persepsi apoteker dalam pelayanan ...di apotek wilayah utara dan selatan kab. gunungkidul dan apotek...

46
PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH UTARA DAN SELATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Magdalena Nogo Kelen NIM : 158114146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN

TERKAIT ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH UTARA DAN

SELATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Magdalena Nogo Kelen

NIM : 158114146

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

i

PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN

TERKAIT ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH UTARA DAN

SELATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Magdalena Nogo Kelen

NIM : 158114146

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“SELAMA KITA BERANI MENAKLUKKAN RASA TAKUT, KESUKSESAN

JUGA SIAP MENJEMPUT KITA”

Dengan rahmat kasih dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, saya persembahkan

karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat saya. Bapak, Mama, kedua kakak

perempuan saya, kakak laki-laki saya, Oma, Paman dan seluruh keluarga, teman-

teman saya, serta seluruh pihak yang juga turut mendoakan dan memberikan

motivasi, serta semangat kepada saya. Karya ini juga saya persembahkan bagi

Almamater yang saya banggakan Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

vii

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat, dan rahmat kasih-Nya yang melimpah, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, saya mendapat banyak dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga dengan rendah hati saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt., selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan tambahan ilmu,

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Responden (Apoteker Pengelola Apotek, maupun Apoteker Pendamping)

di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di

Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi

kuesioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

3. Pemerintahan daerah kabupaten Gunungkidul dan Sleman, Yogyakarta

yang telah memberikan ijin sehingga dapat dilaksanakannya penelitian ini

dengan baik dan lancar.

4. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., dan Bapak

Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua

kritik, saran, dan dukungan yang membangun

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Saya

juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bukan dalam lingkungan akademis saja

melainkan dalam lingkungan masyarakat juga.

Yogyakarta, 16 Juli 2019

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..….....i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………...………ii

PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………………......iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………..………...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..……...v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………...vi

PRAKATA……………………………………………………………………….vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………...……..viii

DAFTAR TABEL...………………………………………………………...…….ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...….x

ABSTRAK…...…………………………………………………………...………xi

ABSTRACT………………………………………………………………….........xii

PENDAHULUAN……………………………………………………………...….1

METODE PENDAHULUAN……………………………………………………..3

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………...….6

KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..……..16

LAMPIRAN………………………………………………………………...……18

BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………..…….33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Deskripsi Responden……………………………………………………..7

Tabel II. Pelaksanaan Permenkes No. 73 Tahun 2016…………………………….8

Tabel III. Pelayanan Kefarmasian terkait Antibiotika di Apotek (1)…………….12

Tabel IV. Pelayanan Kefarmasian terkait Antibiotika di Apotek (2)…………….14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent…………………………………………………..19

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian……………………………………….……….20

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian………………………………………………...26

Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik…………………………………....27

Lampiran 5. Tabel Data Penelitian…………………………………………...…..28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

xi

ABSTRAK

Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat meningkatkan kejadian

resistensi antibiotika. Apoteker berperan penting dalam pelayanan kefarmasian

terkait antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelayanan

kefarmasian terkait antibiotika yang dilakukan Apoteker di Apotek wilayah Utara

dan Selatan Kabupaten Gunungkidul. Jenis penelitian ini termasuk observasional

deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah Apoteker yang berpraktik di Apotek wilayah Utara dan

Selatan Kabupaten Gunungkidul, dengan kriteria eksklusi berupa Apoteker yang

sedang cuti dan Apoteker yang menjalankan cuti satu bulan yang lalu. Analisis

data dilakukan secara analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker belum dilaksanakan secara

menyeluruh terutama pada Pemantauan Terapi Obat (73,33%), dan Monitoring

Efek Samping Obat (33,33%) serta belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai

Pemenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konseling (80%), pelayanan resep

(80%), dan pelayanan informasi obat (80%) sudah dilaksanakan dengan baik,

sedangkan monitoring efektivitas obat (70%) sudah dilaksanakan dengan cukup baik.

Kewajiban yang belum dilakukan dengan optimal adalah mengatasi permasalahan yang

timbul karena penggunaan obat (0%) dan Monitoring Efek Samping Obat (30%).

Kata kunci: Persepsi, Pelayanan Kefarmasian, Antibiotika, Apotek,

Apoteker, Gunungkidul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

xii

ABSTRACT

Irrational use of antibiotics can increase the incidence of antibiotic

resistance. Pharmacists play an important role in pharmacy services related to

antibiotics. This study aims to describe pharmaceutical services related to

antibiotics carried out by pharmacists at the pharmacy in the North and South

regions of Gunungkidul Regency. This type of research included observational

descriptive with a cross-sectional study design. The inclusion criteria in this study

is pharmacists who practicing at the pharmacy in the North and South regions of

Gunungkidul Regency, with exclusion criteria in the form of pharmacists on leave.

Data analysis was carried out in descriptive analysis. The results showed that

pharmacy services conducted by Pharmacists had not been carried out

thoroughly, especially in Monitoring of Drug Therapy (73.33%), and Monitoring

of Drug Side Effects (33.33%) and had not been fully implemented according to

Permenkes. No. 73 in 2016, about Standards of Pharmaceutical Services at the

Pharmacy. The conclusions of this study are counseling (80%), prescription

services (80%), and drug information services (80%) had been good to

implemented, while monitoring the effectiveness of drugs (70%) had been good

enough to implemented. Obligations that had not been carried out optimally are

overcoming problems that arise due to drug use (0%) and Monitoring of Drug

Side Effects (30%).

Keywords: Perception, Pharmaceutical Services, Antibiotics, Pharmacy,

Pharmacists,Gunungkidul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

1

PENDAHULUAN

Salah satu lingkup kerja Apoteker ialah di Apotek. Setiap Apoteker yang

berpraktik di Apotek wajib memahami standar pelayanan kefarmasian di Apotek,

yang diatur dalam Permekes No. 73 tahun 2016. Menurut Permekes No. 73 tahun

2016, Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian. Setiap Apoteker yang berpraktik di Apotek memberikan pelayanan

kefarmasian kepada pasien harus sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek yang ditetapkan dalam Permekes No. 73 tahun 2016. Pelayanan

kefarmasian yang baik harus berorientasi pada pasien. Menurut penelitian

Handayani (2009), sebanyak 74,5% pasien yang mengunjungi Apotek di Jakarta,

Yogyakarta, dan Makassar, menilai Apotek yang dikunjungi lebih berorientasi

pada obat, belum berorientasi kepada pasien, dan belum sepenuhnya menerapkan

pelayanan kefarmasian.

Salah satu penerapan pelayanan kefarmasian yaitu melalui pelayanan

antibiotika. Pelayanan antibiotika yang baik dan benar dapat meningkatkan

rasionalitas penggunaan antibiotika. Menurut WHO pada The Pharmaceutical

Sector Country Profile Survey (2011) di Indonesia, antibiotika masih sering dijual

bebas tanpa resep. Penjualan bebas antibiotika dapat menimbulkan penggunaan

antibiotika yang tidak rasional, yang dapat berakibat pada kejadian resistensi

antibiotika. Menurut WHO (2014), resistensi antibiotika golongan

fluoroquinolone di Indonesia sebesar 17,3%.

