permasalahan politik dan hukum di indonesia

34
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Memperhatikan perkembangan sistem hukum Indonesia, kita akan melihat adanya ciri-ciri yang spesifik dan menarik untuk dikaji. Sebelum pengaruh hukum dari penjajahan Belanda di Indonesia berlaku hukum adat dan hukum Islam yang berbeda-beda dari berbagai masyarakat adat di Indonesia dari setiap kerajaan dan etnik yang berbeda. Setelah masuk penjajah Belanda membawa hukumnya sendiri yang sebagian besarnya merupakan konkordansi dengan hukum yang berlaku di Belanda yaitu hukum tertulis dan perundang-undangan yang bercorak positivis. Walaupun demikian Belanda menganut politik hukum adat (adatrechtpolitiek), yaitu membiarkan hukum adat itu berlaku bagi golongan masyarakat Indonesia asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan Eropa yang bertempat tinggal di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian pada masa Hindia Belanda berlaku pluralisme hukum. Perkembangan hukum di Indonesia menunjukkan kuatnya pengaruh hukum kolonial dan meninggalkan hukum adat. (baca Daniel S. Lev, 1990 : 438-473).Karena itu, dalam melihat persoalan hukum di Indonesia harus dipandang dari kenyataan sejarah dan perkembangan hukum Indonesia itu. Pada saat sekarang ini terdapat perbedaan cara pandang terhadap hukum diantara kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai ketidakpuasan atas 1

Upload: khoridatunnafisah

Post on 02-May-2017

240 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Memperhatikan perkembangan sistem hukum Indonesia, kita akan melihat

adanya ciri-ciri yang spesifik dan menarik untuk dikaji. Sebelum pengaruh hukum

dari penjajahan Belanda di Indonesia berlaku hukum adat dan hukum Islam yang

berbeda-beda dari berbagai masyarakat adat di Indonesia dari setiap kerajaan dan

etnik yang berbeda. Setelah masuk penjajah Belanda membawa hukumnya sendiri

yang sebagian besarnya merupakan konkordansi dengan hukum yang berlaku di

Belanda yaitu hukum tertulis dan perundang-undangan yang bercorak positivis.

Walaupun demikian Belanda menganut politik hukum adat (adatrechtpolitiek),

yaitu membiarkan hukum adat itu berlaku bagi golongan masyarakat Indonesia

asli dan hukum Eropa berlaku bagi kalangan golongan Eropa yang bertempat

tinggal di Indonesia (Hindia Belanda). Dengan demikian pada masa Hindia

Belanda berlaku pluralisme hukum. Perkembangan hukum di Indonesia

menunjukkan kuatnya pengaruh hukum kolonial dan meninggalkan hukum adat.

(baca Daniel S. Lev, 1990 : 438-473).Karena itu, dalam melihat persoalan hukum

di Indonesia harus dipandang dari kenyataan sejarah dan perkembangan hukum

Indonesia itu. Pada saat sekarang ini terdapat perbedaan cara pandang terhadap

hukum diantara kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai ketidakpuasan atas

penegakkan hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum bersumber dari

cara pandang yang tidak sama tentang apa yang dimaksud hukum dan apa yang

menjadi sumber hukum. Tulisan ini akan mengkaji permasalahan ini dari sudut

pandang teori positivis yang berkembang dalam ilmu hukum dengan harapan akan

mendapatkan gambaran tentang akar persoalan pembangunan sistem hukum

Indonesia pada masa mendatang. Kondisi politik di Indonesia saat iini sangat

buruk. Hal ini disebabkan oleh penurunan politik Indonesia tidak sehat. Banyak

politisi di negeri ini yang terlibat dalam kasus korupsi. Sebenarnya, apa yang

dibutuhkan bukanlah popularitas tetapi kinerja yang optimal yang dapat

membangun Indonesia yang sangat baik politik.Politik adalah proses

pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat, antara lain,

1

Page 2: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

membentuk proses pengambilan keputusan, terutama di negara bagian.

Kebanyakan orang mengetahui politik Indonesia yang kotor karena ada banyak

hal yang membuat politik kotor. Hal ini membuat negara kita semakin terpuruk.

B.TUJUAN

Tujuan dari penulisan paper ini yaitu:

1. Mengetahui masalah-masalah hokum dan politik yang dihadapi bangsa Indonesia.

2. Mengetahui penyebab masalah-masalah hukum dan sosial yang ada di Indonesia.

3. Mengetahui dampak masalah-masalah hukum dan sosial yang ada di Indonesia.

4. Mengetahui solusi masalah-masalah hukum dan sosial yang ada di Indonesia

2

Page 3: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A.PERMASALAHAN POLITIK

Beberapa agenda masalah hokum yanga ada di Indonesia:

1. KKN

Kalau basis untuk menentukan kesalahan ini adalah kerugian negara atau

masyarakat dari tindakan yang dilakukan pejabat dan yang terkait, maka yang

paling penting dari ketiga unsur dalam KKN adalah perbuatan korupsi. Ketiganya

memang dapat bergandengan, sering yang satu menyebabkan yang lain atau

memperburuk yang lain. Akan tetapi kalau yang menjadi dasar kesalahan adalah

terjadinya kerugian negara, maka pusat perhatian harus pada tindakan atau

perbuatan korupsi tersebut, untuk menentukan siapa yang malakukannya dan apa

sanksi yang harus dibebankan terhadap kesalahan tersebut. Kalau masalah korupsi

ini dipisahkan dulu dari yang lain, maka kita mungkin terhindar dari sloganisasi.

Tuntutan akan lebih jelas dan penyidikan masalahnya akan lebih fokus, karena itu

Pemerintah lebih sukar untuk mengobral janji saja. Dalam Undang-undang

tentang tindak pidana ekonomi, tindakan korupsi telah didefinisikan secara cukup

eksplisit. Pada dasarnya unsur-unsurnya adalah adanya perbuatan yang melawan

hukum, untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok, yang merugikan negara.

