perkembangan transportasi kereta api di kabupaten … · lamongan terhadap pertumbuhan sosial –...
TRANSCRIPT
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1402
PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN 1899 – 1932
DEDI NUR CAHYO Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected]
Agus Trilaksana Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Abstrak
Kebutuhan akan transportasi yang dapat mengangkut barang dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat
menjadi kebutuhan pada periode 1870 – 1830. Hal ini karena trasportasi tradisioanal sudah tidak memungkinkan lagi
untuk mengakut hasil ekploitasi ditanah jajahan Hindia Belanda. Akibat diterapkanya kebijakan tanam paksa dan
dikeluarkanya undang – undang Agrarische wet (undang –undang agraria) tahun 1870 berdampak pada peningkatan
hasil produksi ekploitasi diberbagai daerah tanah jajahan. Kabupaten Lamongan merupakan wilayah adminitratif dari
keresidenan Surabaya yang memiliki kekayaan sumber ekplotasi ekspor diantaranya beras, gula, tembakau, djagung.
Dari letak geografi Kabupetan Lamongan merupakan daerah perlintasan jalur kereta api yang menghubungkan lintas rel
kereta api bagian Utara dan rel kereta api bagian Selatan pulau Jawa timur.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Mengapa sarana trasportasi kereta api dikembangkan di
Kabupaten Lamongan, (2) Bagaimana perkembangan sarana transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun
1889- 1932 (3) Bagaimana pengaruh sarana transportasi kereta api terhadap perkembangan perekonomian masyarakat
Kabupaten Lamongan 1889-1932. Permasalahan-permasalahan tersebut diberikan penjelasan dengan melakukan
analisis terhadap data-data dan sumber-sumber yang didapatkan melalui tahapan metode penelitian sejarah. Tahapan
metode penelitian sejarah yang dilakukan meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk memperoleh
hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, laporan stasitik
berkala, hasil sumber daya alam dan laporan kereta api. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan
dengan perkeretaapian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kereta api jalur Babat – Djombang dan Surabaya – Gundih
yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1899 memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Lamongan.
Pengaruh tersebut diantaranya mempermudah lalu lintas pengakutan dari wilayah pedalaman menuju ke pelabuhan
besar semakin lancar sehingga berdampak terhadap jumlah eksport. Selain itu dengan adanya jalur kereta api tersebt
memberi lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yaitu sebagai tenaga kuli diperusahaan kereta api, sebagai pedagang
dan memberi kemudahan kepada penduduk dalam melakukan perjalanan ke kota – kota besar diwilayah Jawa.
Beroperasinya kereta api di Kabupaten Lamongan berdampak kurang baik terhadap jasa angkutan tradisional. Dampak
tersebut berpengaruh terhadap angkutan barang dan penumpang yang mulai berpindah menggunakan jasa kereta api,
akibat dari hal tersebut pendapatan yang diperoleh jasa angkutan tradisional menurun.
Kata Kunci: Perkembangan , Transportasi Kereta Api, Kabupaten Lamongan
Abstract
The need for transportation to transport goods in large quantities in a short time become a requirement in
the period 1870 - 1830. This is because of transportation tradisioanal is no longer possible to mengakut result of the
exploitation of the land of the Dutch East Indies colony. As a result of the policy diterapkanya cultivation and
dikeluarkanya laws - laws Agrarische wet 1870 impact on increasing production in various regions of the exploitation
of the colonies. Lamongan is adminitratif area of residency of Surabaya, which has a wealth of resources ekplotasi
exports such as rice, sugar, tobacco, corn. Lamongan Kabupetan geography of an area crossing a railway line
connecting the railroad tracks cross the Northern and Southern parts of the railroad tracks east of Java island.
The problems in this research are: (1) Why train local transport developed in Lamongan, (2) How is the
development of rail transportation in Lamongan year 1889- 1932 (3) How does the means of rail transport on the
development of community economy District Lamongan 1889-1932. These problems are given an explanation by
analyzing the data and sources obtained through the stages of historical research methods. Stages methods of historical
research undertaken includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To obtain maximum results in
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1403
this study, the researchers conducted a search source in the form of staatsblad, stasitik periodic report, the result of
natural resources and reports the train. It also assisted with books related to railways.
The results showed that the development of the railway track Tripe - Djombang and Surabaya - Gundih
crossing Lamongan 1899 to give effect to the economy of Lamongan. The effect of which facilitate traffic from the
interior toward the recognition given to the large ports more smoothly so that the impact on the number of exports. In
addition to the railway line tersebt provide new jobs for people in the company that is as power train porters, as traders
and provide convenience to residents to travel to the city - a big city region of Java. The operation of the train in
Lamongan adversely affects traditional transport services. These impacts affect the transport of goods and passengers
began to shift to using the train service, a result of the revenue earned a traditional transport services.
Keywords: Development, Railways Transportation, Lamongan
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan unsur penting yang
berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dalam
perkembangan ekonomi, politik, sosial serta mobilitas
penduduk yang tumbuh secara bersamaan mengikuti
perkembangan diberbagai bidang maupun sektor
kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu
pembangunan ekonomi dan bidang – bidang lainya perlu
dukungan dengan pembangunan dan perbaikan dalam
sektor transportasi. Kemajuan dan perbaikan dalam
sektor transportasi pada umumnya tercermin dari
penurunan ongkos transpor pada pemakain jasa,
peningkatan kecepatan jasa transpor dan berbagai
perbaikan kondisi atau kualitas jasa transpor tersebut,
baik dalam perbaiakan transportasi didalam maupun
diluar negeri1
Pada akhir abad ke 19 sistem transportasi yang
bersifat massal dirasakan oleh para pengusaha swata
sebagai kebutuhan yang bersifat mendesak. Karena pada
waktu itu muncul upaya besar – besaran dari
pemerintahan kolonial untuk mengakut kekayaan dari
bumi Indonesia. Kekayaan itu digunakan sebagai barang
dagangan untuk dijual ke pasar internasional, khususnya
pasar negara –negara Eropa.2 Kekayaan bumi Indonesia
berupa : (a) hasil hutan seperti, kayu; (b) hasil
perkebunan dan pertanian seperti, nila, kopi, lada,
cengkeh, pala, tembakau, teh karet; (c) hasil tambang
seperti, minyak bumi,emas, batubara, dan timah. Jumlah
produksi barang dagangan tersebut berhasil ditingkatkan,
tetapi pengakutan dari daerah produksi, terutama yang
berada didaerah pedalaman ke kota – kota pelabuhan
sangat lamban sehingga tidak ekonomis. Lambatnya
pengakutan tersebeut mengakibatkan sering terjadi
1 Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi
(Karateristik, Teori,Kebijakan). Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Hlm 23 2 Basundoro, Purnawan.2008. Dinamika Pengangutan Di
Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi Pada Awal Abad Ke
20. Jurnal Humaniora. Vol 20. Hlm 63.
kerusakan barang pada waktu perjalanan serta terlalu
lamanya disimpan gudang penyimpanan.3
Kekayaan alam di Hindia Belanda mengalami
peningkatan sejak berlakunya kebijakan Cultuur Stelsel
atau sistem tanam paksa, pada masa pemerintahan
Gubernur Jendral Van de Bosch serta dikeluarkanya
Undang –Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun
1870 yang berisikan dua hal pokok yakni pemberian
kesempatan kepada pihak swasta untuk berkembang di
Hindia Belanda dan menjamin berkembangnya
perusahaan swasta di Hindia Belanda.4
Keberhasilan akan peningkatkan produksi
diwilayah jajahan Hindia Belanda membuat pemerintah
Belanda kebingungan dalam proses pengakutan hasil
kekayaan alam. Pengakutan barang- barang impor dari
pelabuhan ke daerah pedalaman sudah tidak dapat
dipenuhi oleh transportasi darat maupun lewat sungai.
Gagasan untuk mengakut barang-barang dari Hindia-
Belanda dengan lebih cepat terutama untuk hasil-hasil
produksi dari tanah jajahan tentunya bukanlah satu-
satunya alasan untuk mulai dioperasikanya kereta api.
Ketika ide untuk mengoprasikan kereta api Hindia-
Belanda mulai mengemuka, muncul perdebatan antara
pihak swasta dengan pihak pemerintah.
Pembangunan jalur kereta api di Jawa Timur
dimulai pada April 1875 pemerintah Belanda
memutuskan untuk membangun sendiri jalan rel dan
mengekploitasi kereta api setelah lebih dulu didiskusikan
di majelis rendah dan majelis tinggi kerajaan Belanda.
Julur rel yang pertama kali di kerjakan adalah jalan jalur
rel Surabaya – Pasuruan - Malang, dan yang mnjadi
penanggung jawab diserahkan kepada David Marschalk.5
Dia adalah seoarang militer yang pernah ditugaskan
diwilayah tersebut. Perusahaan kereta api milik
pemerintah ini dinamai Staatsspoorwagen (SS). Melihat
keuntungan yang diperoleh Nederlands-Indische
3 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Sejarah Perkeretapian
Indonesia jilid I. Bandung : CV Angkasa. Hlm.3 4 Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik
Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.
Hlm. 26 5 Ibid. Hlm 53
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1404
Spoorweg Maatschappij (NISM) dari pengopraasian
kereta api jalur Semarang – Yogyakarta dan jalur Jakarta
– Bogor sejak tahun 1875 dan juga keuntungan SS
perusahaan kereta api milik pemerintahan Belanda
memberi gambaran dan harapan baru kepada pengusaha
swasta yang telah berminat untuk memenanamkan modal
mereka dalam kegiatan jasa angkutan kereta api.6
Lamongan merupakan kesatuan wilayah
asministratif keresidenan (residentie), ditempatkan pada
tingkat kabupaten (regentschap). Pada tahun 1924 - 1932
Lamongan masuk ke dalam Keresidenan Surabaya Utara
yang mana pada saat itu Keresidenan Surabaya dibagi
menjadi dua, yaitu Keresidenan Surabaya Selatan dan
Keresidenan Surabaya Utara. 7 Pembangunan jalur rel
kereta api yang melintasi Kabupten Lamongan dilakukan
oleh dua perusahaan kereta api. Lamongan bagian
Selatan dibangun jalur rel kereta api oleh perusahaan
Babat – Djombang Stoomstrem Maatschappij (BDSM)
tahun 1899 – 1912 yang menghubungkan Stasiun Babat
dan Stasiun Djombang, namun pada tahun 1916
perusahaan ini mengalami permasalahan keuangan
sehingga diambil alih oleh perusahaan pemerintahan
Belanda Staatsspoorwagen (SS). Sedangkan pada tahun
1900–1903 Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
(NISM) atas perintah dari pemerintahan Belanda
membangun jalur rel kereta api Surabaya – Gundih (Jawa
Tengah) 8 jalur yang melintasi Stasiun Lamongan dan
Babat, yang sebelumnya pengakutan hasil ekplotasi
mengunakan aliran sungai Bengawan Solo.
