perlindungan hukum bagi franchisor dalam hal...

75
i PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL PENGGUNAAN MEREK TANPA HAK SETELAH BERAKHIRNYA PERJANJIAN WARALABA (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : ANISA KATRIA UTAMI NIM : 11150480000129 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL

PENGGUNAAN MEREK TANPA HAK SETELAH BERAKHIRNYA

PERJANJIAN WARALABA

(Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

ANISA KATRIA UTAMI

NIM : 11150480000129

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

v

ABSTRAK

Anisa Katria Utami, NIM 11150480000129, “PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL PENGGUNAAN MEREK

TANPA HAK SETELAH BERAKHIRNYA PERJANJIAN WARALABA

(Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla)”. Program Studi Ilmu Hukum,

Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1442 H / 2020 M. Isi: x + 62 halaman + 3

halaman daftar pustaka + 70 halaman lampiran.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk perlindungan

hukum bagi franchisor dalam hal penggunaan merek tanpa hak setelah

berakhirnya perjanjian waralaba antara Oktavia Cokrodiharjo sebagai mantan

franchisee melawan PT. K-24 Indonesia sebagai pemilik merek K-24 Indonesia,

serta mengetahui pertimbangan Majelis Hakim berdasarkan Putusan Mahkamah

Agung Nomor 4/Pid.Sus/2015/ PN Bla apakah telah sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku. Pendekatan penelitian yang digunakan masuk ke dalam

kategori yuridis normatif dengan menganalisis putusan dan dikaitkan dengan

peraturan perundang-undangan di bidang Hukum Merek, literatur pendapat para

ahli dan putusan hakim. Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlindungan hukum bagi

franchisor dalam hal penggunaan merek tanpa hak setelah berakhirnya perjanjian

waralaba diatur dalam Pasal 90 dan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek, dimana dalam Pasal 90 dijelaskan bahwa apabila ada pihak

lain yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada

keseluruhan dengan merek terdaftar milik pihak lain akan mendapatkan sanksi

pemidanaan maksimal pidana penjara 5 tahun dan/atau denda maksimal

Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah), kemudian dalam Pasal 91 dijelaskan bahwa

apabila ada pihak lain yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek

yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain akan

mendapatkan sanksi pemidanaan maksimal pidana penjara 4 tahun dan/atau denda

maksimal 800.000.000 (delapan ratus juta rupiah). Pertimbangan Majelis Hakim

pada Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/ PN Bla, perbuatan yang dilakukan Oktavia

Cokrodiharjo yang masih menggunakan aksessoris/atribut yang berhubungan

dengan merek K-24 Indonesia setelah perjanjian waralaba berakhir telah terbukti

secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek.

Kata kunci : Penggunaan Merek Tanpa Hak, Apotek K-24

Pembimbing Skripsi : Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H.

Mustolih, S.H.I., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1990 sampai Tahun 2019

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

vi

KATA PENGANTAR

حْمنِِِاللِِِبِسْمِِ حِيمِِِالرَّ الرَّ

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya dan telah memberikan kemudahan sehingga peneliti mampu

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa peneliti curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabatnya.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum,

Konsenterasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL

PENGGUNAAN MEREK TANPA HAK SETELAH BERAKHIRNYA

PERJANJIAN WARALABA (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN

Bla)”.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas para

pihak yang telah memberikan peranan secara langsung dan tidak langsung atas

pencapaian yang telah dicapai oleh peneliti, antara lain kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. dan Mustolih, S.H.I., M.H.

Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan sabar meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, saran, dan masukan

sehingga peneliti dapar menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Ipah Farihah, M.H. Penasihat Akademik yang telah mempermudah dan

memberikan saran kepada peneliti di dalam proses penyusunan skripsi.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring
Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

viii

DAFTAR ISI

COVER SKRIPSI ............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 6

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 6

2. Pembatasan Masalah .......................................................... 7

3. Perumusan Masalah ........................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

1. Tujuan Penelitian ............................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

D. Metode Penelitian...................................................................... 9

1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 9

2. Jenis Penelitian ................................................................... 10

3. Sumber Data dan Bahan Hukum ........................................ 10

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 11

5. Teknik Pengolahan Data .................................................... 12

6. Teknik Analisis Data .......................................................... 12

7. Teknik Penulisan ................................................................ 12

E. Sistematika Penelitian ............................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN MEREK

TANPA HAK .................................................................................. 14

A. Kerangka Konseptual ................................................................ 14

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

ix

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian .................................. 14

2. Tinjauan Umum Tentang Merek ........................................ 19

3. Tinjauan Umum Tentang Waralaba ................................... 23

B. Kerangka Teori.......................................................................... 24

1. Teori Perlindungan Hukum ................................................ 24

2. Teori Perbuatan Melawan Hukum .................................... 25

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 26

BAB III PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK ORANG

LAIN TANPA HAK ....................................................................... 28

A. Profil PT K-24 Indonesia .......................................................... 28

1. VISI .................................................................................... 28

2. MISI ................................................................................... 29

B. Kasus Posisi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/Pn Bla ............... 29

1. Para Pihak .......................................................................... 29

2. Kronologis Kasus ............................................................... 30

C. Pelanggaran Hak Merek ............................................................ 33

1. Pelanggaran berupa persamaan pada pokoknya yang

menyebabkan persamaan yang membingungkan tentang

sumber, afiliasi, koneksi .................................................... 34

2. Pemalsuan atau penggunaan merek yang secara

substansial tidak memiliki daya pembeda (merek

identik) disyaratkan pengetahuan penggunaan untuk

dapat dinilai merugikan dan dikenai pidana ...................... 35

3. Pelanggaran dilution/persamaan pada pokoknya atau

keseluruhan dengan merek terkenal ................................... 36

4. Pendaftaran dan penggunaan merek terkenal di internet

(Cybersquatting) ................................................................ 37

5. Penggunaan karakter dalam pemasaran (Character

Merchandising) .................................................................. 38

BAB IV PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK ORANG

LAIN TANPA HAK (Studi Putusan Nomor

4/Pid.Sus/2015/PN Bla) .................................................................. 39

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

x

A. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Merek............ 39

1. Perlindungan Hukum atas Merek secara Preventif ............ 43

2. Perlindungan Hukum atas Merek secara Represif ............. 44

B. Penyelesaian Sengketa dan Sanksi Terhadap Pelanggaran

Merek ........................................................................................ 45

1. Gugatan Ke Pengadilan Niaga ........................................... 46

2. Pengajuan Kasasi ............................................................... 47

3. Penetapan Sementara ......................................................... 48

C. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim ......................................... 51

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 61

A. Kesimpulan ............................................................................... 61

B. Rekomendasi ............................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam menjalankan kehidupannya tidak bisa bergantung

pada diri sendiri. Setiap tindakan yang akan dilakukannya pasti membutuhkan

bantuan orang lain. Selain disebut sebagai mahluk individu, manusia juga

disebut sebagai mahluk sosial. Dengan kodratnya sebagai mahluk sosial,

manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya.

Interaksi antar manusia meliputi banyak bidang, diantaranya bidang sosial,

ekonomi dan budaya. Berlangsungnya interaksi ini meningkatkan keterikatan

dan ketergantungan antar manusia.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari banyak hal yang dapat

dilakukan manusia, salah satunya adalah kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan

ekonomi ini, manusia saling berinteraksi satu sama lain. Banyak hal yang

dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti menghasilkan

atau memproduksi berbagai jenis barang dan atau jasa, mendistribusikan

barang dan atau jasa, serta menggunakan barang dan atau jasa. Semua itu

tidak bisa dikerjakan sekaligus. Setiap manusia mempunyai kelebihan atau

keahlian tersendiri untuk menjalankan kehidupannya. Disinilah interaksi itu

muncul dan membuat kegiatan ekonomi.

Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya kegiatan

ekonomi, berbagai macam jenis bisnis dapat dilakukan dengan mudah. Untuk

dapat bertahan menghadapi arus globalisasi yang sangat pesat, kompetitif dan

selalu berubah-ubah ini, manusia melakukan kerjasama antar-sesama manusia

diberbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang perdagangan.

Salah satu faktor penting dalam perdagangan adalah sistem

pemasaran. Pemasaran sering kali memerlukan biaya yang cukup tinggi

dimana biaya tinggi yang dikeluarkan tersebut tidak efektif dan efisien bagi

pengusaha untuk mengembangkan usahanya di era globalisasi ini. Cara yang

dapat dilakukan untuk mensiasati pemasaran yang tidak efektif dan efisien

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

2

adalah dengan melakukan kerjasama atau kemitraan dengan pengusaha lain.

Salah satu cara yang efektif dan efisien antara lain adalah dengan sistem

waralaba (franchise).1

Waralaba pada dasarnya adalah sebuah perjanjian mengenai metode

pendistribusian barang dan atau jasa kepada konsumen. Pemberi waralaba

(franchisor) dalam jangka waktu tertentu memberikan lisensi kepada

penerima waralaba (franchisee) untuk melakukan usaha pendistribusian

barang dan atau jasa di bawah nama dan identitas franchisor dalam wilayah

tertentu.2 Selain itu dari segi bisnis dewasa ini, istilah franchise dipahami

sebagai suatu bentuk kegiatan pemasaran dan distribusi. Di dalamnya sebuah

perusahaan besar memberikan hak untuk menjalankan bisnis secara tertentu

dalam waktu dan tempat tertentu kepada individu atau perusahaan yang relatif

lebih kecil. Franchise merupakan salah satu bentuk metode produksi dan

distribusi barang dan atau jasa kepada konsumen dengan suatu standar dan

sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut

meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem

produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.

Di Amerika Serikat, waralaba mulai dikenal kurang lebih dua abad

yang lalu ketika perusahaan-perusahaan bir memberikan lisensi kepada

perusahaan-perusahaan kecil sebagai upaya mendistribusikan produk mereka.

Sistem waralaba di Amerika Serikat pertama kali dimulai pada tahun 1851.

Pada saat itu, di Amerika Serikat timbul apa yang dinamakan dengan sistem

waralaba Amerika generasi pertama, yang disebut sebagai straight product

franchising (waralaba produk murni). Pada mulanya, sistem ini berupa

pemberian lisensi bagi pengguna nama pada industri minuman (Coca-Cola),

kemudian berkembang menjadi sistem pemasaran pada industri mobil

(Geberal-Motors). Setelah itu, sistem waralaba ini dikembangkan oleh

produsen bahan bakar yang memberikan hak waralabanya kepada pemilik

1 Muhammad Faisal, Skripsi “Tijauan Yuridis Perlindungan Rahasia Dagang Dalam

Perjanjian Waralaba” (Depok: Universitas Indonesia, 2012), h. 2. 2 Suharnoko, “Pemutusan Perjanjian dan Perlindungan Hukum bagi Franchisee”, Jurnal

Hukum dan Pembangunan, Vol. 26 No.6, Desember 1996, h. 501.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

3

pompa bensin sehingga terbentuk jaringan penyediaan untuk memenuhi

suplai bahan bakar dengan cepat.3

Di Indonesia, sejarah perkembangan waralaba mulai dikenal pada

tahun 1950-an dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui

pembelian lisensi atau menjadi agen tunggal pemilik merek. Waralaba di

Indonesia semakin berkembang ketika masuknya waralaba asing pada tahun

80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari

jejaring waralaba asing yang masuk ke Indonesia pada awal-awal

berkembangnya waralaba di Indonesia. Perusahaan-perusahaan waralaba

lokal pun mulai bertumbuhan pada masa itu, salah satunya adalah Es Teler

77. Pesatnya pertumbuhan penjualan sistem waralaba disebabkan oleh faktor

popularitas franchisor. Hal ini tercermin dari kemampuannya untuk

menawarkan suatu bidang usaha yang probabilitas keberhasilannya tinggi.4

Legalitas yuridis waralaba sudah dikenal di Indonesia sejak tahun

1997 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997

tentang Waralaba dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Republik Indonesia Nomor 259/MPP/Kep/7/1997, tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, sebagai Peraturan

Pelaksanaannya. Peraturan Pemerintah ini dilahirkan untuk mengembangkan

kegiatan waralaba sebagai upaya memperluas kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha serta sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan

alih teknologi. Peraturan tersebut juga dibuat dalam upaya memberikan

kepastian usaha dan kepastian hukum bagi para pelaku usaha yang

menjalankan waralaba, terutama dalam upaya pengaturan, pembinaan dan

pengembangan waralaba. Peraturan ini kemudian diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang

Penyelenggaraan Waralaba yang sekarang diganti dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 53/M/Dag/Per/8/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba.

3 Adrian Sutedi, “Hukum Waralaba”, (Bogor: 2008, Ghalia Indonesia), h. 2.

4 Adrian Sutedi, “Hukum Waralaba”, ... h. 19.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

4

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 dikatakan

bahwa Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorang atau

badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat

dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian

waralaba. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa waralaba

memiliki aspek Hukum Perjanjian dan aspek Hak Kekayaan Intelektual

(HKI).

Menurut Amir Karamoy, Pihak yang memperoleh hak (lisensi)

menggunakan merek dagang dan sistem bisnis yaitu perorangan dan atau

pengusaha yang dipilih oleh franchisor untuk menjadi franchisee, dengan

memberikan imbalan bagi hasil kepada franchisor berupa fee (uang jaminan

awal) dan royalty (uang bagi hasil terus menerus). Jadi keduanya mengadakan

kerjasama yang saling menguntungkan, dengan berbagai persyaratan yang

telah disetujui oleh kedua belah pihak dan dituangkan ke dalam perjanjian

kontrak yang disebut perjanjian waralaba (franchise).5

Salah satu sektor bisnis yang berkembang pesat di Indonesia saat ini

adalah sektor kesehatan. Seiring dengan perkembangan bisnis kesehatan,

muncul berbagai apotek yang menyediakan jasa penjualan obat-obatan yang

dibutuhkan masyarakat. Dalam suatu waktu PT. K-24 Indonesia mengadakan

kerjasama dengan CV. Ramai Medika (Apotek K-24) untuk mengadakan

perjanjian waralaba atas penggunaan Hak Kekayaan Intelektual berupa Merek

dan Sistem Pengelolaan Apotek K-24. Namun karena CV. Ramai Medika

(Apotek K-24) tidak dapat memenuhi perjajian yang telah disepakati

(wanprestasi), timbulah permasalahan hukum yang menimbulkan pencabutan

hak penerimaan waralaba.

Pencabutan hak penerimaan waralaba tersebut bermula ketika

software komputer milik Apotek K-24 yang selama ini digunakan oleh Otavia

Cokrodiharjo selaku franchisee mengalami kerusakan sehingga kemudian

franchisee memanggil teknisi PT. K-24 Indonesia untuk memperbaiki

5 Gunawan Widjaja, “Lisensi dan Waralaba”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 5.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

5

perangkat komputer tersebut, akan tetapi teknisi tersebut tidak dapat

memperbaiki komputer sehingga kemudian perangkat komputer tersebut oleh

teknisi dibawa ke kantor pusat PT. K-24 Indonesia. Pada saat perbaikan

komputer, PT. K-24 Indonesia mengklaim terdapat perbedaan omset

penjualan yang tertera pada komputer dengan omset yang dilaporkan.

