perencanaan pembangunan pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public ›...

75

Upload: others

Post on 07-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter
Page 2: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 1

kata pengantarSaat ini pandemi virus corona atau COVID-19 menjadi sesuatu yang paling ditakuti di dunia. Penyebaran wabah pandemi COVID-19 yang sangat cepat bukan hanya berdampak luas di dunia kesehatan, namun sektor-sektor lain juga mendapat pengaruh dari adanya virus tersebut. Kondisi ini telah menekan pertumbuhan ekonomi global dan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang semakin meluas, termasuk di sektor pangan dan pertanian.

Dampak terbesar terasa pada beberapa sektor usaha seperti pariwisata dan perdagangan,

Perencanaan Pembangunan Pertanian

Volume 1 No.2/2020 April 2020

namun ditengah mewabahnya virus ini, sektor pertanian justru menjadi pengaman dalam menghadapi wabah tersebut, pangan menjadi kebutuhan prioritas yang harus dipenuhi bagi seluruh masyarakat sehingga kegiatan produksi pertanian di masa pandemi virus COVID-19 harus tetap berjalan. Adanya wabah ini justru menjadi tantangan bagi sektor pertanian karena masyarakat sangat membutuhkan pangan yang cukup dan menyehatkan.

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian Edisi Khusus ini merupakan upaya Biro Perencanaan untuk memberikan kontribusi terhadap kebijakan Kementerian Pertanian terkait isu pandemic COVID-19 terutama menyangkut kebijakan makro dampak ekonomi terhadap kinerja sektor pertanian maupun kebijakan operasional dalam jangka pendek dan menengah. Kami mengucapkan terima kasih kepada segenap redaktur, editor dan kontributor yang telah berupaya menerbitkan buletin ini. Semoga bermanfaat

Jakarta, April 2020

Abdul BasitKepala Biro Perencanaan

Page 3: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian2

Mampukah Sektor Pertanian Mengantisipasi Dampak COVID-19?

Dampak Ekonomi Penyebaran COVID-19 Terhadap Kinerja Sektor Pertanian

Kebijakan Pertanian Untuk Menangani Dampak COVID-19

Membangun Sinergitas Lintas Sektor Dalam Menghadapi COVID-19

Implikasi COVID-19 Bagi Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pangan

Dampak Panic Buying Produk Pertanian Akibat COVID-19

Analisis Kebutuhan Pangan Masyarakat Dalam Mengantisipasi dampak COVID-19

Susunan Dewan Redaksi Buletin

Biro Perencanaan

Penanggung Jawab :Dr.Ir. Abdul Basit, M.SKepala Biro Perencanaan

Sekretariat JendralKementerian Pertanian

Redaktur :RR. Nina Murdiana, S.Sos, MM

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Editor :Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si

Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan

Dr. Ir. Ranny Mutiara Chaidirsyah Kepala Bagian Kebijakan dan Program

Dr. Ir. Hermanto, MPKepala Bagian Perencanaan Wilayah

YuliantoEditor Sinar Tani

Desain Grafis :Yanuar Kurniawan, ST, M.Si

Fungsional Umum

Sri Sapto WardonoFungsional Umum

Fotografer :Dedi Suherman, SE

Fungsional Umum

Sekretariat :

Bidang KeuanganTati Komarawati, SE

Fungsional Umum

Bidang MateriIr. Kusno Hadi Utomo, MM

Perencana Utama

Marwoso, SP,MMPerencana Madya

Hendy Fitriandoyo, SPPerencana Madya

Bidang Logistik dan Distribusi

Gusmayanti, SEFungsional Umum

daftar isi3

6

18

28

41

56

63

Page 4: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 3

Penyebaran wabah Corona virus (COVID-19) sangat luar biasa, dan tidak pernah

sebelumnya terjadi pandemi sebesar ini di dunia. Sejak pertama kali COVID-19 terkonfirmasi di Cina pada akhir Desember 2019, penyebarannya hingga per tanggal 6 April 2020 telah terjangkit  di 204 negara dengan terkonfirmasi positif 1.275.037 orang. Sepuluh negara terbesar terkonfirmasi positif COVID-19 secara berurutan; Amerika Serikat 336.851 orang, Spanyol 131.646 orang, Itali 128.948 orang, Jerman 100.123 orang, Prancis

92,839 orang, Cina 81.708 orang, Iran 58.226 orang, Inggris 47.806 orang, Turki 27.069 orang, dan Switzerland 21.100 orang. Sementara, Indonesia pada periode yang sama berada pada urutan ke-38 dengan jumlah terkonfirmasi positif 2.273 orang.

Mewabahnya COVID-19 telah menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang semakin meluas. Hal ini telah menekan pertumbuhan ekonomi global, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan International Monetary Fund  (IMF) atau

PROLOG:

MAMPUKAH SEKTOR PERTANIAN MENGANTISIPASI DAMPAK COVID-19?

HermantoBiro Perencanaan Kementerian Pertanian

Page 5: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian4

Lembaga Moneter Internasional memprediksi bahwa dampak ekonomi pandemi COVID-19 akan menyebabkan resesi ekonomi global pada tahun 2020, yang kondisinya bisa lebih buruk dari krisis keuangan global pada tahun 2008.  Sejumlah negara, seperti Cina, Italia, Spanyol, Perancis, Inggris, Malaysia, Amerika Serikat dan negara lainnya telah mengumumkan status darurat dan melakukan isolasi terbatas atau menyeluruh terhadap negaranya. Di Indonesia, Presiden Jokowi pada tanggal 30 Maret 2020 juga mengumumkan penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam menangani penyebaran wabah COVID-19. Dampaknya telah membatasi orang yang akan bekerja, bepergian, dan interaksi sosial. Selainnya itu, banyak pabrik-pabrik yang tutup dan terganggunya rantai pasokan global.

Dalam kondisi penuh ketidakpastian akibat COVID-19, sektor pertanian  menjadi pengaman pemenuhan kebutuhan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia. Meskipun gangguan terhadap produksi pangan dan pertanian belum terlihat secara nyata di tingkat lapangan, namun dari hasil berbagai analisis menyebutkan bahwa dampak penyebaran COVID-19 akan menyebabkan terganggunya pasokan pangan dan kenaikan harga pangan di wilayah terdampak.

Tidak ada yang bisa memprediksi kapan berakhirnya COVID-19. Sebab, begitu banyak yang tidak diketahui tentang COVID-19,

termasuk seberapa cepat penyebarannya dan efektivitas tindakan pengendalian yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, muncul pertanyaan yang mendasar, “Mampukah sektor pertanian mengantisipasi dampak COVID-19?”.

Sektor pertanian selama ini dikenal sebagai satu-satunya sektor ekonomi yang paling bertahan dari berbagai gejolak dan krisis. Bahkan pertanian dianggap sebagai sektor yang paling tangguh dalam membantu stabilitas ekonomi Indonesia. Disisi lain, sektor pertanian di tengah wabah COVID-19 juga dapat menjadi peluang bagi petani untuk meningkatkan kesejahteraannya karena produk pangan dan pertanian mulai banyak dicari konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam beberapa kasus, tidak sedikit masyarakat berperilaku panic buying dalam menyikapi kejadian COVID-19. Masyarakat berbondong-bondong memborong bahan pangan di pasar untuk dijadikan stok dalam memenuhi kebutuhan selama jangka waktu tertentu. Fenomena panic buying  menyebabkan pasokan bahan pangan di pasar menjadi terbatas, sehingga mendorong harga pangan naik signifikan di tengah mewabahnya COVID-19.

Berbagai dampak meluasnya penyebaran COVID-19 terhadap sektor pertanian akan dibahas secara terstruktur dan komprehensif di Bulletin Edisi Khusus pada bulan April 2020, yang dibagi ke dalam beberapa cakupan bahasan, yaitu:1. Dampak Ekonomi Penyebaran COVID-19

Terhadap Kinerja Sektor Pertanian.2. Kebijakan Pertanian Untuk Menangani

Dampak COVID-19.3. Membangun Sinergitas Lintas Sektor

Dalam Menghadapi COVID-19.4. Implikasi COVID-19 Bagi Upaya Pemenuhan

Kebutuhan Pangan.5. Dampak Panic Buying Produk Pertanian

Akibat COVID 19.

Dalam kondisi penuh ketidakpastian akibat COVID-19, sektor

pertanian menjadi pengaman pemenuhan kebutuhan pangan bagi

267 juta penduduk Indonesia.“

Page 6: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 5

6. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Dampak WabahCOVID-19.

