perguruan pencak silat persaudaraan setia hati terate
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Indonesia terkenal dengan macam – macam budaya dan kesenian yang
beragam mulai dari kesenian tari, pertunjukan, dan juga musik, selain itu ada
pula kesenian lain yang terkenal di kanca dunia yaitu seni bela diri tradisional
salah satu yang sudah populer pada masyarakat Indonesia yaitu pencak silat.
Pencak silat merupakan tradisi yang sudah mengakar bagi masyarakat Indonesia
sehingga dalam pencak silat masing-masing wilayah memiliki aliran gerakan
dan kekhasan seni tersendiri. Pencak silat juga memiliki ilmu kanuragan yang
bisa digunakan untuk meningkatkan daya spiritual seperti fisik dan psikis pada
manusia yang menjalaninya. Unsur fisik dalam pencak silat bisa dipraktikan
dalam latihan seperti berlari, latihan pernapasan otot dan pembelaan diri dengan
jurus masing-masing pencak silat. Unsur psikis bisa disamakan dengan
penerapan ilmu magis dengan cara menghimpun kekuatan yang lebih besar dari
alam serta menambah efektivitas gerakan yang mendapatkan kekebalan magis
terhadap pukulan atau sabetan benda tajam.
Dengan olah fikir manusia pada masa itu akhirnya mampu menciptakan
dan mengembangkan gerakan yang menirukan hewan – hewan yang ditemuinya
seperti halnya harimau, singa, monyet, hingga binatang ular. Peran binatang
sebagai sumber inspirasi dalam menciptakan gerakan pencak silat terhadap
mitos-motos yang dipercayainya. Binatang yang memiliki fisik yang kuat
dibandingkan manusia, menuntut manusia yang memiliki kelebihan akal fikir
untuk mampu mencontoh perkelahian binatang-binatang ganas dan
mengaplikasiakn kepada pencak silat (Maryono. 2000).
Pencak silat yang merupakan salah satu kebudayaan yang ada dalam tiap
suku di Indonesia ini menjadikan salah satu panduan bertahan hidup pada tiap
suku di Indonesia, pada masa kerajaan pencak silat menjadi salah satu cara untuk
mempertahankan diri dan juga melawan pasukan dari kerajaan lainnya yang
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
2
menurut mereka mengancam diri dan raja mereka. Dalam perkembangannya
yang awal mula pencak silat ini dilakukan dengan tangan kosong akhirnya
dikembangkan dengan alat sedemikian rupa agar lebih efisien seperti parang,
keris, perisai, dan juga tombak (Pratama dan Trilaksana, 2018).
Pada masa penjajahan, Indonesia yang masi lekat dengan adat istiadat
dan cenderung tradisional menggunakan sumberdaya dan juga pengetahuan yang
ada untuk merebut kemerdekaan penjajah. Salah satu pencak silat yang ikut
andil dalam usaha memerdekakan Indonesia adalah Persaudaraan Setia Hati
Teratai (PSHT), PSHT sendiri ada sejak tahun 1922 di Kabupaten Madiun pada
tahun tersebut Indonesia masih dalam masa jajahan Belanda dan menjadi salah
organisasi pencak silat yang aktif melawan dengan beladiri yang mereka pelajari
hingga tahun 1942, sedangkan dalam masa penjajahan Jepang PSHT melakukan
kerjasama dalam rangka melestarikan pencak silat hingga kemerdekaan tahun
1945 (Susanti, 2014).
Pencak silat merupakan ilmu bela diri asli dari nusantara serta
merupakan salah satu jenis bela diri yang telah diakui oleh UNESCO. Bangsa
melayu telah mengenal pencak silat sejak masa pra sejarah silam, sebelum
menjadi kesenian seperti sekarang pencak silat juga digunakan untuk bertahan
hidup menghadapi semua tantangan bagi manusia. Pencak silat juga halnya
diciptakan dan dikembangkan guna untuk menghadapi alam yang keras, manusia
harus hidup survive melawan berbagai macam binatang ganas karena saat itu
perkembangan senjata mereka masih hanya berupa alat-alat sederhana (O’ong
Maryono 2000).
Setelah kemerdekaan tepatnya tahun 1948 pada awalnya didirikanlah
organisasi pencak silat untuk pertama kalinya dengan nama IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia) di Solo, pada awalnya IPSI ini berada di bawah naungan PORI
(Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan kesepakatan dari para petinggi
perguruan pencak silat dimana pada awal terbentuknya IPSI ini tak lepas dari
peran 10 perguruan silat besar pada waktu itu (Pratama dan Trilaksana, 2018).
Dalam pendirian IPSI di tahun 1948 ini juga ada andil dari PSHT karena
menjadi salah satu padepokan pencak silat yang tertua dan juga dikenal dengan
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
3
anggotanya yang banyak dan tersebar di hampir semua wilayah di Indonesia
hingga saat ini, selain PSHT perguruan pencak silat lain yang menjadi
penggagas berdirinya IPSI adalah perguruan Persaudaraan Setia Hati, Kelatnas
Indonesia Perisai Diri, PSN Perisai Putih, Tapak Suci Putera Muhammadiyah,
Phasadja Mataram, Perpi Harimurti, Persatuan Pencak Silat Indonesia, PPS
Putera Betawi, KPS Nusantara (www.pb-ipsi.com diakses 16 Maret 2020).
Gambar 1.1 Logo Persaudaraan Setia Hati Terate
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Persaudaraan_Setia_Hati_Terate 12 April 2020)
Pencak silat kemudian berkembang dalam beberapa aliran yang memiliki
suatu ciri khas tersendiri, diantara aliran pencak silat ada yang mengajarkan
teknik penggunaan tenaga dalam. Berikut ini beberapa nama perguruan pencak
silat yang sudah berdiri lama di indonesia, yaitu Perguruan Pencak Silat
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Pencak Silat yang didirikan pada tahun
1922 oleh Ki Hajar Harjo Utomo di Pilangbango Madiun berbentuk organisasi
dan lebih menitikberatkan pada persaudaraan. Perguruan Pencak Silat PSHT ini
memiliki anggota yang tersebar di seluruh Nusantara dan luar Negeri. Pencak
Silat Pagar Nusa (PN) didirikan pada tahun 1915 oleh Gus Maksum Jauhari di
Pondok Pesantren Lirbayo Kediri, dahulu bernama GASMI. Perguruan Pencak
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
4
Silat Pagar Nusa (PN) merupakan perkumpulan pencak silat berbagai warna dari
Nahdatul Ulama (yosef, 2020).
