perguruan pencak silat persaudaraan setia hati terate

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia terkenal dengan macam – macam budaya dan kesenian yang beragam mulai dari kesenian tari, pertunjukan, dan juga musik, selain itu ada pula kesenian lain yang terkenal di kanca dunia yaitu seni bela diri tradisional salah satu yang sudah populer pada masyarakat Indonesia yaitu pencak silat. Pencak silat merupakan tradisi yang sudah mengakar bagi masyarakat Indonesia sehingga dalam pencak silat masing-masing wilayah memiliki aliran gerakan dan kekhasan seni tersendiri. Pencak silat juga memiliki ilmu kanuragan yang bisa digunakan untuk meningkatkan daya spiritual seperti fisik dan psikis pada manusia yang menjalaninya. Unsur fisik dalam pencak silat bisa dipraktikan dalam latihan seperti berlari, latihan pernapasan otot dan pembelaan diri dengan jurus masing-masing pencak silat. Unsur psikis bisa disamakan dengan penerapan ilmu magis dengan cara menghimpun kekuatan yang lebih besar dari alam serta menambah efektivitas gerakan yang mendapatkan kekebalan magis terhadap pukulan atau sabetan benda tajam. Dengan olah fikir manusia pada masa itu akhirnya mampu menciptakan dan mengembangkan gerakan yang menirukan hewan – hewan yang ditemuinya seperti halnya harimau, singa, monyet, hingga binatang ular. Peran binatang sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan gerakan pencak silat terhadap mitos-motos yang dipercayainya. Binatang yang memiliki fisik yang kuat dibandingkan manusia, menuntut manusia yang memiliki kelebihan akal fikir untuk mampu mencontoh perkelahian binatang-binatang ganas dan mengaplikasiakn kepada pencak silat (Maryono. 2000). Pencak silat yang merupakan salah satu kebudayaan yang ada dalam tiap suku di Indonesia ini menjadikan salah satu panduan bertahan hidup pada tiap suku di Indonesia, pada masa kerajaan pencak silat menjadi salah satu cara untuk mempertahankan diri dan juga melawan pasukan dari kerajaan lainnya yang IR-PERPUSTAKAAN UNAIR SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Indonesia terkenal dengan macam – macam budaya dan kesenian yang

beragam mulai dari kesenian tari, pertunjukan, dan juga musik, selain itu ada

pula kesenian lain yang terkenal di kanca dunia yaitu seni bela diri tradisional

salah satu yang sudah populer pada masyarakat Indonesia yaitu pencak silat.

Pencak silat merupakan tradisi yang sudah mengakar bagi masyarakat Indonesia

sehingga dalam pencak silat masing-masing wilayah memiliki aliran gerakan

dan kekhasan seni tersendiri. Pencak silat juga memiliki ilmu kanuragan yang

bisa digunakan untuk meningkatkan daya spiritual seperti fisik dan psikis pada

manusia yang menjalaninya. Unsur fisik dalam pencak silat bisa dipraktikan

dalam latihan seperti berlari, latihan pernapasan otot dan pembelaan diri dengan

jurus masing-masing pencak silat. Unsur psikis bisa disamakan dengan

penerapan ilmu magis dengan cara menghimpun kekuatan yang lebih besar dari

alam serta menambah efektivitas gerakan yang mendapatkan kekebalan magis

terhadap pukulan atau sabetan benda tajam.

Dengan olah fikir manusia pada masa itu akhirnya mampu menciptakan

dan mengembangkan gerakan yang menirukan hewan – hewan yang ditemuinya

seperti halnya harimau, singa, monyet, hingga binatang ular. Peran binatang

sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan gerakan pencak silat terhadap

mitos-motos yang dipercayainya. Binatang yang memiliki fisik yang kuat

dibandingkan manusia, menuntut manusia yang memiliki kelebihan akal fikir

untuk mampu mencontoh perkelahian binatang-binatang ganas dan

mengaplikasiakn kepada pencak silat (Maryono. 2000).

Pencak silat yang merupakan salah satu kebudayaan yang ada dalam tiap

suku di Indonesia ini menjadikan salah satu panduan bertahan hidup pada tiap

suku di Indonesia, pada masa kerajaan pencak silat menjadi salah satu cara untuk

mempertahankan diri dan juga melawan pasukan dari kerajaan lainnya yang

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 2: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

2

menurut mereka mengancam diri dan raja mereka. Dalam perkembangannya

yang awal mula pencak silat ini dilakukan dengan tangan kosong akhirnya

dikembangkan dengan alat sedemikian rupa agar lebih efisien seperti parang,

keris, perisai, dan juga tombak (Pratama dan Trilaksana, 2018).

Pada masa penjajahan, Indonesia yang masi lekat dengan adat istiadat

dan cenderung tradisional menggunakan sumberdaya dan juga pengetahuan yang

ada untuk merebut kemerdekaan penjajah. Salah satu pencak silat yang ikut

andil dalam usaha memerdekakan Indonesia adalah Persaudaraan Setia Hati

Teratai (PSHT), PSHT sendiri ada sejak tahun 1922 di Kabupaten Madiun pada

tahun tersebut Indonesia masih dalam masa jajahan Belanda dan menjadi salah

organisasi pencak silat yang aktif melawan dengan beladiri yang mereka pelajari

hingga tahun 1942, sedangkan dalam masa penjajahan Jepang PSHT melakukan

kerjasama dalam rangka melestarikan pencak silat hingga kemerdekaan tahun

1945 (Susanti, 2014).

Pencak silat merupakan ilmu bela diri asli dari nusantara serta

merupakan salah satu jenis bela diri yang telah diakui oleh UNESCO. Bangsa

melayu telah mengenal pencak silat sejak masa pra sejarah silam, sebelum

menjadi kesenian seperti sekarang pencak silat juga digunakan untuk bertahan

hidup menghadapi semua tantangan bagi manusia. Pencak silat juga halnya

diciptakan dan dikembangkan guna untuk menghadapi alam yang keras, manusia

harus hidup survive melawan berbagai macam binatang ganas karena saat itu

perkembangan senjata mereka masih hanya berupa alat-alat sederhana (O’ong

Maryono 2000).

Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1948 pada awalnya didirikanlah

organisasi pencak silat untuk pertama kalinya dengan nama IPSI (Ikatan Pencak

Silat Indonesia) di Solo, pada awalnya IPSI ini berada di bawah naungan PORI

(Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan kesepakatan dari para petinggi

perguruan pencak silat dimana pada awal terbentuknya IPSI ini tak lepas dari

peran 10 perguruan silat besar pada waktu itu (Pratama dan Trilaksana, 2018).

