perhitungan penyusunan pendapatan nasional
TRANSCRIPT
PERTEMUAN KE-3
PENGANTAR MAKRO EKONOMI
PERHITUNGAN PENYUSUNAN PENDAPATAN
NASIONAL
4. PENDAHULUAN dan ISTILAH DLM PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Sejauh ini alat pengukur yang sering digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif,
arah, intensitas, dan kecepatan keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu negara
adalalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau yang sering dikenal
sebagagai Pendapatan Nasional. Sebenarnya, Pendapatan Nasional itu lebih ditujukan
untuk mengukur kemakmuran material masyarakat secara kuantitatif.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, kemakmuran yang ingin dicapai oleh bangsa
Indonesia, bukan hanya kemakmuran material saja, tetapi lebih pada kesejahteraan social
yang lingkupnya lebih luas. Dalam pengertian kesejahteraan social ini, dikandung maksud
untuk lebih melengkapi pengukuran keberhasilan pembangunan tersebut. Sebab
Pendapatan Nasional tersebut ditujukan untuk mengukur keberhasilan usaha yang berupa
kemampuan menghasilkan barang dan jasa, sedangkan kesejahteraan 1ector tidak hanya
cukup dipenuhi dengan tersedianya barang dan jasa.
Disamping barang dan jasa ekonomi, masyarakat juga memerluka pendidikan yang
memadai, kesehatan yang baik, hiburan yang cukup dan sebagainya. Untuk itulah dikenal
alat pengukur lain yang dapat dipakai sebagai suplemen bagi Pendapatan Nasional yaitu
Indeks Kualitas Hidup (Physical Quality Life Index). Kecuali itu itu GBHN juga masih
menunjuk pada bentuk kesejahteraan yang lain, kesejahteraan spiritual yang tidak
dibicarakan dalam ilmu ekonomi.
KONSEP DAN DEFINISI.
Konsep
Pendapatan nasional mula-mula dirumuskan oleh Boisgilbert di Perancis dan Petty
di Inggris pada abad XVII. Pandangan mereka tentang Pendapatan Nasional berkisar pada
nilai uang, barang dan jasa yang dihasilkan dan dikonsumsikan. Konsep ini kemudian
dikembangkan dengan jalan memasukan tambahan stock modal tahunan yang sudah ada
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
didalam negeri. Sesudah dilakukan sensus pada tahun 1840 di Amerika Serikat, yang untuk
pertama kalinya ditanyakan berbagai informasiekonomi. Dengan berbagai informasi
ekonomi tersebut, Tucker mencoba menaksir Produk Nasional Amerika Serikat pada tahun
1843. Dalam konsep Tucker ini jasa belum diperhitungkan seperti halnya pada konsep
Boisgillbert dan Petty. Perhatian pada usaha perhitungan pendapatan nasional
pemerintah pada waktu itu masih kecil, sebab sebelum Keynes titik berat perhatian para
ekonom, adalah pada ekonomi mikro, bukan pada ekonomi makro.
Pada tahun 1932 karena ada pergeseran perhatian kearah Pendapatan Nasional
dan kesempatan kerjasebagai akibat krisis besar ekonomi yang melanda Amerika Serikat
pada tahun 1930-an, maka usaha kearah perbaikanbperhitungan Pendapatan Nasional
mulai lebih diintensifkan. Studi yang mendalam mengenai perhitungan Pendapatan
Nasional mulai dilaksanakan dibawah pimpimpinan Simon Kuznets dan hasilnya
diumumkan pada tahun 1934. Sejak itu Pendapatan Nasional atau lebih tepatnya Produk
Nasional Bruto mendapatkan kedudukan sebagai alat pengukur kegiatan ekonomi yang
paling penting. Penemuan dan pengukuran Produk Nasional Bruto, juga merupakan bukti
statistik gagasan Adam Smith yang menyatakan bahwa kemakmuran suatu negara tidak
diukur dengan banyaknya logam mulia yang dimilikinya, tetapi ditentukan oleh banyaknya
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakatnya.
Definisi Pendapatan Nasional.
Jika kita perhatikan gambar arus perputaran output dan pengeluaran(circular flow of
economic activities), maka aliran output (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh 2ector
bisnis dinamakan Produk Nasional. Sedangkan aliran balas jasa terhadap penggunaan
2ector produksi oleh 2ector bisnis ke 2ector rumah tangga dinamakan Pendapatan
Nasional. Dengan demikian Pendapatan Nasional (National Income) dapat didefinisikan
sebagai nilai seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun).
