permasalahan regulasi di kota surabaya

42
Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda akan suatu hal. Cara pandang yang berbeda tersebut tidak jarang dapat menimbulkan suatu konflik baik secara individu maupun berkelompok sehingga dibutuhkan suatu alat yang mengikat yaitu adanya aturan yang mengatur perilaku hidup manusia. Secara langsung maupun tidak langsung, kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh peraturan-peraturan hidup bersama yang membatasi dan mengatur hubungan antar manusia. Peraturan- peraturan tersebut memberikan batasan perbuatan mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Peraturan hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin tata tertib dalam masyarakat, dinamakan kaidah hukum. Hukum mengatur dan berkaitan dengan banyak hal, tidak terkecuali yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota. Jika hukum dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait maka keteraturan yang diinginkan akan tercapai. Tetapi bagaimana bila pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota tidak memenuhi hukum-hukum yang berlaku? Dapat dipastikan berbagai bencana, persengketaan dan kekacauan akan terjadi. Di Kota Surabaya, kasus mengenai sengketa tanah, penggusuran bangunan, reklame roboh dan berbagai kasus serupa bukan merupakan hal yang susah untuk ditemukan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang akibatnya dirasakan oleh banyak pihak yang tidak bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap 1

Upload: ainun-dita-febriyanti

Post on 30-Jun-2015

1.028 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, setiap manusia memiliki cara pandang yang berbeda-beda

akan suatu hal. Cara pandang yang berbeda tersebut tidak jarang dapat

menimbulkan suatu konflik baik secara individu maupun berkelompok sehingga

dibutuhkan suatu alat yang mengikat yaitu adanya aturan yang mengatur perilaku

hidup manusia.

Secara langsung maupun tidak langsung, kehidupan manusia selalu

dipengaruhi oleh peraturan-peraturan hidup bersama yang membatasi dan mengatur

hubungan antar manusia. Peraturan-peraturan tersebut memberikan batasan

perbuatan mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus dihindari. Peraturan

hidup kemasyarakatan yang bersifat mengatur dan memaksa untuk menjamin tata

tertib dalam masyarakat, dinamakan kaidah hukum.

Hukum mengatur dan berkaitan dengan banyak hal, tidak terkecuali yang

berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota. Jika hukum

dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait maka keteraturan yang diinginkan akan

tercapai. Tetapi bagaimana bila pihak-pihak yang terkait dengan perencanaan

wilayah dan pembangunan kota tidak memenuhi hukum-hukum yang berlaku? Dapat

dipastikan berbagai bencana, persengketaan dan kekacauan akan terjadi.

Di Kota Surabaya, kasus mengenai sengketa tanah, penggusuran bangunan,

reklame roboh dan berbagai kasus serupa bukan merupakan hal yang susah untuk

ditemukan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pelanggaran hukum yang dilakukan

oleh pihak-pihak terkait yang akibatnya dirasakan oleh banyak pihak yang tidak

bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan juga

dirasa sangat kurang karena pengetahuan hukum masyarakat sekitar yang kurang.

Melihat fakta di atas, sudah seharusnya masyarakat mulai peka akan kasus

yang terjadi dan hukum apa yang berlaku khusunya di masyarakat. Hal tersebut

sangat penting dilakukan agar masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap

lingkungan sekitar dan mengurangi pelanggaran hukum yang terjadi.

1

Page 2: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Masalah regulasi apa yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan

pembangunan kota yang terjadi di Kota Surabaya?

2. Apa yang menyebabkan permasalahan regulasi tersebut terjadi?

3. Regulasi apa yang dilanggar sehingga menyebabkan masalah tersebut terjadi?

4. Jenis regulasi apa saja yang berkaitan dengan masalah tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengidentifikasi permasalahan

regulasi yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dan pembangunan kota di

Surabaya.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi ruang lingkup

penulisan dan ruang lingkup wilayah. Untuk ruang lingkup penulisan yaitu tentang

permasalahan regulasi dalam perencanaan wilayah dan pembangunan kota di

Surabaya, sedangkan untuk ruang lingkup wilayah yang diambil dalam makalah ini

adalah kota Surabaya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini sebagai meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika

penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Berisi mengenai permasalahan-permasalahan regulasi yang berhubungan dengan

perencanaan wilayah dan pembangunan kota di Surabaya.

BAB III PENUTUP

Berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan permasalahan regulasi dalam

perencanaan wilayah dan kota.

2

Page 3: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB II

PEMBAHASAN

Adapun masalah regulasi yang bertautan dengan perencanaan wilayah dan

pembangunan kota yang terjadi di Surabaya diantaranya:

1. Pembongkaran Eks Penjara Kalisosok

● Identifikasi masalah

Sebuah bangunan cagar budaya di kawasan Krembangan bernama

Kalisosok akan dilakukan pembongkaran karena sang pemilik bangunan ingin

merubah fungsi dari bangunan eks penjara tersebut. Pemkot meminta agar

pembongkaran itu dihentikan karena pihak mereka belum mengetahui secara

pasti akan diajadikan apa eks penjara tersebut dan sang pemilik juga belum

mengantongi surat Izin Robohkan Bangunan (IRB). Hal ini mengingat penjara

Kalisosok  merupakan salah satu cagar budaya  yang dilindungi  Undang-

Undang dan Perda Nomor 5 tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan Cagar

Budaya di Kota Surabaya. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya mengakui bahwa

tak semua pemilik cagar budaya di Surabaya itu mempunyai niatan yang sama.

Ada yang baik adapula yang tidak. Namun pihak pemkot masih akan berusaha

terus berkoordinasi dengan pemilik yang sampai sekarang masih dicoba untuk

ditelusuri. Hingga saat ini ada sekitar 167 cagar budaya yang ada di Surabaya

yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta. Pihak pemkot juga tak mengetahui

keadaan cagar budaya yang dikelola oleh pihak swasta.

Dari fakta lain, pembongkaran bangunan cagar budaya berupa bekas

penjara Kalisosok tersebut ternyata tidak diketahui Pemkot Surabaya. Akibat dari

pembongkaran tersebut, Lurah Krembangan Selatan, Slamet, dan Camat

Krembangan, Sumarno, langsung mendatangi lokasi pembongkaran dan

memerintahkan pekerja untuk menghentikan aktivitasnya. Beliau menegaskan

selama ini tidak ada pemberitahuan atau izin sama sekali untuk melakukan

pembongkaran tersebut. Pihaknya meminta supaya segala aktivitas

pembongkaran tesebut dihentikan, dengan alasan apapun, entah itu akan

dibangun ulang atau sekadar renovasi, tetap harus memiliki izin. Pihak pemilik

bekas penjara Kalisosok seharusnya melayangkan surat pemberitahuan jika

hendak membongkar bekas penjara Kalisosok tersebut.

