perkembangan transportasi kereta api di kabupaten … · lamongan terhadap pertumbuhan sosial –...

15
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017 1402 PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 1899 1932 DEDI NUR CAHYO Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email: [email protected] Agus Trilaksana Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Abstrak Kebutuhan akan transportasi yang dapat mengangkut barang dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat menjadi kebutuhan pada periode 1870 1830. Hal ini karena trasportasi tradisioanal sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengakut hasil ekploitasi ditanah jajahan Hindia Belanda. Akibat diterapkanya kebijakan tanam paksa dan dikeluarkanya undang undang Agrarische wet (undang undang agraria) tahun 1870 berdampak pada peningkatan hasil produksi ekploitasi diberbagai daerah tanah jajahan. Kabupaten Lamongan merupakan wilayah adminitratif dari keresidenan Surabaya yang memiliki kekayaan sumber ekplotasi ekspor diantaranya beras, gula, tembakau, djagung. Dari letak geografi Kabupetan Lamongan merupakan daerah perlintasan jalur kereta api yang menghubungkan lintas rel kereta api bagian Utara dan rel kereta api bagian Selatan pulau Jawa timur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Mengapa sarana trasportasi kereta api dikembangkan di Kabupaten Lamongan, (2) Bagaimana perkembangan sarana transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun 1889- 1932 (3) Bagaimana pengaruh sarana transportasi kereta api terhadap perkembangan perekonomian masyarakat Kabupaten Lamongan 1889-1932. Permasalahan-permasalahan tersebut diberikan penjelasan dengan melakukan analisis terhadap data-data dan sumber-sumber yang didapatkan melalui tahapan metode penelitian sejarah. Tahapan metode penelitian sejarah yang dilakukan meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, laporan stasitik berkala, hasil sumber daya alam dan laporan kereta api. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan perkeretaapian. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kereta api jalur Babat Djombang dan Surabaya Gundih yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1899 memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Lamongan. Pengaruh tersebut diantaranya mempermudah lalu lintas pengakutan dari wilayah pedalaman menuju ke pelabuhan besar semakin lancar sehingga berdampak terhadap jumlah eksport. Selain itu dengan adanya jalur kereta api tersebt memberi lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yaitu sebagai tenaga kuli diperusahaan kereta api, sebagai pedagang dan memberi kemudahan kepada penduduk dalam melakukan perjalanan ke kota kota besar diwilayah Jawa. Beroperasinya kereta api di Kabupaten Lamongan berdampak kurang baik terhadap jasa angkutan tradisional. Dampak tersebut berpengaruh terhadap angkutan barang dan penumpang yang mulai berpindah menggunakan jasa kereta api, akibat dari hal tersebut pendapatan yang diperoleh jasa angkutan tradisional menurun. Kata Kunci: Perkembangan , Transportasi Kereta Api, Kabupaten Lamongan Abstract The need for transportation to transport goods in large quantities in a short time become a requirement in the period 1870 - 1830. This is because of transportation tradisioanal is no longer possible to mengakut result of the exploitation of the land of the Dutch East Indies colony. As a result of the policy diterapkanya cultivation and dikeluarkanya laws - laws Agrarische wet 1870 impact on increasing production in various regions of the exploitation of the colonies. Lamongan is adminitratif area of residency of Surabaya, which has a wealth of resources ekplotasi exports such as rice, sugar, tobacco, corn. Lamongan Kabupetan geography of an area crossing a railway line connecting the railroad tracks cross the Northern and Southern parts of the railroad tracks east of Java island. The problems in this research are: (1) Why train local transport developed in Lamongan, (2) How is the development of rail transportation in Lamongan year 1889- 1932 (3) How does the means of rail transport on the development of community economy District Lamongan 1889-1932. These problems are given an explanation by analyzing the data and sources obtained through the stages of historical research methods. Stages methods of historical research undertaken includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To obtain maximum results in

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1402

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN LAMONGAN

TAHUN 1899 – 1932

DEDI NUR CAHYO Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Universitas Negeri Surabaya

Email: [email protected]

Agus Trilaksana Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Kebutuhan akan transportasi yang dapat mengangkut barang dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat

menjadi kebutuhan pada periode 1870 – 1830. Hal ini karena trasportasi tradisioanal sudah tidak memungkinkan lagi

untuk mengakut hasil ekploitasi ditanah jajahan Hindia Belanda. Akibat diterapkanya kebijakan tanam paksa dan

dikeluarkanya undang – undang Agrarische wet (undang –undang agraria) tahun 1870 berdampak pada peningkatan

hasil produksi ekploitasi diberbagai daerah tanah jajahan. Kabupaten Lamongan merupakan wilayah adminitratif dari

keresidenan Surabaya yang memiliki kekayaan sumber ekplotasi ekspor diantaranya beras, gula, tembakau, djagung.

Dari letak geografi Kabupetan Lamongan merupakan daerah perlintasan jalur kereta api yang menghubungkan lintas rel

kereta api bagian Utara dan rel kereta api bagian Selatan pulau Jawa timur.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Mengapa sarana trasportasi kereta api dikembangkan di

Kabupaten Lamongan, (2) Bagaimana perkembangan sarana transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun

1889- 1932 (3) Bagaimana pengaruh sarana transportasi kereta api terhadap perkembangan perekonomian masyarakat

Kabupaten Lamongan 1889-1932. Permasalahan-permasalahan tersebut diberikan penjelasan dengan melakukan

analisis terhadap data-data dan sumber-sumber yang didapatkan melalui tahapan metode penelitian sejarah. Tahapan

metode penelitian sejarah yang dilakukan meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk memperoleh

hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, laporan stasitik

berkala, hasil sumber daya alam dan laporan kereta api. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan

dengan perkeretaapian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kereta api jalur Babat – Djombang dan Surabaya – Gundih

yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1899 memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Lamongan.

Pengaruh tersebut diantaranya mempermudah lalu lintas pengakutan dari wilayah pedalaman menuju ke pelabuhan

besar semakin lancar sehingga berdampak terhadap jumlah eksport. Selain itu dengan adanya jalur kereta api tersebt

memberi lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yaitu sebagai tenaga kuli diperusahaan kereta api, sebagai pedagang

dan memberi kemudahan kepada penduduk dalam melakukan perjalanan ke kota – kota besar diwilayah Jawa.

Beroperasinya kereta api di Kabupaten Lamongan berdampak kurang baik terhadap jasa angkutan tradisional. Dampak

tersebut berpengaruh terhadap angkutan barang dan penumpang yang mulai berpindah menggunakan jasa kereta api,

akibat dari hal tersebut pendapatan yang diperoleh jasa angkutan tradisional menurun.

Kata Kunci: Perkembangan , Transportasi Kereta Api, Kabupaten Lamongan

Abstract

The need for transportation to transport goods in large quantities in a short time become a requirement in

the period 1870 - 1830. This is because of transportation tradisioanal is no longer possible to mengakut result of the

exploitation of the land of the Dutch East Indies colony. As a result of the policy diterapkanya cultivation and

dikeluarkanya laws - laws Agrarische wet 1870 impact on increasing production in various regions of the exploitation

of the colonies. Lamongan is adminitratif area of residency of Surabaya, which has a wealth of resources ekplotasi

exports such as rice, sugar, tobacco, corn. Lamongan Kabupetan geography of an area crossing a railway line

connecting the railroad tracks cross the Northern and Southern parts of the railroad tracks east of Java island.

The problems in this research are: (1) Why train local transport developed in Lamongan, (2) How is the

development of rail transportation in Lamongan year 1889- 1932 (3) How does the means of rail transport on the

development of community economy District Lamongan 1889-1932. These problems are given an explanation by

analyzing the data and sources obtained through the stages of historical research methods. Stages methods of historical

research undertaken includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. To obtain maximum results in

Page 2: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1403

this study, the researchers conducted a search source in the form of staatsblad, stasitik periodic report, the result of

natural resources and reports the train. It also assisted with books related to railways.

The results showed that the development of the railway track Tripe - Djombang and Surabaya - Gundih

crossing Lamongan 1899 to give effect to the economy of Lamongan. The effect of which facilitate traffic from the

interior toward the recognition given to the large ports more smoothly so that the impact on the number of exports. In

addition to the railway line tersebt provide new jobs for people in the company that is as power train porters, as traders

and provide convenience to residents to travel to the city - a big city region of Java. The operation of the train in

Lamongan adversely affects traditional transport services. These impacts affect the transport of goods and passengers

began to shift to using the train service, a result of the revenue earned a traditional transport services.

Keywords: Development, Railways Transportation, Lamongan

PENDAHULUAN

Transportasi merupakan unsur penting yang

berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dalam

perkembangan ekonomi, politik, sosial serta mobilitas

penduduk yang tumbuh secara bersamaan mengikuti

perkembangan diberbagai bidang maupun sektor

kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu

pembangunan ekonomi dan bidang – bidang lainya perlu

dukungan dengan pembangunan dan perbaikan dalam

sektor transportasi. Kemajuan dan perbaikan dalam

sektor transportasi pada umumnya tercermin dari

penurunan ongkos transpor pada pemakain jasa,

peningkatan kecepatan jasa transpor dan berbagai

perbaikan kondisi atau kualitas jasa transpor tersebut,

baik dalam perbaiakan transportasi didalam maupun

diluar negeri1

Pada akhir abad ke 19 sistem transportasi yang

bersifat massal dirasakan oleh para pengusaha swata

sebagai kebutuhan yang bersifat mendesak. Karena pada

waktu itu muncul upaya besar – besaran dari

pemerintahan kolonial untuk mengakut kekayaan dari

bumi Indonesia. Kekayaan itu digunakan sebagai barang

dagangan untuk dijual ke pasar internasional, khususnya

pasar negara –negara Eropa.2 Kekayaan bumi Indonesia

berupa : (a) hasil hutan seperti, kayu; (b) hasil

perkebunan dan pertanian seperti, nila, kopi, lada,

cengkeh, pala, tembakau, teh karet; (c) hasil tambang

seperti, minyak bumi,emas, batubara, dan timah. Jumlah

produksi barang dagangan tersebut berhasil ditingkatkan,

tetapi pengakutan dari daerah produksi, terutama yang

berada didaerah pedalaman ke kota – kota pelabuhan

sangat lamban sehingga tidak ekonomis. Lambatnya

pengakutan tersebeut mengakibatkan sering terjadi

1 Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi

(Karateristik, Teori,Kebijakan). Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Hlm 23 2 Basundoro, Purnawan.2008. Dinamika Pengangutan Di

Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi Pada Awal Abad Ke

20. Jurnal Humaniora. Vol 20. Hlm 63.

kerusakan barang pada waktu perjalanan serta terlalu

lamanya disimpan gudang penyimpanan.3

Kekayaan alam di Hindia Belanda mengalami

peningkatan sejak berlakunya kebijakan Cultuur Stelsel

atau sistem tanam paksa, pada masa pemerintahan

Gubernur Jendral Van de Bosch serta dikeluarkanya

Undang –Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun

1870 yang berisikan dua hal pokok yakni pemberian

kesempatan kepada pihak swasta untuk berkembang di

Hindia Belanda dan menjamin berkembangnya

perusahaan swasta di Hindia Belanda.4

Keberhasilan akan peningkatkan produksi

diwilayah jajahan Hindia Belanda membuat pemerintah

Belanda kebingungan dalam proses pengakutan hasil

kekayaan alam. Pengakutan barang- barang impor dari

pelabuhan ke daerah pedalaman sudah tidak dapat

dipenuhi oleh transportasi darat maupun lewat sungai.

