portofolio simulasi apotek

51
PORTOFOLIO Praktikum Farmasi Simulasi Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut (obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah) Disusun Oleh : Kelompok 2 Genap Chairul Umam Kusuma PO.71.39.0.12.006 Isra Tri Hardianti PO.71.39.0.12.020 Lucky Handayani PO.71.39.0.12.022 Marisa Sundari PO.71.39.0.12.024 Mema Cenovita PO.71.39.0.12.026 Nilam Permatasari PO.71.39.0.12.028 Kelas : III Reguler A Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes

Upload: arif-d-rahman-hakim

Post on 24-Dec-2015

81 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

simulasi

TRANSCRIPT

Page 1: portofolio simulasi  apotek

PORTOFOLIO

Praktikum Farmasi Simulasi

Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut

(obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)

Disusun Oleh :

Kelompok 2 Genap

Chairul Umam Kusuma PO.71.39.0.12.006

Isra Tri Hardianti PO.71.39.0.12.020

Lucky Handayani PO.71.39.0.12.022

Marisa Sundari PO.71.39.0.12.024

Mema Cenovita PO.71.39.0.12.026

Nilam Permatasari PO.71.39.0.12.028

Kelas : III Reguler A

Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes

Page 2: portofolio simulasi  apotek

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

2014/2015

LEMBAR PENGESAHAN

Portofolio yang berjudul

Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut

(obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)

Yang disusun oleh:

1. Chairul Umam Kusuma

2. Isra Tri Hardianti

3. Lucky Handayani

4. Marisa Sundari

5. Mema Cenovita

6. Nilam Permatasari

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing

Poltekkes Kemenkes Palembang pada tanggal 5 November 2014

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes

NIP. 196302141994021001

Page 3: portofolio simulasi  apotek

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul “Penggunaan Obat-obatan

pada Usia Lanjut (obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)” yang

bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi yang mana portofolio

ini ditujukan sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi khususnya pelayanan obat pada

ibu hamil. Dalam penyusunan portofolio , kami memperoleh data dari berbagai media cetak

maupun media elektronik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak kekurangan.

Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat

menyusun portofolio selanjutnya dengan lebih baik dan kiranya portofolio ini dapat memberi

manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan meminta maaf

apabila ada kesalahan dalam penulisan portofolio ini.

Palembang, 6 November 2014

Penulis

Page 4: portofolio simulasi  apotek

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006)

Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena

beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung

membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih

muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat

yang merugikan (Anonim, 2004).

Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat

sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada

seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis rasional dihubungkan dengan

diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi

interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi

atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang

biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah

hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,

gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu

lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan

pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang

banyak jenisnya (Darmansjah, 1994).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Mahasiswa D3 farmasi mengetahui tentang pelayanan kefarmasian pada usia

lanjut ?

2. Apakah mahasiswa dapat  menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep  pelayanan

berstandar  KIE (Komunikatif, Informatif, Edukatif)?

C. TUJUAN

1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa D3 farmasi tentang pelayanan

kefarmasianterhadap usia lanjut di apotek?

Page 5: portofolio simulasi  apotek

2. Mahasiswa dapat  menerapkan ilmu kefarmasian dengankonsep  pelayanan

berstandar  KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif)

D. MANFAAT

1. Meningkatkan mutu kefarmasian sebagai kompetensi dalam melayani dan

memberikan informasi kepada pelanggan dalam hal pelayanan kefarmasian pada usia

lanjut (manula).

2. Mahasiswa dapat menerapkan secara nyata pelayanan kefarmasian sesuai standart

kompetensi ahli madya farmasi ,sehingga memudahkan mahasiswa ketika memasuki

dunia kerja.

Page 6: portofolio simulasi  apotek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usia Lanjut

Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran cerna yang diduga mengubah

absorbsi obat, misalnya meningkatnya pH lambung, menurunnya aliran darah ke usus akibat

penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran

cerna. Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut,

kecuali pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001).

Pada distribusi obat terdapat hubungan antara penyebaran obat dalam cairan tubuh

dan ikatannya dengan protein plasma (biasanya dengan albumin, tetapi pada beberapa obat

dengan protein lain seperti asam alfa 1 protein), dengan sel darah merah dan jaringan tubuh

termasuk organ target. Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada massa tubuh

tanpa lemak dan cairan tubuh total, penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin

plasma. Penurunan albumin sedikit sekali terjadi pada lansia yang sehat dapat lebih menjadi

berarti bila terjadi pada lansia yang sakit, bergizi buruk atau sangat lemah. Selain itu juga

dapat menyebabkan meningkatnya fraksi obat bebas dan aktif pada beberapa obat dan

kadang-kadang membuat efek obat lebih nyata tetapi eliminasi lebih cepat.

Munculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecapatan penyerapan dan cara

penyebarannya. Durasi (lama berlangsungnya efek) lebih banyak dipengaruhi oleh

kecepatan ekskresi obat terutama oleh penguraian di hati yang biasanya membuat obat

menjadi lebih larut dalam air dan menjadi metabolit yang kurang aktif atau dengan ekskresi

metabolitnya oleh ginjal. Sejumlah obat sangat mudah diekskresi oleh hati, antara lain

melalui ambilan (uptake) oleh reseptor dihati dan melalui metabolisme sehingga

bersihannya tergantung pada kecepatan pengiriman ke hati oleh darah. Pada usia lanjut,

penurunan aliran darah ke hati dan juga kemungkinan pengurangan ekskresi obat yang

tinggi terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol.

Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnya

obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya

berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan

bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida. Pada usia

lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan

filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda. Akan

tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal.

Fungsi tubulus juga memburuk akibat bertambahnya usia dan obat semacam penicilin dan

Page 7: portofolio simulasi  apotek

litium, yang secara aktif disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali glomerolus

dan tubulus (Bustami, 2001).

B. Perubahan Fisiologis Lansia

Perubahan Sistem Respiratori

Pada kelompok usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik dan fisiologis yang

mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan

atau organ. Perubahan tersebut salah satunya adalah sistem respirasi. Fungsi primer dari

sistem respirasi adalah menyuplai O2 ke darah dan membuang CO2. Ketika ada faktor

yang mendukung, seperti penyakit, tempat dengan kebutuhan O2 yang banyak di dalam

tubuh, perubahan sistem pernapasan mungkin mempengaruhi fungsi keseluruhan dari

lansia. Perubahan yang terjadi tersebut bukanlah suatu hal yang abnormal, melainkan hal

yang wajar dan terdapat mekanisme kompensasi yang menyertai segala perubahan yang

terjadi.

Berdasarkan studi literatur, berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perubahan

anatomis dan fisiologis sistem respirasi pada lansia. Lansia mengalami penuaan normal

yang dialami tubuhnya, khususnya sistem respirasi.

1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi

berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial

terjadi penumpukan sekret.