Dengan tampilan format yang berbeda dari terbitan regular, Buletin Edisi Khusus ini diterbitkan dengan substansi yang lebih mengedepankan kebenaran ilmiah/kebenaran ilmu pengetahuan (scientific truth) dalam menelaah dampak COVID-19 terhadap sektor pertanian. Berbagai telaahan pada buletin ini dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian mampu mengantisipasi dampak COVID-19 dengan melakukan berbagai upaya mitigasi terhadap risiko penurunan kinerja sektor pertanian, yaitu:

1. Pemerintah dan para pemangku kepentingan harus bersinergi secara bersama-sama mengalokasikan sumber daya secara optimal dalam menangani masalah kesehatan, penyebaran dan tindakan pengendalian COVID-19, terutama bagi pelaku-pelaku yang bergerak di bidang pertanian. Tanpa ini berbagai kebijakan dan program pembangunan pertanian tidak akan mampu mengantisipasi dampak COVID-19.

2. Memperkuat program pemberdayaan petani dan padat karya berbasis pertanian di desa dengan model  cash for work.Program ini akan memberikan kesempatan kerja bagi petani/masyarakat yang kurang sejahtera dan menganggur/setengah menganggur untuk memperoleh tambahan atau meningkatkan pendapatannya. Harapannya mampu menekan angka kemiskinan di perdesaan serta mengangkat kesejahteraan petani.

3. Menjamin ketersediaan dan akses pangan bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau. Ketersediaan pasokan pangan

di tengah mewabahnya COVID-19 semakin urgent. Penyiapan stok pangan harus dilakukan terhadap wilayah yang menjadi episentrum penyebaran COVID-19 atau yang berpotensi dilakukan penutupan wilayah secara terbatas (partial lockdown).

4. Menjamin kelancaran sistem logistik pangan antar-wilayah serta kesiapan distribusi ke level konsumen dengan biaya logistik yang lebih efisien. Hal ini mengantisipasi terjadinya lonjakan harga pangan selama diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan/atau penutupan wilayah secara terbatas.

5. Mengakselerasi peningkatan jumlah penerima manfaat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan melakukan penundaan pembayaran pelunasan kredit selama satu tahun terhadap petani/pelaku UMKM pertanian yang terdampak COVID-19. Kebijakan ini hanya diberlakukan pada tahun 2020.

6. Memberikan stimulus atau insentif kepada petani dalam menjaga dan meningkatkan produksi pertanian ditengah mewabahnya COVID-19 yang semakin luas. Hal ini dilakukan secara bersamaan dengan peningkatan jumlah penerima manfaat asuransi pertanian melalui tambahan alokasi subsidi premi asuransi pertanian.

7. Memperkuat ekspor pertanian Indonesia di tengah pandemik COVID-19 melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing, mengoptimalkan negosiasi perdagangan, serta perluasan pasar ekspor ke negara dagang non-tradisional. 

Page 7: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian6

ABSTRAK

Semakin meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara di belahan dunia

telah menekan pertumbuhan ekonomi global, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini juga akan berimbas pada sektor pertanian. Namun sejauhnya ini dampak COVID-19 terhadap sektor pertanian belum banyak diketahui. Kajian ini akan menganalisis bagaimana penyebaran COVID-19 dapat

membawa dampak ekonomi terhadap sektor pertanian di Indonesia. Dampak ini dianalisis melalui tiga skenario, yaitu (1) turunnya produktivitas tenaga kerja; (2) turunnya total faktor produktivitas; dan (3) meningkatnya biaya perdangangan. Ketiga skenario ini dianalisis dengan mengunakan Model Global Trade Analysis Project (GTAP), dengan data sekunder bersumber dari data dasar GTAP versi 9. Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak ekonomi penyebaran COVID-19 menyebabkan

DAMPAK EKONOMI PENYEBARAN COVID-19 TERHADAP KINERJA SEKTOR PERTANIAN

HermantoBiro Perencanaan Kementerian Pertanian

Page 8: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 7

jumlah penduduk miskin dan rawan pangan di Indonesia diperkirakan akan meningkat pada ketiga skenario, secara berurutan 1,8%, 6,9% dan 9,9%. Selain itu, produksi pertanian akan turun dengan besaran yang berbeda pada setiap skenario. Nilai ekspor pertanian hanya meningkat 0,04 - 0,74% pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja. Pada skenario turunnya total faktor produktivitas hanya sektor hortikultura yang ekspornya meningkat, yaitu sebesar 0,5%. Sementara pada skenario terjadinya peningkatan biaya perdagangan, semua ekspor pertanian akan turun antara 1,2 - 7,14%. Hampir semua komoditas pertanian mengalami kenaikan impor dengan besaran yang berbeda pada setiap skenario. Risiko penurunan kinerja sektor pertanian ini perlu dimitigasi dengan melakukan reorientasi kebijakan dan program pembangunan pertanian.

Kata kunci: COVID-19, dampak, kinerja, dan pertanian

I. PENDAHULUANBeberapa tahun terakhir, pertumbuhan

ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) meramalkan ekonomi dunia akan tumbuh 3,5% pada tahun 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya mencapai 3,6% sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.

Belum lepas dari dampak perang dagang, merebaknya wabah Corona virus (COVID-19) sejak 31 Desember 2019 menjadi risiko berlanjutnya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi global. Selain peningkatan biaya perawatan kesehatan dan turunnya produktivitas, perlambatan ekonomi global sebagai dampak penyebaran COVID-19 juga dirasakan melalui pembatasan orang yang akan bekerja, bepergian, dan interaksi sosial.

Tren  jumlah pasien positif terinfeksi COVID-19 terus meningkat. Data per tanggal 25 Maret 2020, penyebaran COVID-19 telah menginfeksi sekitar 445.753 orang di 189 negara dengan jumlah kematian mencapai 19.767 orang, dan 112.037 orang diantaranya sembuh. Di Indonesia telah terkonfirmasi positif COVID-19 pada periode yang sama sebanyak 790 orang dengan jumlah kematian mencapai 58 orang dan 31 orang dinyatakan sembuh (Worldmeters, 2020).

World Health Organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada Maret 2020. Bahkan sejumlah negara seperti Cina, Italia, Spanyol, Perancis, Inggris, Malaysia, dan lainnya telah mengambil kebijakan lockdown guna menghindari penyebaran COVID-19 yang lebih luas. Implikasinya, kegiatan pekonomian terhambat dan memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Penyebaran COVID-19 telah menekan pasar saham global dan sejumlah mata uang di dunia, termasuk rupiah di Indonesia. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi ke level Rp16.680 per dolar AS per 25 Maret 2020. Nilai tukar rupiah ini merupakan yang terlemah sejak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Bahkan Laurence (2020) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan turun sekitar 0,5 - 1,5% pada tahun 2020 sebagai dampak semakin meluasnya penyebaran COVID-19.

Organisasi Buruh lnternasional (International Labour Organizations/lLO) juga telah memperkirakan bahwa COVID-19 pada skenario terburuk akan menghilangkan pekerjaan sekitar 24,7 juta orang di seluruh dunia. Selain itu, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC) dalam risetnya yang dirilis

Page 9: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian8

(13/3/20) menyebutkan, bahwa COVID-19 berdampak signifikan pada sektor perjalanan dan pariwisata, yang berpotensi akan menghilangkan pekerjaan 50 juta orang di seluruh dunia.

Di Indonesia, imbas COVID-19 juga dirasakan pekerja informal. Misalnya ojek daring, UMKM seperti penjual makanan dekat perkantoran. Melalui kebijakan WFH (Work From Home) yang pemerintah pusat dan daerah keluarkan, sehingga anak sekolah belajar dari rumah, pekerja juga bekerja dari rumah, menjadikan pekerja informal kehilangan sebesar 50% pendapatannya (CNN Indonesia, 23/3/20).

Penyebaran COVID-19 juga berimbas pada sektor pertanian. Misalnya terganggunya pasokan dan kenaikan harga pangan di wilayah terdampak, meskipun sejauh ini belum terjadi kekurangan pangan karena penyebaran COVID-19. Dampak ini masih sulit diprediksi, karena begitu banyak yang tidak diketahui tentang COVID-19, termasuk seberapa cepat penyebaran dan efektifnya tindakan pengendalian yang dapat dilakukan. Sejauh ini dampak COVID-19 terhadap sektor pertanian belum banyak diketahui. Kajian ini akan menganalisis bagaimana penyebaran COVID-19 dapat membawa dampak ekonomi terhadap sektor pertanian di Indonesia.

II. METODA ANALISISDalam analisis dampak ekonomi

penyebaran COVID-19, diasumsikan bahwa langkah-langkah pencegahan dan pengendalian selama beberapa bulan mendatang dinilai cukup efektif, khususnya memperlambat penyebaran COVID-19. Dengan demikian, dampak ekonomi terhadap sektor pertanian secara global bersifat jangka pendek. Keseimbangan ekonomi baru akan terjadi ketika pergerakan orang, barang dan jasa mulai kembali normal.

