bab i pendahuluan a. latar...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nostalgia bisa menjadi bahasan yang menarik, apalagi jika dibahas oleh orang-orang yang sempat mengalami masa yang sedang dibicarakan. Ia bisa dirangkum dalam sebuah buku yang bisa dibaca oleh banyak orang. Tahun 2010- an, selang satu dekade setelah akhir 1990-an, dijadikan momen yang pas oleh Marchella F.P. untuk mengenang masa 1990-an. Marchella F.P. muncul dengan bukunya, Generasi 90an, memikat hati orang-orang yang ingin bernostalgia, hingga merasa bagian dari generasi tersebut. Marchella Febritrisia Putri, atau yang lebih dikenal sebagai Marchella F.P., lahir pada 16 Februari 1990. Ia lulusan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Mulai kuliah pada tahun 2008 dan lulus di tahun 2012. Ia kini berprofesi sebagai desainer grafis dan dikenal sebagai penulis buku Generasi 90an. Saat ini ia memiliki tiga usaha yang ia kelola, yakni Ni Studio, Playground dan Proud to Post It. Ni Studio adalah studio kreatif desain grafis, serta Playground sebagai perusahaan yang media yang mengurus hal-hal terkait Generasi 90an, mulai dari buku, pengelolaan media sosial, acara hingga konsultan branding. Terakhir, Proud To Post It adalah perusahaan e-commerce yang menjual official

Upload: dotruc

Post on 24-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nostalgia bisa menjadi bahasan yang menarik, apalagi jika dibahas oleh

orang-orang yang sempat mengalami masa yang sedang dibicarakan. Ia bisa

dirangkum dalam sebuah buku yang bisa dibaca oleh banyak orang. Tahun 2010-

an, selang satu dekade setelah akhir 1990-an, dijadikan momen yang pas oleh

Marchella F.P. untuk mengenang masa 1990-an. Marchella F.P. muncul dengan

bukunya, Generasi 90an, memikat hati orang-orang yang ingin bernostalgia, hingga

merasa bagian dari generasi tersebut.

Marchella Febritrisia Putri, atau yang lebih dikenal sebagai Marchella F.P.,

lahir pada 16 Februari 1990. Ia lulusan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual di

Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Mulai kuliah pada tahun 2008 dan lulus di

tahun 2012. Ia kini berprofesi sebagai desainer grafis dan dikenal sebagai penulis

buku Generasi 90an. Saat ini ia memiliki tiga usaha yang ia kelola, yakni Ni Studio,

Playground dan Proud to Post It. Ni Studio adalah studio kreatif desain grafis, serta

Playground sebagai perusahaan yang media yang mengurus hal-hal terkait Generasi

90an, mulai dari buku, pengelolaan media sosial, acara hingga konsultan branding.

Terakhir, Proud To Post It adalah perusahaan e-commerce yang menjual official

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

2

merchandise Generasi 90an. Ketiga perusahaan ini berada di bawah naungan PT.

Kebahagiaan Itu Sederhana.

Dari Tahun 2013 hingga 2015, Marchella sudah menerbitkan tiga buku

berjudul Generasi 90an (Januari 2013), Diary Suka-Suka Generasi 90an (Juli 2013)

dan Generasi 90an: Anak Kemaren Sore (Oktober 2015). Selain itu, ada juga akun

Generasi 90an di beberapa media sosial seperti di Twitter, Instagram, Facebook

dan Line@. Buku Generasi 90an, yang merupakan buku bergambar, membahas

tentang hiburan yang tren di tahun 1990, mulai dari tontonan, musik, fesyen, buku

dan permainan. Di Buku Generasi 90an: Anak Kemaren Sore, Marchella

membahas hal-hal seperti permainan tradisional, jajanan, binatang peliharaan dan

hiburan lain tahun 1990-an yang belum dibahas di buku pertama. Dalam pembuatan

buku ini, Marchella dibantu tim ilustrasi yang terdiri dari tiga orang—Yoshua

Meyer, Sesotya Jodie dan Gilang Dewamanyu—sehingga gaya ilustrasinya jauh

berbeda dibanding buku pertama.

Generasi 90an berawal dari ide membuat tugas akhir sebagai persyaratan

lulus kuliah. Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat

Generasi 90an muncul pada 29 Februari 2012. Untuk keperluan tugas akhir,

Marchella mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner, wawancara,

pengumpulan majalah bekas dan sumber-sumber terkait lainnya. Pembuatan akun

Twitter menjadi salah satu cara untuk memperkaya data yang dibutuhkan

Marchella.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

3

Tugas akhir usai, namun Generasi 90an belum usai. Para pengikut di

Twitter meminta Marchella untuk menerbitkan buku. Ia sempat ditolak oleh dua

penerbit dan sempat memutuskan untuk menerbitkan bukunya sendiri, namun saat

itu Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) datang dan menawarkan kerja

sama menerbitkan buku.

Generasi 90an dapat dikatakan sebagai buku pertama yang membahas

hiburan di tahun 1990-an. Setelah terbit di Januari 2013, buku-buku serupa

bermunculan setelahnya. Di tahun yang sama, Buku Memori 90an oleh Syahril

Anwar diterbitkan Bulan April. Ada pula Nicko Krisna yang menerbitkan Nostalgia

Era 80 & 90 (2014) dan Yang Nge-Tren di Tahun 80 & 90-an (2016). Di Tahun

2015, terdapat dua judul buku yang mengangkat tema Tahun 1990, seperti Serba

90-an Dalam Komik oleh Nana Naung, Pada Suatu Hari: Komik Curhat Generasi

80-90an oleh Arham Kendari.

Keuntungan ekonomi yang didapat Marchella, tak hanya dari royalti buku.

Akun-akun media sosial miliknya yang pengikutnya mencapai ratusan ribu,

terutama di Instagram, mulai dimonetisasi dengan mengunggah promosi acara atau

produk yang masih ada kaitannya dengan tema tahun 1990-an. Selain itu ada lini

produk dari Proud To Post It yang memberikan pendapatan terbesar bagi Marchella.

Ia pun melakukan berbagai proyek kolaborasi dengan sejumlah pihak, seperti

pengerjaan proyek “Si Komo Reborn” dan webtoon di Ciayo Comics (ciayo.com).

