persepsi calon guru kimia mengeni literasi digital …

80
PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL SEBAGAI KETERAMPILAN ABAD 21 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Puspa Mawarni NIM. 11160162000061 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL

SEBAGAI KETERAMPILAN ABAD 21

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Puspa Mawarni

NIM. 11160162000061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …
Page 3: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Persepsi Calon Guru Kimia mengenai Literasi Digital sebagai

Keterampilan Abad 21 disusun oleh Puspa Mawarni, NIM. 11160162000061,

Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai Karya

Ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

telah ditetapkan fakultas.

Jakarta, 12 November 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Burhanudin Milama, M.Pd Rizqy Nur Sholihat, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011 NIP. 19910306 201903 2 017

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011

Page 4: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

iii

Page 5: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

iv

ABSTRAK

Puspa Mawarni (11160162000061). Persepsi Calon Guru Kimia mengenai

Literasi Digital sebagai Keterampilan Abad 21, Program Studi Pendidikan

Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Calon guru sebagai kunci utama keberhasilan penggunaan teknologi di sekolah ke

depannya harus mampu membangun literasi digital. Berbagai penelitian telah

dilakukan sebagai upaya untuk mengasah kemampuan literasi digital ini, salah

satunya dengan mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai literasi

digital melalui persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi

persepsi calon guru kimia mengenai literasi digital sebagai keterampilan abad 21.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan

instrumen berbentuk angket. Responden merupakan mahasiswa pendidikan kimia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017, dan

2018. Data penelitian diperoleh dari jawaban 187 orang responden terhadap angket

yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komponen literasi media

dan informasi calon guru kimia memiliki persepsi yang sangat baik dengan

persentase rata-rata sebesar 81,06%, begitupun pada komponen literasi TIK, calon

guru kimia memiliki kriteria persepsi yang sangat baik dengan nilai persentase

sebesar sebesar 84,47%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa secara

keseluruhan persepsi calon guru kimia mengenai literasi digital memiliki kriteria

persepsi yang sangat baik dengan hasil persentase rata-rata dari keseluruhan

indikatornya sebesar 82,19%.

Kata Kunci: Calon guru kimia, Literasi Digital, Keterampilan abad 21, Persepsi.

Page 6: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

v

ABSTRACT

Puspa Mawarni (11160162000061). Pre-Service Chemistry Teachers Perception

About Digital Literacy as 21st Century Skills, Chemistry Education Study

Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching

Training, Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

Pre-Service teachers as the main key in applying technology in schools and below

must be able to build digital literacy. Various studies have been carried out as one

of the efforts to hone digital literacy skills, one of which is knowing the extent of

people's understanding of digital literacy through perception. This study aims to

determine how much pre-service chemistry teacher perception about digital

literacy as 21st Century skill. The method used in this research is descriptive

quantitative, with the instrument in the form of a questionnaire. Respondents were

students of chemistry education at Syarif Hidayatullah State Islamic University

Jakarta, batch 2016, 2017, and 2018. The research data was obtained from the

answers of 187 respondents to the questionnaire given. The results showed that the

components of media and information literacy, chemistry teacher candidates had

very good perceptions with an average proportion of 81,06%, as well as the ICT

literacy component, chemistry teacher candidates had very good perception

criteria with a proportion value of 84,47%. Thus, it can be seen that the total

perceptions of prospective chemistry teachers regarding digital literacy have very

good perception criteria with the proportion of the average result of the total

indicators of 82.19%.

Keywords: Pre-Service Chemistry Teachers, Digital Literacy, 21st Century Skills,

Perception.

Page 7: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim.

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “Persepsi Calon Guru Kimia mengenai Literasi Digital sebagai

Keterampilan Abad 21”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya

hingga akhir zaman.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, ilmu,

bimbingan, dan saran kepada penulis dengan penuh kesabaran selama proses

penyusunan skripsi hingga akhir.

3. Rizqy Nur Solihat, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh

keihklasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik

dan memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis selama penulis

menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Para Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam pengambilan data penelitian.

6. Orang tua tersayang, Bapak Yanto Suryantono dan Ibu Aas Asiyah yang

senantiasa memberikan dukungan, nasehat, pikiran, tenaga, dan waktunya serta

doa yang dipanjatkan dengan penuh ketulusan, kesabaran dan keikhlasan.

Kakak saya Sugih Pangestu yang selalu memberikan dukungan, nasihat, dan

Page 8: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

vii

saran terbaik selama proses penyelesaian skripsi, dan adik tercinta Arrum

Melatini, yang selalu siap sedia saat dimintai bantuan.

7. Bunda Zakiatin Nisa, Bu Hilda Indriyani beserta keluarga yang sangat

menginspirasi saya, terimakasih atas dukungan Bunda Nisa dan Bu Hilda yang

selalu memberikan support terbaiknya selama masa perkuliahan saya. Semoga

Allah selalu melindungi dan membalas segala kebaikan Ibu, Bunda, beserta

keluarga.

8. Sahabat seperjuangan saya yang selalu memberikan dukungan, dorongan, dan

semangat disaat saya dilanda kebingungan yaitu Ernawati, Umi Hani, Aan Siti

Nurjanah, Firda Tri Lestari, Intan Septia Anggraeni, Anisa Solihat, dan Dina

Hasna Rofiah.

9. Teman-teman bimbingan skripsi Pak Burhan dan Bu Kiki, terutama untuk

Devita Maharani, yang sudah berbagi waktu, kesabaran, semangat, dan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Pendidikan Kimia 2016 yang saling memberikan motivasi dan

semangat selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

11. Tak lupa kepada teman-teman sedaerah saya, terkhusus teh Eneng Siti Nurhaya

yang tak pernah sungkan saat membantu dalam kebaikan, dan menjadi teman

curhat seperjuangan.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan

saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, 11 November 2020

Penulis

Page 9: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

ABSTRACT ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5

C. Batasan Masalah ......................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A. Kajian Teoritik............................................................................................ 7

1. Persepsi ................................................................................................. 7

2. Calon Guru Kimia................................................................................ 10

3. Literasi Digital ..................................................................................... 14

4. Keterampilan Abad 21 ......................................................................... 36

B. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 45

C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 48

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 48

B. Metode Penelitian ..................................................................................... 48

C. Prosedur Penelitian ................................................................................... 49

Page 10: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

ix

D. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................. 50

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 51

F. Instrumen Penelitian ................................................................................. 52

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .......................................................... 56

H. Teknik Analisis Data ................................................................................ 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 61

A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 61

1. Literasi Media dan Informasi ............................................................... 61

2. Literasi TIK ......................................................................................... 63

B. Pembahasan .............................................................................................. 65

1. Literasi Media dan Informasi ............................................................... 66

2. Literasi TIK ......................................................................................... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 81

A. Kesimpulan............................................................................................... 81

B. Saran ........................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82

LAMPIRAN ..................................................................................................... 88

Page 11: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengetahuan dan Keterampilan Abad 21 ........................................ 18

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................... 47

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian ................................................................... 49

Gambar 3.2 Angket yang Diunggah ke Google Form ........................................ 51

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Literasi Media dan Informasi .. 62

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Persentase Aspek Literasi TIK ............................ 64

Page 12: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Persepsi Literasi Digital ........................................... 52

Tabel 3.2 Tabel Penilaian ................................................................................... 58

Tabel 3.3 Tabel Klasifikasi Berdasarkan Persentase ........................................... 59

Page 13: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................... 89

Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi ........................................................... 91

Lampiran 3. Lembar Validasi Ahli Instrumen ................................................... 92

Lampiran 4. Lembar Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Angket ....................... 100

Lampiran 5. Pernyataan Angket Setelah Uji Validitas dan Reabilitas .............. 105

Lampiran 6. Hasil Angket Definisi dan artikulasi kebutuhan media dan informasi –

Lokasi dan Pengambilan Media dan Informasi .............................................. 108

Lampiran 7. Hasil Angket Penilaian Media dan Informasi ............................... 115

Lampiran 8. Hasil Angket Organisasi Media dan Informasi – Penciptaan

Pengetahuan – Lokasi dan Pengambilan Media dan Informasi ......................... 122

Lampiran 9. Hasil Angket Pengetahuan Dasar – Keterampilan Teknis –

Keterampilan Penilaian Kritis ......................................................................... 129

Lampiran 10. Hasil Angket Total Per Aspek ................................................... 136

Lampiran 11. Tabel Indikator Literasi Media, Informasi, dan TIK ................... 142

Lampiran 12. Tabel Aspek Literasi Media, Informasi, dan TIK ....................... 149

Lampiran 13. Lembar Uji Referensi ................................................................ 150

Page 14: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke 21 merupakan abad yang siap dan terbuka dengan segala

perubahan yang bersifat fundamental (Wijaya, dkk, 2016, hlm. 263). Salah satu

contoh dari perubahannya yaitu dalam bidang teknologi informasi, khususnya

media sosial (Redhana, 2019, hlm. 2240). Perkembangan ini secara signifikan

berdampak pada gaya hidup dan kebutuhan masyarakat di berbagai bidang,

sehingga akan membentuk komunitas masyarakat yang membutuhkan

keterampilan dan kompetensi untuk memanfaatkan potensi teknologi terbaru

secara maksimal dalam berbagai bidang (Rizal, dkk, 2019, hlm. 1).

Perkembangan teknologi ini dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan,

terutama pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pendidikan. Sehingga perlu dibangun keterampilan yang dibutuhkan di abad

21 untuk membantu menghadapi segala permasalahan yang ada di era

kemudahan informasi ini. Keterampilan abad 21 ini mencakup keterampilan

belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media

informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan

keterampilan untuk hidup (life skills) (Wijaya, dkk, 2016, hlm. 264). Hal ini

dikarenakan pendidikan di abad ke 21 lebih bersifat global dan internasional.

Setiap kemajuan teknologi menghadirkan konstruksi teoritis dan wawasan

yang realistis dalam pengembangan dan peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap di antara siswa dan guru (Boholano, 2017, hlm. 22)

Terlebih, saat ini generasi milenial dihadapkan dengan era revolusi

industri 4.0 yang secara masif memanfaatkan segala bentuk kemajuan

teknologi. Pada era revolusi industri 4.0 ini atau sering disebut juga sebagai era

disrupsi teknologi terjadi otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang yang

membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear

(Astini, 2019, hlm. 114). Selain itu, adanya fenomena digital native juga

Page 15: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

2

menuntut guru untuk memiliki keterampilan dalam mengintegrasikan

teknologi di lingkungan persekolahan seperti yang diungkapkan Chien, Wu &

Hsu (2014) bahwa siswa yang terlahir sebagai digital native memiliki

ekspektasi tinggi terhadap penggunaan teknologi di lingkungan persekolahan

mereka, semakin muda siswa, maka semakin tinggi harapan mereka dalam

pengintegrasian TIK di kelas. Berkenaan dengan hal tersebut, Uni Eropa

menekankan penggunaaan teknologi dalam pendidikan, terutama pada

pendidikan yang berbasis sosial dan budaya karena sangat dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi yang pesat. Pendidikan yang terintegrasi teknologi

tentunya perlu didukung oleh berbagai elemen pendidikan, terutama guru. Oleh

karena itu, guru perlu memiliki keterampilan di bidang media, informasi,

maupun TIK yang terangkum dalam satu keterampilan yang disebut Literasi

Digital (Suryanti, 2018, hlm. 6). Literasi digital ini merupakan bentuk

ketertarikan, sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi

komunikasi digital untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,

menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru,

membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara

efektif dalam masyarakat. (Setyaningsih, dkk, 2019, hlm. 1203).

Literasi digital ini jelas memiliki banyak cakupan, tidak hanya tentang

sejauh mana peserta didik dapat memanfaatkan teknologi sebagai media

maupun sumber belajar, namun juga bagaimana peserta didik secara bijak

menghadapi arus informasi yang mudah didapatkan lewat teknologi, seperti

maraknya berita-berita hoax yang disampaikan ke publik, bahkan tak jarang

banyaknya oknum tertentu yang menyalahgunakan informasi untuk

memprovokasi orang lain agar menghujat dan membenci lawan mainnya.

Penggunaan teknologi yang tidak bijak bisa berdampak pada kondisi psikis

seseorang, seperti banyaknya kasus cyberbullying yang menjadikan media

sosial sebagai sarana untuk mencemooh seseorang, memberikan komentar

negatif terhadap seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan pemikirannya.

Oleh karena itu, perlu dibangun literasi media, informasi, maupun TIK baik

bagi guru maupun calon guru atau mahasiswa keguruan sebagai bentuk

Page 16: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

3

antisipasi dari dampak buruk yang disebabkan rendahnya literasi media,

informasi, maupun TIK sebagai komponen penting dari literasi digital.

Literasi media mencakup kemampuan dalam membaca dan kreatif

komunikasi akademik maupaun professional secara kritis melalui beragam

media. Adanya literasi media ini membuat khalayak tidak mudah terperdaya

oleh informasi-informasi yang secara sekilas memenuhi dan memuaskan

kebutuhan psikologis dan sosialnya. Adapun, literasi informasi merupakan

kemampuan dalam mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang

dibutuhkan secara efektif. Sedangkan literasi TIK berfokus pada cara-cara

untuk mengadopsi, menyesuaikan dan menggunakan perangkat digital dan

media berbasis TIK (Setyaningsih, dkk, 2019, hlm. 1204).

Literasi ini penting untuk dimiliki guru, apalagi calon guru yang

merupakan generasi milenial yang lebih siap dan terbuka dalam menerima dan

memanfaatkan teknologi sebagai media belajar. Generasi ini juga dikatakan

sebagai generasi yang akrab dengan komunikasi, media, dan teknologi digital

(Budiati, dkk, 2018, hlm. 18).

Namun pada kenyataannya, beberapa penelitian menyebutkan bahwa

masih rendahnya literasi digital yang dimiliki guru maupun calon guru, baik di

bidang literasi media, literasi informasi, maupun literasi TIK. Seperti penelitian

yang dilakukan oleh Helleve (2019, hlm. 1-2) memaparkan bahwa pendidikan

guru dilaporkan tidak terlalu memperhatikan kompetensi digital mahasiswa

keguruan. Hal ini menggambarkan bahwa belum adanya upaya untuk

membangun literasi TIK pada mahasiswa keguruan. Di bidang literasi media,

Hartini (2019, hlm. 20) menyampaikan observasi yang dilakukan oleh tim

pengabdian, bahwa terungkap guru-guru jarang menggunakan media

pembelajaran, khususnya media pembelajaran berbasis Informasi dan

Teknologi (IT) seperti media pembelaran berbasis e-learning. Hal ini

disebabkan oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana khususnya media

pembelajaran, selain itu kurangnya pemahaman serta keterampilan guru dalam

merancang media pembelajaran berbasis e-learning. Adapun di bidang literasi

informasi, saat ini kemampuan guru dan tenaga perpustakaan sekolah kurang

Page 17: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

4

memadai. Tantangan terbesar dalam penerapan literasi informasi di sekolah

berasal dari internal sekolah, di antaranya kemampuan guru dan tenaga

perpustakaan sekolah di bidang literasi informasi yang kurang memadai

(Kurnianingsih, dkk, 2017, hlm. 63).

Melihat masih rendahnya literasi digital yang dimiliki calon guru maupun

guru di sekolah, tentunya diperlukan upaya yang konsisten dan

berkesinambungan untuk membentuk literasi digital yang baik. Banyaknya

upaya yang dilakukan untuk membentuk literasi digital ini seperti diadakannya

Gerakan Literasi Nasional (GLN) oleh Kemendikbud. Upaya ini dilakukan

agar masyarakat memiliki kemampuan yang baik di bidang literasi digital.

