permodelan basis data spasial untuk pengelolaan sumberdaya

14
OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01) _______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519 Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 70 Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem Pesisir Berkelanjutan Retno Budhiati, Sri Mulyani, Budi Kurniawan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pancasakti Tegal Telp. 0283 359490 Hp. 085642627610 email : budhiatiretno@yahoo.co.id Abstrak Pengelolaan wilayah pesisir pantura yang meliputi pesisir Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes telah mengalami degradasi lingkungan dan kegiatan pengelolaan, serta tata ruang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Pelestarian Lingkungan dan Pemanfaatan Pesisir adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai dan taraf hidup masyarakat pantai melalui pemberdayaan masyarakat pesisir. Pengelolaan sumber daya perikanan wilayah pesisir harus dilakukan secara terpadu dengan ekosistem sumber daya melibatkan berbagai unsur terpadu antara masyarakat sebagai pelaksana dan pemerintah sebagai penggagas dan penyelaras kegiatan sehingga diperoleh keterpaduan pengelolaan pesisir yang berwawasan lingkunga dan berkelanjutan. Upaya-upaya mencapai kebijakan tersebut dapat diusahakan dengan mengadakan pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir tersebut (stakeholder) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada dalam masyarakat Kata kunci : Permodelan Basis Data Spasial, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Ekosistem Pesisir Abstract Pantura coastal zone management which includes coastal Pemalang, Tegal, Tegal and Brebes has suffered environmental degradation and management activities, as well as the layout is not in accordance with the designation. Coastal Environmental Conservation and Utilization is increasing the empowerment of coastal communities and the living standards of coastal communities through the empowerment of coastal communities. Management of fisheries resources of coastal areas should be integrated with ecosystem resources involves various elements of the integrated between communities as implementers and governments as initiators and harmonizing the activities of coastal management integration in order to obtain an environmental sound and sustainable. Efforts to achieve the policy can be cultivated by organizing integrated coastal zone management by considering the social, economic, cultural and aspirations of the people of the coastal region users (stakeholders) as well as conflicts of interest and the use of which may exist in society Keywords: Modeling Spatial Data Base, Resource Management Fisheries, Coastal Ecosystems Pendahuluan Banyak sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut telah mengalami over eksploitasi. Sebagai contoh adalah sumberdaya perikanan laut, meskipun secara agregat (nasional) sumberdaya perikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 58 % dari total potensi lestarinya (MSY), namun dibeberapa kawasan (perairan), beberapa stok sumberdaya ikan telah mengalami kondisi tangkap lebih (over fishing). Kondisi overfishing ini bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi sumberdaya perikanan, tetapi juga disebabkan karena kualitas lingkungan laut sebagai habitat

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 70

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya PerikananBerbasis Ekosistem Pesisir Berkelanjutan

Retno Budhiati, Sri Mulyani, Budi Kurniawan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pancasakti TegalTelp. 0283 359490 Hp. 085642627610 email : [email protected]

Abstrak

Pengelolaan wilayah pesisir pantura yang meliputi pesisir Kabupaten Pemalang, KabupatenTegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes telah mengalami degradasi lingkungan dan kegiatanpengelolaan, serta tata ruang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Pelestarian Lingkungan danPemanfaatan Pesisir adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat pantai dan taraf hidupmasyarakat pantai melalui pemberdayaan masyarakat pesisir. Pengelolaan sumber daya perikananwilayah pesisir harus dilakukan secara terpadu dengan ekosistem sumber daya melibatkan berbagaiunsur terpadu antara masyarakat sebagai pelaksana dan pemerintah sebagai penggagas dan penyelaraskegiatan sehingga diperoleh keterpaduan pengelolaan pesisir yang berwawasan lingkunga danberkelanjutan. Upaya-upaya mencapai kebijakan tersebut dapat diusahakan dengan mengadakanpengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi,budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir tersebut (stakeholder) serta konflikkepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada dalam masyarakat

Kata kunci : Permodelan Basis Data Spasial, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Ekosistem Pesisir

Abstract

Pantura coastal zone management which includes coastal Pemalang, Tegal, Tegal and Brebes hassuffered environmental degradation and management activities, as well as the layout is not inaccordance with the designation. Coastal Environmental Conservation and Utilization is increasingthe empowerment of coastal communities and the living standards of coastal communities through theempowerment of coastal communities. Management of fisheries resources of coastal areas should beintegrated with ecosystem resources involves various elements of the integrated between communitiesas implementers and governments as initiators and harmonizing the activities of coastal managementintegration in order to obtain an environmental sound and sustainable. Efforts to achieve the policycan be cultivated by organizing integrated coastal zone management by considering the social,economic, cultural and aspirations of the people of the coastal region users (stakeholders) as well asconflicts of interest and the use of which may exist in society

Keywords: Modeling Spatial Data Base, Resource Management Fisheries, Coastal Ecosystems

PendahuluanBanyak sumberdaya alam di

wilayah pesisir dan laut telah mengalamiover eksploitasi. Sebagai contoh adalahsumberdaya perikanan laut, meskipunsecara agregat (nasional) sumberdayaperikanan laut baru dimanfaatkan sekitar 58% dari total potensi lestarinya (MSY),

namun dibeberapa kawasan (perairan),beberapa stok sumberdaya ikan telahmengalami kondisi tangkap lebih (overfishing). Kondisi overfishing ini bukanhanya disebabkan oleh tingkat penangkapanyang melampaui potensi sumberdayaperikanan, tetapi juga disebabkan karenakualitas lingkungan laut sebagai habitat

Page 2: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 71

hidup ikan mengalami penurunan ataukerusakan oleh pencemaran dan degradasihutan mangrove, padang lamun, danterumbu karang yang merupakan tempatpemijahan, asuhan, dan mencari makanbagi sebagian besar biota laut tropis(Supriharyono, 2000)

