tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

79
TESIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, SELISIH LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAN FLYPAPER EFFECT PADA PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN IDA AYU GEDE SUTHA MEGASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: vuongkhuong

Post on 31-Dec-2016

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

1

TESIS

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, SELISIH

LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAN

FLYPAPER EFFECT PADA PERILAKU

OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN

IDA AYU GEDE SUTHA MEGASARI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

i

i

TESIS

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, SELISIH

LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAN

FLYPAPER EFFECT PADA PERILAKU

OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN

IDA AYU GEDE SUTHA MEGASARI

NIM 1391661009

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

ii

ii

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, SELISIH

LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN DAN

FLYPAPER EFFECT PADA PERILAKU

OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IDA AYU GEDE SUTHA MEGASARI

NIM 1391661009

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

iii

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi, Ak

NIP 19670729 199402 1 001 NIP 19660726 199203 2 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA.,Ak Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP 19641224 199103 1 002 NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

iv

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 30 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 0908/UN 14.4/HK/2015, Tanggal 27 Maret 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak

Anggota : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE, MSi, Ak

Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi

Dr. I Ketut Budiartha, SE, MSi, Ak

Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi, Ak

Page 6: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

vi

vi

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Ida Ayu Gede Sutha Megasari

NIM : 1391661009

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran dan Flypaper Effect pada Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik

Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

Denpasar, 5 April 2015

Ida Ayu Gede Sutha Megasari

Page 7: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

vii

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Selisih

Lebih Perhitungan Anggaran dan Flypaper Effect Pada Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran”. Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya

dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-

KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana.

3. Bapak Prof. Dr. I.G.B. Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gst. Wyn. Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa

Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak selaku Ketua Program Studi

Magister Akuntansi (MAKSI) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana, Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan

membantu proses penyelesaian tesis ini. 7. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak sebagai Dosen

Pembimbing Akademis sekaligus Pembimbing I beserta Ibu Dr. Ni Made

Dwi Ratnadi, SE, MSi, Ak sebagai Pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan

masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8. Ibu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi, Bapak Dr. I Ketut

Budiartha, SE, MSi, Ak dan Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi,

Ak sebagai Penguji yang dengan penuh perhatian memberi kritik dan saran

untuk perbaikan tesis ini kepada penulis. 9. Pimpinan serta staf Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan SKPD

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Bali yang telah bersedia

memberikan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Orang tua tercinta, Ayah Ida Bagus Gde Giri Putra dan Ibu Ida Ayu Ketut

Suardini, adik tersayang Ida Bagus Gede Sutha Wibawa dan Ida Bagus

Gede Sutha Pramana Putra, yang selalu memberikan doa, kasih sayang,

dukungan moral, dan material kepada penulis.

Page 8: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

viii

viii

11. Sahabat tercinta Gus Yuda dan rekan-rekan seperjuangan khususnya

Rahayu Damayanti, Dwipayani, Ratih Radityastuti, Emi Novitasari,

Gayatri, Novia dan seluruh rekan-rekan MAKSI Angkatan XII dan semua

pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran dalam

penulisan tesis ini.

Denpasar, Maret 2015

Penulis

Page 9: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

viii

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH , SELISIH LEBIH

PERHITUNGAN ANGGARAN DAN FLYPAPER EFFECT PADA

PERILAKU OPORTUNISTIK PENYUSUN ANGGARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), dan Flypaper

Effect pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA) Kabupaten/Kota di

Bali. Perilaku Oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai

keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun. PAD, SiLPA, dan

Flypaper Effect digunakan sebagai indikator terjadinya OPA.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah 9 APBD Kabupaten/Kota di Bali

tahun anggaran 2009-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

purvosive sampling dimana mengambil tiga anggaran pelayanan publik

Kabupaten/Kota di Bali. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data

panel.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh negatif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran berpengaruh positif

pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota di Bali, Flypaper

Effect berpengaruh negatif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Saran yang dapat disampaikan kepada penelitian

selanjutnya diharapkan mengkombinasikan data sekunder dengan data primer

sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat, mencari variabel-variabel baru

seperti pertumbuhan ekonomi, dan mengembangkan proksi OPA dengan

menambah mata anggaran legislatif.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Seslisih Lebih Perhitungan Anggaran,

Flypaper Effect, Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran.

Page 10: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LOCAL REVENUE, SURPLUS OF FINANCING

BUDGET, AND FLYPAPER EFFECT ON OPPORTUNISTIC BEHAVIOR

OF BUDGET COMPILER

This research aims to determine the influence of local revenue, surplus of

financing budget, and flypaper effect on opportunistic behavior of Regency/City

budget compiler in Bali. Opportunistic behavior is a behavior which trying to

achieve the desire in every way even that is illegal. PAD, SiLPA and flypaper

effect used as an indicator of the OPA.

This research used the secondary data. The amount of the populations

were 9 Regency/City in Bali with fiscal year 2009-2013. The sampling method

used is purposive sampling which took three public service budgets Regency/City

in Bali. The analysis technique used is the panel data regression.

The result obtained are Local Revenue had a negative effect on

Opportunistic Behavior of Regency/City Budget Compiler in Bali. The Surplus

had a positive effect on Opportunistic Behavior of Regency/City Budget Compiler

in Bali. Flypaper Effect Local had a negative effect on Opportunistic Behavior of

Regency/City Budget Compiler in Bali. Suggestions to further research can

combine the secondary data with primary data so that the result will be more

accurate, searching for new variables such as economic growth and try to

developing the proxies of OPA

Keywords: Local Revenue, Surplus of Financing Budget, Flypaper Effect,

Opportunistic Behavior of Regency/City Budget Compiler.

ix

Page 11: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……………………………………………. i

PERSYARATAN GELAR ..................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA

PENGUJI .................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN

BEBAS PLAGIAT .................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................... ix

DAFTAR ISI …………………………………………… x

DAFTAR TABEL .................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………...…. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………...…. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................ 14

2.2 Perilaku Oportunistik……… ................................................... 16

2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ............................................... 17

2.4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) ............................. 17

2.5 Flypaper Effect ......................................................................... 18

2.6 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya............................... 19

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 23

3.2 Konsep Penelitian .................................................................... 26

3.3 Hipotesis Penelitian .................................................................. 27

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 31

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 32

x

Page 12: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

xi

4.3 Penentuan Sumber Data ........................................................... 33

4.4 Populasi dan Penentuan Sampel............................................... 34

4.5 Variabel Penelitian dan Pengukurannya .................................. 35

4.6 Definisi Operasional Variabel ................................. ................ 35

4.7 Prosedur Penelitian .................................................................. 37

4.8 Teknik Analisis Data ................................................................ 37

4.8.1 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)…………………. 39

4.8.2 Goodness of Fit (Uji Kecocokan)…………………….. . 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data………………………………… ...................... 42

5.2 Hasil Analisis Data………………………….. ......................... 43

5.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian………………………….. 43

5.2.2 Hasil Analisis Regresi Data Panel……………………... 44

5.2.3 Koefisien Determinasi (R²)…………………………….. 46

5.2.4 Hasil Uji F………………………………………………. 46

5.3 Pembahasan…………………………………… ...................... 47

5.3.1 Pengaruh jumlah Pendapatan Asli Daerah

pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran…......... 47

5.3.2 Pengaruh jumlah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran…... ...... 49

5.3.3 Pengaruh jumlah Flypaper Effect pada

Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran…................. 50

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ................................................................................. 52

6.2 Saran ................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 55

LAMPIRAN

xi

Page 13: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

xii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di

Bali Periode tahun 2009-2013 ……………………... 8

1.2 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

Kabupaten/Kota di Bali Periode tahun 2009-

2013………………….. 9

1.3 Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di

Bali Periode tahun 2009-2013……………………… 10

5.1 Rincian Data Total Jumlah PAD, SiLPA, dan

Flypaper Effect Kabupaten/Kota di Bali Periode

tahun 2009-2013 ......................................................... 42

5.2 Statistik Deskriptif………………………………….. 43

5.3 Hasil Analisis Regresi Data Panel………………….. 45

xii

Page 14: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 25

3.2 Konsep Penelitian ....................................................................... 27

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 32

xiii

Page 15: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tabel Halaman

1 Data Variabel Penelitian……………………... 1

2 Rincian Data Total Jumlah PAD, SiLPA, dan

Flypaper Effect Kabupaten/Kota di Bali .................... 3

3 Statistik Deskriptif………………………………….. 4

4 Hasil Analisis Regresi Data Panel………………….. 5

xiv

Page 16: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

viii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era Otonomi Daerah yang ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

2004 tentang Perimbangan dan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

memberikan kekuatan baru dalam otonomi pemerintah daerah. Otonomi daerah

menurut Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 merupakan hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penerapan undang-undang ini berimplikasi pada perubahan yang sangat

mendasar terhadap hubungan pemerintah daerah (eksekutif) dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dalam mengelola sumber daya atau kekayaan

daerahnya. Penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang membutuhkan

anggaran, munculah dua perspektif yang mengindikasikan adanya konflik

kepentingan antara pihak eksekutif sebagai agent dan pihak legislatif sebagai

principal. Dalam hubungannya dengan rakyat, pihak legislatif adalah agent yang

membela kepentingan rakyat.

Abdullah (2006) menyebutkan bahwa fenomena perebutan atau kontestasi

kepentingan para aktor kebijakan anggaran terus mengemuka, setidaknya terjadi

pada dua aktor utama kebijakan anggaran daerah atau perumus kebijakan

anggaran yaitu eksekutif dengan legislatif (DPRD). Untuk mempertahankan

kepentingannya dalam perebutan sumber daya yang terbatas tersebut, lembaga

1

Page 17: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

2

eksekutif akan menggunakan dalil-dalil birokratis yang prosedural, efisien dan

efektif, sesuai peraturan perundangan, disisi lainnya, sebagai aktor yang memiliki

kekuasaan untuk menyetujui dan menolak usulan eksekutif, legislatif cenderung

memaksakan kehendak atau kepentingannya dengan menggunakan kekuasaannya

tersebut. Proses tersebut kemudian berkembang menjadi praktek brokery yang

dilakukan anggota legislatif untuk mencapai kepentingannya sendiri (Abdullah,

2006).

Kondisi dan situasi powerful yang dimiliki legislatif menyebabkan tekanan

kepada eksekutif menjadi semakin besar, sehingga membuat eksekutif sulit menolak

“rekomendasi” legislatif dalam pengalokasian sumberdaya yang memberikan

keuntungan kepada legislatif, yang akan menyebabkan outcome anggaran dalam

bentuk pelayanan publik mengalami distorsi dan merugikan publik (Abdullah, 2006).

Dengan demikian, meskipun penganggaran merupakan bagian dari sistem informasi

yang dapat digunakan untuk mengurangi oportunisme agen (Eisenhardt, 1989),

kenyataannya dalam proses pengalokasian sumberdaya selalu muncul konflik.

Dugaan adanya misalokasi dalam anggaran karena politisi memiliki kepentingan

pribadi dalam penganggaran dinyatakan oleh Keefer dan Khemani (2003).

Proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang

cukup signifikan (Abdullah, 2006). Proses pengalokasian dalam anggaran merupakan

ruang bagi legislatif atau DPRD untuk memasukkan kepentingan konstituen yang

diwakilinya. Disisi lain sesuai Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, pejabat eksekutif lebih dominan dan memiliki

wewenang serta tanggung jawab yang lebih besar dalam menyusun APBD. Eksekutif

Page 18: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

3

juga memiliki power yang lebih besar karena memiliki pemahaman terhadap birokrasi

dan administrasi, seluruh aturan dan perundang-undangan yang melandasinya serta

hubungan langsung dengan masyarakat yang telah berlangsung dalam waktu lama

mengakibatkan penguasaan informasi eksekutif lebih baik dari pada legislatif

(Florensia, 2009). Selain lebih dominan dalam proses penyusunan anggaran, pejabat

eksekutif juga bertindak sebagai pelaksana anggaran, sehingga memiliki informasi

keuangan yang lebih baik dibanding pejabat legislatif. Hal inilah yang memberi

peluang kepada penyusun anggaran baik legislatif maupun eksekutif untuk

berperilaku oportunistik. Perilaku oportunistik ini merupakan perilaku yang berusaha

mencapai keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal kepentingan di antara

actors (Jackson, 1982).

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan sejak semester

pertama tahun 2013 terdapat 47 kasus korupsi (www.kpk.go.id). Untuk

pemerintah pusat contohnya kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Olahraga

di Hambalang. Awal munculnya dugaan kasus korupsi tersebut dimulai dari tahap

penganggaran. Sejak pembahasan awal penganggaran, proyek tersebut sudah

banyak yang tidak memenuhi syarat. Mulai dari keadaan lahan, kondisi tanah, itu

sudah tidak memenuhi syarat. Sehingga, saat disetujui banyak celah terjadinya

mark-up. Kasus ini menyebabkan kerugian Negara sebesar Rp. 463,66 miliar

(www.tempo.com).

Kasus lainnya yang menerpa instansi daerah adalah Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan mantan hakim Pengadilan Tinggi (PT)

Jawa Barat Pasti Serefina Sinaga. Dia ditahan sebagai tersangka penerima suap

terkait penanganan perkara banding tindak pidana korupsi penyimpangan dana

Page 19: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

4

bantuan sosial (bansos) Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2009-2010 di

Pengadiian Tindak Pidana Korupsi pada Pengadiian Negeri Bandung dan

Pengadiian Tinggi Jawa Barat (www.kpk.go.id).

Tahun 2013, dua orang staf Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi

Bali ditetapkan sebagai tersangka karena adanya indikasi korupsi dalam kasus

kisruh penerimaan CPNS Kabupaten Badung. Kedua staf BKD itu dijadikan

tersangka berdasarkan penyelidikan dan penyidikan pasca laporan adanya dugaan

penyimpangan dalam penerimaan CPNS Provinsi Bali dan Badung.

(www.okezone.com).

Eksekutif memiliki keunggulan dalam hal penguasaan informasi dibanding

legislatif (asimetri informasi). Keunggulan ini bersumber dari kondisi faktual

bahwa eksekutif adalah pelaksana semua fungsi pemerintah daerah dan

berhubungan langsung dengan masyarakat dalam waktu sangat lama. Eksekutif

memiliki pemahaman yang baik tentang birokrasi dan administrasi serta peraturan

perundang-undangan yang mendasari seluruh aspek pemerintahan. Oleh karena

itu, anggaran untuk pelaksanaan pelayanan publik diusulkan untuk dialokasikan

dengan didasarkan pada asumsi-asumsi sehingga memudahkan eksekutif

memberikan pelayanan dengan baik. Eksekutif akan memiliki kecenderungan

mengusulkan anggaran belanja yang lebih besar dari yang aktual terjadi saat ini

(asas maksimal). Sebaliknya untuk anggaran pendapatan, eksekutif cenderung

mengusulkan target yang lebih rendah (asas minimal) agar ketika realisasi

dilaksanakan, target tersebut lebih mudah dicapai. Usulan anggaran yang

mengandung slack seperti ini merupakan gambaran adanya asimetri informasi

Page 20: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

5

antara eksekutif dan legislatif. Slack tersebut terjadi karena agen (eksekutif)

menginginkan posisi yang relatif aman dan nyaman dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya.

Perilaku oportunistik legislatif juga dapat terjadi pada dua posisi, yakni

sebagai prinsipal dan juga sebagai agen. Sebagai prinsipal bagi eksekutif,

legislatif dapat meralisasikan kepentingannya dengan membuat kebijakan yang

seolah-olah merupakan kesepakatan di antara kedua belah pihak, tetapi

menguntungkan legislatif dalam jangka panjang, baik secara individual maupun

institusional. Melalui discretionary power yang dimilikinya, legislatif dapat

mengusulkan kebijakan yang sulit untuk ditolak oleh eksekutif, meskipun usulan

tersebut tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik dan fungsi

legislatif. Sebagai agen bagi publik (pemilih), perilaku oportunistik legislatif

lebih kelihatan jelas. Dalam penganggaran, legislatif semestinya membela

kepentingan pemilihnya dengan mengakomodasi kebutuhan publik dalam

anggaran. Usulan kegiatan yang akan dibiayai dengan anggaran seharusnya

didasarkan pada permasalahan dan kebutuhan masyarakat yang terindetifikasi

ketika legislatif turun ke lapangan melakukan penjaringan aspirasi masyarakat.

Ada dua kondisi yang dimanfaatkan oleh eksekutif untuk merealisasi perilaku

oportunistiknya dalam proses penyusunan anggaran. Pertama, secara eksplisit

berhubungan dengan anggaran legislatif dan kedua, melalui anggaran untuk

pelayanan publik dalam bentuk “titipan”. Pada kondisi pertama, legislatif

mengusulkan anggaran yang meningkatkan penghasilannya sehingga dapat

memenuhi self-interestnya dalam jangka pendek. Hal ini memunculkan political

Page 21: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

6

corruption atas anggaran (Garamfalvi, 1997). Sementara pada kondisi kedua, self-

interest dalam jangka panjang ingin dicapai. Usulan anggaran yang diperjuangkan

adalah yang mengharumkan nama politisi di wilayah tertentu, sehingga cenderung

mengarah pada usulan yang targetable atau hasilnya kelihatan jelas oleh

masyarakat. Akibatnya, sebagian besar pembangunan terealisasi di daerah yang

merupakan wilayah pemilihan politisi powerful di legislatif.

Proses penyusunan anggaran diawali dari rencana pelayanan yang akan

diberikan oleh pemerintah daerah. Pemilihan pelayanan (dalam bentuk kegiatan)

direncanakan secara bersama-sama dengan inisiatif terbesar ada di pihak

eksekutif. Eksekutif kemudian mengalokasikan anggaran untuk setiap kegiatan,

program, dan prioritas anggaran. Rangkuman usulan kegiatan dan anggarannya ini

kemudian disampaikan kepada legislatif untuk dibahas terlebih dahulu sebelum

disahkan menjadi peraturan daerah (Perda). Realisasi perilaku oportunistik

eksekutif dalam pengusulan belanja ini di antaranya adalah: mengusulkan

kegiatan yang sesungguhnya tidak menjadi prioritas, mengusulkan kegiatan yang

memiliki lucrative opportunities (peluang untuk mendapatkan keuntungan

pribadi) yang besar, mengalokasikan komponen belanja yang tidak penting dalam

suatu kegiatan, mengusulkan jumlah belanja yang terlalu besar untuk komponen

belanja dan anggaran setiap kegiatan, dan memperbesar anggaran untuk kegiatan

yang sulit diukur hasilnya.

Adanya asimetri informasi yang dapat menyebabkan terjadinya moral

hazard dan adverse selection oleh eksekutif, maka legislatif akan meggunakan

keunggulan kekuasaan (discretionary power) yang dimilikinya. Menurut

Page 22: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

7

Colombatto (2001) besarnya discretionary power legislatif akan menimbulkan

pelanggaran atas kontrak keagenan dan semakin besar pula kecenderungan

mereka mengutamakan kepentingan pribadinya yang berdampak politis pada

jangka panjang. Mauro (1998) menemukan bahwa berkaitan dengan kepentingan

legislatif, maka anggaran akan lebih banyak dialokasikan untuk proyek-proyek

yang mudah dikorupsi.

Berjalan tidaknya kebijakan otonomi daerah tidak hanya dapat dilihat dari

seberapa besar daerah akan memperoleh dana perimbangan, tetapi hal tersebut

harus diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau sistem pengelolaan keuangan

daerah mampu memberikan nuansa manajemen keuangan yang lebih adil,

rasional, transparan, partisipatif, dan bertanggung jawab (Nurlan, 2008).

Kewenangan besar legislatif yang diberikan oleh undang-undang membuahkan

kekuatan besar yang justru dihadapkan ke eksekutif. Akibatnya eksekutif akan

lebih difensif, berusaha mempertahankan eksistensinya dengan memanfaatkan

keunggulan yang dimilikinya. Pemahaman eksekutif terhadap birokrasi dan

administrasi, serta seluruh aturan dan perundang-undangan yang melandasinya

ditunjang hubungan langsung dengan masyarakat yang telah berlangsung dalam

waktu lama mengakibatkan penguasaan informasi eksekutif lebih baik dari pada

legislatif (Maria, 2009).

Pelaksanaan otonomi daerah memberi kewenangan kepada daerah untuk

menggali potensi pendapatannya yang terdiri dari dua komponen utama yakni

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Pendapatan Asli Daerah

merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari kegiatan ekonomi daerah itu

sendiri. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu pilar kemandirian suatu

Page 23: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

8

daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, sumber PAD terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan daerah

yang sah. Dalam penentuan PAD, legislatif akan mendorong eksekutif untuk selalu

meningkatkan target sehingga dapat meningkatkan alokasi untuk program yang

mendukung kepentingannya. Hal ini ditengarai sebagai perilaku oportunistik.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Bali periode tahun 2009-

2013 dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 1.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Bali

Periode tahun 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)

KABUPATEN/KOTA 2009 2010 2011 2012 2013

JEMBRANA 20.755.681 32.824.806 36.247.620 51.525.703 68.485.482

TABANAN 85.438.909 107.836.346 141.046.016 167.624.055 255.418.218

BADUNG 755.186.977 936.887.974 1.035.344.108 1.730.646.314 2.279.113.502

GIANYAR 106.852323 131.592.431 175.273.315 231.217.736 319.612.005

KLUNGKUNG 27.665.632 30.990.990 34.724.335 39.843.602 67.401.910

BANGLI 13.618.377 17.191.482 22.961.237 39.000.000 55.986.570

KARANGASEM 47.842.959 62.737.838 129.556.195 144.019.629 160.292.011

BULELENG 57.247.000 77.209.358 102.055.000 116.118.162 168.652.790

DENPASAR 176.761.367 213.005.123 326.707.146 406.680.887 658.974.707

Sumber. Bali dalam angka dan Bali Membangun (data diolah)

