perjanjian tertutup

25
9. Perjanjian tertutup a. exclusive distribution agreement dalam undang-undang diatur : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. (Pasal 15 ayat (1) UU No.5/1999). Contoh kasus didalam negeri : Perjanjian Tertutup (Pasal 15 ayat 1) Produsen X mendistribusikan produknya kepada distributor dengan menentukan syarat bahwa distributor yang menerima produk (barang dan/atau jasa) tersebut hanya akan memasok atau tidak memasok produk tersebut kepada pihak tertentu dan/atau di tempat tertentu. Misalnya pelanggaran Pasal 15 ayat

Upload: pieter-andrian

Post on 04-Aug-2015

578 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perjanjian tertutup

9. Perjanjian tertutup

a. exclusive distribution agreementdalam undang-undang diatur :

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. (Pasal 15 ayat (1) UU No.5/1999).

Contoh kasus didalam negeri :

Perjanjian Tertutup (Pasal 15 ayat 1)Produsen X mendistribusikan produknya kepada distributordengan menentukan syarat bahwa distributor yang menerimaproduk (barang dan/atau jasa) tersebut hanya akan memasokatau tidak memasok produk tersebut kepada pihak tertentudan/atau di tempat tertentu. Misalnya pelanggaran Pasal 15 ayat1 dalam Perkara No. 11/KPPU-I/2005 (Semen Gresik) yang telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam Putusannya No. 05K/KPPU/2007, tanggal 4 April 2008.Berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan, KPPUmenemukan fakta bahwa PT. Semen Gresik, Tbk membagi JawaTimur menjadi 8 (delapan) area pemasaran. Dalam rangkamemasarkan produknya, PT. Semen Gresik, Tbk menunjukdistributor PT. Semen Gresik, Tbk dan para distributormengikatkan diri melalui suatu perjanjian jual beli yangmenempatkan para distributor sebagai distributor mandiri/pembeli lepas. Meskipun posisi para distributor ini sebagai pembeli

Page 2: Perjanjian tertutup

lepas namun PT. Semen Gresik, Tbk menetapkan harga jual ditingkat distributor dan mewajibkan distributor untuk menjualsesuai harga tersebut, menentukan pihak yang bisa menerimapasokan dari distributor, melarang distributor menjual semenmerek lain.PT. Semen Gresik, Tbk menerapkan suatu pola pemasaran yangdikenal dengan nama ”Vertical Marketing System” (VMS). VMS inimerupakan pedoman bagi pada distributor untuk hanya memasokjaringan di bawahnya (Langganan tetap/LT dan Toko). Pola inimelarang distributor memasok LT dan toko yang bukankelompoknya. Pola VMS tidak berjalan efektif meskipunpelanggaran terhadap VMS ini akan dikenakan sanksi. Tidakberjalannya VMS ini berakibat pada terjadinya perang harga antardistributor karena perilaku LT yang berpindah-pindah distributordan melakukan penawaran harga serendah mungkin kepadasetiap distributor.Untuk menyikapi perang harga tersebut PT. Semen Gresik, Tbkmemfasilitasi pertemuan-pertemuan di kantornya. Atas inisiatifpara distributor, maka dibentuklah suatu perkumpulan distributoryang bernama Konsorsium Distributor Semen Gresik Area 4 JawaTimur. Kesepakatan yang dicapai dalam pembentukan konsorsiumadalah memperketat pelaksanaan VMS, mematuhi harga jualsemen gresik sesuai dengan harga yang ditetapkan, membagijatah distribusi dan berkoordinasi serta saling berbagi informasiantara sesama anggota konsorsium. Maksud dan tujuan pembentukan konsorsium adalah untuk menghadapi perilaku paraLT dan Toko dan menghilangkan perang harga. Konsorsium inikemudian membentuk Kantor Pemasaran bersama yang dibiayaisecara bersama, yang bertugas mengumpulkan pesanan SemenGresik dari LT dan melanjutkan pesanan tersebut pada PT. SemenGresik, Tbk yang sebenarnya merupakan inti dari kegiatan usahadari masing-masing distributor tersebut.