Berdasarkan hasil penelitian tahunpertama diperoleh bahwa pemanfaatansumberdaya perikanan di KabupatenPemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal,dan Kabupaten Brebes telah melebihitingkat pemanfaatan sumberdaya rajunganbaik secara MSY maupun MEY.Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasisekosistem laut dipengaruhi oleh aspekekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi,dan aspek eksternal. PengelolaanSumberdaya Perikanan Berbasis EkosistemLaut Berkelanjutan berada pada kondisiyang relatif stabil dan kemungkinan dapatterjadi pertumbuhan dan masihmemungkinkan untuk dikembangkan

Oleh karena itu diperlukanpermodelan basis data spasial untukpengelolaan sumberdaya perikanan berbasisekosistem pesisir berkelanjutan, sehinggadiperoleh keterpaduan pengelolaansumberdaya perikanan. Dengan permodelanspasial dalam pengelolaan ekosistem pesisirakan diperoleh gambaran pengelolaansumberdaya yang terpadu antarapengelolaan sumberdaya perikanan denganpelestarian ekosistem pantai, dalam hal iniekosistem mangrove dan terumbu karangdengan usaha-usaha perlindungan danpelestarian ekosistim tersebut.

TujuanTujuan penelitian ini adalah :

1. Tersusunnya prototipe modelpengelolaan pesisir berbasis digitalyang sesuai dengan prinsip-prinsippengelolaan wilayah pesisir dalamkonteks pembangunan berkelanjutan

2. Menganalisa faktor-faktor yang palingmempengaruhi keberlangsunganpengelolaan ekosistem pesisir

3. Manganalisa pengelolaan sumberdayaperikanan serta kaitannya denganekosistem wilayah pesisir

4. Menganalisa prioritas kebijakan yangdilakukan dalam pengelolaansumberdaya perikanan berbasisekosistem pesisir sebagai dasarpengelolaan sumberdaya berkelanjutan

MateriMateri yang digunakan dalam kajian

ini adalah tata ruang wilayah pesisir KotaTegal terdiri dari :1. Data Peta :

a. Peta satelit resolusi tinggi“IKONOS 1m” th 2010

b. Peta Citra satelit Landsat 7 ETM+perekaman tahun 1990, 2000, dan2010

c. Peta Rupabumi, skala 1:25.000Bakorsurtanal tahun 2010

2. Peralatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah :a. GPS GARMIN Etrex Vista HCx,b. Refraktometer ,c. DO meterd. thermometer ,e. pH meter (air)f. pH meter (tanah)g. Test Kith. peraloni. botol sampel dan botol gelapj. Planktonnet (plankton)k. Lembar pengamatan, panduan

pengamatan, daftar pertanyaanl. ER Mapper 7.0 dan Arc GIS ver. 9.2

MetodeMetode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survei yangdianalisa secara deskriptif kuantitatifberdasarkan variabel-variabel penelitian.Nazir (2003) menyatakan bahwa metodesurvei adalah penyelidikan yang diadakanuntuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencarai keterangan-keterangan secara faktual. Selain itudigunakan :

Page 3: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 72

1. Metode penginderaan jarak jauh untukpemetaan tematik

2. Metode GIS untuk permodelan spasial

Analisis DataAnalisa Spasial Ekosistem Pesisir

Analisa spasial PengelolaanSumberdaya Perikanan Berbasis EkosistemPesisir merupakan menganalisiskenampakan keruangan digitasi hasilinterpretasi, seberapa variatif dan seberapaluas ekosistem wilayah pesisir. Analisis inididapat dengan mendeskripsikan segalakenampakan keruangan yang diperoleh darikegiatan interpretasi. Penyusunan dataspasial merupakan kegiatan pemasukandata spasial hingga tersusun dalam basisdata SIG.

Analisa Degradasi dan TrandPenyusutan Ekosistem Pesisir

Degradasi ekosistem pesisir(mengrove dan terumbu karang) olehpembangunan maupun akibat eksploitasiyang berlebihan dilakukan denganpengukur penyusutan ekosistem pesisiryang diakibatkan oleh pertumbuhanpembangunanmaupun eksploitasi denganmenggunakan citra satelit IKONOS-1m.

Hasil PenelitianKebijakan Pengelolaan SumberdayaPerikanan Berbasis Ekosistem Pesisirsebagai Dasar Pengelolaan SumberdayaBerkelanjutanKabupaten Pemalang

Kebijakan pengelolaan sumberdayaperikanan yang diambil adalah dengantersusunnya Peraturan Daerah KabupatenPemalang Nomor 3 Tahun 2011 tentangRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten Pemalang Tahun 2011 - 2031.Kabupaten Pemalang merupakan salah satukabupaten di pantai utara pulau Jawa yangmemiliki daya dukung lahanpengembangan yang berpotensi besar.Pengembangan potensi itu kini terus digalidan digiatkan dalam berbagai sektor guna

untuk mempercepat peningkatankesejahteraan masyarakat. Dengan panjangpantai kurang lebih 34,6 km yangterbentang dari wilayah paling Timur yaituDesa Tasikrejo Kec. Ulujami sampaiwilayah paling Barat Desa LawangrejoKec. Pemalang terdapat banyak kawasanpertambakan dan hutan mangrove sertatanaman pantai untuk perlindunganmenanggulangi abrasi.

Perhatian mengenai penataan polaruang Kabupaten Pemalang dengandikeluarkannya : Peraturan DaerahKabupaten Pemalang Nomor 3 Tahun 2011tentang Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Pemalang Tahun 2011-2031.Peruntukan wilayah pesisir KabupatenPemalang, meliputi :1. mengembangkan sarana dan prasarana

pelabuhan;2. mengembangkan sarana dan prasarana

perikanan;3. mengembangkan sarana dan prasarana

pariwisata;4. mengembangkan kawasan perlindungan

setempat; dan melakukan penghijauankawasan pantai

Ketentuan umum peraturan zonasi padakawasan pantai berhutan bakau disusundengan ketentuan :1. diizinkan melakukan penanaman bibit

bakau;2. dilarang mengurangi alih fungsi lahan

baik untuk kawasan budidaya tambakmaupun permukiman;

3. dilarang penebangan liar hutan bakaudan memfasilitasi masyarakat untukberpartisipasi dalam melestarikan hutanbakau; dan

4. dilarang melakukan pembuanganlimbah industri yang dapat merusak kewilayah pesisir utara

Kabupaten TegalKebijakan pengelolaan sumberdaya

perikanan yang diambil adalah dengantersusunnya Peraturan Daerah KabupatenTegal Nomor 10 Tahun 2012 tentang

Page 4: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 73

Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenTegal Tahun 2012-2032. Wilayah pesisirKabupaten Tegal merupakan daerahperalihan antara ekosistem darat dan lautmemiliki keragaman potensi sumberdayaalam yang dapat memberikan manfaat bagikehidupan nelayan dan berbagaikepentingan pengembangan. Wilayahpesisir ini cenderung telah mengalamitekanan pembangunan yang kadangmelampaui daya dukungnya.

