perlindungan hukum terhadap petani sebagai …digilib.unila.ac.id/21569/3/skripsi tanpa bab...

57
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI (STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT) (Skripsi) Oleh ARVIANDO YOSUA SAPUTRA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: hakhue

Post on 13-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI KONSUMEN

BERKAITAN DENGAN PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI

(STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT)

(Skripsi)

Oleh

ARVIANDO YOSUA SAPUTRA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI KONSUMEN

BERKAITAN DENGAN PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI

(STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT)

ABSTRAK

Oleh

ARVIANDO YOSUA SAPUTRA

Pupuk bersubsidi merupakan pupuk dengan harga eceran tertinggi (HET) yang

sudah disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya lebih murah. Pupuk

bersubsidi ditujukan bagi kelompok tani/petani dan disesesuaikan dengan

kebutuhan petani tersebut. Kebijakan mengenai pengadaan pupuk bersubsidi

dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Penelitian ini

dilakukan untuk menegetahui pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan pupuk

bersubsidi, mekanisme pengadaan pupuk bersubsidi di kecamatan sekincau dan

upaya perlindungan hak-hak petani dalam mendapatkan pupuk bersubsidi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris. Penelitian ini termasuk

tipe penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan

studi lapangan. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Sekincau Kabupaten

Lampung Barat. Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pihak yang terlibat dalam pengadaan

dan penyaluran pupuk bersubsisdi adalah pemerintah, produsen Lini I, Distributor

Lini II, Distributor Lini III, dan Pengecer Lini IV. (2) Mekanisme pengadaan dan

penyaluran pupuk bersubsidi di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat

sudah sesuai dengan mekanisme yang terdapat dalam Peraturan Menteri

Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran

Pupuk Bersubsidi. (3) Upaya perlindungan hak-hak petani dalam mendapatkan

pupuk bersubsidi dilakukan pemerintah dengan cara menerbitkan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011, Undang-Undang

Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999.

Kata Kunci: Pupuk Bersubsidi, Pengadaan dan Penyaluran,

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI KONSUMEN

BERKAITAN DENGAN PENGADAAN PUPUK BERSUBSIDI

(STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT)

Oleh

ARVIANDO YOSUA SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyarat UntukMencapaiGelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan
Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Giham Balak, Kecamatan

Sekincau pada tanggal 13 Juni 1993. Penulis merupakan

anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak

Matmudi, dan Ibu Indah Puji Astuti

Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 01 Giham Sukamaju,

Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, diselesaikan pada tahun 2005,

Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Sekincau, Kabupaten Lampung Barat,

diselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas

Negeri 01 Sekincau, Kabupaten Lampung Barat dan diselesaikan pada tahun

2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung

melalui jalur Mandiri (UML) pada tahun 2011.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Labuhan Ratu, Kecamatan

Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur pada Januari 2014.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

MOTO

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang

yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan

menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”

(QS. Al Baqarah : 45-46)

“Kau tidak akan tahu apa yang tidak bisa kau lakukan sebelum kau

mencobanya”.

(Henry James)

“Setiap kali aku malas belajar, aku akan ingat ada orang yang bekerja keras

menyekolahkanku, ada orang yang selalau menyebut namaku dalam doanya, ada

orang yang selalau membanggakanku, dan ada mimpi yang harus menjadi nyata”

(Arviando Yosua Saputra)

“Bila kita memiliki banyak harta, maka kita akan menjaga harta kita. Namun jika

kita memiliki banyak ilmu, maka ilmu lah yang akan menjaga kita”

(Arviando Yosua Saputra)

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada

henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap hembusan

nafas dan jejak langkah kita.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW

sebagai suri tauladan di muka bumi ini yang safaatnya selalu dinantikan di

yaumil akhir kelak.

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai

wujud bakti dan tanggungjawabku kepada:

kedua orangtuaku Bapak Matmudi, dan Ibu Indah Puji Astuti, yang dengan ikhlas

telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan keberhasilanku yang tidak

dapat kubalas dengan apapun yang ada didunia ini.

Keluarga besar lampung barat dan keluarga besar tulang bawang (unit 2) yang

selalu berdoa, memotivasi dan merindukan keberhasilanku kakek-nenek, paman,

bibi, sepupu-sepupu, dan keponakan-keponakan tercinta.

calon pendamping hidup kelak yang masih dirahasiakan Allah SWT.

Almamater tercinta Universitas Lampung

Tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi yang menjadi sebagian jejak

langkahku menuju kesuksesan.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh

isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI

KONSUMEN BERKAITAN DENGAN PENGADAAN PUPUK

BERSUBSIDI (STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU LAMPUNG

BARAT)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Hukum

Perdata dan selaku Dosen Pembimbing I, atas kesabaran dan kesediaan

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H., selaku Pembimbing II atas kesabaran dan

kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hamzah, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

5. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Bapak Elman Eddy Paltra, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang

telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh

dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala

bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

8. Segenap staff dan keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Lampung

terutama Pak Jarwo.

9. Bapak Ir Amirian, M.P., selaku Kepala Dinas Pertanian Lampung Barat, Ibu Ir

Onni Violetta. S., selaku Kabid Bina Usaha Tani Lampung Barat, dan seluruh

staff Kantor Dinas Pertanian Lampung Barat yang telah membantu, dan

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

meluangkan waktu untuk memberikan informasi sehingga membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak hj. Endom selaku didributor pupuk mewakili kecamatan sekincau.

11. Bapak wahidin selaku gapoktan.

12. Bapak dan Ibu sebagai orang tua terbaik di dunia ini yang selalu memberikan

dukungan baik moril maupun materil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan,

kasih sayang, semangat. Terimakasih atas segalanya semoga kelak dapat

membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa membuat kalian tersenyum

dalam kebahagiaan dan doa yang tak pernah putus untuk kebahagian dan

kesuksesanku Ando selama ini.

13. Kakakku Agung , terima kasih yang selalu mendoakan aku. Semoga kita dapat

menjadi anak yang dibanggakan oleh Bapak dan Ibu.

14. Kakek-Nenekku, Bapak Mukilan, Ibu Rumini dan Bapak Purnomo, Ibu

Wizatasih, Paman-Bibiku, Bapak Saipul dan Ibu Rusmini, Bapak Mulyono

dan Ibu Munasri, Bapak Rudi dan Ibu Asminah, Bapak Sartimin dan Ibu

Jamining Tyas Prihatin, Bapak Paulinus Ciswo Puji Nugroho dan Ibu Tri

Lumintiringsih, Bapak Agus Pujiarto dan Ibu Hari Setya Walungit,

Sepupuku, Koko Widi Susilo, Ninik Ayu Handika, Faris Alfauzul Akmal,

Angga Acma Wijaya, Dea Mitha Pramelia, Ega Marsya Bella, Sandra

Nirwana Calluwella, Fatih Diasmoro, Indriana, Florensia Early Margareta,

Jimi Wira Adi Kusuma , Adi Pranoto, Yahya Admaja Pratama, Carla Nathania

Yocelin, yang tiada henti memberikan semangat dan menantikan kesuksesan

Mas Ando.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

15. Sahabat terbaikku Abi Zuliansyah, Agus Hermawan, Hendra Ari Saputra,

Fitra Albajuri, Dika Permadi, Fani Apriyata, Fima Agatha, serta teman-teman

yang lainya terimakasih atas segala bentuk persahabatan selama hampir 4

tahun ini, dukungan, bantuan, doa dan semangat dari kalian. Semoga

persahabatan kita tetap terjaga.