Sehingga Apotek K-24 milik franchisee diwajibkan membayar franchise fee

sebesar Rp176.790.535,00 (seratus tujuh puluh enam juta tujuh ratus

sembilan puluh ribu lima ratus tiga puluh lima rupiah).

Pihak PT. K-24 Indonesia telah melayangkan surat peringatan

pembayaran sebanyak tiga kali kepada Apotek K-24 yang dimiliki oleh

Oktavia Cokrodiharjo, namun surat tersebut tidak diindahkan oleh Oktavia

Cokrodiharjo selaku franchisee. Oleh karena itu, hak penerimaan waralaba

Apotek K-24 milik Oktavia Cokrodiharjo dicabut oleh PT. K-24 Indonesia

berdasarkan Surat Nomor 213/sekretariat/K-24/XI/2012 tertanggal 07

Nopember 2012 yang disampaikan melalui e-mail dengan ketentuan bahwa

Apotek milik Oktavia Cokrodiharjo diwajibkan untuk membongkar dan

menghilangkan semua assesoris/atribut dan perlengkapan yang berhubungan

dengan merek K-24 Indonesia paling lambat tanggal 14 Nopember 2012.

Permasalahan hukum muncul ketika pada tanggal 4 Desember 2012

sekitar 4 minggu setelah Hak Penerimaan Waralaba dicabut, apotek milik

Oktavia Cokrodiharjo yang telah berganti nama menjadi “Apotek Pemuda”

kedapatan oleh Legal Officer PT. K-24 Indonesia masih menggunakan

assesoris/atribut dan perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-24

Indonesia. Atas kejadian itu, PT. K-24 Indonesia melaporkan Oktavia

Cokrodiharjo selaku pemilik Apotek Pemuda ke Polres Blora atas dasar

penggunaan Merek K-24 tanpa hak.

Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla,

Hakim memutuskan Terdakwa Oktavia Cokrodiharjo tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan

dalam dakwaan Primer yaitu menggunakan Merek yang sama pada

keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain. Namun, Hakim

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

6

menyatakan bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana menggunakan Merek yang sama pada pokoknya

dengan Merek terdaftar milik pihak lain sebagaimana yang tercantum dalam

dakwaan sekunder, dan menjatuhkan pidana penjara selama 10 (sepuluh)

bulan dengan masa percobaan selama satu tahun dan denda sejumlah

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tidak dibayarkan maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua)

bulan.

Menurut peneliti, permasalahan tersebut sangat menarik untuk dikaji

lebih dalam terkait perselisihan antara Pemberi waralaba (franchisor) selaku

pemegang Hak Merek “Apotek K-24” dengan penerima waralaba

(franchisee) yang telah berakhir perjanjian waralabanya dikarenakan

wanprestasi, namun pihak franchisee yang telah dicabut hak penerimaan

waralabanya masih menggunakan assesoris/atribut dan perlengkapan yang

berhubungan dengan merek K-24 Indonesia. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengkaji mengenai regulasi hukum di Indonesia dalam hal perlindungan

hukum terhadap pemegang Hak Atas Merek yang mereknya digunakan oleh

pihak lain tanpa hak setelah perjanjian waralaba berakhir. Berdasarkan latar

belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

skripsi: “Perlindungan Hukum Bagi Franchisor Dalam Hal Penggunaan

Merek Tanpa Hak Setelah Berakhirnya Perjanjian Waralaba (Studi

Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/Pn Bla)”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka identifikasi

masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hubungan kerja antara PT. K-24 Indonesia selaku franchisor dengan

CV. Ramai Medika selaku franchisee.

b. PT. K-24 Indonesia mencabut hak penerimaan waralaba CV. Ramai

Medika dikarenakan franchisee melakukan wanprestasi.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

7

c. Apotek Pemuda yang sebelumnya bernama Apotek K-24 milik CV.

Ramai Medika yang telah dicabut hak penerimaan waralabanya

masih menggunakan assesoris/atribut dan perlengkapan yang

berhubungan dengan merek K-24.

d. Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

telah mengatur bahwa apabila ada pihak lain yang dengan sengaja

dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhan

dengan merek terdaftar milik pihak lain akan mendapatkan sanksi

pemidanaan maksimal pidana penjara 5 tahun dan/atau denda

maksimal Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)

e. Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

telah mengatur bahwa apabila ada pihak lain yang dengan sengaja

dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya

dengan merek terdaftar milik pihak lain akan mendapatkan sanksi

pemidanaan maksimal pidana penjara 4 tahun dan/atau denda

maksimal 800.000.000 (delapan ratus juta rupiah).

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah dengan tujuan

untuk memfokuskan penelitian pada masalah utama yang akan diangkat

sehingga didapatkan hasil yang maksimal dan dapat dipahami dengan

mudah. Penelitian ini memfokuskan pada perlindungan hukum bagi

franchisor terhadap pihak lain yang menggunakan Merek dagangnya

tanpa hak dikarenakan perjanjian waralabanya telah berakhir serta apa

pertimbangan dari Majelis Hakim dalam memberi putusan. Dalam hal ini

peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada analisis putusan Nomor

4/Pid.Sus/2015/Pn Bla yang merupakan kasus penggunaan merek orang

lain tanpa hak setelah perjanjian waralaba berakhir. Dikarenakan putusan

yang peneliti ambil sebagai bahan hukum merupakan putusan tahun

2015, peneliti tidak menganalisis putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla

menggunakan undang-undang terbaru, melainkan menggunakan Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

8

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah di atas, perumusan masalah skripsi ini adalah

franchisor memiliki Hak Atas Merek yang dilindungi oleh Undang-

Undang untuk tidak digunakan pihak lain tanpa hak, maka peneliti

mempertegas perumusan masalah dengan dibuat pertanyaan penelitian

seputar hal tersebut sebagai berikut:

a. Bagaimana hukum di Indonesia melindungi hak franchisor selaku

pemegang Hak Atas Merek dari pihak lain yang menggunakan

Mereknya tanpa izin setelah perjanjian waralaba berakhir?

b. Bagaimana pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam kasus

penggunaan Merek yang sama dengan Merek terdaftar milik pihak

lain, Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dalam

melakukan penelitian ini adalah:

a. Untuk memahami regulasi hukum di Indonesia dalam hal

perlindungan Hak Atas Merek milik franchisor dari pihak lain yang

menggunakan Mereknya tanpa izin setelah perjanjian waralaba

berakhir.

b. Untuk mengetahui pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam kasus

penggunaan Merek yang sama dengan Merek terdaftar milik pihak

lain berdasarkan Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla, yang

disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang peneliti harapkan dalam penulisan

skriksi ini adalah:

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

9

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum

perdata, khususnya dalam hal perlindungan hak atas merek. Selain

itu juga diharapkan agar dapat memberikan pemahaman dan

wawasan ilmiah baik secara khusus maupun secara umum berkenaan

dengan masalah yang diteliti.

b. Manfaat Praktis

Bagi peneliti dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapat dari

teori kemudian direalisasikan dalam praktik lapangan. Serta

diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat yang ingin menekuni dunia usaha, khususnya dalam

bisnis waralaba.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang

berasal dari studi dokumentasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

yang ada dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan masuk ke dalam kategori

yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan meneliti

bahan pustaka atau data sekunder belaka.6 Sifat penelitian ini adalah

deskriptif analitis, yaitu memaparkan subjek dan objek penelitian secara

analitis.7 Kemudian dilakukan penelaahan terhadap peraturan yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti dan menghubungkannya dengan

fakta yang relevan.

Selain menggambarkan dan menguraikan fakta-fakta juga sekaligus

menganalisisnya berdasarkan pendekatan peraturan Perundang-undangan

6 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif” (Suatu Tinjauan

Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14. 7 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 183.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

10

(statute aproach) serta pendekatan kasus (case aproach). Pendekatan

perundang-undangan digunakan untuk mengetahui keseluruhan peraturan

hukum, sedangkan pendekatan kasus bertujuan untuk mempelajari

norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.8

Dalam hal ini yang menjadi objek yuridis normatif adalah:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek;

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 53/M/Dag/Per/8/2012 tentang

Penyelenggaraan Waralaba;

f. Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif

bertujuan untuk memperoleh data seutuhnya sehingga menjadi data yang

merupakan rinci dari suatu fenomena yang diteliti oleh penulis. Metode

analisis data secara kualitatif menggunakan norma-norma, asas-asas,

prinsip-prinsip, doktrin para ahli, serta menganalisis permasalahan ini

berdasarkan ketentuan yuridis.

3. Sumber Data dan Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, yang atinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum

primer tersebut terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

resmi atau risalah dalam perbuatan, perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim.9 Bahan hukum primer yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini adalah: Putusan Mahkamah Agung Nomor

4/Pid.Sus/2015/PN Bla.

8 Johny Ibrahim, “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”, (Malang:

Bayumedia Publish, 2006), h. 321. 9 Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian Hukum”, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 141.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

11

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder biasanya berupa semua publikasi

tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi

seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal

hukum.10

Bahan sekunder yang peneliti gunakan diantaranya Jurnal

hukum karya Esti Aryani yang berjudul “Pemalsuan Merek dan

Penegakkan Hukumnya (Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana)”,

VOL.VII, NO.1, April 2009. Peneliti juga banyak menggunakan

buku, diantaranya Rachmadi Usman yang berjudul “Hukum Hak atas

Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di

Indonesia”.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan-bahan yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber primer

atau sumber sekunder seperti kamus, kamus hukum, ensiklopedia

dan lain sebagainya. Salah satu kamus hukum yang peneliti gunakan

dalam skripsi ini adalah Kamus Hukum Black's Law Dictionary.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

penelitian kepustakaan (library research), yakni upaya untuk

memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan

perundang-undangan, putusan hakim, pendapat artikel dan jurnal hukum.

Dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan isu hukum yang akan dibahas. Metode ini

dilakukan dengan cara melihat dan membaca sehingga dapat memberikan

kejelasan dari bahan hukum yang sudah terkumpul. Untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian kepustakaan di

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

10

Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian Hukum”, ... h. 141.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

12

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan sesuai dengan

landasan pustaka yang relevan dengan tema yang diteliti. Selanjutnya

dikategorikan menjadi bab dan sub-sub dalam penelitian secara rinci agar

terstruktur dan sistematis

6. Teknik Analisis Data

Selanjutnya penelitian ini dianalisa dengan metode analisis

kualitatif deskriptif yang dimana dalam hal ini bertujuan untuk

memperoleh data seutuhnya sehingga menjadi data yang merupakan rinci

dari suatu fenomena yang diteliti oleh penulis. Metode analisis data

secara kualitatif adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam

menyajikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.11

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan penulis dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang ada

dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”

E. Sistematika Pembahasan

Untuk menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang

benar, sistematis dan teratur, maka skripsi ini dirancang dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I Dalam bab ini menjelaskan Latar Belakang Masalah,

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Pembahasan.

BAB II Dalam bab ini menjelaskan kerangka teoritis dan konseptual

yang mengacu pada kajian kepustakaan yang relevan dengan

11

Zainuddin Ali, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h. 107.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

13

permasalahan peneliti yang berkaitan dengan penggunaan

Merek dagang pihak lain tanpa hak setelah berakhirnya

perjanjain waralaba. Dalam bab ini juga terdapat kerangka

teori dan tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang berkenaan

dengan objek yang diteliti yaitu profil PT. K-24 Indonesia,

pelanggaran merek, perlindungan hukum terhadap pemegang

hak atas merek dan penyelesaian sengketa serta sanksi

terhadap pelanggaran merek.

BAB IV Bab ini membicarakan tentang perlindungan hukum bagi

franchisor yang merek waralabanya masih digunakan oleh

pihak lain ketika perjanjian waralaba sudah berakhir.

Selanjutnya peneliti juga akan membahas mengenai analisis

pertimbangan hukum majelis hakim pada Putusan Nomor

4/Pid.Sus/2015/PN Bla.

BAB V Dalam bab ini merupakan bab yang terakhir yang di

dalamnya berisikan kesimpulan dan rekomendasi dari bab-

bab sebelumnya.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN MEREK TANPA HAK

A. Kerangka Konseptual

1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian

Perjanjian memiliki definisi yang berbeda-beda menurut

pendapat ahli yang satu dengan yang lainnya. Di dalam Buku III

KUH Perdata mengatur tentang Verbintenissenrecht, dimana

tercakup pula istilah Overeenkomst. Dikenal terdapat 3 (tiga)

terjemahan dari Verbentenis, yaitu perikatan, perutangan dan

perjanjian, sedangkan Overeenkomst ada 2 (dua) terjemahan, yaitu

perjanjian dan persetujuan.1

Istilah hukum seperti perikatan, kontrak, MoU dan akad pada

prinsipnya memiliki pengetian yang sama, yaitu perjanjian. Akan

tetapi jika ingin lebih cermat, antara perjanjian, perikatan, kontrak,

MoU dan akad terdapat perbedaan fungsi dan penggunaannya, yaitu:

1) Perjanjian

Pasal 1313 dalam KUH Perdata memberikan definisi, yaitu:

“Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum yang

dilakuakan antara para pihak, yang kemudian saling

mengikatkan dirinya sehingga menimbulkan adanya perikatan.

Dari perjanjian tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian

merupakan sumber dari perikatan.

2) Perikatan

Mr. H. F. Vollmar, di dalam bukunya “Inleiding tot de

Studie van het Nederlends Burgerlijk Recht” mengatakan:

1 Handri Raharjo, “Hukum Perjanjian di Indonesia”, (Yogyakarta: Pustaka Yustitia, 2009),

h. 41.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

15

“Ditinjau dari isinya ternyata bahwa perikatan itu ada

selama seseorang itu (debitur) harus melakukan suatu

prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap

kreditur kalau perlu dengan bantuan hakim”. 2

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

perikatan merupakan hubungan hukum yang timbul dari

perbuatan hukum. Pihak yang berhak menuntut suatu hal dari

pihak lain disebut kreditur, dan pihak lain yang berkewajiban

untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah debitur.

3) Kontrak

Kata kontrak berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik

perjanjian maupun kontrak mengandung pengertian yang sama,

yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para

pihak kedalam suatu hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak

lebih sering digunakan dalam praktek bisnis. Karena jarang

sekali orang menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan,

maka kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara tertulis,

sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang

dibuat secara tertulis.3

4) MoU (Memorandum of Understanding)

Memorandum of Understanding, yang dalam bahasa

Indonesia disebut Nota Kesepahaman atau Nota Kesepakatan

adalah langkah awal dalam pembuatan suatu kontrak. Isi MoU

lebih kepada penawaran, pertimbangan, penerimaan dan niat

untuk terikat secara hukum. Menurut Munir Fuady, MoU adalah

perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti dan

dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya secara

detail, karena itu MoU berisikan hal-hal yang pokok saja.

