analisis persepsi konsumen terhadap tagline …

20
ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE RESTORAN D’COST SEAFOOD (STUDI PADA KONSUMEN D’COST SEAFOOD CABANG CINERE) Aziza Noor, Febrina Rosinta Program Studi Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstrak. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan antar produk semakin kompetitif. Banyaknya merek baru yang bermunculan menjadikan konsumen mempunyai lebih banyak pilihan. Namun, jika persaingan yang terjadi sebelumnya adalah pertempuran antar produk, maka saat ini kecenderungan tersebut telah bergeser ke arah pertempuran persepsi. Beberapa produk dengan kualitas yang relatif sama dapat memiliki persepsi yang berbeda di mata konsumen. Jika suatu merek ingin dipersepsikan secara positif oleh konsumen, maka suatu perusahaan perlu membangun identitas merek yang kuat menancap di benak konsumen. Salah satu caranya adalah melalui tagline.Tagline diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kekuatan suatu merek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap tagline restoran D’Cost Seafood. Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi konsumen terhadap tagline D’Cost Seafood adalah baik. Kata kunci : tagline, identitas merek, persepsi konsumen Abstract. In today's era of globalization, the competition among the competitive products. The number of new and emerging brands make consumers have more choices. However, if the competition has gone before is a battle between products, it is now the trend has shifted towards the battle of perception. Some products with relatively equal quality can have a different perception in the eyes of consumers. If a brand wants to be perceived positively by Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE RESTORAN

D’COST SEAFOOD (STUDI PADA KONSUMEN D’COST SEAFOOD

CABANG CINERE)

Aziza Noor, Febrina Rosinta

Program Studi Administrasi Niaga

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Abstrak.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan antar produk semakin kompetitif.

Banyaknya merek baru yang bermunculan menjadikan konsumen mempunyai lebih banyak

pilihan. Namun, jika persaingan yang terjadi sebelumnya adalah pertempuran antar produk,

maka saat ini kecenderungan tersebut telah bergeser ke arah pertempuran persepsi. Beberapa

produk dengan kualitas yang relatif sama dapat memiliki persepsi yang berbeda di mata

konsumen. Jika suatu merek ingin dipersepsikan secara positif oleh konsumen, maka suatu

perusahaan perlu membangun identitas merek yang kuat menancap di benak konsumen. Salah

satu caranya adalah melalui tagline.Tagline diharapkan mampu memberikan kontribusi

terhadap kekuatan suatu merek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi

konsumen terhadap tagline restoran D’Cost Seafood. Hasil penelitian ini menunjukkan

persepsi konsumen terhadap tagline D’Cost Seafood adalah baik.

Kata kunci : tagline, identitas merek, persepsi konsumen

Abstract.

In today's era of globalization, the competition among the competitive products. The

number of new and emerging brands make consumers have more choices. However, if the

competition has gone before is a battle between products, it is now the trend has shifted

towards the battle of perception. Some products with relatively equal quality can have a

different perception in the eyes of consumers. If a brand wants to be perceived positively by

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 2: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

consumers, the company needs to build a brand identity that is rooted in the minds of

consumers. One way is through tagline. Tagline expected to contribute to the strength of a

brand. This study aims to determine how consumers' perceptions tagline D'Cost Seafood

restaurant. This study use quantitative method with survey. Results of this study show that

consumer perceptions of the tagline D'Cost Seafood is good.

Keywords: tagline, brand identity, consumer perception

Pendahuluan.

Latar Belakang Masalah.

Di era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi peningkatan persaingan antar

produk dalam memuaskan kebutuhan konsumen. Banyak merek baru bermunculan dan

berlomba-lomba untuk mendapatkan tempat di hati para konsumen. Dalam kondisi seperti ini

konsumen berada dalam posisi yang menguntungkan, karena mereka memiliki lebih banyak

pilihan. Menurut Levitt (2001), syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan agar dapat

sukses dalam persaingan adalah dengan berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan

mempertahankan pelanggan. Berbagai upaya dilakukan perusahaan agar bisa memiliki daya

tarik yang kuat tertancap di benak konsumen dan pada akhirnya dapat meraih pangsa pasar

yang luas, sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan membentuk identitas produk yang kuat melalui sebuah merek.

Menurut Kotler (2000) merek bagi sebuah produk jasa maupun barang sangat penting.

Keberadaan merek mampu menarik konsumen untuk memakai produk tersebut. Konsumen

atau pelanggan melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting dalam sebuah

produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam produk tersebut. Produk atau

jasa yang sukses selalu memiliki merek yang kuat dan dominan di pasaran. Beberapa

perusahaan yang peka terhadap nilai suatu merek akan sepenuhnya menyadari bahwa merek

menjadi identitas diri dari perusahaan dan menjadi added value dalam menjual produknya.

Citra perusahaan dapat dibangun dengan merek yang kuat dan memberi peluang dalam

peluncuran merek-merek baru yang lebih mudah diterima oleh konsumen dan distributor.

Merek dapat dikatakan sebagai sebuah nama, tanda, logo, dan simbol-simbol lain yang

membedakan sebuah produk atau layanan dari para kompetitornya (Aaker, 1991). Tetapi

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 3: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

merek lebih luas lagi cakupannya dan mengarah pada apa yang disebut sebagai identitas.