16. Rekan-rekan Eleven Law yang hampir 4 tahun selalu bersama Ijal, Arnold,

Dion, Fadil, Arie, Mario, Gilbert, Nico Cahya, Ucupers, Adi Wahyu, Hendra

PS, Fredy, dan rekan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

terimakasih atas dukungan, canda-tawa dan pertemanannya selama ini.

17. Kawan seperjuangan Asep Rian Bintang, Feri Ferdianto, Imam Muklisin, Nico

Silaban, Rendy Andika yang selama ini bekerjasama dan saling mendukung

dalam penyelesaian skripsi ini.

18. HIMA PERDATA dan Seluruh Angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas

kebersamaannya.

19. Keluarga KKN Desa Labuhan Ratu, Aris Candra Prihantoro, Bangun Ferdian,

Cindy Margaretha, Candra Susiyanti, Cici Yuliana Sari, Charissa Sudarisman,

Christina Tinambunan, Boby Tridona, David Melsan, Terimakasih atas 40 hari

penuh kesan, kekeluargaan dan kebersamaannya.

20. Kawan yang sudah seperti keluarga, Andreas Malau, Agung, Amin, Bejo,

Ragil Adi Saputra, Yudi Apriansyah, Agus Windu Santoso, Septian Agung

Sedayu, Muhajad Eka Putra, Mardi, Komarudin, Asdi, Adi, Mex, Candra,

Bang Eko, Cakra, Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan yang

terjalin selama ini.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan, dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

22. Almamater Tercinta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran

sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandarlampung, 15 Maret 2016

Penulis

ARVIANDO YOSUA SAPUTRA

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .....................................................................................................

JUDUL DALAM ...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

MOTO ............................................................................................................

SANWACANA ..............................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL .........................................................................................

I. PENDAHULUAN .. ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9

D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

A. Konsumen ........................................................................................... 11

1. Istilah dan pengertian Perlindungan Hukum Konsumen .............. 11

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen .................................. 17

3. Hak dan Kewajiban ...................................................................... 19

a. Hak dan Kewajiban Konsumen ........................................... 20

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ....................................... 21

4. Kedudukan Petani Sebagai Konsumen Pupuk ............................. 23

B. Perlindungan Hak-hak Petani .............................................................. 24

1. Pengertian Petani .......................................................................... 24

2. Asas, Tujuan, dan Lingkup Peraturan .......................................... 26

3. Perlindungan Petani ............................................................................ 28

C. Tinjauan Tentang Pengadaan Pupuk Bersubsidi .................................. 29

1. Pengertian Subsidi ......................................................................... 29

2. Peran dan Tujuan Pupuk Bersubsidi ............................................ 30

D. Alur Pikir ............................................................................................. 31

III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 32

A. Pendekatan Masalah ............................................................................ 32

B. Jenis Penelitian .................................................................................... 32

C. Tipe Penelitian .................................................................................... 33

D. Jenis Data ............................................................................................ 33

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 35

F. Lokasi Penelitian ................................................................................. 36

G. Metode Pengolahan Data .................................................................... 36

H. Analisis Data ........................................................................................ 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 37

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Barat .................................... 37

1. Asal Usul Nama Sekincau ........................................................ 38

2. Gambaran Tata Lokasi Penelitian ............................................ 39

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................ 40

1. Pihak yang terlibat dalam Pengadaan Pupuk Bersubsidi ........ 40

a. Peran Pemerintah ................................................................ 42

b. Peran Produsen ................................................................... 44

c. Peran Distributor ................................................................. 48

d. Peran Pengecer .................................................................... 52

2. Mekanisme Pengadaan Pupuk Bersubsidi di Kecamatan

Sekincau Kabupaten Lampung Barat ....................................... 55

3. Upaya perlindungan Hak-Hak konsumen dalam

mendapatkan pupuk bersubsidi ............................................... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 68

A. Kesimpulan .......................................................................................... 68

B. Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

DAFTAR TABEL

Halaman

Gambar tabel 1.1 Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2014 Provinsi

Lampung (Ton) ................................................................................................ 4

Gambar tabel 1.2 Alokasi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung

Barat Tahun 2010-2014 (dalam ton)................................................................. 4

Gambar tabel 1.3 Pupuk Bersubsidi dan Non subsidi untuk Sektor

Pertanian Tahun 2015 Menurut Jenis, Jumlah Dan Harga............................... 5

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produktivitas pertanian.

Penggunaan pupuk yang berimbang sesuai kebutuhan tanaman telah membuktikan

mampu memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih baik bagi petani.

Kondisi inilah yang menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang sangat

strategis bagi petani.

Indonesia telah menerapkan kebijakan pupuk bersubsidi sejak tahun 1970-an.

Kebijakan ini bertujuan meringankan beban petani agar ketika mereka

memerlukan pupuk untuk tanaman pangannya, pupuk tersedia dengan harga

terjangkau. Dalam rangka meningkatkan kebutuhan petani tentang pemanfaatan

pupuk teknologi sampai saat ini diakui sebagai teknologi intensifikasi pertanian

untuk meningkatkan hasil pangan. Pemerintah Indonesia berkepentingan dengan

peningkatan produktivitas hasil pangan demi ketahanan pangan nasional,

kemudian memilih opsi memberikan subsidi harg pupuk untuk petani1.

1 Marayati Abdullah dan Lukman Hakim, Laporan Penelitian Peta Masalah Pupuk

Bersubsidi di Indonesia, (Jakarta: PATTIRO Pusat telaah dan Informasi Regional, 2011), hlm. 2

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

2

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang

Ketahanan Pangan dalam Bab VI pasal 13 ayat 1 ditentukan bahwa Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau Pemerintah Desa melaksanakan

kebijakan dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan ketahanan pangan di

wilayah masing-masing dengan memperhatikan pedoman, norma, standar dan

kriteria yang ditetapkan Pemerintah Pusat.

Subsidi adalah salah satu bentuk bantuan pemerintah untuk mengurangi beban

masyarakat dengan membayar sebagian harga yang seharusnya dibayar oleh

masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu untuk memberi suatu barang atau

jasa menyangkut kepentingan hidup orang banyak. Menurut Suparmoko

pemberian subsidi digolongkan menjadi dua, yakni :

1) Subsidi dalam bentuk uang

Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk uang

sebagai tambahan penghasilan kepada konsumen atau dapat pula pemerintah

memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang. Artinya dalam

mengkonsumsi suatu barang konsumen hanya diwajibkan untuk membayar

kurang dari harga barang yang sebenarnya dan selisihnya akan ditanggung

pemerintah.