Perguruan Pencak Silat lainya yang sudah berdiri lama di Indonesia dan
mempunyai eksistensi yaitu Perguruan Pencak Silat Gubug Ramaja (PPSGR)
adalah Perguruan Pencak Silat perluasan Seni Bela Diri "Tabib Ketimuran
Gubug" yang didirikan pada tahun 1935 oleh R. Koeshartoyo di Desa Ketanggi,
Kabupaten Ngawi. Pencak Silat Cempaka Putih (PSCP) dahulu bernama Silat
Mardi Anoraga Sakti, didirikan oleh Eyang Mursid, mendirikan Perguruan
Pencak Silat Cempaka Putih (PSCM) di distrik Panekan, Kabupaten Magetan
pada tahun 1964. Perguruan Silat Seni Bela Diri Kung Fu IKSPI (Ikatan
Keluarga Silat Putera Indonesia), biasa dikenal dengan "Kera Sakti", didirikan
pada tahun 1980 oleh Bapak R. Totong Kiemdarto di Desa Nambangan, Kota
Madiun. Pencak Silat Boedi Oetomo (PSBO) didirikan oleh sekelompok
pemuda anggota Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia yang didirikan pada
tahun 1963 oleh Abdul Cholid Subolo dan Imam Mursid. HASDI (Himpunan
Anggota Silat Dasar Indonesia) didirikan oleh Bapak RS. Hasdijatmiko pada
tahun 1961 di Jember (Yosef, 2020).
Persaudaraan Pencak Silat Setia Hati Terate merupakan salah satu
pencak silat yang berasal dari Desa Pilangbango Madiun yang didirikan oleh
Hardjo Utomo pada tahun 1922. Pada awal merintisnya Perguruan Pencak Silat
yang didirikan oleh Hardjo Utomo ini diberi nama Setia Hati Pencak Sports
Club (SH PSC) pada tahun 1942 dan kemudian berganti nama lagi menjadi Setia
Hati Terate. Setia Hati Terate yang semula berstatus Pencak Pencak Silat diubah
menjadi organisasi persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.
Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT merupakan salah
satu budaya pencak silat yang dimiliki bangsa Indonesia yang masih memegang
nilai-nilai keluhurnya yang didirikan pada tahun 1922 berpusat di Madiun Jawa
Timur. Organisasi ini muncul untuk ikut serta dalam mendidik manusia berbudi
pekerti luhur tahu benar dan salah dan ikut serta melestarikan budaya asli
Indonesia (http://blogsetiahatiterate.blogspot.com/2013/05/sejarah-berdirinya-
persaudaraan-setia8.html).
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
5
Selain mengajari pencak silat, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
memiliki ajaran yang lebih dikenal dengan sebutan ke-SH-an/ke- Setia Hati-an.
Jika diartikan dalam bahasa lain mengandung arti “ajaran mengenal diri”, yang
demikian diajarkan dalam organisasi yang mencari jati diri bagi Warga (istilah
untuk anggota PSHT yang sudah lolos serangkaian tes dan sudah diinisiasi dan
terdaftar dalam organisasi pusat di Madiun) mempunyai tujuan utama dalam
mendidik manusia yang mempunyai jiwa yang berbudi luhur tau benar dan
salah.
Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, pentingnya persaudaraan
memiliki prioritas tertinggi. Oleh karena itu, tujuan awal dari organisasi ini
adalah untuk membangun hubungan antar manusia, khususnya para anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) agar menjadi saudara yang sebenarnya.
Namun tanpa menghilangkan nilai - nilai Pencak Silat, Pencak Silat merupakan
olahraga yang memasukkan unsur seni bela diri guna menjaga kehormatan,
keselamatan dan kebahagiaan kebenaran bagi setiap anggotanya. Yang diajarkan
dalam organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate ini di istilahkan
panca dasar, yaitu: 1. Persaudaraan 2. Olahraga 3. Seni 4. Beladiri 5. Ke-setia
hati-an (ke SHan)/ kerohanian.
Dalam penelusuran peneliti di temukan beberapa studi maupun artikel
terdahulu yang terkait tentang pembahasan yang akan ditulis peneliti tentang
pencak silat dan juga PSHT, salah satu karya tentang pencak silat adalah jurnal
yang ditulis oleh Rendra Yulio Pratama dan Agus Trilaksono pada tahun 2018
dengan judul (Perkembangan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Tahun 1948-
1973). Dalam jurnal tersebut penulis menjelaskan bahwa IPSI dibentuk sebagai
sikap kesadaran dari dari berbagai organisasi pencak silat yang menyepakatinya,
pada 18 Mei 1948 dengan tujuan untuk menyatukan dan demi kelangsungan
akan aliran dari berbagai macam perguruan dan kesenian pencak silat yang ada
di Indonesia. Adanya organisasi yang menaungi berbagai macam kesenian
pencak silat di Indonesia ini memberikan dampak positif bagi kelangsungan
salah satu budaya Indonesia ini sendiri dan juga turut serta mempopulerkan
nama bangsa Indonesia melalui salah satu keseniannya, puncaknya pencak silat
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
6
ini mulai dikenal dunia adalah pada tahun 1953 sampai tahun 1961 pencak silat
Indonesia mulai didemonstrasikan dengan tema mengangkat kebudayaan di
beberapa negara seperti Cekoslowakia, Polandia, Uni Soviet, Hongaria dan
Mesir tentunya juga dengan peran penting IPSI dan kementrian PP dan K
(Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Pada tahun 1973 untuk pertama
kalinya pencak silat menjadi salah satu cabang olahraga yang ditandingkan
dalam acara resmi yaitu PON (Pekan Olahraga Nasional) VIII, meskipun pada
waktu hanya sebagai pertandingan eksibisi dan demonstrasi karena belum
adanya peraturan dan penilaian yang disepakati dalam pertandingan tersebut.