Kemampuan literasi digital dapat dibangun dengan terlebih dahulu mengetahui

sejauh mana pemahaman masyarakat, khususnya mahasiswa keguruan

mengenai literasi digital. Persepsi berperan sebagai tolok ukur pemahaman

calon guru mengenai literasi digital dan bagaimana tingkat literasi digital yang

dimiliki oleh calon guru seperti yang disampaikan oleh Listyana & Hartono

(2015, hlm. 121) bahwa persepsi mengandung proses untuk mengetahui dan

mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Dalam hal ini persepsi

digunakan untuk mengukur sejauh mana pemahaman calon guru mengenai

literasi digital.

Persepsi menurut Rakhmat dalam Arifin, dkk (2017, hlm. 90) merupakan

“pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.

Artinya persepsi merupakan pengalaman seseorang mengenai suatu objek,

ataupun peristiwa yang terjadi sehingga dihasilkan suatu kesimpulan berupa

informasi atau pesan yang telah ditafsirkan. Informasi yang dihasilkan inilah

yang bisa dijadikan acuan seseorang dalam memahami sesuatu, seperti halnya

pemahaman seseorang mengenai literasi digital.

Melihat pentingnya persepsi dalam proses pembangunan literasi digital

mahasiswa, telah banyak dilakukan penelitian berkenaan dengan keterampilan

ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Rizal, Setiawan & Rusdiana (2019)

yang mengukur literasi digital calon guru SD di salah satu universitas di

Page 18: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

5

Sumedang, penelitian lain juga dilakukan oleh Nelson, Courier & Joseph yang

mengukur persepsi literasi digital yang dibutuhkan oleh mahasiswa di berbagai

universitas.

Pentingnya mengetahui persepsi mahasiswa mengenai literasi digital

diperkuat oleh pernyataan Suyanto, dkk (2018, hlm. 54-55) yang

menyampaikan bahwa pentingnya mengetahui persepsi mahasiswa terhadap

maraknya fenomena hoax di media sosial. Hoax ini merupakan salah satu

bentuk rendahnya literasi digital mahasiswa.

Berdasarkan segala permasalahan yang terjadi terhadap pentingnya

mengetahui persepsi calon guru mengenai literasi digital, maka perlu diadakan

penelitian mengenai “Persepsi Calon Guru Kimia mengenai Literasi Digital

sebagai Keterampilan Abad 21”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

identifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:

1. Abad 21 yang terbuka dengan kemajuan teknologi merubah gaya hidup serta

kebutuhan masyarakat secara signifikan.

2. Tuntutan untuk mengintegrasikan teknologi di dunia pendidikan untuk

membantu mencapai tujuan pembelajaran.

3. Guru banyak yang tidak mengintegrasikan teknologi dalam proses

pembelajaran, dan masih kurang memadainya literasi informasi guru.

4. Pendidikan keguruan tidak terlalu memperhatikan kompetensi digital calon

guru

C. Batasan Masalah

Karena luasnya permasalahan dari penelitian ini, maka peneliti membatasi

permasalahan pada persepsi Literasi Media, Literasi Informasi, dan Literasi

TIK yang diadopsi dari dokumen UNESCO berjudul Towards Media and

Information Literacy Indicators (2010) dan jurnal internasional yang berjudul

A Review on ICT Literacy in Science Learning (2019). .

Page 19: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Seberapa tinggi persepsi calon guru kimia mengenai

literasi digital sebagai keterampilan abad 21?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitiannya yaitu untuk mengetahui persepsi calon guru kimia mengenai

literasi digital sebagai keterampilan abad 21.

F. Manfaat Penelitian

Pelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh mana

pemahaman para calon guru kimia mengenai literasi digital dan dapat

dijadikan tolok ukur agar dapat mempersiapkan diri untuk jenjang karir ke

depannya

2. Calon Guru Kimia, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan

bagi para calon guru kimia mengenai pentingnya pemahaman literasi digital

sebagai keterampilan abad 21.

3. Pembaca, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

sejauh mana persepsi guru mengenai literasi digital sebagai keterampilan

abad 21 dan dapat dijadikan referensi untuk diadakan penelitian yang lebih

mendalam serta relevan.

Page 20: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan. Menurut Sugihartono

(dalam Arifin, 2017, hlm. 90) persepsi merupakan kemampuan panca

indera dalam menerjamahkan stimulus yang masuk atau berupa proses

penerjemahan stimulus yang masuk dalam panca indera. Terdapat

perbedaan pada sudut pandang manusia dalam mempersepsikan sesuatu,

baik berupa persepsi positif maupun persepsi negatif yang

mempengaruhi tindakan nyata seseorang.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Nugraha (2015, hlm. 3) bahwa

persepsi merupakan “kecenderungan seseorang terhadap sesuatu dalam

ranah relatif, artinya persepsi individu terhadap sesuatu akan berbeda-

beda berdasarkan persepsi dari masing-masing orang”. Sedangkan

menurut Rakhmat (dalam Arifin, 2017, hlm. 90) persepsi merupakan

pengalaman mengenai objek, maupun peristiwa atau hubungan yang

menghasilkan kesimpulan berupa informasi ataupun pesan yang

ditafsirkan.

Sarlito W. Sarwono (dalam Listyana & Hartono, 2015, hlm. 121)

juga berpendapat mengenai persepsi sebagai “proses perolehan,

penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi”. Pengertian ini

dimaksudkan sebagai proses masuknya informasi ke dalam panca indra

yang kemudian diproses dan ditafsirkan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

memiliki arti berupa kemampuan panca indera dalam menerjemahkan

stimulus yang masuk untuk menghasilkan kecendrungan terhadap

Page 21: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

8

sesuatu dalam ranah tertentu yang berhubungan dengan peristiwa atau

pengalaman objek sehingga membentuk kesimpulan berupa informasi

ataupun pesan.

b. Proses Pembentukan Persepsi

Arifin, dkk (2017, hal. 91) menjelaskan pendapat mengenai tahap-

tahap terjadinya persepsi yang disampaikan oleh Walgito, yaitu:

1) Tahap fisik merupakan tahap penerimaan stimulus atau rangsangan

yang telah diterima oleh alat indra.

2) Tahap fisiologis yaitu tahap lanjutan dari tahap awal dimana stimulus

yang telah diterima alat indra, kemudian dilanjutkan ke reseptor

melalui saraf-saraf sensoris.

3) Tahap psikologis di mana penerima stimulus mulai sadar dengan

stimulus yang telah diterima.

4) Tahap Keempat, merupakan hasil dari tanggapan yang telah diterima

berupa perilaku.

Sedangkan menurut Robbins (dalam Yazid & Ridwan, 2017, hlm.

197) proses terbentuknya persepsi berasal dari beberapa faktor eksternal

dan internal:

1) Pemilihan

Pada proses ini individu menyeleksi sesuatu yang dilihatnya.

Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal

yang terdiri dari. Adapun faktor eksternalnya terdiri dari:

a) Ukuran, sesuatu yang berukuran besar akan lebih menarik

perhatian individu

b) Kontras, keadaan yang memiliki latar belakang yang kontras dan

menonjol akan menarik perhatian

c) Intensitas kuatnya suatu rangsangan

d) Gerakan, obyek yang bergerak lebih menarik perhatian daripada

obyek yang tak bergerak

Page 22: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

9

e) Sesuatu yang baru. Obyek yang baru di suatu lingkungan lebih

menarik perhatian

Sedangkan faktor-faktor internal yang mempengaruhi

terbentuknya persepsi sebagai berikut: Pertama, faktor fisiologis,

terjadi ketika seseorang mendapat stimulus dari luar melalui panca

indera berupa mata, kulit, lidah, telinga, dan hidung. Kedua, faktor

psikologis, berupa motivasi maupun pengalaman belajar di masa lalu.

2) Pengorganisasian

Pengelolaan informasi yang diterima melibatkan pengetahuan

individu dalam memahami dan memaknai stimulus yang ada. Individu

yang memiliki tingkat kognisi yang baik cenderung memiliki persepsi

yang baik pula.

3) Interpretasi

Pada proses ini, individu melihat konteks dari obyek yang

dipersepsikan juga disebut sebagai proses dalam memahami

lingkungan. Artinya individu tersebut membandingkan apa yang telah

dilihatnya dengan orang lain.

Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Julia T. Wood dalam

Citraningrum & Pawito (2017, hlm. 7) yang membagi proses

pembentukan persepsi menjadi tiga proses, yaitu seleksi, organisasi,

dan interpretasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat dua faktor yang memengaruhi persepsi yaitu faktor

personal dan faktor situasional. Sedangkan menurut Rakhmat (dalam

Arifin, dkk, 2017, hlm. 91) menyebutkan bahwa terdapat faktor

fungsional dan struktural. “Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-

faktor personal.” Persepsi tidak ditentukan oleh jenis stimulus yang

diterima, tetapi lebih kepada karakteristik dari orang yang memberikan

respon terhadap stimulus yang diterimanya. Sedangkan faktor struktural

Page 23: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

10

“berasal dari sifat fisik stimuli dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya

pada sistem saraf individu.”

Faktor fungsional juga dapat diartikan sebagai persepsi orang

terhadap sesuatu berdasarkan karakteristik. Terdapat pengaruh antara

karakteristik pribadi seseorang terhadap penafsirannya mengenai objek

yang diamati. Kondisi emosional seseorang dapat mempengaruhi

persepsinya terhadap objek yang diamati. Faktor lain yang ikut

berpengaruh pada proses pembentukan persepsi yaitu faktor struktural,

faktor ini berasal dari stimulus yang disampaikan dalam bentuk fisik

(Adawiyah & Gunansyah, 2018, hlm. 610-611).

Berbeda dengan Adawiyah & Gunansyah, Restiyanti Prasetijo

(dalam Arifin, dkk, 2019, hlm. 92) membagi faktor yang mempengaruhi

persepsi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari

pengalaman, kebutuhan, penilaian, dan ekspektasi/pengharapan.

Sedangkan faktor eksternal meliputi tampakan luar, sifat stimulus, dan

situasi lingkungan. Toha (dalam Arifin, dkk, 2017, hlm. 92)

menyebutkan lingkup faktor internal yang meliputi “perasaan, sikap dan

karakteristik individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian

(fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan

kebutuhan juga minat, dan motivasi.” Sedangkan faktor eksternal

meliputi “latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu

objek.”

2. Calon Guru Kimia

a. Karakteristik Calon Guru

Menurut Murti dan Madya (dalam Kharisma, 2017) pendidikan pada

era abad 21 tentu memiliki karakteristik yang berbeda dari sebelumnya.

Di abad ini, pendidikan yang menjamin peserta didik memiliki

keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan dalam menggunakan

Page 24: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

11

media, informasi, dan teknologi, dapat bekerja, serta memliki

keterampilan untuk hidup (life skill) menjadi sangatlah penting. Guru

harus melek terhadap perkembangan jaman, baik dalam hal

perkembangan sosial maupun emosional anak.

Tantangan guru di era milenial sangat berat jika dibandingkan

dengan guru- guru di era terdahulu. Selain harus menguasai bidang

keilmuan yang diajarkan, guru juga harus mampu memahami teknologi

serta menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif. Guru yang merupakan

role model bagi siswa, juga harus memberikan pemahaman kepada siswa

mengenai batasan-batasan penggunaan teknologi, sehingga tidak salah

dalam menggunakan teknologi. Guru harus lebih terbuka dengan

pemikiran-pemikiran baru sesuai dengan zaman yang sedang

berkembang (Barni, 2019, hlm. 111).

Calon guru yang saat ini masih menduduki bangku perkuliahan

masuk ke dalam generasi Y atau sering disebut generasi milenial.

Generasi Y adalah generasi yang lahir tahun 1980-2000. Generasi ini

memiliki karakter yang kreatif, dinamis, serba cepat, dekat dengan media

sosial, serta melek teknologi. Generasi ini sangat terbuka dengan

teknologi, mereka menggunakan teknologi untuk kehidupan sehari-hari,

dimulai dari berinteraksi dengan teman hingga penggunaan teknologi

untuk belajar. (Budiati, 2018).

Budiati, dkk (2018, hlm. 18) dalam bukunya juga memaparkan ciri

utama generasi milenial sebagai “peningkatan penggunaan dan

keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Karena

dibesarkan oleh kemajuan teknologi, generasi milenial memiliki ciri-ciri

kreatif, informatif, mempunyai passion dan produktif.”

Menurut DeBard dan Prensky (dalam Zaluchu, 2019) untuk

mempersiapkan pendidikan generasi milenial perlu diperhatikan terlebih

dahulu karakteristiknya. Dalam studinya sekitar seribu siswa dari semua

Page 25: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

12

kelas ekonomi, sosial, intelektual, dan latar belakang usia di seluruh

dunia, ditemukan fakta konsisten mengenai karakter milenial. Sejumlah

karakter khas milenial ini adalah: (a) tidak ingin menjadi diajari; (b) ingin

dihormati, dipercaya, sehingga pendapatnya dihargai dan

diperhitungkan; (c) mengikuti keinginannya, terutama keinginan pribadi;

(d) ingin membuat, menggunakan alat saat bekerja; (e) ingin bekerja

dalam kelompok dan proyek (tidak membiarkan pemalas hanya

menumpang nama); (f) ingin membuat keputusan dan mengendalikan;

(g) ingin terhubung dalam jaringan untuk mengekspresikan dan berbagi

pendapat, baik di kelas maupun di dunia; (h) ingin bekerja sama dan

bersaing satu sama lain; dan (i) menginginkan pendidikan yang tidak

hanya relevan, tetapi juga nyata.

Selain itu, menurut Andriyani (dalam Fatmawati, 2019, hlm. 125)

generasi milenial memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama,

memiliki ambisi yang besar untuk menjadi sukses, sehingga lebih

bersikap optimis dalam menggapai mimpinya. Kedua, memiliki perilaku

instan dan berpikir praktis. Ketiga, anak lebih mencintai kebebasan. Oleh

karena itu, dengan karakter yang seperti ini anak yang lahir di generasi

milenial akan cenderung lebih terbuka dalam menerima teknologi

sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhannya.

Para calon guru yang memiliki keyakinan konstruktivisme lebih

tertarik menggunakan teknologi dalam praktik mengajar mereka di masa

depan; oleh karena itu, mereka memiliki lebih banyak teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) dan kompetensi integrasi teknologi

dalam pendidikan (Bahcivan, 2019).

b. Pembelajaran abad 21 untuk guru

Pada proses pembelajarannya, guru professional dan kritis dibangun

dari dua identitas seorang mahasiswa keguruan. Saat mahasiswa

keguruan memasuki pendidikan guru sampai ujian akhir selesai dan

memperoleh sertifikat mengajar, siswa harus melalui transisi dari pribadi

Page 26: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

13

ke orang profesional. Seharusnya ada pergeseran identitas atau

pemahaman diri dari siswa ke guru. Menurut Lee dan Schallert (2016)

dalam Helleve (2019, hlm. 3-4) pendidikan guru harus memperhatikan

bagaimana calon guru mengatur identitas ganda ini antara diri sebagai

siswa dan diri sebagai guru dalam perjalanan mereka untuk menjadi guru.

Dalam perjalanan untuk menjadi profesional, mahasiswa keguruan

menghadapi sejumlah ketegangan terkait dengan pemahaman diri

mereka mengenai partisipasi sosial dan keseimbangan kehidupan kerja.

Oleh karena adanya ketegangan ini, maka calon guru perlu

membiasakan diri memahami apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi

guru professional di masa mendatang. Calon guru diharapkan mampu

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif dengan

gaya belajar yang bervariasi, selain itu pentingnya menggunakan media

belajar atau bahan belajar yang tepat sehingga menciptakan mutu

pembelajaran yang lebih baik. Proses pemecahan masalah calon guru

pada lingkungan belajar salah satunya bisa dengan penggunaan TIK yang

biasa digunakan sehari-hari seperti smartphone dengan kamera,

komputer atau laptop, dan aplikasi perangkat lunak lainnya (wiki,

YouTube, dan Facebook) (Hakkinen, 2016, hlm. 10).