Pencapaian Marchella tak lepas dari ruang lingkup kehidupannya. Dimulai

dari habitus Marchella, yang dapat ditelusuri dari sejarah individunya. Bagaimana

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

4

Marchella bisa mendapatkan ide untuk membuat Generasi 90an, tak lepas dari

kehidupan masa kecilnya dan ruang lingkup pergaulannya.

Minat Marchella pada desain grafis, membuatnya memutuskan untuk

kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual dan menjadikan tema hiburan tahun

1990-an sebagai tugas akhirnya. Lingkup pergaulan juga memantapkan Marchella

untuk menuangkan idenya dalam pembuatan tugas akhir. Hal ini karena hal-hal

yang terkait dengan 1990-an seringkali menjadi obrolan di antara teman-teman

sepermainannya. Selain itu, media sosial Twitter membuat tugas akhir Marchella

dikenal lebih banyak orang hingga akhirnya dibahas di radio-radio di Jakarta.

Setelah dibahas di radio, akun media sosial Twitter @generasi90an makin

terdongkrak popularitasnya. Dari sini, Marchella mengakumulasi kapital-kapital

tertentu.

Kapital-kapital yang dimilikinya ini membantunya untuk menerbitkan

buku di Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia. Royalti yang didapat melalui

penjualan buku menjadi kapital ekonomi yang digunakan untuk mengembangkan

usaha-usaha yang dimiliki Marchella terkait Generasi 90an, yakni pendirian

Playground dan Proud to Post It.

Dengan diterbitkannya buku Generasi 90an, maka Marchella mulai masuk

ke ranah perbukuan pasca-Orde Baru. Ranah sebagai ranah kekuatan dan ranah

perjuangan, di mana Marchella sebagai agen yang menempati posisi sebagai penulis

berkompetisi untuk mendapatkan kontrol atau sumber daya dengan meningkatkan

dan mempertahankan posisi. Kapital menjadi logika perjuangannya, lalu strategi

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

5

dilakukan untuk mempertahankan atau meraih posisi tersebut (Bourdieu, 1992:

101). Ia pun berjuang untuk mendapatkan legitimasi sebagai penulis tema hiburan

tahun 1990-an di antara para penulis yang memiliki karya dengan tema serupa.

Kemunculan Generasi 90an bertepatan dengan munculnya bahasan

tentang kerinduan masa Orde Baru. Bahasan tersebut muncul sebagai meme-meme

yang beredar di media sosial. Generasi 90an dan buku-buku lain yang bertema

serupa jadi ikut meramaikan industri buku Indonesia.

Selain buku, Marchella juga mencurahkan idenya mengenai tahun 1990-

an ke dalam produk lain, salah satunya acara Mesin Waktu Generasi 90an. Setelah

acara ini sukses diselenggarakan, menjamur pula acara-acara serupa seperti The

90’s Festival dan sebagainya. Dari acara-acara semacam ini, para artis dan musisi

yang terkenal di tahun 1990-an mulai dilirik lagi oleh pihak-pihak penyelenggara

acara. Media pun menangkap tren nostalgia 1990-an dan menjadikannya sebagai

bahan berita feature di sejumlah surat kabar maupun siaran acara berita1.

Di antara buku-buku tema serupa, Generasi 90an tampak membawa

dampak yang cukup besar. Karya-karya Marchella ini bisa membawa tren baru di

industri hiburan, yang semuanya berawal dari sebuah buku.

Dalam praktiknya menjadi seorang penulis, Marchella memiliki sejumlah

kendala. Sebagai seorang penulis buku bergambar dan sebagai lulusan Jurusan

1 Beberapa contohnya, yakni liputan”Pengalaman Tak Tergantikan Generasi ’90-an” di Harian

Jawa Pos pada 8 November 2015, liputan “Maaf, Kami Belum Bisa Move On” di Harian Kompas

pada 3 Desember 2017, serta siaran berita Indonesia Morning Show di NET. pada 3 Desember

2013 dan Sapa Indonesia di Kompas TV pada 18 Februari 2015.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

6

DKV, Marchella mengaku dirinya tak bisa menggambar. Semasa kuliah, ia

mendapat nilai D untuk mata kuliah terkait menggambar dan bukan mahasiswa

berprestasi di jurusannya. Hal ini berujung pada ditolaknya partisipasi Marchella di

perhelatan Plaza Desain “Osmosis” 2012 oleh Universitas Bina Nusantara. Plaza

Desain merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Sekolah Desain Universitas

Bina Nusantara untuk menampilkan karya-karya mahasiswa dan alumninya.

Meski tugas akhir Marchella, Generasi 90an, mendapat nilai A, ia tetap

tidak mendapat kesempatan untuk turut serta dalam pameran. Marchella mengakui,

ia tidak diberi jatah karena semasa kuliah ia bukan mahasiswa berprestasi. Hal ini

tampaknya membuat pihak penyelenggara skeptis dengan kemampuannya.

Padahal, ajang Plaza Desain hendak ia gunakan untuk menampilkan karya tugas

akhirnya kepada para pengikutnya di Twitter yang saat itu sudah mencapai belasan

ribu pengikut. Kejadian ini semakin membulatkan tekad Marchella untuk mencari

penerbit buku. Perjalanan mencari penerbit buku pun tidak mudah karena

naskahnya berkali-kali ditolak penerbit sebelum akhirnya menerima tawaran dari

KPG.

Kendala lain yang harus dihadapi Marchella, yaitu perihal umur. Ia

membahas tahun 1990-an dalam bukunya, tetapi ia sendiri baru lahir di tahun 1990.

Dibanding para penulis lain yang menjadi pesaingnya, ia jauh lebih muda.

Keluwesan Marchella dalam membahas tahun 1990-an diragukan, bahkan oleh para

pengikutnya sendiri.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

7

Pemberian judul Generasi 90an pada karya-karya Marchella menjadi

masalah tersendiri. Konsep generasi mengacu pada pembagian kelompok umur.

Menurut Karl Mannheim (1923: 290), generasi merupakan fenomena sosial yang

berdasar pada ritme biologis terkait kelahiran dan kematian. Kelompok umur yang

berbeda mendapat perlakuan dan memiliki pengalaman yang berbeda pula. Lebih

jauh, Mannheim mendefinisikan generasi sebagai fenomena sosial yang

menggambarkan identitas lokasi tertentu, mencakup kelompok usia terkait dalam

proses historis-sosial. Dengan kata lain, generasi ditentukan berdasarkan rentang

tahun kelahiran tertentu, serta lokasi di mana mereka berada dan konteks yang

menyertainya.

