perkembangan islam di nusantara

10
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA Islam masuk ke nusantara melalui pedagang Arab, Gujarat, dan China. Sejak abad ke-8 orang Arab sudah berlalu lalang melakukan kegiatan perdagangan ke India dan China. Dalam perjalanannya menuju China seringkali mereka singgah beberapa bulan di Indonesia. Pada abad ke-15 pedagang Islam dari Gujarat, India Selatan meramaikan kegiatan ini. Di samping pedagang dari Arab dan Gujurat, pedagang muslim dari China juga ikut datang ke Indonesia. Dalam melakukan usaha perdagangan menuju China dan sebaliknya tersebut, mereka selalu melewati perairan Malaka. Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, musafir asal maroko, pada abad ke-13terdapat pemukiman orang-orang islam di Perlak dan Samudra Pasai di timur laut pantai Sumatra. Hal ini menunjukkan bukti bahwa telah terjadi pengislaman secara alamiah pada penduduk Indonesia melalui kegiatan perdagangan. Proses pengislaman orang-orang Indonesia tersebut tidak dilakukan melalui peperangan dan atau penaklukan oleh pasukan islam dari luar Indodesia tapi melalui jaringan perdagangan. Para pedagang Muslim, di samping berdagang juga berdakwah. Disela-sela transaksi dagang, mereka mengajak kolega-olega dagangnya untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang penuh hikmah dan teladan yang baik, banyak teman dagangnya beserta keluarganya dan orang- orang di sekitarnya mau memelu agama Islam secara suka cita dan suka cita. Secara umum proses pengislaman bangsa Indonesia dilaukan melalui cara-cara sebagai berikut. 1. Melalui ajakan 2. Melalui perkawinan 3. Melalui pendirian lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, meunasah, surau dan lain-lain 4. Melalui kegiatan budaya 5. Melalui pendirian KeSultanan Islam oleh penduduk asli Masuknya Islam di Indonesia dipercepat dengan berdirinya KeSultanan-KeSultanan Islam di Indonesia. 1. Kerajaan Islam di Pulau Sumatera a. KeSultanan Samudra Pasai Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai berdiri pada abad ke-13, tepatnya pada 1285 M. kerajaan ini terletak di Pasai, Lhokseumawe, pantai timur laut Sumatra di ujung utara. Kerajaan Samudra Pasai didirikan oleh seorang Laksamana Angkatan Laut dari Mesir bernama Nazimuddin Al-Kamil. Ia lalu mengangkat Marah Silu sebagai Sultan pertama. Setelah dilantik sebagai Sultan, Marah Silu bergelar Sultan Malik As-Saleh.

Upload: fajarrwulan

Post on 01-Jul-2015

636 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

semoga membantu

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Islam di Nusantara

PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Islam masuk ke nusantara melalui pedagang Arab, Gujarat, dan China. Sejak abad ke-8

orang Arab sudah berlalu lalang melakukan kegiatan perdagangan ke India dan China. Dalam

perjalanannya menuju China seringkali mereka singgah beberapa bulan di Indonesia. Pada abad

ke-15 pedagang Islam dari Gujarat, India Selatan meramaikan kegiatan ini. Di samping

pedagang dari Arab dan Gujurat, pedagang muslim dari China juga ikut datang ke Indonesia.

Dalam melakukan usaha perdagangan menuju China dan sebaliknya tersebut, mereka selalu

melewati perairan Malaka. Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, musafir asal maroko, pada

abad ke-13terdapat pemukiman orang-orang islam di Perlak dan Samudra Pasai di timur laut

pantai Sumatra. Hal ini menunjukkan bukti bahwa telah terjadi pengislaman secara alamiah

pada penduduk Indonesia melalui kegiatan perdagangan.

Proses pengislaman orang-orang Indonesia tersebut tidak dilakukan melalui peperangan

dan atau penaklukan oleh pasukan islam dari luar Indodesia tapi melalui jaringan perdagangan.

