak mengharamkan umatnya

bermuamalat dengan orang non-Muslim. Bahkan rasul masih saja

menggadaikan pakaian perangnya kepada orang yahudi serta

berjual beli dengan mereka. Demikian juga dengan para sahabat,

mereka aktif di pasar bersama-sama dengan non-Muslim dalam

mencari rizki.

Keenam, jaminan atas keamanan kehormatan dan harga diri

mereka, baik yang terkait dengan nama baik, nasab, susila, dan

lainnya.

Ketujuh, jaminan dari berbagai macam gangguan lainnya,

baik yang berasal dari umat Islam ataupun dari orang kāfir

lainnya.66

4. Kepemimpinan non-Muslim dalam Islam

Diskursus soal kepemimpinan non-Muslim selalu menuai berbagai

argumentasi yang beragam. Pro dan kontra selalu hadir seiring setiap

66

.Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur’an dan Hadis, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014, h 220.

Page 54: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

41

perspektif memberikan sumbangsih pemikiran, yang menghadirkan

kekayaan cara berpikir. Lalu pertanyaannya adalah, apakah Islam secara

saklek melarang kepemimpinan Non-Muslim? Dan sejauh manakah

relevansi hal tersebut dalam kehidupan bernegara yang mencakup berbagai

faktor determinan yang lebih luas.

Memang dalam Al-qura’an sendiri terdapat ayat-ayat yang bernada

melarang, beberapa ayat yang penulis kutip dibawah ini merupakan ayat-

ayat yang dianggap sebagai salah satu sumber perdebatan, dalam hal boleh

tidaknya menjadikan non-Muslim sebagai pemimpin.

Dari ayat-ayat yang penulis kutip diantaranya surat An-Nisa ayat 144

Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang

mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah

(untuk menyiksamu)?” (QS. An- Nisa: 144)

Menurut al-Qurthubi, ayat ini menjelaskan tentang larangan bagi

umat Islam menjadikan orang-orang kafir sebagai sahabat dekat

(bithanat).67

Namun, untuk memahami hal ini perlu kiranya melihat apa

yang terkandung dalam surat Al- Mumtahinah ayat 8-9:

67

Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis al-Qur’an, h. 310

Page 55: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

42

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak

(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang

kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu

karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang

lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai

kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.”(QS. Al-

Mumtahinah: 8-9)

Menurut Mahmud Yunus, ayat-ayat diatas menjelaskan dengan

terang, bahwa orang-orang Islam atau orang-orang Mukmin boleh berbuat

dan berlaku adil kepada mereka non-Muslim (kafir) yang tidak memerangi

kaum Muslim karena agama dan juga selama tidak mengusir dari tanah

airnya.

Sebaliknya yang dilarang Allah mengangkat pemimpin dari

orang-orang kafir yang memerangi mereka dan mengusir mereka dari

tanah airnya. Sebab menurut Mahmud Yunus, nyatalah salah tuduhan

orang yang mengatakan bahwa Islam menyuruh memerangi tiap-tiap orang

kafir dan merampas hartanya68

Selain ayat diatas masih ada beberapa ayat yang dianggap

relevan dan kerap dijadikan agrumentasi penolakan non-Muslim sebagai

pemimpin. Surah Ali-Imran ayat 28 misalnya, Allah SWT berfirman:

68

Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2004, cet. VII),h. 823.

Page 56: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

43

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang

kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari

pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari

sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan

kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali

(mu).” (QS. Ali-Imran: 28)

Dalam buku Presiden non-Muslim di Negara Muslim:

Tinjauan Dari Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam

Konteks Indonesia, Karya Mujar Ibn Syarif, Al-Jashshash

memberikan komentar pada ayat 28 Ali Imran ini sebagai sebagai

berikut:

“Dalam ayat ini dan ayat-ayat lain yang yang isinya senada

dengannya ada petunjuk bahwa dalam hal apa pun orang kafir tidak

boleh berkuasa atas (umat) Islam”

Namun jika dilihat dari konteks sebab turunnya (asbab an-

nuzul) ayat ini, Al-Dlahhak meriwayatkan dari Ibn Abbas, ayat ini

turun dalam konteks Ubadah ibn al-Shamit, salah seorang sahabat

Nabi yang ikut dalam Perang Badar. yang mempunyai sejumlah

kawan dari kalangan Yahudi. Lalu Ketika Nabi akan berangkat

menuju Perang Ahzab, Ubadah berkata: “Wahai Nabi Allah, saya

sedang bersama dengan 500 laki-laki Yahudi yang siap memerangi

Nabi. Mereka menampakkan permusuhannya dengan umat Islam”.

Page 57: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

44

Dilatari kasus tersebut turunlah ayat yang melarang berteman

dengan orang kafir tersebut.69

yang dimaksud dengan kafir disini

adalah kafir Harbi. Karena mereka dengan terang-terangan

menampakan kebencian dan mengancam keberadaan umat Islam.

Salah satu surat dalam Al-Qur’an yang menjadi rujukan

banyak orang dalam menjustifikasi pelarangan non-Muslim menjadi

pemimpin bagi mayoritas umat Islam adalah adalah surat al-Maidah

ayat 51 dan 57 firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-

pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi

sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil

mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk

golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang zalim. (QS.Almaidah 51)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

jadi “wali” kalian, orang-orang yang membuat agamamu jadi

bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang

telah diberi kitab sebelummu, dan orang- orang yang kafir. Dan

69

Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis al-Qur’an, h.311

Page 58: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

45

bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang- orang yang

beriman.” (Q.S. al-Maidah: 57)

Dalam sebuat riwayat Ibnu Abbas ra. memaparkan, bahwa

ayat 57-58 surat al- Maidah turun berkenaan dengan kasus Rifa’ah

bin Zaid bin Tabut dan Suwaid bin Harits. Yang mana ketika itu

mereka masuk Islam, tetapi kemudian mereka menjadi orang

Munafik. Beberapa orang dari kaum Muslim bersahabat dan sangat

menyayangi mereka berdua. (HR. Abu Syaikh dan Ibnu Hibban).

Secara harfiah Al-Quran banyak menjelaskan tentang

kepemimpinan dengan kata ‘wali’, misalnya dalam Surat Ali Imran

ayat 28 diatas yang menegaskan ketidakbolehan dengan kata ‘lâ’

yang dapat diartikan dengan “janganlah orang-orang mukmin

mengambil orang kafir menjadi wali”.

Disamping itu, ada hal menarik yang memberikan

pengecualian bahwa mengambil pemimpin kafir dibolehkan sebagai

strategi memelihara diri dari yang ditakutinya.70

Dalam ayat 73 surat al-Anfal Allah berfirman:

“Adapun orang-orang yang kafir sebagian mereka menjadi

wali bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak

melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu (keharusan

adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin), niscaya

70

Siti Ruhaini Dzuhayatin Islam, Kepemimpinan non-Muslim dan Hak Asasi Manusia Ahmad Baiquni (Penyunting) dalam “Fiqih Kebinekaan: Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim” Bandung: Mizan Pustaka bekerjasama dengan Ma’arif Institute 2015 h.310

Page 59: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

46

akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.71

Dalam menyinggung soal kelompok non-Muslim, Al-qur’an

sendiri selalu memberikan pengertian dengan tidak spesifik. Jika kita

amati dari ayat-ayat diatas, Al-Qur’an selalu memberikan pengertian

secara menyeluruh.

Seperti yang sudah penulis bahas sebelumnya, para Fuqaha,

atau ulama-ulama Fiqih mengklasifikasikan (kafir) dalam beberapa

jenis yakni, Kafir Harbi, Kāfir Mu’ahad, kafir, Musta’man dan Kāfir

Dzimmah.

Dari beberapa jenis kafir tersebut, Kafir Harbi yang

merupakan orang kafir yang selalu memusuhi Islam dengan berbagai

cara. baik dengan jalan mencaci, memfitnah, bahkan sampai perang

fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa atau pertumpahan darah.

Maka karena dipandang membahayakan eksistensi Islam sebagai

Agama, jenis kafir ini boleh diperangi dalam firmannya Allah SWT:

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan

munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (Q.S. al-

Tawbah: 73).

Di ayat lain surat At-taubah Allah berfirman:

71

Dalam terjemaahan bahasa Indonesia, ada juga yang langsung mengartikan kata wali dalam ayat diatas sebagai pelindung.

Page 60: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

47

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang

kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui

kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama

orang-orang yang bertaqwa. (At-Tawbah 123).

Rasyid Ridla sebagaimana dikutip oleh Abd. Moqsith Ghazali dalam

Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis al-Qur’an,

memberikan pengertian “kuffar” dalam ayat diatas secara khusus ditunjukan

kepada orang-orang kafir Harbi. Muhammad Nawawi Al-Bantani

mengartikan kata “kuffar” di situ sebagai orang-orang yang secara terang-

terangan mengangkat pedang untuk memerangi umat Islam.72

Imam Qurṭubi berpendapat pemimpin harus dipegang oleh kaum

Muslimin karena sangat berbahaya apabila pemimpin dipercayakan kepada

kaum non-Muslim. Dalam karyanya Tafsiral-Qurṭubi, Imam Qurtubi

menyatakan, pada zaman sekarang ini keadaan sudah terbalik dan berubah

sedemikian rupa, hingga orang-orang Islam lebih mempercayakan segalanya

kepada orang-orang kafir dan keadaan kaum Muslimin-pun semakin

memburuk dan terpuruk.73

C. Hak-Hak non-Muslim Sebagai Warga Negara

1. Dalam Pandangan Islam

Dalam sebuah negara Islam, para penganut agama selain Islam (non-

Muslim) biasa disebut dengan Ahludz Dzimmah. Hal ini dikarenakan mereka

72

Abd. Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis al-Qur’an, h.308

73 Syeikh Imam Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Terj. Dudi Rosyadi, et.al, Pustaka Azzam,

Jakarta, Jilid. IV, 2008, h. 446.

Page 61: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

48

memiliki jaminan perjanjian Allah dan Rasul-Nya serta semua kaum Muslim

untuk hidup dengan aman dan tenteram di bawah perlindungan Islam dan dalam

lingkungan masyarakat Islam.