Dalam perhitungan Pendapatan Nasional dikenal beberapa istilah :
1.Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product).
2.Produk Nasional Bruto(Gross National Product).
3.Produk Nasional Netto (Net National Product)
4.Pendapatan Nasional (National Income).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional.
Denganmemperhatuikan pola sircular flow of income and payment (aliran
pendapatan dan pembayaran) akanmemudahkan dalam melakukan perhitungan dan
penyusunan Pendapatan Nasional. Terdapat 3(tiga) cara yang dapat digunakan untuk
melakukan perhitungan dan penyusunan Pendapatan Nasional, yaitu : cara
pengeluaran/pembelanjaan (spending approach), cara pendapatan (income approach),
dan cara produksi (prodction approach/value added approach).
B. PENDEKATAN PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
1. SPENDING APPROACH.
Menjumlahkan pengeluaran terhadap
barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perekonomian suatu negara.
GDP = C + I + G + (X-M)
C = pengeluaran konsumsi rumah
tangga.
I = investasi sektor swasta.
G = pengeluaran pemerintah.
X-M = ekspor neto.
2. CARA PRODUKSI
Perhitungan Pendapatan Nasional
dilakukan dengan menjumlahkan nilai
tambah (value added) yang diciptakan oleh
seluruh sektor yang terdapat didalam
perekonomian.
3. CARA PENDAPATAN
Menjumlahkan pendapatan yang diterima
oleh faktor produksi.
Tenaga kerja mendapatkan Upah.
Modal mendapatkan Bunga
Tanah mendapatkan Sewa
Kewirausahaan mendapatkan Laba
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
PENGHITUNGAN GDP
CARA PENGELUARAN (SPENDING APPROACH).
Pendapatan Nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran dilakukan dengan
menjumlahkan nilai seluruh pengeluaran terhadap barang jadi dan jasa yang dihasilkan
didalam suatu perekonomian. Dalam cara pengeluaran ini, yang dihitung adalah aliran
pengeluaran/pembelanjaan yang dilakukan oleh sektor rumah tangga (consumption
expenditure), untuk pembentukan modal domestik bruto (investment), sektor pemerintah
(government expenditure), dan sektor luar negeri (net export). Aliran pengeluaran ini
merupakan nilai seluruh pengeluaran terhadap barang-barang akhir dan jasa yang
diproduksi oleh sektor bisnis/perusahaan.
1.Pengeluaran konsumsi rumah tangga (consumption expenditure).
Adalah pengeluran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga terhadap barang jadi
dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan yang ada didalam suatu negara.
Barang akhir dan jasa yang dibeli oleh sektor rumah tangga meliputi barang yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jenis barang dan jasa tersebut meliputi
bahan makanan dan miniman, tekstil dan produk tekstil, barang-barang kebutuhan rumah
tangga yang lain (seperti rado, TV,meja kursi), dan jasa-jasa yang dibutuhkan rumah
tangga, seperti transportasi, pengobatan dan pendidikan
2.Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
Pengeluaran pemerintah terhadap barang dan jasa ini meliputi antara
lain :anggaran rutin (gaji, ATK , dll) dan anggaran pembangunan (jalan, sekolah, irigasi,
militer dll).Pengeluaran pemerintah ini sebagian besar dibiayai dari penerimaan yang
berasal dari pajak.
3.Pengeluaran Investai (Investment)
Dalam perhitungan Pendatan Nasional ini, investasi yang dilakukan oleh sektor
perusahaan disebut sebagai pembentukan modal tetap domestik bruto. Nilai pengeluran
ini mengambarkan seluruh nilai pembelian sektor bisnis(swasta) dan pemerintagh terhadap
barang-barang modal yang diproduksi oleh sektor bisnis. Termasuk didalam pengeluaran
investasi ini adalah nilai rumah tinggal yang didirikan dalam satu periode tertentu, pabrik
dan peralatannya, dan perubahan persediaan barang tahan lama.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
4.Pengeluaran Sektor Luar Negeri (Net Ekport)
Adanya perdagangan internasional dengan negara lain akan menggalakan lalu-lintas
ekspor barang dan jasa. Ekspor akanmenambah pengeluaran terhadap barang-barang dan
jasa yang diproduksi oleh sektor bisnis dan menyebabkan barang yang diproduksi didalam
perekonomian meningkat. Sedangkan impor menyebabkan terjadinya aliran
pengeluaran/pembelanjaan keluar negeri yang akan mengurangi/menrunkan kegiatan
produksi yang dilakukan oleh sektor perusahaan. Dengan demikian ekspor neto yang positif
akan dapat menaikan Pendapatan Nasional.
