72
PERGESERAN, TINGKAT KEAKURATAN,
DAN TINGKAT KETERBACAAN DALAM PENERJEMAHAN
KOSAKATA TEKNIS PANDEMI KORONA
(Translation Shift, Accuracy Level, and the Level of Readability in Translation
Corona Pandemic Technical Vocabulary)
oleh/by
Nikolaus Rendi P. Hadi
Yanuarria K. Perwira
Sintaria Kusumaningrum
SMP Masehi 3 PSAKˡ, FIB Universitas Sebelas Maret², SMP YSKI Semarang³
Jalan Gemah Raya 8 Semarangˡ, Jalan Ir. Sutami 36A, Jebres, Surakarta²,
Jalan Sidodadi 23 Semarang³
085647304344ˡ, 081390601065², 08988634956³
[email protected]ˡ, [email protected]², [email protected]³
*) Diterima: 9 Februari 2021, Disetujui: 19 April 2021
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah menemukan pergeseran penerjemahan serta mengungkapkan
tingkat keakuratan dan tingkat keterbacaan dalam penerjemahan kosakata teknis pandemi
Covid-19 dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar
analisis adalah teori penerjemahan Catford (1965) dan Baker (1992). Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diambil dari lini masa
Facebook dan Instagram Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa antara tanggal 10
Maret 2020—6 Oktober 2020. Pengumpulan data menggunakan teknik catat, rekam, dan
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tujuh belas pergeseran, yaitu
enam belas pergeseran struktur dan satu pergeseran kelas kata. Berdasarkan penilaian
beberapa informan ahli, ditemukan bahwa 91,58% pengalihan makna sudah akurat;
7,47% pengalihan makna kurang akurat; dan 0,93% pengalihan makna tidak akurat.
Selain itu, para informan ahli juga menilai bahwa dari 20,51% tingkat keterbacaan
penerjemahan, 71,01% dikategorikan sangat mudah, 15,94% dikategorikan mudah,
13,08% dikategorikan sulit, dan 4,34% dikategorikan sangat sulit.
Kata kunci: pergeseran penerjemahan, tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, bahasa
sumber, bahasa sasaran.
ABSTRACT
This research focuses on finding translation shifts, exposing translation level of accuracy,
and the level of readability of translation of Covid-19 pandemic technical vocabulary
from English to Indonesian. The theory used as the base of analysis for this research are
the theory of translation by Catford (1965) and Baker (1992). This research uses
descriptive qualitative approach. The data used in this research is taken from Facebook
and Instagram timeline of Language Development Agency between 10 March 2020 until
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
73
6 October 2020. Note-taking, recording and questionnaire technique were used to gather
the data. The result of this research shows that there are 17 shifts, they are 16 structural
shifts and 1 shift of word class. Based on raters’ rate, that from 91.58% rated transfer of
meaning, there are 7.47% are less accurate, and there is only 0.93% inaccurate transfer
of meaning. Moreover, they also mentioned that from 20.51% translation readability
rate, there are 71.01% are categorized as very readable, 15.94% are readable, 13.08%
are less readable, and 4.34% are categorized as least readable.
Keywords: translation shift, level of accuracy, level of readability, source language,
target language.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu linguistik tidak
dapat dilepaskan dari dunia
penerjemahan. Penerjemahan tidak
hanya sekadar mengganti kata, frasa,
klausa, kalimat, atau wacana dari bahasa
sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran
(BSa). Penerjemahan harus dimaknai
sebagai pengalihbahasaan atau
pengungkapan kembali pesan dan
konteks secara utuh dari bahasa sumber
(BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa)
secara utuh.
Penerjemahan atau alih bahasa
tidak dapat dihindari di era globalisasi
ini. Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat
memungkinkan suatu kosakata
dialihbahasakan ke dalam berbagai
bahasa sasaran. Berbagai padan istilah
dalam bahasa Indonesia pun muncul
akibat dinamisnya perkembangan
kosakata global.
Dewasa ini pandemi Covid-19
juga memunculkan banyak kosakata
teknis di bidang kesehatan, sebut saja
work from home, droplet, rapid test, dan
swab test. Seiring munculnya kosakata-
kosakata tersebut, Badan Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa sebagai
ujung tombak penjaga wibawa bahasa
Indonesia akhir-akhir ini sering
mengunggah kosakata mutakhir bidang
kesehatan atau pandemi di lini masa
Facebook, Twitter, maupun Instagram-
nya. Saat ini jejaring sosial memang
merupakan media paling efektif dalam
menyosialisasikan padanan kata terbaru
bahasa Indonesia kepada warganet
milenial.
Proses pengalihan bahasa pada
dasarnya harus melewati tahapan-
tahapan ilmiah yang melibatkan analisis
bahasa sumber (BSu) dan pengalihan
makna teks sesuai dengan kaidah
gramatikal bahasa sasaran (BSa).