2) Subsidi barang

Apabila pemerintah menyediakan suatu barang tertentu dengan jumlah yang

tertentu kepada konsumen tanpa dipungut bayaran atau mungkin dengan

pembayaran tetap dibawah harga pasar. Salah satu bentuk subsidi pemerintah

dalam mewujudkan ketahanan pangan untuk meningkatkan produktivitas

adalah dengan memberikan subsidi pupuk.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

3

Subsidi pupuk tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menjamin

ketersediaan pupuk bagi petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah

yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET). Peraturan Menteri Pertanian

No.130/Permentan/SR.130/11/2014 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran

Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015,

Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya

ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur

resmi.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/12/2011 pupuk

bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi

dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program

pemerintah di sektor pertanian. Pupuk mempunyai peranan penting dalam

peningkatan produktivitas pertanian, penggunaan pupuk yang berimbang sesuai

kebutuhan tanaman telah membuktikan mampu memberikan produktivitas dan

pendapatan yang lebih baik bagi petani. Kondisi inilah yang menjadikan pupuk

sebagai sarana produksi yang sangat strategis bagi petani2.

Agar petani dapat menggunakan pupuk sesuai teknologi pemupukan yang

dianjurkan pemerintah di masing-masing wilayah Indonesia yang salah satunya

termasuk di Provinsi Lampung.

Pendistribusian pupuk di Provinsi Lampung dapat diuraikan dalam beberapa tabel

berikut ini:

2 Direktorat Pupuk dan Pestisida. diakses pada tanggal, 24 Juni 2015, Pukul 20.23. WIB

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

4

Tabel 1.1 Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2014 Provinsi Lampung (Ton)

No Jenis Pupuk 2010 2011 2012 2013 2014

1 Urea 331.640 319.135 361.500 113.000 250.000

2 Za 10.797 21.543 17.500 23.000 21.100

3 Sp-36 41.274 41.218 56.697 45.000 46.000

4 Npk 105.192 124.134 160.998 152.000 141.000

5 Organik 14.962 16.781 37.596 36.000 26.000

Jumlah 503.866 522.811 634.219 368.000 484.100

Sumber: PT Pusri dan PT Petrokimia Gresik

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi, alokasi pupuk bersubsidi oleh

pemerintah Lampung terus meningkat dari tahun 2010 sebesar 503.865 ton, 2011

sebesar 522.811 ton, 2012 sebesar 634.219 ton. Kemudian pada tahun 2013 terjadi

penurunan sebesar 368.000 dan terjadi peningkatan lagi pada tahun 2014 sebesar

484.100. Berdasarkan data pada tabel di atas, alokasi pupuk bersubsidi terus

meningkat dari tahun ke tahun, Peningkatan kebutuhan pupuk di Kabupaten

Lampung Barat juga mengalami peningkatan sebagaimana pendistribusian pada

tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Alokasi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010-

2014 (dalam ton)

No Jenis Pupuk 2010 2011 2012 2013 2014

1 Urea 13.571 14.013 16.042 17.801 11.569

2 Za 1.761 1.960 2.678 2.693 1.227

3 Sp-36 1.624 1.700 2.237 2.548 2.104

4 Npk 6.255 7.590 8.129 8.529 7.799

5 Organik 905 1.104 1.259 1.853 2.377

Jumlah 24.116 26.367 30.345 33.424 25.126

Sumber: PT Pusri dan PT Petrokimia

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

5

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Provinsi, alokasi pupuk bersubsidi oleh

Pemerintah Lampung Barat terus meningkat tiap tahunnya dari tahun 2010

sebesar 24.116 (ton), 2011 sebesar 26.367, 2012 sebesar 30.345, 2013 sebesar

33.424 (ton), 2014 sebesar 25.126 (ton).

Tabel 1.3 Pupuk Bersubsidi dan Non subsidi untuk Sektor Pertanian Tahun 2015

Menurut Jenis, Jumlah Dan Harga.

Pupuk Jenis Pupuk Jumlah (Ton) HET (Rp/Kg)

Subsidi

Urea 250.000 1.800

Sp-36 46.000 2.000

ZA 21.100 1.400

NPK 141.000 2.300

Organik 26.000 500

Non Subsidi

Urea 445.000 2.800

Sp-36 78.000 7.600

ZA 54.000 2.400

NPK 161.000 3.500

Organik 30.000 1.500

Sumber: PT Pusri dan PT Petrokimia

Pemerintah kembali menyediakan anggaran subsidi pupuk untuk pengadaan dan

penyaluran pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK, dan pupuk organik dengan harga

eceran tertinggi (HET). Pelaksana pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi

adalah produsen pupuk yang ditunjuk oleh pemerintah, yaitu PT Pupuk

Sriwidjaja, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Petrokimia

Gresik, PT Pupuk Iskandar Muda.

Pupuk merupakan komoditas yang memiliki peran strategis dalam mendukung

sektor pertanian. Penggunaan pupuk yang tepat dapat meningkatkan produktivitas

komoditas pertanian. Setiap provinsi di wilayah Indonesia mendapatkan alokasi

pupuk bersubsidi, kebijakan ini sampai saat ini pelaksanaannya masih terus

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

6

berjalan dan diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap usaha

pemerintah untuk membantu mengurangi beban biaya pupuk petani.

Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi pemerintah menurunkan tenaga

pendamping masyarakat yang bertujuan untuk menjamin petani dalam menebus

pupuk sesuai dengan HET. Petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi dengan

cara mengajukan Rencana Definitif Kerja Kelompok (RDKK) ke kios pupuk.

Peran dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yaang membantu petani

menyusun RDKK. Petani sangat membutuhkan pupuk untuk menjalankan

usahatani dan PPL mempunyai kewajiban untuk membantu petani dalam

menyusun RDKK. Petani dibina dan dikembangkan berdasarkan kepentingan

masyarakat harus tumbuh dan berkembang dari masyarakat itu sendiri dan peran

gapoktan adalah untuk pemenuhan sarana produksi, pemasaran produksi,

pemasaran produk pertanian dan termasuk untuk menyediakan informasi bagi

petani, dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi nantinya kelompok tani bisa

menjadi penyalur bagi petani.

Pemberian pupuk bersubsidi kepada petani sesuai dengan harga yang layak dan

diharapkan petani dapat menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik.

Mengingat pentingnya peranan pupuk dalam mendukung ketahanan pangan

nasional yang juga memperhatikan daya beli petani yang lemah dan kebutuhan

pupuk subsidi dirasakan langka dilapangan, maka perlu dilakukan perbaikan

mekanisme subsidi pupuk serta pengawasan penyaluran pupuk subsidi3.

3 Depertemen Pertanian. diakses pada tanggal, 24 Juni 2015, Pukul 20.23. WIB

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

7

Petani dalam konteks ini dapat dikatagorikan sebagai konsumen atau pemakai

(pengguna) pupuk kimia bersubsidi. Untuk melindungi konsumen secara umum

dan mengingat posisi konsumen yang lemah, maka ia harus dilindungi oleh

hukum, karena tujuan hukum adalah memberikan perlindungan kepada

masyarakat4. Keseimbangan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha dan

konsumen tidak terlepas dari adanya pengaturan tentang hubungan-hubungan

hukum yang terjadi antara para pihak5.