Ini mungkin bisa dibuat lebih eksplisit, tetapi minimal telah ada basisnya.

Kalau kita memusatkan perhatian pada pemberantasan korupsi, maka

masalahnya akan lebih jelas dan operasionalisasinya dapat menjadi lebih nyata.

Apakah hal ini bergandengan dengan kolusi dan nepotisme, bisa diteliti lebih

lanjut. Bahkan kalau korupsi ini terjadi dalam rangka suatu kolusi dan nepotisme,

maka pembuktiaan siapa yang teribat dalam korupsi akan menyangkut jaringan

kolusi dan nepotismenya dan penyidikannya dapat langsung menjaring mereka ini

semua. Tetapi yang menjadi fokus jelas, tindakan korupsi, tindakan melanggar

hukum yang merugikan negara menurut suatu definisi yang pasti.

3

Page 4: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

Pada dasarnya adanya hubungan keluarga antara pejabat satu dengan yang lain

atau antara pejabat dan pengusaha, tidak secara otomatis menunjukkan adanya

kolusi atau nepotisme yang ingin kita hilangkan itu. Nepotisme dan kolusi ini

tidak hanya harus terbukti ada, akan tetapi untuk dikategorikan dalam tindakan

yang tidak dikehendaki hal tersebut harus juga diukur dengan kriteria adanya

pelanggaran ketentuan hukum, misalnya perbuatan tersebut telah merugikan

negara atau masyarakat, sebagaimana dalam kasus korupsi.

Dalam kebanyakan masyarakat pemberian suatu surat referensi sebagai suatu

'jaminan' mengenai kualifikasi seseorang untuk menempati suatu posisi adalah

diterima secara umum. Yang diharapkan tidak terjadi adalah penyalah gunaan

surat referensi tersebut. Jangan sampai surat ini aspal, jangan sampai referensi ini

tidak sesuai dengan kenyataannya. Ini yang tidak boleh disalah gunakan. Istilah

'katabelece' adalah untuk penyalah gunaan kebiasaan adanya referensi ini. Yang

jelas agar ada kepastian ketentuannya harus jelas, mana yang boleh mana yang

tidak, untuk menentukan apakah terjadi suatu pelanggaran terhadap ketentuan

oleh seseorang dan apakah sanksi terhadap pelanggaran tersebut. Dalam hal

adanya tidakan korupsi ketentuannya telah jelas. Bagaimana dengan kolusi dan

nepotisme?

Sekuat keinginan kita menghilangkan kolusi dan nepotisme, kita perlu secara

realistis melihat, apakah ketentuan-ketentuan mengenai hal ini telah jelas? Saya

takut belum. Dan ini salah satu sebab mengapa penghapusan masalah ini nampak

begitu susahnya di masyarakat kita.

Mengingat kenyataan tersebut, yang harus dilakukan adalah menyusun ketentuan

untuk melarang adanya kolusi dan nepotisme. Akan tetapi ini hanya menyangkut

ketentuan untuk masa depan yang harus diperhatikan. Sedangkan kita juga melihat

bahwa praktek kolusi dan nepotisme dalam era Orde Baru ini memang sangat

mencolok. Karena itu emosi masyarakat meluap untuk menghabiskan praktek-

praktek ini dan menindak para pelakunya. Ini adalah perasaan semua orang,

kecuali mereka yang mempraktekkan.

4

Page 5: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

Penyebab adanya masalah tersebut :

a. Rendahnya iman dan moral yang dimiliki seorang pemegang kekuasaan

publik sehingga mudah terpengaruh dan tergoda untuk melakukan praktik

korupsi.

b. Kurang tegasnya peraturan perundang-undangan menekan atau

memberantas  korupsi, kolusi, dan nepotisme serta sanksi yang kurang tegas

bagi pelaku KKN sehingga tidak menimbulkan efek jera dan tidak mencegah

munculnya koruptor-koruptor baru.

c. Adanya kekuasaan monopoli kekuasaan yang dipegang oleh seseorang dan

orang tersebut memiliki kemerdekaan bertindak atau wewenang yang

berlebihan, tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas,karena semakin besar

kekuasaan serta kewenangan yang luas dan semakin rendah kewajiban

pertanggungjawaban dari suatu institusi/person, otomatis potensi korupsi

yang dimiliki akan semakin tinggi.

d. Lemahnya pengawasan dan kontrol terhadap kinerja aparat negara sehingga

memberikan peluang korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

e. Gaji yang relatif rendah.

Faktor inilah yang sering menjadi alasan utama seseorang melakukan korupsi,

karena ia menganggap bahwa gaji yang ia dapat belum cukup untuk

mendapatkan kehidupan yang berkecukupan. Selain itu, tingkat pendapatan

juga dianggap tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan hidup yang semakin

meningkat dan semakin kompleks.

f. Rendahnya pengetahuan dan parisipasi masyarakat dalam hal kontrol kinerja

aparat pemerintahan serta kebijakan-kebijakan yang diambil, sehingga rentan

penyelewengan kekuasaan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung

jawab.

g. Budaya korupsi yang sudah berkembang dimasyarakat.

5

Page 6: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

h. Warisan budaya korupsi yang sudah ada sejak zaman kolonial yang terus

berlanjut hingga masa pasca Indonesia merdeka, bahkan hingga era reformasi

menjadikan korupsi semakin sulit untuk diberantas secara menyeluruh.

i. Tidak adanya rasa nasionalisme dalam diri pejabat publik, dan lain-lain.

Dampak dari permasalahn tersebut :

1.      Berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah

Meningkatnya praktik korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintahan

semakin membuat publik (rakyat) tidak memberikan kepercayaan secara

penuh kepada pemerintah. Bahkan kepercayaan dari negara lain pun juga bisa

berkurang terhadap pemerintah yang sedang berkuasa di negara tersebut

sebagai akibat dari maraknya kasus korupsi di kalangan pemegang kekuasaan

publiknya. Hal ini tentu akan membawa dampak yang cukup besar terhadap

pembangunan di segala bidang.