Meskipun banyak kosakata asing telah
diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, banyak masyarakat pada
umumnya atau warganet khususnya
yang masih merasa bahwa beberapa
kosakata tersebut tidak sesuai atau
kurang pas. Untuk membuktikan secara
ilmiah ada tidaknya ketidaksesuaian
tersebut, penelitian ini mencoba
melakukan penilaian kualitas
terjemahan kosakata di masa pandemi
Covid-19 yang melibatkan ahli
penerjemahan.
Menurut Larson (1991: 532),
paling tidak ada beberapa alasan menilai
terjemahan, yaitu mengetahui tingkat
keakuratan, kejelasan, tingkat
kewajaran, dan uji keterbacaan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pergeseran (shift in translation), tingkat
keakuratan, dan tingkat keterbacaan
dalam penerjemahan kosakata teknis
bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia di masa pandemi Covid-19.
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
74
Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif untuk
menganalisis pergeseran penerjemahan.
Penelitian ini juga didukung pendekatan
kuantitatif dalam menentukan tingkat
keakuratan dan tingkat keterbacaan dari
para informan ahli yang tersaji dalam
kuesioner.
Data penelitian ini diambil dari lini
masa media sosial Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
baik melalui Instagram, Twitter,
maupun Facebook. Data yang diambil
adalah kosakata bidang pandemi Covid-
19 yang diunggah pada 10 Maret 2020
sampai dengan 6 Oktober 2020.
Data penelitian ini juga
dikumpulkan melalui penjaringan
kuesioner yang digunakan untuk
mengumpulkan data tingkat keakuratan
dan keterbacaan. Informan ahli yang
dilibatkan untuk menentukan tingkat
keakuratan dan keterbacaan adalah dua
orang akademisi berlatar belakang
magister di bidang linguistik dan
seorang penerjemah profesional yang
juga berlatar belakang pendidikan yang
sama. Ketiganya memiliki keahlian di
bidang teori dan praktik penerjemahan.
Tingkat keakuratan terjemahan
yang diperoleh dari informan memiliki
skala penilaian sebagai berikut
(Nababan dkk., 2012: 15) Tabel 1
Parameter Penilaian
Keakuratan Terjemahan
No. Kategori Skor Parameter
1. Akurat 3 Makna kata, frasa,
klausa, kalimat,
atau teks bahasa
sumber dialihkan
secara akurat ke
dalam bahasa
sasaran; sama
sekali tidak terjadi
distorsi makna.
2. Kurang 2 Makna kata, frasa,
Akurat klausa, kalimat,
atau teks bahasa
sumber sudah
diterjemahkan
secara akurat ke
dalam bahasa
sasaran. Namun,
masih terdapat
distorsi makna atau
terjemahan makna
ganda (taksa) atau
ada makna yang
dihilangkan yang
mengganggu
keutuhan pesan.
3. Tidak
Akurat
1 Makna kata, frasa,
klausa, kalimat,
atau teks bahasa
sumber yang
gramatikalnya
sudah
diterjemahkan,
namun terjadi
pergeseran makna.
Parameter kualitas penerjemahan di
atas memiliki skor 1 sampai 3: akurat,
kurang akurat, dan tidak akurat.
Semakin akurat kualitas terjemahan,
semakin besar skor yang diperoleh,
demikian juga sebaliknya.
Berikutnya adalah parameter
kualitas penerjemahan tingkat
keterbacaan (Nababan, 2004: 62). Tabel 2
Instrumen Skala Penilaian
Tingkat Keterbacaan
Data Tingkat Keterbacaan
Sangat
Mudah
Mudah Sulit Sangat
Sulit
1
2
dst.
Berbeda dengan parameter
keakuratan terjemahan yang memiliki
empat skala penilaian, parameter
kualitas penerjemahan tingkat
keterbacaan memiliki empat skala
penilaian: sangat mudah, mudah, sulit,
dan sangat sulit yang masing-masing
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
75
berbobot sama. Nababan dkk. (2012:
15) menjelaskan bahwa rendahnya
bobot yang diberikan pada aspek
keterbacaan (dibanding tingkat
keakuratan) terkait dengan pemikiran
bahwa masalah penerjemahan tidak
berhubungan langsung apakah
terjemahan tersebut mudah dipahami
ataukah tidak oleh pembaca sasaran.
Tahap berikutnya adalah data
diklasifikasi dan dianalisis menurut
pergeseran penerjemahan. Penelitian ini
menggunakan metode agih yang berupa
teknik baca markah. Teknik baca
markah adalah teknik baca dengan
melihat langsung pemarkah yang
bersangkutan. Pemarkahan itu
menunjukkan kejatian satuan lingual
atau identitas konstituen tertentu
(Sudaryanto, 1993: 95). Data yang
sudah terklasifikasi kemudian dianalisis
menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif.