Konsep generasi erat pula dengan konsep tahap kehidupan (life-cycle).

Karena generasi berdasar pada ritme biologis manusia, maka terdapat siklus atau

tahap kehidupan yang menyertainya. O’Donnell (1985: 8) mengatakan bahwa tahap

kehidupan ini menunjukkan progres seseorang dari satu fase ke fase berikutnya

secara biologis dan psikologis. Dengan kata lain, suatu generasi juga mengalami

fase-fase kehidupan tertentu, seperti misalnya masa kecil, masa remaja, masa

dewasa dan seterusnya. Tak ada kesepakatan universal mengenai bagaimana

seharusnya tahap kehidupan itu dibagi, tetapi O’Donnell mengatakan setidaknya

ada tiga tahap yang dianggap umum, yaitu masa kecil (childhood), masa dewasa

(adulthood) dan masa tua (old age).

Bourdieu tidak mengonseptualisasikan generasi secara khusus, tetapi ia

pernah menyampaikan pemikirannya mengenai hubungan antara yang tua dan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

8

muda. Bourdieu (1993b: 95) mengatakan seseorang pasti selalu menjadi senior atau

junior bagi yang lainnya. Maka dari itu, pembagian kelompok berdasarkan umur

atau generasi merupakan konstruksi sosial dan bervariasi. Pembagian kelompok

berdasarkan tua dan muda juga merupakan persoalan kuasa: ada pembagian

kelompok, ada pembagian kuasa. Klasifikasi berdasarkan usia ini selalu bermaksud

untuk memaksakan batasan dan menciptakan keteraturan yang harus dijaga setiap

orang agar berada tetap pada tempatnya.

Buku Generasi 90an menceritakan tentang berbagai hiburan yang terjadi

di tahun 1990-an, sedangkan tahun 1990-an dialami oleh orang-orang dari berbagai

generasi yang hidup pada saat itu. Apapun yang terjadi saat itu, dialami oleh orang-

orang yang pernah hidup di masa itu, terlepas dari berapa umur mereka. Setidaknya

ada dua kemungkinan yang akan terjadi jika buku yang mengajak pembaca

bernostalgia ke tahun 1990-an dilabeli sebagai generasi 1990-an. Pertama,

Marchella hendak mengklaim berbagai kisah tahun 1990-an di dalam bukunya

sebagai pengalaman yang hanya dialami oleh generasi 1990-an. Kedua,

menimbulkan kebingungan pada pembaca. Para pembaca dari kelompok umur

berbeda bisa mengidentifikasi diri sebagai generasi 1990-an karena merasa kisah

hidupnya sesuai dengan isi buku.

Terkait nostalgia, Pickering (2006: 920) mendefinisikannya sebagai

kerinduan terhadap hal-hal yang tidak bisa didapat di masa sekarang. Terdapat sisi

negatif dan positif dari nostalgia. Nostalgia dinilai negatif jika menimbulkan

dorongan untuk kembali ke masa lalu. Masa lalu pada tahap ini sudah diidealisasi,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

9

diingat kembali sebagai masa kehidupan yang lebih sempurna ketimbang masa kini.

Di sisi positif nostalgia, masa lalu bisa dianggap sebagai dasar pertimbangan untuk

kehidupan yang lebih baik di masa depan, tanpa ada dorongan untuk menghidupkan

nuansa masa lalu di masa kini.

Berbagai bahasan di dalam Generasi 90an bisa menunjukkan bagaimana

Marchella bernostalgia. Sebagai buku yang membahas tentang masa lalu, Generasi

90an tidak mencakup semua peristiwa dan aspek kehidupan yang terjadi di tahun

1990-an. Salah satunya adalah peristiwa 1998 yang membawa perubahan besar bagi

Indonesia. Apakah absennya kisah 1998 dalam buku ini terkait preferensi pribadi

Marchella atau termasuk strategi untuk meraih posisi di ranah perbukuan pasca-

Orde Baru?

Di luar persoalan buku, Marchella pun melakukan strategi dan perjuangan

di ranah perbukuan untuk mengukuhkan definisinya sendiri tentang generasi 1990-

an. Salah satunya dengan membuat Komunitas Generasi 90an yang awalnya

merupakan para pengikut akun @generasi90an di media sosial. Mereka berpotensi

menjadi kelompok yang bisa dimobilisasi Marchella untuk perjuangannya di ranah

perbukuan pasca-Orde Baru.

Untuk menjawab berbagai permasalahan tersebut, melalui penelitian ini

saya ingin mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan Marchella hingga

akhirnya menempati posisi tertentu di ranah perbukuan Indonesia pasca-Orde Baru.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

10

B. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi Marchella F.P. untuk meraih posisi di ranah perbukuan

Indonesia pasca-Orde Baru?

C. Tinjauan Pustaka

Saya belum menemukan penelitian yang membahas mengenai Generasi

90an maupun mengenai Marchella. Yang paling mendekati, penelitian-penelitian

mengenai sosok penulis, sudah banyak dibahas. Selain itu, terdapat sejumlah

penelitian mengenai persoalan generasi pula. Dalam tinjauan pustaka ini,

setidaknya ada dua hal yang saya cermati. Pertama, saya meninjau penelitian

mengenai sosok penulis. Kedua, meninjau penelitian tentang generasi, khususnya

di media.

Penelitian yang mengupas sosok penulis dengan perspektif ranah produksi

kultural Bourdieu cukup banyak ditemukan. Tiga di antaranya ditulis oleh Azizah

Mahmud (2015), Latief Setia Nugraha (2015) dan Santi Andayani (2014).

Ketiganya merupakan tesis Ilmu Sastra Universitas Gadjah Mada.

Azizah Mahmud membahas tentang strategi Abdurahman Faiz, seorang

sastrawan cilik, yang berjuang mendapatkan posisi di ranah sastra dalam tesis

berjudul Strategi dan Posisi Abdurahman Faiz dalam Arena Sastra Indonesia

Pasca-Orde Baru: Analisis Produksi Kultural Pierre Bourdieu (2015). Umur

menjadi persoalan bagi Abdurahman Faiz, karena sulit mendapat pengakuan dari

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

11

sastrawan-sastrawan “dewasa” lainnya, meski ia memiliki modal kuat dari

statusnya sebagai putra dari Helvy Tiana Rosa, sastrawan pendiri Forum Lingkar

Pena. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan strukturalisme generatif

Bourdieu.

