pwplt_ppn lamongan

Upload: melani-mamik

Post on 05-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    1/37

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT TERPADU

    KELAS I02

    TIM INDUSTRI

    KELOMPOK 2 :

    Weny Fatmawati 115080601111004

    Doni Fakih F. 115080601111006

    Iwan Tri Wibowo 115080601111008

    Aldila Galuh V. 115080601111016

    Aziz Fahrizal 115080601111024

    Andre Syafriotman 115080601111026

    Mamik Melani 115080601111033

    Dias Alfian N. 115080601111035

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    2/37

    I | K E L O M P O K 2

    LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN

    LAUT TERPADU

    LEMBAR PENGESAHAN

    KELAS I02

    KELOMPOK 2

    MALANG, 2 MEI 2014

    DOSEN PENGAMPU KOORDINATOR PRAKTIKUM

    DR. H. RUDIANTO, MA AGUNG WICAKSONO

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    3/37

    II | K E L O M P O K 2

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... I

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

    1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

    1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

    1.4 Kegunaan ................................................................................................... 3

    1.5 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 4

    2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

    2.1.2 Oseanografi ......................................................................................... 6

    2.1.3 Kependudukan ..................................................................................... 7

    2.2 Struktur Organisasi ..................................................................................... 8

    2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan .................... 8

    2.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA) .................................................................................................. 9

    2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 12

    2.3.1 Potensi Wilayah ................................................................................. 12

    2.3.2 Ancaman Wilayah .............................................................................. 14

    2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup) ............................................................. 15

    2.4.1 Keterkaitan stakeholder ..................................................................... 15

    2.4.2 Konflik kepentingan............................................................................ 16

    3. PEMBAHASAN ........................................................................................... 17

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    4/37

    III | K E L O M P O K 2

    3.1 Hasil Lapang ............................................................................................ 17

    3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA .................................................... 17

    3.1.2 Kondisi Lapang .................................................................................. 19

    3.2 RT/RW ..................................................................................................... 20

    3.2.1 Ringkasan RT/RW ............................................................................. 20

    3.2.2 Analisa RT/RW .................................................................................. 24

    3.3 Studi Kasus dan Pembahasan ................................................................. 25

    3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut ..................................................... 28

    3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir ................................................ 28

    3.4.2 Solusi Penanggulangan ..................................................................... 30

    4. PENUTUP .................................................................................................. 31

    4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 31

    4.2 Saran ....................................................................................................... 32

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    5/37

    1 | K E L O M P O K 2

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Provinsi di Pulau Jawa Timur terletak pada koordinat 111,00- 114,40BT

    dan 7,120 - 8,480 LS dengan batas-batas wilayah adalah, sebelah utara

    berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,

    sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah barat

    berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah pada Provinsi

    Jawa Timur mencapai 46.428 km2atau 4.642.800 ha yang terbagi ke dalam 29

    kabupaten, 9 kota, dan 657 kecamatan dengan 8.497 desa/kelurahan. Wilayah

    Propinsi Jawa Timur memiliki panjang pantai sekitar + 2.128 km. Pada sepanjang

    pantai Provinsi Jawa Timur dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari

    mangrove, padang lamun, terumbu karang, migas, sumberdaya mineral dan

    pantai berpasir putih yang layak untuk dikembangkan menjadi obyek wisata

    (BAPPEDA Jatim,2012).

    Provinsi Jawa Timur juga merupakan provinsi pionir di Indonesia dalam

    penetapan Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Hal

    tersebut tercantum dalam Peraturan Gubernur Jatim Nomor 97 Tahun 2011

    tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2011-

    2030. Kawasan pesisir dan laut Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan

    menjadi tiga, yaitu kawasan pesisir utara, pesisir timur dan pesisir selatan. Untuk

    kawasan pesisir utara dan timur umumnya digunakan untuk transportasi laut,

    pelestarian alam, budidaya laut, pariwisata dan pemukiman bagi para nelayan.

    Pesisir pantai Utara Jawa Timur terdiri dari Kabupaten Tuban, Lamongan,

    Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo (Lamongan

    Kab,2014).

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    6/37

    2 | K E L O M P O K 2

    Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang

    memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama dalam bidang

    perikanan budidaya tambak dan perikanan tangkap. Penentuan kebijakan yang

    berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di wilayah Kabupaten

    Lamongan pada kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri didasarkan

    pada kepentingan Pemerintah serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat

    sebagai pengguna sumberdaya. Kabupaten Lamongan juga memiliki potensi

    untuk tumbuh menjadi Kawasan Industri Maritim baru (KIM). Sejak tahun 2004

    telah terdapat 21 perusahaan yang beroperasi dengan total nilai investasi

    sebesar Rp 12,738 triliun. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari industri

    galangan kapal, jasa pengelolaan kepelabuhan, industri pengolahan ikan,

    industri migas, industri pakan ternak, industri pupuk, industri gula, dan industri

    wisata bahari. Adanya berbagai potensi dan perkembangan pada Kawasan

    Industri Maritim (KIM) tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang harus

    diperbaiki. Kekurangan tersebut meliputi rusaknya permukaan jalan

    bergelombang, kurangnya suplai air bersih serta kurangnya energi listrik untuk

    menunjang kegiatan operasi. Untuk itu sangat diperlukan pembangunan

    infratruktur guna mendukung berkembangnya Kawasan Indistri Maritim

    (Hakim,2013).

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan Masalah dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

    Terpadu adalah sebagai berikut :

    Bagaimanakah pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu pada

    Kabupaten Lamongan?

    Apa saja permasalahan pengelolaan wilayah laut dan pesisir dalam

    bidang Industri pada Kabupaten Lamongan?

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    7/37

    3 | K E L O M P O K 2

    Apa saja solusi yang digunakan untuk dapat diselesaikannya

    permasalahan tersebut melalui perencanaan dan perumusan

    kebijakan?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu

    adalah sebagai berikut :

    Untuk mengetahui rencana zonasi pengelolaan wilayah pesisir dan

    laut terpadu pada Kabupaten Lamongan

    Untuk mengetahui permasalahan pengelolaan wilayah pesisir dan

    laut terpadu dalam bidang Industri pada Kabupaten Lamongan

    Untuk mengetahui solusi yang digunakan untuk dapat

    diselesaikannya permasalahan tersebut melalui perencanaan dan

    perumusan kebijakan Kabupaten Lamongan

    1.4 Kegunaan

    Mahasiswa

    Melatih Mahasiswa dalam kegiatan pengelolaan pesisir dan

    laut secara terpadu dan berkelanjutan, melatih Mahasiswa dalam

    kegiatan diskusi pembahasan isu dan permasalahan pada

    pengelolaan wilayah pesisir dan laut pada suatu wilayah, serta

    melatih Mahasiswa dalam kegiatan pembuatab rencana pengelolaan

    suatu kawasan pesisir menggunakan Sistem Informasi Geografis.