Selanjutnya upaya lain yang dapat dilakukan yaitu guru perlu

diberikan bimbingan dan informasi mengenai penggunaan teknologi

secara aman dan efektif. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 perlu

dilengkapi dengan teknologi dan informasi yang kreatif dan inovatif.

Langkah-langkah yang dapat diambil, khususnya dalam pelajaran kimia

yaitu dengan menggunakan media sosial seperti blog, ensiklopedia,

youtube, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran

kimia akan berlangsung lebih menarik (Dewi, dkk, 2018, hlm. 269).

Page 27: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

14

3. Literasi Digital

a. Pengertian Literasi Digital

Ulum (2019, hlm. 25) mengungkapkan istilah literasi digital pertama

kali disampaikan oleh Gilster (1997) bahwa literasi digital merupakan

kemampuan penggunaan teknologi informasi dari perangkat digital

secara efektif efisien dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.

Bawden (2001) dalam Ulum (2019, hlm. 25) memperluas pemahaman

literasi digital yang berasal dari literasi perangkat komputer dan

informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an ketika

komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak hanya di lingkungan

bisnis, tetapi juga masyarakat. Sementara itu, literasi informasi menyebar

luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun,

diakses, dan disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring.

Martin (2006) dalam Ulum (2019, hlm. 25) merumuskan definisi literasi

digital adalah kesadaran, sikap, dan kemampuan individu untuk

menggunakan alat dan fasilitas digital secara tepat untuk

mengidentifikasi, mengakses, mengelola, mengintegrasikan,

mengevaluasi, menganalisis, dan menyintesis sumber daya digital,

membangun pengetahuan baru, menciptakan ekspresi media, dan

berkomunikasi dengan orang lain, di konteks situasi kehidupan tertentu,

untuk memungkinkan tindakan sosial yang konstruktif; dan

merenungkan prosesnya. Hague (2010) dalam Ulum (2019, hlm. 25)

mengemukakan bahwa literasi digital merupakan kemampuan membuat

serta berbagi dalam keadaan dan bentuk yang berbeda dalam rangka

berkolaborasi, dan berkomunikasi secara lebih efektif, serta memahami

bagaimana dan kapan teknologi digital digunakan dengan baik dalam

menciptakan proses tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa karakteristik literasi digital tidak hanya mengacu pada

keterampilan operasi dan menggunakan berbagai perangkat teknologi

informasi dan komunikasi teknologi (perangkat keras dan platform

perangkat lunak), tetapi juga untuk proses “membaca” dan “memahami”

Page 28: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

15

sajian isi perangkat teknologi serta proses “menciptakan” dan “menulis”

menjadi sebuah pengetahuan baru.

Knobel dan Lankshear (2006) dalam Lund, dkk (2019, hlm. 48)

memperkenalkan tiga aspek yang berjumlah jamak "literasi digital":

informasi, yang biasanya terhubung dengan pembuatan atau komunikasi

informasi; keterlibatan epistemik dengan informasi, seperti memvalidasi

atau memutuskan pertanggungjawaban informasi yang ada; dan,

akhirnya, kapasitas atau serangkaian keterampilan.

Literasi digital mengacu pada serangkaian kompetensi di luar

penggunaan media digital, komputer dan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK). Sering dipahami terdiri dari (atau telah digabung)

sejumlah bentuk literasi lainnya seperti literasi komputer, literasi

internet, literasi media, dan literasi informasi (Leaning, 2018, hlm. 4).

Selain itu literasi digital dapat diartikan sebagai keterampilan secara

teknis maupun intelektual pada penggunaan internet dan komputer dalam

melatih keterampilan sosial dalam jaringan serta bertindak sesuai dengan

kerangka yang telah ditentukan (Ata, 2019, hlm. 421).

Permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat seperti cyberbullying

juga dikarenakan digital native tidak memiliki penguasaan pada literasi

baru. Literasi ini mencakup literasi data, teknologi dan manusia. Literasi

ini berkaitan dengan kemampuan manusia untuk membaca,

menganalisis, menyimpulkan data dan informasi yang didapat,

memahami cara kerja mesin, serta keterampilan dalam berkomunikasi,

berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan juga inovatif (Suryanti, 2018,

hlm. 2-3).

b. Prinsip Literasi Digital

Konsep literasi digital, sejalan dengan terminologi yang

dikembangkan oleh UNESCO pada tahun 2011 yang tidak bisa

dilepaskan dari kegiatan seperti membaca dan menulis, serta matematika

berkaitan dengan pendidikan. Oleh karena itu, literasi digital tidak hanya

melibatkan kemampuan dalam menggunakan perangkat teknologi,

Page 29: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

16

informasi, maupun komunikasi, tetapi juga mencakup kemampuan untuk

bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, bersikap dan berpikir

kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.

Prinsip dasar pengembangan literasi digital, antara lain, sebagai berikut.

1) Pemahaman

Prinsip pertama dari literasi digital meliputi kemampuan untuk

menghasilkan ide ide secara implisit dan ekspilisit dari media.

2) Saling Ketergantungan

Prinsip kedua dari literasi digital adalah saling ketergantungan yang

dimaknai bagaimana suatu bentuk media berhubungan dengan yang

lain secara potensi, metaforis, ideal, dan harfiah.

3) Faktor Sosial

Faktor sosial sebagai wujud dalam memberikan pesan tersendiri dari

informasi yang ada. Siapa yang membagikan informasi, kepada siapa

informasi itu diberikan, dan melalui media apa informasi itu berikan

tidak hanya dapat menentukan keberhasilan jangka panjang media itu

sendiri, tetapi juga dapat membentuk ekosistem organik untuk

mencari informasi, berbagi informasi, menyimpan informasi, dan

akhirnya membentuk ulang media itu sendiri.

4) Kurasi

Hal ini berkaitan tentang penyimpanan informasi, seperti metode

“save to read later” pada media sosial sebagai bentuk penilaian pada

sebuah informasi dan menyimpannya agar lebih mudah diakses dan

memiliki manfaat jangka panjang. (Nasrullah, dkk, 2019, hlm. 9).

Sedangkan Nelson (hlm. 97) mengungkapkan bahwa literasi digital

dibangun atas tiga prinsip: "keterampilan dan pengetahuan untuk

menggunakan berbagai aplikasi perangkat lunak media digital dan

perangkat perangkat keras; kemampuan untuk memahami secara kritis

Page 30: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

17

konten dan aplikasi media digital; serta pengetahuan dan kapasitas untuk

menciptakan dengan teknologi digital.

c. Komponen Literasi Digital

Komponen yang terdapat pada keterampilan abad 21 yaitu literasi

informasi, literasi media, literasi ICT (Informasi, Komunikasi, dan

Teknologi). Peserta didik yang tergolong digital native, perlu diberikan

perhatian khusus dari pendidik pada keterampilan informasi, media, dan

teknologinya. Ketiga literasi tersebut tergabung menjadi Literasi Digital.

Literasi digital merupakan kebutuhan yang diperlukan pada abad 21 ini.

Teknologi digital memungkinkan terjadinya penyampaian informasi dan

komunikasi yang lebih cepat dari sebelumnya. Selain itu, perlu disadari

pula meningkatnya kecepatan penyebaran informasi di dunia maya

semakin dipenuhi dengan berita bohong, ujaran kebencian, bahkan

praktik-praktik penipuan. Disinilah setiap individu dapat meletakkan

kesadarannya untuk menjadi literat digital (Kemdikbud, 2017) dalam

(Suryanti, 2018, hlm. 6). Masih dalam sudut pandang yang sama, Nelson

(hlm. 97) menyampaikan bahwa konsep literasi digital jauh lebih luas

daripada literasi komputer yang mewakili kerangka untuk

mengintegrasikan sub-disiplin / literasi dan keterampilan-keterampilan

lainnya yang saling terkait. Seperti literasi teknologi, literasi informasi,

literasi media, dan literasi visual. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan

Sujana dan Rachmatin bahwa:

“Literasi digital yang penting untuk dimiliki mahasiswa abad 21

meliputi literasi informasi, literasi media, serta literasi Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK). Kemampuan literasi digital yang

dimiliki mahasiswa dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-

hari, baik di lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah, tempat kerja serta

lingkungan lainnya” (Sujana & Rachmatin, 2019, hlm. 1). Literasi ini

diperlukan sebagai salah satu komponen terpenting dalam keterampilan

abad 21.

Page 31: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

18

Gambar 2.1. Pengetahuan dan Keterampilan Abad 21

Sumber : p4tksb.kemdikbud.go.id

Banyaknya upaya nasional dan regional untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan kerangka kerja literasi digital dan rencana

strategis untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Namun, setiap

negara mengadopsi dan mengembangkan kerangka kerja berbeda-beda.

Sebagai contoh, Republik Korea bermaksud meningkatkan literasi digital

pejabat publik untuk meningkatkan efisiensi, transparansi dan pemberian

layanan kepada warga negara melalui administrasi publik. Di sisi lain,

Oman mengadopsi Kurikulum Literasi Digital Microsoft untuk

menjembatani kesenjangan digital, meningkatkan industri TIK dan

membangun kapasitas kerja generasi muda (Law, dkk, 2018, hlm. 6).

Demikian juga, definisi untuk literasi digital juga berbeda. Beberapa

orang menganggap literasi digital sebagai literasi baru yang terdiri dari

banyak dimensi dan terwakili dalam praktik sosial multimoda yang baru.

Misalnya, Ala-Mutka (2011) mendefinisikan literasi digital untuk

DigComp sebagai literasi yang muncul dari literasi lain dan, dengan

demikian, lebih besar dari jumlah literasi lainnya, yang meliputi literasi

informasi, literasi media, literasi internet, dan komputer atau Literasi TIK

(yaitu pengetahuan dan keterampilan perangkat keras dan lunak).

Demikian pula, dalam Kerangka Kerja Kurikulum Pendidikan Dasar

Kenya, literasi digital mencakup literasi tradisional dan literasi komputer

(Law, dkk, 2018, hlm. 6).

Page 32: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

19

Kerangka Literasi Digital Internasional yang diusulkan

dimaksudkan untuk melayani pemantauan, penilaian, dan pengembangan

lebih lanjut dari literasi digital, dengan mempertimbangkan berbagai

tingkat perkembangan. Oleh karena itu, kerangka kerja yang dihasilkan

perlu dioperasikan untuk memenuhi tujuan ini. Dalam meninjau

kerangka kerja terkait yang dikumpulkan dari lembaga pemerintah dan

non-pemerintah, kami menemukan bahwa gagasan berikut secara

berulang dan terus-menerus: "akses", "kelola", "pahami", "integrasikan",

"komunikasikan", "evaluasi" dan "ciptakan". Karenanya, kami

mengusulkan definisi berikut untuk literasi digital:

“Literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,

memahami, mengintegrasikan, berkomunikasi, mengevaluasi, dan

membuat informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk

pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan. Ini mencakup

kompetensi yang beragam disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK,

literasi informasi dan literasi media” (Law, dkk, 2018, hlm. 6).

Literasi Digital memiliki cakupan yang cukup luas, maka peneliti

mengambil rujukan dari penelitian Sujana & Rachmatin yang

menjelaskan bahwa komponen literasi digital terdiri dari literasi media,

informasi, dan teknologi atau TIK, hal ini merupakan komponen utama

yang sangat diperlukan calon guru untuk membentuk siswa menjadi

literat digital yang berkualitas. Masing-masing komponen ini memiliki

area kompetensi yang berbeda, namun tetap saling berkaitan.

1) Literasi Media

a) Definisi Literasi Media

Definisi mengenai literasi media menurut Baran & Denis

dalam Ulum (2019, hlm. 24), merupakan suatu rangkaian gerakan

melek media yang dirancang untuk meningkatkan kontrol

individu terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim

dan menerima pesan.

Page 33: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

20

Literasi media menurut Hobbs (1996) dalam Ainiyah (2017,

hlm. 69) dapat juga dipahami sebagai “proses dalam mengakses,

menganalisis secara kritis pesan-pesan yang terdapat dalam media,

kemudian menciptakan pesan menggunakan alat media”.

Pemahaman lain perihal literasi media juga dikemukakan oleh

Rubin (1998) dalam Ainiyah (2017, hlm. 69) sebagai “pemahaman

sumber, teknologi komunikasi, kode yang digunakan, pesan yang

dihasilkan, seleksi, interpretasi, dan dampak dari pesan tersebut”.

Secara historis literasi media digunakan untuk

menggambarkan berbagai praktik pendidikan. Potter (2010)

mengakui bahwa lebih dari 20 definisi yang berbeda digunakan

untuk mendefinisikan literasi media hingga adanya pemufakatan

definisi secara tetap. Organisasi seperti National Leadership

Conference on Media Literacy (Aufderheide, 1993), UK’s Office

of Communication (OFCOM, 2004) dan Asosiasi Nasional untuk

Pendidikan Literasi Media (National Association for Media

Literacy Education, 2015) yang berbasis di AS semuanya

menawarkan definisi yang mengidentifikasi berbagai keterampilan

khusus yang akan dimiliki oleh orang yang melek media. Alternatif

untuk metode berbasis keterampilan ini terletak pada pendekatan

yang terlihat untuk mengembangkan sikap kritis pada siswa dan

menganggap literasi media sebagai praktik sosial dan budaya dan

teknologi yang menopang studi informasi dengan literasi

informasi. Secara akademik literasi ini berperan sebagai

kemampuan untuk menilai media secara kritis (Leaning, 2019,

hlm. 7).

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa literasi

media merupakan suatu upaya yang dilakukan individu supaya

mereka sadar terhadap berbagai bentuk pesan yang disampaikan

oleh media, serta berguna dalam proses menganalisa dari

Page 34: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

21

berbagai sudut pandang kebenaran, memahami, mengevaluasi dan

juga menggunakan media secara kritis.

b) Konsep Literasi Media

Literasi media merupakan sebuah konsep baru di Indonesia,

namun kajian mengenai literasi ini telah banyak dilakukan di

negara lain. Dalam menghadapi arus media massa yang

menyajikan beragam tayangan, maka aktivitas literasi media tepat

untuk melindungi khalayak dari serbuan tayangan yang disajikan.

Di Indonesia sendiri kegiatan literasi media ini disebabkan oleh

kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkan (Fitryarini,

2016, hlm. 53)

Cakupan media literacy atau literasi media mencakup

kemampuan kritis dalam membaca dan kreatif dalam melakukan

komunikasi baik akademik maupun profesional melalui beragam

media. Literasi ini menjadikan masyarakat tidak mudah terpedaya

oleh informasi-informasi yang secara sekilas memenuhi dan

memuaskan kebutuhan psikologis dan sosialnya (Setyaningsih,

2019, hlm. 1204).

Simons (2017, hlm. 102) juga mengatakan hal yang sama

mengenai kompetensi literasi media yang umumnya mengacu pada

pada “kemampuan untuk menganalisis dan merefleksikan secara

kritis tentang pesan-pesan media serta untuk membuat dan

menyebarkan pesan-pesan media dan mengambil tindakan”.

Menurut Ferrés dan Piscitelli (2012) dalam Mateus (2019, hlm.