Oleh karena itu, skenario analisis dampak ekonomi penyebaran COVID-19 pada kajian ini hampir menyerupai skenario yang dibuat Laurence (2020) dan Rob et al. (2020), yaitu didasarkan pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020, yang berkisar antara 0,5 - 1,5% sebagai dampak dari penyebaran COVID-19.

Implikasi dari perlambatan ekonomi global terhadap sektor pertanian tergantung pada asumsi yang dibuat tentang durasi pandemik dan penularannya. Kajian ini menggunakan asumsi optimis bahwa durasi penyebaran global COVID-19 hanya terjadi dalam beberapa bulan ke depan, sehingga tidak terjadi resesi ekonomi global, tetapi hanya mengalami perlambatan selama tahun 2020. Dengan demikian dampak ekonomi penyebaran COVID-19 terhadap kinerja sektor pertanian akan dianalisis melalui tiga skenario sebagai berikut:

1. Guncangan produktivitas tenaga kerja (labor productivity shock): Dampak dari pekerja yang tidak dapat melakukan pekerjaannya secara optimal di semua sektor ekonomi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan rata-rata produktivitas tenaga kerja sekitar 1,4% selama tahun 2020 (Rob et al., 2020).

Melalui kebijakan WFH (Work From Home) yang pemerintah pusat dan daerah keluarkan, sehingga anak

sekolah belajar dari rumah, pekerja juga bekerja dari rumah, menjadikan pekerja informal kehilangan sebesar

50% pendapatannya

Page 10: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 9

2. Guncangan total faktor produktivitas (total factor productivity shock): Dampak yang muncul dari perlambatan sementara kegiatan ekonomi domestik yang disebabkan gangguan pada saluran distribusi, ketidakmampuan mendapatkan input produksi dan layanan karena pekerja dikarantina dan sebagainya.

Hal ini menyebabkan rata-rata pertumbuhan total faktor produktivitas (TFP) mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi global akan turun sebesar 1,5% (Laurence, 2020). Dalam hal ini TFP mencerminkan efisiensi dan efektivitas faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu wilayah/negara.

3. Guncangan perdagangan (trade shock): Dampak ini muncul melalui gangguan

perdagangan internasional yang menyebabkan biaya perdagangan (trade cost) rata-rata meningkat hampir 5% sehingga menyebabkan biaya pertumbuhan ekonomi global meningkat sebesar 1,0 - 1,5% (Rob et al., 2020).

Model ekonomi yang digunakan pada kajian ini berbeda dengan model yang sebelumnya digunakan Laurence (2020) dan Rob et al (2020) dalam menganalisis dampak ekonomi global dari penyebaran COVID-19. Model ekonomi yang digunakan Laurence (2020) adalah NiGEM Global Macroeconomic Model. Sementara Rob et al., (2020) menggunakan Global General Equilibrium Model atau disebut dengan model MIRAGRODEP.

Dalam kajian ini skenario dampak ekonomi penyebaran COVID-19 terhadap kinerja sektor pertanian dianalisis dengan menggunakan Model Global Trade Analysis

Page 11: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian10

Project (GTAP), yaitu model Computable General Equilibrium (CGE) multiwilayah dan multisektor yang memiliki asumsi persaingan sempurna dan skala pengembalian yang konstan (constant returns to scale/CRS).

Struktur model GTAP telah dijelaskan dalam studi Hertel (1997) dan Hertel dan Tsigas (1997). Struktur model GTAP terdiri dari persamaan-persamaan simultan yang dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, persamaan yang menggambarkan hubungan antara penerimaan dan pengeluaran oleh setiap agen ekonomi di suatu wilayah/negara. Kedua, persamaan yang menjelaskan suatu perilaku agen ekonomi.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data dasar (baseline data) GTAP versi 9 yang diterbitkan pada tahun 2015 dengan agregasi 140 negara dan 57 sektor. Pada kajian ini dilakukan agregasi menjadi 8 wilayah/negara (Indonesia, Singapore, Thailand, Malaysia, AS, Cina, Uni Eropa, dan negara lainnya) dan 10 sektor ekonomi (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman lainnya, perternakan, industri beras, industri gula, industri makanan lainnya, industri manufaktur, jasa, dan sektor lainnya).

III. DAMPAK EKONOMI PENYEBARAN COVID-19

Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukkan perubahan relatif yang disimulasikan terhadap nilai-nilai dasar (baseline data) dari tiga skenario. Secara keseluruhan, dampak ekonomi makro penyebaran COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product/GDP) dan neraca perdagangan (trade balance) secara umum hampir serupa disemua negara. Jika perlambatan ekonomi global disebabkan turunnya produktivitas tenaga kerja, maka dampaknya akan lebih kecil dibandingkan

turunnya total faktor produktivitas dan meningkatnya biaya perdagangan.

Jika dampak penyebaran COVID-19 menyebabkan turunnya total faktor produktivitas dan meningkatnya biaya perdagangan (trade cost), maka dampaknya akan lebih besar terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi dan defisit neraca perdagangan. Hal ini terjadi karena besarnya ketergantungan ekonomi global pada total faktor produktivitas dan perdagangan internasional. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada masing-masing skenario, yaitu 0,59%, 3,45%, dan 4,95%.

Sebelum adanya penyebaran wabah COVID-19 atau tepatnya pada November 2019, Laurence (2020) memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,8% pada tahun 2020. Dengan mengacu pada hasil penelitian Laurence (2020), maka dampak ekonomi penyebaran COVID-19 menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 akan tumbuh antara minus 1,35 – 0,15%.

Dengan menggunakan hasil prediksi Rob et al (2020) bahwa setiap penurunan 1,0% pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan jumlah orang miskin dan rawan pangan akan meningkat sekitar 2,0%, maka jumlah penduduk miskin dan rawan pangan di Indonesia diperkirakan akan meningkat pada masing-masing skenario sekitar 1,8%, 6,9% dan 9,9%, sebagai dampak dari penyebaran COVID-19.

Pertumbuhan ekonomi global yang melambat juga menyebabkan penurunan produksi pertanian sehingga mendorong harga produk-produk pertanian meningkat secara global. Di Indonesia hampir semua produksi pertanian akan mengalami penurunan dengan besaran yang berbeda pada setiap skenario (Gambar 1).

Page 12: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 11

Penurunan produksi pertanian terbesar terjadi pada sektor tanaman lain, yaitu sekitar 5,5% pada skenario peningkatan biaya perdagangan (SIM-3). Selain produksi pertanian primer, produksi industri pangan juga mengalami penurunan, seperti industri beras, industri gula, dan industri pangan lainnya. Hal yang serupa terjadi pada sektor ekonomi lainnya (industri manufaktur, jasa, dan sektor lainnya).

Terjadinya penurunan produksi pertanian dan sektor ekonomi lain karena penyebaran COVID-19 telah mengganggu berbagai aktivitas ekonomi di suatu wilayah/negara. Penyebabnya karena adanya pembatasan interaksi sosial, sehingga orang akan menghindari tempat perbelanjaan, dan aktivitas produksi yang menuntut kontak langsung juga akan terganggu.

GDP (%)

Trade Balance

(US $ Juta)

GDP (%)

Trade Balance

(US $ Juta)

GDP (%)

Trade Balance

(US $ Juta)1 Indonesia (0.59) (1,638) (3.45) (9,693) (4.95) (9,255) 2 Singapore (0.63) (313) (4.58) (1,153) (5.01) (1,781) 3 Thailand (0.52) (607) (4.04) (42) (4.95) (1,689) 4 Malaysia (0.60) (234) (4.79) 1,301 (4.99) (485) 5 USA (1.00) 37,395 (3.10) 140,695 (5.03) 174,993 6 China (0.77) (17,684) (5.06) (69,746) (4.92) (102,250) 7 EU (0.81) 3,533 (3.47) 48,205 (5.04) 36,296 8 Negara lainnya (0.69) (20,453) (3.29) (109,568) (4.98) (95,828)

No

Labor Productivity Scanario

Total factor productivity Scanario

Trade Cost Scanario

Negara

Tabel 1. Dampak Penyebaran COVID-19 Terhadap GDP dan Neraca Perdagangan

Sumber: Hasil Olahan GTAP (2020)

Gambar 1. Dampak penyebaran COVID-19 terhadap produksi pertanian dan non-pertanian di Indonesia (%). Sumber: Hasil Olahan GTAP (2020)

Keterangan: SIM-1 = Skenario Labor productivity shock; SIM-2 = SkenarioTotal factor productivity shock; dan SIM-3 = SkenarioTrade shock

Page 13: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian12

Implikasinya, permintaan maupun produksi akan mengalami gangguan akibat menurunnya permintaan (demand shock) dan terganggunya pasokan (supply shock). Disrupsi ini dimungkinkan akan mengecil jika ada pergantian aktivitas ekonomi yang dilakukan secara elektronik (online). Praktik social distancing juga berpotensi membuat shock pada sisi produksi (supply). Hal ini terlihat dari penutupan pabrik dan kegiatan produksi. Implikasinya, permintaan akan bahan kebutuhan pokok akan meningkat.