Pelayanan kefarmasian terkait antibiotika yang belum dilakukan dengan

optimal antara lain, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), monitoring, dan

konseling antibiotika. Menurut Suyono (2006), Apoteker Pengelolah Apotek

(APA) lebih berperan dalam melakukan pelayanan resep dibanding petugas lain di

Apotek, diantaranya 78,9% berperan melakukan penyerahan obat dan informasi,

76,4% melakukan konseling, dan 37,9% melakukan monitoring kepada pasien.

Menurut Dewi, dkk (2016), aktivitas evaluasi, dokumentasi, rekomendasi terapi,

konseling, dan monitoring yang dilakukan Apoteker di Apotek sudah baik.

Namun, dokumentasi dan monitoring tidak berjalan maksimal dalam praktik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

2

Apoteker sehari-hari di Apotek karena terkendala faktor berupa keterbatasan

waktu, jumlah staf, dan biaya operasional.

Peneliti melakukan penelitian di Kab. Gunungkidul sebab belum ada

penelitian serupa yang dilakukan di lokasi tersebut dan menurut Kurniati, dkk

(2018), peternak kambing maupun sapi di Gunungkidul sering menggunakan

antibiotika dalam menangani infeksi mikroba patogen pada hewan ternak, salah

satunya kasus mastitis sebesar 56,1%. Penggunaan antibiotika yang terus menerus

ini berpotensi meningkatkan residu antibiotika dalam susu dan juga berpotensi

terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika itu sendiri. Salah

satu hal yang dikhawatirkan yaitu jika manusia mengonsumsi susu maupun

daging hewan ternak yang mengalami resistensi antibiotika.

Permasalahan penggunaan antibiotika tanpa resep, dan penggunaan

antibiotika yang tidak rasional dapat dihindari dengan pelayanan antibiotika yang

tepat, baik dalam pemberian informasi obat, monitoring, maupun konseling.

Pelayanan antibiotika yang tepat didukung oleh persepsi dari Apoteker setiap

melayani palayanan kefarmasian terkait antibiotika. Oleh karena itu, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menggambarkan persepsi Apoteker yang berpraktik di

Apotek terhadap perannya dalam memberikan informasi, konseling, dan

monitoring terkait antibiotika di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kabupaten

Gunungkidul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

3

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan racangan cross-

sectional pada 30 responden yang berprofesi sebagai Apoteker di Apotek wilayah

Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul. Pemilihan subjek penelitian menggunakan

teknik non-random dengan jenis purposive sampling. Kriteria inklusi yaitu

Apoteker yang berpraktik di Apotek wilayah Utara dan Selatan Kab.

Gunungkidul, dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah Apoteker yang sedang cuti, dan Apoteker yang menjalankan

cuti satu bulan yang lalu.

Perizinan Penelitian

Penelitian yang dilakukan telah mendapat izin dari Kepala Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman dengan nomor surat

070/Kesbangpol/1144/2019. Pemerintahan Kab. Gunungkidul memberlakukan

Permendagri No. 3 tahun 2018 Pasal 5 Ayat 2 yang mengatakan SKP (Surat

Keterangan Penelitian) dikecualikan bagi penelitian yang dilakukan dalam rangka

tugas akhir pendidikan di dalam negeri, sehingga peneliti tidak perlu mengajukan

izin secara resmi ke pemerintahan Kab. Gunungkidul. Penelitian ini juga telah

mendapakan persetujuan Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dengan nomor

izin: 961/C.16/FK/2019.

Pengujian Kuesioner

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tervalidasi

yang telah melalui uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas. Pada penelitian ini

validasi dilakukan secara professional judgement oleh Apoteker. Uji pemahaman

bahasa dilakukan pada 10 responden di Apotek wilayah Kab. Sleman, sebab

memiliki karakteristik yang mirip dengan subjek penelitian. Uji pemahaman

bahasa dilakukan untuk meninjau bahasa yang digunakan dalam kuesioner dapat

dimengerti dengan mudah atau tidak. Dalam penelitian ini, 10 responden yang

mengikuti uji pemahaman bahasa memahami bahasa yang digunakan pada

kuesioner penelitian. Hal ini ditandai dengan pernyataan “paham” yang dituliskan

oleh seluruh responden pada lembar uji pemahanan bahasa. Uji reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

4

dilakukan pada 30 responden di Apotek wilayah Kab. Sleman. Uji reliabilitas

dilakukan untuk menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrumen, yang dalam

penelitian ini berupa kuesioner penelitian. Suatu instrumen dikatakan reliabel, jika

didapatkan nilai koefisien alfa > 0,60 (Budiman dan Riyanto, 2013). Nilai

koefisien alfa yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 0,72.

Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner

Peneliti memberikan kuesioner penelitian di Apotek wilayah Utara dan

Selatan Kab. Gunungkidul, secara bertahap dalam jangka waktu 1 bulan.

Kuesioner diberikan pada Apoteker yang menandatangani informed consent dan

bersedia mengisi serta bersedia mengembalikan kuesioner kepada peneliti setelah

ditinggalkan selama 2-7 hari.

Pengolahan dan Penyajian Data

1. Verifikasi

Pengolahan data diawali dengan melakukan verifikasi terkait kelengkapan,

kejelasan tulisan maupun penandaan pada pilihan jawaban kuesioner.

2. Penilaian

Tahap ini bertujuan untuk menilai setiap jawaban dari pertanyaan yang

sifatnya terukur, dan merangkum jawaban dari setiap pertanyaan lainnya. Tahap

ini dilakukan dengan cara, peneliti memberikan nilai pada setiap jawaban dari

pertanyaan yang sifatnya terukur. Untuk pernyataan yang sifatnya negatif diberi

nilai 1 untuk Sangat Setuju (SS), nilai 2 untuk Setuju (S), nilai 3 untuk Tidak

Setuju (TS), dan nilai 4 untuk Sangat Tidak Setuju (STS). Sebaliknya, untuk

pernyataan yang sifatnya positif diberi nilai 4 untuk Sangat Setuju (SS), nilai 3

untuk Setuju (S), nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak

Setuju (STS). Kemudian, peneliti merangkum jawaban dari setiap pertanyaan

lainnya.

3. Analisis Data

Data yang telah melalui tahapan Penilaian akan dianalisis dengan metode

analisis deskriptif. Hasil penelitian dianalisis dengan bantuan Microsoft Excel

2010 serta dipersentasekan dengan total 100%. Kategori baik jika nilai ≥ 75%,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

5

cukup jika nilai 56-74%, dan kurang baik jika ≤ 55% (Budiman dan Riyanto,

2013).

4. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang dinyatakan adalah jenis

kelamin, usia, peran Apoteker, pendidikan terakhir, serta lama pengalaman

bekerja di Apotek. Untuk kategori jenis kelamin responden, mayoritas 80%

berjenis kelamin perempuan. Hasil ini sesuai dengan data Profil Kesehatan Kab.