2 Taryana Soenandar dkk, “Kompilasi Hukum Perikatan”, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2016), h. 1. 3 http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan.pdf, (Diakses pada

23 Oktober 2019, pukul 13.45)

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

16

Adapun mengenai lain-lain aspek dari MoU relatif sama dengan

perjanjian-perjanjian lain.4

5) Akad

Kata akad berasal dari bahasa Arab al-aqd yang secara

etimologi berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan.

Secara terminologi fiqh, akad didefenisikan dengan “pertalian

ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan

penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang

berpengaruh kepada objek perikatan”.5

b. Asas-Asas Perjanjian

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Hukum perjanjian di Indonesia menganut sistem terbuka,

hal ini berarti hukum memberikan kebebasan untuk mengadakan

perjanjian yang dikehendaki asal tidak bertentangan dengan

undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.6 Pasal 1338

ayat (1) KUH Perdata menjelaskan bahwa “Semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya”.

2) Asas Konsensualisme

Arti konsensualisme ialah, pada dasarnya perjanjian dan

perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik

tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu

sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal yang pokok dan

tidaklah diperuntukan suatu formalitas. Adakalanya undang-

undang menetapkan, bahwa untuk sahnya suatu perjanjian

diharuskan perjanjian itu dilakukan secara tertulis atau dengan

akta notaris, tetapi hal yang demikian itu merupakan suatu

4 Ricardo Simanjuntak, “Hukum Kontrak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis”, Edisi

Revisi, (Jakarta: Kontan Publishing, 2011), h. 91. 5 Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, “Fiqh Muamalat”, (Jakarta:

Kencana, 2010), h. 50-51. 6 A. Qirom Syamsudin Meliala, “Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya”, (Yogyakarta: Liberty, 2004), h. 9.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

17

pengecualian. Yang lazim, bahwa perjanjian itu sudah sah dalam

arti sudah mengikat, apabila sudah tercapai kesepakatan

mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian itu. Jual beli, tukar

menukar, sewa-menyewa adalah salah satu contoh perjanjian

yang konsensuil.7

3) Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum berhubungan dengan mengikatnya

suatu perjanjian. Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1338

Ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya”.

4) Asas Itikad Baik

Asas itikad baik ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu

perjanjian. Pasal 1338 Ayat (3) KUH Perdata, menyatakan

bahwa: “persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan

itikad baik”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang

dimaksud dengan itikad baik adalah “Kepercayaan, keyakianan

yang teguh, maksud, kemauan (yang baik)”. Wirdjono

Prodjodikoro memberikan batasan itikad baik dengan istilah

“dengan jujur” atau “secara jujur”.8

c. Syarat Sahnya Perjanjian

1) Kesepakatan Kedua Belah Pihak

Kesepakatan harus dilahirkan oleh para pihak tanpa

adanya paksaan, kekeliruan dan penipuan. Menurut Subekti

dalam bukunya yang berjudul hukum perjanjian menyatakan

bahwa menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, para pihak

dianggap menerima semua yang termaksud dalam surat

perjanjian apabila telah menandatangani suatu perjanjian.

Bahwasannya mungkin ia tidak membaca isinya, hal itu menjadi

7 Subekti, “Hukum Perjanjian”, (Jakarta: Intermasa, 2004), h. 15.

8 Subekti, “Pokok-pokok Hukum Perdata”, (Jakarta: P.T. Intermasa, 2004), h. 134.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

18

tanggung jawab sendiri. Ia dianggap sepantasnya membaca surat

yang diterimanya dalam waktu sesingkat-singkatnya.9

2) Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perjanjian

Cakap berarti sudah dewasa, sehat pikiran dan tidak

dilarang oleh undang-undang untuk melakukan suatu perbuatan

tertentu. Orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum

adalah orang yang sudah dewasa. Sebagaimana yang telah

ditetapkan undang-undang, ukuran kedewasaan yaitu berumur

21 tahun dan atau sudah kawin.

Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan

hukum ialah anak di bawah umur, orang yang ditaruh di bawah

pengampuan dan istri (Pasal 1330 KUH Perdata). Dalam

perkembangan hukum yang ada, isteri dapat melakukan

perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Surat Edaran

Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963.

3) Suatu Hal Tertentu

Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang

menjadi obyek suatu perjanjian. Yang menjadi objek perjanjian

adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah apa yang

menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.

Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif. Menurut

Pasal 1234 KUH Perdata, Prestasi terdiri dari memberikan

sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.10

4) Suatu Sebab Yang Halal

Suatu sebab yang halal adalah syarat sahnya perjanjian.

Mengenai syarat ini Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan

bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat

karena suatu sebab yang terlarang, tidak mempunyai kekuatan.

9 Subekti, “Hukum Perjanjian”, … h. 29-30.

10 Salim HS, “Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (Buku

Kesebelas)”, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 34.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

19

d. Berakhirnya Perjanjian

1) Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak, misalnya

persetujuan yang berlaku untuk waktu tertentu.

2) Ditentukan oleh Undang-undang mengenai batas berlakunya

suatu perjanjian, misalnya menurut Pasal 1066 ayat 3 KUH

perdata disebutkan bahwa para ahli waris dapat mengadakan

perjanjian untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan

pemecahan harta warisan, tetapi waktu persetujuan tersebut oleh

ayat 4 dibatasi hanya dalam waktu lima tahun.

3) Ditentukan oleh para pihak atau Undang-undang bahwa

perjanjian akan hapus dengan terjadinya peristiwa tertentu.

Misalnya jika salah satu pihak meninggal dunia, maka perjanjian

tersebut akan berakhir.

4) Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging). Opzegging

dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak.

Opzegging hanya ada pada perjanjian yang bersifat sementara,

misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa-menyewa.

5) Perjanjian hapus karena putusan hakim.

6) Tujuan perjanjian telah dicapai.

7) Berdasarkan kesepakatan para pihak (herroeping).11

2. Tinjauan Umum Tentang Merek

Secara yuridis definisi merek berdasarkan perspektif hukum di

Indonesia telah tercantum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek yang berbunyi:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-

huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-

unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang atau jasa”.12

11

Handri Raharjo, “Hukum Perjanjian di Indonesia”, … h. 95 12

Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas, “Pokok-Pokok Hukum Bisnis”, (Jakarta:

Salemba Empat, 2018), h. 211.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

20

Seiring perkembangan waktu, undang-undang tentang merek

mengalami perubahan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek sudah digantikan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis. Menurut Pasal 1 butir 1 dijelaskan

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa

gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam

bentuk 2 (dua) dimensi dan/ atau 3 {tiga) dimensi, suara,

hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut

untuk membedakan barang dan Zatau jasa yang diproduksi oleh

orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang

darr/ atau jasa.”

Merek bagi pelaku usaha barang dan atau jasa sangat penting

karena berfungsi sebagai tanda pengenal yang membedakan produk

perusahaan yang satu dengan produk perusahaan lain (product identity).

Selain itu merek juga memiliki fungsi sebagai tanda untuk membedakan

asal-usul serta citra reputasi diantara pelaku usaha, terutama bagi pelaku

usaha yang memiliki jenis usaha yang sama. Melalui merek konsumen

dapat mengetahui kualitas dan asal-usul barang dan atau jasa yang

ditawarkan. Semakin unik nama, bentuk, logo dan warna dari suatu

merek, maka konsumen akan lebih mengingat merek tersebut. Oleh

karena itu, merek sangat erat kaitannya dengan citra suatu perusahaan.

Merek secara etimologis berasal dari bahasa inggris, yaitu trade

mark yang dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai:

“A world phrase, logo and other graphic symbol used by a

manufacturer or seller to distinguish its product or products from

those of orders”. 13

(Suatu kata, susunan kata, lambang atau gambar yang digunakan

oleh pabrik atau penjual untuk membedakan produk mereka

dengan produk lainnya).

13 Venantria Sri Hadiarinanti, “Hak Kekayaan Intelektual Merek & Merek Terkenal”,

(Jakarta: Unika Atmajaya, 2009), h. 7.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

21

Harsono Adisumarto,S.H.,MPA, merumuskan bahwa, “Merek

adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik

orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada

punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan

bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal

untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang

tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek digunakan

inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan”.14

a. Jenis Merek

Menurut Rahmi Jened, merek (trademark) digunakan sebagai

tanda daya pembeda untuk perdagangan barang atau jasa. Untuk itu

merek harus memiliki elemen:

1) tanda dengan daya pembeda

2) tanda tersebut harus digunakan

3) untuk perdagangan barang atau jasa.15

.

Jenis-jenis merek juga dapat dibagi berdasarkan tingkat derajat

kemasyuran suatu merek di masyarakat, yaitu:

1) Merek Biasa

Disebut juga “normal mark” yang berarti merek ini tidak

memiliki reputasi yang baik di dalam masyarakat karena

kualitasnya yang rendah. Merek ini tidak memberikan citra yang

baik kepada masyarakat sehingga masyarakat enggan memilih

merek produk tertentu diantara berbagai merek yang ada.

Perlu diingat terkadang suatu merek tergolong merek

biasa, bukan semata-mata disebabkan faktor kualitas

teknologinya yang kurang. Juga bukan disebabkan desain atau

kemudahan serta efektivitas pemakaian dan pemeliharaan. Tidak

pula karena faktor lukisan dan warna merek yang dipencarkan.

Kemungkinan besar dikarenakan faktor strategi promosi dan

14

H. Adisumarto, “Hak Milik Perindustrian”, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1990) h. 44. 15

Rahmi Jened, “Hukum Merk Trademark Law Dalam Era Global Integrasi Ekonomi”,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h. 6.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

22

pengiklanan. Dana iklan yang tidak memadai menyebabkan

pengenalan ke masyarakat kurang memadai.16

2) Merek Terkenal

Sering disebut “well-known mark”. Merek ini memiliki

reputasi yang baik dan merupakan merek yang sering dipilih

oleh masyarakat yang biasanya memiliki kualitas yang baik dan

dapat memuaskan konsumen yang memakai merek tersebut.

Suatu merek terkenal harus terdaftar pada negara asalnya agar

mendapatkan perlindungan di negara lain.

3) Merek Termasyur

Jenis merek ini adalah merek dengan derajat yang paling

tinggi yaitu “famous mark”. Merek termasyur yaitu merek yang

sudah dikenal dan memiliki reputasi paling tinggi yang pada

beberapa negara bahkan diakui keberadaannya meskipun tidak

terdaftar, kemahsyurannya dapat mencegah pihak yang tidak

memiliki hak untuk menggunakan merek termahsyur tersebut.

Merek termahsyur dapat terlindungi dari penggunaan yang tidak

sah atas barang dan jasa meskipun tidak masuk dalam daftar

perlindungan karena orang sudah sangat mengenalnya.17

b. Fungsi Merek

Menurut P.D.D. Dermawan fungsi merek ada tiga, yaitu:

1) Fungsi Indikator Sumber, artinya merek berfungsi untuk

menunjukan bahwa suatu produk bersumber secara sah pada

suatu unit usaha dan karenanya juga berfungsi untuk

memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara

profesional;

2) Fungsi Indikator Kualitas, merek berfungsi sebagai jaminan

kualitas khususnya dalam kaitan dengan produk bergengsi;

16

M.Yahya Harahap, “Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia

Berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 1992”, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), h. 81-82. 17

Elisa Tanadi, Skripsi “Pelanggaran Merek Dengan Itikad Tidak Baik (Studi Putusan

No.409k/Pdt.Sus-Hki/2015)”, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018), h. 24.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

23

3) Fungsi Sugestif, artinya merek memberikan kesan akan menjadi

kolektor produk tersebut.18

c. Hak Atas Merek

Definisi hak atas merek tercantum dalam Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang berbunyi:

“Hak atas merek adalah hak esklusif yang diberikan negara

kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu

tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.

Pengalihan terhadap hak atas merek dapat terjadi melalui

beberapa peristiwa hukum seperti, pewarisan, hibah, perjanjian atau

sebab-sebab lain yang diperbolehkan oleh Undang-Undang yang

berlaku (misalnya jual beli, merger perusahaan dan lain-lain).

3. Tinjauan Umum Tentang Waralaba

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007

Tentang Waralaba, franchise diartikan sebagai :

“Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka

memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan

dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain

berdasarkan perjanjian waralaba”.

Unsur-unsur yang dapat dirumuskan dari definisi ini adalah:19

1) Adanya perikatan

2) Adanya hak pemanfaatan dan/atau penggunaan

3) Adanya objek, yaitu hak atas kekayaan intelektual atau penemuan

baru atau ciri khas usaha

4) Adanya imbalan atau jasa

5) Adanya persyaratan dan penjualan barang.

18

M. Yahya Harapan, “Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992”, … h. 44-45. 19

Salim HS, “Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (Buku

Kesebelas)”, … h. 164.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

24

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba

juga memberikan pengertian Pemberi waralaba (franchisor) yaitu orang

perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk

memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya

kepada Penerima Waralaba. Kemudian, penerima waralaba (franchisee)

adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh

pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba

yang dimiliki pemberi waralaba.

Pengertian waralaba dalam Black’s Law Dictionary menekankan

pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang dan jasa

dengan memanfaatkan merek dagang franchisor, dimana pihak

franchisee berkewajiban untuk mengikuti metode dan tata cara atau

prosedur yang telah ditetapkan oleh franchisor.20

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Terkait dengan teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang

menjelaskan, antara lain:

a. Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

beberapa kepentingan dalam masyarakat, perlindungan terhadap

kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi

beberapa kepentingan di lain pihak. Perlindungan hukum harus

melihat tahapan yakni, perlindungan hukum lahir dari suatu

ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseorangan dengan Pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat.21

20

Adrian, “Hukum Waralaba”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 7-8. 21

http://tesishukum.com (Diakses pada 20 September 2019 Pukul 14.00)

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

25

b. Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum memberikan

pengayoman terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) yang dirugikan

oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat

agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 22

Berdasarkan deefinisi mengenai perlindungan hukum di atas, dapat

disimpulkan bahwa fungsi hukum adalah melindungi rakyat dari bahaya

dan tindakan yang dapat merugikan dan menderitakan hidupnya dari

orang lain, masyarakat maupun penguasa. Selain itu berfungsi pula untuk

memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Berdasarkan pembahasan yang peneliti

teliti, sangat erat kaitannya dengan teori perlindungan hukum, karena

apabila hak franchisor sebagai pemilik merek yang sah tidak dilindungi,

maka akan terjadi perbuatan yang melanggar hukum karena dapat

merugikan pemegang hak atas merek yang sah.

2. Teori Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk perikatan yang

lahir dari undang-undang sebagai akibat dari perbuatan manusia yang

melanggar hukum, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.23

Perbuatan melawan hukum erat kaitannya dengan perbuatan

pelanggaran terhadap hak orang lain, hak-hak yang dilanggar tersebut

adalah hak-hak yang diakui oleh hukum, termasuk hak-hak pribadi, hak

kekayaan intelektual, hak atas kebebasan dan hak atas kehormatan.