Permasalahan lain dalam pengalokasian anggaran adalah tidak diperhatikannya

jangka waktu penetapan perubahan APBD, yang biasanya dilakukan beberapa bulan

sebelum berakhirnya tahun anggaran. Hal ini menjadikan anggaran tidak efektif atau

bahkan tidak terserap sepenuhnya saat tahun anggaran berakhir, dan berdampak pada

tingginya SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran). Dana yang seharusnya dapat

digunakan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat ternyata tidak terserap

sepenuhnya. SiLPA ini memiliki pengaruh pada pengalokasian APBD periode

selanjutnya, karena SiLPA akan digunakan untuk menyeimbangkan anggaran yaitu

Page 24: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

9

dengan menutupi pengeluaran pembiayaan. Kondisi SiLPA Kabupaten/Kota di Bali

periode tahun 2009-2013 disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Kabupaten/Kota di Bali

Periode tahun 2009-2013

(dalam jutaan rupiah) KABUPATEN/KOTA 2009 2010 2011 2012 2013

JEMBRANA 65.906 55.871 77.283 61.063 4.366

TABANAN 37.429 45.934 53.904 53.904 43.369

BADUNG 524.782 497.292 757.401 901.461 888.201

GIANYAR 84.778 74.604 92.350 148.749 154.249

KLUNGKUNG 55.680 59.472 66.658 55.956 44.682

BANGLI 65.351 58.468 24.780 54.132 46.191

KARANGASEM 104.022 65.599 71.968 85.008 80.587

BULELENG 48.489 59.534 75.819 145.944 145.000

DENPASAR 161.176 191.928 205.893 250.103 257.796

Sumber. Bali dalam angka dan Bali Membangun (data diolah)

Optimalisasi penerimaan PAD Kabupaten/Kota di Bali hendaknya didukung

oleh upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas layanan publik dan

meminimalisasi terjadinya perilaku oportunistik dalam penyusunan anggaran

daerah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya ketimpangan PAD antara satu

daerah dengan daerah yang lainnya pada Kabupaten/Kota di Bali. Untuk

mengurangi ketimpangan tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan

Dana Alokasi Umum (DAU) melalui undang-undang No. 32 tahun 2004 yang

menerangkan tentang pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, serta transfer

dan perimbangan pemerintah pusat yang terdiri dari dana alokasi khusus, dana

alokasi umum dan bagian daerah dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. DAU

memegang peranan yang sangat dominan dibandingkan sumber dana lain seperti

dana alokasi khusus maupun dana kontijensi (penyeimbangan). Untuk itu

diharapkan DAU dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan

pelayanan pada masyarakat sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk

Page 25: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

10

mempercepat pembangunan disamping tetap memaksimalkan potensi daerah

untuk membiayai kebutuhan daerah.

Desentralisasi yang diberikan kepada pemerintah daerah di dalam

mengelola daerahnya secara mandiri akan memberikan peluang dan kesempatan

untuk melakukan perilaku menyimpang oleh pihak-pihak yang berwenang seperti

adanya Flypaper Effect. Fenomena Flypaper Effect membawa implikasi lebih luas

bahwa transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar

daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998). Maimunah dalam Adi

(2014) menyatakan bahwa Flypaper Effect disebut sebagai suatu kondisi yang

terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak (lebih boros)

dengan menggunakan dana transfer (grants) yang diproksikan dengan DAU dari

pada menggunakan kemampuan sendiri atau diproksikan dengan PAD. Berikut ini

data jumlah DAU Kabupaten/Kota di Bali tahun 2009-2013:

Tabel 1.3

Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bali

Periode tahun 2009-2013

(dalam jutaan rupiah)

KABUPATEN/KOTA 2009 2010 2011 2012 2013

JEMBRANA 306.361 308.567 339.501 396.762 450.919

TABANAN 424.287 429.919 339.721 574.346 663.156

BADUNG 280.989 131.919 156.926 353.067 372.625

GIANYAR 393.599 387.493 434.899 532.883 609.293

KLUNGKUNG 278.553 285.662 319.611 387.340 444.174

BANGLI 276.000 292.695 321.381 396.942 450.812

KARANGASEM 356.681 474.537 409.812 503.028 563.981

BULELENG 506.292 512.748 687.697 687.697 455.491

DENPASAR 360.011 336.125 381.372 512.666 580.807

Sumber. Bali dalam angka dan Bali Membangun (data diolah)

Hubungan dan masalah keagenan dalam penganggaran antara eksekutif dan

legislatif merupakan bagian tak terpisahkan dalam penelitian keuangan (termasuk

akuntansi) publik, politik penganggaran, dan ekonomika publik. Eksekutif

Page 26: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

11

merupakan agen bagi legislatif dan publik (dual accountability) dan legislatif agen

bagi publik. Konsep perwakilan (representativeness) dalam penganggaran tidak

sepenuhnya berjalan ketika kepentingan publik tidak terbela seluruhnya oleh

karena adanya perilaku oportunistik (moral hazard) legislatif. Di sisi lain,

eksekutif sebagai agen cenderung menjadi budget maximizer karena berperilaku

oportunistik (adverse selecation dan moral hazard sekaligus).

Penelitian ini mengadaptasi penelitian Havid (2014) yang meneliti

mengenai determinan perilaku oportunistik penyusun anggaran. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: (1) Penelitian sebelumnya

menggunakan variabel independen berupa PAD, SiLPA dan DAU sedangkan

pada penelitian ini menggunakan variabel independen PAD, SiLPA dan Flypaper

Effect, (2) penelitian sebelumnya dilakukan pada semua sektor mata anggaran

sedangkan penelitian ini dikhususkan pada tiga mata anggaran pelayanan publik,

karena setiap kabupaten/kota pasti memiliki tiga mata anggaran dasar pelayanan

publik. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bahwa tidak semua

Kabupaten/Kota di Bali secara keseluruhan memiliki jumlah mata anggaran yang

sama. (3) penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis data regresi linear

berganda sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi data panel.

Teknik analisis regresi data panel dipilih karena penelitian ini mengkombinasikan

data time series dan data cross section. Dalam mengakomodasi informasi yang

terkait dengan variabel-variabel cross section maupun time series, data panel

secara substansial mampu mengatasi masalah yang ditimbulkan akibat

mengabaikan variabel yang relevan. Selain itu, data panel dapat mengatasi

Page 27: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

12

interkorelasi diantara variabel bebas yang pada akhirnya dapat mengakibatkan

tidak tepatnya penaksiran regresi. Data panel juga digunakan dalam persoalan

ketersedian data untuk mewakili variabel yang digunakan dalam penelitian,

sehingga dengan menggabungkan data time series dan cross section maka jumlah

observasi bertambah secara signifikan tanpa melakukan treatment apapun

terhadap data (Gujarati dalam Haris, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu:

1) Apakah terdapat pengaruh jumlah PAD pada perilaku oportunistik

penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali?

2) Apakah terdapat pengaruh jumlah SiLPA pada perilaku oportunistik

penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali?

3) Apakah terdapat pengaruh jumlah Flypaper Effect pada perilaku

oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh PAD, SiLPA, dan Flypaper Effect pada Perilaku

Oportunistik dalam penyusun anggran di Kabupaten/Kota Di Bali. Secara lebih

spesifik tujuan dari penelitian ini, seperti berikut :

Page 28: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

13

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh jumlah PAD pada perilaku

oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh jumlah SiLPA pada perilaku

oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh jumlah Flypaper Effect pada

perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota Di Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1) Manfaat Teoretis

Teori keagenan yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi, memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa

mengenai pengaruh PAD, SiLPA, dan Flypaper Effect pada Perilaku

Oportunistik penyusun anggran di Kabupaten/Kota Di Bali. Penelitian ini

juga dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian di bidang yang sama.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan dan

pertimbangan baik bagi pihak eksekutif maupun legislative. Penelitian ini

diharapkan mampu meningkatkan pengawasan pada proses penyusunan

anggaran sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja

pemerintah Kabupaten/Kota Di Bali.

Page 29: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Penerapan otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU. No 22/1999 dan

UU No. 25/1999 telah membuka peluang diaplikasikannya teori keagenan dalam

riset penganggaran publik (Nurmayati, 2008). Teori keagenan merupakan salah

satu teori dasar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan yang terjadi pada

praktek bisnis modern, yakni hubungan keagenan (agency relationship) antara

prinsipal sebagai pemilik perusahaan dan agen sebagai pengelola perusahaan.

Teori keagenan menganalisis susunan kontraktual diantara dua lebih individu,

kelompok atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak

baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan

bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh

prinsipal.

Teori keagenan Menurut Eisenhardt (1989), dilandasi oleh tiga asumsi,

yaitu:

1) Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia mengemukakan bahwa manusia memiliki

kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki

keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan menghindari resiko (risk

aversion).

14

Page 30: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

15

2) Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian mengemukakan adanya konflik antar anggota

organisasi, efisien sebagai kriteria produktivitas dan adanya asimetris informasi

antara pemilik perusahaan dan manajemen.

3) Asumsi tentang informasi

Asumsi informasi menerangkan bahwa informasi dipandang sebagai komoditas

yang dapat diperjual-belikan.

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia

kemungkinan besar akan bertindak mengutamakan kepentingan pribadinya. Hal

ini akan menimbulkan adanya konflik kepentingan antara principal dan agent. Jika

dikaitkan dengan organisasi sektor publik, khususnya di pemerintahan pusat

maupun daerah, teori keagenan telah di praktekkan. Hal ini diperkuat dengan

adanya kebijakan otonomi dan desentralisasi yang diberikan kepada pemerintah

daerah sejak tahun 1999.

Pengelolaan dan pengalokasian sumber daya yang dibutuhkan, tidak dapat

dilakukan sendiri oleh pemerintah, maka pemerintah memberikan wewenang

kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya tersebut, hal ini dikarenakan

pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk alokasi sumber daya tersebut.

Oleh karena adanya keterbatasan dana tersebut, maka pembuatan anggaran

diperlukan sebagai mekanisme yang penting untuk mengalokasikannya. Dalam

proses penyusunan dan perubahan anggaran, menimbulkan perspektif aplikasi

teori keagenan yaitu hubungan antara legislatif (principal) dan eksekutif (agent)

(Halim dan Abdullah: 2006). Pricipal-agent framework merupakan pendekatan

Page 31: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

16

yang menjanjikan untuk menganalisis komitmen kebijakan publik karena

pembuatan dan pengimplementasiannya melibatkan persoalan kontraktual yang

berkaitan dengan asimetri informasi, moral hazard, bounded rationality, dan

adverse selecetion (Bergman dan Lane, dalam Abdullah dan Asmara, 2006).

Teori keagenan ini akan membawa dampak negatif yaitu berupa perilaku

oportunistik. Dalam organisasi sektor publik, perilaku seperti ini akan muncul di

kalangan eksekutif. Hal tersebut ditunjukkan melalui besarnya peran legislatif

dalam pembuatan kebijakan publik, termasuk penganggaran daerah. Kekuatan

yang dimiliki oleh legislatif mengakibatkan eksekutif berada di bawah tekanan

yang semakin besar, tekanan semacam ini mengakibatkan terdistorsinya outcome

anggaran dalam bentuk pengalokasian sumber daya untuk publik yang tidak tepat

sasaran.