Dalam pendirian IPSI di tahun 1948 ini juga ada andil dari PSHT karena

menjadi salah satu padepokan pencak silat yang tertua dan juga dikenal dengan

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 3: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

3

anggotanya yang banyak dan tersebar di hampir semua wilayah di Indonesia

hingga saat ini, selain PSHT perguruan pencak silat lain yang menjadi

penggagas berdirinya IPSI adalah perguruan Persaudaraan Setia Hati, Kelatnas

Indonesia Perisai Diri, PSN Perisai Putih, Tapak Suci Putera Muhammadiyah,

Phasadja Mataram, Perpi Harimurti, Persatuan Pencak Silat Indonesia, PPS

Putera Betawi, KPS Nusantara (www.pb-ipsi.com diakses 16 Maret 2020).

Gambar 1.1 Logo Persaudaraan Setia Hati Terate

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Persaudaraan_Setia_Hati_Terate 12 April 2020)

Pencak silat kemudian berkembang dalam beberapa aliran yang memiliki

suatu ciri khas tersendiri, diantara aliran pencak silat ada yang mengajarkan

teknik penggunaan tenaga dalam. Berikut ini beberapa nama perguruan pencak

silat yang sudah berdiri lama di indonesia, yaitu Perguruan Pencak Silat

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Pencak Silat yang didirikan pada tahun

1922 oleh Ki Hajar Harjo Utomo di Pilangbango Madiun berbentuk organisasi

dan lebih menitikberatkan pada persaudaraan. Perguruan Pencak Silat PSHT ini

memiliki anggota yang tersebar di seluruh Nusantara dan luar Negeri. Pencak

Silat Pagar Nusa (PN) didirikan pada tahun 1915 oleh Gus Maksum Jauhari di

Pondok Pesantren Lirbayo Kediri, dahulu bernama GASMI. Perguruan Pencak

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 4: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

4

Silat Pagar Nusa (PN) merupakan perkumpulan pencak silat berbagai warna dari

Nahdatul Ulama (yosef, 2020).

Perguruan Pencak Silat lainya yang sudah berdiri lama di Indonesia dan

mempunyai eksistensi yaitu Perguruan Pencak Silat Gubug Ramaja (PPSGR)

adalah Perguruan Pencak Silat perluasan Seni Bela Diri "Tabib Ketimuran

Gubug" yang didirikan pada tahun 1935 oleh R. Koeshartoyo di Desa Ketanggi,

Kabupaten Ngawi. Pencak Silat Cempaka Putih (PSCP) dahulu bernama Silat

Mardi Anoraga Sakti, didirikan oleh Eyang Mursid, mendirikan Perguruan

Pencak Silat Cempaka Putih (PSCM) di distrik Panekan, Kabupaten Magetan

pada tahun 1964. Perguruan Silat Seni Bela Diri Kung Fu IKSPI (Ikatan

Keluarga Silat Putera Indonesia), biasa dikenal dengan "Kera Sakti", didirikan

pada tahun 1980 oleh Bapak R. Totong Kiemdarto di Desa Nambangan, Kota

Madiun. Pencak Silat Boedi Oetomo (PSBO) didirikan oleh sekelompok

pemuda anggota Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia yang didirikan pada

tahun 1963 oleh Abdul Cholid Subolo dan Imam Mursid. HASDI (Himpunan

Anggota Silat Dasar Indonesia) didirikan oleh Bapak RS. Hasdijatmiko pada

tahun 1961 di Jember (Yosef, 2020).

Persaudaraan Pencak Silat Setia Hati Terate merupakan salah satu

pencak silat yang berasal dari Desa Pilangbango Madiun yang didirikan oleh

Hardjo Utomo pada tahun 1922. Pada awal merintisnya Perguruan Pencak Silat

yang didirikan oleh Hardjo Utomo ini diberi nama Setia Hati Pencak Sports

Club (SH PSC) pada tahun 1942 dan kemudian berganti nama lagi menjadi Setia

Hati Terate. Setia Hati Terate yang semula berstatus Pencak Pencak Silat diubah

menjadi organisasi persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.

Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT merupakan salah

satu budaya pencak silat yang dimiliki bangsa Indonesia yang masih memegang

nilai-nilai keluhurnya yang didirikan pada tahun 1922 berpusat di Madiun Jawa

Timur. Organisasi ini muncul untuk ikut serta dalam mendidik manusia berbudi

pekerti luhur tahu benar dan salah dan ikut serta melestarikan budaya asli

Indonesia (http://blogsetiahatiterate.blogspot.com/2013/05/sejarah-berdirinya-

persaudaraan-setia8.html).

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 5: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

5

Selain mengajari pencak silat, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

memiliki ajaran yang lebih dikenal dengan sebutan ke-SH-an/ke- Setia Hati-an.

Jika diartikan dalam bahasa lain mengandung arti “ajaran mengenal diri”, yang

demikian diajarkan dalam organisasi yang mencari jati diri bagi Warga (istilah

untuk anggota PSHT yang sudah lolos serangkaian tes dan sudah diinisiasi dan

terdaftar dalam organisasi pusat di Madiun) mempunyai tujuan utama dalam

mendidik manusia yang mempunyai jiwa yang berbudi luhur tau benar dan

salah.

Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, pentingnya persaudaraan

memiliki prioritas tertinggi. Oleh karena itu, tujuan awal dari organisasi ini

adalah untuk membangun hubungan antar manusia, khususnya para anggota

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) agar menjadi saudara yang sebenarnya.

Namun tanpa menghilangkan nilai - nilai Pencak Silat, Pencak Silat merupakan

olahraga yang memasukkan unsur seni bela diri guna menjaga kehormatan,

keselamatan dan kebahagiaan kebenaran bagi setiap anggotanya. Yang diajarkan

dalam organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate ini di istilahkan

panca dasar, yaitu: 1. Persaudaraan 2. Olahraga 3. Seni 4. Beladiri 5. Ke-setia

hati-an (ke SHan)/ kerohanian.