Gunungkidul Tahun 2013, bahwa Apoteker berjenis kelamin perempuan

jumlahnya lebih tinggi dibanding Apoteker berjenis kelamin laki-laki. Untuk

kategori usia responden mayoritas 56,67% responden berusia relatif muda yaitu

23-30 tahun. Hasil yang diperoleh ini mirip dengan penelitian Bahat (2018), yang

menunjukkan Apotek di wilayah Yogyakarta memiliki Apoteker yang usianya

relatif muda yaitu 27-35 tahun. Hal ini menunjukkan usia dari hasil penelitian

memiliki kesesuaian dengan usia dari hasil penelitian dari Bahat (2018). Untuk

kategori peran Apoteker di Apotek, mayoritas 60% respoden berperan sebagai

Apoteker Pendamping (Aping). Mayoritas responden merupakan Aping, karena

PP No. 51 Tahun 2009, pasal 54 ayat 2, yang mengatakan bahwa Aping dapat

berpraktek hingga paling banyak di 3 Apotek, atau puskesmas atau instalasi

farmasi rumah sakit.

Untuk kategori pendidikan terakhir responden, mayoritas 76,67%

respoden memiliki pendidikan terakhir S1. Menurut penelitian Dharmawati dan

Wirata (2016), semakin tinggi pendidikan akhir responden, semakin tinggi juga

ilmu pengetahuan yang dimiliki responden. Hal ini menunjukkan mayoritas

responden yang memiliki pendidikan terakhir S1, memiliki ilmu pengetahuan

yang semakin tinggi juga, secara khusus dalam pelayanan kefarmasian. Untuk

kategori lama bekerja di Apotek, mayoritas 56,67% responden telah bekerja di

Apotek selama < 5 tahun. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian

Mulyagustina (2017), bahwa lama bekerjanya Apoteker di Apotek wilayah Kota

Jambi mayoritas selama < 5 tahun. Menurut penelitian Kaswindiarti (2015),

pengalaman bekerja dapat mempengaruhi persepsi Apoteker dalam melakukan

pelayanan kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

7

Data yang ditunjukan dalam tabel berikut ini, berisi tentang hasil

persentase dari setiap sub kategori yang berasal dari kategori-kategori tertentu

yang berkaitan dengan deskripsi responden pada penelitian ini.

Tabel I. Deskripsi Responden

No. Kategori Sub Kategori Jumlah

Responden (n)

Persentase

(%)

1. Jenis Kelamin Laki-laki 6 20%

Perempuan 24 80%

2. Usia 23-30 tahun 17 56,67%

31-40 tahun 8 26,67%

>40 tahun 5 16,67%

3. Peran Apoteker di Apotek Apoteker Pengelola

Apotek (APA)

12 40%

Apoteker Pendamping

(Aping)

18 60%

4. Pendidikan Terakhir

Responden

S1 23 76,67%

S2 7 23,33%

S3 0 0%

5. Lama Kerja di Apotek < 5 tahun 17 56,67%

5-9 tahun 8 26,67%

10-14 tahun 4 13,33%

15-20 tahun 1 3,33%

>20 tahun 0 0%

Pelaksanaan Permenkes No. 73 Tahun 2016

Dalam penelitian ini, peneliti juga mendeskripsikan pelayanan

kefarmasian yang dilakukan di Apotek menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016.

Kategori yang dinyatakan yaitu, skrining, dispensing, Komunikasi Informasi dan

Edukasi (KIE), konseling, Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek

Samping Obat (MESO).

Untuk kategori skrining, dispensing, Komunikasi Informasi Edukasi

(KIE), dan konseling memiliki nilai yang baik, karena 100% responden

melakukan skrining, dispensing, KIE, dan konseling. Untuk kategori Pemantauan

Terapi Obat (PTO) memiliki nilai yang cukup baik, karena terdapat 73,33%

responden yang menjawab pertanyaan pasien, serta menyediakan informasi dan

edukasi secara aktif kepada pasien mengenai obat. Hal ini menunjukkan belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

8

semua responden melakukan PTO di Apotek. Untuk kategori Monitoring Efek

Samping Obat (MESO) memiliki nilai yang kurang baik, karena terdapat 33,33%

responden yang mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko tinggi mengalami

efek samping suatu obat pada dosis normal. Hasil yang diperoleh sesuai dengan

penelitian Bahat (2018), mayoritas Apoteker di Apotek Kota Yogyakarta

menjalankan pelayanan kefarmasian dengan cukup baik dalam hal skrining resep,

dispensing, konseling, dan PIO, sedangkan MESO, dan Pemantauan Terapi Obat,

belum dilakukan dengan optimal.

Tabel II. Pelaksanaan Permenkes No. 73 Tahun 2016

No. Kategori Sub Kategori Jumlah

Responden (n)

Persentase

(%)

1. Skrining Administratif 30 100%

Farmasetika 30 100%

Klinis 30 100%

2. Dispensing Penyiapan Obat 30 100%

Penyerahan Obat 30 100%

Pemberian Informasi Obat 30 100%

3. Komunikasi

Informasi Edukasi

(KIE)

Menjawab pertanyaan pasien serta

menyediakan informasi dan edukasi

secara aktif kepada pasien mengenai

obat

30 100%

4. Konseling Menanyakan 3 Prime Questions

kepada pasien yang membawa resep

30 100%

Menggali informasi serta memberikan

penjelasan pada pasien terkait

penggunaan obat

30 100%

Melakukan verifikasi pada pasien

untuk memastikan tingkat kepahaman

pasien

30 100%

5. Pemantauan Terapi

Obat (PTO)

Menjawab pertanyaan pasien serta

menyediakan informasi dan edukasi

secara aktif kepada pasien mengenai

obat

22 73,33%

6. Monitoring Efek

Samping Obat

(MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien

yang beresiko tinggi mengalami efek

samping suatu obat pada dosis normal

10 33,33%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

9

Pelayanan Kefarmasian terkait Antibiotika di Apotek

Dalam penelitian ini, pelayanan kefarmasian terkait antibiotika di Apotek

dinyatakan dalam berbagai persepsi dari responden. Untuk kategori jenis kelamin

pasien yang umumnya menerima antibiotika di Apotek, mayoritas 60% responden

mengatakan laki-laki. Untuk kategori usia pasien yang mayoritas menerima

antibiotika di Apotek, adalah yang berusia 18-29 tahun sebesar 43,33%. Hal ini

menunjukkan mayoritas pasien yang menerima antibiotika di Apotek berada

dalam rentang usia produktif.

