perlawanan dalom mangkunegara di teluk semaka …digilib.unila.ac.id/59997/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PERLAWANAN DALOM MANGKUNEGARA DI TELUK SEMAKA
LAMPUNG PADA MASA KOLONIAL BELANDA
TAHUN 1830-1853
Skripsi
Oleh
Ririn Safitri
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
PERLAWANAN DALOM MANGKUNEGARA DI TELUK SEMAKA
LAMPUNG PADA MASA KOLONIAL BELANDA
TAHUN 1830-1853
Oleh
Ririn Safitri
Latar belakang penelitian ini yaitu kedatangan Belanda di daerah Lampung,
khususnya Semaka yang bertujuan untuk mengusai segala bentuk sumber daya
yang ada, dan perlakuan Belanda yang sewenang-wenang terhadap rakyat
Semaka, mengakibatkan timbulnya berbagai macam bentuk perlawanan dari
rakyat khususnya Perlawanan Dalom Mangkunegara, dan karena rasa sakit hati
Belanda atas perlakuannya terhadap ayahnya Batin Mangunang yang diasingkan
keberadaannya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaiamanakah
Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa
Kolonial Belanda Tahun 1830-1853?”. Tujuan dari penelitian ini adalah yaitu
untuk dapat mengetahui serta menjelaskan perlawanan yang dilakukan Dalom
Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa Kolonial Belanda Tahun
1830-1853.
Metode penelitian yang digunakan adalah Historis yang terbagi atas heuristik,
kritik, interpretasi, dan historiografi serta metode sejarah lisan. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan cara kepustakaan dan wawancara. Hasil data
yang diperoleh dalam penilitian ini bahwa, perlawanan yang dilakukan oleh
Dalom Mangkunegara terhadap Belanda berawal dari proses pembelajaran yang
diajarkan ayahnya yaitu Batin Mangunang dan untuk melanjutkan perjuangan
sang ayah setelah Batin Mangunang wafat. Proses perlawanan tersebut terjadi
dalam kurun waktu tahun 1830-1832 yaitu Dalom Mangkunegara masih berusia
remaja dan mengikuti ayahnya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Tahun 1832-1834 Dalom Mangkunegara mengumpulkan pasukan dan
mempersiapkan strategi untuk melakukan perlawanan kembali. Tahun 1835-1853
Dalom Mangkunegara melakukan perlawanan dengan pasukannya sendiri dengan
strategi yang telah matang, namun pada akhirnya meninggal karena sakit sebelum
Belanda meninggalkan Semaka. Perlawanan ini berakibat pada beberapa aspek,
yaitu aspek ekonomi bahwa hasil perkebunan lada, kopi, cengkeh, pala dikuasai
kembali oleh Belanda, aspek pemerintahan yaitu dijadikannya rakyat pribumi
yang bersedia tunduk kepada Belanda sebagai kepala daerah, aspek sosial budaya
bahwa interaksi masyarakat yang sangat terbatas dan tidak dapat dilaksanakannya
kegiatan adat seperti dalam perkawinan, dan aspek agama bahwa rakyat tidak
dapat melakukan ibadah sebagaimana mestinya.
Kata kunci : Lampung, Perlawanan Dalom Mangkunegara, Sejarah.
PERLAWANAN DALOM MANGKUNEGARA DI TELUK SEMAKA
LAMPUNG PADA MASA KOLONIAL BELANDA
TAHUN 1830-1853
Oleh
Ririn Safitri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ririn Safitri dilahirkan pada tanggal 14 April 1995 di Desa
Rantau Jaya Udik II, Kecamatan Sukadana, Kabupaten
Lampung Timur, Lampung. Anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Bapak Sunaryanto dan Ibu Boinem.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu: SD Negeri 2 Rantau Jaya Udik II
pada 2002, SMP Negeri 2 Sukadana pada 2008, SMA Negeri 1 Purbolinggo pada
2011 dan Universitas Lampung, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah pada 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan melalui penerimaan mahasiswa
jalur SNMPTN. Selanjutnya pada tahun 2017 penulis mengikuti kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Profesi Kependidikan (PPK) di SMP N 2
Sekincau Pekon Waspada, Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat.
MOTTO
“Allah selalu menjawab doamu dengan 3 cara. Pertama,
langsung mengabulkannya. Kedua, menundanya. Ketiga,
menggantinya dengan yang lebih baik untukmu.”
-Anonim-
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
-Q.S. Asy-Syarh : 5-6-
MOTTO
“Allah selalu menjawab doamu dengan 3 cara. Pertama,
langsung mengabulkannya. Kedua, menundanya. Ketiga,
menggantinya dengan yang lebih baik untukmu.”
-Anonim-
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
-Q.S. Asy-Syarh : 5-6-
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam
karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada
Masa Kolonial Belanda Tahun 1830-1853”.
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat
sarjana kependidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., Rektor Universitas Lampung beserta
seluluh staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada
penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Suyono, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama
FKIP Universitas Lampung
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Wakil Dekan Bidang Keuangan Umum dan
Kepegawaian FKIP Universitas Lampung
5. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni FKIP Universitas Lampung
6. Bapak Drs. Tedy Rusman, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung
7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing Akademik penulis.
Terimakasih atas bimbingan, kesabaran, saran, masukan dan kritik yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Dosen Pembimbing Kedua yang
telah begitu banyak memberikan masukan, motivasi dan mengarahkan demi
terselesaikannya skripsi ini.
9. Bapak Drs. Maskun, M.H., Dosen Pembahas Utama yang telah memberikan
saran dan masukan demi terselesaikannya skripsi penulis.
10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah FKIP UNILA, terimakasih atas
segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama proses perkuliahan,
karena apa yang Bapak dan Ibu berikan akan sangat bermanfaat bagi saya di
masa depan.
11. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FKIP UNILA, terimakasih atas bantuannya
selama ini dalam membantu menyelesaikan keperluan administrasi.
12. Bapak Ismail Marga sebagai informan yang telah banyak membantu dan
memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Bapak Suherman dan keluarga serta warga Kota Agung, yang telah banyak
membantu penulis selama melaksanakan penelitian demi terselesaikannya
skripsi ini.
14. Bapak Abu Sahlan, selaku pengelola Museum Kekhatuan Semaka dan
informan yang bersedia membantu penulis selama penelitian.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih.