2.2 Perilaku Oportunistik

Pengertian perilaku oportunistik adalah tentang pribadi, sifat atau dinamika

kelompok dalam menghadapi suatu kondisi dimana dalam posisi tertentu merasa

mempunyai kesempatan atau peluang lebih untuk melakukan sesuatu sesuai

keinginan. Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai

keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun (Havid, 2014). Faktor

yang mempengaruhi perilaku oportunistik adalah kekuatan (power) dan

kemampuan (ability) (Maryono dalam Havid,dkk:2014). Perilaku oportunistik

mengarah pada terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan

moral hazard (penyalahgunaan wewenang).

Page 32: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

17

2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus

dipacu pertumbuhannya. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan

kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi

daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Daerah sebagai perwujudan

desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat

kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi

rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat

kemandirian suatu daerah. PAD selalu dihubungkan dengan kewenangan daerah

untuk memungut pajak (daerah) atau pungutan lainnya seperti retribusi, padahal

pendapatan asli daerah juga dapat berasal dari sumber lain seperti, hasil

pengelolaan perusahaan daerah walaupun hasilnya yang relative kecil. Menurut

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD

yang sah. Pajak daerah dan retribusi daerah bersifat limitatif (closed-list) artinya

bahwa Pemerintah daerah tidak dapat memungut jenis pajak dan retribusi selain

yang telah di tetapkan dalam undang-undang.

2.4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) menurut Permendagri Nomor 13

tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran

selama satu periode anggaran. SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup

pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan,

pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan

Page 33: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

18

penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga

sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

SiLPA adalah suatu indikator yang menggambarkan efiseinsi pengeluaran

pemerintah. SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA

hanya akan terbentuk bila terjadi Surplus pada APBD dan sekaligus terjadi

Pembiayaan Neto yang positif, dimana komponen Penerimaan lebih besar dari

komponen Pengeluaran Pembiayaan (Kusnandar, 2012).

2.5 Flypaper Effect

Istilah Flypaper Effect diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich,

dan Rubinfeld (1979) untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930)

yang menyatakan “money sticks where it hits”. Flypaper Effect adalah suatu

fenomena pada suatu kondisi ketika Pemerintah Daerah merespon belanja

daerahnya lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer

tidak bersyarat atau unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya

tersebut sehingga akan mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.

Fenomena Flypaper Effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer dari

pemerintah pusat akan meningkatkan belanja pemerintahan daerah yang lebih

besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998).

Telaah mengenai Flypaper Effect dapat dikelompokkan menjadi 2 aliran

pemikiran, yaitu model birokratik (bureaucratic model) dan ilusi fiskal (fiscal

illusion model). Model birokratik menelaah Flypaper Effect dari sudut pandang

birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang

masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran

Page 34: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

19

pemerintahan daerahnya. Aliran pemikiran birokratik diawali oleh Niskanen

(1968). Dalam pandangannya, posisi birokrat lebih kuat dalam pengambilan

keputusan publik. Ia mengasumsikan birokrat berperilaku memaksimisasi

anggaran sebagai proksi kekuasaannya. Secara implisit, model birokratik

menegaskan Flypaper Effect sebagai akibat dari perilaku birokrat yang lebih

leluasa membelanjakan transfer dari pada menaikkan pajak sebagai salah satu

Pendapatan Asli Daerah. McGuire (1973) mengistilahkan hal ini sebagai

ketamakan politisi (a greedy politicians model). Dengan demikian, Flypaper

Effect terjadi karena superioritas pengetahuan birokrat mengenai transfer.

Informasi lebih yang dimiliki birokrat memungkinkannya memberikan

pengeluaran yang berlebih.

2.6 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan meneliti mengenai

pengaruh PAD, SiLPA dan Flypaper Effect pada perilaku oportunistik penyusun

anggaran, antara lain:

Hasil Mauro (1998) menyatakan bahwa ada suatu hubungan korelasi antara

korupsi dan komposisi belanja pemerintah yang menyebabkan pemerintah lebih

mudah dalam menerima maupun mengirimkan uang suap (sogokan) terutama

yang bersumber dari komposisi belanja pemerintah tersebut. Dalam hal ini, Mauro

memberikan contoh korupsi yang terjadi pada sektor pendidikan.

Keefer dan Khemani (2003) menemukan bahwa legislatif lebih menyukai

proyek infrastruktur karena lebih mudah digunakan sebagai bentuk pemenuhan

Page 35: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

20

janji-janji kepada voters-nya. Di sisi lain, lebih sulit bagi legislatif untuk

memberikan janji yang dapat dipercaya berkaitan dengan penyediaan pelayanan

publik. Sejalan dengan itu, lebih sulit bagi para pemilih (voters) untuk mengukur

dan mengetahui apakah legislator memang benar-benar memenuhi janjinya dalam

hal penyediaan pelayanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.

Insentif korupsi adalah kurangnya standar etika moral, kemungkinan

terdeteksi yang rendah, pengawasan dan sanksi yang lemah, atau ketidakcukupan

gaji dan insentif lainnya. Mereka menyatakan bahwa seorang politisi yang

berpengaruh cenderung mendukung proyek tertentu bukan karena prioritas atas

kegiatan tersebut, tetapi karena suap yang akan diperoleh atau keuntungan untuk

dirinya sendiri, (Martinez, 2006).

Abdullah (2006) menyatakan bahwa persamaan regresi satu dan dua

menunjukkan bahwa perubahan PAD (PPAD) berpengaruh signifikan terhadap

perilaku oportunistik legislatif pada derajat signifikansi 5%. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Sama dengan hasil dari

penelitian Abdullah (2006), PAD dan DAU juga ditemukan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal (Darwanto, 2007).

Sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh positif terhadap

pengalokasian anggaran belanja modal.

Florensia (2009) mengungkapkan PAD dan SiLPA berpengaruh signifikan

terhadap perilaku oportunistik legislatif kabupaten/kota di Provinsi Nusa

Tenggara Timur dalam pengalokasian anggaran daerah saat perubahan APBD.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda

Page 36: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

21

mengunakan data panel. Variabel dependen yang digunakan adalah Perilaku

Oportunistik Legislatif, dan variabel independennya PAD dan SiLPA.

Indhi (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan kota Semarang terjadi

Flypaper Effect. Tiap tahun dalam penelitian ini PAD dan DAU selalu mengalami

peningkatan, namun tetapi pada lap. Keu PAD kota Semarang lebih rendah dari

DAU Kota Semarang. PAD mempunyai hubungan yang tidak signifikan dalam

efisiensi kinerja SKPD.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran sebelumnya (SiLPA) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusun anggaran

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku oportunistik penyusun

anggaran Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah hal ini diungkapkan oleh

Fathony (2011).

Perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran, dan Dana Alokasi Umum (DAU) menurut Musripah (2014)

berpengaruh positif terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran di

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Penelitian yang sama juga dilakukan

oleh Adi (2014). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa PAD dan DAU

berkontribusi paling tinggi. DAU terhadap belanja daerah tidak lebih besar dari

PAD terhadap belanja daerah berarti tidak terjadi Flypaper Effect di Kab.

Page 37: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

22

Karangasem. Penelitian ini menggunakan variabel DAU, PAD, dan Belanja

Daerah.

Havid (2014) mengungkapkan bahwa semakin besar jumlah PAD yang

dimiliki oleh Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, maka akan semakin besar

perilaku oportunistik penyusun anggaran, semakin besar jumlah SiLPA dalam

APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, maka akan semakin besar

perilaku oportunistik penyusun anggaran. Semakin besar jumlah DAU yang

diterima Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, maka akan semakin besar

perilaku oportunistik penyusun anggaran. Penelitian menggunakan variabel DAU,

PAD, SiLPA dan Perilaku Oportunistik.

Page 38: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

23

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Perilaku oportunistik merupakan perilaku yang berusaha mencapai

keinginan dengan segala cara bahkan cara ilegal sekalipun. Faktor yang

mempengaruhi perilaku oportunistik adalah kekuatan (power) dan kemampuan

(ability) (Maryono dalam Havid,dkk:2014). Perilaku oportunistik mengarah pada

terjadinya adverse selection (menyembunyikan informasi) dan moral hazard

(penyalahgunaan wewenang).

Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang harus

terus menerus dipacu pertumbuhannya. Kewenangan atas pendapatan asli daerah

diberikan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah

sesuai dengan potensi yang dimilikinya. PAD dapat dijadikan sebagai indikator

dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan

daerahnya, makin tinggi rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin

tinggi tingkat kemandirian suatu daerah. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

(SiLPA) menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi

penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA

tahun anggaran sebelumnya mencakup pelampauan penerimaan PAD,

pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain

pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan

belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum

23

Page 39: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

24

terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Flypaper Effect adalah suatu

fenomena pada suatu kondisi ketika Pemerintah Daerah merespon belanja

daerahnya lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer

tidak bersyarat atau unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya

tersebut sehingga akan mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

akan diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan teori yang melandasi

dan hasil penelitian sebelumnya. Setelah itu, dilakukan pengujian hipotesis

terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik analisis regresi data

panel. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, yang

kemudian akan menemukan keterbatasan dan saran yang bisa digunakan sebagai

dasar pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Berikut adalah Gambar 3.1 yang

menerangkan tentang kerangka konseptual penelitian:

Page 40: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

25

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Pengaruh PAD, SiLPA, dan Flypaper Effect pada Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran di Kabupaten/Kota Di Bali

Kajian Teoritis

1. Teori Keagenan

2. PAD

3. SiLPA

4. Flypaper Effect

5. Perilaku

Oportunistik

Kajian Empiris

Penelitian terdahulu:

1. Jurnal Asing: Garamfalvi (1997) Groehendijk (1997) Paulo Mauro (1998) Smith (1998) Gilardi (2001) Fozzard (2001) Tanzi dan Davoodi (2002) Von Hagen (2002) Keefer & Khemani (2003) Martinez-Vazquez et al. (2006)

2. Jurnal Nasional: Abdullah dan Asmara (2006) Darwanto dan Yulia Mustikasari (2007) Florensia Theresia Maria (2009) Indhi Hastuti (2010) Adi Dicka Fathony (2011) Siti Musripah (2014) I Made Pradana Adi Putra (2014) Havid Sularso, Yanuar E. Restianto, dan Astari Elka Istiqomah (2014)

Hipotesis

H1 : PAD berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran.

H2 : SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran

H3 : Flypaper Effect berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun

anggaran.

Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel

Pembahasan hasil

Simpulan dan Saran

Page 41: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

26

3.2 Konsep

Perilaku oportunistik mengarah pada terjadinya adverse selection

(menyembunyikan informasi) dan moral hazard (penyalahgunaan wewenang).