Untuk antibiotika yang paling sering dilayani yaitu, Amoxicillin sebesar

80%. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Yuspita (2019), bahwa

antibiotika spektrum luas merupakan antibiotika yang paling sering dilayani di

Apotek. Hal ini menunjukkan antibotika spektrum luas seperti Amoxicillin,

merupakan antibiotika yang paling sering dilayani di Apotek wilayah Utara dan

Selatan Kab. Gunungkidul. Untuk kategori seberapa sering responden melakukan

pelayanan antibiotika, mayoritas 60% responden melakukannya setiap hari. Hasil

ini berbeda dengan penelitian Bahat (2018), yang mayoritas pelayanan antibiotika

dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Untuk kategori jumlah antibiotika yang

dikeluarkan sebulan terakhir, mayoritas antibiotika dikeluarkan sebanyak 2 boks

dalam sebulan terakhir sebesar. Hasil ini dapat dapat dikatakan pengeluaran

antibiotika dalam jumlah yang sedikit, sebab menurut penelitian Armansyah

(2013), total penggunaan antibiotika dalam sebulan yang tertinggi sebesar 105

boks pada suatu Apotek.

Untuk kategori Dokter penulis resep, mayoritas Dokter Umum yang

menuliskan resep. Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian Yuspita (2019),

yang menyatakan bahwa Dokter Umum menduduki posisi yang paling dominan

dalam menulis resep antibiotika, yang kemungkinan berkaitan dengan antibiotika

spektrum luas yang paling sering dilayani di Apotek. Untuk kategori seberapa

sering responden melakukan konseling, mayoritas 73,33% responden

melakukannya setiap hari. Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016, konseling

perlu dilakukan bagi pasien dengan kriteria tertentu, yakni sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

10

1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau

ginjal, ibu hamil dan menyusui).

2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB,

DM, AIDS, epilepsi).

3) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan

kortikosteroid dengan tappering down/off).

4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit

(digoksin, fenitoin, teofilin).

5) Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk

indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk

pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat

disembuhkan dengan satu jenis Obat.

6) Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Menurut penelitian Lutfiyati (2016), konseling perlu dilakukan untuk

meningkatkan kepatuhan pasien. Konseling dari Apoteker dapat menjadi sarana

untuk mengetahui kebutuhan pasien dan dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan pasien, serta ketrampilan apa yang harus dikembangkan dalam diri

pasien (Rantucci, 2009). Selain itu, menurut penelitian Neswita (2016), konseling

dapat meningkatkan pengetahuan pasien. Untuk kategori seberapa sering

responden melakukan monitoring, mayoritas 33,33% responden melakukannya

sekali sebulan. Monitoring terdiri dari Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan

Monioring Efek Samping Obat (MESO). Hasil yang diperoleh sesuai dengan

penelitian Diana (2019), bahwa PTO maupun MESO belum sepenuhnya

terlaksana, dimana terdapat 78,3% Apoteker yang tidak menjalankan PTO dan

89,9% Apoteker yang tidak menjalankan MESO. Menurut Permenkes No. 73

Tahun 2016, MESO adalah kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis. Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016, kriteria pasien yang

memutuhkan PTO, adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

11

1) Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2) Menerima obat lebih dari 5 jenis.

3) Adanya multidiagnosis.

4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5) Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

6) Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang

merugikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

12

Tabel III. Pelayanan Kefarmasian terkait Antibiotika di Apotek (1)

No. Kategori Sub Kategori Jumlah

Responden (n)

Persentase

(%)

1. Jenis Kelamin Pasien yang

Umumnya Mendapatkan Antibiotika

Laki-laki 18 60%

Perempuan 12 40%

2. Usia Pasien yang Umumnya

Mendapatkan Antibiotika

<18 tahun 10 33,33%

18-29 tahun 13 43,33%

30-39 tahun 4 13,33%

40-49 tahun 1 3,33%

50-59 tahun 2 6,67%

60-69 tahun 0 0%

70-79 tahun 0 0%

80-89 tahun 0 0%

90-99 tahun 0 0%

>90 tahun 0 0%

3. Antibiotika

yang Paling Sering Dilayani

Amoxicillin 24 80%

Cefixime 5 16,67%

Cefadroxil 1 3,33%

4. Jumlah Penggunaan Antibiotka

*1 Boks = 50 kapsul/tablet

Tidak Ada Penggunaan 1 3,33%

1 Boks 10 33,33%

2 Boks 13 43,33%

3 Boks 6 20%

4 Boks 0 0%

5 Boks 0 0%

>5 Boks 0 0%

5. Seberapa Sering Responden

Melakukan Pelayanan Antibiotika

Setiap Hari 18 60%

2-3 Kali Seminggu 8 26,67%

Sekali Seminggu 3 10%

Sekali Sebulan 1 3,33%

Sekali Setahun 0 0%

Tidak Pernah 0 0%

6. Dokter Penulis Resep Dokter Umum 21 70%

Dokter Spesialis Penyakit Dalam 6 20%

Dokter Spesialis Bedah 2 6,67%

Lainnya 1 3,33%

7. Sering Responden Melakukan

Konseling

Setiap Hari 22 73,33%

2-3 Kali Seminggu 5 16,67%

Sekali Seminggu 2 6,67%

Sekali Sebulan 1 3,33%%

Sekali Setahun 0 0%

Tidak Pernah 0 0%

8. Sering Responden Melakukan

Monitoring

Setiap Hari 3 10%

2-3 Kali Seminggu 7 23,33%

Sekali Seminggu 6 20%

Sekali Sebulan 10 33,33%

Sekali Setahun 1 3,33%

Tidak Pernah 3 10%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

13

Untuk kategori pelayanan farmasi klinis, terkait konseling, pelayanan

resep, dam pelayanan informasi obat memiliki nilai yang baik. Pada penelitian ini,

diperoleh 80% responden melakukan konseling, 80% responden melakukan

pelayanan resep, dan 80% responden melakukan pelayanan informasi obat.

Monitoring efektivitas obat yang dilakukan cukup baik yaitu sebesar 70%.

Namun, pelayanan farmasi klinis terkait mengatasi permasalahan yang timbul,

karena penggunaan obat dan MESO memiliki nilai yang kurang baik. Responden

yang tidak melakukan pelayanan farmasi klinis, sebesar 0%. Hal ini menunjukkan

seluruh responden berperan dalam pelayanan farmasi klinis di Apotek. Hasil yang

diperoleh mirip dengan penelitian Mulyagustina (2017), bahwa pelayanan farmasi

klinis baru berjalan pada pelayanan resep, pelayanan informasi obat dan sebagian

pada konseling. Home pharmacy care, pemantauan terapi obat dan monitoring

efek samping obat serta dokumentasi klinis belum dilakukan sama sekali.

Tingginya permintaan suatu antibiotika tertentu dapat mempengaruhi

persediaanya di Apotek, yang kemungkinan dapat habis dalam waktu singkat.