16. Almamater ku tercinta, Universitas Lampung.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
kesempurnaan, namun penulis berharap agar skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, November 2019
Penulis
Ririn Safitri
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 8
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................... 8
1.3.2 Kegunaan Penelitian ...................................................... 8
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9
REFERENSI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11
2.1.1 Konsep Perlawanan ....................................................... 11
2.1.2 Konsep Dalom Mangkunegara ...................................... 13
2.1.3 Konsep Kolonial ........................................................... 14
2.2 Kerangka Pikir dan Paradigma ................................................ 16
2.2.1 Kerangka Pikir .............................................................. 16
2.2.2 Paradigma .................................................................... 18
REFERENSI
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ......................................... 21
3.2 Variabel Penelitian .................................................................. 27
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 27
3.3 1 Teknik Kepustakaan ..................................................... 28
3.3.2 Teknik Wawancara ........................................................ 29
3.4 Analisis Data........................................................................... 30
REFERENSI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 35
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian .............................. 35
4.1.2 Silsilah Keluarga Buay Benyatta ................................... 36
4.1.3 Riwayat Perlawanan Batin Mangunang ......................... 40
4.1.4 Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Dalom
Mangkunegara .............................................................. 46
4.1.4.1 Perlakuan Belanda Terhadap Rakyat Semaka .... 46
4.1.4.2 Melanjutkan Perlawanan Sang Ayah (Batin
Mangunang) .................................................................. 47
4.1.5 Deskripsi Data .............................................................. 48
4.1.5.1 Perlawanan Tahun 1830-1832 ........................... 48
4.1.5.2 Perlawanan Tahun 1833-1835 ........................... 51
4.1.5.3 Perlawanan Tahun 1835-1837 ........................... 52
4.1.5.4 Perlawanan Tahun 1837-1842 ........................... 55
4.1.5.5 Perlawanan Tahun 1843-1845 ........................... 57
4.1.5.6 Perlawanan Tahun 1846-1853 ........................... 58
4.1.6 Akibat setelah terjadinya Perlawanan ............................ 61
4.2 Pembahasan ............................................................................ 65
4.2.1 Perlawanan Dalom Mangkunegara ................................ 65
REFERENSI
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 75
5.2 Saran ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................... 80
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rempah-rempah merupakan komoditi (barang dagangan) yang terkenal di
Indonesia sejak dahulu. Rempah-rempah yang dimaksud ialah pala, cengkeh, dan
juga termasuk lada. Lada merupakan rempah-rempah yang sangat dicari oleh
Bangsa Eropa ketika singgah di daratan Indonesia. Daerah yang terkenal sebagai
penghasil lada tersebut ialah Lampung, sehingga Lampung mulai dicari
keberadaannya karena merupakan penghasil lada yang penting. Salah satu Bangsa
Eropa yang datang kala itu ialah Belanda.
Tujuan Belanda berlayar ke daratan Asia dan tiba di daratan Hindia Belanda
(sebutan Indonesia dari orang Belanda) pada tahun 1598 adalah untuk mencari
daerah penghasil rempah-rempah. Persaingan antar negara yang terjadi di Eropa
menyebabkan Bangsa-Bangsa Eropa datang ke daratan Asia, salah satunya ke
tanah Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah agar dapat di bawa dan
diperdagangkan ke Eropa. Bagi Bangsa Eropa, rempah-rempah (termasuk lada)
memiliki manfaat yang banyak seperti sebagai penghangat ketika musim hujan,
obat-obatan, dan juga sebagai bumbu makanan di dapur, serta berbagai keperluan
lainnya sehingga ketika dijual mahal akan dapat memberikan keuntungan yang
melimpah.
2
Datangnya bangsa-bangsa Barat (seperti Portugis, Belanda, dan Inggris)
mulailah masa suram bagi Bangsa Indonesia. Kedatangan bangsa-bangsa
tersebut didorong terutama oleh faktor-faktor ekonomi dan juga faktor
agama. Keinginan untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah
mendorong mereka untuk berlayar ke berbagai daerah dan juga
menyebarkan Agama Kristen di dalam daerah tersebut. Menurut Prof. Jan
Romein, di samping faktor-faktor tersebut, masih ada faktor-faktor
lainnya seperti nafsu ingin memperoleh kekayaan Asia seperti emas dan
sebagainya, hasrat berlayar yang didorongkan jiwa adventure tersebut.
Meskipun demikian, faktor ekonomislah yang lebih banyak mendorong
mereka datang ke Asia (Kansil dan Julianto, 1985. Hal.5-6)
Awal Tahun 1600-an Inggris dan Perancis mulai mendirikan perusahaan dagang
di Asia, Belanda pun tak ingin tertinggal dan mulai mendirikan perusahaan
dagang pada Tahun 1602 yaitu dengan nama Verenigde Oost-Indische Compagnie
atau VOC (Perkumpulan Dagang India Timur).
Ketika Banten jatuh ke bawah pengaruh VOC, disusul pula daerah-daerah
lain termasuk Lampung. Hubungan Banten dan Lampung dapat dikatakan
seperti saudara, karena terjadinya perkawinan antara kesultanan Banten
yaitu Fatahillah dengan seorang Putri Keratuan Pugung yaitu bernama
Putri Sinar Alam, sehingga dalam hubungan inilah daerah Lampung juga
mulai dikuasai VOC pada abad ke-18. Namun ketika adanya perang yang
terjadi di Eropa pada akhir abad ke-18, perdagangan menjadi terhalang dan
banyak sekali perampok-perampok laut Johor, Bugis, dan Mandar dengan
bantuan Inggris karena adanya permusuhan terhadap Belanda yang
menyebabkan Daerah Lampung terlepas dari VOC, maka Daerah
Lampung tersebut dibiarkan mengurus daerahnya sendiri. Kemudian pada
Tahun 1799 dengan resmi VOC dibubarkan, dan secara langsung tanah
Hindia Belanda (Indonesia) menjadi jajahan Belanda (Departemen Pend.
dan Kebudayaan, 1998. Hal. 45-46)
Sebelumnya, semenjak zaman VOC, Belanda telah mengirimkan seorang
Gubernur baru bernama Herman Wilheim Daendels pada Januari 1808 yang
mendarat di sebuah pelabuhan kecil tidak jauh dari Banten. Kesultanan Banten
sendiri kemudian dihapus karena adanya kemarahan Daendles yang diakibatkan
3
oleh penolakan Sultan Banten atas kerja rodi rakyat Banten untuk pembangunan
Pangkalan Angkatan Laut dan pembuatan jalan Anyer, kemudian Banten
dijadikanlah daerah yang langsung di bawah Pemerintahan Belanda di Batavia.
Maka dengan adanya status Banten yang baru inilah Lampung juga dijadikan
daerah yang langsung di bawah Gubernur Belanda yaitu Daendels.
Kedatangan Belanda khususnya ketika memasuki daerah Semaka yaitu
awalnya untuk mengejar Batin Mangunang, namun ketika Semaka dan
sekitarnya memiliki potensi alam yang cukup melimpah maka keinginan
Belanda bertambah yaitu mencoba untuk menguasai hasil perkebunannya,
seperti lada, cengkeh, pala dan beberapa lainnya. Di daerah Teluk Semaka
juga terdapat pelabuhan cukup strategis yang dapat digunakan untuk
bersandarnya kapal-kapal Belanda agar dapat dengan mudah membawa
hasil perkebunan ke negara asalnya. (Hasil wawancara : Bapak Ismail
Marga, 30 September 2018)
Dahulu kedudukan Belanda terdapat di daerah lain sekitar Semaka, yaitu di
daerah Kotaagung yang juga merupakan daerah cukup potensial di mana banyak
rakyat yang berkebun dan menghasilkan rempah-rempah seperti lada yang
merupakan primadona penduduk Lampung, pala, cengkeh, dan beberapa lainnya.
Sehingga Belanda juga menduduki dan menanamkan kekuasaannya di sekitar
Kotaagung tersebut. Daerah Kotaagung tersebut merupakan daerah tempat tinggal
keluarga Buay Benyatta (Batin Mangunang dan Dalom Mangkunegara).
Adanya keingannya Belanda untuk memonopoli (menguasai) perdagangan dengan
tenaga kerja penduduk yang diperintah untuk terus menerus bekerja, dan juga
menguasai sistem pemerintahan di Lampung, banyak menimbulkan reaksi
ketidaknyamanan rakyat Semaka dan sekitarnya terhadap pemerintahan oleh
Daendles.