Lurah Krembangan Selatan Slamet, menambahkan selama ini pihaknya

sulit untuk memantau keadaan bekas penjara Kalisosok ini.  Aparat kelurahan

juga kesulitan masuk ke tempat tersebut. Pendataan itu akhirnya baru berhasil

3

Page 4: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

dilaksanakan baru-baru ini. Itu pun setelah pihaknya melakukan koordinasi

dengan Satpol PP. Sedangkan untuk mengecek bangunan, ia menyatakan

memang tidak dilakukan karena setelah bisa masuk ke bekas penjara Kalisosok,

fokusnya adalah pendataan penduduk.   Pada banguna itu terdapat 32 orang

yang kos dan semuanya putri. Atas dasar itulah pihak kelurahan Krembangan

sulit untuk masuk.

Diketahui kondisi cagar budaya ini memang sangat memprihatinkan karena

bangunan yang telah dibongkar gentengnya itu adalah ruangan semacam aula.

Tetapi di lokasi lain didapati tumpukan kayu-kayu dengan ukuran besar yang

kemungkinan juga dari hasil pembongkaran. Kayu-kayu itu sendiri kondisinya

sudah lapuk.

Di dalam bekas penjara ini juga ada bangunan gereja yang bernama gereja

Anugerah. Kondisinya juga sama, memprihatinkan karena gereja tersebut juga

sudah tidak memiliki genteng. Namun saat ditanya siapa pemilik bangunan itu,

penjaga bekas penjara Kali Sosok Romli mengaku tidak tahu.

Pembongkaran juga ini membuat komunitas Surabaya Heritage prihatin.

Komunitas ini langsung  menggalang Gerakan Solidaritas Keprihatinan pada Eks

Penjara Kalisosok sebagai salah satu cagar budaya di Surabaya.

Menurut Freddy Handoko Istanto, Vice Chairman Surabaya Heritage,

pembongkaran Kalisosok membuktikan ada sebuah penelantaran cagar budaya

Surabaya. Beliau mengaku prihatin dengan kondisi penjara yang diberi status

Cagar Budaya A. Status A cagar budaya artinya bangunan ini punya nilai

langsung terhadap perjuangan bangsa.

● Regulasi yang Terkait

Apabila merujuk dari Perda Nomor 5 tahun 2005 tentang Pelestarian Bangunan

Cagar Budaya di Kota Surabaya, maka pembongkaran ini telah melanggar

beberapa pasal sebagai berikut:

Pasal 32

(1) Setiap orang dapat melakukan pemugaran bangunan dan/atau lingkungan

cagar budaya.

(2) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan pada

penggolongan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah

ditetapkan.

(3) Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat izin dari

Kepala Daerah.

4

Page 5: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 33

Setiap orang yang akan membongkar sebagian atau melakukan demolisi

terhadap bangunan dan /atau lingkungan cagar budaya harus memiliki Izin

Membongkar.

Pasal 34

(1) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33

diajukan kepada Kepala Daerah melalui Pejabat yang ditunjuk.

(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33 harus

mendapat pertimbangan terlebih dahulu dari Tim Cagar Budaya.

Pasal 36

(1) Setiap orang yang memiliki, menghuni dan/atau mengelola bangunan

dan/atau lingkungan cagar budaya wajib melindungi, memelihara dan

melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya tersebut.

(2) Pemilik, penghuni dan atau pengelola bangunan dan/atau lingkungan cagar

budaya wajib melaksanakan pemugaran sesuai dengan ketentuan dan peraturan

yang berlaku.

(3) Bagi pemilik, penghuni dan atau pengelola yang tidak mampu melaksanakan

kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka kewajiban tersebut

dapat dialihkan kepada Pemerintah Daerah atau pihak lain dan pemanfaatan

atas bangunan serta lingkungan cagar budaya tersebut dilakukan sesuai dengan

kesepakatan bersama.

2. Pembangunan Tower BTS di Surabaya yang Semakin Bertambah

Pembangunan Base Transceiver Station (BTS)

di Surabaya sudah melanggar estetika dan tidak

memperhatikan lingkungan di sekitar tower. Pemerintah

Jawa Timur akan membatasi pembangunan tower.

Bahkan pembangunan tower harus dikurangi dari

jumlah yang ada dengan cara membangun tower yang

bisa digunakan bersama oleh operator pengguna

gelombang radio. Di Jawa Timur terdapat 325 titik tower

dan kesemuanya berada di Surabaya. Saat ini sedang

diusulkan penggunaaan tower bersama pada Menteri

Komunikasi dan Informasi. Tentang pengaturan

pembangunan tower di Jawa Timur sudah memiliki

aturan hukum yang mengatur, yaitu Peraturan Gubernur

Jatim Nomor 61 tahun 2006 tentang pengawasan ketat

Pembangunan Tower BTS dalam Jarak yang Berdekatan

5

Page 6: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

pembangunan konstruksi di atas tanah. Namun peraturan gubernur tersebut masih terlalu

luas cakupannya. Karena untuk pembangunan tower komunikasi diperlukan pengaturan

yang khusus menyangkut konstruksi dan pengaturan frekuensi yang digunakan.

● Permasalahan

Pembangunan tower BTS di Surabaya semakin bertambah. Selain itu pembangunan

tower tersebut tidak lagi memperhatikan keadaan lingkungan sekitar. Tower tersebut

dibangun dalam jarak yang berdekatan. Hal ini tentunya akan merusak estetika dari

lingkungan itu sendiri dan membahayakan kawasan sekitar.

● Identifikasi masalah

Peraturan yang mengatur tentang pembangunan tower BTS, yaitu Peraturan Gubernur

Jatim Nomor 61 tahun 2006 tentang pengawasan ketat pembangunan konstruksi di atas

tanah. Di dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai bangunan konstruksi di atas

tanah termasuk tower BTS di dalamnya. Regulasi yang terkait dengan permasalahan ini

yaitu:

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang

telekomunikasi

Berisi tentang peran pemerintah berupa pembinaan yang meliputi penentuan

kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dengan mengikutsertakan

peran masyarakat. Peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan

telekomunikasi tidak mengurangi prinsip dasar yang terkandung dalam Pasal 33

ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945, yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut

pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit

b. Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 52 tahun 2000 tentang

penyelenggaraan telekomunikasi.

c. Peraturan menteri komunikasi dan informatika tentang sanksi denda terhadap

penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak memenuhi kewajiban, meliputi:

Pasal 25

Perlindungan konsumen dinilai berdasarkan tolok ukur pemenuhan kewajiban

perlindungan konsumen sebagaimana dicantumkan dalam izin penyelenggaraan

jaringan telekomunikasi yang dimiliki, yaitu pemenuhan:

a. kewajiban terhadap pelanggan; dan

b. kewajiban hubungan dengan pelanggan.

Pasal 26

6

Page 7: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Penilaian perlindungan konsumen dilakukan setiap saat berdasarkan

pengaduan pengguna.

Pasal 27

(1) Penyelenggara jaringan telekomunikasi yang tidak

memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 diberikan

peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing

7 (tujuh) hari kerja.