Identitas merek adalah seperangkat asosiasi merek yang unik yang diciptakan oleh para

penyusun strategi merek. Asosiasi-asosiasi ini mencerminkan kedudukan suatu merek dan

merupakan janji kepada pelanggan dari anggota organisasi (Susanto, 2006). Identitas merek

akan membantu menguatkan hubungan antara merek dan pelanggan melalui nilai-nilai yang

melibatkan manfaat fungsional dan emosional. Bisnis, merek, maupun produk harus memiliki

identitas yang jelas, karena identitas inilah yang nantinya akan dikenali oleh konsumen

Salah satu cara untuk memudahkan masyarakat dalam mengenal sebuah merek adalah

dengan menggunakan slogan atau tagline, tagline yang kuat akan memberikan kontribusi

terhadap kekuatan suatu merek. Pertama, tagline yang kuat akan membantu suatu merek

dalam meningkatkan awareness. Kedua, tagline dapat memperkuat strategi positioning dari

merek tersebut. Dengan menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah diingat maka

tagline sudah dapat mewakili bagian yang penting dari asosiasi yang ingin dikembangkan

oleh suatu produk, kemudian menjadi sulit adalah bagaimana membuat sebuah tagline yang

dapat memberikan arti dan sekaligus memiliki nilai kreatifitas yang tinggi.

Tagline sebagai bagian dari identitas merek sering kali menimbulkan persepsi

konsumen akan suatu produk. Menurut Durianto (2004) jika persaingan yang terjadi

sebelumnya selalu mengedepankan pertempuran produk belaka, maka kini dengan fenomena

dimana persaingan mulai semakin ketat, kecenderungan tersebut telah bergeser ke arah

pertempuran persepsi. Beberapa produk dengan kualitas yang relatif hampir sama dapat

memiliki kinerja yang berbeda di pasar karena perbedaan persepsi dalam benak pelanggan.

Menurut Robins (1999) persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkungannya.

Persepsi tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang

memengaruhi persepsi tersebut. Menurut Stephen P. Robins, terdapat tiga faktor yang

memengaruhi persepsi seseorang, diantaranya: individu yang bersangkutan, sasaran dari

persepsi dan situasi. Untuk membangun persepsi konsumen terhadap suatu produk,

perusahaan perlu membuat identitas merek yang baik dan kuat agar dapat menimbulkan

kesadaran konsumen. Dewasa ini semakin banyak produk yang ditawarkan kepada

masyarakat menjadikan masyarakat semakin pintar dan jeli dalam memilih produk yang

terdapat di pasaran. Hal ini menyebabkan perusahaan harus lebih responsif dan peka terhadap

keinginan konsumen.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 4: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Untuk dapat menguasai pangsa pasar, perusahaan harus mampu mempertemukan

kesamaan antara apa yang dibutuhkan konsumen dengan produk yang mereka hasilkan guna

membangun strategi di tengah persaingan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan akan sebuah produk adalah dengan cara mengedukasi masyarakat

melalui kegiatan promosi baik menggunakan media cetak, elektronik maupun media luar

ruang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran merek akan produk yang

ditawarkan sehingga masyarakat mengetahui, mengingat, dan menjadikan produk tersebut

sebagai merek yang selalu diingat oleh konsumen. Salah satu cara untuk meningkatkan

kesadaran konsumen akan merek suatu produk adalah melalui tagline.

Menurut Griffith (2008) tagline pada dasarnya adalah gabungan beberapa kata yang

dapat menyampaikan seruan terhadap bisnis suatu brand. Semua bisnis yang memakai tagline

harus dapat menjawab pertanyaan “Mengapa konsumen memilih brand atau bisnis tersebut?”

dan diharapkan juga menjadi kalimat yang pendek namun menancap. Penggunaan tagline

adalah untuk memperkuat kemampuan iklan dalam mengeksekusi atau mencapai sasarannya

yakni dengan cara memengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan

tersebut serta mengetahui titik pembeda dari pesaing (Susanto & Wijanarko, 2004). Tagline

selain dapat digunakan untuk membantu mengkomunikasikan titik deferensiasi dari

kompetitor, dalam beberapa hal juga dapat digunakan untuk mereposisi suatu merek.

Tagline diharapkan mampu meningkatkan kesadaran merek konsumen. Karena

kesadaran merek yang tinggi diduga mampu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen

sehingga diharapkan mampu meningkatkan volume penjualan. Jadi, dapat dikatakan bahwa

tagline yang efektif adalah tagline yang mampu meningkatkan kesadaran merek, sesuai

dengan tujuan iklan yaitu untuk mengenalkan atau meningkatkan pengetahuan konsumen

tentang merek yang diiklankan tersebut, serta mampu mempengaruhi afeksi, kognisi, dan

perilaku konsumen. Dewasa ini keberadaan tagline menjadi sangat penting karena tagline

dapat mengidentifikasi dan memunculkan identitas yang pada gilirannya identitas tersebut

mampu membentuk persepsi tertentu akan suatu produk di mata khalayak. Tagline sebagai

tanda bahasa juga merupakan alat utama untuk menggambarkan realitas suatu benda atau

produk. Di sini kita dapat melihat bahwa tagline merupakan simbol dari suatu produk dan

asset yang berharga bagi suatu perusahaan.