Kewenangan atas pendapatan asli daerah diberikan kepada Pemerintah daerah

untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi yang

dimilikinya. SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencakup pelampauan

penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan

penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan

pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan

akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Sedangkan

besar-kecilnya Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima dari pemerintah pusat

dan PAD yang berasal dari daerah tersebut sangat mempengaruhi kinerja dari

SKPD. Apabila dana yang dialokasikan kepada pemerintah daerah digunakan

lebih besar daripada penerimaan dari daerah tersebut maka akan terjadi fenomena

Flypaper Effect. Fenomena ini mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap

transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan

pajak daerah. Terjadinya Flypaper Effect dalam beberapa kajian dikelompokkan

dalam 2 (dua) aliran pemikiran yaitu model birokratik (bureaucratic model) dan

ilusi fiskal (fiscal illusion model). Model birokratik menelaah Flypaper Effect dari

sudut pandang dari birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya

dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap

anggaran pemerintah daerahnya. Dalam birokrat pemerintah daerah dan

masyarakat memandang bahwa kemudahan transfer yang diterima pada saat yang

Page 42: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

27

sedang berjalan tetap memiliki nilai sekarang (present value) yang lebih tinggi

daripada jumlah transfer yang diterima pada waktu-waktu yang akan datang

meskipun dengan nilai sekarang yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk

membuktikan apakah terdapat pengaruh PAD, SiLPA, dan Flypaper Effect pada

perilaku oportunistik penyusun anggaran. Berikut ini adalah konsep dari

penelitian pengaruh PAD, SiLPA dan Flypaper Effect pada Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran:

+

+

+

Gambar 3.2

Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

3.3.1 Pengaruh PAD Pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengharapkan pemerintah daerah

memiliki kemandirian yang lebih besar dalam keuangan daerah. Oleh karena itu,

peranan PAD sangat menentukan kinerja keuangan daerah. Dengan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan penerimaan daerah. Penerimaan daerah tersebut dapat digunakan

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran (SiLPA)

Flypaper Effect

Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran

Page 43: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

28

untuk membiayai segala kewajibannya dalam menjalankan pemerintahannya,

termasuk untuk digunakan dalam meningkatkan infrastruktur daerah.

Perubahan PAD berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku oportunistik

legislatif (Abdullah dalam Florensia, 2009). Secara konseptual perubahan APBD

akan berpengaruh terhadap belanja, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan

tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Perubahan APBD menjadi sarana bagi

legislatif dan eksekutif untuk merubah alokasi anggaran secara legal. Perilaku

oportunistik legislatif dan eksekutif saat perubahan APBD dapat mengakibatkan

terjadinya misalokasi anggaran belanja pemerintah. Proporsi PAD yang rata-rata

hanya 10 persen dari total penerimaan daerah memiliki kecenderungan bertambah

saat perubahan anggaran. Hal ini membuka peluang bagi legislatif untuk

merekomendasikan penambahan anggaran bagi program dan kegiatan yang menjadi

preferensinya (Fathony, 2011). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan

hipotesis, seperti di bawah ini.

H1: PAD berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran.

3.3.2 Pengaruh SiLPA Pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

SiLPA tahun sebelumnya yang merupakan penerimaan pembiayaan digunakan

untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada

realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung

(belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja pegawai) dan mendanai

kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.

SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA akan terbentuk bila

terjadi surplus pembiayaan neto. SiLPA yang merupakan penerimaan daerah yang

Page 44: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

29

bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya untuk menutupi defisit anggaran

apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja. Hasil penelitian

Florensia (2009) menyatakan bahwa SiLPA berpengaruh negatif terhadap perilaku

oportunistik legislatif (OL). Namun demikian, penelitian yang dilakukan Ardhini

(2011) bertolak belakang dengan hal tersebut dimana SiLPA berpengaruh positif

terhadap belanja modal pada periode anggaran selanjutnya, yang berarti dapat

berpengaruh pada alokasi belanja tahun berikutnya sehingga hal ini memberi ruang

bagi penyusun anggaran untuk mengalokasikan free cash flow tersebut untuk

melakukan perilaku oportunistik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H2: SiLPA berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun anggaran.

3.3.3 Pengaruh Flypaper Effect Pada Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran

Perubahan posisi legislatif yang menjadi powerful menyebabkan legislatif

memiliki power untuk merubah usulan anggaran yang diajukan eksekutif.

Legislatif yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban dan

mengadakan penyelidikan terhadap eksekutif menjadi sangat berwibawa dalam

proses anggaran. Artinya, legislatif sebagai agen dari publik berpeluang

melakukan moral hazard (Von Hagen dalam Abdullah, 2012). Hal ini merupakan

suatu penyalahgunaan discretionary power dengan melanggar kesepakatan

(agreement) yang telah dibuat (Colombatto, 2001). Stiglitz (1999) menyatakan

bahwa sumber dana mempengaruhi kehati-hatian seorang agen dalam membuat

Page 45: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

30

kebijakan penggunaannya. Dalam hubungan antarpemerintah, perilaku ini disebut

Flypaper Effect (Moisio, 2002), yakni adanya perbedaan respons belanja atas

sumber pendapatan atau penerimaan pemerintah. Dalam konteks peran legislatif

dalam penganggaran, adanya motif self-interest akan mempengaruhi

pengalokasian dana di dalam anggaran. Fenomena Flypaper Effect membawa

implikasi lebih luas bahwa transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah

yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull, 1998).

Flypaper Effect merupakan fenomena dalam penelitian ini. Maimunah (2006)

menyatakan bahwa Flypaper Effect disebut sebagai suatu kondisi yang terjadi saat

pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak (lebih boros) dengan

menggunakan dana transfer (grants) yang diproksikan dengan DAU dari pada

menggunakan kemampuan sendiri, diproksikan dengan PAD. Berdasarkan uraian

di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di bawah ini.

H3: Flypaper Effect berpengaruh positif pada perilaku oportunistik penyusun

anggaran.

Page 46: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

31

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, serta hipotesis penelitian. Tahap

berikutnya adalah mempersiapkan rancangan penelitian. Rancangan penelitian

menjelaskan rencana dan struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil

penelitian sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku oportunistik

penyusun anggaran. Variabel independen dalam penelitian ini adalah PAD,

SiLPA, dan Flypaper Effect. Variabel-variabel tersebut diperoleh melalui kajian

teoritis maupun empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya dan berdasarkan

atas kajian tersebut diperoleh rumusan masalah serta hipotesis penelitian.

Sebelum melakukan pengujian, sampel penelitian, jenis data, dan sumber

data, harus ditentukan terlebih dahulu. Kemudian, hipotesis diuji dengan

menggunakan analisis regresi data panel. Setelah diperoleh hasil penelitian, maka

hasil tersebut diinterpretasikan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian ini sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian. Berikut

adalah gambar mengenai rancangan penelitian:

31

Page 47: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

32

Gambar 4.1

Rancangan Penelitian

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Kabupaten/Kota di Bali dengan fokus

pengambilan datanya dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Situs Sistem

Informasi Keuangan daerah (SIKD), Departemen Keuangan Republik Indonesia,

dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Penelitian ini akan menguji

Hipotesis Penelitian

Teknik pengumpulan data: Studi kepustakaan dan dokumentasi

Teknik pengambilan sampel: Purposive Sampling

Masalah Penelitian

Variabel Penelitian

Simpulan dan Saran

Pembahasan dan interpretasi hasil analisis

data

Pengolahan dan analisis data

Page 48: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

33

mengenai pengaruh PAD, SiLPA, dan Flypaper Effect pada perilaku oportunistik

penyusun anggaran. Waktu penelitian adalah tahun 2009-2013.

4.3 Penentuan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan Data Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka

yang dapat dinyatakan dan diukur dengan satuan hitung atau data kualitatif yang

diangkakan berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di

Bali. Data yang digunakan yaitu Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota di Bali yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (SiLPA) dan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2009–

2013.

Penelitian ini menggunakan Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan

dan diolah pihak lain. Karena keterbatasan sampel, penelitian ini menggunakan

data panel. Data panel merupakan gabungan data time series dan cross section.

Data panel ini berupa data PAD, SiLPA, Flypaper Effect (yang diproksikan

dengan DAU), dan spread (penyebaran) anggaran belanja dalam APBD

Kabupaten/Kota di Bali dihitung mulai tahun anggaran 2008-2013 yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Situs Sistem Informasi Keuangan Daerah

(SIKD), Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan.

Page 49: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

34

4.4 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok

orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu

(Sugiyono, 2010:115). Populasi juga merupakan keseluruhan kumpulan elemen-

elemen berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam mengambil beberapa

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah 9 APBD Kabupaten/Kota di Bali

tahun anggaran 2009-2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

purvosive sampling. Dimana dari 9 APBD Kabupaten/Kota di Bali tahun

anggaran 2009-2013 dengan mengambil tiga anggaran pelayanan publik

Kabupaten/Kota di Bali. Alasannya, karena tiga anggaran pelayanan publik ini

merupakan anggaran kebutuhan dasar manusia sehingga pengalokasiannya

dengan jumlah yang besar. Selain itu, akan memberikan celah kecenderungan

melakukan perilaku oportunistik di dalam menyusun anggaran. Adapun kriteria

pengabilan sampel ini:

1) Kota dan Kabupaten menyampaikan Laporan Keuangan SKPD yang terdiri

dari: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Catatan Atas Laporan

Keuangan (CALK) Tahun 2009 hingga 2013.

2) Kota dan Kabupaten mencantumkan data-data mengenai tiga mata anggaran

pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum tahun

2009 yang akan dapat digunakan sebagai barometer untuk mengukur kinerja

tahun 2010, dan begitu seterusnya.

Page 50: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

35

4.5 Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, antara lain sebagai

berikut.

1) Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA).

2) Variabel independen (X) yaitu jenis variabel yang dipandang sebagai penyebab

munculnya variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya (Sugiyono,

2010:59). Variabel independen dalam penelitian ini adalah PAD (X1), SiLPA

(X2), dan Flypaper Effect (X3).

4.6 Definisi Operasional Variabel

Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian ini:

1) Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA)

Havid,dkk (2014) menyatakan bahwa perilaku oportunistik merupakan perilaku

yang berusaha mencapai keinginan dengan segala cara bahkan dengan cara ilegal

sekalipun. Pengukuran kinerja OPA di dalam penelitian ini memilih tiga (3) mata

anggaran terbesar yang dialokasikan dari APBD Kabupaten/Kota di Bali yaitu:

Spread = APBD tahun berjalan (t) - APBD tahun sebelumnya (t-)

OPA = ΔPdk +

ΔKes +

ΔPU

Page 51: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

36

Dimana:

ΔPdk

: spead anggaran pendidikan,

ΔKes

: spread anggaran kesehatan,

ΔPU

: spread anggaran pekerjaan umum,

.

2) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Hasil Pajak Daerah,

Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah dan lain-lain. (Florensia dalam

Havid,dkk : 2014).

PAD = spread PAD tahun berjalan (t) – PAD tahun sebelumnya (t-1)

3) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)

mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana

perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada

pihak ketiga sampai dengan akhir tahun terselesaikan dan sisa dana kegiatan

lanjutan. (Florensia dalam Havid,dkk: 2014)

SiLPA = = spread SiLPA tahun berjalan (t) – SiLPA tahun sebelumnya (t-1)

4) Flypaper Effect

Flypaper Effect adalah suatu fenomena pada suatu kondisi ketika

Pemerintah Daerah merespons belanja daerahnya lebih banyak berasal dari

transfer grants atau spesifiknya pada transfer tidak bersyarat atau unconditional

grants daripada pendapatan asli daerahnya tersebut, sehingga akan mengakibatkan

Page 52: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

37

pemborosan dalam Belanja Daerah. Flypaper Effect ini diproksikan dengan

DAU.