3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah udara

pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang

tenang kira kira 500 ml.

4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²),

Ù menyebabkan terganggunya proses difusi.

5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari

hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun

yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari

saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. Perubahan Anatomi

Menurut Stanley (2007),

perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai

berikut :

Page 8: portofolio simulasi  apotek

Paru-paru kecil dan kendur.

Hilangnya recoil elastic.

Pembesaran alveoli.

Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.

Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.

Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.

Kelenjar mucus kurang produktif.

Penurunan sensivitas sfingter esophagus

8. Penurunan sensivitas kemoreseptor. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan

dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65

tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas

aktivitasnya. Perubahan Fisiologis Proses penuaan menyebabkan beberapa

perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru – paru. Kita ketahui

bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida

antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi

kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang kurang

berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru –

paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh Daya pegas paru – paru

berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi

disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena

dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan

kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun.Dekalsifikasi iga dan peningkatan

klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi.Membran mukosa lebih kering, sehingga

menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi

pernapasan.(Maryam, 2008).

Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan

sebagian berikut:

Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.

Atrofi umum tonsil.

Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.

Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan

metabolism kalsium dan kartilago iga.

Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.

Kifosis.

Degenerasi atau atrofi otot pernapasan

Page 9: portofolio simulasi  apotek

9. Toleransi rendah terhadap oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem

respirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan

perubahan sistem imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami

kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis

seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Di bawah ini merupakan

tabel yang menunjukkan perubahan anatomis dan gangguan fungsi pulmonal

(Stanley, 2007)

Perubahan Hasil Perubahan Kalsifikasi kartilago kosta Peningkatan diameter

anteropostterior Peningkatan pernapasan abdomen dan diafragma Peningkatan

kerja pernapasan Penurunan PaO2 Atrofi otot pernapasan Peningkatan risiko untuk

terjadinya kelelahan otot inspirasi Penurunan kecepatan aliran ekspirasi maksimal

Penurunan dalam rekoil elastis Peningkatan volume penutupan Peningkatan udara

yang terjebak Ketidakcocokan ventilasi perfusi Peningkatan volume residu

Menurunnya kekuatan kapasitas vital Menurunnya kapasitas vital Pembesaran

duktus alveolar Menurunnya area permukaan alveolar Peningkatan ukuran dan

kekakuan trakea dan jalan napas pusat Menurunnya kapasitas difusi Peningkatan

ruang mati Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan penyebab perubahan

cadangan fisiologis dan mekanisme perlindungan pulmonal (Stanley, 2007):

Perubahan Hasil Konsekuensi Hilangnya silia Kurang efektifnya peningkatan

mukosilia Peningkatan risiko gangguan respirasi Penurunan refleks muntah dan

batuk Jalan napas yang tidak terlindung Peningkatan risiko cedera pulmonal

Penumpukan respon terhadap hipoksemia dan hiperkapnia Penurunan saturasi O2

Penurunan cadangan fisiologis Penurunan fungsi limfosit T dan imunitas humoral

Penurunan respon antibodi terhadap antigen spesifik Peningkatan kerentanan

terhadap infeksi Berkurangnya respon hipersensitivitas lambat Penurunan efisiensi

dan vaksinasi Penurunan fungsi reseptor β2 Penurunan respon terhadap agonis β2

yang dihirup Peningkatan kesulitan dalam menangani asma Penurunan motilitas

esofagus dan gaster dan hilangnya tonus sfingter kardiak Peningkatan risiko refluks

ke esofagus Peningkatan risiko terjadinya aspirasi Pada lansia yang sehat, paru-paru

menjadi lebih kecil dan lebih lemah, dan berat mereka berkurang kira-kira 20%.

Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan perubahan beberapa indikator fungsi

paru-paru berkaitan dengan lansia (Ebersole, 2005): Indikator Perubahan Volume

tidal Volume resiidu Kapasitas vital Kapasitas total paru Volume paksa ekspirasi

Tidak ada Meningkat 50 % Berkurang 25 % Tidak berubah, sebagai hasil dari

mekanisme kompensasi Menurun Perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis

yang terjadi karena penuaan pada lansia merupakan suatu hal yang normal. Pada

tubuh lansia sendiri terdapat mekanisme yang bekerja untuk mengkompensasi

Page 10: portofolio simulasi  apotek

perubahan-perubahan yang terjadi tersebut. Namun, jika terdapat faktor-faktor

pendukung terjadinya penyakit pernapasan pada lansia seperti riwayat merokok atau

riwayat penyakit pernapasan lainnya, mekanisme kompensasi tersebut akan

berkurang fungsinya dan akan memperparah kondisi sistem respirasi lansia.

C. Interaksi Farmakokinetik

1. Fungsi Ginjal

Perubahan paling berarti saat memasuki usia lanjut ialah berkurangnya fungsi ginjal

dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal atau kadar

kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering berkurang, sehingga

memperpanjang intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai half-life panjang perlu diberi

dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya. Dua obat yang sering diberikan

kepada lansia ialah glibenklamid dan digoksin. Glibenklamid, obat diabetes dengan masa

kerja panjang (tergantung besarnya dosis) misalnya, perlu diberikan dengan dosis terbagi

yang lebih kecil ketimbang dosis tunggal besar yang dianjurkan produsen. Digoksin juga

mempunyai waktu-paruh panjang dan merupakan obat lansia yang menimbulkan efek

samping terbanyak di Jerman karena dokter Jerman memakainya berlebihan, walaupun

sekarang digoksin sudah digantikan dengan furosemid untuk mengobati payah jantung

sebagai first-line drug (Darmansjah, 1994).

Karena kreatinin tidak bisa dipakai sebagai kriteria fungsi ginjal, maka harus

digunakan nilai creatinine-clearance untuk memperkirakan dosis obat yang renal-toxic,

misalnya aminoglikoside seperti gentamisin. Penyakit akut seperti infark miokard dan

pielonefritis akut juga sering menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan ekskresi obat.

Dosis yang lebih kecil diberikan bila terjadi penurunan fungsi ginjal, khususnya bila

memberi obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin,

dua obat yang sering digunakan pada lansia dapat memproduksi metabolit aktif,

sehingga kedua obat ini juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia.

2. Fungsi Hati

Hati memiliki kapasitas yang lebih besar daripada ginjal, sehingga penurunan

fungsinya tidak begitu berpengaruh. Ini tentu terjadi hingga suatu batas. Batas ini lebih

sulit ditentukan karena peninggian nilai ALT tidak seperti penurunan creatinine-clearance.

ALT tidak mencerminkan fungsi tetapi lebih merupakan marker kerusakan sel hati dan

karena kapasitas hati sangat besar, kerusakan sebagian sel dapat diambil alih oleh sel-

sel hati yang sehat. ALT juga tidak bisa dipakai sebagai parameter kapan perlu

membatasi obat tertentu. Hanya anjuran umum bisa diberlakukan bila ALT melebihi 2-3

kali nilai normal sebaiknya mengganti obat dengan yang tidak dimetabolisme oleh hati.