Banyaknya perusahaan yang ada di Indonesia dengan berbagai produk maupun jasa

yang ditawarkan pada akhirnya akan menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 5: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

itu pula terjadi pada bisnis kuliner yang semakin hari semakin menjamur. Bertambahnya

jumlah tempat-tempat makan yang menyebar dari mulai warung kaki lima, kedai makanan,

food court, restoran, café hingga hotel bintang lima, membuat para pengusaha bisnis kuliner

perlu memutar otak agar dapat menarik konsumen. Maka dari itu identitas merek menjadi hal

yang sangat penting dalam upaya mengambil hati konsumen.

Sekitar sepuluh tahun terakhir ini, perkembangan bisnis kuliner yang marak di

Indonesia menjadi sorotan dari berbagai pihak. Konsumen disuguhkan dengan berbagai

tawaran baik itu dari segi kualitas maupun harga yang menarik. Di antara sekian banyak

restoran yang ada, beberapa diantaranya yang kerap menjadi perbincangan baik di media

maupun kehidupan sosial masyarakat sehari-hari adalah restoran-restoran baru dengan konsep

berbeda yang dihasilkan dari para pengusaha kuliner, seperti Pecel Lele Lela, Ayam Bakar

Mas Mono dan juga D’Cost Seafood. Meskipun dari segi menu utama yang ditawarkan ketiga

restoran ini berbeda-beda, namun masing-masing restoran tersebut sama-sama memiliki ciri

khas dan juga promo-promo yang lain dari pada restoran kebanyakan. Seperti misalnya, di

Pecel Lele Lela konsumen yang bernama Lela boleh makan gratis. Di Ayam Bakar Mas

Mono, jika ada konsumen yang berulang tahun di hari itu maka diperkenankan untuk makan

gratis. Sedangkan promo unik yang ditawarkan oleh D’Cost Seafood seperti Diskon Umur,

jika umur konsumen 90 tahun maka akan mendapatkan diskon sebesar 90%. Selain promo-

promo unik tersebut, persamaan antara ketiga restoran tersebut yaitu harga yang ditawarkan

relatif terjangkau oleh masyarakat umum.

Untuk tagline yang diusung dari ketiga restoran tersebut, tentu saja terdapat perbedaan

di antara ketiganya. Pecel Lele Lela mengusung tagline yang berbunyi “Pelopor Lele Modern

Indonesia”. Ayam Bakar Mas Mono memiliki tagline “Enak Dimakan dan Perlu”. Sedangkan

untuk D’Cost Seafood mempunyai tagline andalan “Mutu Bintang Lima Harga Kaki Lima”.

Jika dilihat dari segi pemasaran, ketiga restoran ini memang memiliki ciri khasnya masing-

masing. Namun, diantara ketiganya ada satu nama yang mendapatkan penghargaan Marketing

Award dan juga Top Brand Award selama dua tahun berturut-turut tepatnya pada tahun 2011

dan 2012. Penghargaan tersebut ditujukkan kepada D’Cost Seafood. Penghargaan ini

diberikan oleh lembaga Frontier Consultant dan Majalah Marketing. Berdasarkan survei,

restoran D’Cost dianggap memenuhi tiga parameter utama, yaitu top of mind yang mengukur

kekuatan merek di dalam benak konsumen, market share yang mengukur kinerja merek di

pasar, dan commitment share yang mencerminkan kekuatan merek di masa mendatang.

Restoran ini juga menjadi restoran seafood berjaringan pertama dan satu-satunya yang

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 6: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

bersertifikat halal di negeri ini, karena telah memperoleh sertifikat halal dari MUI

(http://cariyuk.com/news/detail/659). Selain itu D’Cost juga mendapat Penghargaan Rekor

Bisnis 2013 untuk "Jaringan Restoran Lokal Pertama di Indonesia Dengan Sistem Budget

Ordering dan Unique Promotion" (http://www.beritasatu.com/ekonomi/114451.html). Hal

tersebutlah yang akhirnya menjadi dasar pemilihan objek penelitian.

Pada akhirnya, persaingan di dunia bisnis kuliner serta pembentukan identitas merek

melalui tagline sebagai salah satu cara meningkatkan brand awareness konsumen menjadi

dasar dari penelitian ini. Penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai persepsi

konsumen terhadap tagline restoran D’Cost Seafood. D’Cost Seafood Cinere dipilih sebagai

tempat pengambilan sampel karena melalui observasi langsung, terlihat antusias konsumen

yang cukup tinggi di sini. Salah satu faktornya adalah karena D’Cost Seafood yang berlokasi

di lantai 3 Mall Cinere ini memiliki lokasi yang cukup strategis dan berada satu lantai dengan

bioskop, pusat jual beli telepon seluler, dan arena bermain anak di mana tempat-tempat

tersebut sarat akan pengunjung. Seperti halnya yang pernah diutarakan oleh GM Marketing

D’Cost Group, Eka Agus (dalam http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/03) bahwa untuk

membuka cabang D’Cost yang lebih disarankan adalah yang berada di mall, karena rata-rata

jumlah pengunjung mall yang lebih besar ketimbang jika memilih bangunan yang berdiri

sendiri (stand alone). Dengan kapasitas yang cukup besar, sekitar 250 seat dan ruangan full

AC menjadikan tempat ini nyaman untuk menyantap hidangan laut khas D’Cost. Meskipun

dikenal sebagai restoran keluarga dengan harga terjangkau, namun D’Cost Seafood mencoba

untuk membidik target market mereka dari segala lapisan. Mulai dari kalangan pelajar,

mahasiswa hingga karyawan, serta golongan masyarakat dengan ekonomi menengah ke

bawah hingga menengah ke atas. Terbukti setelah lebih dari dua tahun beroperasi, D’Cost

Seafood Cinere masih diminati oleh banyak konsumennya, terutama di akhir pekan. Hal-hal

tersebutlah yang akhirnya melatarbelakangi penulis untuk membuat sebuah skripsi yang

berjudul “Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Tagline Restoran D’Cost Seafood

(Studi Pada Konsumen D’Cost Seafood Cabang Cinere)”.