Flypaper Effect = spread DAU tahun berjalan (t) – DAU tahun sebelumnya (t-1)

4.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan teori dan bahan yang

menjadi sumber acuan untuk melakukan penelitian. Studi kepustakaan

dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan membaca buku,

jurnal ilmiah, artikel, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan judul penelitian

ini.

2) Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dokumentasi yaitu

pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS), seperti Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah di Kabupaten/Kota di Bali.

3) Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan purposive sampling.

4) Melakukan analisis regresi data panel.

5) Menginterpretasikan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis regresi

data panel yang dilakukan.

4.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis

regresi data panel dengan menggunakan alat uji statistik Eviews. Data panel

Page 53: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

38

merupakan gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu

(time series). Data panel diperkenalkan oleh Howles pada tahun 1950. Data runtut

waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya harga saham, kurs mata uang, atau

tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan,

tahunan, dan sebagainya). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek,

sering disebut responden, (misal perusahaan) dengan beberapa jenis data (misal

laba, biaya iklan, laba ditahan, dan tingkat investasi).

Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain adalah;

1) Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit

dengan mengizinkan variabel spesifik inidvidu.

2) Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel

dapat digunakan untuk menguji dan membangun perilaku lebih kompleks.

3) Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang

(time series), sehingga metoda data panel cocok digunakan sebagai study of

dynamic adjustment.

4) Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih

informatif, lebih variatif, dan kolinearitas (multikol) antara data semakin

berkurang. Dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga

dapat memperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

5) Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang

kompleks. Selain itu data panel juga dapat digunakan untuk meminimalkan

bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Page 54: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

39

Dengan keunggulan tersebut maka tidak harus dilakukannya pengujian

asumsi klasik dalam model data panel (Verbeek, 2009; Gujarati, 2006; Wibisono,

2005; Aulia;2004, dalam Shochrul R. Ajija, dkk, 2011).

4.8.1 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Regresi data panel di dalam penelitian ini menggunakan pendekatan efek

tetap (fixed effect). Pemilihan pendekatan fixed effect berdasarkan Uji Hausman

yaitu pengujian statistik untuk memilih model Fixed Effect atau Random Effect

yang paling tepat untuk digunakan (Nur, 2013). Pendekatan efek tetap adalah

pendekatan dimana satu objek memiliki konstan yang tetap besarnya untuk

berbagai periode waktu tertentu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap

besarnya dari waktu ke waktu (time invariant) (Winarno, 2007).

Hasil analisis dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi linear berganda

sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ e......................................(1)

Dimana:

Y = Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

α = Konstanta

X1 = PAD

X2 = SiLPA

X3 = Flypaper Effect

e = error term

β1, β2, β3 = Koefisien Regresi

Page 55: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

40

4.8.2 Goodness of Fit (uji kecocokan)

Berdasarkan analisis regresi diamati Goodness of Fit (uji kecocokan)

dengan melihat koefisien determinasi (R2), uji F, dan uji hipotesis (Uji t). Adapun

penjelasannya sebagai berikut:

1) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:70). Nilai koefisien

determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R-square yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009: 87).

2) Uji Kelayakan Model (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel

bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh

secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk

dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan

dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program Eviews, yaitu

dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi p-value

≤ α = 0,05 maka HA diterima. Sebaliknya apabila signifikansi p-value > α = 0,05

maka HA ditolak (Suliyanto, 2011:67).

Page 56: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

41

3) Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama,

2009:71). Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang

dilakukan dengan program Eviews, yaitu dengan membandingkan tingkat

signifikansi masing-masing variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat

signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan HA diterima. Sebaliknya bila tingkat

signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan HA ditolak (Suliyanto, 2011:67).

Page 57: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu

jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

(SiLPA), Flypaper Effect, dan variabel terikatnya yaitu Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran (OPA). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang berbentuk data runtut waktu (time series) dari tahun 2009

sampai dengan 2013 dan data seksi silang (cross section) yaitu PAD, SiLPA,

Flypaper Effect, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bali (Bali dalam

Angka). Rincian data total jumlah PAD, SiLPA dan Flypapper Effect

Kabupaten/Kota di Bali tahun 2009-2013 dapat ditunjukkan pada Tabel 5.1

sebagai berikut:

Tabel 5.1

Rincian Data Total Jumlah PAD, SiLPA, Flypapper Effect dan OPA

Sumber: lampiran 2 (data diolah), 2015

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa setiap tahunnya jumlah PAD,

SiLPA dan Flypaper Effect Kabupaten/Kota di Bali dominan mengalami

peningkatan. Hanya SiLPA yang mengalami penurunan pada tahun 2011 sejumlah

Tahun PAD

(Rp.)

SILPA

(Rp.)

FLYPAPER

EFFECT

(Rp.)

OPA

(Rp.)

2009 1.111.572.946.463 1.074.014.467.696 3.182.789.112.000 121.676.274.432

2010 1.462.001.944.434 1.134.084.121.838 3.059.667.939.000 -167.986.924.426

2011 1.805.805.513.511 813.086.825.993 3.396.420.724.000 773.288.165.670

2012 2.374.289.767.808 1.439.044.111.771 4.344.735.578.000 931.220.028.581

2013 3.223.494.050.584 1.749.062.681.440 4.932.190.390.000 70.940.277.225

42

Page 58: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

43

Rp 813.086.825.993 dan jumlah Flypaper Effect pada tahun 2010 sejumlah Rp

3.059.667.939.000. Untuk jumlah OPA mengalami fluktuasi dari 2009-2013 dan

sempat mengalami penurunan yang drastis pada tahun 2010 sebesar –Rp

167.986.924.426.

5.2 Hasil Analisis Data

5.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian

1) Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan

informasi tentang karakteristik variabel penelitian, antara lain nilai minimum,

maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean) merupakan

cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu

distribusi data, sedangkan standar deviasi merupakan perbedaan nilai data yang

diteliti dengan nilai rata-ratanya. Statistik deskriptif dalam penelitian ini

ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Statistik Deskriptif

Sumber: Lampiran 3 (data diolah), 2015

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan nilai minimum, maksimum, rata-rata

dan standar deviasi dari tahun 2009-2013: Nilai minimum, maksimum dan rata-

rata untuk komponen PAD Kabupaten/Kota di Bali selama kurun waktu dari

Variabel Minimum

(Rp.)

Maksimum

(Rp.)

Rata-Rata

(Rp.)

Standar Deviasi

(Rp.)

PAD 1.111.572.946.463 3.223.494.055.584 1.995.432.843.549 829.665.938.145

SILPA 813.086.825.993 1.749.062.681.440 1.241.858.439.736 360.475.495.477

FE 3.059.667.939 4.932.190.390.000 3.783.160.748.600 816.867.675.948

OPA -167.986.924.426 931.220.028.581 345.827.564.296 478.335.408.769

Page 59: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

44

tahun 2009-2013 adalah jumlah minimumnya sebesar Rp 1.111.572.946.463,

jumlah maksimumnya Rp 3.223.494.055.584 dan jumlah rata-rata PAD sebesar

Rp 1.995.432.843.549. Standar deviasi jumlah PAD sebesar Rp 829.665.938.145.

Nilai minimum, maksimum dan rata-rata untuk komponen SiLPA

Kabupaten/Kota di Bali selama kurun waktu dari tahun 2009-2013 adalah jumlah

minimumnya sebesar Rp 813.086.825.993, jumlah maksimumnya Rp

1.749.062.681.440 dan jumlah rata-rata SiLPA sebesar Rp 1.241.858.439.736.

Standar deviasi jumlah SiLPA sebesar Rp 360.475.495.477.

Nilai minimum, maksimum dan rata-rata untuk komponen Flypaper Effect

Kabupaten/Kota di Bali selama kurun waktu dari tahun 2009-2013 adalah jumlah

Flypaper Effect jumlah minimumnya sebesar Rp 3.059.667.939, jumlah

maksimumnya Rp 4.932.190.390.000 dan jumlah rata-rata Flypaper Effect sebesar

Rp 3.783.160.748.600. Standar deviasi jumlah Flypaper Effect sebesar Rp

816.867.675.948.

Nilai minimum, maksimum dan rata-rata untuk komponen OPA

Kabupaten/Kota di Bali selama kurun waktu dari tahun 2009-2013 adalah jumlah

minimumnya sebesar –Rp 167.986.924.426, jumlah maksimumnya Rp

931.220.028.581, dan jumlah rata-rata OPA sebesar Rp 345.827.564.296. Standar

deviasi jumlah OPA sebesar Rp 478.335.408.769.

5.2.2 Hasil Analisis Data Panel

Analisis regresi data panel digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA),

Page 60: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

45

Flypaper Effect, pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA)

Kabupaten/Kota di Bali. Regresi data panel yang di dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan efek tetap (fixed effect). Pemilihan pendekatan fixed

effect berdasarkan Uji Hausman yaitu pengujian statistik untuk memilih model

Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat untuk digunakan. Hasil Uji

Hausman menemukan bahwa, pendekatan efek tetap yang memiliki hasil output

regresi yang paling sesuai dengan kebutuhan penelitian dibandingkan hasil output

regresi data panel yang lainnya seperti common size dan random effect.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan program

Eviews 3.0 maka didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 5.3

Hasil Analisis Data Panel

Variabel Koefisien Std. Eror t-hitung Prob.

C 2010.096 0.444607 4521.061 0.0000

PAD 0.003462 0.013787 0.251102 0.8033

SILPA 0.070899 0.010047 7.056855 0.0000

FLYPAPER EFFECT -0.049377 0.023891 -2.066704 0.2379

Fixed Effects (Cross)

R-squared 0.429592 Mean dependent var 2136.608

Adjusted R-squared 0.239456 S.D. dependent var 514.1769

S.E. of regression 1.362167 Sum squared resid 61.23143

F-statistic 2.259396 Durbin-Watson stat 0.718486

Prob(F-statistic) 0.034833

Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2015

Dari Tabel 5.3 di atas dapat dibuat persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Y = 2010.096 + 0.003462X1 + 0.070899X2 – 0.049377X3 + e

Page 61: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

46

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli

daerah, dan sisa lebih perhitungan anggaran memiliki nilai koefisien positif.

Sedangkan variabel flypaper effect memiliki nilai koefisien yang negatif. Apabila

variabel pendapatan asli daerah, sisa lebih perhitungan anggaran dan flypaper

effect bernilai nol, maka perilaku oportunistik penyusun anggaran akan bernilai

2010.096. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seorang penyusun anggaran

kabupaten/kota di Bali menggunakan PAD, SiLPA dan Flypaper Effect untuk

menyusun anggaran, maka penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Bali cenderung

melakukan perilaku oportunistik.

5.2.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar persentase

sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat dinyatakan dalam

persentase. Koefisien determinasi penelitian ini menggunakan Adjusted R Square

dengan alasan karena setiap variabel dapat mempengaruhi naik dan turunnya

adjusted (R2). Berdasarkan hasil pengujian Adjusted R Square diketahui bahwa

nilai koefisien determinasi adjusted (R2) sebesar 0.239456, yang berarti bahwa

23,9 persen perubahan naik atau turunnya Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran Kabupaten/Kota di Bali dapat dijelaskan oleh indikator-indikator

pendorong terjadinya Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran yaitu,

Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih perhitungan Anggaran dan Flypaper Effect.