Tingkat kerusakan pesisir pantai diKabupaten Tegal hampir terjadi di sebagianbesar wilayah. Di antara kerusakan disepanjang garis pantai di Tegal yangmencapai 30 km di antaranya di Suradadi,Kramat, dan perbatasan Kabupaten Tegaldan Kota Tegal. Kerusakan itu berupaabrasi, dan sedimentasi parah.

Namun kini, hasilnya bila panensekitar 1,5 ton per hektare. Di KabupatenTegal terdapat 44% atau sepanjang 12kilometer dari total panjang garis pantaiyang mencapai 30 kilometer di KabupatenTegal rusak. Kerusakan ini diperkirakanbisa bertambah karena tanaman pelindungpantai yakni mangrove telah musnah akibatpenebangan liar. Kerusakan garis pantaipaling parah ditemukan di sepanjang pantaiSuradadi yang mencapai enam kilo meter.

Kota TegalKebijakan pengelolaan sumberdaya

perikanan yang diambil adalah dengantersusunnya Peraturan Daerah Kota TegalNomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana TataRuang Wilayah Kota Tegal Tahun 2011–2031. Kota Tegal merupakan kota pantaiyang memiliki garis pantai menghadap LautJawa sepanjang 10,2 km. Pantai Kota Tegaltersebut memiliki arti yang sangat pentingbagi kehidupan masyarakat Kota Tegal,baik secara ekologis, ekonomis, maupunsosial. Pengembangan wilayah pesisir KotaTegal berorientasi pada issue lingkungandiharapkan mampu menjadi embrio modelperencanaan yang aspiratif, dinamis danaktual. Hal ini cukup beralasan mengingat

potensi kekayaan alam Kota Tegal berikutlimitasinya dapat menjadi dasar bagi sebuahpembangunan wilayah yang relevan dengankebutuhan daerah, apalagi dengan adanyakerusakan lingkungan baik ekosistemmangrove maupun dengan adanya abrasipantai.

Daerah pantai Kota Tegal meliputi :Kelurahan Panggung, KelurahanMintaragen dan Kelurahan Tegalsari danKelurahan Muarareja. Pemanfaatan lahanyang dominan di kawasan pesisir KotaTegal adalah:1. Pelabuhan Niaga dan Pelabuhan

Perikanan berlokasi di KelurahanTegalsari

2. Perindustrian, yang terkait denganaktivitas perikanan berlokasi diKelurahan Tegalsari

3. Pertambakan berlokasi di KelurahanMintaragen, Kelurahan Panggung danKelurahan Muarareja

4. Pariwisata berlokasi di KelurahanMintaragen

5. Perdagangan dan Jasa berlokasi diKelurahan Tegalsari

6. Permukiman berlokasi di KelurahanPanggung, Kelurahan Mintaragen,Kelurahan Tegalsari, dan KelurahanMuarareja

Tata ruang wilayah budidaya perikananKota Tegal berlokasi di wilayah KelurahanPanggung, Kelurahan Tegalsari, KelurahanMuarareja dan Kelurahan Margadana.Fungsi tata ruang wilayah budidaya bukanhanya sebagai kawasan budidaya tambaknamun berfungsi juga sebagai kawasanlindung, dimana di tepi-tepi tambak telahditatami mangrove sebagai pelindungtambak dari abrasi pantai. Kebaradaanhutan mangrove berkosentrasi di daerahbudidaya yaitu Kelurahan Panggung bagiantimur, dan Kelurahan Muarareja.

Kabupaten BrebesKebijakan pengelolaan sumberdaya

perikanan yang diambil adalah dengantersusunnya Peraturan Daerah Kabupaten

Page 5: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 74

Brebes Nomor 2 Tahun 2012 tentangRencana Tata Ruang Wilayah KabupatenBrebes Tahun 2010– 2030.

Wilayah pesisir pantai KabupatenBrebes yang mempunyai panjang pantai ±72,93 km yang meliputi 14 desa di 5kecamatan memiliki potensi yang takternilai bagi masyarakat. Perairan pantaitidak saja menjadi sumber pangan yangproduktif, tetapi juga sebagai gudangmineral, alur pelayaran, tempat rekreasi danjuga sebagai tangki pencerna bahanbuangan hasil kegiatan manusia.

Pantai di Kabupaten Brebesmerupakan tempat bermuaranya sungaibesar dan kecil, yang menyebabkan daerahpantainya makin bertambah ke arah laut(prograding). Pantai di Brebes dapatdikelompokkan menjadi tiga jenis pantai,yaitu: pantai delta (Delta Losari danPemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) danpantai lurus (Randusanga). Berdasarkantingkat perkembangan atau penambahandaerah pantainya, pantai delta mengalamiperubahan paling dinamis, diikuti olehpantai teluk kemudian oleh pantai lurus.

Pembagian zonasi pantai terdiridari :1. Wilayah pantai bagian barat mulai dari

Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor),Teluk Bangsri sampai dengan sekitarmuara sungai Nippon (Desa Sawojajardan Kaliwlingi) baik untukpengembangan konservasi tanamanbakau (mangrove) yang dapat berfungsiuntuk pemulihan daya dukunglingkungan,

2. Wilayah pantai bagian timur mulaisebelah timur sungai kamal sampaidengan Pantai Randusanga Kulonsangat baik untuk dikembangkanmenjadi Kawasan Pelabuhan Antar

pulau maupun Kawasan PariwisataPantai.