Para pedagang Muslim, di samping berdagang juga berdakwah. Disela-sela transaksi dagang,

mereka mengajak kolega-olega dagangnya untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang

penuh hikmah dan teladan yang baik, banyak teman dagangnya beserta keluarganya dan orang-

orang di sekitarnya mau memelu agama Islam secara suka cita dan suka cita.

Secara umum proses pengislaman bangsa Indonesia dilaukan melalui cara-cara sebagai

berikut.

1. Melalui ajakan

2. Melalui perkawinan

3. Melalui pendirian lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, meunasah,

surau dan lain-lain

4. Melalui kegiatan budaya

5. Melalui pendirian KeSultanan Islam oleh penduduk asli

Masuknya Islam di Indonesia dipercepat dengan berdirinya KeSultanan-KeSultanan Islam

di Indonesia.

1. Kerajaan Islam di Pulau Sumatera

a. KeSultanan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra

Pasai berdiri pada abad ke-13, tepatnya pada 1285 M. kerajaan ini terletak di Pasai,

Lhokseumawe, pantai timur laut Sumatra di ujung utara. Kerajaan Samudra Pasai didirikan

oleh seorang Laksamana Angkatan Laut dari Mesir bernama Nazimuddin Al-Kamil. Ia lalu

mengangkat Marah Silu sebagai Sultan pertama. Setelah dilantik sebagai Sultan, Marah Silu

bergelar Sultan Malik As-Saleh.

Page 2: Perkembangan Islam di Nusantara

Sepeninggal Sultan Malik As-Saleh, Kerajaan Samudra Pasai diteruskan oleh Sultan Malik

Tahir,anaknya. Sultan Malik Tahir adalah Sultan yang taat beragama dan giat berdakwah.

Baginda membangun masid dan banyak meunasah/surau di seluruh pelosok negeri. Dengan

demikian, Islam tersebar sampai ke desa-desa.

Pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir inilah Kerajaan Samudra Pasai mengalami

kejayaan. Rakyat mengalami kemakmuran dan kehidupan beragama semarak.

Setelah Sultan Malik Tahir meninggal, Kerajaan Samudra Pasai diteruskan oleh Zainal

Abidin,anaknya. Pada masa pemerintahan Zainal Abidin, Kerajaan Samudra Pasai mengalami

kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya persaingan diantara keluarga istana yang

menyebabkan salah urus pemerintahan. Akibatnya pemerintah pusat menjadi lemah yang

akhirnya mendrong daerah-daerah di bawak kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai berusaha

melepaskan diri dengan cara melakukan pemberontakan. Di samping itu, juga terjadi serangan

dari Majapahit yang melakukan politik perluasan wilayah ke seluruh Nusantara. Pada abad ke-

15 nama Kerajaan Samudra Pasai sudah tidak terdengar lagi.

b. KeSultanan Aceh

Pada abad ke-16 mundul Kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh terletak di Kotaraja, Banda

Aceh. Semula, Kerajaan Aceh hanyalah sebuah kerajaan kecil dibawah kekuasaan Kerajaan

Pedir. Seiring dengan dikuasainya Malaka oleh portugis pada 1511, banyak ulama dan pejuang

Islam di Kerajaan Malaka mencari suaka politik di Kerajaan Aceh ini. Dalam perkembangan

berikutnya, Kerajaan Aceh menjadi sebuah kerajaan yang makin kuat karena didukung oleh

banyak pejuang militant dan orang cerdik cendikia.

Sultan Ali Mugayat Syah mulai menata pemerintahannya. Sultan Kerajaan Aceh yang

sangat terkenal adalah Sultan Iskandar Muda yang berkuasa pada 1607-1636 m. pada masa

Sultan Iskandar Muda inilah Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan

semakin luas yang mencapai semenanung Malaka seperti Kedah, Perak dan Pahang. Kehidupan

rakyat makin makmur. Dakwah Islam makin giat dan pengalaman keagamaan rakyat makin

meningkat.