Misalnya pemakaian methylprednisolon, prednison dimetabolisme menjadi prednisolon

Page 11: portofolio simulasi  apotek

oleh hati. Hal ini tidak begitu perlu untuk dilakukan bila dosis prednison normal atau bila

hati berfungsi normal. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila diperlukan

bantuan hati untuk metabolisme dengan obat-obat tertentu.

First-pass effect dan pengikatan obat oleh protein (protein-binding) berpengaruh

penting secara farmakokinetik. Obat yang diberikan oral diserap oleh usus dan sebagian

terbesar akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati sebelum memasuki

sirkulasi umum. Hati akan melakukan metabolisme obat yang disebut first-pass effect dan

mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30% atau lebih. Kadar yang

kemudian ditemukan dalam plasma merupakan bioavailability suatu produk yang

dinyatakan dalam prosentase dari dosis yang ditelan. Obat yang diberikan secara intra-

vena tidak akan melalui hati dahulu tapi langsung masuk dalam sirkulasi umum. Karena

itu untuk obat-obat tertentu yang mengalami first-pass effect dosis IV sering jauh lebih

kecil daripada dosis oral.

Protein-binding juga dapat menimbulkan efek samping serius. Obat yang diikat

banyak oleh protein dapat digeser oleh obat lain yang berkompetisi untuk ikatan dengan

protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif obat pertama meninggi sekali dalam darah

dan menimbulkan efek samping. Warfarin, misalnya, diikat oleh protein (albumin)

sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang bebas dan aktif. Proses

redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama obat bekerja. Bila kemudian

diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein, aspirin menggeser ikatan warfarin kepada

protein sehingga kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek

samping perdarahan spontan. Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah

intensitas perdarahan. Hal ini juga dapat terjadi pada aspirin yang mempunyai waktu-

paruh plasma hanya 15 menit. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara klinis,

tetapi untuk obat yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita

(Boestami, 2001)biokimia seluler, pengaruhnya akan terlihat bila mekanisme regulasi

homeostatis melemah (Boedi, 2006)

D. Interaksi Farmakodinamik

Interkasi farmakodinamik pada usia lanjut dapat menyebabkan respons reseptor

obat dan target organ berubah, sehingga sensitivitas terhadap efek obat menjadi lain. Ini

menyebabkan kadang dosis harus disesuaikan dan sering harus dikurangi. Misalnya

opiod dan benzodiazepin menimbulkan efek yang sangat nyata terhadap susunan saraf

pusat. Benzodiazepin dalam dosis “normal” dapat menimbulkan rasa ngantuk dan tidur

berkepanjangan. Antihistamin sedatif seperti klorfeniramin (CTM) juga perlu diberi dalam

dosis lebih kecil (tablet 4 mg memang terlalu besar) pada lansia.

Page 12: portofolio simulasi  apotek

Mekanisme terhadap baroreseptor biasanya kurang sempurna pada usia lanjut,

sehingga obat antihipertensi seperti prazosin, suatu α1 adrenergic blocker, dapat

menimbulkan hipotensi ortostatik; antihipertensi lain, diuretik furosemide dan

antidepresan trisiklik dapat juga menyebabkannya (Darmansjah, 1994)

E. Penyakit-penyakit yang di alami pada Lasia

1. Gangguan Kardiovaskular

Jantung serta pembuluh darah sering mengalami kerusakan berupa

penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Hal ini sangat meningkat resiko

terjadinya gangguan jantung berupa penyakit jantung koroner, gagal jantung akibat

tekanan darah tinggi, dan lain-lain.

PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.  Dengan

mengkombinasikan laporan insiden MI dan Angina Pektoris, badan National Health and

Nutrition Examination Survey (NHANES) III di USA, didapat data bahwa sekitar 27% pria

dan 17% wanita berusia 80 tahun ke atas menderita PJK.  Sedangkan pada kelompok

umur 65-74 tahun, didapat 64% masalah jantung pada pria dan 60% pada wanita adalah

PJK.  

Resiko seseorang untuk menderita PJK adalah satu dari tiga untuk pria, dan satu

dari empat untuk wanita. Di atas umur 65 tahun, tingkat mortalitas akibat MI adalah

tinggi.  Sekitar 8% meninggal setiap tahunnya akibat MI dan sisanya diperkirakan akan

mengalami serangan infark yang fatal dalam waktu 10 tahun ke depan.  Akan tetapi, lebih

dari sepertiga kasus MI tidak diketahui, entah karena perjalanan penyakitnya yang laten

atau karena gejalanya yang tidak khas. PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan

pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan penebalan dinding, disebut juga

Aterosklerosis.  Tapi selain itu stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofi dan kelainan arteri

koronaria kongenital juga dapat menyebabkan PJK.

Selain itu, enyempitan pembuluh darah dapat mengakibatkan gangguan aliran

darah. Pada tungkai (kaki), gangguan darah ini sering dikeluhkan berupa berat bila

berjalan jauh, kesemutan, dan pada penderita diabetes (kencing manis) lambatnya

penyembuhan luka.Gangguan aliran darah dalam pembuluh darah otak dapat

mengakibatkan penurunan fungsi otak yang sering berupa pikun atau pelupa, sulit

berkonsentrasi. Gangguan aliran darah di otak (pendarahan otak dan penyumbatan

pembuluh darah) yang berat dapat berakibat stroke dengan resiko kelumpuhan

dan bahkan kematian. Gangguan aliran darah ke ginjal dapat menurunkan fungsi

ginjal dan dirasakan dalam bentuk peningkatan tekanan darah ( hipertensi ),

pembengkakan pada wajah, pembengkakan pada tungkai bilamana banyak berjalan

atau duduk.

Page 13: portofolio simulasi  apotek

2. Hipertensi

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang

intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih

tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi

meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik

dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65

tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia

60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri

Semarang, 2008).

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi

dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena

menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat

memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal

jantung, dan gagal ginjal

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi

faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas

usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada

usia lanjut dibedakan atas:

a) Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b) Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).

3. Diabetes Melitus

Diabetes adalah suatu kondisi yang ditandai meningkatnya kadar gula dalam darah

(hyperglycemia) sehingga menimbulkan risiko kerusakan microvascular (retinopathy,

nephropathy dan sakit saraf). Dan macrovascular (stroke, tekanan darah tinggi dan

kelainan jantung). Diabetes adalah suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan

kadar glukosa darah disebabkan oleh karena adanya kelainan pada sel beta pada pulau

langerhans kelenjar pankreas.