438) kompetensi media membantu kita untuk berinteraksi secara

kritis menggunakan pesan (media) dari orang lain, dan mampu

menghasilkan dan mendistribusikan pesan kita sendiri. Menurut

Horton (2007, hlm. 6-7) literasi media mencakup segala hal mulai

dari memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan

teknologi media lama dan baru hingga memiliki hubungan kritis

dengan konten media di saat media merupakan salah satu kekuatan

Page 35: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

22

paling kuat di masyarakat. Literasi media sebagai masalah

keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi, yang juga tergantung

pada institusi, teks, dan teknik yang melaluinya informasi dan

komunikasi media.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka literasi

media memiliki cakupan yang tidak lepas dari sikap kritis

seseorang dalam mengolah pesan yang disampaikan oleh media,

sehingga pesan yang disampaikan dapat dinilai, direfleksikan, dan

dikomunikasikan kepada khalayak agar dapat dikonsumsi dengan

benar dan tidak menyimpang dari budaya yang ada.

Baran (2010) dalam Ulum (2019, hlm. 26) menyampaikan

bahwa kemampuan ini sangat penting dalam proses komunikasi

massa. Adapun keterampilan literasi media memiliki beberapa

tujuan diantaranya yaitu:

Agar konsumen memiliki pengetahuan serta pemahaman

mengenai isi media, sehingga dapat mengendalikan pengaruh

media dalam kehidupannya;

Melindungi konsumen yang rentan terhadap dampak masuknya

budaya baru melalui media;

Menghasilkan warga yang “well informed” serta dapat menilai

konten media berdasarkan pengetahuan media yang dimiliki.

Sedangkan Rahmi (2013) dalam Ainiyah (2017, hlm. 69)

menyebut tujuan literasi media untuk:

Membantu mengembangkan pemahaman menjadi lebih baik;

Membantu mereka dalam mengendalikan pengaruh media

terhadap kehidupan sehari-hari;

Membantu meningkatkan kemampuan untuk membedakan

pesan yang dapat meningkatkan kualitas hidup atau yang

merusak.

Page 36: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

23

c) Upaya Membangun Literasi Media

Upaya untuk mengintegrasikan literasi media dalam

pendidikan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, guru

dapat menumbuhkan literasi media menggunakan konten mata

pelajaran tertentu: literasi media memainkan peran penting dalam

kursus seni dan musik (literasi visual dan audio); kursus bahasa,

khususnya dalam pendidikan bahasa ibu, dengan fokus pada fungsi

komunikatif media (membaca dan memahami beberapa jenis teks);

dan dalam kursus seperti sejarah, geografi dan sains, yang

menawarkan kemungkinan untuk mempromosikan literasi media

dengan membuat peserta didik mencari, menganalisis, dan

menyajikan informasi. Selain itu, perlu untuk membahas literasi

media secara eksplisit dalam kurikulum dengan mendiskusikan

topik dan isu media. Sekolah dapat menerapkan literasi media

dalam mata pelajaran tertentu yang disebut “Media”. Akhirnya,

sekolah juga dapat mengadopsi desain interdisipliner untuk

menumbuhkan literasi media pada siswa dengan

mengimplementasikan proyek yang berfokus pada literasi media di

beberapa mata pelajaran (Simons, 2017, hlm. 100).

Guru juga harus tetap mengikuti aplikasi dan sumber media

baru dan mengidentifikasi literasi media yang memadai yang

dibutuhkan bersama mereka. Kedua, guru harus cenderung

memiliki kompetensi pendidikan yang diperlukan untuk

mengaplikasikan literasi media kepada siswa mereka. Dalam hal

ini, kompetensi pedagogis dan didaktik terkait dengan pendidikan

yang melibatkan literasi media (Simons, 2017, hlm. 103).

Pengukuran literasi media di kalangan guru dapat bermanfaat

dalam tiga konteks. Pertama, penting bagi masing-masing guru

untuk dapat mengukur kompetensi literasi media mereka sendiri

dan merefleksikan peningkatan mereka. Namun, tidak selalu perlu

bagi semua guru di sekolah untuk memiliki tingkat literasi media

Page 37: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

24

yang tinggi, atau memiliki kompetensi media yang sama; lebih

penting dan berguna untuk mengidentifikasi kompetensi media

dari tim guru secara keseluruhan dan untuk menentukan apakah

semua kompetensi literasi media yang diperlukan terwakili.

Pengembangan profesional dapat membantu guru untuk saling

melengkapi dan pada akhirnya mencapai tujuan pendidikan bagi

siswa mereka. Akhirnya, pengukuran kompetensi literasi media

guru berguna untuk pengembangan kebijakan. Dalam konteks ini,

literasi media dianggap dalam perspektif yang lebih luas (yaitu

sekolah, tingkat regional). Pandangan yang memadai tentang

kompetensi literasi media guru diperlukan untuk menilai

kebutuhan untuk memulai tindakan spesifik untuk

meningkatkannya (Simons, 2017, hlm. 103).

2) Literasi informasi

a) Definisi Literasi Informasi

Hasugian (2008) dalam Setyaningsih (2019, hlm. 1204)

menjelaskan literasi informasi sebagai kemampuan dalam mencari,

mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara

efektif.

Library of Conggres Subject Heading (LCSH) memberikan

pengertian literasi informasi sebagai “kemampuan untuk

mengenali kapan informasi dibutuhkan serta untuk mencari,

mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang diperlukan secara

efektif” (Septiyantono, hlm. 1.8). Pengertian ini menjelaskan

bahwa seseorang dapat mengetahui kapan waktu yang tepat dalam

membutuhkan, mencari, mengevaluasi, maupun menggunakan

informasi sesuai kebutuhan.

Menurut Garner (2006) dalam Leaning (2019, hlm. 7) literasi

informasi berkaitan dengan pembelajaran seumur hidup yang

memberdayakan masyarakat untuk mencari, mengevaluasi,

Page 38: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

25

menggunakan, dan menciptakan informasi secara efektif dalam

mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan, maupun pendidikan

mereka.

b) Konsep Literasi Informasi

Konsep literasi informasi ini pertama kali diperkenalkan oleh

Paul Zurkowski (President of Information Industries Association)

di Amerika pada tahun 1974. Literasi informasi ini ditujukan

kepada The National Commisionon Libraries and Information

Science (NCLIS) USA melalui sebuah proposal. Zurkowski

berpendapat

People trained in the application of information resources to

their work can be called information literate. They are learned

techniques and skill for utilizing the wide range of information

tools as well as prmary sources in molding information

solution to their problems. (Septiyantono, hlm. 1.6)

Makna dari konsep tersebut yang dimaksud dengan literasi

informasi adalah orang yang terlatih dalam menggunakan sumber

informasi untuk menyelesaikan tugas mereka. Dalam pengertian di

atas, Zurkowski mengusulkan:

1. sumber informasi digunakan dalam lingkungan kerja;

2. dibutuhkan teknik dan keterampilan untuk menggunakan alat

informasi dan sumber-sumber primer;

3. informasi digunakan untuk memecahkan masalah.

Konsep ini menggambarkan keterampilan dalam

memanfaatkan informasi serta mengenali sumber informasi yang

digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan kembali

informasi. Konsep yang kedua ini menunjukkan bahwa literasi

informasi sebagai berikut.

1. Memberikan keterampilan dalam menggunakan berbagai

sumber informasi melalui pelatihan.

Page 39: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

26

2. Teknik dan keterampilan yang dilatihkan adalah memanfaatkan

sumber informasi, menggunakan alat bantu untuk menemukan

kembali informasi, dan memanfaatkan informasi.

3. Menggunakan informasi sebagai sumber utama dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(Septiyantono, hlm. 1.6 - 1.7)

Pada tahun 1990, Bob Berkowitz dan Mike Eisenberg

merumuskan salah satu model literasi informasi yakni model Big

Six Skills. Model tersebut mencakup kemampuan untuk

mengetahui kapan informasi dibutuhkan; mengidentifikasi sumber

informasi; menemukan dan mengakses informasi secara efektif dan

efisien; menilai informasi secara kritis; mengorganisasikan dan

mengintegrasikan informasi berdasarkan pengetahuan;

menggunakan informasi secara etis dan legal; dan menggabungkan

informasi secara efektif.

Salah satu acuan standar kompetensi literasi informasi yang

digunakan berasal dari The Association for College and Research

Libraries (ACRL), yakni asosiasi bagi komunitas pustakawan

akademik dan penelitian. Melalui keanggotaan di ACRL, setiap

anggota memiliki akses untuk meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan pustakawan. Standar kompetensi yang ditetapkan

ACRL (2000) ialah:

a. mampu menentukan sifat dan besarnya kebutuhan informasi,

b. mampu mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif

dan efisien,

c. mampu mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis

dan menggabungkan informasi yang dipilihnya ke dalam

pengetahuan dan sistem nilai,

d. mampu menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai

tujuan tertentu,

Page 40: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

27

e. mampu memahami isu-isu bidang ekonomi, hukum, sosial, dan

seputar penggunaan informasi dan mengakses serta

menggunakan informasi secara etis dan legal.

Peserta didik yang sudah memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan ACRL diharapkan mampu menelusuri informasi yang

begitu melimpah, menyeleksi informasi yang dibutuhkan (baik dari

sumber dalam bentuk cetak maupun elektronik), mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, dan menyelesaikan masalah, baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelesaikan tugas-

tugas di sekolah, serta menyajikan informasi secara etis.

Pentingnya keterampilan literasi tidak hanya bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan untuk menyelasaikan tugasnya saja,

tetapi hingga pada lingkungan kerja dan masyarakat

(Kurnianingsih, 2017, hlm. 63).

c) Upaya Membangun Literasi Informasi

Horton (2007, hlm. 9-13) menyatakan bahwa ada sebelas

tahapan dalam siklus literasi informasi. Beberapa ahli dapat

menggabungkan beberapa langkah atau tahapan ini menjadi satu.

Dan yang lain mungkin memecah satu tahap menjadi lebih dari satu

langkah. Kami mengakui bahwa tidak ada jawaban "terbaik" untuk

identifikasi tahapan atau langkah karena paradigma itu masih

terlalu baru.

1) Sadarilah bahwa ada kebutuhan atau masalah yang

membutuhkan informasi yang penyelesaiannya memuaskan.

Singkatnya, jika seseorang dihadapkan dengan masalah namun

tidak tahu cara mengatasinya dan memutuskan untuk mencari

informasi agar dapat menyelesaikan masalah, maka artinya

seseorang masih dikatakan buta informasi, hal ini merupakan

siklus pertama dari literasi informasi.

Page 41: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

28

2) Mengetahui cara mengidentifikasi secara akurat dan

mendefinisikan informasi yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan, menyelesaikan masalah, atau membuat keputusan.

Diantara banyaknya informasi, maka pustakawan memberikan

‘trik’ atau aturan tertentu tentang terminologi yang idealnya

harus digunakan. Terkadang keterampilan ini juga disebut

sebagai istilah "pencarian".

3) Tahu bagaimana menentukan apakah informasi yang

dibutuhkan ada atau tidak, jika tidak, tahu cara membuat, atau

menyebabkan dibuatnya informasi yang tidak tersedia (juga

disebut sebagai "menciptakan pengetahuan baru"). Di sinilah

alat referensi perpustakaan dan mesin pencari ikut bermain dan

"melakukan pekerjaan terbaik mereka." Jika informasi yang

dibutuhkan tidak terdapat di Google, maka bisa dicari di

perpustakaan konvensional.

4) Ketahui cara menemukan informasi yang diperlukan jika telah

memutuskan bahwa informasi itu memang ada. Hal lainnya

dapat dilakukan dengan menghadiri pelatihan tatap muka, atau

menemukan tutorial online mengenai cara mencari informasi

yang telah diketahui.

5) Ketahui cara membuat, atau menyebabkan dibuat, informasi

yang tidak tersedia yang dibutuhkan; kadang-kadang disebut

"menciptakan pengetahuan baru."

6) Tahu bagaimana memahami sepenuhnya informasi yang

ditemukan, atau tahu ke mana harus mencari bantuan jika perlu

memahaminya.

7) Tahu bagaimana mengatur, menganalisis, menafsirkan dan

mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumber. Informasi

yang telah didapatkan perlu ditata ulang untuk dipahami.

Setelah itu, dianalisis dan ditafsirkan. Sehingga informasi yang

didapat dapat dinilai kredibilitas dan keasliannya.

Page 42: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

29

8) Mengetahui cara berkomunikasi dan menyajikan informasi

kepada orang lain dalam dengan menggunakan format dan

media yang sesuai.

9) Mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk menyelesaikan

masalah, membuat keputusan, atau memenuhi kebutuhan.

10) Mengetahui cara menyimpan, menggunakan kembali,

merekam, dan mengarsipkan informasi untuk penggunaan di

masa mendatang.

11) Mengetahui cara membuang informasi yang tidak lagi

diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.

3) Literasi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK)

a) Definisi Literasi TIK

Literasi TIK atau disebut dengan melek teknologi informasi

dan komunikasi berfokus pada cara untuk mengadopsi,

menyesuaikan, dan menggunakan perangkat digital berbasis TIK

baik berupa aplikasi maupun layanan lainnya (Setyaningsih, 2019,

hlm. 1204).

Menurut Syarifuddin (dalam Helaluddin, 2019) literasi TIK

dianggap sebagai kemampuan dalam menggunakan media baru

seperti internet, untuk mengakses, menyebarkan maupun

mengkomunikasikan informasi secara efektif. Literasi ini juga

dimaknai sebagai literasi media yang menjadikan manusia mampu

memahami, menguasai, dan memanfaatkan konten media massa.

Tidak jauh berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh

The Educational Testing Service (ETS) yang mengartikan literasi

TIK sebagai penggunaan teknologi digital, peralatan komunikasi,

maupun jaringan untuk mengakses, mengatur, mengintegrasikan,

mengevaluasi, serta menciptakan informasi yang bermanfaat

dalam kehidupan sosial (Helaluddin, 2019).

Page 43: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

30

Mengakses merupakan langkah mengumpulkan dan

mengambil informasi dalam perangkat digital. Evaluasi adalah

menilai informasi yang memenuhi permasalahan otoritas, bias,

ketepatan waktu, relevansi, maupun aspek material lainnya.

Mengelola yaitu mengatur informasi untuk membantu proses

penemuan informasi selanjutnya. Mengintegrasikan yaitu

menafsirkan dan mewakili informasi menggunakan alat digital

untuk mensintesis, meringkas, dan membandingkan informasi dari

berbagai sumber. Mencipta yaitu beradaptasi, menerapkan,

mendesain, ataupun membangun informasi dalam lingkungan

digital. Berkomunikasi yaitu menyebarkan informasi yang sesuai

kepada khalayak tertentu dalam format digital secara efektif.

Dengan adanya kemampuan literasi TIK para guru akan semakin

relevan dengan tuntutan zaman, apalagi sebagai guru profesional

(Astini, 2019, hlm. 117-118).

Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

literasi TIK diartikan sebagai kemampuan dalam mengadopsi atau

menggunakan perangkat TIK, peralatan komunikasi dan jaringan

sebagai media baru berupa internet untuk mengakses,

mengevaluasi, menciptakan, maupun mengkomunikasikan

informasi secara efektif dalam kehidupan sosial masyarakat.

b) Konsep Literasi TIK

Literasi TIK terbagi dalam dua sudut pandang. Pertama,

Literasi Teknologi (Technological Literacy)—sebelumnya dikenal

dengan sebutan Computer Literacy—merujuk pada kemampuan

penggunaan teknologi digital maupun secara teknisnya. Kedua,

menggunakan Literasi Informasi (Information Literacy). Literasi

ini mencakup kemampuan untuk memetakan, mengidentifikasi,

mengolah, dan menggunakan informasi digital secara optimal

(Nasrullah, dkk, 2019, hlm. 8).