(2) Setelah kurun waktu sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi tidak dapat

memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25,

penyelenggara jaringan telekomunikasi dikenakan denda yang besarnya sesuai

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.61 Tahun 2006 tentang

pemanfaatan ruang pada kawasan pengendalian ketat skala regional di

propinsi Jawa Timur dijelaskan tentang pembangunan konstruksi yang termasuk

di dalamnya Base Transceiver Station (BTS) tercantum dalam :

Pasal 17

(1) Permohonan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

16, dilampiri dengan :

a. gambar teknis arsitektural (site plan, denah, tampak, potongan dan situasi);

b. gambar teknis konstruksi sipil ;

c. data pendukung berupa penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak

milik atau bukti perjanjian sewa.

(2) Pemanfaatan ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang

akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

3. Permasalahan Bangunan Liar di Sekitar Rel Kereta Api

● Permasalahan

Satpol PP kota Surabaya, tidak mau berlama-lama lagi dalam menoleransi pemilik

bangunan di sepanjang rel KA Tambak Mayor. Instansi penegak perda menargetkan

dalam waktu dekat memiliki agenda penertiban bangunan di sepanjang rel kereta

Kertomenanggal. PT KA Daop 8 menyebutkan telah mengadakan investigasi internal

terkait dugaan adanya permainan sewa izin lahan yang dilakukan orang PT. KA.

Koordinator humas, Heri Winarno mengatakan sudah mengecek seluruh bangunan

di sepanjang rel KA Tambak Mayor. Ternyata bangunan tersebut sudah tidak

memiliki izin resmi dari PT KA. PT KA sendiri menargetkan seluruh bangunan liar di

7

Page 8: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

sepanjang rel KA akan ditertibkan. Selain karena akan digunakan untuk

pembangunan proyek rel jalur ganda, PT KA memiliki alasan lain menertibkan

bangunan liar tersebut.

● Identifikasi masalah

Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan tentang pelanggaran bangunan

liar yang ada di sekitar rel kereta api adalah;

1. UU No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman.

2. Inpres No.5 Tahun 1990 tentang peremajaan permukiman kumuh di atas tanah

negara

Para urban atau pendatang baru tidak mampu mendapatkan tempat tinggal

yang layak karena harga lahan untuk tempat tinggal yang semakin tinggi terutama di

pusat kota. Mereka terpaksa mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal

seadanya baik secara legal maupun ilegal, sehingga tanpa disadari

perkembangannya telah mengakibatkan munculnya permukiman kumuh di kota.

Semakin banyaknya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan

salah satunya adanya pemukiman di sepanjang sempadan rel kereta api ini dapat

menimbulkan masalah tersendiri.

Adapun dasar hukum yang menangani masalah permukiman kumuh diatur

dalam UU No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman. Pada Bab I

Ketentuan Umum disebutkan bahwa lingkup pengaturan undang-undang ini meliputi

penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan

maupun perdesaan, yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi (pasal 2

ayat 1). Sedangkan pada pasal 2 ayat 2 lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) yang menyangkut penataan perumahan meliputi kegiatan

pembangunan baru, pemugaran, perbaikan, peremajaan, perluasan, pemeliharaan,

dan pemanfaatannya.

Dalam Bab II Azas dan Tujuan pasal 4 menyebutkan bahwa penataan

perumahan dan permukiman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai

salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat (huruf a), mewujudkan perumahan dan permukiman yang

layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur (huruf b), memberikan

arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional (huruf c),

menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang

lainnya (huruf d).

Bab III Perumahan, pasal 5 menjelaskan bahwa:

8

Page 9: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(1) Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati

dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,

serasi, dan teratur.

(2) Setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan

serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

Selain itu, jika ditinjau dari regulasi yang terkait yaitu pada Inpres No.5 Tahun

1990 tentang peremajaan permukiman kumuh di atas tanah negara, diketahui bahwa

untuk menangani masalah permukiman kumuh tidak bisa hanya satu pihak saja yang

melaksanakannya. Untuk itu perlu adanya kerjasama dengan beberapa pihak yang

terkait (stakeholders). Menurut Budiharjo dan Hardjohubojo (1993) bahwa persepsi

dan aspirasi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran, sekaligus sebagai subyek

peremajaan permukiman kumuh, mesti dipahami dan diserap untuk diwadahi,

sehingga luluh dalam perencanaan.

4. Permasalahan Bangunan yang Melanggar IMB

Rumah dan toko (Ruko) berjumlah 13 unit di

Dukuh Kupang Barat I dirobohkan Pemerintah

Kota Surabaya. Alasan pemkot merobohkan

bangunan itu dikarenakan tidak adanya izin

mendirikan bangunan (IMB) atau melanggar

peraturan daerah nomor 7 tahun 1992 yang

diubah peraturan daerah nomor 7 tahun 2009.

Bangunan yang didirikan di atas tanah seluas 75x60 meter ini dirobohkan oleh 450

personel dari Satpol PP, Linmas, dan Polres Surabaya Selatan. Kabid Tata Bangunan

Dinas Cipta Karya Pemkot Surabaya melakukan eksekusi karena bangunan ini tidak

mempunyai IMB sehingga dilakukan pembongkaran.

● Identifikasi masalah

Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dengan bangunan yang

melanngar IMB adalah;

1. Peraturan Pemerintah pasal 4 tentang Ijin Mendirikan Bangunan.

2. Peraturan daerah kota Surabaya nomor 2 tahun 2005 tentang izin perencana

bangunan gedung.

Pada peraturan pemerintah pasal 4 telah disebutkan bahwa: “ Mendirikan

Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. Termasuk

Bangunan yang tidak memiliki IMB

9

Page 10: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantauan

pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan

dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar

Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan

(KLB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam

rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan

tersebut.”

Permasalahan yang terjadi pada wilayah studi adalah banyaknya

pelanggaran bangunan yang didirikan tidak mempunyai izin. Sangat tidak lazim bila

Peraturan Pemerintah yang dilanggar, tetapi tetap diberikan kemudahan oleh

instansi pemerintah yang berwenang.

Berikut merupakan isi dari regulasi yang terkait dengan permasalahan

bangunan yang melanggar IMB:

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2005 tentang izin perencana

bangunan gedung :

Pasal 2

(1) Orang perseorangan yang menyelenggarakan usaha jasa perencanaan

bangunan gedung di Daerah wajib mendapatkan izin dari Kepala Daerah.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Warga Negara

Indonesia atau Warga Negara Asing yang berkerjasama dengan Warga Negara

Indonesia yang telah memiliki izin, dalam melakukan perencanaan bangunan

gedung di Daerah;

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas bidang :

a. Arsitektur Bangunan Gedung;

b. Sipil Bangunan Gedung;

c. Mekanikal dan Elektrikal Bangunan Gedung;

d. Tata Lingkungan Bangunan Gedung;

Pasal 4

(1) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berlaku selama 2 (dua) tahun

dan dapat diperpanjang atas permohonan pemegang izin;

(2) Permohonan perpanjangan izin, harus diajukan paling lambat 1 (satu) bulan

sebelum batas berlaku izin tersebut berakhir, kepada Kepala Daerah melalui

Kepala Dinas;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian permohonan izin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah.