Tabel 1
PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO,PRODUK NASIONAL BRUTO, DAN
PENDAPATAN NASIONAL, 19977-1978
(Menrut Harga yang berlaku dalam Rp. Milyard)
Jenis Penggunaan 1977 1978
1, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3. Pembentukan Modal Domestik Bruto
4. Ekspor Barang dan Jasa
5. Dikurangi : Impor Barang dan Jasa
6. PRODUK DOMESTI BRUTO (PDB)
7. Pendapatan Netto Thd. Luar Negeri dari Faktor
Produksi
8. PRODUK NASIONAL BRUTO (PNB)
9. Dikurangi Pajak Tak Langsung Netto
10.Dikurangi : Penyusutan
11.PRODUK NASIONAL NETO
12.481,0
2.007,3
3.826,4
4.512,8
3.864,5
19.033,0
-677,8
18.355,2
854,6
1.235,7
16.237,9
15.184,5
2.658,9
4.670,7
4.973,9
4.742,0
22.746,0
-866,7
21.879,3
1.028,9
1.428,9
19.367,6
Pendapatan netto terhadap luar negeri dari faktor produksi, merupakan nilai
pendapatan faktor produksi Indonesia di LN dikurangi nilai pendapatan faktor produksi asing
di Indonesia.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
Perekonomian 2 (dua) sektor adalah suatu perekonomian yang diasumsikan hanya
terdiri dari sektor rumah tangga (household) dan sektor perusahaan (business).
Perekonomian dua sektor juga disebut sebagai perekonomian sederhana tertutup.
Dinamakan sederhana karena perekonomian tersebut hanya terdiri dari sektor rumah
tangga dan sektor perusahaan. Tertutup karena didalam perekonomian tersebut tidak ada
hubungan ekonomi (perdagangan) dengan dunia internasional.
Dalam perekonomian 2 (dua) sektor arus melingkar dari aktivitas ekonomi (circular
flow of economic activities) mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Sebagai balas jasa atas penggunaan faktor produksi dari sektor rumah tangga oleh
sektor perusahaan, maka sektor rumah tangga akan memperoleh pendapatan
(income payment) yang berupa : gaji dan upah, sewa, bunga dan laba.
2. Sebagai besar pendapatan (income payment) yang diterima oleh sektor rumah
tangga akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi (consumption expenditure)
yaitu : untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3. Sisa pendapatan yang tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi,
oleh sektor rumah tangga akan ditabung dalam badan (lembaga) keuangan.
4. Sektor perusahaan (business sector) yang memerlukan modal untuk kegiatan
“investasi” meminjam tabungan yang dikumpulan oleh lembaga keuangan dari sektor
rumah tangga (household).
Sebelumnya telah dibicarakan tentang penerimaan pemerintah yang berupa “lump-
sum tax”, yaitu pajak yang besarnya tidak tergantung pada pendapatan nasional.
“Memisalkan bahwa besarnya pajak pendapatan tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional adalah tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di perekonomian (tidak
realistis)”.
Pada umumnya (yang umum berlaku) adalah makin tinggi pendapatan nasional,
makin besar jumlah pajak yang dipungut (dikumpulkan) oleh pemerintah. Besarnya pajak
yang dipungut adalah sebanding dengan pendapatan nasional.
Pajak pendapatan yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya pendapatan
yang diperoleh wajib pajak mempunyai sifat yang flexible, yaitu flexible mengikuti perubahan
pendapatan. Apabila jumlah pendapatan besar, maka jumlah pajak yang dipungut juga
besar, begitu juga sebaliknya.