2.      Berkurangnya kewibawaan pemerintah.

Banyaknya aparat di pemerintahan yang melakukan korupsi membuat citra

dan kewibawaan pemerintah menjadi berkurang dan bahkan bisa

menyebabkan rakyat bersikap apatis terhadap peraturan-peraturan serta

himbauan-himbauan yang diberikan pemerintah. Hal ini tentu dapat

mengganggu stabilitas keamanan dan ketahanan nasional.

3.      Kerugian negara dalam bidang ekonomi

Berbagai pendapatan negara yang sebagian besar berasal dari uang rakyat dan

seharusnya juga digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Namun, pada

kenyataannya uang rakyat banyak yang digelapkan atau dikorupsi oleh

pemegang kekuasaan publik.

4. Menghambat laju pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Ketika sebuah negara memiliki catatan buruk pada kasus korupsi, maka hal

tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan investor asing untuk

menanamkan modalnya di Indonesia. Dan akan berdampak buruk bagi

kondisi perekonomian nasional.Selain itu, birokrasi yang sulit dan lebih

mengedepankan uang daripada profesionalisme dan tanggung jawab sebagai

6

Page 7: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

birokrat juga menjadikan modal asing berpaling dari Indonesia dan

mengalihkan investasi ke negara yang lebih baik birokrasinya, 

Solusi dari permasalahan tersebut:

Mungkin kalau kita tidak terlalu ambisius menghilangkan seluruh KKN

sekaligus tetapi secara sistimatis dalam suatu program, memusatkan pada masalah

korupsi dulu, maka program pemberantasan KKN akan lebih jalan. Ketentuan

mengenai pidana ekonomi, mengenai korupsi telah cukup jelas dan dapat

dilaksanakan untuk menyidik dan memberi sanksi ke pada mereka yang

melanggarnya. Dalam proses ini sebagian dari masalah kolusi dan nepotisme juga

akan terungkap dan bisa dilaksanakan penindakan terhadap pelanggarnya. Akan

tetapi berkaitan dengan masalah kolusi dan nepotisme yang tidak berkaitan

dengan korupsi, yang dilanggar mungkin ketentuan kepegawaian atau masalah

etik. Yang jelas adalah untuk ke depan, bagaimana memasukkan rambu-rambu

menghalangi tumbuhnya kolusi dan nepotisme ini dalam peraturan kepegawaian

dan ketentuan mengenai tender, kontrak, serta ketentuan mengenai 'governance'

pada umumnya. Mengenai langkah ke depan menghilangkan masalah KKN saya

menekankan pada sikap untuk menjauhi kebiasaan hidup lebih besar pasak dari

tiang pada tulisan lain.

Merestrukturisasi organisasi di berbagai sektor pemerintahan sehingga bisa

memudahkan dalam pengawasan/kontrol terhadap kinerja aparat

pemerintahan.

Meningkatkan kesejahteraan pegawai sehingga bisa mengurangi dorongan

untuk melakukan korupsi.

Penegakan hukum secara tegas dengan menerapkan peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu,

pemberian sanksi pidana maupun sanksi sosial yang bisa memberikan efek

jera sekaligus bisa memberikan peringatan bagi aparatur negara lainnya

agar tidak melakukan korupsi.

Meningkatkan kesadaran seluruh elemen bangsa untuk turut berpartisipasi

dalam melakukan kontrol sosial serta pengawasan kinerja pemegang

7

Page 8: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

kekuasaan publik serta memaksimalkan fungsi media massa sebagai agen

untuk mengontrol kinerja pemerintahan.

Menciptakan pemerintahan yang bersih, jujur, dan terbuka.

Hal ini bisa dimulai dengan perekrutan pegawai baru berdasarkan keahlian

dan menghapus jalur-jalur ilegal (suap dan nepotisme) sehingga kedepan

organisasi kepemerintahan bisa lebih baik.

Pencatatan kekayaan aparatur negara secara berkala sehingga bisa diketahui

apabila ada aparatur negara yang mempunyai kekayaan yang tidak wajar.

Menanamkan rasa nasionalisme sejak dini, serta memberikan pendidikan

tentang dampak yang ditimbulkan akibat korupsi, kolusi, dan nepotisme,

serta membangun karakter generasi penerus bangsa yang berkarakter

Pancasila.

2.Money politik

Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji

menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk

memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat

pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang.

Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya

dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari

H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian

berbentuk uang, sembako antar lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat

dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan

suaranya untuk partai yang bersangkutan.

Sebab adanya masalah tersebut:

a) Tidak adanya kesadaran masyarakat untuk memilih pemimpin yang

benar-benar pilihan mereka.

b) Kurangnya rasa nasionalisme di masyarakat.

c) Kurangnya rasa percaya diri dan iman pada calon pemimpin.

Solusi dari permasalahan tersebut:

1.Pemerintah menyerukan untuk tidak menerima serangan fajar atau imbalan

sejenisnya pada masyarakat.8

Page 9: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

2.Adanya tim khusus yang mengawasi pada setiap daerah untuk mengawasi

apabila ada calon legislatif dan sejenisnya yang mengadakan serangan fajar dan

money politik.

3.Pemberian sanksi tegas dari pemerintah apabila ada calon legislatif dan

sejenis mengadakan money politik dan serangan fajar.