Dengan anjuran pemerintah agar bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah mendorong masyarakat melakukan pembelian kebutuhan pokok secara masif guna memenuhi persediaan hingga beberapa waktu mendatang. Hal ini berpotensi terjadinya fenomena  panic buying yang sempat terjadi di beberapa daerah red zone penyebaran COVID-19, sehingga mendorong kenaikan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok.

Harga komoditas pangan, misalnya akan meningkat 0,39% pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja (Gambar 2). Harga ini akan meningkat lebih besar pada skenario

turunnya total faktor produktivitas dan skenario meningkatnya biaya perdagangan, yaitu masing-masing sekitar 4,94% dan 7,82%. Hal yang serupa juga terjadi pada sektor industri pangan, industri manufaktur, jasa, dan sektor lainnya.

Kondisi ini mencerminkan bahwa efisiensi dan efektivitas faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama pada berbagai sektor ekonomi di Indonesia, termasuk sektor pertanian masih relatif rendah. Selain itu, perekonomian Indonesia juga semakin terintegrasi dengan ekonomi global, sehingga terganggunya aktivitas perdagangan internasional karena penyebaran COVID-19, akan langsung mempengaruhi harga-harga komoditas yang diperdagangkan secara global.

Dampak ekonomi penyebaran COVID-19 juga menyebabkan nilai ekspor sektor tanaman pangan meningkat sekitar 0,56% pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja (SIM-1). Sebaliknya, ekspor tanaman pangan pada skenario turunnya total faktor produktivitas (SIM-2) dan skenario meningkatnya biaya perdagangan (SIM-3) akan turun masing-masing sekitar 2,17% dan 7,14%.

Page 14: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 13

Sementara ekspor sektor hortikultura akan meningkat pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja dan turunnya total faktor produktivitas, yaitu masing-masing sekitar 0,74% dan 0,55%. Namun pada skenario meningkatnya biaya perdagangan,

ekspor sektor hortikultura akan turun sekitar 1,2%. Demikian halnya dengan ekspor tanaman lainnya dan peternakan, ekspornya hanya meningkat pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja, yaitu masing-masing 0,56% dan 0,04% (Gambar 3).

Sumber: Hasil Olahan GTAP (2020)

Keterangan: SIM-1 = Skenario Labor productivity shock; SIM-2 = Skenario Total factor productivity shock; dan SIM-3 = Skenario Trade shock

Gambar 2. Dampak penyebaran COVID-19 terhadap harga komoditas pertanian dan non-pertanian diIndonesia (%)

Sumber: Hasil Olahan GTAP (2020)

Keterangan: SIM-1 = Skenario Labor productivity shock; SIM-2 = Skenario Total factor productivity shock; dan SIM-3 = Skenario Trade shock

Gambar 3. Dampak penyebaran COVID-19 terhadap nilai ekspor komoditas pertanian dan non-pertanian di Indonesia (%)

Page 15: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian14

Berbeda dengan industri beras dan industri gula, kenaikan ekspor hanya terjadi pada skenario penurunan produktivitas tenaga kerja, yaitu masing-masing sekitar 1,1% dan 0,2%. Untuk industri pangan lainnya, ekspornya juga meningkat sekitar 0,55% pada skenario turunnya total faktor produktivitas. Untuk industri manufaktur, jasa dan sektor lainnya, ekspornya akan turun pada ketiga skenario, yaitu berkisar antara 0,51- 4,67%.

Hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua lalu lintas perdagangan barang pertanian dan non-pertanian secara global terganggu karena penyebaran COVID-19. Selain itu, terdepresiasi nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS akibat kepanikan pasar menghadapi wabah penyebaran COVID-19 juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya kenaikan nilai ekspor dari beberapa sektor ekonomi di Indonesia.

Demikian halnya dengan kegiatan impor (Gambar 4). Hampir semua komoditas

pertanian mengalami kenaikan nilai impor, kecuali tanaman pangan, hortikultura dan tanaman lainnya pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja. Pada skenario turunnya total faktor produktivitas, nilai impor pertanian meningkat sekitar 3,99 – 5,35%. Sedangkan pada skenario meningkatnya biaya perdagangan, impor pertanian meningkat lebih besar dibandingkan dengan dua skenario lainnya, yaitu sekitar 3,26 – 6,07%.

Kenaikan impor ini juga terjadi pada sektor ekonomi lainnya dengan kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan beberapa sub-sektor pertanian. Setidaknya ada dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan impor. Pertama, kenaikan permintaan konsumsi masyarakat. Kedua, turunnya produksi domestik sebagai dampak dari meluasnya penyebaran COVID-19. Selain itu, sebagian bahan baku untuk industri pangan dan manufaktur di Indonesia juga masih dipasok dari impor.

Sumber: Hasil Olahan GTAP (2020)

Keterangan: SIM-1 = Skenario Labor productivity shock; SIM-2 = Skenario Total factor productivity shock; dan SIM-3 = Skenario Trade shock

Gambar 4.Dampak penyebaran COVID-19 terhadap nilai impor pertanian dan non-pertanian di Indonesia (%)

Page 16: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 15

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Penyebaran COVID-19 tampaknya masih belum akan segera berakhir. Bahkan virus tersebut akan menjadi ancaman baru sebagai penyebab utama melambatnya pertumbuhan perekonomian global. Kondisi ini akan berdampak pada sektor pertanian. Dari hasil analisis dampak ekonomi penyebaran COVID-19 terhadap sektor pertanian di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan pada skenario

turunnya produktivitas tenaga kerja, turunnya total faktor produktivitas dan meningkatnya biaya perdagangan, yaitu masing-masing sekitar 0,59%, 3,45%, dan 4,95%. Kondisi ini menyebabkan jumlah penduduk miskin dan rawan pangan di Indonesia diperkirakan akan meningkat pada ketiga skenario, yakni masing-masing sekitar 1,8%, 6,9% dan 9,9% sebagai dampak dari penyebaran COVID-19.

b. Perlambatan ekonomi global akibat penyebaran COVID-19 menyebabkan produksi pertanian akan turun dengan besaran yang berbeda pada setiap skenario.

Page 17: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian16

Selain produksi pertanian, produksi sektor industri pangan dan sektor ekonomi lainnya juga mengalami penurunan. Kondisi ini mendorong terjadinya kenaikan harga baik pada komoditas pertanian maupun non-pertanian.

c. Dampak ekonomi penyebaran COVID-19 juga menyebabkan nilai ekspor pertanian hanya meningkat 0,04 - 0,74% pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja. Pada skenario turunnya total faktor produktivitas hanya sektor hortikultura yang ekspornya meningkat sebesar 0,5%. Sementara pada skenario terjadinya peningkatan biaya perdagangan, semua ekspor pertanian akan turun antara 1,2 – 7,14%.

d. Hampir semua komoditas pertanian mengalami kenaikan impornya pada skenario turunnya produktivitas tenaga kerja, kecuali tanaman pangan, hortikultura dan tanaman lainnya. Pada skenario turunnya total faktor produktivitas, kenaikan nilai impor pertanian berkisar antara 3,99 – 5,35%. Sedangkan pada skenario peningkatan biaya perdagangan, nilai impor pertanian akan meningkat sekitar 3,26 – 6,07%.

Ketidakpastian kondisi  perekonomian global yang semakin meningkat sebagai dampak meluasnya penyebaran COVID-19 menyebabkan semakin memburuknya kondisi perekonomian global. Hal ini berimplikasi pada penurunan kinerja sektor pertanian. Karena itu, mitigasi risiko penurunan kinerja sektor pertanian sebagai dampak dari penyebaran COVID-19 diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan reorientasi kebijakan dan program pembangunan pertanian sebagai berikut;

1. Memperkuat program pemberdayaan petani dan padat karya berbasis pertanian di desa dengan model cash for work. Dengan demikian memberikan kesempatan kerja bagi petani dan masyarakat yang kurang sejahtera dan menganggur atau setengah menganggur untuk memperoleh tambahan dan meningkatkan pendapatannya, sehingga mampu menekan angka kemiskinan di perdesaan serta mengangkat kesejahteraan petani.