4
Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daendels di daerah Lampung
dianggap oleh rakyat Lampung cukup kejam. Hal tersebut tentu saja mulai
ditentang oleh rakyat Lampung dan terjadilah beberapa perlawanan di
berbagai daerah, antara lain di daerah Abung (Kotabumi), di bawah
pangeran Indra Kusuma, di Kalianda di bawah Raden Intan I (1751), di
bawah Raden Imba II (setelah ayahnya, Raden Intan I wafat) di Teluk
Betung, di bawah Batin Mangunang di daerah Semaka Tahun 1832, dan
dilanjutkan oleh putranya Batin Mangunang yaitu bernama Dalom
Mangkunegara pada Tahun 1835, dan barulah ada perlawanan kembali
pada Tahun 1853 di bawah Raden Intan II (Departemen Pend. dan
Kebudayaan, 1993. Hal. 91-92)
Perlawanan di beberapa daerah tersebut sudah direncanakan oleh para tokoh
masyarakat (pangeran, raja, dan tokoh adat) disetiap daerah tempat tinggal
masing-masing beserta rakyatnya. Keberadaan Belanda yang justru menimbulkan
ketidaknyamanan bagi rakyat membuat para tokoh masyarakat geram dan
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka dengan jelas menentang segala
bentuk kebijakan Belanda yang sewenang-wenang terhadap tanah yang bukan
milik Belanda, mereka menginginkan Belanda pergi dan hidup sebagaimana
mestinya tanpa ada penjajahan dari pihak mana pun.
Pada dasarnya perlawanan rakyat Lampung disebabkan mereka
mempertahankan hak mereka sebagai bangsa yang ingin bebas dari
penjajahan. Tetapi perlawanan rakyat Lampung yang dapat dianggap
terkoordinasi hanyalah pada bagian Selatan dan Tenggara yaitu daerah
sekitar Rajabasa dan daerah Semaka. Dalam gerakan perlawanan yang
pernah dilakukan oleh rakyat Lampung baik di Semaka (1817-1856)
maupun di sekitar Rajabasa (1850-1856) banyak dipergunakan serdadu-
serdadu Lampung untuk menghancurkan perlawanan rakyat Lampung
sendiri. (Departemen Pend. dan Kebudayaan, 1997/1998. Hal.101)
Perlawanan-perlawanan yang dilakukan di beberapa daerah Lampung khususnya
di Semaka, pada awalnya Semaka ini menjadi daerah kekuasaan Belanda karena
Semaka merupakan tempat yang cukup strategis dekat dengan laut dan merupakan
5
salah satu daerah penghasil rempah-rempah (lada). Namun kemudian penduduk
Semaka berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Belanda. Munculah tokoh dari
Kota Agung, Semaka yang melakukan perlawanan kepada Belanda dengan gagah
berani yaitu Batin Mangunang.
Di Teluk Semaka tokoh Batin Mengunang dari Buai Nyatta sangat
berpengaruh dan tetap menentang Belanda. Ketika di sekitar Teluk
Betung terjadi perlawanan para kepala kampung terhadap Belanda,
disebabkan oleh tindakan yang keliru dari Letnan II Gertetner, maka
perlawananpun berkobar. Para kepala kampung menolak tunduk kepada
Pemerintahan Gertetner dan mempersiapkan perlawanan terhadap
Belanda. Batin Mengunang mendengar sikap perlawanan kepala
kampung tersebut, lalu berusaha mengadakan pertemuan dengan mereka
di Lembah Teluk Betung, dan mereka bersepakat untuk menyerang
Belanda di Teluk Betung. (Departemen Pend. Dan Kebudayaan,
1978/1979. Hal.55)
Ketika rombongan Belanda mencoba menangkap seorang tokoh bernama Batin
Mangunang yang dianggap merisaukan keberadaannya, mereka ini membuat
sebuah siasat dengan melalui jalan damai, akan tetapi usaha ini tidak berhasil.
Para kepala kampung yang mengadakan rapat untuk mencari cara dalam
melakukan perlawanan terhadap Belanda dan belum dihadiri oleh Batin
Mangunang, hal ini ternyata lebih dulu diketahui oleh pasukan Belanda dan
kemudian justru melakukan penangkapan terhadap para Kepala Kampung
tersebut, namun untungnya Batin Mangunang berhasil melarikan diri setelah tahu
terdapat pasukan Belanda di tempat rapat tersebut.
Kemudian, pada tahun 1833 Batin Mengunang yang terkenal sebagai penentang
penjajahan yang gigih wafat, beliau termasuk keluarga Buai Benyatta. Beliau
6
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Dalom Mangkunegara
(Departemen Pend. dan Kebudayaan, 1983. Hal.40).
Dalom Mangkunegara adalah anak dari Pahlawan Kota Agung, yaitu Batin
Mangunang. Dalom Mangkunegara dulu juga melakukan perlawanan kepada
Belanda namun akhirnya meninggal sebelum Belanda pergi (Hasil wawancara
dengan Bapak Abu Sahlan, Hari Minggu, 01 Oktober 2018).
Dalom Mangkunegara sebagai pengganti Batin Mengunang berusaha
untuk menguasai Teluk Semaka, agar perdagangan tidak dimonopoli oleh
Belanda. Di Teluk Semaka ada 4 paksi yang oleh Dalom Mangkunegara
hendak dikoordinir dalam suatu kesatuan untuk menghadapi monopoli
Belanda. Ternyata paksi Way Nipah telah diangkat oleh Belanda sebagai
patih untuk wilayah Semaka. Karena paksi tersebut menolak untuk
menghimpun persatuan, maka pada suatu kesempatan diserang oleh anak
buah Mangkunegara. Patih terpaksa menyingkir meminta perlindungan
Belanda di Brunei, di mana ada pos penjagaan Belanda. Hal ini terjadi
pada tahun 1835 (Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45. Hal.71-72)
Perlawanan yang dilakukan oleh Dalom Mangkunegara di latar belakangi oleh
adanya rasa sakit hati dan kebencian yang begitu mendalam kepada Kolonial
Belanda, karena kesewenang-wenangan Belanda dalam memonopoli
perdagangan, perlakuan yang kasar terhadap rakyat Semaka dan menguasai sistem
Pemerintahan di Semaka, terlebih atas kepergian ayahnya yaitu Batin Mangunang
dikarenakan berusaha melakukan perlawanan terhadap Belanda yang pada
akhirnya di tangkap dan di asingkan di luar daerah Lampung. Dalom
Mangkunegara kemudian berusaha melakukan perlawanan dengan gagah berani
terhadap Pemerintahan Belanda di Teluk Semaka. Rasa dendam yang amat sangat
membuat Dalom Mangkunegara melakukan perlawanan tanpa rasa lelah dan terus
7
menerus, ia mengikuti sosok ayahnya yang begitu berusaha memperjuangkan
kebebasan rakyat dari belenggu Belanda. Sikap Belanda terhadap rakyat Semaka
dan ayahnya inilah yang membuat Dalom Mangkunegara bertindak dan
menentang segala bentuk usaha Belanda dalam mengatur kekuasaan Belanda
terhadap rakyat Semaka dan berusaha untuk dapat mengusir Belanda dari tanah
Semaka dengan berbagai cara perlawanan ia dilakukan, sampai pada akhirnya ia
meninggal dikarenakan sakit.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menuliskan sejarah
mengenai perlawanan seorang tokoh di Semaka yaitu dengan judul penelitian
“Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa
Kolonial Belanda Tahun 1830-1853.”
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimanakah perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka
Lampung pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1830-1853?”
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu merupakan jawaban dari masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
perlawanan yang dilakukan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung
pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1830-1853.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai sebuah gambaran mengenai peristiwa bersejarah perlawanan Dalom
Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa Kolonial Belanda
Tahun 1830-1853.