Dengan adanya jalur kerata api Babat -
Djombang yang dibangun oleh perusahaan kereta api
Babat- Djombang Stoomtrem Maatschappij (BDSM) dan
jalur kereta api yang menghubungkan Surabaya – Gundih
yang dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg
Maatschappij (NISM), melintasi Kota Lamongan serta
Stasiun Babat, pembangunan jalur kereta api ini tentunya
membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat,
khususnya masyarakat Lamongan.
Penelitian terdahulu berkaitan dengan
“Perkembangan Transportasi Kereta Api di Kabupaten
Lamongan tahun 1899 – 1932” belum pernah ada. Oleh
sebab itu akan sangat menarik untuk dilakukan penelitian
dan mengkaji bagaimana perkembangan kereta api di
Lamongan. Pada penelitaan sebelumnya sudah ada
pembahasan tentang kereta api secara umum, yaitu Tim
Telaga Bakti berjudul Sejarah Perkeretapian Indonesia
dan Departemen Penerangan Republik Indonesia yang
berjudul Keretaapi Indonesia.
6 Ibid. Hlm 60 7 Tim penyusun Memayu Raharjaning Praja .1994.
Lamongan: Memayu Raharjaning Praja. Lamongan : Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan . Hlm 37 8 Ibid. Hlm 67
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
beberapa rumusan masalah sebagai berikut : (1).
Mengapa sarana transportasi kereta api dikembangkan di
Kabupaten Lamongan? (2). Bagaimana perkembangan
sarana transnportasi kereta api di Kabupaten Lamongan
tahun 1889- 1932 ? (3). Bagaimana pengaruh sarana
transportasi kereta api terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat Kabupaten Lamongan 1889-
1932 ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ini adalah; (a). Untuk menjelaskan
mengapa sarana transportasi kereta api di kembangkan di
Kabupaten Lamongan.(b). Untuk mendiskripsikan
perkembangan sarana transpotasi kereta api di Kabupaten
Lamongan tahun 1899- tahun 1932.(c). Untuk
menganalisis pengaruh sarana transportasi kereta api di
Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi
masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932.
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan
informasi mengenai sejarah sarana transportasi kereta api
yang berkembang di Lamongan. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan rujukan bagi
yang berminat untuk mengkaji tentang kereta api di
Lamongan serta pengaruhnya terhadap perkembangan
masyarakat di Lamonngan.
METODE
Dalam penulisan penelitian Perkembangan
transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun
1899 – 1932 akan mengunakan metode sejarah. Sistem
keilmuan metode sejarah merupakan seperangkat
prosedur alat atau piranti yang digunakan sejarahwan
dalam meneliti dan menyusun sejarah. 9 Untuk
mengungkap permasalahan yang akan di teliti penulis
mengunakan metode penulisan sejarah melalui Heuristik,
Kritik, Interprestasi, serta historiografi. Melalui tahap ini
sumber primer maupun skunder yang diperoleh.
Sumber primer yang didapat ; (a). ANRI.
Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang
Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919. (b). ANRI.
Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St.
Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. (c). ANRI. Tijdscarift
Voor Nederlandsch Indie. Door P. Bleeker. 1847 dan
1850. (d). ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En
Landbouw In Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871. (e).
ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van
Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III. Prof. P.J.
Veth. (f). ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie..
1858 - 1930. (g) ANRI. Verslag van bestuur en staat van
9 Aminudin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Surabaya:
Unesa University Press.Hlm 10.
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1405
Nederlandsch-Indie 1867-1875. (h) BPK Jawa Timur. De
Provinciale Verordeninggen Van Oost Java. 1930. (i).
BPK Jawa Timur Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 –
1934. (j). BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van
Java. 1870. (k) DELPHER. . De Inagure 1900-1930
Sumber Skunder yang di dapat ; (a). Sejarah
Perkeretapian Indonesia jilid I. Penulis Tim Telaga Bakti
Nusantara. (b). Kereta Api Indonesia. Departemen
Penerangan Republik Indonesia. (c) Memahyu
Raharjaning Praja, Penulis Tim Pemerintahan
Kabupaten Lamongan. (d). Arsip Nasional Republik
Indonesia penerbit sumber-sumber sejarah No. 10,
Memori Serah Terima Jabatan (Jawa Timur dan Tanah
Kerajaan) 1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978. (e)
Ekonomi Surabaya pada Masa Kolonial 1830-1830.
Penulis Nasution.
HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI UMUM KABUPATEN LAMONGAN
1. Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten
Lamongan
Kabupaten Lamongan terletak disebelah Utara
Laut Jawa, pada bagian Timur berbatasan dengan
afdeling Jombang, sedangkan bagian Barat berbatasan
dengan Keresidenan Bojonegoro dan afdeling Tuban.
Secara geologis, historis dan kultural Lamongan
merupakan wilayah Karesidenan Surabaya, Jawa Timur.
Lamongan terletak antara 6° 51’ 54” dan 7°
23’6”garis lintang Selatan dan 112° 4’4”dan 112°
33’12”garis bujur Timur. Luas wilayah Lamongan
kurang lebih 1.892,8 km² atau 181.280,30 Ha.10 Secara
garis besar dataran Kabupaten Lamongan memiliki
bentuk wilayah yang berbeda, bagian tengah Selatan
terdiri dari dataran rendah yang relatif subur, bagian
Selatan dan Utara terdiri dari pegunungan kapur yang
memiliki kesuburan tanah yang sedang dan bagian tengah
Utara terdiri dari daerah rawa yang rawan hujan. Pada
bagian tengah Selatan, terdapat aliran sungai Bengawan
Solo yang pada masa pemerintahan Belanda digunkan
untuk mengaliri sawah-sawah pertanian.
Secara geologi dan tipologi sebagian wilayah
Lamongan terdiri dari dataran rendah dan dataran
bonorowo sebagian lagi dataraan tinggi sekitar 100 meter
dari permukaan laut. Struktur tanah sebagian besar terdiri
dari jenis Alufial, Litosal, Grumosol, dan Mediterian
Coklat.11 Tanah bonorowo terletak disebelah Selatan dan
Utara Bengawan Solo. Bagian selatan Bengawan Solo
merupakan tanah bonorowo yang dikenal dengan nama
Begawandjero yang merupakakan wilayah distrik
10 Ibid. Hlm 9 11 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit
Hlm 9
Lamongan Keresidenan Surabaya. Pada bagian Utara
merupakan wilayah onderdistrik Laren dan Dukuh, tanah
bonorowo diwilayah ini hanya dapat ditanami padi pada
musim kemarau.12
Lamongan juga bertanah kapur yang
merupakan kawasan dataran tinggi wilayah ini terletak
disepanjang pantai utara distrik paciran dan pada bagian
selatan diwilayah distrik Gonong Kendeng serta sebagian
wilayah distrik Lengkir. Di distrik Paciran terdapat
perusahaan pembakaran kapur yang di gunakan sebagai
bahan material bangunan.
Kabupaten Lamongan terletak di Selatan garis
katulistiwa menyebabkan wilayah Lamongan termasuk
kawasan tropika, yang memiliki dua musim yakni musim
penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan
Lamongan merupakan kawasan rawan dengan banjir,
dikarenakan luapan Sungai Bengawan Solo sedangkan
pada musim kemarau sering kali kekurangan air. Tanah
pada musim kemarau pecah-pecah, sehingga pada
permulaan musim penghujan tanah tidak dapat segera
digarap dan ditanami.
Pada masa kolonial Lamongan merupakan
wilayah (regentchap) dari Asisten Residen Gersik,
Kersidenan Surabaya. Penduduk Lamongan sebagian
besar adalah masyarakat pribumi terdapat pula pendatang
asing diantaranya penduduk Eropa, Cina dan Arab. Pada
masa pemerintahan Belanda, pemerintahan Kabupaten
Lamongan dipegang oleh Tumenggung Kromojojo
periode (1866-1885), dan selanjutnya pada tahun (1885-
1908) dipegang oleh Tumenggung Djojodirino, periode
(1908-1938) dipegang oleh R. Tumenggung
Djojoadinegoro.13 Dari masa pemerintahan ketiga Bupati
tersebut banyak pembangunan diberbagai bidang sosial,
ekonomi dan pendidikan.
Kabupaten Lamongan bagian tengah
merupakan wilayah yang relatif subur dan banyak di
gunakan sebagai daerah pertanian. Sebelum dibangun
aliran irigasi pada tahun 1909 yakni waduk Prijaten,
penduduk setempat untuk mendapatkan air sebagai
pengairan sawah masih mengandalkan musim penghujan.
Wilayah ini meliputi distrik Lengkir dan sebagian
wilayah distrik Begawajero. Bagian tengah merupakan
daerah bonorowo yang rawan terhadap banjir akibat
luapan sungai Bengawan Solo. Wilayah ini meluputi
distrik Begawandjero, dan bagian paling Selatan dan
Utara merupakan wilayah pegunungan kapur. Wilayah ini
termasuk pada distrik Karanggeneng.
