perilaku kelompok dalam organisasi

17
PERILAKU KEORGANISASIAN PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI PENGERTIAN DAN JENIS KELOMPOK 1) Pengertian Kelompok a. Menurut Robbins dan Coulter (2004) Kelompok adalah gabungan/kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu. b. Menurut Gibons dan kawan-kawan (1996) Kelompok adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja anggota dipengaruhi oleh perilaku dan / atau prestasi anggota lainnya. c. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1991) Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja seseorang dipengaruhi oleh perilaku / kinerja anggota lain. 2) Jenis – Jenis Kelompok Duncan yang dikutip oleh Adam I. Indrawijaya membedakan jenis – jenis kelompok apakah kelompok itu bersifat formal atau informal sebagai berikut : a. Kelompok formal, kelompok yang terbetuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan resmi seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi. Maka dari sini ada : Kelompok komando : Manajer dengan bawahannya

Upload: suryadhinata

Post on 14-Jul-2016

82 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

aaaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

PERILAKU KEORGANISASIAN

PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI

PENGERTIAN DAN JENIS KELOMPOK

1) Pengertian Kelompok

a. Menurut Robbins dan Coulter (2004)

Kelompok adalah gabungan/kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi

dan saling bergantung untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu.

b. Menurut Gibons dan kawan-kawan (1996)

Kelompok adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja anggota

dipengaruhi oleh perilaku dan / atau prestasi anggota lainnya.

c. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1991)

Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain

sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja seseorang dipengaruhi oleh

perilaku / kinerja anggota lain.

2) Jenis – Jenis Kelompok

Duncan yang dikutip oleh Adam I. Indrawijaya membedakan jenis – jenis kelompok

apakah kelompok itu bersifat formal atau informal sebagai berikut :

a. Kelompok formal, kelompok yang terbetuk dan berlangsung berdasarkan

ketentuan resmi seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.

Maka dari sini ada :

Kelompok komando : Manajer dengan bawahannya

Kelompok tugas, mereka yang bekerjasama untuk menyelesaikan tugas

pekerjaan

Kelompok informal, kelompok yang tidak terstruktur dan ditetapkan secara

organisasi yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak

sosial.

Maka akan ada :

Kelompok minat/kepentingan, mereka bekerjasama untuk mencapai suatu

sasaran khusus yang menjadi kepedulian dari tiap orang di antara mereka.

Kelompok persahabatan, bergabung karena satu karakteristik/lebih.

b. Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan

Page 2: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

Kelompok berdasarkan keanggotaan, merupakan kelompok yang lahir atas

dasar ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi ketentuan

formal.

Kelompok berdasarkan kesukaan, adalah kelompok dimana perasaan para

anggotanya begitu terikat pada ketentuan dan kepentingan kelompok.

c. Kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota

Kelompok dua orang (diad)

Kelompok tiga orang (triad)

Kelompok yang terdiri atas lebih dari tiga orang

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELOMPOK

1) Menurut B.W. Tuckman dan M.A.C. Jensen dalam Robbins

dan Coulter (2004) dengan model 5 tahap.

a. Pembentukan (forming) adalah fase awal yang dicirikan dengan

ketidakpastian tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok.

b. Badai (storming) adalah tahapan kedua yang dicirikan oleh banyaknya konflik

dalam kelompok.

c. Penormaan (norming) adalah tahapan ketiga yang dicirikan adanya hubungan

yang akrab dan suasana keterpaduan dalam kelompok.

d. Pelaksanaan (reforming) adalah tahapan keempat, dimana kelompok telah

berfungsi dan diterima anggota.

e. Pembubaran (adjourning) adalah tahapan terakhir untuk kelompok yang

sifatnya sementara, yang dicirikan oleh adanya kepedulian untuk menuntaskan

kegiatan-kegiatan penutupan bukannya melaksanakan tugas atau pekerjaan.

2) Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996), dengan model

empat tahapan, sebagai berikut.

a. Penerimaan bersama, adalah fase dimana anggota menolak untuk

berkomunikasi satu dengan yang lain. Tak mau mengekspresikan ide, sikap dan

keyakinan mereka.

b. Komunikasi dan pengambilan keputusan, adalah fase di mana telah mulai ada

komunikasi yang terbuka, diskusi, interaksi untuk menyelesaikan tugas.

c. Motivasi dan produktivitas, pada fase ini ada upaya menyelesaikan tujuan

kelompok.

