persepsi konsumen
TRANSCRIPT
PERSEPSI KONSUMEN
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu memilih,
mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk
akal mengenai dunia. Persepsi mempunyai implikasi strategi bagi para
pemasar, karena para konsumen mengambil keputusan berdasarkan apa
yang mereka rasakan, daripada atas dasar realitas yang obyektif.
UNSUR-UNSUR PERSEPSI
SENSASI
Sensasi merupakan respon yang segera dan langsung dari alat pancaindera
terhadap stimuli yang sederhana (iklan, kemasan, merk). Stimulus adalah
setiap unit masukan yang diterima oleh panca indera. Kepekaan konsumen
merujuk pada pengalaman berupa sensasi. Kepekaan terhadap stimuli
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kualitas indera penerima individu
dan besarnya atau intensitas stimuli yang dialaminya.
AMBANG ABSOLUT
Tingkat terendah dimana seseorang dapat mengalami sensasi disebut
ambang absolut. Titik dimana seseorang dapat mengetahui perbedaan
antara “ada sesuatu” dan “tidak ada apa-apa” merupakan ambang absolut
orang itu terhadap stimulus tersebut. Dalam bidang persepsi, istilah
penyesuaian diri khususnya merujuk pada “menjadi terbiasa” terhadap
sensasi dan tingkat stimulasi tertentu.
AMBANG DIFERENSIAL (JUST NOTICEABLE DIFFERENCE)
Perbedaan terkecil (minimal) yang dapat dirasakan antara dua macam
stimuli yang hampir serupa disebut ambang diferensial atau just noticeable
difference (perbedaan yang masih dapat dilihat) disingkat j.n.d. Ernest
Weber seorang ilmuwan Jerman abad 19 menemukan bahwa j.n.d. antara
dua stimuli tidak merupakan jumlah absolut tetapi jumlah relative atas
intensitas stimulus pertama. Hukum Weber menyatakan bahwa semakin
besar stimulus pertama, semakin besar intensitas tambahan yang
dibutuhkan supaya stimulus kedua dapat dirasakan perbedaannya.
Sebagai contoh, kenaikan $100 pada harga sebuah mobil mungkin tidak
akan diperhatikan, tetapi kenaikan $1 pada harga premium (bensin) segera
akan menjadi perhatian para konsumen, karena merupakan persentase yang
berarti dari harga bensin sebelum terjadi kenaikan harga.
Aplikasi j.n.d ke Pemasaran
Para produsen dan pemasar berusaha menetapkan j.n.d. yang relevan untuk
produk mereka karena dua alasan yang sangat berbeda yaitu:
1. Supaya berbagai perubahan negatif (misalnya, pengurangan ukuran
atau kualitas produk, atau peningkatan harga produk) tidak dapat
dengan mudah dilihat oleh publik (tetap dibawah j.n.d.),
2. Supaya perbaikan produk (seperti kemasan yang diperbaharui, ukuran
yang diperbesar, atau harga yang lebih rendah) sangat jelas bagi para
konsumen tanpa pemborosan yang tidak berguna (berada di tingkat
atau sedikit di atas j.n.d.).
PERSEPSI SUBLIMINAL
Kebanyakan stimuli dirasakan oleh para konsumen di atas tingkat kesadaran
mereka, tetapi stimuli yang lemah dapat dirasakan di bawah tingkat
kesadaran, yaitu dapat merasakan stimuli tanpa secara sadar telah
melakukannya. Stimuli yang terlalu lemah untuk terlihat atau terdengar
secara sadar mungkin akan cukup kuat untuk dapat disadari oleh satu sel
atau lebih penerima, proses ini disebut persepsi subliminal. Persepsi stimuli
yang berada di atas tingkat kesadaran secara teknis disebut persepsi
supraliminal walaupun biasanya agar lebih sederhana biasa disebut persepsi.
Riset Mengenai Persepsi Subliminal
Riset menyangkal pendapat bahwa stimuli subliminal mempengaruhi
keputusan membeli konsumen. Serangkaian eksperimen laboratorium yang
sangat imajinatif dan diadakan mengikuti dengar pendapat publik tersebut
mendukung pendapat bahwa individu dapat merasakan sesuatu di bawah
tingkat kesadaran mereka, tetapi tidak menemukan bukti bahwa mereka
dapat dibujuk untuk bertindak sebagai respon terhadap stimulasi subliminal.
Mengevaluasi Keefektifan Persuasi Subliminal
Suatu tinjauan literatur menyatakan bahwa riset persepsi subliminal
berdasarkan pada dua pendekatan teoritis, yaitu:
1. Pengulangan stimuli yang sangat lemah secara terus-menerus
mempunyai pengaruh tambahan yang memungkinkan stimuli itu
membangun daya tanggapan terhadap berbagai penyajian.