Penilaian Tata Ruang PesisirKabupaten Pemalang

Penataan ruang pada rencana detaildaerah pantai dimaksudkan untukmenyusun ruang tersebut dengan fungsiyang diperuntukan sebagai Rencana DetailTata Ruang Daerah Pantai sebagaipemerintahan, perdagangan, pendidikan,jasa pertanian, perikanan, industri,pariwisata dll. Konsep penyusunan RencanaDetail Tata Ruang Daerah PantaiKabupaten Pemalang lebih diarahkankepada pemanfaatan lahan yang tersediadapat dimanfaatkan seoptimal mungkinuntuk berlangsungnya kegiatan-kegiatanmasyarakat sehingga memberikan nilaiyang lebih tinggi tanpa meninggalkanaspek-aspek pelestarian terhadap daerahpantai dan biota-biota laut.

Hasil Citra Landsat ETM 7 yangdidapat dari LAPAN Jakarta padapengambilan 20 April 2009 penggunaanlahan pesisir Kabupaten Brebes terdiri dari :Lahan terbuka : 2.194,720 hektarMangrove : 84,960 hektarPemukiman : 3.756,960 hektarSawah : 66.258,720 hektarSemak : 676,800 hektarTambak : 2.234,880 hektarTegalan : 1.067,040 hektarExisting penggunaan lahan untuk tambakternyata terdapat didesa Lawang rejo seluas32,68 hektar, desa Asemdoyong 60,85hektar, desa Nyamplungsari 57,413 hektar,desa Kendalrejo 9,233 hektar, danKecamatan Ulujami seluas 2073,824hektar. Adapun pola tata ruangpemanfaatan wilayah pesisir KabupatenPemalang teraji pada Gambar 2.

Page 6: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 75

Gambar 1. Pola Tata Ruang Pesisir Kabupaten Pemalang

Kabupaten TegalPantai di Kabupaten Tegal dilihat

dari bentuk dan tipe pantainya termasukkedalam pantai landai dengan kemiringan 0– 2 %, dengan demikian pada wilayahpantai ini tidak ditemui adanya perbedaanketinggian yang terlampau besar. Dari jenismaterial tanah menurut BPS, (2007) secaraumum, wilayah pesisir Kabupaten Tegaltersusun atas liat berpasir sampai pasirdebuan. sehingga memudahkan masyarakatuntuk menggali potensi biotik dilautanmaupun flora dan fauna untukdibudidayakan terutama tambak, sawah danperkebunan.

Penyajian data luas tambak diKabupaten Tegal menunjukan adanyaperbedaan antara sumber data yang satudengan lainnya. Pada tahun 1999, luaslahan tambak di Kabupaten Tegalmencapai 329,5 ha untuk tahun 2003, 2009secara berurutan dilaporkan adalah sebesar319 ha dan 319 ha, sedangkan menurut dataDiskanlut Kabupaten Tegal (2008) padatahun yang sama sebesar 328 ha, 320.2 hadan 444.9 ha.

Selama tahun 1999 – 2009, lahantambak di kabupaten Tegal seluas 328 hadan meningkat menjadi 444,9 ha, atau adapeningkatan sebesar 35.64 % (Diskanlut).Di pihak lain dalam kurun waktu yangsama menurut BPS terjadi penurunan luaslahan tambak dari 329,5 ha menjadi 319 haatau penurunannya sebesar 3,19%.Berdasarkan informasi tersebut, maka datayang tersedia tidak cukup memberikanketerangan yang pasti luas tambaksesungguhnya di Kabupaten Tegal.Informasi tentang keakuratan data luastambak sangat dibutuhkan oleh semuapihak terutama yang bersentuhan langsungdengan kegiatan perikanan budidaya,sehingga data tersebut akan dimanfaatkansebagai dasar penentuan arah dan strategipemanfaatan dan pengelolaan tambakeksisting dan potensial

Pada periode tahun 1999-2003terjadi pengurangan luasan tambak sebesar0,171 ha (-0,03 %) atau penurunan luas0,043 ha pertahun (-0.01%) dan kurunwaktu 2003- 2009 pengurangan luastambak yang terjadi 138,984 ha (-20,53%)atau penurunan 23,164 Ha (-3,42.%) per

Page 7: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 76

tahun. Sedangkan perubahan luas tambakpada tahun 1997-2009 berkurang sebesar139,155 Ha (-20,56 %) atau 13,92 ha pertahun (-3,43%) per tahun.

Informasi pemanfaatan lahan yangdapat diperoleh melalui analisis citralandsat 7 ETM+ pada dasarnya adalahpenampakan dari penutupan lahan. Hasilcek di lapang tersebut menghasilkan petaluasan pemanfaatan lahan. Secara umumpemanfaatan lahan di wilayah pesisirKabupaten Tegal didominasi untukperikanan budidaya tambak, persawahan,kebun, pemukiman, lahan terbuka danabrasi.

Pemanfaatan lahan untuk pertanianpada tahun 1999 khususnya sawahmenempati luasan dan porsi terbesar yaitu13.695,489 ha (83,43%), disusul oleh kebun80,895 ha (0,49%), sedangkan pemanfaatanlahan budidaya perikanan atau tambaksebesar 677,134 ha (4,12%). Untukpemanfaatan lahan non pertanian/perikananterlihat bahwa penggunaan pemukimansebesar 1.794,929 ha (10,93%), lahanterbuka sebesar 168,075 ha (1,02%).