Page 3: Perjanjian tertutup

Dengan terlaksananya VMS secara ketat oleh Konsorsiumberakibat hilangnya persaingan diantara distributor, tidakdimungkinkannya distributor memperluas usahanya dan tidakdimungkinkannya LT mendapat pasokan selain dari distributornya.Keberadaan konsorsium juga menghilangkan kesempatan LTuntuk menjaga harga yang telah ditentukan oleh PT. SemenGresik, Tbk.Berdasarkan fakta-fakta yang ada, Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 8 UU No. 5Tahun 19992. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 11 UU No. 5Tahun 19993. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (1)UU No. 5 Tahun 19994. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (3)huruf b UU No. 5 Tahun 19995. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk tidakterbukti melanggar Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 19996. Menyatakan bahwa para terlapor yang merupakan DistributorPT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Semen Gresik, Tbk tidakterbukti melanggar Pasal 25 ayat (1) huruf a UU No. 5 Tahun19997. Memerintahkan PT. Semen Gresik, Tbk untuk menghapus

Page 4: Perjanjian tertutup

klausul yang menetapkan harga jual kembali yang lebih rendahdan menghentikan upaya untuk mengatur harga jual.8. Memerintahkan para Distributor PT. Semen Gresik, Tbkmembubarkan konsorsium.9. Memerintahkan PT. Semen Gresik, Tbk untuk menghapusklausul yang melarang para distributornya untuk menjualsemen merek lain selain semen Gresik dalam setiapperjanjiannya10. Menghukum para terlapor yang merupakan Distributor PT.Semen Gresik, Tbk untuk membayar denda secara tanggungrenteng sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) rupiah yangharus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaanbukan pajak Departemen Keuangan Direktorat JenderalAnggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKNJakarta I ) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 JakartaPusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.11. Menghukum PT. Semen Gresik, Tbk untuk membayardenda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) rupiah yangharus disetorkan ke Kas Negara sebagai setoran penerimaanbukan pajak Departemen Keuangan Direktorat JenderalAnggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKNJakarta I ) yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 19 JakartaPusat melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 1212.

contoh kasus Luar negeri :Produsen jam tangan ternama ROLEX dalam menjualproduknya di Indonesia, menerapkan persyaratankepada setiap distributornya untuk hanya menjualproduk ROLEX pada tempat-tempat tertentu saja, danapabila ada distributor yang tidak mematuhipersyaratan yang sudah ditentukan tersebut makaprodusen dari jam tangan ROLEX tidak akan

Page 5: Perjanjian tertutup

memasok kembali produknya kepada distributor yangtidak mematuhi persyaratan yang sudah ditentukansebelumnya.

b. tying agreementdalam undang-undang diatur :

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok. (Pasal 15 ayat (2) UU No.5/1999).

Contoh kasus :

Perkara No. 01/KPPU-L/2003 (Garuda) yang dikuatkan olehMahkamah Agung dalam Putusannya No. 01K/KPPU/2004,tertanggal 5 September 2005.Dari hasil pemeriksanaan terhadap PT. Garuda Indonesia, Pelapor,17 (tujuh belas) saksi dan dokumen-dokumen yang diperolehselama pemeriksaan, Majelis Komisi mendapatkan fakta-faktasebagai berikut.PT. Garuda Indonesia pada tanggal 28 Agustus 2000 melakukankesepakatan dengan PT. Abacus Indonesia bahwa distribusi tiketpenerbangan PT. Garuda Indonesia di wilayah Indonesia hanyadilakukan dengan dual access melalui terminal Abacus. Alasanhanya memberikan dual access kepada PT. Abacus Indonesiasebagai penyedia sistem Abacus di Indonesia adalah karena biayatransaksi untuk reservasi dan booking penerbangan internasionaldengan menggunakan sistem abacus lebih murah.Tujuan dual access hanya dengan sistem Abacus adalah agar PT.Garuda Indonesia dapat mengontrol biro perjalanan wisata diIndonesia dalam melakukan reservasi dan pemesanan (booking)tiket penerbangan serta agar semakin banyak biro perjalanan