Penelitian ini relevan dengan
beberapa penelitian terdahulu. Pertama,
disertasi karya Supana (2012) yang
berjudul ―Kajian Terjemahan Penanda
Kohesi pada Novel Wings Karya
Danielle Steel ke dalam Bahasa
Indonesia‖. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Data
dikumpulkan menggunakan teknik
analisis isi, kuesioner, dan wawancara.
Temuan dalam penelitian ini adalah
adanya perubahan dalam penerjemahan
penanda kohesi. Pengalihan makna
dapat dinyatakan sudah baik, yaitu
sebesar 77,28% akurat. Sementara itu,
pengalihan makna yang dinilai kurang
akurat sebesar 17,66%, dan pengalihan
makna tidak akurat hanya 4,57%. Nilai
keberterimaan terjemahan penanda
kohesi ini mencapai 87,10%.
Terjemahan penanda kohesi yang dinilai
kurang berterima sebesar 8,11%, dan
tidak berterima hanya sebesar 4,79%.
Sementara itu, nilai keterbacaan
terjemahan yang mudah dipahami
sebesar 99,54%. Terjemahan yang agak
sulit dipahami sebesar 0,34%, dan yang
sulit dipahami hanya 0,11%.
Terjemahan penanda kohesi mudah
dipahami dan sebagian besar makna
dialihkan secara akurat (Supana, 2012).
Penelitian kedua yang relevan
adalah artikel jurnal yang ditulis oleh
Hadi (2019: 121—140) yang berjudul
“Pergeseran Penerjemahan, Tingkat
Keakuratan, dan Tingkat Keterbacaan
dalam Penerjemahan Kosakata
Mutakhir Bahasa Indonesia‖. Teori
yang digunakan sebagai dasar analisis
dalam penelitian ini adalah teori
penerjemahan Catford (1965) dan Baker
(1992). Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Data
dalam penelitian ini diambil dari lini
masa Facebook Badan Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa antara tanggal 9
November 2017—20 Juli 2018.
Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik catat, rekam, dan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi
23 pergeseran, yaitu pergeseran struktur
sebanyak lima belas buah, pergeseran
unit sebanyak tiga buah, dan pergeseran
dengan penambahan sebanyak lima
buah. Berdasarkan penilaian para pakar
atau informan ahli, 92,41% pengalihan
makna sudah akurat, 7,14% kurang
akurat, dan tidak akurat hanya 0,44%.
Selain itu, para pakar juga menilai
bahwa 20,51% tingkat keterbacaan
penerjemahan kosakata mutakhir bahasa
Indonesia sangat mudah, 47,43%
dikategorikan mudah, 30,76%
dikategorikan sulit, dan 1,28%
dikategorikan sangat sulit. Berdasarkan
temuan tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerjemahan kosakata mutakhir
bahasa Indonesia sudah dilakukan
dengan baik karena sebagian besar
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
76
makna dialihkan secara akurat,
meskipun tingkat keterbacaannya masih
rendah.
Penelitian ketiga yang relevan
adalah tesis karya Hadi (2017: xx)
berjudul ―Pergeseran Penanda Kohesi
Gramatikal dan Tingkat Keakuratan
Makna dalam Penerjemahan Kitab
‗Kisah Para Rasul‘ Bahasa Indonesia ke
dalam Bahasa Jawa‖. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penanda kohesi gramatikal dalam
BSu berjumlah 1.219 yang terdiri atas
referensi 185 (15,17%); substitusi
sebanyak 63 (5,97%); elipsis sebanyak
61 (5%); dan konjungsi sebanyak 900
(73,82%). Penanda kohesi gramatikal
dalam BSa berjumlah 990 yang terdiri
atas referensi (17,96%); substitusi
(6,95%); elipsis (5,15%); dan konjungsi
(69,94%). Sementara itu, pergeseran
yang ditemukan sebanyak 742, yaitu: (1)
pergeseran level sebanyak (5,79%); (2)
struktur (1,34%); (3) unit (26,68%); (4)
intrasistem (1,48%); (5) penambahan
(22,37%); dan (6) penghilangan
(42,31%). Penilaian keakuratan
terjemahan berdasarkan analisis para
pakar dapat dinyatakan sudah baik, yaitu
96,42% pengalihan makna sudah akurat,
3,40% kurang akurat, dan 0,17% tidak
akurat
Setiap ahli penerjemahan memiliki
definisi yang berbeda-beda. Menurut
Nida, menerjemahkan adalah
mereproduksi padanan yang wajar dan
paling dekat dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran, pertama
berhubungan dengan arti dan kedua
yang berhubungan dengan gaya
(Hartono, 2011: 1). Menurut Catford,
1965: 20), penerjemahan berarti
mentransfer bahasa sumber ke bahasa
sasaran. Dalam proses penerjemahan,
penerjemah selalu berusaha
mendapatkan unsur bahasa sasaran yang
sepadan dengan bahasa sumber agar
pesan yang disampaikan sama dalam
teks sasaran. Di samping itu, Larson
(dalam Hartono, 2011: 2) mengatakan
bahwa penerjemahan adalah
mentransfer bentuk dan makna dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Dalam hal ini peneliti setuju
dengan definisi Larson karena
memunculkan keharmonisan antara
bentuk bahasa dan makna terjemahan.