Adanya pencak silat di PON VIII menjadikan titik awal yang membuat semua
insan pencak silat di Indonesia akhirnya merumuskan peraturan dan juga
penilaian yang akan digunakan dalam sebuah pertandingan pencak silat,
perumusan tersebut juga tidak lepas dari berbagai proses seperti revisi dan uji
coba berkali – kali melalui pertandingan yang diselenggarakan oleh IPSI di
berbagai eselon daerah.
Selain itu ada pula tulisan lain berupa skripsi dari Ari Afrizal Sandi pada
tahun 2017 yang berjudul (Pencak Silat Sebagai Sistem (Studi Kasus Pencak
Silat Pangean)). Dalam skripsinya Sandi menjelaskan bahwa pencak silat
pangean adalah pencak silat yang berada di Belilas, Kecamatan Seberida,
Kabupaten Indragiri Hulu, silat pangean merupakan kesenian yang menampilkan
tarian yang didalamnya terdapat ilmu atau gerakan menikam, memopek, dan
juga gerakan menggayung. Setiap orang yang bisa menguasai gerakan menikam,
memopek, dan juga gerakan menggayung biasa dijuluki sebagai pendekar, dalam
kesenian pencak silat Pangean kebanyakan anggota dan peminatnya adalah anak
muda dengan syarat siap patah, siap buta, siap berhutang, dan pandai sekali.
Dalam karya skripsi ini penulis memberikan kesimpulan lima kesimpulan,
pertama untuk masuk dalam pencak silat pangean ini harus mempunyai
persiapan sebagai syarat antara lain memiliki ayam jantan satu ekor, beras
segantang, kain putih, putik limau manis, pisau sebilah, dan cincin perak. Kedua,
untuk mengikuti latihan peserta harus menggunakan peci dan juga kain samping,
jika tidak membawa perlengkapan tersebut peserta hanya diperbolehkan
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
7
memperhatikan saja di balai latihan pencak silat. Ketiga, dalam pencak silat
Pangean ini memiliki empat langkah dasar atau gerakan dasar yang digunakan
untuk menyerang dan bertahan antara lain yaitu mendayung, melompat dan
menikam. Keempat, dalam pencak silat Pangean ini memiliki struktur yang
dipilih langsung oleh guru pencak silat Pangean yang strukturnya terdiri dari
guru, wakil guru, penghulu laman, induk berempat, anak bungsu dan anak laman
(murid pencak silat Pangean). Kelima, merupakan factor yang mempengaruhi
orang ikut pencak silat pangean antara lain untuk membela diri atau
mempertahankan diri dalam keadaan terancam, sebagai salah satu sarana
memperkuat ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, dan kebanyakan anggota
dari pencak silat Pangean ini dari ajakan anggota yang sudah lulus dan mengajak
orang – orang terdekatnya.
Selain itu ada juga skripsi yang ditulis oleh Galang Putra Bangsa pada
tahun 2018 yang berjudul (Konstruksi Sosial Kekerasan Pada Anggota Pencak
Silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kabupaten Nganjuk). Dalam
penelitiannya ini penulis melatar belakangi penelitian tentang konstruksi sosial
kekerasan pada anggota PSHT ini dikarenakan banyaknya fenomena akan tindak
kekerasan yang dilakukan oleh anggota pencak silat khususnya di Kabupaten
Nganjuk, dari beberapa peristiwa kekerasan oleh anggota kelompok pencak silat
ini tak cukup banyak juga keterlibatan anggota pencak silat Persaudaraan Setia
Hati Terate atau PSHT. Adanya fenomena kekerasan tersebut dikarenakan ada
tiga factor yang mempengarihunya, pertama internalisasi (dimana individu
mengidentifikasikan diri dengan lingkungan atau lembaga – lembaga dan
organisasi sosial di lingkungannya khususnya tempat individu tersebut menjadi
bagian didalamnya), kedua obyektivasi (interaksi sosial dalam lingkungan
intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses instusionalisasi),
ketiga eksternalisasi (merupakan penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural
sebagai produk manusia). Dalam studinya peneliti menjelaskan terjadinya
peristiwa kekerasan ini dikarenakan adanya pemaknaan bahwa tindakan
kekerasan menjadi salah satu media menyalurkan ilmu bela diri yang dipelajari
dalam organisasinya. Melakukan kekerasan juga hal yang bisa di toleransi ketika
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
8
hal tersebut untuk kepentingan membela orang – orang terdekat yang terancam
dan juga sebagai bentuk perlawanan diri kepada tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh kelompok lain.
Ada pula penelitian lain yang mengangkat tentang konflik dari perguruan
pencak silat dari Agus Listiana pada tahun 2013 dengan judul (Dinamika
Konflik Perguruan Silat Setia Hati), pada studi ini menggunakan analisa konflik
Simon Fisher pada perguruan Setia Hati Terate dan Setia Hati Tunas Muda
Winongo di Kabupaten Madiun. Dalam penelitian ini menemukan bahwa kedua
perguruan pencak silat ini merupakan masih satu guru dan belajar di perguruan
SETIA HATI yang di dirikan oleh Ki Ngabehi Soeryodiwiryo atau biasa dikenal
dengan sebutan Eyang Soeryo. Setelah meninggalnya Eyang Soeryo maka
perguruan SETIA HATI pecah menjadi dua yaitu Setia Hati Terate dan Setia
Hati Tunas Muda Winongo dimana masing – masing perguruan ini saling
mendaulat diri sebagai perguruan yang menerapkan ajaran murni SETIA HATI
dari Eyang Soeryo. Saling klaim akan ajaran asli SETIA HATI ini menjadi awal
dari timbulnya konflik dari kedua perguruan tersebut, tidak hanya pada
pendirinya melainkan hingga anggota kedua perguruan silat ini yang
mengakibatkan konflik hingga sekarang. Konflik yang mandarah daging hingga
sekarang ini sering mengakibatkan bentrok besar antara kedua perguruan silat ini
dan korban yang dirugikan sebenarnya adalah masyarakat yang tidak tahu –
menahu, jenis konflik antara kedua perguruan ini merupakan konflik Horizontal
atau konflik antar masyarakat. Sedangkan tipe konflik ini adalah konflik terbuka,
hal tersebut ditunjukan dengan intensitas bentrok antar angota perguruan ini
sangatlah tinggi.