Pada tahun 1815 kepadatan penduduk
diwilayah Asisten Residen Gersik yang membawahi
12 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November
1930. Op. Cit Hlm XXXIX 13 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit
Hlm 42
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1406
Regentchap Gersik, Regentchap Lamongan, dan
Regenchap Sidayu. Pada tahun 1815 tercatat jumlah
penduduk 115.442, tahun 1832 jumlah penduduk
243.029, dan pada tahun 1838 jumlah penduduk
297.283.14 dari setiap tahunnya penduduk diwilayah ini
mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi adanya
aktivitas pelabuhan besar yang ada di Sidayu Gersik.
Jumlah total penduduk tersebut bukan hanya penduduk
pribumi saja namun juga terdapat penduduk asing, seperti
bangsa Eropa, Cina dan Arab. Mayoritas penduduk asing
tersebut melakukan perdagangan dengan masyarakat
pribumi. Khususnya bangsa Eropa setelah pemerintahan
kolonial berlangsung banyak bangsa Eropa membangun
rumah pribadi di Lamongan sampai saat ini peninggalan
bangunan rumah tersebut masih ada. Pertumbuhan
penduduk disetiap tahunnya juga mengalami peningkatan
baik penduduk pribumi dan asing, dapat dilihat dari tabel
pertumbuhan penduduk Kabupaten Lamongan.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk di Kabupaten Lamongan
Tahun 1801 – 1930
Sumber: Dalam Majalah. ___ Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie.
1847:ANRI, Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI. dan Door P.
Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI
Berdasarkan tebel jumlah penduduk tersebut
dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut tidak hanya penduduk pribumi
tetapi penduduk Eropa, Cina, Arab dan Asing.
Peningkatan tersebut juga ditunjang pembangunan sarana
transportasi yang memadai. Salah satunya transportasi
kereta api yang mempermudah perputaran aktifitas
perdagangan.15
Abad ke-20 merupakan abad kemakmuran
untuk masyarakat pedesaan, dalam hal ini desa
mengalami perubahan- perubahan besar sebagai akibat
perbaikan lalu-lintas sehingga menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk. 16 Kepadatan jumlah
penduduk pribumi di Kabupaten Lamongan dari setiap
tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi
dari kesuburan wilayah Lamongan dalam hal pertanian,
perbaikan-perbaikan dalam sektor pertanian serta
14.Raflees. 1847. History Of Java, Vol II. Dalam Majalah.
Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie.:ANRI. Hlm 172 15 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit
Hlm 12 16 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.
Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan
K Hlm 22
pemerintahan, dan semakin ramainya lalu-lintas di
wilayah Lamongan.
Pertumbuhan jumlah penduduk Eropa dalam
setiap tahunnya juga mengalami pertumbuhan. Sebagian
besar penduduk Eropa bekerja sebagai pegawai negeri
pemerintahan Belanda. Begitu pula dengan penduduk
Cina setiap tahunya mengalami peningkatan. Dalam hal
ini di Kabupaten Lamongan terutama di kota Lamongan
dan Babat penduduk Cina diangkat sebagai kepala –
kapala kampung satempat. 17 Mayoritas penduduk Cina
bekerja sebagai pedagang.
2. Potensi Ekonomi Kabupaten Lamongan
a. Pertanian
Pertanian merupakan mata pencaharian utama
bagi masyarakat Lamongan terutama pada bagian
Lamongan Selatan dan Tengah, wilayah ini merupakan
tanah bonorowo yang memiliki tingkat kesuburan baik.
Daerah ini meliputi Distrik Lengkir, Begawandjero, dan
Gunung Kendeng. Sebagian besar masyarakat dalam
mengelolah pertanian masih bergantung pada hujan.
Tanah pada musim kemarau pecah-pecah, sehinggga
pada musim penghujan tanah tidak dapat langsung
digarap (ditanami) masih menunggu sampai tanah benar-
benar manjadi tandus. 18 Tanaman yang ditanam oleh
masyarakat Lamongan berupa tanaman pokok yakni ;
padi, jagung, ketela, selain tamanam tersebut juga
terdapat tanaman kebutuhan ekspor pemerintahan
kolonial berupa kacang cina, tambakau, kapok dan
djarak.
Diterapkannya Cultuurstelsel tahun 1830 oleh
pemerintahan kolonial yang mewajibkan setiap desa
menyisihkan 20% dari tanahnya untuk ditanamin
tanaman ekpor, dan setiap desa diwajibkan untuk
menjualnya kepada pemerintah kolonial dengan harga
yang sudah ditentukan.19 Begitupula setelah Cultuurstesel
dihentikan, karena banyak kritik dari kalangan kaum
liberal yang menganggap kebijakan tersebut tidak
menyejahterakan rakyat pribumi tetapi hanya
memperkaya pemerintahan Kerajaan Belanda. Kemudian
muncullah UU Agraria tahun 1870, sabagaimana dampak
dari kebijakan ini mambawa pertumbuhan perkebunan-
perkebunan besar serta perbaikan sistem pertanian di
Hindia Belanda. Akibat dari berlakukanya undang-
undang tersebut banyak perusahaan swasta yang turut
mengelolah berbagai urusan ekploitasi di tanah jajahan.20
17 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November
1930. Op. Cit Hlm XXXVII 18 Ibid. Hlm XXXVIII 19 M.C. Ricklefs.2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta.
Serambi Hlm 202 20 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.
Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan
K Hlm 34
Tahun Eropa Cina Timur Asing Pribumi Total
1801 6 89 29 29.146 29.270
1845 - 55 3 67.354 67.412
1867 27 116 - 144.718 144.861
1930 72 1752 158 543.412 545.594
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1407
Distrik Lengkir sebagai wilayah Kabupaten
Lamongan tahun 1845 menghasilkan 472,56 pikols
tembakau, yang merupakan tanaman ekspor ke wilayah
Eropa. Tembakau ditanam oleh penduduk distrik Lengkir
dangan luas area tanam 92 bouw21 Sedangan pada tahun
1946 tanaman padi di wilayah distrik Tengahan dengan
luas lahan 9.123 bouw menghasilkan 9,16 pikols/bouw,
distrik Goenoeng Kendeng luas lahan 9.343 bouw
menghasilkan 10,16 pikols/bows, dan distrik Begawan
Djero 4.640 bouw menghasilkan 6.57 pikols/bouw.22
Tahun 1845 Kabupaten Lamongan memiliki
luas seluruh tanah pertanian adalah 27.896 bouw dari
luas tanah tersebut menghasilkan padi sekitar 215.864
pikols. Sedangkan pada tahun 1846, luas tanah pertanian
semakin bertambah yaitu 28.206 bouw dari luas tanah
tersebut menghasilkan padi sekitar 208.838 pikols.23 Luas
lahan pertanian yang semakin besar tidak menjamin
perolehan penghasilan padi bertambah pula, hal ini
dikarenakan kondisi wilayah Lamongan pada musim
penghujan selalu terjadi banjir sehingga membuat para
petani sering gagal panen. Banjir setiap tahunnya
disebabkan luapan sungai Bengawan Solo.
Upaya mengatasi banjir setiap tahunnya
pemerintah Kolonial dan penduduk membangun waduk.
Ukuran waduk yang dibangun bervariasi, waduk kecil
dipergunakan untuk mengaliri sekitar 30 bouw sedangkan
waduk besar digunakan untuk mengaliri sawah sekitar
225 bouw lebih.24 Waduk-waduk kecil ini dibangun oleh
penduduk setempat, sedangkan untuk waduk yang
berkapasistas besar dibangun oleh pemerintah kolonial.
Bangunan waduk besar yang dibangun oleh
pemerintahan kolonial yakni waduk Prijaten masyarakat
Lamongan saat ini mengenalnya dengan sebutan Waduk
Krekah. Waduk ini dibangun sebagai irigasi pertanian
yang megambil aliran sungai Bengawan Solo, selain
sebagai irigasi waduk prijaten juga digunakan sebagai
pencegah terjadinya banjir diwilayah Lamongan. waduk
Prijaten dibangun tahun 1902 sebagai bentuk realisasi
kebijakan Kerajaan Belanda terkait politik etis.
Perbaikan dibidang irigasi menjadikan
pertanian di Lamongan meningkat, permasalahan yang
dialami akibat gagal panel terus dilakukan oleh
pemerintahan kolonial. Pada tahun 1917 mengalami
peningkatan produksi padi, dari totoal 488.459 penduduk
yang menanam padi menghasilkan 1.544.457 dari total
21 Door P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch
Indie, Hoofdstuk VIII: ANRI Hlm 107 22 Ibid. Hlm 108 23 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie;
ANRI Op. Cit Hlm 45 24 Tijdschrift Voor Nijverheid En Lanbouw In
Nederlandsch. Nieuwe Serie VII. Op. Cit Hlm 145
sawah yang ditanami, dengan begitu jumlah penghasilan
padi 316 pikols/100 jiwa.25
Selain padi terdapat juga beberapa tanaman
yang ditanam di Lamongan diantaranya; (a). kacang
tanah, luas lahan untuk penanam kacang tanah 12.680
bouw menghasilkan 100.000 pikols, (b). djarakpitten ,
luas lahan penanaman djarakpitten 600 bouw
menghasikan 5.000 pikols, (c) kelapa, jumlah pohon
kelapa 212.914 pohon menghasilkan 327.812 kelapa.26
Kabupaten Lamongan merupakan kawasan
industri pertanian yang cukup maju. Berdasarkan
kewilayahanya Lamongan merupakan wilayah dengan
penghasilan penghasilan pertanian padi antara 300 – 400
pikol/100 zielen. 27 Peningkatan jumlah produksi/hasil
tanaman di Kabupaten Lamongan juga dipengaruhi oleh
adanya sarana transportasi yang memadai. Sarana
transportasi kereta api mendorong peningkatan hasil
pertanian di Kabupaten Lamongan. Hal tersebut
disebabkan karena alur perdagangan dari daerah
pedalaman ke wilayah kota dapat dilakukan dengan
mudah. Selain daripada itu angkutan kereta api juga
membawa hasil pertanian dalam jumlah besar untuk di
eksport ke pasar Eropa.
a. b. Peternakan
Usaha peternakan merupakan usaha yang
dilakukan oleh penduduk Lamongan sejak dalu, jenis
ternak yang pelihara diantaranta kerbau, Sapi, dan kuda.