Dalam kasus yang peneliti teliti, subjek yang melakukan perbuatan

melawan hukum adalah mantan franchisee yang masih menggunakan

assesori/atribut yang berhubungan dengan Merek K-24 Indonesia.

Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang

melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain,

22

Satjipto Raharjo, “Ilmu Hukum” (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53. 23

Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, “Seri Hukum Perikatan-Perikatan Yang Lahir

Dari Undang-Undang”, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2017), h. 81.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

26

mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya

untuk menggantikan kerugian tersebut”.

Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH

sebagai berikut:

a. ada perbuatan melawan hukum;

b. ada kesalahan;

c. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;

d. ada kerugian.24

Pengertian perbuatan melawan hukum dalam Pasal 1365 KUH

Perdata tidaklah dirumuskan secara eksplisit. Pasal 1365 KUH Perdata

hanya mengatur apabila seseorang mengalami kerugian karena perbuatan

melawan hukum yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, maka

ia dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada Pengadilan Negeri. Jadi

Pasal tersebut bukan mengatur mengenai onrechtmatigedaad, melainkan

mengatur mengenai syarat-syarat untuk menuntut ganti kerugian akibat

perbuatan melawan hukum.25

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menjaga keaslian judul yang diajukan oleh peneliti, perlu

diadakan penelitian berupa kajian terdahulu sebagai dasar perbandingan:

1. Skripsi yang ditulis oleh Elisa Tanadi.26

Dalam skripsi ini membahas

mengenai tinjauan umum tentang merek dari Undang-undang No.20

Tahun 2016 Tentang Merek dan jenis-jenis pelanggaran merek terdaftar

dan kriteria itikad tidak baik. Sedangkan peneliti membahas mengenai

perlindungan hukum terhadap pelanggaran merek tentang penggunaan

merek tanpa hak ketika perjanjian waralaba telah berakhir. Yang

menjadi inti permasalahan peneliti adalah ketika perjanjian waralaba

24

https://konsultanhukum.web.id/unsur-unsur-perbuatan-melawan-hukum/ (Diakses pada

Senin, 13 Januari 2020, pukul 22.44 WIB) 25

M.A. Moegni Djodjodirjo, “Perbuatan Melawan Hukum”, (Jakarta: Pradnya Paramita,

1976), h. 18. 26

Elisa Tanadi, Skripsi“Pelanggaran Merek Dengan Itikad Tidak Baik (Studi Putusan

No.409k/Pdt.Sus-Hki/2015)”, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018).

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

27

berakhir, mantan franchisee tersebut masih menggunaan atribut dan

aksesoris milik Merek franchisor. Persamaan skripsi ini dengan yang

akan peneliti bahas adalah sama sama membahas mengenai merek dan

bagaimana hukum di Indonesia membahas dan melindungi hak atas

merek.

2. Skripsi yang ditulis oleh Ovy Suharttiwy.27

Dalam skripsi ini

membahas mengenai bagaimana pertimbangan hukum dalam

pemutusan perjanjian waralaba antara Salon Kecantikan De Grace

dengan Salon Kecantikan dan Pelangsingan “Yemember”. Sedangkan

peneliti membahas mengenai perlindungan hukum bagi frachisor yang

memutuskan perjanjian waralaba dikarenakan franchisee melakukan

wanprestasi. Persamaan skripsi ini dengan yang akan peneliti bahas

yakni sama-sama membahas mengenai perlindungan hukum yang

diberikan bagi pihak-pihak dalam bisnis waralaba.

3. Jurnal yang ditulis oleh Ibrahim Nainggolan.28

Dalam jurnal ini

membahas tentang pertanggungjawaban pidana terkait penggunaan

merek yang sama tanpa izin, sedangkan peneliti membahas ketika

perjanjian waralaba berakhir, franchisee yang sudah dicabut Hak

Penerimaan Waralabanya karena wanprestasi masih menggunaan

atribut dan aksesoris milik Merek franchisor. Yang menjadi persamaan

antara jurnal ini dengan masalah yang akan peneliti teliti adalah sama-

sama membahas mengenai seseorang yang menggunakan Merek

dagang milik orang lain tanpa tanpa izin dan bentuk perlindungan

hukum serta pertanggungjawabannya.

27

Ovy Suharttiwy, Skripsi “Perlindungan Hukum Bagi Franchisee Dalam Hal Pemutusan

Perjanjian Waralaba (Studi Kasus Salon De Grace dan Salon Yemember Surabaya)” (Solo:

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016), h. 9. 28

Ibrahim Nainggolan, Jurnal “Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan Penggunaan

Merek Yang Sama Pada Pokonya Tanpa Izin (Analisis Putusan MA.RI No. 2037/ Pid.Sus/2015)”

(Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2019), h. 8.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

28

BAB III

PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK ORANG LAIN TANPA HAK

A. Profil PT K-24 Indonesia

Apotek K-24 didirikan oleh dr. Gideon Hartono pada tanggal 24

Oktober 2002 di Yogyakarta. K-24 sendiri adalah kependekan dari komplet

24 jam. Komplet dalam artian komplet obatnya dan buka 24 jam sehari

sepanjang tahun. Gerai pertama didirikan di Jl. Magelang mendapat sambutan

yang luar biasa sehingga didirikan gerai berikutnya pada tanggal 24 maret

2003 di Jl. Gejayan dan tanggal 24 Agustus 2003 gerai ke tiga didirikan di Jl.

Kaliurang. Pada tahun 2004 apotek k-24 membuka gerai ketiga di Jl.

Gondomanan dan gerai keempat di dirikan di Kota Semarang di Jl. Gajah

Mada. Pada tanggal 6 April 2005 Apotek K-24 mendapat penghargaan dari

MURI sebagai “Apotek Jaringan Pertama di Indonesia Yang Buka 24 jam

Non Stop Setiap Hari”1

Karena keberhasilannya akhirnya pada tahun 2005 apotek K-24

mulai di waralabakan dan pada ulang tahunnya yang ke 3 (tiga) Apotek K-24

membuka secara serentak 7 gerai baru, 4 gerai berlokasi di Surabaya, 2 gerai

di Yogyakarta dan 1 gerai di Semarang, bersamaan pula MURI memberikan

penghargaan kembali yaitu untuk “apotek asli Indonesia yang pertama

diwaralabakan”, dan “pembukaan gerai apotek terbanyak”.2 Dalam kurun

waktu 17 tahun Apotek K-24 telah berkembang hingga lebih dari 450 gerai

yang tersebar di 115 kota/kabupaten dan 24 provinsi di Indonesia.

Pengembangan Apotek K-24 di seluruh Indonesia dilakukan secara franchise

atau waralaba maupun dengan membuka gerai sendiri (company owned).

1. VISI

a. Menjadi merek nasional yang menjadi pemimpin pasar bisnis apotek

di Negara Republik Indonesia, melalui apotek jaringan waralaba

1 https://www.apotek-k24.com/tentang-kami (Diakses pada tanggal 04 November 2019,

pukul 14.20 WIB) 2 http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-24.html

(Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB)

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

29

yang menyediakan ragam obat yang komplit, buka 24 jam termasuk

hari libur yang tersebar di seluruh Indonesia.

b. Menjadi merek nasional kebanggaan bangsa Indonesia yang menjadi

berkat dan bermanfaat bagi masyarakat, karyawan dan pemilik.

c. Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga

yang sama pagi-siang-malam dan hari libur.

d. Menyediakan kualitas pelayanan prima: Apotek K-24 senantiasa

mempelajari dan mengusahakan peningkatan kualitas pelayanan

untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan dan

penerima waralaba.3

2. MISI

a. Menyediakan pilihan obat yang komplit, setiap saat, dengan harga

sama pagi-siang-malam dan hari libur: Apotek K-24 melayani

masyarakat selama 24 jam perhari 7 hari perminggu dengan

memberlakukan kebijakan harga yang tetap sama pada pagi hari,

siang hari, malam hari maupun hari libur.

b. Menyediakan kualitas pelayanan yang prima: Apotek K-24

senantiasa mempelajari dan mengusahakan peningkatan kualitas

pelayanan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan para pelanggan

dan penerima waralaba.4

B. Kasus Posisi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/Pn Bla

1. Para Pihak

PT. K-24 Indonesia yang beralamat di Jl. Magelang Karangwaru

Kidul PR 24 Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, mengajukan

gugatan kepada Oktavia Cokrodiharjo bin Poly Cokrodiharjo bertempat

tinggal di Jalan Diponegoro Nomor 08C RT 01 RW 10 Kelurahan Cepu

Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Terdakwa didampingi oleh Penasihat

3 http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-24.html

(Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB) 4 http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-24.html

(Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB)

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

30

Hukum bernama Dion S. Marhaendra, S.H., M.H. dan M. Rizky Dano,

S.H., M.H., Para Advokat dan Konsultan Hukum pada Law Office &

Legal Consultant Dion S. Marhaendra & Partners, yang beralamat di

Jalan Singosari IV Nomor 14 Semarang, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus tanggal 14 Januari 2015.

2. Kronologis Kasus

Merek K-24 merupakan sebuah merek yang telah terdaftar pada

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dengan nomor

sertifikat 559254 tertanggal 12 Januari 2004 atas nama pemilik Gideon

Hartono yang kemudian diperpanjang sebagaimana tertuang di dalam

Sertifikat Merek yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dengan nomor pendaftaran IDM000386245

tanggal 29 Januari 2013 atas nama pemilik PT. K-24 Indonesia, berlamat

di Jalan Magelang Karangwaru Kidul PR 24 Yogyakarta, dimana PT. K-

24 Indonesia bergerak dalam bidang apotek penjualan obat-obatan. Pada

tanggal 15 Juni 2009, PT. K-24 Indonesia yang diwakili Gideon Hartoni

dan CV. Ramai Medika yang diwakili Oktavia Cokrodiharjo,

mengadakan perjanjian waralaba atas penggunaan Hak Kekayaan

Intelektual berupa Merek dan Sistem Pengelolaan Apotek K-24.

Pada bulan April 2012 software computer milik Apotek K-24

Indonesia yang selama ini digunakan oleh Oktavia Cokrodiharjo

mengalami kerusakan sehingga kemudian Oktavia Cokrodiharjo

memanggil teknisi dari PT. K-24 Indonesia, akan tetapi teknisi PT. K-24

Indonesia tidak dapat memperbaiki sehingga kemudian perangkat

komputer tersebut dibawa ke kantor kantor pusat yang terletak di Jl.

Magelang Karangwaru Kidul PR 24 Kecamatan Tegalrejo, Kota

Yogyakarta. Kemudian pada bulan Juli 2012 PT. K-24 Indonesia

menyatakan terdapat perbedaan omset penjualan yang tertera dalam

komputer dengan omset yang dilaporkan, sehingga kepada Oktavia

Cokrodiharjo diwajibkan oleh PT. K-24 Indonesia untuk membayar

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

31

franchise fee kurang lebih Rp176.790.535,- (seratus tujuh puluh enam

juta tujuh ratus sembilan puluh ribu lima ratus tiga puluh lima rupiah).

Oktavia Cokrodiharjo tidak pernah mau membayar franchise fee

sebesar kurang lebih Rp176.790.535,- (seratus tujuh puluh enam juta

tujuh ratus sembilan puluh ribu lima ratus tiga puluh lima rupiah)

tersebut, sehingga oleh PT. K-24 Indonesia diberikan surat peringatan

tentang tunggakan pembayaran franchise fee yang antara lain:

1) Surat No. 170/sekretariat/K-24/IV/2012 tanggal 08 April 2012

2) Surat No. 089/K-24/LEGAL/VII/2012 tanggal 02 Juli 2012 tentang

peringatan pembayaran kewajiban franchise fee.

3) Surat No. 093/K-24/LEGAL/VII/2012 tanggal 26 Juli 2012 tentang

peringatan kedua pembayaran kewajiban franchise fee.

4) Surat No. 111/K-24/LEGAL/IX/2012 tanggal 02 Oktober 2012

tentang peringatan dan undangan terakhir untuk melakukan

pembayaran kewajiban franchise fee.

Sampai dengan surat peringatan terakhir diajukan, Oktavia

Cokrodiharjo tetap tidak mau untuk melakukan pembayaran kewajiban

franchise fee sebesar kurang lebih Rp176.790.535,- (seratus tujuh puluh

enam juta tujuh ratus sembilan puluh ribu lima ratus tiga puluh lima

rupiah), kepada pihak PT. K-24 Indonesia. Atas dasar tersebut, pada

tanggal 07 Nopember 2012, hak penerima waralaba Apotek K-24 milik

Oktavia Cokrodiharjo dicabut oleh PT. K-24 Indonesia berdasarkan Surat

Nomor 213/sekretariat/K-24/XI/2012 tertanggal 07 Nopember 2012 yang

disampaikan melalui e-mail dengan ketentuan sebagaimana dalam

perjanjian waralaba, bahwa Oktavia Cokrodiharjo diwajibkan untuk

membongkar dan menghilangkan semua assesoris/atribut dan

perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-24 Indonesia paling

lambat tanggal 14 Nopember 2012.

Setelah Oktavia Cokrodiharjo mendapat email mengenai

pencabutan hak penerimaan waralaba, hari itu juga ia memerintahkan

Isna Laily Mukhayah, S. Farm Apt., ke Kantor Dinkes Kabupaten Blora

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

32

untuk mengurus perijinan Apotik yang baru dengan nama Apotik

“Pemuda”. Pada tanggal 20 Nopember 2012, berdasarkan Surat Ijin

Apotik Nomor: 18/SIA/VI/2009/GN/2012 tertanggal 20 Nopember 2012

yang ditandatangani oleh Slamet Sucahyo, SH., selaku Plt. Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Blora pada saat itu, Apotik K-24 Cepu milik

Oktavia Cokrodiharjo telah resmi berubah menjadi Apotik Pemuda.

Pada tanggal 10 Nopember 2012, Oktavia Cokrodiharjo pergi ke

Amerika Serikat selama 10 hari dan baru kembali ke Indonesia pada

tanggal 20 Nopember 2012. Pada tanggal 12 Nopember 2012 saat

Oktavia Cokrodiharjo sedang berada di Amerika Serikat, Surat Nomor

213/sekretariat/K-24/XI/2012 tertanggal 07 Nopember 2012 tentang

pencabutan hak waralaba, secara fisik baru diterima oleh Suhartatik.

Dikarenakan Oktavia Cokrodiharjo sedang di Amerika Serikat, surat

tersebut baru disampaikan oleh Suhartatik pada tanggal 20 Nopember

2012 sepulang dari Amerika Serikat.

Pada tanggal 4 Desember 2012, Grace Amelia Senggu, S.H., selaku

Legal Officer PT. K-24 Indonesia, mendatangi Apotik Pemuda milik

Oktavia Cokrodiharjo, ternyata masih terdapat asesoris/atribut dan

perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-24, padahal oleh

Apoteker Pengelola Apotik (APA) milik Oktavia Cokrodiharjo, telah

dinyatakan dalam surat pernyataan bahwa sejak tanggal 07 Nopember

2012 sudah tidak menggunakan seragam K-24, spanduk K-24 dan segala

sesuatu yang berkaitan dengan K-24.