Banyaknya studi terkait perguruan pencak silat inilah yang
melatarbelakangi akan ketertarikan peneliti tentang perguruan pencak silat
khususnya Persaudaraan Setia Hati Terate. Meskipun demikian, kebanyakan
penelitian terkait perguruan pencak silat ini memfokuskan tentang konflik
kekerasan yang ditimbulkan oleh perguruan pencak silat khususnya
Persaudaraan Setia Hati Terate dan Setia Hati Tunas Muda Winongo, hal
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
9
tersebut juga yang akhirnya melatar belakangi penulis untuk melihat perguran
pencak silat dari sudat pandang lain atau dari sisi lain secara mendalam.
Peneliti memfokuskan pada persaudaraan antar Warga dalam organisasi
dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Kabupaten Nganjuk.
Secara gambaran umum perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate
(PSHT) yang menggabungkan antara seni bela diri dan olah batin, peneliti
mencoba menggali lebih dalam tentang Persaudraan Setia Hati Terate (PSHT)
yang bukan dari seni bela dirinya yang diteliti, melainkan dari sistem
kekerabatan antar anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), dalam arti
munculnya ikatan kekerabatan yang sangat erat dengan menjaga tingginya nilai
identitas persaudaran, hal tersebut karena adanya suatu kesatuan yang
membentuk suatu ikatan persaudaraan yang melahirkan rasa kesetiaan kepada
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) oleh para anggotanya dalam suatu inti
untuk selalu tunduk dan mematuhi pepacuh atau larangan yang ada di
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Peneliti mencoba untuk masuk kedalam
organisasi untuk mencari tahu tentang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
tentang fungsi persaudaraan bagi Warga. Selain itu tidak lupa dalam studi
tersebut, peneliti mencoba menggali apa arti dari fungsi persaudaraan bagi
anggota dalam Persaudarraan Setia Hati Terate (PSHT).
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, bahwa peneliti ingin
mencari tahu apakah fungsi persaudaraan dalam Pencak Silat Persaudaraan Setia
Hati Terate bagi para Warga. Dengan ini peneliti mencoba merumuskan
kedalam bentuk apa fungsi persaudaraan dalam Pencak Silat Persudaraan Setia
Hati Terate bagi Warga di Rayon Gandu, Ranting Bagor, Cabang Nganjuk?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk
mendeskripsikan hal – hal berikut ini :
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
10
1. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu
pada kebutuhan biologis meliputi jasmani, kekuatan fisik
2. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu
pada kebutuhan instrumental, meliputi berinteraksi, bermoral, berkelompok
dalam membangun kapasitas anggota
3. Mendeskripsikan fungsi persaudaraan Warga PSHT yang mengacu
pada kebutuhan Berintegritas, meliputi nilai-nilai kerohanian
1.4 Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah manfaat berupa:
Manfaat Teoritis :
Penulis melalui penelitian ini berharap agar bisa memberi sumbangsi dan
penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau sumber referensi dalam dunia
keilmuan dan akademik, khususnya dalam penelitian yang berkaitan dengan studi
fungsional dan pencak silat sebagai salah satu fenomena sosial – budaya yang
terus berkembang secara dinamis seiring berkembangnya peradaban.
Manfaat Praktis :
1. Hasil penelitian ini hendaknya menjadi tolak ukur dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang fungsinya suatau komunitas Pencak
Silat dan memberikan gambaran tentang masyarakat pada umumnya,
masyarakat Nganjuk, dan elemen terkait bahwa komunitas PSHT tidak
identik dengan kekerasan dan kebrutalan semata.
2. Dalam penelitian ini juga penulis berharap pada penelitian ini menjadi
salah satu sarana untuk pengaplikasian ilmu yang dipelajari dan diperoleh
selama menjadi mahasiswa baik didalam kelas secara teori maupun saat
praktik kuliah lapangan agar bisa menggambarkan suatu fenomena budaya
yang dianggap peneliti secara menarik dan upgrading pengetahuan bagi
peneliti sebagai bekal untuk mengaplikasikan ilmu dalam masyarakat dan
lingkungan peneliti kelak agar berguna.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
11
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Persaudaraan Persaudaraan merupakan satu ikatan yang biasa didapat melalui
hubungan keluarga atau memiliki hubungan darah, dalam beberapa komunitas
atau kelompok masyarakat sendiri konsep persaudaraan biasa digunakan sebagai
penanda adanya hubungan yang istimewa atau lebih intim selayaknya keluarga.
Istilah persaudaraan atau saudara diartikan sebagai seseorang yang
mempunyai hubungan dari faktor biologis atau keluarga yang sama, selain
karena adanya hubungan darah istilah persaudaraan juga didevinisikan sebagi
seseorang atau kelompok yang memiliki pengalaman dan tumbuh dalam
lingkungan yang sama (Wilcox, 1997).
Persaudaraan juga dikenal dengan istilah fraternitas yang berasal dari
bahasa latin frater yang berarti saudara yang merupakan perkumpulan pria yang
terorganisir dalam satu lingkungan yang bersahabat dan bersaudara mempunyai
dedikasi yang sama untuk membina anggota dalam bidang intlektual, fisik, dan
juga sosial (https://id.wikipedia.org/wiki/Persaudaraan).
Konsep persaudaraan dalam organisasi ini sendiri tercatat sudah ada
sejak zaman Yunani kuno dimana pada masa itu terdapat lembaga persaudaraan
tepatnya pada abad pertengahan yang dikenal dengan konfranternitas yang
didalamnya terdiri dari kaum awam yang berkoalisi dengan Gereja katolik.
Selain konfranternitas yang didasari akan kesamaan kepercayaan atau agama
ada pula glide merupakan organisasi persaudaraan yang didalamnya terdiri dari
pedagang atau tukang yang didasarkan akan motif ekonomi atau duniawi.