10

Page 11: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

5. Reklame Rawan Roboh

● Permasalahan

Masalah reklame di Surabaya seakan tidak ada habisnya. Belum tuntas satu

masalah, muncul masalah baru. Meski sudah ada regulasi yang jelas dan tegas,

yakni Peraturan Daerah (Perda) No 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan

Reklame dan Pajak Reklame, tidak berarti masalah reklame di Kota Buaya ini bisa

diselesaikan dengan mudah. Berbagai bentuk pelanggaran terus terjadi. Mulai

reklame tak berizin, izin kedaluwarsa, ukuran reklame menyalahi perda, reklame

dengan satu tiang, sampai praktik alih fungsi secara ilegal. Semua itu seperti sengaja

dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan tegas sama sekali. Agus Sudarsono,

anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya,

mengatakan meski pemkot dan DPRD Surabaya

sudah sering mengingatkan agar konstruksi reklame

diperkuat, para pemilik reklame tetap saja mokong,

terutama papan reklame yang didirikan lebih dari 5

tahun.

Pantauan di lapangan, beberapa reklame

berkaki satu masih dan usianya sudah lebih 5 tahun

masih berdiri di sejumlah ruas jalan. Di antaranya di

Jl. Basuki Rachmad, Jl. Bubutan, Jl. Mayjen

Sungkono dan lainnya. Besarnya kontruksi reklame

sangat membahayakan penguna jalan. Pasalnya,

dengan satu tiang kekokohan reklame tidak dijamin tahan angin dan ini sangat

membahayakan masyarakat. Tiap memasuki musim hujan pihaknya sudah

mengirimkan surat peringatan kepada pemilik reklame. Peringatan ini guna

mengantisipasi terjadinya hujan lebat yang disertai angin kencang. Apabila sudah

ada peringatan lantas ada reklame roboh berarti kejadian itu sudah bukan

tanggungjawab pemkot. Kejadian itu menjadi tanggung jawab pemilik reklame.

● Identifikasi Masalah

Kasus reklame roboh di ata melanggar Perda reklame No. 8 tahun 2006 tentang

penyelenggaran reklame. Di dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa semua papan

reklame pondasinya harus sepertiga dari tiang reklame yang dipasang. Tujuannya

agar tahan terpaan angin dan hujan. Ketentuan ini wajib dipatuhi, sehingga jika ada

reklame roboh dan pondasinya kurang dari sepertiga tiang, berarti terjadi

pelanggaran. Berikut merupakan bentuk spasial dari perda mengenai tiang reklame:

Reklame Roboh di Jl. Basuki Rahmat

11

Page 12: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

3 meter

1 meter

Berdasarkan peraturan daerah kota Surabaya Nomor 8 tahun 2006, Reklame

merupakan benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak

ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk

menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan

atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum,

kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006

Pasal 19

(1) Penyelenggaraan reklame di Lokasi Bukan Persil harus memenuhi ketentuan:

a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik atau yang menguasai lahan;

b. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame masuk

ke dalam/di atas persil;

c. luas bidang reklame paling besar 50 m2 (lima puluh meter persegi);

d. tidak menutup/mengganggu pandangan perlintasan terhadap sebidang kereta

api;

e. jarak dari as rel kereta api sampai bidang/konstruksi reklame terdekat harus

mendapat rekomendasi dari PT.KAI;

f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah keatas harus medapat

rekomendasi dari PT. PLN;

g. tidak mengganggu fungsi atau merusak sarana dan prasarana kota serta

tidak mengganggu pemeliharaannya;

h. kaki konstruksi tidak boleh berada di saluran air, sungai atau badan jalan;

(2) Penyelenggaraan reklame di trotoar harus memenuhi ketentuan:

12

Page 13: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

a. lebar trotoar paling sedikit 1,5 m (satu setengah meter);

b. di bawah trotoar tidak terdapat saluran tepi yang lebarnya sama atau lebih

besar dari lebar trotoar;

c. diameter tiang reklame paling besar 10 % (sepuluh persen) dari lebar trotoar;

d. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus terletak pada sisi trotoar

yang berbatasan/ berdekatan dengan persil;

e. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) tidak berada di atas saluran tepi

(apabila di bawah trotoar terdapat saluran tepi);

f. titik pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) dan bidang reklame tidak

mengganggu/ merusak jaringan utilitas baik yang berada di bawah (dalam

tanah) maupun di atas;

g. ketinggian/ elevasi dari pondasi/ sepatu kaki konstruksi (pile cap) harus rata

dengan permukaan trotoar;

h. bidang reklame tidak melebihi sisi trotoar bagian luar, yang berbatasan

dengan badan jalan, dan tinggi bidang reklame paling sedikit 3 (tiga) meter;

i. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame masuk

kedalam/diatas persil

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi

penyelenggaraan reklame pada sejalur tanah dan di bahu jalan.

(4) Dalam hal pada ruas jalan terdapat sejalur tanah, maka penyelenggaraan

reklame dilarang dilaksanakan di trotoar dan/ atau di bahu jalan.

(5) Dalam hal pada ruas jalan tidak terdapat sejalur tanah, maka penyelenggaraan

reklame dapat dilaksanakan pada trotoar.

(6) Penyelenggaraan reklame di median jalan atau jalur hijau atau pulau jalan,

bidang reklame dilarang melebihi median atau pulau jalan yang bersangkutan.

6. Pencemaran Air Sungai oleh Limbah Pabrik

Pencemaran yang terjadi pada Kali Surabaya merupakan akumulasi dari wilayah

hulu yang berada di daerah lebih tinggi. Misalnya, buangan dari Malang, maka saat

mengalir ke Surabaya akan bertambah tinggi tingkat pencemarannya setelah ditambah

limbah dari Wonorejo, Mojokerto dan daerah lain. Belum lagi pabrik-pabrik yang

membuang limbahnya ke kali. Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan

kualitas air Kali Surabaya, yang dinilai tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga

serta tingginya pencemaran yang berasal dari limbah domestik rumah tangga, hotel dan

restoran. Untuk diketahui, di sepanjang kali Surabaya dan anak sungainya, umumnya

ribuan pemukiman tidak memiliki fasilitas WC umum. Ini membuat masyarakat

membuang kotoran manusia langsung ke sungai. Di Kali Pelayaran yang melewati

13

Page 14: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

wilayah Sidoarjo misalnya, sedikitnya terdapat 582 WC tipe helikopter (langsung hanyut

di air). Sedangkan di Kali Surabaya jumlah WC model ini mencapai 700 buah. Direktur

Ecoton, Prigi Arisandi mengungkapkan, besarnya volume tinja menjadi faktor serius yang

mengakibatkan menurunnya kualitas air Kali Surabaya.