    Masyarakat

    Diharapkan dapat menjadi tambahan informasi untuk

    masyarakat setempat mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut

    terpadu, sehingga masyarakat mampu berperan aktif dalam

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    8/37

    4 | K E L O M P O K 2

    membantu Pemerintah untuk dapat mewujudkan pengelolaan wilayah

    pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.

    Institusi

    Diharapkan dapat menjadi kumpulan tambahan data bagi

    Institusi terkait mengenai pengelolaan pesisir dan laut terpadu serta

    dapat dijadikan tambahan acuan dalam mewujudkan pengelolaan

    wilayah pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.

    1.5 Waktu dan Tempat

    Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu dilaksanakan

    pada hari Jumat 23 Mei 2014, pada pukul 05.00-17.30 WIB yang bertempat di

    Badan Perencanaan Pengelolaan Daerah (BAPPEDDA) Lamongan dan di

    Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Lamongan.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    9/37

    5 | K E L O M P O K 2

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kondisi Umum

    2.1.1 Kondisi Geografis dan Peta Wilayah

    Secara geografis Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51 54 - 7o23

    06 LS dan122o04 04- 112o 3312 BT. KabupatenLamongan memiliki luas

    wilayah 1.812,80 Km2 atau 3,78% luas wilayah Provinsi JawaTimur.

    Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut

    Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari

    permukaan laut. Adapun batasbatas wilayah Kabupaten Lamongan sebagai

    berikut :

    Sebelah Utara : Laut Jawa

    SebelahTimur : Kabupaten Gresik

    Sebelah Selatan : Kabupaten Jombang dan Mojokerto

    Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

    Daratan Kabupaten Lamongan Dipisahkan oleh Sungan Bengawan

    Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik

    yaitu:

    Bagian tengah Selatan merupakan daratan rendah relative agak

    subur yang membentang dari Kecamatan Kedung pring, Babat,

    Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung Sugio, Maduran, Siri rejo

    dan Kembang bahu.

    Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu

    dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan

    Mantub, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong,

    Paciran dan Solokuro

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    10/37

    6 | K E L O M P O K 2

    Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan

    daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sakaran,

    Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karang binagun dan Glagah.

    2.1.2 Oseanografi

    Kabupaten Lamongan sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

    yang termasuk dalam kawasan pantai utara jawa memiliki karakteristik kondisi

    oseanografi khususnya gelombang, arus dan pasang surut. Secara morfologi,

    garis pantai yang membentuk bagian pantai utara jawa terbentuk karena

    proses erosi sungai-sungai yang mengalir dan bermuara di pantai utara jawa.

    Hasil endapan erosi ini juga mempengaruhi morfologi dasar laut pantai utara.

    Karena endapan erosi yang halus ini menjadi materi yang mendominasi

    dasar laut pulau jawa, sehingga dasar laut pulau jawa cenderung datar

    (Yarjohan, 2012).

    Kondisi Gelombang dan Arus

    Morfologi dasar laut yang cenderung datar di pantai utara

    yang menjadi salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik ombak

    dimana ombak di pantai utara tidak sebesar di pantai selatan. Dapat

    dilihat bahwa ombak di pantaiselatan lebih besar jika dibandingkan

    dengan di pantai utara yang ombaknya lebih tenang.

    Arus yang ada di pantai utara memiliki kekuatan yang tidak

    terlalu kuat dibandingkan dengan arus yang ada di pantai selatan.

    Sehingga kebanyakan pantai yang terletak di pantai utara banyak

    digunakan sebagai tempat wisata.

    Kondisi Pasang Surut

    Gaya-gaya pembangkit pasut (pasang surut) gravitasi berasal dari

    bulan dan matahari yang terjadi sekitar dua kali perhari (semi diurnal).

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    11/37

    7 | K E L O M P O K 2

    Menurut Lubis (2006) mengambarkan kondisi Pasang surut di pantai selatan

    jawa adalah bertipe Mixed Semi diurnal, yaitu kondisi pasang surut yang

    cenderung condong kearah pasut ganda, Harian, dua air yang tinggi dan dua

    air yang rendah, tetapi dengan waktu yang berbeda, Hal ini berbeda dengan

    pantai Utara Jawa yang bertipe diurnal dan mixed diurnal.

    2.1.3 Kependudukan

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lamongan tahun

    2009-2012 ditunjukkan oleh table berikut :

    Tabel1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2009-2012

    Tahun

    Jumlah Penduduk

    Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

    Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    2009 566.705 47,64 622.910 52,36 1.189.615 100.00

    2010 568.210 48.16 611.560 51,84 1.179.770 100.00

    2011 573.756 48.39 611.936 51,61 1.185.692 100.00

    2012 578.704 48.58 612.535 51,42 1.191.239 100.00

    (Sumber : BPS, Kab. Lamongan 2009-2012)

    Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan

    daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada

    sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan.

    Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu

    memberikan kontribusi sebesar 15,25 % dari total produksi ikan di Jawa Timur

    atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar

    65.874,984 ton senilai kurang lebih Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    12/37

    8 | K E L O M P O K 2

    produksi ikan di Kabupaten Lamongan disumbangakan oleh produksi ikan air

    tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan laut.

    Sedangkan untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan

    rekreasi menunjukkan suatu perkembangan yang nyata/ significant untuk

    memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian

    daerah Kabupaten Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan

    (WBL) nampak nyata memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya

    kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB.

    2.2 Struktur Organisasi

    2.2.1 Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan

    Susunan Organisasi

    Pasal 3

    (1) Susunan Organisasi Sekretariat Daerah, terdiri dari :

    a. Sekretaris Daerah

    b. Asisten Tata Praja

    (2) Bagian Pemerintahan

    a) Sub Bagian Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah

    b) Sub Bagian Perangkat Kecamatan dan Kelurahan

    c) Sub Bagian Agraria

    (3) Bagian Pemerintahan Desa

    a) Sub Bagian Tata Pemerintahan Desa dan Lembaga Kemasyarakatan

    Desa

    b) Sub Bagian Perangkat dan Administrasi Desa

    c) Sub Bagian Kekayaan dan Potensi Desa

    (4) Bagian Hukum

    a) Sub Bagian Perundang-Undangan

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    13/37

    9 | K E L O M P O K 2

    b) Sub Bagian Bantuan Hukum

    c) Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum

    (5) Bagian Kesejahteraan Masyarakat

    a) Sub Bagian Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olahraga

    b) Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan

    c) Sub Bagian Bina Sosial dan Kesehatan

    c. Asisten Ekonomi Pembangunan

    1) Bagian Perekonomian

    a) Sub Bagian Sumber Daya Alam

    b) Sub Bagian Bina Usaha

    c) Sub Bagian Pertambangan dan Energi

    2) Bagian Bina Pengelolaan BUMD

    a) Sub Bagian Pemberdayaan BUMD

    b) Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi BUMD

    c) Sub Bagian Kerjasama

    3) Bagian Pembangunan

    a) Sub Bagian Bina Penyusunan Program

    b) Sub Bagian Pengendalian

    c) Sub Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

    d. Asisten Administrasi

    2.2.2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah (BAPPEDA)