Menurut Tocqueville (1830) terdapat banyak identitas yang dimiliki dan
juga tidak oleh franternitas tergantung oleh struktur dan tujuan dibentuknya,
franternitas atau persaudaran juga mempunyai tingkat kerahasiaan atau
eksklusifitas yang beragam dalam praktikya seperti bentuk inisiasi, kode sikap
yang formal, tata cara ketertiban, dan juga jumlah properti riil dan juga
keberagaman aset yang dimiliki.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
12
Dalam organisasi bela diri Persaudaraan Setia Hati Terate bisa dikatakan
organisasi yang mengangkat konsep persaudaraan karena dalam konsep
persaudaraan mempunyai hubungan khusus seperti keluarga yang berada dalam
satu lingkungan yang sama dan memiliki kedekatan rasa memiliki antar anggota
satu dengan lainnya. Selain adanya kesamaan lingkungan yaitu dalam
lingkungan Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. Dalam
organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate setiap anggotanya juga
memiliki kesamaan misi dan ketertarikan atau minat yang sama yaitu
mendedikasikan diri untuk membina anggota dalam bidang intelektual, fisik, dan
juga mental sesuai dengan visi dan misi dalam kelompok. Persaudaraan Setia
Hati Terate juga mengedepankan perinsip persaudaraan agar rasa memiliki antar
anggota satu dengan yang lainnya sangat erat.
1.5.2 Komunitas Menurut Soerjono Soekanto (1990: 125-126), komunitas adalah suatu
kelompok yang berkumpul karena memiliki kepentingan yang sama pada suatau
wilayah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Ketika suatu kelompok hadir,
pola interaksi antar anggota melalui diskusi sesuai dengan apa yang senantiasa
dicintai dan menciptakan identitas yang mempersatukan kelompok. Komunitas
merupakan suatu kelompok yang terbentuk melalui adanya ketertarikan bersama
pada suatu bidang tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas adalah
kelompok yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama pada suatu wilayah
tertentu untuk mencapai tujuan bersaama. Komunitas tercipta melalui interaksi
orang- orang dengan sejarah kepentingan di daerah tertentu yang dilakukan
dalam kelompok.
Dalam tulisannya Soekanto (1990:124-125) mengatakan bahwa manusia
memiliki dua kebutuhan yang tertanam sejak lahir atau keinginan yang harus
terpenuhi diantaranya :
1. Sebuah hasrat untuk menyatu atau membaur dengan individu lainnya
yang ada di sekitar mereka atau lingkungan mereka.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
13
2. Sebuah hasrat untuk dapat menyatu atau membaur dengan alam
sekitarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia akhirnya berusaha dengan
cara membentuk sebuah komunitas atau kelompok sosial dimana didalamnya
setiap individu memiliki peran masing – masing untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan alam dan juga sosial.
Untuk menciptakan sebuah komunitas atau kelompok sosial terdapat
beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh sebuah kelompok sosial agar
memenuhi syarat sebagai sebuah kelompok sosial :
1. Adanya kesadaran dari setiap anggota kelompok bahwa mereka
merupakan unsur dalam suatu kelompok itu sendir.
2. Adanya simbiosis atau hubungan timbal balik dalam masing – masing
anggota kelompok tersebut.
3. Adanya faktor kesamaan yang mendasari antar setiap anggota
kelompok. Faktor yang biasa mendasari dalam sebuah kelompok sosial
seperti kesamaan nasib, kesamaan kepentingan, kesamaan tujuan, dan
kesamaan ideology. Adapun faktor lainnya dalam faktor tersebut adalah
adanya musuh bersama dimana dalam hal ini juga menjadikan faktor
pengikat atau pemersatu dalam sebuah kelompok sosial.
4. Adanya struktur yang disepakati bersama, adanya sebuah pola perilaku
kelompok, dan memiliki kaidah.
5. Adanya sebuah proses dan memiliki sebuah system.
Komunitas sendiri merupakan sebuah unsur dalam kelompok sosial yang
berada dalam masyarakat, komunitas biasanya memiliki kesamaan ketertarikan
dan juga lingkungan. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang
mempunyai arti “sama”, public, dibagi rata atau masal. Komunitas umumnya
terdiri dari beberapa individu yang berbagi lingkungan yang memiliki kesamaan
ketertarikan dan juga kesamaan habitat didalamnya.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
14
Menurut Koentjaraningrat (1986: 161) Komunitas yang ada dalam
masyarakat memiliki syarat mengikat untuk bersatu menjadi satu kesatuan sosial
manusia, yaitu pusat orientasi, kesamaan karakteristik, interaksi timbal balik,
prasarana untuk interaksi, keberlanjutan, aturan dan norma, identitas sosial,
memiliki lokasi dan kesadaran wilayah yang tetap.
Adapun pendapat lain menurut Koentjaraningrat (1986:154), komunitas
atau kelompok sosial juga diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang
memiliki kesamaan tempat tinggal dalam wilayah tertentu yang melakukan
interaksi secara berkesinambungan yang sesuai dengan adat atau nilai – nilai
yang terikat oleh rasa identitas “community sentiment”.
Berdasarkan pengertian komunitas dari Soekanto dan Koentjaraningrat
dalam sebuah komunitas ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi untuk
mengikat individu didalamnya agar menjadi satu kesatuan. Perguruan pencak
silat Persaudaraan Setia Hati Terate Desa gandu merupakan sebuah komunitas
yang menaungi individu – individu yang memiliki kesamaan ketertarikan akan
ilmu bela diri dan juga kesamaan lingkungan. Dalam Persaudaraan Setia Hati
Terate juga memiliki suatu tujuan, ideology, dan misi yang hendak diraih
bersama. Individu yang tergabung dalam komunitas Persaudaraan Setia Hati
Terate Desa gandu merupakan salah satu contoh bahwa manusia memiliki naluri
untuk selalu hidup dengan berinteraksi dengan manusia lainnya.
1.5.3 Teori Fungsionalisme Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis fungsi komunitas
Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dengan menggunakan teori
Fungsionalisme Bronislaw. Dalam teori yang dikemukakan oleh Malisnowski,
yang menjelaskan beberapa bentuk perilaku budaya yang dipraktekan oleh
seseorang yang berguna dalam pemenuhan kebutuhan hidup bermasyarakat.