Kebijakan dan Pengembangan KawasanPertambakan Kabupaten Tegal

Dari data luas lahan tambakbandeng dan udang windu selama tahun1999 sampai 2009, secara umum luas arealpertambakan bandeng dan udang windu diKecamatan Kramat, Suradadi, Warurejamengalami penurunan luasan tambak.Pengenalan terhadap besarnya luas lahandan perairan yang berpotensial sebagaiareal pengembangan budidaya tambak,memberikan gambaran objektif terhadapprospek upaya pengembangan budidayapada masa mendatang. Segala perencanaanpengembangan budidaya danimplementasinya baik oleh pemerintahmaupun pihak swasta dan masyarakat akanlebih terarah jika didukung olehketersediaan info tentang sebaran dan luas

potensinya. Upaya pengendalian juga harusdiperhatikan dan selanjutnya akan dapatdilakukan dengan lebih tegas jika tersediadata yang memadai mengenai aktualisasidan potensi pemanfaatan sumberdayanya.Pada penelitian tentang budidaya tambak,dilakukan pembahasan tentang lahan untukbudidaya komoditas udang windu (Penaeusmonodon) dan bandeng (Chanos-chanos).Salah satu faktor pembatas ketersediaanpotensi lahan budidaya tambak adalah jenistanah dan topografi wilayah. Jenis tanahyang sesuai untuk budidaya udang adalahjenis tanah regosol. Sedangkan jenis tanahhistosol (tanah gambut di hutan rawa), tidakpotensial untuk kepentingan budidayapantai.

Beberapa hal yang perludipertimbangkan dalam menghitung potensiproduksi lahan budidaya, adalah -.1. Aktualisasi maksimum lahan yang

menjamin produktivitas lestari.2. Konversi lahan menjadi luasan efektif

tambak atau luasan bangunan saranabudidaya laut.

3. Menggunakan peta kawasan lindunguntuk rujukan dalam penentuan reduksiluasan yang ditaksir.

Kecenderungan yang saat terjadi dilokasi penelitian yaitu di 3 kecamatan diKabupaten Tegal (Kecamatan Kramat,Suradadi, Warureja), luasan lahan untukpertambakan budidaya udang windu danbandeng, dari data tahun 1999 sampai 2009mengalami penurunan luasan lahan tambak.

Kota TegalPerubahan lahan tambak manjadi

perumahan maupun wilayah industri diwilayah pesisir mengakibatkan semakinmenyempit. Alih fungsi lahan tambak padatambak-tambak di Kota Tegal menjadirumah tinggal maupun gedung terjadisangat cepat. Dalam kurun waktu 10 tahundi Badan Pertanahan Nasional tersaji padaTabel 1.

Page 8: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 77

Tabel 1. Alih Fungsi Lahan Tambak di Kota Tegal KurunWaktu 10 Tahun Terakhir

No PeruntukanLuas(m2)

1. Rumah Tinggal 8.2752. Gedung 26.605

Sumber : Badan Pertanahan Nasional (2011)

Data tersebut merupakan data yangmemiliki ijin pembangunan dari BPN,sedangkan data yang berupa pembangunantanpa ijin tidak terdata oleh pihak BPN.Bagi yang membangun gedung ataupunrumah tinggal dari pihak pemerintah dalamhal ini BPN tidak dilakukan tindakanapapun sehingga alih fungsi lahan tambakmenjadi lahan rumah tinggal maupun

gedung semakin bermunculan yangmengakibatkan kualitas perairan tambakmenjadi menurun. Demikian pula dengankandungan logam berat telah di atasambang batas yang diduga bersumber darikegiatan industri di Kota Tegal maupundari limbah buangan kapal.

Gambar 2. Peta Tata Pola Ruang Kota Tegal

Berdasarkan dari rencana tata pola ruangdaerah pesisir Kota Tegal di Pesisir sepertipada Illustrasi di atas Kelurahan Panggungdiperuntukan sebagai ruang terbuka hijaudan bumi perkemahan, KelurahanMintaragen diperuntukan sebagai bumiperkemahan dan wisata alam, KelurahanTegalsari diperuntukan sebagai pelabuhan,

industri dan perumahan, KelurahanMuarareja diperuntukan sebagai pelabuhan,wisata alam, RTH, pemukiman, pengolahansampah, pengolahan limbah, industri danpertambakan, sedangkan di KelurahanMargadana diperuntukan sebagaipertambakan, persawahan, dan RTH.

Page 9: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 78

Kabupaten BrebesPantai berpasir Desa Randusanga

Kulon direncanakan akan dikembangkanmenjadi objek wisata pantai mulai tahun2001. Objek wisata pantai ini membentangsepanjang ± 3 km dari arah timur ke barat,antara muara sungai Kaligangsa dan sungaiSigeleng, dengan luas ± 10 ha. Letak objekwisata pantai ini berjarak ± 6 km dari kolaBrebes. Untuk menuju lokasi tersebut dapatditempuh dengan jalan dapat dari KotaBrebes dan melalui sungai Kaligangsadengan menggunakan perahu dad jembatanKaligangsa.

Luas areal yang perlu ditanamimangrove di Kecamatan Brebes adalahsekitar 417 ha, terdiri atas wilayah pasangsurut sekitar 278 ha, dan sempadan pantaidan sungai sekitar 139 ha, dengan rincianlokasi sebagai berikut :1. Lahan pasang surut

Wilayah pasang surut secarafisik dikatagorikan kedalam tiga bentukformasi, yaitu : (1) wilayah pasang surutdengan dasar lumpur yang merupakansedimentasi dan membentuk tanahtimbul dan lebih banyak terendam airlaut, kebanyakan terdapat di sekitarmuara sungai Pennali. Path wilayah inijenis yang dapat dikembangkan adalahapi-api (Avicennia alba), bakau(Rhizophora mucronata) dan tancang(Bruguiera gymnorrhiza), (2) wilayahpasang surut yang mengalami abrasitinggi terdapat di pantai DesaKaliwlingi. Pada wilayah ini jenistanaman yang paling mungkindikembangkan adalah tancang(Bruguiera gymnorrhi=a), dan (3)wilayah pasang surut yang agakberpasir berada di Desa RandusangaKulon mulai dari perbatasan denganwilayah Kota Tegal terns ke arah barathingga tepian sungai Pemali. Padawilayah ini jenis yang sesuai adalahRhizophora stylosa, Sonneratiaalba,Ceriops tagal dan Avicennia sp.