2. Menjamin ketersediaan dan akses pangan bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau.  Ketersediaan pasokan pangan di tengah wabah COVID-19 semakin urgent. Penyiapan stok pangan harus dilakukan terhadap wilayah yang menjadi episentrum penyebaran COVID-19 atau yang berpotensi dilakukan penutupan wilayah secara terbatas (partial lockdown).

3. Mengantisipasi terjadinya lonjakan harga pangan dengan melakukan pemetaan secara akurat stok pangan nasional, serta mendeteksi sejak dini wilayah yang berisiko terjadinya rawan/krisis pangan. Disamping itu, kelancaran sistem logistik pangan antar-wilayah serta kesiapan distribusi ke level konsumen harus dapat terjamin.

4. Memperbaiki jalur distribusi subsidi pupuk kepada petani agar berjalan lebih efektif dan efisien. Ketersediaan pupuk untuk petani harus tercukupi jumlahnya dengan penambahan subsidi pupuk. Hal ini sebagai upaya mengantisipasi terjadinya penurunan produksi pertanian akibat penyebaran COVID-19 yang makin luas, terutama di daerah sentra produksi pertanian.

5. Mengakselerasi peningkatan jumlah petani penerima KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan menyederhanakan mekanisme dan

Page 18: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 17

persyaratan penyaluran KUR. Peningkatan jumlah penerima KUR juga dilakukan dengan meningkatkan peran koperasi dan korporasi petani sebagai avalist. Disamping itu, penundaan pembayaran pelunasan kredit selama satu tahun terhadap petani/pelaku UMKM pertanian yang terdampak COVID-19. Kebijakan bersifat temprorary, yang hanya diberlakukan pada tahun 2020.

6. Memberikan stimulus atau insentif kepada petani dalam menjaga dan meningkatkan produksi pertanian ditengah tekanan penyebaran COVID-19 yang semakin luas. Hal ini dilakukan secara bersamaan dengan peningkatan jumlah asuransi pertanian melalui tambahan alokasi subsidi premi asuransi pertanian.

7. Mengawal ketat stabilisasi harga pangan, baik di tingkat petani maupun konsumen dengan disertakan meningkatkan kegiatan pasar murah (subsidi pemerintah) untuk rumah tangga serta UMKM sektor pertanian.

8. Memperkuat ekspor pertanian Indonesia di tengah pandemik COVID-19 melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing, mengoptimalkan negosiasi perdagangan, serta perluasan pasar ekspor ke negara dagang non-tradisional. 

DAFTAR PUSTAKACOVID-19 Coronavirus Pandemic. https://www.worldometers.info/coronavirus/. (diakses 20 Maret 2020)

Hertel, T. W. 1997. Global Trade Analysis: Modeling and Applications. Cambridge University Press.

Hertel, T. W., & Tsigas, M. E. 1997. Structure of GTAP, in Hertel, T. W. (ed.), Global Trade Analysis Modeling and Applications. New York: Cambridge University Press. pp. 13–73.

International Labour Organization (ILO). 2020. How will COVID-19 affect the world of work http://www.ilo.org/global/topics/coronavirus/impacts-andresponses/WCMS_739047/lang--en/index.htm. (diakses 20 Maret 2020).

Laurence B. 2020. Coronavirus: The world economy at risk. The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Rob Vos, Martin W dan Laborde D. 2020. How much will global poverty increase because of COVID-19?. International Food Policy Research Institute (IFPRI).

World Travel and Tourism Council (WTTC). 2020. Coronavirus puts up to 50 million Travel and Tourism jobs at risk.   https://www.wttc.org/about/media-centre/press-releases/press-releases/2020/coronavirus-puts-up-to-50-million-travel-and-tourism-jobs-at-risk-says-wttc/. (diakses 20 Maret 2020).

Work From Home Bagi Pekerja Informal. https://www.cnnindonesia.com/tv/20200323083528-400-485912/video-imbas-work-from-home-bagi-pekerja-informal. (diakses 21 Maret 2020).

Page 19: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian18

KEBIJAKAN PERTANIAN UNTUK MENANGANI DAMPAK COVID-19

Kusno HadiutomoPerencana Ahli Utama Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian

ABSTRAK

Saat ini dunia digemparkan dengan penyebaran wabah COVID-19 yang berasal

dari Tiongkok. Perekonomian negara tersebut terpuruk akibat banyak perusahaan yang harus tutup. Mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia, maka

terganggunya perekonomian Tirai Bambu itu akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Dalam upaya menangani dampak COVID-19 ini, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa stimulus ekonomi, yaitu stimulus ekonomi jilid I di bidang pariwisata, stimulus ekonomi jilid II yang berisi kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk

Page 20: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 19

menopang aktivitas industri, dan kebijakan jilid III tentang penanganan kesehatan dan pembatasan social (social distancing) serta bantuan social. Tujuan tulisan ini adalah untuk melihat apa saja dampak wabah COVID-19 terhadap sektor pertanian serta bagaimana upaya pemerintah dalam menangani dampak COVID-19 tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelaahan pada tulisan iniberasal dari Kementerian Pertanian, BPS, dan Kantor Kemenko Perekonomian serta akses beberapa website berita nasional maupun internasional. Dalam menghadapi dampak COVID-19, Kementerian Pertanian harus dapat menjamin ketersediaan pasokan pangan pokok strategis bagi masyarakat. Untuk itu, Kementerian Pertanian telah melakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara supplier atau pihak pemasok dan produsen pangan guna menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga sebelas komoditas pertanian pokok strategis. Hasil analisis perkiraan pasokan ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok strategis untuk Maret hingga Agustus 2020, menunjukkan bahwa masih terjadi surplus.Sampai Puasa Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri ketersediaan pangan relatif aman, kecuali komoditas pangan yang masih impor seperti bawang putih dan daging sapi/kerbau. Langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah dengan mempercepat proses penerbitan rekomendasi impor dan mencarikan negara produsen lain. Selain itu, memperkuat pertanian Indonesia di tengah pandemik COVID-19 melalui diversifikasi pasar ekspor negara tujuan utama dan mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan kebutuhan di pasar domestik sangat diperlukan.

Kata kunci : kebijakan, pertanian,COVID-19, dan ekonomi.

I. PENDAHULUANAwal tahun 2020, dunia dihebohkan

dengan adanya wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang berasal dari Tiongkok, khususnya Kota Wuhan. COVID-19 ini menyebabkan kepanikan di negara tersebut, apalagi menimbulkan korban jiwa sampai ribuan orang penduduk. Akibat lainnya, banyak perusahaan kecil, menengah maupun besar yang akhirnya terpaksa menutup usahanya untuk sementara. Tidak hanya perusahaan yang tutup, ribuan tempat usaha makanan/ minuman juga terpaksa tutup.

Perekonomian Tiongkok menjadi terguncang di awal tahun 2020. Apalagi selama ini perekonomian Tiongkok didukung dari sektor usaha kecil dan menengah. Ada sekitar 30 juta usaha kecil dan menengah menyumbang lebih dari 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok. Selain itu, bursa saham Shanghai juga sempat menurun mencapai 9%, terparah sejak Agustus 2015 (merdeka.com, 18 Februari 2020).

Pemerintah Indonesia bergerak cepat untuk mengambil kebijakan pasca World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi pandemi dunia. Artinya wabah penyakit ini telah terjadi pada geografis yang luas atau menyebar secara global (199 negara). Kondisi tersebut mendesak pemerintah meningkatkan upaya pembatasan dan pencegahan.

Akibat wabah COVID-19, pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia diproyeksikan akan terkontraksi cukup siginifikan. Untuk itu, pemerintah harus memperhatikan isu-isu yang memerlukan kebijakan khusus yang terkait dengan (1) ketersediaan stok dan pasokan pangan yang akan mempengaruhi stabilitas harga pangan;

Page 21: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian20

(2) pembatasan perjalanan dan mobilitas pekerja yang mempengaruhi pariwisata dan transportasi; (3) disrupsi produksi, distribusi dan rantai pasok yang mempengaruhi kinerja sektor manufactur dan turunannya; serta (4) kejatuhan harga minyak dunia akibat pelemahan permintaan dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia.

Pemerintan telah mengeluarkan beberapa stimulus ekonomi untuk menangani dampak COVID-19 dalam upaya menjaga agar sektor riil tetap bergerak dan menjaga daya beli, serta penanganan kesehatan masyarakat.Dalam upaya menganani dampak COVID-19, pemerintah telah mengeluarkan beberapa stimulus ekonomi.