Hal tersebut sangat penting apalagi
dalam penerjemahan istilah teknis.
Meskipun teori dan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini
sama dengan penelitian terdahulu, ada
hal-hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya
mendeskripsikan pergeseran
penerjemahan yang ada dalam objek
kajian tanpa ada kritik dan perbaikan
terhadap produk terjemahan.
Penerjemahan kosakata pandemi
korona termasuk ke dalam
penerjemahan teknis. Menurut Hasyim
(2015: 16), penerjemahan teknis
berbeda dengan penerjemahan teks pada
umumnya. Penerjemah harus
bermodalkan pengetahuan tematis
bidang tertentu (dalam hal ini bahasa
dan budaya) yang melatarbelakangi
istilah/teks tersebut. Dengan demikian,
dalam penerjemahan kosakata teknis,
penerjemah tidak cukup hanya
membekali dirinya dengan kemampuan
bahasa asing saja.
Seperti halnya penelitian-penelitian
penerjemahan terdahulu yang relevan,
teori yang digunakan sebagai dasar
analisis dalam penelitian ini adalah teori
pergeseran penerjemahan Catford dan
Baker. (Catford, 1965: 73) menyatakan
bahwa shift in translation atau
pergeseran dalam terjemahan artinya
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
77
berpindah atau bergeser dari
korespondensi formal dalam proses
pemindahan teks dari BSu ke BSa agar
hasil terjemahannya berterima. Catford
menambahkan bahwa korespondensi
formal merujuk pada kesamaan kategori
linguistik dalam dua bahasa yang
berbeda, yaitu unit, kelas, struktur, dan
elemen struktur (Rupiah & Hartono,
2017: 231). Pergeseran adalah suatu
proses formal dalam penerjemahan yang
menjembatani dua konsep dalam dua
bahasa berbeda guna mencapai hasil
terjemahan yang ekuivalen (Catford
1965: 73).
Pergeseran dalam penerjemahan
terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu
(1) level shift (pergeseran level) dan (2)
category shift (pergeseran kategori)
yang meliputi pergeseran struktur, kelas,
unit, dan intrasistem (Catford 1965: 79).
Pergeseran level terjadi ketika
suatu ekspresi dalam bahasa sumber
(BSu) memiliki padanan dalam bahasa
sasaran (BSa) dalam level yang berbeda
(Catford, 1965: 3). Pergeseran level
yang dimaksudkan Catford adalah dari
tingkatan grammar ke lexis atau
sebaliknya. Pergeseran tataran (level
shift) terjadi bila transposisi
menghasilkan unsur bahasa sasaran
yang berbeda tatarannya, baik tataran
gramatikal maupun tataran leksikal
(Catford 1965: 73).
Pergeseran kategori (category shift)
meliputi pergeseran struktur, kelas, unit,
dan intrasistem (Catford 1965: 73—77).
Kategori pertama adalah pergeseran
struktur. Catford (1965: 3) menyatakan
bahwa pergeseran struktur terjadi
karena adanya perubahan susunan
gramatika atau urutan kata dalam
kalimat. Pergeseran ini bisa terjadi
karena tuntutan tata bahasa bersifat
wajib, namun bisa juga bersifat
manasuka karena selera atau gaya
penulisan (style) penerjemah. Kedua,
adalah pergeseran unit. Setiap bahasa
mempunyai sistem tata bahasa yang
terdiri dari (1) morfem; (2) kata; (3)
frasa; (4) klausa; (5) kalimat; dan (6)
wacana. Machali (2000: 20—23)
mengatakan bahwa pergeseran level
terjadi ketika penerjemahan dalam BSu
berubah menjadi unit atau tataran yang
berbeda dalam Bsa. Misalnya, dari kata
dalam BSu menjadi frasa dalam BSa
atau sebaliknya. Pergeseran unit juga
terjadi apabila kata dasar dalam BSu
diterjemahkan menjadi kata berimbuhan
dalam BSa atau sebaliknya. Ketiga,
adalah pergeseran intrasistem. Catford
(1965: 80) menggunakan istilah intra-
system shift untuk kasus yang
mengalami pergeseran karena
disebabkan oleh tata bahasa yang
berbeda dari kedua bahasa yang terlibat.