Pelaku usaha juga harus memperlakukan dan melayani konsumen secara benar

dan jujur serta tidak diskriminatif, menjamin mutu barang dan/atau jasa yang

diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku, memberi kesempatan kepada konsumen untuk

menguji dan atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan atau garansi atas barang yang dibuat dan atau yang diperdagangkan,

memberikan kompensasi berupa ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan, serta memberikan ganti rugi apabila barang yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menunjukan bahwa keberadaan hukum

perlindungan konsumen dalam tata hukum nasional tidak diragukan lagi.

Kedudukan hukum perlindungan konsumen diakui sebagai cabang hukum

tersendiri dari hukum ekonomi, karena konsumen adalah subyek dalam aktivitas

4 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi revisi, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hlm. 11. 5 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Cetakan. Kedua,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada , 2004), hlm. 29.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

8

perekonomian. Oleh karena itu, perilaku konsumen menjadi obyek studi tidak

hanya bagi ilmu ekonomi melainkan juga ilmu hukum6. Untuk itu penulis ingin

membahas masalah tersebut di atas untuk dijadikan suatu bahan kajian yang

berbentuk skripsi dengan judul : “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PETANI SEBAGAI KONSUMEN BERKAITAN DENGAN PENGADAAN

PUPUK BERSUBSIDI (STUDI KASUS DI KECAMATAN SEKINCAU

LAMPUNG BARAT)”

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang

dapat dirumuskan antara lain:

a) Siapa pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan pupuk bersubsidi ?

b) Bagaimana mekanisme pengadaan pupuk bersubsidi di Kecamatan Sekincau

Lampung Barat ?

c) Bagaimana upaya melindungi hak-hak petani berkenaan dengan pengadaan

pupuk bersubsidi yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani ?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang

lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan adalah hubungan hukum antara

para pihak pelaku usaha (produsen) dengan konsumen (petani) sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

6 Wahyu Sasongko, Ketentuan-ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen,

(Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung, 2007), hlm. 29.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

9

sedangkan ruang lingkup bidang ilmu adalah Hukum Keperdataan khususnya

Hukum Perlindungan Konsumen.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui secara jelas pihak-pihak dalam pengadaan pupuk

bersubsidi;

b) Untuk mengetahui mekanisme pengadaan pupuk bersubsidi di Kecamatan

Sekincau Lampung Barat;

c) Untuk memperoleh gambaran yang jelas, lengkap dan sistemastis mengenai

hak-hak petani dan kebutuhan pupuk bersubsidi di Kecamatan Sekincau

Lampung Barat.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Kegunaan Teoritis

Kegunaan Teoritis ini diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan

pemikiran dan perkembangan disiplin ilmu hukum yaitu hukum keperdataan

ekonomi khususnya perlindungan konsumen mengenai Perlindungan Hukum

terhadap Petani sebagai Konsumen berkaitan dengan Pengadaan Pupuk

Bersubsidi Studi kasus di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

10

b) Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian ini secara praktis adalah:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis, mahasiswa dan

sebagai sarana memperluas pengetahuan di bidang Perlindungan

Konsumen, khususnya mengenai pengadaan Pupuk Bersubsidi;

2) Bahan kajian agar masyarakat mengetahui dan memahami mengenai

perlindungan hukum terhadap konsumen petani;

3) Berguna sebagai acuan atau referensi bagi pendidikan hukum dan

penelitian hukum lanjutan;

4) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsumen

1. Istilah dan Pengertian Perlindungan Hukum Konsumen

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan adalah (1)

Tempat berlindung; (2) Perbuatan (hal dan sebagainya) memperlindungi7.

Pemaknaan kata perlindungan secara kebahasaan tersebut memiliki kemiripan

atau kesamaan unsur-unsur, yaitu (1) unsur tindakan melindungi; (2) unsur pihak-

pihak yang melindungi; (3) unsur cara-cara melindungi. Dengan demikian, kata

melindungi dari pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan

menggunakan cara-cara tertentu.

Perlindungan yang diberikan terhadap konsumen bermacam-macam, dapat berupa

perlindungan ekonomi, sosial, politik. Perlindungan konsumen yang paling utama

dan yang menjadi topik pembahasan ini adalah perlindungan hukum.

Perlindungan hukum merupakan bentuk perlindungan yang utama karena

berdasarkan pemikiran bahwa hukum sebagai sarana yang dapat mengakomodasi

kepentingan dan hak konsumen secara komprehensif. Di samping itu, hukum

memiliki kekuatan memaksa yang diakui secara resmi di dalam negara, sehingga

7Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Kedua, cet. 1, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 595.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

12

dapat dilaksanakan secara permanen. Berbeda dengan perlindungan melalui

institusi lainnya seperti perlindungan ekonomi atau politik misalnya, yang bersifat

temporer atau sementara8.

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau

perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam

memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain yaitu

dengan:

a) Membuat peraturan (by giving regulation) bertujuan untuk:

1) Memberikan hak dan kewajiban

2) Menjamin hak-hak para subjek hukum.

b) Menegakkan peraturan (by law enforcement) melalui:

1) Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive)

terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan

pengawasan;

2) Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

pelanggaran UUPK, dengan mengenakan sanski pidana dan hukuman;

3) Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative;

recovery; remedy) dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

Dalam pertimbangan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dikatakan:

8 Wahyu Sasongko, Op. Cit .hlm. 30-31.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

13

a) Bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era

demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b) Bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi harus dapat

mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka

barang dan jasa yang memiliki kandungan teknologi yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus mendapatkan

kepastian atas barang dan/jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa

merugikan konsumen;

c) Bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat proses globalisasi

ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat serta

kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan barang dan/jasa yang

diperolehnya di pasar;

d) Bahwa untuk meningkatkan harkat martabat konsumen perlu meningkatkan

kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan, dan kemandirian

konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap

perilaku usaha yang bertanggung jawab;

e) Bahwa ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen di

Indonesia belum memadai;

f) Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas diperlukan perangkat

perundangan-undangan untuk mewujudkan keseimbangan perlindungan

kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian

yang sehat;

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

14

g) Bahwa untuk itu perlu dibentuk undang-undang tentang perlindungan

konsumen.9

Hukum perlindungan konsumen secara umum bertujuan memberikan

perlindungan bagi konsumen baik dalam bidang hukum privat maupun hukum

publik. Kedudukan Hukum Perlindungan Konsumen berada kajian Hukum

Ekonomi. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (1) UUPK, perlindungan

konsumen adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepasatian hukum untuk

memberi perlindungan hukum kepada konsumen” kalimat yang menyatakan

“segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai

benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang pelaku usaha yang dapat

merugikan konsumen dan tidak pula merugikan pelaku usaha hanya demi untuk

kepentingan perlindungan konsumen.

Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan perlindungan

(hukum) yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memperoleh

barang dan jasa dari kemungkinan timbulnya kerugian karena penggunaannya,

maka hukum perlindungan konsumen dapat dikatakan sebagai hukum yang

mengatur tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka

pemenuhan kebutuhan konsumen. Dengan demikian, hukum perlindungan

konsumen mengatur hak dan kewajiban produsen, serta cara-cara

mempertahankan hak dan kewajiban itu10

.

