peristiwa politik-ekonomi indonesia pasca pengakuan kedaulatan

13
PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN Disusun Oleh : Kelas IX C 1.Zahra Rizky Fadilah (04) 2.Anisaul Fitriyah (10) 3.Asa Sa’adah (11) 4.Fatika Rahmadini (18)

Upload: zahra-rizky-fadilah

Post on 18-Feb-2017

254 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI PASCA PENGAKUAN KEDAULATAN

PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK DAN EKONOMI INDONESIAPASCA PENGAKUAN KEDAULATANDisusun Oleh : Kelas IX CZahra Rizky Fadilah (04)Anisaul Fitriyah (10)Asa Saadah (11)Fatika Rahmadini (18)

PETA KONSEPPeristiwa-Peristiwa Politik dan Ekonomi Pasca Pengakuan Kedaulatan Proses kembali ke NKRIPemilu I 1955 di tingkat pusat dan daerah Dekrit Presiden dan pengaruhnyaDampak hubungan pusat-daerah terhadap kehidupan politik nasional dan daerah sampai awal tahun 1960-an

Proses Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Berdasarkan hasil KMB, Indonesia menjadi negara Federal/Serikat bernama Republik Indonesia Serikat dengan menggunakan UUD RIS. Upacara penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS tanggal 27 Desember 1949 berlangsung di 3 tempat yang berbeda dalam waktu yang sama, yaitu :Di Amsterdam, ditandatangani oleh : Ratu Yuliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, dan Drs. Moh. Hatta.Di Jakarta, ditandatangani RIS Sri Sultan HB IX dan AHJ Lovink-Belanda.Di Yogyakarta, penyerahan kedaulatan RI, Mr. Asaat kepada Amononutu (Menteri Penerangan RIS)Berdasarkan UUD RIS, negara RIS terdiri dari 16 negara bagian/federal (7 negara bagian dan 9 daerah otonom) dengan Presiden RIS Ir. Soekarno.

Tujuh negara bagian RIS tersebut meliputi :Negara Indonesia Timur (NIT)Negara PasundanNegara MaduraNegara Sumatera Timur (NST)Negara Sumatera Selatan (NSS)Negara Jawa TimurNegara Republik Indonesia (RI)

Sembilan daerah otonom, terdiri dari :Riau6) BanjarBangka7) Kalimantan TenggaraBelitung8) Kalimantan TimurKaimantan Barat9) Jawa TengahDayak Besar

Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)

Faktor-faktor yang mendorong rakyat menuntut kembali ke NKRI, yaitu : RIS tidak sesuai dengan jiwa Proklamasi 17 Agustus 1945.RIS hanya menguntungkan orang-orang Indonesia yang pro Belanda.Sistem Federal/Serikat merupakan alat kolonial Belanda agar tetap berkuasa di Indonesia.Konstitusi RIS memperbolehkan penggabungan negara-negara bagian.Kemudian setelah adanya kesepakatan Piagam Persetujuan kembali ke NKRI, maka diubahlah UUD RIS menjadi UUDS 1950 yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950 dan mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950. Dengan demikian NKRI menerapkan Demokrasi Liberal serta sistem Kabinet Parlementer.

Pemilihan Umum 1 Tahun 1955 di Tingkat Pusat dan Daerah Pemilihan Umum merupakan program pemerintahan dari setiap kabinet. Kabinet Ali Sastromidjoyo 1 bahkan telah menetapkan tanggal pelaksanaan Pemilu. Namun, pesta demokrasi rakyat tersebut baru dapat dilaksanakan pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap.Panitia Pemilihan Umum Pusat dilaksanakan dalam dua gelombang :Gelombang 1, 29 September 1955 memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)Gelombang 2, 15 Desember 1955 memilih anggota-anggota Konstituante (Badan Pembuat UUD)Salah satu keberhasilan dari Kabinet Burhanudin Harahap yaitu dapat menyelenggarakan Pemilu I tahun 1955 secara demokratis, aman, dan tertib.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Pengaruh yang Ditimbulkannya