Mayoritas penduduk dalam mengembala hewan ternak
dilakukan dihutan berangkat pagi hari dan pulang pada
sore hari. Pada tahun 1845 tercatat kepemilikan hewan
ternak di Lamongan yakni ; (a) kerbau berjumlah 13.321
ekor, (b) sapi berjumlah 361 ekor, dan (c) kuda berjumlah
1.448 ekor. 28 Jumlah ini pada tahun 1847 mengalami
peningkatan menjadi 16.681 kerbau, 485 sapi, 1797 kuda.
Untuk meningkatkan hasil peternakan usaha
yang dilakukan penduduk diantaranya menyilangkan
lembu Ongole dengan lembuh Jawa. Persilangan ini
dilakukan di distrik Panciran hasil persilangan ini
kebanyakan digunakan sebagai hewan tarik. Peternakan
kambing hanya dilakukan untuk keperluan pribadi, salah
satu sebabnya mungkin karena sulitnya mencari rumput
pada musim kemarau. Di Kabupaten Lamongan kuda
digunakan sebagai hewan tarik, untuk menarik dokar.
Dokar banyak ditemukan diwilayah Babat yang
25 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadi-
productie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In
ULT.1917 : ANRI Hlm 223 26 Streefland. 1918. Olie-Industri in Nederlandsch
Indie.Hoofdstuk I: ANRI Hlm 6 - 32 27 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadi-
productie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In
ULT.1917 : ANRI Hlm 233 28 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie;
ANRI Op. Cit Hlm 45
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1408
kebanyakan penduduknya melakukan aktivitas usaha
perdagangan.29
Pada tahun 1929 populasi hewan mulai
merosot hal ini dikarenakan banyak hewan yang
terserang penyakit khusunya lembu dan kerbau. Penyakit
ini hanya terjadi diberbagai desa, dampaknya desa-desa
yang terserang penyakit dinyatakan ditutup bagi hewan
yang akan keluar dan masuk. Penurunan jumlah hewan
tersebut juga disebabkan karena tidak banyak lagi
transportasi yang mengunakan tenaga hewan melainkan
sudah berganti ke transportasi yang lebih modern yaitu
kereta api. Pembangunan jalur kereta api menjadikan
hewan sebagai kebutuhan pangan dan tidak digunakan
lagi sebagai tenaga transportasi tarik dokar untuk aktifitas
perdagangan.
c. Perikanan
Perikanan laut di Lamongan terletak di
Paciran. Tempat nelayan paling banyak terdapat pada
daerah Brondong, Sentul, Weru, Paciran dan Sedayu
lawas. Wilayah Brondong terdapat tempat penggaraman
ikan yang menghasilkan pindang. Pindang tersebut
sebagian besar dikirim ke Surakarta sedangkan ikan segar
sebagian besar dikirim ke Surabaya. 30 Pengiriman
sebelum adanya jalur kereta api masih memanfaatkan
aliran sungai Bengawan Solo sebagai sarana transportasi,
namun setelah adanya kereta api pengunaan perahu
mengalami penurunan dan beralih kepada akutan kereta
api yang lebih modern.
Selain ikan laut terdapat pula penangkaran
ikan air tawar, penangkaran ikan air tawar dilakukan pada
waduk- waduk rawa-rawa dan sungai. Hasil dari
penangkaran tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri.
Ikan di waduk tersebut dipelihara olah Dinas Perikanan
Darat, penduduk pada waktu tertentu di ijinkan untuk
menangkap ikan tersebut dengan membayar sekadarnya.
Pada wilayah dekat kalen sudah dibuatkan tempat
pembibitan ikan karper, gurami, dan tambera.31
PEMBANGUNAN TRANSPORTASI KERETA API
DI KABUPATEN LAMONGAN
1. Kondisi Transportasi di Indonesia Sebelum
Adanya Kereta Api
Perkembangan pembangunan kereta api di
Indonesia tidak lepas dari perkembangan kemajuan
teknologi bangsa – bangsa Eropa. Perlu dipahami juga
pekembangan kereta api di Indonesia juga tidak lepas
pemerintahan kolonial Belanda. Kemajuan bangsa -
bangsa Barat dalam berbagai bidang teknologi dibawa
29 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November
1930. Op. Cit Hlm XL 30 Ibid. Hlm XLII 31 Ibid. Hlm XLI
dan diterapkan pemerintahan Belanda diwilayah kolonial
Indonesia. Penerapan teknologi bangsa Barat ini
nantinya yang menjadi cikal bakal adanya kereta api di
Indonesia.
Transportasi kereta api di Indonesia
berkembang pada abad ke - 19, transportasi ini dibangun
dan dikembangakan oleh pemrintahan kolonial Belanda.
Sebagaimana pembangunan kereta api dimaksutkan
pemerintahan Belanda untuk mengangkut kekayaan alam
diwilayah jajahan, yang sebelumnya pengakutan hasil
ekploitasi masih mengunakan gerobak yang ditarik
manusia dan hewan.
Sebagimana pada masa tanam paksa
pemerintahan Belanda masih mengalami permasalahan
dalam pengakutan. Langkah pertama yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial untuk mengatasi hal tersebut yakni
mengimpor unta dan keledai untuk mengangkut barang
hasil tanaman. Unta dan keledai digunakan untuk
mengangkut hasil tanaman ekspor dari daerah pedalaman
ke pelabuhan. Karena perjalanan dari pedalaman ke
pelabuhan berjarak jauh banyak unta dan keledai mati
dipinggir jalan sehingga membut barang untuk
diperdagangkan tidak bisa tepat waktu dan sering terjadi
penumpukan barang. 32 Selain cara tersebut, yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda untuk mengatasi
pengakutan adalah mengunakan kereta kuda dan
gerobaknya ditarik oleh kuda atau sapi. Sapi sebagai
hewan penting untuk mengangkut hasil perkebunan,
membuat penerintah Belanda melarang masyarakat untuk
menyembelih sapi.
Pengunaan kereta kuda juga mengalami
hambatan dalam pengakutan. Hasil perkebunan yang
dibawa kereta kuda memakan waktu yang cukup lama
karena kuda atau sapi harus melawati pos-pos
pemberhentian untuk istirahat dan memberi makan
hewan. Lambatnya pegakutan kereta kuda menyebabkan
pemerintahan Belanda yang didorong oleh pengusaha
swasta membangun alat transportasi baru yang lebih
efesien. Salah satu kebijakan yang diambil oleh
pemerintahan Belanda adalah membangun dan
mengoprasikan kereta api.
2. Pembangunan Kereta Api di Indonesia
Sehubungan dengan telah dirasakan dan
dialami kesulitan prasarana dan sarana transportasi di
Pulai Jawa yang telah diutarakan dalam pembahasan
diatas. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Belanda
harus membangun transpotasi baru yang lelih efektif.
Sarana transportasi yang diupayakan untuk mengatasi
pengakutan hasil ekploitasi di wilayah jajahan yakni
32 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978.
Kereta Api Indonesia. Jakarta. Hlm 21
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1409
kereta api. Pada tanggal 15 Agustus 1840 Kolonel Jhr.
Van Der Wijk mengusulkan kepada pemerintah untuk
membangun transportasi kereta api. 33 Sebagimana di
Eropa transportasi kereta api telah berasil mengatasi
masalah serupa yang tengah dialami pemerintah kolonial.
Usulan tersebut ditanggapi oleh Kerajaan Belanda
sehingga dikeluarkanlah kebijakan untuk membangun
jalan rel Semarang ke Kedu dan Yokyakarta/Surakarta.34
Namun keputusan tersebut tidak pernah terealisasikan,
sampai pada tahun 1862 barulah pembangunan kerata api
dilaksanakan dan pelopor pembangunan kereta api
pertama kali yakni Nederlandsch Indisce Spoorwag
Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api swasta.
Pada tahun 1862 peruhasaan swasta NISM
mendapatkan konsensi pembangunan jalan kereta api
yang menghubungkan Semarang – Solo – Yokyakarta.
Pembangunan ini juga memiliki peranan penting dalam
bidang pertahanan dalam pemerintahan negeri jajahan.35
Pada tahun 1871 Menteri Urusan Tanah
Jajahan Belanda Mr. P. P. Van Bosse mengajukan
rencana undang-undang untuk membangun empat lintas
jalur rel kereta api yang menghubungkan daerah Jawa
Timur dan Jawa Barat. Namun usulan ini memperoleh
pertentangan dari pihak swasta maupun parlemen belanda
mengingat masalah finalsial serta kesulitan pambangunan
yang dialami oleh perusahaan NISM.36 Jalur kereta api
yang bangun pertama kali oleh pemerintah yakni jalur di
Jawa Timur menghubungkan wilayah Surabaya- Malang
– Pasuruan. Pembangunan jalur rel tersebut dilakukan
secara bertahap pada tahun 1875. Tahap pertama
Surabaya – Pasuruan yang selesai dibangun pada tanggal
16 Mei 1878. Tahap kedua Pasuruan – Malang selesai
pada tanggal 20 juli 1879.37 Perusahaan kereta api milik
pemerintah ini dengan nama Staatspoorwagen (SS).