Seseorang didiagnosis diabetes jika terdapat keluhan khas seperti poliuria,

polidipsia, polipagia dan penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya disertai

dengan nilai pemeriksaan darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126

mg/dl ataupun kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada pengukuran TTGO (tes toleransi

glukosa oral) yang diukur kadar glukosa 2 jam setelah minum 75 g glukosa (Suyono,

2005).

Page 14: portofolio simulasi  apotek

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena peningkatan

kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut

maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti

jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah

masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang

menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan

200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan

yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi,

sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah

sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang,

gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

Jenis diabetes ada 2 :

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Pada diabetes melitus tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadi kekurangan hormon

insulin pada proses penyerapan makanan. DM tipe I atau disebut DM yang tergantung

pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi

karena kerusakan dari sel beta pankreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering

kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita

DM tipe ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan

memerlukan insulin seumur hidup.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Jika pada Diabetes Melitus 1 penyebab utamanya adalah dari malfungsi kelenjar

pankreas pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan utama justru terjadi pada volume

reseptor (penerima) hormon insulin yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini produktifitas

hormon insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdukung oleh kuantitas volume

reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal dengan resistensi insulin. DM

tipe II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang

ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan

meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya

glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia (Anonim, 2003).

Page 15: portofolio simulasi  apotek

BAB III

TINJAUAN RESEP

A. Resep

1. Resep 1

dr. Budiman SpD

RS CH Palembang

Palembang, 5 November 2014

R/Levemir Flexpen No.I 10 IU

S 1 d d malam

R/ Lodem Tab No. XXX

S 1 d d tab p.c

-----------------------------da 1/2

R/ Gludepatic 500 tab No. LX

S 2 d d I p.c

-----------------------------da 1/2

Pro : Dani Martin

Alamat : KM. 12 Lorong Budi No. 135 Palembang

Page 16: portofolio simulasi  apotek

2. Resep 2

Dr. Muslim

Poli RS. Telkom Palembang

Palembang, 5 November 2014

R/ Amoxilin 500 No.XV

S 3 d d

R/ Salbutamol No. X

S 1 d d tab

Pro : Akbar P

Alamat: Perum Telkom Kertapati

Page 17: portofolio simulasi  apotek

B. Salinan Resep

1. Resep 1

C. Perhitungan Bahan

Resep 1

1. Levemir flexpen 10 IU

Penggunaan 1 x sehari pada malam hari setelah makan malam atau sebelum tidur

2. Lodem tablet = ½ x 30 tablet = 15 tablet

Penggunaan 1 x sehari 1 tablet setelah makan pagi

3. Gludepatic 500 mg tablet = ½ x 60 tablet = 30 tablet

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071SALINAN RESEP

Nomor :1234Dari Dokter : dr. MuslimPro : Dani MartinDibuat tanggal: 5 november 2014

R/Levemir Flexpen No.I 10 IU S 1 d d malam

R/ Lodem Tab No. XXX S 1 d d tab p.c

-----------------------------det 1/2

R/ Gludepatic 500 tab No. LX S 2 d d I p.c -----------------------------det 1/2

Palembang, 6 November 2014p.c.c

cap apotek

Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt SIA : 14.05/PROMKES&SDK/DK/IV/2012

Page 18: portofolio simulasi  apotek

Penggunaan 2 x sehari 1 tablet setelah makan pagi dan malam

Resep 2

1. Amoxil 500 mg = 15 capsul

Penggunaan 3 x sehari 1 capsul

2. Salbutamol = 10 tablet

Penggunaan 2 x sehari 1 tablet

D. Perhitungan dosis

E. Monografi Bahan

1. Levemir

Komposisi : Insulin determir 100 IU / ml

Kemasan : 5 flexpen 3 ml

Price : Rp 223.500,-

Produsen : PT. Novo Nordisk

Kategori Obat : K

Indikasi : Diabetes Melitus

Dosis : Subkutan, dosis individual

Pemberian Obat : Diberikan sebelum atau sesudah makan. Untuk pasien yang

diterapi dengan rejimen 1 x/ hari, dosis malam dapat diberikan bersama makan

malam atau menjelang tidur atau 12 jam sesudah pemberian dosis pagi

Interaksi Obat : Obat antidiabetik oral, MAOI, penyekat β non selektif, ACE

inhibitor, salisilat, alkohol, tiazid, glukokortikoid, hormon tiroid, simpatomimetik β,

hormon pertumbuhan, danazol, okreotid/ lanreotid dapat meningkatkan atau

menurunkan efeknya.

Efek Samping : Hipoglikemia, reaksi pada tempat injeksi seperti gatal/

kemerahan pada lokasi penyuntikan.

Page 19: portofolio simulasi  apotek

Penyimpanan : Simpan pada suhu antara 2-8 C dilemari es bukan di freezer

sebelum penggunaan pertama. Setelah penggunaan pertama, jangan disimpan

dilemari es. Melainkan disuhu kamar, tidak melebihi 30 C.

Perhatian : Kondisi infeksi dan demam, Hipoalbuminea berat, Dapat

mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin, Hamil dan laktasi.

2. Lodem tab

Komposisi : Glikuidone 30 mg

Kemasan : 10 x 10

Price : Rp 2.100 / tablet

Produsen : PT. Dexa Medica

Kategori Obat : K

Indikasi : Diabetes Militus tipe 2 yang tidak terkontrol dengan diet

Kontraindikasi : IDDM, koma & prekoma diabetes & gangguan keseimbangan

metabolik yang ekstrim dengan 8kecenderungan ke keadaan asidosis atau ketosis,

atau dalam kondisi stress karna pembedahan atau infeksi akut. Gagal fungsi hati

atau ginjal berat, porfiria, hamil & menyusui

Dosis : Awal : sehari 15 mg sebelum makan pagi, dosis dapat

ditingkatkan perlahan dengan kenaikan sebesar 15 mgHingga diperoleh dosis 45-60

mg dalam 2-3 dosis terbagi, Dengan dosis terbesar diberikan sebelum makan pagi.

Maks : dosis tunggal 560 mg

Dosis seharian : sehari 2x 10 mg

Farmakokinetik : Gliquidone diabsorpsi dari usus (95%), dan mencapai kadar

maksimum dalam plasma setelah 2-3 jam. Pemberian gliquidone tunggal 30 mg

secara oral memberikan kadar maksimum plasma rata-rata 500-700 ¥ìg/l 2-3 jam

setelah pemberian. Dalam 1,5 jam, konsentrasi ini akan turun separuhnya.

Perbandingan antara relawan sehat dan penderita diabetes tanpa gangguan ginjal

memperlihatkan tidak ada perubahan kadar gliquidone dalam plasma dan darah

dibandingkan dengan penderita nondiabetes dan diabetes yang disertai dengan

gangguan ginjal. Gliquidone dimetabolisme secara ekstensif, hasil metabolisme

utama adalah O-desmethylgliquidone. Deaktivasi metabolit utama dapat dicapai

dengan demetilasi di hati. 95% gliquidone diekskresikan sebagian besar sebagai

metabolit pada feses lewat empedu, obat ini dapat digunakan pada pasien dengan

kerusakan fungsi ginjal karena obat tampaknya tidak diakumulasi.