Berdasarkan keterangan Grace Amelia Senggu, SH., ketika ia

mendatangi Apotek Pemuda pada tanggal 4 Desember 2012 kedapatan

masih menggunakan merk K-24 dan aksesorisnya, yaitu:

1) Board atau papan reklame masih terpasang walaupun sudah ada

skafolding.

2) Di dalam ruangan apotik terdapat tulisan / aksesoris milik K-24.

3) Tulisan papan apotik dalam ruangan masih menggunakan K-24.

4) Karyawan juga masih menggunakan pakaian seragam K-24.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

33

Atas kejadian tersebut, Grace Amelia Senggu, SH. yang sudah

dibekali surat kuasa oleh PT. K-24 Indonesia melaporkan Oktavia

Cokrodiharjo ke Polres Blora atas dasar penggunaan merek K-24 tanpa

hak, dengan tuntutan Primer Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek; “dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek

terdaftar milik pihak lain untuk barang/atau jasa sejenis yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan” dan tuntutan Subsider Pasal 91 Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek; “dengan sengaja dan

tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek

terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang

diproduksi dan/atau diperdagangkan”.

C. Pelanggaran Hak Merek

Sebuah merek terdaftar dilindungi selama jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun dengan pembayaran biaya. Namun, pemilik harus mengajukan

perpanjangan 12 (dua belas) bulan sebelum merek tersebut berakhir. Merek

akan diperpanjang masa berlakunya hanya jika pemilik masih menggunakan

merek tersebut dalam perdagangan barang dan atau jasa.5 Meski undang-

undang telah memberikan perlindungan terhadap hak atas merek, masih

banyak saja pihak-pihak yang melakukan pelanggaran.

Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek sebagai payung hukum terhadap pelanggaran hak atas merek. Di

dalam peraturan tersebut memuat bentuk-bentuk pelanggaran merek.

Pelanggaran merek tersebut terdapat pada pasal 90 – 94 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan dikategorikan menjadi 5, yaitu:

1. Dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada

keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

5 Tim Lindsey, dkk, “Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar”, (Bandung: PT. Alumni,

2005), h. 144.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

34

2. Dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada

pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau

jasa sejenis yang diproduksi dan/atau dipergunakan

3. Dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada

keseluruhan atau pada pokonya dengan Indikasi-Geografis milik pihak

lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar

4. Dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi

berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat

memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau

jasa

5. Memperdagangkan barang dan/atau jasa yang diketahui atau patut

diketahui bahwa barang dan/atau jasa tersebut merupakan hasil

pelanggaran sebagaimana tercantum pada poin di atas.

Suatu merek dianggap melanggar merek pihak lain apabila adanya

persamaan yang cenderung menipu konsumen (begitu sama/mirip, sehingga

menyesatkan/menyebabkan kebingungan bagi konsumen) sampai pada batas

dimana kemungkinan konsumen keliru membeli produk barang dan atau jasa,

padahal konsumen tersebut bermaksud membeli produk yang lain. Yang perlu

diingat bahwa tujuan utama dari peraturan merek adalah melindungi bisnis

dan mencegah orang lain “mombonceng” reutasi seseorang atau perusahaan.6

Yang dituntut oleh hukum dari upaya seseorang untuk memperoleh

harta kekayaan ialah harus dilakukan dengan adil, layak dan tidak merugikan

salah satu pihak. Pada prinsipnya sesuai prinsip hukum merek, pelanggaran

merek dapat dikategorikan dalam lima area utama, yaitu:7

1. Pelanggaran berupa persamaan pada pokoknya yang menyebabkan

persamaan yang membingungkan tentang sumber, afiliasi, koneksi.

Merek bertujuan untuk memungkinkan konsumen membedakan

satu produsen dari produsen lainnya dan memberikan kesempatan kepada

konsumen untuk membuat pilihan pembelian suatu barang dan atau jasa

6 Tim Lindsey, dkk, “Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar”, … h. 147.

7 Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 312-323.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

35

berdasarkan pengalaman sebelumnya. Disamping itu, merek

menyediakan insentif bagi perusahaan untuk memproduksi barang dan

atau jasa yang berkualitas dan juga untuk melindungin investasi

perusahaan dalam rangka membangun reputasi.

Teori likelihood of confusing (persamaan yang membingungkan)

dalam undang-undang merek di Indonesia digunakan terminologi

“persamaan pada pokoknya”. Dalam proses administrasi pendaftaran

merek, pelanggaran berdasarkan “persamaan pada pokoknya”

memunculkan isu keberatan (opposition). Dalam konteks litigasi muncul

sebagai isu gugatan pembatalan (cancelation) didasarkan pada

penggunaan nyata (actual use) atau declaratory judgment.8

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek dapat dipakai untuk menetapkan tindakan yang dapat dianggap

sebagai pelanggaran terhadap hak atas merek. Pada pasal tersebut

menyebutkan bahwa permohonan pendaftaran merek harus ditolak oleh

Direktorat Jenderal apabila merek mempunyai persamaan pada pokoknya

atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar

lebih dulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis. Pasal 6 (1)

memaparkan beberapa unsur yang mengakibatkan penolakan pendaftaran

merek. Hal ini dilakukan karena apabila merek tersebut diterima, akan

menimbulkan konflik dengan pemilik merek yang terdaftar lebih dahulu.

2. Pemalsuan atau penggunaan merek yang secara substansial tidak

memiliki daya pembeda (merek identik) disyaratkan pengetahuan

penggunaan untuk dapat dinilai merugikan dan dikenai pidana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian

identik adalah sama besar, tidak berbeda sedikitpun, sama dan sebangun.

Dalam bentuk kata kerja adalah mengidentikkan yang artinya

menyamakan benar-benar. Jadi yang dimaksud merek identik adalah

ketika terdapat suatu merek terkenal kemudian muncul merek lain yang

8 Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, … h. 313.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

36

memiliki kemiripan yang hampir sama dengan merek yang terlebih

dahulu didaftarkan. Hal seperti ini merupakan pelanggaran terhadap

hukum merek atau bisa disebut juga tindakan pemalsuan (counterfeiting).

Pemalsuan merupakan suatu tindakan penyalahgunaan terhadap

merek dagang yang identik sehingga melanggar hak pemegang merek

dagang. Praktek pemalsuan merek dagang dilakukan oleh pengusaha

yang tidak beritikad baik dengan cara memproduksi barang-barang

dengan mempergunakaan merek yang sudah terkenal yang bukan

haknya.9 Sering kali hal tersebut dapat menyesatkan konsumen dalam

mencari produk asli yang akan dibeli.

Pemalsuan terhadap merek bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya secara mudah dengan

melakukan tindakan meniru atau memalsukan merek-merek yang sudah

terkenal di masyarakat tanpa memikirkan bahwa yang dilakukannya

adalah melanggar hak-hak orang lain yang telah dilindungi oleh undang-

undang. Pada prinsipnya setiap tindakan untuk menggunakan merek

identik untuk produk identik adalah secara nyata merupakan tindakan

pemalsuan. Teori counterfeiting muncul dalam kasus pengiklanan untuk

menjual, pengemasan ulang, perbaikan dan pengkondisian ulang

(reconditioning).10

3. Pelanggaran dilution/persamaan pada pokoknya atau keseluruhan

dengan merek terkenal.

Dalam praktik di Indonesia, pelanggaran justru banyak terjadi

melalui penggunaan langsung tanpa ada kehendak untuk mendaftarkan

suatu merek terkenal (wellknown trademarks). Bentuk pelanggaran yang

dapat diidentifikasikan meliputi:11

9 Esti Aryani, “Pemalsuan Merek dan Penegakkan Hukumnya (Ditinjau dari Aspek Hukum

Pidana)”, VOL.VII, NO.1, April 2009, h. 56. 10

Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, … h. 316. 11

Rahmi Jened, “Kesadaran Hukum Pengusaha Tanggulangin Terhadap Perlindungan

Merek Terkenal, Penelitian Mandiri yang Dibiayai oleh JIII dan JICA, 2000 (Rahmi Jened

XXII)”, h. 14-16.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

37

a. Penggunaan merek untuk produk barang dan atau jasa yang tidak

sejenis yang dapat menyesatkan konsumen, contohnya, penggunaan

merek Sony berikut inisialnya untuk produk makanan kecil,

underware dan sebagainya.

b. Penggunaan nama-nama asing sebagai merek seperti, nama Louis,

Karl dan sebagainya.

c. Penggunaan merek secara tanpa hak untuk barang dan atau jasa yang

sejenis, contohnya, Charles Jourdan untuk produk tas dan dompet.

d. Penggunaan material (bahan)dan juga peniruan model produk

dengan inisial merek terkenal, contohnya, penggunaan corak materi

(bahan), accessories sampai dengan model yang sama dengan tas

merek YSL atau Louis Vuittonyang asli (genuine product).

e. Pencantuman indikasi asal yang dapat menyesatkan konsumen,

contohnya, Made in Japan, Made in Italy

f. Penerapan merek terkenal oleh pihak pembeli (termaksud pembeli

asing) terhadap produk-produk yang dibeli secara kosongan dan jual

putus di Indonesia dengan tujuan untuk dijual kembali, contohnya,

pada kasus jual beli tas-tas dari Tanggulangin dan berbagai hasil

kerajinan Indonesia lainnya.

4. Pendaftaran dan penggunaan merek terkenal di internet

(Cybersquatting)

Kasus pendaftaran merek terkenal (wellknown trademark) oleh

pihak lain secara tidak sah di internet dengan maksud untuk menjualnya

dengan harga yang tinggi kepada pemilik merek yang sebenarnya disebut

cybersquatting. Pelanggaran merek jenis dilution ini biasanya disebut

penggunaan domain name. Domain name ini digunakan sebagai situs

atau homepage. Hal ini termaksud ke dalam tindakan mendaftarkan

merek pihak lain secara tidak sah untuk sekedar menutup pesaingnya

sebagai pemilik merek yang sebenarnya.

Beberapa kasus yang ternama adalah Burger King One Million

Case, dimana tergugat mencoba menjual Domain Names

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

38

Burgerking.co.uk sebesar £125.000 kepada pihak Burgerking. Beberapa

Domain Names merek terkenal (wellknown trademark) seperti

windows.com, mc.donald.com, ternyata terdaftar oleh pihak lain bukan

pemilik merek yang sebenarnya.12

5. Penggunaan karakter dalam pemasaran (Character Merchandising)

Penggunaan karakter dalam pemasaran (character merchandising),

seperti karakter Spiderman, Winnie The Pooh, Micky Mouse, dan lain-

lain sebagai merek atau langsung dipakai dalam produk adalah

pelanggaran. Penggunaan reputasi berbagai karakter fiksi untuk

memberikan nama dan menambah popularitas suatu produk, padahal

produk tersebut tidak memiliki kaitan langsung dengan karakter tersebut,

berpotensi melanggar hak pihak-pihak yang menciptakan karakter

tersebut. Hal ini mengingat kemungkinan hilangnya peluang pemegang

hak cipta atas berbagai karakter tersebut untuk memasarkan karakter

fiksinya dalam berbagai produk seperti T-shirt, dan lain-lain. Bahkan hal

tersebut dapat menghambat peluang pemegang hak cipta untuk

memberikan lisensi penggunaan karakter tersebut kepada pihak lain.13

12

Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, … h. 321. 13

Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, … h. 322-323.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

39

BAB IV

PELANGGARAN PENGGUNAAN MEREK ORANG LAIN TANPA HAK

(Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus/2015/PN Bla)

A. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Merek

Satjipto Raharjo mengemukakan bahwa perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) yang

dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar

dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.1 Perlindungan

hukum merupakan hak setiap Warga Negara dan di lain sisi perlindungan

hukum merupakan kewajiban bagi Negara itu sendiri, oleh karena itu Negara

wajib memberikan perlindungan hukum kepada Warga Negara.

Pada prinsipnya perlindungan hukum terhadap masyarakat bertumpu

dan bersumber pada konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap

harkat, dan martabat sebagai manusia. Sehingga pengakuan dan perlindungan

terhadap hak korban sebagai bagian dari hak asasi manusia tanpa membeda-

bedakan. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan

perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan

tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

Sebagai salah satu bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, maka

Merek memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi bangsa Indonesia,

khususnya bagi kelancaran dan peningkatan terhadap perdagangan barang

dan atau jasa dalam kegiatan perdagangan. Merek dapat memenuhi kebutuhan

konsumen akan tanda pengenal suatu produk barang dan atau jasa yang

berfungsi sebagai jaminan kualitas dari suatu produk.

Jika kita membahas mengenai pentingnya suatu Merek dalam

kegiatas perekonomi bangsa, tentu tidak bisa lepas dari perlindungan

hukumnya. Dewasa ini banyak sekali bentuk-bentuk pelanggaran merek yang

terjadi di masyarakat. Karena, merek memiliki nilai ekonomis yang jika tidak

1 Satijipto Raharjo, “ Ilmu Hukum”, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000) , h.53.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

40

dilindungi maka dapat merugikan pihak yang memiliki hak ekslusif atas

merek tersebut.

Di Indonesia, payung hukum yang melindungin pemegang hak

merek adalah Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Undang-undang ini dibentuk dengan tujuan memberikan perlindungan hukum

bagi tanda yang dapat berupa gambar, nama, huruf, angka atau kombinasi.

Kombinasi dari unsur-unsur tersebut memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang dan atau jasa. Tanda tersebut harus

berbeda dengan tanda yang digunakan oleh orang perorang atau perusahaan

lain untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Agar suatu merek mendapatkan perlindungan hukum, maka terhadap

merek tersebut harus didaftarkan terlebih dahulu. Adapun sistem yang dianut

dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek adalah system

konstitutif, yaitu bahwa hak atas merek timbul karena pendaftarannya.2 Hal

ini tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2015 tentang

Merek yang berbunyi sebagai berikut:

“Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek

untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek

tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk

menggunakannya”.

Perjanjian antara PT. K-24 Indonesia dengan CV. Ramai Medika

berakhir ketika PT. K-24 Indonesia mencabut hak penerimaan waralaba

Apotek K-24 milik CV. Ramai Medika berdasarkan Surat Nomor

213/sekretariat/K-24/XI/2012 tertanggal 07 Nopember 2012 yang

disampaikan melalui e-mail dengan ketentuan sebagaimana dalam perjanjian

waralaba bahwa terdakwa diwajibkan untuk membongkar dan menghilangkan

semua assesoris/atribut dan perlengkapan yang berhubungan dengan merek

K-24 Indonesia paling lambat 14 Nopember 2012.