Gagasan untuk mengakut barang-barang dari Hindia-

Belanda dengan lebih cepat terutama untuk hasil-hasil

produksi dari tanah jajahan tentunya bukanlah satu-

satunya alasan untuk mulai dioperasikanya kereta api.

Ketika ide untuk mengoprasikan kereta api Hindia-

Belanda mulai mengemuka, muncul perdebatan antara

pihak swasta dengan pihak pemerintah.

Pembangunan jalur kereta api di Jawa Timur

dimulai pada April 1875 pemerintah Belanda

memutuskan untuk membangun sendiri jalan rel dan

mengekploitasi kereta api setelah lebih dulu didiskusikan

di majelis rendah dan majelis tinggi kerajaan Belanda.

Julur rel yang pertama kali di kerjakan adalah jalan jalur

rel Surabaya – Pasuruan - Malang, dan yang mnjadi

penanggung jawab diserahkan kepada David Marschalk.5

Dia adalah seoarang militer yang pernah ditugaskan

diwilayah tersebut. Perusahaan kereta api milik

pemerintah ini dinamai Staatsspoorwagen (SS). Melihat

keuntungan yang diperoleh Nederlands-Indische

3 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Sejarah Perkeretapian

Indonesia jilid I. Bandung : CV Angkasa. Hlm.3 4 Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik

Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

Hlm. 26 5 Ibid. Hlm 53

Page 3: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1404

Spoorweg Maatschappij (NISM) dari pengopraasian

kereta api jalur Semarang – Yogyakarta dan jalur Jakarta

– Bogor sejak tahun 1875 dan juga keuntungan SS

perusahaan kereta api milik pemerintahan Belanda

memberi gambaran dan harapan baru kepada pengusaha

swasta yang telah berminat untuk memenanamkan modal

mereka dalam kegiatan jasa angkutan kereta api.6

Lamongan merupakan kesatuan wilayah

asministratif keresidenan (residentie), ditempatkan pada

tingkat kabupaten (regentschap). Pada tahun 1924 - 1932

Lamongan masuk ke dalam Keresidenan Surabaya Utara

yang mana pada saat itu Keresidenan Surabaya dibagi

menjadi dua, yaitu Keresidenan Surabaya Selatan dan

Keresidenan Surabaya Utara. 7 Pembangunan jalur rel

kereta api yang melintasi Kabupten Lamongan dilakukan

oleh dua perusahaan kereta api. Lamongan bagian

Selatan dibangun jalur rel kereta api oleh perusahaan

Babat – Djombang Stoomstrem Maatschappij (BDSM)

tahun 1899 – 1912 yang menghubungkan Stasiun Babat

dan Stasiun Djombang, namun pada tahun 1916

perusahaan ini mengalami permasalahan keuangan

sehingga diambil alih oleh perusahaan pemerintahan

Belanda Staatsspoorwagen (SS). Sedangkan pada tahun

1900–1903 Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij

(NISM) atas perintah dari pemerintahan Belanda

membangun jalur rel kereta api Surabaya – Gundih (Jawa

Tengah) 8 jalur yang melintasi Stasiun Lamongan dan

Babat, yang sebelumnya pengakutan hasil ekplotasi

mengunakan aliran sungai Bengawan Solo.

Dengan adanya jalur kerata api Babat -

Djombang yang dibangun oleh perusahaan kereta api

Babat- Djombang Stoomtrem Maatschappij (BDSM) dan

jalur kereta api yang menghubungkan Surabaya – Gundih

yang dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg

Maatschappij (NISM), melintasi Kota Lamongan serta

Stasiun Babat, pembangunan jalur kereta api ini tentunya

membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat,

khususnya masyarakat Lamongan.

Penelitian terdahulu berkaitan dengan

“Perkembangan Transportasi Kereta Api di Kabupaten

Lamongan tahun 1899 – 1932” belum pernah ada. Oleh

sebab itu akan sangat menarik untuk dilakukan penelitian

dan mengkaji bagaimana perkembangan kereta api di

Lamongan. Pada penelitaan sebelumnya sudah ada

pembahasan tentang kereta api secara umum, yaitu Tim

Telaga Bakti berjudul Sejarah Perkeretapian Indonesia

dan Departemen Penerangan Republik Indonesia yang

berjudul Keretaapi Indonesia.

6 Ibid. Hlm 60 7 Tim penyusun Memayu Raharjaning Praja .1994.

Lamongan: Memayu Raharjaning Praja. Lamongan : Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan . Hlm 37 8 Ibid. Hlm 67

Berdasarkan latar belakang di atas, maka

beberapa rumusan masalah sebagai berikut : (1).

Mengapa sarana transportasi kereta api dikembangkan di

Kabupaten Lamongan? (2). Bagaimana perkembangan

sarana transnportasi kereta api di Kabupaten Lamongan

tahun 1889- 1932 ? (3). Bagaimana pengaruh sarana

transportasi kereta api terhadap perkembangan

perekonomian masyarakat Kabupaten Lamongan 1889-

1932 ?

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka

tujuan dari penelitian ini adalah; (a). Untuk menjelaskan

mengapa sarana transportasi kereta api di kembangkan di

Kabupaten Lamongan.(b). Untuk mendiskripsikan

perkembangan sarana transpotasi kereta api di Kabupaten

Lamongan tahun 1899- tahun 1932.(c). Untuk

menganalisis pengaruh sarana transportasi kereta api di

Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi

masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932.

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan

informasi mengenai sejarah sarana transportasi kereta api

yang berkembang di Lamongan. Hasil penelitian ini

dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan rujukan bagi

yang berminat untuk mengkaji tentang kereta api di

Lamongan serta pengaruhnya terhadap perkembangan

masyarakat di Lamonngan.

METODE

Dalam penulisan penelitian Perkembangan

transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan tahun

1899 – 1932 akan mengunakan metode sejarah. Sistem

keilmuan metode sejarah merupakan seperangkat

prosedur alat atau piranti yang digunakan sejarahwan

dalam meneliti dan menyusun sejarah. 9 Untuk

mengungkap permasalahan yang akan di teliti penulis

mengunakan metode penulisan sejarah melalui Heuristik,

Kritik, Interprestasi, serta historiografi. Melalui tahap ini

sumber primer maupun skunder yang diperoleh.

Sumber primer yang didapat ; (a). ANRI.

Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang

Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919. (b). ANRI.

Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang St.

Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. (c). ANRI. Tijdscarift

Voor Nederlandsch Indie. Door P. Bleeker. 1847 dan

1850. (d). ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En

Landbouw In Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871. (e).

ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van

Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III. Prof. P.J.

Veth. (f). ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie..

1858 - 1930. (g) ANRI. Verslag van bestuur en staat van

9 Aminudin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah. Surabaya:

Unesa University Press.Hlm 10.

Page 4: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1405

Nederlandsch-Indie 1867-1875. (h) BPK Jawa Timur. De

Provinciale Verordeninggen Van Oost Java. 1930. (i).

BPK Jawa Timur Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 –

1934. (j). BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van

Java. 1870. (k) DELPHER. . De Inagure 1900-1930

Sumber Skunder yang di dapat ; (a). Sejarah

Perkeretapian Indonesia jilid I. Penulis Tim Telaga Bakti

Nusantara. (b). Kereta Api Indonesia. Departemen

Penerangan Republik Indonesia. (c) Memahyu

Raharjaning Praja, Penulis Tim Pemerintahan

Kabupaten Lamongan. (d). Arsip Nasional Republik

Indonesia penerbit sumber-sumber sejarah No. 10,

Memori Serah Terima Jabatan (Jawa Timur dan Tanah

Kerajaan) 1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978. (e)

Ekonomi Surabaya pada Masa Kolonial 1830-1830.

Penulis Nasution.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM KABUPATEN LAMONGAN

1. Kondisi Geografis dan Demografi Kabupaten

Lamongan

Kabupaten Lamongan terletak disebelah Utara

Laut Jawa, pada bagian Timur berbatasan dengan

afdeling Jombang, sedangkan bagian Barat berbatasan

dengan Keresidenan Bojonegoro dan afdeling Tuban.

Secara geologis, historis dan kultural Lamongan

merupakan wilayah Karesidenan Surabaya, Jawa Timur.

Lamongan terletak antara 6° 51’ 54” dan 7°

23’6”garis lintang Selatan dan 112° 4’4”dan 112°

33’12”garis bujur Timur. Luas wilayah Lamongan

kurang lebih 1.892,8 km² atau 181.280,30 Ha.10 Secara

garis besar dataran Kabupaten Lamongan memiliki

bentuk wilayah yang berbeda, bagian tengah Selatan

terdiri dari dataran rendah yang relatif subur, bagian

Selatan dan Utara terdiri dari pegunungan kapur yang

memiliki kesuburan tanah yang sedang dan bagian tengah

Utara terdiri dari daerah rawa yang rawan hujan. Pada

bagian tengah Selatan, terdapat aliran sungai Bengawan

Solo yang pada masa pemerintahan Belanda digunkan

untuk mengaliri sawah-sawah pertanian.

Secara geologi dan tipologi sebagian wilayah

Lamongan terdiri dari dataran rendah dan dataran

bonorowo sebagian lagi dataraan tinggi sekitar 100 meter

dari permukaan laut. Struktur tanah sebagian besar terdiri

dari jenis Alufial, Litosal, Grumosol, dan Mediterian

Coklat.11 Tanah bonorowo terletak disebelah Selatan dan

Utara Bengawan Solo. Bagian selatan Bengawan Solo

merupakan tanah bonorowo yang dikenal dengan nama

Begawandjero yang merupakakan wilayah distrik

10 Ibid. Hlm 9 11 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit

Hlm 9

Lamongan Keresidenan Surabaya. Pada bagian Utara

merupakan wilayah onderdistrik Laren dan Dukuh, tanah

bonorowo diwilayah ini hanya dapat ditanami padi pada

musim kemarau.12

Lamongan juga bertanah kapur yang

merupakan kawasan dataran tinggi wilayah ini terletak

disepanjang pantai utara distrik paciran dan pada bagian

selatan diwilayah distrik Gonong Kendeng serta sebagian

wilayah distrik Lengkir. Di distrik Paciran terdapat

perusahaan pembakaran kapur yang di gunakan sebagai

bahan material bangunan.