Latief Setia Nugraha membahas sosok Emha Ainun Nadjib dalam tesis

Emha Ainun Nadjib dalam Arena Sastra dan Arena Sosial (2015). Dengan

perspektif ranah produksi kultural serta kajian teori sosiologi sastra, Latief meneliti

tentang perpindahan Nadjib dari satu ranah ke ranah lainnya. Legitimasi yang

diperoleh Nadjib dari berbagai ranah membuat status sosialnya kuat dan

mendatangkan kapital ekonomi. Penelitian inni dilakukan dengan pendekatan

deskriptif kualitatif, dengan menganalisis ranah kompetisi Nadjib, disposisi Nadjib

dalam ranah sastra dan sosial, serta strategi dan peran agen dalam pencapaian posisi

sosial Nadjib.

Santi Andayani membahas strategi Murakami Haruki dalam tesis berjudul

Strategi Murakami Haruki dalam Meraih Posisi dan Legitimasi di Arena Sastra

Jepang (2014). Perdebatan utama dalam penelitian ini, yakni tentang pelabelan

karya-karya Murakami sebagai sastra populer atau sastra tinggi. Penelitian ini

dilakukan dengan perspektif ranah produksi kultural Bourdieu, serta dengan

pendekatan strukturalisme generatif. Karya Murakami yang berjudul Noruwei no

Mori (Norwegian Wood) menjadi objek material penelitian ini. Santi pun

menambahkan berbagai wawancara Murakami di media massa sebagai data

pelengkap.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

12

Ketiga penelitian ini menggunakan perspektif yang sama dengan

penelitian saya, untuk sama-sama menemukan bagaimana strategi penulis untuk

meraih posisi dan mendapat legitimasi tertentu. Ranah sastra yang dimaksud dalam

ketiga penelitian ini, merupakan subranah produksi skala terbatas berdasarkan

perspektif Bourdieu. Dalam subranah ini, legitimasi didapat dari pengakuan dari

para agen yang berada di ranah tersebut. Di sisi lain, penelitian saya membahas

subranah produksi skala besar yang produksi barang-barang kulturalnya

dimaksudkan para produsen untuk bisa dinikmati publik luas. Sejauh ini, penelitian

mengenai strategi penulis dengan perspektif Bourdieu banyak terkonsentrasi di

ranah sastra. Penelitian mengenai strategi penulis di ranah perbukuan selain buku

sastra sulit ditemukan, seakan topik mengenai strategi penulis di luar ranah tersebut

tidak menarik untuk diteliti. Dengan membahas strategi Marchella, saya juga

sekaligus ingin menambah kajian mengenai ranah perbukuan pasca-Orde Baru di

Indonesia.

Penelitian lain yang masih membahas penulis, yakni penelitian Catherine

Compton-Lily dari University of Wisconsin Amerika Serikat yang berjudul The

Development of Writing Habitus: A Ten-Year Case Study of a Young Writer (2014).

Artikel di Jurnal Written Communication Volume 31(4) ini membahas trajektori

Peter, subjek penelitiannya, dalam perjalanannya menjadi seorang penulis.

Compton-Lily fokus pada perkembangan habitus menulis Peter, lalu menganalisis

disposisi-disposisi apa saja yang mendukung Peter menjadi seorang penulis.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif longitudinal (longitudinal

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

13

qualitative research). Compton-Lily melakukan penelitian selama 10 tahun,

mengamati Peter dari usia sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Penelitian

Compton-Lily ditujukan kepada para tenaga pendidik, yakni tentang bagaimana

memantau perkembangan kemampuan anak di luar sekolah.

Ada pula penelitian Luca Pareschi dari Universitas Bologna, Italia,

berjudul How I Met My Publisher: Casual and Serial Intermediaries in First-Time

Author’s Publication in the Italian Literary Field (2015). Artikel di Jurnal Cultural

Sociology Volume 9(3) ini membahas tentang posisi agen pencari bakat yang

mempertemukan calon penulis dengan penerbit di ranah sastra Italia. Makna

perantara (intermediaries) biasanya dikaburkan dengan gatekeeper. Istilah yang

terakhir ini digunakan pada bidang studi komunikasi, yakni media berperan sebagai

penyaring informasi-informasi yang masuk dan memilah mana yang akan

disampaikan pada khalayak luas. Pareschi berpendapat intermediaries berbeda

dengan gatekeepers. Penelitian ini dilakukan dengan perspektif cultural

intermediary Bourdieu dan pendekatan induktif.

Meski menggunakan perspektif Bourdieu, namun penelitian Compton-

Lily dan Pareschi tidak fokus pada ranah produksi kultural. Compton-Lily condong

pada analisis habitus dan melihat kegiatan menulis subjek penelitiannya dari

kacamata pendidik, karena profesinya sebagai seorang guru. Pareschi membahas

ranah produksi kultural, tetapi lebih fokus pada cultural intermediaries. Penelitian

saya fokus pada perjuangan Marchella di ranah perbukuan, yang kemudian

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

14

karyanya, Generasi 90an, turut membawa persoalan generasi yang akhirnya

menjadi bagian dari strategi Marchella.

Terdapat beberapa penelitian lainnya perihal generasi, terutama di media.

Salah satunya penelitian Göran Bolin dari Södertörn University, Swedia, Passion

and Nostalgia in Generational Media Experiences (2016). Artikel di European

Journal of Cultural Studies Volume 19(3) ini, meneliti pengalaman penggunaan

teknologi media pada empat kelompok generasi berbeda di Swedia dan Estonia.

Berangkat dari perspektif generasi Karl Mannheim, pengalaman menggunakan

media ini dikaitkan dengan konsep gairah (passion) dan nostalgia. Kedua konsep

ini dianggap Bolin sebagai komponen-komponen yang membentuk pengalaman

berdasarkan generasi. Hasil temuan penelitian, Bolin mengatakan terdapat tiga tipe

nostalgia, yaitu technostalgia, nostalgia tentang hilangnya masa kecil, serta

kemungkinan dan ketidakmungkinan pengalaman antargenerasi. Penelitian

dilakukan dengan metode focus grup interview.