Dalam penelusuran peneliti di temukan beberapa studi maupun artikel

terdahulu yang terkait tentang pembahasan yang akan ditulis peneliti tentang

pencak silat dan juga PSHT, salah satu karya tentang pencak silat adalah jurnal

yang ditulis oleh Rendra Yulio Pratama dan Agus Trilaksono pada tahun 2018

dengan judul (Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Tahun 1948-

1973). Dalam jurnal tersebut penulis menjelaskan bahwa IPSI dibentuk sebagai

sikap kesadaran dari dari berbagai organisasi pencak silat yang menyepakatinya,

pada 18 Mei 1948 dengan tujuan untuk menyatukan dan demi kelangsungan

akan aliran dari berbagai macam perguruan dan kesenian pencak silat yang ada

di Indonesia. Adanya organisasi yang menaungi berbagai macam kesenian

pencak silat di Indonesia ini memberikan dampak positif bagi kelangsungan

salah satu budaya Indonesia ini sendiri dan juga turut serta mempopulerkan

nama bangsa Indonesia melalui salah satu keseniannya, puncaknya pencak silat

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 6: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

6

ini mulai dikenal dunia adalah pada tahun 1953 sampai tahun 1961 pencak silat

Indonesia mulai didemonstrasikan dengan tema mengangkat kebudayaan di

beberapa negara seperti Cekoslowakia, Polandia, Uni Soviet, Hongaria dan

Mesir tentunya juga dengan peran penting IPSI dan kementrian PP dan K

(Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Pada tahun 1973 untuk pertama

kalinya pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang ditandingkan

dalam acara resmi yaitu PON (Pekan Olahraga Nasional) VIII, meskipun pada

waktu hanya sebagai pertandingan eksibisi dan demonstrasi karena belum

adanya peraturan dan penilaian yang disepakati dalam pertandingan tersebut.

Adanya pencak silat di PON VIII menjadikan titik awal yang membuat semua

insan pencak silat di Indonesia akhirnya merumuskan peraturan dan juga

penilaian yang akan digunakan dalam sebuah pertandingan pencak silat,

perumusan tersebut juga tidak lepas dari berbagai proses seperti revisi dan uji

coba berkali – kali melalui pertandingan yang diselenggarakan oleh IPSI di

berbagai eselon daerah.

Selain itu ada pula tulisan lain berupa skripsi dari Ari Afrizal Sandi pada

tahun 2017 yang berjudul (Pencak Silat Sebagai Sistem (Studi Kasus Pencak

Silat Pangean)). Dalam skripsinya Sandi menjelaskan bahwa pencak silat

pangean adalah pencak silat yang berada di Belilas, Kecamatan Seberida,

Kabupaten Indragiri Hulu, silat pangean merupakan kesenian yang menampilkan

tarian yang didalamnya terdapat ilmu atau gerakan menikam, memopek, dan

juga gerakan menggayung. Setiap orang yang bisa menguasai gerakan menikam,

memopek, dan juga gerakan menggayung biasa dijuluki sebagai pendekar, dalam

kesenian pencak silat Pangean kebanyakan anggota dan peminatnya adalah anak

muda dengan syarat siap patah, siap buta, siap berhutang, dan pandai sekali.

Dalam karya skripsi ini penulis memberikan kesimpulan lima kesimpulan,

pertama untuk masuk dalam pencak silat pangean ini harus mempunyai

persiapan sebagai syarat antara lain memiliki ayam jantan satu ekor, beras

segantang, kain putih, putik limau manis, pisau sebilah, dan cincin perak. Kedua,

untuk mengikuti latihan peserta harus menggunakan peci dan juga kain samping,

jika tidak membawa perlengkapan tersebut peserta hanya diperbolehkan

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 7: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

7

memperhatikan saja di balai latihan pencak silat. Ketiga, dalam pencak silat

Pangean ini memiliki empat langkah dasar atau gerakan dasar yang digunakan

untuk menyerang dan bertahan antara lain yaitu mendayung, melompat dan

menikam. Keempat, dalam pencak silat Pangean ini memiliki struktur yang

dipilih langsung oleh guru pencak silat Pangean yang strukturnya terdiri dari

guru, wakil guru, penghulu laman, induk berempat, anak bungsu dan anak laman

(murid pencak silat Pangean). Kelima, merupakan factor yang mempengaruhi

orang ikut pencak silat pangean antara lain untuk membela diri atau

mempertahankan diri dalam keadaan terancam, sebagai salah satu sarana

memperkuat ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, dan kebanyakan anggota

dari pencak silat Pangean ini dari ajakan anggota yang sudah lulus dan mengajak

orang – orang terdekatnya.

Selain itu ada juga skripsi yang ditulis oleh Galang Putra Bangsa pada

tahun 2018 yang berjudul (Konstruksi Sosial Kekerasan Pada Anggota Pencak

Silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kabupaten Nganjuk). Dalam

penelitiannya ini penulis melatar belakangi penelitian tentang konstruksi sosial

kekerasan pada anggota PSHT ini dikarenakan banyaknya fenomena akan tindak

kekerasan yang dilakukan oleh anggota pencak silat khususnya di Kabupaten

Nganjuk, dari beberapa peristiwa kekerasan oleh anggota kelompok pencak silat

ini tak cukup banyak juga keterlibatan anggota pencak silat Persaudaraan Setia

Hati Terate atau PSHT. Adanya fenomena kekerasan tersebut dikarenakan ada

tiga factor yang mempengarihunya, pertama internalisasi (dimana individu

mengidentifikasikan diri dengan lingkungan atau lembaga – lembaga dan

organisasi sosial di lingkungannya khususnya tempat individu tersebut menjadi

bagian didalamnya), kedua obyektivasi (interaksi sosial dalam lingkungan

intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses instusionalisasi),

ketiga eksternalisasi (merupakan penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural

sebagai produk manusia). Dalam studinya peneliti menjelaskan terjadinya

peristiwa kekerasan ini dikarenakan adanya pemaknaan bahwa tindakan

kekerasan menjadi salah satu media menyalurkan ilmu bela diri yang dipelajari

dalam organisasinya. Melakukan kekerasan juga hal yang bisa di toleransi ketika

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 8: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

8

hal tersebut untuk kepentingan membela orang – orang terdekat yang terancam

dan juga sebagai bentuk perlawanan diri kepada tindakan kekerasan yang

dilakukan oleh kelompok lain.