Sedangkan 76,1 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

5.2.4 Hasil Uji F

Page 62: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

47

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh simultan variabel bebas (X) yang

digunakan terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi data

panel dengan menggunakan program Eviews, diperoleh nilai signifikansi Prob (F-

statistic) 0.034833 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model

yang digunakan pada penelitian ini adalah layak.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan atas hasil uji F pada penelitian ini, didapatkan bahwa model

yang digunakan dalam penelitian adalah layak (fit). Pendapatan Asli Daerah (X1),

Sisa lebih Perhitungan Anggaran (X2), dan Flypaper Effect (X3), secara serempak

mampu menjelaskan terjadinya perilaku oportunistik penyusun anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Adapun hasil pengujian hipotesis yaitu pengaruh masing-

masing variabel Pendapatan Asli Daerah, Sisa lebih Perhitungan Anggaran dan

Flypaper Effect pada perilaku oportunistik penyusun anggaran dijabarkan sebagai

berikut.

5.3.1 Pengaruh jumlah Pendapatan Asli Daerah pada Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran.

Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif jumlah

Pendapatan Asli Daerah pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Berdasarkan hasil analisis, Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh negatif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

semakin tinggi jumlah PAD di Kabupaten/Kota di Bali, dapat meningkatkan

perilaku oportunistik penyusun anggaran Kabupaten/Kota di Bali. Hasil penelitian

Page 63: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

48

ini tidak konsisten dengan penelitian dari Abdullah (2006), Darwanto (2007),

Florensia (2009), Fathony (2011), Musripah (2014), Adi (2014) dan Havid (2014)

yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh positif pada perilaku oportunistik

penyusun anggaran. Jumlah PAD yang kecil membawa kecenderungan dampak

psikologis perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Akibat dari tingkat

kesejahteraan pegawai yang semakin kecil, sehingga membuka peluang untuk

melakukan perilaku oportunistik penyusun anggaran dalam bentuk tindakan-

tindakan ilegal. Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia melalui Otonomi Daerah

membawa banyak perubahan dalam sistem pemerintahan (Sholeh, 2013). Namun,

setelah berjalan belasan tahun, lebih dari 60 persen daerah otonomi dinyatakan

gagal oleh Kemendagri. Kegagalan ini tampak berdasarkan indikator bahwa

daerah otonomi tidak bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat, PAD tidak

bertambah dan malah jadi beban anggran bagi daerah induk yang dimekarkan

serta makin banyaknya tersangka korupsi (Suadi, 2014). Penyalahgunaan

anggaran di dalam otonomi daerah menjadi sorotan khusus karena

ketidakberhasilan dalam mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan PAD

(www.medanbisnisdaily.com). Selain itu, jika dihubungkan dengan teori

keagenan dalam penganggaran antara eksekutif dan legislatif merupakan satu

kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Eksekutif sebagai agen bagi legislatif dan

publik (dual accountability), sedangkan legislatif merupakan agen bagi publik.

Eksekutif sebagai agen cenderung menjadi budget maximizer karena melihat

kesempatan untuk melakukan perilaku oportunistik berupa moral hazard dan

adversed selection (Abdullah, 2006).

Page 64: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

49

5.3.2 Pengaruh jumlah SiLPA pada Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran.

Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif jumlah Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa SiLPA

berpengaruh positif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran

Kabupaten/Kota di Bali. Hal ini sesuai dengan teori bahwa besarnya jumlah

SiLPA pada Kabupaten/Kota di Bali, maka dapat meningkatkan Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota di Bali. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian Florensia (2009) yang menyatakan bahwa SiLPA

berpengaruh negatif terhadap perilaku oportunistik legislatif. SiLPA sebenarnya

merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA akan terbentuk bila terjadi surplus

pembiayaan neto, dimana komponen penerimaan lebih besar dari komponen

pengeluaran pembiayaan. SiLPA yang besar sangat erat kaitannya akibat dari

tingkat serapan yang sangat kecil yang diakibatkan ada kesalahan dari pola

perencanaan baik dalam hal kebijakan dan teknis dan juga menyebabkan anggaran

bersifat unliquid, yang semestinya anggaran itu liquid (mencair) sehingga dapat

menopang penjabaran tataran kebijakan dan pelaksanaan teknisnya untuk

sepenuhnya memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Ardhini (2011)

yang menyatakan bahwa SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal pada

periode tahun anggaran selanjutnya, yang berarti dapat memberikan ruang bagi

penyusun anggaran untuk mengalokasikan free cash flow tersebut untuk

melakukan perilaku oportunistiknya. SiLPA yang merupakan penerimaan daerah

Page 65: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

50

yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya untuk menutupi defisit

anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja,

mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung (belanja

barang dan jasa, belanja modal, dan belanja pegawai) dan mendanai kewajiban

lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Hasil

penelitian ini menemukan bahwa SiLPA memiliki proporsi tertinggi pada

pembiayaan daerah. Hal tersebut terjadi karena proses penyusunan anggaran

memungkinkan SKPD untuk melakukan penggelembungan (mark-up) belanja

atau penurunan (mark-down) target pendapatan. Mark-up belanja maupun mark-

down pendapatan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya sisa anggaran, baik

output kegiatan sudah tercapai atau belum. Ketika output anggaran tercapai, maka

sisa anggaran sering disebut sebagai hasil efisiensi dalam kegiatan, sehingga

bersifat bebas untuk digunakan bagi kegiatan lain pada tahun anggaran berikutnya

atau free cash flow (Abdullah dalam Havid, 2014).

5.3.3 Pengaruh jumlah Flypaper Effect pada Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran.

Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif jumlah

Flypaper Effect pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota

di Bali. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa Flypaper Effect berpengaruh

negatif pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota di Bali.

Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Indhi (2011) dan Adi (2014).

Ini disebabkan oleh adanya respon Pemda yang berbeda terhadap jumlah transfer

dana berupa DAU yang rendah dan jumlah PAD yang kecil sehingga memotivasi

Page 66: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

51

para penyusun anggaran untuk mencari celah untuk memperkaya dirinya dengan

melakukan tindakan-tindakan illegal yang melanggar peraturan perundangan yang

berdampak pada kerugian Negara. Sehingga aspek kesejahteraan para Aparatur

Sipil Negara perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun

daerah untuk meminimalisasi perilaku oportunistik penyusun anggaran.

Page 67: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

52

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan atas hasil uji F pada penelitian ini, didapatkan bahwa model

yang digunakan dalam penelitian adalah layak (fit). PAD, SiLPA dan Flypaper

Effect secara serempak mampu menjelaskan Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran Kabupaten/Kota di Bali. Hasil pengujian Adjusted R Square diketahui

bahwa nilai koefisien determinasi adjusted (R2) sebesar 0.239456, yang berarti

bahwa 23,9 persen perubahan naik atau turunnya Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran Kabupaten/Kota di Bali dapat dijelaskan oleh indikator-indikator

pendorong terjadinya Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran yaitu,

Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dan Flypaper Effect.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh negatif pada Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota di Bali, hal ini bermakna

bahwa semakin rendah jumlah PAD Kabupaten/Kota di Bali, maka akan

menyebabkan perilaku oportunistik penyusun anggaran yang semakin tinggi.

2) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) berpengaruh positif pada Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran Kabupaten/Kota di Bali, hal ini bermakna

bahwa semakin tinggi SiLPA Kabupaten/Kota di Bali, maka akan

menyebabkan perilaku oportunistik penyusun anggaran yang semakin tinggi.

52

Page 68: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

53

3) Flypaper Effect berpengaruh negatif pada Perilaku Oportunistik Penyusun

Anggaran Kabupaten/Kota di Bali, hal ini bermakna bahwa, semakin rendah

jumlah Flypaper Effect yang terjadi di Kabupaten/Kota di Bali, maka akan

menyebabkan perilaku oportunistik penyusun anggaran yang semakin tinggi.

6.2 Saran

Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode

pengumpulan data penelitian ini menggunakan data sekunder dari 5 tahun periode

Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Bali. Pendeknya kurun waktu yang

digunakan di dalam penelitian ini karena hanya menggunakan satu periode kinerja

pemerintahan yaitu 5 tahun dari tahun 2009-2013. Berdasarkan keterbatasan

penelitian yang telah disebutkan di atas, maka masih diperlukan pengembangan

dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian yang lebih baik pada penelitian-

penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa saran yang dapat disampaikan.

1) Penelitian selanjutnya diharapkan mengkombinasikan data sekunder dengan

data primer sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat.

2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel

penelitian lain yang memiliki kaitannya dengan penelitian ini sehingga dapat

memberikan hasil penelitian yang lebih kompleks sesuai dengan teori yang

mendukungnya, seperti pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi.

3) Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan proksi dari perilaku

oportunistik penyusun anggaran dengan menambah mata anggaran legislatif

dan kinerja SKPD.

Page 69: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

54

4) Penelitian selanjutnya dapat memperluas wilayah penelitian dan waktu

penelitian agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih relevan.

Page 70: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. 2012. Perilaku Oportunistik Legislatif dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya: Bukti Empiris dari Penganggaran Pemerintah Daerah di

Indonesia. Ringkasan Disertasi. Universitas Gajah Mada.

Abdullah, S. dan Asmara, J.A. 2006. Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam

Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor

Publik. Makalah Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang: 23-26 Agustus 2006.

Adi Putra, I Made Pradana, 2014. Flypaper Effect pada DAU dan PAD terhadap

Belanja Daerah di Kabupaten Karangasem.

Allard, Richard J. 1995. The measurability of budget related rent-seeking. Public

Choice 85:389-394.

Andvig, Jens Chr., Odd-Helge Fjeldstad, Inge Amundsen, Tone Sissener & Tina

Søreide. 2001. Corruption: A review of contemporary research. Chr. Michelsen

Institute Development Studies and Human Rights Report R 2001: 7. Web:

http//www.cmi.no. Camarer, L. 1997. Poverty and corruption in South Africa:

Government corruption in poverty alleviation programs.

http//www.gov.za/reports/1998/poverty/corruption.pdf.

Ardhini. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal Untuk

Pelayanan Publik Dalam Perspektif Teori Keagenan (Studi Pada Kabupaten Dan

Kota Di Jawa Tengah). JurnalSkripsi. Universitas Diponegoro.

Christensen, Jorgen Gronnegard. 1992. Hierarchical and contractual approaches to

budgetary reform. Journal of Theoretical Politics 4(1): 67-91.

Colombatto, Enrico. 2001. Discretionary power, rent-seeking and corruption.

University di Torino & ICER, working paper.

Darwanto & Mustikasari, 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan

Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Belanja Modal.

Davoodi, Hamid R., Erwin R. Tiongson, & Sawitree S. Asawanuchit. 2003. How

useful are benefit incidence analyses of public education and health spending?

IMF Working Paper WP/03/227.

Deller, Steven, Craig Maher, & Victor Lledo. 2002. Wisconsin local government,

state shared revenues and the illusive Flypaper Effect. University of Wisconsin-

Madison,working paper.

Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency theory: An assessment and review.

Academy of Management Review 14(1): 57-74.

