perforasi gaster pak zam

3
PERFORASI GASTER Pada orang dewasa, perforasiulkus peptic adalah penyebab umum dari mobiditas dan mortalitas akut abdomen sampai sekitar 30 tahun lalu. Angka kejadian menurun secara parallel dengan penurunan umum dari prevalensi ulkus peptic. Ulkus duodenum 2- 3 kali lebih sering dari perforasi ulkus gaster. Sekitar satu pertiga perforasi gaster berkaitan dengan karsinoma gaster. (2) Patofisiologi Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain karena kadar asam intraluminalnya tinggi. Kebanyakan orang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam risiko kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalaj gaster berisiko terhadap kontaminasiperitoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam, peritonitis kmia bertahap menjadi peritonitis bacterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang refluks sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk flagemon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dan granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotic,

Upload: rizki-kurnia

Post on 05-Jul-2015

613 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perforasi Gaster Pak Zam

PERFORASI GASTER

Pada orang dewasa, perforasiulkus peptic adalah penyebab umum dari mobiditas dan

mortalitas akut abdomen sampai sekitar 30 tahun lalu. Angka kejadian menurun secara

parallel dengan penurunan umum dari prevalensi ulkus peptic. Ulkus duodenum 2-3 kali

lebih sering dari perforasi ulkus gaster. Sekitar satu pertiga perforasi gaster berkaitan dengan

karsinoma gaster.(2)

Patofisiologi

Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain

karena kadar asam intraluminalnya tinggi. Kebanyakan orang mengalami trauma abdominal

memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam risiko kontaminasi bakteri setelah

perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalaj gaster berisiko

terhadap kontaminasiperitoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke

rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam, peritonitis kmia bertahap

menjadi peritonitis bacterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara

peritonitis kimia awal sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya bakteri di rongga

peritoneal merangsang refluks sel-sel inflamasi akut. Omentum dan organ dalam cenderung

untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk flagemon (ini biasanya terjadi pada

perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi pertumbuhan bakteri

anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dan granulosit, yang mengarah

pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk

abses, efek osmotic, mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses dan pembesaran abses

abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis, kegagalan multi organ, dan syok dapat

terjadi.(2,7)

Perforasi gaster merupakan keadaan akut abdomen yang memerlukan tindakan segera

untuk menghilangkan material cairan lambung yang mencemari cavum peritoneum. Cairan

lambung bersifat iritatif karena kandungan HCl, keadaan tersebut menyebabkan iritasi dan

inflamasi pada seluruh organ intraperitonela yang terpapar oleh cairan lambung. Keadaan

tersebut kemudian akan diikuti dengan infeksi oleh bakteri pada traktus gastrointestinal yang

terpapar pada kavum peritoneum yang bermanifestasi dalam bentuk pus. Ulkus gaster

berbeda dengan ulkus duodenum, pada ulkus gaster lebih disebabkan karena kelemahan

pertahanan mukosa dibandingkan dengan hiperasiditas karena hipersekresi.(7)

Page 2: Perforasi Gaster Pak Zam

Etiologi

Perforasi non-trauma, misalnya : akibat volvulus gaster karena overdistensi dan

iskemia; spontan pada bayi baru lahir tang terilmplikasi syok dan stess ulcer; ingesti aspirin,

NSAID, steroid, dan jamu-jamuan: terutama pada pasien lanjut usia; adanya factor

predisposisi: termasuk ulkus peptic; perforasi oleh malignansi intraabdomen atau limfoma;

benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi esophagus, gaster, atau

usu dengan infeksi intraabdomen, peritonitis, dan sepsis. Perforasi trauma (tajam atau tumpul,

misalnya trauma iatrogenic setelah pemasangan pipa nasogastrik saat endoskopi; luka

penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen (missal tusukan pisau); trauma tumpul pada

gaster; trauma seperti ini lebih umum pada anak dari pada dewasa.(8)

Tanda dan Gejala

Perforasi gaster akan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami

perforasi akan tampak kesakitan hebat, seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak,

terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsang peritoneum oleh asam lambung,

empedu dan atau enzim pancreas. Pada awal perforasi, belum ada infeksi bacteria, fase ini

disebut fase peritonitis kimia. Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsangan

peritoneum di permukaan bawah diafragma. Reaksi peritoneum berupa pengenceran zat asam

yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi

peritonitis bacteria. (8)

Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defan muskuler. Pekak hati

bias hilang karena adanya udara bebas di bawah diafragma. Peristaltic usu menurun sampai

menghilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah tejadi peritonitis bacteria, suhu

penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita tampak letargik karena

syok septic. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang

menyebabkan pergeseran peritoneum dengan peritoneum. Nyeri subjektif dirasakan waktu

penderita bergerak, seperti berjalan, bernafas, menggerakan badan, batuk, dan mengejan.

Nyeri obyektif berupa nyeri ketika digerakkan seperti palpasi, tekanan dilepaskan, colok

dubur, test psoas, dan tes obturator.(8)