● Permasalahan

Beberapa pabrik di Surabaya terbukti telah membuang limbah tanpa diolah

terlebih dahulu ke badan sungai. Limbah tanpa olahan tersebut dikhawatirkan akan

berbahaya bagi kesehatan penduduk Surabaya.

Pencemaran limbah industri dari pabrik-pabrik yang ada di Surabaya

menyebabkan kali Surabaya mengalami penurunan kualitas air. Selain itu adanya

pemukiman di sepanjang kali Surabaya yang sebagian besar tidak memiliki fasiitas

WC pada umumnya membuang kotoran tinja langsung ke sungai. Hal ini tentunya

dapat mencemari keadaan kali Surabaya sendiri, dimana dengan adanya

pencemaran tersebut selama 10 tahun terakhir ini kualitas air kali Surabaya tidak

dapat lagi digunakan sebagai bahab baku air minum.

● Identifikasi Masalah

Peraturan perundangan yang berhubungan dengan permasalahan pencemaran air

sungai tercantum dalam:

1. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

2. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan hidup.

3. Keputusan menteri perindustrian No.12/M/SK/1/78 tentang pencegahan dan

penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari usaha industri.

4. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air.

Adapun penjelasan tentang regulasi tentang permasalah pencemaran air sungai tertera

pada:

1. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001

Pasal 5

14

Page 15: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas

batas negara.

(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas air lintas

Kabupaten/Kota.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di

Kabupaten/Kota.

Pasal 15

(1) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi cemar, maka Pemerintah dan

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan

masing-masing melakukan upaya penanggulangan pencemaran dan pemulihan

kualitas air dengan menetapkan mutu air sasaran.

(2) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi baik, maka Pemerintah dan

Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota sesuai dengan kewenangan

masing-masing mempertahan-kan dan atau meningkatkan kualitas air.

Pasal 43

(1) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan

pembinaan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab usaha dan atau

kegiatan dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. pemberian penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;

b. penerapan kebijakan insentif dan atau disinsentif.

(3) Pemerintah, pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan

upaya pengelolaan dan atau pembinaan pengelolaan air limbah rumah tangga.

(4) Upaya pengelolaan air limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3) dapat dilakukan oleh pemerintah Propinsi, pemerintah Kabupaten/Kota

dengan membangun sarana dan prasarana pengelolaan limbah rumah tangga

terpadu.

(5) Pembangunan sarana dan prasasara sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga sesuai dengan

peraturan perundangundangan yang berlaku.

2. Undang-undang no. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan hidup

Pasal 1

15

Page 16: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

a. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukannya

b. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan

langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan

c. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa usaha dan/atau kegiatan

yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat

dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup,

dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan

hidup manusia serta makhluk hidup lain

Pasal 6

(1) Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.

(2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban

memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan

hidup

(3) Peraturan menteri Negara lingkungan hidup nomer 111 tahun 2003 tentang

pedoman mengenai syarat dan tata cara perizinan serta pedoman kajian

pembuangan air limbah ke air atau sumber air

3. Keputusan menteri perindustrian No.12/M/SK/1/78 tentang pencegahan dan

penanggulangan pencemaran lingkungan sebagai akibat dari usaha industri

Pasal 1

Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk mencegah dan

menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan

hidup.

Pasal 4

16

Page 17: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat

terlepasnya sesuatu/bahan/zat yang berbahaya, pengusaha industri yang

menggunakan bahan/ zat yang berbahaya diwajibkan untuk menyusun rencana

keadaan darurat (emergency plan).

4. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air

Pasal 17

(1) Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair wajib mentaati baku mutu

limbah cair sebagaimana ditentukan dalam izin pembuangan limbah cair yang

ditetapkan baginya.

(2) Setiap orang atau badan yang membuang limbah cair sebagaimana ditetapkan

dalam izin pembuangannya, dilarang melakukan pengenceran.

Pasal 18

Pembuangan limbah dengan kandungan bahan redioaktif diatur oleh Pimpinan

lembaga pemerintah yang bertanggung jawab di bidang tenaga atom setelah

berkonsultasi dengan Menteri.

Pasal 19

Pembuangan limbah cair ke tanah dapat dilakukan dengan izin Menteri berdasarkan

hasil penelitian.

Pasal 20

Penanggung jawab kegiatan wajib membuat saluran pembuangan limbah cair

sedemikian rupa, sehingga memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit

limbah cair di luar areal kegiatan.

Pasal 21

(1) Pembuangan limbah cair ke dalam air dikenakan pembayaran retribusi.

(2) Tata cara dan jumlah retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat I.

Pasal 22

Dalam hal Pemerintah Daerah menyediakan tempat dan atau sarana pembuangan

dan pengolahan limbah cair, Pemerintah daerah dapat memungut retribusi.

Pasal 23

Upaya pengendalian pencemaran air yang disebabkan oleh masuknya limbah cair

atau bahan lain tidak melalui saran yang dibuat khusus untuk itu dan atau yang

bukan berupa sumber yang tertentu titik masuknya ke dalam air

7. Pembongkaran Bangunan di atas Brandgang

17

Page 18: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Setelah izin untuk mendirikan

bangunan diatas brandgang dihentikan

sejak tahun 2007, penertiban bangunan

diatas brandgang terus dilakukan oleh

Pemkot Surabaya. Terdata sejumlah

bangunan di seluruh kota Surabaya

direncanakan akan dibongkar oleh pihak

Satpol PP Surabaya, setelah sebelumnya

pemilik diberitahukan dan diminta untuk

memindahkan barang-barang sampai pada

batas waktu yang telah disepakati.

Bangunan diatas brandgang yang terdata

akan dibongkar antara lain adalah rumah

penduduk di Jalan Tumapel, Jalan

Bogowonto, Jalan Dr. Soetomo, SPBU Biliton,

Toko Mirota (awalnya sudah mengantongi izin

dari pemkot sekitar tahun 1997-1998, akan

tetapi, sejak tahun 2007, izin tidak boleh

diperpanjang), dan Restoran Nur Pasifik di

Jalan Gubeng. Berbeda dengan pemilik

Toko Mirota yang memilih membongkar

sendiri bangunan diatas brandgang-nya, pemilik Restoran Nur Pasifik terlihat belum

mengadakan pembongkaran terhadap lift restoran yang didirikan diatas brandgang ini.

● Permasalahan :

Adanya bangunan permanen diatas brandgang yang seharusnya dilarang untuk

didirikan bangunan apapun diatasnya.

● Identifikasi Masalah :

Brandgang adalah suatu jalur alternatif yang disediakan khusus untuk jalur

pemadam kebakaran. Berdasarkan UU No.28 tahun 2002 tentang bangunan

gedung, brandgang disiapkan untuk mendukung efektifitas sistem proteksi pasif

yang dipakai untuk evakuasi dan pemadaman api. Melihat pentingnya fungsi

brandgang maka tidak seharusnya didirikan suatu bangunan diatas brandgang

tersebut. Terlebih lagi, bangunan yang berada diatas brandgang tidak memiliki IMB.