Pertama, stimulus ekonomi jilid I bidang pariwisata. Stimulus ini pemerintah melakukan larangan penerbangan dari dan menuju Tiongkok pada pertengahan Februari. Pemerintah menerapkan diskon tiket penerbangan domestik dan pembebasan pajak restoran serta hotel dengan menggelontorkan dana sebesar Rp10,3 triliun.

Kedua, pemerintah melanjutkan dengan stimulus ekonomi jilid II yang berisi kebijakan fiskal dan non-fiskal, utamanya untuk menopang aktivitas industri. Termasuk dalam paket stimulus fiskal, yakni pembebasan pajak penghasilan (PPh) 21 untuk pekerja, penundaan pengenaan PPh Pasal 22 Impor, dan pengurangan PPh Pasal 25 Badan sebesar 30%.

Stimulus tersebut berlaku untuk industri manufaktur selama enam bulan (Maret-Agustus 2020). Selain itu, terdapat juga percepatan dan kenaikan batas maksimum restitusi pajak. Sedangkan stimulus non-fiskal berupa penyederhanaan dan pengurangan larangan terbatas ekspor dan impor, percepatan ekspor dan impor untuk eksportir dan importir bereputasi baik, dan terkait pengawasan logistik dengan menggelontorkan dana sebesar Rp22,9 triliun.

Ketiga, pemerintah menerbitkan stimulus jilid III yang didasari hasil evaluasi stimulus ekonomi jilid I dan II, yaitu kebijakan untuk kebutuhan penanganan kesehatan dan pembatasan sosial (social distancing) serta bantuan sosial. Sejalan dengan stimulus ekonomi jilid III, pemerintah mengatur realokasi anggaran Kementerian/Lembaga dan Daerah melalui Inpres No. 4/2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 dengan biaya Rp405,1 triliun.

Dengan adanya kebijakan pembatasan sosial, masyarakat mengurangi aktivitasnya, termasuk pergi berbelanja, menghindari keramaian, kontak orang dengan orang, maka pola kebijakan yang tujuannya mendorong permintaan melalui belanja menjadi tidak efektif lagi. Jadi meski memiliki uang, orang akan mengurangi aktivitas belanja, kecuali melalui pola belanja online. Namun tentu ini

Sekalipun masyarakat bisa melakukan konsumsi melalui

perdagangan elektronik (e-commerce), namun jumlahnya sangat terbatas. Hal ini tak lepas

dari budaya belanja online di Tanah Air yang masih rendah. Selain itu, perdagangan online sejatinya tetap

bergantung pada ketersediaan produk dari industri. Sementara masyarakat, termasuk pekerja

industri tengah dibatasi mobilitasnya dengan adanya pembatasan sosial

karena virus corona tersebut.

Page 22: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 21

jumlahnya juga relatif terbatas, karena barang online juga akan tergantung kepada pasokan.

Sekalipun masyarakat bisa melakukan konsumsi melalui perdagangan elektronik (e-commerce), namun jumlahnya sangat terbatas. Hal ini tak lepas dari budaya belanja online di Tanah Air yang masih rendah. Selain itu, perdagangan online sejatinya tetap bergantung pada ketersediaan produk dari industri. Sementara masyarakat, termasuk pekerja industri tengah dibatasi mobilitasnya dengan adanya pembatasan sosial karena

virus corona tersebut. Tujuan tulisan ini adalah untuk melihat apa saja dampak virus corona (COVID-19) terhadap sektor pertanian serta bagaimana upaya pemerintah dalam menangani dampak COVID-19 tersebut.

II. METODA PENULISANTulisan ini merupakan hasil studi

literatur dan menelaah berbagai kondisi dan perkembangan penyebaran COVID-19 yang saat ini terjadi di Indonesia. Hasil dari berbagai

Page 23: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian22

telaahan literatur selanjutnya digunakan untuk mensintesis arah kebijakan pertanian dalam penanganan dampak COVID-19 di Indonesia. Sumber data yang digunakan berasal dari Biro Perencanaan, Pusdatin dan BKP-Kementerian Pertanian, BPS dan Kantor Kemenko Perekonomian serta akses beberapa website berita nasional maupun internasional.

III. DAMPAK WABAH COVID-19 TERHADAP PERTANIAN

Ketersediaan, Kebutuhan, dan Distribusi Pangan

Dari data prakiraan produksi dan kebutuhan pangan pokok strategis yang dikeluarkan Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian dengan asumsi dengan adanya penyebaran COVID-19 akan berakibat beberapa hal. Pertama, menurunkan produksi sebesar 5% karena harga sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, dan pakan) mahal dan distribusinya tidak lancar. Kedua, kebutuhan pangan akan meningkat 5% karena panic buying dan masyarakat menyetok pangan

Tabel 1. Prakiraan Ketersediaan, Produksi dan Kebutuhan Pangan Pokok Strategis Periode Maret sampai Agustus 2020.

No. Komoditas

Ketersediaan (000 ton)

Prakiraan Surplus/ Defisit

(000 ton)Stok(Feb ‘20)

Prakiraan Produksi

Rencana Impor

Jumlah Tersedia

1 2 3 4=1+2+3 5 6=4-51 Beras 3.513,7 19.756,6 0 23.270,3 15.854,9 7.415,42 Jagung 661,1 13.708,3 0 14.369,4 11.063,5 3.305,93 Bawang Merah 154,6 711,0 0 865,6 736,5 129,14 Bawang Putih 30 52,5 360,0 442,5 311,9 130,65 Cabai Besar 0 532,8 0 532,8 533,8 -1,06 Cabai Rawit 0 539,6 0 539,6 493,8 45,8

7 Daging Sapi/ Kerbau 14,3 236,4 275,5 526,2 393,8 132,4

8 Daging Ayam Ras 98,6 1.880,9 0 1.979,5 1.822,6 156,919 Telur Ayam ras 27,6 2.422,1 0 2.449,7 2.611,5 -161,810 Gula Pasir 386,1 1.955,7 638,9 2.980,7 1.469,6 1.511,111 Minyak Goreng 8.244,1 14.391,0 0 22.635,1 4.640,1 17.995,0

Sumber: Prognosa Produksi dan Kebutuhan Pangan Pokok Strategis Maret – Agustus 2020, BKP, Kementan, diolah.

lebih dari biasanya untuk persediaan. Ketiga, realisasi impor akan turun sebesar 5% karena importasi tidak lancar dan negara produsen membatasi ekspor. Oleh karena itu, prakiraan ketersediaan, produksi dan kebutuhan pangan pokok strategis dapat dilihat pada Tabel 1.

Keberadaan ketersediaan sebelas komoditas pangan pokok strategis tersebut adalah sebagai berikut:1. Ketersediaan beras ada di gudang Bulog,

penggilingan padi dan pedagang beras dikoordinasi Ditjen Tanaman Pangan

2. Ketersediaan jagung (pipil kering) berada di petani/poktan dan gapoktan, gudang Bulog dan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dikoordinasi Ditjen Tanaman Pangan

3. Ketersediaan bawang merah berada di petani/poktan dan gapoktan dikoordinasi Ditjen Hortikultura

4. Ketersediaan bawang putih berada di petani/poktan dan gapoktan dikoordinasi Ditjen Hortikultura

5. Ketersediaan cabai berada dipetani/poktan dan gapoktan dikoordinasi Ditjen Hortikultura.

Page 24: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 23

6. Keberadaan daging sapi/kerbau berada di peternak dan rumah potong hewan dikoordinasi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH)

7. Keberadaan daging ayam ras berada di peternak dan rumah potong hewan dikoordinasi Ditjen PKH.

8. Keberadaan telur ayam ras berada di peternak ayam petelur dan pedagang dikoordinasi Ditjen PKH

9. Keberadaan gula pasir berada di pabrik gula dan pedagang dikoordinasi Ditjen Perkebunan

10. Keberadaan minyak goreng berada di pabrik-pabrik minyak goreng yang berasal dari CPO dan Kopra dikoordinasi Ditjen Perkebunan.

Meski pemerintah menjamin ketersediaan 11 komoditas pangan pokok strategis, persoalannya adalah bagaimana

komoditas pangan tersebut dapat didistribusikan sampai ke konsumen (267 juta penduduk di 34 propinsi, 514 kabupaten/kota). Untuk itu, perlu kebijakan penanganan rantai pasok dengan melibatkan pejabat berwenang di daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota dengan pengaturan jadwal panen dan operasi pasar secara berjenjang di wilayah/ daerah masing-masing.