    1) Bagian Umum

    a) Sub Bagian Tata Usaha dan Keuangan Pimpinan

    b) Sub Bagian Perlengkapan

    c) Sub Bagian Rumah tangga

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    14/37

    10 | K E L O M P O K 2

    2) Bagian Organisasi

    a) Sub Bagian Kelembagaan dan Analisis Jabatan

    b) Sub Bagian Ketatalaksanaan

    c) Sub Bagian Pendayagunaan Aparatur

    3) Bagian Bina Pengelolaan Keuangan dan Asset

    a) Sub Bagian Keuangan Sekretariat Daerah.

    b) Sub Bagian Analisa, Monitoring dan evaluasi Keuangan Daerah

    c) Sub Bagian Bina Asset

    4) Bagian Humas dan Infokom

    a) Sub Bagian Pemberitaan dan Infokom

    b) Sub Bagian Protokol

    c) Sub Bagian Pelayanan Informasi, Dokumentasi, Perpustakaan dan

    Siaran Radio Daerah

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    15/37

    11 | K E L O M P O K 2

    Struktur Organisasi Kelembagaan Kabupaten Lamongan

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    16/37

    12 | K E L O M P O K 2

    2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

    2.3.1 Potensi Wilayah

    Dilihat dari sudut sumberdaya perikanan, Kabupaten Lamongan

    mempunyai potensi yang cukup besar selain wilayahnya yang berbatasan

    langsung dengan Laut Jawa, di Kabupaten Lamongan juga sangat cocok

    untuk di kembangkan budidaya air payau (tambak). Potensi sumberdaya

    perikanan yang cukup besar tersebut memberikan keuntungan yang cukup

    besar pula, dimana dengan adanya kebijakan otonomi daerah Kabupaten

    Lamongan sepenuhnya dapat mengelola sumberdaya perikanan yang ada

    secara bertanggung jawab. Pengelolaan sumberdaya perikanan

    diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang selama

    ini dirasakan belum optimal dan nantinya juga diharapkan dapat menjadi

    tumpuan perekonomian di Kabupaten Lamongan yang dapat digunakan

    sebagai sumber biaya operasional pembangunan daerah

    setempat.Sedangkan sektor perikanan merupakan salah satu potensi

    terbaik dari Kabupaten Lamongan, karena sumberdaya perikanannya

    cukup besar khususnya perikanan budidaya tambak dan perikanan

    tangkap (laut). Dengan peran pasar dan petani ikan yang dikelola dengan

    baik oleh pemerintah Lamongan, hal ini menjadikan Kabupaten Lamongan

    menjadi salah satu sentra produksi perikanan terbesar di Jawa

    Timur.Produksi hasil perikanan di Kabupaten Lamongan sebagian besar

    merupakan hasil budidaya tambak dengan komoditi udang dan bandeng,

    juga perikanan tangkap dengan komodb iti terbanyak adalah ikan layang,

    kuningan, tembang, tongkol, dan tengiri. Penentuan kebijakan yang

    berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk berbagai

    kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri, dan lain - lain selain

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    17/37

    13 | K E L O M P O K 2

    didasarkan pada kepentingan pemerintah, juga mempertimbangkan

    kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sumberdaya. Oleh

    karena itu potensi sumberdaya perikanan ini perlu dilakukan pengelolaan

    secara terpadu dan berkelanjutan dengan sebuah kegiatan pemetaan

    wilayah pesisir dan laut sebagai langkah awalnya (DKP, 2003).

    Kabupaten Lamongan merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa

    Timur. Berbagai jenis hasil tangkapan nelayan Kabupaten Lamongan

    antara lain ikan laying, kuningan, tongkol, tengiri, kakap merah, rajungan,

    dorang, dan cumi-cumi.Pemasarannya meliputi daerah-daerah Jawa Timur,

    Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jakarta. Bahkan dengan pembangunan

    Cold Storage (instalasi pendinginan) di Paciran, pemasarannya bisa

    menembus pasar ekspor Taiwan, China, Jepang, Negara-negara Eropa

    dan Amerika Serikat

    Di sektor perikanan darat, para petani tambak yang difasilitasi

    pemerintah Kabupaten Lamongan tergabung dalam Asosiasi

    Pembudidayaan Ikan Lamongan (ASPELA) telah berhasil meningkatkat

    harga jual ikan bandeng di Lamongan. Pada awal tahun 2004 ASPELA

    berhasil memberangkatkatkan ekspor perdananya ke Jepang sebanyak 2

    (dua) kontainer atau 48 ton pada pada 29 April 2004 lalu. Dan saat ini

    setiap bulannya ASPELA mengekspor ke Jepang sebanyak 8 kontainer

    atau 192 ton dengan total nilai sebesar 1,5 Milyar.

    Pada tahun 2005 lalu lahan sawah tambak yang tersebar di beberapa

    lokasi seluas 23.602 hektar, produksinya mencapai 23.216 ton lebih.

    Selain dari sektor perikanan, sektor pertanian, perdagangan, dan

    pariwisata adalah potensipotensi terbaik dari Lamongan. Karena sektor

    sektor inilah yang menjadikan Lamongan lebih berkembang dan maju. Dari

    sektor pariwisata, saat ini banyak investor-investor asing yang

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    18/37

    14 | K E L O M P O K 2

    menanamkan modal besar untuk berkembangan kawasan pariwisata

    Lamongan. Menurut (BAPPEDA, 2014), banyaknya investor untuk

    kawasan pariwisata yang masuk karena memang pariwisata di Lamongan

    saat ini menjadi potensi terbaik, karena melalui pertimbangan lokasi yang

    dekat pesisir dan laut serta masih rapinya tatanan wilayah kota Lamongan

    sehingga ketika sektor pariwisata dikembangkan akan dapat menarik minat

    wisatawan yang tentunya akan memberikan feedbackbaik untuk kemajuan

    ekonomi dan kehidupan masyarakat Lamongan. Sektor pariwisata ini

    terbagi menjadi berbagai macam, beberapa contoh sektor pariwisata yang

    paling diminati adalah WBL (Wisata Bahari Lamongan), Goa Maharani,

    makam Sunan Drajat dan masih banyak lagi.