Oleh karena itu, pendirian bangunan diatas brandgang jelas merupakan

pelanggaran.

Pembongkaran Rumah di Jl. Tumapel Sumber: Surabaya Post

Brandgang Saluran di Jl. BogowontoSumber: Surabaya Post

18

Page 19: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

8. Pemalsuan dan Penyerobotan Tanah

Walikota Surabaya, Bambang DH, dilaporkan ke Mabes Polri oleh seorang warga

Tenggilis Mejoyo, Surabaya, atas dugaan kasus penyerobotan tanah seluas lima

hektare. Walikota Surabaya menjadi terlapor karena posisinya sebagai pembina YKP,

yaitu yayasan yang bernaung di bawah Pemda Surabaya. "Karena diduga telah

melanggar pasal 242 KUHP tentang penyalahgunaan jabatan dan pasal 266 KUHP

tentang memberikan keterangan palsu," kata pengacara pelapor. Terlapor diduga terlibat

dalam pemalsuan dan penyerobotan lahan seluas lima hektare di Kelurahan Tenggilis

Mejoyo. Dalam keterangan tertulis, tanah itu dibeli oleh pelapor tahun 1976 sesuai

dengan bukti-bukti surat kepemilikan yang sah disaksikan oleh beberapa orang. Tanah

itu dibeli seharga Rp70 juta dari M Thohir, yang ketika itu menjabat sebagai Lurah

Tenggilis, Surabaya. Namun, secara diam-diam, Thohir menjual tanah kepada YKP.

Diduga telah terjadi pemalsuan surat saat jual beli tanah antara Thohir dan YKP. Kini, di

atas tanah itu telah berdiri ratusan rumah mewah.

Kasus ini sebenarnya telah dilaporkan ke Polda Jawa Timur tahun 2003 namun

oleh penyidik dinyatakan tidak terbukti adanya unsur pidana. Selama dua tahun

menangani kasus ini, penyidik Polda Jawa Timur tidak berhasil menemukan titik terang

kasus ini bahkan 11 surat tanah malah ditahan hingga menyulitkan gugatan perdata.

● Permasalahan :

Penyerobotan tanah pada kasus di atas dapat terjadi karena adanya kecurangan

oknum dengan penyalahgunaan jabatan dalam pemalsuan surat. Seharusnya oknum

tersebut dapat berperan sebagai aparat penegak hukum dengan jabatannya. Dari

kasus di atas dapat dilihat kelemahan hukum yang mengatur tentang

penyalahgunaan jabatan dan pemalsuan dokumen.

● Identifikasi masalah :

Dalam kasus penyerobotan tanah ini, dapat dikenai pasal 242 KUHP tentang

penyalahgunaan jabatan dan pasal 266 KUHP tentang memberikan keterangan

palsu.

9. Sengketa Pasar Turi

● Permasalahan

Sengketa kepemilikan tanah pasar turi antara PEMKOT Surabaya dengan PT.

KA semakin rumit, berawal dari PEMKOT Surabaya yang menyewa lahan kepada PT.

KA seluas 1.6 Ha, namun akhirnya tanah tersebut disertifikasi dan diklaim milik

PEMKOT Surabaya tanpa adanya perundingan dengan DPRD Kota Surabaya maupun

dengan PT. KA. Akhirnya PT. KA mengajukan gugatan kepada Mahkamah Agung yang

19

Page 20: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

ditujukan terhadap PEMKOT Surabaya dan memenangkan gugatannya. Nasib para

pedagang yang menunggu pembangunan Pasar Turi baru yang nantinya berdiri di atas

lahan yang sedang bersengketa menjadi semakin tidak jelas dan terlantar dikarenakan

ketidakjelasan kepemilikan lahan dan berujung pada berhentinya pembangunan Pasar

Turi baru. Apabila sengketa lahan pasar turi tidak segera diselesaikan maka akan

menambah masalah baru di perkotaan, karena banyak masyarakat yang bekerja

sebagai pedagang di pasar turi tidak dapat berdagang dan mencari nafkah lagi untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Tentunya para pedagang harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, disini timbul lagi permasalahan, karena tuntutan tersebut para pedagang bisa

saja berdagang ditempat-tempat yang menurut mereka strategis meskipun tidak ada

izin dan menyalahi aturan. Banyak dampak yang dapat ditimbulkan karena para

pedagang yang berjualan sembarangan, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga

mengurangi nilai estetika dari suatu kota.

Untuk itu diperlukan strategi penyelesaian konflik dalam sengketa tanah

pasar turi ini. Join problem solving merupakan salah satu strategi yang cukup efektif

dalam penyelesaian kasus sengketa tanah pasar turi ini, yang dimaksud disini adalah

dimana tiap kelompok yang berkonflik sama-sama mengatasi permasalahannya.

Prinsipnya disini adalah kedua pihak yang bersengketa mencari solusi bersama

terhadap masalah yang dihadapi, walaupun ada bantuan dari pihak ketiga. Yang harus

dilakukan disini adalah melakukan identifikasi kepentingan pihak-pihak yang

bersengketa, dimana nantinya akan diketahui kepentingan  tiap pihak yang

bersengketa, setelah mengetahui kepentingan kedua pihak yang bersengketa dilakukan

pembobotan kepentingan, pembobotan ini dilakukan untuk dapat menilai kepentingan

tiap pihak yang bersengketa.

● Identifikasi Masalah

Adapun regulasi yang terkait dengan permasalahan ini yaitu:

1. UU No. 5 th 1960 (Undang-Undang Pokok Agraria)

Pasal 23.

(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya

dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang

dimaksud dalam pasal 19.

20

Page 21: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang

kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak

tersebut.

Pasal 24.

Penggunaan tanah milik oleh bukan pemiliknya dibatasi dan diatur dengan

peraturan perundangan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1998 Tentang

Penertiban Dan Pendayagunaan Tanah Terlantar

BAB III

KRITERIA TANAH TERLANTAR

Bagian Kedua

Tanah Hak Pengelolaan

Pasal 7

(1) Tanah Hak Pengelolaan dapat dinyatakan sebagai tanah terlantar, apabila

kewenangan hak menguasai dari Negara atas tanah tersebut tidak dilaksanakan

oleh pemegang Hak Pengelolaan sesuai tujuan pemberian pelimpahan

kewenangan tersebut.

(2) Jika hanya sebagian dari bidang tanah Hak Pengelolaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi kriteria terlantar, maka hanya bagian

bidang tanah tersebut yang dapat dinyatakan terlantar.

Bagian Ketiga

Tanah Yang Belum Dimohon Haknya

Pasal 8

(1) Tanah yang sudah diperoleh penguasaannya, tetapi belum diperoleh hak atas

tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat

dinyatakan sebagai tanah terlantar, apabila tanah tersebut oleh pihak yang telah

memperoleh dasar penguasaan tidak dimohon haknya atau tidak dipelihara

dengan baik.