Dampak dari permasahan tersebut:

1. Semakin meningkatnya korupsi karena ketika sudah menjalankan

kekuasaannya, ia berpotensi melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum,

hal ini dilakukan karena ia telah mengeluarkan banyak uang sebagai modal

mendapatkan kekuasaan, sehingga ketika dia sudah menjabat, ia berkeinginan

untuk mendapatkan kembali modal yang telah ia keluarkan dan salah satu

cara yang ditempuh adalah dengan melakukan korupsi. padahal korupsi

merupakan tindakan melanggar hukum karena menyelewengkan kekuasaan

publik untuk kepentingan tertentu.

2.Tidak kompetenya pemimpin yang terpilih karena masyarakat memilih

bukan karena kemampuannya melainkan dilihat dari segi uang.

3. Intervensi politik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa polotik memiliki peran yang penting dalam

mengintervensi keputusan hukum di Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya

sebuah lembaga hukum negara berdiri secara idependen tanpa bisa dipengaruhi

oleh kepentingan - kepentingan tertentu.tetapi kenyaatanya ketika suaat masalah

tersebut berhubungan dengan negara lain intervensi hukum dan campur tangan

asing bagaikan pisau bermata dua. Disatu pihak tekanan asing dapat membawa

berkah bagi pencari keadilan dengan dipercepatnya penyidikan dan penegakan

hukum oleh aparat. Lembaga asing non pemerintah biasanya aktif melakukan

tekanan-tekanan semaam ini, misalnya dalam pengusutan kasus pembunuhan di

Aceh, tragedi Ambon, Sambas, dan sebagainya.Namun di lain pihak tekanan asing

kadang juga memberi mimpi buruk pula bagi masyarakat. Beberapa perusahaan

asing yang terkena kasus pencemaran lingkungan, gugatan tanah oleh masyarakat

adat setempat, serta sengketa perburuhan, kadang menggunakan negara induknya

untuk melakukan pendekatan dan tekanan terhadap pemerintah Indonesia agar

tercapai kesepakatan yang menguntungkan kepentingan mereka, tanpa

9

Page 10: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

membiarkan hukum untuk menyelesaikannnya secara mandiri. Tekanan tersebut

dapat berupa ancaman embargo, penggagalan penanaman modal, penghentian

dukungan politik, dan sebagainya. Kesemuanya untuk meningkatkan posisi tawar

mereka dalam proses hukum yang sedang atau akan dijalaninya.

Contoh kasusnya :

Kasus Atambua, Nusa Tenggara Timur, yang terjadi pada tanggal 6 September

2000, yang menewaskan tiga orang staf UNHCR mendapatkan perhatian

internasional dengan cepat. Dimulai dengan keluarnya Resolusi No. 1319 dari

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), surat dari Direktur

Bank Dunia kepada Presiden Abdurrahman Wahid untuk segera menyelesaikan

permasalahan tersebut, permintaan DK PBB untuk mengirim misi penyelidik

kasus Atambua ke Indonesia, desakan CGI (Consultatif Group on Indonesia),

sampai dengan ancaman embargo oleh Amerika Serikat. Tekanan internasional ini

mengakibatkan cepatnya pemerintah bertindak, dengan segera melucuti

persenjataan milisi Timor Timur dan mengadili beberapa bekas anggota milisi

Timor Leste yang dianggap bertanggung jawab.Apabila dibandingkan dengan

kasus-kasus kekerasan yang terjadi di bagian lain di Indonesia, misalnya : Ambon,

Aceh, Sambas, Sampit, kasus Atambua termasuk kasus yang mengalami

penyelesaian secara cepat dan tanggap dari aparat.

Dalam enam bulan sejak kasus ini terjadi, kekerasan berhasil diatasi, milisi

berhasil dilucuti, dan situasi kembali aman dan normal. Meskipun ada perhatian

internasional dalam kasus-kasus kekerasan lain di Indonesia, namun tekanan yang

terjadi tidak sebesar pada kasus Atambua. Dalam pandangan masyarakat, derajat

tekanan internasional menentukan kecepatan aparat melakukan penegakan hukum

dalam mengatasi kasus kekerasan.

Penyebab timbulnya masalah tersebut:

1. Teralu ambisiusnya aparat hukum indonesia yang ingin mendapatkan

image baik di hadapan internasional.

2. pemerintah kurang konsisten dalam menerapkan kebijakan diakibatkan

sifat kerakusan dan ketakutan akan tekanan asing.

Solusi dari permasalahan tersebut :

a) Pembenahan sistem pendidikan hukum di Indonesia.

10

Page 11: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

b) Penguatan kode etik profesi dan organisasi profesi bagi kelompok advokat,

pengaturan dan penguatan kode perilaku bagi hakim, jaksa, dan polisi.

c) Sanksi yang tegas terhadap setiap terjadinya tindakan tercela.

d) Adanya transparansi informasi hukum melalui putusan-putusan pengadilan

yang dapat diakses oleh masyarakat.

e) Adanya kesejahteraan dan kondisi kerja yang baik bagi aparat penegak

hukum.

B.PERMASALAHAN HUKUM

Beberapa masalah hukum yang terjadi di indonesia yaitu :

1. Jual beli putusan perkara.

Masalah ini sering sekali terjadi di dunia hukum Indonesia. Hakim, Jaksa,

Pengacara adalah pihak - pihak yang paling sering terlibat dalam masalah

ini.Berdasarkan hasil penelitian Indonesia Corruption Watch (2001), ada sejumlah

modus jual-beli perkara di pengadilan, yaitu menentukan (rekayasa) majelis

hakim, tawar-menawar putusan, memperlambat pemeriksaan perkara atau

mengulur waktu penetapan perkara, menunda eksekusi, dan memakai pengacara

tertentu. Dalam kasus yang sedang dibahas, mulai terlihat modus lain, yaitu

menawarkan putusan palsu.Selain modusnya beragam, praktek jual-beli perkara

melibatkan kalangan yang lebih luas. Setidaknya, dalam kasus yang baru

digeledah KPK, secara jelas tampak keterlibatan pengacara dan pegawai MA yang

tidak terkait langsung dengan proses perkara. Dalam kasus kasasi Probosutedjo,

kalangan pegawai yang terlibat amat beragam, dari anggota staf Direktorat

Perdata MA, bagian kepegawaian MA, staf bagian kendaraan MA, dan staf Korpri

MA. Bisa jadi, kalau ditelusuri lebih jauh, sangat mungkin ada keterlibatan

kalangan lain di luar pengacara dan pegawai.