2. Sebagai salah satu informasi untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
penulis dan pembaca tentang perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk
Semaka Lampung pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1830-1853.
3. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi Pelajaran Sejarah di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum
(SMU), dan juga untuk perguruan tinggi pada Progam Studi Pendidikan
Sejarah khususnya pada muatan lokal atau sejarah lokal.
9
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek penelitian : Perlawanan Dalom Mangkunegara pada Masa Kolonial
Belanda.
2. Subjek penelitian : Tokoh masyarakat di Kecamatan Kotaagung,
Kabupaten Tanggamus, Lampung.
3. Tempat penelitian : Di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus,
Lampung, Museum Kekhatuan Semaka, Perpustakaan Daerah Lampung,
dan Perpustakaan Universitas Lampung.
4. Waktu penelitian : Tahun 2017/2018
5. Bidang kajian : Sejarah Daerah Lampung.
10
REFERENSI
Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia, Erlangga. Jakarta Pusat. Halaman 5-6.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978. Sejarah Daerah
Lampung,Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Lampung.
Bandar Lampung, halaman 101.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978. Sejarah Daerah
Lampung,Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Lampung.
Bandar Lampung, halaman 55.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983. Sejarah Perlawanan terhadap
Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung. Cv. Menggala Bhakti.
Jakarta. Halaman 40.
Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45, 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung Buku I, CV. Mataram, Bandar Lampung, halaman 71-72.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang dijadikan
sebagai topik pembahasan dalam penelitan. Tinjauan pustaka terdapat teori-teori
atau konsep-konsep ataupun generalisasi yang akan dijadikan sebagai landasan
teoritis bagi peneliti. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :
2.1.1 Konsep Perlawanan
Menurut L.M. Sitorus, perlawanan adalah gambaran jiwa yang mau merdeka
menurut cara-caranya sendiri-sendiri atau proses sosial dari kaum tertindas. Hal
tersebut merupakan reaksi nyata atas keinginan kaum-kaum tradisional yang
menginginkan sebuah kebebasan (L.M. Sitorus, 1987. Hal. 4)
Berdasarkan buku Sejarah Perlawanan Terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di
Daerah Maluku, perlawanan diartikan sebagai keinginan dan tindakan dari mereka
yang mengibarkan panji pemberontakan untuk membebaskan diri mereka dan
kelompok yang mereka bela, dari keadaan yang menekan (Departemen Pend. dan
Kebudayaan, 1983/1984. Hal.1).
Perlawanan merupakan bentuk dari pernyataan sikap yang dilakukan oleh
masyarakat. Penyikapan masyarakat tersebut dalam bentuk perlawanan terhadap
12
kelompok atau pihak yang dianggap mengancam eksistensi mereka selalu
mengalami perubahan (Kusuma dan Agustina, ed., 2003).
Menurut Hikam (Prisma, 1990), pandangan ini berpendapat
bahwa perlawanan terhadap kekuasaan terjadi karena adanya dukungan kolektif,
bukan muncul dari kehendak individu. Konflik yang timbul dari fenomena
kekuasaan yang mendominasi masyarakat, ternyata telah menimbulkan
perlawanan dari masyarakat yang di dominasi. Konflik yang tidak bisa
terselesaikan dengan baik akan menimbulkan kerusakan sosial di masyarakat
(Prisma, 1990).
Menurut Bernard dan Jonathan, perlawanan merupakan sebuah gerakan yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat akibat dari suatu kekuasaan yang tidak
seimbang (Silvia, 2011, hal. 14 dalam Jurnal Idea Societa, 2014 oleh Isa Fatoni
Hidayat, hal. 5)
Arti perlawanan menurut Zubir yaitu perlawanan akan dilakukan oleh kelompok
masyarakat atau individu yang merasa tertindas, frustasi, dan hadirnya situasi
ketidakadilan di tengah- tengah mereka.
(http://www.sarjanaku.com/2013/07/pengertian-perlawanan-definisi-artikel.html)
Dari beberapa konsep perlawanan oleh beberapa ahli di atas, bahwa yang
dimaksud dengan perlawanan adalah segala bentuk gerakan yang menentang
akibat dari suatu kekuasaan yang merugikan dan untuk dapat membebaskan diri
13
dari kelompok penguasa serta dari keadaan yang menekan untuk dapat
mempertahankan kepentingan bersama.
2.1.2 Konsep Dalom Mangkunegara
Dalom Mangkunegara adalah seorang tokoh pejuang dari Kotaagung di Teluk
Semaka yang melakukan perlawanan terhadap Belanda setelah ayahnya wafat,
yaitu Batin Mangunang (hasil wawancara kepada Bapak Ismail Marga, di Pekon
Kotaagung, Hari Sabtu, 16 Desember 2017 pukul 15.40 WIB).
Dalom Mangkunegara adalah anak dari Pahlawan Kota Agung, yaitu Batin
Mangunang. Dalom Mangkunegara dulu juga melakukan perlawanan kepada
Belanda namun akhirnya meninggal sebelum Belanda pergi (hasil wawancara
kepada Bapak Abu Sahlan, di Kota Agung, Senin, 01 Oktober 2018 pukul 09.40
WIB).
Dalom Mangkunegara adalah merupakan keturunan dari seorang pejuang di Teluk
Semaka juga yaitu Batin Mengunang. Pada tahun 1833 Batin Mengunang yang
terkenal sebagai penentang penjajahan Belanda yang gigih wafat. Beliau
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Dalom Mangkunegara
(Departemen Pend. dan Kebudayaan, 1993. Hal. 40).
Dari uraian di atas penulis dapat mengambil pengertian bahwa Dalom
Mangkunegara merupakan tokoh pejuang dari Kotaagung yang melakukan
14
perlawanan terhadap Belanda di Teluk Semaka Lampung setelah ayahnya yang
juga melakukan perlawanan wafat.
2.1.3 Konsep Kolonial
Sukarto mengartikan Kolonial adalah suatu nafsu untuk menguasai wilayah
bangsa lain atau negara lain (Harjosatoyo, Sukarto, 1985. Hal. 77). Kolonialisme
berasal dari kata koloni yang artinya semula ialah menanam sebagian masyarakat
di luar batas atau lingkungan daerahnya. (Kansil dan Julianto, 1985. Hal.7).
Pengertian kolonial adalah rangkaian nafsu suatu bangsa untuk menaklukan
bangsa lain di bidang politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan dengan jalan:
a. Dominasi politik
b. Eksploitasi ekonomi
c. Penetrasi kebudayaan
Beberapa pengertian kolonial adalah:
2.1 Kata “koloni” berasal dari Bahasa Latin “coloni” yang artinya „tanah, tanah
pemukiman atau jajahan‟. Secara umum, pengertian kolonalisme adalah
penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud
untuk memperluas negara itu. (Blog Fajar Ashar dalam Pengertian
Kolonialisme, diunduh pada 02 Februari 2019 pukul 10.39 WIB).
2.2 Kolonialisme atau Penjajahan adalah suatu sistem di mana suatu negara
menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi masih tetap
berhubungan dengan negara asal, istilah ini juga menunjuk kepada suatu
15
himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau
mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari
pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan. (Wikipedia, diunduh
pada Sabtu, 02 Februari 2019 pukul 10.34 WIB).