Kabupaten Lamongan terletak di Selatan garis

katulistiwa menyebabkan wilayah Lamongan termasuk

kawasan tropika, yang memiliki dua musim yakni musim

penghujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan

Lamongan merupakan kawasan rawan dengan banjir,

dikarenakan luapan Sungai Bengawan Solo sedangkan

pada musim kemarau sering kali kekurangan air. Tanah

pada musim kemarau pecah-pecah, sehingga pada

permulaan musim penghujan tanah tidak dapat segera

digarap dan ditanami.

Pada masa kolonial Lamongan merupakan

wilayah (regentchap) dari Asisten Residen Gersik,

Kersidenan Surabaya. Penduduk Lamongan sebagian

besar adalah masyarakat pribumi terdapat pula pendatang

asing diantaranya penduduk Eropa, Cina dan Arab. Pada

masa pemerintahan Belanda, pemerintahan Kabupaten

Lamongan dipegang oleh Tumenggung Kromojojo

periode (1866-1885), dan selanjutnya pada tahun (1885-

1908) dipegang oleh Tumenggung Djojodirino, periode

(1908-1938) dipegang oleh R. Tumenggung

Djojoadinegoro.13 Dari masa pemerintahan ketiga Bupati

tersebut banyak pembangunan diberbagai bidang sosial,

ekonomi dan pendidikan.

Kabupaten Lamongan bagian tengah

merupakan wilayah yang relatif subur dan banyak di

gunakan sebagai daerah pertanian. Sebelum dibangun

aliran irigasi pada tahun 1909 yakni waduk Prijaten,

penduduk setempat untuk mendapatkan air sebagai

pengairan sawah masih mengandalkan musim penghujan.

Wilayah ini meliputi distrik Lengkir dan sebagian

wilayah distrik Begawajero. Bagian tengah merupakan

daerah bonorowo yang rawan terhadap banjir akibat

luapan sungai Bengawan Solo. Wilayah ini meluputi

distrik Begawandjero, dan bagian paling Selatan dan

Utara merupakan wilayah pegunungan kapur. Wilayah ini

termasuk pada distrik Karanggeneng.

Pada tahun 1815 kepadatan penduduk

diwilayah Asisten Residen Gersik yang membawahi

12 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November

1930. Op. Cit Hlm XXXIX 13 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit

Hlm 42

Page 5: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1406

Regentchap Gersik, Regentchap Lamongan, dan

Regenchap Sidayu. Pada tahun 1815 tercatat jumlah

penduduk 115.442, tahun 1832 jumlah penduduk

243.029, dan pada tahun 1838 jumlah penduduk

297.283.14 dari setiap tahunnya penduduk diwilayah ini

mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi adanya

aktivitas pelabuhan besar yang ada di Sidayu Gersik.

Jumlah total penduduk tersebut bukan hanya penduduk

pribumi saja namun juga terdapat penduduk asing, seperti

bangsa Eropa, Cina dan Arab. Mayoritas penduduk asing

tersebut melakukan perdagangan dengan masyarakat

pribumi. Khususnya bangsa Eropa setelah pemerintahan

kolonial berlangsung banyak bangsa Eropa membangun

rumah pribadi di Lamongan sampai saat ini peninggalan

bangunan rumah tersebut masih ada. Pertumbuhan

penduduk disetiap tahunnya juga mengalami peningkatan

baik penduduk pribumi dan asing, dapat dilihat dari tabel

pertumbuhan penduduk Kabupaten Lamongan.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk di Kabupaten Lamongan

Tahun 1801 – 1930

Sumber: Dalam Majalah. ___ Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie.

1847:ANRI, Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI. dan Door P.

Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie; ANRI

Berdasarkan tebel jumlah penduduk tersebut

dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut tidak hanya penduduk pribumi

tetapi penduduk Eropa, Cina, Arab dan Asing.

Peningkatan tersebut juga ditunjang pembangunan sarana

transportasi yang memadai. Salah satunya transportasi

kereta api yang mempermudah perputaran aktifitas

perdagangan.15

Abad ke-20 merupakan abad kemakmuran

untuk masyarakat pedesaan, dalam hal ini desa

mengalami perubahan- perubahan besar sebagai akibat

perbaikan lalu-lintas sehingga menyebabkan

bertambahnya jumlah penduduk. 16 Kepadatan jumlah

penduduk pribumi di Kabupaten Lamongan dari setiap

tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi

dari kesuburan wilayah Lamongan dalam hal pertanian,

perbaikan-perbaikan dalam sektor pertanian serta

14.Raflees. 1847. History Of Java, Vol II. Dalam Majalah.

Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie.:ANRI. Hlm 172 15 Tim Penyusun Memayu Raharjaning Praja. 1994. Op. Cit

Hlm 12 16 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.

Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan

K Hlm 22

pemerintahan, dan semakin ramainya lalu-lintas di

wilayah Lamongan.

Pertumbuhan jumlah penduduk Eropa dalam

setiap tahunnya juga mengalami pertumbuhan. Sebagian

besar penduduk Eropa bekerja sebagai pegawai negeri

pemerintahan Belanda. Begitu pula dengan penduduk

Cina setiap tahunya mengalami peningkatan. Dalam hal

ini di Kabupaten Lamongan terutama di kota Lamongan

dan Babat penduduk Cina diangkat sebagai kepala –

kapala kampung satempat. 17 Mayoritas penduduk Cina

bekerja sebagai pedagang.

2. Potensi Ekonomi Kabupaten Lamongan

a. Pertanian

Pertanian merupakan mata pencaharian utama

bagi masyarakat Lamongan terutama pada bagian

Lamongan Selatan dan Tengah, wilayah ini merupakan

tanah bonorowo yang memiliki tingkat kesuburan baik.

Daerah ini meliputi Distrik Lengkir, Begawandjero, dan

Gunung Kendeng. Sebagian besar masyarakat dalam

mengelolah pertanian masih bergantung pada hujan.

Tanah pada musim kemarau pecah-pecah, sehinggga

pada musim penghujan tanah tidak dapat langsung

digarap (ditanami) masih menunggu sampai tanah benar-

benar manjadi tandus. 18 Tanaman yang ditanam oleh

masyarakat Lamongan berupa tanaman pokok yakni ;

padi, jagung, ketela, selain tamanam tersebut juga

terdapat tanaman kebutuhan ekspor pemerintahan

kolonial berupa kacang cina, tambakau, kapok dan

djarak.

Diterapkannya Cultuurstelsel tahun 1830 oleh

pemerintahan kolonial yang mewajibkan setiap desa

menyisihkan 20% dari tanahnya untuk ditanamin

tanaman ekpor, dan setiap desa diwajibkan untuk

menjualnya kepada pemerintah kolonial dengan harga

yang sudah ditentukan.19 Begitupula setelah Cultuurstesel

dihentikan, karena banyak kritik dari kalangan kaum

liberal yang menganggap kebijakan tersebut tidak

menyejahterakan rakyat pribumi tetapi hanya

memperkaya pemerintahan Kerajaan Belanda. Kemudian

muncullah UU Agraria tahun 1870, sabagaimana dampak

dari kebijakan ini mambawa pertumbuhan perkebunan-

perkebunan besar serta perbaikan sistem pertanian di

Hindia Belanda. Akibat dari berlakukanya undang-

undang tersebut banyak perusahaan swasta yang turut

mengelolah berbagai urusan ekploitasi di tanah jajahan.20

17 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November

1930. Op. Cit Hlm XXXVII 18 Ibid. Hlm XXXVIII 19 M.C. Ricklefs.2008. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta.

Serambi Hlm 202 20 Burger. 1980. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia.

Djilid II.Terjemahan Prajudi Atmosudiro. Jakarta : Departemen P dan

K Hlm 34

Tahun Eropa Cina Timur Asing Pribumi Total

1801 6 89 29 29.146 29.270

1845 - 55 3 67.354 67.412

1867 27 116 - 144.718 144.861

1930 72 1752 158 543.412 545.594

Page 6: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1407

Distrik Lengkir sebagai wilayah Kabupaten

Lamongan tahun 1845 menghasilkan 472,56 pikols

tembakau, yang merupakan tanaman ekspor ke wilayah

Eropa. Tembakau ditanam oleh penduduk distrik Lengkir

dangan luas area tanam 92 bouw21 Sedangan pada tahun

1946 tanaman padi di wilayah distrik Tengahan dengan

luas lahan 9.123 bouw menghasilkan 9,16 pikols/bouw,

distrik Goenoeng Kendeng luas lahan 9.343 bouw

menghasilkan 10,16 pikols/bows, dan distrik Begawan

Djero 4.640 bouw menghasilkan 6.57 pikols/bouw.22

Tahun 1845 Kabupaten Lamongan memiliki

luas seluruh tanah pertanian adalah 27.896 bouw dari

luas tanah tersebut menghasilkan padi sekitar 215.864

pikols. Sedangkan pada tahun 1846, luas tanah pertanian

semakin bertambah yaitu 28.206 bouw dari luas tanah

tersebut menghasilkan padi sekitar 208.838 pikols.23 Luas

lahan pertanian yang semakin besar tidak menjamin

perolehan penghasilan padi bertambah pula, hal ini

dikarenakan kondisi wilayah Lamongan pada musim

penghujan selalu terjadi banjir sehingga membuat para

petani sering gagal panen. Banjir setiap tahunnya

disebabkan luapan sungai Bengawan Solo.

Upaya mengatasi banjir setiap tahunnya

pemerintah Kolonial dan penduduk membangun waduk.

Ukuran waduk yang dibangun bervariasi, waduk kecil

dipergunakan untuk mengaliri sekitar 30 bouw sedangkan

waduk besar digunakan untuk mengaliri sawah sekitar

225 bouw lebih.24 Waduk-waduk kecil ini dibangun oleh

penduduk setempat, sedangkan untuk waduk yang

berkapasistas besar dibangun oleh pemerintah kolonial.

Bangunan waduk besar yang dibangun oleh

pemerintahan kolonial yakni waduk Prijaten masyarakat

Lamongan saat ini mengenalnya dengan sebutan Waduk

Krekah. Waduk ini dibangun sebagai irigasi pertanian

yang megambil aliran sungai Bengawan Solo, selain

sebagai irigasi waduk prijaten juga digunakan sebagai

pencegah terjadinya banjir diwilayah Lamongan. waduk

Prijaten dibangun tahun 1902 sebagai bentuk realisasi

kebijakan Kerajaan Belanda terkait politik etis.