Setelah beroprasinya kereta api dalam
beberapa dekade, mendatangkan keuntungan besar dari
jalur terbsebut membawa gambaran dan harapan baru
kepada pihak swasta lainya yang tengah berminat
berinvestasi di usaha transportasi kereta api. Adapun
perusahaan kereta api dan trem yang mendapat konsensi
membangun rel dan mengekploitasi kereta api dan trem
sebagai alat angkutan diantaranya; (a) Semarang-Jona
Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mandapat konsensi
pada tahun 1881, (b) Javaasche Spoorweg Maatschappij
(JSM) mendapat kosensi pada tahun 1882, (c) Deli
Spoorweg Maatschappij (DSM) mendapat konsensi tahun
1883, (d) Purwodadi-Gundih Stroomtrem Maatschappij
(PGSM), mendapat konsensi pada tahun 1884 (e)
33 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 48 34 Ibid. Hlm 50 35 Ibid. Hlm 53 36 Ibid. Hlm 60 37 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978. Hlm
63
Bataviaache Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS)
mendapat konsensi pada tahun 1886, (f) Ooster Java
Stromtram Maatschappij (OJS) yang mandapat konsensi
tahun 1886, (g) Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM)
yang mendapat konsensi tahun 1890, (h) Serajoedal
Stoomtram Maatschappij (SDS) yang mandapat konsensi
pada tahun 1893, (i) Semarang-Cirebon Stoomtram
Maatschappij (SCS) yang mendapat konsensi tahun
1893, (j) Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM)
mendapat konsensi pada tahun 1893, (k) Bataviaache
Stoomtrem Maatschappij (BTSM) yang mendapat
konsensi tahun 1893, (l) Probolinggo Stoomtram
Maatschappij (PbSM) yang mendapat konsensi tahun
1894, (m) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang
mendapapat konsensi tahun 1894, (n) Mojokerto
Stoomstram Maatschappij (MSM) yang mendapat
konsensi tahun 1895, (o) Babad – Djombang Stoomtrem
Maatschappij (BDSM) yang mendapat konsensi pada
tahun 1896, (p) Madoera Stoomtram Maatschappij (MT)
yang mendapat konsensi tahun 1896, dan (q) Malang
Stoomtrem Maastchappij (MS) yang mendapat konsensi
tahun 1901.38 Dengan demikian telah ada 18 perusahaan
kereta api dan trem swasta yang diberi konsensi untuk
membuka jalan rel dan trem di Indonesia.
3. Pembangunan Transportasi Kereta Api di
Kabupaten Lamongan
a. Pembangunan Jalur Kereta Api di Kabupaten
Lamongan
Pada akhir abad ke- 19 sebelum kehadiran
kereta api di Kabupaten Lamongan, alat transportasi yang
digunakan masih sangat tradisional. Transportasi yang
digunakan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda, sapi
dan kerbau atau yang disebut kuda dokar. Sampai saat ini
masih terdapat beberapa usaha dokar di Kecamatan Babat
yang digunakan sebagai angkutan penumpang.
Transportasi lainya yakni perahu yang memanfaatkan
aliran sungai Bengawan Solo. Aliran sungai Bengawan
Solo memiliki peranan penting sebelum dibangunya jalur
kereta api Surabaya – Gundih. Kebanyakan untuk
mengakut hasil ekploitasi dan aktifitas perdagangan
memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Penghasilan ekonomi masyarakat Lamongan
kebanyakan diperoleh dari hasil pertanian dan kekayaan
hutan. Hutan jati yang luas dan penting terletak disebelah
Barat dan Barat Daya, hutan tersebut termasuk
houwestenj Tuban Timur, Ngimbang dan Mojokerto.39
Dalam bidang pertanian selain mengandalkan curah
hujan masyarakat mengunakan waduk yang dibangun
oleh pemerintahan Belanda sebagai irigasi sawah – sawah
pertanian. Pada masa paceklik (perubahan pada musim
38 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 64
39 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November
1930. Op. Cit hlm XLIII
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1410
kemarau ke musim penghujan) banyak masyarakat
Lamongan mencari pekerjaan ke kota untuk
menyambung kehidupan. Perjalanan dari desa ke kota
sebelum adanya transportasi kereta api masyarakat masih
mengunakan angkutan dokar dan berjalan kaki.
Pada tanggal 12 Oktober 1893, Menteri
Urusan Jajahan Belanda Baron Van Dedem
mengeluarkan keputusan yang menetapkan tentang
recana induk pengembangan perkeretaapian di Pulau
Jawa. Berdasarkan rencana induk, pembangunan jalur rel
di Pulau Jawa akan terdiri atas dua macam bentuk, yaitu
bentuk lintas sepur dan bentuk lintas trem. Pada masa
tersebut, pembangunan jalan rel sebagian akan dikerjakan
oleh pemerintah dan sebagian lagi akan dikerjakan oleh
kalangan swasta. Pembuatan jaringan rel kereta api
didasarkan bukan hanya pada kepentingan ekonomi
semata- mata, melainkan juga mengakut masalah
pasifikasi (penguasaan) daerah yang sering mengalami
pergolakan dan pembukaan daerah-daerah dari isolasi.
Pembangunan tersebut juga mempertimbangkan
pengembangan administrasi pemerintahan dan
pengembangan kota. 40
Pada periode 1893 -1900 penanaman tebu
untuk pabrik gula Jawa Timur berkembang pesat
sehingga dalam permasalahan pengakutan menjadi
persoalan yang penting. Dalam permasalahan tersebut
pemerintahan kolonial membuat kebijakan untuk
membangun sarana transportasi kereta api sebagai
transportasi pengakutan hasil ekploitasi. Sehingga
mengakibatkan tumbuhnya perusahaan trem didaerah
Jawa Timur. Kabupaten Lamongan sebagai wilayah
Onderdistrik Surabaya bagian Selatan juga terkena
dampak dari hal tersebut, sepanjang 68, 33 KM dibangun
di Kabupaten Lamongan yang menghubungkan daerah
Babat sampai Jombang. Pembangunan jalur ini
dilaksanakan oleh perusahaan swasta yakni Babat-
Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) pada tahun
1899 yang sebelumnya mendapat konsensi pembangunan
tahun 1896.41
Periode yang sama dari Pemerintahan Belanda
memerintah Nederlandsch Indisce Spoorwag
Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api yang
memprakarsai pembangunan jalur pertama kali di
Indonesia, untuk membuka jalur lintas Utara yang
menghubungkan Surabaya – Gundih, Jawa Tengah. Jalur
tersebut difungsikan sengai jalur distribusi barang dari
pelabuhan ke daerah pedalaman wilayah Jawa.
Pembangunan jalur rel ini diselesaikan dalam dua tahap
yaitu tahap pertama dibuka 1900 dan tahap kedua dibuka
tahun 190342
40 Ibid. Hlm 70 41 Ibid. Hlm 73 42 Ibid. Hlm 80
Pembangunan kereta api di Lamongan
merupakan dorongan akan kebutuhan jasa transportasi
pengakutan yang lebih efesien daripada angkautan
sebelumnya. Kereta api yang dibangun di Jawa secara
umum digunakan sebagai pengakutan hasil perkebunan.
Pembangunan kereta api yang melintasi Kapubaten
Lamongan sebagaian besar di prakarsai oleh dua
perusahaan besar yakni Babat- Djombang Stoomtram
Maatschappij (BDSM) dan Nederlandsch Indisce
Spoorwag Maatschaappij (NISM) namun dalam
perkembanganya BDSM mengalami kerugian sehingga
perusahaan tersebut dijual kepada perusahaan kereta api
pemerintah yaitu Staatspoorwagen (SS). Dibelinya
BDSM oleh SS sebagai perusahaaan kereta api milik
pemerintah, hal ini nantinya membawa pengaruh dan
peranan penting dalam menunjang perkembangan
diwilayah Kabupaten Lamongan.
Pembangunan jalur rel kereta api oleh
dilakukan dari Djombang ke wilayah Babat Lamongan.
Pembangunan jalur tersebut dilakukan secara bertahap
jalur pertama dibangun sepanjang 32 km yang
menghubungkan Stasiun Djombang menuju ke Stasiun
Ploso. 43 Pembangunan jalur tersebut juga dilemkapi
tempat pemberhentian yakni halte, diantaranya Halte
Tambakberas, Halte Santian dan Dolok. Pasca selesainya
pembangunan jalur Djombang – Ploso dilanjutkan
membangun jalur rel sampai Stasiun Kambangan
sepanjang 10 km serta membangun Halte Jatisari, Halte
Pengapon, dan Halte Pengaponigas. Pembangunan jalur
kereta api dari Djombang – Kambangan merupakan
wilayah keresidenan Djombang jalur tersebut digunakan
sebagai pengakutan hasil perkebunan untuk dibawa ke
pabrik gula yang kebanyakan berapa diwilayah Ploso dan
Djombang.
Pembangunan jalur rel selanjutnya
menghubungkan Stasiun Kambangan – Stasiun
Ngimbang serta Stasiun Bloeloek, pembangunan jalur
tersebut dilakukan pada tahun 1900 dan dibuka pada
tahun 1901. Tempat pemberhentian kecil yang dibanguan
diantaranya Halte Tanjung diantara Stasiun Kambangan
dan Stasiun Ngimbang dan Halte Wotan diantara Stasiun
Ngimbang dan Bluluk.44 Stasiun Ngimbang dan Stasiun
Bluluk merupakan wilayah Kabupaten Lamongan yang
mayoritas merupakan penghasil beras dalam pertanianya
dan kayu dalam hasil hutan.
Pada perkembangan selanjutnya perusahaan
BDSM memperluas pembangunan jalur kereta api atas
dasar perintah dari pemerintahan kolonial. Perintah
43 S. A Reitsma.1919. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat-
Djombang Stoomtram- Maatschapij (BDSM). Jakarta. ANRI. Hlm 4 44 ANRI. 1 Novenber 1932. Officieele Reisgids der Spoor-
en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java En
Madura.. Hlm 550
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1411
tersebut yakni untuk melanjutkan pembangunan sampai
ke wilayah Babat dekat aliran Bengawan Solo,
pembangunan tersebut dilakukan BDSM dan selesai pada
tahun 1902. Pembangunan jalur kereta api dari Stasiun
Bluluk ke Stasiun Babat dilakukan pasca dibukanya
Stasiun Bluluk tahun1900, pembangunan jalur tersebut
membuka stasiun dan halte diantaranya ; Halte Modo-
Halte Dradah- Stasiun Kedungpring- Halte Nguwok –
dan terakhir berhenti di Stasiun Babat. Pembangunan
jalur kereta api yang dilakukan perusahaan BDSM
terhitung dari Stasiun Djombang- Stasiun Babat
sepanjang 68,3 Km, pengoprasian penuh jalur tersebut
dimulai pada tahun 1902.