2. Stimuli seksual subliminal menimbulkan motivasi seksual yang tidak
disadari
Meskipun demikian, belum ada studi yang menunjukkan bahwa salah satu
pendekatan teoritis ini telah digunakan secara efektif oleh para pemasang
iklan untuk meningkatkan penjualan. Ringkasnya, walaupun ada bukti bahwa
stimuli subliminal dapat mempengaruhi reaksi afektif, namun tidak ada bukti
bahwa stimulasi subliminal dapat mempengaruhi motif atau tindakan
konsumsi.
DINAMIKA PERSEPSI
Individu sangat selektif mengenai stimuli mana yang mereka “akui”, secara
tidak sadar mengorganisir stimuli yang benar-benar mereka akui menurut
prinsip-prinsip psikologis yang dipegang secara luas dan
menginterpretasikan stimuli tersebut secara subyektif sesuai dengan
kebutuhan, harapan, dan pengalaman. Tiga aspek persepsi adalah seleksi,
organisasi, dan interprestasi stimuli.
SELEKSI BERDASARKAN PERSEPSI
Para konsumen secara tidak sadar banyak menggunakan kemampuan
memilih aspek-aspek lingkungan mana (stimuli mana) yang mereka rasakan.
Stimuli mana yang terpilih tergantung pada dua faktor utama selain sifat
stimulus itu sendiri, yaitu:
1. Pengalaman konsumen sebelumnya, karena hal tersebut
mempengaruhi harapan-harapan mereka (apa yang mereka siapkan
atau “tetapkan” untuk dilihat),
2. Motif mereka pada waktu itu (kebutuhan, keinginan, minat, dan
sebagainya).
Setiap faktor ini dapat membantu meningkatkan atau mengurangi
kemungkinan bahwa suatu stimulus akan dirasakan.
Berbagai Konsep Penting Mengenai Persepsi Selektif
Pemilihan stimuli konsumen dari lingkungan berdasarkan pada interaksi
berbagai harapan dan motif mereka dengan stimulus itu sendiri. Prinsip
persepsi yang selektif meliputi konsep-konsep berikut ini: pembukaan diri
yang selektif, perhatian yang selektif, pertahanan terhadap persepsi, dan
halangan persepsi.
PENGELOMPOKAN PERSEPSI
Para konsumen mengorganisasikan semua persepsi mereka menjadi satu
keseluruhan. Prinsip-prinsip khusus yang mendasari pengelompokkan
persepsi seringkali disebut psikologi Gestalt. Tiga prinsip yang paling dasar
adalah figur dan dasar, pengelompokan, dan penyelesaian.
INTERPRETASI PENAFSIRAN PERSEPSI
Penafsiran stimuli sangat subyektif dan didasarkan pada apa yang
diharapkan konsumen untuk dilihat dari pengalaman sebelumnya,
banyaknya penjelasan yang masuk akal yang dapat dibayangkannya, motif
dan minat pada waktu timbulnya persepsi, dan kejelasan stimulus itu sendiri.
Pengaruh yang cenderung menyimpangkan penafsiran yang obyektif
diantaranya:
Penampilan fisik,
Stereotip,
Berbagai petunjuk (isyarat) yang tidak relevan,
Kesan pertama, dan
Kecenderungan mengambil keputusan yang terlalu cepat.
BERBAGAI CITRA KONSUMEN
Sebagaimana para individu merasakan citra diri sendiri, mereka juga
merasakan citra produk dan citra merk. Produk dan merk mempunyai nilai
simbolis bagi individu, yang menilainya atas dasar konsistensi (kesesuaian)
dengan gambaran pribadi mengenai diri sendiri.
PENGATURAN DAN PENGATURAN ULANG POSISI PRODUK
Citra yang dipunyai produk tertentu dalam pikiran konsumen yaitu
pengaturan posisinya, yang mungkin lebih penting bagi sukses akhir
daripada karakteristik produk yang sebenarnya. Produk dan jasa yang dirasa
menyenangkan mempunyai peluang yang jauh lebih baik untuk dibeli
daripada produk dan jasa yang mempunyai citra tidak menyenangkan atau
netral. Tanpa memperhatikan seberapa baik posisi produk tertentu, pemasar
mungkin terpaksa mengatur ulang posisi produk untuk merespon peristiwa
pasar (seperti pesaing mengurangi pangsa pasar merknya), atau memenuhi
perubahan kelebih-sukaan konsumen, dan lain sebagainya.