Ada pula penelitian lain yang mengangkat tentang konflik dari perguruan

pencak silat dari Agus Listiana pada tahun 2013 dengan judul (Dinamika

Konflik Perguruan Silat Setia Hati), pada studi ini menggunakan analisa konflik

Simon Fisher pada perguruan Setia Hati Terate dan Setia Hati Tunas Muda

Winongo di Kabupaten Madiun. Dalam penelitian ini menemukan bahwa kedua

perguruan pencak silat ini merupakan masih satu guru dan belajar di perguruan

SETIA HATI yang di dirikan oleh Ki Ngabehi Soeryodiwiryo atau biasa dikenal

dengan sebutan Eyang Soeryo. Setelah meninggalnya Eyang Soeryo maka

perguruan SETIA HATI pecah menjadi dua yaitu Setia Hati Terate dan Setia

Hati Tunas Muda Winongo dimana masing – masing perguruan ini saling

mendaulat diri sebagai perguruan yang menerapkan ajaran murni SETIA HATI

dari Eyang Soeryo. Saling klaim akan ajaran asli SETIA HATI ini menjadi awal

dari timbulnya konflik dari kedua perguruan tersebut, tidak hanya pada

pendirinya melainkan hingga anggota kedua perguruan silat ini yang

mengakibatkan konflik hingga sekarang. Konflik yang mandarah daging hingga

sekarang ini sering mengakibatkan bentrok besar antara kedua perguruan silat ini

dan korban yang dirugikan sebenarnya adalah masyarakat yang tidak tahu –

menahu, jenis konflik antara kedua perguruan ini merupakan konflik Horizontal

atau konflik antar masyarakat. Sedangkan tipe konflik ini adalah konflik terbuka,

hal tersebut ditunjukan dengan intensitas bentrok antar angota perguruan ini

sangatlah tinggi.

Banyaknya studi terkait perguruan pencak silat inilah yang

melatarbelakangi akan ketertarikan peneliti tentang perguruan pencak silat

khususnya Persaudaraan Setia Hati Terate. Meskipun demikian, kebanyakan

penelitian terkait perguruan pencak silat ini memfokuskan tentang konflik

kekerasan yang ditimbulkan oleh perguruan pencak silat khususnya

Persaudaraan Setia Hati Terate dan Setia Hati Tunas Muda Winongo, hal

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 9: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

9

tersebut juga yang akhirnya melatar belakangi penulis untuk melihat perguran

pencak silat dari sudat pandang lain atau dari sisi lain secara mendalam.

Peneliti memfokuskan pada persaudaraan antar Warga dalam organisasi

dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kabupaten Nganjuk.

Secara gambaran umum perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate

(PSHT) yang menggabungkan antara seni bela diri dan olah batin, peneliti

mencoba menggali lebih dalam tentang Persaudraan Setia Hati Terate (PSHT)

yang bukan dari seni bela dirinya yang diteliti, melainkan dari sistem

kekerabatan antar anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), dalam arti

munculnya ikatan kekerabatan yang sangat erat dengan menjaga tingginya nilai

identitas persaudaran, hal tersebut karena adanya suatu kesatuan yang

membentuk suatu ikatan persaudaraan yang melahirkan rasa kesetiaan kepada

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) oleh para anggotanya dalam suatu inti

untuk selalu tunduk dan mematuhi pepacuh atau larangan yang ada di

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Peneliti mencoba untuk masuk kedalam

organisasi untuk mencari tahu tentang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

tentang fungsi persaudaraan bagi Warga. Selain itu tidak lupa dalam studi

tersebut, peneliti mencoba menggali apa arti dari fungsi persaudaraan bagi

anggota dalam Persaudarraan Setia Hati Terate (PSHT).

1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, bahwa peneliti ingin

mencari tahu apakah fungsi persaudaraan dalam Pencak Silat Persaudaraan Setia

Hati Terate bagi para Warga. Dengan ini peneliti mencoba merumuskan

kedalam bentuk apa fungsi persaudaraan dalam Pencak Silat Persudaraan Setia

Hati Terate bagi Warga di Rayon Gandu, Ranting Bagor, Cabang Nganjuk?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk

mendeskripsikan hal – hal berikut ini :

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 10: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

10

1. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu

pada kebutuhan biologis meliputi jasmani, kekuatan fisik

2. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu

pada kebutuhan instrumental, meliputi berinteraksi, bermoral, berkelompok

dalam membangun kapasitas anggota

3. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu

pada kebutuhan Berintegritas, meliputi nilai-nilai kerohanian

1.4 Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah manfaat berupa:

Manfaat Teoritis :

Penulis melalui penelitian ini berharap agar bisa memberi sumbangsi dan

penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau sumber referensi dalam dunia

keilmuan dan akademik, khususnya dalam penelitian yang berkaitan dengan studi

fungsional dan pencak silat sebagai salah satu fenomena sosial – budaya yang

terus berkembang secara dinamis seiring berkembangnya peradaban.

Manfaat Praktis :

1. Hasil penelitian ini hendaknya menjadi tolak ukur dan memberikan

informasi kepada masyarakat tentang fungsinya suatau komunitas Pencak

Silat dan memberikan gambaran tentang masyarakat pada umumnya,

masyarakat Nganjuk, dan elemen terkait bahwa komunitas PSHT tidak

identik dengan kekerasan dan kebrutalan semata.

2. Dalam penelitian ini juga penulis berharap pada penelitian ini menjadi

salah satu sarana untuk pengaplikasian ilmu yang dipelajari dan diperoleh

selama menjadi mahasiswa baik didalam kelas secara teori maupun saat

praktik kuliah lapangan agar bisa menggambarkan suatu fenomena budaya

yang dianggap peneliti secara menarik dan upgrading pengetahuan bagi

peneliti sebagai bekal untuk mengaplikasikan ilmu dalam masyarakat dan

lingkungan peneliti kelak agar berguna.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 11: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

11

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Persaudaraan Persaudaraan merupakan satu ikatan yang biasa didapat melalui

hubungan keluarga atau memiliki hubungan darah, dalam beberapa komunitas

atau kelompok masyarakat sendiri konsep persaudaraan biasa digunakan sebagai

penanda adanya hubungan yang istimewa atau lebih intim selayaknya keluarga.

Istilah persaudaraan atau saudara diartikan sebagai seseorang yang

mempunyai hubungan dari faktor biologis atau keluarga yang sama, selain

karena adanya hubungan darah istilah persaudaraan juga didevinisikan sebagi

seseorang atau kelompok yang memiliki pengalaman dan tumbuh dalam

lingkungan yang sama (Wilcox, 1997).