9 M. Sadar, Moh. Taufik Makarao, Habloel Mawadi, Hukum perlindungan Konsumen di

Indonesia (Jakarta; academia, 2012), hlm 1. 10

Janus Sidabalok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indoensia (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2010), hlm. 45

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

15

Dalam berbagai literatur ditemukan sekurang-kurangnya dua istilah mengenai

hukum yang mempersoalkan konsumen, yaitu hukum konsumen dan hukum

pelindungan konsumen. A.Z. Nasution menjelaskan bahwa kedua istilah itu

berbeda, yaitu bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari

konsumen11

. Hukum konsumen menurut beliau adalah “ keseleluruhan asas-asas

dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai

pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen, di dalam

pergaulan hidup.” Sedangkan hukum perlindungan konsumen merupakan bagian

dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat

mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen12

.

Pada dasarnya, baik hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen

membicarakan hal yang sama, yaitu kepentingan hukum (hak-hak konsumen).

Bagaiamana hak-hak konsumen itu diakui dan diatur di dalam hukum serta

bagaiamana ditegakkan di dalam praktik hidup bermasyarakat, itulah yang

menjadi materi pembahasannya. Dengan demikian, hukum perlindungan

konsumen atau hukum konsumen dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan

yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang

timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.

Kata keseluruhan dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di dalamnya

termasuk seluruh pembedaan hukum menurut jenisnya jadi temasuk di dalamnya,

baik aturan hukum pedata, pidana, administrasi negara maupun hukum

internasional. Sedangkan cakupannya adalah “hak dan kewajiban serta cara-cara

11

Wahyu Sasongko, Op. Cit .hlm. 54. 12

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010 ), hlm. 2

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

16

pemenuhannya dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya”, yaitu bagi

konsumen mulai dari usaha untuk mendapatkan kebutuhannya dari produsen,

meliputi : informasi, memilih harga, sampai pada akibat-akibat yang timbul

karena penggunaan kebutuhan itu, misalnya untuk mendapatkan penggantian

kerugian. Sedangkan bagi produsen meliputi kewajiban yang berkaitan dengan

produksi, penyimpanan, peredaran dan perdagangan produk, serta akibat dari

pemakaian produk itu13

.

Dengan demikian, jika perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya

yang menjamin adanya kepastian pemenuhan hak-hak konsumen sebagi wujud

perlindungan kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tidak lain

adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen

Mengenai Istilah konsumen ini jika kita merujuk pada Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (burgerlijk wetbook) ada beberapa istilah-istilah untuk konsumen,

seperti yang ada di dalam BAB ke Lima tentang jual-beli pada Pasal 1460 yaitu,

“jika kebendaan dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka

barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun

penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya”14

.

Dan dalam Bagian ke-tiga tentang kewajiban si pembeli Pasal 1513 “ kewajiban

utama si pembeli adalah membayar harga pembelian, pada waktu dan di tempat

sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian”15

. Pada kedua pasal tersebut

13

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit .hlm. 47. 14

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. (Jakarta: PT.

Pradnya Paramita, 2004), hlm. 366 15

Ibid., hlm. 375.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

17

mengistilahkan konsumen sebagai pembeli. Adapun istilah lain untuk konsumen

di dalam KUH Perdata yaitu sebagai penyewa yang terdapat pada Pasal 1550 dan

Pasal 1548 KUH Perdata yang berisi tentang aturan-aturan yang sama-sama

berlaku terhadap penyewaan rumah dan penyewaan tanah16

. Sedangkan dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel voor) untuk

istilah konsumen ditemukan istilah lain berupa tertanggung pada Pasal 246

KUHD dan Penumpang pada Pasal 393 serta Pasal 394 KUHD. Dari kedua Kitab

undang-undang tersebut tidak secara khusus mendefiniskan mengenai konsumen.

Tetapi dapat kita temukan Istilah-istilah tersebut antara lain pembeli, penyewa,

peminjam pakai dan lain sebagainya. Pada dasarnya istilah-istilah tersebut

merupakai pemakai yang dapat kita sebut juga sebagai konsumen.

Sedangkan pengertian dari kata “konsumen” menurut AZ. Nasution mengartikan

konsumen adalah setiap pengguna barang atau jasa untuk kebutuhan diri sendiri,

keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk memproduksi barang/jasa lain atau

memperdagangkanya kembali17

.

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Secara umum semangat perlindungan konsumen di Indonesia adalah untuk

mendukung pembangunan Indonesia terutama dari segi ekonomi yang seimbang

dan adil, untuk mencapai semangat tersebut perlindungan konsumen dilaksanakan

berdasarkan asas-asas sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.

16

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op, Cit. hlm. 381 17

Wahyu Sasongko, Op, Cit. hlm. 54.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

18

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen pasal 2 menyatakan bahwa Perlindungan konsumen berasaskan:

a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan;

b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memeberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku

usaha untk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;

c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan

spiritual;

d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan /atau jasa yang dikonsumsi atau

digunakan.

Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan

konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen bertujuan :

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

19

b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan /atau jasa;

c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak­haknya sebagai konsumen;

d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi;

e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha;

f) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan konsumen.

3. Hak dan Kewajiban

Menurut Notonegoro Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu

yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak

dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara

paksa olehnya. Kewajiban berasal dari kata wajib. Wajib adalah beban untuk

memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak

tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut

secara paksa oleh yang berkepentingan. Kewajiban adalah sesuatu yang harus

dilakukan18

.

18

Notonegoro, Pancasila Sebagai Dasar Negara (Jakarta; Inti idayu press, 1984), hlm.

56.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

20

Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Setiap orang pasti

memiliki hak dan kewajiban di lingkungannya. Kegiatan jual beli yang melibatkan

konsumen dan pelaku usaha tentu tidak lepas dari hak dan kewajiban kedua belah

pihak tersebut. Kedua belah pihak memiliki hak yang semestinya diperoleh dari

pihak lainnya, serta ada kewajiban diantara keduanya yang harus dipenuhi.

Hak dan kewajiban konsumen menurut undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.

a. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak konsumen tertera dalam pasal 4 yang menyatakan:

1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan;

3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut;

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7) Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

21

8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya;

9) Hak­hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Pasal 5 kewajiban konsumen adalah:

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pasal 6 hak pelaku usaha adalah:

1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

2) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik;

3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

22

5) Hak­hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Pasal 7 kewajiban pelaku usaha adalah

1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan;

3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa

yang berlaku;

5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

23

4. Kedudukan Petani Sebagai Konsumen Pupuk

Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang menyatakan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab

menyediakan sarana produksi Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

Ayat (2) Huruf a secara tepat waktu dan tepat mutu serta harga terjangkau bagi

Petani. Selanjutnya, dalam Pasal 19 Ayat (2) dijelaskan bahwa “sarana produksi

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a) Benih, bibit, bakalan ternak, pupuk, pestisida, pakan, dan obat hewan sesuai

dengan standar mutu;

b) Alat dan mesin Pertanian sesuai standar mutu dan kondisi spesifik lokasi.