Dengan ini negara memberi kepada orang-orang non-Muslim suatu hak

politik kepada mereka sebagai rakyatnya. Dengan ini pula kaum non-Muslim

memperoleh dan terikat pada hak-hak dan kewajiban-kewajiban semua warga

negara (Qardhawi, 1994: 19).

Dalam Islam, setiap Muslim dituntut agar memperlakukan semua manusia

dengan kebajikan dan keadilan, meskipun mereka (non-Muslim) tidak memeluk

Islam, selama mereka tidak menghalangi penyebarannya, tidak memerangi para

penyerunya, dan tidak menindas para pemeluknya. Adapun ketentuan ini berlaku

di negara Islam (Darul Islam) maupun di luar negara Islam.74

Demikian juga sebagai warga Negara, non-Muslim mempunyai hak dan

keistimewaan yang diberikan oleh negara, beberapa keistimewaan itu

diantaranya:

pertama, Negara wajib melindungi nyawa, harta dan martabat seluruh

masyarakatnya, dengan jaminan bahwa hak ini tidak akan dicampuri, kecuali

dengan alasan-alasan yang sah dan legal.75

Bahkan darah seorang non-Muslim

dianggap suci dan sesuai darah Muslim. Jika terjadi pembunuhan oleh seorang

Muslim terhadap non-Muslim maka denda ataupun balasan yang dibebankan

akan sama dengan denda atau balasan kepada seseorang yang membunuh

seorang Muslim.

74

Marzuki, Perlindungan Hukum Islam Terhadap Kaum Minoritas di Negara Islam. Jurnal Civics UNY, 2005

75 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur‟an dan Hadis, PT Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2014, h 220.

Page 62: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

49

Kedua adalah kemerdekaan, kemerdekaan disini yakni dalam

mengemukakan pendapat serta menganut keyakinan masing-masing. Dalam

negara Islam kaum semua non-Muslim (dzimmy ) akan memiliki kebebasan yang

sama untuk menganut keyakinan, pandangan, mencurahkan pendapat (melalui

kata-kata tertulis maupun tidak tertulis), serta berserikat dan berkumpul

sebagaimana yang di miliki oleh kaum muslimin sendiri, yang tunduk pada

batasan-batasan yang diterapkan oleh hukum terhadap kaum muslimin. Diantara

pembatasan-pembatasan tersebut, mereka akan diberi hak Untuk mengkritik

pemerintah dan Para pejabatnya, termasuk kepala negri.

Ketiga adalah pendidikan. Kaum non-Muslim akan diberikan hak

pendidikan yang sama seperti kaum Muslim. Tapi mengenai pendidikan agama,

mereka tidak akan dipaksa untuk mempelajari Islam, justru sebaliknya mereka

akan diberi hak penuh untuk menyebarkan ilmu pengetahuan berlandaskan

agama mereka sendiri kepada anak-anak mereka di sekolah-sekolah mereka

sendiri atau bahkan di Universitas atau Akademi-Akademi Nasional. Hak lain

yang juga sangat ditekankan dalam Islam adalah jaminan pemenuhan kebutuhan

pokok bagi semua warga negara tanpa membedakan kasta atau keyakinan.

2. Dalam konteks Indonesia

Undang-Undang Dasar (UUD) 19945 pasal 28 D ayat 1 menyebutkan

setiap orang berhak atas Pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum

serta perlakuan yang sama dimata hukum.

Dalam Pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap warga Negara untuk memeluk agamanya masing-masing

dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya,76

selain itu adapula UU

76

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat 2.

Page 63: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

50

No 27 tahun 1945 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga Negara sama

kedudukannya di depan hukum. Ini juga berlaku untuk kebebasan

beragama/berkeyakinan sebagai hak Individu yang tidak bisa ditunda

pemenuhannya (non derogable right) termasuk didalamnya hak-hak setiap warga

Negara yang berekyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa77

Melihat UU diatas maka dalam sebuah Negara demokrasi seperti

Indonesia, pemilihan seorang pemimpin haruslah berdasarkan mekanisme yang

sesuai dengan aturan perundang-undangan dan tidak lagi mempersoalkan

keyakinan. Karena pada dasarnya prinsip-prinsip moral Agama dapat bertemu

dengan nilai-nilai demokrasi78

77

M. Ridwan Lubis “Agama Dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan. Beragama di Indonesia” (Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,Departemen Agama RI) h.246.

78 A.Ubaedillah, Abdul Rozak (Ed). Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi

Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Jakarta & Perdana Media Group, Jakarta, Cetakan ke Lima, 2010 h.36

Page 64: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

51

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta

1. Sejarah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakrta

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, merupakan salah

satu fakultas tertua di lingkungan UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Awal

mula fakultas ini adalah dari Jurusan Da’wah Wa-Irsyad yang berdiri 1959

pada Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang mendidik imam tentara baik

angkatan udara maupun darat yang diberi tugas belajar. Kemudian pada tahun

1960 bertransformasi menjadi PT-PAL (Pendidikan Tjalon Perwira Angkatan

Laut)79

karena peserta didiknya adalah mereka calon perwira angkatan laut.

Ketika ada penggabungan ADIA Jakarta dan PTAIN Yogyakarta

menjadi IAIN Al-Jami’ah, jurusan ini masuk pada Fakultas Tarbiah IAIN

Jakarta. Hingga tahun 1961. Dalam rangka melengkapi fakultas yang ada di

IAIN Jakarta maka dibukalah Fakultas Ushuluddin pada 05 Nopember

1962.80

Pada tahun 1964 Fakultas Ushuluddin membuka jurusan Dakwah

untuk tingkat doktoral. Jurusan Dakwah ini mengeluarkan alumninya

(Sarjana Lengkap) untuk pertama kali pada tahun 1968. Kemudian pada tahun

1967 Fakultas Ushuluddin mendirikan Jurusan Perbandingan Agama tingkat

doctoral, tiga tahun kemudian jurusan ini telah meluluskan sarjananya. Tahun

79

Amsal Bachtiar, Thib Raya DKK ,Pedoman Akademik Program Strata Satu 2010/2011. Jakarta, Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Jakarta 2010, h. 126

80 Ibid

Page 65: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

52

1982 Ushuluddin membuka Jurusan Aqidah Filsafat.81

Adapun secara singkat

sejarah Fakultas Ushuluddin dapat dirangkum sebagai berikut:82

a. Tahun 1964 Fakultas Ushuluddin melaksanakan kegiatan opersionalnya

di gedung milik Departemen Agama di jalan Cemara No.42 Menteng,

Jakarta Pusat. Pada tahun 1964 itu pula dibuka secara resmi Jurusan Ilmu

Dakwah untuk tingkatan doktoral yang sebelumnya sudah memiliki

tingkat Sarjana Muda.

b. Jurusan Dakwah ini mengeluarkan alumninya (Sarjana Lengkap) untuk

pertama kali pada tahun 1968.

c. Pada tahun 1967 Fakultas Ushuluddin membuka Jurusan Perbandingan

Agama. Seiring dengan pertambahan jurusan dan mahasiswa, Fakultas

Ushuluddin membentuk panitia untuk mengusahakan ruang perkuliahan

tambahan untuk mahasiswa baru.

d. Tahun 1969 Fakultas Ushuluddin pindah ke gedung baru milik

Departemen Agama di Jalan Indramayu No.14 Menteng, Jakarta Pusat.

Gedung baru itu tidak hanya digunakan sebagai ruang perkuliahan, tapi

juga sebagai pusat pelayanan administrasi.

e. Setelah satu setengah dasa warsa terpisah dari induknya, maka pada

tahun 1977 Fakultas Ushuluddin kembali ke kampus utama di Ciputat.Di

kampus Ciputat, Fakultas Ushuluddin masih sering berpindah-pindah,

meskipun hanya dari satu unit lain di lingkungan kampus.

f. Tahun 1982, Fakultas yang dikenal sebagai sarang pemikir kritis ini

mendirikan Jurusan Aqidah Filsafat. Dengan berdirinya jurusan ini,

semakin kukuh pula citra Fakultas Ushuluddin sebagai fakulas

pengusung pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia.

g. Tahun 1989, Fakultas Ushuluddin mendirikan Jurusan Tafsir-Hadis.

Sampai kini Jurusan/Program Studi Tafsir-Hadis merupakan jurusan

81 Pedoman Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015-2016 82

Sejarah Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta http://ushuluddin.uinjkt.ac.id/sejarah/ Diakses Pada 05 Juli 2017. Pukul 22.30 WIB

Page 66: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

53

yang paling banyak mahasiswanya. Tahun 2015 program studi tafsir

hadis akan dipecah menjadi dua prodi: Ilmu al-Quran dan Tafsir dan ilmu

Hadis.

h. Tahun 1999 Fakultas Ushuluddin membuka dua program studi baru

yaitu, program studi Sosiologi Agama dan program studi Pemikiran

Politik Islam. Dari dua program studi ini diharapkan muncul dan

berkembang wacana integrasi antara ilmu-ilmu agama (Islam) dan ilmu-

ilmu sosial empiris.

i. Tahun 2002, Presiden RI menerbitkan Kepres No.31 tahun 2002 tanggal

20 Mei 2002 tentang perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

j. Perubahan ini diikuti pula dengan perubahan nama-nama fakultas di

lingkungan UIN Jakarta, yang menyiratkan keinginan untuk melakukan

akselerasi integrasi keilmuan di kampus ini. Fakultas Ushuluddin pun

mendapat nama baru, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF).

k. Seiring dengan pengembangan Fakultas di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2009, Prodi Sosiologi Agama, dan

Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dialihkan

ke Fakultas yang baru didirikan, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat kini hanya memiliki tiga Jurusan atau Program

Studi, yaitu Jurusan/Prodi Perbandingan Agama, Prodi Aqidah Filsafat,

dan Prodi Tafsir-Hadis. Seiring dengan hal itu telah diusulkan nama

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat berubah menjadi Fakultas Ushuluddin

tanpa Filsafat, namun hingga sekarang belum turun SK perubahannya.

SK perubahannya belum turun, namun Kemenag sudah menetapkan

nama Fakultas Ushuluddin, yaitu Fakultas Ushuluddin dan tanpa ada

tambahan di belakangnya.

l. Ketiga Prodi tersebut telah memperoleh akreditasi dari Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), dengan nilai A untuk Prodi

Tafsir-Hadis, nilai B untuk Prodi Perbandingan Agama dan nilai A untuk

Prodi Aqidah-Filsafat.

