perpustakaan - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/susi...

38
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP KEMAMPUAN ADAPTASI DALAM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK MAHASISWA SEMESTER IV STIKES A. YANI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta Disusun oleh: SUSI SETIANINGSIH 3208061 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2012

Upload: duonganh

Post on 23-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP KEMAMPUAN ADAPTASI

DALAM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK MAHASISWA

SEMESTER IV STIKES A. YANI

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

SUSI SETIANINGSIH

3208061

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2012

Page 2: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iii

Page 3: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP KEMAMPUAN ADAPTASI

DALAM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK MAHASISWA

SEMESTER IV STIKES A. YANI

YOGYAKARTA

Yang dibuat untuk memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta. Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau

duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan atau pernah digunakan untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi

manapun, kecuali bagian sumber informasinya dicantumkan sebagaimana

mestinya yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Yogyakarta, 2012

Penulis

Susi Setianingsi

NPM: 3208061

Page 4: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul: Hubungan

Kecemasan Terhadap Kemampuan Adaptasi Dalam Menghadapi Praktik Klinik

Mahasiswa Semester IV STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta.

Usulan penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan

bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada

kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan

setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak dr. I Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua Sekolah Tinggi ilmu

Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.

2. Ibu Dwi Susanti S. Kep.,Ns, selaku Kepala Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan dan menyusun usulan penelitian.

3. Ibu Sri Hendarsih, SKp. Mkes, selaku Penguji Skripsi atas segala masukan,

arahan, dan semangat yang telah diberikan.

4. Bapak Sutejo, MKep, Sp. Kep. J selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis

dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan usulan penelitian.

5. Ibu Fajriyati NA,S. Kep.,Ns, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis

dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan usulan penelitian.

6. Seluruh Dosen Keperawatan STIKES Jenderal A.YANI yang telah

memberikan ilmu pengetahuan

7. Seluruh karyawan STIKES Jenderal A.YANI yang telah membantu peneliti

dalam memberikan surat izin untuk studi pendahuluan, dan izin penelitian.

8. Kedua orangtua serta kakak dan adiku tercinta beserta semua keluarga yang

sudah memberikan banyak hal dalam kehidupan saya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar

harapan penulis semoga usulan penelitian ini berguna bagi semuanya.

Yogyakarta, 2012

Susi Setianingsih

Page 5: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

INTISARI

ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Keaslian Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

2. Proses Terjadinya Cemas

3. Tanda Gejala

4. Rentang Respon Kecemasan

5. Klasifikasi Kecemasan

6. Mekanisme Koping Kecemasan

B. Kemampuan Adaptasi

1. Definisi

2. Sistem

3. Tahap-tahap Proses Adaptasi

C. Praktek Klinik

1. Deskriptif Mata Ajar Klinik

2. Prasyarat

3. Penilaian

D. Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

F. Hipotesa

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian

B. Lokasi dan Waktu

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xii

xiii

xiv

1

1

5

5

6

7

9

9

9

10

14

15

15

16

17

17

18

20

21

23

24

24

25

26

26

27

27

27

Page 6: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

C. Populasi dan Sampel

D. Variabel Penelitian

E. Defenisi Operasional

F. Alat & Metode Pengumpulan Data

G. Metode Pengolaha & Analisis Data

H. Vadilitas & Reliabilitas

I. Pelaksanaan Penelitia

J. Etika Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2. Analisis Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

b. Analisis Bivariat

B. Pembahasan

C. Keterbatasan Peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

27

29

30

30

32

36

38

39

40

40

40

42

43

44

45

53

55

55

55

Page 7: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Definisi Operasional 29

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Kisi-kisi Variabel Kecemasan

Kisi-kisi Variabel Adaptasi

31

32

Tabel 3.3

Koefisiensi Reliabilitas 37

Tabel 4.1

Kecemasan mahasiswa dalam menghadapi

praktik klinik di STIKES A. Yani Yogyakarta

43

Tabel 4.2

Kemampuan adaptasi mahasiswa dalam

menghadapi praktik klinik di STIKES A. Yani

Yogyakarta

43

Tabel 4.3 Tabel Silang Kecemasan dengan Kemampuan

Adaptasi

44

Page 8: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Rentang Respon Kecemasan 15

Gambar 2.2

Kerangka Teori 25

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian 26

Page 9: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Mahasiswa Tahun Akademik 2012

Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Kecemasan

Lampiran 5. Lembar Kuesioner Adaptasi

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas

Lampiran 7. Hasil Analisis Bivariat

Lampiran 8. Hasil Analisis Univariat

Page 10: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP KEMAMPUAN ADAPTASI

DALAM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK MAHASISWA

SEMESTER IV STIKES A. YANI

YOGYAKARTA

Susi Setianingsih1, Sutejo

2, Fajriyati NA

3

INTISARI

Latar belakang : Kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik dapat

ditekan apabila mahasiswa memiliki skill yang cukup yaitu dengan sering berlatih

di laboratorium, membaca literatur dan praktik dengan teman. Berdasarkan hasil

dari studi pendahuluan di STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta, pada 25

responden, yaitu mahasiswa semester 7 yang terdiri dari 23 mahasiswa yang

pernah melakukan praktik klinik dan semester 3 terdiri dari 2 mahasiswa yang

baru melakukan praktik klinik. Hasil wawancara didapatkan 22 mengatakan

cemas pada saat akan menghadapi praktik klinik dan 3 orang mengatakan biasa

saja.

Tujuan penelitian : Mengetahui hubungan kecemasan terhadap kemampuan

adaptasi dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES

Jenderal A.Yani Yogyakarta .

Metode penelitian : Jenis penelitian ini non-eksperimental dengan rancangan

penelitian cross sectional, menggunakan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif

korelasi. Teknik Pengambilan sampel menggunakan probability sampling yaitu

dengan simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 77

responden dari semester IV. Analisis data yang digunakan adalah analisis

univariabel dan analisis bivariabel menggunakan chi square, Pearson Product

Moment dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

Hasil penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

memiliki kecemasan sedang (67,5%) dan kemampuan adaptif 50,6% sedangkan

maladaptif 49,4%. Terdapat hubungan signifikan antara kecemasan dengan

kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik klinik.

Kesimpulan : Kecemasan mahasiswa pada umumnya adalah sedang, dan

mahasiswa dengan kecemasan sedang dapat beradaptasi baik. Penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dengan cara observasi dan sampel

yang berbeda pada saat akan menghadapi praktik klinik pertama kali.