Dalam hal ini Catford (1965: 80)
menambahkan bahwa sebenarnya BSu
dan BSa memiliki sistem yang sepadan
secara formal, namun penerjemahan
yang dilakukan mengharuskan
terjadinya pergeseran karena kelaziman
ekspresi yang berkorespondensi itu
menjadi tidak berterima.
Ketidakberterimaan itu disebabkan oleh
ketentuan tata bahasa dalam BSa itu
sendiri.
Selain pergeseran, Catford juga
mengungkapkan ada pula pergeseran
seperti yang diungkapkan oleh Baker
(1992: 40) yang meliputi penambahan
(addition) dan penghilangan (deletion).
Penerjemahan dengan penambahan dan
penghilangan merupakan salah satu
teknik yang digunakan guna mengatasi
masalah padanan kata, frasa, klausa,
atau kalimat dalam Bsa.
Nababan dkk. (2012: 44)
menjelaskan bahwa kedua teknik itu
bukan dimaksudkan untuk mengurangi
informasi sesuka hati, tetapi
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
78
dimaksudkan untuk menghasilkan
terjemahan yang berterima dan mudah
dipahami oleh pembaca sasaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pergeseran Penerjemahan
Pergeseran dalam penerjemahan terbagi
atas beberapa jenis, meliputi (1)
pergeseran level (level shift ) dan (2)
pergeseran kategori (category shift)
yang meliputi pergeseran struktur, kelas,
unit, dan intrasistem.
Frasa local transmission pada data
(1) diterjemahkan menjadi penularan
lokal. Penerjemahan tersebut
mengandung pergeseran struktur. Frasa
local transmission yang berpola
menerangkan-diterangkan diterjemahkan
menjadi penularan lokal yang berpola
diterangkan-menerangkan.
Frasa herd immunity pada data (2)
diterjemahkan menjadi kekebalan
kelompok. Penerjemahan tersebut
mengalami pergeseran struktur. Frasa
herd immunity yang berpola
menerangkan-diterangkan
diterjemahkan menjadi kekebalan
kelompok yang berpola diterangkan-
menerangkan.
Kata incubation pada data (3)
diterjemahkan menjadi inkubasi.
Penerjemahan tersebut tidak mengalami
pergeseran penerjemahan atau shift in
translation.
Data 3. Penerjemahan kosakata incubation
menjadi inkubasi
Data 1. Penerjemahan kosakata local
transmission menjadi penularan lokal
Data 2. Penerjemahan kosakata herd
immunity menjadi kekebalan kelompok
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
79
Frasa imported case pada data (4)
diterjemahkan menjadi kasus impor.
Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran struktur. Frasa imported case
yang berpola menerangkan-diterangkan
diterjemahkan menjadi kasus impor
yang berpola diterangkan-menerangkan.
Frasa cross contamination pada
data (5) diterjemahkan menjadi
kontaminasi silang. Penerjemahan
tersebut mengalami pergeseran struktur.
Frasa cross contamination yang berpola
menerangkan-diterangkan
diterjemahkan menjadi kontaminasi
silang yang berpola diterangkan-
menerangkan.
Frasa airbone (contagion) pada
data (6) diterjemahkan menjadi
(penularan) lintas udara. Dalam
penerjemahan tersebut terjadi
pergeseran struktur. Frasa airbone
(contagion) yang berpola menerangkan-
diterangkan diterjemahkan menjadi
(penularan) lintas udara yang berpola
diterangkan-menerangkan.
Frasa face shield pada data (7)
diterjemahkan menjadi pelindung muka.
Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran struktur. Frasa face shield
yang berpola menerangkan-diterangkan
diterjemahkan menjadi pelindung muka
yang berpola diterangkan-menerangkan.
Data 4. Penerjemahan kosakata imported
case menjadi kasus impor
Data 5. Penerjemahan kosakata cross
contamination menjadi kontaminasi silang
Data 6. Penerjemahan kosakata aribone
(contagion) menjadi (penularan) lintas udara
Data 7. Penerjemahan kosakata face shield
menjadi pelindung muka
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
80
Frasa thermo gun pada data (8)
diterjemahkan menjadi termometer
tembak; pistol thermometer.
Penerjemahan tersebut tidak mengalami
pergeseran penerjemahan atau shift in
translation apabila thermo gun
diterjemahkan menjadi termometer
tembak. Namun, ada perubahan struktur
dalam penerjemahan frasa thermo gun
yang berpola menerangkan-diterangkan
menjadi pistol thermometer yang
berpola diterangkan-menerangkan.