Page 67: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

54

m. Tahun 2015 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

berdasarkan SK Dirjen Pendis Kementrian Agama program studi yang

merupakan pecahan dari Tafsir Hadis dan Aqidah Filsafat antara lain: 1.

Prodi Studi Agama-agama 2. Prodi Aqidah dan Filsafat Islam 3. Prodi

Ilmu Tasawuf 4. Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir 5. Prodi Ilmu Hadis,

kelima prodi ini rencana akan membuka pendaftaran pada tahun

akademik 2016/2017.

2. Visi dan Misi.

Sebagai Fakultas yang mendasarkan pada pengkajian-pengkajian

keislaman, kerukunan, juga filsafat Ushuluddin menetapkan Visi dan misi

sebagai acuan dan orientasi pengembangan akademiknya. Adapun visi dan

misinya sebagai berikut:83

a. VISI

Menjadi salah satu fakultas yang terkemuka dalam pengembangan dan

pengintegrasian ilmu-ilmu dasar keislaman dan ilmu-ilmu sosial yang

berdimensi etis, keindonesiaan, dan kemanusiaan.

b. MISI

1. Melaksanakan pengajaran, pendidikan, dan pengembangan ilmu-ilmu

dasar dan sosial Islam, baik yang bersifat teoritik maupun aplikatif.

2. Memelihara tradisi keilmuan dan intelektual yang sudah baik dan

sekaligus mendorong penemuan teori-teori baru

3. Memotivasi mahasiswa agar bersikap etis, berpikir rasional, analitis-

kritis, dan berorientasi pada pemecahan masalah, serta berpandangan

jauh ke depan.

83 Tim Penyusunan Buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2015, Pedoman Akademik Program Strata Satu 2010/2011. Jakarta, Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Jakarta 2015/2016, h. 165

Page 68: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

55

4. Melaksanakan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian

dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu dasar dan sosial Islam.

5. Melakukan kerjasama dengan lembaga intrauniversitas dan ekstra

universitas untuk memberi wawasan dan kesempatan yang lebih luas

kepada sivitas akademika untuk aktualisasi diri.

6. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung dan

menumbuh suburkan minat dan bakat mahasiswa.

7. Memelihara dan meningkatkan fasilitas pengajaran, penelitian, dan

pengabdian pada masyarakat.

8. Melakukan manajemen modern yang berbasis pada akuntabilitas,

transparansi, efisiensi, dan efektifitas.

B. Gambaran kegiatan mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Sebelum lebih jauh membahas tentang aktivitas Mahasiswa

Ushuluddin, penulis mengutip beberapa pengertian tentang mahasiswa.

Dalam KBBI disebutkan bahwa yang dimaksud dengan mahasiswa adalah

orang yg belajar di perguruan tinggi.

Secara umum Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang

sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta

atau lembaga lain yang setingkat perguruan tinggi. Mahasiswa juga

merupakan individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu tertentu secara

mantap (Ganda, 2004),

Dalam konteks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang menaungi

Fakultas Ushuluddin, aktivitas mahasiswa secara umum ter-cover dalam

beberapa lembaga intra kampus, baik di tingkat Universitas, fakultas maupun

Page 69: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

56

jurusan, namun banyak juga mahasiswa yang mengikuti dan beraktivitas di

organisasi ekstra kampus, atau keduanya. Adapun lembaga-lembaga intra

kampus antaranya:

Tingkat Universitas

Lembaga mahasiswa yang ada di universitas terdiri dari: Dewan

Mahasiswa Universitas (DEMAU), disamping itu terdapat unit kegiatan

Mahasiswa seperti: Kelompok Pecinta Alam (KPA. Arkadia), Korps Suka

Rela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI), Teater Syahid, Koperasi

Mahasiswa(KOPMA), PRAMUKA, Himpunan Qori dan qoriah Mahasiswa

(HIQMA), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Paduan Suara Mahasiswa

(PSM), Foregin Language Assosiation (Flat), Federasi Olah Raga Mahasiswa

(FORSA), Komunitas Mahasiswa Fotografi (KMF-Kalacitra), Lembaga

PersMahasiswa. (LPM-Institut), Resimen Mahasiswa (MENWA), Komunitas

Musik Mahasiswa - Ruang Inspirasi Atas Kegelisahan, (KMM-RIAK).

Tingkat Fakultas dan Jurusan

Pada level Fakultas dan jurusan masing-masing memiliki dewan

eksekutif yang saling berhubungan, lembaga mahasiswa ini pada umumnya

disebut dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMAF) dan

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

Lembaga Ekstra Kampus

Disamping organisasi-organisasi yang dinaungi kampus, terdapat

organisasi ekstra kampus, artinya organisasi ini diluar kontrol kampus

diantaranya: HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah),

KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) LS-ADI (Lembaga

Page 70: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

57

Studi Advokasi Demokrasi Indonesia), FORMACI (Forum Mahasiswa

Ciputat), dan lain-lain

Adapula organisasi yang bersifat kedaerahan seperti:

HMB (Himpunan Mahasiswa Banten) IKMM (Ikatan Keluarga Mahasiswa

Minang), KMB (keluarga Mahasiswa Betawi) dan lain sebagainya. Dalam hal

ini sebagian besar mahasiswa Fakultas Ushuluddin adalah penggiat diberbagai

organisasi Mahasiswa diatas baik internal kampus maupun eksternal kampus.

Baik primordial maupun sayap partai dan lain sebagainnya, namun adapula

mahasiswa yang justeru tidak aktif diorganisasi apapun.

C. Gambaran Individu Informan

Untuk mengetahui persepsi Mahasiswa/i yang merupakan informan,

dalam menggali informasi terkait pro kontra kepemimpinan non-Muslim,

penulis melakukan sebuah riset lapangan dengan menggunakan teknik angket

dan wawancara, Ada 20 responden yang penulis pilih dari tiga Jurusan yakni,

Jurusan Studi Agama-agama, Ilmu Al-Quran dan Tafsir (awalnya Tafsir

Hadits) dan Aqidah Filsafat Islam. Rentang usia informan yang penulis ambil

berkisar 18 tahun sampai 25 tahun, dari semester 4 sampai 12. Selain itu

penulis juga menganalisis hal-hal yang akan mempengaruhi persepsi seperti

lingkungan, perhatian informan dan lain sebagainya.

Sementara itu 20 orang yang penulis ambil sebagai sample penelitian

ini di tunjuk berdasarkan Jurusan kuliah, aktivitas organisasi intra dan ekstra

kampus, ormas yang diikuti, suku dan afiliasi dengan partai politik.

Page 71: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

58

Tabel 3.0

Gambaran usia subjek penelitian

No Usia

Subjek

Studi

Agama-

agama

Ilmu Al-Quran

Dan Tafsir

Aqidah

Filsafat

Islam

Jumlah

Persentase

1 18 - - - - 0%

2 19 - 1 - 1 5%

3 20 1 1 - 2 10%

4 21 2 3 2 7 35%

5 22 - 1 1 2 10%

6 23 3 1 1 3 25%

7 24 - 1 2 0 15%

Total 6 8 6 20 100%

Data diatas menunjukan bahwa, akumulasi dari subjek berusia 18 tahun

0%, seangkan 19 tahun 5%, 20 tahun 10%, 21 tahun 35 %, 22 tahun 10 %, 23

tahun 25% 24 tahun 15% sedangkan responden yang berusia 25 0% atau tidak

ada. Dengan demikian subjek di usia 21 tahun lebih banyak dari usia yang

lainnya. Secara matematis, angka usia 21 tahun adalah usia produktif mahasiswa

dengan asumsi setiap mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi pada usia 18

tahun kemudian responden terbanyak kedua ada padausia 25 tahun yakni

sebanyak 20%

Untuk memahami lebih lanjut tentang individu responden, penulis juga

menyuguhkan informasi berupa semester. Namu sebagai catatan agar tidak keliru,

banyak dari responden memiliki usia yang sama (dalam hitungan tahun usia)

namun juga antara satu sama lain berbeda semester

Tabel. 3.1

Jurusan dan semester

Jurusan dan Semester

No Semester Studi agama-

agama

Al-Qur’an dan

Tafsir

Aqidan dan

Filsafat Islam

%

Page 72: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

59

Komposisi jumlah semester dalam penelitian diatas menyebutkan bahwa

mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari semester empat 5%,

semester enam 30 %, semester delapan 40 %, semester sepuluh 5 %

Tabel. 3.2

Gambaran tempat tinggal subjek penelitian

No Keteranagn tinggal Jumlah Persentase

1 Orang tua 3 15%

2 Saudara 2 10%

3 Kost 11 55%

4 Suami/istri - -

Asrama/sekretariat Mahasiswa 3 15%

5 Masjid 1 5%

Jumlah 20 100%

Dari data diatas rata-rata responden yang penulis teliti adalah mahasiswa

kos, namun aktif diberbagai organisasi. Data ini menunjukan 15% subjek tinggal

bersama orang tuanya, 10 % bersama saudara, 55% kos, dan tidak ada responden

yang tinggal bersama suami/istri sedangkan sisanya 5% tinggal di masjid.