Page 6: Perjanjian tertutup

wisata di Indonesia yang menggunakan sistem Abacus untukmelakukan reservasi dan booking penerbangan internasionalterlapor yang pada akhirnya akan mengurangi biaya transaksipenerbangan internasional PT. Garuda Indonesia.Agar dual access dapat berjalan efektif, PT. Garuda Indonesiamembuat persyaratan bagi biro perjalanan wisata yang akanditunjuk sebagai agen pasasi domestiknya harus menyediakansistem Abacus terlebih dahulu sebelum memperoleh sambungansistem ARGA. Sistem ARGA merupakan sistem yang dipergunakanuntuk melakukan reservasi dan booking tiket domestik PT. GarudaIndonesia, sedangkan sistem Abacus dipergunakan untukmelakukan reservasi dan booking tiket internasional.PT. Garuda memiliki 95% saham di PT. Abacus Indonesia. PT.Garuda Indonesia menempatkan dua orang direksinya sebagaikomisaris PT. Abacus Indonesia. Hal ini menimbulkan konflikkepentingan karena kegiatan usaha PT. Garuda Indonesia dan PT.Abacus Indonesia saling berkaitan. Hal ini terlihat pada setiaprapat sinergi antara PT. Garuda Indonesia dan PT. AbacusIndonesia, setidak-tidaknya mereka mengetahui dan menyetujuisetiap kesepakatan rapat yang diambil termasuk di dalamnyatentang kebijakan dual access.Kebijakan ini menimbulkan hambatan bagi penyedia CRS laindalam memasarkan sistemnya ke biro perjalanan wisata.Mayoritas biro perjalanan wisata memilih CRS Abacus yangdisediakan PT. Abacus Indonesia, karena memberikan kemudahanuntuk mendapatkan akses reservasi dan booking tiket domestikPT. Garuda Indonesia. Sedangkan CRS selain Abacus kurangdiminati oleh Biro Perjalanan Wisata karena tidak terintegrasidengan sistem ARGA. Ketiadaan sistem ARGA mengakibatkan biroperjalanan wisata tidak dapat melakukan booking (issued) tiketpenawaran yang lebih baik dibandingkan tawaran dari penyediasistem Abacus. Persyaratan Abacus connection menyebabkan biro

Page 7: Perjanjian tertutup

perjalanan wisata yang hanya menjadi agen pasasi domestik PT.Abacus dan biaya sewa perangkat Abacus. Padahal sistem Abacustidak digunakan untuk reservasi tiket domestik, PT. Garudamenggunakan sistem ARGA.Pada akhirnya setelah melalui proses serangkaian putusan,Majelis Komisi KPPU menetapkan putusan sebagai berikut:1. Menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia secara sah danmeyakinkan melanggar Pasal 14 UU No. 5 Tahun 19992. Menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia secara sah danmeyakinkan melanggar Pasal 5 ayat (2) UU No. 5 Tahun 19993. Menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia secara sah danmeyakinkan tidak melanggar Pasal 17 UU No. 5 Tahun 19994. Menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia secara sah danmeyakinkan tidak melanggar Pasal 19 huruf a, b, dan d UU No.5 Tahun 19995. Menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia secara sah danmeyakinkan melanggar Pasal 26 UU No. 5 Tahun 19996. Memerintahkan PT. Garuda Indonesia untuk membayar dendaadministratif sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu millar rupiah)yang harus disetorkan ke Kas Megara sebagai setoranpenerimaan negara bukan pajak Departemen KeuanganDirektorat Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan KasNegara (KPKN Jakarta I ) yang beralamat di Jl. Ir. H. JuandaNo. 19 Jakarta Pusat melalui bank Pemerintah dengan kodepenerimaan 1212.7. Memerintahkan PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakanputusan ini, dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender,terhitung sejak diterimanya petikan putusan ini.Pertimbangan Putusan Mahkamah Agung adalah sebagai berikut:Pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusannya dalam perkaraini tidak secara spesifik diberikan terhadap atau berkenaandengan penerapan Pasal 15 ayat 2, akan tetapi lebih didasarkan