Frasa contact tracing pada data (9)
diterjemahkan menjadi penelusuran
kontak. Penerjemahan tersebut
mengalami pergeseran struktur. Frasa
contact tracing yang berpola
menerangkan-diterangkan
diterjemahkan menjadi penelusuran
kontak yang berpola diterangkan-
menerangkan.
Kata droplet pada data (10)
diterjemahkan menjadi percikan.
Penerjemahan tersebut tidak mengalami
pergeseran penerjemahan atau shift in
translation .
Kata suspect pada data (11)
diterjemahkan menjadi terduga; suspek.
Penerjemahan kata suspect menjadi
suspek tidak mengalami pergeseran
penerjemahan atau shift in translation .
Data 8. Penerjemahan kosakata thermo gun
menjadi termometer tembak atau pistol
termometer
Data 9. Penerjemahan kosakata contact
tracing menjadi penelusuran kontak
Data 10. Penerjemahan kosakata droplet
menjadi percikan
Data 11. Penerjemahan kosakata suspect
menjadi terduga atau suspek
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
81
Frasa self-quarantine pada data
(12) diterjemahkan menjadi
swakarantina. Penerjemahan tersebut
tidak mengalami pergeseran
penerjemahan atau shift in translation.
Akan tetapi, penerjemahan tersebut
mengalami pergeseran struktur dari
frasa self-quarantine yang berpola
menerangkan-diterangkan menjadi
karantina mandiri yang berpola
diterangkan-menerangkan.
Frasa rapid test pada data (13)
diterjemahkan menjadi uji cepat.
Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran penerjemahan atau shift in
translation berupa pergeseran struktur
karena rapid test berpola menerangkan-
diterangkan, sedangkan uji cepat
berpola diterangkan-menerangkan.
Frasa panic buying pada data (14)
diterjemahkan menjadi beli panik.
Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran struktur karena panic buying
berpola menerangkan-diterangkan,
sedangkan beli panik berpola
diterangkan-menerangkan.
Frasa new normal pada data (15)
diterjemahkan menjadi kenormalan
baru. Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran struktur karena new normal
berpola menerangkan-diterangkan,
Data 12. Penerjemahan kosakata self-
quarantine menjadi swakarantina atau
karantina mandiri
Data 13. Penerjemahan kosakata rapid test
menjadi uji cepat
Data 14. Penerjemahan kosakata panic
buying menjadi beli panik
Data 15. Penerjemahan kosakata new normal
menjadi kenormalan baru
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
82
sedangkan kenormalan baru berpola
diterangkan-menerangkan.
Penerjemahan tersebut juga mengalami
pergeseran kelas kata adjektiva normal
menjadi nomina kenormalan.
Kata swab test pada data (16)
diterjemahkan menjadi uji usap.
Penerjemahan tersebut mengalami
pergeseran struktur karena swab test
berpola menerangkan-diterangkan,
sedangkan uji usap berpola diterangkan-
menerangkan.
Frasa work from home pada data
(17) diterjemahkan menjadi kerja dari
rumah. Penerjemahan tersebut tidak
mengalami pergeseran penerjemahan
atau shift in translation.
Frasa lockdown pada data (18)
diterjemahkan menjadi karantina
wilayah. Penerjemahan tersebut
mengalami pergeseran struktur karena
lockdown berpola menerangkan-
diterangkan, sedangkan karantina
wilayah berpola diterangkan-
menerangkan.
Frasa physical distancing pada data
(19) diterjemahkan menjadi pembatasan
fisik. Penerjemahan tersebut mengalami
Data 16. Penerjemahan kosakata swab test
menjadi uji usap
Data 17. Penerjemahan kosakata work from
home menjadi kerja dari rumah
Data 18. Penerjemahan kosakata lockdown
menjadi karantina wilayah
Data 19. Penerjemahan kosakata physical
distancing menjadi pembatasan fisik
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
83
pergeseran struktur karena physical
distancing berpola menerangkan-
diterangkan, sedangkan pembatasan
fisik berpola diterangkan-menerangkan.
Frasa flattening curve pada data
(20) diterjemahkan menjadi pelandaian
kurva. Penerjemahan tersebut tidak
mengalami pergeseran penerjemahan
atau shift in translation .
Frasa hand sanitizer pada data (21)
diterjemahkan menjadi penyanitasi
tangan. Penerjemahan tersebut
mengalami pergeseran struktur karena
hand sanitizer berpola menerangkan-
diterangkan, sedangkan penyanitasi
tangan berpola diterangkan-
menerangkan.
Kata survivor pada data (22)
tersebut diterjemahkan menjadi
penyintas. Penerjemahan tersebut tidak
mengalami pergeseran penerjemahan
atau shift in translation .