Sepeninggal Sultan Iskandar Muda pada 1636, Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan

Iskandar Tsani,anaknya. Ternyata kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani tak secakap bapaknya.

Pemerintahan makin lama makin tidak efektif. Akibatnya pemerintah tak bisa memajukan

kehidupan rakyat. Rakyat banyak yang tidak puas atas pemerintahan Sultan dan kerabatnya.

Kndisi ini terus berlanjut sehingga kerajaan menadi sangat mundur. kondisi

Kerajaan Aceh semakin melemah pada awal abad ke-17. Sejak itu, secara berangsur-angsur

Kerajaan Aceh tidak bisa bertahan dan akhirnya hanya tinggal nama saja.

Page 3: Perkembangan Islam di Nusantara

c. KeSultanan Siak Sri Indrapura

Di daerah Riau sekarang pada 1723 M berdiri KeSultanan Islam Siak Sri Indrapura.

KeSultanan ini didirikan oleh Abdul Jalil Rahmat Syah atau Raja Kecil, putra Sultan Mahmud

II, penguasa Johor, Malaysia. KeSultanan ini menjadi pusat penyebaran Islam di Sumatera

Timur.

Abdul Jalil atau Raja Kecil digantikan oleh anaknya, Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-1760).

Pada masa pemerintahan Abdul Jalil Muzaffar Syah ini, KeSultanan Siak melawan Belanda

yang ingin memonopli perdagangan. KeSultanan Siak berhasil memenangkan peperangan ini dan

dapat memaksa Belanda mundur dari wilayahnya. Akan tetapi, pada peperangan yang kedua

pada 1858, KeSultanan Siak terpaksa menandatangani Traktat Siak. Isi Traktat sangat

merugikan KeSultanan Siak. Sebagian isinya adalah bahwa Belanda mengakui otonomi

KeSultanan Siak tapi Siak harus menyerahkan 12 daerah taklukannya. Sejak ditandatanganinya

Traktat Siak ini berangsur-angsur KeSultanan Siak mengalami kemunduran.

Sultan terakhir Siak adalah Syarif Qasim II, yang memerintah 1908-1946. Beliau mendirikan

seklah dasar (HIS) pada 1915 untuk anak-anak pribumi tanpa membedakan status sosialnya dan

Madrasah Al-Hasyimiyah (1917). Juga sekolah untuk perempuan Latfah School (1926) dan

Madrasah An-Nisa (1929).Sultan Qasim II pada 1946 menyerahkan sepenuhnya daerah

KeSultanannya kepada pemerintah Republik Indonesia. Atas jasanya nama Sultan Syarif Qasim

II diabadikan menjadi nama IAIN Pekanbaru, Riau.

2. Kerajaan Islam di Pulau Jawa

a. KeSultanan Demak

KeSultanan Islam pertama yang berdiri di pulau Jawa adalah KeSultanan Demak.

KeSultanan Demak didirikan di Desa Glagah Wangi. Daerah ini terletak di tepi pantai utara

pulau Jawa, sekarang termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.

Tokoh-tokoh yang sangat berjasa memperkenalkan Islam kepada orang Jawa adalah para

Wali yang jumlahnya Sembilan (wali sanga).

Salah satu murid Sunan Ampel adalah Raden Patah , anak Raja Majapahit (Brawijaya)

dengan salah satu istrinya yang berasal dari Campa (sekarang di perbatasan Kamboja dan

Vietnam) yang beragama Islam. Sebagai anak raja, Raden Patah diberi tanah jabatan di Desa

Glagah Wangi. Pada waktu yang bersamaan, Kerajaan Majapahit makin lemah akibat

pemberontakan terus-menerus yang dilakukan antara anak keturunan Prabu Hayam Wuruk.

Dengan keadaan seperti ini, Raden Patah dengan dukungan para tokoh Islam yang sering

dikenal dengan Wali Sanga, mendirikan Kerajaan Islam di tanah jabatannya tersebut.

Kerajaan Demak makin hari makin kuat. Sebaliknya Kerajaan Majapahit makin lemah dan

akhirnya hancur. Wilayah Kerajaan Demak terus meluas. Ke timur sampai Surabaya.

Page 4: Perkembangan Islam di Nusantara

Ke barat sampai Banten. Ke selatan sampai Yogya dan Ponorogo. Bahkan kekuasaannya

sampai menyebrang ke Palembang dan Banjarmasin.

Wali Sanga mengajukan rencan dakwah Islam melalui pendekatan budaya, bukan dengan

pendekatan militer atau kekerasan fisik. Seperti memasukkan ajaran Islam lewat dongeng-

dongeng yang hidup di kalangan rakyat cerita seperti cerita Aji Saka, Dewa Suci, dan Amir

Hamzah; mengisi ritual Hindu Buddha dengan inti ajaran tauhid tanpa mengubah bentuk

luarnya seperti selamatan kematian 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari; menggunakan

wayang sebagai sarana dakwah; menciptakan upacara-upacara Islam dengan corak jawa seperti

Selikuran (peringatan Nuzulul Quran), Riyaya (salat Idhul Fitri), Grebeg Bakda (perayaan Idhul

Fitri), Grebeg Besar (perayaan Idhul Adha), Grebeg Maulid (perayaan memperingati hari lahir

Nabi Muhammad SAW); menciptakan karya seni Islam bercorak Jawa seperti gamelan,

lagu/gending jawa, parikan, syair dll.

Raden Patah digantikan oleh Adipati Unus yang dikenal dengan nama Patiunus, anaknya.

Adipati Unus atau Patiunus adalah anak lelaki tertua Raden patah yang semula menabat

sebagai Adipati/Bupati Jepara. Sebelum diangkat sebagai Sultan, Patiunus dikenal dengan

julukan Pangeran Sabrang Lor karena sempat memimpin armada perang Demak ke Selat

Malaka untuk menyerang portugis. Pangeran Sabrang Lor artinya pangeran berani menyebrangi

laut Jawa untuk menyerang penguasa Kristen di Malaka. Peristiwa ini terjadi pada 1513 M.

Portugis menjuluki Pangeran yang gagah berani ini dengan sebutan Ayam Jantan dari Selatan.

Patiunus memerintah tak lama, hanya dua tahun. Takhta kerajaan lalu diperebutkan oleh

kedua adiknya: Pangeran Seda Lepen dan Raden Trenggono. Anak Raden Trenggono, Sunan

Prawoto, membunuh pamannya, Pangeran Seda Lepen. Dengan terbunuhnya Pangeran Seda

Lepen, maka Raden Trenggono naik takhta menjadi Sultan Demak menggantikan Patiunus.

Sultan Trenggono wafat ketika melakukan serangan ke Kerajaan Hindu, Blambangan.

Baginda dibunuh oleh salah seorang pengawalnya yang berkhianat. Peristiwa ini terjadi pada

tahun 1546 M.

Wafatnya Sultan Trenggono secara mendadak tersebut, menimbulkan kekacauan di pusat

pemerintahan. Arya Penangsang, anak Pangeran Seda Lepen, membunuh Sunan Prawoto,

Sunan Prawoto adalah anak Sultan Trenggono yang dulu membunuh ayah Arya Penangsang.

Perebutan kekuasaan ini akhirnya dimenagkan oleh menantu Sultang Trenggono yaitu Jaka

Tingkir atau Adiwijaya. Dalam suatu pertempuran Adiwijaya berhasil membunuh Arya

Penangsang. Dengan demikian, takhta kerajaan dipegang oleh Adiwijaya.

Sultan Adiwijaya lalu memindahkan pusat KeSultanan ke Pajang. Pajang adalah tempat

kedudukan Adiwijaya sebagai bupati sebelum dinobatkan sebagai Sultan. Pemindahan

didasarkan pada pertimbangan pada masih kuatnya penentangan para pengikut Arya

Penangsang dan sebagian penasihat agama, Wali Sanga, yang tidak setuu dengan pengangkatan

Adiwijaya sebagai Sultan Demak.

Page 5: Perkembangan Islam di Nusantara

b. KeSultanan Pajang

KeSultanan Demak bercirikan budaya pesisiran yaitu lebih demokratis, tidak menciptakan

hubungan bertingkat-tingkat antara satu status dengan status yang lain, lebih rasional, dan

mengutamakan nilai Islam murni. Adapun KeSultanan Pajang lebih bercirikan budaya

pertanian dan pedalaman. Ciri-cirinya adalah penuh dengan pandangan mistik, tidak rasional,

menciptakan hubungan bertingakat antara rang penting dan tidak penting, feodalistik dll.

Sultan Adiwijaya memerintah sampai dengan 1582 M. beliau menyerahkan kekuasaan

kepada Aryo Pangiri, menantunya. Aryo Pangiri adalah anak Pangeran Prawoto atau cucu

Sultan Trenggno. Aryo Pangiri lalu mengangkat Pangeran Benowo, anak Adiwijaya menjadi

Bupati Jipang, sebuah wilayah di bawah KeSultanan Pajang.

Pangerang Benowo sangat kecewa pada Aryo Pangiri karena hanya diangkat sebagai

bupati. Pangeran Benowo merasa berhak menjabat sebagai Sultan menggantikan ayahnya. Ia

lalu minta bantuan pada Sutawijaya, saudara angkatnya yang berkuasa di Mataram untuk

melawan Aryo Pangiri. Duet Pangeran Benowo dan Sutawijaya akhirnya dapat mengalahkan

Aryo Pangiri.

Berikutnya, Sutawijaya mendominasi permerintahan Pajang. Ia memang lebih cakap dan

lebih berani daripada Sultan Benowo yang lebih cenderung sebagai kiai/ulama. Menyadari

kelemahannya, Sultan Benowo lalu mengundurkan diri dari kehidupan politik. Ia lalu menekuni

profesi sebagai juru dakwah agama Islam. Ia menyerahkan takhta kepada Sutawijaya.

Sutawijaya kemudian mengangkat Gagak Bening. Pajang akhirnya sepenuhnya dibawah kendali

Mataram.

c. KeSultanan Mataram

KeSultanan Mataram didirikan oleh Senopati atau Sutawijaya pada 1582 M. Semula ia

hanyalah bawahan Pajang. Ia diangkat oleh Sultan Adiwijaya untuk membina masyarakat di

daerah Mataram. Setelah Adiwijaya wafat, ia menguasai Pajang.

Sutawijaya membangun Kerajaan Mataram dari nol. Masa pemerintahannya disibukan oleh

upaya menstabilkan pemerintahannya. Ia menghadapi perlawanan dari para bupati pesisir

seperti Demak, Tuban, Pasuruan dan Surabaya. Akan tetapi, ia dapat menyelesaikan dengan

baik kecuali Surabaya.

Sutawijaya wafat pada 1601 M. ia digantikan oleh Mas Jolang atau Panembangan Krapyak,

anaknya. Mas Jolang mewarisi pemerintahan yang belum stabil. Meskipun Madiun dan Kediri

yang ikut memberontak sudah bisa ditundukan tetapi Surabaya belum mau tunduk. Ia sempat

minta bantuan pada VOC, kongsi dagang Belanda di Batavia, untuk membantu menundukkan

Surabaya tapi tidak mendapat tanggapan.

Raden Mas Jolang/Panembangan Krapyak wafat pada 1613 M. ia digantikan oleh Sultan

Agung Hanyakrakusuma. Sultan Agung berhasil membangun Mataram menjadi kerajaan besar

yang stabil dan kuat. Ia dapat menundukkan Surabaya. Dengan demikian, seluruh wilayah

Jawa bagian timur berada di bawah kekuasaannya.

Page 6: Perkembangan Islam di Nusantara

Baginda mempunyai ambisi yang kuat untuk menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu,

Sultan Agung ingin menundukkan Banten, KeSultanan yang masih merdeka, dan Batavia yang

sudah dikuasai oleh Belanda melalui bendera VOC.

Sultan Agung sangat benci pada VOC, karena VOC melakukan praktik monopoli

perdagangan yang sangat merugikan Mataram dan rakyat pada umumnya. Oleh karena itu,

Beliau bertekad mengusir VOC dari tanah Jawa.

Pada 1628 pasukan Sultan Agung melancarkan serangan ke Batavia melalui darat. VOC

sangat kewalahan atas serangan yang dilancarkan dari berbagai arah ini. J.P Coen, Gubernur

Jendral VOC tewas dalam peristiwa ini. Belanda segera meminta bantuan tentara dari

Maluku. Dengan pasukan yang lebih besar, Belanda dapat melancarkan serangan balik.

Pasukan Mataram mundur ke daerah Bekasi. Akan tetapi, betapa terkejutnya mereka ketika

mendapatkan cadangan berasnya telah terbakar habis. Tampaknya para penghianat telah

membocorkan rencana ini kepada Belanda. Akibatnya tentara Mataram tidak bisa bertahan

lama. Serangan pertama ini gagal.

Sultan Agung tidak putus asa. Pada 1629 Sultan melancarkan serangan lagi kepada Belanda

di Batavia. Belajar dari kegagalan serangan pertama, kali ini beliau membuat strategi baru.

Tentara Mataram melancarkan serangan dari laut. Tampaknya Allah swt. Belum berkehendak

memberi kemenangan pada pasukan Sultan Agung ini. Serangan kedua pun gagal.

Setelah Sultan Agung wafat pada 1646 KeSultanan Mataram berangsur-angsur mengalami

kemunduran. Hal ini terjadi karena adanya perabutan di kalangan istana dan campur tangan

Belanda dalam pengangkatan Sultan.

Sultan Agung berjasa dalam memadukan budaya Jawa dengan Islam. Kalender Jawa yang

berdasarkan peredaran matahari diganti dengan dasar peredaran bulan (hijriah). Nama-nama

bulan dan hari Jawa disesuaikan dengan nama bulan dan hari dalam penanggalan hijriah. Beliau

menyalin kitab-kitab syariat ke dalam bahasa Jawa. Beliau juga membuat kesenian Jawa yang

bernapaskan Islam.

d. KeSultanan Cirebon dan Banten

KeSultanan didirikan oleh Fatahillah. Fatahillah adalah panglima perang KeSultanan

Demak. Ia juga menantu Sultan Trenggono. Saat Sultan Trenggono berkuasa di Demak, ia

memerintahkan Fatahillah menyebarkan Islam kea rah barat pulau Jawa disamping untuk

membendung pengaruh portugis yang sudah menjalin kerja sama dengan kerajaan Hindu

Pajajaran. Hal ini harus dilakukan karena pada 1522 Portugis telah datang di Pajajaran di

bawah pimpinan Henrique Leme mengajak kerja sama perdagangan dan membendung pengaruh

Islam Demak.

Pada 1526 Demak mengirimkan pasukan ke Cirebon dan Banten di bawah pimpinan

Fatahillah. Cirebon dan Banten dapat ditakhlukan dalam waktu singkat karena mendapat

bantuan dari masyarakat yang sudah memeluk Islam.

Page 7: Perkembangan Islam di Nusantara

Ia kemudian melancarkan serangan kepada Portugis yang menguasai pelabuhan Sunda

Kelapa. Pada 22 Juni 1527 pasukan Fatahillah dapat mengalahkan pasukan Portugis yang

dipimpin oleh Francisco de Sa. Nama Sunda Kelapa lalu diubah menjadi Jayakarta, yang

artinya kota kemenangan.

Fatahillah kemudian menjadi Sultan Cirebon. Akan tetapi, setelah berusia 60 tahun

Beliau lebih banyak mencurahkan perhatian pada kegiatan dakwah Islam. Beliau wafat dalam

usia 80 tahun dan dimakamkan di Gunung Jati Cirebon.

Adapun KeSultanan Banten mengalami banyak kemajuan. Pada masa pemerintahan Sultan

Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak kejayaannya. Sultan Ageng sangat berkeinginan

mengusir Belanda dari Batavia yang sejak 1602 berhasil merebut Jayakarta dan mengubahnya

menjadi Batavia. Sultan sangat tidak senang pada Belanda karena memaksakan system

monopoli perdagangan.

Di pihak lain, Belanda juga ingin menaklukan Sultan Ageng karena menolak monopoli

perdagangan. Demi mencapai maksud ini, Belanda melakukan plitik DEVIDE ET IMPERA, adu

domba lalu kuasai. Belanda lalu merayu Sultan Hai, anak Sultan Ageng Tirtayasa untuk

melawan ayahnya dengan imbalan akan dinaikkan takhta. Sultan Haji terbujuk rayuan Belanda

tersebut. Ia lalu memberontak kepada ayahnya sendiri dengan bantuan Belanda. Sultan Ageng

menyerah dan ditangkap oleh Belanda. Beliau lalu dibawa ke Batavia dan meninggal di sana

pada 1680 M.

3. Kerajaan Islam di Pulau Sulawesi

Di Sulawesi juga berdiri beberapa KeSultanan Islam pada abad ke-16. KeSultanan Islam

yang terkenal adalah Goa dan Tallo. Orang menyebutnya sebagai KeSultanan Makassar.

Disamping kedua KeSultanan tersebut juga ada KeSultanan Bone, Wajo, Soppeng dan Lawu.

KeSultanan Goa dan Tallo adalah KeSultanan merdeka dan makmur. Keduanya

menjalankan politik bebas artinya bebas berhubungan dengan pihak manapun atas dasar

kerjasama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, mereka menolak kerjasama dengan

Belanda yang hendak memaksakan system monopoli perdagangan. Sultan Alaudin dari Goa

menolak dengan keras maksud Belanda tersebut.

Pada 1639 M Sultan Alaudin wafat. KeSultanan diteruskan leh anaknya, Muhammad Said.

Sultan Muhammad Said meneruskan kebijakan ayahnya yang tidak mau bekerja sama dengan

Belanda. Pada 1653 M Sultan Muhammad Said wafat. Beliau digantikan oleh putranya,

Hasanudin. Dalam menghadapi Belanda sikap Sultan Hasanudin sama dengan sikap ayah dan

kakeknya, yaitu sama-sama anti-Belanda. Bahkan sikap Sultan Hasanudin lebih tegas lagi.

Sultan Hasanudin menyerang benteng Belanda.

Menghadapi serangan Sultan Hasanudin, Belanda sangat kewalahan. Armada lautnya

kocar kacir. Pasukannya banyak yang terbunuh dalam peperangan laut. Melihat keberanian

Page 8: Perkembangan Islam di Nusantara

dan kegigihan Sultan Hasanudin demikian, Belanda member julukan kepadanya sebagai de

Haav van de Osten, artinya Ayam Jantan dari Timur.

Untuk menghadapi perlawanan Hasanudin yang gigih tersebut Belanda menggunakan

politik adu domba, devide et impera. Belanda membujuk Raja Bone, Aru Palaka agar

menyerang Makassar. Aru Palaka termakan bujuk rayu Belanda tersebut. Ia akhirnya

menyerang Makassar dengan bantuan Belanda.

Aru Palaka mau menyerang Makassar karena dendam dan ambisi pribadi. Aru Palaka dan

Hasanudin adalah raja yang saling bersaing pengaruh dan berambisi memperluas kekuasaan.

Dalam persaingan tersebut Hasanudin lah yang menang. Aru Palaka dijadikan bawahan

Hasanudin. Tampaknya Aru Palaka tidak menerima perlakuan Hasanuddin terhadap dirinya

dan rakyat Bone yang pernah dijadikan pekerja untuk membangun benteng di Makassar.

Kali ini Hasanudin kewalahan menghadapi pasukan gabungan, Bone dan Belanda. Pasukan

Hasanudin makin terdesak dan akhirnya menyerah. Belanda kemudian memaksa Hasanudin

untuk menandatangani perjanjian yang terkenal dengan Perjanjian Bongaya. Isinya antara lain,

Makassar tidak boleh berhubungan dengan bangsa asing kecuali Belanda untuk urusan

perdagangan dan mengakui kekuasaan VOC di Makassar.

4. Kerajaan Islam di Kepulauan Maluku

KeSultanan yang terkenal adalah Ternate dan Tidore. Di samping itu masih ada beberapa

keSultanan kecil yaitu Obi, Bacan, Halmahera dan Makyan.

KeSultanan Ternate dan Tidore adalah dua keSultanan yang makmur. Keduanya aktif

dalam mengembangkan dakwah Islam. Ketenangan dan ketentraman Ternate dan Tidore

terusik ketika bangsa barat datang ke wilayah ini. Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke

wilayah Maluku adalah Portugis dan spanyol.bangsa Portugis dan spanyol adalah bangsa yang

pernah dijajah oleh orang Islam Arab pada abad ke-8 sampai dengan abad ke-15. Ketika

Portugis dan spanyol menjumpai Islam di Maluku maka sikap dendam dan permusuhannya

muncul.

Jika Belanda dan Inggris lebih dimotivasi mencari rempah-rempah demi mendapatkan

keuntungan ekonomi yang besar, Portugis dan Spanyol membawa semboyan Gold, Glory and

Gospel atau Emas, Kejayaan, dan Agama. Artinya Portugis dan Spanyol dalam mencari dunia

baru ke Timur membawa misi: mencari emas atau uang sebanyak-banyaknya, mendapatkan

kemasyhuran sebagai bangsa hebat tak terkalahkan, dan menyebarkan ajaran agama Kristen.

Di Maluku, Portugis mendekati Ternate sedangkan Spanyol mendekati Tidore. Di sini

Portugis dan Spanyol terlibat bersekongkol untuk membuat kedua keSultanan ini berperang.

Portugis seolah membantu Ternate dan Spanyol juga seola-olah membantu Tidore. Peperangan

antara kedua keSultanan tersebut membuat keduanya lemah. Akhirnya kedua keSultanan

tersebut masing-masing tergantung pada Portugis dan Spanyol: Ternate pada Portugis dan

Tidore pada Spanyol.

Page 9: Perkembangan Islam di Nusantara

Sultan Hairun, penguasa Ternate tidak dapat menerima sikap Portugis yang ikut campur

terhadap kebijakan Ternate. Sultan Hairun akhirnya melawan Portugis. Pasukan Ternate yang

dibantu oleh rakyat dapat mendesak Portugis. Dalam kondisi terdesak Portugis minta

diadakan perundingan di benteng Sao Paulo. Akhirnya keduanya sepakat untuk berunding.

Delegasi Ternate dipimpin langsung oleh Sultan Hairun sedangkan delegasi Portugis dipimpin

oleh Gubernur Portugis di Maluku, De Mosqitar. Akan tetapi, ketika perundingan tengah

berlangsung tiba-tiba masuk pasukan Portugis dan menangkap Sultan Hairun lalu

membunuhnya.

Perbuatan Portugis tersebut membuat marah seluruh rakyat Maluku. Putra Sultan

Hairun, Sultan Baabullah melawan Portugis mati-matian. Rakyat Ternate membantu Sultan

dengan semangat yang menyala-nyala. Bahkan Sultan Nuku dari Tidore yang pernah angkat

senjata melawan Ternate akibat provokasi Spanyol kali ini membantu Ternate melawan

Portugis. Dengan adanya perlawanan serempak dari seluruh rakyat Maluku akhirnya Portugis

hengkang dari Maluku.

Page 10: Perkembangan Islam di Nusantara

TUGAS AGAMA

PERKEMBANGAN ISLAM DI

NUSANTARA

B

A

B

7

Disusun oleh:

Nama : Fajar Rian Wulandari

Kelas : IX-C

No.absen : 09