Kata kunci : kecemasan, adaptasi, praktik klinik

1. Mahasiswa STIKES Jend. Achmad Yani Yogyakarta 2. Dosen Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta 3. Dosen STIKES Jend. Achmad Yani Yogyakarta

Page 11: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiv

KNOW THE RELATION SHIP OF ANXIETY WITH ADAFUTION

ABILITY BEFORE CLINICAL PRACTICE IV LEVEL

STUDENTS IN STIKES A.YANI YOGYAKARTA

Susi Setianingsih1, Sutejo

2, Fajriyati NA

3

ABSTRACT

Background: Students anxiety before clinical practice can be reducad if the

students had sufficient skills like usually practice in laboratory rooms, reads the

literature, and exercise with another friends. Based on the resulfs of pre-

examination studies. In STIKES A.Yani Yogyakarta with 25 respondens, 23

students who VII level students had clinical practice and 2 students who III level

students will be clinical practice. The interviews result that 22 students had

snxiety before clinical practice.

Purpose : To know the relationship of anxiety with adaptation ability before

clinical practice IV level students in STIKES A.Yani Yogyakarta.

Methods: This study are corelation descriptive non-experimental with cross

sectional desigen and using quantitative methode. The 77 respondents were

recruited with probability sampling wich simple random sampling, on the IV level

students. Analiysis of the data devided be univariabel and bivariabel analysis

using chi-square, pearson product moment with a significance level of p < 0,005

Results: The results showed that the majority of respondents had moderate

anxiety (67,5%) and adaptive 50,6% while maladaptive 49,4%. There is a

significant association between know the relation ship of anxiety with adafution

ability before clinical practice IV level students in STIKES A.Yani Yogyakarta.

Conclusion: Anxiety students in general are moderate, and they being able to

adaptation well. This study can used as a basis for further research with

observation and different samples at the first time of clinical practice.

Keywords: anxiety, adaptation, practice clinical.

1. Students STIKES Jend. Achmad Yani Yogyakarta

2. Lecturer Polytechnic of Health Ministry of Health Yogyakarta

3. Lecturer STIKES Jend. Achmad Yani Yogyakarta

Page 12: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan individu akan

mengalami suatu perubahan emosional yang dapat menyebabkan keadaan

patologis apabila terus berkembang, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar

kesehatan jiwa mahasiswa dapat terjaga (Idaiani, Suhardi & Kristanto, 2009).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2007), prevalensi gangguan

mental emosional pada penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun sebesar

11,6%. Prevalensi ini bervariasi antar provinsi dengan kisaran antara 5,1% sampai

dengan 20,0% prevalensi tertinggi di Provinsi Jawa Barat (20,0%) dan yang

terendah terdapat di Provinsi Kepulauan Riau (5,1%). Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) menempati urutan ke 22 dari 33 provinsi, yaitu sebesar 9,6%.

Gangguan mental emosional apabila tidak ditangani secara optimal maka lama

kelamaan akan berdampak pada gangguan jiwa. Menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia (Depkes, 2008), gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah

kesehatan global bagi setiap negara tidak hanya di Indonesia saja. Gangguan jiwa

yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa psikotik atau skizofrenia, tetapi

kecemasan, depresi dan penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

(NAPZA) juga menjadi masalah kesehatan jiwa.

Kecemasan merupakan salah satu gangguan mental emosional berupa

kekhawatiran atau ketakuatan yang obyeknya atau sumbernya tidak jelas dan tidak

diketahui yang akan berespon pada ancaman yang akan datang. Menurut Nanda

(2010), cemas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar

disertai respon autonomik (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui

oleh individu); perasaan takut yangg disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan

adanya bahaya dan merupakan respon individu untuk bertindak menghadapi

ancaman. Menurut Keliat, Wiyono, Susanti (2011), kecemasan yang dialami oleh

Page 13: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

setiap individu biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti perasaan takut tidak

diterima dalam lingkungan tertentu, rasa frustasi akibat kegagalan dalam

mencapai tujuan, pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan

atau bencana, ancaman terhadap konsep diri, dan ancaman terhadap integritas diri.

Kecemasan yang muncul pada setiap individu kadang disertai dengan respon fisik

yang tidak menentu, respon kognitif, dan respon perilaku serta emosi.

Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan

ketakutan yang diikuti dan disertai tanda somatik, menunjukkan sistem syaraf

autonom yang hiperaktif (Ibrahim, 2012). Kecemasan merupakan suatu respon

emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas

dan dikaitkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati,

Payapo, Maruhawa, Sianturi, & Sumijatun, 2005).

Kecemasan pada umumnya adalah suatu hal yang sulit, tidak menyenangkan

dan menikmati situasi-situasi tertentu. Namun, masyarakat lebih sering

menghindari situasi yang membuat mereka merasa cemas. Akibatnya masyarakat

kehilangan kesempatan untuk menikmati hidup mereka atau sesuatu yang sangat

mereka nikmati (Richard & Susun, 2010). Jika tidak diobati, maka tingkat

kecemasan yang dimulai pada awal kehidupan cenderung akan bertambah

meningkat dan dapat menyebabkan faktor resiko gangguan jiwa (Essau,

Sasagawa, & Ishikawa, 2010).

STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta merupakan salah satu institusi

penyelenggara pendidikan kesehatan yang berdiri pada tanggal 15 Juni 2006 di

Yogyakarta untuk penyelenggaraan Program Studi Ilmu Keperawatan jenjang

program sarjana (S-1) dan Program Studi Kebidanan jenjang program diploma

(D-III). Mahasiswa S1 Keperawatan merupakan mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan di kelas dan pembelajaran praktik klinik di rumah sakit. Pembelajaran

materi diberikan pada saat dilakukan perkuliahan sebelum mahasiswa melakukan

praktik klinik. Praktik klinik digunakan untuk memberikan kesempatan kepada

Page 14: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada situasi yang nyata.

Praktik klinik dilakukan di rumah sakit yang telah ditentukan oleh institusi dan

mahasiswanya terdiri dari berbagai macam latar belakang, tingkat status sosial

orang tua yang berbeda-beda, serta berbagai macam bahasa yang digunakan.

Mahasiswa yang akan melaksanakan praktik klinik terlebih dahulu di berikan

pembekalan berupa ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Keperawatan

laboraturium (skills lab) bertujuan agar di lapangan mahasiswa mampu

melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi lapangan yang diharapkan. Skills

lab dilakukan setiap satu minggu sekali sesuai mata ajar keperawatan terkait dan

diakhir perkuliahan dilakukan ujian ketrampilan. Kemudian pada saat mahasiswa

akan melaksanakan praktik klinik mahasiswa tersebut harus dinyatakan lulus uji

pra klinik atau yang disebut uji Pre Clinic Examination Standard (PCES). Setelah

mahasiswa dinyatakan lulus dalam ujian PCES dan sebelum melaksanakan

praktik dilapangan, terlebih dahulu mahasiswa diberikan gambaran tentang tempat

praktik, kompetensi yang harus dicapai dan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

Kecemasan mahasiswa praktik sudah dimulai sejak menghadapi uji PCES tersebut

terlebih saat mahasiswa telah memasuki lahan praktik. Kecemasan yang dirasakan

pada saat melaksanakan praktik klinik yaitu dapat berupa kekhawatiran

beradaptasi di lingkungan yang baru, bertemu dengan orang-orang baru, cemas

jika menghadapi atau bertemu dengan pembimbing lapangan yang galak, tidak

dapat melakukan tindakan, tidak dapat berinteraksi dengan pasien, cemas jika

target kompetensi tidak tercapai.