Page 44: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

31

Penggunaan teknologi baru dalam pendidikan menyiratkan

peran baru guru, pedagogi baru dan pendekatan baru terhadap

pendidikan guru. Integrasi TIK yang berhasil ke dalam kelas

bergantung pada kemampuan guru untuk menyusun lingkungan

belajar dengan cara baru, untuk menggabungkan teknologi baru

dengan pedagogi baru, untuk mengembangkan ruang kelas yang

aktif secara sosial, mendorong interaksi kooperatif, pembelajaran

kolaboratif, dan kerja tim. Keterampilan mengajar di masa depan

akan mencakup kemampuan untuk mengembangkan cara-cara

inovatif menggunakan teknologi untuk meningkatkan lingkungan

belajar, dan untuk mendorong melek teknologi, pendalaman

pengetahuan dan penciptaan pengetahuan. Pembelajaran

profesional guru akan menjadi komponen penting dari peningkatan

pendidikan ini (Mare, 2019, hlm. 1-2).

Analisis keterampilan dasar TIK calon guru berfokus pada

keterampilan operasional komputer dan smartphone serta aplikasi

office yang paling umum - Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint.

Tingkat kompetensi calon guru dalam TIK adalah salah satu

indikator utama kemampuan mereka untuk mengintegrasikan

teknologi ke dalam pengajaran dan pembelajaran mereka. Persepsi

calon guru tentang teknologi untuk pengajaran dan pembelajaran

mencerminkan tingkat kesadaran dan pemahaman mereka tentang

peran teknologi dalam pendidikan.

Tujuan penggunaan TIK dianggap sebagai indikator yang

proporsional dalam penggunaan TIK oleh calon guru untuk tujuan

pendidikan dan nonpendidikan (misal pribadi dan sosial).

Dukungan kelembagaan TIK dan dosen keguruan mengeksplorasi

sejauh mana calon guru telah menerima dukungan TIK yang

diperlukan dari lembaga mereka dan instruktur mereka. Rata-rata

yang rendah dan standar deviasi yang konsisten menunjukkan

bahwa calon guru hanya mendapat sedikit dukungan dari

Page 45: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

32

kelembagaan dan guru dalam pelatihan TIK. Calon guru yang

mendapatkan pengalaman secara konsisten dengan teknologi di

seluruh program pendidikan guru mereka akan lebih siap untuk

mengintegrasikan teknologi ke dalam ruang kelas mereka sendiri.

Argumen-argumen ini menyarankan perlunya pendekatan yang

lebih komprehensif dan harmonis untuk memperbaiki kesenjangan

integrasi TIK yang efektif ke dalam pendidikan guru. Program

pendidikan guru kemudian harus menyediakan sarana, model, dan

kerangka kerja untuk mengatasi kebutuhan pengajaran dan

pembelajaran (Mare, 2019, hlm. 4-6).

c) Upaya Membangun Literasi TIK

Upaya ini telah mendapatkan perhatian dari banyak peneliti.

Beberapa inisiatif telah diambil untuk menyediakan kerangka kerja

dengan kompetensi yang harus diperoleh (calon) guru terkait

penggunaan TIK dalam proses belajar mengajar (misalnya, ISTE,

2008). Baru-baru ini, di Flanders (Belgia), kerangka kerja

komprehensif baru untuk kompetensi TIK calon guru telah

dikembangkan (ENW AUGent, 2013). Kerangka kerja TIK (ICT-

CF) ini telah mengintegrasikan kerangka kerja yang ada dan

bertujuan untuk mengembangkan kompetensi TIK calon guru.

Pengenalan kerangka kerja yang disebutkan di atas

mengasumsikan bahwa sangat penting bagi calon guru untuk

mengembangkan kompetensi TIK yang diperlukan. Meskipun

kerangka kerja serupa yang dirancang oleh lembaga pemerintah

tersedia (misalnya, Kennisnet, 2012), mereka disusun terutama

pada tingkat konseptual dan tidak selalu divalidasi secara empiris.

Oleh karena itu, masih tidak selalu jelas apakah dan sejauh mana

calon guru memiliki kompetensi yang diperlukan untuk

mengintegrasikan TIK ke dalam praktik pendidikan mereka

(Tondeur, 2015, hlm. 1)

Page 46: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

33

Banyaknya organisasi yang telah menyediakan kerangka kerja

dengan standar TIK yang harus dipenuhi oleh calon guru. Dalam

kerangka kerja ini, istilah yang berbeda digunakan, seperti literasi

TIK, literasi digital dan kompetensi TIK. Keterampilan TIK

merujuk pada penggunaan teknis TIK, sedangkan kompetensi TIK

dikonseptualisasikan sebagai pengetahuan penggunaan,

keterampilan, dan sikap digital yang terintegrasi dan fungsional.

Dengan demikian, keterampilan digital adalah bagian dari

kompetensi digital. Namun, dalam penelitian ini, istilah

kompetensi TIK digunakan karena menawarkan pandangan yang

lebih komprehensif tentang penggunaan teknologi (Tondeur, 2015,

hlm. 3).

Kaufman (2015) menjelaskan bahwa kualitas dan kuantitas

pengalaman TIK calon guru telah diidentifikasi sebagai faktor

penting dalam mempengaruhi pengembangan kompetensi TIK

calon guru. Sebagai contoh, tampaknya mengamati guru yang

menggunakan teknologi terbukti menjadi motivator penting untuk

integrasi teknologi masa depan di kelas (Tondeur, 2015, hlm. 9).

d. Strategi Implementasi Literasi Digital di Sekolah

Menurut Bawden (2001) dalam Suryanti (2018, hlm. 6-7) terdapat

delapan elemen penting yang dapat mengembangkan kemampuan literasi

digital, yaitu;

1) Culture (Kultural). Hal ini berkaitan dengan pemahaman pendidik dan

peserta didik dalam menggunakan perangkat digital.

2) Cognitive (kognitif). Kemampuan ini berhubungan dengan

kemampuan nalar dan berpikir pendidik dan peserta didik dalam

menilai suatu konten.

3) Constructive (konstruktif). Kemampuan konstruktrif berhubungan

dengan merancang sesuatu dengan keahlian dan aktual.

Page 47: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

34

4) Communicative (komunikatif). Dalam hal ini pendidik dan peserta

didik harus memiliki kemampuan untuk memahami cara

berkomunikasi dan kinerja jaringan dan komunikasi dunia digital.

5) Confidence (kepercaya diri yang bertanggung jawab) yaitu

kemampuan pendidik dan peserta didik untuk memunculkan rasa

kepercayaan diri dan tanggung jawab terhadap apa yang telah

dirancang.

6) Creative (kreatif). Hal ini terkait dengan kemampuan pendidik dan

peserta didik dalam melakukan atau bahkan menciptakan hal baru,

atau mungkin dengan strategi yang baru pula.

7) Critics (kritis). Kemampuan literat digital dalam menyikapi konten

media digital secara kritis, teliti, dan bijak.

8) Civic (bertanggung jawab secara sosial). Pendidik dan peserta didik

harus memiliki rasa tanggung jawab sosial. Literasi ini tidak hanya

berfokus pada satu aspek pengetahuan saja, melainkan kemampuan

lain yang juga terangkum dalam literasi ini seperti kemampuan untuk

memetakan, mengidentifikasi, mengolah, dan menggunakan

informasi digital dengan cerdas, bijak, dan sesuia dengan norma yang

ada.

Menyikapi berbagai elemen yang harus dimiliki oleh literat digital

ini, maka perlu dilakukan upaya untuk membangun literasi digital ini

sendiri. Ada beberapa stategi atau cara yang ditempuh sekolah dalam

upaya membawa literasi digital ini ke sekolah. Peran pendidik sangat

dibutuhkan untuk menumbuhkan literasi ini. Maka sudah tentu pendidik

perlu melakukan beberapa upaya diantaranya:

1) Mengikuti berbagai pelatihan terkait literasi digital

2) Memanfaatkan literasi digital dalam kegiatan pembelajaran

3) Menambah jumlah dan variasi sumber baca dan media yang berbasis

digital

4) Kegiatan sekolah dan kebijakan sekolah yang memanfaatkan

teknologi dan informasi

Page 48: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

35

5) Menyediakan situs-situs dan aplikasi-aplikasi edukatif sebagai

sumber belajar.

Cara penggunaan didaktik digital dalam mengajar (misalnya tablet

atau papan interaktif) membawa perubahan pedagogis yang bermakna ke

pembelajaran kelas klasik (Lewin et al., 2008) tetapi efek positif dari

penggunaan cara ini tergantung pada guru (Zahorec, 2019, hlm. 379).

Lebih jauhnya Nasrullah (2019, hlm. 14) bahkan menyebutkan

bahwa literasi digital ini perlu diintegrasikan dalam kurikulum atau

setidaknya terkoneksi dengan kegiatan belajar mengajar. Siswa perlu

ditingkatkan keterampilannya, guru perlu ditingkatkan pengetahuan dan

kreativitasnya dalam proses pengajaran literasi digital, dan kepala

sekolah perlu memfasilitasi guru atau tenaga kependidikan dalam

mengembangkan budaya literasi digital sekolah.

Mendalami hal tersebut, maka dalam prosesnya guru perlu

memanfaatkan berbagai sumber informasi. Guru juga perlu menciptakan

suasana yang membuat siswa memiliki perspektif yang berbeda dengan

mengarahkannya dalam lingkungan pembelajaran seperti ini. Guru

sebagai perancang lingkungan belajar yang terintegrasi teknologi, tidak

harus menjadi ahli dalam literasi digital, namun menjadikan

keterampilan yang harus dimiliki. Aspek kedua menyangkut cara guru

menggunakan situasi sebagai titik awal untuk memotivasi siswa dalam

mencari pengetahuan mereka. Guru melakukan ini dengan mengenali

informasi relevan namun saling bertentangan yang ditemukan oleh siswa.

Namun, alih-alih memberikan jawaban kepada para siswa, ia mendorong

mereka untuk menyelesaikan kesulitan dengan mencari informasi

tambahan secara online (Lund, 2019, hlm. 55).

Aspek ketiga terkait dengan merancang lingkungan belajar dengan

berbagai bentuk representasi pengetahuan, misalnya informasi statistik

online dan representasi visual. Dengan demikian, guru perlu

Page 49: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

36

menyesuaikan pelajaran yang direncanakan dengan temuan baru murid-

muridnya. Kasus ini adalah contoh dari beberapa penelitian

menunjukkan: bahwa mengarahkan beragam bentuk representasi

pengetahuan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang

materi pelajaran. Juga, kita melihat bahwa literasi digital jarang

diberlakukan sebagai praktik terpisah tetapi terkait dengan penggunaan

berbagai sumber daya analog, konseptual, simbolik, dan sosial (Lund,

2019, hlm. 55).

e. Dampak Literasi Digital

Dampak positif dari peningkatan program literasi digital yaitu

seseorang menjadi mampu mengembangkan seluruh kemampuan dalam

mengolah informasi yang didapat dari internet. Selain mempunyai

dampak positif, ternyata literasi yang memanfaatkan teknologi digital

juga mempunyai dampak negatif. Pemahaman literasi digital yang buruk

tidak dapat meningkatkan etika dan tanggung jawab siswa, siswa lebih

memilih untuk memposting di media sosial yang cenderung menghina

orang lain dengan menggunakan bahasa yang kurang sopan (Deonisius,

dkk, 2019, hlm. 71)

Literasi digital dapat menciptakan tatanan masyarakat dengan pola

pikir yang kritis dan kreatif. Masyarakat tidak akan mudah terprovokasi

oleh isu-isu yang ada, dan tidak akan termakan informasi hoaks, maupun

korban penipuan berbasis digital. Membangun budaya literasi digital ini

perlu melibatkan peran aktif masyarakat bersama-sama. Keberhasilan

dalam membangun literasi digital merupakan salah satu indikator

pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud

dalam buku Gerakan Literasi Nasional (Nasrullah, 2017, hlm. 5)).

4. Keterampilan Abad 21

Wagner (2010) dan Change Leadership Group menekankan tujuh

keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam menghadapi kehidupan,

dunia kerja, dan sebagai warga negara di abad ke-21 yaitu sebagai berikut:

Page 50: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

37

a. kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,

b. kolaborasi dan kepemimpinan,

c. ketangkasan dan kemampuan beradaptasi,

d. inisiatif dan berjiwa entrepeneur,

e. mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis,

f. mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan

g. memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.

(Zubaidah, 2016, hlm. 2)

Sedangkan US-based Apollo Education Group menyebutkan sepuluh

keterampilan yang mesti dimiliki siswa untuk bekerja di abad 21 yaitu

keterampilan berpikir kritis, kepemimpinan, kolaborasi, komunikasi,

kemampuan dalam beradaptasi, produktivitas dan akuntabilitas, inovasi,

kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta

kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi

(Zubaidah, 2016, hlm. 2-3).

Pada bagian berikut dijelaskan sekilas tentang kompetensi dan

keterampilan sesuai empat pilar pendidikan yang terdapat pada Delors

Report dalam Zubaidah (2016, hlm. 3-8).

a. Learning to Know

Penguasaan materi merupakan hal yang penting bagi siswa di abad

ke 21, konsep pembelajaran sepanjang hayat pun perlu ditanamkan pada

diri siswa agar memiliki keinginan belajar yang berkesinambungan untuk

mengetahui apa yang perlu diketahui dengan memperkuat

pemahamannya. Pembelajaran abad 21 juga hendaknya menekankan

pada tema pembelajaran interdisipliner.

Peserta didik juga dianjurkan untuk mencari pengetahuan sebanyak

mungkin melalui pengalamannya. Hal ini akan memicu sikap kritisnya

dan meningkatkan semangat peserta didik. Learning to know

mengajarkan arti pentingnya pengetahuan, karena learning to know

mengandung learning how to learn yang berarti pemahaman peserta didik

Page 51: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

38

mengenai lingkungan di sekitarnya sebagai proses belajar (Laksana,

2016, hlm. 46-47).

Menurut Suprijanto (dalam Laksana, 2016, hlm. 47)

mengungkapkan bahwa learning to know juga mengajarkan belajar

sepanjang hayat atau live long of education. Pendidikan sepanjang hayat

ini merupakan pendidikan yang berlanjut sepanjang hidupnya, tidak

hanya sampai dewasa.

Learning to know ini memuat indikator yang telah ditetapkan oleh

UNESCO, yaitu memperoleh dan menguasai materi sebanyak mungkin;

mencari informasi dari lingkungan maupun sumber lain; menguasai

materi yang diterima; mengembangkan dan merespon informasi baru;

mengembangkan rasa ingin tahu; memanfaatkan berbagai sumber

pelajaran (Prasetyono & Trisnawati, 2018, hlm. 164).

b. Learning to Do

Setiap individu di abad 21 perlu belajar berkarya agar dapat

menyesuaikan diri dengan masyarakat yang berkembang sangat cepat.

Siswa maupun dewasa perlu memiliki pengetahuan akademik dan

terapan yang akan ditransformasikan ke dalam keterampilan yang

berharga.

Learning to do menekankan pada kepentingan dalam berinteraksi

dan bertindak. Ilmu yang telah didapat dapat diterapkan dalam

kehidupan, kerjasama dalam tim untuk mengatasi masalah dari berbagai

situasi dan kondisi. Learning to do ini berkaitan dengan kemampuan

hard skill maupun soft skill. Soft skill maupun hard skill sangat

dibutuhkan dalam dunia pendidikan karena pendidikan merupakan hal

terpenting dalam proses penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas, tangguh, dan terampil mengikuti perkembangan zaman.

Hard skill menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi

maupun keterampilan teknis lain yang berhubungan dengan kemampuan

Page 52: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

39

peserta didik. Adapun soft skill mengacu pada ciri-ciri kepribadian,

kemampuan berbahasa, dan pengoptimalan derajat seseorang (Laksana,

2019, hlm. 48-49).