Page 3: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

d. Pengendalian dan organisasi, sudah tercipta afiliasi, regulasi dan norma

kelompok. Lebih mengedepankan tujuan kelompok dibanding individu.

3) Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997),

dengan model empat tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap orientasi, suatu tahapan di mana anggota mencoba untuk memahami

tujuan kelompok dan peranan masing-masing anggota.

b. Tahap konfrontasi, yang ditandai adanya konflik karena perebutan kekuasaan

dan pengaruh. Jika konflik dapat diatasi maka perjalanan kelompok menuju

kematangan semakin mendekati kenyataan.

c. Tahap deferensiasi suatu tahapan di mana perbedaan masing-masing individu

diakui, tugas pekerjaan berbasis keahlian dan kemampuan masing-masing

individu. Pada fase ini anggota sudah mulai merasakan sukses yang dicapai

kelompoknya.

d. Tahap kolaborasi, adalah suatu fase dimana kelompok sudah mencapai

tingkat kematangan yang tinggi. Komitmen dan kekompakan begitu tinggi.

Keputusan dan solusi masalah dilakukan melalui diskusi yang rasional.

PERILAKU DAN PRESTASI KELOMPOK

Faktor Eksternal Yang Menentukan Prestasi Kelompok

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Dugita (1997) adalah sebagai berikut :

1. Strategi organisasi-visi, misi, tujuan organisasi akan mempengaruhi perilaku

kelompok yang ada

Faktor eksternal penentu kelompok

Sumber anggota kelompok

Prestasi kelompok

Proses kelompok

Tugas kelompok

Struktur kelompok

Page 4: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

2. Struktur wewenang menyangkut penempatan suatu kelompok dalam hirarki organisasi

3. Peraturan formal, makin formal aturan, makin konsisten dan dapat teramalkan

perilaku anggota.

4. Sumber daya organisasi, besar kecilnya sumber daya seperti modal, peralatan, dan

bahan baku yang disiapkan kepada kelompok akan mempengaruhi perilaku dan

prestasi kelompok.

5. Proses seleksi SDM, proses seleksi yang berkualitas menjadi faktor penting untuk

memperoleh orang-orang yang berkualitas yang akan berkontribusi terhadap prestasi

kelompok.

6. Penilaian prestasi dan sistem imbalan, adanya sistem imbalan yang berbasis

prestasi/kinerja akan berpengaruh terhadap perilaku kelompok.

7. Budaya organisasi, setiap organisasi memiliki budaya organisasi tersendiri yang akan

menghantarkan anggota organisasi berperilaku di dalam kelompok maupun

organisasi.

8. Lingkungan fisik tempat kerja, kenyamanan lingkungan kerja akan berkontribusi

terhadap daya tahan dan semangat kerja anggota.

Sumber Daya Internal Anggota Kelompok

Selain faktor eksternal, perilaku dan prestasi kelompok juga ditentukan oleh faktor

internal anggota kelompok itu sendiri seperti :

1. Kemampuan (kemampuan fisik dan intelektual)

2. Karakteristik kepribadian seperti kemahiran bergaul dan kemandirian yang akan

mempengaruhi individu dan kelompok dalam berinteraksi.

Struktur Kelompok

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) struktur kelompok yang

meliputi kepemimpinan formal, peran, norma-norma, status kelompok, dan komposisi

kelompok dapat membentuk perilaku dari anggota dan memungkinkan dapat menjelaskan

sebagian besar dari perilaku seseorang dalam kelompok demikian juga prestasi dari

kelompok itu sendiri. Struktur kelompok tersebut adalah sebagia berikut :

1. Kepemimpinan formal. Setiap kelompok kerja pasti mempunyai pimpinan yang

sah/formal yang akan berperan penting dalam mempengaruhi perilaku anggota demi

keberhasilan kelompok.

Page 5: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

2. Peran, seperangkat pola perilaku yang diharapkan, dan yang dikaitkan pada seseorang

yang menduduki suatu posisi tertentu dalam satu unit organisasi. Misalnya selain

menjadi kepala bagian juga bisa menjadi juru bicara.

3. Norma, adalah pedoman yang diterima dan diikuti oleh anggota sebuah kelompok.

4. Status kelompok, posisi atau peringkat didefinisikan secara sosial yang diberikan

kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.