Bronislaw Malinowski lahir pada tahun 1884 dan meninggal pada tahun
1942. Ia memulai karirnya sebagai ahli matematika dan kemudian tertarik
mempelajari antropologi selama 4 tahun di Inggris. Malinowski tinggal di Pulau
Trobriand dengan penduduk setempat selama Perang Dunia I untuk mengamati
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
15
cara hidup di pulau asal Trobriand. Ketika Malinowski tinggal di pulau
Trobriand, dia membuang dirinya dari orang-orang Eropa yang tinggal di sana
dan belajar lebih banyak tentang bahasa asli orang-orang di sekitarnya dan cara
hidup mereka. Ini merupakan upaya Malinowski untuk melihat perspektif
masyarakat adat pulau Trobirand, dan upaya tersebut merupakan salah satu cara
pendekatan penelitian lapangan melalui kegiatan partisipatif yang dapat disebut
observasi partisipatif. Malinowski kemudian menerapkan teori fungsionalisme,
yang mengasumsikan bahwa semua elemen budaya bermanfaat bagi masyarakat
Pulau Trobriand (Ihromi 2017: 76).
Pendekatan fungsional yang digunakan Malinowski memiliki nilai
praktis. Menurut Malinowski, teori fungsionalisme ini dapat memberikan
pemahaman tentang kebiasaan masyarakat yang beragam. Pernyataan ini
dijelaskan oleh Malinowski dan tertuang dalam buku Prinsip Antropologi
Budaya yang diedit oleh Ihromi.
“Nilai praktis dari teori yang disebutkan di atas (teori fungsionalisme) adalah
bahwa ia mengajari kita relatif berbagai kebiasaan dari berbagai; bagaimana adat
istiadat saling bergantung, bagaimana mereka harus dikelola oleh penyiar
religius, oleh tuan kolonial, dan oleh mereka yang secara ekonomi
mengeksploitasi perdagangan dan tenaga kerja masyarakat dari masyarakat
primitif” (Ihromi 2017: 77).
Menurut Malinowski, pada dasarnya seseorang memiliki kesamaan untuk
memenuhi kebutuhan suatu masyarakat, yaitu kebutuhan biologis, integratif dan
psikologis (Haviland 1999: 344). Jenis metode yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah kebudayaan. Menurut Malinowski, ada tiga tingkatan
kebutuhan yang harus dikembangkan dalam suatu budaya :
1. Kebudayaan diciptakan dengan tujuan memenuhi kebutuhan biologis
suatu masyarakat.
2. Kebudayaan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan instrumental
masyarakat. Kebutuhan instrumental merupakan aturan dalam bentuk
hukum dan pendidikan.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
16
3. Kebudayaan hadir karena kebutuhan manusia untuk berintegrasi. Hal ini
bisa dicapai melalui agama dan kesenian.
Pernyataan Malinowski atas tiga hipotesis tentang kesamaan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu biologis, instrumental, dan integratif, digunakan
sebagai tolak ukur untuk menganalisis penelitian ini. Pertama, menunjukkan bahwa
budaya yang diciptakan berperan sebagai kebutuhan biologis dan mengikuti pelatihan
rutin pengurus dan anggota komunitas Pencak Silat PSHT. Kedua, banyak komunitas
besar menggunakan aturan tertulis, seperti undang-undang, sebagai pedoman dalam
komunitas. Namun dalam setiap komunitas terdapat aturan dalam lingkungan yang
menunjukkan hal tersebut secara non verbal atau tidak dapat menggunakan aturan
tertulis untuk menjaga kekerabatan komunitas Pencak Silat PSHT. Ketiga, dalam
pergaulan besar, khususnya yang disebut komunitas, interaksi antar anggota biasanya
dianggap penuh.
Dalam uraian diatas telah dikemukakan bahwa seseorang memiliki kesamaan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tiga kesamaan yaitu biologis,
instrumental dan integratif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendekatan teori
fungsi Malinowski ini berguna untuk diterapkan dalam analisis suatu kebudayaan yang
terdapat dalam masyarakat yang sesuai dengan masyarakatnya seperti komunitas
Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
1.6 Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Menurut (Santoso 2005: 44) penelitian deskriptif memiliki tujuan
untuk mendeskripsikan secara sistematis, dan akurat terhadap suatu lokasi tetentu
mengenai berbagai sifat dan faktor yang terkait.
Peneliti berusaha menjelaskan secara detail tentang fungsi Persaudaraan dalam
pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate yang berpengaruh bagi anggotanya. Metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini akan menjelaskan lokasi dan waktu
penelitian, teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, tekni
pengumpulan informan dan yang terakhir teknik analisis data.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
17
1.6.1 Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian yang ini dilakukan pada sebuah komunitas
pencak silat Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk. Fokus pada pembahasan mengenai persaudaraan komunitas
tersebut. Tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian tentunya adalah
tempat biasanya komunitas pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate ini
berkumpul untuk melakukan kegiatan latihan di lapangan Desa Gandu Desa
Gandu Kecamatan bagor kabupaten Nganjuk. Latihan tersebut biasanya di
laksanakan pada hari Senin, rabu dan sabtu pada pukul 19.00 WIB.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian yang dilakukan ini peneliti menggunakan beberapa
metode yang dapat menunjang suatu teknik dalam pengumpulan data. Dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu obsevasi dan
wawancara, diharapkan peneliti dapat memperoleh informasi terkait dengan
permasalahan fungsi persaudaraan yang terdapat pada komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate. Berikut adalah pemaparan beberapa teknik
yang akan dilakukan peneliti untuk memperoleh data secara detail :
1.6.2.1 Observasi
Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti menggunakan metode
observasi untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono, observasi merupakan
metode pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala yang
terdapat pada objek penelitian. Observasi yang dimaksud yakni observasi
partisipasi dengan melakukan pengamatan sekaligus keterlibatan langsung
peneliti terhadap seluruh kegiatan yang digunakan sebagai sumber data (2006:
310).
Dengan menggunakan metode observasi, peneliti dapat melakukan
pengamatan secara langsung mengenai kondisi di lapangan tepatnya pada
komunitas pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Dalam melakukan
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
18
penelitian, tersebut diharapkan peneliti dapat mengetahui pola perilaku,
interaksi antara anggota satu dengan lainnya dengan melakukan pengamatan.