Pada tanggal 21 Februari 1957, Presiden Soekarno mengemukakan Konsepsi Presiden yang isinya:Sistem Demokrasi Liberal akan diganti dengan Demokrasi Terpimpin.Akan dibentuk Kabinet Gotong Royong yang menterinya terdiri dari orang-orang dari empat partai besar (PNI, Masyumi, NU dan PKI)Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan fungsional dalam masyarakat.Partai Masyumi, NU, PSII, Katholik, dan PRI menolak konsepsi ini dan berpendapat bahwa merubah susunan ketatanegaraan secara radikal harus diserahkan kepada konstituante. Badan konstituante bersidang untuk menyusun UUD yang berlangsung kira-kira tiga tahun. Akan tetapi tidak membuahkan hasil. Penyebabnya karena adanya negara islam dan partai non-islam yang berbeda pendapat.

Akhirnya Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya:Pembubaran KonstituanteBerlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950Pembentukan MPRS dan DPAS Sebagai tindak lanjut dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dibentuklah beberapa lembaga negara yakni MPRS, DPAS, DPR-GR, DPKAN, Front Nasional, Depernas, Partai Politik, dan Pembentukan Kabinet Kerja.Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan bernegara. Politik : semua lembaga harus berintikan NASAKOM.Ekonomi : pemerintah menerapkan ekonomi terpimpin.Keamanan : pemerintah membentuk ABRI dan TNI.Sosial-budaya : pemerintah melarang budaya-budaya yang berbau barat dan dianggap sebagai bentuk neokolonialisme.

Dampak Persoalan Hubungan Pusat-Daerah Terhadap Kehidupan Politik Sampai Awal Tahun 1960-anHubungan Pusat-DaerahPada akhir tahun 1956 beberapa panglima militer di berbagai daerah membentuk dewan-dewan yang ingin memisahkan diri dari NKRI :20 November 1956, di Padang, Sumatera Barat berdiri Dewan Banteng dipimpin Letkol Achmad Husein.Di Medan, Sumatera Utara berdiri Dewan Gajah yang dipimpin Kolonel Simbolon.Di Sumatera Selatan berdiri Dewan Garuda yang dipimpin Kolonel Barlian.Di Manado, Sulawesi Utara berdiri Dewan Manguni dipimpin Kolonel Ventje Sumual.Terbentuknya beberapa dewan di atas menyebabkan terjadinya pemberontakan PRRI-Permesta karena usaha musyawarah yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk menyelesaikan masalah ini tidak berhasil.

Persaingan Golongan Agama dan Nasionalis

Dari tahun 1950-1959 terdapat 7 buah kabinet yang memerintah, yaitu :Kabinet Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951)Kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir dari Masyumi.Kabinet Sukiman (26 April 1951-Februari 1952)Kabinet ini dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosandjojo (Masyumi) dan Suwirjo (PNI).Kabinet Wilopo (April 1952-2 Juni 1953)Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Wilopo dari PNI.Kabinet Ali Sastroamidjoyo I (31 Juli 1953-24 Juli 1955)Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjoyo dari PNI sebagai Perdana Menteri. Kabinet Ali I ini berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung 18-24 April 1955.Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)Kabinet Ali Sastroamidjoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)Kabinet Juanda (9 April 1957-5 Juli 1959)

Pergolakan Sosial Politik

Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)Pemberontakan Andi AzisPemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Pemberontakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)

Berbagai pergolakan di daerah tersebut diatas sebagai dampak dari hubungan pemerintah pusat dan daerah yang kurang harmonis. Dengan demikian kehidupan politik nasional dan daerah sampai awal tahun 1960-an tidak stabil.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

>Phone (021) 68791941"NAMIRA" Jl. Bandar Kidul II no.44 Kediri Jawa-TimurGenerated by NAMIRA ComposerPrograming with Cakewalk Pro Audio v.6.00