Penelitian lain, yakni Reconstructing Past Media Ecologies: The 1960s

Generation in Sweden (2015) oleh Mats Björkin dari University of Gothenburg,

Swedia. Artikel di European Journal of Communication, Volume 30(I) ini

membahas penggunaan televisi oleh orang-orang yang lahir di tahun 1960-an di

Swedia. Penelitian yang dilakukan dengan analisis longitudinal ini bertumpu pada

data demografis mengenai gaya hidup dan konsumsi dari tahun 1970-an hingga

1980-an, untuk mengetahui pola menonton televisi Generasi 1960-an. Penelitian

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

15

sejarah audiens ini dilakukan Björkin dengan tujuan agar dapat mendapat gambaran

mengenai konsumsi televisi di masa sekarang dan di masa depan.

Ada pula penelitian Codruţa Alina Pohrib dari Maastricht University,

Belanda, berjudul The Romanian “Latchkey Generation” Writes Back: Memory

Genres of Post-Communism on Facebook (2017), dalam Jurnal Memory Studies,

Volume 1(20). Pohrib meneliti tentang orang-orang yang lahir di tahun 1970-an

hingga 1980-an membangun identitas diri mereka sebagai Generasi Latchkey di

Facebook pada tahun 2000-an yang sudah masuk masa poskomunis Rumania.

Generasi Latchkey ini mengalami masa kecil yang tidak diawasi ketat oleh orangtua

karena pekerjaan dan ketika itu fasilitas penitipan anak masih minim. Penelitian

dengan pendekatan partisipatoris dilakukan di dua grup Facebook pages “Generaţia

cu cheia la gât”/“Generasi Latchkey” dan “Copilăria anilor 80–90”/“Masa Kecil di

80-90-an”. Obrolan-obrolan di dalam grup Facebook tersebut tak lepas dari topik

mengenai komunisme. Para anggotanya bangga bisa menjadi kolektor maupun

konsumen virtual dari berbagai memorabilia masa komunisme.

Penelitian Bolin, Björkin dan Pohrib dengan topik utama generasi ini fokus

membahas audiens. Dalam penelitiannya, Bolin dan Björkin cenderung

mengategorikan subjek-subjek penelitian mereka ke dalam sejumlah generasi

tertentu. Mereka sudah memiliki pola pikir pembagian kelompok berdasarkan

generasi ketika melakukan penelitian. Di sini, identitas generasi subjek penelitian

ditentukan oleh peneliti. Di sisi lain, Pohrib dalam penelitiannya membahas

bagaimana grup Facebook menjadi ruang bagi sejumlah orang kelahiran tahun

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

16

1970-an hingga 1980-an di Rumania, untuk membentuk identitas mereka sendiri

sebagai Generasi Latchkey. Penelitian saya tidak fokus pada audiens, serta tidak

bertujuan untuk membuat kategori generasi tertentu. Persoalan generasi yang

muncul dalam penelitian saya, dibahas sebagai bagian dari strategi Marchella yang

berjuang di ranah perbukuan.

D. Kerangka Teori

Dalam setiap karyanya, Bourdieu selalu menyampaikan kritik oposisi

antara subjektivisme dan objektivisme di dalam ilmu sosial. Bourdieu (1989: 15)

justru melihat adanya hubungan dialektis antara subjektivisme dan objektivisme.

Di satu sisi, objektivisme menafikan representasi subjektif agen, padahal struktur

objektif membentuk basis representasi dan membuat batasan struktural yang

berhubungan dengan interaksi. Di sisi lain, representasi yang dilakukan dalam

perjuangan sehari-hari, baik individual maupun kolektif, bermaksud mengubah atau

melestarikan struktur objektif tersebut.

Bourdieu (1989: 14) mengarakterisasikan pekerjaannya sendiri sebagai

konstruktivis strukturalisme atau strukturalis konstruktivisme. Strukturalis,

maksudnya ada struktur objektif yang independen dari kesadaran dan kehendak

agen. Struktur objektif ini memandu sekaligus membatasi praktik representasi agen.

Konstruktivisme yang dimaksud Bourdieu, terdapat dua hal, yaitu skema persepsi,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

17

pemikiran dan tindakan yang konstitutif, disebut habitus. Hal lainnya, yaitu struktur

sosial, disebut sebagai ranah.

Hasil hubungan dialektis antara struktur dan keagenan, yakni praktik.

Bourdieu (1984: 101) pun membuat formulanya: [(habitus) (kapital)] + ranah =

praktik.

1. Habitus

Bourdieu mendefinisikan Habitus sebagai sistem disposisi yang

berlangsung lama dan dapat berubah-ubah. Habitus juga merupakan struktur yang

distrukturkan yang cenderung berfungsi sebagai struktur yang menstrukturkan.

Habitus lahir dari kondisi sosial tertentu, maka ia sudah distrukturkan

terlebih dulu oleh kondisi sosial di mana ia diproduksi. Ini yang dimaksud dengan

struktur yang distrukturkan. Di sisi lain, habitus juga struktur yang menstrukturkan,

karena disposisi-disposisi yang sudah terstruktur berfungsi sebagai kerangka yang

menghasilkan persepsi, nilai dan tindakan seseorang. Disposisi sendiri merupakan

rincian dari tindakan teroganisir agen yang sejajar dengan struktur, langkah agen

untuk berada berkaitan dengan kebiasaan-kebiasannya, serta kecenderungan atau

tendensi.

“…habitus, systems of durable, transposable dispositions,

structured structures predisposed to function as structuring

structures, that is, as principles of the generation and structuring

of practices and representations which can be objectively "

regulated” and "regular” without in any way being the product

of obedience to rules, objectively adapted to their goals without

presupposing a conscious aiming at ends or an express mastery

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

18

of the operations necessary to attain them and, being all this,

collectively orchestrated without being the product of the

orchestrating action of a conductor (Bourdieu, 1977: 72).”

Habitus merupakan produk sejarah, karena ia merupakan sistem disposisi

yang berlangsung lama dan diperoleh melalui latihan (inculcation) berulang kali.

Disposisi dilatih oleh berbagai kemungkinan dan ketidakmungkinan, kebebasan

dan kebutuhan, serta peluang dan larangan yang terdapat dalam kondisi objektif.

Disposisi menyesuaikan dengan kondisi objektif ini (1990b: 54).