Pasal 20 Ayat (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya dapat memberikan subsidi benih atau bibit tanaman, bibit atau

bakalan ternak, pupuk, dan/atau alat dan mesin pertanian sesuai dengan

kebutuhan. Selanjutnya, dalam Pasal 20 Ayat (2) pemberian subsidi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus tepat guna, tepat sasaran, tepat waktu, tepat lokasi,

tepat jenis, tepat mutu, dan tepat jumlah.

Dalam kedudukan petani sangat penting dalam perkembangannya karena

Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan pola tanam yang baik untuk

meningkatkan ketahann pangan nasional dan dalam rangka menjalankan program

pemerintah yaitu mengentasakan kemiskinan yang saat ini masih menjadi

permasalahan yang masih harus diselesaikan oleh segenap bangsa Indonesia

secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

24

B. Perlindungan Hak-Hak Petani

Para Pihak sepakat bahwa tanggung jawab untuk mewujudkan Hak Petani, yang

berkaitan dengan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian,

berada pada pemerintah nasionalnya. Sesuai kebutuhan dan prioritasnya, setiap

pihak harus, apabila sesuai, dan tergantung pada peraturan perudangan-undangan

nasionalnya, mengambil langkah untuk melindungi dan mendorong Hak Petani.

Adapun bentuk perlindungan yang harus dilakukan oleh pemerintah berupa:

1) Perlindungan pengetahuan tradisional yang relevan dengan sumber daya

genetik tanaman untuk pangan dan pertanian;

2) Hak untuk berpartisipasi secara berimbang dalam pembagian keuntungan yang

dihasilkan dari pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan

pertanian; dan

3) Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, pada tingkat nasional,

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan secara

berkelanjutan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian.

Selain perlindungan yang menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah juga

memberikan penekanan dalam penghargaan dan perlindungan terrhadap hak-hak

petani menyimpan, menggunakan, mempertukarkan dan menjual benih/bahan

perbanyakan hasil tanaman sendiri, menurut peraturan perundang- undangan

nasional.

1. Pengertian Petani

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, menyebutkan bahwa:

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

25

a) Pasal 1 Ayat (1) Perlindungan Petani adalah segala upaya untuk membantu

Petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan

sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik

ekonomi biaya tinggi, dan perubahan iklim;

b) Pasal 1 Ayat (3) Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau

beserta keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan;

c) Pasal 1 Ayat (4) Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam

hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk

menghasilkan Komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem;

d) Pasal 1 Ayat (6) Usaha Tani adalah kegiatan dalam bidang Pertanian, mulai

dari sarana produksi, produksi/budi daya, penanganan pascapanen,

pengolahan, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang;

e) Pasal 1 Ayat (7) Pelaku Usaha adalah Setiap Orang yang melakukan usaha

sarana produksi Pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil Pertanian, serta

jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik

Indonesia;

f) Pasal 1 Ayat (8) Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik

yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum;

g) Pasal 1 Ayat (9) Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuh

kembangkan dari, oleh, dan untuk Petani guna memperkuat dan

memperjuangkan kepentingan Petani;

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

26

h) Pasal 1 Ayat (10) Kelompok Tani adalah kumpulan Petani/peternak/pekebun

yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi

lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan

keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota;

i) Pasal 1 Ayat (11) Gabungan Kelompok Tani adalah kumpulan beberapa

Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha;

j) Pasal 1 Ayat (12) Asosiasi Komoditas Pertanian adalah kumpulan dari Petani,

Kelompok Tani, dan/atau Gabungan Kelompok Tani untuk memperjuangkan

kepentingan Petani;

k) Pasal 1 Ayat (13) Dewan Komoditas Pertanian Nasional adalah suatu

lembaga yang beranggotakan Asosiasi Komoditas Pertanian untuk

memperjuangkan kepentingan Petani;

l) Pasal 1 Ayat (14) Kelembagaan Ekonomi Petani adalah lembaga yang

melaksanakan kegiatan Usaha Tani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk

Petani, guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi Usaha Tani, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

2. Asas, Tujuan, Dan Lingkup Peraturan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani:

a) Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani, Berasaskan pada:

1) Kedaulatan;

2) Kemandirian;

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

27

3) Kebermanfaatan;

4) Kebersamaan;

5) Keterpaduan;

6) Keterbukaan;

7) Efisiensi-berkeadilan; dan

8) Keberlanjutan.

b) Pasal 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani, Bertujuan untuk”:

1) Mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka

meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;

2) Menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam

mengembangkan Usaha Tani;

3) Memberikan kepastian Usaha Tani;

4) Melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan

gagal panen;

5) Meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani

dalam menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan

berkelanjutan; dan

6) Menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang

melayani kepentingan Usaha Tani.

c) Pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani, Lingkup pengaturan Perlindungan dan Pemberdayaan

Petani meliputi:

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

28

1) Perencanaan;

2) Perlindungan Petani;

3) Pemberdayaan Petani;

4) Pembiayaan dan pendanaan;

5) Pengawasan; dan

6) Peran serta masyarakat.

3. Perlindungan Petani

a. Pasal 12 ayat (1) Perlindungan Petani dilakukan melalui strategi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

b. Pasal 12 ayat (2) Perlindungan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, dan huruf g diberikan kepada:

1) Petani penggarap tanaman pangan yang tidak memiliki lahan Usaha Tani

dan menggarap paling luas 2 (dua) hektare;

2) Petani yang memiliki lahan dan melakukan usaha budi daya tanaman

pangan pada lahan paling luas 2 (dua) hektare; dan/atau;

3) Petani hortikultura, pekebun, atau peternak skala usaha kecil sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Pasal 12 ayat (3) Perlindungan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (2) huruf d dan huruf f diberikan kepada Petani.

d. Pasal 13 Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

bertanggung jawab atas Perlindungan Petani.

e. Pasal 14 :

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

29

1) Ayat (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan koordinasi dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Perlindungan Petani;

2) Ayat (2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

melaksanakan strategi Perlindungan Petani sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (2).

C. Tinjauan Tentang Pengadaan Pupuk Bersubsidi

1. Pengertian subsidi

Menurut Suparmoko, subsidi (transfer) adalah salah satu bentuk pengeluaran

pemerintah yang juga diartikan sebagai pajak negatif yang akan menambah

pendapatan mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan

pendapatan riil jika mereka menkonsumsi atau membeli barang-barang yang

disubsidi oleh pemerintah dengan harga jual yang rendah. Subsidi dibedakan

dalam dua bentuk, yaitu subsidi dalam bentuk uang (cash transfer) dan subsidi

dalam bentuk barang atau subsidi innatura (in kind subsidy)19

.

Jadi, Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada produsen

domestik. Berbentuk tunai, pinjaman bunga rendah, pengurangan pajak, dan

keikutsertaan pemerintah dalam perusahaan domestik.Subsidi adalah cadangan

keuangan dan sumberdaya lainnya untuk mendukung sesuatu kegiatan usaha atau

perorangan oleh pemerintah.