Perbaikan dibidang irigasi menjadikan

pertanian di Lamongan meningkat, permasalahan yang

dialami akibat gagal panel terus dilakukan oleh

pemerintahan kolonial. Pada tahun 1917 mengalami

peningkatan produksi padi, dari totoal 488.459 penduduk

yang menanam padi menghasilkan 1.544.457 dari total

21 Door P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch

Indie, Hoofdstuk VIII: ANRI Hlm 107 22 Ibid. Hlm 108 23 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie;

ANRI Op. Cit Hlm 45 24 Tijdschrift Voor Nijverheid En Lanbouw In

Nederlandsch. Nieuwe Serie VII. Op. Cit Hlm 145

sawah yang ditanami, dengan begitu jumlah penghasilan

padi 316 pikols/100 jiwa.25

Selain padi terdapat juga beberapa tanaman

yang ditanam di Lamongan diantaranya; (a). kacang

tanah, luas lahan untuk penanam kacang tanah 12.680

bouw menghasilkan 100.000 pikols, (b). djarakpitten ,

luas lahan penanaman djarakpitten 600 bouw

menghasikan 5.000 pikols, (c) kelapa, jumlah pohon

kelapa 212.914 pohon menghasilkan 327.812 kelapa.26

Kabupaten Lamongan merupakan kawasan

industri pertanian yang cukup maju. Berdasarkan

kewilayahanya Lamongan merupakan wilayah dengan

penghasilan penghasilan pertanian padi antara 300 – 400

pikol/100 zielen. 27 Peningkatan jumlah produksi/hasil

tanaman di Kabupaten Lamongan juga dipengaruhi oleh

adanya sarana transportasi yang memadai. Sarana

transportasi kereta api mendorong peningkatan hasil

pertanian di Kabupaten Lamongan. Hal tersebut

disebabkan karena alur perdagangan dari daerah

pedalaman ke wilayah kota dapat dilakukan dengan

mudah. Selain daripada itu angkutan kereta api juga

membawa hasil pertanian dalam jumlah besar untuk di

eksport ke pasar Eropa.

a. b. Peternakan

Usaha peternakan merupakan usaha yang

dilakukan oleh penduduk Lamongan sejak dalu, jenis

ternak yang pelihara diantaranta kerbau, Sapi, dan kuda.

Mayoritas penduduk dalam mengembala hewan ternak

dilakukan dihutan berangkat pagi hari dan pulang pada

sore hari. Pada tahun 1845 tercatat kepemilikan hewan

ternak di Lamongan yakni ; (a) kerbau berjumlah 13.321

ekor, (b) sapi berjumlah 361 ekor, dan (c) kuda berjumlah

1.448 ekor. 28 Jumlah ini pada tahun 1847 mengalami

peningkatan menjadi 16.681 kerbau, 485 sapi, 1797 kuda.

Untuk meningkatkan hasil peternakan usaha

yang dilakukan penduduk diantaranya menyilangkan

lembu Ongole dengan lembuh Jawa. Persilangan ini

dilakukan di distrik Panciran hasil persilangan ini

kebanyakan digunakan sebagai hewan tarik. Peternakan

kambing hanya dilakukan untuk keperluan pribadi, salah

satu sebabnya mungkin karena sulitnya mencari rumput

pada musim kemarau. Di Kabupaten Lamongan kuda

digunakan sebagai hewan tarik, untuk menarik dokar.

Dokar banyak ditemukan diwilayah Babat yang

25 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadi-

productie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In

ULT.1917 : ANRI Hlm 223 26 Streefland. 1918. Olie-Industri in Nederlandsch

Indie.Hoofdstuk I: ANRI Hlm 6 - 32 27 C. Desavorvin Lohman. 1919. Verhouding Sawahpadi-

productie Tot de Dicheid Der Bevolking Op Java En Madoera In

ULT.1917 : ANRI Hlm 233 28 P. Bleeker. 1847. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie;

ANRI Op. Cit Hlm 45

Page 7: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1408

kebanyakan penduduknya melakukan aktivitas usaha

perdagangan.29

Pada tahun 1929 populasi hewan mulai

merosot hal ini dikarenakan banyak hewan yang

terserang penyakit khusunya lembu dan kerbau. Penyakit

ini hanya terjadi diberbagai desa, dampaknya desa-desa

yang terserang penyakit dinyatakan ditutup bagi hewan

yang akan keluar dan masuk. Penurunan jumlah hewan

tersebut juga disebabkan karena tidak banyak lagi

transportasi yang mengunakan tenaga hewan melainkan

sudah berganti ke transportasi yang lebih modern yaitu

kereta api. Pembangunan jalur kereta api menjadikan

hewan sebagai kebutuhan pangan dan tidak digunakan

lagi sebagai tenaga transportasi tarik dokar untuk aktifitas

perdagangan.

c. Perikanan

Perikanan laut di Lamongan terletak di

Paciran. Tempat nelayan paling banyak terdapat pada

daerah Brondong, Sentul, Weru, Paciran dan Sedayu

lawas. Wilayah Brondong terdapat tempat penggaraman

ikan yang menghasilkan pindang. Pindang tersebut

sebagian besar dikirim ke Surakarta sedangkan ikan segar

sebagian besar dikirim ke Surabaya. 30 Pengiriman

sebelum adanya jalur kereta api masih memanfaatkan

aliran sungai Bengawan Solo sebagai sarana transportasi,

namun setelah adanya kereta api pengunaan perahu

mengalami penurunan dan beralih kepada akutan kereta

api yang lebih modern.

Selain ikan laut terdapat pula penangkaran

ikan air tawar, penangkaran ikan air tawar dilakukan pada

waduk- waduk rawa-rawa dan sungai. Hasil dari

penangkaran tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri.

Ikan di waduk tersebut dipelihara olah Dinas Perikanan

Darat, penduduk pada waktu tertentu di ijinkan untuk

menangkap ikan tersebut dengan membayar sekadarnya.

Pada wilayah dekat kalen sudah dibuatkan tempat

pembibitan ikan karper, gurami, dan tambera.31

PEMBANGUNAN TRANSPORTASI KERETA API

DI KABUPATEN LAMONGAN

1. Kondisi Transportasi di Indonesia Sebelum

Adanya Kereta Api

Perkembangan pembangunan kereta api di

Indonesia tidak lepas dari perkembangan kemajuan

teknologi bangsa – bangsa Eropa. Perlu dipahami juga

pekembangan kereta api di Indonesia juga tidak lepas

pemerintahan kolonial Belanda. Kemajuan bangsa -

bangsa Barat dalam berbagai bidang teknologi dibawa

29 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November

1930. Op. Cit Hlm XL 30 Ibid. Hlm XLII 31 Ibid. Hlm XLI

dan diterapkan pemerintahan Belanda diwilayah kolonial

Indonesia. Penerapan teknologi bangsa Barat ini

nantinya yang menjadi cikal bakal adanya kereta api di

Indonesia.

Transportasi kereta api di Indonesia

berkembang pada abad ke - 19, transportasi ini dibangun

dan dikembangakan oleh pemrintahan kolonial Belanda.

Sebagaimana pembangunan kereta api dimaksutkan

pemerintahan Belanda untuk mengangkut kekayaan alam

diwilayah jajahan, yang sebelumnya pengakutan hasil

ekploitasi masih mengunakan gerobak yang ditarik

manusia dan hewan.

Sebagimana pada masa tanam paksa

pemerintahan Belanda masih mengalami permasalahan

dalam pengakutan. Langkah pertama yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial untuk mengatasi hal tersebut yakni

mengimpor unta dan keledai untuk mengangkut barang

hasil tanaman. Unta dan keledai digunakan untuk

mengangkut hasil tanaman ekspor dari daerah pedalaman

ke pelabuhan. Karena perjalanan dari pedalaman ke

pelabuhan berjarak jauh banyak unta dan keledai mati

dipinggir jalan sehingga membut barang untuk

diperdagangkan tidak bisa tepat waktu dan sering terjadi

penumpukan barang. 32 Selain cara tersebut, yang

dilakukan oleh pemerintah Belanda untuk mengatasi

pengakutan adalah mengunakan kereta kuda dan

gerobaknya ditarik oleh kuda atau sapi. Sapi sebagai

hewan penting untuk mengangkut hasil perkebunan,

membuat penerintah Belanda melarang masyarakat untuk

menyembelih sapi.

Pengunaan kereta kuda juga mengalami

hambatan dalam pengakutan. Hasil perkebunan yang

dibawa kereta kuda memakan waktu yang cukup lama

karena kuda atau sapi harus melawati pos-pos

pemberhentian untuk istirahat dan memberi makan

hewan. Lambatnya pegakutan kereta kuda menyebabkan

pemerintahan Belanda yang didorong oleh pengusaha

swasta membangun alat transportasi baru yang lebih

efesien. Salah satu kebijakan yang diambil oleh

pemerintahan Belanda adalah membangun dan

mengoprasikan kereta api.

2. Pembangunan Kereta Api di Indonesia

Sehubungan dengan telah dirasakan dan

dialami kesulitan prasarana dan sarana transportasi di

Pulai Jawa yang telah diutarakan dalam pembahasan

diatas. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Belanda

harus membangun transpotasi baru yang lelih efektif.

Sarana transportasi yang diupayakan untuk mengatasi

pengakutan hasil ekploitasi di wilayah jajahan yakni

32 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978.

Kereta Api Indonesia. Jakarta. Hlm 21

Page 8: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1409

kereta api. Pada tanggal 15 Agustus 1840 Kolonel Jhr.

Van Der Wijk mengusulkan kepada pemerintah untuk

membangun transportasi kereta api. 33 Sebagimana di

Eropa transportasi kereta api telah berasil mengatasi

masalah serupa yang tengah dialami pemerintah kolonial.

Usulan tersebut ditanggapi oleh Kerajaan Belanda

sehingga dikeluarkanlah kebijakan untuk membangun

jalan rel Semarang ke Kedu dan Yokyakarta/Surakarta.34

Namun keputusan tersebut tidak pernah terealisasikan,

sampai pada tahun 1862 barulah pembangunan kerata api

dilaksanakan dan pelopor pembangunan kereta api

pertama kali yakni Nederlandsch Indisce Spoorwag

Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api swasta.

Pada tahun 1862 peruhasaan swasta NISM

mendapatkan konsensi pembangunan jalan kereta api

yang menghubungkan Semarang – Solo – Yokyakarta.

Pembangunan ini juga memiliki peranan penting dalam

bidang pertahanan dalam pemerintahan negeri jajahan.35

Pada tahun 1871 Menteri Urusan Tanah

Jajahan Belanda Mr. P. P. Van Bosse mengajukan

rencana undang-undang untuk membangun empat lintas

jalur rel kereta api yang menghubungkan daerah Jawa

Timur dan Jawa Barat. Namun usulan ini memperoleh

pertentangan dari pihak swasta maupun parlemen belanda

mengingat masalah finalsial serta kesulitan pambangunan

yang dialami oleh perusahaan NISM.36 Jalur kereta api

yang bangun pertama kali oleh pemerintah yakni jalur di

Jawa Timur menghubungkan wilayah Surabaya- Malang

– Pasuruan. Pembangunan jalur rel tersebut dilakukan

secara bertahap pada tahun 1875. Tahap pertama

Surabaya – Pasuruan yang selesai dibangun pada tanggal

16 Mei 1878. Tahap kedua Pasuruan – Malang selesai

pada tanggal 20 juli 1879.37 Perusahaan kereta api milik

pemerintah ini dengan nama Staatspoorwagen (SS).