55

Page 71: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

56

Fathony, A.D. dan Abdul Rohman. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,

SisaLebih Perhitungan Anggaran dan Dana Alokasi Umum terhadap Perilaku

Oportunistik Penyusun Anggaran (Studi kasus kabupaten/kota di provinsi Jawa

Tengah). Jurnal Skripsi. Universitas Diponegoro.

Florensia, T. M. 2009. Perilaku Oportunistik Legislatif Dalam Penganggaran

Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor Publik, Tesis

Program Pasca Sarjana Magister Sains Ilmu Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Fozzard, Adrian. 2001. The basic budgeting problem: Approaches to resource

allocation in the public sector and their implications for pro-poor budgeting.

Center for Aid and Public Expenditure, Overseas Development Institute (ODI).

Working paper 147.

Garamfalvi, L. 1997. Corruption in the public expenditures management process.

Paper presented at 8th International Anti-Corruption Conference, Lima, Peru, 7-

11September.http://www.transparency.org/iacc/8th_iacc/papers/garamfalvi/garam

falvi.html.

Gilardi, Fabrizio. 2001. Principal-agent models go to Europe: Independent

regulatory agencies as ultimate step of delegation. Paper presented at the ECPR

General Conference, Canterbury (UK), 6-8 September 2001.

Groehendijk, Nico. 1997. A principal-agent model of corruption. Crime, Law &

Social Change 27: 207-229.

Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat

Halim, Abdul. 2002. Analisis varian pendapatan asli daerah dalam laporan

perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota di Indonesia.

Universitas Gadjah Mada. Disertasi.

Hariadi, P., Yanuar E.R., Icuk R.B. 2010.Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta:

Salemba Empat.

Hastuti, Indhi, 2010. Analisis Flypaper Effect, Dana Alokasi Umum, Pendapatan

Asli Daerah dan Kinerja SKPD di Kota Semarang.

https://teorionline.wordpress.com/2012/01/06/regresi-data-panel/

Keefer, P. dan Stutu Khemani. 2003. The Political Economy of Public

Expenditures. Background paper for WDR 2004.

Page 72: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

57

Mardiasmo .2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi Yogyakarta.

Mauro, Paulo, 1998. “Corruption and the Composition of Goverment

Expenditure”

Musripah, Siti, 2011. Pengaruh Perubahan PAD, SiLPA, dan DAU Terhadap

Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran (Studi pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah)

Putri. 2013. Kisruh CPNS, Dua Staf BKD Bali Jadi Tersangka.

http://www.okezone.com. 17 Februari 2015 (09:30).

Rizki, Muhamad. 2013. BPK: Total Kerugian Negara dari Hambalang Rp 463 M.

http://www.tempo.com. 17 Februari 2015 (09:35).

Saputra, I Wayan Sucipta Adi. 2011. Kontribusi sumber – Sumber Penerimaan

Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Bali. Skripsi Jurusan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Warmadewa Denpasar.

Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai Eviews. Jakarta: Salemba

Empat.

Sidik, Machfud, B. Raksasa Mahi, Robert Simantjuntak, & Bambang

Brodjonegoro. 2002. Dana Alokasi Umum – Konsep, Hambatan, dan Prospek di

Era Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sindo. 2014. KPK Tahan Eks Hakim pengadilan Tinggi Jakbar.

http://www.kpk.go.id.17Februari2015 (09:10)

Smith, Robert W. & Mark Bertozzi. 1998. Principals and agents: An explanatory

model of public budgeting. Journal of Public Budgeting, Accounting and

Financial Management (Fall): 325-353.

Suadi, 2014. Mencegah Potensi Korupsi Daerah Otonomi Baru.

www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014//12/18 (10.10)

Sularso, Havid, Restianto & Istiqomah, 2014. Determinan Perilaku Oportunistik

Penyusun Anggaran (Studi pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). SNA 17

Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014.

Tanzi, Vito & Hamid Davoodi. 2002. Corruption, public investment, and growth,

dalam Abed, George T. & Sanjeev Gupta (eds.). 2002. Governance, Corruption,

& Economic Performance. Washington, D.C.: International Monetary Fund.

Von Hagen, Jurgen. 2002. Fiscal rules, fiscal institutions, and fiscal performance.

The Economic and Social review 33(3): 263-284.

Page 73: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

58

Yuhertiana, I. 2003. Principal-agent theory dalam proses perencanaan anggaran

sektor publik. Kompak – Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Sistem Informasi

(SeptemberDesember):403-422

Vazquez, Martinez, 2006. Corruption Fiscal Policy, and Fiscal Management

Wahyu Winarno, Wing. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews. Badan Penerbit: UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Widarjono. Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Ekonisia. Yogyakarta.

Widodo, Pambudi Tri. 2007. Flypaper Effect pada Dana Alokasi UMUM (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Bali. (Studi pada Kabupaten/Kota di Bali). Skripsi Sarjana

(tidak dipublikasikan). Yogyakarta : FE UII.

1

Page 74: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

59

Lampiran 1

Data Variabel Penelitian

Data jumlah Oportunistik Penyusun Anggaran (OPA). jumlah Pendapatan Asli

Daerah (PAD). jumlah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). dan jumlah

Flypaper Effect Kabupaten/Kota di Bali tahun 2009-2013

Kab/Kota Tahu

n

X1 X2 X3 Y

Buleleng 2009 66755.88 41514.39 28098.99 20256.4

Jembrana 2009 85810.83 52478.29 13191.96 28484.21

Tabanan 2009 100081.2 22554.99 15692.62 21435.7

Badung 2009 132091.1 75740.2 35306.79 37944.66

Gianyar 2009 187476.6 90146.16 37262.54 49417.05

Bangli 2009 1517.88 5713.21 27600.07 1029.15

Klungkung 2009 1700 4728.24 29269.55 497.42

Karangsem 2009 2200 5846.88 32157.82 415.05

Denpasar 2009 3100 2478.04 39694.29 -1664.59

Buleleng 2010 4200 5413.29 45081.27 -1550.59

Jembrana 2010 5470.63 5953.43 50629.28 -2128.61

Tabanan 2010 6962.66 4848.93 51274.82 -2346.17

Badung 2010 9460 6046.78 56840.63 -2568.51

Gianyar 2010 11159.09 7581.98 68769.77 -3846.48

Bangli 2010 12800 14594.42 79641.92 -3383.33

Klungkung 2010 15603.62 16817.6 36001.69 4792.64

Karangsem 2010 19704.55 19192.85 33612.56 6433.79

Denpasar 2010 28780.76 15614.94 38153.8 5913.69

Buleleng 2011 35251.13 20583.62 51266.64 6088.54

Jembrana 2011 51306.16 25779.67 58080.77 8684.14

1

1

Page 75: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

60

Tabanan 2011 8653.36 8477.84 39360.5 883.2

Badung 2011 12782.48 6612.8 38749.35 1016.87

Gianyar 2011 15934.89 7460.48 43510.39 916.13

Bangli 2011 21019.27 9235.01 53288.3 526.98

Klungkung 2011 23855.89 14874.97 60929.33 1289.52

Karangsem 2011 2071.59 6590.62 30636.18 860.6

Denpasar 2011 2206.87 6428.69 30856.7 796.59

Buleleng 2012 4007.4 5587.11 33972.18 292.68

Jembrana 2012 5106.7 7728.39 39676.23 126.09

Tabanan 2012 5477.51 6106.4 45091.97 -1176.55

Badung 2012 3750 10402.23 35668.15 1364.72

Gianyar 2012 4780.89 8957.09 37453.71 798.76

Bangli 2012 5563.05 7196.82 41003.77 -181.34

Klungkung 2012 12430.59 8500.86 50302.89 -381.19

Karangsem 2012 14099.12 8058.78 56398.18 -1276.53

Denpasar 2012 2369.55 6877.75 27855.3 1439.92

Buleleng 2013 2883.38 5568.04 28566.21 1017.63

Jembrana 2013 3215.97 5947.26 31981.41 613.15

Tabanan 2013 3560.37 6665.84 38734.01 -238.72

Badung 2013 4854.17 5595.63 44417.4 -1299.13

Gianyar 2013 4964.78 5054.38 42428.75 -1113.74

Bangli 2013 9368.54 4593.49 42991.95 6696.71

Klungkung 2013 11337.28 5053.41 46329.44 6777.14

Karangsem 2013 13710.78 5390.48 57434.62 10794.04

Denpasar 2013 18279.91 4336.95 66315.66 5292.8

2

Page 76: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

61

Lampiran 2

Rincian Data Total Jumlah PAD. SiLPA dan Flypapper Effect

TAHUN PAD

(Rp.)

SILPA

(Rp.)

FLYPAPER

EFFECT

(Rp.)

OPA

(Rp.)

2009 1.111.572.946.463 1.074.014.467.696 3.182.789.112.000 121.676.274.432

2010 1.462.001.944.434 1.134.084.121.838 3.059.667.939.000 -167.986.924.426

2011 1.805.805.513.511 813.086.825.993 3.396.420.724.000 773.288.165.670

2012 2.374.289.767.808 1.439.044.111.771 4.344.735.578.000 931.220.028.581

2013 3.223.494.050.584 1.749.062.681.440 4.932.190.390.000 70.940.277.225

3

Page 77: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

62

Lampiran 3

Statistik Deskriptif

Variabel Minimum

(Rp.)

Maksimum

(Rp.)

Rata-Rata

(Rp.)

Standar Deviasi

(Rp.)

PAD 1.111.572.946.463 3.223.494.055.584 1.995.432.843.549 829.665.938.145

SILPA 813.086.825.993 1.749.062.681.440 1.241.858.439.736 360.475.495.477

FLYPAPPER

EFFECT

3.059.667.939 4.932.190.390.000 3.783.160.748.600 816.867.675.948

OPA -167.986.924.426 931.220.028.581 345.827.564.296 478.335.408.769

4

Page 78: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

63

Lampiran 4

Hasil Output Analisis Regresi Data Panel

Dependent Variable: Y?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)

Date: 02/02/15 Time: 15:22

Sample: 2009 2013

Included observations: 5

Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 45

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (no d.f.

correction)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2010.096 0.444607 4521.061 0.0000

PAD? 0.003462 0.013787 0.251102 0.8033

SiLPA 0.070899 0.010047 7.056855 0.0000

Flypaper Effect? -0.049377 0.023891 -2.066704 0.2379

Fixed Effects

(Cross)

_BADUNG--C -4.449193

_BANGLI--C 0.953310

_BULELENG--C 0.632308

_DENPASAR--C -0.286686

_GIANYAR--C 0.176338

_JEMBRANA--C 0.962965

_KARANGASEM--

C 0.739999

_TABANAN--C 0.966220

_KLUNGKUNG--C 0.304739

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.429592 Mean dependent var 2136.608

Adjusted R-squared 0.239456 S.D. dependent var 514.1769

S.E. of regression 1.362167 Sum squared resid 61.23143

F-statistic 2.259396 Durbin-Watson stat 0.718486

Prob(F-statistic) 0.034833

5

Page 79: tesis pengaruh pendapatan asli daerah, selisih lebih perhitungan

64

Unweighted Statistics

R-squared 0.318718 Mean dependent var 2011.000

Sum squared resid 61.31542 Durbin-Watson stat 0.636962

6