2.3 Pengertian Kolonialisme adalah usaha untuk memperluas, mengembangkan,
menguasai suatu daerah dengan kekuasaan satu negara di luar lokasi atau
wilayah negara tersebut. Untuk menguasai suatu daerah biasanya dilakukan
dengan cara paksa untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bagi
motherland atau negara induk. Adapun pengertian koloni eksploitasi adalah
penguasaan suatu wilayah atau daerah untuk dikuras habis tenaga penduduk
secara kerja paksa atau kerja rodi dan dikuras juga kekayaan alamnya untuk
kepentingan negara yang melakukan koloni (negara penguasa).
(http://www.yuksinau.id/kolonialisme-dan-imprealisme/#! Diunduh pada 02
Februari 2019 pukul 10.43 WIB).
2.4 Secara etimologis, istilah kolonialisme berasal dari kata colonus Bahasa Latin
yang artinya yaitu petani, dan colonia artinya tanah. Kata colonus (colonia)
yang berarti suatu usaha untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara di
luar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk
mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya, manusia, dan perdagangan di
suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya kan
bahan mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.
Menurut Andre Gunder Frank, kolonialisme adalah perpindahan sumber daya
alam dari daerah terkoloni ke daerah pengkoloni. (Blog Nor Aina tentang
16
Imprealisme dan Kolonialisme. Diunduh pada 02 Februari 2019 pukul 10.49
WIB)
Jadi yang dimaksud dengan kolonial adalah menanamkan suatu kekuasaan di
suatu negara yang di lakukan oleh negara lain, untuk dapat menguasai seluruh
sumber daya atas negara yang diinginkan/dijajah demi kepentingan negaranya. Di
daerah Teluk Semaka Lampung, Kolonial Belanda menanamkan kekuasaannya
untuk dapat mengambil sebagian besar hasil sumber daya alam demi kepentingan
negaranya.
2.2 Kerangka Pikir dan Paradigma
2.2.1 Kerangka Pikir
Faktor yang menyebabkan perlawanan oleh rakyat Lampung, khususnya yang di
pimpin oleh Dalom Mangkunegara di Semaka adalah karena kebencian terhadap
Pemerintahan Belanda karena penjajahan Belanda ayahnya yaitu Batin
Mengunang yang juga merupakan tokoh pejuang dari Kotaagung pada saat
melakukan perlawanan terakhir, pasukan Batin Mengunang harus mengalami
kekalahan dan akhirnya diasingkan. Ada pun faktor lainnya yaitu karena
keinginan Belanda yang masih terus menerus menguasai bidang ekonomi, dan
sistem pemerintahan di daerah Lampung, yaitu dengan cara menguasai hampir
seluruh kegiatan perdagangan rempah-rempah (terutama lada), dan akan
dijadikannya Lampung sebagai daerah investasi perdagangan dari perkebunan
lada.
17
Segala upaya dilakukan oleh Dalom Mangkunegara dalam menentang segala
kebijakan yang diterapkan oleh Kolonial Belanda selama berada di Lampung,
khususnya pada daerah Teluk Semaka. Semangat juang yang tinggi ia peroleh dari
ayahnya yaitu Batin Mengunang, yang pada saat sebelumnya juga melakukan
perlawanan terhadap Kolonial Belanda. Dalom Mangkunegara mewarisi sikap dan
sifat ayahnya yang dengan gigih berusaha sekuat tenaga untuk dapat mengusir
Kolonial Belanda dari daerah Semaka, Lampung, ia juga tidak memiliki rasa takut
dalam melakukan pertempuran-pertempuran melawan Belanda. Dalom
Mangkunegara dengan berani menolak segala bentuk kebijakan yang diterapkan
oleh Belanda ketika berada di daerah Lampung dan juga tidak menginginkan
adanya sebuah kerjasama maupun perdamaian dengan Belanda. Melalui
perlawanan yang dilakukan Dalom Mangkunegara terhadap pendudukan Belanda
ketika berada di daerah Semaka, Lampung tersebut, menjadikan Kolonial Belanda
tidak dapat menguasai dan memonopoli perdagangan daerah Semaka Lampung
secara penuh, karena Dalom Mangkunegara melakukan perlawanan terus
menerus.
18
2.2.2 Paradigma
Keterangan:
: Garis Terjadinya Perlawanan
: Garis Waktu Terjadinya Perlawanan
Perlawanan Dalom Mangkunegara
Akibat Perlawanan Latar Belakang
Proses Perlawanan
1. Tahun 1830-1832
2. Tahun 1832-1853
19
REFERENSI
L.M. Sitorus, 1987. Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Dian
Jakarta. Jakarta. Halaman 4
Kusuma, Nur dan Fitria Agustina, ed., 2003, Gelombang Perlawanan Rakyat,
Kasus kasus Gerakan Sosial di Indonesia , Insist Press, Yogyakarta.
Hikam, M.A.S., 1990, Perlawanan Sosial: Telaah Teoritis dan Beberapa Studi
Kasus,Prisma, LP3ES, Jakarta.
Silvia, 2011, halaman 14, dalam Jurnal Idea Societa, 2014 oleh Isa Fatoni
Hidayat. Halaman 5
Blog Pendidikan Sarjanaku. 2013. Pengertian Perlawanan
http://www.sarjanaku.com/2013/07/pengertian-perlawanan-definisi-
artikel.html
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983/1984. Sejarah Perlawanan
terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung. Cv.
Menggala Bhakti. Jakarta. Halaman 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. Sejarah Perlawanan terhadap
Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung. Cv. Menggala Bhakti.
Jakarta. Halaman 40
Inu Kencana Syafiie, 2001. Filsafat Pemerintahan. Pt.Perca. Jakarta.Halaman. 45-
46
Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia, Erlangga. Jakarta Pusat. Halaman 7
Harjosatoyo, Sukarto. 1985. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Liberty.
Yogyakarta. Halaman 77
Wikipedia. Kolonialisme
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme diunduh pada Sabtu, 02
Februari 2019 pukul 10.34 WIB
Fajar Ashar, 2013. Pengertian Kolonialisme:Apa itu Kolonialisme?
http://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-kolonialisme-apa-itu-
kolonialisme.html, diunduh pada 02 Februari 2019 pukul 10.39 WIB
20
Yuksinau. Kolonialisme dan Imprealisme
http://www.yuksinau.id/kolonialisme-dan-imprealisme/#! Diunduh pada
02 Februari 2019 pukul 10.43 WIB
Nor Aina. Imprealisme dan Kolonialisme
http://www.academia.edu/8338210/Imprealisme_dan_Kolonialisme_Perja
njian_Tordesillas_dan_Kolonialisme_Belanda_ Diunduh pada 02 Februari
2019 pukul 10.49 WIB
Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45, 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung Buku I, CV. Mataram, Bandar Lampung, halaman 8
21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu penelitian. Metode berarti suatu cara, prosedur, atau teknik
untuk mencapai sesuatu tujuan secara efektif dan efisien. Metode karenanya,
merupakan salah satu ciri kerja ilmiah (A. Daliman, 2012. Hal. 27)
Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu
permasalahan di dalam suatu kejadian penelitian. Metode yang berhubungan
dengan ilmiah adalah yang menyangkut masalah cara kerja, yaitu untuk
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin Sayuti,
1989. Hal. 32).
Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan oleh peneliti adalah Metode
Historis. Menurut Louis Gottschalk yang diterjemahkan oleh Nugroho
Notosusanto, bahwa metode historis adalah proses menguji dan menganalisa
secara kristis rekaman serta peninggalan masa lalu (Notosusanto, 1983. Hal.32)
Metode historis adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis
yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan dan usaha untuk
menyimpulkan bahan-bahan bagi sejarah dengan menilai secara kritis
dan menyajikan suatu sintesa dari hasil-hasilnya yang biasanya dalam
bentuk tertulis (Notosusanto, 1978. Hal.10-11)
22
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1975: 32). Sumber primer adalah
kesaksian seorang saksi dengan pancainderanya atau orang yang hadir pada
peristiwa yang diceritakannya. Sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun
yang bukan merupakan saksi pandangan mata seseorang, yakni dari seseorang
tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya (Louis Gottschalk, 1975: 35).