Selain dengan melakukan pengamatan, peneliti dibantu dengan menggunakan
metode observasi partisipasi, yakni pengumpulan atau pencarian data melalui
data yang terdapat dilapangan dan melakukan pengamatan secara langsung
mengenai apa saja aktivitas yang dilakukan pada komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate serta mengikuti beberapa kegiatan. Dalam
melakukan observasi penelitian ini, peneliti mencoba untuk turun langsung
dilapangan dengan mengikuti kegiatan latihan rutin mereka yang dilakukan
setiap tiga kali dalam seminggu di lapangan Desa Gandu Kecamatan Bagor
kabupaten Nganjuk. Dalam penelitian ini penulis akan mengamati berbagai
macam perilaku yang tampak dalam semua elemen yang terlibat ketika latihan
dilakukan seperti mengamati mereka dalam berinteraksi dan lainnya.
1.6.2.2 Wawancara
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian dengan
teknik wawancara agar peneliti dapat memperoleh data secara mendalam serta
informasi secara mendetail mengenai fungsi komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia hati Terate. Menurut Lexy J. Moleong (2000: 135)
wawancara merupakan percakapan antara dua pihak yakni pewawancara
mengajukan berbagai pertanyaan sesuai permasalahan dan informan atau yang
diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dengan
maksud yang tertentu.
Dalam teknik wawancara peneliti akan mengajukan berbagai
pertanyaan yang berpedoman terkait dengan permasalahan agar dapat fokus
dalam mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan. Sebelumnya
melakukan metode wawancara perlu bagi peneliti menyiapkan berbagai
persiapan yang harus dilakukan yakni, pedoman wawancara, buku catatan
lapangan atau dengan menggunakan alat perekam suara agar mempermudah
dalam memperoleh jawaban dari informan. Dengan menggunakan teknik
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
19
wawancara peneliti dapat memperoleh informasi secara langsung dari informan
baik pengurus atau para anggota yang bergabung dalam komunitas tersebut.
Selain pedoman wawancara adapun persiapan lain yang tidak kalah
penting untuk mempermudah proses pencarian data adalah membangun trust
(kepercayaan), trust sendiri diperoleh dengan cara pendekatan dan juga
intensitas tertemu dengan responden dan elemen yang terlibat dalam objek
penelitian. Dalam penelitian ini sendiri proses membangun trust dilakukan
sejak lama sebelum akhirnya memutuskan objek penelitian karena lingkungan
peneliti dan objek cukup dekat.
Untuk menghimpun data dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa alat bantu seperti catatan lapangan dan juga alat perekam suara yang
selanjutnya diperuntukan membuat transkip wawancara untuk menuliskan hasil
wawancara, dalam penelitian ini peneliti menggunakan telepon selular untuk
mencatat dan merekam setiap data yang diperoleh baik melalui wawancara
maupun observasi dan fenomena yang nampak saat turun lapangan. Selain itu
ada pula kamera khusus dan juga kamera telepon selular yang digunakan untuk
mendapatkan dokumentasi berupa gambar sebagai lampiran penguat data.
Dalam setiap penelitian selalu ada masalah yang ditemukan saat proses
pengumpulan data begitu halnya dengan penelitian ini, masalah yang paling
sering ditemui peneliti saat tahap wawancara adalah menyamakan waktu
dengan informan yang ditentukan mengingat kesibukan masing – masing
informan diluar kegiatan PSHT dan juga ditambah adanya Pandemi Covid-19
yang menyebabkan adanya pembatasan kegiatan bertemu dalam masyarakat
sesuai dengan peraturan Kabupaten Nganjuk dan juga Desa.
1.6.2.3 Dokumentasi
Dokumentasi dalam sebuah penelitian merupakan kegiatan
penghimpunan data sekunder yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
peninggalan terkait dengan objek penelitian biasanya berupa arsip, buku, dan
juga data statistic maupun pembukuan yang berkaitan dengan penelitian ini
beserta dokumentasi pribadi yang dilakukan peneliti berupa foto saat kegiata
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
20
objek penelitian berlangsung yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan data langsung saat dialkukan penelitian (Sudaryono,
2016:90).
Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini sendiri
sebagai data penunjang terkait dengan kegiatan yang dilakukan komunitas
pencak silat Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk. Kegiatan yang ingin direkam dalam penelitian ini seperti
kegiatan latihan rutin, dan juga kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan latihan
rutin baik yang bersifat formal maupun informal.
1.6.2.4 Teknik pemilihan informan
Dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat berbagai kriteria dalam
menentukan informan. Untuk menentukan seseorang yang dipilih menjadi
informan peneliti menggunakan teknik pemilihan informan dari James P.
Spradley (1997: 62) yang dijelaskan dalam buku Metode Etnografi dengan
lima kriteria untuk memilih informan diantaranya adanya enkulturasi,
keterlibatan langsung, suasana budaya tidak dikenal, cukup waktu, dan non
analitik.
Selain kepatuhan kepada metode terkait dengan kriteria informan
seperti yang dijelaskan diatas adapun faktor lain yang mempengaruhi
kedalaman dan kevalitan data yang akan digali kepada informan, adanya jarak
dan status akan peneliti dan informan, peneliti dan objek, peneliti dan yang
diteliti biasa membuat jarak yang bisa menjadikan data yang diperlukan kurang
mendalam. Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk mengantisipasi adanya
jarak yang berimbas kepada temuan data peneliti sebelum melakukan
penelitian dan proses penghimpunan melakukan pendekatan personal untuk
membangun trust kepada informan dan juga mengenal karakter dari masing –
masing informan sehingga saat prosesi wawancara tidak ditemukan adanya
kecanggungan dan keraguan dari informan dalam menjawab pertanyaan yang
akan diberikan peneliti dan peneliti tahu bagai mana caranya agar informan
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
21
tetap tertara dan memberikan data sedalam dan sevalit mungkin tidak berlebih
maupun dikurangi saat wawancara berlangsung.