Responden memiliki solusinya masing-masing dalam menghadapi masalah ini.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yang merujuk pasien ke

Apotek lain. Untuk kategori opini responden terkait fasilitas yang diperlukan

dalam Pharmaceutical Care di Apotek, 6,67% menginginkan tersedianya

petunjuk penggunaan antibotika yang dapat diberi checklist ketika seusai pasien

menggunakan antibotika. Responden lainnya tidak membutuhkan fasilitas

tambahan, kemungkinan karena sudah terpenuhinya fasilitas terkait pelayanan

kefarmasian antara lain, ruang konseling, ruang tunggu obat, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

14

Tabel IV. Pelayanan Kefarmasian terkait Antibiotika di Apotek (2)

No. Kategori Sub Kategori Jumlah

Responden (n)

Persentase

(%)

1. Pelayanan Farmasi

Klinis

Konseling 24 80%

Pelayanan Resep 24 80%

Pelayanan Informasi Obat 24 80%

Mengatasi permasalahan yang

timbul karena penggunaan obat

0 0%

Monitoring efektivitas obat 21 70%

Monitoring Efek Samping Obat

(MESO)

9 30%

Tidak Melakukan 0 0%

Lainnya 0 0%

2. Solusi Ketika

Responden Tidak

Memiliki

Antibiotika Tertentu

Merujuk pasien ke Apotek lain 18 60%

Langsung memberikan antibiotika

sesuai persediaan

7 23,33%

Meminta Dokter mengganti

antibiotika sesuai persediaan di

Apotek responden

2 6,67%

Meminta pasien menunggu

sementara responden membelikan

ke Apotek lain

1 3,33%

Lainnya 2 6,67%

3. Opini Responden

terkait Fasilitas yang

Diperlukan dalam

Pharmaceutical

Care

Tersedianya petunjuk penggunaan

antibotika yang dapat diberi

checklist ketika seusai pasien

menggunakan antibotika

2 6,67%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pelayanan kefarmasian di Apotek berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016,

terkait KIE (100%) dan konseling (100%) sudah dilaksanakan dengan baik.

Pemantauan Terapi Obat (73,33%) sudah dilaksanakan dengan cukup baik, namun

MESO (33,33%) yang dilaksanakan belum optimal.

Pelayanan kefarmasian terkait antibiotika yang termasuk dalam kategori

baik adalah konseling (80%), pelayanan resep (80%), dan pelayanan informasi

obat (80%). Pelayanan kefarmasian terkait antibiotika yang termasuk dalam

kategori cukup baik adalah monitoring efektivitas obat (70%). Pelayanan

kefarmasian terkait antibiotika yang termasuk dalam kategori kurang baik adalah

mengatasi permasalahan yang timbul karena penggunaan obat (0%) dan MESO

(30%). Dalam melakukan pelayanan kefarmasian terkait antibiotika terhadap

pasien, setiap Apoteker perlu memahami dan menjalankan aturan pengelolaan dan

pelayanan antibiotika di Apotek sesuai Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Peneliti memiliki beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang serupa,

yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti meyarankan untuk dilakukannya penelitian serupa pada unit

kesehatan lainnya, seperti Puskesmas maupun Rumah Sakit.

2. Peneliti menyarankan untuk dilakukannya penelitian berupa evaluasi

terkait pemahaman pasien dalam menjalani pelayanan antibiotika di

Apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Uji Coba Instrumen Penelitian dengan Menggunakan MS Excel

dan SPSS. BAPM. 6-9.

Bahat, R, Y, A., 2018. Pelyanan Kefarmasian bagi Pasien dengan Antibiotika di

Apotek Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2018. Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. 5-13.

Bogadenta, A., 2012.Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.

17-20.

Budiman, Riyanto. A., 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Hal. 11-

22.

Dewi, L. N. K., dkk., 2016. Persepsi Apoteker terhadap Peran Apoteker dalam

Tata Laksana Hipertensi di Apotek. Surabaya: Rakernas & PIT.

Dharmawati, I. G. A., dan Wirata, N., 2016. Hubungan Tingkat Pendidikan,

Umur, dan Masa Kerja dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan

Mulut pada Guru Penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar.

Denpasar: Jurnal Kesehatan Gigi.

Diana, K., dkk., 2019. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Kota Palu. Palu: Jurnal Farmasi.

Handayani, R.S., Raharni dan Gitawati, R., 2009. Persepsi Konsumen Apotek

Terhadap Pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia, Makara

Kesehatan, 12-21.

Jogiyanto HM., Pedoman Survei Kuesioner: Mengembangkan Kuesioner,

Mengatasi Bias, dan Meningkatkan Respon, Edisi 2. Yogyakarta:BPFE-

Yogyakarta. 37-52; 181-188.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2018. Persepsi.

https://kbbi.web.id/persepsi. Diakses pada 19 November 2018.

Kaswindiarti, N., dkk. 2015. Analisis Persepsi Apoteker dan Faktor yang

Mempengaruhinya terhadap Penerapan Sistem Pembayaran di Era

Jaminan Keehatan Nasional pada Apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: Jurnal Farmasi Sains dan Praktis.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.Pedoman Pelayanan

Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta. Hal. 11-18, 21, 27-28.

Kurniati, M., dkk., 2018. Alga Hijau Potensial Jadi Obat Mastitis Sapi Perah.

Yogyakarta. 1-2.

Kurniawan, D. W., Chabib, L., 2010. Pelayanan Informasi Obat Teori dan

Praktik.Yogyakarta: Graha Ilmu. 10-16.

Lapau, B., 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesi. 139-149.

Lutfiyati, H., dkk., 2016. Pelaksanaan Konseling Oleh Apoteker di Apotek

Kecamatan Temanggung. Temanggung: Jurnal Farmasi Sains dan Praktis.

Mulyagustina, dkk., 2017. Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek Kota Jambi. Yogyakarta: Jurnal Manajemen dan Pelayanan

Farmasi.

Neswita, E., dkk., 2016. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Pengetahuan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

17

Kepatuhan Pasien Congestive Heart Failure (Influence of Drug

Counseling on Knowledge and Compliance of Patients With Congestive

Heart Failure). Sumatera Barat: JFSK.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.35-38, 86-88, 103-105, 124-125, 158-162. 182-183.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Jakarta. 3-21.

Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Putra, S. R., 2012. Buku Pintar Apoteker. Yogyakarta: Diva-Press. 50, 70-72, 82.

Rantucci, M. J., 2009, Komunikasi Apoteker-Pasien, Panduan Konseling Pasien,

Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi ke-3. CV Sagung Seto. Jakarta. Hal. 93.

Suyono, 2006. Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Apoteker Yogyakarta

terhadap Perannya dalam Pelayanan Resep Selama di Apotek.

Yogyakarta:Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

Wibowo, A., 2014. Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta:

Rajawali Pers. 73, 231-234.

Wijoyo, Y., 2017. Buku Ajar: Pelayanan Kefarmasian di Komunitas. Yogyakarta:

PT Kanisius. 15-18.23. 40-41.44-45.

World Health Organization, 2014. Antimicrobial Resistance Global Report on

Surveilance. France: WHOLibrary Cataloguing. 95.

World Health Organization, 2011. The Pharmaceutical Sector Country Profile

Survey: Indonesia. Yogyakarta: Centre for Clinical Pharmacology and

Medicine Policy Studies. 74.