Permasalahan.

Melihat semakin ketatnya persaingan antar produk, akhirnya muncul berbagai gagasan

dari perusahaan-perusahaan untuk menciptakan persepsi konsumen yang positif terhadap

merek perusahaan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat tagline sebagai salah

satu bentuk komunikasi sekaligus seruan bisnis suatu brand. Hal ini pula yang dilakukan oleh

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 7: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

D’Cost Seafood, melalui tagline andalan mereka. Melihat kondisi yang dijelaskan di atas,

akhirnya timbul pertanyaan penelitian, yaitu: “Bagaimanakah persepsi konsumen terhadap

tagline restoran D’Cost Seafood?”

Tujuan Penelitian.

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

persepsi konsumen terhadap tagline restoran D’Cost Seafood dengan studi pada konsumen

D’Cost Seafood cabang Cinere.

Tinjauan Teoritis.

Persepsi.

Membahas tentang persepsi, ada sejumlah pendapat dari para ahli mengenai definisi

persepsi itu sendiri. Menurut Leavitt (dalam Faradina, 2007) persepsi memiliki pengertian

dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi yaitu penglihatan, sebagaimana

seseorang melihat sesuatu, dan dalam arti luas persepsi yaitu pandangan atau pengertian,

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Senada dengan pendapat

tersebut, Sarlito Wirawan Sarwono (dalam Ramadhan, 2009) dari sudut pandang psikologi

menyatakan bahwa persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu

pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan

untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang

bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut

dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu

yang bersangkutan.

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-

faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Menurut Robbins (1999), terdapat tiga faktor

yang memengaruhi persepsi seseorang, diantaranya: individu yang bersangkutan, sasaran dari

persepsi, dan situasi. Sedangkan untuk syarat timbulnya persepsi yakni: adanya objek, adanya

perhatian sebagai langkah pertama untuk megadakan persepsi, adanya alat indra sebagai

reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke

otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons

(Sunaryo, dalam Santika 2012).

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 8: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, walaupun materi yang diukur

bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap

objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari:

1. Self Report

Merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator

sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab

pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya.

2. Involuntary Behaviour

Dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam

banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy,

2010).

Jika merujuk pada pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan

mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkap

persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif, atau negatif terhadap

suatu hal atau obyek.

Merek.

Merek adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang

ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendeferensiasi barang atau layanan suatu penjual dari

barang atau layanan penjual lain (Kotler, 2000). Sedangkan Aaker (1991) menyatakan bawa

merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap atau

kemasan) untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok

tertentu, serta untuk membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan pesaing.

Merek dalam dunia perdagangan sangat penting, karena merek bermanfaat bagi

pembeli, perantara, produsen maupun publik lain (Kotler, 2000). Bagi pembeli, merek

bermanfaat untuk menunjukkan mutu dan membantu memberi perhatian terhadap produk-

produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Bagi masyarakat, merek bermanfaat

dalam tiga hal, yaitu:

1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

2. Meningkatkan efisiensi pembeli, karena merek dapat memberikan informasi

mengenai produk dan dimana konsumen bisa membelinya.

3. Meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk

menciptakan keunikan-keunikan baru guna meningktakan daya saing.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 9: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Membahas mengenai merek yang dikaitkan dengan persepsi konsumen, maka erat

hubungannya dengan kesadaran merek atau brand awareness. Menurut Surachman (dalam

Iksan, 2011) peran brand awareness dalam keseluruhan brand equity tergantung dari sejauh

mana tingakatan kesadaran yang dicapai oleh suatau merek. Brand awareness juga memilki

tingkatan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi seperti berikut ini:

1. Unaware of brand

Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadran merek, dimana

konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

2. Brand recognition

Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat melakukan pembelian.

3. Brand recall

Pengingatan kembali terhadap suatu merek didasakan pada permintaan seseorang untuk

menyebutkan merek tertentu dalan suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan

pengingatan kembali tanpa bantuan. Karena berbeda dari tugas pengenalan, responden

tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

4. Top of mind

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingat dan ia dapat

menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama

sekali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek

utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen.

Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun pengingatan

kembali melibatkan dua kegiatan yaitu berusaha memperoleh identitas merek dan

berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu.

Identitas Merek.