    2.3.2 Ancaman Wilayah

    Dari segi fisik, wilayah Lamongan dilewati oleh Bengawan Solo

    dan sebagian wilayahnya berada pada dataran rendah, hal ini

    menyebabkan sering terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten

    Lamongan. Sebagian wilayah Kabupaten Lamongan berada pada Daerah

    Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang secara hidrologis merupakan

    floodplain area. Pada tahun 2008 jebolnya tanggul Widang di Kabupaten

    Tuban yang berada pada kawasan sungai yang lebih hulu, menjadi salah

    satu isu utama penyebab banjir luapan Bengawan Solo di wilayah 8

    Kecamatan di Kabupaten Lamongan diantara Laren, Maduran, Sekaran,

    Babat, Kalitengah, Karangbinangun, Glagah dan Karanggeneng, dengan

    kondisi terparah terpantau di Kecamatan Laren. Sedangkan pada

    tahun2009, banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan menyebabkan

    sedikitnya tujuh kecamatan terendam, yakni Kecamatan Babat, Laren, Turi,

    Deket, Karanggeneng, Kalitengah, dan Glagah (ITS, 2010).

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    19/37

    15 | K E L O M P O K 2

    Selain ancaman banjir yang terjadi di Kabupaten Lamongan, saat

    ini yang menjadi trending topic adalah mengenai ancaman kerusakan

    wilayah pesisir akibat reklamasi pantai dan beberapa kegiatan

    pembangunan perusahaan-perusahaan industri dan pariwisata. Masalah ini

    akan menjadi dampak jangka panjang bagi kawasan konservasi dan

    kelimpahan sumberdaya laut. Karena saat ini yang diterima oleh

    masyarakat dan nelayan hanya keuntungan sektor ekonomi dari dampak

    pembangunan, namun tidak mementingkan keberlanjutan jangka panjang

    termasuk kelimpahan sumberdaya laut yang pasti nantinya akan terkena

    dampak kegiatan industri seperti masuknya limbah cair ke perairan. Dari

    hal dan permasalahan tersebut, maka adanya green zone dan Marine

    Protected Area (MPA) sangat diperlukan ketika adanya kegiatan

    pembangunan dan industri di wilayah pesisir Lamongan. Selain itu,

    pemerintah hendaknya mewajibkan setiap perusahaan yang mengadakan

    proyek di pesisir, untuk menggunakan standar operasional Internasional

    sehingga limbah hasil industri mendapatkan treatment terlebih dahulu

    sebelum dibuang ke perairan nantinya.

    2.4 Kelembagaan (lingkungan hidup)

    2.4.1 Keterkaitan stakeholder

    Sektor pariwisata merupaka salah satu sector andalan bagi

    pemerintah Indonesia untuk menghasilkan devisa Negara, oleh karena itu

    pemanfaatan, pengembangan, pengolahan dan pembiayaan kawasan

    wisata harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dengan

    melibatkan peran lembaga-lembaga pemerintah, stakes holder yang terkait

    serta partisipasi oleh seluruh masyarakat dalam berbagai hal kebijakan dan

    program yang akan diambil.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    20/37

    16 | K E L O M P O K 2

    Berdasarkan keterkaitan diatas, maka usaha pemerintah daerah

    membangun pariwisata tidak lepas dari upaya peningkatan seperti retribusi

    karcis masuk objek wisata, retribusi penjualan, parker, dan retribusi pajak

    hiburan, hotel, restaurant. Sedangkan perluasan kesempatan berusaha

    misalnya, penambahancafe, perusahaan travel, dan para pedagang kaki

    lima lainnya. Dengan berkembangnya usaha ekonomi makaakan dengan

    sendirirnya membuka peuang kesempatan kerja di sector tersebut yang

    pada akhirnya dapat memberikan peningkatan pendapatan masyarakat itu

    sendiri.

    Hal ini semua dapat tercipta karena adanya hubungan baik

    dankerjasama yang dilakukan pemerintah bersama pihak stake holder di

    bidang pariwisataan. Untuk itu, perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang

    bertujuan untuk mendorong pengembangan kegiatan pariwisataan.

    Kebijakan-kebijakan yang tersebut harsu mengakomodir prinsip-prinsip

    pariwisata berkelanjutan, meliputi kesejahteraan local, penciptaan

    lapangan kerja, konservasi sumber daya alam, pemeliharaan dan

    peningkatan kualitas hidup, dan antar generasi dalam distribusi

    kesejahteraan.

    2.4.2 Konflik kepentingan

    Dalam pembangunan semacam ini biasanya sering terjadi konflik

    kepentingan antara pihak satu dan pihak yang lainnya. Kedudukan yang

    tinggi juga dapat mempengaruhi adanya konflik ini. Para stake holder yang

    memiliki jabatan lebih tinggi biasanya mencampur adukkan kepentingan

    pribadi dan kepentingan proyek, ha ini yang dapat memicu adanya konflik.

    Adanya kesalahpahaman antara pihak satu dan pihak lainnya dapat

    menjadikan konflik yang didasari karena kepentingan pribadi.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    21/37

    17 | K E L O M P O K 2

    3. PEMBAHASAN

    3.1 Hasil Lapang

    3.1.1 Ringkasan Wawancara BAPPEDA

    Praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu

    dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2014 yang bertempat di BAPPEDA dan

    Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Lamongan. Pada praktikum yang

    bertempat di BAPPEDA dilakukan sesi wawancara dengan Aris Wibawa

    selaku Kepala BAPPEDA dan perangkat lainnya, adapun isi ringkasan

    wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

    Banyak permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten

    Lamongan diantaranya adalah adanya illegal fishing, degradasi lingkungan,

    kemiskinan, kerusakan ekosistem pesisir dan pencemaran lingkungan.

    Terkait dengan adanya degradasi lingkungan yang telah terjadi, Pemerintah

    setempat berupaya untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan melalui

    setiap kegiatan atau usaha harus memilki perijinan dan menyangkut

    kepedulian terhadap lingkungan. Bagi para pengusaha yang akan mendirikan

    suatu usaha, setelah mendapatkan perijinan maka mereka akan selalu

    dipantau atau diawasi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan. Hal tersebut

    dilakukan guna menghindari dan meminimalisir terjadinya kerusakan

    lingkungan di Kabupaten Lamongan. Selain itu, apabila usaha yang telah

    didirikan tersebut menimbulkan dampak pencemaran, maka pihak yang

    terkait harus bertanggung jawab untuk mengatasi pencemaran yang

    ditimbulkan.