Peristiwa hampir serupa terjadi di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta

beberapa waktu lalu. Saat itu (16/6), KPK menangkap pengacara Abdullah Puteh,

Tengku Syaifuddin Popon, sedang melakukan transaksi dengan Wakil Ketua

Panitera Pengadilan Tinggi Jakarta Syamsu Rizal Ramadhan. Transaksi yang

11

Page 12: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

dilakukan Popon terkait dengan upaya memuluskan proses banding kasus korupsi

yang dilakukan Abdullah Puteh. Dalam kasus ini, selain keterlibatan pengacara,

peran panitera begitu dominan. Sayangnya, sampai saat ini tidak terungkap ada

keterlibatan pihak lain.

Dalam konteks penelusuran praktek jual-beli perkara di pengadilan, kasus

kasasi Probosutedjo punya dimensi yang jauh lebih luas dan menarik. Soalnya,

beberapa orang yang sudah memberikan keterangan di KPK mulai menyebut

keterlibatan hakim. Setidaknya, dari keterangan Probosutedjo, Rp 5 miliar dari

uang yang diminta Harini akan diberikan kepada Ketua MA Bagir

Manan.Berdasarkan keterangan di atas, publik mulai menoleh ke arah majelis

hakim yang menangani kasus Probosutedjo. Yang paling menjadi sorotan adalah

Bagir Manan. Sorotan itu tidak hanya terkait dengan posisi Bagir Manan sebagai

Ketua MA, tapi juga dalam posisi Bagir Manan sebagai ketua majelis hakim

kasasi Probosutedjo. Apalagi Bagir Manan sendiri mengaku pernah bertemu

dengan Harini ketika yang bersangkutan pamitan (pensiun) sebagai salah seorang

hakim tinggi.

Bagi saya, ketika beberapa orang yang dimintai keterangan oleh KPK mulai

menyebut hakim, kasus suap yang terjadi di MA sedang memasuki babak baru.

Soalnya, pengungkapan kasus ini akan menjadi titik penting untuk mengetahui

keterlibatan hakim dalam proses jual-beli perkara di pengadilan. Bagaimanapun,

banyak kalangan meyakini, sangat mungkin sebagian hakim menjadi aktor dalam

jual-beli perkara di pengadilan. Keterlibatan hakim bisa saja terjadi di semua

jenjang pengadilan, dari pengadilan tingkat pertama sampai hakim di tingkat

kasasi.

Bagaimana caranya? Menurut Teten Masduki (2005), berdasarkan hasil

eksaminasi publik atas putusan-putusan kontroversial yang diperiksa oleh hakim

agung ditemukan tiga masalah besar: (1) keliru dalam memberikan pertimbangan

hukum, (2) mengabaikan fakta-fakta penting yang dapat menjerat terdakwa, dan

(3) sengaja mencari pertimbangan yang menguntungkan terdakwa. Dalam konteks

mafia peradilan, kata Teten, putusan hakim adalah tujuan utama yang akan

12

Page 13: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

dipengaruhi. Artinya, upaya merekayasa putusan akan menjadi lebih mudah

dilakukan dengan melibatkan hakim.

Terkait dengan kemungkinan keterlibatan hakim, sejak terungkapnya kasus suap

perkara korupsi Probosutedjo, mengapa nama Bagir Manan lebih dominan disebut

dibandingkan dengan dua orang hakim lainnya? Padahal dua orang hakim lain itu

juga amat terbuka kemungkinan berhubungan dengan orang-orang yang telah

ditangkap KPK. Setidaknya, dari keterangan Pono Waluyo, Harini mengaku

sudah membereskan dua orang anggota majelis hakim lain yang menangani kasus

korupsi Probosutedjo (Kompas, 14/10).

Dalam hal ini, saya tidak ingin berspekulasi bahwa penyebutan nama Bagir

Manan merupakan bagian dari resistensi sebagian kalangan di MA menerima

kehadiran hakim agung nonkarier. Apalagi, selama ini, Bagir Manan dikenal

cukup memberikan peluang kepada kalangan eksternal untuk melakukan berbagai

langkah pembaruan di lingkungan pengadilan, terutama MA.

Bagi saya, penyebutan nama Bagir Manan harus dilihat sebagai sebuah

kesempatan untuk membongkar praktek suap yang terjadi di MA. Karena

namanya lebih sering disebut, tentunya Bagir Manan punya motivasi tersendiri

membongkar kasus suap dalam kasasi korupsi Probosutedjo. Sebab, hanya dengan

cara begitulah Bagir Manan bisa membersihkan namanya sebagai Ketua MA dan

sebagai salah seorang guru besar ilmu hukum yang terkemuka di negeri ini.

Sebetulnya, langkah ke arah itu sudah dimulai dengan adanya janji Bagir Manan

untuk membantu dan memberikan akses seluas-luasnya bagi KPK untuk

mengungkap secara tuntas kasus indikasi suap yang melibatkan pegawai MA.

Namun, dengan posisi sebagai Ketua MA, Bagir Manan bisa melakukan langkah

besar guna mengungkapkan semua indikasi jual-beli perkara yang terjadi selama

ini. Caranya, dengan sisa waktu yang tersedia sebagai Ketua MA, Bagir Manan

harus memimpin langsung pembongkaran dan pemberantasan praktek jual-beli

perkara di pengadilan.

13

Page 14: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

Kalau itu dilakukan, yang akan terjadi bukan hanya babak baru pengungkapan

kasus suap di MA, melainkan juga babak baru dalam membongkar semua praktek

suap yang terjadi di semua jenjang pengadilan.