Hanya sejumlah kecil dari metabolit yang diekskresi melalui ginjal. Rata-rata hanya

5% dari dosis yang diberikan, dan itu dalam bentuk hasil metabolisme, ditemukan di

urin, tanpa menghiraukan cara pemberian dan jumlah yang diberikan.

Page 20: portofolio simulasi  apotek

Farmakologi : Gliquidone merupakan obat antidiabetik oral dari golongan

sulfonilurea. Sama seperti sulfonilurea lainnya, gliquidone terutama bekerja dengan

cara menstimulasi sel pada islet Langerhans pankreas untuk melepaskan insulin

endogen. Gliquidone merupakan obat antidiabetik oral yang efektif Seperti

sulfonilurea lainnya, gliquidone bekerja dengan cara menstimulasi influks kalsium ke

dalam sel pankreas dan dengan cepat merangsang pelepasan insulin. Gliquidone

juga memiliki efek ekstra pankreas. Obat ini menyebabkan jaringan-jaringan perifer

menjadi lebih sensitif terhadap insulin, kemungkinan dengan adanya penambahan

jumlah reseptor insulin, dan hasilnya adalah penurunan sintesis insulin secara

keseluruhan. Gliquidone, seperti halnya sulfonilurea lainnya, membutuhkan

keberadaan sel-sel pankreas yang masih berfungsi untuk efek hipoglikemiknya.

Gliquidone dapat menyebabkan hipoglikemia terutama bila diberikan secara

berlebihan, hal ini dapat disebabkan oleh lebih cepatnya insulin yang dilepaskan dari

pankreas dibandingkan dengan glibenklamid.Gliquidone, seperti halnya sulfonilurea

lainnya, memiliki efek inotropik positif, namun tidak ada bukti pada penggunaan

secara klinis.

Pemberian Obat : Berikan 1/2 jam sebelum makan.

Interaksi Obat : Barbiturat, vasopresin, antikoagulan oral, alkohol, salisilat,

sulfonilamid, fenilbutazon, tuberkulostatik, kloramfenikol, antikoagulan, MAOI,

penyekat, adrenergik, mikonazol, kotrimoksazol, sulfinpirazol, sulfoniurea,

kontrasepsi oral, klorpromazin, obat simpatomimetik, kortikosteroid, hormon tiroid,

produk yang mengandung asam nikotinat.

Efek Samping : Hipoglikemi, alergi, ruam kulit, intolerandi gagal ginjal, mual &

muntah, tidak enak badan, kehilangan konsentrasi & Penurunan kesadaran

Perhatian : Lansia atau dalam kondidi lemah. Penggunaan bersama

Denganterapi antidiabetik oral. Efek obat dapat ditingkatkan oleh kerja fisik.

3. Gludepatic

Komposisi : Metformin hidroclorida 500 mg

Kemasan : Dus 10x10 tab

Price : Rp. 33.000 / box

Produsen : PT. Fahrenheit

Kategori Obat : K

Indikasi : Terapi awal baru didiagnosis mengidap diabetes, obat

tunggal Kegagalan primer atau sekunder pada pemakaian sulfonilurea, obat kobinasi

sulfonilurea, obat pembantu penderita diabetes ketergantungan terhadap insulin

Page 21: portofolio simulasi  apotek

Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal, peny.hati kronik, kegagalan jantung

miokardinal infark, DM dengan komplikasi asidosis, infeksi insulin dipenden diabetes,

hipoksia jaringan, alkoholisme dan pemakaian bersama diuretik yang dapat

menyebabkan asidosis laktat

Dosis : Awal 1 tablet 2 x/hari. Pemeliharaan 1 tablet 3 x/hari.

Farmakokinetik : Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral,

kelarutannya dalam lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh.

Metformin mempunyai t½  1,5-3 jam, tak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme,

dan dieksresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Kerja metformin pada

glukoneogenesis di hati di duga mengganggu pengambilan asam laktat oleh hati.

Pada pasien insufisiensi ginjal (terjadi akumulasi Metformin) dapat meningkatkan

risiko asidosis laktat sehingga dapat berakibat fatal. Absorpsi metformin relatif lambat

dan dapat diperpanjang jadi sekitar 6 jam. Obat ini diekskresikan dalam urin dengan

kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu 450 ml/menit.  Eliminasi awal metformin

adalah cepat dengan waktu paruh bervariasi antara 1.7 dan 3 jam. Terminal fase

eliminasi diketahui  selama 4 sampai 5% dari dosis terserap lambat dengan waktu

paruh antara 9 – 17 jam. Tempat utama konsentrasi obat adalah mukosa usus dan

kelenjar liur. Konsentrasi plasma pada keadaan tunak berkisar sekitar 1 hingga 2

mcg / mL. Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein-protein

plasma. Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus.

Waktu paruh metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik,

efek antihiperglikemik pada metformin > 24 jam.

Farmakologi : Gludepatic® 500 adalah antidiabetik oral golongan biguanida,

dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes temtama dengan

meningkatkan aksi insulin. Juga memperbaiki sensitifltas terhadap insulin, sehingga

mengurangi glukoneogenesis di hati, meningkatkan glikolisis dan menghambat

absorpsi glukosa dari usus.

Farmakodinamika : Menurunkan kadar gula darah lebih rendah yang nyata pada

pasien DM tipe 2. Prinsip kerja dari metformin adalah menurunkan glukosa darah

tidak tergantung pada adanya fungsi pankreatik sel-sel B

Pemberian Obat : Tablet 500 mg sehari 3 kali 1 tablet.

Interaksi Obat : Penyesuaian dosis antikoagulan. Penurunan bersihan ginjal

dengan simetidin. Dengan sulfonilurea atau insulin menyebabkan hipoglikemia.

Risiko asidosis laktat meningkat oleh alkohol. Mengganggu absorpsi vit B12.

Efek Samping : Asidosis laktat dengan gejala mual, muntah, kejang perut,

diare, anoreksia, penurunan penyerapan vitamin B12

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar. Terlindung dari cahaya.

Page 22: portofolio simulasi  apotek

4. Amoxil

Komposisi : Amoxillin trihidrat setara amoksisilin

500 mg/ kapl; 125 mg/ 5 ml sirup.

Kemasan : Dus 100 kap 500 mg; botol 60 ml sirup

Price : Rp 148,500 / box

Produsen : PT. Pharos

Kategori Obat : K

Indikasi : Infeksi saluran pernapasan, saluran kemih dan kelamin,

infeksi lain seperti salmonella sp, shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis

Kontraindikasi : Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.