Persaudaraan juga dikenal dengan istilah fraternitas yang berasal dari

bahasa latin frater yang berarti saudara yang merupakan perkumpulan pria yang

terorganisir dalam satu lingkungan yang bersahabat dan bersaudara mempunyai

dedikasi yang sama untuk membina anggota dalam bidang intlektual, fisik, dan

juga sosial (https://id.wikipedia.org/wiki/Persaudaraan).

Konsep persaudaraan dalam organisasi ini sendiri tercatat sudah ada

sejak zaman Yunani kuno dimana pada masa itu terdapat lembaga persaudaraan

tepatnya pada abad pertengahan yang dikenal dengan konfranternitas yang

didalamnya terdiri dari kaum awam yang berkoalisi dengan Gereja katolik.

Selain konfranternitas yang didasari akan kesamaan kepercayaan atau agama

ada pula glide merupakan organisasi persaudaraan yang didalamnya terdiri dari

pedagang atau tukang yang didasarkan akan motif ekonomi atau duniawi.

Menurut Tocqueville (1830) terdapat banyak identitas yang dimiliki dan

juga tidak oleh franternitas tergantung oleh struktur dan tujuan dibentuknya,

franternitas atau persaudaran juga mempunyai tingkat kerahasiaan atau

eksklusifitas yang beragam dalam praktikya seperti bentuk inisiasi, kode sikap

yang formal, tata cara ketertiban, dan juga jumlah properti riil dan juga

keberagaman aset yang dimiliki.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 12: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

12

Dalam organisasi bela diri Persaudaraan Setia Hati Terate bisa dikatakan

organisasi yang mengangkat konsep persaudaraan karena dalam konsep

persaudaraan mempunyai hubungan khusus seperti keluarga yang berada dalam

satu lingkungan yang sama dan memiliki kedekatan rasa memiliki antar anggota

satu dengan lainnya. Selain adanya kesamaan lingkungan yaitu dalam

lingkungan Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. Dalam

organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate setiap anggotanya juga

memiliki kesamaan misi dan ketertarikan atau minat yang sama yaitu

mendedikasikan diri untuk membina anggota dalam bidang intelektual, fisik, dan

juga mental sesuai dengan visi dan misi dalam kelompok. Persaudaraan Setia

Hati Terate juga mengedepankan perinsip persaudaraan agar rasa memiliki antar

anggota satu dengan yang lainnya sangat erat.

1.5.2 Komunitas Menurut Soerjono Soekanto (1990: 125-126), komunitas adalah suatu

kelompok yang berkumpul karena memiliki kepentingan yang sama pada suatau

wilayah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Ketika suatu kelompok hadir,

pola interaksi antar anggota melalui diskusi sesuai dengan apa yang senantiasa

dicintai dan menciptakan identitas yang mempersatukan kelompok. Komunitas

merupakan suatu kelompok yang terbentuk melalui adanya ketertarikan bersama

pada suatu bidang tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas adalah

kelompok yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama pada suatu wilayah

tertentu untuk mencapai tujuan bersaama. Komunitas tercipta melalui interaksi

orang- orang dengan sejarah kepentingan di daerah tertentu yang dilakukan

dalam kelompok.

Dalam tulisannya Soekanto (1990:124-125) mengatakan bahwa manusia

memiliki dua kebutuhan yang tertanam sejak lahir atau keinginan yang harus

terpenuhi diantaranya :

1. Sebuah hasrat untuk menyatu atau membaur dengan individu lainnya

yang ada di sekitar mereka atau lingkungan mereka.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 13: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

13

2. Sebuah hasrat untuk dapat menyatu atau membaur dengan alam

sekitarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia akhirnya berusaha dengan

cara membentuk sebuah komunitas atau kelompok sosial dimana didalamnya

setiap individu memiliki peran masing – masing untuk dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan alam dan juga sosial.

Untuk menciptakan sebuah komunitas atau kelompok sosial terdapat

beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh sebuah kelompok sosial agar

memenuhi syarat sebagai sebuah kelompok sosial :

1. Adanya kesadaran dari setiap anggota kelompok bahwa mereka

merupakan unsur dalam suatu kelompok itu sendir.

2. Adanya simbiosis atau hubungan timbal balik dalam masing – masing

anggota kelompok tersebut.

3. Adanya faktor kesamaan yang mendasari antar setiap anggota

kelompok. Faktor yang biasa mendasari dalam sebuah kelompok sosial

seperti kesamaan nasib, kesamaan kepentingan, kesamaan tujuan, dan

kesamaan ideology. Adapun faktor lainnya dalam faktor tersebut adalah

adanya musuh bersama dimana dalam hal ini juga menjadikan faktor

pengikat atau pemersatu dalam sebuah kelompok sosial.

4. Adanya struktur yang disepakati bersama, adanya sebuah pola perilaku

kelompok, dan memiliki kaidah.

5. Adanya sebuah proses dan memiliki sebuah system.

Komunitas sendiri merupakan sebuah unsur dalam kelompok sosial yang

berada dalam masyarakat, komunitas biasanya memiliki kesamaan ketertarikan

dan juga lingkungan. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang

mempunyai arti “sama”, public, dibagi rata atau masal. Komunitas umumnya

terdiri dari beberapa individu yang berbagi lingkungan yang memiliki kesamaan

ketertarikan dan juga kesamaan habitat didalamnya.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 14: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

14

Menurut Koentjaraningrat (1986: 161) Komunitas yang ada dalam

masyarakat memiliki syarat mengikat untuk bersatu menjadi satu kesatuan sosial

manusia, yaitu pusat orientasi, kesamaan karakteristik, interaksi timbal balik,

prasarana untuk interaksi, keberlanjutan, aturan dan norma, identitas sosial,

memiliki lokasi dan kesadaran wilayah yang tetap.

Adapun pendapat lain menurut Koentjaraningrat (1986:154), komunitas

atau kelompok sosial juga diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang

memiliki kesamaan tempat tinggal dalam wilayah tertentu yang melakukan

interaksi secara berkesinambungan yang sesuai dengan adat atau nilai – nilai

yang terikat oleh rasa identitas “community sentiment”.