Penyebab masalah tersebut:

Kurangnya Iman dan moral para penagak hukum. Lemahnya hukum di Indonesia. Kurang transparasinya penjelasan UUD.

Dampak dari masalah tersebut :

a) Hasil dari keputusan hukum tersebut menjadi tabu tidak ada kejelasaan hukum.

b) Tidak adanya demokrasi untuk seluruh masyarakat.

c) Menjadikan kehilangan kepercayaan dari masyakat atas hukum indonesia yang bisa dibeli.

Solusi dari masalah tersebut :

Setiap instansi hukum di indonesia ada pengawas khusus yang mengawasi jalanya pekerjaan mereka,tetapi dalam pemilihan orang- orang yang benar- benar kompeten yang kepercayaanya bisa di percaya dan dapat di pertanggung jawabkan.

2. Peranan uang dan kekuasaan di dunia hukumUang dan kekuasaan memegang peranan penting dalam dunia hukum.

Tindakan KPK untuk menangkap para koruptor tanpa pandang bulu termasuk para

petinggi negeri ini merupakan angin segar bagi dunia hukum Indonesia. Salah satu

keputusan kontroversial yang terjadi pada bulan Februari ini adalah jatuhnya

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) terhadap terpidana kasus

korupsi proyek pemetaan dan pemotretan areal hutan antara Departemen Hutan

dan PT Mapindo Parama, Mohammad “Bob” Hasan . PN Jakpus menjatuhkan

hukuman dua tahun penjara potong masa tahanan dan menetapkan terpidana tetap

dalam status tahanan rumah. Putusan ini menimbulkan rasa ketidakadilan

masyarakat, karena untuk kasus korupsi yang merugikan negara puluhan milyar

14

Page 15: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

rupiah, Bob Hasan yang sudah berstatus terpidana hanya dijatuhi hukuman

tahanan rumah. Proses pengadilan pun relatif berjalan dengan cepat. Demikian

pula yang terjadi dengan kasus Bank Bali, BLBI (Bantuan Likuiditas Bank

Indonesia), kasus Texmaco, dan kasus-kasus korupsi milyaran rupiah

lainnya.Dibandingkan dengan kasus pencurian kecil, perampokan bersenjata,

korupsi yang merugikan negara “hanya” sekian puluh juta rupiah, putusan kasus

Bob Hasan sama sekali tidak sebanding. Masyarakat dengan mudah melihat

bahwa kekayaanlah yang menyebabkan Bob Hasan lolos dari hukuman penjara.

Kemampuannya menyewa pengacara tangguh dengan tarif mahal yang dapat

mementahkan dakwaan kejaksaan, hanya dimiliki oleh orang-orang dengan

tingkat kekayaan tinggi. Kasus Ancolgate berkaitan dengan studi banding ke luar

negeri (Australia, Jepang, dan Afrika Selatan) yang diikuti oleh sekitar 40 orang

anggota DPRD DKI Komisi D. Dalam studi banding tersebut anggota DPRD yang

berangkat memanfaatkan dua sumber keuangan yaitu SPJ anggaran yang

diperoleh dari anggaran DPRD DKI sebesar 5.2 milyar

rupiah dan uang saku dari PT Pembangunan Jaya Ancol sebesar 2,1 milyar rupiah.

Dalam kasus ini, sembilan orang staf Bapedal dan Sekwilda dikenai tindakan

administratif, sementara Kepala Bapedal DKI Bambang Sungkono dan Kepala

Dinas Tata Kota DKI Ahmadin Ahmad tidak dikenai tindakan apapun.Dalam

kasus ini, terlihat penyelesaian masalah dilakukan segera setelah media cetak dan

elektronik menemukan ketidakberesan dalam masalah pendanaan studi banding

tersebut. Penyelesaian secara administratif ini seakan dilakukan agar dapat

mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa dilakukan. Rasa ketidakadilan

masyarakat terusik tatkala sanksi ini hanya dikenakan pada pegawai rendahan.

Pihak kejaksaan pun terkesan mengulur-ulur janji untuk mengusut kasus ini

sampai ke pejabat tertinggi di DKI, yaitu Gubernur Sutiyoso, yang sebagai

komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol ikut bertanggungjawab.

Dampak dari masalah tersebut : Kekuasaan mutlak dimasyarakat dipegang orang-orang tertentu yag di situ

mempunyai pengaruh penting bagi masyarakat,orang yang berkuasa

semakin mudah melakukan pelanggaran,karena keputusan perkara bisa di

15

Page 16: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

beli dengan uang,jeleknya image hukum di indonesia karena hanya

dengan uang hukum bisa dikuasai

Hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat

Melemahnya kontrol negara sebagai negara hukum dan penegak keadilan

Masyarakat tidak lagi percaya dengan penegak hukum.

Hilangnya keberpihakan negara pada nilai-nilai keadilan.

Pudarnya ketaatan masyarakat pada hukumyang akhirnya mengancam

keberlangsungan demokrasi.

Turunya kesadaran masyarakat pada keikutsertaan pengaws demokrasi.

Solusi dari masalah tersebut : kembali lagi ketika mencari aparat hukum yang sebaiknya berkompeten

dalam bidang tersebut dan kepercayaanya bisa dipertanggng jawabkan,dan

selalu ada aparat yang mengawasi aparat tersebut.