Untuk daerah perkotaan dengan masyarakat menengah ke atas diarahkan dengan belanja online (e-commerce) dengan sistem pembayaran non-tunai. Sedang daerah perkotaan dengan masyarakat menengah ke bawah dan wilayah pedesaan yang sulit terjangkau dilakukan dengan cara konvensional dengan bantuan pemerintah daerah. Langkah-langkah pendistribusian ini akan sangat spesifik lokasi dan tergantung pada kebutuhan.

Page 25: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian24

Perdagangan Komoditas Pangan

Dari hasil analisis yang dilakukan Kemenko Perekonomian, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Jika ekonomi Tiongkok mengalami pelambatan sebesar 1-2%, maka akan berdampak pada menurunnya ekonomi Indonesia sebesar 0,1-0,3% terhadap ekonomi Indonesia (katadata.co.id, 7 Februari 2020).

Pembatasan keluar masuknya barang dari dan/atau ke Tiongkok, serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah COPID-19 membuat perekonomian negara tersebut menjadi terganggu. Mengingat Negeri Tirai Bambu tersebut merupakan negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, sehingga pasti berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.

Penurunan ini terjadi sebagian besar ke negara tujuan utama, salah satunya Tiongkok yang mencapai 211,9 juta dollar AS atau turun 9,15%. Sedangkan nilai impor non migas pada Januari 2020 juga ikut menurun. Total nilai impor nonmigas selama Januari 2020 sebesar 9.670 juta dolar AS atau turun sebesar 313,5 juta dollar AS atau turun 3,14% dibandingkan Desember 2019. Hal tersebut disebabkan menurunnya nilai impor nonmigas dari beberapa negara utama, salah satunya Tiongkok dari 4,07 miliar dollar AS menjadi 3,94 miliar dollar AS atau turun 3,08%.

Wabah COPID-19 di Tiongkok memang berdampak pada perdagangan pertanian Indonesia. Selama ini ekspor minyak kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu kontributor terbesar ke Tiongkok. Namun pada Februari 2020, realisasinya hanya mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh dibandingkan realisasi bulan sebelumnya yaitu Januari 2020 yang mencapai 487.000 ton dan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 371.000 ton (finance.detik. com, 17 Februari 2020).

Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari Tiongkok. Pada februari 2020, impor bawang putih dari Tiongkok sebesar 23.000 ton. Angka ini juga turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 583.000 ton (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan impor terbesar dari Tiongkok juga terlihat pada komoditas buah-buahan. Adapun impor komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari 160,4 juta dollar AS menjadi 33,9 juta dollar AS (katadata.co.id, 17 Februari 2020).

Untuk perdagangan produk pertanian, saat ini Kementerian Pertanian sudah berupaya membuat langkah kebijakan mengantisipasi penurunan ekspor pertanian ke Tiongkok.

Dalam menangani dampak COVID-19, Kementerian Pertanian harus dapat menjamin ketersediaan

pasokan pangan pokok dan strategis bagi masyarakat dengan

harga terjangkau.

“Tiongkok merupakan mitra dagang

utama Indonesia dan negara asal impor dan tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke Tiongkok tahun 2019 mencapai 25,85 miliar dollar AS, sedangkan impor mencapai 44,58 miliar dolar AS (katadata. co.id, 7 Februari 2020). Namun berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor nonmigas pada Januari 2020 mengalami penurunan dibandingkan Desember 2019.

Page 26: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 25

Salah satunya koordinasi dengan eksportir agar dapat memanfaatkan pasar ekspor alternatif (finance.detik.com, 17 Februari 2020). Untuk mengantisipasi terbatasnya ketersediaan dan lonjakan harga bawang putih yang semakin tinggi, Kementerian Pertanian juga berupaya mencari negara alternatif lainnya untuk impor bawang putih dan mendorong produksi bawang putih dalam negeri (finance.detik. com, 17 Februari 2020).

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Dalam menangani dampak COVID-19, Kementerian Pertanian harus dapat menjamin ketersediaan pasokan pangan pokok dan strategis bagi masyarakat dengan harga terjangkau. Dari hasil telaahan dampak COVID-19 terhadap sektor pertanian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ketersediaan pangan pokok strategis untuk Maret hingga Agustus 2020 relatif aman dengan perincian untuk beras tersedia

23,2 juta ton dari kebutuhan 15,8 juta ton, jagung 14,4 juta ton dari kebutuhan 11,1 juta ton, bawang merah 865,6 ribu ton dari kebutuhan 736,5 ribu ton; cabai 1,1 juta ton dari kebutuhan 1,0 juta ton. Sedangkan daging kerbau/sapi tersedia 526,2 ribu ton (275.500 ton diantaranya berasal dari impor) dari kebutuhan 393,8 ribu ton, daging ayam ras 2 juta ton dari kebutuhan 1,8 juta ton, dan minyak goreng 22,6 juta ton dari kebutuhan 4,6 juta ton.

2. Dalam rangka menjamin ketersediaan pangan pokok strategis dapat didistribusikan sampai ke konsumen, maka pengaturan jadwal panen dan operasi pasar secara berjenjang perlu dilakukan di tiap wilayah/daerah. Untuk daerah perkotaan dengan masyarakat menengah ke atas diarahkan dengan belanja online (e-commerce). Sedang daerah perkotaan dengan masyarakat menengah ke bawah dan wilayah pedesaan yang sulit terjangkau bisa tetap dengan cara konvensional melalui bantuan pemerintah

Page 27: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian26

daerah. Artinya, langkah pendistribusian pangan sangat spesifik lokasi tergantung kebutuhan.

3. Beberapa komoditas yang pemenuhannya masih melalui impor, karena dampak COVID-19, langkah antisipasinya dengan mempercepat proses penerbitan rekomendasi impor. Sampai 10 Maret 2020, Kementerian Pertanian telah menerbitkan 37 Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Salah satunya rekomendasi impor bawang putih sebanyak 360 ribu ton.

4. Untuk mengatasi dampak COVID-19, maka diversifikasi pasar ekspor negara tujuan utama, seperti negara-negara di Afrika atau Amerika Selatan perlu dilakukan. Pemerintah juga perlu meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri yang dapat memenuhi permintaan kebutuhan di pasar domestik.

Dalam upaya menangani wabah COVID-19, rekomendasi kebijakan pertanian yang perlu diambil adalah :1. Perlu mengamankan produksi dan rantai

pasok pangan strategis, terutama untuk daerah perkotaan.

2. Memberikan jaminan rantai pasok pangan agar tidak terjadi penyusutan/ penimbunan, sehingga dapat menimbulkan kepanikan masyarakat.

3. Membuka keran impor komoditas pangan untuk memastikan ketersediaan pangan pada masyarakat menjelang Puasa Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri agar mampu menstabilkan harga pangan dan inflasi.

4. Menggalakkan program bantuan sosial/bantuan program yang langsung menyasar rakyat miskin, termasuk petani agar mereka tidak terdampak. Mulai dari program Keluarga Harapan (PKH), Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja), Bantuan Pangan

Non-Tunai (BPNT), hingga Kartu Prakerja, dan lain-lain.

5. Memastikan bahwa petani memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat terganggunya aktivitas ekonomi sebagai dampak COVID-19.

6. Revisi/refocusing kegiatan dan anggaran yang mendukung kegiatan penyediaan layanan kesehatan dalam rangka percepatan penanganan COVID-19.

DAFTAR PUSTAKABPS: Virus Corona Sebabkan Ekspor dan Impor Indonesia- Tiongkok Turun, 17 Februari 2020, https://katadata.co.id/berita/2020/02/17/bps-virus-corona-sebabkan-ekspor-dan-impor-indonesia-tiongkok-turun, diakses 25 Maret 2020.

Dampak Virus Corona, Jumlah Turis Tiongkok di Bali Terus Menurun, 14 Februari 2020, https://www.tribunnews.com/travel/2020/02/14/dampak-virus-corona-jumlah-turis-Tiongkok-di-bali-terus-menurun, diakses 26 Maret 2020.

Dampak Virus Corona, S&P Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok, 7 Februari 2020, https://katadata.co.id/berita/2020/02/07/dampak-virus-corona-sp-pangkas- proyeksi-pertumbuhan-ekonomi- tiongkok, diakses 26 Maret 2020.

Dampak Virus Korona, Jumlah Wisatawan di Bali Menurun Drastis, 12 Februari 2020, https://www.voaindonesia.com/a/dampak-virus-korona-jumlah-wisatawan-di-bali-menurun-drastis/5284305.html, diakses 25 Maret 2020.

Di Depan DPR, Mentan Ngeluh Ekspor-Impor Pangan Terganggu Corona, 17 Februari 2020, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4902563/di-depan-dpr-mentan-ngeluh-ekspor-impor-pangan-terganggu-corona, diakses 26 Maret 2020.