Berdasarkan pengertian komunitas dari Soekanto dan Koentjaraningrat

dalam sebuah komunitas ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi untuk

mengikat individu didalamnya agar menjadi satu kesatuan. Perguruan pencak

silat Persaudaraan Setia Hati Terate Desa gandu merupakan sebuah komunitas

yang menaungi individu – individu yang memiliki kesamaan ketertarikan akan

ilmu bela diri dan juga kesamaan lingkungan. Dalam Persaudaraan Setia Hati

Terate juga memiliki suatu tujuan, ideology, dan misi yang hendak diraih

bersama. Individu yang tergabung dalam komunitas Persaudaraan Setia Hati

Terate Desa gandu merupakan salah satu contoh bahwa manusia memiliki naluri

untuk selalu hidup dengan berinteraksi dengan manusia lainnya.

1.5.3 Teori Fungsionalisme Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis fungsi komunitas

Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dengan menggunakan teori

Fungsionalisme Bronislaw. Dalam teori yang dikemukakan oleh Malisnowski,

yang menjelaskan beberapa bentuk perilaku budaya yang dipraktekan oleh

seseorang yang berguna dalam pemenuhan kebutuhan hidup bermasyarakat.

Bronislaw Malinowski lahir pada tahun 1884 dan meninggal pada tahun

1942. Ia memulai karirnya sebagai ahli matematika dan kemudian tertarik

mempelajari antropologi selama 4 tahun di Inggris. Malinowski tinggal di Pulau

Trobriand dengan penduduk setempat selama Perang Dunia I untuk mengamati

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 15: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

15

cara hidup di pulau asal Trobriand. Ketika Malinowski tinggal di pulau

Trobriand, dia membuang dirinya dari orang-orang Eropa yang tinggal di sana

dan belajar lebih banyak tentang bahasa asli orang-orang di sekitarnya dan cara

hidup mereka. Ini merupakan upaya Malinowski untuk melihat perspektif

masyarakat adat pulau Trobirand, dan upaya tersebut merupakan salah satu cara

pendekatan penelitian lapangan melalui kegiatan partisipatif yang dapat disebut

observasi partisipatif. Malinowski kemudian menerapkan teori fungsionalisme,

yang mengasumsikan bahwa semua elemen budaya bermanfaat bagi masyarakat

Pulau Trobriand (Ihromi 2017: 76).

Pendekatan fungsional yang digunakan Malinowski memiliki nilai

praktis. Menurut Malinowski, teori fungsionalisme ini dapat memberikan

pemahaman tentang kebiasaan masyarakat yang beragam. Pernyataan ini

dijelaskan oleh Malinowski dan tertuang dalam buku Prinsip Antropologi

Budaya yang diedit oleh Ihromi.

“Nilai praktis dari teori yang disebutkan di atas (teori fungsionalisme) adalah

bahwa ia mengajari kita relatif berbagai kebiasaan dari berbagai; bagaimana adat

istiadat saling bergantung, bagaimana mereka harus dikelola oleh penyiar

religius, oleh tuan kolonial, dan oleh mereka yang secara ekonomi

mengeksploitasi perdagangan dan tenaga kerja masyarakat dari masyarakat

primitif” (Ihromi 2017: 77).

Menurut Malinowski, pada dasarnya seseorang memiliki kesamaan untuk

memenuhi kebutuhan suatu masyarakat, yaitu kebutuhan biologis, integratif dan

psikologis (Haviland 1999: 344). Jenis metode yang berbeda untuk memenuhi

kebutuhan ini adalah kebudayaan. Menurut Malinowski, ada tiga tingkatan

kebutuhan yang harus dikembangkan dalam suatu budaya :

1. Kebudayaan diciptakan dengan tujuan memenuhi kebutuhan biologis

suatu masyarakat.

2. Kebudayaan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan instrumental

masyarakat. Kebutuhan instrumental merupakan aturan dalam bentuk

hukum dan pendidikan.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 16: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

16

3. Kebudayaan hadir karena kebutuhan manusia untuk berintegrasi. Hal ini

bisa dicapai melalui agama dan kesenian.

Pernyataan Malinowski atas tiga hipotesis tentang kesamaan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu biologis, instrumental, dan integratif, digunakan

sebagai tolak ukur untuk menganalisis penelitian ini. Pertama, menunjukkan bahwa

budaya yang diciptakan berperan sebagai kebutuhan biologis dan mengikuti pelatihan

rutin pengurus dan anggota komunitas Pencak Silat PSHT. Kedua, banyak komunitas

besar menggunakan aturan tertulis, seperti undang-undang, sebagai pedoman dalam

komunitas. Namun dalam setiap komunitas terdapat aturan dalam lingkungan yang

menunjukkan hal tersebut secara non verbal atau tidak dapat menggunakan aturan

tertulis untuk menjaga kekerabatan komunitas Pencak Silat PSHT. Ketiga, dalam

pergaulan besar, khususnya yang disebut komunitas, interaksi antar anggota biasanya

dianggap penuh.

Dalam uraian diatas telah dikemukakan bahwa seseorang memiliki kesamaan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tiga kesamaan yaitu biologis,

instrumental dan integratif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendekatan teori

fungsi Malinowski ini berguna untuk diterapkan dalam analisis suatu kebudayaan yang

terdapat dalam masyarakat yang sesuai dengan masyarakatnya seperti komunitas

Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

1.6 Metode Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif. Menurut (Santoso 2005: 44) penelitian deskriptif memiliki tujuan

untuk mendeskripsikan secara sistematis, dan akurat terhadap suatu lokasi tetentu

mengenai berbagai sifat dan faktor yang terkait.

Peneliti berusaha menjelaskan secara detail tentang fungsi Persaudaraan dalam

pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang berpengaruh bagi anggotanya. Metode

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini akan menjelaskan lokasi dan waktu

penelitian, teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, tekni

pengumpulan informan dan yang terakhir teknik analisis data.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 17: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

17

1.6.1 Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian yang ini dilakukan pada sebuah komunitas

pencak silat Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk. Fokus pada pembahasan mengenai persaudaraan komunitas

tersebut. Tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian tentunya adalah

tempat biasanya komunitas pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate ini

berkumpul untuk melakukan kegiatan latihan di lapangan Desa Gandu Desa

Gandu Kecamatan bagor kabupaten Nganjuk. Latihan tersebut biasanya di

laksanakan pada hari Senin, rabu dan sabtu pada pukul 19.00 WIB.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian yang dilakukan ini peneliti menggunakan beberapa

metode yang dapat menunjang suatu teknik dalam pengumpulan data. Dengan

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu obsevasi dan

wawancara, diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi terkait dengan

permasalahan fungsi persaudaraan yang terdapat pada komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate. Berikut adalah pemaparan beberapa teknik

yang akan dilakukan peneliti untuk memperoleh data secara detail :

1.6.2.1 Observasi

Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti menggunakan metode

observasi untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono, observasi merupakan

metode pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala yang

terdapat pada objek penelitian. Observasi yang dimaksud yakni observasi

partisipasi dengan melakukan pengamatan sekaligus keterlibatan langsung

peneliti terhadap seluruh kegiatan yang digunakan sebagai sumber data (2006:

310).