Mahasiswa yang mengalami kecemasan pada umumnya adalah mahasiswa

yang sulit untuk beradaptasi dengan stresor yang dihadapinya. Hal ini sesuai yang

dinyatakan oleh Apastolo, Mendes, Azeredo (2006), yang mengemukakan bahwa

kecemasan sering timbul pada mereka yang sukar beradaptasi di lingkungan yang

baru. Kecemasan sering muncul pada mahasiswa yang akan melaksanakan praktik

klinik. Mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik akan mengalami

kecemasan. Kecemasan yang timbul dapat disebabkan oleh perpisahan dengan

teman serta proses adaptasi dengan lingkungan yang baru.

Page 15: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

Mahasiswa dengan rentang usia remaja akan berkembang dengan cepat dan

tidak menentu. Sering kali dalam perkembangan masa remaja terdapat perbedaan

yang sangat mencolok antara remaja yang satu dengan yang lain meskipun usia

dan jenis kelamin yang sama. Remaja yang memiliki ketrampilan dalam

melakukan praktik klinik akan lebih baik dibandingkan dengan remaja yang tidak

memiliki ketrampilan dalam melakukan praktik klinik. Hal ini sesuai dengan

tahap pembelajaran S1 Keperawatan, baik ditahap akademik maupun tahap

profesi. Program pendidikan ini mengacu pada paradigma keperawatan yang di

sepakati di Indonesia dan memiliki landasan ilmu pengetahuan serta landasan

keprofesian yang kokoh. Program pendidikan profesi terdapat masa penyesuaian

professional bagi para peserta didik dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan

pengalaman belajar lapangan, dengan menggunakan tatanan pelayanan kesehatan

nyata, khususnya pelayanan keperawatan.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan terhadap kemampuan

adaptasi dalam menghadapi praktik klinik pada mahasiswa semester IV STIKES

Jenderal A.Yani Yogyakarta. Peneliti memilih semester IV, karena mahasiswa

pada semester ini baru dua kali akan melakukan praktik klinik, yaitu Keperawatan

Dewasan I dan Keperawatan Dewasa II, sehingga tingkat kecemasan mereka

masih tinggi dengan tingkatan stase yang berbeda dari sebelumnya, sedangkan

dari hasil observasi belum ada yang meneliti tentang kecemasan praktik klinik di

STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta.

Beberapa fenomena yang terjadi pada Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES

Jenderal A.Yani Yogyakarta dan dari pengalaman pribadi, merasakan kecemasan

pada saat akan menghadapi praktik klinik. Wawancara yang dilakukan bulan

Desember 2011 - Januari 2012 terhadap 25 responden yang terdiri dari 23

mahasiswa semester 7 yang pernah melakukan praktik klinik dan 2 mahasiswa

semester 3 yang baru melakukan praktik klinik, terkait dengan perasaan

mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik, penyebabnya, apa saja yang

dilakukan untuk menghadapi perasaan tersebut. Hasil wawancara didapatkan 22

mengatakan cemas pada saat akan menghadapi praktik klinik dan 3 orang

Page 16: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

mengatakan biasa saja. Kecemasan dirasakan dengan berbagai hal dan mekanisme

koping setiap individu berbeda-beda. Kemampuan ketrampilan yang belum

maksimal dan pengalaman dari praktikan-praktikan sebelumnya tentang

pembimbing lapangan yang kurang bersahabat biasanya sebagai faktor pemicu

timbulnya kecemasan.

Kecemasan pada mahasiswa mempengaruhi proses adaptasi dalam

melaksanakan praktik klinik. Kemampuan adaptasi yang disebabkan oleh

lingkungan yang baru serta pembimbing klinik juga mempengaruhi tingkat

kecemasan mahasiswa. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih tentang

kecemasan pada anak-anak dan remaja, khususnya pada mahasiswa yang akan

menghadapi praktik klinik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan kecemasan terhadap kemampuan

adaptasi dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES

Jenderal A. Yani Yogyakarta?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam

menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES Jenderal A.Yani

Yogyakarta

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi

praktik klinik

b. Mengetahui kemampuan adaptasi mahasiswa dalam menghadapi praktik

klinik

Page 17: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya mengenai hubungan kecemasan terhadap kemampuan

adaptasi dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES

Jendral A. Yani Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi responden/ mahasiswa praktik klinik

Meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa sehingga diharapkan lebih

mempersiapkan mental dan psikologis, berkaitan dengan menghadapi

praktik klinik.

b. Bagi institusi STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

Memberikan manfaat bagi institusi agar memberikan persiapan kepada

mahasiswa untuk mendapatkan ketrampilan serta pengetahuan yang

maksimal. Serta lebih mematangkan persiapan mahasiswa di lahan dan

penelitian ini juga dapat dijadikan bahan referensi.

c. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan menambah masukan dan informasi mengenai

hubungan kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam menghadapi

praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

dan dari pihak Rumah Sakit khususnya untuk pembimbing klinik lebih sabar

dan teliti dalam membimbing mahasiswa praktik.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk

mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa yang didapat

di bangku kuliah, serta dapat menambah wawasan dan kepekaan peneliti

terhadap kondisi-kondisi nyata pada mahasiswa dalam menghadapi praktik

klinik berkaitan dengan hubungan kecemasan terhadap kemampuan adaptasi

dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV.

Page 18: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

E. Keaslian Penelitian

Sejauh yang penulis ketahui berdasarkan telaah pustaka, belum pernah dilakukan

penelitian mengenai hubungan kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam

menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES Jenderal A. Yani

Yogyakarta, penelitian yang berkaitan dengan praktik klinik pernah dilakukan

adalah:

1. Irniati (2008), melakukan suatu penelitian mengenai hubungan antara

kecemasan dengan kemampuan adaptasi pada mahasiswa tahun kedua kelas

Internasional Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fungsi adaptasi dengan

kecemasan pada mahasiswa tahun kedua kelas internasional Fakultas

Kedokteran UGM Yogyakarta, dan untuk mengetahui besarnya variabel-

variabel yang lain umur, jenis kelamin, pola asuh orang tua, ketaatan

beragama, kebiasaan merokok, yang berpengaruh pada timbulnya kecemasan.