Dosis : 500 mg

Farmakokinetik :

1. Absorpsi

Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya Amoxicillin tidak

cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena salmonella, karena kadar

efektif secara terapetik tidak mencapai organisme dalam celah intestinal.

Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran

pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak konsentrasi

serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek terapi

Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun

adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan

menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum Amoxicillin, namun hal

tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy,2002)

2. Distribusi

Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar

plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian,

penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak

cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut

(hari pertama), meningen terinflamasi lebih permeable terhadap Amoxicillin, yang

menyebabkan peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat

dibandingkan rasionya dalam serum. Bila infefksi mereda, inflamasi menurun

maka permeabilitas sawar terbentuk kembali (Mycek, et.al.,2001).

3. Eliminasi

Jalan utama ekskresi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal,

sama seperti melalui filtrate glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal,

dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek, et.al.,2001).

Page 23: portofolio simulasi  apotek

Farmakologi : Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga

konsekuensinya Amoxicillin tidak cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis

karena salmonella, karena kadar efektif secara terapetik tidak mencapai organisme

dalam celah intestinal. Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92%

di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak

konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek

terapi Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral.

Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan

dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum Amoxicillin, namun hal

tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy, 2002)

Farmakodinamik : Amoxicillin (alpha-amino-p-hydoxy-benzyl-penicillin) adalah

derivat dari 6 aminopenicillonic acid, merupakan antibiotika berspektrum luas yang

mempunyai daya kerja bakterisida. Amoxicillin, aktif terhadap bakteri gram positif

maupun bakteri gram negatif. Bakteri gram positif: Streptococcus pyogenes,

Streptococcus viridan, Streptococcus faecalis, Diplococcus pnemoniae,

Corynebacterium sp, Staphylococcus aureus, Clostridium sp, Bacillus anthracis.

Bakteri gram negatif: Neisseira gonorrhoeae, Neisseriameningitidis, Haemophillus

influenzae, Bordetella pertussis, Escherichia coli, Salmonella sp, Proteus mirabillis,

Brucella sp

Pemberian Obat : 2 x sehari

Interaksi Obat : Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilina.

Efek Samping : Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi

seperti urtikaria, ruam kulit, pruritus, angioedema dan gangguan saluran cerna

seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.

Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan

kering.

5. Salbutamol

Komposisi : Salbutamol sulfat setara salbutamol 2 mg dan

4 mg per tab dan 2 mg / 5 ml sirup

Kemasan : Dus 10 x 10 tab 2 & 4 mg ; botol 100 ml

Price : Rp 10.000,- / box

Produsen : PT. Indofarma

Kategori Obat : K

Indikasi : Kejang bronkus pada semua asma bronkial,

bronkitis kronis dan emfisema

Kontraindikas i : Hipersensitif

Page 24: portofolio simulasi  apotek

Dosis :

Dewasa> 12 tahun 2-4 mg sehari 3-4 x atau 1-2 sendok (5-10 ml) sehari 3-4x

Anak : 2-6 tahun 1-2 mg sehari 3-4x atau ½-1 sendok (0,25-5 ml) sehari 3-4x

6 – 12 tahun: 2 mg sehari 3-4 x atau 1 sendok (5 ml) sehari 3-4x

Farmakokinetik : Salbutamol mudah diserap dari saluran pencernaan

Farmakologi : Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenergik

yang selektif. Pada bronkus salbutamol akan menimbulkan relaksasi otot polos

bronkus secara langsung.Maka salbutamol efektif untuk mengatasi gejala-gejala

sesak napas pada penderita-penderita yang mengalami bronkokonstriksi seperti :

asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum, baik untuk penggunaan

akut maupun kronik. Salbutamol menghambat pelepasan mediator dari ”pulmonary

mast cell”, mencegah kebocoran kapiler dan udema bronkus serta merangsang

pembersihan mukosiliar. Sebagai agonis beta-2 salbutamol pengaruhnya terhadap

adrenoseptor beta-1 pada sistem kardiovaskuler adalah minimal. Ratio stimulasi

beta-2/beta-1 salbutamol lebih besar dari obat-obat simpatomimetik lainnya.

salbutamol dapat digunakan oleh anak-anak maupun dewasa. Salbutamol juga

bekerja langsung pada otot polos uterus yaitu menurunkan kontraktilitasnya. Efek

salbutamol dapat dihambat oleh obat-obat penghambat reseptor beta, maka

salbutamol tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat tersebut. Obat ini

diabsorpsi dengan baik melalui saluran pencernaan sehingga efeknya akan tampak

setelah 15 menit dan berlangsung selama 4 – 8 jam.Waktu paruh eliminasinya

berkisar dari 2,7 sampai 5 jam. Salbutamol tidak dimetabolisme oleh enzim-enzim

COMT maupun sulfatase dari dinding intestin. Di hati akan berkonjugasi dengan

sulfat. Diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh

Farmakodinamik : Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling

aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk

pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat

ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm

(penyempitan saluran pernafasan akibatolahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak

beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain:

Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin,Venasma, Volmax ,

dll. Kerja obat mengakibatkan akumulasi siklik adenosinemonofosfat (cAMP) pada

reseptor adrenergic beta, menyebabkan bronkodilatasi,relative selektif terhadap

reseptor beta 2 (paru) (Deglin, 2004).

Pemberian Obat : Untuk tablet : Dewasa : sehari 3-4 kali 2-4 mg.

Anak diatas 6 tahun : sehari 3-4 kali 2 mg.

Anak 2-6 tahun : sehari 3-4 kali 1-2 mg

Page 25: portofolio simulasi  apotek

Interaksi Obat : Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek

bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi.

;Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor,

Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin,

Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. ;Peningkatkan risiko terjadinya malignant

arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic

(contohnya: enflurane, halothane).;Penurunan efek: ;Penggunaan bersama dengan

Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek

Salbutamol. ;Level/efek Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan:

Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin,

Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi CYP3A4.4

Efek Samping : Pada pemakaian dosis besar kadang ditemukan terjadi

tremor, palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan

Penyimpanan : Simpan pada suhu di bawah 30°C.

Perhatian : Hati-hati pada penderita thyrotoksitosis, hipertensi, gangguan

kardiovaskular, hipertiroid. Sebaiknya dihindari pada kehamilan trismester pertama.

Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun.

6. Jarum Suntik Insulin

Jarum Injeksi insulin micro fine. Sangat halus dan persisi, digunakan bersamaan dengan

obat insulin injeksi. Penyuntikannya subkutan, di daerah lemak sekitar perut. Karena

halusnya (0,25) tidak terasa sakit.