Subsidi pupuk adalah alokasi anggaran pemerintah untuk menanggung subsidi

harga pupuk, yaitu selisih antara harga subsidi dan harga non subsidi. Yang

19

M. Suparmoko, Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Edisi ke 5,

BPFE, 2003). hlm. 34

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

30

dimaksudkan dengan harga subsidi adalah harga eceran tertinggi (HET),

sementara harga non-subsidi adalah harga pokok penjualan (HPP) pupuk.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan petani untuk membeli pupuk

dalam jumlah yang sesuai dengan dosis anjuran pemupukan berimbang spesifik

lokasi sehingga produksi pangan (beras) dan laba usahatani meningkat.

2. Peran dan tujuan pupuk bersubsidi

Kebijakan subsidi pupuk berdampak positif terhadap pembangunan pertanian dan

kesejahteraan petani. Secara umum subsidi pupuk berdampak positif terhadap:

a. Peningkatan modal petani, dalam hal ini diharapkan sebagian modal yang

dikeluarkan petani untuk membeli pupuk dapat dialokasikan untuk membeli

input lain. Jika pada awalnya petani menggunakan pupuk dengan takaran

yang lebih rendah, subsidi pupuk mendorong mereka meningkatkan takaran

pupuk menjadi optimal;

b. Pengembangan pasar pupuk. Saat ini pasar pupuk belum berfungsi secara

optimal untuk menekan biaya distribusi. Struktur pasar yang kurang

kompetitif dan terjadinya informasi asimetris membuat biaya distribusi

tinggi. Hal ini dapat ditekan jika subsidi pupuk dapat menyediakan pupuk

sesuai asas enam tepat yaitu tepat jumlah, kualitas, waktu, harga, jenis, dan

tempat;

c. Peningkatan produktivitas hasil pertanian dan perbaikan pendapatan petani.

Pengadaan pupuk bersubsidi akan meningkatkan efisiensi usaha tani, yaitu

berimplikasi pada peningkatan pemanfaatan lahan dan penggunaan benih

yang secara sinergis berpengaruh terhadap peningkatan produksi pertanian.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

31

PEMERINTAH

PERUSAHAAN PENYEDIA PUPUK

DISTRIBUTOR

PENGECER

PETANI

Kemudian, peningkatan produksi dengan biaya yang disubsidi maka harga

output pertanian dapat stabil menyebabkan pendapatan petani meningkat.

D. Alur Pikir

Penjelasan:

Subsidi pupuk diberikan oleh pemerintah melalui penyedia pupuk, kemudian

disalurkan oleh para distributor kepada pengecer dan dari pengecer disalurkan dan

diterima para petani, oleh karena itu bagaimana cara penyaluran subsidi pupuk

pemerintah kepada petani harus diperhatikan dengan jelas, Karena dalam

pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian diawasi oleh

pemerintah mulai dari prosuden, distributor, pengecer. Dengan adanya regulasi

hukum berupa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen maka penegakan aturan hukum dan upaya perlindungan hukum

terhadap konsumen dapat diberlakukan sama bagi setiap konsumen maupun

pelaku usaha. Yang mana undang-undang ini merupakan payung hukum

konsumen untuk melindungi hak-hak konsumen.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

32

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

empiris.

1. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris, yaitu penelitian dilakukan dengan meneliti secara

langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-

undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan pengadaan pupuk

bersubsidi, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang

dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan

hukum tersebut.Pendekatan ini dilakukan melalui fakta-fakta yang ada atau

yang terjadi dalam lapangan (masyarakat) di lokasi penelitian dengan

mengumpulkan informasi-informasi tentang kejadian yang ada hubungannya

dengan masalah yang akan dibahas. Pada penelitian ini peneliti melakukan

penelitian ke lokasi yaitu di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris, yaitu penelitian hukum

yang mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

33

(perundang-undangan) dan kontrak secara faktual pada setiap peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah

ditentukan19

.

C. Tipe Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada pokok bahasan dalam penelitian ini, maka tipe

penelitian adalah tipe deskriptif, tipe penelitian hukum deskriptif bersifat

pemaparan dan betujuan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap

tentang keadaaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu

atau mengenai peristiwa yang terjadi masyarakat20

. Ada penelitian ini penulis

menganalisis secara jelas, rinci dan sistematis bagaimana Perlindungan Hukum

terhadap Petani sebagai Konsumen Berkaitan dengan Pengadaan Pupuk

Bersubsidi (Studi Kasus Di Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat).

D. Jenis Data

Data yang digunakan guna menunjang hasil penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau

data baru yang memiliki sifat up to date. Dengan demikian, dalam

memperoleh data primer dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan

untuk mendapatkan data yang diperlukan dan dilakukan dengan wawancara.

19

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT.Citra Aditya

Bakti,2004), hlm 53 20

Abdulkadir Muhammad Op, Cit, hlm. 50.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

34

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan

permasalahan yang sedang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum

primer, sekunder, dan tersier.

a. Bahan hukum primer yang ada yaitu antara lain meliputi:

1) Kitab Undang-undang Dagang;

2) Kitab Hukum Perdata;

3) Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996;

4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen;

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 Tentang

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002

Tentang Ketahanan Pangan;

7) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/12/2011

Tentang Pupuk Bersubsidi;

8) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 130/

Permentan/SR.130/11/2014 Tentang Kebutuhan dan harga eceran

tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian Tahun

Anggaran 2015.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

35

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti buku-buku

ilmu hukum, hasil karya ilmiah dari khalangan hukum, serta bahan lainnya

yang berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukun yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap

bahan primer dan bahan sekunder meliputi kamus hukum dan Kamus

Besar Bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan dengan

cara-cara:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Dilakukan dengan cara menelaah, membaca buku-buku, mempelajari,

mencatat, dan mengutip buku-buku, peraturan perundang-undangan yang ada

kaitannya dengan hal yang dibahas.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data

primer dan dilakukan dengan cara wawancara terbuka. Wawancara adalah

teknik pengumpulan data melalui pembicaraan secara langsung atau lisan

untuk mendapatkan jawaban dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah dipersiapkan. Wawancara dilakukan terhadap Dinas Pertanian,

Distributor/Kios Pengecer dan kelompok-kelompok petani (gapoktan).

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

36

F. Lokasi Penelitian

Untuk menunjang penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Kecamatan

Sekincau Kabupaten Lampung Barat.

G. Metode pengolahan data

Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah melalui tahap-tahap, sebagai berikut:

1) Seleksi data, yaitu memeriksa kembali apakah data yang diperoleh itu relevan

dan sesuai dengan bahasan, selanjutnya apabila data ada yang salah akan

dilakukan perbaikan dan terhadap data yang kurang lengkap akan dilengkapi;

2) Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data sesuai dengan pokok bahasan

agar memudahkan pembahasan;

3) Sistematika data, yaitu penelusuran data berdasarkan urutan data yang telah

ditentukan sesuai dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis21

.