PENGATURAN POSISI JASA
Dibandingkan dengan perusahaan pabrikan, para pemasar jasa menghadapi
beberapa masalah yang unik dalam mengatur posisi dan mempromosikan
penawaran. Karena jasa tidak dapat dilihat, citra menjadi faktor kunci dalam
membedakan faktor jasa dari para pesaingnya. Dengan demikian, tujuan
pemasaran adalah untuk memungkinkan konsumen menghubungkan suatu
citra khusus dengan merk khusus.
PANDANGAN ATAU PERSEPSI MENGENAI HARGA
Bagaimana konsumen memandang harga tertentu (tinggi, rendah, wajar)
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan
membeli. Para konsumen mengandalkan harga acuan internal maupun
eksternal ketika menilai kewajaran harga. Harga acuan adalah setiap harga
yang digunakan konsumen sebagai dasar perbandingan dalam menilai harga
lain. Harga acuan internal adalah harga-harga (rentang harga) yang didapat
kembali oleh konsumen dari ingatan.
KUALITAS YANG DIRASAKAN ATAU DIPERSEPSIKAN
Para konsumen sering menilai kualitas suatu produk atau jasa berdasarkan
berbagai macam isyarat informasi, beberapa diantaranya intrinsik terhadap
produk (seperti, warna, ukuran, rasa, aroma), sedangkan yang lain bersifat
ekstrinsik (misalnya, harga, citra toko, citra merk, lingkungan jasa). Dalam
keadaan tidak adanya pengalaman langsung atau informasi lain,
parakonsumen sering mengandalkan harga sebagai indikator kualitas.
Skala SERVQUAL, dirancang untuk mengukur kesenjangan harga antara
harapan pelanggan mengenai pelayanan dan persepsi konsumen mengenai
pelayanan yang diberikan, yang didasarkan pada lima dimensi berikut ini:
1. Nyata, penampilan fasilitas fisik, peralatan, personalia, dan alat-alat
komunikasi.
2. Reliabilitas, kemampuan menyelenggarakan pelayanan yang
dijanjikan, yang bisa diandalkan dan akurat.
3. Daya tangkap, kesediaan untuk membantu pelanggan dan
memberikan pelayanan yang cepat.
4. Jaminan, pengetahuan dan sopan santun karyawan dan kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
5. Empati, kepedulian dan perhatian perorangan yang diberikan
perusahaan kepada pelanggan.
CITRA TOKO RITEL
Toko-toko ritel (toko eceran) mempunyai citra toko itu sendiri yang
membantu mempengaruhi kualitas produk yang dirasakan, maupun
keputusan konsumen mengenai dimana akan berbelanja. Suatu studi
mengenai citra toko ritel yang didasarkan pada strategi penetapan harga
komparatif menemukan bahwa para konsumen cenderung menganggap
toko-toko yang menawarkan diskon kecil pada sejumlah barang sebagai toko
yang secara keseluruhan menawarkan harga-harga yang lebih rendah
daripada toko-toko pesaing yang memberikan diskon yang lebih besar pada
lebih sedikit produk
CITRA PABRIKAN
Citra konsumen meluas melampaui harga dan citra toko yang dirasakan
terhadap produsennya sendiri. Pabrikan yang menikmati citra yang baik
biasanya merasakan bahwa berbagai produk mereka yang baru lebih mudah
diterima daripada produk pabrikan yang mempunyai citra yang kurang baik
atau citra yang netral.
RISIKO YANG DIRASAKAN
Para konsumen sering merasa adanya risiko dalam melakukan pilihan
produk karena adanya ketidakpastian mengenai konsekuensi keputusan
produk mereka. Tipe risiko utama yang paling sering dirasakan para
konsumen ketika mengambil keputusan mengenai produk meliputi:
Risiko Fungsional adalah risiko bahwa produk tidak mempunyai kinerja
seperti yang diharapkan.
Risiko Fisik adalah risiko terhadap diri dan orang lain yang dapat
ditimbulkan produk.
Risiko Keuangan adalah risiko bahwa produk tidak akan seimbang
dengan harganya.
Risiko Sosial adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat
menimbulkan rasa malu dalam lingkungan social.
Risiko Psikologis adalah risiko bahwa pilihan produk yang jelek dapat
melukai ego konsumen.
Risiko Waktu adalah risiko bahwa waktu yang digunakan untuk
mencari produk akan sia-sia jika produk tersebut tidak bekerja seperti
yang diharapkan.
Para konsumen mengembangkan strategi mereka sendiri untuk mengurangi
resiko yang diharapkan meliputi:
Konsumen mencari informasi,
Konsumen setia kepada merk,
Konsumen memilih berdasarkan citra merk,
Konsumen mengandalkan citra toko (pedagang ritel yang mempunyai
nama baik),
Konsumen membeli model yang termahal,
Konsumen memberi jaminan.