2. Sempadan pantaiPada saat ini wilayah sempadan

pantai berupa tambak, pada wilayah iniperlu dikembangkan model empangparit (silvofishety), yaitu menanambakau pada pelataran tambak. Modelempang parit ini, nantinya mempunyaifungsi perlindungan bagi ekosistempantai dan diharapkan pada tahapselanjutnya fungsi perlindungannyaakan lebih menonjol, karenaberdasarkan fungsinya, sempadanpantai adalah kawasan lindung yangdiharapkan akan menjadi jalur hijau.Pada wilayah ini jenis yang sesuaiadalah Rhizophora sp. Pada saat initerdapat 20 ha tambak model empangparit bandeng yang terdapat di sekitarmuara sungai Pemali.

3. Sempadan sungaiRehabilitasi sempadan sungai

diarahkan untuk menanam arealtanaman mangrove sesuai denganperaturan, yaitu sempadan sungai besar100 m dan anak sungai 50 m. Wilayahsempadan sungai besar terdapat disungai Pemali dan Kaligangsa. Padawilayah ini jenis yang sesuai adalahAvicennia alba, Ceriops tagal,Sonneratia sp dan Xylocarpus sp.

4. Wilayah tambakWilayah tambak terdiri atas

tambak dan saluran-saluran air. Padaareal tambak sebaiknva dikembangkanmodel empang parit dengan tanamanjenis Rhizophora mucronata danRhizophora apiculata. Sedangkan padasaluransaluran air ditanami jenisRhizophora mucronata dan Avicenniaalba.

Kendala dalam rehabilitasi danpenanaman mangrove adalah (1)masalah lahan, karena tanah timbulyang berupa endapan baru dan senngterendam air laut, walaupun belumdimanfaatkan tetapi telah menjadi hakmilik dan bersertifikat, (2) kurangnyakesadaran masyarakat khususnya

Page 10: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 79

petambak, akan fungsi dan manfaathutan mangrove, sehingga kurangberpartisipasi dalam rehabilitasi danpengelolaan mangrove Pada saat inibaru ada dua kelompok penghijauanpantai yaitu kelompok Pantai Sari diDesa Kaliwlingi dan Banjangsari di

Desa Randusanga Kulon, (3) adanyaanggapan masyarakat bahwa hutanmangrove merupakan tempatpersembunyian pencuri. Adapun Polatata ruang pesisir Kabupaten Brebestersaji pada Gambar 3

Gambar 3. Pola Tata Ruang Pesisir Kabupaten Brebes

PembahasanPengelolaan Sumberdaya Perikanan

Berdasarkan atas lokasinya wilayahpesisir Pantura Jawa Tengah umumnyamemiliki eksesibilitas yang strategis untukberkembangnya kegiatan ekonomi yangbervariasi. Sumberdaya lahan wilayahpesisir merupakan suatu sumberdaya alamyang sangat potensial dan mempunyai jenisyang beragam. Sumberdaya alam diwilayah pesisir merupakan sumberdayayang dinamis. Hal ini karena sumberdaya diwilayah pesisir merupakan akumulasi darihasil interaksi antar faktor yang sangatberbeda yaitu dari proses marine, daratandan atmosfer. Kondisi yang spesifik iniselain mempunyai keunggulan, namunsekaligus dapat memunculkanpermasalahan yang komplek. Olehkarenanya, wilayah ini perlu dilakukanpengelolaan secara seksama, agar diperoleh

prinsip keseimbangan dan kelestarian.Adapun aspek yang perlu diperhatikanadalah aspek daya dukung lingkungan danaspek kegiatan pembangunan yangberlangsung.

Hal ini karena wilayah pesisirmerupakan daerah yang selalu mengalamiperubahan. Perubahan ini banyakdisebabkan karena wilayah ini merupakantempat bertemunya dua kekuatan yangberbeda yaitu dari daratan dan dari laut(an).Berdasarkan atas lamanya waktuberlangsung, maka terjadinya perubahan diwilayah ini dapat terjadi secara lambat ataubahkan akan berlangsung cepat. Faktor-faktor yang menentukan cepat ataulambatnya proses berlangsung adalahbatuan, fisiografi, maupun jenis kegiatanyang berlangsung pada lahan yangbersangkutan diperbandingkan dengankekuatan yang mengakibatkan proses marin

Page 11: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 80

seperti terpaan gelombang, angin, danpasang surut air laut.

Upaya-upaya mencapai kebijakantersebut dapat diusahakan denganmengadakan pengelolaan kawasan pesisirsecara terpadu dengan mempertimbangkanaspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasimasyarakat pengguna wilayah pesisirtersebut (stakeholder) serta konflikkepentingan dan pemanfaatan yangmungkin ada. Keterpaduan ini dalamperencanaan dan pengelolaan wilayahpesisir dan laut mencakup 4 (empat) aspekyaitu (1) keterpaduan ekologis; (2)keterpaduan sektor; (3) keterpaduan disiplinilmu dan (4) keterpaduan stakeholder(Bengen, 2001). Keterpaduan ekologiswilayah pesisir memiliki keterkaitan antara!elan atas (daratan) dan laut. Hai inidisebabkan karena wilayah pesisirmerupakan daerah pertemuan antaradaratan laut Dengan keterkaitan kawasantersebutmaka pengelolaan kawasanpesisir,laut tidak terlepas dri pengelolaanlingkungan yang dilakukan dikeduakawasan tersebut. Kawasan tambak dipesisir Kabupaten Pemalang berbatasandengan daerah pemukiman , kegiatanpelabuhan , perkebunan dan persawahan.Secara ekologis dari beberapa penggunanlahan di kawasan psisir tersebut akan satingberpengaruh karena dampak dari aktitifatstersebut akan berpangeruh terhadap tambak

Pemberdayaan MasyarakatPelestarian Lingkungan dan

Pemanfaatan Pesisir adalah meningkatkanpemberdayaan masyarakat pantai dan tarafhidup masyarakat pantai melaluipendekatan Bina Sumber Daya Manusiadan Bina Ekonomi. Diharapkan.kesadarandan partisipasi aktif masyarakat pantaiuntuk bersama-sama berupaya mengatasidan mengendalikan kerusakan pantai danhutan mangrove di lingkungannya melaluiBina Lingkungan mengingat adanyaketergantungan dan keterikatankehidupan/mata pencaharian masyarakat

Desa pantai/Pesisir dengan lingkungannya.Oleh karena itu kebutuhan akan sumberdaya alam yang ada sebagai gantungankehidupan masyarakat dari generasi kegenerasi dapat tercukupi sehingga faktorekonomi yang merupakan salah satukebutuhan dasar manusia dapatdiseimbangkan dengan faktor ekologi yangmenunjang. Dengan melihat karakteristikdari teori perencanaan yang sesuai dengansistem yang digunakan dalam ProgramPercontohan Desa Model PelestarianLingkungan dan Pemanfaatan Pesisiradalah Teori Perencanaan Inkremental,maka peran perencana di sini adalahsebagai "Teknisi yang Pragmatis".