Identitas merek adalah seperangkat asosiasi merek yang unik yang diciptakan oleh

para penyusun strategi merek. Asosiasi-asosiasi ini mencerminkan kedudukan suatu merek

dan merupakan suatu janji kepada pelanggan dari anggota organisasi. Identitas merek akan

membantu memantapkan hubungan antara merek dan pelanggan melalui proposisi nilai yang

melibatkan manfaat fungsional, manfaat emosional atau ekspresi diri (Susanto, 2006). Ada

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 10: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

dua bagian penting dari struktur identitas merek tersebut, yakni core identity dan extended

identity. Core identity merupakan identitas inti dari sebuah merek, khususnya ketika ia masuk

ke sebuah pasar baru. Apabila dalam sekian lama konsumen mengenal identitas inti ini, dapat

diartikan merek tersebut sudah memenangi pasar. Sementara extended identity mengacu pada

turunan dari identitas inti yang terwujud dalam aktivitas maupun operasional perusahaan. Jika

identitas itu sudah terwujud, lalu muncul perspektif atas identitas tersebut. Ada empat

perspektif yang biasanya terjadi, yakni brand as product, brand as organization, brand as

person dan brand as symbol. Seperti dikutip dari penyataan Aaker (1996):

“Brand identity consist of twelve dimensions organized around four perspectives:

brand as product (product scopes, product attributes, quality or value users, country of

origin), brand as organization (organizational attributes, local versus global), brand as

person (brand personality, brand customer relationship), and brand as symbol (visual

imagery/metaphors, brand heritage).”

Keller (2008) menjelaskan bahwa ada enam kriteria dalam pemilihan identitas merek,

yaitu:

a. Memorability: bentuk elemen merek harus dengan mudah dikenali dan dapat dengan mudah

diingat kembali.

b. Meaningfulness: dapat dijabarkan dengan jelas arti dari elemen merek tersebut secara

deskriptif dan juga secara persuasif tentang hubungannya terhadap sebuah produk.

c. Likable: bentuk, warna atau nama harus dirumuskan secara menarik agar dapat mendapat

perhatian konsumen dan juga memiliki nilai estetika yang baik.

d. Transferable: sebuah elemen merek sebaiknya bisa digunakan untuk kepentingan bisnis

yang lebih besar lagi, sebagai contoh brand extension atau line extension. Sebuah elemen

merek juga harus dapat digunakan lintas geografi.

e. Adaptability: kriteria kelima untuk elemen merek adalah memiliki lintas waktu yang

fleksible, atau dapat dengan mudah dilakukan pembaharuan atau update.

f. Protectability: setelah melakukan pemilihan elemen merek, maka hasil pilihan tersebut

harus dilindungi secara hukum maupun citra kompetitif secara internasional.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 11: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Tagline.

Menurut Knapp (2001) tagline merupakan suatu urutan kata-kata atau suku kata

pendek yang ekspresif yang digunakan untuk mengkomunikasikan dan mendramatisir

manfaat-manfaat fungsional dan emosional dari brand bagi para pelanggan dan pelanggan

potensial dalam usaha untuk memengaruhi perasaan konsumen terhadap brand tersebut.

Tagline dapat digunakan untuk membantu mengkomunikasikan tujuan brand dan menjadi

pembeda dari kompetitornya. Bagaimanapun, sebuah brand yang sukses harus memfokuskan

diri pada perbedaan yang diinginkan, hal tersebutlah yang dikomunikasikan di dalam tagline.

Penggunaan tagline adalah untuk memperkuat kemampuan iklan dalam mengeksekusi

atau mencapai sasarannya yakni dengan cara memengaruhi konsumen untuk menggunakan

produk yang diiklankan tersebut serta mengetahui titik pembeda dari pesaing. Pengenalan

tagline biasanya dilakukan melalui Above The Line (ATL) berupa penayangan iklan di

berbagai media baik media massa, cetak maupun elektronik (Susanto & Wijanarko, dalam

Zulianto, 2010). Untuk tujuan dari penggunaan tagline menurut Atsiel & Grow (dalam

Wulansari, 2011) utamanya adalah untuk membangun atau memperkuat merek. Untuk

melakukan hal ini, tagline harus melakukan hal berikut:

a. Menyediakan kontinuitas untuk periklanan, tagline salah satunya komponen

umum dari suatu periklanan multimedia yang bisa menjadikan iklan berbeda

serta tagline yang baik telah melalui perubahan dalam strategi periklanan.

b. Memperoleh kejelasan mengenai suatu produk dengan menyiratkan suatu

pesan produk.

Tagline yang efektif adalah tagline yang mampu meningkatkan brand awareness

sesuai dengan tujuan iklan untuk mengenalkan atau meningkatkan pengetahuan konsumen

tentang merek yang diklankan tersebut, juga dapat mampu memengaruhi afeksi dan kognisi

serta perilaku konsumen.

Bagehot (dalam Wulansari, 2011) mengemukakan bahwa karakteristik tagline ada

tiga, yaitu:

a. Sederhana (simple). Dapat ditandai gambar tanpa kata-kata atau gambar yang

didukung oleh kata-kata menarik. Pembuatan tagline tidak harus logo merek

produk yang diiklankan melainkan elemen visual yang unik terkait dengan produk

yang berkaitan dengan citra merek.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 12: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

b. Mudah diingat (memorable). Kesuksesan sebuah iklan adalah salah satu yang

tersimpan dalam memori konsumen sehingga penglihatan atau iklan yang

mengutamakan suara dan iklan merek produk diingat oleh konsumen. Salah satu

proses belajar paling mendasar manusia adalah penguangan kata menarik atau

kumpulan kata kunci yang mudah diingat. Proses ini digunakan untuk meraih

tagline yang sukses pada iklan produk.

c. Memperkuat merek (strong). Tagline yang bermanfaat sebagai dasar perbedaan

promosi iklan untuk produk yang sama agar saling melengkapi sebagai

pengembangan sebuah tagline yang sukses telah memiliki rasa membangun

kembali pengakuan dan keakraban dengan produk.