(2) Jika hanya sebagian dari bidang tanah yang sudah diperoleh dan dikuasai

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi kriteria terlantar, maka

hanya bagian bidang tanah tersebut yang dapat dinyatakan terlantar.

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah

21

Page 22: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pembuktian Hak Lama

Pasal 24

(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi

hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut

berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang

bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam

pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam

pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak,

pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan

berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan

selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon

pendaftaran dan pendahuluanpendahulunya, dengan syarat:

a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh

yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh

kesaksian orang yang dapat dipercaya;

b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat

hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

4. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Retribusi

Pasar Grosir dan Atau Pertokoan Serta Pusat Perbelanjaan Pasar Turi

10. Persoalan PKL di Surabaya

Dalam sejarahnya, pedagang kaki lima (PKL) adalah istilah untuk menyebut

penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Namun saat ini istilah PKL juga

digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. Berbagai produk ditawarkan

pedagang-pedagang ini baik berbentuk barang maupun jasa dengan bermodalkan

keuletan dan harga yang sangat terjangkau bagi masyarakat kebanyakan di kota ini.

Oleh karena itu, pada kenyataannya PKL sangatlah diperlukan oleh masyarakat

khususnya masyarakat yang mempunyai tingkatan ekonomi menengah ke bawah.

22

Page 23: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Persoalan PKL ini memang sudah menjadi permasalahan yang krusial hampir di

semua kota besar di Indonesia. Berdasarkan data resmi Dinas Koperasi dan Sektor

Informal Pemkot Surabaya pada tahun 2006 menyebutkan terdapat 18.823 PKL yang

berada di kota Surabaya. Mereka tersebar 600 titik yang ada di 31 kecamatan. Dari

18.823 PKL itu, 40% adalah warga Surabaya, sementara 60% sisanya berasal dari luar

kota. Namun menurut Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), jumlah PKL di

Surabaya mencapai 56.000.

● Permasalahan

Di kota-kota besar, keberadaan PKL merupakan suatu fenomena kegiatan

perekonomian rakyat kecil. Akhir-akhir ini fenomena penggusuran terhadap para PKL

marak terjadi. Para PKL digusur oleh aparat pemerintah seolah-olah mereka tidak

memiliki hak asasi manusia dalam bidang ekonomi sosial dan budaya (EKOSOB).

Permasalahan PKL ini merupakan fenomena kegiatan perkonomian rakyat kecil, yang

mana mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.

Pada dasarnya, kuatnya magnet bisnis kota Surabaya ini mampu

memindahkan penduduk dari desa berurbanisasi ke kota dalam rangka beralih profesi

dari petani menjadi pedagang kecil-kecilan. Namun seiring perkembangan waktu,

seringkali kita jumpai permasalahan terkait PKL yaitu ketika mereka berjualan di trotoar

jalan, di taman-taman kota, di jembatan penyebrangan, bahkan di badan jalan. Ini

sangatlah dilematis mengingat bahwa mereka di satu sisi sangat dibutuhkan oleh

masyarakat namun disisi lain sering ditengarai menjadi penyebab kemacetan lalu lintas

ataupun merusak keindahan kota. Disamping itu, PKL sesungguhnya juga merupakan

aset dan potensi ekonomi jika benar-benar bisa dikelola dengan baik. Namun, masalah

yang juga muncul berkenaan dengan PKL ini adalah banyak disebabkan oleh

kurangnya ruang untuk mewadahi kegiatan PKL di perkotaan. Untuk itulah Pemkot

Surabaya harus segera menertibkan PKL yang telah melakukan pelanggaran-

pelanggaran hukum, seperti telah berjualan di tempat yang tidak diperuntukan untuk

berjualan (trotoar jalan, taman kota, jembatan penyebrangan dan badan jalan),

sehingga PKL tidak hanya memberikan keuntungan bagi konsumennya saja, melainkan

dapat memberikan keuntungan pula bagi kota.

● Identifikasi masalah

Peraturan yang berhubungan dengan permasalahan penertiban PKL adalah ;

1. Perlindungan hukum bagi PKL :

● Undang – Undang Dasar 1945

23

Page 24: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

a. Pasal 27 ayat (2):

Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

● Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia

a. Pasal 11

Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan

berkembang secara layak.

b. Pasal 38

(1) Setiap warga Negara, sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan,

berhak atas pekerjaan yang layak

(2) Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang di sukainya

● Undang – Undang No.09 Tahun 1995 tentang usaha kecil

Pasal 13 UU nomor 09/1995 tentang usaha kecil : “ Pemerintah menumbuhkan

iklim usaha dalam aspek perlindunga, dengan menetapkan peraturan perundang-

undangan dan kebijaksanaan untuk :

a. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar,

ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi

pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima , serta

lokasi lainnya.

b. Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

2. Hak-hak PKL saat mengalami pembongkaran :

● Undang – Undang Dasar 1945

a. Pasal 28 G ayat (1)

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi; keluarga; kehormatan;

martabat; dan harta benda yang dibawah kekuasaannya , serta berhak atas rasa

aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu yang merupakan hak asasi

b. Pasal 28 H ayat (4)

Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh

diambil alih secara sewenang-wenang.”

c. Pasal 28 I ayat (4)

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah

tanggung jawab Negara terutama pemerintah.

● Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 mengenai Hak Asasi Manusia

a. Pasal 36 ayat (2)

Tidak seorang pun boleh dirampas hak miliknya dengan sewenang-wenang

b. Pasal 37 ayat (1)

24

Page 25: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pencabutan hak milik atas sesuatu benda demi kepentingan umum; hanya dapat

diperbolehkan dengan mengganti kerugian yang wajar dan segera diperbolehkan

dengan mengganti kerugian yang wajar dan serta pelaksanaannya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang ada.

c. Pasal 37 ayat (2)

Apabila ada sesuatu benda berdasarkan ketentuan hukum demi kepentingan umum

harus dimusnahkan atau tidak diberdayakan baik itu untuk selama-lamanya maupun

untuk sementara waktu, maka hal itu dilakuakan dengan mengganti kerugian.

d. Pasal 40

Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak

3. Undang – Undang No. 13 Tahun 1980 tentang jalan

● Pasal 2

a. Jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik,

sosial budaya. dan pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

b. Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan semua Satuan Wilayah

Pengembangan, dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang

semakin merata.

c. Jalan merupakan suatu kesatuan sitem jaringan jalan yang mengikat dan

menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam

pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.

● Pasal 70

a. Dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terganggunya peranan jalan

di dalam Daerah Milik Jalan dan Daerah Pengawasan Jalan.

b. Dilarang menyelenggarakan wewenang pembinaan jalan yang tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Dilarang menyelenggarakan suatu ruas jalan sebagai Jalan Tol tanpa Keputusan

Presiden.

d. Dilarang memasuki Jalan Tol, kecuali Pemakai Jalan Tol dan Petugas Jalan Tol.