Setelah beroprasinya kereta api dalam

beberapa dekade, mendatangkan keuntungan besar dari

jalur terbsebut membawa gambaran dan harapan baru

kepada pihak swasta lainya yang tengah berminat

berinvestasi di usaha transportasi kereta api. Adapun

perusahaan kereta api dan trem yang mendapat konsensi

membangun rel dan mengekploitasi kereta api dan trem

sebagai alat angkutan diantaranya; (a) Semarang-Jona

Stoomtram Maatschappij (SJS) yang mandapat konsensi

pada tahun 1881, (b) Javaasche Spoorweg Maatschappij

(JSM) mendapat kosensi pada tahun 1882, (c) Deli

Spoorweg Maatschappij (DSM) mendapat konsensi tahun

1883, (d) Purwodadi-Gundih Stroomtrem Maatschappij

(PGSM), mendapat konsensi pada tahun 1884 (e)

33 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 48 34 Ibid. Hlm 50 35 Ibid. Hlm 53 36 Ibid. Hlm 60 37 Departemen Penerangan Republik Indonesia. 1978. Hlm

63

Bataviaache Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS)

mendapat konsensi pada tahun 1886, (f) Ooster Java

Stromtram Maatschappij (OJS) yang mandapat konsensi

tahun 1886, (g) Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM)

yang mendapat konsensi tahun 1890, (h) Serajoedal

Stoomtram Maatschappij (SDS) yang mandapat konsensi

pada tahun 1893, (i) Semarang-Cirebon Stoomtram

Maatschappij (SCS) yang mendapat konsensi tahun

1893, (j) Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM)

mendapat konsensi pada tahun 1893, (k) Bataviaache

Stoomtrem Maatschappij (BTSM) yang mendapat

konsensi tahun 1893, (l) Probolinggo Stoomtram

Maatschappij (PbSM) yang mendapat konsensi tahun

1894, (m) Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) yang

mendapapat konsensi tahun 1894, (n) Mojokerto

Stoomstram Maatschappij (MSM) yang mendapat

konsensi tahun 1895, (o) Babad – Djombang Stoomtrem

Maatschappij (BDSM) yang mendapat konsensi pada

tahun 1896, (p) Madoera Stoomtram Maatschappij (MT)

yang mendapat konsensi tahun 1896, dan (q) Malang

Stoomtrem Maastchappij (MS) yang mendapat konsensi

tahun 1901.38 Dengan demikian telah ada 18 perusahaan

kereta api dan trem swasta yang diberi konsensi untuk

membuka jalan rel dan trem di Indonesia.

3. Pembangunan Transportasi Kereta Api di

Kabupaten Lamongan

a. Pembangunan Jalur Kereta Api di Kabupaten

Lamongan

Pada akhir abad ke- 19 sebelum kehadiran

kereta api di Kabupaten Lamongan, alat transportasi yang

digunakan masih sangat tradisional. Transportasi yang

digunakan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda, sapi

dan kerbau atau yang disebut kuda dokar. Sampai saat ini

masih terdapat beberapa usaha dokar di Kecamatan Babat

yang digunakan sebagai angkutan penumpang.

Transportasi lainya yakni perahu yang memanfaatkan

aliran sungai Bengawan Solo. Aliran sungai Bengawan

Solo memiliki peranan penting sebelum dibangunya jalur

kereta api Surabaya – Gundih. Kebanyakan untuk

mengakut hasil ekploitasi dan aktifitas perdagangan

memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.

Penghasilan ekonomi masyarakat Lamongan

kebanyakan diperoleh dari hasil pertanian dan kekayaan

hutan. Hutan jati yang luas dan penting terletak disebelah

Barat dan Barat Daya, hutan tersebut termasuk

houwestenj Tuban Timur, Ngimbang dan Mojokerto.39

Dalam bidang pertanian selain mengandalkan curah

hujan masyarakat mengunakan waduk yang dibangun

oleh pemerintahan Belanda sebagai irigasi sawah – sawah

pertanian. Pada masa paceklik (perubahan pada musim

38 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 64

39 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November

1930. Op. Cit hlm XLIII

Page 9: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1410

kemarau ke musim penghujan) banyak masyarakat

Lamongan mencari pekerjaan ke kota untuk

menyambung kehidupan. Perjalanan dari desa ke kota

sebelum adanya transportasi kereta api masyarakat masih

mengunakan angkutan dokar dan berjalan kaki.

Pada tanggal 12 Oktober 1893, Menteri

Urusan Jajahan Belanda Baron Van Dedem

mengeluarkan keputusan yang menetapkan tentang

recana induk pengembangan perkeretaapian di Pulau

Jawa. Berdasarkan rencana induk, pembangunan jalur rel

di Pulau Jawa akan terdiri atas dua macam bentuk, yaitu

bentuk lintas sepur dan bentuk lintas trem. Pada masa

tersebut, pembangunan jalan rel sebagian akan dikerjakan

oleh pemerintah dan sebagian lagi akan dikerjakan oleh

kalangan swasta. Pembuatan jaringan rel kereta api

didasarkan bukan hanya pada kepentingan ekonomi

semata- mata, melainkan juga mengakut masalah

pasifikasi (penguasaan) daerah yang sering mengalami

pergolakan dan pembukaan daerah-daerah dari isolasi.

Pembangunan tersebut juga mempertimbangkan

pengembangan administrasi pemerintahan dan

pengembangan kota. 40

Pada periode 1893 -1900 penanaman tebu

untuk pabrik gula Jawa Timur berkembang pesat

sehingga dalam permasalahan pengakutan menjadi

persoalan yang penting. Dalam permasalahan tersebut

pemerintahan kolonial membuat kebijakan untuk

membangun sarana transportasi kereta api sebagai

transportasi pengakutan hasil ekploitasi. Sehingga

mengakibatkan tumbuhnya perusahaan trem didaerah

Jawa Timur. Kabupaten Lamongan sebagai wilayah

Onderdistrik Surabaya bagian Selatan juga terkena

dampak dari hal tersebut, sepanjang 68, 33 KM dibangun

di Kabupaten Lamongan yang menghubungkan daerah

Babat sampai Jombang. Pembangunan jalur ini

dilaksanakan oleh perusahaan swasta yakni Babat-

Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM) pada tahun

1899 yang sebelumnya mendapat konsensi pembangunan

tahun 1896.41

Periode yang sama dari Pemerintahan Belanda

memerintah Nederlandsch Indisce Spoorwag

Maatschaappij (NISM) perusahaan kereta api yang

memprakarsai pembangunan jalur pertama kali di

Indonesia, untuk membuka jalur lintas Utara yang

menghubungkan Surabaya – Gundih, Jawa Tengah. Jalur

tersebut difungsikan sengai jalur distribusi barang dari

pelabuhan ke daerah pedalaman wilayah Jawa.

Pembangunan jalur rel ini diselesaikan dalam dua tahap

yaitu tahap pertama dibuka 1900 dan tahap kedua dibuka

tahun 190342

40 Ibid. Hlm 70 41 Ibid. Hlm 73 42 Ibid. Hlm 80

Pembangunan kereta api di Lamongan

merupakan dorongan akan kebutuhan jasa transportasi

pengakutan yang lebih efesien daripada angkautan

sebelumnya. Kereta api yang dibangun di Jawa secara

umum digunakan sebagai pengakutan hasil perkebunan.

Pembangunan kereta api yang melintasi Kapubaten

Lamongan sebagaian besar di prakarsai oleh dua

perusahaan besar yakni Babat- Djombang Stoomtram

Maatschappij (BDSM) dan Nederlandsch Indisce

Spoorwag Maatschaappij (NISM) namun dalam

perkembanganya BDSM mengalami kerugian sehingga

perusahaan tersebut dijual kepada perusahaan kereta api

pemerintah yaitu Staatspoorwagen (SS). Dibelinya

BDSM oleh SS sebagai perusahaaan kereta api milik

pemerintah, hal ini nantinya membawa pengaruh dan

peranan penting dalam menunjang perkembangan

diwilayah Kabupaten Lamongan.

Pembangunan jalur rel kereta api oleh

dilakukan dari Djombang ke wilayah Babat Lamongan.

Pembangunan jalur tersebut dilakukan secara bertahap

jalur pertama dibangun sepanjang 32 km yang

menghubungkan Stasiun Djombang menuju ke Stasiun

Ploso. 43 Pembangunan jalur tersebut juga dilemkapi

tempat pemberhentian yakni halte, diantaranya Halte

Tambakberas, Halte Santian dan Dolok. Pasca selesainya

pembangunan jalur Djombang – Ploso dilanjutkan

membangun jalur rel sampai Stasiun Kambangan

sepanjang 10 km serta membangun Halte Jatisari, Halte

Pengapon, dan Halte Pengaponigas. Pembangunan jalur

kereta api dari Djombang – Kambangan merupakan

wilayah keresidenan Djombang jalur tersebut digunakan

sebagai pengakutan hasil perkebunan untuk dibawa ke

pabrik gula yang kebanyakan berapa diwilayah Ploso dan

Djombang.

Pembangunan jalur rel selanjutnya

menghubungkan Stasiun Kambangan – Stasiun

Ngimbang serta Stasiun Bloeloek, pembangunan jalur

tersebut dilakukan pada tahun 1900 dan dibuka pada

tahun 1901. Tempat pemberhentian kecil yang dibanguan

diantaranya Halte Tanjung diantara Stasiun Kambangan

dan Stasiun Ngimbang dan Halte Wotan diantara Stasiun

Ngimbang dan Bluluk.44 Stasiun Ngimbang dan Stasiun

Bluluk merupakan wilayah Kabupaten Lamongan yang

mayoritas merupakan penghasil beras dalam pertanianya

dan kayu dalam hasil hutan.

Pada perkembangan selanjutnya perusahaan

BDSM memperluas pembangunan jalur kereta api atas

dasar perintah dari pemerintahan kolonial. Perintah

43 S. A Reitsma.1919. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat-

Djombang Stoomtram- Maatschapij (BDSM). Jakarta. ANRI. Hlm 4 44 ANRI. 1 Novenber 1932. Officieele Reisgids der Spoor-

en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java En

Madura.. Hlm 550

Page 10: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1411

tersebut yakni untuk melanjutkan pembangunan sampai

ke wilayah Babat dekat aliran Bengawan Solo,

pembangunan tersebut dilakukan BDSM dan selesai pada

tahun 1902. Pembangunan jalur kereta api dari Stasiun

Bluluk ke Stasiun Babat dilakukan pasca dibukanya

Stasiun Bluluk tahun1900, pembangunan jalur tersebut

membuka stasiun dan halte diantaranya ; Halte Modo-

Halte Dradah- Stasiun Kedungpring- Halte Nguwok –

dan terakhir berhenti di Stasiun Babat. Pembangunan

jalur kereta api yang dilakukan perusahaan BDSM

terhitung dari Stasiun Djombang- Stasiun Babat

sepanjang 68,3 Km, pengoprasian penuh jalur tersebut

dimulai pada tahun 1902.