Menggunakan metode non eksperimental, survey dengan rencana penelitian

cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara adaptasi

dengan kecemasan pada mahasiswa tahun kedua kelas internasional Fakultas

Kedokteran UGM.

Perbedaan dengan penelitian saya adalah pada variabel penelitian dan tempat

penelitiannya. Subyek penelitian saya adalah mahasiswa yang akan

menghadapi praktik klinik dan tempat penelitiannya di STIKES Jenderal A.

Yani Yogyakarta.

2. Rosita (2011), melakukan suatu penelitian mengenai gambaran tingkat

kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di

STIKES Yarsi Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan

jiwa di STIKES Yarsis. Desain penelitian ini adalah deskriptif, menggunakan

tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan

mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di STIKES

Yarsis sebagian besar mengalami kecemasan sedang.

Page 19: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

Perbedaan dengan penelitian saya adalah pada metode penelitian, variabel

penelitian dan tempat penelitiannya. Metode penelitian saya menggunakan

korelasi, subyek penelitian mahasiswa semester IV dan bertempat di STIKES

Jenderal A. Yani Yogyakarta.

3. Fahmi (2011), melakukan suatu penelitian mengenai gambaran tingkat

kecemasan mahasiswa semester IV dan semester VI Prodi S1 keperawatan

STIKES Yarsi Surabaya menghadapi praktik klinik di Rumah Sakit Islam

Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat

kecemasan antara mahasiswa semester 4 dan mahasiswa semester 6 saat

praktik klinik di RSI Surabaya. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif, Sistem

pengambilan sampel dengan cara acak menggunakan random sampling dan

pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh diolah

menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat

semester dapat mempengaruhi tingkat kecemasan yang terjadi pada mahasiswa

baik itu semester IV maupun VI. Perbedaan dengan penelitian saya adalah pada

metode penelitian, variabel penelitian dan tempat penelitiannya. Metode

penelitian saya menggunakan korelasi, subyek penelitian hanya mahasiswa

semester IV dan tidak membedakan kecemasan pada mahasiswa semester VI,

dan tempat penelitian di STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta.

Page 20: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani (STIKES A. Yani )

Yogyakarta terletak di Jalan Ring Road Barat, Gamping, Ambarketawang,

Sleman, Yogyakarta. Gedung kampus STIKES A.Yani Yogyakarta dilengkapi

dengan Ruang Rektorat, Ruang Kuliah, Laboratorium Keperawatan,

Laboratorium Kebidanan, Laboratorium Komputer, Laboratorium Internet,

Laboratorium Bahasa dan Perpustakaan. Visi kampus STIKES A.Yani

Yogyakarta adalah menjadi lembaga pendidikan keperawatan yang unggul dan

terdepan pada bidang pendidikan, penelitian, ketrampilan dan pengabdian

masyrakat didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dalam

menghasilkan tenaga perawat yang profesional, berjiwa kepemimpinan dan

patriotisme serta mampu bersaing di era global di tahun 2011.

Misi kampus STIKES A.Yani Yogyakarta adalah meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan melalu penyediaan tenaga pengajar yang profesional

dan melengkapi fasilitas pendidikan dan ketrampilan mahasiswa yang bertaraf

internasional, mendorong kegiatan penelitian mahasiswa dan dosen untuk

dapat meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan keperawatan dengan

memanfaatkan teknologi informasi, mengembangkan tenaga perawat

profesional melalui peningkatan kemampuan soft skill, komunikasi terapeutik,

berkomunikasi bahasa Inggris secara aktif, penguasaan IPTEK dan

pengembangan jiwa kepemimpinan dan patriotisme, meningkatkan kualitas

tenaga pengajar melalui kesempatan belajar dan peningkatan keilmuan baik

didalam dan diluar negeri, mengembangkan kerjasama dibidang pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat dengan institusi pemerintah dan

pendidikan yang bertaraf nasional dan internasional. STIKES A.Yani

Yogyakarta memiliki tujuan antara lain :

40

Page 21: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

a. Menghasilkan perawat yang berjiwa kepemimpinan dan patritisme,

mempunyai kemampuan intelektual, kemempuan profesional, berwawasan

nasional dan internasional serta memiliki integritas pribadi.

b. Menghasilkan karya ilmiah dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan

yang mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan.

c. Terciptanya lingkungan belajar yang mandiri dan memanfaatkan teknologi

informasi yang modern.

d. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan mengedepankan

kemampuan soft skills, carring dan komunikasi terapeutik.

e. Meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan bagi tenaga pengajar keperawatan yang berstandar nasional

maupun internasional guna mendukung inovasi dalam proses pembejaran

dan pelayanan keperawatan di Indonesia.

f. Meningkatkan kesempatan pengembangan ilmu keperawatan dan berperan

serta dalam penanggulangan masalah kesehatan ditingkat nasional maupun

internasional melalui kerjasama dalam bidang pendidikan, penelitian dan

pengabdian dalam masyarakat.

Sesuai dengan kurikulum Program Studi Ilmu Keperawatan, mahasiswa

keperawatan selama masa studi 8 semester harus menjalani jenis praktik

dengan 31 SKS. Praktik dimulai dari semester III sampai dengan semester

VIII. Kegiatan praktik klinik pada mahasiswa semester IV, yaitu Keperawatan

Dewasa I dan Keperawatan Dewasa II. Praktik yang telah digunakan sebagai

penelitian adalah Keperawatan Dewasa 1 dengan alasan mahasiswa tahap

awal, mahasiswa yang telah mengikuti praktik KDDK dan dinyatakan lulus.

Praktik klinik mata kuliah Keperawatan Dewasa I merupakan penerapan

asuhan keperawatan profesional yang dilaksanakan menggunakan pengetahuan

teoritik yang mantap dan kokoh.

Hasil penerapan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan teori yang dapat

di kampus sesuai dengan nyata di lapangan. Mahasiswa diharapkan mampu

menunjukan kemampuan ketrampilan dan pengetahuan yang berbasis pada

Page 22: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

etika dan moral pada sikap caring yang berkembang secara terus menerus

langsung kepada klien yang dirawat dirumah sakit dan berusaha untuk

memberikan asuhan keperawatan profesional yang berkualitas sesuai dengan

masalah yang dihadapi klien dilihat dari ruang lingkup teori Keperawatan

Dewasa I.