Jalur kereta api BDSM dalam pengoprasianya
tidak hanya digunakan sebagai angkutan hasil
perkebunan namun juga digunakan sebagai angkutan
penumpang, terutama para pedagang. Masyarakat
Lamongan dalam membawa barang daganganya
mengunakan jasa angkutan kereta api, kebanyakan
masyarakat menjual barang daganganya ke kota-kota
besar yang pada waktu itu Babat dan Ploso serta Jombang
sebagai pasar besar zaman kolonial.45 Beroprsinya kereta
api yang dibanguan BDSM tidak bertahan lama, sampai
pada tahun 1916 perusahaan tersebut mengalami
permasalahan pendanaan sehingga jalur keretab api
tersebut dijual kepada pemerintah yakni SS sebagai
perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial.
Pada tahun 1900 di Kabupaten Lamongan juga
telah dibagun jalur kereta api yang menghubungkan
Surabaya- Gundih Jawa Tengah jalur tersebut melintasi
Kota Lamongan dan Babat. Jalur tersebut nantinya
digunakan sebagai pemasok kebutuhan untuk daerah
pedalaman dengan memalui jalur kereta api bagian Utara.
Pembangunan jalur kereta api Surabaya –
Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang
dibangun yakni 245 km. Pembangunan jalur kereta api
Gundih – Surabaya dilakukan secara bertahap,
pembangunan dimulai dari Surabaya – Lamongan
sepanjang 41 Km pada tanggal 1 April 1900 setelah itu
dilanjutkan pada tanggal 15 Agustus 1900 28km dari
Lamongan – Babat. Untuk pembangunan selanjutnya
tidak dilakukan dari Timur ke Barat melainkan dari Barat
ke Timur, tanggal 15 Oktober 1900 dibangun jalur
Gundih – Kradenan dan pada tahun 1902 dilakukan
pembangunan dari Kradenan – Tjepoe, Babat –
Bojonegoro serta pada tahun 1903 dibangun jalur Tjepoe-
Bojonegoro sehingga pembangunan rel sepanjang 245
km dari Surabaya – Gundih dapat diselesaikan.46
45 S. A Reitsma.1919.Op. Cit .Hlm 20 46 BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit
Hlm 330
Pada tahun 1911 sarana transportasi kereta api
yang dimiliki oleh NISM jalur Surabaya – Gundih yang
melintasi Kabupaten Lamongan yakni 30 lokomotif, 59
gerbong, 18 kereta barang. Pada tahun 1914 dan 1915
terjadi peningkatan terkait sarana transportasi kereta api
dengan jumlah 53 lokomotif, 132 gerbong, 32 kereta
barang pada tahun 1914. Sedangkan pada tahun 1915
yakni 53 lokomotif, 149 gerbong, dan 32 kereta barang.47
Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan angkutan
perusahaan NISM dalam mengakut penumpang dan
barang inpor dari pelabuahan besar Surabaya dan barang
ekspor dari daerah pedalaman wilayah ekploitasi tanah
jajahan.
Pembangunan jalur kereta api Surabaya –
Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang
dibangun yakni 245 km. Setelah pembangunan jalur
utama tersebut selesai NISM membangun kembali
beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni
jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk jalur ini
dibangun pada tahun 1908. 48 Selain membangun jalur
kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan
gedung, tanggul, pintuair maupun jembatan untuk
keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi
salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai
besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam
perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. 49 Pada
jalur Surabaya – Gundih pada awalnya maengunakann
lokomotif yang bertenaga uap, jadi dalam pengoprasianya
juga membutuhkan persediaan air yang cukup banyak.
Perusahaan tersebut membangun beberapa menara tempat
penyimpanan air untuk keperluan kereta api. Stasiun
Babat merupakan salah satu stasiun yang terdapat menara
penyimpanan air, karena pada stasiun tersebut merupakan
stasiun besar sebagai tempat pemberhentian kereta dari
berbagai jalur.
Pengembangan lainya yang dibangun yaitu
sinyal dan telekomunikasi. Sinyal berfungsi untuk
mengamankan kereta api yang akan masuk stasiun atau
akan keluar stasiun. Stasiun yang di lengkapi sinyal
adalah stasiun setasiun besar seperti Surabaya, Gersik,
Babat, Lamongan, Bojonegoro, Cepu, Gundih. 50
Sementara dijalur yang menuju Selatan dari Babat milik
BDSM, stasiun yang di lengkapi sinyal yakni stasiun
Kedungpring, Ngimbang, Ploso dan Jombang. Jenis
model sinyal yang digunakan seperti Aikmaar, HSM,
S&H, atau yang sudah mengunakan elektro mekanik,
yaitu sinyal yang pengunaanya dengan cara menyalurkan
arus listriik untuk membuka dan menutup perjalanan blok
rel kereta api. Kecepatan kereta api yang melintasi
47 Ibid Hlm 488 48 Ibid. Hlm 9 49 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 103 50 BPK Jawa Timur. 1916 – 1934 Op.Cit hlm 43
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1412
Kabupaten Lamongan milik NISM maupun BDSM
memiliki kecepatan rata rata 15- 45 km/jam.51
b. Perkembangan Kereta Api Di Kabupaten Lamongan
Dibangunya kereta api di Kabupaten
Lamongan merupakan dampak dari perkembangan
perkebunan diwilayah selatan Jawa Timur dan kebutuhan
akan pasokan barang-barang kebutuhan daerah
pedalaman yang membangun jalur kereta api bagian
Utara. Pada perkembangan selanjutnya jalur kereta api
yang melintasi Kabupaten Lamongan nantinya berbeda
dalam pengelolah maupun pemerintahanya. Jalur yang
menghubungkan Babat – Jombang yang dimiliki oleh
BDSM pada tahun 1916 dijual kepada perusahaan kereta
api milik pemerintah Kolonial yakni SS. Sedangkan
untuk jalur Utara milik NISM mulai mengembangkan
jalur ke berbagai wilayah pedalaman.
Tahun 1916 perusahaan BDSM mengalami
permasalahan pendanaan terhadap perbaikan dan
pemeliharaan kereta api. Perusahaan tersebut tidak
mampu lagi mengelolah jalur Babat – Jombang, sehingga
jalur tersebut di jual kepada pihak SS. Penjualan tersebut
disepakati pada tanggal 1 juli 1916 oleh pihak BDSM D.
R. J Van Lijnden dan pihak pemerintah kolonial Th. B.
Pleyte.52 Pemebelian tersebut meliputi seluruh kekayaan
BDSM baik tanah, jalur kereta, lokomotif gerbong dan
seluruh kariyawan yang sebelumnya bekerja
diperusahaan BDSM. Pemebelian jalur kereta api oleh
pemerintah kolonial tersebut bersamaan dibelinya jalur
Jakarta – Bogor milik perusahaan NISM.
Jalur Utara milik perusahaan NISM
mengembangkan jalur dari Babat – Tuban – Merak oerak,
jalur tersebut dibangun pada tahun 1908. Pembangunan
tersebut difungsikan sebagai pengakutan hasil sumber
daya alam yang berada diwilayah pedalaman. Melihat
pembangunan yang terus dilakukan oleh SS dan NISM,
Kabupaten Lamongan menjadi wilayah yang strategis
sebagai lalu lintas kereta api, karena menjadi penghubung
jalur Utara dan Selatan melalui stasiun Babat dan
Lamongan.
Pada tahun 1930 masa pemerinntahan R.
Tumennggung Djojoadirojo sebagai bupati Lamongan.
Perusahaan kereta api di Lamongan mengalami
penurunan pendapatan. Karena pada tahun tersebut
banyak pembangunan dan perbaikan jalan kota maupun
jalan antar daerah, sudah banyaknya angkutan umum
seperti bus dan mikrolet, serta pemerintahan Djojoadirojo
juga membangun beberapa terimnal di Kabupaten
51 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 98 52 ANRI. 1916. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat –
Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. Hlm 2-3
Lamongan. 53 Kerata api hanya digunakan sebagai
angkutan dengan jarak tempuh yang jauh.
Sarana transportasi yang beroprasi di
Kabupaten Lamongan dan persaingan dengan perusahaan
asing menyebabkan pendapatan kereta api mengalami
penurunan. Pengakutan penumpang kereta api mengalami
penurunan karena banyak penumpang mengunakan
angkutan umum karena lebih efesien dan murah dari pada
kereta api yang harus menuju stasiun kereta terlebih
dahulu. Angkutan barang juga mengalami penurunan
karena angkutan umum lebih menawarkan jasa langsung
ke tempat tujuan sedangkan kereta api hanya sampai
stasiun pemberhentian. Namun angkutan kereta api masih
memliki peranan penting sebagai angkutan dengan jarak
tempuh yang jauh serta sebagai angkutan bahan- bahan
eksport milik pemerintahan kolonial.
PENGARUH AKTIVITAS ADANYA KERETA API
TERHADAP PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN 1899 – 1932
Sarana transportasi kereta api memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki oleh transportasi lainya.
Kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut
barang dan penumpang sekaligus dapat menempuh jarak
jauh dengan perbandingan waktu yang relatif cepat. Pada
masa kolonial kereta api telah mampu mengatasi masalah
pengakutan hasil bumi yang berlimpah dan kereta api
telah membuktikan keunggulan sebagai transportasi
modern. Dilihat dari sudut pandang ekonomi sarana
pengangkutan kereta api sangat penting bagi kegiatan dan
kemajuan ekonomi.
Sejak akhir abad ke-19 sampai awal ke-20,
perkembangan perekonomian Indonesia yang meningkat
pesat sampai ke tingkat daerah. Kabupaten Lamongan
sebagai wilayah distrik dari Keresidenan Surabaya
menjadi salah satu wilayah yang mengalami kemajuan
dalam bidang ekonomi, perkembangan industri dan
teknologi. Penduduk pribumi Kabupaten Lamongan
menyaksikan muncul dan berkembanganya sarana
transportasi kereta api. Sejak pembukaan jalur kereta api
yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1900 jalur
yang menghubungkan daerah Babat Lamongan sampai ke
Jombang serta jalur kereta api Surabaya – Gundih Jawa
Tengah yang melintasi Lamongan dan Babat.