Dengan menggunakan metode observasi, peneliti dapat melakukan

pengamatan secara langsung mengenai kondisi di lapangan tepatnya pada

komunitas pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Dalam melakukan

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 18: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

18

penelitian, tersebut diharapkan peneliti dapat mengetahui pola perilaku,

interaksi antara anggota satu dengan lainnya dengan melakukan pengamatan.

Selain dengan melakukan pengamatan, peneliti dibantu dengan menggunakan

metode observasi partisipasi, yakni pengumpulan atau pencarian data melalui

data yang terdapat dilapangan dan melakukan pengamatan secara langsung

mengenai apa saja aktivitas yang dilakukan pada komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate serta mengikuti beberapa kegiatan. Dalam

melakukan observasi penelitian ini, peneliti mencoba untuk turun langsung

dilapangan dengan mengikuti kegiatan latihan rutin mereka yang dilakukan

setiap tiga kali dalam seminggu di lapangan Desa Gandu Kecamatan Bagor

kabupaten Nganjuk. Dalam penelitian ini penulis akan mengamati berbagai

macam perilaku yang tampak dalam semua elemen yang terlibat ketika latihan

dilakukan seperti mengamati mereka dalam berinteraksi dan lainnya.

1.6.2.2 Wawancara

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian dengan

teknik wawancara agar peneliti dapat memperoleh data secara mendalam serta

informasi secara mendetail mengenai fungsi komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia hati Terate. Menurut Lexy J. Moleong (2000: 135)

wawancara merupakan percakapan antara dua pihak yakni pewawancara

mengajukan berbagai pertanyaan sesuai permasalahan dan informan atau yang

diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dengan

maksud yang tertentu.

Dalam teknik wawancara peneliti akan mengajukan berbagai

pertanyaan yang berpedoman terkait dengan permasalahan agar dapat fokus

dalam mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan. Sebelumnya

melakukan metode wawancara perlu bagi peneliti menyiapkan berbagai

persiapan yang harus dilakukan yakni, pedoman wawancara, buku catatan

lapangan atau dengan menggunakan alat perekam suara agar mempermudah

dalam memperoleh jawaban dari informan. Dengan menggunakan teknik

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 19: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

19

wawancara peneliti dapat memperoleh informasi secara langsung dari informan

baik pengurus atau para anggota yang bergabung dalam komunitas tersebut.

Selain pedoman wawancara adapun persiapan lain yang tidak kalah

penting untuk mempermudah proses pencarian data adalah membangun trust

(kepercayaan), trust sendiri diperoleh dengan cara pendekatan dan juga

intensitas tertemu dengan responden dan elemen yang terlibat dalam objek

penelitian. Dalam penelitian ini sendiri proses membangun trust dilakukan

sejak lama sebelum akhirnya memutuskan objek penelitian karena lingkungan

peneliti dan objek cukup dekat.

Untuk menghimpun data dalam penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa alat bantu seperti catatan lapangan dan juga alat perekam suara yang

selanjutnya diperuntukan membuat transkip wawancara untuk menuliskan hasil

wawancara, dalam penelitian ini peneliti menggunakan telepon selular untuk

mencatat dan merekam setiap data yang diperoleh baik melalui wawancara

maupun observasi dan fenomena yang nampak saat turun lapangan. Selain itu

ada pula kamera khusus dan juga kamera telepon selular yang digunakan untuk

mendapatkan dokumentasi berupa gambar sebagai lampiran penguat data.

Dalam setiap penelitian selalu ada masalah yang ditemukan saat proses

pengumpulan data begitu halnya dengan penelitian ini, masalah yang paling

sering ditemui peneliti saat tahap wawancara adalah menyamakan waktu

dengan informan yang ditentukan mengingat kesibukan masing – masing

informan diluar kegiatan PSHT dan juga ditambah adanya Pandemi Covid-19

yang menyebabkan adanya pembatasan kegiatan bertemu dalam masyarakat

sesuai dengan peraturan Kabupaten Nganjuk dan juga Desa.

1.6.2.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam sebuah penelitian merupakan kegiatan

penghimpunan data sekunder yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

peninggalan terkait dengan objek penelitian biasanya berupa arsip, buku, dan

juga data statistic maupun pembukuan yang berkaitan dengan penelitian ini

beserta dokumentasi pribadi yang dilakukan peneliti berupa foto saat kegiata

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 20: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

20

objek penelitian berlangsung yang dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan data langsung saat dialkukan penelitian (Sudaryono,

2016:90).

Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini sendiri

sebagai data penunjang terkait dengan kegiatan yang dilakukan komunitas

pencak silat Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk. Kegiatan yang ingin direkam dalam penelitian ini seperti

kegiatan latihan rutin, dan juga kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan latihan

rutin baik yang bersifat formal maupun informal.

1.6.2.4 Teknik pemilihan informan

Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat berbagai kriteria dalam

menentukan informan. Untuk menentukan seseorang yang dipilih menjadi

informan peneliti menggunakan teknik pemilihan informan dari James P.

Spradley (1997: 62) yang dijelaskan dalam buku Metode Etnografi dengan

lima kriteria untuk memilih informan diantaranya adanya enkulturasi,

keterlibatan langsung, suasana budaya tidak dikenal, cukup waktu, dan non

analitik.

Selain kepatuhan kepada metode terkait dengan kriteria informan

seperti yang dijelaskan diatas adapun faktor lain yang mempengaruhi

kedalaman dan kevalitan data yang akan digali kepada informan, adanya jarak

dan status akan peneliti dan informan, peneliti dan objek, peneliti dan yang

diteliti biasa membuat jarak yang bisa menjadikan data yang diperlukan kurang

mendalam. Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk mengantisipasi adanya

jarak yang berimbas kepada temuan data peneliti sebelum melakukan

penelitian dan proses penghimpunan melakukan pendekatan personal untuk

membangun trust kepada informan dan juga mengenal karakter dari masing –

masing informan sehingga saat prosesi wawancara tidak ditemukan adanya

kecanggungan dan keraguan dari informan dalam menjawab pertanyaan yang

akan diberikan peneliti dan peneliti tahu bagai mana caranya agar informan

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 21: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

21

tetap tertara dan memberikan data sedalam dan sevalit mungkin tidak berlebih

maupun dikurangi saat wawancara berlangsung.