Pembelajaran praktik klinik Keperawatan Dewasa I yang komprehensif di

lapangan atau rumah sakit sebagai prasyarat untuk mengikuti praktik klinik

Keperawatan Dewasa II pada stase selanjutnya. Pembekalan di laboratorium

dan program belajar mengajar diberikan guna meningkatkan keterampilan yang

komprehensif dalam keperawatan khususnya yang berkaitan dengan

ketrampilan dalam Keperawatan Dewasa I pada semester IV tahun ajaran

2011-2012. Meliputi lingkup sistem Kardiologi, Pulmonologi,

Gastroenterologi, Endokrinologi dan Urologi ini, maka mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) semester IV tahun ajaran 2011-2012 STIKES

A.Yani Yogyakarta diwajibkan untuk melaksanakan program praktik klinik

Keperawatan Dewasa 1. Mahasiswa yang akan mengikuti praktik klinik

diharapkan telah mengambil mata ajar Keperawatan Dewasa I, mahasiswa

telah melaksanakan ujian praktik Keperawatan Dewasa I dan mahasiswa

dinyatakan lulus ujian Pre Clinic Examination Standard (PCES) oleh Tim

penguji PCES.

2. Analisis Hasil Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa keperawatan semester IV yang akan

melaksanakan praktik klinik. Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan praktik

klinik biasanya ditempatkan di lahan-lahan tertentu. Lahan praktik digunakan

untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu

yang telah dipelajarinya pada situasi nyata. Lahan praktik yang digunakan oleh

STIKES A. Yani adalah fasilitas-fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, seperti: Rumah Sakit Pemerintah

maupun Swasta, Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Bersalin Pemerintah

Page 23: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

maupun Swasta. Gambaran tantang karakteristik subyek penelitian dijelaskan

dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian.

a. Analisis Univariat

1) Kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik

Gambaran responden berdasarkan kecemasan pada mahasiswa yang

akan menghadapi praktik klinik dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik di STIKES A.

Yani Yogyakarta pada Bulan Mei Tahun 2012 (n = 77) Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Presentase (%)

Ringan 13 16,9

Sedang 52 67,5

Berat 12 15,6

Jumlah 77 100

Sumber : data primer 2012

Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa

mayorita mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik mengalami

kecemasan sedang yaitu sebanyak 52 mahasiswa (67,5%). Sedangkan

untuk kecemasan ringan dan berat tidak jauh berbeda hanya selisih 1

responden.

2) Kemampuan adaptasi mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik

Kriteria kemampuan adaptasi terdiri dari 2 kriteria, yaitu adaptif dan

maladaptif. Mahasiswa yang dapat berdapat beradaptasi dengan baik

dikatakan adaptif, dan mahasiswa yang tidak dapat beradaptasi dengan

baik dikatakan maladaptif. Gambaran responden berdasarkan

kemampuan adaptasi sebagai berikut :

Tabel 4.2

Kemampuan adaptasi mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik di

STIKES A. Yani Yogyakarta pada Bulan Mei Tahun 2012 (n =77) Adaptasi Frekuensi (f) Presentase (%)

Adaptif 39 50,6

Maladaptif 38 49,4

Jumlah 77 100

Sumber : data primer 2012

Page 24: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kemampuan adaptasi

mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik dapatdikatakan hampir

sama. Mahasiswa yang adaptif sebanyak 39 yaitu 50,6%, sedangkan yang

maladaptif 38 yaitu 49,4% .

b. Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisa bivariat yang digunakan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar

variabel. Analisa bivariat yang dilakukan pada dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Uji chi square ini

digunakan untuk melakukan analisis hubungan variabel kategorik dengan

variabel kategorik, yang dalam penelitian berbentuk ordinal dan nominal

(Hastono, 2007).

Tabel 4.3

Tabel Silang Kecemasan dengan Kemampuan Adaptasi dalam

menghadapi praktik klinik di STIKES A. Yani Yogyakarta pada Bulan

Mei Tahun 2012 (n =77) Kemampuan adaptasi

Adaptif Maladaptif Total

Kecemasan Ringan 9

11,7%

4

5,2%

13

16,9%

Sedang 29

37,7%

23

29,9%

52

67,5%

Berat 1

1,3%

11

14,3%

12

15,6%

Total 39 38

49,4%

77

50,6% 100,0%

Sumber : data primer 2012

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa yang

mengalami kecemasan ringan dan mampu beradaptasi sebesar 11,7% dan

yang tidak mampu beradaptasi sebesar 5,2%. Mahasiswa yang mengalami

kecemasan sedang dan mampu beradaptasi sebesar 37,7% dan yang tidak

mampu beradaptasi sebesar 29,9%. Mahasiswa yang mengalami kecemasan

berat dan mampu beradaptasi sebesar 1,3% dan yang tidak mampu

beradaptasi sebesar 14,3%.

Page 25: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis bivariat dengan

rumus uji chi-square. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan yang signifikan antara dua variabel dengan skala ordinal

dan nominal. Hipotesanya yaitu Ho ditolak jika nilai signifikansinya lebih

kecil dari taraf signifikansi 0.05, yang berarti kedua variabel tersebut

mempunyai hubungan yang signifikan. Hasil penelitian antara kecemasan

dengan kemampuan adaptasi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.004 (p<

0.05) dan X2hitung = 10.938 ≥ 5.991 maka Ha diterima. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan kemampuan

adaptasi dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV STIKES

A.Yani Yogyakarta.

B. Pembahasan

1. Tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik

Mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik pada umumnya memiliki

tingkat kecemasan mahasiswa yang berbeda-beda seperti cemas ringan, sedang

dan berat. Menurut Sadock (2005), kecemasan merupakan “kesulitan” atau

“kesusahan” dan menjadi konsekuensi normal dari pertumbuhan, perubahan,

pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa

mengalami kecemasan sedang sebanyak 52 mahasiswa yaitu 67.5%. Hal ini

disebabkan faktor persiapan mahasiswa belum maksimal dilihat dari aspek

perilaku dan aspek kognitif, seperti mahasiswa belum sepenuhnya menguasai

mata kuliah dan praktik laboratorim. Sebelum melakukan praktik klinik

mahasiswa terlebih dahulu telah dibekali mata pelajaran dan ketrampilan

praktik laboratorium. Hasil penelitian tersebut memberikan informasi bahwa

rata-rata mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik mengalami

kecemasan.

Page 26: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

Menurut Peplau (1963) dalam Stuart & Laraia (2005), Issacs (2001) serta

Videback (2006), kecemasan sedang memungkinkan individu berfokus pada

hal yang penting dan mempersempit lapang persepsi. Individu melihat,

mendengar dan menyerap lebih sedikit. Individu mengalami tidak perhatian

yang selektif namun dapat melakukannya jika diarahkan. Menurut Stuart

(2006), setiap peristiwa kehidupan atau perubahan dalam kehidupan yang dapat

menimbulkan stres disebut juga dengan stresor. Stres yang dialami oleh

seseorang akan menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan

manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan

pola hidup.