Jalur kereta api BDSM dalam pengoprasianya

tidak hanya digunakan sebagai angkutan hasil

perkebunan namun juga digunakan sebagai angkutan

penumpang, terutama para pedagang. Masyarakat

Lamongan dalam membawa barang daganganya

mengunakan jasa angkutan kereta api, kebanyakan

masyarakat menjual barang daganganya ke kota-kota

besar yang pada waktu itu Babat dan Ploso serta Jombang

sebagai pasar besar zaman kolonial.45 Beroprsinya kereta

api yang dibanguan BDSM tidak bertahan lama, sampai

pada tahun 1916 perusahaan tersebut mengalami

permasalahan pendanaan sehingga jalur keretab api

tersebut dijual kepada pemerintah yakni SS sebagai

perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial.

Pada tahun 1900 di Kabupaten Lamongan juga

telah dibagun jalur kereta api yang menghubungkan

Surabaya- Gundih Jawa Tengah jalur tersebut melintasi

Kota Lamongan dan Babat. Jalur tersebut nantinya

digunakan sebagai pemasok kebutuhan untuk daerah

pedalaman dengan memalui jalur kereta api bagian Utara.

Pembangunan jalur kereta api Surabaya –

Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang

dibangun yakni 245 km. Pembangunan jalur kereta api

Gundih – Surabaya dilakukan secara bertahap,

pembangunan dimulai dari Surabaya – Lamongan

sepanjang 41 Km pada tanggal 1 April 1900 setelah itu

dilanjutkan pada tanggal 15 Agustus 1900 28km dari

Lamongan – Babat. Untuk pembangunan selanjutnya

tidak dilakukan dari Timur ke Barat melainkan dari Barat

ke Timur, tanggal 15 Oktober 1900 dibangun jalur

Gundih – Kradenan dan pada tahun 1902 dilakukan

pembangunan dari Kradenan – Tjepoe, Babat –

Bojonegoro serta pada tahun 1903 dibangun jalur Tjepoe-

Bojonegoro sehingga pembangunan rel sepanjang 245

km dari Surabaya – Gundih dapat diselesaikan.46

45 S. A Reitsma.1919.Op. Cit .Hlm 20 46 BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit

Hlm 330

Pada tahun 1911 sarana transportasi kereta api

yang dimiliki oleh NISM jalur Surabaya – Gundih yang

melintasi Kabupaten Lamongan yakni 30 lokomotif, 59

gerbong, 18 kereta barang. Pada tahun 1914 dan 1915

terjadi peningkatan terkait sarana transportasi kereta api

dengan jumlah 53 lokomotif, 132 gerbong, 32 kereta

barang pada tahun 1914. Sedangkan pada tahun 1915

yakni 53 lokomotif, 149 gerbong, dan 32 kereta barang.47

Peningkatan ini terjadi karena kebutuhan angkutan

perusahaan NISM dalam mengakut penumpang dan

barang inpor dari pelabuahan besar Surabaya dan barang

ekspor dari daerah pedalaman wilayah ekploitasi tanah

jajahan.

Pembangunan jalur kereta api Surabaya –

Gundih berlangsung cukup lama penjang rel kereta yang

dibangun yakni 245 km. Setelah pembangunan jalur

utama tersebut selesai NISM membangun kembali

beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni

jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk jalur ini

dibangun pada tahun 1908. 48 Selain membangun jalur

kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan

gedung, tanggul, pintuair maupun jembatan untuk

keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi

salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai

besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam

perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. 49 Pada

jalur Surabaya – Gundih pada awalnya maengunakann

lokomotif yang bertenaga uap, jadi dalam pengoprasianya

juga membutuhkan persediaan air yang cukup banyak.

Perusahaan tersebut membangun beberapa menara tempat

penyimpanan air untuk keperluan kereta api. Stasiun

Babat merupakan salah satu stasiun yang terdapat menara

penyimpanan air, karena pada stasiun tersebut merupakan

stasiun besar sebagai tempat pemberhentian kereta dari

berbagai jalur.

Pengembangan lainya yang dibangun yaitu

sinyal dan telekomunikasi. Sinyal berfungsi untuk

mengamankan kereta api yang akan masuk stasiun atau

akan keluar stasiun. Stasiun yang di lengkapi sinyal

adalah stasiun setasiun besar seperti Surabaya, Gersik,

Babat, Lamongan, Bojonegoro, Cepu, Gundih. 50

Sementara dijalur yang menuju Selatan dari Babat milik

BDSM, stasiun yang di lengkapi sinyal yakni stasiun

Kedungpring, Ngimbang, Ploso dan Jombang. Jenis

model sinyal yang digunakan seperti Aikmaar, HSM,

S&H, atau yang sudah mengunakan elektro mekanik,

yaitu sinyal yang pengunaanya dengan cara menyalurkan

arus listriik untuk membuka dan menutup perjalanan blok

rel kereta api. Kecepatan kereta api yang melintasi

47 Ibid Hlm 488 48 Ibid. Hlm 9 49 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 103 50 BPK Jawa Timur. 1916 – 1934 Op.Cit hlm 43

Page 11: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1412

Kabupaten Lamongan milik NISM maupun BDSM

memiliki kecepatan rata rata 15- 45 km/jam.51

b. Perkembangan Kereta Api Di Kabupaten Lamongan

Dibangunya kereta api di Kabupaten

Lamongan merupakan dampak dari perkembangan

perkebunan diwilayah selatan Jawa Timur dan kebutuhan

akan pasokan barang-barang kebutuhan daerah

pedalaman yang membangun jalur kereta api bagian

Utara. Pada perkembangan selanjutnya jalur kereta api

yang melintasi Kabupaten Lamongan nantinya berbeda

dalam pengelolah maupun pemerintahanya. Jalur yang

menghubungkan Babat – Jombang yang dimiliki oleh

BDSM pada tahun 1916 dijual kepada perusahaan kereta

api milik pemerintah Kolonial yakni SS. Sedangkan

untuk jalur Utara milik NISM mulai mengembangkan

jalur ke berbagai wilayah pedalaman.

Tahun 1916 perusahaan BDSM mengalami

permasalahan pendanaan terhadap perbaikan dan

pemeliharaan kereta api. Perusahaan tersebut tidak

mampu lagi mengelolah jalur Babat – Jombang, sehingga

jalur tersebut di jual kepada pihak SS. Penjualan tersebut

disepakati pada tanggal 1 juli 1916 oleh pihak BDSM D.

R. J Van Lijnden dan pihak pemerintah kolonial Th. B.

Pleyte.52 Pemebelian tersebut meliputi seluruh kekayaan

BDSM baik tanah, jalur kereta, lokomotif gerbong dan

seluruh kariyawan yang sebelumnya bekerja

diperusahaan BDSM. Pemebelian jalur kereta api oleh

pemerintah kolonial tersebut bersamaan dibelinya jalur

Jakarta – Bogor milik perusahaan NISM.

Jalur Utara milik perusahaan NISM

mengembangkan jalur dari Babat – Tuban – Merak oerak,

jalur tersebut dibangun pada tahun 1908. Pembangunan

tersebut difungsikan sebagai pengakutan hasil sumber

daya alam yang berada diwilayah pedalaman. Melihat

pembangunan yang terus dilakukan oleh SS dan NISM,

Kabupaten Lamongan menjadi wilayah yang strategis

sebagai lalu lintas kereta api, karena menjadi penghubung

jalur Utara dan Selatan melalui stasiun Babat dan

Lamongan.

Pada tahun 1930 masa pemerinntahan R.

Tumennggung Djojoadirojo sebagai bupati Lamongan.

Perusahaan kereta api di Lamongan mengalami

penurunan pendapatan. Karena pada tahun tersebut

banyak pembangunan dan perbaikan jalan kota maupun

jalan antar daerah, sudah banyaknya angkutan umum

seperti bus dan mikrolet, serta pemerintahan Djojoadirojo

juga membangun beberapa terimnal di Kabupaten

51 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 98 52 ANRI. 1916. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat –

Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. Hlm 2-3

Lamongan. 53 Kerata api hanya digunakan sebagai

angkutan dengan jarak tempuh yang jauh.

Sarana transportasi yang beroprasi di

Kabupaten Lamongan dan persaingan dengan perusahaan

asing menyebabkan pendapatan kereta api mengalami

penurunan. Pengakutan penumpang kereta api mengalami

penurunan karena banyak penumpang mengunakan

angkutan umum karena lebih efesien dan murah dari pada

kereta api yang harus menuju stasiun kereta terlebih

dahulu. Angkutan barang juga mengalami penurunan

karena angkutan umum lebih menawarkan jasa langsung

ke tempat tujuan sedangkan kereta api hanya sampai

stasiun pemberhentian. Namun angkutan kereta api masih

memliki peranan penting sebagai angkutan dengan jarak

tempuh yang jauh serta sebagai angkutan bahan- bahan

eksport milik pemerintahan kolonial.

PENGARUH AKTIVITAS ADANYA KERETA API

TERHADAP PERKEMBANGAN

PEREKONOMIAN KABUPATEN LAMONGAN

TAHUN 1899 – 1932

Sarana transportasi kereta api memiliki

keunggulan yang tidak dimiliki oleh transportasi lainya.

Kereta api memiliki kemampuan untuk mengangkut

barang dan penumpang sekaligus dapat menempuh jarak

jauh dengan perbandingan waktu yang relatif cepat. Pada

masa kolonial kereta api telah mampu mengatasi masalah

pengakutan hasil bumi yang berlimpah dan kereta api

telah membuktikan keunggulan sebagai transportasi

modern. Dilihat dari sudut pandang ekonomi sarana

pengangkutan kereta api sangat penting bagi kegiatan dan

kemajuan ekonomi.

Sejak akhir abad ke-19 sampai awal ke-20,

perkembangan perekonomian Indonesia yang meningkat

pesat sampai ke tingkat daerah. Kabupaten Lamongan

sebagai wilayah distrik dari Keresidenan Surabaya

menjadi salah satu wilayah yang mengalami kemajuan

dalam bidang ekonomi, perkembangan industri dan

teknologi. Penduduk pribumi Kabupaten Lamongan

menyaksikan muncul dan berkembanganya sarana

transportasi kereta api. Sejak pembukaan jalur kereta api

yang melintasi Kabupaten Lamongan tahun 1900 jalur

yang menghubungkan daerah Babat Lamongan sampai ke

Jombang serta jalur kereta api Surabaya – Gundih Jawa

Tengah yang melintasi Lamongan dan Babat.

Jalur kereta api penghubung bagian Utara dan

Selatan dari Babat – Djombang merupakan jalur yang

dikeloalah perusahaan kereta api Babat – Djombang Setj.