Yuspita, M. S., 2019. Pelyanan Kefarmasian untuk Pasien dengan Antibiotika di

Apotek Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018. Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. 5-9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

18

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

19

Lampiran 1. Informed Consent

PERNYATAAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Tempat tanggal lahir :

Alamat :

Apotek :

Menyatakan bahwa :

1. Saya telah mendapat penjelasan mengenai kegiatan penelitian tugas akhir

dengan judul Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian terkait

Antibiotika di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kabupaten

Gunungkidul.

2. Saya bebas menentukan untuk keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam

penelitian tugas akhir yang diselenggarakan bila terdapat hal yang tidak

sesuai dengan kesepakatan.

3. Data yang diperoleh hanya akan digunakan peneliti untuk kepentingan

penelitian tugas akhir serta akan dijaga kerahasiannya.

Setelah saya memahami penjelasan yang diberikan, dengan kesadaran dan tanpa

paksaan dari siapapun, saya memutuskan untuk bersedia ambil bagian dalam

penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaiamana

mestinya.

Yogyakarta, …….…………

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(Magdalena Nogo Kelen) (……………………………)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

20

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

I. Pengelompokkan Pertanyaan Kuesioner dengan Pelayanan Kefarmasian

Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016

No. Pilihan Ya Tidak

1. Skrining Administratif

Farmasetika

Klinis

2. Dispensing Penyiapan obat

Penyerahan obat

Pemberian informasi

obat

3. Komunikasi

Informasi

Edukasi (KIE)

Menjawab pertanyaan

pasien serta

menyediakan informasi

dan edukasi secara aktif

kepada pasien mengenai

obat

4. Konseling Menanyakan 3 Prime

Questions kepada pasien

yang membawa resep

Menggali informasi serta

memberikan penjelasan

pada pasien terkait

penggunaan obat

Melakukan verifikasi

pada pasien untuk

memastikan tingkat

kepahaman pasien

5. Pemantauan

Terapi Obat

Melakuan identifikasi

terkait keberhasilan

terapi

6. Monitoring Efek

Samping Obat

(MESO)

Mengidentifikasi obat

dan pasien yang beresiko

tinggi mengalami efek

samping suatu obat pada

dosis normal

A. Profil Apoteker

Mohon isi data-data berikut:

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

2. Umur: ……

3. Lulus Tahun: ….

4. Peran Apoteker di Apotek ?

a. Apoteker Pengelola Apotek

b. Apoteker Pendamping

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

21

5. Pendidikan terakhir ?

a. S1 b. S2 c. S3

6. Pengalaman kerja sebagai Apoteker?

a. < 5 tahun

b. 5-9 tahun

c. 10-14 tahun

d. 15-20 tahun

e. > 20 tahun

B. Pengkajian dan Pelayanan Resep

1. Berapa sering Anda melayani pasien dengan antibiotika ?

a. Setiap hari

b. 2-3 kali seminggu

c. sekali seminggu

d. sekali sebulan

e. sekali setahun

f. tidak pernah

2. Apakah jenis kelamin pasien yang terbanyak mendapatkan antibiotika ?

a. perempuan

b. laki-laki

3. Berapa range (kisaran) umur pasien pada umumnya yang mendapatkan

antibiotika ?

a. < 18 tahun f. 60-69 tahun

b. 18-29 tahun g. 70-79 tahun

c. 30-39 tahun h. 80-89 tahun

d. 40-49 tahun i. 90-99 tahun

e. 50-59 tahun j. > 99 tahun

4. Tuliskan nama antibiotika yang paling banyak dilayani di Apotek Anda.

No. Nama Antibiotik Jumlah

1

2

3

4

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

22

5. Berapa banyak antibiotika yang digunakan / dikeluarkan dalam 1 bulam

terakhir ?

*1 boks= ……. Kapsul /

Tablet

a. tidak ada penggunaan e. 4 boks

b. 1 boks f. 5 boks

c. 2 boks g. > 5 boks

d. 3 boks

6. Peresepan Antibiotika biasanya oleh ;

a. Dokter Umum

b. Dokter Spesialis Penyakit Dalam

c. Dokter Spesialis Bedah

d. Yang lain: ……………

C. Dispensing

1. Jika Anda tidak melakukan dispensing / pelayanan resep antibiotika,

nyatakan alasan Anda dengan memberi tanda checklist pada kolom pilihan

sesuai pernyataan pada kolom pertama.

Pernyataan Pilihan

A Sebab penyakit menular mempunyai gejala yang tidak dapat dipresdiksi

dan saya enggan untuk melayaninya

B Saya takut dan membuat saya enggan melayaninya

C Takut menghadapi kemungkinan timbulnya masalah adanya interaksi

antibiotika dengan obat lain

D Banyak issue penggunaan obat secara tidak rasional

F Ketatnya aturan pengelolahan resep / dokumen penggunaan antibiotika

yang harus ditaati sesuai guideline

G Tidak memahami penyakit menular

H Permintaan hanya sedikit

I Pelayanan dilakukan oleh Perawat

Ket : S = Setuju

SS = Sangat Setuju

T = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Alasan lain (tuliskan) :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

23

D. Pelayanan Kefarmasian (KIE, PIO, Konseling, dan Monitoring)

1. Seberapa sering anda memberikan konseling kepada pasien yang

mendapat antibiotika?

a. setiap hari d. sekali sebulan

b. 2-3 kali seminggu e. sekali dalam 3-6 bulan

c. sekali seminggu f. tidak pernah

2. Seberapa sering anda melakukan monitoring kepada pasien yang mendapat

antibiotika?

a. setiap hari d. sekali sebulan

b. 2-3 kali seminggu e. sekali dalam 3-6 bulan

c. sekali seminggu f. tidak pernah

3. Pelayanan Pharaceutical Care apa saja yang anda berikan bagi pasien

yang menggunakan antibiotika? Beri tanda checklist sesuai yang anda

lakukan.

{ ) konseling

{ } pelayanan obat berdasarkan resep

{ } pelayanan informasi obat

{ } mengatasi permasalahan yang timbul karena penggunaan obat

{ } monitoring efektivitas obat

{ } monitoring efek samping obat

{ } monitoring ketaatan pasien dalam menggunakan obat

{ } tidak melakukan

{ } lainnya, tuliskan …………………

4. Jika ada resep antibiotika yang anda tidak punya, apa yang anda lakukan?

a. merujuk pasien ke apotek lain

b. langsung memberikan antibiotika sesuai persediaan

c. meinta dokter mengganti antibiotika sesuai persediaan yang anda

punya

d. minta pasien menunggu sementara anda membelikan ke apotek lain

e. lainnya, tuliskan…………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

24

5. Apa saja hambatan dalam memberikan layanan Pharmaceutical Care

(misalnya riwayat pengobatan, identifikasi permasalahan farmakoterapi,

monitoring efektifitas obat dan efek samping, penyediaan konseling obat)

terhadap pasien yang menggunakan antibiotika?