1 IV 0 1 0 5%

2 VI 2 3 2 30%

3 VIII 3 3 2 40%

4 X 1 1 2 20%

5 XII - - 1 5%

JUMLAH 6 8 6 100%

Page 73: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

60

Tabel. 3.3

Gambaran Individu Informan

Ket

erta

rik

an

terh

ad

ap

Isu

Kep

emim

ina

n n

on

-

Mu

slim

Jm

lh

3

9

6

2

0

20

ket

erta

rik

a

na

n

San

gat

tert

arik

tert

arik

Bia

sa s

aja

Tid

ak

tert

arik

San

gat

tid

ak

tert

arik

jum

lah

Mo

tiv

asi

ma

suk

Ush

ulu

dd

in

Jm

lh/o

ora

ng

10

50

%

3

15

%

2

10

%

2

10

%

3

15

%

20

mo

tiv

asi

Dir

i S

end

iri

Ora

ng

tu

a /

kel

uar

ga

Lin

gk

un

gan

Tem

an

Tid

ak

dit

erim

a d

i

Fak

ult

as l

ain

Jum

lah

Per

an

ora

ng

tu

a

Da

lam

ma

sya

rak

at

Jm

lh/

ora

ng

5

25

%

3

15

%

3

15

%

2

10

%

7

35

%

20

Per

an

To

ko

h

Ag

ama

To

ko

h

Mas

yar

akat

Ak

adem

isi

Ap

arat

Neg

ara

Mas

arak

at

sip

il b

iasa

Jum

lah

Pen

did

ika

n t

era

kh

ir

Jm

lh/

ora

ng

8

40

%

4

20

%

6

30

%

2

10

%

0

0%

20

Pen

did

ika

n

Pes

antr

en

SM

A

Ali

yah

SM

K

Lai

nn

ya

Jum

lah

No

1

2

3

4

5

6

7

Dari segi pendidikan, data diatas menunjukan 40% dari subjek penelitian

ini adalah almuni pesantren baik itu pesantren yang berbasis salafi maupun

Page 74: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

61

modern. Sisanya 20% alumni Sekolah Menengah Aatas (SMA), 30% Madrasah

Aliyah (MA), dan 10% almuni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sedangkan

ditinjau dari peran orang tua dalam masyarakat, data menunjukan 25% orang tua

responden adalah tokoh agama, 15% tokoh masyarakat, 15% akademisi, 10%

aparat negara dan 35% masyarakat biasa.

Ketika ditanya motivasi masuk Ushuluddin 50% atau sepuluh dari 20

responden menjawab motivasi sendiri, 15% orang tua, 10% lingkungan, 10%

teman dan 15% lainnya karena tidak diterima difakultas lain.

Disamping itu, menyangkut soal ketertarikan responden terhadap isu

penolakan non-Muslim, dalam tempo 2013-2016, 15% sangat tertarik, 45% persen

tertarik, 30% mengaku biasa saja dan 10% lainnya tidak tertarik.

Tabel 3.4

Gambaran kegaiatan Subjek diluar kuliah

Kegiatan Jumlah Persentase

Organisasi 13 65%

Kerja 2 10%

Pesantren 2 10%

Pengajian diskusi deminar 3 15%

Jumlah 20 100%

Tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 65% responden adalah yang aktif di

berbagai organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Sisanya 10% kerja paruh

waktu, 5% pesantren, dan 10% mengikuti pendidikan tambahan seperti pengajian,

seminar dan lain sebagainya.

Page 75: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

62

BAB IV

Analisis

Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Tentang Pro Kontra

Kepemimpinan non-Muslim

A. Pandangan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Tentang Pro Kontra

Kepemimpinan non-Muslim di Indonesia

Terjadinya pro dan kontra di kalangan Mahasiswa Ushuluddin dalam

memandang boleh tidaknya seorang non-Muslim memimpin pemerintahan

(eksekutif) merupakan sebuah realitas sosial yang nyata adanya. Demokrasi

sebagai sistem yang dipandang mampu menjembatani pemenuhan hak-hak

sebagai warga Negara di Indonesia, diharapkan mampu menunda paham-paham

primordialisme di kalangan Mahasiswa Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang selama ini dianggap sebagai Fakultas yang selalu

melahirkan sarjana-sarjana yang rasional dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kebebasan.

Seperti yang telah penulis terangkan pada bab dua, bahwa penulis melihat

relevansi persepsi mahasiswa dengan menggunakan pisau analisis sosiologi

fungsional Emile Durkheim, untuk mengukur apakah persesi mahasiswa

Ushuluddin dalam memandang boleh tidaknya non-Muslim menjadi pemimpin,

dipengaruhi oleh struktur sosialnya. Baik berupa norma budaya, agama,

lingkungan dan keluargannya ataupun nilai yang berada diluar sehingga memaksa

mahasiswa untuk mendukung atau menolak pemimpin non-Muslim. Adapun

tujuan deskriptif eksplanator bermaksud menggambarkan dan menjelaskan

pola-pola yang terkait dengan fenomena dan mengidentifikasi hubungan-

hubungan yang mempengaruhi fenomena.

Page 76: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

63

Penulis menggunakan 20 subjek dalam penelitian ini dan terdiri dari tiga

program studi di Fakultas Ushuluddin yakni Studi Agama-agama, Aqidah Filsafat

Islam dan Tafsir Hadits untuk yang terakhir meskipun jurusan Tafsir hadits telah

dikembangkan menjadi dua program studi yakni Al-Qur’an dan Tafir serta Ilmu

Hadits, penulis tetap menggabungkan responden dari kedua program studi

tersebut. Ini dikarenakan responden yang penulis ambil adalah mahasiswa

semester lanjut yaitu 4 sampai 12 yang notabene ketika masuk ke fakultas

Ushuluddin masih bernama Tafsir Hadits.

Ketika penelitian ini dilakukan Ushuluddin memiliki beberapa

pengembangan dan perubahan nama Jurusan seperti: Studi Agama-agama (SAA)

sebelumnya adalah Perbandingan Agama (PA), juga ada pengembangan dari

Tafsir Hadits (TH) dipecah menjadi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Ilmu Hadits

(IH). kemudian Aqidah dan Filsafat (AF) menjadi Aqidah dan Filsafat Islam

(AFI) dan dikembangkan juga menjadi Ilmu Tasawuf (IF)

Penulis melakukan penelitian ini dalam empat jenjang semester yakni

(IV, VI, VIII, X, XII) dengan rentaan usia subjek dari 18-25 tahun. Seperti yang

sudah penulis bahas dalam bab sebelumnya. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang

penulis ajukan meliputi:

1. Pandangan Mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terhadap Pluralisme Agama

Pluralisme merupakan tema yang peting penulis hadirkan untuk

mengetahui seberapa jauh mahasiswa mengetahui tentang isu ini. Dalam

Konferensi Tingkat Tinggi, Organisasi Konferensi Islam (OKI), di Dakar,

Page 77: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

64

Senegal, 13-14 Maret 2008 juga menjadikan pluralisme sebagai topik

utama.84

Dalam bahasa latin, pluralisme. Dikenal dengan istilah plures, yang

berarti “beberapa dengan implikasi perbedaan”. Atau dalam bahasa inggris

pluralism Bila ditinjau dari asal-usul kata ini, jelas bahwa pluralisme agama

tidak menghendaki keseragaman bentuk agama. Sebab, ketika keseragaman

sudah terjadi, maka tidak ada lagi pluralitas agama (religious plurality).

Dalam koteks Indonesia, Pluralisme diterjemaahkan sebagai

kemajemukan, keberagaman, atau kebinekaan. Keberagaman bukan hanya

sebagai realitas sosial (pluralitas), melainkan juga sebagai gagasan-gagasan,

paham-paham, dan pikiran-pikirannya. Kebinekaan sudah berlangsung

berabad-abad, jauh sebelum Negara ini terbentuk

Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan institusi keagamaan di

Indonesia yang dianggap memiliki otoritas dalam bidang agama Islam,

beberapa tahun lalu tapatnya dalam MUNAS ke-7 yang berlangsung pada

tanggal 26-29 Juli 2005 mengeluarkan fatwa bahwa pluralisme agama adalah

suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan

karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif oleh sebab itu, setiap

pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang

benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa

semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.85

Bagi MUI, paham pluralisme agama bertentangan dengan ajaran

84 KH. Husein Muhammad, prolog dalam buku: Abd. Moqsith Ghazali, ArgumenPluralisme

Agama:Membangun Toleransi Berbasis al-Qur’an, (Depok: Katakita, cet.II, 2009), h. xi

85 Adnin Armas, Pluralisme agama dalam sorotan, dalam buku, pluralisme agama: telaah kritis

cendekiawan Muslim (Jakarta: INSISTS, 1434 H), h. xii

Page 78: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

65

Islam. Fatwa MUI didasarkan kepada ayat-ayat al-Qur‟an, di antaranya;

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali

tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk

orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran: 85)

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah

Islam.”(Q.S. Ali Imran: 19),

“Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku." (Q.S. al-Kafirun: 6)

Selain itu, MUI juga mendasarkan kepada beberapa hadith di

antaranya: hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (w. 262 H) dalam

kitab shahih Muslim, meriwayatkan Muhammad Rasulullah saw. bersabda:

“Demi zat yang mengusai jiwa Muhammad. Tidak ada seorang pun

baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam

ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa,

kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.”

Pluralisme agama sangat berkaitan erat dengan wacana kebebasan

beragama dan berkeyakinan. Di Indonesia, tuntutan untuk menjamin

kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) sesungguhnya sudah tertera

Page 79: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

66

dalam konstitusi Negara seperti UUD 1945 pasal 29 (2), yaitu: “Negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”,

dan pasal 28 (e) ayat 1 dan 2 UUD 1945

a. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut

agamanya.

b. Setiap orang berhak menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati

nuraninya

Jaminan KBB tersebut ditegaskan kembali dalam pasal 22 UU No.39

tentang HAM86

a. Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

b. Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

Dalam konteks Fakultas Ushuluddin, pemahaman dan pengalaman

mengenai pluralisme tidak sepenuhnya didukung oleh mahasiswa, Sobri

Wijaya salah satunya, Mahasiswa semester sembilan Aqidah Filsafat ini

menolak pluralisme karena mayoritas Indonesia masih Muslim.87

“Jika pluralisme ditegakan di Indonesia, biarpun Negara ini

demokrasi, kalo kita melihat mayoritas di Negara kita mayoritas Muslim,

maka menurut saya sangat tidak baik. Karena berakibatnya seperti yang kita

saksikan beberapa hari lalu terlalu banyak konflik yang berkepanjangan.

Maka menrut saya pluralisme di Indonesia tidak baik”.