H. Analisis Data

Dalam menganalisa data yang diperlukan, metode yang digunakan adalah analisis

kualitatif, yaitu dengan menganalisis terhadap data kualitatif yang bukan dengan

data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan cara melakukan penafsiran data

hasil penelitian dikaitkan teori dan doktrin hukum, hasil analisis diuraikan dengan

sederhana dan sistematis agar dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi

penelitian.

21

Abdulkadir Muhammad Op, Cit, hlm. 126.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dalam pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, ada beberapa pihak yang

terlibat. Pihak-pihak yang terlibat tersebut yang pertama adalah pemerintah.

Pemerintah memiliki peranan penting dalam membuat kebijakan melalui

Peraturan Menteri Perdagangan. Selain itu, Kementerian Pertanian juga

berperan dalam menakar jumlah pupuk yang dibutuhkan oleh petani di

Indonesia. Selain Pemerintah Pusat, terdapat juga Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota memiliki peranan dalam menujuk Distributor dan Pengecer

melalui Surat Keputusan Gubernur dan Bupati/Walikota. Selanjutnya,

pemerintah juga membentuk berbagai lembaga untuk mengawasi penyaluran

pupuk bersubsidi seperti PPL, BP3K, dan Komisi Pengawas Pupuk dan

Pestisida Kecamatan. Pihak yang kedua adalah produsen yang dalam hal ini

adalah PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Petrokimia Gresik. Produsen berperan

dalam menyediakan pupuk bersubsidi. Pihak yang ketiga adalah distributor di

Lini II (Tingkat Provinsi) dan Lini III ( Tingkat Kabubaten). Distributor

berperan dalam menyalurkan pupuk dari gudang produsen di Lini I ke

wilayahnya masing-masing. Pihak yang keempat atau Lini 4 adalah Pengecer.

Pengecer berperan dalam menyalurkan pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

69

2. Mekanisme Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan

Sekincau Kabupaten Lampung Barat sudah sesuai dengan mekanisme yang

ada dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 17/M-

DAG/PER/6/2011. Mekanisme dalam pengadaan pupuk bersubsidi diawali

dengan penyususnan RDKK oleh kelompok tani dan PPL. Selanjutnya PPL

melaporkan ke BP3K dan diteruskan kepada Dinas Petanian Kabupaten

Lampung Barat. Dinas Pertanian tersebut menyampaikan laporannya kepada

Bupati Lampung Barat dan kemudian diteruskan kepada Gubernur Provinsi

Lampung. Gubernur Lampung menyampaikan laporan mengenai kebutuhan

Pupuk Bersubsidi kepada Kementerian Pertanian dan selanjutnya

disampaikan kepada PT Pupuk Sriwidjaja dan PT Petrokimia Gresik untuk

disediakan. Setalah pupuk tersedia, produsen akan menyalurkan kepada

Distributor Lini II yang sudah ditunjuk Gubernur Provinsi Lampung. Setelah

itu, Distributor Lini II menyalurkan kepada Distributor Lini III yang ditunjuk

Bupati Lampung Barat. Selanjutnya Distributor Lini III menyalurkan kembali

kepada Pengecer yang sudah ditunjuk oleh Bupati. Pada tahap akhir,

Kelompok Tani di Kecamatan Sekincau dapat menebus pupuk tersebut

dengan beberapa alternatif yang tersedia.

3. Upaya perlindungan terhadap hak-hak petani dalam mendapatkan Pupuk

Bersubsidi tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 dimana setiap pihak mulai dari

Produsen, Distributor dan Pengecer memiliki tanggung jawab yang harus

dilaksanakan. Apabila tidak dapat melaksanakan tanggung jawab tersebut

maka akan mendapat sanksi administratif berupa peringatan pertama dan

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

70

terakhir. Bila peringatan tersebut tidak dilaksanakan maka akan diambil

tindakan pembekuan atau pencabutan SIUP. Selain itu, kelompok tani/petani

dapat disebut sebagai konsumen sehingga dilindungi juga oleh Undang-

Undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999 dimana pelaku usaha

wajib menghormati hak-hak konsumen (petani). Apabila ada pelanggaran

terhadap hak-hak petani dalam mendapatkan pupuk bersubsidi maka dapat

diajukan keperadilan umum.

B. Saran

1. Dalam pengadaan pupuk bersubsidi serta penyalurannya perlu adanya sebuah

pengawasan yang ketat. Mekanisme pengadaan pupuk yang sangat

melibatkan banyak pihak serta proses yang cukup panjang sangat rentan

terjadi kecurangan pada pelaku usaha pupuk bersubsidi. Oleh sebab itu,

peranan PPL dan Komisi pengawas pupuk dan pestisida harus lebih

dioptimalkan guna kelancaran pengadaan pupuk bersubsidi.

2. Faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi penyaluran pupuk harus

segara diatasi seperti kondisi jalan yang buruk. Kondisi jalan yang buruk

dapat menghambat penyaluran sehingga menimbulkan biaya tambahan serta

waktu tambahan.

3. Sosialisasi mengeanai hak-hak petani dalam mendapatkan pupuk bersubsidi

perlu ditingkatkan.Masih banyak petani yang kurang memahami hak-haknya

dalam mendapatkan pupuk sehingga sangat rentan dirugikan oleh pelaku

usaha.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-buku

Abdullah, Marayati dan Lukman Hakim, 2011, Laporan Penelitian Peta Masalah

Pupuk Bersubsidi di Indonesia, Jakarta, PATTIRO (Pusat telaah dan

Informasi Regional).

Basuki, Ananto Dan Shofwan, 2006, Penguatan Pemerintahan Desa Berbasis Good

Governance, Malang, SPOD FE-UB.

Kurniawan, J. Luthfi dan Mokhammad Najih, 2008, Paradigma Kebijakan

Pelayanan Publik, Malang, In. Trans.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen,

Jakarta , PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti.

Raharjo, Satjipto., 1991, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Sasongko, Wahyu, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan

Konsumen, Bandar Lampung , Penerbit Unila.

Shidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Stanton, William J., 1996, Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa. Sadu Sundara. Edisi

Ketujuh. Jilid 2, Jakarta, Erlangga.

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, PT.

Pradnya Paramita.

Sumartono, Hetifah SJ., 2009, Inovasi, Partisipasi, Dan Good Governance : 20

Prakarsa Inovatif Dan Partisipasi Di Indonesia, Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia.

Suparmoko, M., 2003, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta,

Edisi ke 5, BPFE.

2. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-undang Dagang.

Kitab Hukum Perdata.

Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PETANI SEBAGAI …digilib.unila.ac.id/21569/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Mahasiswa Hukum Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun 2014 dan melaksanakan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan

dan Pemberdayaan Petani.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan

Pangan.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/12/2011 Tentang Pupuk

Bersubsidi.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 130/Permentan/SR.130 /11

/2014 Tentang Kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET) Pupuk

Bersubsidi untuk sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015.

3. Sumber Lain

Sumber data PT Pusri dan PT Petrokimia.

Departemen Pertanian.

Direktorat Pupuk dan Pestisida.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Bainfokom Lampung Barat _ Blog Resmi Humas Protokoler Kabupaten Lampung

Barat.

Lampungbaratkab.bps.go.id/?r=publikasi/buku&id=1.