Sedangkan menurut Foster (dalam Wulansari, 2011) isi tagline sebaiknya

mengandung hal-hal berikut ini:

a. It should be memorable. Memorabilitas atau kemudahan untuk diingat

berhubungan dengan kemampuan tagline tersebut dapat dipanggil kembali

tanpa bantuan. Hal ini didasarkan pada pusat merek tersebut dan seberapa

banyak kata-kata tersebut tetap digunakan dari tahun ke tahun. Tetapi jika

tagline ini merupakan suatu yang baru, buatlah yang mengesankan.

b. It should recall the brand name. Idealnya merek dagang harus tercakup dalam

tagline. Sehingga tagline tersebut dapat memudahkan konsumen untuk

mengingat kembali nama merek sebuah perusahaan.

c. It should include a key benefit. Sebuah tagline merupakan baris terakhir untuk

menanamkan suatu kunci keuntungan bagi sedbuah perusahaan, maka tagline

tidak boleh ditinggalkan.

d. It should differentiate the brand. Di sini perbedaannya adalah bahwa tagline

perlu melukiskan suatu karakteristik tentang merek yang menetapkannya,

terlepas dari pesaingnya.

e. It should impart positive feelings for the brand. Tagline harus menanamkan

perasaan positif untuk merek, memberikan kesan yang baik serta dapat

mewakilkan persepsi konsumen akan citra perusahaan.

f. It should reflect the brand’s personality. Anggaplah sebuah merek sebagai

seseorang, kemudian pertimbangkan apakah tagline tersebut dapat bekerja

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 13: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

untuk orang. Maka tagline yang efektif harus dapat merefleksikan sebuah

merek.

g. It should be strategic. Beberapa perusahaan dapat secara efektif

menyampaikan strategi bisnis mereka dalam bentuk tagline.

h. It should be campaignable. Tagline perlu bekerja menyeberang ke dalam satu

rangkaian eksekusi periklanan. Maka kita mempunyai selusin iklan yang

berbeda, masing-masing dengan citra uniknya, dengan tagline umum yang

mendukung semua itu.

i. It should be competitive. Banyak tagline yang tidak memiliki kompetensi

diferensiasi, maka kita dapat menambahkan unsur itu terhadap merek dagang

manapun. Tentu saja maksudnya agar dapat membedakan sebuah merek

dengan merek pesaing.

j. It should be original. Dalam periklanan keaslian itu adalah raja. Orisinil disini

berarti pengunaannya benar-benar baru atau belum pernah ada perusahaan lain

yang menggunakan tagline tersebut sebelumnya, tidak meniru dan murni dari

pemikiran kreatif.

k. It should be simple. Tagline adalah kata-kata akhir dimana perusahaan ingin

konsumen mengerti maksudnya. Maka tetaplah membuatnya dengan

sederhana.

l. It should be neat. Suatu tagline yang rapi akan membangunkan orang pada

suatu titik di dalam persepsi. Jika sebuah tagline dibuat dengan susunan kata-

kata yang rapi dan teratur, maka orang akan lebih mudah menangkap maksud

dari tagline tersebut dan akhirnya menimbulkan persepsi dalam benak orang

tersebut.

m. It should be believable. Kebebasan menulis diizinkan, bahkan sering kali

dilebih-lebihkan. Namun, tagline yang baik harus dapat membuat orang yang

melihatnya percaya, bukan hanya sekadar janji yang tepampang namun isinya

hanya bualan semata.

n. It should help in ordering the brand. Tagline harus dapat membantu dalam

pemasaran merek. Lebih baik lagi apabila tagline dapat juga digunakan untuk

perluasan merek (brand extension) dan perluasan lini produk (line extension).

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 14: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Metode Penelitian.

• Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan

kuantitatif menggunakan cara berpikir deduktif, dimana teori ditempatkan sebagai titik

tolak untuk menjawab permasalahan yang diangkat.

• Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif, dimana penelitian ini bertujuan untuk

menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan

yang terdapat dalam penelitian.

• Berdasarkan manfaat : jika dilihat dari manfaatnya, penelitian ini termasuk ke dalam

penelitian terapan (applied research).

• Berdasarkan tujuan: jika dilihat dari tujuannya, maka penelitian ini termasuk dalam

penelitian deskriptif, dimana tujuannya adalah untuk menggambarkan fenomena sosial

serta menyajikan gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-

hubungan yang terdapat dalam penelitian.

• Berdasarkan dimensi waktu: jika dilihat dari dimensi waktunya, maka penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian cross sectional, dimana penelitian ini mengambil satu

bagian dari gejala (populasi) pada satu waktu tertentu.

• Metode penelitian: metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kuantitatif dengan cara survey. Penelitian survey adalah penelitian yang

mengumpulkan jawaban dari responden atas pertanyaan yang merupakan pengukuran

dari variabel yang diteliti.

• Data primer diperoleh melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada 100

orang responden yang merupakan konsumen dari restoran D’Cost Seafood Cinere.

Kriteria responden adalah orang-orang yang sudah pernah melakukan pembelian di

D’Cost Seafood Cinere minimal satu kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.

• Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi dan

data yang berhubungan dengan branding, brand identity khususnya tagline dan juga

mengenai persepsi konsumen. Selain itu menyertakan data-data mengenai objek

penelitian yakni restoran D’Cost Seafood yang diperoleh dari literatur-literatur yang

tersedia seperti buku, internet, jurnal, artikel, dan lain sebagainya.

• Populasi: populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen D’Cost Seafood Cinere.

• Sampel: sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah konsumen di

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 15: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

restoran D’Cost Seafood Cinere dengan kriteria pernah melakukan pembelian produk

D’Cost minimal satu kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.

• Penarikan sampel dilakukan dengan prinsip non-probabilita menggunakan teknik snow

ball. Teknik ini digunakan dengan membuat suatu jariangan atau network dalam

bentuk “sociogram” yang melibatkan seluruh objek penelitian.

Hasil Penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah persepsi konsumen D’Cost Cinere terhadap tagline

restoran D’Cost Seafood adalah baik. Dalam tabel berikut dapat dilihat mean atau nilai

rata-rata tiap indikator dalam penelitian:

Indikator   Mean  

Memorable  1   4.17  

Memorable  2   4.12  

Memorable  3   4.00  

Simple  1   4.07  

Simple  2   3.92  

Simple  3   4.04  

Impart  1   4.05  

Impart  2   3.27  

Impart  3   3.58  

Reflect  1   3.70  

Reflect  2   3.46  

Reflect  3   3.96  

Competitive  1   4.04  

Competitive  2   4.12  

Competitive  3   3.66  

 Neat  1   3.85  

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 16: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Berdasarkan mean dari masing-masing indikator dapat dilihat bahwa nilai mean

tertinggi terdapat pada indikator memorable 1, yaitu “Tagline D’Cost dapat dengan mudah

dikenali”. Hal ini menadakan bahwa mayoritas responden dapat langsung mengenali tagline

“Mutu Bintang Lima, Harga Kaki Lima” sebagi tagline D’Cost Seafood pada saat mendengar

atau melihatnya. Sedangkan untuk nilai mean paling rendah terdapat pada indikator “Tagline

D’Cost mewakili persepsi konsumen akan produk makanan laut”. Ini mensinyalkan bahwa

masih banyak responden yang meragukan bahwa tagline D’Cost dapat mewakili persepsi

konsumen akan produk seafood. Padahal makanan laut adalah produk utama yang ditawarkan

oleh D’Cost, namun tagline mereka masih belum bisa mendeskripsikan sepenuhnya produk

yang ditawarkan.

Pembahasan.

Jika dilihat dari hasil jawaban konsumen pada dimensi memorable ini, maka dapat

dikatakan bahwa mayoritas konsumen menganggap bahwa tagline D’Cost selain mudah

dikenali dan mudah diingat kembali, juga dibuat secara menarik sehingga menjadikan tagline

tersebut memorable bagi mereka. Hal ini sesuai dengan karakteristik tagline yang memang

seharusnya dibuat dengan mengesankan agar dapat selalu diingat oleh para konsumennya.

Dari hasil analisis dimensi simple, dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen setuju

bahwa tagline D’Cost dibuat dengan sederhana namun tetap dapat dimengerti, berisi pesan

penjualan yang dapat diterima oleh konsumen dan dapat ditafsirkan dengan mudah. Hal ini

sesuai dengan karakteristik tagline yang memang sebaiknya dibuat dengan sederhana namun

di dalamnya memasukkan pesan penjualan yang dapat diterima konsumen dengan penafsiran

yang tidak menciptakan masalah.

Melihat hasil jawaban responden untuk dimensi impart positive feelings for the brand

maka dapat dikatakan bahwa mayoritas konsumen setuju bahwa tagline D’Cost memberikan

Neat  2     3.98  

Neat  3   3.79  

Help  1   4.13  

Help  2   3.71  

Help  3   3.67  

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 17: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

kesan positif bagi mereknya dan memahami kebutuhan konsumen dalam hal pangan. Namun

masih banyak konsumen yang meragukan bahwa tagline D’Cost dapat mewakili persepsi

konsumen akan produk makanan laut. Hal ini mungkin dikarenakan dalam tagline D’Cost

tidak menyebutkan jenis makanan apa yang ditawarkan oleh D’Cost, sebab sudah dimasukkan

dalam nama merek.

Hasil analisis untuk dimensi reflect the brand’s personality memperlihatkan mayoritas

konsumen setuju bahwa tagline D’Cost merefleksikan mereknya dan juga sesuai dengan

kualitas dan harga yang digambarkan dalam tagline-nya (mutu bintang lima, harga kaki lima).

Dalam karakteristik tagline diibaratkan bahwa sebuah merek adalah seseorang dan tagline

bekerja untuk orang tersebut, maka tagline harus membuat orang tersebut terlihat baik

sehingga dapat menarik konsumen.

Berdasarkan hasil analisis dimensi competitive dapat dilihat bahwa mayoritas

konsumen setuju bahwa tagline D’Cost memiliki unsur kompetisi diferensiasi dan keunikan

dibanding pesaingnya serta memiliki nilai estetika. Hal ini sesuai dengan karakteristik tagline

yang perlu memasukkan unsur diferensiasi dengan maksud untuk membedakan sebuah merek

dengan merek pesaing.