Learning to do memuat kompetensi tertentu, sesuai dengan yang

telah ditetapkan oleh UNESCO, yaitu “mengaitkan pembelajaran dengan

kompetensi; mengimplementasikan pengetahuan dengan keterampilan;

mengaplikasikan pemahaman secara kreatif dengan tindakan di

lingkungan sehari-hari; meningkatkan keterampilan dalam pemecahan

masalah; berkreasi dengan pengetahuan yang telah diperoleh”

(Prasetyono & Trisnawati, 2018, hlm. 164).

Berikut merupakan kompetensi yang masuk ke dalam Learning to do:

1) Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada

pembelajaran di abad ke-21. Pada era literasi digital dimana arus

informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki kemampuan untuk

memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber

yang berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek

objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran.

2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain

seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih,

mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai

alternatif dan menafsirkan informasi. Seseorang harus mampu

mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam

memecahkan masalah yang kompleks.

3) Komunikasi dan Kolaborasi

Kemampuan komunikasi dapat dilihat sebagai keterampilan

untuk menyempaikan pemikiran secara persuasif, jelas baik lisan

Page 53: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

40

maupun tulisan. Kemampuan ini juga mencakup keterampilan dalam

memotivasi orang lain, dan memberikan arahan dengan kalimat yang

jelas.

4) Kreativitas dan Inovasi

Berkembangnya kreativitas dan inovasi siswa dengan

memberikan kesempatan berpikir divergen. Siswa harus diberikan

stimulus untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, cara berpikir yang

baru, memberikan gagasan dan solusi-solusi baru, mengajukan

pertanyaan yang tidak biasa, dan memberikan kemungkinan jawaban.

5) Literasi Informasi, Media, dan Teknologi

Literasi informasi sangat berpengaruh pada perolehan

keterampilan lain di abad ke-21. Literasi media meliputi kemampuan

untuk menganalisis, merefleksikan dan bertindak dalam memahami

pesan yang disampaikan media. Kerangka dari literasi media meliputi

kemampuan untuk mengakses, menganalisi, mengevaluasi,

memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai peran dari

media, serta membangun keterampilan dari informasi yang diselidiki.

Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan

pesan pribadi untuk orang lain dengna jalan memberikan pengaruh

dan informasi kepada orang lain.

6) Literasi Informasi, Komunikasi, dan Teknologi (TIK)

Literasi ini meliputi kemampun untuk mengakses, mengatur,

mengintegrasi, dan menciptakan informasi dari penggunaan teknologi

komunikasi digital. Literasi ICT ini berpusat pada keterampilan

berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan penggunaan media,

informasi dan teknologi. Terdapat keterkaitan antara literasi media,

komunikasi dan teknologi. Penguasaan pada keterampilan ini

memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan lain yang

diperlukan dalam kehidupan abad ke-21.

Page 54: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

41

c. Learning to Be

Siswa yang memiliki kemampuan kognitif secara fundamental,

dapat menghadapi situasi konflik dan krisis, sehingga terbentuk pribadi

yang berkualitas. Utamanya, siswa harus dapat beradaptasi dengan

kondisi zaman yang berubah dan dapat bekerja sama dengan lingkungan

sosial.

1) Keterampilan Sosial dan Lintas Budaya

Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk berinteraksi

secara efektif dengan orang lain, seperti mengetahui waktu yang tepat

untuk berbicara ataupun mendengarkan. Bagaimana memperlakukan

diri dengan hormat, dan bagaimana bersikap secara profesional.

Bekerja secara efektif dalam tim dengan anggota yang beragam (baik

dari kondisi sosial maupun latar belakang budayanya), terbuka dengan

ide-ide dan nilai yang dianggap berbeda, berinovasi dan berkualitas

dalam bekerja.

2) Tanggung Jawab Pribadi, Pengaturan Diri, dan Inisiatif

Siswa yang mandiri dan tanggungjawab dalam proses belajarnyaa

akan meningkatkan kemampuannya sepanjang karirnya.

3) Keterampilan Berpikir Logis

Kemampuan berpikir logis dalam menghadapi isu-isu global yang

kompleks penting untuk dikembangkan. Mereka harus siap mengatasi

segala permasalahan manusia seperti perubahan iklim, konflik

manusia, penyebaran wabah penyakit, krisis energi, kemiskinan.

Sekolah harus mampu mengembangkan kompetensi yang dapat

membantu mereka untuk memahami situasi lingkungan yang baru.

4) Keterampilan Metakognitif

Metakognisi diartikan sebagai 'thinking about thinking'.

Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Page 55: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

42

Beberapa langkah penting yang perlu dilakukan untuk mengajarkan

keterampilan metakognisi adalah sebagai berikut: (a) mengajarkan

bahwa ilmu pengetahuan sangatlah luas, sehingga belajar itu tidak ada

batasnya, kemampuan seseorang dalam belajar juga dapat diubah, (b)

mengajarkan bagaimana menetapkan tujuan dan pencapaian

pembelajaran, (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih memantau kegiatan belajarnya secara akurat.

5) Kemampuan Berpikir Berwirausaha

Kemampuan berpikir yang tidak biasa (out of the box) merupakan

salah satu hal yang perlu dimiliki dalam menumbuhkan kreativitas

seseorang, terutama dalam berwirausaha, membayangkan sesuatu

yang baru dengan menghasilkan karya yang menakjubkan. Memiliki

pola pikir berwirausaha dengan memanfaatkan peluang dan

kesanggupan untuk bertanggung jawab dan menanggung resiko,

sehingga memungkinkan untuk terciptanya lapangan pekerjaan bagi

orang banyak. Oleh karena itu, siswa harus dilatih berpikir dan

menentukan keputusan dengan cepat, mereka juga harus memiliki

kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru yang berdampak positif

bagi orang banyak.

6) Belajar untuk Belajar dan Kebiasaan Belajar Sepanjang Hayat

Seperti yang dikatakan oleh Bolstad (2011) dalam Zubaidah

(2016, hlm. 6) bahwa sekolah harus menanamkan keinginan dan

kemampuan siswanya untuk dapat belajar sepanjang hayat serta

dengan memperluas kapasitas intelektual dari siswa. Selain itu,

memiliki keterbukaan dalam belajar dan komitmen yang kuat untuk

belajar sepanjang hidup sangatlah penting bagi siswa. kemampuan

siswa untuk belajar lebih diutamakan dari akumulasi pengetahuan

yang diperolehnya.

Page 56: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

43

d. Learning to Live Together

Berdasarkan beberapa bukti yang telah ditemukan bahwa siswa yang

dapat bekerja secara kooperatif memiliki tingkat kemampuan yang lebih

tinggi dilihat dari hasil pemikiran dan kemampuan menyimpan informasi

dalam jangka panjang dibandingkan siswa yang bekerja secara individu.

Belajar bersama dapat melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam

berdiskusi, memantau strategi dan pencapaian dalam belajar, serta

kemampuan berpikir kritis.

1) Menghargai Keanekaragaman

Keterampilan ini mencakup rasa hormat dan menghargai

perbedaan budaya dan permasalahan orang lain, sehingga mereka juga

akan memperoleh keterampilan sosial dan lintas budaya. Lingkungan

sekolah harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling

menghargai dan hidup berdampingan secara damai di lingkungan

dengan budaya yang beragam. Sehingga, guru perlu menciptakan

kegiatan pembelajaran yang kolaboratif dan sesuai dengan kehidupan

nyata yang dapat mengembangkan pemahaman, dan keterampilan

serta nilai-nilai siswa.

2) Teamwork dan Interconnectedness

Keterampilan teamwork dan interconnectedness harus menjadi

hal yang utama dalam pendidikan. Hasil survei Conference Board

menemukan bahwa profesionalisme, etika kerja yang baik,

komunikasi secara lisan dan tertulis, kerja tim, kolaborasi, berpikir

kritis dan kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan

yang sangat penting.

Page 57: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

44

3) Kompetensi Global

Siswa yang memiliki kompetensi global cenderung menganggap

mereka sebagai warga dunia sehingga memiliki banyak cara untuk

melakukan suatu tindakan. Mereka memiliki kemampuan berpikir

kritis untuk memikirkan masalah yang lebih utama, mencari dan

menilai solusi dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan bukti yang ada, serta mempertimbangkan dampak yang

mungkin muncul atas tindakan yang dilakukan. Siswa yang memiliki

kompetensi global cenderung berhati-hati dalam menentukan

beberapa pendekatan dan dalam memahami perspektif orang lain.

4) Kompetensi antar Budaya

Menurut Barrett, dkk (2014) dalam (Zubaidah, 2016, hlm. 8)

kompetensi antar budaya merupakan hal yang diperlukan siswa. Maka

dari itu, pendidikan antar budaya bertujuan agar dapat memberikan

kontribusi dalam menjaga perdamaian dan pembelajaran inklusif

dengan meningkatkan kemampuan in. Kompetensi antarbudaya tidak

diperoleh secara otomatis, melainkan harus dipelajari, dipraktikkan

dan dipelihara sepanjang hidup. Guru memiliki peran yang sangat

penting dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi antarbudaya

di antara siswa (Barrett, dkk, 2014 dalam Zubaidah, 2016, hlm. 8).

Sikap toleransi sangat penting dilakukan dalam masyarakat

multikultural. Perbedaan pandangan, latar belakang budaya perlu

diakui dan dihormati. Sehingga siswa perlu untuk belajar

mendengarkan orang lain, menunjukkan fleksibilitas, serta bekerja

sama dalam tim yang berasal dari budaya yang beragam dengan

rumpun ilmu pengetahuan yang beragam pula. Berbagai. Inilah

kompetensi yang penting pada pembelajaran abad ke-21.

Page 58: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

45

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

yang diambil, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Meutiah Eka Sari (2019) dengan

judul “Persepsi Guru Kimia mengenai Keterampilan Abad 21” yang

menunjukkan hasil bahwa persepsi guru kimia mengenai keterampilan Abad

21 tergolong baik, selain itu guru banyak memilih menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan

Discovery Learning. Selain itu, keterampilan informasi, media, dan

teknologi guru Kimia tergolong dalam kategori baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti & Wijayanti (2018) mengenai

“Literasi Digital: Kompetensi Mendesak Pendidik Di Era Revolusi Industri

4.0” menunjukkan hasil bahwa pendidik perlu terus meningkatkan

kompetensinya di bidang literasi digital mengingat maraknya fenomena

revolusi industri 4.0.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sujana dan Rachmatin (2019) tentang

“Literasi Digital Abad 21 bagi Mahasiswa PGSD: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana” yang menunjukkan hasil bahwa Literasi Digital sangat penting

untuk dimiliki oleh mahasiswa PGSD, literasi digital yang harus dimiliki

literasi media, literasi informasi, dan literasi TIK.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ainiyah (2017) mengenai “Membangun

Penguatan Budaya Literasi Media dan Informasi dalam Dunia Pendidikan”

yang menunjukkan bahwa pentingnya dilakukan pendidikan literasi media

publik untuk memberikan penyadaran dan pengenalan akan informasi yang

beredar di media.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Kumala Dewi, dkk (2019) tentang

“Demand of ICT-Based Chemistry Learning Media in the Disruptive Era”

yang memberikan kesimpulan bahwa strategi dalam menghadapi era

disruptif dapat dilakukan dengan mengembangkan keterampilan digital

untuk guru dan siswa, guru mencoba menerapkan teknologi baru di bidang

media pembelajaran kimia, penerapan literasi baru dalam bentuk data,

Page 59: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

46

teknologi, dan kolaborasi semua sekolah yang terdiri dari kepala sekolah,

guru, dan siswa untuk mendukung pencapaian kemajuan sistem pendidikan

dalam keterampilan abad ke-21

6. Penelitian yang dilakukan oleh Mare, dkk (2019) mengenai “Eritrean Pre-

service Teachers’ Perceptions of and Proficiency with TPACK and ICT

Integration in Education” yang menunjukkan bahwa calon guru pada

analisis keterampilan dasar TIK baik dari segi sikap terhadap TIK,

kompetensi TIK, dan persepsi tentang TIK untuk proses belajar mengajar

memiliki kemampuan yang sangat baik. Persepsi positif, serta kemampuan

dalam Teknologi, Pedagogis, Pengetahuan Konten dari calon guru

merupakan faktor pendukung yang kuat dalam proses integrasi teknologi.

7. Penelitian yang telah dilakukan Ready (2016) tentang “Penggunaan Media

Online Sebagai Sumber Informasi Akademik Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau” yang memberikan

hasil bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau

mengakses Media Online cenderung memiliki pola yang tidak beraturan.

Media online ini juga dijadikan sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan

informasi akademisnya. Hal ini karena media online memiliki kelebihan

dalam hal kecepatan akses, biaya yang murah, dan keberadaan sumber

informasi yang melimpah.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Andreas Lund, dkk (2019) mengenai

“Expanding and Embedding Digital Literacies: Transformative Agency in

Education” yang menunjukkan bahwa sebuah pendekatan yang

transformative untuk literasi digital dibutuhkan dalam pendidikan. Siswa

perlu menangani tugas yang dimediasi oleh sumber daya digital yang

canggih.

Page 60: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

47

C. Kerangka Berpikir

Tuntutan abad 21 terhadap generasi muda untuk menjadi lebih melek

terhadap teknologi dalam pengelolaannya berbuntut pada sistem pendidikan

yang mengharuskan setiap pendidik maupun calon pendidik agar lebih paham

mengenai literasi digital, yang merupakan bagian dari keterampilan abad 21.

Pemahaman mengenai literasi digital ini sangat diperlukan mengingat

banyaknya pendidik maupun calon pendidik yang masih belum mengetahui

lebih jauh mengenai penggunaan media, informasi, maupun teknologi. Dengan

diadakannya penelitian ini, diharapkan seluruh guru, khususnya calon guru

yang tergolong kaum milenial, dapat lebih memahami literasi digital, dan

bagaimana urgensinya literasi digital ini untuk diterapkan di dunia pendidikan

ke depannya, karena pada dasarnya kita sedang dihadapkan dengan dua

fenomena besar yang menjadi tantangan terberat di era globalisasi ini, yaitu

revolusi industri 4.0 dan tuntutan abad 21.

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

Perkembangan di Abad 21 yang

terbuka dengan kecanggihan

teknologi

Kecanggihan teknologi

merambah ke semua sektor

kehidupan

Pendidikan yang terintegrasi

teknologi

Siswa perlu dibekali

kemampuan dalam

memanfaatkan teknologi

digital

Pentingnya pemahaman

literasi digital pada calon guru

Masih banyak guru maupun

calon guru yang memiliki

literasi digital yang rendah

Persepsi berperan sebagai

tolok ukur kemampuan literasi

digital calon guru

Persepsi guru mengenai literasi digital

sebagai keterampilan Abad 21

Page 61: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu dari tanggal 13 Mei 2020

sampai dengan 01 Juni 2020. Penelitian dilakukan kepada mahasiswa

Pendidikan Kimia angkatan 2016-2018 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode

deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan penyelidikan

terhadap fenomena yang sedang terjadi (Singh, 2006, hlm. 104). Metode

penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran data yang telah didapat, serta hasil yang

didapatkan (Siyoto, 2015, hlm. 17). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan objek yang

diteliti berdasarkan angka yang didapatkan, serta menarik kesimpulan

mengenai objek yang diteliti berdasarkan fenomena yang ada. Metode ini tepat

digunakan untuk menggambarkan pemahaman dan persepsi calon guru kimia

mengenai literasi digital sebagai keterampilan abad 21.