Penerjemahan data (23) tersebut
mengalami pergeseran struktur karena
decontamination berpola menerangkan-
diterangkan, sedangkan dekontaminasi
berpola diterangkan-menerangkan.
Data 20. Penerjemahan kosakata flattening
the curve menjadi pelandaian kurva
Data 21. Penerjemahan kosakata hand
sanitizer menjadi penyanitasi tangan
Data 22. Penerjemahan kosakata
survivormenjadi penyintas
Data 23. Penerjemahan kosakata
decontamination menjadi dekontaminasi
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
84
Penerjemahan data (24) tersebut
mengalami pergeseran struktur karena
hazmat (hazardous materials) suit
berpola menerangkan-diterangkan,
sedangkan alat pelindung diri berpola
diterangkan-menerangkan.
Berdasarkan analisis pergeseran
penerjemahan, diperoleh hasil seperti
yang disajikan dalam tabel 3 berikut. Tabel 3
Pergeseran Penerjemahan Kosakata
Mutakhir Bahasa Indonesia
No. Pergeseran jumlah
1. Level -
2. Struktur 16 (94,11%)
3. Kelas 1 (5,88%)
4. Unit -
5. Intra-sistem -
6. Penambahan -
7. Penghilangan -
Total 17 (100%)
Tabel 3 menunjukkan bahwa
terjadi tujuh belas pergeseran dalam
penerjemahan kosakata teknis pandemi
korona, yaitu pergeseran struktur
sebanyak enam belas buah dan
pergeseran kelas sebanyak satu buah.
Penilaian Kualitas Terjemahan
Tingkat Keakuratan
Berdasarkan kuesioner yang telah
dikumpulkan dari tiga informan ahli,
diperoleh hasil penilaian tingkat
keakuratan seperti yang disajikan dalam
tabel 4 berikut. Tabel 4
Skor Keakuratan Pengalihan Makna
Kosakata Teknis Pandemi Korona
Pa-
kar
Akurat Kurang
Akurat
Tidak
Akurat
J
m
l.
Skor
(x 3)
Jml. Skor
(x 2)
Jml. Skor
(x 1)
1 23 69 1 2 - -
2 22 66 2 4 - -
3 21 63 1 2 1 1
Jml. 66 98
(91,5
8%)
4 8
( 7,47
%)
1 1
(0,93
%)
Tabel 4 menunjukkan bahwa
pengalihan makna dalam terjemahan
kosakata mutakhir bahasa Indonesia
dapat dinyatakan sudah baik. Hal ini
berdasarkan penilaian para
pakar/informan ahli bahwa 91,58%
pengalihan makna sudah akurat.
Sementara itu, pengalihan makna yang
dinilai kurang akurat 7,47%, sedangkan
pengalihan makna yang dinilai tidak
akurat hanya 0,93%.
Tingkat Keterbacaan
Berdasarkan kuesioner yang telah
dikumpulkan dari tiga informan ahli,
diperoleh hasil penilaian tingkat
keakuratan seperti yang disajikan dalam
tabel 5 berikut. Tabel 5
Skor Keterbacaan Pengalihan Makna
Kosakata Teknis Pandemi Korona
Pa-
kar
Tingkat Keterbacaan
Sangat
Mudah
Muda
h
Sulit Sangat
Sulit
Data 24. Penerjemahan kosakata hazmat suit
menjadi alat pelindung diri
Jalabahasa Vol. 17, No. 1, Mei 2021, hlm. 72—86
85
1 17 4 3 -
2 16 4 3 1
3 16 3 3 2
Jum
lah
49
(71,01
%)
11
(15,94
%)
9
(13,04
%)
3
(4,34
%)
Tabel 5 menunjukkan penilaian
para pakar bahwa 71,01% tingkat
keterbacaan penerjemahan kosakata
teknis pandemi korona bahasa Indonesia
sangat mudah. Sementara itu, 15,94%
penerjemahan kosakata teknis pandemi
korona bahasa Indonesia dikategorikan
mudah, sedangkan 13,04%
penerjemahan kosakata teknis pandemi
korona bahasa Indonesia dikategorikan
sulit, dan 4,34% penerjemahan kosakata
teknis pandemi korona bahasa Indonesia
dikategorikan sangat sulit.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis disimpulkan bahwa
telah terjadi tujuh belas pergeseran (shift
in translation) dalam penerjemahan
kosakata teknis pandemi korona bahasa
Indonesia, yaitu pergeseran struktur
sebanyak enam belas buah dan
pergeseran kelas sebanyak satu buah.