    Sebagai salah salah satu contohnya perusahaan yang menimbulkan

    dampak pencemaran adalah oleh PT KL. Upaya yang dilakukan oleh

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    22/37

    18 | K E L O M P O K 2

    Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk mengatasi terjadinya pencemaran

    yang dilakukan oleh PT KL adalah memberikan pembinaan mengenai cara

    mengatasi pencemaran, disamping itu juga melibatkan LSM dan masyarakat

    setempat. PT KL juga bertanggung jawab terhadap terjadinya pencemaran

    yang telah ditimbulkan yaitu, melalui ganti rugi terhadap masyarakat yang

    mengalami kerugian akibat pencemaran, serta tambak masyarakat yang tidak

    mengalami pencemaran juga diberi ganti rugi. Selain itu pihak PT KL

    mendatangkan alat yang berasal dari Taiwan beserta teknisinya untuk

    mengatasi pencemaran akibat dari kegiatan perusahaan tersebut.

    Seperti yang telah kita ketahui pantai utara banyak mengalami abrasi

    pantai, termasuk Kabupaten Lamongan salah satunya, dan upaya

    Pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah

    dengan cara membuat bangunan pemecah gelombang atau disebut juga

    Breakwater. Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam setiap perencanaan

    untuk mengelola lingkungan hidup selalu melibatkan masyarakat dalam hal

    teknis, dimana masyarakat memilki tugas untuk melakukan pengawasan

    terhadap lingkungan dan sebagai pelapor apabila terjadi kerusakan

    lingkungan ataupun pencemaran, selain itu juga membentuk LSM untuk

    membantu tercapainya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik.

    Adapun upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi adanya abrasi

    pantai, diantaranya dengan menanam kembali mangrove. Tetapi hal ini

    menjadi masalah karena penanaman mangrove yang telah dilakukan

    sebelumnya ditanam di tanah milik warga sehinga pemerintah tidak bisa

    melindungi mangrove tersebut setelah dijual atau dialih fungsi lahan oleh

    pemiliknya. Sehingga pemerintah kabupaten Lamongan berupaya untuk

    untuk melakukan penanaman mangrove di bantu dengan masyarakat sekitar

    yan peduli akan pentingnya mangrove bagi lingkungan dan juga melibatkan

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    23/37

    19 | K E L O M P O K 2

    LSM. Disamping itu untuk mengatasi kerusakan lingkungan di pesisir dan laut

    ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

    Lamongan yaitu, membuat rumah ikan, melakukan sosialisasi menenai alat

    tangkap yang ramah lingkungan dan mensosialisasikan nelayan setempat

    untuk tidak menggunakan bahan peledak dan bahan kimia berbahaya dalam

    aktivitas penangkapan ikan, dan membantu nelayan miskin dengan cara

    memberikan alat tangkap bubu yang ramah lingkungan dengan tujuan untuk

    menjaga keseimbangan lingkungan.

    3.1.2 Kondisi Lapang

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Lamongan merupakan

    salah satu unsur perencanaan penyelenggaraan Pemerintah yang

    mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

    daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA,2012).

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

    Lamongan terletak dipusat kota, dimana berhadapan langsung dengan Alun-

    alun Kota Lamongan dan banyak bangunan - bangunan lain seperti Masjid,

    dan kantor Pemerintahan Kabupaten Lamongan.

    Kondisi lapang pada saat praktikum di Pelabuhan Perikanan

    Nusantara Brondong Lamongan adalah, banyak sampah yang berserakan

    disekitar Pelabuhan serta kondisi perairan yang keruh dan sudah tercemar

    akibat dari beberapa limbah perikanan tangkap maupun limbah industri yang

    ada di Pelabuhan seperti minyak, oli, dan bahan bakar lain. Pada Pelabuhan

    Perikanan tersebut juga banyak dijumpai kapal - kapal nelayan yang

    bersandar, banyak pula aktivitas perdagangan dalam bidang perikanan

    (seperti perdagangan hasil perikanan tangkap ikan, jenis Crustacea) dan

    terdapat nelayan yang pulang dari aktivitas penangkapan ikan.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    24/37

    20 | K E L O M P O K 2

    Gambar. Aktiv itas di Pelabuhan Perikanan (PPN) Brondong Lamongan

    Adanya Operasional Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

    sangat diperlukan dalam pengembangan sektor perikanan setempat, karena

    pelabuhan tersebut dapat memudahkan para nelayan penangkap ikan untuk

    mengeksploitasi sumber daya perikanan, serta pelabuhan tersebut

    merupakan lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal itu sangatlah

    beralasan, karena selain menunjang aktivitas penangkapan ikan didaerah

    setempat, pada pelabuhan tersebut juga merupakan pusat jual beli hasil

    perikanan (Maiditama,2008).

    3.2 RT/RW

    3.2.1 Ringkasan RT/RW

    Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan suatu perencaan

    pada penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan dengan

    hukum atau aturan yang dibuat oleh daerah wilayah setempat. Tujuan

    adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah agar terwujudnya

    pemanfaatan ruang yang berwawasanlingkungan serta berkualitas, dan

    untuk terselenggarakannya pengaturan pemanfaatanruang kawasan

    lindungdan kawasan budidaya. Pada Kabupaten Lamongan memiliki luas

    ruang wilayah yang cukup dan banyak potensi untuk dikembangkan dan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkunganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ruang_kawasan_lindung&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan
  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    25/37

    21 | K E L O M P O K 2

    dimanfaatkan. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah pada sektor

    industri, perikanan, pertanian, dan pariwisata. Akan tetapi keberadaan

    potensi tersebut belum dikelolan dan dimanfaatkan secara optimal.

    Kabupaten Lamongan telah merencakan stuktur ruang pada

    pengembangan sistem pedesaan sebagai kawasan agropolitan, minapolitan

    serta sentra bahan baku pangan. Pada Kecamatan Brondong merupakan

    salah satu lokasi dalam praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

    Terpadu termasuk dalam kawasan minapolitan bersamaan dengan

    Kecamatan Paciran dan Kecamatan Glagah. Sedangan pada

    pengembangan sistem perkotaannya terbagi menjadi beberapa kelompok

    yaitu, sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang bertempat di Perkotaan

    Lamongan, Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang bertempat di

    Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi, dan

    Perkotaan Ngimbang PKLp ini nantinya akan ditetapkan sebagi Pusat

    Perkotaan Lokal (PKL), dan yang terakhir sebagai Pusat Pelayanan

    Kawasan (PPK) meliputi perkotaan Sukorame, perkotaan Bluluk, perkotaan

    Sambeng, perkotaan Mantup, perkotaan Kembangbahu, perkotaan Sugio,

    perkotaan Kedungpring, perkotaan Modo, perkotaan Pucuk, perkotaan

    Tikung, perkotaan Sarirejo, perkotaan Deket, perkotaan Glagah, perkotaan

    Karangbinagun, perkotaan Turi, perkotaan Kelitengah, perkotaan

    Karanggeneng, perkotaan Sekaran, perkotaan Maduran, perkotaan laren

    dan perkotaan Solokuro, yang berfungsi melayani kegiatan skala kecamatan

    atau beberapa desa.