Dari hasil jawaban responden terhadap dimensi neat, dapat dilihat bahwa mayoritas

konsumen setuju bahwa tagline D’Cost dibuat dengan rapi sehingga dapat membentuk

persepsi mereka akan produk D’Cost, memiliki arti yang jelas dan mendeskripsikan produk

yang ditawarkan. Sesuai dengan karakteristik tagline yang dibuat dengan susunan kata-kata

yang rapi dan teratur, sehingga orang akan lebih mudah menangkap maksud dari tagline

tersebut dan akhirnya menimbulkan persepsi di dalam benak orang tersebut.

Berdasarkan hasil analisis jawaban responden terhadap dimensi help in ordering the

brand, maka dapat dikatakan bahwa mayoritas responden setuju tagline D’Cost membantu

perusahaan dalam pemasaran merek, serta dapat digunakan untuk perluasan merek (brand

extension) dan lini produk (line extension). Hal ini juga sesuai dengan karakteristik tagline

yang harus dapat membantu pemasaran merek dan bahkan lebih baik lagi jika dapat

digunakan untuk perluasan merek dan lini produk.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 18: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Kesimpulan.

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

persepsi konsumen terhadap tagline restoran D’Cost Seafood adalah baik. Hal ini dapat

dilihat dari ketujuh dimensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu

memorable, simple, impart positive feelings for the brand, reflect the brand’s personality,

competitive, neat dan help in ordering the brand, dimana dalam setiap dimensi terdapat tiga

indikator yang digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap tagline D’Cost

Seafoood. Secara umum hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden menganggap

indikator dari masing-masing dimensi tersebut termasuk dalam kategori “baik” sesuai dengan

standar pengukuran mean atau rata-rata jumlah jawaban responden.

Saran.

• Saran bagi restoran D’Cost Seafood dalam memasarkan mereknya agar lebih

memperhatikan kepuasan konsumen dengan selalu menjaga kualitas produk dan

juga konsisten terhadap identitas merek yang ditonjolkan melalui tagline yang

berbunyi “Mutu Bintang Lima Harga Kaki Lima”. Karena persepsi dari masing-

masing konsumen dapat berbeda-beda dan tidak semua konsumen setuju dengan

isi dari tagline tersebut. Maka dibutuhkan cara-cara lain dalam memasarkan merek

D’Cost Seafood agar selalu menjadi pilihan utama para konsumen, terutama

konsumen seafood.

• Saran bagi penelitian selanjutnya untuk melihat bagaimana persepsi konsumen

terhadap tagline secara lebih mendalam melalui dimensi-dimensi tagline dengan

lebih memperbanyak indikator di dalam tiap dimensinya. Selain itu dapat pula

mengambil objek penelitian lain, seperti perusahan jasa yang juga menggunakan

tagline untuk memikat konsumennya atau perusahaan yang memang telah terbukti

sukses dalam memasarkan produk atau jasa mereka dengan menggunakan tagline

atau slogan sebagai cara memasarkan merek mereka ke khalayak luas.

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 19: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Kepustakaan.

Buku.

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity. New York: The Free Pass

Aaker, David A. 1996. Building Strong Brands. United Kingdom: Free Pass Business

Bagehot, Walter. 1993. Wordsworth, Tennyson and Browning: Pure, Ornate and Grotesque Art in English Poetry, The National Review. St John Stevas.

Durianto, Darmadi. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Brand Equity dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Foster, Jr.S Thomas. 2001. Managing Quality, An Integrative Approach. New Jersey: Prentice-Hall

Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management. Prentice-Hall, Inc.

Knapp, Duane E. 2001. The Brand Mindset. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Robbins, Stephen P. 1999. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Aplications 8th Edition. London: Prentice Hall

Susanto dan Wijanarko. 2004. Power Branding: Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Penerbit Quantum

Jurnal & Artikel Online.

A.B Susanto. 2006. Nama dan Identitas Merek, The Jakarta Consulting Group

Azzahy Ghana Syakira. 2010. Tentang Persepsi.

http://cariyuk.com/news/detail/659

http://www.beritasatu.com/ekonomi/114451.html

http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/03

Skripsi.

Ben Fauzi Ramadhan. 2009. Gambaran Persepsi Keselamatan Berkendara Sepeda Motor Pada Siswa SMA di Kota Bogor. Universitas Indonesia Depok

Eko Zulianto. 2010. Analisis Pengaruh Penggunaan Tagline dan Persepsi Konsumen dalam Pembentukan Brand Awareness Suatu Produk. Universitas Islam Negeri Jakarta

Evie Santika. 2012. Persepsi Pasangan Terhadap Peran Keluarga Setelah Kelahiran Anak Pertama. Universitas Sumatera Utara Medan

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013

Page 20: ANALISIS PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP TAGLINE …

Faradina Triska. 2007. Gambaran Persepsi Supir Bajaj Daerah Pangkalan Blok M Plaza Terhadap Keselamatan Berkendara di Jalan Raya. Universitas Indonesia Depok

Heru Nur Iksan. 2011. Pengaruh Brand Awareness dan Perceived Value Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Cepat Saji. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

Rina Ayani Wulansari. 2011. Tagline Iklan IM3 di Televisi dan Loyalitas Pelanggan (Studi Korelasi Antara Persepsi Pelanggan dengan Loyalitas di Kalangan Mahasiswa UPI). Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Analisis persepsi..., Aziza Noor, FISIP-UI, 2013