Maj (BDSM) sampai pada tahun 1915, dan pada tahun

1916 jalur ini dibeli oleh pemerintah kolonial. Selama

53 Tim Penyusun Memahyu Raharjaning Praja.1994. Op.Cit

hlm 42

Page 12: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1413

jalur kereta api tersebut masih dikelolah perusahaan

swasta BDSM adapun pendapatan setiap tahunnya dapat

dilihat dalam tabel berikut ;

Tabel 2.3

Total Pendapatan BDSM Dalam Pengakutan

Penumpang Dan Barang

Tahun 1900 – 1915

(Sumber : ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat – Djombang

St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916. ANRI. Officieele Reisgids der

Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende Automobieldiensten of Java

En Madura. 1 Novenber 1932)

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa kereta

api yang melintasi Kabupaten Lamongan berperan dalam

kemajuan perekonomian. Setiap tahunnya pendapatan

perusahaan kereta api BDSM mengalami peningkatan

disetiap tahunnya. Sejak pertama pembukaan sampai

pada tahun 1916 pendapatan selalu mengalami

peningkatan.

Pada jalur Utara kereta api juga

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Lamonngan. Jalur kereta api lintas Utara merupakan jalur

kereta api yang dibangun oleh perusahaan besar NISM.

Perusahaan tersebut membangun jalur lintas Surabaya –

Gundih Jawa Tengah yang melintasi Kabupaten

Lamongan. Sebagaimana tujuan dari pembangunan jalur

tersebut selain sebagai pengangkutan hasil sumber daya

alam juga sebagai pengakutan barang –barang inport

untuk dikirim ke beberapa daerah pedalaman. Jalur

Surabaya-Gundih merupakan jalur utara yang melintasi

dua kota besar di Kabupaten Lamongan yaitu daerah

Babat dan Lamongan. Sebelum adanya jalur kereta api

lintas Surabaya-Gundih pengakutan barang dan orang

sering kali mengunakan perahu yang memanfaatkan

aliran sungai Bengawan Solo. Setelah dibangunya jalur

tersebut banyak lalu - lintas barang dan penumpang

memanfaatkan angkutan kereta api.

Pada tahun 1903 NISM mengbangun kembali

beberapa jalur penting menuju wilayah pedalaman yakni

jalur kereta api dari Babad-Tuban- Merauk yang

dibangun pada tahun 1908. Selain membangun jalur

kereta api NISM juga mendirikan bangunan-bangunan

gedung, tanggul, pintu air maupun jembatan untuk

keperluan kereta api. Jembatan penyebrangan menjadi

salah satu bangunan penting untuk menyebrangi sungai

besar maupun kecil. Kesemua bangunan tersebut dalam

perkeretaapian disebut hikmat atau kunstwerk. Dengan

pembangunan jalur kereta api perusahaan NISM setiap

tahunnya mengalami peningkatan pendapatan untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini ;

Tabel 2.4

Total Pendapatan NISM Jalur Surabaya – Gundih

Jawa Tengah Dalam Pengakutan Penumpang Dan

Barang Tahun 1900 – 1932

(Sumber : BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 ANRI.

Officieele Reisgids der Spoor- en Traamwegen en Aan- sluitende

Automobieldiensten of Java En Madura. 1 Novenber 1932.)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan

bahwa jalur kereta api Surabaya – Gundih yang melintasi

Kabupaten Lamongan setiap tahunnya mengalami

peningkatan pendapatan. Perusahaan NISM yang

sebelumnya kurang berminat untuk membangun jalur

Tahun Panjang

Rel/ Km

Pendapatan

Per/Km

(f)

Total

Pendapatan

(f)

1905 68,33 5,89 146.843

1906 68,33 6,49 161.860

1907 68,33 6,72 167.001

1908 68,33 6,19 154.836

1910 68,33 7,16 178.712

1911 68,33 8,10 202.045

1912 68,33 8,22 205.577

1913 68,33 10,25 255.749

1914 68,33 10,65 265.727

1915 68,33 10,91 272.247

Tahun Panjang Rel /KM Total Pendapatan (f)

1902 245 369.972

1903 245 636.676

1904 245 808.251

1905 245 925.119

1906 245 1.010.254

1907 245 1.142.381

1908 245 1.161.389

1909 245 1.345.187

1910 245 1.554.564

1911 245 1.706.225

1912 245 1.992.324

1913 245 2.152.476

1915 245 2.480.700

1916 245 2.819.397

1918 295 3.407.052

1919 295 3.929.178

1923 295 4.895.009

1924 295 4.810.597

1925 295 4.864.628

1926 295 4.752.163

1927 295 5.318.919

1928 295 6.593.586

1929 295 7.023.268

1930 295 5.680.689

1931 295 4.401.518

1932 295 3.730.925

Page 13: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1414

lintas Utara, setelah melihat potensi pendapatan jalur

tersebut dalam perkembanganya NISM mulai

memperhatikan jalur tersebut. Oleh karena itu

pembukaan dan pembangunan jalur baru sebagai jalur-

jalur cabang mulai dibangun yang difungsikan sebagai

pengakutan hasil sumber daya alam didaerah pedalaman.

Perkembangan pembangunan jalur tersebut diataranya

jalur Babat –Tuban – Merauk54, serta yang ada di Gersik

juga dibangun. Mengakibatkan seluruh perputaran

pengakutan diwilayah Utara dikuasai oleh perusahaan

NISM.

Jalur lintas Surabaya - Gundih Jawa Tengah

Stasiun Babat dan Lamongan memiliki peranan penting,

di Stasiun Babat merupakan tempat pemberhentian,

karena pada stasiun ini terdapat tempat bengkel

lokomitif, reparasi gerbong kereta api, dan pengisian air

setiap kali kereta mau melakukan perjalanan. 55 Selain

daripada itu penumpang yang ingin melakukan

perjalanan ke arah Selatan atau sebaliknya harus berhenti

terlebih dahulu pada Stasiun Babat. Pada jalur kereta api

ini kebanyakan digunakan sebagai angkutan penumpang

dari pada angkutan barang. Adapun catatan pendapatan

disetiap stasiun besar dijalur Surabaya – Gundih Jawa

Tengah dijelaskan sebagai berikut ;

Tabel 2.5

Pendapatan NISM Di Setiap Stasiun Besar Jalur Rel

Kereta Api Surabaya – Gundih (Jawa Tengah) Tahun

1899-1932

(Sumber ; : BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934)

Berdasarkan tabel di atas mayoritas kereta api

pada jalur Surabaya- Gundih sering digunakan sebagai

angkutan penumpang dari pada angkutan barang.

Pendapatan disetiap stasiun milik perusahaan NISM

dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Lebih

banyaknya penumpang dari pada pengangkutan ini

disebabkan karena pada jalur Utara lebih banyak

mengakut penumpang terutama orang-orang yang akan

melakukan aktifitas perdangan baik ke kota maupun

54 Ibid 55 Verslag van den Raad Beheer den Nederlandsche

Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934 Op.Cit Hlm 401

kedaerah pedalaman. Berbeda dengan jalur kereta api

bagian Selatan yang kebanyakan digunakan sebagai

angkutan hasil ekploitasi sumber daya alam.56

Pembukaan Kereta Api di Kabupaten

Lamongan memberi perubahan yang berarti terhadap

perekonomian masyarakat Lamongan. Pembukaan kereta

api membuat lalu- lintas barang dan orang meningkat

pesat. Sejak beroprasinya kereta api di Kabupaten

Lamongan tahun 1900, daerah –daerah Kabupaten

Lamongan terhubung dari ujung Utara ke Selatan.

Angkutan penumpang mendominasi pengakutan kereta

api disamping pengangkutan barang, namun angkutan

barang dalam setiap tahunya juga mengalami

peningkatan. Adapun angkutan barang perusahaan kereta

api NISM adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6

Pengakutan Barang Kereta Api NISM per 1.000 ton

Sumber ; BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij. 1916 – 1934

Pengaruh beroprasinya kereta api di

Kabupaten Lamongan juga memberi lapangan

pekerjaan baru bagi masyarakat pribumi. Stasiun

kereta api yang dibangun sebagai tempat

pemberhentian kereta api dan penumpang,

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjual

barang dagangannya kepada penumpang. Para

pedagang tersebut menjajakan barang dagangan saat

kereta berhenti. Pedagang-pedagang kecil berbondong-

bondong mendatangi stasiun besar dan kecil untuk

menjajakan barang daganganya yang di bawa dari kota.57

Perubahan yang terjadi akibat dioperasikanya kereta api,

masyarakat mulai meramaikan perdagangan antara

sesama pedagang yang belum pernah terjadi kontak

karena adanya kendala transportasi. Disekitar stasiun juga

terbentuk pasar-pasar kecil yang aktif pada hari- hari

tertentu.

Kehadiran kereta api memberi pengaruh yang

baik terhadap pedagang dan para imigran yang mencari

pekerjaan di kota –kota besar, namun beroprasinya kereta

56 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 74 57 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 85

Tah

un

Stasiun

Gundih Bojonegoro Babad Lamongan Surabaya

Penumpan

g

Barang Penum

pang

Barang Penum

pang

Barang Penum

pang

Barang Penum

pang

Barang

1911 f23.336 f 347 44.202 137 56.479 133 44.624 30 182.237 3.292

1913 f 34.132 f 487 47.804 336 72.138 288 60.898 80 256.149 6.633

1915 f 26.340 f 552 55.423 474 64.046 383 61.358 129 270.349 4.227

1916 f 27.433 f 447 64.250 561 68.572 366 64.001 168 305.444 5.014

1917 f4.376 f41 65.827 487 71.550 337 66.687 152 330.997 4.486

1918 - - 68.700 467 75.514 404 67.714 235 355.698 5919

Tahun Kedele

dan

Kacang

Tebu Djagung Beras Tembakau

1919 36,1 62,7 14,7 65,7 47,4

1920 37,6 93,3 19,1 33,3 35,6

1921 48,6 91,6 14,5 88,0 12,3

1926 43,2 147,0 27,7 116,4 24,3

1927 50,5 158,9 23,7 71,5 26,7

1928 61,2 184,6 27,5 59,6 23,9

1930 45,5 173,9 30,8 76,2 28,3

1931 38,0 184,5 8,8 42,5 28,1

1932 22,0 81,1 8,8 26,5 22,8

Page 14: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1415

api cenderung memberi dampak yang kurang baik

terhadap transportasi tradisional yang cenderung

dirugikan. Hal ini disebabkan para penumpang yang

biasa mengunakan cikar dan dokar untuk melakukan

perjalanan beralih mengunakan kerata api.

Dokar adalah alat transportasi yang ditarik

oleh kuda. Sebelum kedatangan kereta api dokar

berfungsi sebagai angkutan penumpang jarak jauh.

Setelah kedatangan kereta api dokar berganti fungsi

menjadi angkutan penumpang jarak pendek. Pada saat

beroprasinya kereta api, dokar digunakan oleh

penumpang untuk menempuh perjalanan menuju daerah

pedalaman yang tidak dilintasi oleh jalur kereta api.