Adapun teknik pengumpulan data digunakan metode survey untuk

mengetahui persepsi dari calon guru kimia. Survey digunakan untuk

menyelidiki status fenomena yang sedang terjadi. Survey deskriptif terbagi

menjadi tiga macam yaitu (1) Survey testing method; (2) Questionnaire survey

method; dan (3) Interview survey method (Singh, 2006, hlm. 101). Pada

penelitian ini peneliti menggunakan questionnaire survey method, yaitu survey

yang menggunakan angket atau kuisioner untuk mengumpulkan data.

Kuesioner berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku (Priyono,

2016, hlm. 43).

Page 62: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

49

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pembuatan instrument yang berupa angket

dan kisi-kisinya berdasarkan komponen-komponen literasi digital yang

diadopsi dari Towards Media and Information Literacy Indicators (2010) dan

A Review on ICT Literacy in Science Learning (2019). Instrumen tersebut

kemudian dilakukan validitas isi, konstruk, dan empiris. Validitas isi dan

konstruk melibatkan dosen Pendidikan Kimia. Pada proses validitas isi dan

konstruk, terjadi reduksi indikator sebanyak 1 pernyataan yaitu pada indikator

mengkomunikasikan produk pembelajaran yang memiliki hak cipta, karena

dianggap tidak sesuai dengan kondisi sampel yang masih merupakan

mahasiswa keguruan. Setelah uji validitas isi dan konstruk, dilakukan uji

validitas secara empiris kepada mahasiswa angkatan 2019. Pernyataan yang

tidak valid direvisi, sedangkan pernyataan angket yang valid diinput ke dalam

google form dengan tautan https://forms.gle/6drPQgu6C6HxDYMQ9,

sehingga angket dapat diisi secara online oleh Mahasiswa Pendidikan Kimia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016-2018. Tautan dikirimkan

melalui grup di setiap angkatan. Setelah data angket terisi dan terkumpul maka

dilakukan analisis dari data yang didapatkan.

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

Pembuatan angket berdasarkan

Towards Media and

Information Literacy Indicators

dan A Review on ICT Literacy

in Science Learning

Dilakukan uji validitas isi

dan konstruk oleh salah

satu dosen pendidikan

kimia

Pernyataan yang tidak

valid diubah sesuai dengan

kerangka teoritis yang

tepat dan relevan

Dilakukan uji validitas

empiris ke Mahasiswa

Pendidikan Kimia

angkatan 2019

Angket valid diinput ke

Google Form

Tautan Google Form disebar ke

responden, yaitu mahasiswa

Pendidikan Kimia UIN Jakarta

angkatan 2016-2018

Analisis Data

Angket yang

tidak valid

direvisi

Page 63: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

50

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah obyek atau subyek secara general yang memiliki kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya (Siyoto, 2015, hlm. 63). Populasi yang diambil dari penelitian

ini adalah seluruh Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Sedangkan sampel yang peneliti gunakan disini yaitu Mahasiswa

Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016, 2017, dan

2018 yang berjumlah 187 orang, terdiri dari 33 mahasiswa dan 154 mahasiswi,

dikarenakan peneliti ingin mengetahui sejauh mana pemahaman Mahasiswa

Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai literasi digital.

Sampel adalah bagian kecil dari suatu populasi berdasarkan prosedur tertentu

yang mewakili populasinya. Jika populasi dalam jumlah yang besar, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang mewakili populasi untuk mengatasi

keterbatasan biaya, waktu, maupun tenaga (Siyoto, 2015, hlm. 64).

Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu teknik purposive sampling. Pengambilan purposive sampling dipilih

karena mewakili seluruh populasi atau kelompok yang sesuai. Sampel

ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yang berkaitan dengan studi yang

dikaji (Singh, 2006, hlm. 91). Peneliti menetapkan sampel dari mahasiswa

pendidikan kimia angkatan 2016 - 2018 yang merupakan mahasiswa yang

masih aktif dalam perkuliahan dan sudah menyelesaikan mata kuliah media

dan teknologi pembelajaran kimia. Mahasiswa yang telah mempelajari mata

kuliah media dan teknologi pembelajaran kimia sudah memiliki pengetahuan

mengenai penggunaan media dan teknologi yang digunakan dalam

pembelajaran sebagai salah satu komponen dari literasi digital. Dengan

demikian, diharapkan mahasiswa yang telah mempelajari mata kuliah media

dan teknologi pembelajaran kimia dapat merepresentasikan kemampuan calon

guru kimia mengenai persepsi mereka terhadap literasi digital.

Page 64: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

51

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket online melalui google form. Kuesioner memiliki cakupan yang luas

dalam penelitian dengan menggunakan responden yang besar dan representatif

sehingga validitasnya semakin besar (Singh, 2006, hlm. 108). Kuesioner terdiri

dari sejumlah pertanyaan yang dicetak atau diketik dalam urutan tertentu pada

formulir atau serangkaian formulir. Kuesioner dikirimkan kepada responden

yang diharapkan membaca dan memahami pertanyaan, responden kemudian

menuliskan jawaban di form yang disediakan untuk keperluan kuesioner itu

sendiri. Para responden harus menjawab pertanyaan mereka sendiri (Kothari,

2004, hlm. 100). Pada penelitian ini, para calon guru diberi 56 pernyataan

angket mengenai persepsinya tentang literasi digital sebagai keterampilan abad

21 dalam bentuk google form dengan tautan

https://forms.gle/6drPQgu6C6HxDYMQ9 yang disebar melalui grup setiap

angkatan dari responden.

Gambar 3.2 Angket yang diunggah ke Google Form

Page 65: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

52

F. Instrumen Penelitian

Instrumen berperan untuk membantu mengumpulkan data. Bentuk

instrument tergantung dari metode pengumpulan data, jika metode yang

digunakan berupa wawancara maka perlu disusun instrumen pedoman

wawancara, namun jika metodenya berupa angket atau tes, maka perlu dibuat

instrument angket atau kuisioner. Menyusun instrumen sama dengan

menyusun alat evaluasi, karena hasil dari data yang diperoleh dapat diukur

dengan standar yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya (Siyoto, 2015,

hlm. 78).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau kuesioner

mengenai literasi digital sebagai keterampilan abad 21. Angket ini kemudian

disebar pada Mahasiswa Pendidikan Kimia angkatan 2016 - 2018 dalam bentuk

google form. Angket yang digunakan berupa angket dengan skala bertingkat

atau skala likert. Pada angket skala bertingkat, jawaban responden berupa

pertanyaan bertingkat yang menunjukkan skala sikap dengan rentang sangat

setuju hingga sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang tersedia (Siyoto,

2015, hlm. 80).

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Persepsi Literasi Digital

Variabel Komponen Aspek Indikator No

Item

Persepsi Calon

Guru Kimia

Mengenai

Literasi Digital

sebagai

Keterampilan

Abad 21

Literasi Media

dan Informasi

Definisi dan

artikulasi

kebutuhan

media dan

informasi

1. Mengakui kebutuhan akan

media dan informasi 1

2. Menentukan kebutuhan

akan media dan informasi 2

3. Mengakui bahwa beragam

media dan informasi

memiliki beragam tujuan

3

4. Mengenali masalah dan

mencari solusi dari media

dan informasi

4

Page 66: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

53

5. Mengembangkan strategi

untuk menemukan media

dan informasi

5

6. Mengidentifikasi media dan

informasi untuk tujuan

tertentu dan menentukan

konten yang diperlukan

6

7. Mengevaluasi sumber yang

tepat untuk mencari media

dan informasi

7

Lokasi dan

pengambilan

media dan

informasi

8. Memilih sumber media dan

informasi yang tepat 8

9. Mengakses sumber media

dan informasi yang dipilih 9

10. Memilih dan mengambil

media dan informasi yang

ada

10

Organisasi

media dan

informasi

11. Menganalisis, memeriksa,

dan memperoleh media dan

informasi yang relevan

11

12. Membedakan editorial dari

konten komersial / konten

faktual dan fiksi dari media

dan informasi

12

13. Mengakui bahwa media

mencoba menarik audiens

yang berbeda untuk tujuan

yang berbeda pula

13

14. Menafsirkan media dan

informasi 14

15. Memahami dan

mengevaluasi fungsi media

dan informasi dalam

masyarakat

15

16. Memahami dan

mempertanyakan makna,

kepemilikan, regulasi,

audiensi, masalah ekonomi,

hukum, privasi, dan

16,

17,

18,

19,

20,

Page 67: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

54

keamanan media dan

informasi

21,

22

17. Mengevaluasi bagaimana

masyarakat, tempat,

masalah, ide, dan konsep

digambarkan dalam media

dan informasi, dengan

mengedapankan keragaman

media dan informasi

23

18. Mengevaluasi peredaran,

relevansi, keakuratan, dan

kualitas media dan

informasi yang diambil

24,

25,

26,

27

19. Mengakui bahwa media dan

informasi memiliki

keterlibatan sosial dan

politik

28

20. Memilih dan mensintesis

media dan informasi 29

Organisasi

media dan

informasi

21. Mengidentifikasi media dan

informasi terbaik dan paling

bermanfaat

30

22. Menentukan penggunaan

media dan informasi yang

sesuai dan relevan

31

23. Mengelompokkan dan

mengatur media dan

informasi yang diambil

32

24. Mengatur / Menyimpan /

Memelihara / Menghapus

media dan informasi

33

Penciptaan

pengetahuan

25. Mempelajari atau

menginternalisasi media

dan informasi sebagai

pengetahuan pribadi

34

26. Menerapkan media dan

informasi dalam pengaturan

yang relevan secara

kontekstual untuk audiens

target

35

Page 68: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

55

27. Mengevaluasi pengetahuan

agar bermanfaat 36

Penggunaan

komunikasi

dan etika serta

media dan

informasi

28. Berkomunikasi dalam

format media dan informasi

untuk pesan tertentu untuk

audiens tertentu

37

29. Menunjukkan penggunaan

informasi secara etis 38

30. Melindungi data pribadi 39

31. Mengidentifikasi dan

berinteraksi dengan badan-

badan yang mengatur media

dan informasi

40

32. Menggunakan standar hak

cipta 41

Literasi TIK

Pengetahuan

Dasar

33. Terbiasa menggunakan

smartphone, komputer,

internet, dan pendukung

TIK lainnya.

42,

43

34. Memiliki kemampuan untuk

menggunakan alat

pendukung TIK.

44

35. Menggunakan fungsi TIK

dalam kehidupan sehari-

hari.

Keterampilan

teknis

36. Memiliki kemampuan untuk

menggunakan aplikasi pada

perangkat TIK

45

37. Mampu mengakses dan

mencari melalui situs web 46

38. Mampu menggunakan

layanan internet dasar 47

39. Mampu mencari dan

memproses informasi data

elektronik

48

40. Memiliki kemampuan untuk

mengubah informasi

elektronik menjadi grafik

atau bentuk visual lainnya.

49

Page 69: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

56

41. Menggunakan TIK untuk

mendukung keterampilan

berpikir kritis, kreatif dan

inovatif.

50,

51

42. Mampu membedakan

informasi yang dapat

dipercaya atau tidak dapat

dipercaya.

52

Keterampilan

Penilaian Kritis

43. Mampu menggunakan TIK

untuk bekerja secara

individu atau berkolaborasi

dalam tim untuk

menemukan solusi dari

suatu masalah.

53

44. Memiliki kepekaan dalam

menggunakan internet

dengan aman dan

bertanggung jawab.

54

45 Memiliki sikap kritis dan

reflektif ketika menilai

informasi.

55,

56

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Alat ukur atau instrumen yang akan disusun harus memiliki validitas dan

reliabilitas, agar data yang diperoleh bisa reliabel dan valid yang disebut

dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Validitas merupakan salah satu ciri

yang menandai apakah suatu tes memiliki validitas atau daya ketepatan dalam

mengukur (Siyoto, 2015, hlm. 84).

Validitas secara rasional yaitu validitas yang didasarkan pada hasil

pemikiran. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas secara rasional jika

dilakukan analisis secara rasional terhadap instrumen yang tepat dan dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur ( Hermawan dalam Siyoto, 2015, hlm.

85). Instrumen diuji validitasnya secara rasional dengan melibatkan salah satu

dosen pendidikan kimia.

Validitas butir soal uraian dihitung dengan rumus product moment.

Dipakai product moment karena data yang dikorelasikan adalah data interval

Page 70: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

57

dengan data interval (Siyoto, 2015, hlm. 89). Korelasi Pearson atau product

moment digunakan untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin

besar nilai korelasi Pearson maka semakin tinggi tingkat validitas instrumen

tersebut (Budiastuti & Bandur, 2018, hlm. 147). Signifikansi koefisien korelasi

dapat ditentukan dengan dua cara. Cara pertama dengan membandingkan

koefisien korelasi hitung dengan tabel r Product Moment. Koefisien korelasi

dikatakan siginifikan jika nilai r hitung lebih besar dibandingkan dengan tabel

r Product Moment (ri > rt). Cara kedua dengan uji t (Yusup, 2018, hlm. 20).

Dalam menentukan signifikansi koefisien korelasi, peneliti menggunakan

cara pertama yaitu dengan membandingkan koefisien korelasi dengan r tabel

Product Moment senilai 0.2272 pada sampel uji validitas empiris sebanyak 75

orang. Sehingga didapatkan hasil uji validitas angket yang menyatakan bahwa

dari seluruh pernyataan angket yang berjumlah 56 secara keseluruhan angket

dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian, nilai r hasil perhitungan

menggunakan program SPSS 23 memiliki nilai diatas r tabel yang telah

ditentukan.

Setelah melakukan uji validitas, peneliti melakukan uji reliabilitas.

Menurut Azwar (dalam Siyoto, 2015, hlm. 91) reliabilitas berhubungan dengan

akurasi instrumen dalam pengukuran, seberapa cermat dan akurat jika

dilakukan pengukuran ulang. Azwar (dalam Siyoto, 2015, hlm. 91) juga

menyatakan reliabilitas sebagai “konsistensi pengamatan yang diperoleh dari

pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek”.

Penelitian ini menggunakan uji Cronchbach Alpha untuk menguji kereliabelan

instrumen.

Para ahli menentukan nilai koefisien alpha sebagai berikut:

0 = Tidak memiliki reliabilitas (no reliability)

> .70 = Reliabilitas yang dapat diterima (acceptable reliability);

> .80 = Reliabilitas yang baik (good reliability);

>. 90 = Reliabilitas yang sangat baik (excellent reliability)

1 = Reliabilitas sempurna (perfect reliability)

(Budiastuti & Bandur, 2018, hlm. 211)

Page 71: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

58

Peneliti menggunakan program SPSS 23 dalam menentukan reliabilitas

instrument sehingga didapatkan nilai Cronbach Alpha senilai 0,939 dari total

56 pernyataan. Berdasarkan nilai yang telah didapatkan diatas dapat diketahui

bahwa angket memiliki reliabilitas yang sangat baik. Sehingga secara

keseluruhan dari 56 pernyataan angket, persepsi guru mengenai literasi digital

bersifat valid dan reliabel seperti yang terlampir dalam lampiran 4.

H. Teknik Analisis Data

Ada beberapa langkah yang digunakan dalam penelitian menurut Priyono

(2016). Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Pengkodean Data atau Data Coding. Data coding merupakan penyusunan

data mentah dalam kuisioner secara sistematis menjadi data yang mudah

dibaca oleh mesin pengolah data seperti komputer. Penelitian ini

menggunakan angket dengan skala Likert, dimana setiap jawaban yang

didapatkan dari responden diberikan nilai sesuai dengan skala yang telah

ditentukan. Pengolahan data menjadi bentuk angka menggunakan bantuan

mesin pengolah data yaitu Microsoft excel.