3. Mental para penegak hukum.Sebagai para penegak hukum, seharusnya mereka bisa menjadi contoh

bagi masyarakat umum. Bukan malah bertingkah laku dan bermental 'suka-suka'

sehingga mengakibatkan hukum menjadi wilayah yang abu-abu bagi masyarakat

satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya

inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat. Inkonsistensi penegakan hukum ini

kadang melibatkan masyarakat itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan

terdekatnya yang lain (tetangga, teman, dan sebagainya). Namun inkonsistensi

penegakan hukum ini sering pula mereka temui dalam media elektronik maupun

cetak, yang menyangkut tokoh-tokoh masyarakat (pejabat, orang kaya, dan

sebagainya). Inkonsistensi penegakan hukum ini berlangsung dari hari ke hari,

baik dalam peristiwa yang berskala kecil maupun besar. Peristiwa kecil bisa

terjadi pada saat berkendaraan di jalan raya. Masyarakat dapat melihat bagaimana

suatu peraturan lalu lintas (misalnya aturan three-in-one di beberapa ruas jalan di

Jakarta) tidak berlaku bagi anggota TNI dan POLRI. Polisi yang bertugas

membiarkan begitu saja mobil dinas TNI yang melintas meski mobil tersebut

berpenumpang kurang dari tiga orang dan kadang malah disertai pemberian

hormat apabila kebetulan penumpangnya berpangkat lebih tinggi.Contoh

peristiwa klasik yang menjadi bacaan umum sehari-hari adalah : koruptor kelas 16

Page 17: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

kakap dibebaskan dari dakwaan karena kurangnya bukti, sementara pencuri ayam

bisa terkena hukuman tiga bulan penjara karena adanya bukti nyata.

Sehingga dapat di katakan aparat penegak hukum (hakim, jaksa, polisi, advokat)

juga mudah atau dimudahkan untuk melakukan berbagai tindakan tercela dan

sekaligus juga melawan hukum. Suatu tindakan yang terkadang dilatarbelakangi

salah satunya oleh alasan rendahnya kesejahteraan dari para aparat penegak

hukum tersebut (kecuali mungin advokat). Namun memberikan gaji yang tinggi

juga tidak menjadi jaminan bahwa aparat penegak hukum tersebut tidak lagi

melakukakn tindakan tercela dan melawan hukum, karena praktek-praktek

melawan hukum telah menjadi bagian hidup setidaknya merupakan pemandangan

yang umum dilihat sejak mereka duduk di bangku mahasiswa sebuah fakultas

hukum.

Penyebab masalah tersebut :

1. persamaan derajat manusia.

2. Hilangnya keberpihakan negara pada nilai-nilai keadilan dan pudarnya

ketaatan pada hukum.

3. Tidak adanya pengwas aparat hukum yang jelas.

Solusi dari masalah tersebut :

1. Keterbuakaan peraturan hukum yang jelas.

2. Pemberian training kepada aparat hukum tentang birokrasi keadilan.

3. Kejelasan pidana untuk masyarakat tanpa membedakan kekayaan dan

jabatan.

4.Disparitas pidana

Disparitas putusan hakim pidana adalah masalah yang telah lama menjadi

pusat perhatian kalangan akademisi, pemerhati dan praktisi hukum. Disparitas

putusan dianggap sebagai isu yang mengganggu dalam sistem peradilan pidana

terpadu, dan praktek disparitas tak hanya ditemukan di Indonesia. Ia bersifat

universal dan ditemukan di banyak negara.17

Page 18: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

Disparitas putusan mungkin saja ikut berpengaruh pada cara pandang dan

penilaian masyarakat terhadap peradilan. Ia dapat dilihat sebagai wujud

ketidakadilan yang mengganggu. Tetapi apa sebenarnya disparitas putusan itu?

Dalam bukunya Sentencing and Criminal Justice (2005: 72), Andrew  Ashworth

mengatakan disparitas putusan tak bisa dilepaskan dari diskresi hakim

menjatuhkan hukuman dalam suatu perkara pidana.

Di Indonesia, disparitas hukuman juga sering dihubungkan dengan

independensi hakim. Model pemidanaan yang diatur dalam perundang-undangan

(perumusan sanksi pidana maksimal) juga ikut memberi andil. Dalam

menjatuhkan putusan, hakim tidak boleh diintervensi pihak manapun. UU No. 48

Tahun 2009tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan hakim wajib menggali,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat. Hakim juga wajib mempertimbangkan sifat bak dan jahat pada diri

terdakwa.

Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, Harkristuti Harkrisnowo (2003: 7) menyatakan disparitas

putusan berkenaan dengan perbedaan penjatuhan pidana untuk kasus yang serupa

atau setara keseriusannya, tanpa alasan atau pembenaran yang jelas.

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya disparitas putusan.

Tetapi pada akhirnya hakimlah yang paling menentukan terjadinya disparitas.

Misalnya, ada dua orang yang melakukan tindakan pencurian dengan cara yang

sama dan akibat yang hampir sama. Meskipun hakim sama-sama menggunakan

pasal 362 KUHP, bisa jadi hukuman yang dijatuhkan berbeda.

Namun independensi hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana bukan tanpa batas.

Eva Achjani Zulfa, dalam buku Pergeseran Paradigma Pemidanaan  (2011: 33),

mengatakan ada asas nulla poena sine lege yang memberi batas kepada hakim

untuk memutuskan sanksi pidana berdasarkan takaran yang sudah ditentukan

dalam peraturan perundang-undangan. Meskipun ada takaran, masalah disparitas

akan tetap terjadi karena jarak antara sanksi pidana minimal dan maksimal dalam

takaran itu terlampau besar.18

Page 19: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

Proses pembentukan peraturan perundang-undangan ikut berpengaruh

karena ketiadaan standar merumuskan sanksi pidana. Disparitas putusan sejak

awal ‘dimungkinkan’ karena aturan hukum yang disusun pemerintah dan DPR

membuka ruang untuk itu.

Menghapuskan sama sekali perbedaan putusan hakim untuk kasus yang

mirip tak mungkin dilakukan. Selama ini, upaya yang dilakukan adalah

meminimalisir disparitas dengan cara antara lain membuat pedoman pemidanaan

(sentencing guidelines). Amerika Serikat, Finlandia, Swedia dan Selandia Baru

termasuk negara yang sudah mengadopsi dan menerapkan pedoman pemidanaan

tersebut.