2 Syprianus Aristeus, “Perlindungan Merek Terkenal Sebagai Aset Perusahaan”, (Jakarta:

Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2010), h. 130.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

41

Email yang dikirimkan oleh PT. K-24 Indonesia kepada CV. Ramai

Medika adalah merupakan alat bukti hukum yang sah sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi “informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetakannya merupakan

alat bukti hukum yang sah”. Kekuatan alat bukti e-mail sebagai proses

pembuktian dalam persidangan bila dikaitkan dengan Pasal 164 HIR

mengenai alat bukti yang sah, maka kekuatan e-mail bila dicetak dianggap

sama dengan surat asli dan mempunyai kekuatan yang sama pula dengan akta

otentik.3

Setelah Oktavia Cokrodiharjo mendapat email mengenai pencabutan

hak penerimaan waralaba, hari itu juga terdakwa memerintahkan Isna Laily

Mukhayah, S. Farm Apt., ke Kantor Dinkes Kabupaten Blora untuk mengurus

perijinan Apotik yang baru dengan nama Apotik Pemuda. Pada tanggal 20

Nopember 2012, berdasarkan Surat Ijin Apotik Nomor:

18/SIA/VI/2009/GN/2012 tertanggal 20 Nopember 2012 yang ditandatangani

oleh Slamet Sucahyo, SH., selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Blora pada saat itu, Apotik K-24 milik Oktavia Cokrodiharjo telah resmi

berubah menjadi “Apotik Pemuda”.

Apabila mengacu pada perbuatan yang dilakukan oleh CV. Ramai

Medika yaitu masih menggunakan assesoris dan atribut milik PT. K-24

Indonesia setelah perjanjiannya berakhir, jelas hal ini merupakan perbuatan

melawan hukum. Perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk perikatan

yang lahir dari undang-undang sebagai akibat dari perbuatan manusia yang

melanggar hukum, yang diatur oleh KUH Perdata.4

Dalam surat Nomor 213/sekretariat/K-24/XI/2012 tertanggal 07

Nopember 2012 memuat ketentuan sebagaimana dalam perjanjian waralaba

bahwa Apotek K-24 milik CV. Ramai Medika diwajibkan untuk membongkar

3 Nolfi Papendang, “Kekuatan Alat Bukti E-Mail dalam Persidangan Kasus Perdata”, Vol.

V/No. 1/ Jan-Feb/2017, h. 98. 4 Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, “Seri Hukum Perikatan-Perikatan Yang Lahir

Dari Undang-Undang”, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2017), h. 81.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

42

dan menghilangkan semua assesoris/atribut dan perlengkapan yang

berhubungan dengan merek K-24 Indonesia paling lambat tanggal 14

Nopember 2012. Namun, sampai dengan tanggal 4 Desember 2012 ketika

Grace Amelia Senggu, S.H., selaku staff legal officer PT. K-24 Indonesia

mendatangi Apotek K-24 yang sudah berganti nama menjadi Apotek Pemuda,

ditemukan bahwa Apotek Pemuda masih menggunakan assesoris/atribut dan

perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-24 Indonesia. Grace

Amelia Senggu, S.H. yang telah dibekali dengan surat kuasa khusus dari

Gideon Hartono selaku pemilik merek K-24, berdasarkan temuan dan bukti

berupa foto Apotek Pemuda, saksi Grace Amelia Senggu, S.H. langsung

melaporkan ke Polres Blora atas penggunaan merek K-24 tanpa hak dengan

ancaman pidana sesuai dalam Pasal 90-91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek.

Perbuatan yang dilakukan oleh Oktavia Cokrodiharjo selaku Pemilik

CV. Ramai Medika merupakan perbuatan melawan hukum. Oktavia

Cokrodiharjo masih menggunakan assesoris/atribut dan perlengkapan yang

berhubungan dengan merek K-24 Indonesia. PT. K-24 Indonesia merupakan

pemegang Hak Atas Merek yang sah dan telah terdaftar pada Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan nomor sertifikat 559254

tertanggal 12 Januari 2004 atas nama pemilik Gideon Hartono yang kemudian

diperpanjang sebagaimana tertuang di dalam Sertifikat Merek yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan

nomor pendaftaran IDM000386245 tanggal 29 Januari 2013 atas nama

pemilik PT. K-24 Indonesia. Hak Merek timbul apabila telah didaftarkan dan

PT. K-24 Indonesia telah mendaftarkan mereknya secara sah sehingga PT. K-

24 Indonesia dilindungi haknya oleh Undang-Undang dan pihak lain tidak

boleh menggunakan merek K-24 tanpa izin.

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan

pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau

korban. Perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

43

perlindungan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti

pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.5 Di

Indonesia terdapat 2 (dua) bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada

pemegang merek, diantaranya:6

1. Perlindungan Hukum atas Merek secara Preventif

Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk

perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan.

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meminimalisasi peluang terjadinya

pelanggaran terhadap merek dagang. Langkah ini difokuskan pada

pengawasan terhadap pemakaian merek, perlindungan terhadap hak

ekslusif pemegang hak atas merek dagang terkenal asing, dan anjuran-

anjuran kepada pemilik merek untuk mendaftarkan mereknya agar

haknya terlindungi.

Konsekuensi dari sistem konstitutif yang dianut oleh Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, hak atas merek tercipta

karena adanya pendaftaran. Dengan melakukan pendaftaran, maka

pemilik merek akan memperoleh hak eksklusif yang diberikan oleh

negara atas penggunaan merek untuk memberikan izin kepada pihak lain

untuk menggunakannya selama jangka waktu tertentu atau menggunakan

sendiri merek yang telah ia daftarkan. Apabila pemilik merek belum

mendaftarkan mereknya, maka ia tidak bisa meminta bantuan hukum

apabila ada pihak lain yang menggunakan mereknya tanpa hak, oleh

karena itu penting sekali bagi pemilik merek untuk mendaftarkan

mereknya di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Yahya Harapan mengatakan bahwa sistem konstitutif memliki

keunggulan, yaitu:7 Kepastian hukum untuk dilindungi. Cukup dilihat

siapa yang lebih dahulu memperoleh filing date atau terdaftar dalam

5 Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 133.

6 Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, (Jakarta: Penerbit Pustaka

Yustisia, 2011), h. 67-80. 7 Rahmi Jened, “Hukum Merek “Trademark Law” Dalam Era Globalisasi & Integrasi

Ekonomi”, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), h. 96-97.

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

44

daftar umum merek; kepastian hukum pembuktian karenanya didasarkan

pada akta pendaftaran; untuk mewujudkan dugaan hukum siapa pemilik

merek yang paling berhak, tidak menimbulkan kontroversi antara

pemakai pertama dengan pendaftar pertama, karena dugaan hukum hanya

berdiri di atas fakta pendaftar pertama; oleh karena landasan untuk

menentukan siapa pemegang merek yang paling utama hanya didasarkan

atas prinsip pendaftar pertama, dan pembuktian didasarkan pada

dokumen yang bersifat autentik, maka untuk menarik dugaan hukum,

jauh lebih sederhana dibanding dengan sistem deklaratif. Hal ini

berdampak positif atas penyelesaian sengketa, yakni penyelesaian jauh

lebih sederhana, cepat, dan biaya ringan.

2. Perlindungan Hukum atas Merek secara Represif

Pengertian perlindungan hukum represif adalah perlindungan yang

dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa atau

kejadian yang terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak atas merek.8 Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan, yang mempunyai wewenang

terhadap bentuk pelanggaran atas merek adalah lembaga peradilan dan

aparat penegak hukum lainnya seperti Kepolisian, Pejabat Pegawai

Negeri Sipil dan Kejaksaan untuk melakukan penindakan terhadap

pelanggaran merek. Pada umumnya, sebuah pelanggaran terhadap Hak

Kekayaan Intelektual dapat dianggap sebagai kasus-kasus pidana

maupun perdata, namun di Indonesia penekanan pelanggaran lebih

menitikberatkan pada hukum pidana. Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 tentang Merek mengatur tentang ketentuan pidana sebagaimana

yang tercantum dalam Pasal 90-95. Hal ini berbeda dengan negara

penganut sistem hukum Common Law seperti Australia, Inggris, dan

Amerika dimana pelanggaran HAM ditangani hukum perdata, karena

yang dipentingkan dalam memutus perkara adalah dengan adanya ganti-

rugi atau kompensasi.

8 Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, (Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Yustisia, 2011), h. 70.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

45

Perlindungan hukum yang bersifat represif dilakukan jika terjadi

pelanggaran hak atas merek melalui gugatan perdata dan atau gugatan

pidana. Pemilik merek terdaftar mendapatkan perlindungan hukum atas

pelanggaran hak atas merek baik dalam bentuk gugatan ganti-rugi atau

penghentian perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek

tersebut maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana. Ganti rugi di sini

dapat berupa ganti rugi materiil dan ganti rugi immaterial. Ganti rugi

materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang.

Sedangkan ganti rugi immaterial berupa tuntutan ganti rugi yang

disebabkan oleh penggunaan merek dengan tanpa hak, sehingga pihak

yang berhak menderita kerugian secara moral.9

Pemberian sanksi yang jelas dan tegas bagi pelaku pelanggaran

merek harus dilaksanakan sesuai dengan yang telah tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, juga harus

dilaksanakan oleh aparat penegak hukum secara konsisten. Konsisten ini

akan memberikan jaminan kepastian hukum khususnya bagi pemegang

hak atas merek.

B. Penyelesaian Sengketa dan Sanksi Terhadap Pelanggaran Merek

Penyelesaian sengketa terhadap pelanggaran hak atas merek dapat

diselesaikan dengan mengambil jalur hukum. Sebagai konsekuensi adanya

perlindungan hukum hak atas merek, pemilik merek terdaftar mempunyai hak

untuk mengajukan gugatan perdata berupa ganti rugi jika mereknya

dipergunakan pihak lain tanpa hak atau izin darinya.10

Gugatan atas merek

dapat terjadi apabila ada pihak lain selain pemilik merek yang dengan sengaja

dan tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada

keseluruhannya atau pada pokoknya untuk barang dan atau jasa sejenis. Pihak

yang berhak mengajukan gugatan adalah pemilik merek dan penerima lisensi

9 Rachmadi Usman, “Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia”, (Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2003), h. 365. 10

Rachmadi Usman, “Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia”, … , h. 364.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

46

merek terdaftar. Penerima lisensi merek terdaftar dapat mengajukan gugatan

sendiri atau bersama-sama dengan pemilik merek yang bersangkutan.

Gugatan ganti rugi dan atau penghentian perbuatan yang berkaitan

dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang sudah

sewajarnya dilakukan, karena tindakan tersebut sangat merugikan pemegang

hak atas merek. Kerugian yang secara langsung dapat dirasakan yaitu

kerugian ekonomi. Selain itu perbuatan menggunakan merek orang lain juga

dapat merusak reputasi merek tersebut terlebih apabila barang dan atau jasa

yang ditawarkan tersebut kualitasnya lebih rendah daripada produk barang

dan atau jasa pemilik merek yang sah.

Upaya hukum yang dapat digunakan dalam kasus pelanggaran Merek, yaitu:

1. Gugatan Ke Pengadilan Niaga

Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan kepada

Pengadilan Niaga terhadap pihak yang secara tanpa hak menggunakan

merek orang lain yang mempunyai persamaan pada keseluruhannya dan

atau pada pokoknya untuk barang atau jasa sejenis berupa gugatan ganti

rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan merek tersebut. Dalam masa pemeriksaan dan dalam rangka

untuk mencegah kerugian secara lebih besar, atas permohonan pemilik

merek atau pemegang lisensi selaku penggugat, Hakim dapat

memerintahkan tergugat untuk menghentikan produksi, peredaran dan

atau perdagangan yang menggunakan merek tersebut tanpa hak.11

Tata cara gugatan terhadap penyelesaian sengketa merek dalam

proses Pengadilan Niaga berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2001 tentang Merek adalah:

a. Gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah

hukum domisili tergugat.

b. Jika tergugat berkedudukan di luar wilayah Indonesia, gugatan

diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

11

Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, (Jakarta: Penerbit Pustaka

Yustisia, 2011), h. 75.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

47

c. Panitera menyampaikan gugatan terhadap ketua Pengadilan Niaga

dalam jangka waktu 2 hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.

d. Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal

gugatan didaftarkan, Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan

menentukan hari sidang.

e. Pemanggilan para pihak dilakukan juru sita paling lama 7 (tujuh)

hari setelah gugatan.

f. Sidang untuk pemeriksaan atas gugatan diselenggarakan dalam

jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari setelah gugatan

didaftarkan.

g. Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (Sembilan

puluh hari setelah gugatan didaftarkan dan diperpanjang paling lama

30 (tiga puluh) hari atas persetujuan Mahkamah Agung.

h. Putusan atas gugatan harus dibacakan dalam sidang terbuka untuk

umum.

2. Pengajuan Kasasi

Terhadap putusan Pengadilan Niaga tidak dapat diajukan banding,

melainkan hanya dapat diajukan kasasi. Ketentuan ini tercantum dalam

Pasal 82 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang

menyatakan bahwa terhadap putusan Pengadilan Niaga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 80 ayat (8) hanya dapat diajukan kasasi.

Tata cara mengajukan permohonan kasasi adalah sebagai berikut:

a. Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 (empat belas) hari

setelah tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diberitahukan

kepada para pihak dengan mendaftarkan kepada panitera yang telah

memutuskan gugatan tersebut.

b. Permohonan kasasi sudah harus menyampaikan memori kasasi

kepada Panitera dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal

permohonan kasasi di daftarkan.

c. Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dalam waktu paling

lama 2 (dua) hari setelah permohonan kasasi di daftarkan.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

48

d. Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi kepada

Panitera paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal termohon kasasi

menerima memori kasasi dan selanjutnya Panitera wajib

menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling

lama 2 (dua) hari setelah kontra memori kasasi diterima Panitera.

e. Setalah kontra memori kasasi disampaikan pada Pemohon Kasasi,

Panitera wajib menyampaikan berkas perkara kasasi yang

bersangkutan kepada Mahkamah Agung paling lama 7 (tujuh) hari.

f. Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara kasasi dan

menetapkan hari sidang paling lama 2 (dua) hari setelah tanggal

permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

g. Sidang acara pemeriksaan atas permohonan kasasi dilakukan paling

lama 60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan kasasi

diterima oleh Mahkamah Agung.

h. Putusan atas permohonan kasasi harus dibacakan dalam sidang

terbuka untuk umum.

i. Juru sita selanjutnya wajib menyampaikan isi putusan kasasi, kepada

pemohon dan termohon paling lama 2 (dua) hari setelah putusan

kasasi diterima.

3. Penetapan Sementara

Penetapan sementara dilakukan sebagai sarana atau upaya hukum

bagi pemohon terhadap pihak yang melakukan tindakan melawan hukum

yang diduga berdasarkan bukti yang cukup akan merugikan pemohon dan

pelanggaran merek terdaftar.12

Permohonan penetapan sementara dapat

diajukan secara tertulis oleh salah satu pihak yang mendaftarkan terlebih

dahulu terhadap pihak lain ke Pengadilan Niaga, dengan persyaratan:

a. Melampirkan bukti kepemilikan merek

b. Melampirkan bukti adanya petunjuk awal yang kuat atas terjadinya

pelanggaran merek

c. Membayar jaminan berupa uang tunai atau jaminan bank

12

Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, … h. 78.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

49

d. Ketetapan yang jelas mengenai barang dan atau dokumen yang

diminta, dicari, dikumpulkan dan diamankan untuk pembuktian

e. Adanya kekhawatiran bahwa pihak yang diduga melakukan

pelanggaran merek akan menghilangkan barang bukti.