Pernyataan Pilihan

A Kurangnya pengetahuan tentang penggunaan antibiotika

B Pasien tidak mengerti kepentingan pharmaceutical care

C Kurangnya jumlah staff

D Kurang terampil dalam komunikasi

E Kurangnya permintaan/ kebutuhan pasien akan pelayanan

pharmaceutical care

F Lack of private space/counceling area

G Kurang dukungan dari manajer

H Kurang inisiatif

I Tidak ada aturan yang jelas

J Kuatir terhadap penularan penyakit

K Hanya terpaku pada keluhan pasien seperti: demam, batuk, sakit waktu

buang air kecil, lamanya pasien kesakitan dsb.

L Keterbatasan waktu

M Kurangnya informasi tentang pasien, indikasi obat, target terapi dsb.

Ket : S = Setuju

SS = Sangat Setuju

T = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Lainnya, tuliskan..………………………………………………………..

6. Tuliskan opini anda terkait fasilitas yang diperlukan untuk memberikan

pelayanan Pharmaceutical Care kepada pasien yang menggunakan

antibiotika:…………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

25

7. Beri tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk pilihan anda sesuai

pernyataan pada kolom sebelah kiri.

Pernyataan Pilihan

A Saya dapat melakukan pendekatan kepada pasien yang mendapatkan

antibiotika dengan mudah

B Saya dapat mengatasi pasien yang tidak taat dengan menggunakan

antibiotika dengan mudah

C Saya tertarik memberikan layanan pharmaceutical care kepada pasien yang

mendapat antibiotika

D Menangani pasien yang mendapatkan antibiotika lebih mudah dibandingkan

dengan pasien yang mendapat obat lain

E Saya punya pengetahuan yang cukup tentang farmakoterapi untuk

antibiotika

F Menurut saya hanya Apoteker dengan pengetahuan dan training tentang

penggunaan antibiotika secara rasioanal yang dapat memberikan layanan

pharmaceutical care untuk para pasien

G Menurut saya diperlukan peran serta Apoteker Rumah Sakit dalam

penanganan penyakit menular

H Menurut saya pharmaceutical care terhadap pasien yang mendapat

antibiotika menjadi tanggung jawab saya sebagai Apoteker

I Penyakit menular perlu mendapat perhatian khusus dari para Apoteker

J Saya percaya diri dan berani memberikan layanan pharmaceutical care

kepada pasien yang mendapat antibiotika

K Saya merasa cukup nyaman memberikan layanan pharmaceutical care

kepada pasien dengan penyakit menular

L Saya punya motivasi yang cukup untuk memberikan layanan pharmaceutical

care kepada pasien dengan penyakit menular/ yang mendapat antibiotika

M Pasien dengan penyakit menular tidak memerlukan pengobatan khusus,

cukup minum antibiotika dan kontrol ke Dokter

N Semua pasien dengan penyakit menular potensial terhadap resiko terjadinya

resistensi bakteri

O Saya tidak takut melayani pasien dengan penyakit menular

P Saya merasa nyaman bertanya kepada pasien mengapa mereka menggunakan

antibiotika tidak sesuai anjuran

Q Saya merasa nyaman diskusi dengan pasien dengan penyakit menular

tentang permasalahan yang mereka hadapi

R Saya merasa pasien yang mendapatkan antibiotika akan bersedia menerima

semua informasi obat yang diperlukan seperti efektifitas, keamanan, efek

samping obat dari Apoteker

S Pasien dengan penyakit menular tidak bersedia membicarakan keluhan

tentang penyakitnya ke Apoteker

T Saya mendapat cukup edukasi / training tentang penyakit menular dan

pengobatannya waktu di Fakultas Farmasi

U Beberapa faktor seperti budaya, agama, dan suku akan mempengaruhi pasien

dalam mengelola penyakitnya

V Anak-anak, pasien dengan penyakit dan pasien dengan permasalahan akibat

penggunaan obat, dan penggunaan alkohol membutuhkan perlakuan khusus

dalam penanganan

Ket : S = Setuju

SS = Sangat Setuju

T = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

26

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

27

Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

28

Lampiran 5. Tabel Data Penelitian

Tabel 1. Alasan Apoteker Jika Tidak Melakukan Pelayanan Kefarmasian

terkait Antibiotika

No. Pernyataan SS (%) S (%) T (%) STS

(%)

Hasil

1 Sebab penyakit menular

mempunyai gejala yang

tidak dapat diprediksi

dan saya enggan untuk

melayaninya

3,33%

(1)

30%

(9)

60%

(18)

6,67%

(2)

Tidak

Setuju

2 Saya takut dan

membuat saya enggan

melayaninya

0% (0) 0% (0) 83,33%

(25)

16,67%

(5)

Tidak

Setuju

3 Takut menghadapi

kemungkinan

timbulnya masalah

adanya interaksi

antibiotika dengan obat

lain

3,33%

(1)

10%

(3)

80%

(24)

6,67%

(2)

Tidak

Setuju

4 Banyak issue

penggunaan obat secara

tidak rasional

13,33%

(4)

56,67%

(17)

23,33%

(7)

6,67%

(2)

Setuju

5 Ketatnya aturan

pengelolahan resep /

dokumen penggunaan

antibiotika yang harus

ditaati sesuai guideline

23,33%

(7)

50%

(15)

26,67%

(8)

0% (0) Setuju

6 Tidak memahami

penyakit menular

0% (0) 0% (0) 93,33%

(28)

6,67%

(2)

Tidak

Setuju

7 Permintaan hanya

sedikit

0% (0) 13,33%

(4)

76,67%

(23)

10% (3) Tidak

Setuju

8 Pelayanan dilakukan

oleh Perawat

0% (0) 16,67%

(5)

70%

(21)

13,33%

(4)

Tidak

Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

29

Tabel 2. Hambatan Apoteker dalam Memberikan Pharmaceutcal Care

No. Pernyataan SS (%) S (%) T (%) STS

(%)

Hasil

1 Kurangnya pengetahuan

tentang penggunaan

antibiotika

16,67%

(5)

20%

(6)

40%

(12)

23,33%

(7)

Tidak

Setuju

2 Pasien tidak mengerti

kepentingan

pharmaceutical care

26,67%

(8)

73,33%

(22)

0% (0) 0% (0) Setuju

3 Kurangnya jumlah staf 6,67%

(2)

26,67%

(8)

56,67%

(17)

10%

(3)

Tidak

Setuju

4 Kurang terampil dalam

komunikasi

0% (0) 13,33%

(4)

70%

(21)

16,67%

(5)

Tidak

Setuju

5 Kurangnya permintaan/

kebutuhan pasien akan

pelayanan

pharmaceutical care

0% (0) 63,33%

(19)

36,67%

(11)

0% (0) Setuju

6 Lack of private

space/counceling area

0% (0) 33,33%

(10)

66,67%

(20)

0% (0) Tidak

Setuju

7 Kurang dukungan dari

manajer

0% (0) 0% (0) 100%

(30)

0% (0) Tidak

Setuju

8 Kurang inisiatif 0% (0) 13,33%

(4)

70%

(21)

16,67%

(5)

Tidak

Setuju

9 Tidak ada aturan yang

jelas

0% (0) 13,33%

(4)

76,67%

(23)

10%

(3)

Tidak

Setuju

10 Kuatir terhadap

penularan penyakit

3,33%

(1)

6,67%

(2)

70%

(21)

20%

(6)

Tidak

Setuju

11 Hanya terpaku pada

keluhan pasien seperti:

demam, batuk, sakit

waktu buang air kecil,

lamanya pasien kesakitan

dsb.