86

Sri hidayati, kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) dalam perspektif HAM, dalam Center for study of religion and culture (CSRC). Modul Kebebasan Beragama & Integrasi Sosial. (Jakarta: CSRC Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, t.t.), h. 30

87 Hasil wawancara pribadi dengan Sobri Wijaya 08 Agustus 2017

Page 80: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

67

Meski begitu, secara keseluruhan pandangan responden tentang

pluralisme bisa sangat baik, hal itu bisa dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.0

9

9

8

2

15

1

18

7

Pa

nd

an

ga

n T

enta

ng P

lura

lisme A

ga

ma

Mem

baca/b

erdisk

usi so

al

plu

ralisme

Baik

atau tid

ak p

luralism

e

Ag

ama d

iterapk

an d

i Indo

nesia

Mem

ilih P

emim

pin

berd

asarkan

Ag

ama C

alon

pem

imp

in

Du

ku

ng

an terh

adap

Neg

ara

Islam

Pen

garu

h A

gam

a dalam

men

entu

kan

pilih

an p

olitik

Du

ku

ng

an terh

adap

Plu

ralisme

Ag

ama

Per

tan

ya

an

8 o

rang

San

gat S

ering

40

11

oran

g

Baik

60

%

6 o

rang

Berd

asarkan

Ag

ama

30

%

4 o

rang

Men

du

ku

ng

20

%

9 o

rang

San

gat B

erpen

garu

h

45

%

12

oran

g

Men

du

ku

ng

60

%

Ja

wa

ba

n

12

Serin

g

60

3 o

rang

Tid

ak b

aik

15

%

7 o

rang

Melih

at soso

kn

ya

35

%

14

oran

g

Men

olak

70

%

6 o

rang

Berp

eng

aruh

30

%

3 o

rang

Men

olak

15

%

Tid

ak p

ernah

0

6 o

rang

Tid

ak tah

u

25

%

7 o

rang

Melih

at kin

erja

35

%

2 o

rang

Biasa sa

ja

10

%

5 o

rang

Tid

ak b

erpen

garu

h

25

%

5 o

rang

Tid

ak tah

u/b

iasa

saja

25

%

Page 81: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

68

Penulis melakukan penelitian terhadap pandangan Mahasiswa

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang pluralisme ini terdapat

pada pertanyaan poin no 2, 7, 8, 9, 15 dan 18.

Dari tabeldiatas dapat diketahui bahwa pengetahuan dan dukungan

mahasiswa soal pluralisme cupkup tinggi, hal ini terbukti dari data yang

diambil bahwa 60% responden mendukung, 15% menolak dan sisanya 25%

mengaku bisa saja. Dengan demikian inklusifitas mahasiswa Ushuluddin

dalam menerima perbedaan masih tinggi. Meskipun tiga diantara 20 orang

responden yang penulis pilih menolak pluralisme.

Alasan menolak pluralisme salahsatunya diungkapkan oleh Sobri

Wijaya, Mahasiswa semester 10 Aqidah Filsafat Islam Jika pluralisme

ditegakan di Indonesia, biarpun Negara ini demokrasi.

“Kalo kita melihat mayoritas di Negara kita mayoritas Muslim, maka

menurut saya sangat tidak baik. Karena berakibatnya seperti yang kita

saksikan beberapa hari lalu terlalu banyak konflik yang berkepanjangan.

Maka menrut saya pluralism (dalam hal agama) di Indonesia tidak baik.88

Pendapat Saudara Sobri Wijaya ini terbilang unik dan menurut penulis

keliru. Karena logika yang di pakai oleh saudara Sobri keragaman adalah

88

Wawancara dengan Sobri Wijaya, Mahasiswa semester 10 AFI, dan aktif dibeberapa oranisasi intra dan ekstrakampus 08 Agustus 2017

10

0%

10

0%

10

0%

10

0%

10

0%

10

0%

persen

tase

Page 82: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

69

penyebab dari terjadinya konflik. Penulis melihat kehidupan Sobri yang

religius namun amat jarang sekali diskusi menyoal pluralisme agama.

Sementara soal dukungan terhadap pluralisme di Indonesia, Lia Lianti

mahasiswi semester 8 yang juga anggota HMI dan aktif di pesantren

Mahasiswa Darus-Sunah89

menerangkan kepada penulis bahwa pluralisme

harus ditegakan di Indonesia menurutnya:

“Pluralisme harus ditegakkan di Negara Demokrasi. Karena untuk

menjaga keutuhan Negara karena sangat sensitif”90

Dari kutipan jawaban wawancara tersebut tergambar bahwa dukungan

mahasiswa sangat tinggi dan rasional yaitu untuk menghindari konflik agama.

Meskipun ketika penulis mengajukan pertanyaan apakah Agama berpengaruh

dalam menentukan pilihan politik (Pilkada, Pileg dan Pilpres) Lia menjawab

pada level Negara (state) pemimpin atau persiden haruslah seorang Muslim,

dan pada level Gubernur, walikota Lia masih mentolelir non-Muslim sebagai

pemimpinnya.

“Karena dulu pernah terjadi pada masa Abbasiyah, Gubernurnya non

Muslim91

, jadi tidak usah kaget, yang penting bukan presidennya, karena

punya otoritas tertinggi”

Secara keseluruhan, ketika ditanya apakah Agama berpengaruh

terhadap pilihan politik sebanyak 45% responden menjawab sangat

berpengaruh dan 30% menjawab berpengaruh. Artinya bahwa betapa

keyakinan “agama” masih menjadi faktor dominan dalam menentukan pilihan

politik. Sedangkan 25% mengatakan tidak berpengaruh. Alasan dari

89

Darus-Sunah International Institute For Hadith Science, merupakan Pesantren Mahasiswa di luar UIN Jakarta yang digagas oleh Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub MA. Darus-Sunah berada di Jalan SD Inpres, Pisangan Barat, Ciputat Tangerang Selatan-Banten

90 Kutipan Jawaban dari wawancara dengan Lia Lianti Jum’at 24 Agustus 2017

91 Pada masa kekuasaan Khalifah Abbasiyah ke-16 al-Mu’tadhid, seorang Nasrani

bernama Umar bin Yusuf, diangkat sebagai gubernur Provinsi al-Anbar Iraq.

Page 83: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

70

pertanyaan ini secara deskriptif beragam Syahrul Darsono mahasiwa semester

12 Aqidah dan Filsafat Islam mengungkapkan bahwa bagaimana agama

sangat berpengaruh pada pilihan politik

“Ya karena kita pasti lebih memahami dengan orang yang seiman”

Kemudian ketika penulis menanyakan perihal haruskah pemilihan

pemimpin berdasarkan Agama responden menjawab:

“kalo untuk pencalonan siapapun berhak semua Agama, tapi gue

sebagai Islam gue pengen Muslim”92

Soal dukungan terhadap Negara Islam, sebanyak 70% responden

menolak, 20% mendukung dan sisanya 10% tidak tahu atau biasa saja. Salah

satu alasan menolak oleh responden dikarenakan Indonesia memiliki banyak

suku dan budaya, serta gagalnya kekhalifahan Islam pada masa lampau.

Selain itu, responden yang menolah terhadap Negara islam juga beralasan

bahwa tidak ada akar sejarah dan tidak cocok dengan budaya Indonesia jika

ke khalifahan diterapkan di Indonesia.

“Indonesia ini Negara multi etnis suku dan budaya disamping itu

kemerdekaan Indonesia juga tidak hanya diperjuangkan oleh umat Islam, tapi

Agama lain juga banyak yang ikut berjuang”

Adapun responden yang mendukung mengungkapkan alasannya

sebagai berikut:

“Karena Indonesia adalah Negara mayoritas Muslim, dan memenuhi

syarat untuk dibentunya Negara Islam”.93

92

Wawancara dengan Syahrul Darsono (Eno) Mahasiswa semster 12 Aqidah Filsafat Islam 9 Agustus 2017

93 Wawancara dengan Syahwin budi Pangestu Mahasiswa semester 9 aktifis Gema

Pembebasan 5 September 2017

Page 84: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

71

Kemudian soal baik atau tidak pluralisme Agama diterapkan di

Negara demokrasi sebanyak 60% responden menjawab baik, 15%

mengatakan tidak baik dan 25% mengatakan biasa saja.

Dedy Ibmar Mahasiswa Ibmar Mahasiswa semester delapan, mengungkapkan

“bahwa pluralisme itu wajib adanya, mengingat hanya dengan jalan itu manusia

akan hidup berdampingan” 94

jawaban saudara Dedy menyoal pluralisme ini

menurut penulis adalah sebuah konklusi dari apa yang dipelajarinya selama ini.

Dedy sendiri merupakan penggiat kajian PIUS (Pojok Inspirasi Ushuluddin.

Untuk mengukur soal pemahaman tentang pluralisme agama, penulis

mengajukan pertanyaan menyangkut aktifitas intelektual dari responden

penulis mngajukan pertanyaan apakah responden pernah terlibat dalam

diskusi atau membaca literatur soal pluralisme baik dalam kampus (aktifitas

kuliah) ataupun diluar kampus, sebanyak 40% persen responden mengatakan

sangat sering membaca atau mendiskusikan soal pluralisme dan 60%

mengatakan sering ataupun pernah. Sedangkan yang mengaku tidak pernah

terlibat mendiskusikan atau membaca soal pluralisme adalah 0%.

2. Analisis pemahaman mahasiswa tentang demokrasi

Pasca Reformasi, perbincangan soal demokrasi menjadi semakin

diminati, dipastikan orang yang mendukung demokrasi jumlahnya lebih besar

daripada yang menolak demokrasi. Hal ini dikarenakan prinsip demokrasi

merupakan sistem yang konstruktif dan mampu menjadikan perbedaan suku,

Agama, budaya ke arah yang dewasa, tanpa membedakan faktor-faktor dan

identitas sebagai pemisah, ini yang dicita-citakan masyarakat.95

Pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap warga Negara untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

94

Wawancara dengan Dedi Ibmar, 07 September 2017 95

Deliar Noer, “Perkembangan Demokrasi Kita”, dalam M. Amin Rais, Demokrasi dan Proses Politik (Jakarta: LP3ES, 1986), 71.