Model Pelestarian Lingkungan danPemanfaatan Pesisir hanya sebagaifasilitator yang mendorong danmembimbing masyarakat Desa Pantaidalam mengembangkan diri baik dalamkelompok organisasi maupun dalamaktualisasi lapangan (CommunityDevelopment) dalam upaya mencapaitujuan yang diharapkan yaitu pelestariandan pemulihan ekosistem pantai termasukekosistem hutan mangrove sesuai denganfungsi dan peruntukkannya dalamkeseimbangan faktor ekonomi dan ekologi.

Analisis Manfaat Hutan MangroveKeberadaan hutan mangrove ini

telah banyak mernberikan manfaat ekonomibalk langsung maupun tidak langsung bagipenduduk sekitar ekosistem tersebut, danmanfaat ekologi dan biologi bagisumberdaya alam wilayah pesisir. Manfaatekonomi yang akan dikaji melipati 3 (tlga)katagori, yakni manfaat langsung (directuse value), manfaat tak langsung (indirectuse value), dan manfaat keberadaan(existance value).

Pendekatan perhitungan dilakukanberdasarkan keadaan di lapangan dandidukung oleh data sekunder yang tersedia,dalam pengumpulan data dan perhitunganmenghadapi banyak kendala sehinggamemaksa menggunakan teknik penaksiran

Page 12: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 81

yang sederhana dan sulit dilakukan denganketelitian yang tinggi. Menurut Dietriech(komunikasi pribadi) tanaman mangrovebarn mempunyai fungsi dan manfaat padaumur 5 tahun, maka dalam perhitunganmanfaat langsung, manfaat tak langsungdan manfaat keberadan hutan mangrovehanya dilakukan terhadap 110 ha hutanmangrove.

Berdasarkan hasil identifikasimanfaat langsung dari ekosistem hutanmangrove yang dapat diukur nilainyaadalah produk kayu bakar, udang, ikan dankepiting dan tambak model empang pantwalaupun masih ada manfaat lainnya tetapipada saat ini masih sat untuk diukur nilaiekonominya karena dimanfaatkan sepertikayu untuk tiang pancang atau bahanbangunan, burung dan reptilia. Dalampenaksiran manfaat langsung ini denganpendekatan langsung berdasarkan nilaipasar dengan cara menghitung jumlahproduk langsung yang dinikmati olehmasyarakat dikalikan dengan harga pasarpada saat penelitian.1. Kayu bakar

Berdasarkan hasil wawancaradengan 30 responden dapat diprediksibahwa potensi kayu bakar di kawasanmangrove ini berkisar antara 1,0 — 7,0m3 /ha/tahun dengan rata-rata 3,47m3/ha/tahun, tergantung pada lokasi danumur mangrove. Dengan demikianpotensi kayu bakar pada luasan 110 hasekitar 381,70 m3/tahun. Hasilwawancara dengan 7 respondenpengambil kayu bakar menunjukkanbahwa pengambilan kayu bakar (pohon,ranting dan akar) merupakan pekerjaansampingan. Pengambilan kayu bakardilakukan 2 - 4 kali/bulan atau rata-rata37 trip/tahun. Hasil kayu bakar berkisarantara 0,25 0,5 m3/trip dengan rata-rata0,36 m3/trip atau 12,71 m3ltahun. Hargakayu bakar berkisar antara Rp. 30.000,-- Rp. 45.000,1m3, rata-rata Rp. 36.429,-/m3 tergantung jenis dan ukuran kayubakarnya. Hasil perhitungan diperoleh

nilai manfaat kayu bakar senilai Rp.126.409,-/hatta.hun. Biaya operasionaldan biaya tetap sebesar Rp. 65.541,-/tahun. Dengan demikian nilai manfaatlangsung bersih berupa kayu bakaradalah Rp. 60.868,-/ha tahun

2. Udang dan IkanPenangkapan udang dan ikan di

perairan sekitar hutan mangrovedilakukan dengan alat tangkap cangapan(bubu), tujuan utama adalah menangkapudang, sedangkan ikan merupakan hasilsampingan. Untuk menangkap udangtersebut diperlukan biaya untukpembelian bubu dan perlengkapannya,dan upah tenaga kerja. Harga rata-ratabubu dan perlengkapannya Rp.260.000,-/unit/tahun dan biaya tenagakerja Rp. 1.418.400,-/unit/tahun,sedangkan manfaat (hasil) yangdiperoleh senilai Rp. 3.111.120,-/unit/tahun.

3. KepitingPenangkapan kepiting dilakukan

dengan alat tangkap pancing kepitingdengan umpan ikan rucah terutarnajenis buntal. Untuk menangkap kepitingdiperlukan biaya untuk pembelianpancing dan perlengkapannya (joran,senar, dan mata pancing), seser, umpandan upah tenaga kerja. Harga rata-ratapancing dan perlengkapannya Rp. 750,-/unit/tahun, seser Rp. 10.000,-/unit/tahun, dan biaya operasional, yaitutenaga kerja dan umpan Rp. 106.560,-/unit/tahun. Manfaat yang diperolehsenilai Rp. 209.310,-/unit/tahun.