Jalur kereta api penghubung bagian Utara dan
Selatan dari Babat – Djombang merupakan jalur yang
dikeloalah perusahaan kereta api Babat – Djombang Setj.
Maj (BDSM) sampai pada tahun 1915, dan pada tahun
1916 jalur ini dibeli oleh pemerintah kolonial. Selama
53 Tim Penyusun Memahyu Raharjaning Praja.1994. Op.Cit
hlm 42
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1413
jalur kereta api tersebut masih dikelolah perusahaan
swasta BDSM adapun pendapatan setiap tahunnya dapat
dilihat dalam tabel berikut ;
Tabel 2.3
Total Pendapatan BDSM Dalam Pengakutan
Penumpang Dan Barang
Tahun 1900 – 1915
(Sumber : ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang
St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. ANRI. Officieele Reisgids der
Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java
En Madura. 1 Novenber 1932)
Berdasarkan tabel menunjukan bahwa kereta
api yang melintasi Kabupaten Lamongan berperan dalam
kemajuan perekonomian. Setiap tahunnya pendapatan
perusahaan kereta api BDSM mengalami peningkatan
disetiap tahunnya. Sejak pertama pembukaan sampai
pada tahun 1916 pendapatan selalu mengalami
peningkatan.
Pada jalur Utara kereta api juga
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Lamonngan. Jalur kereta api lintas Utara merupakan jalur
kereta api yang dibangun oleh perusahaan besar NISM.
Perusahaan tersebut membangun jalur lintas Surabaya –
Gundih Jawa Tengah yang melintasi Kabupaten
Lamongan. Sebagaimana tujuan dari pembangunan jalur
tersebut selain sebagai pengangkutan hasil sumber daya
alam juga sebagai pengakutan barang –barang inport
untuk dikirim ke beberapa daerah pedalaman. Jalur
Surabaya-Gundih merupakan jalur utara yang melintasi
dua kota besar di Kabupaten Lamongan yaitu daerah
Babat dan Lamongan. Sebelum adanya jalur kereta api
lintas Surabaya-Gundih pengakutan barang dan orang
sering kali mengunakan perahu yang memanfaatkan
aliran sungai Bengawan Solo. Setelah dibangunya jalur
tersebut banyak lalu - lintas barang dan penumpang
memanfaatkan angkutan kereta api.
Pada tahun 1903 NISM mengbangun kembali
beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni
jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk yang
dibangun pada tahun 1908. Selain membangun jalur
kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan
gedung, tanggul, pintu air maupun jembatan untuk
keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi
salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai
besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam
perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. Dengan
pembangunan jalur kereta api perusahaan NISM setiap
tahunnya mengalami peningkatan pendapatan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini ;
Tabel 2.4
Total Pendapatan NISM Jalur Surabaya – Gundih
Jawa Tengah Dalam Pengakutan Penumpang Dan
Barang Tahun 1900 – 1932
(Sumber : BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 ANRI.
Officieele Reisgids der Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende
Automobieldiensten of Java En Madura. 1 Novenber 1932.)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan
bahwa jalur kereta api Surabaya – Gundih yang melintasi
Kabupaten Lamongan setiap tahunnya mengalami
peningkatan pendapatan. Perusahaan NISM yang
sebelumnya kurang berminat untuk membangun jalur
Tahun Panjang
Rel/ Km
Pendapatan
Per/Km
(f)
Total
Pendapatan
(f)
1905 68,33 5,89 146.843
1906 68,33 6,49 161.860
1907 68,33 6,72 167.001
1908 68,33 6,19 154.836
1910 68,33 7,16 178.712
1911 68,33 8,10 202.045
1912 68,33 8,22 205.577
1913 68,33 10,25 255.749
1914 68,33 10,65 265.727
1915 68,33 10,91 272.247
Tahun Panjang Rel /KM Total Pendapatan (f)
1902 245 369.972
1903 245 636.676
1904 245 808.251
1905 245 925.119
1906 245 1.010.254
1907 245 1.142.381
1908 245 1.161.389
1909 245 1.345.187
1910 245 1.554.564
1911 245 1.706.225
1912 245 1.992.324
1913 245 2.152.476
1915 245 2.480.700
1916 245 2.819.397
1918 295 3.407.052
1919 295 3.929.178
1923 295 4.895.009
1924 295 4.810.597
1925 295 4.864.628
1926 295 4.752.163
1927 295 5.318.919
1928 295 6.593.586
1929 295 7.023.268
1930 295 5.680.689
1931 295 4.401.518
1932 295 3.730.925
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1414
lintas Utara, setelah melihat potensi pendapatan jalur
tersebut dalam perkembanganya NISM mulai
memperhatikan jalur tersebut. Oleh karena itu
pembukaan dan pembangunan jalur baru sebagai jalur-
jalur cabang mulai dibangun yang difungsikan sebagai
pengakutan hasil sumber daya alam didaerah pedalaman.
Perkembangan pembangunan jalur tersebut diataranya
jalur Babat –Tuban – Merauk54, serta yang ada di Gersik
juga dibangun. Mengakibatkan seluruh perputaran
pengakutan diwilayah Utara dikuasai oleh perusahaan
NISM.
Jalur lintas Surabaya - Gundih Jawa Tengah
Stasiun Babat dan Lamongan memiliki peranan penting,
di Stasiun Babat merupakan tempat pemberhentian,
karena pada stasiun ini terdapat tempat bengkel
lokomitif, reparasi gerbong kereta api, dan pengisian air
setiap kali kereta mau melakukan perjalanan. 55 Selain
daripada itu penumpang yang ingin melakukan
perjalanan ke arah Selatan atau sebaliknya harus berhenti
terlebih dahulu pada Stasiun Babat. Pada jalur kereta api
ini kebanyakan digunakan sebagai angkutan penumpang
dari pada angkutan barang. Adapun catatan pendapatan
disetiap stasiun besar dijalur Surabaya – Gundih Jawa
Tengah dijelaskan sebagai berikut ;
Tabel 2.5
Pendapatan NISM Di Setiap Stasiun Besar Jalur Rel
Kereta Api Surabaya – Gundih (Jawa Tengah) Tahun
1899-1932
(Sumber ; : BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934)
Berdasarkan tabel di atas mayoritas kereta api
pada jalur Surabaya- Gundih sering digunakan sebagai
angkutan penumpang dari pada angkutan barang.
Pendapatan disetiap stasiun milik perusahaan NISM
dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Lebih
banyaknya penumpang dari pada pengangkutan ini
disebabkan karena pada jalur Utara lebih banyak
mengakut penumpang terutama orang-orang yang akan
melakukan aktifitas perdangan baik ke kota maupun
54 Ibid 55 Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche
Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit Hlm 401
kedaerah pedalaman. Berbeda dengan jalur kereta api
bagian Selatan yang kebanyakan digunakan sebagai
angkutan hasil ekploitasi sumber daya alam.56
Pembukaan Kereta Api di Kabupaten
Lamongan memberi perubahan yang berarti terhadap
perekonomian masyarakat Lamongan. Pembukaan kereta
api membuat lalu- lintas barang dan orang meningkat
pesat. Sejak beroprasinya kereta api di Kabupaten
Lamongan tahun 1900, daerah –daerah Kabupaten
Lamongan terhubung dari ujung Utara ke Selatan.
Angkutan penumpang mendominasi pengakutan kereta
api disamping pengangkutan barang, namun angkutan
barang dalam setiap tahunya juga mengalami
peningkatan. Adapun angkutan barang perusahaan kereta
api NISM adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6
Pengakutan Barang Kereta Api NISM per 1.000 ton
Sumber ; BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934
Pengaruh beroprasinya kereta api di
Kabupaten Lamongan juga memberi lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat pribumi. Stasiun
kereta api yang dibangun sebagai tempat
pemberhentian kereta api dan penumpang,
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjual
barang dagangannya kepada penumpang. Para
pedagang tersebut menjajakan barang dagangan saat
kereta berhenti. Pedagang-pedagang kecil berbondong-
bondong mendatangi stasiun besar dan kecil untuk
menjajakan barang daganganya yang di bawa dari kota.57
Perubahan yang terjadi akibat dioperasikanya kereta api,
masyarakat mulai meramaikan perdagangan antara
sesama pedagang yang belum pernah terjadi kontak
karena adanya kendala transportasi. Disekitar stasiun juga
terbentuk pasar-pasar kecil yang aktif pada hari- hari
tertentu.
Kehadiran kereta api memberi pengaruh yang
baik terhadap pedagang dan para imigran yang mencari
pekerjaan di kota –kota besar, namun beroprasinya kereta
56 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 74 57 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 85
Tah
un
Stasiun
Gundih Bojonegoro Babad Lamongan Surabaya
Penumpan
g
Barang Penum
pang
Barang Penum
pang
Barang Penum
pang
Barang Penum
pang
Barang
1911 f23.336 f 347 44.202 137 56.479 133 44.624 30 182.237 3.292
1913 f 34.132 f 487 47.804 336 72.138 288 60.898 80 256.149 6.633
1915 f 26.340 f 552 55.423 474 64.046 383 61.358 129 270.349 4.227
1916 f 27.433 f 447 64.250 561 68.572 366 64.001 168 305.444 5.014
1917 f4.376 f41 65.827 487 71.550 337 66.687 152 330.997 4.486
1918 - - 68.700 467 75.514 404 67.714 235 355.698 5919
Tahun Kedele
dan
Kacang
Tebu Djagung Beras Tembakau
1919 36,1 62,7 14,7 65,7 47,4
1920 37,6 93,3 19,1 33,3 35,6
1921 48,6 91,6 14,5 88,0 12,3
1926 43,2 147,0 27,7 116,4 24,3
1927 50,5 158,9 23,7 71,5 26,7
1928 61,2 184,6 27,5 59,6 23,9
1930 45,5 173,9 30,8 76,2 28,3
1931 38,0 184,5 8,8 42,5 28,1
1932 22,0 81,1 8,8 26,5 22,8
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1415
api cenderung memberi dampak yang kurang baik
terhadap transportasi tradisional yang cenderung
dirugikan. Hal ini disebabkan para penumpang yang
biasa mengunakan cikar dan dokar untuk melakukan
perjalanan beralih mengunakan kerata api.