4. RPJMD Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Dalam RPJMD 2006-2010, Pemkot Surabaya menegaskan komitmen penataan dan

pengelolaan sektor informal. Selain itu, secara khusus didirikan Dinas Koperasi dan

Sektor Informal. Lembaga tersebut berupaya menyediakan kawasan “legal” bagi PKL

untuk berjualan dan menyediakan dana bergulir.

5. Peraturan Daerah Kota Surabaya No.17 Tahun 2003 tentang penataan dan

pemberdayaan PKL di Surabaya

25

Page 26: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pada peraturan ini, Kota Surabaya benar – benar mengatur penataan dan

pemberdayaan PKL secara rinci, untuk lebih rinci dapat melihat keseluruhan isi

peratutan perda ini.

6. Peraturan Walikota Surabaya No. 34 Tahun 2005 tentang penetapan lokasi, waktu

kegiatan, jumlah PKL dan jenis barang yang diperdagangkan pada usaha PKL di Kota

Surabaya

Pasal 1

Penetapan lokasi, waktu kegiatan, jumlah PKL dan jenis barang yang diperdagangkan

pada usaha Pedagang Kaki Lima, sebagai berikut :

● Lokasi Gelora 10 Nopember

a. Jumlah PKL : 76

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 16.00 – 24.00 WIB

● Lokasi Jalan Banyu Urip

a. Jumlah PKL : 53

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 17.00 – 24.00 WIB

● Lokasi Jalan Indrapura

a. Jumlah PKL : 43

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 08.00 – 17.00 WIB

● Lokasi Jalan Dharma Husada

a. Jumlah PKL : 144

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 18.00 – 24.00 WIB

● Lokasi Kompleks Pertokoan RMI

a. Jumlah PKL : 76

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 16.00 – 24.00 WIB

● Lokasi Gelora 10 Nopember

a. Jumlah PKL : 30

b. Jenis Dagangan : Makanan

c. Waktu Kegiatan : Pukul 18.00 – 24.00 WIB

Pasal 2

Denah lokasi Pedagang Kaki Lima dimaksud dalam Pasal 1, sebagaimana dinyatakan

dalam Lampiran I sampai dengan V Peraturan Walikota ini.

26

Page 27: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

Pasal 3

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, semua ketentuan yang pernah

ditetapkan sebelumnya sepanjang bertentangan dengan Peraturan Walikota ini, dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surabaya.

11. Monumen-monumen yang terabaikan di Surabaya

Monumen atau “Denkmal“, secara harifiah memiliki fungsi yang utama, yakni

menjadi sebuah simbol dalam ruang publik yang mengajak orang untuk berpikir

(denken), dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada jejak sejarah. Dengan berdirinya

suatu Monumen, diharapkan mampu mendorong para pengunjungnya untuk

merefleksikan peristiwa sejarah, menjadi motivasi di kehidupan sehari-hari. (Goethe

Institute). Gencarnya kegiatan pembangunan di kota-kota besar, jika tidak dikendalikan

bisa mengancam kepunahan benda dan bangunan kuno yang memiliki sejarah penting

bagi bangsa ini. Sudah banyak contoh sejumlah bangunan kuno yang tergolong cagar

budaya telah berubah menjadi pusat pertokoan. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan terus-

menerus sehingga perlu langkah kongkret untuk menyelamatkan cagar budaya. 

Surabaya dengan statusnya sebagai Kota Pahlawan, memang sudah lengkap dengan

masih tersisanya Cagar Budaya dan berdirinya Monumen Perjuangan di beberapa

lokasi. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya mencatat,

setidaknya ada 26 Monumen berdiri kokoh di kota ini. Namun sayang memang, jumlah

yang cukup besar itu, tidak memiliki arti apapun bagi kemajuan Surabaya.

● Permasalahan

Dengan melihat keadaan seperti ini, monumen-monumen yang terabaikan

seharusnya dapat terpelihara dengan baik. Bagaimanapun monumen – monumen

yang berada di Kota Surabaya ini merupakan cagar budaya yang harus

dipertahankan, bukan malah menjadi cagar budaya yang terabaikan.

27

Page 28: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

● Identifikasi Permasalahan

Peraturan yang berhubungan dengan monument – monument yang terabaikan

adalah :

1. Undang – undang No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya

Pasal 1 ayat (1)

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan benda cagar budaya adalah:

● Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa

kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang

berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa

gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima

puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.

● Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.

Pasal 2Perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan melestarikan dan

memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

Pasal 4● Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara.

● Penguasaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi benda cagar budaya yang terdapat di wilayah hukum Republik

Indonesia.

Pasal 18

● Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab

Pemerintah

● Masyarakat, kelompok, atau perorangan berperanserta dalam

pengelolaan benda cagar budaya dan situs

● Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan benda cagar budaya dan situs

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2. Undang – Undang No. 5 Tahun 2005 tentang pelestarian dan atau lingkungan

cagar budaya

28

Page 29: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan dari sebuah kota akan berdampak pada pertumbuhan kota

yang semakin maju. Kemajuan dari kota ini akan berpengaruh pada tata ruang kota

tersebut. Apabila pembangunan kota tidak dikendalikan, maka hal ini akan

29

Page 30: Permasalahan Regulasi di Kota Surabaya

Permasalahan Regulasi dalam Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota di Surabaya

Tugas Hukum dan Administrasi Pembangunan

menimbulkan dampak pada tata ruang kota yang semakin tidak terarah.

Pembangunan kota yang terarah diharapkan dapat menjaga keindahan dan

kelestarian lingkungan, salah satunya dengan cara tidak menyalahgunakan

kegunaan lahan RTH menjadi fasilitas umum, tidak mendirikan bangunan liar di

sepanjang bantaran sungai, sempadan sungai, bahkan di sepanjang rel kereta api.

Oleh karena itu agar pembangunan kota tersebut dapat dikendalikan

diperlukan suatu aturan yang mengatur tentang pembangunan kota agar tata ruang

kota dapat terarah, yakni melalui hukum. Hukum yang mengatur tentang

pembangunan kota diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan untuk

keberlangsungan makhluk hidup yang ada di dalamnya.

Penegakan hukum tentang peraturan pembangunan kota masih belum

sepenuhnya terlaksana, baik dari segi pelaksanaan peraturan dan pengawasan,

bahkan pemberian sanksi yang jelas. Dalam penegakan hukum ini perlu adanya

pengawasan yang ketat mengenai pembangunan kota yang sesuai dengan

peraturan tertulis yang tertuang jelas di dalam peraturan daerah maupun undang-

undang. Selain itu, pentingnya kesadaran masyarakat dan penegak hukum untuk

menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat mereka tinggal juga dibutuhkan.

3.2 Rekomendasi

Diharapkan aturan dan undang-undang yang sudah ada ini dapat lebih

ditegakkan lagi dalam hal pengawasannya. Selain itu, dibutuhkan sanksi hukum

yang jelas bagi pelaku pelanggaran agar pelanggaran mengenai hukum

pembangunan kota dapat diminimalisir.

30