4. Tambak Model Empang Parit(Silvofishery)

Pemanfaatan tanah timbul untuktambak model empang parit dilakukandi Desa Randusanga Kulon dan DesaKaliwlingi pada. Luas tambak modelempang pant di kedua desa tersebutmasing-masing sekitar 10 ha. Yangdimaksud tambak model empang pantadalah tambak yang pelatarannyaditanami pohon mangrove dengan

Page 13: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 82

perbandingan 70% luas mangrove dan30% luas parit/caren yang mengelilingipelataran tambak/mangrove.

Kesimpulan dan SaranKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapatdisarankan bahwa :1. Pengelolaan wilayah pesisir pantura

yang meliputi pesisir KabupatanPemalang, Kabupaten Tegal, KotaTegal dan Kabupaten Brebes telahmengalami degradasi lingkungan dankegiatan pengelolaan, serta tata ruangtidak sesuai dengan peruntukkannya

2. Pelestarian Lingkungan danPemanfaatan Pesisir adalahmeningkatkan pemberdayaanmasyarakat pantai dan taraf hidupmasyarakat pantai melaluipemberdayaan masyarakat pesisir

3. Pengelolaan sumber daya perikananwilayah pesisir harus dilakukan secaraterpadu dengan ekosistem sumber dayamelibatkan berbagai unsur terpaduantara masyarakat sebagai pelaksanadan pemerintah sebagai penggagas danpenyelaras kegiatan sehingga diperolehketerpaduan pengelolaan pesisir yangberwawasan lingkunga danberkelanjutan

4. Upaya-upaya mencapai kebijakantersebut dapat diusahakan denganmengadakan pengelolaan kawasanpesisir secara terpadu denganmempertimbangkan aspek sosial,ekonomi, budaya dan aspirasimasyarakat pengguna wilayah pesisirtersebut (stakeholder) serta konflikkepentingan dan pemanfaatan yangmungkin ada dalam masyarakat

SaranBerdasarkan hasil penelitian dapat

disarankan bahwa untuk meningkatkanpersepsi dan partisipasi masyarakat dalamkonservasi perbaikan lingkungan di wilayahpesisir maka diperlukan penyuluhan secara

kontinyu, sehingga masyarakat lebihmemahami dan mengerti manfaatlingkungan pesisir bagi kelestarian sumberdaya perikanan.

DAFTAR PUSTAKAAronof, S. 1991. Geographic Information

System; a Management Perspective.WDL Publication. Ottawa, Canada.

Bengen, D.G. 2005. MerajutKeterpaduan PengelolaanSumberdaya Pesisir dan LautKawasan Timur Indonesia bagiPembangunan KelautanBerkelanjutan. Disajikan padaSeminar Makassar MaritimeMeeting,Makasar

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J.Sitepu. 2001. PengelolaanSumberdaya Wilayah Pesisir danLaut secara Terpadu. PT. PradnyaParamita, Jakarta

Dimyati, RD dan Muhammad.1997.Remote Sensing dan SistemInformasi Geografis untukPerencanaan. Fakultas Teknik.Universitas Muhammadiah, Jakarta.

Dwiponggo. 1992. Masalah PengelolaanSumberdaya Perikanan Laut bagiPemanfaatan Berkelanjutan.Depatemen Pertanian, Jakarta.

Fauzi, A dan S. Anna. 2005. ModelSumber Daya Perikanan danKelautan. PT. Gramedia. PustakaUtama, Jakarta.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber DayaAlam dan Lingkungan. PT.Gramedia. Pustaka Utama, Jakarta.. 2010. Ekonomi Perikanan Teori,Kebijakan dan Pengelolaan. PT.Gramedia. Pustaka Utama, Jakarta.

Hartoko, A. 2001. Pemetaan Digital danSumberdaya Hayati WilayahPesisir Kabupaten Rembang.Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Universitas Diponegoro,Semarang

Page 14: Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya

OSEATEK Juni 2015 Vol. 9 (01)_______________________________________________ ISSN: 1858 - 4519

Permodelan Basis Data Spasial untuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (R. Budhiati, et al) 83

Hartoko, A. 2002. Aplikasi TeknologiInderaja untuk PemetaanSumberdaya Hayati Laut TropisIndonesia. Suatu PengembanganPemetaan Dinamis dan TerpaduParameter Ekosistem Ikan PelagisBesar di Perairan Dalam.Universitas Diponegoro, Semarang

Ghofar, A. 2003. ManajemenSumberdaya Ikan Laut. Bahan MataKuliah Tanggal 14 Maret 2003 PascaSarjana Universitas Diponegoro,Semarang

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. GhaliaIndonesia. Jakarta

Nikijuluw, V.P.H. 2002. RezimPengelolaan SumberdayaPerikanan. Pustaka Cidesindo,Jakarta.

Mallawa, A. 2006. PengelolaanSumberdaya Ikan Berkelanjutandan Berbasis Masyarakat. Disajikanpada lokakarya Agenda PenelitianProgram COREMAP II KabupatenSelayar, 9-10 September 2006.COREMAP II. Makasar

Pentury, R. 1997. Algoritma PendugaanKonsentrasi Klorofil di PerairanTeluk Ambon menggunakan CitraLandsat_TM. Program Studi TeknikKelautan. Program Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor, Bogor

Prahasta, E. 2008. Remote Sensing :Praktis Penginderaan Jauh danPengolahan Citra Dijital denganPerangkat Lunak ER Mapper.Informatika, Bandung

Purwanto. 2003. Pengelolaan SumberdayaIkan. Makalah dalam WorkshopPengkajian Sumberdaya Ikan.Masyarakat Perikanan Nusantara,Jakarta

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT TeknikMembedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia, Jakarta

Saaty, T.L. 1991. PengambilanKeputusan Bagi Para Pemimpin,Proses Hirarki Analitik UntukPengambilan Keputusan dalamSituasi Kompleks. PT. PustakaBinaman Pressindo. Jakarta

Sindoro, A. (trans), David, F.R. 2002.Konsep Manajemen Strategis. EdisiKe-7. PT Frenhallindo. Jakarta

Supriharyono. 2002. Pelestarian danPengelolaan Sumberdaya Alam diWilayah Pesisir Tropis. GramediaPustaka Utama. Jakarta.