Habitus merupakan kemampuan tak terbatas untuk membuat berbagai

produk berupa pemikiran, persepsi, ekspresi dan tindakan, tapi kemampuan ini

dibatasi kondisi historis dan sosial dari produksi itu sendiri. Ini yang dimaksud

dengan habitus sebagai struktur yang distrukturkan, karena sudah diberi bentuk

terlebih dulu oleh kondisi sosial di mana ia diproduksi (1990b: 55).

Di sisi lain, habitus juga merupakan struktur yang menstrukturkan. Karena

kemampuan tak terbatasnya itu, ia menjadi penentu bagi tindakan-tindakan

selanjutnya. Maka, habitus juga mereproduksi regularitas yang ada dalam kondisi

objektif (1990b: 57).

Habitus dapat bertahan lama (durable) dan dapat pula berubah-ubah

(transposable), karena bisa dialihkan dari satu kondisi sosial ke kondisi sosial

lainnya. Selain itu, habitus juga bekerja di bawah sadar. Bourdieu mengatakan

skema-skema habitus bekerja di bawah lapisan kesadaran dan bahasa, di luar

jangkauan instropeksi cermat atau kontrol kehendak. Skema-skema tersebut dapat

secara keliru dianggap sebagai nilai, yang bisa terlihat dalam gestur dan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

19

keterampilan tubuh, seperti cara berjalan, cara buang ingus dan sebagainya. Lebih

jauh lagi, yakni mengikutsertakan prinsip konstruksi dan evaluasi dunia sosial,

seperti pembagian tenaga kerja menurut kelas, umur dan jenis kelamin (1984: 466).

2. Ranah

Ranah adalah jaringan hubungan antarposisi objektif di dalamnya.

Hubungannya relasional.

“In analytic terms, a field may be defined as a network, or a

configuration, of objective relations between positions. These

positions are objectively defined, in their existence and in the

determinations they impose upon their occupants, agents or

institutions, by their present and potential situation (situs) in the

structure of the distribution of species of power (or capital)

whose possession commands access to the specific profits that

are at stake in the field, as well as by their objective relation to

other positions (domination, subordination, homology, etc.)

(1992: 97).”

Di dalam ranah terdapat agen, posisi-posisi yang ditempati para agen,

kekuatan berupa kapital yang menjadi pertaruhan. Bourdieu mengibaratkan ranah

sebagai permainan, di mana para agen berkompetisi mendapatkan kontrol atau

sumber daya di dalamnya, dengan memperebutkan atau menempati posisi-posisi

tertentu. Maka, ranah adalah ranah kekuatan juga ranah perjuangan. Perjuangan

dilakukan untuk mempertahankan atau mentransformasi konfigurasi kekuatan-

kekuatan yang ada.

Dalam perjuangan, agen dapat melakukan berbagai strategi di ranah. Agen

dapat secara individu atau kolektif mempertahankan atau meningkatkan posisi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

20

mereka dan berupaya memaksakan prinsip hierarki yang paling menguntungkan

terhadap produk mereka sendiri. Strategi-strategi agen ini tergantung pada posisi

mereka di ranah, distribusi kapital tertentu dan persepsi mereka terhadap ranah.

Ketika posisi-posisi dicapai, mereka dapat berinteraksi dengan habitus, untuk

menghasilkan gestur atau ekspresi tertentu karena melakukan ‘pengambilan posisi’

di dalam ranah tersebut (1992: 101).

Sama seperti permainan, di ranah juga ada aturan main dan relasi

kekuasaan tersendiri, namun antara satu ranah dengan ranah lain juga bisa

mempengaruhi satu sama lain di dalam ruang sosial. Ruang sosial ini terdiri dari

sejumlah ranah. Ranah produksi kultural, misalnya, memiliki aturan main

tersendiri, berbeda dengan ranah-ranah lain, seperti ranah pendidikan, ranah politik

dan lainnya. Akan tetapi, aturan di ranah produksi kultural juga homolog dengan

aturan di ranah lain, misalnya dengan ranah politik dan ranah ekonomi.

Mengenai ranah produksi kultural, Bourdieu mendefinisikannya sebagai

tempat perjuangan di mana yang dipertaruhkan adalah kekuasaan untuk

memaksakan definisi dominan tentang penulis dan kekuasaan untuk membatasai

populasi yang berhak ambil bagian di dalam perjuangan mendefinisikan penulis

(1993a: 42).

Ranah produksi kultural merupakan tempat hierarki ganda: heteronom dan

otonom. Prinsip hierarki heteronom berupa kesuksesan, misalnya jumlah buku

terjual, jumlah pementasan teater dan sebagainya. Prinsip ini berlaku jika ranah

produksi kultural tak otonom, sehingga tunduk pada aturan yang berlaku di ranah

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

21

kekuasaan atau ranah ekonomi. Prinsip otonom, berupa derajat konsekrasi spesifik.

Pengakuan terhadap suatu karya didapat dari orang-orang yang diakui. Prinsip ini

berlaku jika ranah produksi dimaksudkan untuk memperoleh otonomi total dari

aturan ranah kekuasaan maupun ekonomi (1993a: 38).

Hierarki ganda di ranah produksi kultural mempertegas garis pemisah

antara dua subranah, yaitu ranah produksi terbatas dan ranah produksi skala besar.

Ranah produksi terbatas merupakan tempat agen memproduksi barang-barang

kultural yang secara objektif ditujukan kepada para produsen barang kultural

lainnya. Di ranah ini, terdapat kriteria tersendiri dalam mengevaluasi produk-

produknya, agar memperoleh pengakuan dari kelompok sesama (peer group) di

sini. Di ranah produksi skala besar, produksi barang-barang kultural dimaksudkan

para produsennya untuk bisa dinikmati ‘publik luas’. Ranah ini tunduk pada aturan

persaingan untuk menaklukkan pasar (1993a: 115).

Bourdieu (1992: 105) menyusun tiga langkah proses untuk menganalisis

ranah. Pertama, menggambarkan keutamaan ranah kekuatan untuk menemukan

hubungan setiap ranah khusus dengan ranah kekuasaan. Kedua, memetakan struktur

objektif hubungan berbagai posisi yang ditempati para agen atau institusi yang

berkompetisi untuk mendapat legitimasi dalam ranah tertentu. Ketiga, habitus para

agen juga harus dianalisis, termasuk trajektori agen.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

22

3. Kapital

Kapital baru berfungsi jika ia berada di suatu ranah, karena ia adalah logika

perjuangan dalam ranah tersebut. Bourdieu (1977: 178) memperluas kapital

menjadi segala bentuk barang, material dan simbolik, yang mempresentasikan diri

sebagai sesuatu yang jarang dan layak dicari di dalam suatu formasi sosial tertentu.