Dokar adalah alat transportasi yang ditarik
oleh kuda. Sebelum kedatangan kereta api dokar
berfungsi sebagai angkutan penumpang jarak jauh.
Setelah kedatangan kereta api dokar berganti fungsi
menjadi angkutan penumpang jarak pendek. Pada saat
beroprasinya kereta api, dokar digunakan oleh
penumpang untuk menempuh perjalanan menuju daerah
pedalaman yang tidak dilintasi oleh jalur kereta api.
Kebanyakan dokar berserta sainsnya mencari penumpang
disekitar stasiun. Dokar dalam hal ini berperan sebagai
pengantar dan penjemput penumpang kereta api yang
berasal dari daerah sekitar stasiun.58
Cikar juga mengalami nasip yang sama
dengan dokar, setelah kedatangan kerata api, cikar
berfungsi sebagai alat angkut untuk memuat barang
berupa pasir, bata, dan kerikil untuk jarak dekat.
Beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan
membuat kedudukan angkutan tradisional semakin
terbatas hanya untuk jarak dekat dan semakin sempit
wilayah operasinya.
Beroprasinya kereta api di Kabupaten
Lamongan juga memberikan kerugian terhadap
transportasi air yaitu perahu. Perahu pribumi mengalami
kerugian karena kehilangan penumpang untuk jasa
angkutan penumpang. Sebelum dibangunya kereta api
jalur Utara dari Surabaya- Gundih Jawa Tengah angkutan
barang dengan muatan besar masih mengunakan perahu
yang melintasi aliran sungai Bengawan Solo menuju ke
wilayah Jawa Tengah, setelah dibangunya jalur tersebut
angkutan barang yang bersifat massal mulai beralih ke
angkutan kereta api. Hanya ada beberapa perahu yang
masih difungsikan sebagai angkutan penumpang salah
satunya usaha tambang sebagai sarana untuk
menyebarang sungai Bengawan Solo.59
Semakin kecil gerak jasa angkutan tradisional
akibat beroprasi kereta api di Kabupaten Lamongan
menyebabkan kerugian pendapatan dan ekonomi
masyarakat semakin menurun. Selain dari pada itu
perubahan tersebut tidak pernah diperhatikan oleh
pemerintah kolonial karena kereta api yang masih
menjadi angkutan yang mampu memenuhi kebutuhan
kolonial dalam mengekpoitasi sumber daya alam
Indonesia.
58 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 86 59 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November
1930. Op. Cit hlm XL
PENUTUP
Kesimpulan
Kabupaten Lamongan sebagai bagian wilayah
Keresidenan Surabaya merupakan wilayah yang
berbatasan langsung dengan wilayah Keresidenan
Bojonegoro serta merupakan wilayah yang memiliki
jalan/jalur strategis sebagai penghubung wilayah Jawa
Timur bagian Selatan dan Utara. Jalan yang sudah
digunakan sejak masa kerajaan mendorong dibangunnya
jalur kereta api untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
semakin maju. Kabupaten Lamongan yang memiliki
kawasan hutan yang luas serta pertanian yang maju pada
masa kolonial Belanda. Untuk memaksimalkan hasil
eksploitasi pada daerah tersebut pemerintah kolonial
perlu membangun jalur kereta api sebagai sarana
pengangkutan hasil sumber daya alam.
Sebelum beroprasinya kereta api di Kabupaten
Lamongan, pengakutan hasil alam dilakukan dengan
kereta kuda dan gerobak sedangkan untuk jalur air masih
memanfaatkan aliran air sungai yakni sungai Lamong dan
Sungai Bengawan Solo. Masalah pengakutan timbul
karena terjadi peningkatan produksi, sama halnya pada
daerah jawa lainya, sehingga angkutan tradisional tidak
memungkinkan dan tidak dapat mengangkut dalam
jumlah yang besar. Untuk mengimbangi produksi
tersebut dibutuhkan sarana pengakutan yang cepat dan
dengan jumlah massal dalam proses pengakutan.
Pengoprasian kereta api di Kabupaten
Lamongan tujuan utamanya adalah sebagai kegiatan
ekonomi yaitu untuk pengakutan hasil perkebunan serta
hasil alam yang nantinya hasil tersebut dieksport ke pasar
Eropa. Pembangunan kereta api di Kabupaten Lamongan
merupakan dampak dari perencanaan pemerintahan
kolonial Belanda untuk memperluas jaringan kereta api
sampai ke pedalaman terutama daerah yang memiliki
potensi sumber daya alam. Jalur kereta api lintas Babat –
Jombang merupakan jalur sebagai sarana pengakutan
hasil sumber daya alam yang nantinya akan dikirim ke
Surabaya, mengingat bawasanya wilayah Jawa Timur
bagian Selatan pada waktu tersebut mengalami kemajuan
pesat dalam bidang perkebunan dan industri gula, untuk
jalur utara yang dibangun NISM memiliki tujuan yakni
memasok barang kebutuhan pedalaman yang didatangkan
dari kota.
Beroprasinya kereta api memberi dampak yang
baik bagi penduduk pribumi Kabupaten Lamongan
diantara dimudahkanya lalu lintas orang dalam
menempuh perjalanan jarak jauh, terbukanya lapangan
pekerjaan baru, selain dari pada itu dalam memakukan
perjalanan ke wialayah kota untuk mencari perkerjaan
pada musih kemarau memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan tambahan yang sebelumnya
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017
1416
pada musim tanam pekerjaan masyarakat hanya bercocok
tanam.
Saran
Masa Pemerintahan kolonial merupakan masa
yang pahit bagi bangsa Indonesia karena pengekloitasian
terhadap sumber daya alam serta sumber daya manusia
kesemuanya hanya diperuntukan untuk kepentingan
negeri Belanda. Sedangkan, bangsa Indonesia yang
memiliki tanah serta kekayaannya hanya dijadkan kuli
bagi bangsa penjajah dan hanya memperoleh sebagian
kecil dari keuntungan yang diperoleh pemerintahan
kolonial. Namun, disisi lain ketika bangsa Indonesia
meperoleh kemerdekaanya dari negeri Belanda sedikit
banyak pemerintahan kolonial telah meninggalkan
kekayaan dan bangunan untuk dapat kembali
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia.
Pada abad ke -19 yang dimana puncak
ekploitasi kekayaan alam Indonesia secara besar –
besaran dibawa dan diperdagangkan ke negara Eropa
oleh pemerintahan Kolonial. Membawa dampak besar
terhadap pembangunan sarana ekploitasi dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satunya sarana
yang dibangun oleh pemerintahan kolonial yakni kereta
api. Kereta api memiliki peranan penting dalam rangka
pengakutan dalam jumlah yang massal dari wilayah
pedalaman menuju pelabuhan yang siap dibawa ke Eropa
untuk diperdagangkan. Dengan adanya kereta api tersebut
peningkatan pendapatan pemerintahan kolonial
meningkat dengan pesat.
Sekilas menengok kembali dalam catatan
sejarah kereta api tentunya perlu menjadi catatan penting
terkait pembangunan kereta api Indonesia pada saat ini,
sebagai sarana transportasi yang diperntukan untuk
kepentingan peningkatan ekonomi dan kemakmuran
bangsa Indonesia. Penelitian mengenai Perkembangan
transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan masih
dapat dikatakan kurang. Data dan hasil penalaran yang
sangat terbatas menjadikan penelitian ini jauh dari kata
sempurna, sehingga diharapakan di kesempatan yang
akan datang penelitian lebih lanjut mengenai
perkembangan transportasi kereta api di Kabupaten
Lamongan dapat dikembangkan dengan konsepsi yang
lebih matang. Sehingga pengetahuan yang didapatkanpun
dapat memberikan konstribusi yang lebih besar bagi
masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip
ANRI. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang
Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919.
ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat –
Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916.
ANRI. Bestelt Une Gedrukten. Staatspoorwagen.
ANRI. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie. Door P.
Bleeker. 1847 dan 1850.
ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En Landbouw In
Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871.
ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van
Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III.
Prof. P.J. Veth.
ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie. No. 110. 1858
– 1930.
ANRI. Verslag van bestuur en staat van Nederlandsch-
Indie 1867-1875.
BPK Jawa Timur. De Provinciale Verordeninggen Van
Oost Java. 1930.
BPK Jawa Timur. Verlag Over Den Landbouw. 1884-
1911.
BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den
Nederlandsche Indische Spoorweg
Maatschappij. 1916 – 1934.
BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van Java. 1870.
DELPHER. . De Inagure 1900-1930.
Jurnal
Basundoro, Purnawan. 2008. Dinamika Pengangutan Di
Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi
Pada Awal Abad Ke 20.Jurnal Humaniora. Vol
20,
Buku
Agus, Salim.2002.Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan
Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,
Yogyakarta: Tiara Wacana
Aminuddin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah.
Surabaya:Unesa University Press.
Arsip Nasional Republik Indonesia penerbit sumber-
sumber sejarah No. 10, Memori Serah Terima
Jabatan (Jawa Timur dan Tanah Kerajaan)
1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978
Edward. K, Morlok.1984. Pengantarr Teknis dan
Perencanaan Transportasi (Sebuah
Terjemahan). Jakarta. Erlangga
Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik
Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT
Pustaka Utama Grafiti.
Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi
(Karateristik, Teori,Kebijakan).. Jakarta. PT
Ghalia Indonesia.
Nasution. 2008. Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial
1830- 1930. Surabaya. Pustaka Intelektual
Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah
Kontemporer. Jakarta. Idayu Press
Tim Peneliti dan penyusun Buku Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Lamongan.1994. Lamongan:
Memayu Raharjaning Praja. Lamongan. Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten
Lamongan.
Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah
Perkeretapian Indonesia Jilid 1. Bandung. CV.
Angkasa.
Yati, Nurhayati. 2014. Sejarah Kereta Api
Indonesia.Kleten. CV. Rizki Mandiri