Tabel 3.2 Tabel Penilaian

No Jawaban

Nilai

Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

1 Sangat Setuju (SS) 5 1

2 Setuju (S) 4 2

3 Ragu-ragu (RG) 3 3

4 Tidak Setuju (TS) 2 4

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

2. Pemindahan Data ke komputer atau Data Entering. Data Entering adalah

memindahkan data yang telah diubah menjadi kode ke dalam mesin

Page 72: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

59

pengolah data. Data yang didapatkan dari google form dalam program

spreadsheet dipindahkan ke dalam program Microsoft Excel untuk diolah.

3. Pembersihan Data atau Data Cleaning. Data cleaning adalah memastikan

bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke dalam mesin pengolah data

sudah sesuai dengan yang sebenarnya. Di sini peneliti memerlukan adanya

ketelitian dan akurasi data. Peneliti menemukan beberapa data angket yang

diisi oleh responden yang sama, sehingga dilakukan data cleaning dengan

cara mengambil data yang diisi pertama kali oleh responden.

4. Penyajian Data atau Data Output. Data output adalah hasil pengolahan data.

Bentuk hasil pengolahan data tersebut numerik atau dalam bentuk angka

Hasil pengolahan data yang berupa numerik dapat disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi dan tabel silang.

Data dihitung dengan proses persentase yaitu

P = f / N x 100%

Keterangan:

f = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

P = Angka persentase

(Sari S. M., 2019)

5. Penganalisisan Data atau Data Analyzing. Penganalisisan data merupakan

suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana

menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang

sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.

Setelah data dalam bentuk persentase didapat, hasil pada angket dengan

skala likert dikelompokkan sesuai dengan kategori yaitu:

Tabel 3.3 Tabel Klasifikasi Berdasarkan Persentase

No Persentase Penafsiran

1 81-100% Sangat Baik

2 61-80% Baik

Page 73: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

60

3 41-60% Cukup

4 31-40% Kurang

5 0-20% Sangat Kurang

(Sari S. M., 2019)

Page 74: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

81

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil penelitian, dapat diketahui

bahwa persepsi responden calon guru kimia mengenai literasi media dan

informasi memiliki persentase rata-rata sebesar 81,06% dengan kategori yang

sangat baik, sedangkan persepsi calon guru kimia pada literasi TIK memiliki

nilai persentase rata-rata sebesar 84,46% dengan kategori persepsi yang sangat

baik pula. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa responden calon guru kimia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki persepsi yang sangat baik pada

seluruh komponen dari literasi digital ini dengan rata-rata persentase total

senilai 82,19%, baik dari literasi media, informasi, maupun literasi TIK.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Calon guru kimia harus aktif menambah pengetahuan mengenai literasi

digital dengan mengikuti pelatihan, seminar, dan menggunakan

pengalamannya untuk mengasah kemampuan literasi digital yang

dimilikinya.

2. Calon guru kimia harus mampu menerapkan literasi digital dalam

kehidupannya agar dapat memecahkan masalah secara efektif dan efisien.

3. Calon guru kimia harus memiliki literasi digital yang baik agar ke depannya

dapat menjadi guru professional yang menanamkan literasi digital pada

peserta didiknya.

Page 75: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

82

82

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, L. R., & Gunansyah, G. (2018). Persepsi Guru terhadap Pelaksanaan

Gerakan Literasi di Sekolah Dasar Negeri Terakreditasi A Kota Surabaya.

JPGSD, 6(4), 608-617.

Arifin, H. S., Fuady, I., & Kuswarno, E. (2017). Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa UNTIRTA terhadap Keberadaan Perda

Syariah di Kota Serang. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik,

21(1), 88-101.

Astini, N. K. (2019). Pentingnya Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi

Guru Sekolah Dasar untuk Menyiapkan Generasi Milenial. 113-120.

Aswandi, R., dkk. (2020). Perlindungan Data dan Informasi Pribadi melalui

Indonesian Data Protection System (IDPS). LEGISLATIF, 3(2), 167-190.

Ata, R., & Yıldırım, K. (2019). Turkish Pre-Service’ Perceptions of Digital

Citizenship in Education Programs. Journal of Information Technology

Education : Research, 18, 419-436.

Bahcivan, E., dkk. (2019). Investigating the Relations Among Pre-Service

Teachers’ Teaching/Learning Beliefs and Educational Technology

Integration Competencies: a Structural Equation Modeling Study. Journal

of Science Education and Technology.

Barni, M. (2019). Tantangan Pendidik di Era Millenial. Jurnal Transformatif, 3(1),

99-116.

Basuki, S. (2019). Etika Informasi. media pustakawan, 26(1), 4-11.

Boholano, H. B. (2019). Smart Social Networking 21st Century Teaching and

Learning Skills. Research in Pedagogy, 7(1), 21-29.

Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian . Jakarta:

Mitra Wacana Media.

Budiati, I., dkk. (2018). Profil Generasi Milenial Indonesia. Indonesia:

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Çam, E., & Kiyici, M. (2017). Perceptions of Prospective Teachers on Digital

Literacy. Malaysian Online Journal of Educational Technology, 5(4), 29-

44.

Catts, R., & Lau, J. (2008). Towards Information Literacy Indicators. Paris:

UNESCO.

Page 76: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

83

Cherner, T. S., & Curry, K. (2019). Preparing Pre-Service Teachers to Teach Media

Literacy: A Response to “Fake News”. Journal of Media Literacy

Education, 11(1), 1 – 31.

Citraningrum, P. P. (2017). Komunikasi dan Persepsi mengenai Kepemimpinan

Perempuan dalam Masyarakat Jawa. 1-19.

Deonisius, R. F., Lestari, I., & Sarkadi. (2019). The Effect of Digital Literacy to

Internet Addiction. Jurnal Pendidikan Indonesia, 5(1), 71-75.

Dewi, F. (2015). Proyek Buku Digital: Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21

Calon Guru Sekolah Dasar melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek.

Metode Didaktik, 9(2), 1-15.

Dewi, R. K., dkk. (2019). Demand of ICT-Based Chemistry Learning Media in the

Disruptive Era. International Journal of Evaluation and Research in

Education (IJERE), 8(2), 265-270.

Fatmawati, N. I. (2019). Literasi Digital, Mendidik Anak di Era Digital bagi Orang

Tua Milenial. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan, 11(2), 119-138.

Fitryarini, I. (2016). Literasi Media pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi

Universitas Mulawarman. Jurnal Komunikasi, 8(1), 51-67.

Gumilar, G., dkk. (2017). Literasi Media: Cerdas Menggunakan Media Sosial

dalam Menanggulangi Berita Palsu (Hoax) oleh Siswa SMA. Jurnal

Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 35-40.

Häkkinen, P., dkk. (2016). Preparing Teacher-Students for Twenty-First-Century

Learning Practices (PREP 21): A Framework for Enhancing Collaborative

Problem-Solving and Strategic Learning Skills. Teachers and Teaching:

Theory and Practice, 1-17.

Hartini, S., dkk. (2019). Media Pembelajaran Fisika SMA Berbasis E-Learning di

Kabupaten Tanah Laut sebagai Upaya Melatihkan Literasi Digital. Pro

Sejahtera, 1, 20-24.

Helaluddin. (2019). Peningkatan Kemampuan Literasi Teknologi dalam Upaya

Mengembangkan Inovasi Pendidikan di Perguruan Tinggi. PENDAIS, 1(1),

44-55.

Helleve, I., Almas, A. G., & Bjorkelo, B. (2019). Becoming a Professional Digital

Competent Teacher. hal. 1-13.

Horton, F. W. (2007). Understanding Information Literacy: A Primer. Paris: United

Nations Educational, Scientifi c and Cultural Organization.

Kazu, I., & Erten, P. Prospective Teachers’ Perception Levels of Their Digital

Literacy. International Journal of Multidisciplinary Thought, 3(1), 51-68.

Page 77: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

84

Khan, M. L., & Idris, I. (2019). Recognise Misinformation and Verify Before

Sharing: A Reasoned Action and Information Literacy Perspective.

Behaviour & Information Technology, 1-19.

Kharisma, N. V. (2017). Kriteria Guru Sekolah Dasar Ideal pada Era Generasi Alfa.

Kothari, C. (2004). Research Methodology Methods and Techniques. Jaipur: New

Age International (P) Limited.

Krisnawati, E. (2016). Perilaku Konsumsi Media oleh Kalangan Remaja dalam

Pencarian Informasi. Jurnal Ilmiah Komunikasi, 5(1), 43-69.

Kurniangsih, I., dkk. (2017). Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Digital bagi

Tenaga Perpustakaan Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta Pusat Melalui

Pelatihan Literasi Informasi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 3(1),

61-76.

Laksana, S. D. Integrasi Empat Pilar Pendidikan (UNESCO) dan Tiga Pilar

Pendidikan Islam. 43-61.

Law, N., dkk. (2018). A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills

for Indicator 4.4.2. Quebec, Canada: UNESCO Institute for Statistics.

Leaning, M. (2019). An Approach to Digital Literacy through the Integration of

Media and Information Literacy. Media and Communication, 7(2), 4-13.

Lestari, D., & Prasetyo, Z. (2019). A Review on ICT Literacy in Science Learning.

Journal of Physics: Conference Series.

Liansari, V., & Nuroh, E. (2018). Realitas Penerapan Literasi Digital bagi

Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Seminar Nasional

FKIP UMSIDA, 1, hal. 241-252. Sidoarjo. doi:10.21070/picecrs.v1i3.1397

Listyana, R., & Hartono, Y. (2015). Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap

Penanggalan Jawa dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Sudi Kasus Desa

Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013). Jurnal

Agastya, 5(1), 118-138.

Lund, A., dkk. (2019). Expanding and Embedding Digital Literacies:

Transformative Agency in Education. Media and Communication, 7(2), 47–

58.

Mare, A., dkk. (2019). Eritrean Pre-service Teachers’ Perceptions of and

Proficiency with TPACK and ICT Integration in Education. TEEM , 1-7.

Mateus, dkk. (2019). Validation of a Self-Perceived Media Competence Instrument

for Pre-service Teachers. Culture and Education, 31(2), 436–464.

Page 78: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

85

Moeller, S., dkk. (2010). Towards Media and Information Literacy Indicators.

Bangkok: UNESCO.

Nasrullah, R., dkk. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital. Rawamangun,

Jakarta Timur: Kemendikbud.

Nelson, K., dkk. Teaching Tip An Investigation of Digital Literacy Needs of

Students. Journal of Information Systems Education, 22(2), 95-109.

Ningrum, N. R., Toenlioe, Anselmus J.E. , & Abidin, Z. (2019). Analisis

Pemanfaatan Search Engine dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning

Mahasiswa Teknologi Pendidikan. JKTP Jurnal Kajian Teknologi

Pendidikan, 02 (02), 149-157.

Nugraha, U. (2015). Hubungan Persepsi, Sikap dan Motivasi Belajar terhadap Hasil

Belajar pada Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas

Jambi. Jurnal Cerdas Sifa, 1(1), 1-10.

Pernia, E. E. (2008). Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in the Asia-

Pasific Region. Bangkok: UNESCO.

Prasetyono, R. N., & Trisnawati, E. (2018). Pengaruh Pembelajaran IPA Berbasis

Empat Pilar Pendidikan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal

Pendidikan IPA Veteran, 2(2), 162-173.

Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Ready, A. (2016). Penggunaan Media Online sebagai Sumber Informasi Akademik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Riau . JOM FISIP, 3(1).

Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 dalam

Pembelajaran Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(01), 2239 –

2253.

Rizal, R., dkk. (2019). Digital Literacy of Pre-service Science Teacher. Journal of

Physic.

Ruthven, I. (2019). The Language of Information Need: Differentiating Conscious

and Formalized Information Needs. Information Processing and

Management, 77-90.

Sari, S. M. (2019). Persepsi Guru Kimia mengenai Keterampilan Abad 21. UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:

Tidak Diterbitkan.

Sari, Z. A. (2019). Literasi Privasi pada Media Sosial Instagram di Kalangan

Mahasiswa Strata 1 Universitas Airlangga Surabaya. 1-14.

Page 79: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

86

Sautunnida, L. (2018). Urgensi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di

Indonesia; Studi Perbandingan Hukum Inggris dan Malaysia. Kanun Jurnal

Ilmu Hukum, 20(2), 369-384.

Septiyantono, T. (2014). Konsep Dasar Literasi Informasi. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Setyaningsih, R., dkk. (2019). Model Penguatan Literasi Digital melalui

Pemanfaatan e-Learning. Jurnal ASPIKOM, 3(6), 1200-1214.

Silvana, H., dkk. (2019). Kebutuhan Informasi Guru di Era Digital: Studi Kasus di

Sekolah Dasar Labschool Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal

Dokumentasi dan Informasi, 40(2), 147-158.

Simons, M., dkk. (2017). Measuring Media Literacy for Media Education:

Development of a Questionnaire for Teachers' Competencies. Journal of

Media Literacy Education, 9(1), 99 - 115.

Singh, Y. K. (2006). Fundamental of Research Methodology and Statistics. Madhya

Pradesh, India: New Age International (P) Limited.

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi

Media Publishing.

Suharmanto, A., & Sunarso. (2017). Pemanfaatan Internet sebagai Media dalam

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA Negeri

1 Sleman. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, 24-41.

Sujana, A., & Rachmatin, D. (2019). Literasi Digital Abad 21 bagi Mahasiswa

PGSD: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Current Research in Education:

Conference Series Journal, 1(1), 1-7.

Suryanti, & Wijayanti, L. (2018). Literasi Digital: Kompetensi Mendesak Pendidik

di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan Dasar, 2(1), 1-9.

Suyanto, T., dkk. (2018). Persepsi Mahasiswa terhadap Kemunculan Berita Bohong

di Media Sosial. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 15(1), 52-

61.

Tondeur, J. (2015). Developing a Validated Instrument to Measure Preservice

Teachers’ ICT Competencies: Meeting the Demands of the 21st Century.

British Journal of Educational Technology, 1-11.

Ulum, B., dkk. (2019). Pemanfaatan Google Apps di Era Literasi Digital pada

Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 14(2), 22-31.

Walidaini, B. Pemanfaatan Internet untuk Belajar pada Mahasiswa . 37-49.

Page 80: PERSEPSI CALON GURU KIMIA MENGENI LITERASI DIGITAL …

87

Wijaya, E. Y. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 sebagai Tuntutan

Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Matematika (hal. 263-278). Malang: Universitas

Kanjuruhan Malang.

Wilson, C., dkk. (2011 ). Media and Information Literacy Curriculum for Teachers.

Paris, France: the United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization.

Wulandari, P. (2017). Kebutuhan Informasi Mahasiswa UPBJJ-UT Jakarta

Program Studi Ilmu Perpustakaan dalam Penyelesaian Masa Studi. Skripsi.

Tidak Diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidatayatullah.

Yaumi, M. (2017). Ragam Media Pembelajaran: Dari Pemanfaatan Media

Sederhana ke Penggunaan Multi Media. Pemanfaatan Media Pembelajaran

dan Pengembangan Evaluasi Sistem Pembelajaran Berorientasi Multiple

Intelligences, (hal. 21-44). Pare-Pare.

Yazid, T. P., & Ridwan. (2017). Proses Persepsi Diri Mahasiswi dalam Berbusana

Muslimah. Jurnal Pemikiran Islam, 41(2), 193-201.

Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.

Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17-23.

Zahorec, J., dkk. (2019). Teachers’ Professional Digital Literacy Skills and Their

Upgrade. European Journal of Contemporary Education, 8(2), 378-393.

Zaluchu, S. E. (2019). The Digital Mindset as an Approach to Education for the

Millenial Generation . ICOGESS .

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad ke-21: Keterampilan yang Diajarkan

melalui Pembelajaran. 1-17.