Page 85: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

72

beribadat menurut agama dan kepercayaannya,96

ini diperkuat dengan UU No

27 tahun 1945 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga Negara sama

kedudukannya di depan hukum. Ini juga berlaku untuk kebebasan

beragama/berkeyakinan sebagai hak Individu yang tidak bisa ditunda

pemenuhannya (non derogable right) termasuk didalamnya hak-hak setiap

warga Negara yang berekyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa97

Melihat UU diatas maka dalam sebuah Negara demokrasi seperti

Indonesia, pemilihan seorang pemimpin haruslah berdasarkan mekanisme

yang sesuai dengan aturan perundang-undangan dan tidak lagi

mempersoalkan keyakinan. Karena pada dasarnya prinsip-prinsip moral

Agama dapat bertemu dengan nilai-nilai demokrasi98

Pertanyaan menyangkut demokrasi dalam angket yang penulis susun

terdapat pada no 5, 18, 19, 20, 21, 22. Partanyaan yang penulis ajukan

berkaitan dengan rutinitas subjek terhadap aktivitas mengakses informasi

yang berkaitan dengan demokrasi sampai pada pertanyaan baik, tidak baik

bila demokrasi diterapkan di Indonesia.

Tabel 4.1

Pemahaman Demokrasi

Pertanyaan Jawaban

19 Rutinitas membaca literatur atau

mengakses informasi yang berhubungan

dengan demokrasi

Sangat Sering

13 orang

65%

Sering

6 orang

30%

Tidak pernah

1orang

5%

96

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat 2. 97

M. Ridwan Lubis “Agama Dalam Diskursus Intelektual dan Pergumulan Kehidupan. Beragama di Indonesia” (Jakarta: Pusat Kerukunan Umat Beragama,Departemen Agama RI) h.246.

98 A.Ubaedillah, Abdul Rozak (Ed). Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi

Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Jakarta & Perdana Media Group, Jakarta, Cetakan ke Lima, 2010 h.36

Page 86: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

73

20 Apakah Islam mendukung demokrasi ? Iya

14 orang

70%

Tidak

2 orang

10%

Tidak tahu

4 orang

20%

24 Partisipasi dalam pemilihan umum Iya

10 orang

50%

Kadang-kadang

6 orang

30%

Tidak/golput

4 orang

20%

21 Apakah demokrasi baik di diterapkan di

Indonesia

Baik

14 orang

70%

Tidak baik

2 orang

10%

Tidak tau

4 orang

20%

22 Penilaian terhadap demokrasi yang ada di

Indonesia

Baik

6 orang

30%

Biasa saja

5 orang

25%

Hancur

9 orang

45%

23 Apakah demokrasi ditentukan oleh

mayoritas. (suku, agama dan golongan)

Iya

10 orang

50%

Tidak selalu

6 orang

30%

Tidak

4 orang

20%

Angka-angka diatas merupakan hasil pengolahan data penulis

terhadap 20 orang responden tentang pemahaman demokrasi baik secara

universal maupun pada konteks Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut hal diatas terdapat pada poin Sementara hasil wawancara penulis

menunjukan bahwa 13 atau 65% orang dari 20 responden mengaku sering

mengakses informasi yang berkaitan dengan demokrasi. Baik itu di media

online, buku majalah dan lainnya. Sementara 25% atau 5 orang orang

mengaku pernah dan 1atau 5% orang tidak pernah.

Adapun ukuran dari sangat sering adalah minimal 1-3 bulan kali

mengakses informasi dimaksud, sedangkan untuk yang pernah dilakukan

minimal 3-12 bulan dan tidak pernah terhitung satu tahun sejak wawancara

dengan responden bersangkutan dilakukan.

Sementara ketika penulis mengajukan pertanyaan apakah Islam

mendukung demokrasi, 70% responden menjawab “iya mendukung”

Muhammad Santuki mahasiswa Akidah dan Filsafat Islam semester 12 salah

satunya, Menurutnya prinsip-prinsip demokrasi telah diajarkan oleh

Rosulullah pada masa lalu

Page 87: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

74

“Tentu Islam itu mendukung demokrasi, dulu Rosulullah itu

menyuruh umatnya untuk berpartisipasi dalam setiap bidang, salahsatunya

dengan adanya pemilihan pemimpin perang pada saat itu dan menurut saya

itulah demokrasi yang berlaku saat itu.” 99

kemudian Siti Mahfudzoh mahasiswi Studi Agama-Agama semester 6

mengungkapkan, prinsip-prinsip demokrasi telah sejak dulu dicontohkan

dalam Islam

“Sholat misalnya, ketika kita sholat jama’ah kita saling

mempersilahkan siapa yang dianggap mumpuni dan fasyih bacaannya juga

mampu dan mengeri bacaan-bacaannya sholatnya kita jadikan imam. Nah

itulah salah satu contoh demokrasi dalam Islamn yang bisa kita aplikasikan

dalam kehidupan”100

Selain yang ada yang menjawab Islam mendukung ada juga yang

menolak terhadap demokrasi. Hal ini karena demokrasi yang diaplikasikan

tidak pernah menghasilkan supermasi hukum yang kuat. Maka ketika penulis

menanyakan apakah Islam mendukung demokrasi

“Tidak, kalo demokrasinya tumpul ke atas, tajam ke bawah” 101

Sementara itu 4 dari 20 rang menjawab tidak tahu apakah Islam

mendukung demokrasi atau tidak. Sedangkan menyangkut soal partisipasi

politik dalam setiap pemilu, sebanyak 10 dari 20 rang mengatakan iya, enam

orang menyatakan kadang-kadang, sedangkan 4 orang sisanya Golput

(Golongan Putih)102

Soal apakah demokrasi apakah baik diterapkan di Indonesia, 14 dari

20 orang menjawab baik, sisanya 4 orang menjawab tidak tau dan 2 orang

menjawab tidak baik. Penulis juga mengajukan pertanyaan penilaian terhadap

99

Kutipan jawaban dari wawancara Penulis dengan Muhammad Satuki 100

Kutipan wawancara dengan Siti Mahfudzoh 101

Wawancara dengan Sahwin Bugi Pangestu 102

GOLPUT Merupakan sebutan bagi warga Negara yang absen atau tidak mengikuti pemilihan umum karena alasan tertenu

Page 88: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

75

demokrasi yang ada di Indonesia dengan menawarkan tiga opsi jawaban

(baik, biasa saja dan hancur) meskipun kecenderungan responden mengatakan

bahwa demokrasi itu baik diterapkan di Indonesia, hal ini berbanding terbalik

dengan hasil penelitian “apakah demokrasi yang di Indonesia sudah baik”

sebanyak 30% responden menjawab baik, 25%menjawab tidak baik dan 45%

menjawab hancur.

“Hancur bos hancur, Gue baca-baca diberita masih banyak yang

dilanggar, menurut gue emokrasi itu yang tertera di pancasila ke 4

musyawarah mufakat, bebas dalam memahami agama dan semua konteks”103

Di Indonesia meski mayoritas minoritas haknya sudah dijamin oleh

undang-undang dasar 1945, menurut mahasiswa Ushuluddin itu tidaklah

berlaku. Data yang penulis ambil dari pendapat respondent yakni 50%

responden atau 10 dari 20 responden percaya dalam setiap pemilu bahwa

mayoritaslah pemenangnya, kemudian 30% mengatatakan tidak selalu dan

sisasnya 20 persen mengatakan tidak.

B. Kriterteria Pemimpin Bagi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam hal ini, penulis menekankan pada bagaimana mahasiswa Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki penilaian terhadap

pemimpin. Maka indikasi yang diukurpun hanya berkaitan dengan seputar

pemimpin baik itu Presiden, Gubernur, Walkota, Bupati hingga kepala desa dan

ketua Rukun Tetangga (RT). Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal

tersebut terdapat pada point 3, 4, 16 dan 17.

Tabel. 4.2

103

Wawancara dengan Syahrul darsono

Page 89: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

76

Pertanyaan

Jawaban

Jujur, Amanah dan cerdas Ya

20 orang

100%

Tidak

0 orang Tidak Tahu

0 orang

Non-Muslim tapi adil atau

Muslim walaupun tidak adil.

non-Muslim tapi adil

10 orang

50 %

Muslim walaupun

tidak adil 1 orang

5% persen

Tidak

kedua-

duanya.

9 Orang

45%

Larangan meilih pemimpin non-

Muslim dalam Qur’an

Mutlak harus

dijalankan

5 orang

25%

Tidak mutlak

karena konteksnya

berbeda

8 orang

40%

Tidak tahu

7 orang

35%

Dari data diatas teranglah bahwa pemahaman seorang pemimpin adalah

Jujur, Amanah dan cerdas, begitu pula bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN

Syarrif Hidayatullah Jakarta. dari pengolahan data penulis terdapat 100% atau

semua setuju kalau pemimpin harus memiliki sifat jujur, amanah memiliki dan

memiliki kecerdasan yang mumpuni.

Kemudian ketika penulis mengajukan pertanyaan, menyangkunt hal yang pernah

di paparkan oleh Ibn Taimiyah yang menegaskan bahwa “keadilan merupakan

syarat terpenting bagi seorang pemimpinan” karena sedemikian pentingnya

tentang keadilan ini, Ibn Taimiyah mengatakan:

الدنيا تدوم مع العدل : ويقال . إن هللا يقيم الدولة العادلة وإن كانت كافرة وال يقيم الظالمة وإن كانت مسلمة والكفر وال تدوم مع الظلم واإلسالم

Kalimat di terjemahkan: Sesungguhnya Allah menyokong Negara yang adil

meskipun kafir (pemimpinnya) dan tidak mendukung Negara yang despotik atau

lalim meskipun Muslim (pemimpinnya). Ketika penulis mengajukan opsi

pertanyaan tentang non-Muslim tapi adil atau Muslim walaupun tidak adil.

Page 90: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

77

Sebanyak 10 orang atau 50 % memilih non-Muslim tapi adil. Sedangankan yang

tidak menginginkan kedua-duanya adalah sembilan orang atau 45% dan hanya 1

orang atau 5% yang keukeuh harus tetap muslim menskipun tidak adil.

Adapun ketikadiajukan pertanyaan mengenai kriteria pemimpin di Negara

kita, rata-rata responden menjawab normatif. Salah satu responden mengatakan

bahwa pemimpin harus memenu syarat sebagai berikut:

“Gak korupsi sama bikin sejahtera aja udah si itu ajah itu aja sih guemah” 104

C. Perhatian dan penilaian Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Terhadap aksi

penolakan Pemimpin non-Muslim

Dalam bab terdahulu penulis telah menjabarkan bagaimana persepsi

seseorang bisa terbentuk dan apakah persepsi mahasiswa Ushuluddin dipengaruhi

oleh lingkungan ataupun keluarga. Walaupun begitu, apa yang kita persepsikan

pada hakekatnya dapat berbeda dari kenyataan objeknya. Jalaluddin Rakhmat

mencatat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi bisa disimpulkan sebagai sebuah proses pemberian

makna (mining procces), interpretasi dari stimuli dan sensasi yang diterima oleh

individu. Namun, hal ini mesti disesuaikan dengan karakteristik masing-masing

individu.105

Penulis merumuskan beberapa pertanyaan menyangkut soal penilain

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin terhadap penolakan pemimpin non-Muslim.