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa metode historis merupakan suatu prinsip
dan aturan yang tersusun secara sistematis yang dilakukan oleh para sejarawan
dalam rangka melakukan sebuah penelitian sejarah baik secara primer maupun
sekunder.
Penelitian historis bertumpu pada empat kegiatan pokok, yaitu:
a. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan
bahan-bahan tercetak, tertulis dan lisan yang relevan.
b. Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik.
c. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan
yang otentik.
d. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah
atau penyajian yang berarti (Louis Gottschalk, 1975:18).
Sesuai langkah langkah yang diambil dalam keseluruhan prosedur, metode
historis biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan, yakni :
1. Heuristik, ialah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber data.
Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk mencari sumber-sumber sejarah
yaitu data atau informasi berupa buku-buku dan catatan-catatan yang
diperoleh serta dilengkapi dengan wawancara terhadap informan yang
mengetahui jalannya peristiwa. Tahap ini mencari data dengan sumber
23
tertulis maupun lisan. Sumber tertulis yaitu dilakukan dengan cara
mengunjungi instansi-instansi seperti di Perpustakaan Daerah
Lampung. Buku atau catatan-catatan yang didapat adalah, buku Dewan
Harian Daerah Angkatan ‟45, 1994., Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
di Lampung Buku I, buku Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45, Sejarah
Perkembangan Pemerintahan di Lampung Buku II., buku Sejarah
Perlawanan Terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah
Lampung., dan buku Sejarah Daerah Lampung. Catatan-catatan
didapatkan penulis diantaranya, Saibatin Marga Buai “Benyata”, dan
Sejarah Perjuangan “Batin Mangunang” di Tanggamus oleh Tim
LPBLS dan MBB yang dipercayakan kepada Bapak Ismail Marga yang
juga dianggap sebagai sejarawan daerah Kotaagung.
2. Kritik (verifikasi), ialah menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati; baik
bentuk atau isinya.
Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk menguji kebenaran dari data
atau informasi yang diperoleh, dengan cara mencocokkan beberapa
sumber yang diperoleh. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
keabsahan sumber. Menilai atau menyelidiki kevalidannya atau
keabsahannya apakah sejarah itu sejati atau otentik dan dapat dipercaya
atau tidak, untuk menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
cara menyesuaikan data yang diperoleh sesuai dengan tema penelitan.
3. Interpretasi, ialah untuk menetapkan makna dan saling berhubungan
dari fakta-fakta yang diperoleh.
24
Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk menggolongkan beberapa
sumber yang diperoleh dengan sesuai, misalnya dari tahun terjadinya
peristiwa.
4. Historiografi, ialah menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk
suatu kisah sejarah.
Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk menyajikan hasil penelitian dari
beberapa sumber yang telah disusun secara sistematis menjadi sebuah
rangkaian cerita sejarah. Hal ini merupakan tahap terakhir penelitian,
yaitu peneliti melakukan penyusunan atau penulisan dalam bentuk
laporan hasil penelitian. Peneliti membuat laporan berupa skripsi.
(Notosusanto, 1984. Hal.84)
Jadi yang dimaksud dari penelitian historis adalah sebuah cara yang dipergunakan
untuk dapat menyelesaikan suatu masalah dengan mengumpulkan beberapa data
dan fakta yang berupa arsip-arsip atau dokumen yang disusun secara sistematis,
dan menguji secara kritis dari data yang berhubungan dengan sebuah peristiwa
kesejarahan tertentu.
Penulis juga menambahkan metode sejarah lisan dalam penelitian ini, karena
metode ini diperlukan oleh penulis ketika mengumpulkan data dalam penyusunan
penulisan skripsi ini.
Menurut buku Kuntowijoyo yang berjudul Metodologi sejarah, di dalam buku
tersebut tercantum beberapa hal mengenai sejarah lisan yaitu;
25
Sejarah lisan tidak didapatkan tetapi dicari dengan kesengajaan. Sejarah lisan
mempunyai banyak kegunaan. Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan
secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Pengumpulan sumber
sejarah lisan mempunyai teknik-teknik dan prasarana tersendiri. Pekerjaan yang
terpenting, yang langsung mengenai pengumpulan sejarah lisan ialah wawancara,
menyalin, dan menyunting. Selanjutnya sebagai sumber, sama halnya dengan
bahan arsip atau perpustakaan ialah sebagaimana dapat memberikan pelayanan
kepada peminat dan publik. Selain sebagai metode dan sebagai penyediaan
sumber, sejarah lisan mempunyai sumbangan yang besar dalam mengembangkan
substansi penulisan sejarah. Pertama, dengan sifatnya yang kontemporer sejarah
lisan memberikan kemungkinan yang hampir-hampir tak terbatas untuk menggali
sejarah dari pelaku-pelakunya. Kedua, sejarah lisan dapat mencapai pelaku-pelaku
sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen. Ketiga, sejarah lisan
memungkinkan perluasan permasalahan sejarah, karena sejarah tidak lagi dibatasi
kepada adanya dokumen tertulis. (Kuntowijoyo. 1994. Metodologi sejarah.
Halaman 21-25)
Sejarah lisan memiliki pengertian sebagai peristiwa-peristiwa sejarah terpilih yang
terdapat di dalam ingatan hampir setiap individu manusia. Sejarah lisan berkaitan
erat dengan manusia dan ingatannya. Tidak ada sejarah lisan tanpa ingatan
manusia, begitu pula sebaliknya.
(Bimo Adriawan, iragenean.blogspot.com/2012/05/metode-sejarah-dan-sejarah-
lisan.html?m=1)
Menurut Purwanto, (2006:76) sejarah lisan merupakan alat yang sangat berguna
untuk menemukan, mengeksplorasi, dan mengevaluasi ciri-ciri dari proses ingatan
26
sejarah. Sejarah lisan dalam pengertian umum adalah suatu usaha pengumpulan
data informasi dan keterangan tentang masa lampau dari seorang tokoh atau
pelaku sejarah yang diperoleh melalui wawancara. (Hadi Susanto,
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/09/30/sejarah-lisan/).
Namun dalam sejarah lisan sendiri terdapat kekurangan, yaitu sulit adanya bukti
kebenaran tentang suatu peristiwa yang terjadi. Sejarah lisan telah memberikan
sumbangsih untuk rekontruksi masa lalu yang lebih realistis, dengan adanya
sejarah lisan kita dapat memunculkan sosok-sosok pahlawan dari rakyat biasa
yang tidak dikenali sebelumnya.
Antara sejarah dengan sejarah lisan mempunyai suatu hubungan yang saling
mengisi dan melengkapi. Maksudnya bahwa suatu dokumen yang tertulis tidak
akan dapat menceritakan semua peristiwa yang pernah terjadi. Untuk memperoleh
kelengkapan dari informasi dokumen tersebut, perlu dilakukan wawancara sejarah
lisan. Oleh karena wawancara sejarah lisan itu bertujuan untuk mengisi gap atau
kekosongan informasi pada dokumen.