Page 8: Perjanjian tertutup

pada pertimbangan mengenai cacat hukum dalam prosespemeriksaan perkara yang dilakukan oleh judex facti.Pasal 44 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999 memungkinkan pelakuusaha untuk mengajukan keberatan terhadap putusan KPPUkepada Pengadilan Negeri, dan Penggadilan Negeri harusmemeriksa keberatan pelaku usaha tersebut dalam waktusebagaimana yang diatur dalam Pasal 45 ayat 1 UU No. 5 Tahun1999. Mahkamah Agung berpendapat bahwa yang menjadi dasarpemeriksaan Pengadilan Negeri adalah putusan KPPUdihubungkan dengan keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha,karena itu sesuai dengan Pasal 5 ayat 2 PERMA No. 01 Tahun2003 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatanterhadap Putusan KPPU, yang, dengan demikian, pemeriksaankeberatan oleh Pengadilan Negeri hanya atas dasar putusan danberkas perkara dari KPPU. Bilamana Majelis Hakim PengadilanNegeri berpendapat perlu pemeriksaan tambahan, setelahmempelajari putusan KPPU dan berkas perkaranya, maka melaluiputusan sela, perkara dikembalikan ke KPPU untuk dilakukanpemeriksaan tambahan (Pasal 6 ayat 1 PERMA No. 01 Tahun2003). Dengan demikian, pemeriksaan tambahan yang dimaksudadalah demi tercapainya kejelasan permasalahan menurutpendapat Majelis Hakim Pengadilan Negeri setelah mempelajariputusan dan berkas perkara dari KPPU tersebut, dan bukannyauntuk pengajuan bukti-bukti baru atas permintaan Pemohon.Dengan demikian, Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Pusattanggal 23 September 2003 No. 001/KPPU/2003/ PN.JKT.PSTyang memerintahkan KPPU agar melakukan pemeriksaantambahan dengan menerima alat-alat bukti lain yang diajukanoleh Pemohon adalah bertentangan dengan Pasal 41 ayat 1 UUNo. 5 Tahun 1999 berdasarkan mana Pemohon selaku pelakuusaha yang diperiksa oleh KPPU diwajibkan untuk menyerahkanalat bukti yang diperlukan dalam penyelidikan dan/atau

Page 9: Perjanjian tertutup

pemeriksaan.Dari apa yang diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa dari PutusanMahkamah Agung yang menguatkan Putusan KPPU danmembatalkan Putusan Pengadilan Negeri, pertimbanganhukumnya sama sekali tidak menjelaskan bagaimana penerapanatau penafsiran terhadap Pasal 15 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1999seharusnya dilakukan.

c. vertical agreement on discountdalam undang-undang di atur :

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potonganharga tertentu atas barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwapelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari pelaku usahapemasok :a. harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok;ataub. tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelakuusaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.(Pasal 15 ayat (3) UU No.5/1999)

Page 10: Perjanjian tertutup

Contoh kasus : Sebenernya dalam kppu belum ada kasus untuk ini tapi ada kasus yang dikaitkan dengan ini. Berikut contoh kasus nya :

Perkara No. 02/KPPU-I/2004 (Telkom SLI) yang dikuatkan olehMahkamah Agung dalam Putusannya No. 01K/KPPU/2005,tertanggal 15 Januari 2007.Kondisi yang terjadi dalam penyediaan jasa telekomunikasi iniadalah tertutupnya layanan kode akses 001 dan 008 di beberapawartel, dan sebagai gantinya disediakan kode akses 017. hal inidilakukan sebagai konsekuensi adanya perjanjian kerjasama(PKS) antara Telkom dan wartel yang mensyaratkan wartel untukhanya menjual produk Telkom, dan Telkom berhak menutupakses layanan milik operator lain di wartel. Berdasarkan analisissituasi di atas, maka KPPU berinisiatif untuk menanganinyasebagai perkara terhadap telkom. Majelis Komisi membuatpertimbangan berdasarkan 2 (dua) unsur yang terdapat dalamtiga pasal yang diduga dilanggar oleh PT. TelekomunikasiIndonesia Tbk, yaitu unsur pelaku usaha dan unsur pasar yangbersangkutan. Akhirnya berdasarkan bukti-bukti yang telahdihasilkan dari pemeriksanaan dan penyelidikan atas perkaran ini,Majelis Komisi memutuskan:1. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk tidakterbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat(1), ayat (2) dan ayat (3) huruf a UU No. 5 Tahun 1999.2. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 15 ayat (3) hurufb UU No. 5 Tahun 1999.3. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terbuktisecara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf a danbUU No. 5 Tahun 1999.4. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk tidakterbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 hurufc UU No. 5 Tahun 1999.