Hakim-hakim Indonesia pun sebenarnya sudah menyadari persoalan

disparitas itu. Meskipun berat ringannya hukuman menjadi wewenang hakim

tingkat pertama dan banding, tetapi dalam beberapa putusan, hakim agung

mengoreksi vonis itu dengan alasan pemidanaan yang tidak proporsional.

Contoh masalah ini: bolehlah disebut putusan Mahkamah Agung  No.

662K/Pid/1992 (JPU vs Abdullah bib Tatoto dkk), dan putusan No. 1168

K/Pid/2000 (JPU vs Margono Kusuma Widagdo dan Sri Endah Soekardi). Dalam

dua putusan ini, Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan karena

menaikkan hukuman penjara tanpa pertimbangan dan alasan yang cukup

terperinci. Dalam putusan kedua, misalnya, Mahkamah Agung melihat disparitas

hukuman antara yang hanya turut serta dengan pelaku utama mengedarkan uang

palsu.

Rujukan lain yang menyinggung langsung pemidanaan yang tidak proporsional

adalah putusan MA No. 143K/Pid/1993. Majelis hakim agung dipimpin M. Yahya

Harahap mempertimbangkan bahwa pada dasarnya berat ringannya hukuman

adalah kewenangan judex facti. Pemidanaan dapat menjadi kewenangan hakim

tingkat kasasi jika pidana yang dijatuhkan tidak sesuai dengan cara melakukan

tindak pidana dikaitkan dengan luasnya dampak yang diakibatkan perbuatan

terdakwa. Begitu pula jika pidana yang dijatuhkan tidak memenuhi tujuan

19

Page 20: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

penegakan hukum pidana sebagai tindakan edukasi, koreksi, prevensi dan represi

bagi masyarakat dan pelaku.

“Meskipun tujuan pemidanaan terhadap seseorang bukan sebagai balas dendam,

namun pemidanaan tersebut harus benar-benar proporsional dengan prinsip

edukasi, koreksi, prevensi dan represi,” demikian penggalan pertimbangan majelis

hakim agung.

Penjatuhan hukuman yang proporsional adalah penjatuhan hukuman yang

‘sesuai dengan tingkat keseriusan kejahatan yang dilakukan. Pada intinya,

proporsionalitas mensyaratkan skala nilai untuk menimbang dan menilai berat

ringannya pidana dikaitkan dengan tindak pidananya. Nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat sert5a budaya cenderung menjadi determinan dalam

menentukan peringkat sanksi yang dipandang patut dan tepat dalam konteks

historis tertentu (Harkrisnowo, 2003: 12). Penelusuran Harkristuti Harkrisnowo

menemukan fakta bahwa asas proporsionalitas sudah dirumuskan pada kitab-kitab

hukum zaman Indonesia kuno.

Menurut Eva Achjani Zulfa (2011: 37-38), ide tentang penjatuhan pidana

yang proporsional berkembang menjadi gagasan untuk membuat suatu pedoman

pemidanaan yang mampu mereduksi subjektivitas hakim dalam memutus perkara.

Diskresi hakim sangat mungkin disalahgunakan Sehingga pedoman

pemidanaan dianggap sebagai jalan terbaik membatasi kebebasan hakim.

Pedoman pemidanaan itu, kata Asworth (2005: 101), harus ‘a strong and

restrictive guideline’.

KUHP sebenarnya sudah memuat sejumlah pedoman, seperti Pasal 14a,

pasal 63-71, dan Pasal 30. Selain itu, RUU KUHP sudah guidelines yang wajib

dipertimbangkan hakim dalam menjatuhkan putusan, yaitu: kesalahan pembuat

tindak pidana, motif dan tujuan melakukan tindak pidana, sikap batin pembuat

tindak pidana, apakah tindak pidana dilakukan berencana, cara melakukan tindak

pidana, sikap dan tindakan pelaku setelah melakukan tindak pidana, riwayat hidup

dan keadaan sosial ekonomi pelaku, pengaruh pidana terhadap masa depan

20

Page 21: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

pelaku, pengaruh pidana terhadap masa depan korban atau keluarga korban, maaf

dari korban/keluarga, dan pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang

dilakukan.

Dampak dari permasalahan tersebut :

a) Disparitas pidana akan berakibat fatal apabila dikaitkan dengan correction

administrator.

b) Terpidana yang lebih diperbandingkan pidananya dengan dengan terpidana

yang lain dan merasakan ada disparitas, maka ia akan memandang dirinya

sebagai korban yudicial coprice.

c) Selanjutnya yang bersangkutan akan sulit dimasyarakatkan dan bahkan

tidak menghargai hukum.

d) Adanya manifestasi kegagalan suatu sistem untuk mancapaI suatu

persamaan keadilan di dalam negara hukum sekaligus melemahkan

kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan pidana.

e) Dispiratas juga mengandung dampak sisial, masyarakat akan melihat

pengadilan pidana sebagai suatu yang mengecewakan dan hal ini jelas

merendahkan martabat dan wibawa hukum dan penegak hukum.

Solusi dari permasalhan tersebut:

1) Harus ada patokan pemidanaan dalam perundang-undangan dan praktik

peradilan.

2) Perlu diusahakan pemidanaan yang tepat dan serasi.

3) Lahirnya yurisprudensi sangat diharapkan sebagai panduan utama untuk

menghindari disparitas putusan.

4) MA harus membuat pedoman pemidanaan untuk hakim, terutama dalam

menjatuhkan pidana tambahan uang pengganti. Pasalnya, tidak ada aturan

yang jelas mengenai berapa pidana penjara yang harus dijalani apabila

aset-aset terdakwa tidak mencukupi saat dilelang untuk menutupi kerugian

Negara.

21

Page 22: Permasalahan Politik Dan Hukum Di Indonesia

22