Jika tindakan penetapan sementara telah dilaksanakan Pengadilan

Niaga, kemudian Pengadilan Niaga wajib dengan segera memberitahu

kepada pihak terlapor dan memberikan kesempatan kepada pihak

tersebut untuk didengar keterangannya.

Isi dari putusan penetapan sementara, yaitu:13

a. Dikuatkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus dikembalikan

kepada pemohon penetapan;

b. Dibatalkan, uang jaminan yang telah dibayarkan harus segara

diserahkan kepada pihak lain yang dikenai tindakan sebagai ganti

kerugian akibat adanya penetapan sementara.

Mengenai sanksi hukuman pidana di bidang Merek merupakan delik

aduan. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

dengan tegas menyatakan bahwa tindak pidana sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 90-94 merupakan delik aduan. Artinya, tindak pidana di bidang

Merek tidak dapat dituntut, kecuali sebelumnya ada pengaduan dari pemilik

Merek terdaftar yang bersangkutan.14

Adapun sanksi yang bisa dijatuhkan kepada pelanggar hak atas merek adalah:

No. Pasal Ancaman Pidana Keterangan

Penjara Denda

1. 90 5 tahun Rp1.000.000.000 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan merek yang sama pada

keseluruhannya dengan merek terdaftar

milik pihak lain untuk barang dan atau

jasa sejenis yang diproduksi dan atau

diperdagangkan

13

Hery Firmansyah, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, … h. 79. 14

Rachmadi Usman, “Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia”, … h. 377.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

50

2. 91 4 tahun Rp800.000.000 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan merek yang sama pada

pokoknya dengan merek terdaftar milik

pihak lain untuk barang dan atau jasa

sejenis yang diproduksi dan atau

diperdagangkan

3. 92 (1) 5 tahun Rp1.000.000.000 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan tanda yang sama pada

keseluruhan dengan indikasi geografis

milik pihak lain untuk barang yang sama

atau sejenis dengan barang yang

terdaftar.

4. 92 (2) 4 tahun Rp800.000.000 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan tanda yang sama pada

pokoknya dengan indikasi geografis

milik pihak lain untuk barang yang sama

atau sejenis dengan barang yang

terdaftar.

5. 92 (3) Perbuatan pencatatan asal sebenarnya

pada barang yang merupakan hasil

pelanggaran ataupun pencantuman kata

yang menunjukkan barang tersebut

merupakan tiruan dari barang yang

terdaftar dan dilindungi berdasarkan

indikasi geografis

6. 93 4 tahun Rp800.000.000 Perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan tanda yang dilindungi

indikasi asal pada barang atau jasa yang

dapat memperdaya atau menyesatkan

mesyarakat mengenai asal barang atau

asal jasa tersebut.

7. 94 1 tahun Rp200.000.000 Perbuatan memperdagangkan barang dan

atau jasa yang diketahui atau patut

diketahui bahwa barang dan atau jasa

tersebut merupakan hasil pelanggaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-

pasal 90, 91, 92 dan 93

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

51

C. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim

Perkara merek antara PT K-24 Indonesia sebagai penggugat

melawan CV Ramai Medika sebagai mantan terwaralabanya yang menjadi

tergugat, di Pengadilan Negeri Blora dimenangkan oleh PT K-24 Indonesia

sebagai pihak Penggugat. Dalam bahasan ini peneliti lebih memfokuskan

mengenai dasar pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan perkara.

Dalam kasus merek ini, Terdakwa, Oktavia Cokrodiharjo telah didakwa oleh

Penutut Umum dengan dakwaan subsideritas.

Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan dakwaan primer

sebagaimana diatur dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Unsur barangsiapa

Unsur barangsiapa adalah seseorang yang diajukan oleh Penuntut

Umum ke depan persidangan karena didakwa telah melakukan suatu

perbuatan pidana dengan identitas sebagaimana diuraikan dalam surat

dakwaan untuk menghindari terjadinya salah subyek. Oktavia

Cokrodiharjo dihadirkan di depan persidangan sebagai Tersangka, oleh

sebab itu Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur pertama dari dakwaan

telah terpenuhi;

2. Unsur dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama

pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk

barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan.

Majelis Hakim berpendapat unsur pokok di dalam unsur kedua ini

adalah menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan

merek terdaftar milik pihak lain. Bahwa Majelis Hakim sependapat

dengan Penuntut Umum berkaitan dengan menggunakan merek yang

sama pada keseluruhannya, dimana dalam hal ini, harus terkandung

persamaan yang menyeluruh antara merek yang digunakan pelaku

dengan merek orang lain yang sudah terdaftar. Definisi umum atas

mempunyai persamaan secara keseluruhan adalah peniruan meng-copy

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

52

atau memproduksi secara utuh merek orang lain serta berbarengan

dengan itu sekaligus terdapat persamaan yang persis mengenai:

a. Jenis barang atau jasa,

b. Kelas barang,

c. Persamaan bahan barang (raw material),

d. Persamaan desain,

e. Persamaan penggunaan dan pemeliharaan,

f. Persamaan proses produksi,

g. Persamaan persaingan dan segmen pasar

h. Sama jalur pemasaran

Tidak perlu semua faktor tersebut terpenuhi. Faktor yang paling

menentukan adalah persamaan logo, gambar, tulisan atau bunyi dan kelas

barang, kegunaan serta jalur pemasaran.

Sesuai dengan yang telah peneliti jabarkan di dalam kasus posisi,

bahwa adanya fakta hukum jika setelah menerima email pemberitahuan

pencabutan hak waralaba pada tanggal 7 November 2012, Terdakwa

kemudian memerintahkan kepada saksi Isna Laily Mukhayah, S. Farm

Apt., untuk mengurus perijinan apotek yang baru dengan nama Apotek

Pemuda ke Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, selanjutnya pada

tanggal 20 November 2012 sekira pukul 16.00 WIB Terdakwa menyuruh

saksi Suhartik untuk menurunkan papan reklame dengan merek K-24

beserta aksesorisnya.

Majelis Hakim berpendapat terhitung sejak tanggal 7 November

2012, perjanjian waralaba antara PT. K-24 Indonesia dengan CV. Ramai

Medika telah putus, untuk itu Terdakwa tidak diperbolehkan untuk

menggunakan assesoris/atribut dan perlengkapan yang berhubungan

dengan merek K-24, dan wajib untuk membongkar assesoris/atribut dan

perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-24. Sampai dengan

tanggal 4 Desember 2012, ketika saksi Grace Amelia Senggu, S.H. yang

merupakan Legal Officer dari PT. K-24 Indonesia mendatangi Apotek

Pemuda, ternyata Apotek K-24 Cepu yang sudah berubah nama menjadi

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

53

Apotek Pemuda Cepu masih mempergunakan assesoris/atribut K-24,

akan tetapi untuk semua transaksi obat, kwitansi, dan stempel sudah

menggunakan nama Apotek Pemuda Cepu.

Apabila fakta hukum tersebut di muka dihubungkan dengan unsur

pokok di dalam unsur kedua ini yaitu menggunakan merek yang sama

pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain, Majelis

Hakim berpendapat perbuatan Terdakwa tidaklah memenuhi unsur kedua

ini, oleh karena walaupun Terdakwa masih mengoperasionalkan Apotek

dengan atribut K-24, namun merek K-24 tidak secara keseluruhan

dipergunakan oleh Terdakwa, yaitu untuk semua transaksi obat, kwitansi,

dan stempel sudah menggunakan nama Apotek Pemuda Cepu.

Dari uraian pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat, unsur kedua dakwaan Penuntut Umum tidak terbukti, untuk itu

oleh karena salah satu dari unsur-unsur dakwaan Primer Penuntut Umum

tidak terpenuhi, maka Terdakwa dinyatakan tidak terbukti dengan sengaja dan

tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan

merek terdaftar milik pihak lain sebagaimana didakwakan dalam dakwaan

Primer dan harus dibebaskan dari dakwaan Primer. Oleh karena dakwaan

Primer tidak terbukti, maka selanjutnya Majelis Hakim akan membuktikan

dakwaan Subsider sebagaimana diatur dalam Pasal 91 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Unsur barangsiapa

Bahwa, unsur barangsiapa telah terpenuhi pada diri Terdakwa dan

telah dipertimbangkan dalam dakwaan Primer, maka segala yang telah

dipertimbangkan diambil alih sebagai pertimbangan dalam dakwaan

Subsider ini, sehingga tidak perlu untuk dipertimbangkan kembali.

2. Unsur dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama

pada pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

Majelis hakim menimbang bahwa dalam pengetahuan hukum

pidana terdapat 3 (tiga) tingkatan kesengajaan, yaitu:

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

54

a. Kesengajaan sebagai maksud/tujuan (opzet als oogmerk) yang berarti

bahwa terjadinya suatu tindakan atau akibat tertentu adalah betul-

betul sebagai perwujudan dari maksud dan tujuan dari pelaku.

b. Kesengajaan secara keinsyafan/kepastian (opzet met bewustheid van

zekerheid of noodzakelijkheid). Di sini yang menjadi sandaran

pelaku adalah tentang tindakan dan akibat tertentu itu. Dalam hal ini

termasuk tindakan atau akibat-akibat lainnya yang pasti terjadi.

Bahwa sengaja dengan kepastian terjadi itu pembuat yakin bahwa

akibat yang dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa terjadinya

akibat yang tidak dimaksud.

c. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan (opzet met

mogelijkeheidsbewustzijn). Di sini yang menjadi sandaran pelaku

adalah sejauh mana pengetahuan atas kesadaran pelaku tentang

tindakan atau akibat terlarang yang mungkin akan terjadi.

Mengenai pengertian tanpa hak, Majelis Hakim berpendapat harus

diartikan baik secara formil maupun secara materiil, yaitu tidak saja

sebagai perbuatan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, melainkan juga harus diartikan

sebagai perbuatan yang melanggar hak orang lain, bertentangan dengan

kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan yang baik,

ataupun bertentangan dengan kepatutan yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat terhadap diri atau barang orang lain.

Majelis Hakim berpendapat unsur pokok di dalam unsur kedua ini

adalah menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan Merek

terdaftar milik pihak lain. Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang dimaksud

dengan persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan

oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Merek yang satu dengan

merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik

mengenai bentuk, cara penetapan, cara penulisan atau kombinasi antara

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

55

unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam

merek-merek.

Bahwa ditemukan bukti berdasarkan ketentuan Perjanjian

Waralaba, sebagai konsekuensi pencabutan hak waralaba, Terdakwa

berkewajiban untuk membongkar dan menghilangkan semua

assesoris/atribut dan perlengkapan yang berhubungan dengan merek K-

24 Indonesia paling lambat 1 (satu) minggu setelah pencabutan hak

waralaba, yang apabila dihitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan

Nomor: 213/sekretariat/K-24/XI/2012 tanggal 7 November 2012 tentang

pencabutan hak waralaba Apotek K-24 Pemuda adalah tanggal 14

Nopember 2012. Namun, sampai dengan tanggal 14 Nopember 2012,

Terdakwa masih mengoperasikan Apotek K-24 Cepu.

Sebelumnya pada hari Selasa tanggal 20 November 2012 sekira

pukul 19.00 WIB, saksi Grace Amelia Senggu, S.H. selaku staff legal

officer PT. K-24 Indonesia mendapat informasi jika Apotek Pemuda

Cepu masih menggunakan atribut merk K-24, sehingga untuk

memastikan kebenaran informasi tersebut, pada tanggal 4 Desember

2012 sekitar jam 16.00 WIB, saksi Grace Amelia Senggu, S.H. dengan

diantar saksi Juwanto selaku sopir di PT. K-24 Indonesia mendatangi

Apotek Pemuda dan ternyata memang apotek K-24 Cepu yang sudah

berubah nama menjadi Apotek Pemuda Cepu masih mempergunakan

atribut K-24 yaitu:

a. Papan reklame masih terpasang walaupun sudah ada skafolding.

b. Di dalam ruangan apotik masih terdapat tulisan/aksesoris milik K-

24.

c. Tulisan papan apotik dalam ruangan masih menggunakan K-24.

d. Karyawan juga masih menggunakan pakaian seragam K-24.

Untuk itu oleh karena saksi saksi Grace Amelia Senggu, S.H. telah

dibekali dengan surat kuasa khusus dari Gideon Hartono selaku pemilik

merek K-24, maka berdasarkan temuan itu saksi saksi Grace Amelia

Senggu, S.H. langsung melaporkan ke Polres Blora pada hari itu juga.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

56

Oleh karena itu Majelis Hakim berpendapat terhitung sejak tanggal

7 November 2012, perjanjian waralaba antara PT. K-24 Indonesia dengan

CV. Ramai Medica telah putus, untuk itu Terdakwa tidak diperbolehkan

untuk menggunakan assesoris/atribut dan perlengkapan yang

berhubungan dengan merek K-24 Indonesia, dan wajib untuk

membongkarnya, namun demikian sampai dengan tanggal 4 Desember

2012, ketika saksi Grace Amelia Senggu, S.H. mendatangi Apotek

Pemuda, ternyata Apotek K-24 Cepu yang sudah berubah nama menjadi

Apotek Pemuda Cepu masih mempergunakan atribut K-24, akan tetapi

untuk semua transaksi obat, kwitansi, dan stempel sudah menggunakan

nama apotek Pemuda Cepu.

Apabila fakta hukum tersebut di muka dihubungkan dengan unsur

pokok di dalam unsur kedua ini yaitu menggunakan merek yang sama pada

pokoknya dengan Merek terdaftar milik pihak lain, Majelis Hakim

berpendapat perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur ini, oleh karena

Terdakwa masih mengoperasionalkan Apotek dengan atribut K-24, namun

untuk semua transaksi obat, kwitansi, dan stempel sudah menggunakan nama

Apotek Pemuda Cepu.

Terdapat fakta hukum jika Terdakwa menerima dan menyetujui

pencabutan hak waralaba, yang sekaligus juga menerima pemutusan

perjanjian waralaba sepihak dari PT. K-24 Indonesia, sehingga mengetahui

konsekuensi apabila masih menggunakan atribut merk K-24, namun demikian

Terdakwa masih tetap juga menggunaan atribut Apotek K-24 di Apotek milik

Terdakwa yang telah berubah nama menjadi Apotek Pemuda Cepu, maka

apabila dihubungkan dengan teori kesengajaan sebagaimana tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat perbuatan Terdakwa masuk dalam kategori

kesengajaan secara keinsyafan/kepastian.