5. Ukuran kelompok. Kelompok besar sangat baik untuk memperoleh masukan yang

banyak. Kelompok kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif dengan

masukan tersebut.

6. Proses kelompok. Beberapa proses penting yang perlu dipahami diantaranya adalah

pola komunikasi, pengambilan keputusan, perilaku pemimpin, dinamika kekuasaan

dan konflik yang terjadi dalam kelompok.

Tugas Kelompok

Secara umum tugas kelompok dibagi menjadi dua yaitu tugas kompleks dan tugas

sederhana. Semakin kompleks suatu tugas akan membutuhkan lebih banyak anggota untuk

mendiskusikan alternatif metode kerja dan yang lainnya. Tugas sederhana biasanya yang

bersifat rutin dan standar yang tidak perlu banyak berdiskusi sehingga anggotanya relatif

sedikit.

KOHESIVITAS DALAM KELOMPOK

1. Definisi Kohesivitas Kelompok :

a. Menurut Collins dan Raven (1964) Kohesivitas kelompok adalah kekuatan yang

mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan

mencegahnya meninggalkan kelompok.

b. Kohesivitas atau kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan

dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau

pendapat, mau berkorban dan bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan

(Indriyo Gitusudarmo dan Nyoman Sudita, 1997).

c. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter (2004) Keterpaduan kelompok adalah

tingkat sejauh mana anggota-anggota tertarik satu dengan yang lain dan berbagai

tujuan dalam kelompok tersebut.

Page 6: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok :

A. Faktor-faktor pendorong kohesivitas menurut Indriyo Gitusudarmo dan Nyoman

Sudita (1997) :

a) Kesamaan nilai dan tujuan

Kebersamaan nilai dan tujuan akan menimbulkan sebuah kebersamaan senasib

sepenanggungan sehingga para anggota kelompok akan bertanggung jawab satu

dengan yang lain serta melakukan perfoma dan perilaku yang tepat. Dalam hal ini

kepercayaan antar anggota akan terbentuk melalui pengungkapan ide, pikiran dan

perasaan.

b) Keberhasilan dalam mencapai tujuan

Keberhasilan pencapaian tujuan dapat terjadi karena setiap Individu mampu

menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan

bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu terlibat secara

emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.

c) Status kelompok

d) Penyelesaian perbedaan

Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan

masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.

e) Kecocokan terhadap norma (adaptasi)

Kelenturan setiap anggota kelompok untuk menerima ide, pandangan, norma dan

kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu

f) Daya tarik pribadi

Minat dan ketertarikan individu yang berasal dari diri pribadi untuk tetap berada

dalam kelompok dan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat membawa dampak

positif terhadap kelompoknya.

g) Persaingan antar kelompok

Persaingan antar kelompok dapat memotivasi anggota kelompok untuk

menjadikan kelompoknya menjadi kelompok terbaik diantara kelompok yang

lainnya

h) Pengakuan dan penghargaan

Pengakuan dan penghargaan cenderung membuat individu merasa dibutuhkan

karena kinerjanya di dalam kelompok dihargai dan dipandang penting.

Page 7: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

B. Menurut penulis yang sama, Indriyo Gitusudarmo dan Nyoman Sudita, faktor-faktor

yang dapat menurunkan kepaduan, antara lain:

a) Ketidaksamaan tujuan

b) Besarnya anggota

c) Pengalaman tidak menyenangkan

d) Persaingan di dalam

e) Dominan

C. Menurut Mc Dougal faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok, antara

lain:

a) Kelangsungan Keberadaan Kelompok (berlanjut dalam waktu lama) dalam arti

keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan.

b) Adanya Organisasi dalam kelompok, yaitu deferensiasi dan spesialisasi fungsi

c) Kesadaran diri kelompok, dimana setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk

kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok

d) Pengetahuan tentang kelompok dan keterikatan (attachment) dalam kelompok.

EFEK KOHESIVITAS PADA PRODUKTIVITAS KELOMPOK

Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan

produktivitasnya, karena mereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan tingkat

absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan.

Kelompok yang padu akan mempersepsikan dirinya sebagai bagian dari kelompok, dan

bahagia berada di dalamnya, dan bangga terhadap kelompoknya. Hasil studi membuktikan

hal tersebut.

Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen anggota

terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok begitu kuat maka motif-

motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi pada kelompok. Hasrat anggota pun

makin besar untuk mensukseskan kelompoknya. Hasil survey pada 5871 pekerja pabrik di

2228 kelompok menghasilkan hipotesis sebagai berikut: “selama norma kelompok

mendorong produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara positif

berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi jika norma

kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya negatif”.

Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang

yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang

lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan

Page 8: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima tujuan,

keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan lebih

banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan tersebut akan

melemah.

CONTOH KASUS PERILAKU KELOMPOK DALAM ORGANISASI

Serikat Pekerja Freeport Bersikukuh Minta Transparansi Upah

Jakarta – TAMBANG. Pengurus Bidang Hubungan Industrial Pengurus Unit Kerja

Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK-SPSI) Freeport Indonesia Airan Koibur meminta

adanya transparansi upah dari manajemen PT Freeport Indonesia. Hal itu mengingat hingga

saat ini belum ada keterbukaan upah hingga pekerja tidak bisa mengetahui hak mereka yang

sebenarnya. “Jadi pada dasarnya kami minta manajemen (PT Freeport Indonesia-red) terbuka

pada kami (mengenai upah-red) sehingga ada kesimbangan. Kalau ada keterbukaan dari

manajemen maka kita pun bisa tahu di mana hak kita,” ucapnya seusai melakukan pertemuan

dengan Komisi IX DPR, di Jakarta, Selasa 11 Oktober 2011.

Atas upaya tersebut, Airan mengaku telah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak

terkait. Namun sayangnya belum mendapat respons positif. “Kami sudah lakukan pertemuan

dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi, bahkan ke

Pemerintah Pusat juga sudah kami sampaikan. Tapi kami sangat menyayangkan karena sudah

hari ke-26 mogok ini belum ada respons yang baik dari semua pihak yang sudah ditemui itu,”

ungkapnya.

Airan pun meminta semua pihak terkait khususnya pemerintah untuk lebih serius

selesaikan masalah ini. “Karena ini menyangkut perbedaan upah, masalah kesejahteraan

tenaga kerja,” ucapnya. Atas alasan itu, hari ini pihaknya melakukan pertemuan dengan

Komisi IX DPR untuk membicarakan hak karyawan tersebut. “Karena masalah ini ada

hubungannya dengan ketenagakerjaan maka hari ini kita datang ke komisi IX DPR. Kami

sampaikan bahwa kami pun menyayangkan karena dalam masa proses penyelesaian masalah

ini, tiba-tiba terjadi insiden. Ini sangat kami sesalkan,” paparnya.

Sementara itu, sebelumnya Juru Bicara PT Freeport Indonesia Ramdani Sirait

menyampaikan bahwa manajemen perusahaan dalam kurun waktu dua tahun ke depan akan

menaikan gaji karyawan sebesar 25 persen dari gaji pokok. Keputusan tersebut dibuat atas

saran Kemenakertrans. Atas keputusan manajemen tersebut, Ramdani pun sudah

menyampaikan ke serikat pekerja.

Page 9: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

Menanggapi hal itu, Airan bersikukuh bahwa tidak hanya sekadar kenaikan upah, pekerja

juga tetap butuh transparansi upah dari manajemen. “Memang sudah disampaikan ke kami,

tetapi kami tetap mau ada transparansi dari manajemen. Karena seperti yang tadi kami

sampaikan ke komisi IX, sesuai Undang-undang tenaga kerja kan ada skala upah, di mana

ada perhitungan dalam menghitung upah, tapi dalam kenyataannya tidak ada penjelasan dari

manajemen Freeport,” ucap Airan.

PEMBAHASAN KASUS

Sesuai dengan kasus di atas serikat kerja Freeport Indonesia merupakan suatu kelompok

yang terdapat dalam suatu organisasi yakni PT Freeport Indonesia. Sesuai dengan teori

pengertian kelompok menurut Robbins dan Coulter (2004), Kelompok adalah

gabungan/kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk

mencapai sasaran – sasaran tertentu. Serikat Pekerja Freeport Indonesia ini pun terbentuk

karena adanya interaksi antar pekerja yang memiliki tujuan yang sama dimana ingin menjaga

dan memastikan bahwa hak-hak para pekerja dapat terpenuhi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Hal ini dapat dilihat dari keinginan serikat pekerja ini yang diwakili oleh Pengurus

Bidang Hubungan Industrial Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK-

SPSI) Freeport Indonesia Airan Koibur untuk meminta suatu transparansi mengenai upah

yang seharusnya didapatkan oleh para pekerja.