“Capital is accumulated labor (in its materialized form or its

“incorporated,” embodied form) which, when appropriated on a

private, i.e., exclusive, basis by agents or groups of agents,

enables them to appropriate social energy in the form of reified

or living labor. It is a vis insita, a force inscribed in objective or

subjective structures, but it is also a lex insita, the principle

underlying the immanent regularities of the social world (1986:

15).”

Bourdieu (1990b: 118) memperkenalkan empat kapital, yaitu kapital

ekonomi, kapital kultural, kapital sosial dan kapital simbolik. Tiga kapital, yakni

kapital ekonomi, kapital kultural dan kapital sosial dikatakan Bourdieu sebagai tiga

spesies fundamental (three fundamental species). Kapital-kapital ini menjadi

kapital simbolik ketika ia dikenali (recognize) sebagai kemampuan yang sah dan

disalahkenali (misrecognize) sebagai kapital.

Kapital ekonomi berupa materi, seperti uang atau terinstitusionalisasi

dalam wujud hak properti. Kapital kultural, terbagi dalam tiga wujud, yakni kondisi

menubuh (embodied state), kondisi terobjektifikasi (objectified state) dan kondisi

terinstitusionalisasi (institutionalized state). Kapital kultural kondisi menubuh

merupakan disposisi yang bertahan lama di benak dan tubuh. Pada kondisi

terobjektifikasi, kapital kultural menjelma sebagai barang-barang kulutral, seperti

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

23

buku, instrumen, mesin dan sebagainya. Kapital kultural dalam kondisi

terobjektifikasi masih terkait erat dengan kapital kultural kondisi menubuh.

Misalnya kemampuan menggambar menghasilkan lukisan, kemampuan menulis

menghasilkan karya tulis dan lain sebagainya. Selanjutnya, kapital kultural dalam

kondisi terinstitusionalisasi. Contoh sederhananya, kualifikasi pendidikan, seperti

ijazah. Ijazah terobjektifikasi, namun ia diakui oleh institusi tertentu (Bourdieu,

1986: 17).

Kapital sosial dijabarkan Bourdieu (1986: 21) sebagai agregasi berbagai

sumber daya potensial yang berhubungan dengan kepemilikan jaringan yang

bertahan lama, berupa hubungan terinstitusionalisasi dari perkenalan dan

pengakuan (misal, keanggotaan dalam suatu kelompok). Volume kapital sosial

yang dimiliki agen tergantung dari ukuran jaringan hubungan yang bisa ia

mobilisasikan dan juga tergantung volume kapital lain miliknya yang terkait

hubungan dengan orang atau kelompok tertentu.

4. Strategi

Strategi merupakan kesadaran praktis (practical sense), atau jika dikaitkan

dengan permainan, ia adalah rasa permainan (feel for the game). Strategi sebagai

penguasaan praktis atas logika atau atas kenisyacaan yang selalu ada dalam

permainan. Penguasaan ini diperoleh dari pengalaman bermain dan bekerja di luar

kontrol dan wacana sadar, misalnya teknik olah tubuh yang dipakai seseorang.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

24

“…the practical sense, or, if you prefer, what sports players call

a feel for the game, as the practical mastery of the logic or the

immanent necessity of a game—a mastery acquired by

experience of the game, and one which works outside coscious

control and discourse (in the way that, for instance, techniques

of the body do).” (1990a: 61)

Agen sebagai pemain yang baik senantiasa melakukan apa yang dituntut

oleh permainan. Ini artinya, ada kapasitas untuk menciptakan hal-hal baru, agar bisa

menyesuaikan diri dengan situasi yang selalu bervariasi. Agen tidak selalu harus

patuh dengan aturan di ranah, karena agen bisa bermain sesuai dengan aturan dan

memastikan diri sudah berhak terlibat dalam permainan, lalu bertindak sesuai

kepentingan sambil tetap tunduk pada peraturan. Rasa permainan yang dimiliki

seorang agen juga bisa keliru, karena rasa ini dimiliki dan dikuasai berbeda antara

satu agen dan agen lainnya.

Berbicara tentang aturan, Bourdieu menegaskan perbedaan antara aturan

(rule) dan regularitas (regularity). Permainan sosial adalah sesuatu yang diatur, di

mana aturan tersebut menjadi lokus bagi regularitas-regularitas tertentu (1990a:

64).

Setidaknya ada dua tipe strategi yang dideskripsikan oleh Bourdieu (1984:

131), yaitu strategi reproduksi dan strategi rekonversi. Strategi reproduksi adalah

sekumpulan praktik yang dirancang untuk mempertahankan atau meningkatkan

posisi. Strategi ini bergantung pada volume dan komposisi kapital yang

direproduksi, serta kondisi instrumen reproduksi, seperti sistem pendidikan, pasar

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

25

tenaga kerja, hukum warisan dan sebagainya. Kondisi instrumen-instrumen itu

sendiri bergantung pada kondisi relasi kuasa antar berbagai kelas.

Strategi rekonversi, yakni rekonversi kapital menjadi kapital lainnya agar

menjadi lebih menguntungkan atau lebih sahih. Rekonversi ini berkorespondensi

dengan berbagai pergerakan di ruang sosial. Ruang sosial ini terstruktur dalam dua

dimensi, yakni keseluruhan volume kapital, serta kapital dominan atau kapital

terdominasi. Maka, ada dua tipe pergerakan di ruang sosial. Pertama, pergerakan

vertikal, ke atas atau ke bawah, di sektor vertikal yang sama, yaitu di ranah yang

sama. Contohnya, guru sekolah menjadi profesor atau pengusaha kecil menjadi

pengusaha besar. Kedua, pergerakan melintang, perpindahan dari satu ranah ke

ranah lain. Pegerakan bisa horizontal, misalnya guru sekolah menjadi pemilik toko

kecil, atau bisa pergerakan ke level yang berbeda, misalnya pemilik toko kecil

menjadi pelaku industri. Pergerakan vertikal terjadi karena perubahan volume

kapital yang dimiliki, sedangkan pergerakan melintang memerlukan konversi satu

kapital ke kapital lain.

5. Perjuangan Simbolik

Perjuangan simbolik ini dilakukan untuk mendapat kuasa memproduksi

dan memaksakan pandangan atau persepsi yang sahih mengenai dunia sosial

(Bourdieu, 1985: 728). Bourdieu menjelaskan dunia sosial ini sebagai ruang sosial

yang terkonstruksi berdasarkan berbagai prinsip yang berbeda atau yang sudah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

26

dikonstitusikan oleh sejumlah properti aktif yang ada di sana. Properti aktif yang

dimaksud adalah kapital.

Persepsi dunia sosial itu sendiri adalah produk struktur sosial ganda. Di

sisi objektif, ia terstruktur secara sosial karena properti yang dimiliki agen atau

institusi tidak independen dari persepsi, melainkan kombinasi keduanya yang

kemungkinannya tak tentu, misalnya pemilik kapital kultural yang substansial lebih

mungkin menjadi pengunjung museum ketimbang orang yang kekurangan kapital

tersebut, di mana hal ini belum tentu terjadi. Di sisi subjektif, persepsi tersebut

terstruktur karena skema-skema persepsi tersedia untuk digunakan pada saat

tertentu, terutama yang tersimpan dalam bahasa. Skema-skema tersebut produk dari

perjuangan simbolik sebelumnya dan mengekspresikan relasi kuasa simbolik,

dalam kondisi yang kurang lebih sudah ditransformasi (1985: 727). Dengan

demikian, perjuangan simbolik terhadap persepsi dunia sosial dapat dilakukan

dengan dua cara.

Perjuangan simbolik di sisi objektif, dapat melalui tindakan perwakilan,

baik individu maupun kolektif, yang bertujuan untuk menampilkan adanya suatu

kelompok, lalu menjabarkan ukuran, kekuatan serta kepaduan kelompok tersebut,

agar keberadaannya diakui dan terlihat. Di tingkat individu, yakni dengan

mempresentasikan diri sebagai wakil dari kelompok tersebut. Di sisi subjektif,

seseorang dapat bertindak dengan mentransformasi sejumlah kategori persepsi

dunia sosial, serta struktur kognitif dan evaluatif yang turut terkonstruksi di

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

27

dalamnya. Kategori persepsi merupakan hasil tindakan pengklasifikasian yang pada

dasarnya merupakan penamaan terhadap sesuatu.

Kuasa simbolik memungkinkan seseorang untuk membuat kelompok, baik

kelompok yang sudah ada dan harus dikonsekrasikan atau kelompok yang belum

dikonstitusikan. Akan tetapi, kuasa untuk membuat kelompok ini harus bersandar

pada dua kondisi. Pertama, kuasa simbolik harus berdasarkan kepemilikan kapital

simbolik. Dengan kapital simbolik ini, seseorang diakui untuk berada pada posisi

yang dapat memaksakan pengakuan. Dengan cara ini, kuasa untuk membuat

kelompok baru—melalui mobilisasi atau membuatnya eksis dengan pendelegasian,

yakni berbicara atas nama kelompok sebagai juru bicara sah—hanya bisa diperoleh

sebagai hasil proses panjang institusionalisasi, yang pada akhirnya di mana sang

wakil terinstitusi, menerima kuasa dari kelompok untuk membuat kelompok

(Bourdieu, 1989: 23).

Kondisi kedua, keberhasilan perjuangan simbolik tergantung dari seberapa

kuat fondasinya di kehidupan nyata. Konstruksi sebuah kelompok tidak bisa berasal

dari kenihilan. Ia punya kesempatan untuk lebih berhasil jika dasarnya ada di

kehidupan nyata, yaitu persamaan objektif antara para agen yang hendak

dipertemukan. Kuasa simbolik merupakan kuasa untuk membuat sesuatu dengan

kata-kata. Dalam pengertian ini, kuasa simbolik merupakan kuasa untuk

menyingkap hal-hal yang sebenarnya sudah ada.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

28

E. Metode Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap

Marchella. Selain wawancara, sumber data lainnya yang dikumpulkan adalah karya

Marchella berupa buku, serta video dan artikel media yang mewawancarai atau

membahas karya Marchella. Data juga dikumpulkan dari pengamatan terhadap

berbagai media sosial Generasi 90an.

Buku yang menjadi sumber data, yakni Generasi 90an, Diary Suka-suka

Generasi 90an dan Generasi 90an: Anak Kemaren Sore. Media sosial yang diamati,

yakni @generasi90an di Twitter, @generasi90an di Instagram dan laman “Generasi

90an” di Facebook.

2. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan dalam tiga tahap. Roulston (2014: 301) mengatakan

terdapat tiga tahap umum untuk menganalisis data. Ketiga tahap tersebut, yakni

reduksi data (data reduction), pengorganisasian ulang data (data reorganization)

dan penyajian data (data representation).

Pada tahap reduksi data, dilakukan penyaringan dan interpretasi terhadap

data yang sudah dikumpulkan. Tahap kedua, pengorganisasian ulang data. Hasil

penyaringan dan interpretasi data dikaitkan dengan gagasan dalam rancangan

penelitian, untuk mulai menghasilkan pernyataan-pernyataan terkait topik. Dalam

hal ini, hasil temuan mengenai strategi dan posisi Marchella dalam ranah produksi

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154532/potongan/S2-2018...Dalam Diary Suka-Suka Generasi 90an, diceritakan ide awal membuat ... pengerjaan

29

perbukuan dikaitkan dengan gagasan habitus, ranah dan kapital Bourdieu. Tahap

terakhir, menuliskan hasil penelitian. Pada tahap ini, hasil penelitian disajikan

berikut argumen yang menyertainya.

F. Sistematika Penulisan

Bab 1: Pendahuluan. Bab ini berisi subbab latar belakang, rumusan

masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab 2: Berisi uraian ranah perbukuan Indonesia pasca-Orde Baru yang

menjadi ranah kekuatan dan ranah perjuangan Marchella untuk mempertahankan

atau mencapai posisi tertentu.

Bab 3: Berisi analisis strategi Marchella di ranah perbukuan untuk

meningkatkan dan mempertahankan posisinya. Strategi yang dilakukan Marchella,

yakni strategi reproduksi dan rekonversi. Marchella pun melakukan perjuangan

simbolik untuk mempertahankan posisinya sebagai penulis.

Bab 4: Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi penelitian

selanjutnya.