Dalam model makroekonomi yang sederhana ini diperoleh asumsi bahwa
pengeluaran agregat (aggregat expenditure, AE) terbagi menjadi 2 (dua), yaitu pengeluaran
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
untuk barang-barang konsumsi (consumption expenditure) dan pengeluaran untuk barang-
barang modal (Investasi). Selain dari itu, juga diasumsikan bahwa penerima (income) yang
diterima oleh sektor rumah tangga, akan dikeluarkan untuk barang-barang konsumsi dan
sisanya untuk ditabung. Selain itu suatu perekonomian akan mencapai kondisi
kesimbangan, apabila jumlah pengeluaran sama dengan jumlah penerimaan.
Karena pendapatan nasional naik-turun mengikuti gelombang konjungtur, maka penerimaan
pajak juga naik turun mengikut gelombang konjungtur.
Pada waktu ada gelombang konjungtur naik (perkembangan ekonomi meningkat),
permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa meningkat dan ekonomi menuju kearah
inflasi, maka penerimaan pajak juga turut meningkat.
“Karena pajak adalah kebocoran pada arus perputaran pendapatan nasional, maka
meningkatnya penerimaan pemerintah dari pajak berarti membesarnya kebocoran, jadi
secara otomatis ikut mengerm gerak gelombang konjungtur naik tersebut”.
Pada waktu gelombag konjungtur turun (terjadi penurunan kegiatan ekonomi)
permintaan agregat akan turun dan diikuti oleh menurunnya pendapatan nasional.
Penurunan pendapatan nasional adalah sistem perpajakan yang “built-inflexible” tidak
akan sehebat penurunan pendapatan nasional, apabila sistem perpajakan yang
digunakan adalah “lump-sum taxation”.
Proses tersebut terus berlangsung hingga tercapainya tingkat pendapatan nasional
ekuilibrium yang baru.
Tingkat pendapatan nasional ekuilibrium yang tercapai dalam ini adalah “lebih tinggi”
bila dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium yang tercapai pada
sistem perpajakan “lump-sum taxation”.
Pajak-pajak yang dapat berfungsi sebagai rem yang memberikan reaksi secara otomatis
terhadap perubahannya pendapatan nasional disebut : “built-instabilizer” atau “automatic
stabilizers”. Karena pajak-pajak tersebut dapat ikut menstabilkan gerak gelombang
konjungtur (naik turunnya kegiatan ekonomi) secara otomatis.
Jika suatu negara melakukan ekspor barang dan jasa ke negara lain, maka ia harus
memproduksi barang dan jasa melebihi jumlah produksi yang diperlukan didalam negeri.
Dengan meningkatnya jumlah produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu
negara, maka hal ini juga akan meningkatkan pendapatan nasional (Y) negara tersebut.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
Karena ekspor merupakan salah satu jenis pengeluaran agregat (aggregat expenditure),
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai oleh suatu
negara.
“Apabila ekspor meningkat, maka pengeluaran agregat akan meningkat pula, dan
keadaan ini selanjutnya akan menaikan pendapatan nasional”.
“Namun sebaliknya, pendapatan nasional (Y) tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya
ekspor”. Apabila pendapatan nasional bertambah besar, ekspor belum tentu meningkat,
atau besarnya ekspor dapat meningkat atau mengalami perubahan, meskipun pendapatan
nasional tetap besarnya”.
Besarnya kecilnya ekspor tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional yang tejadi
dalam perekonomian sehingga fungsi ekspor mempunyai bentuk yang sama dengan
fungsi investasi dan pengeluaran pemerintah.
Dalam analisis makroekonomi diasumsikan bahwa faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya pembelian barang dari luar negeri (impor) suatu negara adalah kemampuan
membayar (daya beli) negara tersebut terhadap barang impor.
Makin tinggi kemampuan membayar (daya beli)-nya makin tinggi pula impor yang dapat
dilakukannya. Karena tinggi rendahnya daya beli suatu negara dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan nasionalnya. Maka tinggi rendahnya impor negara tersebut , juga ditentukan
oleh besar kecilnya pendapatan nasionalnya.
“Makin tinggi pendapatan nasional, makin besar pula impor yang dapat dilakukan oleh
negara tersebut, dan fungsi impornya
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Perhitungan Dan Penyusunan Pendapatan Nasional
MODUL 3
Oleh:
HASANUDIN PASIAMA
PRGRAM KULIAH SABTU-MINGGU
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA
2008
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. Hasanuddin Pasiama MSPENGANTAR EKONOMI MAKRO