Dalam penelitian ini untuk menentukan informan peneliti melakukan

observasi terlebih dahulu untuk melihat anggota atau warga dari Persaudaraan

Setia Hati Terate yang dirasa paham dan juga aktif dalam setiap kegiatan yang

dilakukan, dalam kegiatan Persaudaraan Setia Hati Terate ini peneliti

melakukan observasi saat latihan dan juga saat ada kegiatan yang dilakukan

PSHT Desa Gandu dalam rangka menentukan informan yang dinilai mampu

menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Dalam menentukan informan

peneliti melakukan pemilihan juga melalui pertimbangan dan jejak pendapat

dengan warga PSHT di Desa Gandu untuk menemukan anggota yang

mumpuni dan bisa diajak kerjasama sesuai dengan kriteria yang sudah

ditentukan peneliti. Proses penentuan informan terbilang cukup lama meskipun

peneliti juga merupakan anggota atau bagian dari warga PSHT Desa Gandu

ada banyak pertimbangan yang akhirnya diputuskan untuk mewawancarai

informan yang dipilih dan dirasa mewakili setiap unsur dalam organisasi

Persaudaraan Setia Hati Terate Desa Gandu.

Dalam penelitian ini yang mengangkat tentang komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor, Kabupaten

Nganjuk ini peneliti menentukan beberapa aktor yang dianggap kompeten dan

paham akan permasalahan penelitian yang diangkat. Berikut ini merupakan

beberapa anggota dari PSHT yang dipilih peneliti untuk menyelesaikan

masalah penelitian yang diangkat dan dianggap paham sesuai dengan bidang

dan kapasitas mereka masing – masing, diantaranya adalah :

1. Bapak Sutrisno 62 tahun merupakan salah satu sesepuh tingkat II

perguruan PSHT di Desa Gandu yang sehari – hari juga merupakan

pendidik di sekolah tingkat menengah (SMP) di SMP 1 Berbek Nganjuk.

Bapak Sutrisno merupakan salah satu actor yang terlibat langsung dalam

kegiatan yang dilakukan objek penelitian yaitu komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk dan diharapkan melalui Pak Sutrisno mendapat data

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 22: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

22

khususnya sejarah karena beliau sudah cukup lama dalam lingkungan

Persaudaraan Setia Hati Terate.

2. Periadi 40 tahun merupakan penanggung jawab komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk dan juga sehari – hari merupakan perangkat desa, dari

informan tersebut peneliti berharap bisa mendapatkan internal komunitas

yang menjadi objek penelitian dan juga eksternal karena sebagai

penanggung jawab dan juga berhubungan langsung dengan pemerintahan

desa agar terdapat keberagaman dalam data yang diperoleh melalui proses

wawancara.

3. Agus 30 tahun merupakan pelatih pada komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk Sehari – hari agus berprofesi sebagai karyawan

swasta. Informasi yang ingin didapatkan peneliti terkait kegiatan inti

dalam objek penelitian ini yaitu latihan rutin beserta fenomena yang terjadi

didalamnya beserta elemen yang terlibat langsung dalam kegiatan

pelatihan ini.

4. Eko 18 tahun merupakan salah satu siswa di komunitas pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk, sehari – hari eko merupakan pelajar SMA, dari

informan ini peneliti berharap bisa menemukan motivasi apa yang dimiliki

Eko untuk menjadi warga PSHT dan juga apakah yang hendak dilakukan

ketika sudah lulus dan menjadi warga.

5. Wawan 28 tahun merupakan salah satu warga dalam komunitas pencak

silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk. Sehari – hari Wawan merupakan Guru Olahraga di

Sekolah Dasar di Desa Gandu yang diharapkan peneliti dari informan ini

dapat diperoleh informasi tentang fungsi persaudaraan dalam PSHT.

6. Rega 31 tahun juga merupakan salah satu warga dalam komunitas pencak

silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,

Kabupaten Nganjuk. Keseharian informan ini merupakan karyawan swasta

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 23: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

23

dalam salah satu industri di Kabupaten Nganjuk. Pada informan ini selaku

warga peneliti ingin memperoleh data terkait fungsi persaudaraan PSHT

menurut warga.

Dalam proses wawancara untuk memperoleh data terkait penelitian ini

dilakukan secara terpisah dan dengan waktu seluang mungkin yang dimiliki

informan, hal tersebut dilakukan peneliti dengan harapan data yang diperoleh

murni informasi individu bukan dari orang lain dan tanpa adanya intervensi

pihak lain dan juga keterbatasan waktu agar lebih leluasa.

1.6.2.5 Teknik Analisis Data

Studi Antropologi tidak lepas dengan menggunakan penelitian kualitatif,

pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000: 3) penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

terlulis dari seseorang dan proses pengamatan.

Menurut Sudarto (1997: 66) analisis data merupakan cara untuk

mendeskripsikan data yang berasal dari observasi dan wawancara dengan

menjelaskan kenyataan yang terdapat di lapangan.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Husaini dan Purnomo 2009: 85-89),

terdapat tiga alur kegiatan untuk analisis data, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data adalah proses yang dilakukan dari pengumpulan data

kemudian proses pemilihan data dari catatan lapangan.

2. Penyajian data adalah menyajikan deskripsi dari kumpulan informasi

seperti data catatan lapangan yang disusun kemudian melakukan hipotesis

atau penarikan kesimpulan. Penyajian data kualitatif memberikan sajian

dalam bentuk teks dengan menggabungkan informasi yang tersusun

menjadi bentuk yang teratur dan mudah dipahami.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO

Page 24: Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

24

3. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan akhir dari penelitian kualitatif untuk

melakukan penilaian terhadap hasil penelitian di lapangan.

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, observasi partisipan dan

wawancara dianalisis untuk mengambil kesimpulan yang terkait dengan

permasalahan fungsi tersebut. Berdasarkan observasi awal dan wawancara di

lingkungan objek penelitian akhirnya peneliti memutuskan menggunakan

analisa kualitatif.

IR-PERPUSTAKAAN UNAIR

SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO