pergeseran, tingkat keakuratan, dan tingkat …

15
72 PERGESERAN, TINGKAT KEAKURATAN, DAN TINGKAT KETERBACAAN DALAM PENERJEMAHAN KOSAKATA TEKNIS PANDEMI KORONA (Translation Shift, Accuracy Level, and the Level of Readability in Translation Corona Pandemic Technical Vocabulary) oleh/by Nikolaus Rendi P. Hadi Yanuarria K. Perwira Sintaria Kusumaningrum SMP Masehi 3 PSAKˡ, FIB Universitas Sebelas Maret², SMP YSKI Semarang³ Jalan Gemah Raya 8 Semarangˡ, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Surakarta², Jalan Sidodadi 23 Semarang³ 085647304344ˡ, 081390601065², 08988634956³ [email protected]ˡ, [email protected]², [email protected]³ *) Diterima: 9 Februari 2021, Disetujui: 19 April 2021 ABSTRAK Fokus penelitian ini adalah menemukan pergeseran penerjemahan serta mengungkapkan tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi Covid-19 dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori penerjemahan Catford (1965) dan Baker (1992). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diambil dari lini masa Facebook dan Instagram Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa antara tanggal 10 Maret 20206 Oktober 2020. Pengumpulan data menggunakan teknik catat, rekam, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tujuh belas pergeseran, yaitu enam belas pergeseran struktur dan satu pergeseran kelas kata. Berdasarkan penilaian beberapa informan ahli, ditemukan bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat; 7,47% pengalihan makna kurang akurat; dan 0,93% pengalihan makna tidak akurat. Selain itu, para informan ahli juga menilai bahwa dari 20,51% tingkat keterbacaan penerjemahan, 71,01% dikategorikan sangat mudah, 15,94% dikategorikan mudah, 13,08% dikategorikan sulit, dan 4,34% dikategorikan sangat sulit. Kata kunci: pergeseran penerjemahan, tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, bahasa sumber, bahasa sasaran. ABSTRACT This research focuses on finding translation shifts, exposing translation level of accuracy, and the level of readability of translation of Covid-19 pandemic technical vocabulary from English to Indonesian. The theory used as the base of analysis for this research are the theory of translation by Catford (1965) and Baker (1992). This research uses descriptive qualitative approach. The data used in this research is taken from Facebook and Instagram timeline of Language Development Agency between 10 March 2020 until

Upload: others

Post on 19-Feb-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

72

PERGESERAN, TINGKAT KEAKURATAN,

DAN TINGKAT KETERBACAAN DALAM PENERJEMAHAN

KOSAKATA TEKNIS PANDEMI KORONA

(Translation Shift, Accuracy Level, and the Level of Readability in Translation

Corona Pandemic Technical Vocabulary)

oleh/by

Nikolaus Rendi P. Hadi

Yanuarria K. Perwira

Sintaria Kusumaningrum

SMP Masehi 3 PSAKˡ, FIB Universitas Sebelas Maret², SMP YSKI Semarang³

Jalan Gemah Raya 8 Semarangˡ, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Surakarta²,

Jalan Sidodadi 23 Semarang³

085647304344ˡ, 081390601065², 08988634956³

[email protected]ˡ, [email protected]², [email protected]³

*) Diterima: 9 Februari 2021, Disetujui: 19 April 2021

ABSTRAK

Fokus penelitian ini adalah menemukan pergeseran penerjemahan serta mengungkapkan

tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi

Covid-19 dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar

analisis adalah teori penerjemahan Catford (1965) dan Baker (1992). Penelitian ini

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diambil dari lini masa

Facebook dan Instagram Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa antara tanggal 10

Maret 2020—6 Oktober 2020. Pengumpulan data menggunakan teknik catat, rekam, dan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tujuh belas pergeseran, yaitu

enam belas pergeseran struktur dan satu pergeseran kelas kata. Berdasarkan penilaian

beberapa informan ahli, ditemukan bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat;

7,47% pengalihan makna kurang akurat; dan 0,93% pengalihan makna tidak akurat.

Selain itu, para informan ahli juga menilai bahwa dari 20,51% tingkat keterbacaan

penerjemahan, 71,01% dikategorikan sangat mudah, 15,94% dikategorikan mudah,

13,08% dikategorikan sulit, dan 4,34% dikategorikan sangat sulit.

Kata kunci: pergeseran penerjemahan, tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, bahasa

sumber, bahasa sasaran.

ABSTRACT

This research focuses on finding translation shifts, exposing translation level of accuracy,

and the level of readability of translation of Covid-19 pandemic technical vocabulary

from English to Indonesian. The theory used as the base of analysis for this research are

the theory of translation by Catford (1965) and Baker (1992). This research uses

descriptive qualitative approach. The data used in this research is taken from Facebook

and Instagram timeline of Language Development Agency between 10 March 2020 until

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

73

6 October 2020. Note-taking, recording and questionnaire technique were used to gather

the data. The result of this research shows that there are 17 shifts, they are 16 structural

shifts and 1 shift of word class. Based on raters’ rate, that from 91.58% rated transfer of

meaning, there are 7.47% are less accurate, and there is only 0.93% inaccurate transfer

of meaning. Moreover, they also mentioned that from 20.51% translation readability

rate, there are 71.01% are categorized as very readable, 15.94% are readable, 13.08%

are less readable, and 4.34% are categorized as least readable.

Keywords: translation shift, level of accuracy, level of readability, source language,

target language.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu linguistik tidak

dapat dilepaskan dari dunia

penerjemahan. Penerjemahan tidak

hanya sekadar mengganti kata, frasa,

klausa, kalimat, atau wacana dari bahasa

sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran

(BSa). Penerjemahan harus dimaknai

sebagai pengalihbahasaan atau

pengungkapan kembali pesan dan

konteks secara utuh dari bahasa sumber

(BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa)

secara utuh.

Penerjemahan atau alih bahasa

tidak dapat dihindari di era globalisasi

ini. Kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi sangat

memungkinkan suatu kosakata

dialihbahasakan ke dalam berbagai

bahasa sasaran. Berbagai padan istilah

dalam bahasa Indonesia pun muncul

akibat dinamisnya perkembangan

kosakata global.

Dewasa ini pandemi Covid-19

juga memunculkan banyak kosakata

teknis di bidang kesehatan, sebut saja

work from home, droplet, rapid test, dan

swab test. Seiring munculnya kosakata-

kosakata tersebut, Badan Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa sebagai

ujung tombak penjaga wibawa bahasa

Indonesia akhir-akhir ini sering

mengunggah kosakata mutakhir bidang

kesehatan atau pandemi di lini masa

Facebook, Twitter, maupun Instagram-

nya. Saat ini jejaring sosial memang

merupakan media paling efektif dalam

menyosialisasikan padanan kata terbaru

bahasa Indonesia kepada warganet

milenial.

Proses pengalihan bahasa pada

dasarnya harus melewati tahapan-

tahapan ilmiah yang melibatkan analisis

bahasa sumber (BSu) dan pengalihan

makna teks sesuai dengan kaidah

gramatikal bahasa sasaran (BSa).

Meskipun banyak kosakata asing telah

diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, banyak masyarakat pada

umumnya atau warganet khususnya

yang masih merasa bahwa beberapa

kosakata tersebut tidak sesuai atau

kurang pas. Untuk membuktikan secara

ilmiah ada tidaknya ketidaksesuaian

tersebut, penelitian ini mencoba

melakukan penilaian kualitas

terjemahan kosakata di masa pandemi

Covid-19 yang melibatkan ahli

penerjemahan.

Menurut Larson (1991: 532),

paling tidak ada beberapa alasan menilai

terjemahan, yaitu mengetahui tingkat

keakuratan, kejelasan, tingkat

kewajaran, dan uji keterbacaan.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pergeseran (shift in translation), tingkat

keakuratan, dan tingkat keterbacaan

dalam penerjemahan kosakata teknis

bahasa Inggris ke dalam bahasa

Indonesia di masa pandemi Covid-19.

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

74

Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif untuk

menganalisis pergeseran penerjemahan.

Penelitian ini juga didukung pendekatan

kuantitatif dalam menentukan tingkat

keakuratan dan tingkat keterbacaan dari

para informan ahli yang tersaji dalam

kuesioner.

Data penelitian ini diambil dari lini

masa media sosial Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

baik melalui Instagram, Twitter,

maupun Facebook. Data yang diambil

adalah kosakata bidang pandemi Covid-

19 yang diunggah pada 10 Maret 2020

sampai dengan 6 Oktober 2020.

Data penelitian ini juga

dikumpulkan melalui penjaringan

kuesioner yang digunakan untuk

mengumpulkan data tingkat keakuratan

dan keterbacaan. Informan ahli yang

dilibatkan untuk menentukan tingkat

keakuratan dan keterbacaan adalah dua

orang akademisi berlatar belakang

magister di bidang linguistik dan

seorang penerjemah profesional yang

juga berlatar belakang pendidikan yang

sama. Ketiganya memiliki keahlian di

bidang teori dan praktik penerjemahan.

Tingkat keakuratan terjemahan

yang diperoleh dari informan memiliki

skala penilaian sebagai berikut

(Nababan dkk., 2012: 15) Tabel 1

Parameter Penilaian

Keakuratan Terjemahan

No. Kategori Skor Parameter

1. Akurat 3 Makna kata, frasa,

klausa, kalimat,

atau teks bahasa

sumber dialihkan

secara akurat ke

dalam bahasa

sasaran; sama

sekali tidak terjadi

distorsi makna.

2. Kurang 2 Makna kata, frasa,

Akurat klausa, kalimat,

atau teks bahasa

sumber sudah

diterjemahkan

secara akurat ke

dalam bahasa

sasaran. Namun,

masih terdapat

distorsi makna atau

terjemahan makna

ganda (taksa) atau

ada makna yang

dihilangkan yang

mengganggu

keutuhan pesan.

3. Tidak

Akurat

1 Makna kata, frasa,

klausa, kalimat,

atau teks bahasa

sumber yang

gramatikalnya

sudah

diterjemahkan,

namun terjadi

pergeseran makna.

Parameter kualitas penerjemahan di

atas memiliki skor 1 sampai 3: akurat,

kurang akurat, dan tidak akurat.

Semakin akurat kualitas terjemahan,

semakin besar skor yang diperoleh,

demikian juga sebaliknya.

Berikutnya adalah parameter

kualitas penerjemahan tingkat

keterbacaan (Nababan, 2004: 62). Tabel 2

Instrumen Skala Penilaian

Tingkat Keterbacaan

Data Tingkat Keterbacaan

Sangat

Mudah

Mudah Sulit Sangat

Sulit

1

2

dst.

Berbeda dengan parameter

keakuratan terjemahan yang memiliki

empat skala penilaian, parameter

kualitas penerjemahan tingkat

keterbacaan memiliki empat skala

penilaian: sangat mudah, mudah, sulit,

dan sangat sulit yang masing-masing

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

75

berbobot sama. Nababan dkk. (2012:

15) menjelaskan bahwa rendahnya

bobot yang diberikan pada aspek

keterbacaan (dibanding tingkat

keakuratan) terkait dengan pemikiran

bahwa masalah penerjemahan tidak

berhubungan langsung apakah

terjemahan tersebut mudah dipahami

ataukah tidak oleh pembaca sasaran.

Tahap berikutnya adalah data

diklasifikasi dan dianalisis menurut

pergeseran penerjemahan. Penelitian ini

menggunakan metode agih yang berupa

teknik baca markah. Teknik baca

markah adalah teknik baca dengan

melihat langsung pemarkah yang

bersangkutan. Pemarkahan itu

menunjukkan kejatian satuan lingual

atau identitas konstituen tertentu

(Sudaryanto, 1993: 95). Data yang

sudah terklasifikasi kemudian dianalisis

menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif.

Penelitian ini relevan dengan

beberapa penelitian terdahulu. Pertama,

disertasi karya Supana (2012) yang

berjudul ―Kajian Terjemahan Penanda

Kohesi pada Novel Wings Karya

Danielle Steel ke dalam Bahasa

Indonesia‖. Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Data

dikumpulkan menggunakan teknik

analisis isi, kuesioner, dan wawancara.

Temuan dalam penelitian ini adalah

adanya perubahan dalam penerjemahan

penanda kohesi. Pengalihan makna

dapat dinyatakan sudah baik, yaitu

sebesar 77,28% akurat. Sementara itu,

pengalihan makna yang dinilai kurang

akurat sebesar 17,66%, dan pengalihan

makna tidak akurat hanya 4,57%. Nilai

keberterimaan terjemahan penanda

kohesi ini mencapai 87,10%.

Terjemahan penanda kohesi yang dinilai

kurang berterima sebesar 8,11%, dan

tidak berterima hanya sebesar 4,79%.

Sementara itu, nilai keterbacaan

terjemahan yang mudah dipahami

sebesar 99,54%. Terjemahan yang agak

sulit dipahami sebesar 0,34%, dan yang

sulit dipahami hanya 0,11%.

Terjemahan penanda kohesi mudah

dipahami dan sebagian besar makna

dialihkan secara akurat (Supana, 2012).

Penelitian kedua yang relevan

adalah artikel jurnal yang ditulis oleh

Hadi (2019: 121—140) yang berjudul

“Pergeseran Penerjemahan, Tingkat

Keakuratan, dan Tingkat Keterbacaan

dalam Penerjemahan Kosakata

Mutakhir Bahasa Indonesia‖. Teori

yang digunakan sebagai dasar analisis

dalam penelitian ini adalah teori

penerjemahan Catford (1965) dan Baker

(1992). Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Data

dalam penelitian ini diambil dari lini

masa Facebook Badan Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa antara tanggal 9

November 2017—20 Juli 2018.

Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik catat, rekam, dan kuesioner. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terjadi

23 pergeseran, yaitu pergeseran struktur

sebanyak lima belas buah, pergeseran

unit sebanyak tiga buah, dan pergeseran

dengan penambahan sebanyak lima

buah. Berdasarkan penilaian para pakar

atau informan ahli, 92,41% pengalihan

makna sudah akurat, 7,14% kurang

akurat, dan tidak akurat hanya 0,44%.

Selain itu, para pakar juga menilai

bahwa 20,51% tingkat keterbacaan

penerjemahan kosakata mutakhir bahasa

Indonesia sangat mudah, 47,43%

dikategorikan mudah, 30,76%

dikategorikan sulit, dan 1,28%

dikategorikan sangat sulit. Berdasarkan

temuan tersebut dapat disimpulkan

bahwa penerjemahan kosakata mutakhir

bahasa Indonesia sudah dilakukan

dengan baik karena sebagian besar

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

76

makna dialihkan secara akurat,

meskipun tingkat keterbacaannya masih

rendah.

Penelitian ketiga yang relevan

adalah tesis karya Hadi (2017: xx)

berjudul ―Pergeseran Penanda Kohesi

Gramatikal dan Tingkat Keakuratan

Makna dalam Penerjemahan Kitab

‗Kisah Para Rasul‘ Bahasa Indonesia ke

dalam Bahasa Jawa‖. Penelitian tersebut

menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penanda kohesi gramatikal dalam

BSu berjumlah 1.219 yang terdiri atas

referensi 185 (15,17%); substitusi

sebanyak 63 (5,97%); elipsis sebanyak

61 (5%); dan konjungsi sebanyak 900

(73,82%). Penanda kohesi gramatikal

dalam BSa berjumlah 990 yang terdiri

atas referensi (17,96%); substitusi

(6,95%); elipsis (5,15%); dan konjungsi

(69,94%). Sementara itu, pergeseran

yang ditemukan sebanyak 742, yaitu: (1)

pergeseran level sebanyak (5,79%); (2)

struktur (1,34%); (3) unit (26,68%); (4)

intrasistem (1,48%); (5) penambahan

(22,37%); dan (6) penghilangan

(42,31%). Penilaian keakuratan

terjemahan berdasarkan analisis para

pakar dapat dinyatakan sudah baik, yaitu

96,42% pengalihan makna sudah akurat,

3,40% kurang akurat, dan 0,17% tidak

akurat

Setiap ahli penerjemahan memiliki

definisi yang berbeda-beda. Menurut

Nida, menerjemahkan adalah

mereproduksi padanan yang wajar dan

paling dekat dari bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran, pertama

berhubungan dengan arti dan kedua

yang berhubungan dengan gaya

(Hartono, 2011: 1). Menurut Catford,

1965: 20), penerjemahan berarti

mentransfer bahasa sumber ke bahasa

sasaran. Dalam proses penerjemahan,

penerjemah selalu berusaha

mendapatkan unsur bahasa sasaran yang

sepadan dengan bahasa sumber agar

pesan yang disampaikan sama dalam

teks sasaran. Di samping itu, Larson

(dalam Hartono, 2011: 2) mengatakan

bahwa penerjemahan adalah

mentransfer bentuk dan makna dari

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Dalam hal ini peneliti setuju

dengan definisi Larson karena

memunculkan keharmonisan antara

bentuk bahasa dan makna terjemahan.

Hal tersebut sangat penting apalagi

dalam penerjemahan istilah teknis.

Meskipun teori dan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini

sama dengan penelitian terdahulu, ada

hal-hal yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian-penelitian sebelumnya hanya

mendeskripsikan pergeseran

penerjemahan yang ada dalam objek

kajian tanpa ada kritik dan perbaikan

terhadap produk terjemahan.

Penerjemahan kosakata pandemi

korona termasuk ke dalam

penerjemahan teknis. Menurut Hasyim

(2015: 16), penerjemahan teknis

berbeda dengan penerjemahan teks pada

umumnya. Penerjemah harus

bermodalkan pengetahuan tematis

bidang tertentu (dalam hal ini bahasa

dan budaya) yang melatarbelakangi

istilah/teks tersebut. Dengan demikian,

dalam penerjemahan kosakata teknis,

penerjemah tidak cukup hanya

membekali dirinya dengan kemampuan

bahasa asing saja.

Seperti halnya penelitian-penelitian

penerjemahan terdahulu yang relevan,

teori yang digunakan sebagai dasar

analisis dalam penelitian ini adalah teori

pergeseran penerjemahan Catford dan

Baker. (Catford, 1965: 73) menyatakan

bahwa shift in translation atau

pergeseran dalam terjemahan artinya

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

77

berpindah atau bergeser dari

korespondensi formal dalam proses

pemindahan teks dari BSu ke BSa agar

hasil terjemahannya berterima. Catford

menambahkan bahwa korespondensi

formal merujuk pada kesamaan kategori

linguistik dalam dua bahasa yang

berbeda, yaitu unit, kelas, struktur, dan

elemen struktur (Rupiah & Hartono,

2017: 231). Pergeseran adalah suatu

proses formal dalam penerjemahan yang

menjembatani dua konsep dalam dua

bahasa berbeda guna mencapai hasil

terjemahan yang ekuivalen (Catford

1965: 73).

Pergeseran dalam penerjemahan

terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu

(1) level shift (pergeseran level) dan (2)

category shift (pergeseran kategori)

yang meliputi pergeseran struktur, kelas,

unit, dan intrasistem (Catford 1965: 79).

Pergeseran level terjadi ketika

suatu ekspresi dalam bahasa sumber

(BSu) memiliki padanan dalam bahasa

sasaran (BSa) dalam level yang berbeda

(Catford, 1965: 3). Pergeseran level

yang dimaksudkan Catford adalah dari

tingkatan grammar ke lexis atau

sebaliknya. Pergeseran tataran (level

shift) terjadi bila transposisi

menghasilkan unsur bahasa sasaran

yang berbeda tatarannya, baik tataran

gramatikal maupun tataran leksikal

(Catford 1965: 73).

Pergeseran kategori (category shift)

meliputi pergeseran struktur, kelas, unit,

dan intrasistem (Catford 1965: 73—77).

Kategori pertama adalah pergeseran

struktur. Catford (1965: 3) menyatakan

bahwa pergeseran struktur terjadi

karena adanya perubahan susunan

gramatika atau urutan kata dalam

kalimat. Pergeseran ini bisa terjadi

karena tuntutan tata bahasa bersifat

wajib, namun bisa juga bersifat

manasuka karena selera atau gaya

penulisan (style) penerjemah. Kedua,

adalah pergeseran unit. Setiap bahasa

mempunyai sistem tata bahasa yang

terdiri dari (1) morfem; (2) kata; (3)

frasa; (4) klausa; (5) kalimat; dan (6)

wacana. Machali (2000: 20—23)

mengatakan bahwa pergeseran level

terjadi ketika penerjemahan dalam BSu

berubah menjadi unit atau tataran yang

berbeda dalam Bsa. Misalnya, dari kata

dalam BSu menjadi frasa dalam BSa

atau sebaliknya. Pergeseran unit juga

terjadi apabila kata dasar dalam BSu

diterjemahkan menjadi kata berimbuhan

dalam BSa atau sebaliknya. Ketiga,

adalah pergeseran intrasistem. Catford

(1965: 80) menggunakan istilah intra-

system shift untuk kasus yang

mengalami pergeseran karena

disebabkan oleh tata bahasa yang

berbeda dari kedua bahasa yang terlibat.

Dalam hal ini Catford (1965: 80)

menambahkan bahwa sebenarnya BSu

dan BSa memiliki sistem yang sepadan

secara formal, namun penerjemahan

yang dilakukan mengharuskan

terjadinya pergeseran karena kelaziman

ekspresi yang berkorespondensi itu

menjadi tidak berterima.

Ketidakberterimaan itu disebabkan oleh

ketentuan tata bahasa dalam BSa itu

sendiri.

Selain pergeseran, Catford juga

mengungkapkan ada pula pergeseran

seperti yang diungkapkan oleh Baker

(1992: 40) yang meliputi penambahan

(addition) dan penghilangan (deletion).

Penerjemahan dengan penambahan dan

penghilangan merupakan salah satu

teknik yang digunakan guna mengatasi

masalah padanan kata, frasa, klausa,

atau kalimat dalam Bsa.

Nababan dkk. (2012: 44)

menjelaskan bahwa kedua teknik itu

bukan dimaksudkan untuk mengurangi

informasi sesuka hati, tetapi

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

78

dimaksudkan untuk menghasilkan

terjemahan yang berterima dan mudah

dipahami oleh pembaca sasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pergeseran Penerjemahan

Pergeseran dalam penerjemahan terbagi

atas beberapa jenis, meliputi (1)

pergeseran level (level shift ) dan (2)

pergeseran kategori (category shift)

yang meliputi pergeseran struktur, kelas,

unit, dan intrasistem.

Frasa local transmission pada data

(1) diterjemahkan menjadi penularan

lokal. Penerjemahan tersebut

mengandung pergeseran struktur. Frasa

local transmission yang berpola

menerangkan-diterangkan diterjemahkan

menjadi penularan lokal yang berpola

diterangkan-menerangkan.

Frasa herd immunity pada data (2)

diterjemahkan menjadi kekebalan

kelompok. Penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur. Frasa

herd immunity yang berpola

menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi kekebalan

kelompok yang berpola diterangkan-

menerangkan.

Kata incubation pada data (3)

diterjemahkan menjadi inkubasi.

Penerjemahan tersebut tidak mengalami

pergeseran penerjemahan atau shift in

translation.

Data 3. Penerjemahan kosakata incubation

menjadi inkubasi

Data 1. Penerjemahan kosakata local

transmission menjadi penularan lokal

Data 2. Penerjemahan kosakata herd

immunity menjadi kekebalan kelompok

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

79

Frasa imported case pada data (4)

diterjemahkan menjadi kasus impor.

Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran struktur. Frasa imported case

yang berpola menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi kasus impor

yang berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa cross contamination pada

data (5) diterjemahkan menjadi

kontaminasi silang. Penerjemahan

tersebut mengalami pergeseran struktur.

Frasa cross contamination yang berpola

menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi kontaminasi

silang yang berpola diterangkan-

menerangkan.

Frasa airbone (contagion) pada

data (6) diterjemahkan menjadi

(penularan) lintas udara. Dalam

penerjemahan tersebut terjadi

pergeseran struktur. Frasa airbone

(contagion) yang berpola menerangkan-

diterangkan diterjemahkan menjadi

(penularan) lintas udara yang berpola

diterangkan-menerangkan.

Frasa face shield pada data (7)

diterjemahkan menjadi pelindung muka.

Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran struktur. Frasa face shield

yang berpola menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi pelindung muka

yang berpola diterangkan-menerangkan.

Data 4. Penerjemahan kosakata imported

case menjadi kasus impor

Data 5. Penerjemahan kosakata cross

contamination menjadi kontaminasi silang

Data 6. Penerjemahan kosakata aribone

(contagion) menjadi (penularan) lintas udara

Data 7. Penerjemahan kosakata face shield

menjadi pelindung muka

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

80

Frasa thermo gun pada data (8)

diterjemahkan menjadi termometer

tembak; pistol thermometer.

Penerjemahan tersebut tidak mengalami

pergeseran penerjemahan atau shift in

translation apabila thermo gun

diterjemahkan menjadi termometer

tembak. Namun, ada perubahan struktur

dalam penerjemahan frasa thermo gun

yang berpola menerangkan-diterangkan

menjadi pistol thermometer yang

berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa contact tracing pada data (9)

diterjemahkan menjadi penelusuran

kontak. Penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur. Frasa

contact tracing yang berpola

menerangkan-diterangkan

diterjemahkan menjadi penelusuran

kontak yang berpola diterangkan-

menerangkan.

Kata droplet pada data (10)

diterjemahkan menjadi percikan.

Penerjemahan tersebut tidak mengalami

pergeseran penerjemahan atau shift in

translation .

Kata suspect pada data (11)

diterjemahkan menjadi terduga; suspek.

Penerjemahan kata suspect menjadi

suspek tidak mengalami pergeseran

penerjemahan atau shift in translation .

Data 8. Penerjemahan kosakata thermo gun

menjadi termometer tembak atau pistol

termometer

Data 9. Penerjemahan kosakata contact

tracing menjadi penelusuran kontak

Data 10. Penerjemahan kosakata droplet

menjadi percikan

Data 11. Penerjemahan kosakata suspect

menjadi terduga atau suspek

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

81

Frasa self-quarantine pada data

(12) diterjemahkan menjadi

swakarantina. Penerjemahan tersebut

tidak mengalami pergeseran

penerjemahan atau shift in translation.

Akan tetapi, penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur dari

frasa self-quarantine yang berpola

menerangkan-diterangkan menjadi

karantina mandiri yang berpola

diterangkan-menerangkan.

Frasa rapid test pada data (13)

diterjemahkan menjadi uji cepat.

Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran penerjemahan atau shift in

translation berupa pergeseran struktur

karena rapid test berpola menerangkan-

diterangkan, sedangkan uji cepat

berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa panic buying pada data (14)

diterjemahkan menjadi beli panik.

Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran struktur karena panic buying

berpola menerangkan-diterangkan,

sedangkan beli panik berpola

diterangkan-menerangkan.

Frasa new normal pada data (15)

diterjemahkan menjadi kenormalan

baru. Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran struktur karena new normal

berpola menerangkan-diterangkan,

Data 12. Penerjemahan kosakata self-

quarantine menjadi swakarantina atau

karantina mandiri

Data 13. Penerjemahan kosakata rapid test

menjadi uji cepat

Data 14. Penerjemahan kosakata panic

buying menjadi beli panik

Data 15. Penerjemahan kosakata new normal

menjadi kenormalan baru

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

82

sedangkan kenormalan baru berpola

diterangkan-menerangkan.

Penerjemahan tersebut juga mengalami

pergeseran kelas kata adjektiva normal

menjadi nomina kenormalan.

Kata swab test pada data (16)

diterjemahkan menjadi uji usap.

Penerjemahan tersebut mengalami

pergeseran struktur karena swab test

berpola menerangkan-diterangkan,

sedangkan uji usap berpola diterangkan-

menerangkan.

Frasa work from home pada data

(17) diterjemahkan menjadi kerja dari

rumah. Penerjemahan tersebut tidak

mengalami pergeseran penerjemahan

atau shift in translation.

Frasa lockdown pada data (18)

diterjemahkan menjadi karantina

wilayah. Penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur karena

lockdown berpola menerangkan-

diterangkan, sedangkan karantina

wilayah berpola diterangkan-

menerangkan.

Frasa physical distancing pada data

(19) diterjemahkan menjadi pembatasan

fisik. Penerjemahan tersebut mengalami

Data 16. Penerjemahan kosakata swab test

menjadi uji usap

Data 17. Penerjemahan kosakata work from

home menjadi kerja dari rumah

Data 18. Penerjemahan kosakata lockdown

menjadi karantina wilayah

Data 19. Penerjemahan kosakata physical

distancing menjadi pembatasan fisik

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

83

pergeseran struktur karena physical

distancing berpola menerangkan-

diterangkan, sedangkan pembatasan

fisik berpola diterangkan-menerangkan.

Frasa flattening curve pada data

(20) diterjemahkan menjadi pelandaian

kurva. Penerjemahan tersebut tidak

mengalami pergeseran penerjemahan

atau shift in translation .

Frasa hand sanitizer pada data (21)

diterjemahkan menjadi penyanitasi

tangan. Penerjemahan tersebut

mengalami pergeseran struktur karena

hand sanitizer berpola menerangkan-

diterangkan, sedangkan penyanitasi

tangan berpola diterangkan-

menerangkan.

Kata survivor pada data (22)

tersebut diterjemahkan menjadi

penyintas. Penerjemahan tersebut tidak

mengalami pergeseran penerjemahan

atau shift in translation .

Penerjemahan data (23) tersebut

mengalami pergeseran struktur karena

decontamination berpola menerangkan-

diterangkan, sedangkan dekontaminasi

berpola diterangkan-menerangkan.

Data 20. Penerjemahan kosakata flattening

the curve menjadi pelandaian kurva

Data 21. Penerjemahan kosakata hand

sanitizer menjadi penyanitasi tangan

Data 22. Penerjemahan kosakata

survivormenjadi penyintas

Data 23. Penerjemahan kosakata

decontamination menjadi dekontaminasi

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

84

Penerjemahan data (24) tersebut

mengalami pergeseran struktur karena

hazmat (hazardous materials) suit

berpola menerangkan-diterangkan,

sedangkan alat pelindung diri berpola

diterangkan-menerangkan.

Berdasarkan analisis pergeseran

penerjemahan, diperoleh hasil seperti

yang disajikan dalam tabel 3 berikut. Tabel 3

Pergeseran Penerjemahan Kosakata

Mutakhir Bahasa Indonesia

No. Pergeseran jumlah

1. Level -

2. Struktur 16 (94,11%)

3. Kelas 1 (5,88%)

4. Unit -

5. Intra-sistem -

6. Penambahan -

7. Penghilangan -

Total 17 (100%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa

terjadi tujuh belas pergeseran dalam

penerjemahan kosakata teknis pandemi

korona, yaitu pergeseran struktur

sebanyak enam belas buah dan

pergeseran kelas sebanyak satu buah.

Penilaian Kualitas Terjemahan

Tingkat Keakuratan

Berdasarkan kuesioner yang telah

dikumpulkan dari tiga informan ahli,

diperoleh hasil penilaian tingkat

keakuratan seperti yang disajikan dalam

tabel 4 berikut. Tabel 4

Skor Keakuratan Pengalihan Makna

Kosakata Teknis Pandemi Korona

Pa-

kar

Akurat Kurang

Akurat

Tidak

Akurat

J

m

l.

Skor

(x 3)

Jml. Skor

(x 2)

Jml. Skor

(x 1)

1 23 69 1 2 - -

2 22 66 2 4 - -

3 21 63 1 2 1 1

Jml. 66 98

(91,5

8%)

4 8

( 7,47

%)

1 1

(0,93

%)

Tabel 4 menunjukkan bahwa

pengalihan makna dalam terjemahan

kosakata mutakhir bahasa Indonesia

dapat dinyatakan sudah baik. Hal ini

berdasarkan penilaian para

pakar/informan ahli bahwa 91,58%

pengalihan makna sudah akurat.

Sementara itu, pengalihan makna yang

dinilai kurang akurat 7,47%, sedangkan

pengalihan makna yang dinilai tidak

akurat hanya 0,93%.

Tingkat Keterbacaan

Berdasarkan kuesioner yang telah

dikumpulkan dari tiga informan ahli,

diperoleh hasil penilaian tingkat

keakuratan seperti yang disajikan dalam

tabel 5 berikut. Tabel 5

Skor Keterbacaan Pengalihan Makna

Kosakata Teknis Pandemi Korona

Pa-

kar

Tingkat Keterbacaan

Sangat

Mudah

Muda

h

Sulit Sangat

Sulit

Data 24. Penerjemahan kosakata hazmat suit

menjadi alat pelindung diri

Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86

85

1 17 4 3 -

2 16 4 3 1

3 16 3 3 2

Jum

lah

49

(71,01

%)

11

(15,94

%)

9

(13,04

%)

3

(4,34

%)

Tabel 5 menunjukkan penilaian

para pakar bahwa 71,01% tingkat

keterbacaan penerjemahan kosakata

teknis pandemi korona bahasa Indonesia

sangat mudah. Sementara itu, 15,94%

penerjemahan kosakata teknis pandemi

korona bahasa Indonesia dikategorikan

mudah, sedangkan 13,04%

penerjemahan kosakata teknis pandemi

korona bahasa Indonesia dikategorikan

sulit, dan 4,34% penerjemahan kosakata

teknis pandemi korona bahasa Indonesia

dikategorikan sangat sulit.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis disimpulkan bahwa

telah terjadi tujuh belas pergeseran (shift

in translation) dalam penerjemahan

kosakata teknis pandemi korona bahasa

Indonesia, yaitu pergeseran struktur

sebanyak enam belas buah dan

pergeseran kelas sebanyak satu buah.

Meskipun terjadi tujuh belas

pergeseran, pengalihan makna dalam

terjemahan kosakata kosakata teknis

pandemi korona bahasa Indonesia dapat

dinyatakan sudah baik. Hal ini

berdasarkan penilaian para pakar bahwa

91,58% pengalihan makna sudah akurat,

7,47% kurang akurat, dan tidak akurat

hanya 0,93%.

Pakar I, II, dan III menganggap

bahwa penerjemahan panic buying

menjadi beli panik dinilai kurang akurat.

Selain itu, pakar II menganggap bahwa

penerjemahan lockdown menjadi

karantina wilayah dinilai kurang akurat.

Sementara itu, pakar III menganggap

bahwa penerjemahan lockdown menjadi

karantina wilayah dinilai tidak akurat.

Selain itu, para pakar atau informan

ahli juga menilai bahwa 20,51% tingkat

keterbacaan penerjemahan yang

dikategorikan sangat mudah sebanyak

71,01%, dikategorikan mudah sebanyak

15,94%, dikategorikan sulit sebanyak

13,08%, dan yang dikategorikan sangat

sulit sebanyak 4,34%. Hal tersebut

terjadi karena kosakata yang terdapat

dalam laman Facebook atau Instagram

Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa tersebut tergolong baru atau

belum lama diterjemahkan sehingga

kurang dikenal masyarakat dan tingkat

keterbacaannya belum maksimal,

bahkan di kalangan ahli sekali pun.

Berdasarkan temuan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penerjemahan

kosakata teknis pandemi korona sudah

dilakukan dengan baik karena sebagian

besar makna dialihkan secara akurat

dengan tingkat keterbacaan yang tinggi.

Akan tetapi, untuk penerjemahan

kosakata yang kurang dan tidak akurat

sebaiknya dilakukan perbaikan atau

penggantian.

Saran untuk Badan Pengembangan

dan Pembinaan Bahasa dan dinas terkait

adalah untuk lebih gencar mengadakan

penyuluhan dan sosialisasi kepada

masyarakat pengguna bahasa mengenai

kosakata mutakhir yang dinyatakan

akurat tersebut. Untuk kosakata yang

dinilai kurang dan tidak akurat,

sebaiknya dilakukan revisi dengan

kajian yang mendalam sehingga dapat

diganti dengan kosakata yang memiliki

tingkat keakuratan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Catford, J. C. 1965. Language and

Language Learning a

Linguistic Theory of

Translation. London: Oxford

University Press.

Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)

86

Hadi, Nikolaus Rendi P. 2017.

―Pergeseran Penanda Kohesi

Gramatikal dan Tingkat

Keakuratan Makna dalam

Penerjemahan Kitab ‗Kisah

Para Rasul‘ Bahasa Indonesia

ke dalam Bahasa Jawa‖.

Tesis. Universitas

Diponegoro.

Hadi, Nikolaus Rendi P. 2019.

―Pergeseran, Tingkat

Keakuratan, dan Tingkat

Keterbacaan dalam

Penerjemahan Kosakata

Mutakhir Bahasa Indonesia‖.

Jurnal Perspektif Pendidikan.

Vol. 5 No. 1, 121--140.

Hartono, Rudi. 2011. Teori

Penerjemahan. Semarang:

Cipta Prima Nusantara.

Larson, M. L. 1991. Penerjemahan

Berdasarkan Makna:

Pedoman untuk Pemadanan

Antarbahasa. Jakarta:

Grasindo.

Machali, R. 2000. Pedoman bagi

Penerjemah. Jakarta: PT

Grasindo.

Baker, Mona. 1992. In Other Words:

A Course Book on

Translation. New York:

Routledge Taylor and Francis

Group.

Hasyim, Muhammad & Hasanuddin,

U. 2015. Teori Terjemahan.

Makassar: Fakultas Sastra

Universitas Hassanudin.

Nababan. 2004. ―Strategi Penilaian

Kualitas Terjemahan‖. Jurnal

Linguistik Bahasa. Vol. 2. no.

1, 54--65.

Nababan, M. dkk. 2012.

"Pengembangan Model

Penilaian Kualitas

Terjemahan". Kajian

Linguistik dan Sastra, 24 (1),

39–57.

Rupiah, S. N., & Hartono, R. 2017.

"Shift and Equivalence of

Noun Phrases in English-

Indonesian Translation of

Barbie Short Stories". English

Education Journal, 7(3),

227–236.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka

Teknik Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University

Press.

Supana. 2012. ―Kajian Terjemahan

Penanda Kohesi pada Novel

Wings Karya Danielle Steel

ke dalam Bahasa Indonesia‖.

Disertasi. Universitas Sebelas

Maret.

https://www.facebook.com/Badan.Ba

hasa/ diakses 9 Maret 2020--6

Oktober 2020.

https://www.instagram.com/badanbah

asakemendikbud/ diakses 9

Maret 2020--6 Oktober 2020.