Wawancara hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh orang-orang yang
pernah mengalami suatu peristiwa itu, apabila masih hidup. Namun, apabila orang
tersebut sudah meninggal, kemungkinan wawancara dilakukan terhadap orang-
orang yang pernah dekat dengannya sewaktu masih hidup sehingga dengan
menggunakan dua pendekatan itu dapatlah seseorang untuk menelusuri suatu
peristiwa secara terperinci dan mendetail.
27
Sebagai metode pelengkap bahan dokumenter, dengan bekerjasamanya sejarah
lisan dan bahan dokumenter. Banyak sekali permasalahan sejarah, bahkan pada
jaman moderen ini yang tidak terakomodasikan dalam dokumen-dokumen.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Sumardi Suryabrata, variabel dapat diartikan sebagai suatu gejala yang
akan dijadikan objek pengamatan (Sumadi Surya Brata, 1983. Hal. 126). S.
Margono, menurutnya variabel dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis
dari dua atribut atau lebih. Hubungan antara satu variabel dengan satu atau lebih
variabel lainnya merupakan hipotesis dalam penelitian. (S. Margono, 2007. Hal.
133-134)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel tunggal, yakni
“Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa
Kolonial Belanda Tahun 1830-1853”.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang diperlukan
(Muhammad Nazir, 1983: 211). Oleh sebab itu pengumpulan data sangat penting
untuk menemukan bagaimana sumber-sumber atau data-data itu didapat agar
sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian dan merupakan sebuah langkah yang amat penting pada saat
28
melakukan penelitian, dalam upaya peneliti melakukan pengumpulan data,
langkah-langkah yang dilakukan dan ditempuh oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
3.3.1 Teknik Kepustakaan
Menurut Koentjaraningrat, teknik kepustakaan merupakan suatu cara
pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang
terdapat di ruang perpustakaan. Misalnya koran, majalah, naskah-naskah, catatan-
catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian. (Koentjaraningrat, 1983. Hal. 81)
Menurut Nasution, teknik kepustakaan adalah teknik yang bersumber dari
kepustakaan yang berupa buku-buku, majalah, pamlet dan bahan dokumenter
lainnya. (Nasution, 1996. Hal. 145)
Berdasarkan dari dua pendapat di atas, teknik kepustakaan berarti suatu cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk dapat memperoleh suatu data maupun informasi
terkait hal dalam penelitian, dengan melalui bantuan yang relevan seperti catatan-
catatan, buku-buku, naskah-naskah, maupun bahan dokumenter lainnya yang
relevan. Teknik kepustakaan ini diperoleh peneliti dari Perpustakaan Daerah
Lampung, buku yang didapat dari hasil kepustakaan diantaranya; Buku Dewan
Harian Daerah Angkatan ‟45, 1994., Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung Buku I, buku Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45, Sejarah
Perkembangan Pemerintahan di Lampung Buku II., buku Sejarah Perlawanan
29
Terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung., dan buku Sejarah
Daerah Lampung.
3.3.2 Tenik Wawancara
Menurut Forouk Muhammad, yang dimaksud dengan teknik wawancara adalah
cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan tanya jawab
lisan, sepihak, berhadapan muka dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan.
(Forouk Muhammad, 2003. Hal. 32)
Menurut pendapat S. Nasution dalam buku “Metode Research” teknik wawancara
adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi suatu percakapan untuk memperoleh
informasi. (Nasution, 1882. Hal. 131)
Dari beberapa pendapat di atas, yang dimaksud teknik wawancara yaitu tanya
jawab atau dialog yang dilakukan secara langsung atau bertatap muka pada suatu
tempat oleh peneliti terhadap informan, untuk mendapatkan suatu informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam memecahkan sebuah masalah di dalam penelitian
yang dilakukan.
Syarat atau kriteria seperti dalam buku Spradley dan Faisal, 1990, yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan informan, yaitu :
a. Subjek telah lama dan intensif dengan kegiatan atau aktifitas menjadi
sasaran, yaitu bahwa informan-informan tersebut telah biasa menjadi
narasumber mengenai sejarah sekitar Kotaagung dan Semaka, khususnya
30
Bapak Ismail Marga (Tokoh masyarakat Pekon/Marga) yang telah
dianggap sebagai sejarawan Pekon Kotaagung.
b. Subjek masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi sasaran pada penelitian, yaitu bahwa informan-
informan tersebut berada di lingkungan Pekon Kotaagung dan sering
aktif sebagai subjek sasaran sebagai informan yang berkaitan dengan
sejarah Pekon Kotaagung.
c. Subjek mempunyai banyak informasi dan banyak memberikan waktu
dalam memberikan keterangan, yaitu bahwa informan-informan tersebut
memiliki informasi yang cukup baik mengenai objek penelitian yang
akan diteliti.
(Spradley dan Faisal, 1990. Hal.57).
Peneliti akan melakukan wawancara dengan beberapa informan,
diantaranya:
1. Bapak Ismail Marga (Tokoh masyarakat Pekon/Marga)
2. Bapak Abu Sahlan (Pengelola Museum Kekhatuan Semaka)
3. Bapak Hermain (Tokoh masyarakat Pekon/Marga)
3.4 Analisis Data
Langkah menganalisis data, yaitu merupakan hal yang sangat penting dan
dominan dalam setiap penelitian yang dilakukan, mengenai teknik analisis data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, Muhammad Ali menjelaskan:
Data dalam penelitian merupakan data kualitatif bukan berupa angka-
angka sehingga analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif, dengan
31
menggunakan proses berfikir induktif untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang diteliti
dalam penelitian. (Muhammad Ali, 1985. Hal. 155)
Untuk menganalisis data kualitatif tersebut dapat ditempuh melalui beberapa
langkah berikut:
1. Penyusunan Data
Penyususnan data ini digunakan untuk mempermudah penelitian, apakah semua
data yang dibutuhkan sudah memadai atau belum, apakah data yang telah
terkumpul itu berguna atau tidak, hal ini diperlukan seleksi dan penyusunan.
Peneliti dalam hal ini akan mencoba melakukan penyusunan data melalui cara
menyeleksi sumber berdasarkan tahun terjadinya peristiwa.
2. Klasifikasi Data
Klasifikasi data merupakan usaha menggolong-golongkan data berdasarkan
kategori tertentu yang dibuat oleh peneliti. Penggolongan ini biasanya disesuaikan
dengan sub-sub permasalahan yang dibuat berdasarkan analisis variabel yang
terkandung dalam masalah tersebut.
Peneliti dalam hal ini akan mencoba melakukan pengklasifikasian data yaitu
dengan cara setelah menyusun berdasarkan tahun terjadinya peristiwa, maka
peneliti akan menggolongkan berdasarkan permasalahan yang terjadi dari setiap
tahun terjadinya peristiwa, apakah sesuai atau tidak.
32
3. Pengolahan Data
Setelah kegiatan klasifikasi data kemudian dilakukan langkah selanjutnya yaitu
pengolahan data. Data yang telah diklasifikasikan kemudian diolah dengan teknik
analisis data kualitatif.
Peneliti dalam hal ini akan mencoba melakukan pengolahan data dengan cara
menyesuaikan kisah dari setiap sumber terjadinya peristiwa, kemudian
menggabungkannya menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang kronologis.
4. Penyimpulan Data
Berdasarkan pengolahan data yang telah di buat, maka tahap selanjutnya adalah
penyimpulan data. Hal ini dilakukan untuk mencari pengertian terhadap hasil
penelitian dan menarik kesimpulan untuk menentukan hubungan antara berbagai
penemuan ilmiah
Peneliti dalam hal ini akan mencoba menyimpulkan data yang telah diperoleh,
disusun, diklasifikasikan, dan diolah menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang
terjadi, apakah data tersebut memang dapat dijadikan sebuah peristiwa sejarah
atau memang hanya sekedar cerita.
(Muhammad Ali, 1985. Hal. 152)
33
REFERENSI
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta.
Halaman 27
Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Halaman
32
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta.
Halaman 28-29
Sumadi Surya Brata, 1983. Metodologi Penelitian Rajawali. Jakarta. Halaman 126
S. Margono, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Halaman 133-134
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Koentjaraningrat, 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Jakarta. Halaman 81
S. Nasution, 1996. Metodologi Research. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 145
Suharsimi Arikunto, 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Bhneka Jaya Cipta, Yogyakarta. Halaman 74
Forouk Muhammad, 2003. Metodologi Penelitian Sosial (Bunga Rampai), CV.
Restu Agung. Jakarta. Halaman 35
Ishar Abang 2016. Sejarah Kesultanan Melayu Sanggau, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. Jakarta. Halaman 6
Forouk Muhammad, 2003. op cit. Halaman 37
Suharsimi Arikunto, 1991. Op cit. Halaman 188
Forouk Muhammad, 2003. op cit. Halaman 32
S. Nasution, 1882. op cit. Halaman. 131
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi sejarah. Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya.
Halaman 21-25
34
Bimo Adriawan. Metode Sejarah dan Sejarah Lisan
iragenean.blogspot.com/2012/05/metode-sejarah-dan-sejarah-
lisan.html?m=1)
Hardi Susanto. Sejarah Lisan
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2018/09/30/sejarah-lisan/
Muhammad Ali, 1985. Penelitian Pendidikan Proedur dan Strategi. Angkasa.
Bandung. Halaman 155
Muhammad Ali, 1985. op cit. Halaman 152
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan serta analisis yang dilakukan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka
Lampung pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1830-1853, yaitu sebagai
berikut:
1. Latar Belakang Perlawanan Dalom Mangkunegara
Berawal dari perlawanan Batin Mangunang yaitu ayah Dalom
Mangkunegara, kegagalan yang dialami oleh ayahnya membuat Dalom
Mangkunegara berusaha untuk dapat melanjutkan perjuangan sang ayah.
Tindakan sewenang-wenang Belanda yang tak kunjung mereda terhadap
rakyat Semaka, membuatnya geram dan akhirnya mengumpulkan pasukan
untuk dapat melakukan perlawanan terhadap kekejaman Belanda terlebih
atas rasa sakit hatinya terhadap Belanda karena telah mengasingkan sang
ayah hingga tidak diketahui keberadaannya.
2. Proses Terjadinya Perlawanan Dalom Mangkunegara
Perlawanan Dalom Mangkunegara terjadi dalam kurun waktu tahun 1830-
1853. Terjadinya perlawanan yang cukup lama ini ternyata juga tidak
dapat berhasil mengusir Belanda pergi dari tanah Semaka, karena Dalom
Mangkunegara sakit kemudian meninggal.
76
3. Akibat Perlawanan Dalom Mangkunegara
Setelah terjadinya perlawanan yang cukup lama, terdapat beberapa akibat
atau dampak terhadap rakyat Semaka dan sekitarnya di berbagai aspek,
yaitu pada Aspek Ekonomi, Aspek Sosial Budaya, Aspek Pemerintahan,
dan Aspek Agama.
5.2 Saran
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul
Perlawanan Dalom Mangkunegara di Teluk Semaka Lampung pada Masa
Kolonial Belanda Tahun 1830-1853, ada beberapa saran yang ingin peneliti
sampaikan diantaranya kepada :
1. Program Studi Pendidikan Sejarah agar dapat menjadi pengetahuan pada
mata kuliah sejarah lokal.
2. Pengelola arsip daerah Kotaagung, peneliti berharap setiap daerah
memiliki arsip sendiri dan juga dapat lebih diperhatikan dengan cara sering
diperingati ketika hari pahlawan atau semacamnya khususnya daerah
Kotaagung, sehingga nantinya tokoh tersebut mendapatkan legalitasnya
sebagai pahlawan daerah.
3. Kemudian bagi kepala pekon, penulis berharap agar mampu
memperkenalkan peristiwa semacam ini kepada masyarakat sekitar dapat
mengetahui peristiwa besar yang pernah terjadi di sekitar tempat tinggal
mereka sekarang, dan dapat dijadikan sebagai pelajaran agar mampu
menghargai jasa-jasa para pahlawan terdahulu.
77
4. Setiap Individu terkhusus mahasiswa Sejarah terus menanamkan rasa
Nasionalisme dan terus mempelajari sejarah bangsanya serta agar tidak
mudah terperdaya oleh hasutan-hasutan dari pihak yang tidak
bertanggung jawab hanya untuk kepentingan individu tersebut dan
memecah belah bangsa.
Peneliti berharap agar penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkaitan dan juga bagi pembacanya. Peniliti juga memohon maaf apabila
penulisan ini masih terdapat banyak kesalahan.
78
DAFTAR PUSTAKA
A. Daliman. 2012. Metode Penelitian Sejarah. Penerbit Ombak. Yogyakarta.
Anhar Gonggong dkk, 1993. Sejarah Perlawanan terhadap Imprealisme dan
Kolonialisme di Daerah Lampung. CV. Menggala Bhakti, Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978. Sejarah Daerah Lampung,
Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Lampung. Bandar
Lampung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983/1984. Sejarah Perlawanan
terhadap Imprealisme dan Kolonialisme di Daerah Lampung. Cv.
Menggala Bhakti. Jakarta.
Dewan Harian Daerah Angkatan ‟45, 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di
Lampung Buku I, CV. Mataram, Bandar Lampung.
Forouk Muhammad, 2003. Metodologi Penelitian Sosial (Bunga Rampai), CV.
Restu Agung. Jakarta.
Harjosatoyo, Sukarto. 1985. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Liberty.
Yogyakarta.
Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta.
Inu Kencana Syafiie, 2001. Filsafat Pemerintahan. Pt.Perca. Jakarta.
Ishar Abang 2016. Sejarah Kesultanan Melayu Sanggau, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. Jakarta.
Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia, Erlangga. Jakarta Pusat.
Kansil dan Julianto. 1985. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia, Erlangga. Jakarta Pusat.
Koentjaraningrat, 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.
Jakarta.
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi sejarah. Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya.
79
L.M. Sitorus, 1987. Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Dian
Jakarta. Jakarta.
Muhammad Ali, 1985. Penelitian Pendidikan Proedur dan Strategi. Angkasa.
Bandung.
Poerwadarminta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Balai Pustaka.
Jakarta.
S. Margono, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
S. Nasution, 1996. Metodologi Research. Bina Aksara. Jakarta.
Silvia, 2011, halaman 14, dalam Jurnal Idea Societa, 2014 oleh Isa Fatoni
Hidayat.
Suharsimi Arikunto, 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Bhneka Jaya Cipta, Yogyakarta.
Sumadi Surya Brata, 1983. Metodologi Penelitian Rajawali. Jakarta.
Syah, Iskandar. 2016. Sejarah Daerah Lampung, Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Wawancara : Abu Sahlan (45 Tahun) pengelola Museum Khekatuan Semaka, 01
Oktober 2018
Wawancara : Hermain (46 Tahun) tokoh masyarakat Kota Agung, 30 September
2018
Wawancara : Ismail Marga (58 Tahun) tokoh masyarakat Kota Agung, 30
September 2018