3,33%

(1)

16,67%

(5)

60%

(18)

20%

(6)

Tidak

Setuju

12 Keterbatasan waktu 13,33%

(4)

50%

(15)

36,67%

(11)

0% (0) Setuju

13 Kurangnya informasi

tentang pasien, indikasi

obat, target terapi dsb.

6,67%

(2)

50%

(15)

43,33%

(13)

0% (0) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

30

Tabel 3. Persepsi Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian

No. Pernyataan SS (%) S (%) T (%) STS

(%)

Hasil

1 Saya dapat melakukan

pendekatan kepada pasien

yang mendapatkan

antibiotika dengan mudah

16,67%

(5)

70%

(21)

13,33%

(4)

0% (0) Setuju

2 Saya dapat mengatasi pasien

yang tidak taat dengan

menggunakan antibiotika

dengan mudah

6,67%

(2)

63,33%

(19)

30%

(9)

0% (0) Setuju

3 Saya tertarik memberikan

layanan pharmaceutical care

kepada pasien yang

mendapat antibiotika

6,67%

(2)

93,33%

(28)

0% (0) 0% (0) Setuju

4 Menangani pasien yang

mendapatkan antibiotika

lebih mudah dibandingkan

dengan pasien yang

mendapat obat lain

0% (0) 23,33%

(7)

73,33%

(22)

3,33%

(1)

Tidak

Setuju

5 Saya punya pengetahuan

yang cukup tentang

farmakoterapi untuk

antibiotika

6,67%

(2)

93,33%

(28)

0% (0) 0% (0) Setuju

6 Menurut saya hanya

Apoteker dengan

pengetahuan dan training

tentang penggunaan

antibiotika secara rasioanal

yang dapat memberikan

layanan pharmaceutical care

untuk para pasien

13,33%

(4)

70%

(21)

16,67%

(5)

0% (0) Setuju

7 Menurut saya diperlukan

peran serta Apoteker Rumah

Sakit dalam penanganan

penyakit menular

13,33%

(4)

86,67%

(26)

0% (0) 0% (0) Setuju

8 Menurut saya

pharmaceutical care

terhadap pasien yang

mendapat antibiotika

menjadi tanggung jawab

saya sebagai Apoteker

20%

(6)

80%

(24)

0% (0) 0% (0) Setuju

9 Penyakit menular perlu

mendapat perhatian khusus

20%

(6)

80%

(24)

0% (0) 0% (0) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

31

No. Pernyataan SS (%) S (%) T (%) STS

(%)

Hasil

dari para Apoteker

10 Saya percaya diri dan berani

memberikan layanan

pharmaceutical care kepada

pasien yang mendapat

antibiotika

6,67%

(2)

93,33%

(28)

0% (0) 0% (0) Setuju

11 Saya merasa cukup nyaman

memberikan layanan

pharmaceutical care kepada

pasien dengan penyakit

menular

10%

(3)

73,33%

(22)

16,67%

(5)

0% (0) Setuju

12 Saya punya motivasi yang

cukup untuk memberikan

layanan pharmaceutical care

kepada pasien dengan

penyakit menular/ yang

mendapat antibiotika

6,67%

(2)

83,33%

(25)

10%

(3)

0% (0) Setuju

13 Pasien dengan penyakit

menular tidak memerlukan

pengobatan khusus, cukup

minum antibiotika dan

kontrol ke Dokter

0% (0) 26,67%

(8)

66,67%

(20)

6,67%

(2)

Tidak

Setuju

14 Semua pasien dengan

penyakit menular potensial

terhadap resiko terjadinya

resistensi bakteri

20%

(6)

70%

(21)

10%

(3)

16,67

% (5)

Setuju

15 Saya tidak takut melayani

pasien dengan penyakit

menular

6,67%

(2)

76,67%

(23)

16,67%

(5)

0% (0) Setuju

16 Saya merasa nyaman

bertanya kepada pasien

mengapa mereka

menggunakan antibiotika

tidak sesuai anjuran

13,33%

(4)

86,67%

(26)

0% (0) 0% (0) Setuju

17 Saya merasa nyaman diskusi

dengan pasien dengan

penyakit menular tentang

permasalahan yang mereka

hadapi

13,33%

(4)

80%

(24)

6,67%

(2)

0% (0) Setuju

18 Saya merasa pasien yang

mendapatkan antibiotika

akan bersedia menerima

semua informasi obat yang

13,33%

(4)

76,67%

(23)

10%

(3)

0% (0) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

32

No. Pernyataan SS (%) S (%) T (%) STS

(%)

Hasil

diperlukan seperti efektifitas,

keamanan, efek samping

obat dari apoteker

19 Pasien dengan penyakit

menular tidak bersedia

membicarakan keluhan

tentang penyakitnya ke

Apoteker

6,67%

(2)

36,67%

(11)

53,33%

(16)

3,33%

(1)

Tidak

Setuju

20 Saya mendapat cukup

edukasi / training tentang

penyakit menular dan

oengobtannya waktu di

Fakultas Farmasi

13,33%

(4)

76,67%

(23)

10%

(3)

0% (0) Setuju

21 Beberapa faktor seperti

budaya, agama, dan suku

akan mempengaruhi pasien

dalam mengelola

penyakitnya

13,33%

(4)

73,33%

(22)

13,33%

(4)

0% (0) Setuju

22 Anak-anak, pasien dengan

penyakit dan pasien dengan

permasalahan akibat

penggunaan obat, dan

penggunaan alkohol

membutuhkan perlakuan

khusus dalam penanganan

10%

(3)

90%

(27)

0% (0) 0% (0) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYANAN ...di Apotek Wilayah Utara dan Selatan Kab. Gunungkidul dan Apotek di Kab. Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

33

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Magdalena Nogo

Kelen, dilahirkan pada tanggal 8 Januari 1998 di

Timika, Papua. Anak bungsu dari Bapak Martinus

Kelen dan Ibu Philomena Lebuan. Pada tahun 2009,

lulus dari SD YPPK Waonaripi Timika, tahun 2012,

lulus dari SMP YPPK Santo Bernardus Timika, dan di

tahun 2015, lulus dari SMA YPPK Tiga Raja Timika.

Pada tahun 2015, penulis menempuh pendidikan

sarjana di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma. Selama kuliah, penulis aktif terlibat dalam

kegiatan organisasi dan kepanitiaan tingkat universitas maupun fakultas, serta

kegiatan non akademik lainnya. Penulis juga memiliki pengalaman kerja sebagai

asisten dosen pada mata kuliah Praktikum Pharmaceutical Care 2 dan Praktikum

Pharmaceutical Care 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI