perkebunan kelapa sawit

5
Nama : Septiana Dwi Putri Materi : Klasifikasi Pertanian NIM : 4315115988 Geografi Pertanian NR 2011 Sub Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten Seluma, Bengkulu Sektor pertanian terbentuk atas 5 subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor pertanian tanaman perkebunan yang berkontribusi terbesar di Kabupaten Seluma. Letak geografis wilayah Kabupaten Seluma berada di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan. Kabupaten Seluma beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata maksimum antara 31°C – 33°C dan rata-rata suhu minimum antara 22°C – 23°C, sedangkan kelembaban rata-rata antara 80 – 88%, curah hujan rata-rata adalah 2.988,58 mm/tahun. Kabupaten Seluma memiliki ketinggian tempat antara 0 – >1.000 m dpl, serta kemiringan lereng Kabupaten Seluma yang bervariasi dari 0 o – 40 o . Jenis tanah di Kabupaten Seluma terdiri dari tanah Organosol dengan komposisi tanah Alluvial, Regosol, Padsolik Merah Kuning, Litosol, Padsolik Merah Kuning Latosol, Padsolik Merah Kuning Litosol, dan Padsolik Coklat Litosol. Kabupaten Seluma merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang memiliki potensi tanaman perkebunan dengan komoditi unggulan yaitu Kelapa sawit. Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimum, kelapa sawit memerlukan persyaratan tumbuh tanaman, diantaranya curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28 o C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 0- 500 mdpl. Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% serta Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas, tetapi kelapa sawit juga dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut dengan syarat ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o . Kelapa sawit dapat tumbuh di Kabupaten Seluma karena berdasarkan karakteristik fisik wilayah Kabupaten Seluma sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi dan dapat dikembangkan dan merupakan salah satu komoditas strategis sebagai penghasil devisa Negara utama dari sektor pertanian. Perkebunan kelapa sawit di wilayah ini dimiliki rakyat, negara, maupun swasta. Usaha perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Seluma sebagian besar dilakukan oleh rumah tangga perkebunan rakyat dan sisanya dikelola oleh perusahaan perkebunan. Awalnya petani/pekebun kelapa sawit masih didominasi plasma perkebunan besar, namun akhir-akhir ini berkembang menjadi kebun rakyat dan justru lebih luas dari areal tanaman kebun perusahaan besar. Pada tahun 2010 luas lahan tanaman kelapa sawit mencapai 31.174 hektar atau 44,84% dari total luas lahan perkebunan rakyat di Seluma. Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit sangat ditentukan juga oleh teknik pembibitan dan pemeliharaannya (pengairan). Sistem Irigasi/Pengairan yang digunakan dalam perkebunan rakyat yaitu sistem irigasi manual seperti irigasi

Upload: septiana-dwi-putry

Post on 25-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Artikel ini menjelaskan kondisi perkebunan kelapa sawit

TRANSCRIPT

Page 1: Perkebunan Kelapa Sawit

Nama : Septiana Dwi Putri Materi : Klasifikasi PertanianNIM : 4315115988 Geografi Pertanian NR 2011

Sub Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Komoditi Kelapa Sawit di Kabupaten Seluma, Bengkulu

Sektor pertanian terbentuk atas 5 subsektor yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor pertanian tanaman perkebunan yang berkontribusi terbesar di Kabupaten Seluma. Letak geografis wilayah Kabupaten Seluma berada di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan. Kabupaten Seluma beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata maksimum antara 31°C – 33°C dan rata-rata suhu minimum antara 22°C – 23°C, sedangkan kelembaban rata-rata antara 80 – 88%, curah hujan rata-rata adalah 2.988,58 mm/tahun. Kabupaten Seluma memiliki ketinggian tempat antara 0 – >1.000 m dpl, serta kemiringan lereng Kabupaten Seluma yang bervariasi dari 0o – 40o. Jenis tanah di Kabupaten Seluma terdiri dari tanah Organosol dengan komposisi tanah Alluvial, Regosol, Padsolik Merah Kuning, Litosol, Padsolik Merah Kuning Latosol, Padsolik Merah Kuning Litosol, dan Padsolik Coklat Litosol.

Kabupaten Seluma merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Bengkulu yang memiliki potensi tanaman perkebunan dengan komoditi unggulan yaitu Kelapa sawit. Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimum, kelapa sawit memerlukan persyaratan tumbuh tanaman, diantaranya curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 0-500 mdpl. Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% serta Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas, tetapi kelapa sawit juga dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut dengan syarat ketebalan gambut tidak lebih dari 1 meter. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o. Kelapa sawit dapat tumbuh di Kabupaten Seluma karena berdasarkan karakteristik fisik wilayah Kabupaten Seluma sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi dan dapat dikembangkan dan merupakan salah satu komoditas strategis sebagai penghasil devisa Negara utama dari sektor pertanian.

Perkebunan kelapa sawit di wilayah ini dimiliki rakyat, negara, maupun swasta. Usaha perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Seluma sebagian besar dilakukan oleh rumah tangga perkebunan rakyat dan sisanya dikelola oleh perusahaan perkebunan. Awalnya petani/pekebun kelapa sawit masih didominasi plasma perkebunan besar, namun akhir-akhir ini berkembang menjadi kebun rakyat dan justru lebih luas dari areal tanaman kebun perusahaan besar. Pada tahun 2010 luas lahan tanaman kelapa sawit mencapai 31.174 hektar atau 44,84% dari total luas lahan perkebunan rakyat di Seluma.

Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit sangat ditentukan juga oleh teknik pembibitan dan pemeliharaannya (pengairan). Sistem Irigasi/Pengairan yang digunakan dalam perkebunan rakyat yaitu sistem irigasi manual seperti irigasi berkabut, genangan dan irigasi kanal, sedangkan Perkebunan oleh Perusahaan besar menggunakan sistem pengairan dengan teknologi yang sudah maju yaitu irigasi curah (sprinkler) dan pengairan tetes (drip). Air yang digunakan harus bersih dan baik dengan Ph minimum 4.

Pemasaran hasil perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas, penjualan sulit dilakukan apabila ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh karena itu, petani/pekebun harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai pemasaran hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para petani relatif kecil. Sedangkan, pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama atau oleh masing-masing perusahaan.

Subsektor perkebunan komoditi Kelapa Sawit diharapkan tetap memainkan peran penting melalui kontribusinya dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB), penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pembangunan wilayah di luar Jawa. Subsektor perkebunan Komoditi Kelapa Sawit ditinjau dari hasil produksinya, merupakan bahan baku atau ekspor, sehingga pada dasarnya telah melekat adanya kebutuhan keterkaitan kegiatan usaha dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya.Sumber :http://usantoso.files.wordpress.com/2013/05/chaula-lutfia.docxhttp://anthosusantho.wordpress.com/2011/10/26/budidaya-tanaman-kelapa-sawit-prospek-yang-cerah-di-ketapang-kalimantan-barat/

Page 2: Perkebunan Kelapa Sawit

Nama : Septiana Dwi PutriNIM : 4315115988Materi : Klasifikasi PertanianGeografi Pertanian NR 2011

Tanaman Melinjo Menjadi Komoditi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang

Hampir setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi pertanian yang besar. Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah pertanian yang potensial di Jawa Barat. Salah satu kecamatan di Subang yang memiliki sumber daya pertanian yang potensial adalah Kecamatan Purwadadi. Di wilayah ini terdapat berbagai subsektor pertanian dengan komoditi yang diusahakan seperti tanaman pangan, tanaman palawija, hortikultura, dan tanaman perkebunan. Selain tanaman pangan, palawija dan holtikultura, tanaman perkebunan juga memberikan kontribusi terhadap kehidupan ekonomi pertanian di Purwadadi. Komoditi perkebunan yang mendominasi lahan tanaman perkebunan di Purwadadi adalah tanaman melinjo.

Letak Geografis Kecamatan Purwadadi terletak di wilayah tengah kabupaten subang dan termasuk daerah pedataran. Sebagian besar tanah di kecamatan Purwadadi memiliki kisaran pH diantara 5,5 – 5,9. Sedangkan untuk kemiringan lahan berada diantara 15% – 39% atau berada di kawasan pedataran. Seluruh daerah Purwadadi terletak pada ketinggian <750 m dpl dan bersuhu 290C. Drainase di kecamatan Purwadadi sebagian besar tergolong berdrainase baik. Kecamatan Purwadadi termasuk daerah pedataran yang umumnya terdiri dari tanah jenis podsolik merah kuning dan latosol dengan air tanah yang dalam dengan Curah Hujan 1.712 mm/tahun.

Kecamatan Purwadadi mendominasi pengembangan tanaman melinjo di Kabupaten Subang. Untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimum, tanaman melinjo sebenarnya tidak membutuhkan persyaratan tumbuh yang rumit tetapi ada beberapa persyaratan tumbuh tanaman, diantaranya dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/lempung, berpasir dan berkapur, tetapi tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh dari ketinggian 0 - 1.200 m dpl. Tanaman Melinjo dapat tumbuh di Kecamatan Purwadadi karena berdasarkan karakteristik fisik wilayah Kecamatan Purwadadi sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman melinjo, sehingga dapat dimanfaatkan daun dan buahnya. Tanaman Melinjo ini dapat dibuat menjadi chip, pengisi coklat, kerupuk emping (emping melinjo besar), emping melinjo, bahan sayuran dan lain-lain.

Tanaman melinjo merupakan komoditi perkebunan yang paling banyak dibudidayakan di Kecamatan Purwadadi. Tanaman melinjo tergolong tanaman yang prospektif karena selain buahnya dapat digunakan sebagai bahan baku emping, daunnya dapat dimanfatkan sebagai sayur. Umumnya perkebunan melinjo ini milik rakyat atau warga sekitar di Kecamatan Purwadadi dengan penggunaan lahan tegalan dan pekarangan. Pengusahaan tanaman melinjo di Kecamatan Purwadadi ini dilakukan dengan cara tumpang sari dan monokultur. Tanaman melinjo umumnya diusahakan dengan pola tanam tumpangsari dengan tanaman pangan dan tanaman lainnya seperti pisang atau rambutan. Usahatani melinjo dilakukan oleh usahatani keluarga dengan skala kecil, sehingga mempunyai beberapa ciri yang tidak cocok untuk kebutuhan dalam industri pengolahan. Sumber air (irigasi) dalam pengelolaan tanaman melinjo tersebut hanya mengandalkan air hujan saja, tetapi adanya upaya konservasi air tanah dengan menggunakan penutup tanah (mulsa permukaan) dengan cara menutup tanaman dengan jerami, sisa-sisa tanaman (dedamen), jika kekurangan air yang berkepanjangan tanaman akan merana, bahkan dapat berakibat mati.

Dilihat dari sisi pemasaran, pemasaran melinjo di Kecamatan ini melalui saluran pemasaran yaitu tengkulak, pedagang dan pengecer tingkat kecamatan. Petani tidak memasarkan hasil panennya langsung ke pasar namun melibatkan banyak pengumpul kebun, bandar kecil dan bandar besar. Berdasarkan hasil penelusuran, rata-rata produktivitas daun melinjo dari petani per hari adalah 25 kg. Sebagian besar petani memasok produksinya ke pengumpul kebun. Satu pengumpul kebun dapat menerima pasokan sebesar 1 kwintal. Sedangkan bandar besar menerima pasokan dari pengumpul kebun sekitar 6 kwintal per hari. Apabila produksi daun melinjo dikumpulkan dari setiap bandar, maka jumlah daun melinjo yang siap dipasarkan dari Kecamatan Purwadadi sekitar 3 ton per hari. Pasar yang telah dijangkau oleh bandar besar adalah Pasar Induk Kramat jati dan Pasar Cibitung.

Sumber :http://eprints.uns.ac.id/3805/1/203100811201111381.pdfhttp://adi37.blogspot.com/2012/12/potensi-pertanian-kota-subang.html

Page 3: Perkebunan Kelapa Sawit

Nama : Septiana Dwi PutriNIM : 4315115988Materi : Klasifikasi PertanianGeografi Pertanian NR 2011

Sub Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan Kapuk di Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati

Dalam program pembangunan dan pengembangan sektor pertanian, subsektor perkebunan memegang peranan penting. Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting adalah tanaman kapuk. Tanaman kapuk di Indonesia banyak ditemukan atau ditanam di pinggir-pinggir jalan sebagai turus jalan yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai peneduh dan diambil hasilnya. Sentra produksi kapuk di Jawa meliputiJawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah sentra produksi kapuk terdapat di 31 kabupaten dengan total luas areal 77.914,16 hektar. Kerisedenan Pati merupakan penghasil utama kapuk di Indonesia dan salah satunya berada di Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Kecamatan Gembong Kabupaten Pati adalah salah satu sentra penghasil kapuk terbesar di propinsi Jawa Tengah. Bahkan pada beberapa tahun yang lalu terkenal dengan penghasil kapuk terbesar di Asia Tengggara.

Kecamatan Gembong terletak di lereng sebelah timur gunung Muria dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kudus. Dari ibu kota Kabupaten Pati, berjarak 14 km ke arah barat laut. Wilayahnya mempunyai luas 6.730 ha yang sebagian besar berupa hutan dan perkebunan. Sebagai daerah yang berada di ketinggian berkisar antara 20-900 meter dpl, kecamatan Gembong memiliki tanah berjenis Latosol. Rata-rata curah hujan di Kecamatan Gembong sebanyak 899 mm dengan 42 hari hujan, sedangkan untuk temperatur atau suhu minimum 210C dan temperatur atau suhu maksimum 320C. Ditinjau dari topografi, Kecamatan Gembong termasuk daerah dengan topografi berombak sampai berbukit sebesar 60% sedangkan sisanya 40% datar sampai berombak. Sektor pertanian di Kecamatan Gembong sangat memegang peranan penting bagi perekonomian masyarakat yang didukung oleh sektor perkebunan.

Tanaman Kapuk pada umumnya memang membutuhkan musim kering yang panjang, tetapi jangan terlalu kering. Daerah-daerah, seperti Krawang, Indramayu, Karesidenan Bojonegoro dan kepulauan Nusa Tenggara tidak sesuai untuk tanaman kapuk karena terlalu kering. Begitu juga di daerah yang terlalu basah seperti Sumatera dan Jawa Barat. Areal penanaman kapuk yang ideal adalah daerah‐daerah bercurah hujan 700 ‐ 1.500 mm per tahun. Tidak ada kriteria penanaman Kapuk dari segi ketinggian tempat, pada umumnya di wilayah yang datar atau landai. Selain itu, topografi suatu wilayah juga mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman tersebut dimana tanaman tersebut dapat tumbuh di suatu wilayah yang memiliki kemiringan lereng maksimum sampai 300. Tidak semua wilayah di Indonesia dapat di tumbuhi tanaman Kapuk, tanaman Kapuk dapat tumbuh pada wilayah yang memiliki tekstur atau jenis tanah yang paling sesuai yaitu tanah aluvial dan latosol dengan dengan keasaman tanah sekitar 5,0 – 6,0. Tanaman Kapuk dapat tumbuh di Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati karena berdasarkan karakteristik fisik dari wilayah tersebut sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman kapuk yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi dan dapat dikembangkan yang merupakan salah satu komoditas dari sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang besar terhadap ekspor kapuk Indonesia ke luar negeri.

Tanaman kapuk di Indonesia masih banyak diusahakan secara subsistem (tradisonal) tanpa memperhatikan teknik budidaya yang baik, sama halnya seperti di Kecamatan Gembong. Perkebunan di wilayah ini dimiliki oleh rakyat atau masyarakat. Petani umumnya menanam kapuk hanya sebagai tanaman peneduh di pekarangan-pekarangan rumah, di tegalan atau di pematang-pematang sawah hanya sebagai produk sampingan saja. Petani belum banyak yang membudidayakan tanaman kapuk secara intensif yang berorientasi pada pasar komersial. Perkebunan rakyat ini tidak menerapkan sistem irigasi, melainkan hanya mengandalkan hujan. Bila tidak hujan, produksi tanaman kapuk akan menurun.

Dilihat dari sisi pemasaran, pemasaran kapuk di Kecamatan ini melalui saluran pemasaran yaitu tengkulak, pedagang dan pengecer tingkat kecamatan. Petani tidak memasarkan hasil panennya langsung ke pasar namun melibatkan banyak pengumpul kebun, bandar kecil dan bandar besar. Oleh karena itu, petani/pekebun harus menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke industri pengolah.

Kehidupan perekonomian penduduk Kecamatan Gembong yang sebagian besar penduduknya adalah petani cukup berkembang terutama dari hasil pertanian dan perkebunan yang cukup besar. Namun demikian, sistem pertanian di daerah tersebut masih diusahakan secara konvensional, pemanfaatan teknologi tinggi untuk kegiatan usahataninya masih relatif kurang. Diharapkan pembangunan subsektor perkebunan diarahkan pada pencapaian Tri dharma Perkebunan meliputi peningkatan devisa negara, pembukaan kesempatan kerja dan pelestarian sumber daya alam.