Kebanyakan dokar berserta sainsnya mencari penumpang

disekitar stasiun. Dokar dalam hal ini berperan sebagai

pengantar dan penjemput penumpang kereta api yang

berasal dari daerah sekitar stasiun.58

Cikar juga mengalami nasip yang sama

dengan dokar, setelah kedatangan kerata api, cikar

berfungsi sebagai alat angkut untuk memuat barang

berupa pasir, bata, dan kerikil untuk jarak dekat.

Beroprasinya kereta api di Kabupaten Lamongan

membuat kedudukan angkutan tradisional semakin

terbatas hanya untuk jarak dekat dan semakin sempit

wilayah operasinya.

Beroprasinya kereta api di Kabupaten

Lamongan juga memberikan kerugian terhadap

transportasi air yaitu perahu. Perahu pribumi mengalami

kerugian karena kehilangan penumpang untuk jasa

angkutan penumpang. Sebelum dibangunya kereta api

jalur Utara dari Surabaya- Gundih Jawa Tengah angkutan

barang dengan muatan besar masih mengunakan perahu

yang melintasi aliran sungai Bengawan Solo menuju ke

wilayah Jawa Tengah, setelah dibangunya jalur tersebut

angkutan barang yang bersifat massal mulai beralih ke

angkutan kereta api. Hanya ada beberapa perahu yang

masih difungsikan sebagai angkutan penumpang salah

satunya usaha tambang sebagai sarana untuk

menyebarang sungai Bengawan Solo.59

Semakin kecil gerak jasa angkutan tradisional

akibat beroprasi kereta api di Kabupaten Lamongan

menyebabkan kerugian pendapatan dan ekonomi

masyarakat semakin menurun. Selain dari pada itu

perubahan tersebut tidak pernah diperhatikan oleh

pemerintah kolonial karena kereta api yang masih

menjadi angkutan yang mampu memenuhi kebutuhan

kolonial dalam mengekpoitasi sumber daya alam

Indonesia.

58 Tim Telaga Bakti Nusantara.1997. Op. Cit Hlm 86 59 Memori Residen Gersik, W. C. Horninge. 2 November

1930. Op. Cit hlm XL

PENUTUP

Kesimpulan

Kabupaten Lamongan sebagai bagian wilayah

Keresidenan Surabaya merupakan wilayah yang

berbatasan langsung dengan wilayah Keresidenan

Bojonegoro serta merupakan wilayah yang memiliki

jalan/jalur strategis sebagai penghubung wilayah Jawa

Timur bagian Selatan dan Utara. Jalan yang sudah

digunakan sejak masa kerajaan mendorong dibangunnya

jalur kereta api untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

semakin maju. Kabupaten Lamongan yang memiliki

kawasan hutan yang luas serta pertanian yang maju pada

masa kolonial Belanda. Untuk memaksimalkan hasil

eksploitasi pada daerah tersebut pemerintah kolonial

perlu membangun jalur kereta api sebagai sarana

pengangkutan hasil sumber daya alam.

Sebelum beroprasinya kereta api di Kabupaten

Lamongan, pengakutan hasil alam dilakukan dengan

kereta kuda dan gerobak sedangkan untuk jalur air masih

memanfaatkan aliran air sungai yakni sungai Lamong dan

Sungai Bengawan Solo. Masalah pengakutan timbul

karena terjadi peningkatan produksi, sama halnya pada

daerah jawa lainya, sehingga angkutan tradisional tidak

memungkinkan dan tidak dapat mengangkut dalam

jumlah yang besar. Untuk mengimbangi produksi

tersebut dibutuhkan sarana pengakutan yang cepat dan

dengan jumlah massal dalam proses pengakutan.

Pengoprasian kereta api di Kabupaten

Lamongan tujuan utamanya adalah sebagai kegiatan

ekonomi yaitu untuk pengakutan hasil perkebunan serta

hasil alam yang nantinya hasil tersebut dieksport ke pasar

Eropa. Pembangunan kereta api di Kabupaten Lamongan

merupakan dampak dari perencanaan pemerintahan

kolonial Belanda untuk memperluas jaringan kereta api

sampai ke pedalaman terutama daerah yang memiliki

potensi sumber daya alam. Jalur kereta api lintas Babat –

Jombang merupakan jalur sebagai sarana pengakutan

hasil sumber daya alam yang nantinya akan dikirim ke

Surabaya, mengingat bawasanya wilayah Jawa Timur

bagian Selatan pada waktu tersebut mengalami kemajuan

pesat dalam bidang perkebunan dan industri gula, untuk

jalur utara yang dibangun NISM memiliki tujuan yakni

memasok barang kebutuhan pedalaman yang didatangkan

dari kota.

Beroprasinya kereta api memberi dampak yang

baik bagi penduduk pribumi Kabupaten Lamongan

diantara dimudahkanya lalu lintas orang dalam

menempuh perjalanan jarak jauh, terbukanya lapangan

pekerjaan baru, selain dari pada itu dalam memakukan

perjalanan ke wialayah kota untuk mencari perkerjaan

pada musih kemarau memudahkan masyarakat untuk

mendapatkan penghasilan tambahan yang sebelumnya

Page 15: PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KERETA API DI KABUPATEN … · Lamongan terhadap pertumbuhan sosial – ekonomi masyarakat Kabupaten Lamongan tahun 1899 – 1932. Penelitian ini diharapakan

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 1, Maret 2017

1416

pada musim tanam pekerjaan masyarakat hanya bercocok

tanam.

Saran

Masa Pemerintahan kolonial merupakan masa

yang pahit bagi bangsa Indonesia karena pengekloitasian

terhadap sumber daya alam serta sumber daya manusia

kesemuanya hanya diperuntukan untuk kepentingan

negeri Belanda. Sedangkan, bangsa Indonesia yang

memiliki tanah serta kekayaannya hanya dijadkan kuli

bagi bangsa penjajah dan hanya memperoleh sebagian

kecil dari keuntungan yang diperoleh pemerintahan

kolonial. Namun, disisi lain ketika bangsa Indonesia

meperoleh kemerdekaanya dari negeri Belanda sedikit

banyak pemerintahan kolonial telah meninggalkan

kekayaan dan bangunan untuk dapat kembali

dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia.

Pada abad ke -19 yang dimana puncak

ekploitasi kekayaan alam Indonesia secara besar –

besaran dibawa dan diperdagangkan ke negara Eropa

oleh pemerintahan Kolonial. Membawa dampak besar

terhadap pembangunan sarana ekploitasi dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satunya sarana

yang dibangun oleh pemerintahan kolonial yakni kereta

api. Kereta api memiliki peranan penting dalam rangka

pengakutan dalam jumlah yang massal dari wilayah

pedalaman menuju pelabuhan yang siap dibawa ke Eropa

untuk diperdagangkan. Dengan adanya kereta api tersebut

peningkatan pendapatan pemerintahan kolonial

meningkat dengan pesat.

Sekilas menengok kembali dalam catatan

sejarah kereta api tentunya perlu menjadi catatan penting

terkait pembangunan kereta api Indonesia pada saat ini,

sebagai sarana transportasi yang diperntukan untuk

kepentingan peningkatan ekonomi dan kemakmuran

bangsa Indonesia. Penelitian mengenai Perkembangan

transportasi kereta api di Kabupaten Lamongan masih

dapat dikatakan kurang. Data dan hasil penalaran yang

sangat terbatas menjadikan penelitian ini jauh dari kata

sempurna, sehingga diharapakan di kesempatan yang

akan datang penelitian lebih lanjut mengenai

perkembangan transportasi kereta api di Kabupaten

Lamongan dapat dikembangkan dengan konsepsi yang

lebih matang. Sehingga pengetahuan yang didapatkanpun

dapat memberikan konstribusi yang lebih besar bagi

masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsip

ANRI. Kolonial Verlag Nogmaals de Babat- Djombang

Stoomtram- Maatschapij (BDSM). 1919.

ANRI. Bijlagen, Overeenkomst Met De Babat –

Djombang St. Mij. En Wijsinging En Verh. 1916.

ANRI. Bestelt Une Gedrukten. Staatspoorwagen.

ANRI. Tijdscarift Voor Nederlandsch Indie. Door P.

Bleeker. 1847 dan 1850.

ANRI. Tijdscarift Voor Nijverheid En Landbouw In

Nederlandsch Indie. 1868 dan 1871.

ANRI. Aardrijkskudig En Statistisch Woordenboek Van

Nederlandsch Indie. 1969. Vol I, Vol II, Vol III.

Prof. P.J. Veth.

ANRI. Staasblad Van Nederlandsch Indie. No. 110. 1858

– 1930.

ANRI. Verslag van bestuur en staat van Nederlandsch-

Indie 1867-1875.

BPK Jawa Timur. De Provinciale Verordeninggen Van

Oost Java. 1930.

BPK Jawa Timur. Verlag Over Den Landbouw. 1884-

1911.

BPK Jawa Timur. Verslag van den Raad Beheer den

Nederlandsche Indische Spoorweg

Maatschappij. 1916 – 1934.

BPK Jawa Timur. Bevolking Statistiek Van Java. 1870.

DELPHER. . De Inagure 1900-1930.

Jurnal

Basundoro, Purnawan. 2008. Dinamika Pengangutan Di

Banyumas Pada Era Modernisasi Transportasi

Pada Awal Abad Ke 20.Jurnal Humaniora. Vol

20,

Buku

Agus, Salim.2002.Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan

Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,

Yogyakarta: Tiara Wacana

Aminuddin Kasdi. 2008. Memahami Sejarah.

Surabaya:Unesa University Press.

Arsip Nasional Republik Indonesia penerbit sumber-

sumber sejarah No. 10, Memori Serah Terima

Jabatan (Jawa Timur dan Tanah Kerajaan)

1921 – 1930. ANRI. Jakarta.1978

Edward. K, Morlok.1984. Pengantarr Teknis dan

Perencanaan Transportasi (Sebuah

Terjemahan). Jakarta. Erlangga

Jan Bremen. 1997. Menjinakkan Sang Kuli : Politik

Kolonial Pada Awal Abad ke 20. Jakarta : PT

Pustaka Utama Grafiti.

Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Trasportasi

(Karateristik, Teori,Kebijakan).. Jakarta. PT

Ghalia Indonesia.

Nasution. 2008. Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial

1830- 1930. Surabaya. Pustaka Intelektual

Nugroho Notosusanto. 1978. Masalah Penelitian Sejarah

Kontemporer. Jakarta. Idayu Press

Tim Peneliti dan penyusun Buku Pemerintah Kabupaten

Daerah Tingkat II Lamongan.1994. Lamongan:

Memayu Raharjaning Praja. Lamongan. Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten

Lamongan.

Tim Telaga Bakti Nusantara. 1997. Sejarah

Perkeretapian Indonesia Jilid 1. Bandung. CV.

Angkasa.

Yati, Nurhayati. 2014. Sejarah Kereta Api

Indonesia.Kleten. CV. Rizki Mandiri