104

Wawancara dengan responden 105

Jalaluddin Rakhmat, “Psikologi Komunikasi” hal. 51.

Page 91: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

78

Salah satu responden yang penulis wawancari mengungkapkan mengenai

penilaian dan pengamatannya terhadap penolakan kepemimpinan non-Muslim

khususnya yang terjadi di DKI Jakarta beberapa tahun silam

“Emm menurut gue si yaaa, mereka harus berfikir yang logis, setia orang

berbicara itu memang kalo lagi emosi ya suka gak terfikirkan, apalagi Ahok

wkwkwkw (responden tertawa Red-) yang emng katnya kasar kalo ngomng, tapi

menurut gue dia di tolak jadi pemimpin krna beda Agama ya, seharusnya ga usah

seprti ngajakin perang pake segala di demo, toh pada intinya dia membuat

sejahtera Jakarta ko, kenapa harus ditolak, lgi pula yang gue liat, belm ada juga

sih kasus jeleknya dia di kepemerintahan (kecuali ada yang menjatuhkan dia) itu

udah sering gue liat.”106

Selain itu Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir juga menganggap bahwa

apa yang dilakukan leh kalangan umat Islam dalam hal penolakan terhadap

pemimpin non-Muslim adalah pengkhiantan terhadap demokrasi dengan memakai

demokrasi an sangat berlebihan.

Sobri Wijaya Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam semester delapan

mengungkapkan dukungannya terhadap penolakan pemimpin non-Muslim. Sobri

mencontohkan kasus penolakan Basuki Tjahja Purnama pada medium 2013-2014

menurutnya apa yang dilakukan oleh umat Islam adalah panggilan Tuhan :

“Menarik ya kalo kita lihat, begitu antusias masyarakat muslim, itu bagi saya

merupakan pnggilan tuhan. Komunitas muslim ternyata kompak dengan satu

pemimpin namanya FPI”

Yang unik dari keragaman berfikir Mahasiswa Fakultas Ushuluddin adalah, ada

mahasiswa yang berada ditengah antara mendukung dan menolak soal aksi masa

pelarangan non-Muslim jadi pemimpin

“Aksi membela agama itu baik, Cuma seharusnya jangan sampe segitunya. Tapi

kalo ahoknya juga jagamulut ga bakal gitu”

106

wawancara Nadya Alisha Farha 30 Agustus 2017

Page 92: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

79

Namun secara umum ketika penulis mengajukan pilihan pertanyaan

kepada subjek mengenai apa yang dilakukan oleh massa Aksi, mungkinkah yang

dilakukannya merupakan adalah faktor iman atau hanya menjadi alat politik.

Jawaban respondenpun beragam. Pertanyaan ini dirangkum dalam poin no

10,11,12,

Tabel. 4.3

Penilaian Mahasiswa

Pertanyaan Jawaban

Penilaian terhadap penolakan

pemimpin non-Muslim

Baik

8 orang

40%

Tiak baik

8 orang

40%

Biasa saja

Orang

20%

Pandangan mahasiswa terhadap

penolakan pemimpin non-Muslim

Faktor Iman

8 orang

40%

Faktor Politik

7 orang

35%

Tidak tahu

5 orang

25%

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa penilaian mahasiswa terhadap

penolakan gubernur non-Muslim adalah berimbang hal ini dibuktikan dengan 8

orang dari 20 responden atau 40% responden menilai bahwa yang dilakukan oleh

massa aksi adalah tindakan yang baik dan dengan 8 orang dari 20 responden atau

40% lainnya menilai apa yang dilakukan oleh masa aksi adalah hal yang tidak

baik. Pertanyaan yang muncul kemudian mengapa demikian ?

Saniman, salahsatu responden mengungkapkan:

Page 93: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

80

“Bagi saya tidak jelas jika menolak atau bahkan sampe demo-demo karena

pemimpin non-Muslim, saya lebih sepakat pemimpin yang di demo itu yang tidak

amanah dan tidak jelas kerjanya, bukan karena hanya muslim atau non muslim”107

Dari keterangan Saniman diatas jelas bahwa penolakan karena perbedaan iman

dalam kontek (an elected official) pejabat yang dipilih dari jalur demokrasi

adalah tidak jelas substansinya.

Dalam dalam pertanyaan nomer poin nomer 12 penulis memberikan

pertanyaan langsung terbuka kepada responden. Dalam hal ini penulis ingin

mengetahui bagaimana mahasiswa memandang sebuah keyakinan atau Agama

dari sudut padang agama lain (Yahudi Nasrani) dan dalam hal ini pula mereka

tidak diterima kepemimpinannya karenaperbedaan iman.

Jawaban mahasiswa hampir sama dalam hal ini. Meskipun pertanyaannya

terbuka ada mayoritas jawaban mahasiswa tidak ingin di diskriminasikan dalam

hal pilih memilih.

“ya pasti kewa dan siapa sih yang mau dipandang sebelah mata eksistensi

beragamanya. Saya kira semua orangpun tidak mau kalo adaorang nyalon entah

itu gubernur walikota itu ditolak, tapi disisi lain ini adalah panggilan Allah”108

“pastinya kecewa terhadap masyarakat, tapi kadang masyaraatpun ngebolehin asal

si calonnya berpihak kok”109

D. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin tentang Keadilan dan kesetaraan

Sebagai Negara yang bertumpu pada Pancasila dan UUD-1945 keadilan

diatas hukum Negara semsestinya menjadi acuan dalam bermasyarakat, Pancasila

107

Wawancara dengan Saniman Minggu, 10 September 2017 108

Wawancara dengan Ahmad Tuqi. Minggu, 10 September 2017 109

Wawancara dengan salah satu narasumber Selasa 12 September 2017

Page 94: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

81

yang dijadikan sebagi moral bangsa harusnya menjadi pijakan bersama. Terdapat

dua sila dalam Pancasila yang menyangkut tentang adil; sila ke-dua dan sila ke-

lima. Sila ke-dua menyatakan, kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini berarti,

tidak sewenang-wenang, dan bisa tepa selira, mencintai sesama manusia. Tanpa

ada diskriminasi; dan sama hak serta ewajiban asasi selaku manusia. Toleran

terhadap sesama, saling menghormati; mampu melakukan kegiatan-kegiatan

manusiawi dan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain. Sedangkan sila ke-lima,

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti hidup sederhana,

mengamalkan kelebihan untuk menolong orang lain, menghargai kerja yang

bermanfaat; dan ada keadilan yang lebih merata di segala bidang kehidupan.

Bagi mahasiswa Fakultas fakultas Ushuluddin, berfikir dan bertindak adil

sudah sewajarnya dilakukan terlebih dalam melihat dan menilai kepemimpinan

non-Muslim di Indonesia yang merupakan Negara demokrasi yang relegius.

Adil berarti memberikan kesempatan pada agama apapun untuk setara di

hadapan hukum. Tanpa memandang minoritas dan mayoritas. Namun nayatanya

masih ada kelompok mahasiswa yang mempertentangkan soal kesetaraan tersebut.

Seperti kutipan wawancara berikut ini.

Tanya: Bagaimana menurut saudara/i jika seorang non-Muslim menjadi

Pemimpin di Indonesia baik Presiden, WAPRES, Gubernur, Walikota, Camat, dan

jabatan pemerintah lainnya?

Jawab: “Ngga apa-apa, yang penting bisa mimpin, selama dia mampu

memimpin, peduli sama masyarakat, tidak apa-apa.”

Dari kalangan mahasiswa yang menolak mereka ada yang berargumen sebagai

berikut.

Page 95: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

82

Jawab: Tidak setuju, karena mayoritas kita muslim. Karena nanti pada akhirnya

ada konflik besar-besaran di Indonesia ini, saara pasti berjalan110

Selain ada yang keras menentang ada juga mahasiswa yang memberikan

opsi yang membolehkan namun hanya pada level Provinsi, kabupaten dan kota.

Tanya: Bagaimana menurut saudara/i jika seorang non-Muslim menjadi

Pemimpin di Indonesia baik Presiden, WAPRES, Gubernur, Walikota, Camat, dan

jabatan pemerintah lainnya?

Jawab: Presiden lebih baik muslim, karena sangat berpengaruh, jika Gubernur

atau bawahannya boleh non-Muslim.

Apa alasan saudara/i jika membolehkan atau melarang non-Mulim menduduki

posisi tersebut? Karena dulu pernah terjadi pada masa abbasiyah, Gubernurnya

non-Muslim, jadi tidak usah kaget, yang penting bukan presidennya, karena

punya otoritas tertinggi.111

110

Wawancara dengan Syahrul Darsono, 05 September 2017 111

Wawancara Lia Lianti 24 Agustus 2017

Page 96: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

83

BAB V

KESIMPULAN

Uraian yang penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya menggambarkan

betapa beragamnya pemikiran Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. meskipun ada kecenderungan tertentu.

Secara keseluruhan dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

persepsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap kepemimpinan non-Muslim cukup menggambarkan masyarakat yang

berfikir terbuka, uraian juga menggambarkan tak sedikit responden yang

diwawancara menolak pluralisme. Persepsi ini muncul sebagai reaksi dari budaya

lingkungan dan pemahaman Agamanya. Selain itu ada juga faktor-faktor

pendukung seperti organisasi yang di ikuti cukup menentukan cara seseorang

berpersepsi tentang boleh tidaknya pemimpin non-Muslim ini. Sebagaian

berpendapat Indonesia tidak hanya norma yang berbentuk aturan hukum (Law)

yang berlaku. Sejarah dan kekuatan nilai-nilai serta ajaran agama yang kuat

dijalankan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjadi semacam norma

pengatur tata kelakuan (mores).