Majelis Hakim berpendapat bahwa perbuatan yang dilakukan

Terdakwa, yaitu masih mengoperasionalkan Apotek Pemuda Cepu dengan

assesori/atribut yang berhubungan dengan merek dagang K-24 Indonesia,

sementara perjanjian waralaba diantara PT. K-24 Indonesia dengan

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

57

CV. Ramai Medika telah putus, adalah perbuatan yang melanggar hak orang

lain dan bertentangan dengan kewajiban hukum Terdakwa sesuai pengertian

tanpa hak. Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim

berpendapat bahwa unsur kedua dakwaan Penuntut Umum telah terpenuhi.

Terdakwa di dalam pembelaannya telah menyampaikan hal-hal yang

sepatutnya dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sebagai berikut:

a. Terdakwa merasa dijebak seperti halnya rekanan K-24 yang lain;

Majelis Hakim berpendapat oleh karena dalil Terdakwa tersebut

tidak didukung dengan bukti-bukti yang cukup yang dapat membuktikan

adanya jebakan, baik terhadap Terdakwa maupun rekanan K-24 lainnya,

maka Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkannya lebih lanjut dan

patutlah untuk dikesampingkan;

b. Terdakwa tidak ada niat untuk melakukan perbuatan sebagaimana

yang didakwakan karena sudah memerintahkan orang Terdakwa

untuk menurunkan semua atribut K-24;

Majelis Hakim telah mempertimbangkannya di dalam kategori

kesengajaan sebagaimana terurai di muka, walaupun Terdakwa

menyampaikan perbuatan yang ia lakukan tidak berniat, namu Majelis

Hakim berpendapat perbuatan yang dilakukan Terdakwa termasuk dalam

kategori kesengajaan secara keinsyafan/kepastian, oleh karena memang

tidak ada niat di dalam diri Terdakwa untuk melakukan perbuatan a quo,

namun Terdakwa mengetahui secara pasti akibat dari perbuatannya akan

terjadi. Apabila memang ada niat di dalam diri Terdakwa, maka

perbuatan Terdakwa adalah masuk dalam kategori kesengajaan sebagai

maksud/tujuan (opzet als oogmerk), dimana Terdakwa menghendaki

akibat perbuatannya akan terjadi, sehingga terhadap pembelaan ini,

Majelis Hakim tidak akan mempertimbangkannya lebih lanjut.

c. Terdakwa mohon keringanan hukuman yang akan dijatuhkan dan

menyatakan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi;

Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebelum menjatuhkan

putusan di dalam keadaan yang meringankan Terdakwa.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

58

d. Terdakwa menyerahkan 1 bendel fotokopi salinan Putusan

Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 1461/Pid.Sus/2012/PN.TNG.

Majelis Hakim mempelajari dengan seksama putusan dimaksud, Majelis

Hakim berpendapat materi perkara yang diperiksa oleh Majelis Hakim

pada pokoknya adalah sama dengan perkara yang didakwakan kepada

Terdakwa, untuk itu terhadap putusan dimaksud adalah sebagai bahan

pertimbangan tambahan bagi Majelis Hakim sebelum menjatuhkan

putusan pidana perkara a quo atas nama Terdakwa.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, ternyata

perbuatan Terdakwa telah memenuhi seluruh unsur-unsur dari dakwaan

Penuntut Umum, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Terdakwa

telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya yaitu melanggar Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2001 tentang Merek.

Dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang

dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan

pembenar dan/atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya. Oleh karena Terdakwa mampu

bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana dan harus

dipidana, namun mengingat fakta berkaitan perbuatan Terdakwa sebagaimana

telah dipertimbangkan, mengenai keharusan untuk menahan Terdakwa

sebagaimana ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf k KUHAP, Majelis Hakim

berketetapan akan menentukannya dengan terlebih dahulu

mempertimbangkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya.

Untuk menjatuhkan hukuman pidana terhadap Terdakwa, maka perlu

dipertimbangkan terlebih dahulu beberapa aspek, yaitu:

Keadaan yang memberatkan :

• Perbuatan Terdakwa merugikan PT. K-24 Indonesia.

Keadaan yang meringankan :

• Terdakwa belum pernah dihukum;

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

59

• Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;

• Terdakwa berlaku sopan dan terus terang mengakui perbuatannya;

• Terdakwa telah mengganti nama Apotek K-24 menjadi Apotek Pemuda

setelah pemutusan perjanjian pemberian hak waralaba;

• Terdakwa telah memerintahkan kepada pegawainya untuk menurunkan

segala atribut K-24 walaupun terlambat dilaksanakan;

• Terdakwa merasa menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi

perbuatannya lagi.

Majelis Hakim berpedoman kepada Teori Pemidanaan, bahwa

pemidanaan kepada pelaku suatu perbuatan pidana tidak semata-mata

ditujukan untuk memberikan pembalasan kepada pelaku karena perbuatan

jahatnya, tetapi juga ditujukan sebagai proses evaluasi/ koreksi bagi pelaku/

Terdakwa karena ada unsur pencelaan terhadap perbuatan pidana yang

dilakukannya, supaya ada introspeksi dalam diri Terdakwa bahwa

perbuatannya salah, dan selanjutnya tidak akan lagi melakukan perbuatan

apapun yang tidak patut atau dilarang oleh hukum (efek penjeraan), selain itu

secara lebih luas juga harus ditujukan sebagai proses evaluasi sosial, sebagai

peringatan kepada publik supaya tidak mengikuti melakukan perbuatan

Terdakwa atau perbuatan apapun yang tidak patut atau dilarang oleh hukum

(public shock therapy).

Hakim berpendapat, proses pemeriksaan terhadap diri Terdakwa dari

tingkat penyidikan sampai dengan penuntutan di depan persidangan telah

cukup memberikan pelajaran terhadap diri Terdakwa. Majelis Hakim menilai

terdapat niat baik dari Terdakwa untuk menurunkan semua atribut merek K-

24 walaupun terlambat, sehingga wajar apabila Terdakwa diberikan pidana

yang ringan, dalam hal ini Majelis Hakim akan menjatuhkan pidana bersyarat

dengan keyakinan Terdakwa tidak akan mengulangi perbuatannya lagi atau

melakukan perbuatan pidana lainnya, serta berkesuaian dengan cita rasa

keadilan masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum yang telah

dijabarkan di atas, Majelis Hakim memberikan putusan:

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

60

1. Menyatakan Terdakwa Oktavia Cokrodiharjo bin Poly Cokrodiharjo

tersebut diatas tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan

tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam dakwaan Primer;

2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Primer tersebut;

3. Menyatakan Oktavia Cokrodiharjo bin Poly Cokrodiharjo tersebut diatas

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

menggunakan Merek yang sama pada pokoknya dengan Merek terdaftar

milik pihak lain sebagaimana dalam dakwaan Subsider.

4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 10 (sepuluh) bulan dengan ketentuan bahwa hukuman

tersebut tidak akan dijalankan, kecuali jika di kemudian hari ada perintah

lain dalam putusan hakim karena Terdakwa dipersalahkan melakukan

suatu kejahatan / pelanggaran atau tidak mencukupi sesuatu syarat

sebelum habis masa percobaan selama 1 (satu) tahun.

5. Menjatuhkan pula pidana denda kepada Terdakwa sejumlah

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana

denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan

selama 2 (dua) bulan.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah peneliti

kaji pada setiap sub bab pembahasan, maka dalam hal ini peneliti

memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketentuan mengenai perlindungan hukum terhadap penggunaan merek

orang lain tanpa hak ialah diatur dalam Pasal 90 dan 91 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dalam Pasal 90 disebutkan bahwa

perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama

pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk

barang dan atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda

paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Sedangkan dalam

Pasal 91 disebutkan bahwa perbuatan dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar

milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis yang diproduksi dan

atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000 (delapan ratus juta

rupiah).

2. Pertimbangan Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Blora atas kasus

penggunaan merek orang lain tanpa hak antara Oktavia Cokrodiharjo

dengan PT. K-24 Indonesia yakni dimenangkan oleh pihak Penggugat

PT. K-24 Indonesia sebagai pemegang hak merek dengan berlandaskan

pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang

selanjutnya menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 10 (sepuluh)

bulan dengan ketentuan bahwa hukuman tersebut tidak akan dijalankan,

kecuali jika di kemudian hari ada perintah lain dalam putusan hakim

karena Terdakwa dipersalahkan melakukan suatu kejahatan / pelanggaran

atau tidak mencukupi sesuatu syarat sebelum habis masa percobaan

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

62

selama 1 (satu) tahun dan pidana denda sejumlah Rp10.000.000,00

(sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut

tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua)

bulan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan yang telah diuraikan dalam pembahasan yang telah di

bahas dan telah di simpulkan, rekomendasi yang diberikan oleh peneliti

diantaranya, sebagai berikut:

1. Setiap pelaku usaha yang telah berakhir masa kerjasamanya terutama di

bidang bisnis waralaba untuk lebih memperhatikan terhadap hak atas

merek milik orang lain. Jika masa kerjasamanya telah berakhir, lebih

baik segera menurunkan segala sesuatu baik assesoris/atribut toko yang

berhubungan dengan merek orang lain. Tanpa sadar, jika masih

menggunakan segala sesuatu yg berhubungan dengan Merek Dagang

dapat menimbulkan pelanggaran yang dapat dipidana.

2. Direkomendasikan agar masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang

ingin melakukan kegiatas usaha di dalam bisnis waralaba untuk paham

tentang aturan-aturan yang bersangkutan dengan Merek Dagang,

sehingga apabila masyarakat ingin melakukan usaha khususnya dalam

bisnis waralaba, masyarakat bisa lebih mengetahui apa saja yang boleh

dan tidak boleh dilakukan.

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

63

DAFTAR PUSTAKA

Adisumarto, H., “Hak Milik Perindustrian”, Jakarta: Akademika Pressindo, 1990.

Adrian, “Hukum Waralaba”, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Ali, Zainuddin, “Metode Penelitian Hukum”, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.

Aristeus, Syprianus, “Perlindungan Merek Terkenal Sebagai Aset Perusahaan”,

Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2010.

Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas, “Pokok-Pokok Hukum Bisnis”, Jakarta:

Salemba Empat, 2018.

Djodjodirjo, M.A. Moegni, “Perbuatan Melawan Hukum”, Jakarta: Pradnya

Paramita, 1976.

Faisal, Muhammad, Skripsi “Tijauan Yuridis Perlindungan Rahasia Dagang

Dalam Perjanjian Waralaba” Depok: Universitas Indonesia, 2012.

Firmansyah, Hery, “Perlindungan Hukum Terhadap Merek”, Jakarta: Penerbit

Pustaka Yustisia, 2011.

Ghazaly, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq, “Fiqh Muamalat”,

Jakarta: Kencana, 2010.

Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, “Seri Hukum Perikatan-Perikatan Yang

Lahir Dari Undang-Undang”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2017

Hadiarinanti, Venantria Sri, “Hak Kekayaan Intelektual Merek & Merek

Terkenal”, Jakarta: Unika Atmajaya, 2009.

Harahap, M.Yahya, “Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di

Indonesia Berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 1992”, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 1996.

HS,Salim, “Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (Buku

Kesebelas)”, Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

Huda, Qomarul, “Fiqh Mu‟amalah”, Yogyakarta: Teras, 2011.

Ibrahim, Johny, “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”, Malang:

Bayumedia Publish, 2006.

Jened, Rahmi, “Hukum Merk Trademark Law Dalam Era Global Integrasi

Ekonomi”, Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

Keraf, Sonny, “Hukum Kodrat & Teori Hak Milik Pribadi”, Yogyakarta:

Kanisius, 1997.

Marzuki, Peter Mahmud, “Penelitian Hukum”, Jakarta: Kencana, 2007.

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

64

Meliala, A. Qirom Syamsudin. “Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya”, Yogyakarta: Liberty, 2004.

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Nainggolan, Ibrahim, Jurnal “Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan

Penggunaan Merek Yang Sama Pada Pokonya Tanpa Izin (Analisis

Putusan MA.RI No. 2037/ Pid.Sus/2015)” (Medan: Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara, 2019.

Projodikoro, Wirjono, “Asas-Asas Hukum Perjanjian”, Bandung: Sumur Batu,

1981.

Raharjo, Handri, “Hukum Perjanjian di Indonesia”, Yogyakarta: Pustaka

Yustitia, 2009.

Raharjo, Satjipto, “Ilmu Hukum”, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Simanjuntak, Ricardo, “Hukum Kontrak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis”,

Edisi Revisi, Jakarta: Kontan Publishing, 2011.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif” (Suatu

Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

_________, “Pengantar Penelitian Hukum”, Jakarta: UI Press, 1984.

Subekti, “Hukum Perjanjian”, (Jakarta: Intermasa, 2004.

_________, “Pokok-pokok Hukum Perdata”, Jakarta: P.T. Intermasa, 2004.

Suharttiwy, Ovy, Skripsi “Perlindungan Hukum Bagi Franchisee Dalam Hal

Pemutusan Perjanjian Waralaba (Studi Kasus Salon De Grace dan

Salon Yemember Surabaya)” Solo: Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2016.

Sutedi, Adrian, “Hukum Waralaba”, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008,

Tanadi, Elisa, Skripsi “Pelanggaran Merek Dengan Itikad Tidak Baik Studi

Putusan No.409k/Pdt.Sus-Hki/2015)”, Medan: Universitas Sumatera

Utara, 2018.

Taryana Soenandar dkk, “Kompilasi Hukum Perikatan”, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2016.

Tim Lindsey, dkk, “Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar”, Bandung: PT.

Alumni, 2005.

Usman, Rachmadi, “Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan

Dimensi Hukumnya di Indonesia”, Bandung: Penerbit P.T. Alumni,

2003.

Widjaja, Gunawan, “Lisensi dan Waralaba”, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISOR DALAM HAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...80-90an. KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendys adalah sebagian dari jejaring

65

Jurnal

Aryani, Esti, “Pemalsuan Merek dan Penegakkan Hukumnya (Ditinjau dari

Aspek Hukum Pidana”, VOL.VII, NO.1, April 2009.

Jened, Rahmi, “Kesadaran Hukum Pengusaha Tanggulangin Terhadap

Perlindungan Merek Terkenal, Penelitian Mandiri yang Dibiayai oleh

JIII dan JICA, 2000 (Rahmi Jened XXII)”

Papendang, Nolfi, “Kekuatan Alat Bukti E-Mail dalam Persidangan Kasus

Perdata”, Vol. V/No. 1/ Jan-Feb/2017.

Suharnoko, “Pemutusan Perjanjian dan Perlindungan Hukum bagi Franchisee”,

Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol. 26 No.6, Desember 1996.

Internet

http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-

24.html (Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB)

http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-

24.html (Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB)

http://bayudwinanto44.blogspot.com/2013/11/sejarah-visi-misi-pt-apotek-k-

24.html (Diakses pada tanggal 04 November 2019, pukul 14.20 WIB)

http://www.legalakses.com/download/Hukum%20Perjanjian/Perikatan.pdf,

(Diakses pada 23 Oktober 2019, pukul 13.45)

https://www.apotek-k24.com/tentang-kami (Diakses pada tanggal 04 November

2019, pukul 14.20 WIB)

https://tesishukum.com (Diakses pada tanggal 20 September 2019, pukul 14.00

WIB)