    Berdasarkan sistem perwilayahan Wilayah Pengembangan (WP)

    Kabupaten Lamongan yang terdiri dari 27 kecamatan dibagi kedalam lima

    wilayah pengembangan. Tiap pusat wilayah pengembangan akan memiliki

    fungsi dan peran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kecamatan

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    26/37

    22 | K E L O M P O K 2

    Brondong, sebagai lokasi penelitan masuk kedalam wilayah pengembangan

    II. Berikut sistem perwilayahan wilayah pengembangan II (WP II) :

    1. WP II Paciran-Brondong ini meliputi Kecamatan Paciran, Kecamatan

    Brondong, Kecamatan Laren, dan Kecamatan Solokuro, dengan

    pusat pelayanan di Perkotaan Paciran dan Brondong.

    2. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP yaitu, sebagai

    pusat pemerintahan skala kecamatan/lokal, sebagai pusat

    perdagangan skala regional, sebagai pusat industri besar dan

    strategis nasional, sebagai pusat transportasi nasional, sebagai pusat

    pengembangan kawasan minapolitan, sebagai pusat pelabuhan dan

    indusri perikanan skala regional dan nasional, sebagai pusat kegiatan

    pariwisata skala regional, sebagai pusat pelayanan pelabuhan

    barang skala regional, dan sebagai pusat pengembangan pendidikan.

    3. Kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP ini yakni,

    Pengembangan pelayanan umum skala kecamatan, pengembangan

    kegiatan perdagangan dan jasa, pengembangan industri besar,

    pengembangan transportasi darat, pengembangan kegiatan

    pelabuhan dan perikanan laut, pengembangan kegiatan wisata skala

    regional, dan penggembangan kegiatan pendidikan.

    4. Kegiatan utama sebagai pendukung WP ini yaitu, Pengembangan

    kegiatan industri (Kerakinan Rakyat), pengembangan pertanian,

    pengembangan pertambangan, pengembangan peternakan,

    pengembangan kehutanan, dan perlindunagn kawasan lindung

    (mangrove).

    Rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang ditetapkan

    dengan fungsi utama untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

    sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan yang

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    27/37

    23 | K E L O M P O K 2

    meliputi kawasan hutan, kawasan pertanian, kawasan pertambangan,

    kawasan perindustrian, kawasan pariwisata dan kawsan pemukiman.

    Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria berikut:

    1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri.

    2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.

    3. Tidak mengubah lahan produktif.

    Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan pula sebagai wilayah

    yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri yakni, industri pengolahan

    hasil perikanan. Kawasan industri yang dikembangkan akan berpusat pada

    dua lokasi, yakni di Utara (Kecamatan Paciran dan Brondong) dan Selatan

    (Kecamatan Ngimbang dan Sambeng). Rencana pengembangan kawasan

    peruntukan industri direncanakan seluas 6.085 ha, meliputi :

    1. Pengembangan kawasan industri besar, merupakan kawasan industri

    polutan yang terletak di wilayah :

    Kecamatan Paciran dan Brondong beserta wilayah

    pengembangan.

    Kecamatan Ngimbang (kawsan agropolitan) beserta wilayah

    pengembangannya.

    2. Pengembangan industri UMKM, merupakan industri kerajinan yang

    menyebar di 27 kecamatan. Pengembangan industri UMKM adalah

    sebagai berikut:

    Pengembangan kawsan sentra industri kecil terutama pada

    kawasan pedesaan dan perkotaan.

    Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada

    setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    28/37

    24 | K E L O M P O K 2

    Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan

    pengutamaan UKM.

    Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan

    kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang

    kepastian hukum yang menunjang investasi.

    Secara umum, upaya pengembangan/pengolahan kawasan industri di

    Kabupaten Lamongan, meliputi:

    1. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada

    kawasan perdesaan dan perkotaan.

    2. Pengembangan failitas perekonomian berupa koperasi pada setiap

    pusat kegiatan perkotaan dan pedesaan.

    3. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan

    UKM.

    4. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukan kemudahan

    dalam berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang

    menunjang investasi.

    3.2.2 Analisa RT/RW

    a. Kesusaian RT/RW dengan kondisi lapang

    Berdasarkan data hasil lapang yang dilakukan di Pelabuhan

    Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan, bila ditinjau dari

    kriteria kawasan peruntukan sektor industri pada kawasan tersebut, dapat

    dikatakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah

    ditetapkan. Hal tersebut sesuai pada poin 1 hingga poin 3, yaitu:

    1. Kawasan industri berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk

    kegiatan industri.

    2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    29/37

    25 | K E L O M P O K 2

    3. Tidak mengubah lahan produktif.

    Pada poin 1, jelas bahwa Kecamatan Brondong merupakan wilayah

    yang digunakan sebagai kegiatan Industri. Hal ini berkaitan dengan

    penetapan kawasan pengembangan Industri oleh pemerintah Kabupaten

    Lamongan di kawasan Utara. Sedangkan pada poin 2 dan 3 , tidak

    mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan/atau tidak mengubah

    lahan produksi, menurut hasil pengamatan lapang, sesuai karena

    perindustrian (Industri es batu, Industri bahan bakar/solar, dan Industri unit

    bengkel dan Charge Accu) yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan

    Nusantara Brondong berada dikisaran pantai sehingga tidak mengubah

    lahan produksi, serta jauh dari pemukiman.

    b. Ketidaksesuaian RT/RW dengan kondisi Lapang

    Berdasarkan data dari hasil observasi lapang pada Pelabuhan

    Perikanan Nusantara Brondong Lamongan, mengenai Rencana Tata Ruang

    Wilayah (RTRW) pada bidang industri tidak terdapat Ketidaksesuaian pada

    RTRWnya. Akan tetapi dalam bidang industri yang berada didaerah

    tetsebut, perlu dilakukannya pemantauan secara intensif sehingga akan

    terwujud sektor industri yang diinginkan, sesuai dengan RTRW yang telah

    ditetapkan.

    3.3 Studi Kasus dan Pembahasan

    Dalam survei lapang yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

    Brondong, Lamongan, didapat beberapa unit usaha yang dijalankan oleh

    masyarakat setempat, akan tetapi banyak pula ditemukan beberapa isu terkait

    dengan unit-unit usaha yang ada. Isu permasalahan yang ditemukan diantaranya

    adalah sebagai berikut :

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    30/37

    26 | K E L O M P O K 2

    NoNama

    Tempat

    KoordinatPotensi Pemanfaatan Isu

    Lintang Bujur

    1 Unit Bengkeldan Charge

    Accu

    Charge accu kapal

    Setting Elektrik kapaldan pelabuhan

    Bengkel reparasi &

    servis mesin

    Charging accu kapal

    Pemasangan/perbaikanelektrisitas pada kapal

    Reparasi mesin

    Buid up permesinanpada kapal

    Estetika rendah

    Teknisi ahli kurangmemadai

    Limbah mesin/besi

    2 TankiPenyimpananBBM

    Penyimpanan BBM Distribusi BBM Diperlukan penambahanunit tanki

    Diperlukan pengecekan &perawatan

    3 Unit TPIBrondong

    Kapasitas produksitinggi

    Ekspor hasil keEropa & Jakarta

    Unit Pemasaran

    Sebagai wadahpemasaran hasil laut

    Nilai Estetika rendah(kumuh)

    Kesan higenis tidak ada

    Penataan stan penjualanburuk

    Rawan konflik

    4 Unit PabrikEs Brondong

    Unit produksi es

    multinasional

    Produksi es unutkpengawetan ikan

    Persaingan lokal enganpabrik lain

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    31/37

    27 | K E L O M P O K 2

    Pembahasan

    Industri bengkel dan charge accu adalah usaha yang didirikan oleh

    masyarakat sekitar TPI Brondong yang bergerak dibidang penyetruman dan

    bengkel accu. Karena masih banyaknya warga dan nelayan yang

    menggunakan accu untuk kapal atau mesin lainnya, sehingga usaha ini

    sangat prospektif. Namun diantara latar belakang tersebut, terdapat

    beberapa kendala yang muncul diantaranya kemampuan pegawai dan

    teknisi yang belum begitu handal serta minimnya alat bantu yang digunakan

    teknisi untuk kegiatan pekerjaan. Selain itu, limbah barang atau besi yang

    tergeletak dan tidak terawat juga menjadi limbah padat yang menyebabkan

    kerusakan lingkungan. Dari permasalahan tersebut, dapat diambil solusi

    yaitu penambahan jumlah teknisi handal dan fasilitas bengkel yang memadai

    sehingga meningkatkan kinerja bengkel yang lebih maksimal.

    Selain usaha bengkel dan penyetruman accu, didekat lokasi

    bengkel terdapat tangki penampungan solar dan bbm untuk mencukupi

    kebutuhan kapal para nelayan. Namun jumlah tangki yang tersedia masih

    sedikit, yaitu hanya satu tangki utama dan satu tangki cadangan. Mengingat

    jumlah kapal besar sangat banyak dan jumlah tangki penampungan yang

    hanya satu itu sangat kurang sehingga dibutuhkan pembangunan tangki

    utama sekitar 2-3 unit lagi dan teknisi untuk pemantauan dan perawatan

    tangki agar selalu terdeteksi setiap permasalahan yang mungkin timbul.

    Unit usaha yang ketiga adalah TPI atau Tempat Pelelangan Ikan itu

    sendiri. TPI Brondong ini adalah salah satu TPI terbesar di Jawa Timur. TPI

    ini menghasilkan sekitar 15 ton ikan pada saat sepi dan mencapai lebih dari

    100 ton ikan tiap hari pada saat ramai. Namun diantara beberapa kelebihan

    TPI tersebut, terdapat banyak kekurangan yang timbul dari setiap

    permasalahan tempat pelelangan ikan, yaitu adanya limbah. Limbah tersebut

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    32/37

    28 | K E L O M P O K 2

    berasal dari ikan-ikan hasil fillet seperti darah dan tulang yang dibuang

    langsung ke laut sehingga menimbulkan bau yang sangat menyengat. Dari

    permasalahan limbah yang timbul dapat dilakukan penyediaan fasilitas yang

    menunjang untuk kebersihan lingkungan TPI Brondong, serta dilakukan

    treatment pada limbah yang dihasilkan baik yang berasal dari hasil

    penangkapan nelayan maupun hasil produksi perikanan.

    Pada unit usaha pabrik es berfungsi sebagai penyimpanan maupun

    pengawetan ikan hasil tangkapan nelayan setempat. Sehingga pabrik es

    tersebut sangat penting keberadannya, akan tetapi pad unit pabrik es

    tersebut terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu adanya persaingan

    antar pabris es satu dengan yang lain dan adanya kendala dalam

    pemasaran yang hanya sampai pada daerah Gresik. Dengan adanya hal

    tersebut dapat dicarikan solusi yaitu berupa mengembangkan produk yang

    unggul serta mengoptimalkan kualitas, reduksi harga regional sehingga

    permintaan local lebih tinggi.

    3.4 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut

    3.4.1 Kendala Pengelolaan Wilayah Pesisir

    Menurut (Soemarno et all, 2014), Kendala Perkembangan Wilayah

    Pesisir Pantai Tiga faktor utama yang menyebabkan lambatnya

    perkembangan teknologi yang dapat berdampak pada perbaikan

    kesejahteraan nelayan pendega adalah (i) faktor ekonomi, (ii) faktor sosial

    budaya,(iii) faktor sosial politik. Beberapa kendala yang termasuk faktor

    ekonomi adalah (1) sektor per- ekonomian wilayah yang masih didominasi

    oleh sektor primer penangkapan ikan, (2) penguasaan skill, modal dan

    teknologi oleh nelayan sangat terbatas, (3) distribusi pendapatan yang relatif

    tidak merata,(4) prasarana penunjang perekonomian di pedesaan yang

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    33/37

    29 | K E L O M P O K 2

    masih terbatas, (5) hampir seluruh komoditi perikanan yang dihasilkan

    dipasarkan keluar daerah sehingga sebagian besar nilai tambah komoditi

    dinikmati oleh lembaga perantara yang terlibat dalam pemasaran. Beberapa

    kendala sosial budaya adalah (1) struktur dan poal perilaku sosial budaya

    yang masih berorientasi kepada kebutuhan subsisten,(2) sarana pelayanan

    sosial yang masih terbatas, (3) proporsi penduduk usia muda cukup besar

    dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah,(4) tingkat pengangguran

    musiman yang cukup besar,(5) kualitas kehidupan rata-rata masih rendah.

    Kendala sosial politik adalah partisipasi masyarakat pedesaan pantai di

    dalam pembangunan belum dapat tersalurkan secara lugas (pen- dekatan

    top down masih lebih kuat dibandingkan dengan bottom up).

    Banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang

    masuk ke Dalamwilayah pesisir Lamongan, perlu dilakukan suatu bentuk

    pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan pengelolaan Daerah

    Aliran Sungai (DAS). Hal ini merupakan masalahkritis, sehingga

    perludilakukan tindakan langsung baik secara hukum formal

    maupunhukumadat untuk menciptakan pengendalian terhadap kegiatan-

    kegiatan yang dapat merusak lingkungan (Rahmawati,2004).

    Dalam Implementasinya, pola pengelolaansumberdaya pesisir dan

    lautan yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah

    digariskan dalam pasal tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down,

    artinya semua kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai

    dari membuat kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

    monitoring dilakukan sepenuhnya oleh pemerintahtanpa melibatkan

    partisipasi masyarakat lokal, padahal apabiladilihat karakteristik wilayah

    pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun dari

    masyarakatnya sangat kompleks danberagam, sehingga dalam pengelolaan

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    34/37

    30 | K E L O M P O K 2

    wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan

    masyarakat lokal

    3.4.2 Solusi Penanggulangan

    Menurut (Soemarno et all, 2014), upaya penataan kawasan ini perlu

    dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan tanpa

    memandang batas wilayah administratif, serta memerlukan perlakuan

    khusus terhadap wilayah-wilayah yang memiliki karakteristik tertentu. Salah

    satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman

    pengarutan ruang di Kawasan Pesisir Pantai(Yessy, 2014).

    Untuk menangani banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat

    sedimentasi yang mauk kedalam wilayah pesisir Lamongan dapat dilakukan

    dengan pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang

    memiliki dimensi keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta

    keterpaduan antar stakeholders,sehingga tujuan pembangunan

    berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas

    lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi(Rahmawati,2004).

    Kebijakan pemerintah Republik Indonesia tentang Otonomi Daerah

    dan desentralisasi dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan

    lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan dan pemanfaatan

    sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat lokal

    baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, sehingga

    mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat lokal

    serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut (Yessy, 2014)

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    35/37

    31 | K E L O M P O K 2

    4. PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kabupaten Lamongan terletak pada 6o51 54 - 7o23 06 LS dan122o

    04 04- 112o 33 12 BT dengan luas wilayah mencapai 1.812,80 Km2 serta

    panjang garis pantai sepanjang 47 km. Kabupaten Lamongan memiliki potensi

    sumberdaya perikanan yang sangat besar, dimana potensi tersebut meliputi

    perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri dan pariwisata. Namun potensi

    tersebut juga terdapat beberapa permasalahan di daearh tersebut, termasuk

    adanya illegal fishing, degradasi lingkungan, kemiskinan, kerusakan ekosistem

    pesisir dan pencemaran lingkungan.

    Ada beberapa sektor industri yang terletak pada TPI Brondong,

    diantaranya adalah Unit Bengkel dan Charge Accu, Tanki Penyimpanan BBM,

    Unit Pabrik Es Brondong. Pada Industri tersebur banyak permasalahan yang

    harus diselesaikan. Pada Unit Bengkel dan Charge Acuu memiliki potensi untuk

    menunjang reparasi dan servis mesin kapal, namun ada pula permasalahan

    dapat menimbulkan dampak berupa limbah yang mengakibatkan pencemaran

    pada perairan sekitar TPI Brondong. Pada Indusrti Tanki Penyimpanan, dapat

    memunculkan suatu permasalahan yaitu dibutuhkannya penambahan unit tangki

    untuk menunjang kegiatan operasional perikanan setempat. Sedangkan untuk

    Industri Pabrik Es memiliki permasalahan yaitu terdapatnya persaingan local

    antara pabrik es satu dengan pabrik es yang lain. Sehingga dari permasalahan

    tersebut harus segera diselesaikan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat

    setempat guna menunjang terbentuknya zona kawasdan industry yang sesuai

    dengan RTRW yang telah ditetapkan melalui upaya penataan kawasan yang

    dilakukan secara terpadu/terintegrasi dengan kontinuitas fisik kawasan.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    36/37

    32 | K E L O M P O K 2

    Kabupaten Lamongan juga mempunyai RTRW, dimana RTRW digunakan

    unruk merencaan penggunaan lahan pada suatu kawasan yang disertakan

    dengan hukum atau aturan yang dibuat. Bila ditinjau dari kriteria kawasan

    peruntukan sektor industri pada Kabupaten Lamongan, dapat dikatakan sesuai

    dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan.

    4.2 Saran

    Saran yang dapat disampaikan dalam Peraktikum Pengelolaan Wilayah

    Pesisir dan Laut terpadu adalah sebaiknya dalam pengambilan data dilapang

    lebih terstruktur sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan

    lancar.

  • 7/21/2019 PWPLT_PPN Lamongan

    37/37

    DAFTAR PUSTAKA

    BAPPEDA, 2014 Laporan Dalam Penyambutan Studi Banding Mahasiswa FPIK

    UB, 23 Mei 2014

    BAPPEDA Jatim, 2012.http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-

    miskin-produksi/.Diakses pada tanggal 30 Mei 2014.

    DKP, 2003 Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Lamongan. Dinas Perikanan

    dan Kelautan. Lamongan

    Hakim, Arif R.2013.www,kompasiana.com Diakses pada tanggal 31 Mei 2014.

    ITS, 2010 Penelitian dan Laporan Pengelolaan Tata Ruang dan Wilayah

    Kabupaten LamonganLamongan.2013. Potensi Daerah Lamongan.http://www.lamongan.go.id/potensi-

    daerah.aspx

    Lamongan.2009. Data Kependudukan Daerah Kabupaten Lamongan Tahun

    2009-2012. http://lamongankab.bps.go.id/ index.php?hal

    =tabel_cetak & id =28

    Lamongan Kab.2014http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/. Diakses pada

    tanggal 31 Mei 2014.

    Lubis, Saut Maruli, 2006. Oseanografi Indonesia. Program Studi Oseanografi.ITB : Bandung

    Rahmawati. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir Dan Kelautan Secara Terpadu

    Dan Berkelanjutan.

    Soemarno, et all. 2014. Coastal Zone Management: Resources Utilization.

    Yarjohan, 2012. Kondisi Gelombang Pantai Utara. http://www.yarjohan.com/

    2012/ 04/ peranan- gelombang- terhadap- dinamika.html.

    Diakses pada tanggal 25 Mei 2014. Pukul 10.30 WIB.

    Yessy, Nurmalasari. 2014. Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis

    Masyarakat.

    http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/http://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://www.yarjohan.com/%202012/%2004/%20peranan-%20gelombang-%20terhadap-%20dinamika.htmlhttp://lamongankab.go.id/instansi/bappeda/http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://lamongankab.bps.go.id/%20index.php?hal%20=tabel_cetak%20&%20id%20=28http://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://www.lamongan.go.id/potensi-daerah.aspxhttp://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/01/16/besar-potensi-miskin-produksi/