Pada dasarnya kelompok serikat pekerja Freeport Indonesia termasuk kelompok

minat/kepentingan, dimana mereka bekerjasama untuk mencapai suatu sasaran khusus yang

menjadi kepedulian dari tiap orang di antara mereka. Hal ini bisa dilihat serikat pekerja ini

berkerjasama untuk mencapai sasaran khusus untuk menjamin kesejahteraan para pekerja di

PT Freeport Indonesia. Kesejahteraan para pekerja ini menjadi kepedulian dari setiap pekerja.

Kelompok serikat pekerja inipun memiliki suatu tugas kelompok dimana kelompok ini

mengayomi seluruh pekerja di PT Freeport, kelompok ini pun memfasilitasi dan

memperjuangkan hak-hak pekerja kepada pihak manajemen PT Freeport, seperti yang

terdapat di kasus diatas, serikat pekerja Freeport Indonesia memperjuangkan hak-hak pekerja

hingga bertemu dengan Komisi IX DPR-RI yang membidangi ketenagakerjaan. Ini semata

dilakukan untuk mencapai prestasi kelompok yang kembali pada tujuan kelompok itu sendiri

yakni menjamin kesejahteraan pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan baik yang

nantinya akan berdampak pada produktivitas perusahaan.

Kepaduan atau kohesivitas menurut Indriyo Gitosudormo dan Nyoman Sudita (1997)

adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk keramahan,

Page 10: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau pendapat, mau berkorban dan

bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan. Begitu pula dengan serikat pekerja Freeport

Indonesia, sama dengan serikat pekerja lainnya, memiliki suatu kekompakan dan keramahan

antar anggotanya hal ini disebabkan karena setiap anggotanya memiliki suatu ikatan atau

persaamaan nasib. Ikatan solidaritas dan rasa persamaan nasib ini yang menjadi kekuatan

serikat kerja Freeport Indonesia dalam mengemukakan saran ataupun pendapat kepada

manajemen PT Freeport Indonesia. Beberapa faktor yang mendorong kepaduan kelompok

serikat pekerja ini adalah kesamaan nilai dan tujuan yang telah disebutkan diatas sama-sama

memiliki suatu tujuan untuk menjaga hak-hak pekerja, berusaha menyelesaikan perbedaan

persepsi antara pekerja dan manajemen, serta inginnya suatu pengakuan dan penghargaan

dari pihak manajemen PT Freeport Indonesia.

Sangat disayangkan terjadinya perselisihan kelompok serikat kerja dengan oraganisasi

PT Freeport Indonesia. Solusi yang dapat ditawarkan adalah agar kedua belah pihak mulai

membuka diri untuk melakukan perundingan yang menghasilkan suatu kesepakatan yang

menguntungkan bersama. Serikat pekerja Freeport Indonesia agar tidak selalu berpikiran

negatif terhadap kebijakan yang dilakukan oleh manajemen PT Freeport Indonesia, sehingga

dapat mencegah terjadinya konflik. Begitu pula dengan PT Freeport Indonesia agar lebih

terbuka terhadap kebijakan yang diterapkan kepada pekerja terutama masalah upah pekerja.

Pihak manajemen juga sebaiknya menjaga dan menjamin agar hak-hak pekerja terpenuhi

sebelum menuntut peningkatan produktivitas kerja dari para pekerja. Yang terakhir agar

pemerintah mendampingi hingga kasus ini selesai tanpa merugikan satu pihak pun.

Terbentuknya suatu serikat pekerja tidaklah selalu negatif. Sesuai dengan teori, anggota

kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan produktivitas,

karena mereka menikmati kepuasan kerja sehingga menurunkan tingkat absensi.

Page 11: Perilaku Kelompok Dalam Organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Robbin, Stephen P., Judge, Timothy A, 2008, Perilaku Organisasi, Jakarta, Penerbit: Salemba

Empat

Ardana, Komang, Mujiati, Ni Wayan, Sriathi, Anak Agung Ayu, 2009 Perilaku

Keorganisasian, Yogjakarta, Penerbit: Graha Ilmu

http://psikelompokintannurdiana.wordpress.com/2010/11/

http://www.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=4677