Dalam penelitian ini untuk menentukan informan peneliti melakukan
observasi terlebih dahulu untuk melihat anggota atau warga dari Persaudaraan
Setia Hati Terate yang dirasa paham dan juga aktif dalam setiap kegiatan yang
dilakukan, dalam kegiatan Persaudaraan Setia Hati Terate ini peneliti
melakukan observasi saat latihan dan juga saat ada kegiatan yang dilakukan
PSHT Desa Gandu dalam rangka menentukan informan yang dinilai mampu
menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Dalam menentukan informan
peneliti melakukan pemilihan juga melalui pertimbangan dan jejak pendapat
dengan warga PSHT di Desa Gandu untuk menemukan anggota yang
mumpuni dan bisa diajak kerjasama sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan peneliti. Proses penentuan informan terbilang cukup lama meskipun
peneliti juga merupakan anggota atau bagian dari warga PSHT Desa Gandu
ada banyak pertimbangan yang akhirnya diputuskan untuk mewawancarai
informan yang dipilih dan dirasa mewakili setiap unsur dalam organisasi
Persaudaraan Setia Hati Terate Desa Gandu.
Dalam penelitian ini yang mengangkat tentang komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia hati Terate di Desa Gandu, kecamatan Bagor, Kabupaten
Nganjuk ini peneliti menentukan beberapa aktor yang dianggap kompeten dan
paham akan permasalahan penelitian yang diangkat. Berikut ini merupakan
beberapa anggota dari PSHT yang dipilih peneliti untuk menyelesaikan
masalah penelitian yang diangkat dan dianggap paham sesuai dengan bidang
dan kapasitas mereka masing – masing, diantaranya adalah :
1. Bapak Sutrisno 62 tahun merupakan salah satu sesepuh tingkat II
perguruan PSHT di Desa Gandu yang sehari – hari juga merupakan
pendidik di sekolah tingkat menengah (SMP) di SMP 1 Berbek Nganjuk.
Bapak Sutrisno merupakan salah satu actor yang terlibat langsung dalam
kegiatan yang dilakukan objek penelitian yaitu komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk dan diharapkan melalui Pak Sutrisno mendapat data
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
22
khususnya sejarah karena beliau sudah cukup lama dalam lingkungan
Persaudaraan Setia Hati Terate.
2. Periadi 40 tahun merupakan penanggung jawab komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk dan juga sehari – hari merupakan perangkat desa, dari
informan tersebut peneliti berharap bisa mendapatkan internal komunitas
yang menjadi objek penelitian dan juga eksternal karena sebagai
penanggung jawab dan juga berhubungan langsung dengan pemerintahan
desa agar terdapat keberagaman dalam data yang diperoleh melalui proses
wawancara.
3. Agus 30 tahun merupakan pelatih pada komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk Sehari – hari agus berprofesi sebagai karyawan
swasta. Informasi yang ingin didapatkan peneliti terkait kegiatan inti
dalam objek penelitian ini yaitu latihan rutin beserta fenomena yang terjadi
didalamnya beserta elemen yang terlibat langsung dalam kegiatan
pelatihan ini.
4. Eko 18 tahun merupakan salah satu siswa di komunitas pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk, sehari – hari eko merupakan pelajar SMA, dari
informan ini peneliti berharap bisa menemukan motivasi apa yang dimiliki
Eko untuk menjadi warga PSHT dan juga apakah yang hendak dilakukan
ketika sudah lulus dan menjadi warga.
5. Wawan 28 tahun merupakan salah satu warga dalam komunitas pencak
silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk. Sehari – hari Wawan merupakan Guru Olahraga di
Sekolah Dasar di Desa Gandu yang diharapkan peneliti dari informan ini
dapat diperoleh informasi tentang fungsi persaudaraan dalam PSHT.
6. Rega 31 tahun juga merupakan salah satu warga dalam komunitas pencak
silat Persaudaraan Setia Hati Terate di Desa Gandu, Kecamatan Bagor,
Kabupaten Nganjuk. Keseharian informan ini merupakan karyawan swasta
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
23
dalam salah satu industri di Kabupaten Nganjuk. Pada informan ini selaku
warga peneliti ingin memperoleh data terkait fungsi persaudaraan PSHT
menurut warga.
Dalam proses wawancara untuk memperoleh data terkait penelitian ini
dilakukan secara terpisah dan dengan waktu seluang mungkin yang dimiliki
informan, hal tersebut dilakukan peneliti dengan harapan data yang diperoleh
murni informasi individu bukan dari orang lain dan tanpa adanya intervensi
pihak lain dan juga keterbatasan waktu agar lebih leluasa.
1.6.2.5 Teknik Analisis Data
Studi Antropologi tidak lepas dengan menggunakan penelitian kualitatif,
pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000: 3) penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
terlulis dari seseorang dan proses pengamatan.
Menurut Sudarto (1997: 66) analisis data merupakan cara untuk
mendeskripsikan data yang berasal dari observasi dan wawancara dengan
menjelaskan kenyataan yang terdapat di lapangan.
Menurut Miles dan Huberman (dalam Husaini dan Purnomo 2009: 85-89),
terdapat tiga alur kegiatan untuk analisis data, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data adalah proses yang dilakukan dari pengumpulan data
kemudian proses pemilihan data dari catatan lapangan.
2. Penyajian data adalah menyajikan deskripsi dari kumpulan informasi
seperti data catatan lapangan yang disusun kemudian melakukan hipotesis
atau penarikan kesimpulan. Penyajian data kualitatif memberikan sajian
dalam bentuk teks dengan menggabungkan informasi yang tersusun
menjadi bentuk yang teratur dan mudah dipahami.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO
24
3. Penarikan kesimpulan adalah kegiatan akhir dari penelitian kualitatif untuk
melakukan penilaian terhadap hasil penelitian di lapangan.
Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, observasi partisipan dan
wawancara dianalisis untuk mengambil kesimpulan yang terkait dengan
permasalahan fungsi tersebut. Berdasarkan observasi awal dan wawancara di
lingkungan objek penelitian akhirnya peneliti memutuskan menggunakan
analisa kualitatif.
IR-PERPUSTAKAAN UNAIR
SKRIPSI PERGURUAN PENCAK SILAT ... AGUS SUPRIANTO