perlindungan ham dalam kehidupan...pernyataan kepada publik, tak lagi menyinggung istilah darurat...
TRANSCRIPT
4/1/20, 18:01Perlindungan HAM dalam Kehidupan
Page 1 of 8https://www.jawapos.com/opini/01/04/2020/perlindungan-ham-dalam-kehidupan/
Home Opini
Perlindungan HAM dalamKehidupanOleh HERLAMBANG P. WIRATRAMAN*
Herlambang Wiratraman (Jawa Pos)
OPINI 1 April 2020, 14:31:53 WIB
Segelas ini di pagihari bakar 3-5 kglemak per ...
Amaislim
Cara menghasilkanuang dari ponselAnda
Olymp Trade
PERKEMBANGAN pandemi Covid-19 yang memakan banyak korban meninggal
Trending Topic
1 Ramai-ramai Karantina Wilayah
2 Berantas Wabah Korona
3 Puluhan Jiwa Meninggal KarenaDBD
4/1/20, 18:01Perlindungan HAM dalam Kehidupan
Page 2 of 8https://www.jawapos.com/opini/01/04/2020/perlindungan-ham-dalam-kehidupan/
PERKEMBANGAN pandemi Covid-19 yang memakan banyak korban meninggalakhirnya memaksa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kedaruratannya.Jokowi, seusai rapat terbatas (30/3), mengumumkan pilihan untuk melakukanpembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan mempertimbangkan langkahterakhir pemberlakuan darurat sipil supaya PSBB berjalan efektif.
Pengumuman itu langsung direspons dengan kritik oleh masyarakat sipil darisejumlah organisasi serta koalisi. Sebab, dianggap berpotensi disalahgunakan olehpenyelenggara kekuasaan untuk represif, selain tak terkait dengan problem yangsedang dihadapi, yakni pandemi Covid-19.
Selang sehari (Selasa 31/3/2020), Jokowi menerbitkan 3 produk hukum. KeputusanPresiden No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Covid-19,Peraturan Pemerintah No. 21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besardalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19, dan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang No. 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara danStabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau DalamRangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasionaldan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Pernyataan kepada publik, tak lagi menyinggung istilah darurat sipil. Sayangnya,tak ada koreksi, atau setidaknya penjelasan, mengapa dalam kurun waktu singkatkebijakan bisa berbeda? Apa sebenarnya konsekuensi hukum sejumlahperundang-undangan tersebut, baik dari sisi ketatanegaraan dan HAM?
Darurat Sipil
Pernyataan darurat sipil memang mengejutkan. Tanpa penjelasan kepada publik,tak mengejutkan bila pemerintah sebenarnya terkesan panik secara hukum,dengan realitas gagalnya mencegah laju meluasnya pandemi Covid-19. Sehinggaketika dipandang sebagai keadaan bahaya (state of emergency), pemerintahterkesan menggunakan jalur pintas ketatanegaraan darurat, yakni melalui muatanyang diatur dalam pasal 12 UUDNRI 1945.
Secara ketatanegaraan, suatu keadaan bahaya diatur melalui 3 (tiga) pintu.Pertama, Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) 23/1959 tentangPenetapan Keadaan Bahaya. Kedua, UU 24/2007 tentang PenanggulanganBencana. Dan ketiga, UU 7/2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
Cari Produsen PintuGalvalum? - Kuat,Berkualitas & Anti KaratIklan
Selengkapnya
wadjakaryadunia.com
Iklan oleh
Stop lihat iklan ini Mengapa iklan ini?
Konten tertutup
iklanIklan tidak
pantasSering melihat
iklan iniTak tertarikpada iklan
Cari Produsen PintuGalvalum? - Kuat,Berkualitas & Anti KaratIklan
Selengkapnya
wadjakaryadunia.com
Iklan oleh
Stop lihat iklan ini Mengapa iklan ini?
Konten tertutup
iklanIklan tidak
pantasSering melihat
iklan iniTak tertarikpada iklan
Rp 60.000.000
Rp 22.000.000 Rp 80.000.000
Rp 50.000.000 Rp 35.000.000
Rp 155.000.000 Rp 22.500.000
Rp 49.000.000
3 DBD
4 Warga Indonesia Positif Korona
5 Saudi Stop Terbitkan Visa Umrah
Most Read
Kapolri DimintaSampaikan PesanDPR ke Presiden, TakAda Darurat Sipil
31 Maret 2020, 14:24:13 WIB
SBY: Jika VaksinDitemukan ManusiaSedunia Selamat dariTragedi Ini
31 Maret 2020, 17:43:48 WIB
PKS Tantang Jokowi,
Wapres, dan ParaMenteri DonasikanSemua Gajinya
30 Maret 2020, 13:51:04 WIB
Jokowi Pastikan Mulai
BERITA TERBARUIBU KOTA BARUNASIONALENTERTAINMENTSEPAK BOLA INDONESIAKABAR DAERAHSURABAYA RAYAJABODETABEKLIFESTYLE
Rabu, 1 April 2020Search
4/1/20, 18:01Perlindungan HAM dalam Kehidupan
Page 3 of 8https://www.jawapos.com/opini/01/04/2020/perlindungan-ham-dalam-kehidupan/
Dari ketiganya, yang paling relevan secara hukum adalah pintu kedua. Sebab, pasal1 angka 3 UU 24/2007 menyatakan bahwa bencana non-alam adalah bencanayang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang, antaralain, berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Mengapa darurat sipil tak relevan? Pertama kali status darurat sipil diatur dalamUU 6/1946 yang substansinya bagian dari staat van oorlog en beleg (SOB), warisankolonial masa Hindia Belanda (Regeling op de Staat van Oorlog en van Beleg Stbl.39-582.). UU tersebut dicabut dengan UU 74/1957, dan diubah dengan Perppu23/1959.
Penjelasan Pasal 1 Perppu 23/1959 menyebutkan lima kondisi yang dikategorikansebagai dasar Presiden memberlakukan keadaan bahaya, yakni dengan tigatingkatan keadaan, berupa darurat sipil, darurat militer dan keadaan perang. Limakondisi sebagai syarat harus terpenuhi, antara lain: pemberontakan (kerusuhanbersenjata), kerusuhan, perang saudara, bencana alam dan perang. PandemiCovid-19, jelas tak terpenuhi dalam pintu Perppu 23/1959 ini.
Apalagi, wewenang yang diberikan kepada ’’penguasa darurat sipil’’, yakni presidendengan dibantu ’’menteri pertama, menteri keamanan/pertahanan, menteri dalamnegeri dan otonomi daerah, menteri luar negeri, kepala staf Angkatan Darat, kepalastaf Angkatan Laut, kepala staf Angkatan Udara, dan kepala kepolisian negara’’.Karena tak mengurus wabah atau penyakit, jelas bahwa keterlibatan pejabatkesehatan justru hilang dalam pengambil kebijakan tersebut.
Sementara dari sudut pandang HAM, status darurat sipil menegaskan karakterrepresif. Misalnya, dimungkinkannya pembatasan kebebasan berekspresi,berserikat, dan berkumpul (pasal 13 dan 14 ayat 1), penyitaan barang yangdianggap mengganggu keamanan (pasal 15 ayat 1), pemberedelan pers (pasal 17ayat 1), serta pemeriksaan badan dan pakaian oleh kepolisian (pasal 20).
Bisa dibayangkan, situasi dalam status darurat sipil sudah kian menguat praktiknyadi lapangan dengan keluarnya Maklumat Kapolri Nomor Mak/2/III/2020 tentangKepatuhan terhadap Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Penyebaran Covid-19. Kapolri Idham Azis pun mempertegasnya dalam rapat kerja dengan Komisi IIIDPR (Selasa, 31/3), dengan menyatakan kepolisian mendukung rencanapemerintah yang akan menerapkan darurat sipil dalam penanganan pandemiCovid-19.
Darurat Kesehatan Masyarakat
Keluarnya Keputusan Presiden tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (KKM), sekalipun terlambat, patut diapresiasi. Pertama, secara hukumdiatur khusus soal perintah pasal 10 ayat 1-3 UU No 6/2018 tentang KekarantinaanKesehatan sebagai prasyarat terbitnya PP. Dalam teori perundang-undangan,produk hukumnya harus Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) atau beschikking.
Kedua, pemaknaan bahaya dalam UU merujuk pada pengertian, ’’KKM adalahkejadian masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakitmenular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran
Selengkapnya
Tools made for allmusicians
We give you the music
creation tools, you make the
music.
Jokowi Pastikan MulaiApril 2020 LeasingTunda Tagihan Kredit
31 Maret 2020, 16:10:49 WIB
Selama PandemiCovid-19, PenunggakPajak KendaraanTidak Didenda
1 April 2020, 09:13:55 WIB
Editor's Pick
Virus Korona BerulahLagi, Pria InggrisTertular TanpaRiwayat Kontak
1 Maret 2020, 21:48:08 WIB
Cegah Virus Korona,Tiongkok WacanakanLarang KonsumsiDaging Anjing
1 Maret 2020, 21:35:24 WIB
WHO Tegaskan VirusKorona Bisa SerangSemua Negara
4/1/20, 18:01Perlindungan HAM dalam Kehidupan
Page 4 of 8https://www.jawapos.com/opini/01/04/2020/perlindungan-ham-dalam-kehidupan/
menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaranbiologi, kontaminasi kimia, bioterorisme, dan pangan yang menimbulkan bahayakesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah atau lintas negara’’ (pasal 1angka 2).
Masalahnya, selain pemerintah pusat belum berencana membuat peraturanpemerintah (PP) tentang tata cara penetapan dan pencabutan KKM, sebagaimanamandat pasal 10 ayat (4) UU 6/2020, PP yang diterbitkan juga sebatas soal PSBB.Artinya, pemerintah tidak hendak melakukan karantina wilayah. Padahal, lingkupPSBB hanya mengatur libur sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatankeagamaan, dan kegiatan di tempat atau fasum (pasal 59 ayat (3) UU 6/2018).
Sedangkan Perppu No. 1/2020, diniatkan untuk penyelamatan kesehatan danperekonomian nasional, dengan fokus belanja kesehatan, jaring pengaman sosialserta pemulihan ekonomi dunia usaha dan masyarakat terdampak. Persoalannya,penegasan perlindungan hak-hak warga, bukan semata soal pemenuhankebutuhan dasar selama masa darurat, melainkan jaminan keberlangsungan hiduppasca Covid-19. Bagaimana dengan nasib buruh yang sudah dipaksa cuti di luartanggungan, di-PHK, atau tenaga outsourcing yang rentan perlindungan sosial-ekonominya? Sementara ketentuan pasal 27 ayat (2) Perppu menegaskanpengecualian pertanggungjawaban hukum bagi para pejabat terkait.
Apa artinya karut marut kebijakan hukum penanganan Covid-19 ini dari sisidampak bagi upaya perlindungan HAM?
Pertama, narasi politik kepresidenan pula melalui jubirnya soal darurat sipil, adalahkeliru dan bertentangan dengan kewajiban pemenuhan kebutuhan dasarmasyarakat. Hal ini berbeda bila Jokowi tegas mengeluarkan penetapan bencana(Pasal 8 UU No. 24/2007) dan penetapan darurat kesehatan masyarakat dengankarantina wilayah (Pasal 55 ayat 1 UU No. 6/2018), di mana negara terikatkewajiban hukum untuk menjamin ketersediaan sumber daya untuk kebutuhanhidup dasar yang diperlukan warga negara.
Kedua, penetapan darurat sipil justru berpotensi kian membahayakan keamanandan kesehatan warga. Sebab, masuk ke wilayah pembatasan kebebasan sipilberekspresi. Dalam praktik, secara sosiologis dan historis, status tersebut justrumengembangkan sifat represif dan menyuburkan karakter otoritarianisme negara.
Ketiga, terlambat dan abainya antisipasi penanganan Covid-19, apalagi hinggamengakibatkan ribuan orang terpapar dan banyak warga maupun tenaga medisyang meninggal, bukan sekadar maladministrasi, melainkan bentuk pelanggaranHAM. Baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Semoga pemerintah lebih sungguh-sungguh bekerja secara konsisten, terukur, dantransparan dalam menyelamatkan dan melindungi warga negaranya. (*)
*) Dosen dan Peneliti Pusat Studi Hukum HAM (HRLS) Fakultas Hukum UniversitasAirlangga
Saksikan video menarik berikut ini:
Cegah Sebaran Corona, Ganjar Minta Masyarakat T…
virus korona COVID-19
presiden jokowi Darurat Sipil
kapolri idham azis korona
pks
Rp 49.000.000 Rp 60.000.000
Rp 80.000.000Rp 22.000.000
Semua Negara
1 Maret 2020, 20:35:25 WIB
Shofiyah Lahir diTahun Kabisat
1 Maret 2020, 20:05:08 WIB
Virus KoronaMewabah di Korsel,Giliran LG SementaraTutup Pabrik
1 Maret 2020, 19:35:48 WIB
Trending Tag