SARAN

Sebagai penutup dari skripsi inipenulis ingin menyampaikan beberapa hal kepada

1. Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai perguruan tinggi yang mendasarkan diri pada pengkajian

ke-Islaman, kerukuna dan filsafat. Serta menjadi salah satu fakultas yang

terkemuka dalam pengembangan dan pengintegrasian ilmu-ilmu dasar ke

Islaman dan Ilmu sosial yang berdimensi etis, ke-Indonesiaan dan

Page 97: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

84

kemanusiaan. Penulis kira Fakultas iniharus lebih serius dalam kajian yang

berhubungan dengan nilai jual fakultas, sebagaimana dimaksud dalam

visidan misi fakultas.

2. Mahasiswa

Harus banyak-banyak mengkaji tentang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan

dan pluralitas. Agar pengintegrasian diantara keduanya tertanam dalam

jiwa masing-masing.

Page 98: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

85

DAFTAR PUSTAKA

Ali al-Sayis Muhammad, Tafsir Ayat al-Ahkam, Mishr : Mathba'ah

Muhammad Ali Shabih wa Awladuh, 1373 H/1953 M, jilid 3

Azra Azyumardi, Syafii Marif Ahmad DKK. Fikih Kebhinekaan: Pandangan

Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-

Muslim” Bandung: Mizan Pustaka bekerjasama dengan Ma’arif

Institute 2015

Ambari Abdullah, Inti Sari Tata Bahasa Indonesia, Bandung: Dajtmika, t.t

Abd ar-Raziq Ali, Islam Dasar-Dasar Pemerintahan Kajian Khafah dan

Pemerintahan dalam Islam, Terj. M. Zaid Su‟di, , Yogyakarta

Jendela, 2002

As-Salus Ali, Imāmah dan Khilafah Dalam Tinjauan Syar’i, Terj. Asmuni

Solihan Zamakhsyari, Jakarta, Gema Insani Press, 1997

Baihaqi MIF, Dkk, Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan,

Bandung:

Refika Aditama, 2005

Bachtiar Amsal, Thib Raya DKK ,Pedoman Akademik Program Strata Satu

2010/2011. Jakarta, Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Jakarta

2010

Dirga Gunarsa Singgih, Pengantar Psikologi Cetakan ke-4 Jakarta: Sumber

Widya, 1992

Hidajat Imam, “Teori-teori politik” edisi revisi Malang: Setara Press 2009

Ibnu Syarif Mujar DR. MS.I“Presiden Non-Muslim di Muslim” (Tinjauan

Dari Perspektif Politik Islam dan Relevansinya bagi Indonesia)

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 2006

Ivancevich M. John dkk. “Perilaku dan Manajemen Organisasi ” Jakarta:

Erlangga 2006

Jusoh Yahaya, Azmi jasmi Kamarul, Pendidikan Politik dan khilafah Islam

dalam Pelbagai Perspektif, Universiti Teknologi Malaysia, Johor:

Darul Ta’zim, 2006

Page 99: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

86

Kahmad Dadang Prof. DR “Sosiologi Agama: Potret Dalam Dinamika

Konflik, Pluralisme Dan Modernitas” Bandung: Pustaka Setia 2011

Kartodirdjo Sartono Prof. “Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial Jakarta:

LP3ES, 1984

Kitab Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat 2

Lubis M. Ridwan. Prof. DR. MA“Agama Dalam Diskursus Intelektual dan

Pergumulan Kehidupan Beragama di Indonesia” Jakarta: Pusat

Kerukunan Umat Beragama, Departemen Agama RI 2015

M.Sunusi Dzulqarnain, Antara Jihad dan Terorisme Makasar: Pustaka As-

Sunnah, 2011

Moqsith Ghazali Abd., Argumen Pluralisme Agama: Membangun Toleransi

Berbasis al-Qur’an, Jakarta, KataKita 2009

Nasih Ulwan Abdullah, Konsep Islam Terhadap Non Muslim, Terj. Kathur

Suhardi, Jakarta : Pustaka Al Kautsar, 1990

Pedoman Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2015-2016

Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4 Jakarta:

Balai Pustaka, 1982

Ritzer George & Goodman J. Douglas, “Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi

Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”

Bantul: Kreasi Wacana 2011

Rahmat Jalaluddin Prof. “Psikologi Komunikasi” Bandung:Remaja

Rosdakarya

Robbins P Stephen, Judge A. Timothy “Perilaku Organisasi” edisi 12.

Jakarta, Salemba Empat 2009

Rachman Shaleh Abdul, Abdul Wahab Muhbib, Psikologi Suatu Pengantar

Dalam Perspektif Islam cet. Ke-1 Jakarta: Kencana, 2004

Ruhaini Dzuhayatin Siti. Islam, Kepemimpinan non-Muslim dan Hak Asasi

Manusia dalam “Fiqih Kebinekaan: Pandangan Islam Indonesia

Page 100: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

87

tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim”

Bandung: Mizan Pustaka bekerjasama dengan Ma’arif Institute 2015

Sahabuddin, et.al, ensklopedi al-qur’an kajian kosa kata, Juz III, Lentera Hati, Jakarta, 2007

Shihab Alwi Prof.DR. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam

Beragama, cet. 5

Bandung: Mizan, 1999

Quraish Shihab Muhammad., Tafsīr Al-Misbāh;Pesan, Kesan,dan Keserasian

Al-Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, Jakarta,Vol. III, 2002

Qurthubi Imam, Tafsir al-Qurthubi, Terj. Dudi Rosyadi, et.al, Jilid. IV

Jakarta, Pustaka Azzam, 2008

Soekanto Soerjono “Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali

Cetakan ke-4 1984

Sugiyono Prof. DR. “Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D”

Cetakan ke -8 Bandung: CV. Alfabeta 2009

Surwandono, Pemikiran Politik Islam Yogyakarta: LPPI UMY, 2001

Walgito Bimo, “Pengantar Psikologi Umum” Yogyakarta: Andi Offset 2002

Sabri Alisuf, Psikologi Umum dan Perkembangan Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1999

Sobur Alex, Psikologi Umum

Syani Abdul, Manejemen Organisasi, cet ke-1 Jakarta : PT. Bina Aksara,

1994

Umar Nasaruddin, Deradikalisasi Pemahaman al-Qur’an dan Hadis, Jakarta,

PT Elex Media Komputindo, 2014

Warson Munawir Ahmat, Kamus al-Munawwir, Arab-IndonesiaTerlengkap,

Surabaya Pustaka Progressif, , cet. XIV , 1997

Yunus Mahmud Prof. Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung,

1972

Page 101: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

88

Marzuki, Perlindungan Hukum Islam Terhadap Kaum Minoritas di Negara

Islam. Jurnal Civics UNY, 2005

Ibnu Syarif Mujar, Memilih Persiden non-Muslim di Negara Muslim dalam

Perspektif Islam, Jurnal Konstitusi IAIN Antasari Vol.2 No.1 2008

Leigh K Andrew, Leadership and Aboriginal Reconciliation Frank Knox

Scholar John F. Kennedy School of Government Harvard University

2002

Purwanto Yedi “Jurnal Sosioteknologi” Edisi 16 Tahun 8, Bandung: April

2009

Aziza Kurnia Sari “ Video Ceramah Rhoma Irama Dikantongi Banwaslu”

dalam, http://kompas.com

Apakah Makna Kata Murtad? http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-

islam/khazanah/14/01/15/mzeym4-apakah-makna-kata-murtad-1

diakses pada Rabu 19 Juli 15.27 WIB.

Batubara Herianto “Transkip Kutipan pidato Ahok di Kabupaten Kepulauan

Seribu” dalam detik.com dengan judul berita “Ini Video Utuh Ahok

Pidato Singgung Surat Al-Maidah 51 yang Jadi Polemik”

http://m.detik.com

Http//www.bps.go.id, diakses pad atanggal 01-03-2017 Pkl. 19.00.

CNN Indonesia FPI: Kami Tak Rasis, yang Penting Islam Senin, 10/11/2014

Perdana Andi “Panwaslu Miliki Video Rhoma Irama Ceramah Sara”

dalam m.tempo.co pada 02 Agustus 2012

Supriyanto Haris, Mukti Fajar Ginanjar, “Demonstran Anti Ahok Gunakan

Ayat Alquran”, dalam http://metro.news.viva.co.id

Sejarah Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta http://ushuluddin.uinjkt.ac.id/sejarah/

Diakses Pada 05 Juli 2017. Pukul 22.30 WIB

Wawancara Putri Nissa dengan Ketua FPI “Mengapa FPI Begitu Membenci

Ahok”, youtube.com/watch?v=yUF0Nlz4tVE, di akses pada 01-03-

2017 jam 00:20

Page 102: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

SURAT KESEDIAAN WAWANCARA

Assalamualaikum. Wr wb

Salam sejahtera semoga karunia Allah SWT dan kesehatan selalu berpihak

pada kita, Shalawat dan salam mari kita limpahkan pada Nabi Muhammad SAW.

Perkenankan, saya Jojon Suhendar mahasiswa semester akhir jurusan Studi

Agama-Agama, dalam hal ini sebagai penulis sedang melakukan penelitian untuk

memenuhi tugas akhir (skripsi) tentang persepsi mahasiswa Fakultas Ushuluddin

mengenai pro-kontra kepemimpinan non-Muslim di Indonesia, tahun 2017.

Dengan tujuan untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag)

penulis membutuhkan bantuan saudara/i untuk menjadi responden dalam

rangka menggali informasi mengenai tema dimaksud. Bagi saudara/i yang

bersedia harap mengisi biodata yang penulis sediakan sebagai informasi awal

mengenai saudara, dalam hal ini penulis menjamin kerahasiaan dari data tersebut

jika memang saudara/i memiliki privasi dalam hal-hal tertentu dalam pemenitian

ini.

Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih atas ketersediaan waktu saudara/i dalam

untuk ikut serta dalam proses terlaksanannya penelitian ini.

Jojon Suhendar

Ciputat, 05 Mei 2017

Page 103: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

2

Page 104: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

3

Page 105: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

4

ANGKET

Page 106: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

5

Page 107: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

6

Page 108: PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN UIN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38176/2/JOJON... · padanya dan apa yang mengarahkan kegiatan, ... Abah dan Ibu yang

7