Page 11: Perjanjian tertutup

5. Menyatakan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk tidakterbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 25 UUNo. 5 Tahun 1999.6. Menetapkan pembatalan klausula yang menyatakan bahwapihak penyelenggara atau pengelola warung Telkom hanyaboleh menjual jasa dan atau produk PT. TelekomunikasiIndonesia Tbk dalam Perjanjian kerja sama antara PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan penyelenggara ataupengelola warung telkom7. Memerintahkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untukmenghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktekmonopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehatdengan cara (a) meniadakan persyaratan PKS ataspembukaan akses SLI dan atau jasa telpon internasional lainselain produk PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk di wartel (b)membuka akses SLI dan atau jasa telpon internasional lainselain produk terlapor di warung telkom.Pertimbangan Putusan Mahkamah Agung adalah sebagai berikut:Pertimbangan Mahkamah Agung dalam putusannya dalam perkaraini tidak secara spesifik diberikan terhadap atau berkenaandengan penerapan Pasal 15 ayat 3. b, akan tetapi lebihdidasarkan pada pertimbangan bahwa judex facti salahmenerapkan hukum dengan pertimbangan bahwa:a. Pasal 38 sampai dengan Pasal 44 UU No. 5 Tahun 1999mengatur tentang Tata Cara Penanganan Perkara olehKPPU, karena itu objek pemeriksaan judex facti adalahputusan KPPU yang diambil berdasarkan tata cara dalamketentuan undang-undang tersebut;b. tidak ada suatu ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999tentang bagaimana seharusnya bentuk suatu pemeriksaanyang dilakukan oleh KPPU, sehingga risalah pertemuanyang mencatat keterangan saksi, ahli ataupun keterangan

Page 12: Perjanjian tertutup

pihak-pihak lain (termasuk keterangan Pelaku Usaha) dapatdigunakan sebagai bahan pertimbangan putusan KPPU;c. putusan KPPU, menurut Pasal 43 ayat 4 UU No. 5 Tahun1999 harus dibacakan dalam suatu siding yang dinyatakanterbuka untuk umum, dan sesuai dengan Penjelasan Pasa;43 ayat 3 UU No. 5 Tahun 1999, pengambilan putusan olehKPPU dilakukan dalam suatu siding Majelis yangberanggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggotaKomisi; dand. mengenai saksi-saksi, sebagaimana yang telahdipertimbangkan oleh judex facto dalam putusannya,seyogyanya dipertimbangkan oleh judex facti setelahmemasuki pemeriksaan pokok perkara dalam menilaiapakah keterangan saksi-saksi tersebut mempunyaikekuatan pembuktian, dan bukannya sebagai salah satualasan procedural untuk membatalkan putusan KPPU.Dari apa yang diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa dari PutusanMahkamah Agung yang menguatkan Putusan KPPU danmembatalkan Putusan Pengadilan Negeri, pertimbanganhukumnya sama sekali tidak menjelaskan bagaimana penerapanatau penafsiran terhadap Pasal 15 ayat 3. b UU No. 5 Tahun 1999seharusnya dilakukan.

Ilustrasi tentang kasus vertical agreement on discount :

PT X memproduksi suatu piranti lunak (soft ware) komputer,dalam bentuk operating system. Selain itu, PT X jugamemproduksi piranti lunak berupa browser. Kemudian PT Xmelakukan perjanjian/transaksi jual beli dengan konsumennyadengan memberikan potongan harga (discount) dimana salah satupersyaratan dalam perjanjian tersebut mengharuskan konsumenmembeli operating system berikut dengan browsernya. Potongan

Page 13: Perjanjian tertutup

harga tersebut membuat harga jual yang ditetapkan oleh PT Xterhadap operating system serta browser (dalam satu paket) lebihrendah (dilakukan potongan harga) bila dilakukan melaluipembelian yang terpisah. Praktek ini akan memaksa konsumen PTX untuk membeli juga produk PT X dibanding produk perusahaanlain dengan pertimbangan harga yang lebih rendah. Kasus iniakan berdampak negatif pada persaingan bila PT X mempunyaiposisi yang dominan dipasar produk utama (operating system).

Sumber: google.co.id