Price : Rp 1000,- / Jarum

D. Etiket

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071Apoteker : Dra. Ratnaningsih DA. Apt, M.Kes

Nomor : 1234 Tgl,5 November 2014Nama : Dani Martin

Levemir flexpen 10 IU

1 X sehari pada malam hari

Page 26: portofolio simulasi  apotek

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071Apoteker : Dra. Ratnaningsih DA. Apt, M.Kes

Nomor : 1234 Tgl,5 November 2014Nama : Dani Martin

Lodem tablet

1 X sehari 1 tablet sesudah makan

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071Apoteker : Dra. Ratnaningsih DA. Apt, M.Kes

Nomor : 1234 Tgl,5 November 2014Nama : Dani Martin

Gludepatic tablet

2 X sehari 1 tablet sesudah makan

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071Apoteker : Dra. Ratnaningsih DA. Apt, M.Kes

Nomor : 1235 Tgl,5 November 2014Nama : Akbar P

Amoxil tablet

3 X sehari 1 tablet

Page 27: portofolio simulasi  apotek

BAB IV

SKENARIO PELAYANAN RESEP

Di suatu pagi yang sejuk tepatnya di apotek Simulasi Farma, datanglah seorang lelaki paruh

baya ke apotek tersebut. Melihat kedatangan bapak tersebut, Asisten apotekerpun langsung

menyambut kedatangannya.

AA 1 & 2 : Selamat pagi bapak, selamat datang di Apotek Simulasi Farma. Ada

yang bisa kami bantu?

Pasien 1 : Ini nak, saya mau tebus obat. (sambil memberikan resep kepada asisten

apoteker) Ini resepnya.

APOTEK SIMULASI FARMAJl. Ismail Marzuki No. 5341/171

Tlp. 0711-352071Apoteker : Dra. Ratnaningsih DA. Apt, M.Kes

Nomor : 1235 Tgl,5 November 2014Nama : Akbar P

Salbutamol tablet

2 x sehari 1 tablet

Page 28: portofolio simulasi  apotek

Asisten Apoteker pun melihat resep tersebut.

AA 1 : Nama bapak Dani Martin benar ? Umurnya berapa pak?

Pasien 1 : Iya benar, 57 tahun.

AA 1 : Tunggu sebentar ya pak, kami akan mengecek resepnya terlebih dahulu.

Asisten Apoteker 1 pun mengecek obat yang berada didepan lalu memberikan resep

kepada Asisten Apoteker 2 untuk mengecek obat yang ada didalam.

AA 1 : Nilam tolong cek resep ini kebelakang (Asisten Apoteker 1 pun

memberikan resepnya kepada Asisten Apoteker 2) tunggu sebentar ya pak

obatnya mau dicek terlebih dahulu. (Sang bapak pun mengangguk)

setelah petugas mengecek resepnya dan obat yang diperlukaan, petugas yang berada

digudang memberitahukannya kepada Asisten Apoteker yang ada didepan.

Petugas : Lucky semua obatnya ada.

(kemudian Asisten Apoteker memberitahu kepada sang bapak)

AA 1 : Bapak semua obatnya ada, mau ditebus semuanya langsung atau mau

cek harganya terlebih dahulu.

Pasien 1 : Tanya harganya dulu aja nak.

AA 1 : Tunggu sebentar ya pak, (Asisten Apoteker pun mengecek seluruh harga

obatnya menggunakan kalkulator) Bapak semua harganya Rp 486.000,-

pak.

Pasien 1 : Ohh..Lumayan mahal ya,kalau begitu saya tebus setengah obatnya.

AA 2 : Baiklah bapak obatnya akan ditebus semua kecuali Levemir Flexpennya

totalnya Rp 355.500,-.

Pasien 1 : Memang itu untuk apa nak ? perasaan cuman bergeser sedikit harganya.

AA 2 : Levemir Flexpen adalah insulin yang digunakan oleh penderita Diabetes

Militus pak. Nanti akan kami jelaskan apabila obatnya sudah disiapkan.

Memang yang membuat mahal itu flexpennya pak dibading obat yang lain.

Pasien 1 : Ohh, baiklah kalau begitu.

Page 29: portofolio simulasi  apotek

Asisten Apoteker 1 lalu mensteples nomor antri dengan resep dan menyerahkan ke dalam

gudang untuk dikemas.

AA 2 : Bapak ini nomor antrinya, dan bapak silahkan duduk dikursi tunggu

terlebih dahulu, nanti kalo obatnya sudah dikemas akan kami panggil.

(sambil menunjukan kursi tunggu)

(setelah menerima resep, petugas gudang dengan cekatan, menyiapkan obat, menyiapkan

etiket, serta mencatatnya di buku stock)

sementara menunggu obat yang sedang disiapkan oleh petugas gudang, tiba-tiba apotek

tersebut kedatangan seorang wanita.

AA 2 : Selamat pagi mbak, selamat datang di Apotek Simulasi Farma. Ada yang

bisa kami bantu ?

Pasien 2 : Mau nebus resep mbak (Ibu tersebut memberikan resepnya kepada

Asisten Apoteker)

AA 2 : Resep ini milik bapak Akbar P benar buk ?

Pasien 2 : Benar mbak, itu resep bapak saya.

AA 2 : Umur bapak Akbar sekarang berapa buk ?

Pasien 2 : 50 tahun mbak.

AA 2 : Kalo begitu resepnya mau ditebus langsung atau mau tanya harga

terlebih dahulu buk ?

Pasien 2 : Langsung aja mbak.

AA 2 : Baiklah ibu, ini nomor antrinya dan silahkan ibu duduk terlebih dahulu.

(Asisten Apoter pun memberikan nomor antri kepada pasien ldan juga

mensteples nomor antri pada resepnya. Setelah itu Asisten Apoteker

langsung kebelakang)

AA 1 : Bapak Dani Martin nomor 103.

Pasien 1 : Iya.

AA 1 : Bapak silahkan duduk disini pak, ()Asisten Apotekr mempersilahkan

duduk) bapak ini semua obatnya, yang ini Lodem tablet dimakan 1 x sehari

1 tablet setelah makan pagi. Yang ini Gludepatic tablet 2 x sehari 1 tablet

Page 30: portofolio simulasi  apotek

setelah makan pagi dan malam. Dan yang ini Levemir Flexpen sebagai

insulin dipake sebelum atau sesudah makan malam, dipakenya tinggal

memutar atas ini sampai angka 10 IU, lalu pasang jarum suntiknya pak

diputar kaya biasa. Buka dua lapisan tutupnya dan tinggal bapak suntikan

dipermukaan lengan tangan atau dibawah perut 2 cm dari pusar.

Disuntiknya nanti agak dimiringkan 45 derajat pak jangan lurus. Setelah

disuntikan jarumnya tinggal pencel tombol ini pak.

Pasien 1 : Jadi digunakannya pada malam hari dan tinggal diputar sampai 10 IU ya

nak.

AA 1 : Iya pak, kalo nanti cairannya tidak keluar bapak jangan khawatir dan

membuang flexpennya. Karena itu biasanya terjadi pengkristalan pada

jarumnya, kalo hal seperti itu terjadi bapak tinggal membeli jarumnya saja

diapotek lalu menggantinya.

Selama Asisten Apoteker menjelaskan, pasien 2 juga mendengar penjelasan asisten

Apoteker.

Pasien 1 : Nak, ada kamar kecil disini?

AA 1 : Ada pak diluar, disamping sebelah kanan.

Pasien 1 : Saya keluar sebentar ya, nanti dilanjutin lagi.

AA 1 : baiklah pak.

Pasien 2 : Mbak, masih lama ya obat saya ? saya mau ngajar nih. (dengan muka

yang sedikit cemberut)

AA 1 : Tunggu saja sebentar lagi buk.

AA 2 : Bapak Akbar P nomor 103.

Pasien 2 : Iya mbak.

AA 2 : Ibu ini obatnya.

Pasien 2 : Iya tunggu sebentar (Pasien 2 pun melihat kearah Asisten Apoteker yang

sedang menjelaskan kepada pasien 1) Mbak pena itu untuk apa sih ?

AA 1 : Ini Flexpen buk, insulin untuk pengobatan Diabetes Militus.

Page 31: portofolio simulasi  apotek

Pasien 2 : Oh.. saya pernah dengar itu. (melihat kearah Asisten Apoteker 1) Lanjut

mbak.

AA 2 : Yang ini Amoxil tablet diminum 3 x sehari pagi, siang dan malam dan

obat ini harus habis buk karena ini sebagai antibiotik. Dan yang

Salbutamol 2 x sehari pagi dan malam, diminum pada saat sakit dan

hentikan kalau tidak sakit lagi. Jangan lupa obat ini langsung diminum

jangan dikunya atau dipecahkan dan minumnya harus banyak ya buk biar

mulut dan tenggorokannya tidak kering.

Pasien 2 : Baiklah, Berapa mbak?

AA 2 : Uangnya Rp 24.800,-

Pasien 2 memberikan uangnya.

Pasien 2 : Mbak nggak usah dikembaliin uangnya, cuma Rp 200,- juga. Kalo begitu

saya langsung pulang mbak terimakasih. (sambil tersenyum)

AA 2 : Iya sama-sama buk, jangan sungkan untuk mampir keapotek kami

apabila ada yang dibutuhkan.

Setelah pasien 2 keluar, masuklah pasien pertama dari luar.

AA 1 : Sudah bapak ?

Pasien 1 : Iya nak, maaf lama menunggu. Maklum sudah tua, jadinya bawaan mau

kebelakang terus.

AA 1 : Iya bapak nggak papa kok, bagus malah banyak-banyakin minumn ya

biar cepet sehat. Saya lanjutkan ya bapak. Sebenarnya penjelasannya

sudah selesai, tapi saran saya pak jarumnya ini diganti setiap

pemakaiannya pak. Karena berdasarkan pengalaman yang pernah ada

kalo jarumnya nggak pernah diganti bisa tumpul dan jadi sakit kalo disuntik

lagi.

Pasien 1 :Ohh.. gitu ya nak, yaudah sekalian saja jarumnya. Ngindari terjadi apa-

apa. Mending keluar uangya lebih dibanding sayanya sakit. Emang

berapaan nak ?

AA 1 : Rp 1000,- kok pak.

Pasien 1 : Yaudah sekalian diaturin 10 biji nak, total uangnya berapa nak?

Page 32: portofolio simulasi  apotek

AA 1 : Uangnya Rp 365.500,- bapak nanti jangan khawatir kalo dalam

penyuntikan terjadi kemerahan, gatal-gatal, kebengkakan pada lokasi

penyuntikan. Karena itu hanya bersifat sementara dan saya sarankan anak

bapak saja yang menyuntikannya, agar lebih aman.

Pasien 1 pun memberikan uangnya.

AA 1 : Saya terima ya uangnya Rp 370.000,- (Asisten Apoteker memasukin

uang kedalam laci, dan menambil kembaliannya) bapak ini kembaliannya

Rp 4500,- dan ini copy resepnya untuk tebus sebagian obat yang belum

bapak beli. (Asisten apoteker memberikan copy resep dan uang

kembalian)

Pasien 1 : Iya nak, terimkasih ya atas informasinya. Bapak permisi dulu.

AA 1 : Iya pak sama-sama, kalo ada yang ingin ditanyakan lagi, bisa datang

kesini jangan sungkan datang keapotek kami.

Pasien 1 : Iya nak, kalo habis saya beli kesini lagi

Asisten Apoteker langsung mengangguk dan memberi senyuman kepada sang bapak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2006, MIMS Petunjuk Konsultasi, Ed. Ke-6, 70-76, PT. InfoMaster, Jakarta

Katzung, B.G., 2001, Farmakologi Dasar & Klinik, Ed.I, Salemba Medika, Jakarta

Ediningsih, Endang, 2006, Obat Hipoglikemik Agent,

http://www.farmako.uns.ac.id/penguasa/barak_upload/materi/ORAL%20HIPOGLIKEMIK%20AGENT.pdf

Page 33: portofolio simulasi  apotek

LAMPIRAN

Lampiran 1

PERAN SKENARIO PELAYANAN RESEP DI APOTEK

PENGGUNAAN OBAT PADA USIA LANJUT

(OBAT ANTIDIABETES, OBAT JANTUNG, PEMBULUH DARAH dan ASMA)

Chairul Umam Kusuma sebagai Pasien 1

Isra Tri Hardianti sebagai Petugas Gudang

Lucky Handayani sebagai Asisten Apoteker 1

Page 34: portofolio simulasi  apotek

Marisa Sundari sebagai Sutradara

Mema Cenovita sebagai Pasien 2

Nilam Permatasari sebagai Asisten apoteker 2

Lampiran 2

No Kasus : V

Kelas : Reguler III A

Kelompok : II (Genap)

Thema : Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut ( obat antidiabetes, obat

jantung, pembuluh darah dan asma)

1. Resep 1

dr. Budiman SpD

RS CH Palembang

Palembang, 5 November 2014

R/Levemir Flexpen No.I 10 IU

S 1 d d malam

R/ Lodem Tab No. XXX

S 1 d d tab p.c

-----------------------------da 1/2

R/ Gludepatic 500 tab No. LX

S 2 d d I p.c

-----------------------------da 1/2

Pro : Dani Martin

Alamat : KM. 12 Lorong Budi No. 135 Palembang

Page 35: portofolio simulasi  apotek

2. Resep 2Dr. Muslim

Poli RS. Telkom Palembang

Palembang, 5 November 2014

R/ Amoxilin 500 No.XV

S 3 d d

R/ Salbutamol No. X

S 1 d d tab

Pro : Akbar P

Alamat: Perum Telkom Kertapati

Page 36: portofolio simulasi  apotek

Lampiran 3

GAMBAR

Page 37: portofolio simulasi  apotek
Page 39: portofolio simulasi  apotek

Dr. Muslim

Poli RS. Telkom Palembang

Palembang, 2014

R/

Pro :

Alamat :