Mahasiswa yang mengalami kecemasaan sedang pada dasarnya masih

mampu berinteraksi dengan baik dan dapat melakukan tindakan jika diarahkan

dengan baik. Comer (1992) dalam Videbeck (2006), kecemasan merupakan

alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya bagi individu.

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan,

yang bergantung pada tingkat, lama kecemasan dialami dan seberapa baik

individu melakukan koping terhadap kecemasan. Orang dengan kepribadian

tipe A lebih mudah mengalami gangguan akibat adanya stres daripada orang

dengan kepribadian tipe B.

Suliswati, dkk (2005) memaparkan bahwa ketegangan dalam kehidupan

yang dapat menimbulkan kecemasan diantaranya adalah peristiwa traumatik

individu baik krisis perkembangan maupun situasional seperti, konflik

emosional individu yang tidak terselesaikan dengan baik, konsep diri terganggu

yang akan menimbulkan ketidakmampuan individu berfikir secara realitas,

frustasi atau rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

berdampak terhadap ego serta pola mekanisme koping keluarga atau pola

keluarga menangani stres yang akan mempengaruhi individu dalam berespon

terhadap konflik.

Mahasiswa yang akan menghadapi praktik klinik dengan kecemasan

ringan sebanyak 13 mahasiwa yaitu 16,9%. Mahasiswa yang mengalami

kecemasan ringan akan hilang dengan sendirinya, setelah mereka mengetahui

Page 27: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

kondisi lahan praktik. Sehingga mahasiswa yang cemas ringan dapat

melakukan kegiatan proses belajar mengajar di lahan praktik dengan baik. Ini

juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan dan

menguji semua kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor (Skill) yang

terintegrasi dengan etik dan moral yang telah didapatkan dikelas dan

laboratorium selama pendidikan sebelumnya. Ruang perawatan atau ruang

rawat inap di rumah sakit dapat digunakan untuk memenuhi pelaksanaan

kegiatan belajar tersebut (Savitri, 2010) .

Menurut Peplau (1963) dalam Stuart dan Laraia (2005), Issacs (2001) serta

Videback (2006), kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Selama tahap ini, individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar dan menyerap

lebih dari sebelumnya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan

menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Menurut Ibrahim (2012),

kecemasan adalaha suatu sinyal yang menyadarkan kita. Ia memperingatkan

akan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang

mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.

Selama mahasiswa masih dapat mengatasi cemas yang ada, maka

kecemasan itu masih dikatakan normal. Sumber kecemasan yang normal masih

dapat diusut, dan ini masih dalam taraf sehat, sehingga masih dapat ditolerir

dan tidak akan mengganggu kehidupan seseorang. Kecemasan hampir sering

dirasakan oleh semua individu. Perasaan tersebut ditandai rasa takut yang difus,

tidak menyenangkan dan samar-samar dan sering disertai gejala otonomik.

Berbagai gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan muncul cenderung

bervariasi dari orang ke orang lain.

Kecemasan berat sebanyak 12 mahasiwa yaitu 15.6%. Hal ini menunjukan

tingkat cemas berat sangat sedikit dibandingkan dengan kecemasan sedang.

Sesuai dengan hasil penelitian pada mahasiswa yang mengalami kecemasan

berat disebabkan oleh aspek perilaku dan aspek afektif. Menurut Peplau

(1963) dalam Stuart dan Laraia (2005), Issacs (2001) serta Videback (2006),

kecemasan berat ditandai dengan lapang pandang yang berkurang. Individu

Page 28: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir

tentang hal lain. Semua perilaku diarahkan pada pengurangan kecemasan dan

memerlukan bayak arahan untuk berfokus pada area lain. Menurut pandangan

interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya

penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan

kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah

mengalami perkembangan kecemasan yang berat (Direja, 2011).

Menurut Suliswati (2005), kecemasan mempunyai hubungan dengan

mekanisme koping yang berbeda-beda seperti halnya pada kecemasan ringan,

mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan,

tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata

dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. Tarwoto dan Wartonah

(2003), memaparkan jika sosial budaya, potensi stres serta lingkungan

merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan. Cara hidup orang

di masyarakat berdampak pada timbulnya stres, dimana individu yang

mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup yang jelas

maka pada umumnya lebih sukar mengalami stres. Orang yang berada di

tempat atau lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami stres.

Stuart (2006), mengkategorikan tanda gejala kecemasan menjadi beberapa

aspek, yaitu aspek fisiologis : seperti perasaan berdebar-debar, peningkatan

denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat,

berkeringat dingin, termasuk telapak tangan, nafsu makan hilang,

mual/muntah, nyeri perut, sering buang air kecil, nyeri kepala, tidak bisa tidur,

gelisah, gemetar, kelemahan umum, pucat dan gangguan pencernaan. Aspek

perilaku : seperti gelisah, ketegangan fisik, gemetar, reaksi terkejut, bicara

cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal,

menghindar, sangat waspada dan melarikan diri dari masalah. Aspek kognitif:

seperti konsentrasi buruk, penurunan perhatian dan keinginan, bingung,

penurunan produktivitas dan kreativitas, pelupa, hambatan berpikir, kehilangan

objektivitas, takut kehilangn kendali, salah dalam memberikan penilaian, takut

Page 29: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

pada gambaran visual, takut cidera dan kematian dan mimpi buruk. Aspek

afektif : seperti mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakuatan,waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa

bersalah dan malu.

Mahasiswa yang mengalami kecemasan baik ringan, sedang dan berat

diharapkan mampu menunjukan kemampuan ketrampilan dan pengetahuan

yang berbasis pada etika dan moral. Pada sikap caring yang berkembang secara

terus menerus langsung kepada klien yang dirawat dirumah sakit dan berusaha

untuk memberikan asuhan keperawatan profesional yang berkualitas sesuai

dengan masalah yang dihadapi klien dilihat dari ruang lingkup teori

keperawatan dewasa.

2. Kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik klinik

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh

karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres (Sunaryo 2004).

Perbedaan adaptasi mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik disebabkan

dua hal yaitu adaptif dan mal adaptif. Berdasarkan hasil analisis peroleh hasil

dengan adaptif sebanyak 39 responden sebesar 50,6% dan maladaptif sebanyak

38 responden sebanyak 49.4%.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 50,6% dari mahasiswa dikatakan

adaptif karena mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan yang

baru dan mampu menyesuaikan diri. Adaptif merupakan menyesuaikan diri

dengan lingkungan, akan tetapi tidak selalu manusia yang selalu berubah tetapi

justru manusia yang harus mengubahnya. Adaptif terdiri dari frustasi dan

konflik. Sedangkan maladaptif penyesuaian diri yang kurang dan sensitif

terhadap kritik seorang individu tidak bisa merespon secara positif terhadap

koreksi juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri Suryani dan Widyasih (2010).