Meskipun terjadi tujuh belas
pergeseran, pengalihan makna dalam
terjemahan kosakata kosakata teknis
pandemi korona bahasa Indonesia dapat
dinyatakan sudah baik. Hal ini
berdasarkan penilaian para pakar bahwa
91,58% pengalihan makna sudah akurat,
7,47% kurang akurat, dan tidak akurat
hanya 0,93%.
Pakar I, II, dan III menganggap
bahwa penerjemahan panic buying
menjadi beli panik dinilai kurang akurat.
Selain itu, pakar II menganggap bahwa
penerjemahan lockdown menjadi
karantina wilayah dinilai kurang akurat.
Sementara itu, pakar III menganggap
bahwa penerjemahan lockdown menjadi
karantina wilayah dinilai tidak akurat.
Selain itu, para pakar atau informan
ahli juga menilai bahwa 20,51% tingkat
keterbacaan penerjemahan yang
dikategorikan sangat mudah sebanyak
71,01%, dikategorikan mudah sebanyak
15,94%, dikategorikan sulit sebanyak
13,08%, dan yang dikategorikan sangat
sulit sebanyak 4,34%. Hal tersebut
terjadi karena kosakata yang terdapat
dalam laman Facebook atau Instagram
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa tersebut tergolong baru atau
belum lama diterjemahkan sehingga
kurang dikenal masyarakat dan tingkat
keterbacaannya belum maksimal,
bahkan di kalangan ahli sekali pun.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerjemahan
kosakata teknis pandemi korona sudah
dilakukan dengan baik karena sebagian
besar makna dialihkan secara akurat
dengan tingkat keterbacaan yang tinggi.
Akan tetapi, untuk penerjemahan
kosakata yang kurang dan tidak akurat
sebaiknya dilakukan perbaikan atau
penggantian.
Saran untuk Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa dan dinas terkait
adalah untuk lebih gencar mengadakan
penyuluhan dan sosialisasi kepada
masyarakat pengguna bahasa mengenai
kosakata mutakhir yang dinyatakan
akurat tersebut. Untuk kosakata yang
dinilai kurang dan tidak akurat,
sebaiknya dilakukan revisi dengan
kajian yang mendalam sehingga dapat
diganti dengan kosakata yang memiliki
tingkat keakuratan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Catford, J. C. 1965. Language and
Language Learning a
Linguistic Theory of
Translation. London: Oxford
University Press.
Pergeseran, Tingkat Keakuratan, … (Nikolaus Rendi P. Hadi, dkk.)
86
Hadi, Nikolaus Rendi P. 2017.
―Pergeseran Penanda Kohesi
Gramatikal dan Tingkat
Keakuratan Makna dalam
Penerjemahan Kitab ‗Kisah
Para Rasul‘ Bahasa Indonesia
ke dalam Bahasa Jawa‖.
Tesis. Universitas
Diponegoro.
Hadi, Nikolaus Rendi P. 2019.
―Pergeseran, Tingkat
Keakuratan, dan Tingkat
Keterbacaan dalam
Penerjemahan Kosakata
Mutakhir Bahasa Indonesia‖.
Jurnal Perspektif Pendidikan.
Vol. 5 No. 1, 121--140.
Hartono, Rudi. 2011. Teori
Penerjemahan. Semarang:
Cipta Prima Nusantara.
Larson, M. L. 1991. Penerjemahan
Berdasarkan Makna:
Pedoman untuk Pemadanan
Antarbahasa. Jakarta:
Grasindo.
Machali, R. 2000. Pedoman bagi
Penerjemah. Jakarta: PT
Grasindo.
Baker, Mona. 1992. In Other Words:
A Course Book on
Translation. New York:
Routledge Taylor and Francis
Group.
Hasyim, Muhammad & Hasanuddin,
U. 2015. Teori Terjemahan.
Makassar: Fakultas Sastra
Universitas Hassanudin.
Nababan. 2004. ―Strategi Penilaian
Kualitas Terjemahan‖. Jurnal
Linguistik Bahasa. Vol. 2. no.
1, 54--65.
Nababan, M. dkk. 2012.
"Pengembangan Model
Penilaian Kualitas
Terjemahan". Kajian
Linguistik dan Sastra, 24 (1),
39–57.
Rupiah, S. N., & Hartono, R. 2017.
"Shift and Equivalence of
Noun Phrases in English-
Indonesian Translation of
Barbie Short Stories". English
Education Journal, 7(3),
227–236.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University
Press.
Supana. 2012. ―Kajian Terjemahan
Penanda Kohesi pada Novel
Wings Karya Danielle Steel
ke dalam Bahasa Indonesia‖.
Disertasi. Universitas Sebelas
Maret.
https://www.facebook.com/Badan.Ba
hasa/ diakses 9 Maret 2020--6
Oktober 2020.
https://www.instagram.com/badanbah
asakemendikbud/ diakses 9
Maret 2020--6 Oktober 2020.