Sesuai dengan hasil penelitian pada mahasiswa yang maladaptif disebabkan

oleh faktor konsep diri dan fungsi peran mahasiswa.

Menurut Salbiah (2006), adaptasi dijelaskan oleh Roy melalui sistem

efektor atau model adaptasi yang terdiri dari empat faktor, yaitu: Fisiologis

Page 30: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

terdiri dari: eliminasi, nutrisi, aktivitas dan istirahat, sensori, cairan dan

elektrolit, fungsi syaraf, fungsi endokrin dan reproduksi. Konsep diri

menunjukan pada nilai, kepercayaan, emosi, cita-cita serta perhatian yang

diberikan untuk menyatakan keadaan fisik. Fungsi peran mengidentifikasikan

tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat

dari peran ganda yang dijalankannya. Saling ketergantungan (interdependen);

mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam

hubungan manusia dengan individu dan kelompok. Menurut model Roy, tujuan

keperawatan adalah membantu individu beradaptasi terhadap perubahan

kebutuhan psikologis, konsep dirim aturan-aturan yang berlaku, dan hubungan

bebas pada sehat dan sakit (Tomey dan Alligood, 2006 ).

Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau

secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor

yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang.

Beberapa macam adaptasi, yaitu adaptasi fisiologik bisa terjadin secara khusus

atau umum dan adaptasi psikologis ini bisa terjadi secara sadar: individu

mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah, tidak sadar :

menggunakan mekanisme pertahanan diri (defance mechanism), dan

menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik

(Sunaryo 2004). Mahasiswa yang adaptif dan mal adaptif sebelumnya telah

memiliki pengalaman praktik klinik. Namun tidak semua mahasiswa

mendapatkan pengalaman yang baik selama di rumah sakit. Sehingga memicu

mahasiswa menjadi mal adaptif.

3. Hubungan kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam menghadapi

praktik klinik

Mahasiswa yang mampu beradaptasi dengan baik dan dapat menempatkan

diri dilingkungan yang baru hal ini dapat mempengaruhi kecemasan seorang

individu. Individu dengan adaptasi baik maka kecemsan yang dirasaan akan

ringan atau sedang, sedangan individu dengan mal adaptif maka kecemasan

yang dirasaan akan menjadi berat. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan

Page 31: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

bahwa mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan dan mampu beradaptasi

sebesar 11,7% dan yang tidak mampu beradaptasi sebesar 5,2%. Mahasiswa

yang mengalami kecemasan sedang dan mampu beradaptasi sebesar 37,7% dan

yang tidak mampu beradaptasi sebesar 29,9%. Mahasiswa yang mengalami

kecemasan berat dan mampu beradaptasi sebesar 1,3% dan yang tidak mampu

beradaptasi sebesar 14,3% hal ini disebabkan oleh aspek perilaku dan aspek

afektif serta faktor konsep diri dan fungsi peran pada mahasiswa.

Pada kecemasan sedang mahasiswa mampu beradaptasi di lingkungan yang

baru dan mampu untuk beradaptasi dengan stresor yang dihadapinya. Hal ini

sesuai yang dinyatakan oleh Tarwoto dan Wartonah (2003), maturitas individu,

tipe kepribadian dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat kecemasan

seseorang. Individu yang memiliki kepribadian matang akan lebih sukar

mengalami gangguan akibat stres, sebab mempunyai daya adaptasi yang besar

terhadap stresor yang timbul sebaliknya individu yang berkepribadian tidak

matang yaitu yang tergantung pada peka terhadap rangsangan sehingga sangat

mudah mengalami gangguan akibat adanya stres. Sedangkan menurut Stuart

(2006), kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit

lapangan persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

diarahkan untuk melakukannya.

Fungsi adaptif dari kecemasan sering memperingatkan akan adanya

ancaman ekternal dan internal dan memiliki kualitas guna menyelamatkan

hidup. Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai

mekanisme koping atau cara penyelesaian masalah, dan jika tidak dapat

mengatasi kecemasan secara sehat, dapat menyebabkan perilaku yang

maladaptif sehingga mengalami koping individu yang tidak efektif. Koping

individu yang tidak efektif adalah ketidakmampuan yang dialami atau beresiko

dialami individu dalam menangani kecemasan karena tidak mempunyai

kemampuan secara fisik, perilaku dan kognitif (Keliat, Wiyono dan Susanti,

2011).

Page 32: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

Berdasarkan analisis bivariat hasil penelitian tentang kecemasan dengan

kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik klinik. Menggunakan rumus

chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kecemasan dan kemampuan adaptasi. Hal ini terlihat pada nilai signifikansi

0.004 yang lebih kecil dari taraf signifikan 0.05 (p< 0.05). Ho ditolak jika nilai

signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikan 0.05, yang berarti bahwa kedua

variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Hasil analisis tersebut

menunjukan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan kemampuan

adaptai dalam menghadapi praktik klinik.

Menurut Videbeck (2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak

jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa

tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam

tersebut terjadi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Irniati (2008), di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta bahwa ada hubungan

antara adaptasi dengan kecemasan pada mahasiswa tahun kedua kelas

internasional Fakultas Kedokteran UGM, dimana perbedaan tingkat kecemasan

dengan kemampuan adaptasi dipengaruhi oleh mahasiswa yang akan

menghadapi praktik klinik. Sedangkan Pada penelitian yang dilakukan oleh

Rosita (2011), di STIKES Yarsi Surabaya bahwa tingkat kecemasan

mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan jiwa di STIKES

Yarsis sebagian besar mengalami kecemasan sedang.

Hal ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Wilkinson (2000),

menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu keresahan, perasaan tidak

nyaman yang tidak mudah disertai dengan respons automatis; sumbernya

seringkali tidak spesifik; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi

terhadap bahaya. Selain itu Suryani dan Widyasih (2010) juga menyebutkan

bahwa adaptasi dibagi menjadi dua tahapan yaitu adaptif dimana manusia

menyesuaikan diri dengan lingkungan, akan tetapi tidak selalu manusia yang

selalu berubah tetapi justru manusia yang harus mengubahnya sedangkan mal

Page 33: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

adaptif dimana individu tidak mampu kompetisi seorang individu hanya mau

berkompetisi dengan lawan yang jelas dapat dikalahkan.

Tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktik klinik dapat

digambarkan sebagai media tempat perawat menjalankan serangkaian

kemampuan khususnya yang didasarkan pada teori tindakan pilihan untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan klien. Kemampuan ini terdiri dari perilaku

kognitif, psikomotorik, dan perilaku afektif yang dinamik. Selain itu,

kemampuan ini merupakan gabungan dari semua perilaku tersebut dalam

kerangka kerja holistik yang disebut proses keperawatan, suatu metodologi

praktik. Kecemasaan dalam menghadapi praktik klinik ini dipengaruhi oleh

kemampuan adaptasi.

Seorang individu yang mampu beradaptasi dengan baik maka kecemasan

tersebut akan berkurang, sedangkan individu yang tidak mampu beradaptasi

dengan baik makan kecemasan akan semakin meningkat. Untuk mengantisipasi

terjadinya kecemasan yang berlebih maka sebelumnya mahasiswa diberikan

pembekalan terlebih dahulu dan diharapkan mahasiswa mampu beradaptasi

dengan lingkungan praktik dan kecemasan mahasiswa berkurang.

C. Keterbatasan Peneliti

Peneliti ini mengalami keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya belum

maksimal. Keterbatasan ini yaitu :

Uji validitas seharusnya dilakukan pada tingkatan atau strata yang sama dengan

yang akan diujikan. Namun karena adanya perencanaan yang tidak sesuai dan

waktu sudah semakin dekat maka peneliti mengambil alternatif yaitu uji

validitas ini dilakukan pada D3 Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta.

Page 34: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “Hubungan kecemasan terhadap

kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik klinik mahasiswa semester IV

STIKES A.Yani Yogyakaerta Tahun 2012”, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tingkat kecemasan mahasiswa pada umumnya adalah sedang. Dibuktikan

dari hasil penelitian, diperoleh distribusi sebanyak 52 responden (67,5%).

2. Kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik klinik adalah adaptif. .

Dibuktikan dari hasil penelitian, diperoleh distribusi sebanyak 39 responden

(50,6%).

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam menghadapi praktik

klinik mahasiswa semester IV STIKES A.Yani Yogyakarta. Hal ini

ditunjukkan dari hasil statistik dengan shi-square didapatkan nilai

signifikansi 0.004 (p< 0.05).

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan

keterampilan dan pengetahuan sebelum menghadapi praktik klinik, seperti

dioptimalkan praktik di laboratorium, membaca literatur yang ada.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya

mengenai kecemasan terhadap kemampuan adaptasi dalam menghadapi

54

Page 35: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

praktik klinik dengan observasi kecemasan mahasiswa dan sampel yang

berbeda pada saat akan menghadapi praktik klinik pertama kali yaitu pada

semester III. Selain itu dapat diteliti lebih lanjut tentang faktor-faktor

kecemasan seperti umur dan jenis kelamin. Kemudian perlu dilakukan self

evaluasi pada instrumen kecemasan dan instrumen kemampuan adaptasi

3. Bagi Institusi STIKES A. Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini menambah bacaan, referensi, masukan bagi mahasiswa

lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan diharapkan Institusi lebih

mempersiapkan mahasiswa agar kecemasan dalam menghadapi praktik

klinik berkurang. Selain itu pada mahasiswa yang mengalami kecemasan

berat, diharapkan dosen lebih intensif memberikan bimbingan baik di

praktik laboratorium maupun di materi.

Page 36: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

DAFTAR PUSTAKA

Apastolo, Mendes AC, Azeredo. (2006). Adaptation Portuguese of Depression,

Anricty and Stress Scales (DASS). www.eerp.usp.br/rlae.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007.

http://www.litbang.depkes.go.id/LaporanRKD/IndonesiaNasional.pdf, di

peroleh tanggal 29 Desember 2012.

Essau, C.A, Sasagawa, S, Ishikawa, S. (2010). Early Learning Lxperience and

Adolescent Anxiety: A Ross-cultural Comparison Between Japan and

England. Springer. 20 (1), 196-204.

Fahmi. (2011). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Semester IV dan

Semester VI Prodi S1 keperawatan STIKES Yarsi Surabaya Menghadapi

Praktik Klinik di Rumah Sakit Islam Surabaya. Skripsi. Tidak

dipublikasikan.

NANDA. (2010). Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Alih bahasa. Sumarwati,

Widiarti, Tiar. Jakarta:EGC.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Ibrahim, AS. (2012). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Tanggerang: Jelajah

Nusantara.

Idaiani. S, Suhardi, Kristanto, A.Y.(2009). Artikel Penelitian; Analisis Gejala

Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. diperoleh tanggal 13

Januari 2012.

Page 37: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

Irniati. (2008). Hubungan Antara Kecemasan dengan Kemampuan Adaptasi Pada

Mahasiswa Tahun Kedua Kelas Internasional Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada. Tesis. Tidak dipublikasikan.

Issacs, A. (2001). Lippincott’s Review Series: Mental Health and Psychiatric

Nursing. ( 3th

ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Keliat BA, Wiyono AP, Susanti H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa :

CMHN (intermedian course). Jakarta: EGC.

Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Parry. (2010). Fundamental Of Nursing Fundamental Keperawatan.

Buku 1 Edisi 7. Salemba Medika.

Reilly, D.E & Obermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis Dalam Pendidikan

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar (2007).

http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%202

007.pdf. Diperoleh tanggal 13 Januari 2012.

Rosita. (2011). Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi

Praktek Klinik Keperawatan Jiwa di STIKES Yarsi Surabaya. Skripsi.

Tidak dipublikasikan.

Rosmalia.( 2002). Hubungan Kecemasan Menghadapi Ujian Klinik Antenatal

Care dengan Hasil Yang Dicapai Pada Mahasiswa Program Studi

Kebidanan Magelang angkatan 1999/2000. Skripsi. Tidak dipublikasikan.

Page 38: PERPUSTAKAAN - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/51/2/Susi Setianingsih_3208061_nonfull.pdf · 2. Proses Terjadinya Cemas 3. Tanda Gejala 4. Rentang Respon Kecemasan

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

Rufaidah.(2006). Konsep Holistik Dalam Keperawatan Melalui Pendekatan

Model Adaptasi Sistem Callista Roy. Volume 2 Nomor 1. Sumatra Utara:

Jurnal Keperawatan.

Sadock, B.J, Sadock, V.A. (2005). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Science/ Clinical Psychiatry. 10th Ed. Lippincot: Williams &

Wilkins.

Savitri, W. (2010). Buku Panduan Praktik Klinik Keperawatan Desawa I.

Yogyakarta: Tidak dipublikasikan

Stuart, G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, G.W, Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric

Nursing. (8th

ed). St. Louis: Mosby.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suliswati, Payapo, T.A, Maruhawa, J, Sianturi, Y, Sumijatun. (2005). Konsep

Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suryani, E, Widyasih, H. (2010). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.

Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric Mental Health Nursing. (3rd

ed). Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Wilkinson, J.M. (2000). Nursing Diagnosis Handbook With NIC

Interventions and NOC Outcomes. (7th

ed). New Jersey: Prentice Hall.