Page 28: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 27

Eka Budiyanti, Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan dan Pariwisata Indonesia; Bulletin Infosingkat Volume XII, No.14/III/Puslit/Februari/2020; http://berkas.dpr.go.id/Puslit/files/info_singkat/info%20Singkat-XII-4-II-P3DI-Februari-2020-219.pdf

Ekonomi Tiongkok Terguncang Corona, RI Genjot Ekspor Pisang, 18 Februari 2020, https://money.kompas.com/read/2020/02/18/153100326/ekonomi-Tiongkok-terguncang- corona-ri-genjot-ekspor- pisang?page=all, diakses 25 Maret 2020.

Impor Bahan Baku dari Tiongkok Anjlok 31 Persen, 13 Februari 2020, https://www.liputan6.com/bisnis/read/4178370/impor-bahan-baku-dari-Tiongkok-anjlok-31-persen?medium=dable__desktop&campaign=related_ click_1, diakses 25 Maret 2020.

Insentif Untuk Pariwisata Dipersiapkan, Koran Kompas, 20 Februari 2020.

Porak-poranda Ekonomi Tiongkok Akibat Wabah Virus Corona, Banyak Usaha Terancam Bangkrut, 18 Februari 2020, https://www.merdeka.com/ uang/porak-poranda-ekonomi-Tiongkok-akibat-wabah-corona-banyak-usaha-terancam-bangkrut.html,diakses16Maret2020.

Rian Nugroho D. 2006, Analisis Kebijakan, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia-Jakarta

Roem Topatimasang, Mansour Fakih dan Toto Raharjo. 2000, “Merubah Kebijakan Publik”. Research, Education and Dialogue (REaD)-Yogyakarta

Skenario Prognosa Produksi dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis, Badan Ketahanan Pangan,Kementerian Pertanian, Jakarta.

Turis Asing di 2019 Capai 16 Juta, Malaysia&Tiongkok Terbanyak, 3 Februari 2020, https://www.cnbcindonesia.com/news/20200203121719-4-134730/turis-asing-di-2019-capai-16-juta-malaysia-Tiongkok-terbanyak, diakses 25 Maret 2020.

Virus Corona Tekan Ekonomi Tiongkok, Dunia Waspadai Perlambatan Global, 5 Februari 2020, https://katadata.co.id/telaah/2020/02/05/virus-corona- tekan-ekonomi-tiongkok-dunia- waspadai-perlambatan-global, diakses 24 Maret 2020.

Wishnutama: Kita Tidak Boleh Menyerah, 9 Februari 2020, https://www.liputan6.com/ news/read/4174660/jumlah-turis-Tiongkok-ke-indonesia-anjlok-wishnutama-kita-tidak-boleh-menyerah, diakses 24 Maret 2020.

WTO: Perdagangan Melemah, Koran Kompas, 19 Februari 2020.

Page 29: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian28

MEMBANGUN SINERGITAS LINTAS SEKTOR DALAM MENGHADAPI COVID-19

Renita Sariah Damanik Perencana Ahli Madya Biro Perencanaan Kementerian Pertanian

ABSTRAK

Virus Corona atau dikenal dengan COVID-19 merupakan virus baru yang merebak

sejak awal Maret 2020 di Tanah Air. Namun dampaknya telah memukul berbagai sudut ekonomi. Untuk mengatasi skenario terburuk, diperlukan peran dari semua lapisan, tidak hanya pemerintah pusat, tetapi pihak swasta, BUMN, pemerintah daerah dan juga masyarakat. Kajian ini akan menelaah

strategi membangun sinergitas lintas sektor dalam menghadapi COVID-19, khususnya terkait dengan penyediaan ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan. Tulisan ini merupakan telaah hasil studi literatur. Dengan memperhatikan hasil perhitungan prognosa tahun 2020 periode Maret-Agustus 2020, dan menjaga agar ketersediaan pangan tetap mencukupi dalam kondisi mewabahnya COVID-19 di Indonesia. Meskipun demikian

Page 30: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 29

untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga pangan secara berkelanjutan diperlukan sinergitas lintas sektor dengan mengaktifkan kembali Satgas Pangan, mengotimalkan kerja Kostratani dan penyuluh.

Kata Kunci: Sinergitas, Ketersediaan Pangan, dan Stabilitas Harga.

I. PENDAHULUANPenyebaran COVID-19 ini tidak hanya

dialami Indonesia. Seperti kita ketahui virus ini dimulai dari Cina tepatnya di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok dan Wuhan mendadak terkenal seluruh dunia. Virus yang diduga berasal dari hewan itu kemudian mewabah dan merenggut ribuan korban jiwa. Tak hanya di daratan Tiongkok, virus corona juga telah menyebar kurang lebih ke 180 negara hingga Maret 2020. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengumumkan kondisi ini sebagai status pandemi global pada 11 Maret 2020.

Sejumlah negara mengambil langkah-langkah untuk mencegah masuknya virus yang menyebabkan demam dan penyakit pneumonia itu. Termasuk Indonesia yang juga telah memulai dengan membatasi masuknya penduduk dari Iran, Italia, dan Korea Selatan. Banyak kegiatan yang terhenti karena COVID-19 ini, sehingga tentu berdampak terhadap perekonomian. Namun kondisi ini terjadi tidak hanya di Indonesia, semua negara terjangkit virus ini juga mengalami kondisi yang sama. Upaya pencegahan meluasnya virus ini di setiap negara tentu berbeda-beda sesuai kondisi yang dimiliki masing-masing negara.

Di beberapa negara seperti Cina, Italia, Arab Saudi, dan negara lainnya telah melakukan lockdown di kota dan wilayahnya. Istilah

lockdown dari beberapa artikel mengartikan lockdown dalam hal penyebaran virus, sebagai kondisi dimana kita tidak boleh meninggalkan tempat tinggal sama sekali, ruang gerak dibatasi, warga harus memiliki ijin khusus jika ingin berpergian. Biasanya, supermarket, apotik dan rumah sakit masih diperbolehkan buka. Tapi warga tidak bisa sebebasnya keluar masuk tempat tersebut. Kondisi ini tentu telah membuat mati perekonomian di daerah tersebut.

Pemerintah Indonesia sendiri dalam upaya mencegah meluasnya COVID-19 telah menetapkan tidak melakukan lockdown, tetapi social distancing sejak pertengahan Maret 2020. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk menghindari dan tidak mengadakan pertemuan besar atau kerumunan orang. Jika harus berada di sekitar orang, jaga jarak dengan orang lain sekitar 6 kaki (2 meter). Dengan semakin meluasnya penyebaran COVID-19, pemerintah kemudian menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini dimaksudkan untuk membatasi orang yang akan bekerja, bepergian, dan interaksi sosial.

Namun kebijakan ini banyak yang mengeluhkan bagaimana dengan penghasilan

Pangan menjadi masalah utama bagi semua masyarakat jika kebijakan social distance

dilakukan. Masyarakat takut tidak dapat membeli

kebutuhan pangan jika hanya berada di rumah, belum lagi

harga akan naik.

Page 31: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian30

masyarakat yang berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Pangan menjadi masalah utama bagi semua masyarakat jika kebijakan social distance dilakukan. Masyarakat takut tidak dapat membeli kebutuhan pangan jika hanya berada di rumah, belum lagi harga akan naik.

Ketakutan ini membuat masyarakat panik, sehingga di beberapa daerah sempat terjadi fenomena panic buying yang mendorong terjadi kenaikan harga pangan yang cukup tinggi. Karena itu, diperlukan sinergitas dari berbagai pihak untuk menjamin ketersediaan dan stabilitas harga pangan ditengah mewabahnya COVID-19. Tulisan ini akan menelaah beberapa kondisi dan perkembangan ketersediaan dan harga pangan saat ini di Indonesia. Selanjutnya, tulisan ini juga akan merumuskan beberapa strategi penyediaan dan stabilitas harga pangan dalam menghadapi penyebaran COVID-19 yang semakin meluas di Indonesia.

.

II. METODA PENULISANDalam penulisan membangun sinergitas

lintas sektor dalam menghadapi COVID-19, penulis mengunakan beberapa literatur dan prognosa komoditas strategis nasional tahun 2020, dengan variabel yang dihitung berupa surplus/defisit, ketersediaan dan kebutuhan pangan. Untuk menghitung variabel tersebut secara lengkap terdapat pada panduan teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Startegis, yang disusun Badan Ketahanan Pangan tahun 2020. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, BPS dan lainnya.

III. KETERSEDIAAN PANGAN, STABILITAS HARGA, DAN SINERGITAS LINTAS SEKTOR

Ketersediaan dan stabilitas harga pangan menjadi perhatian serius dalam menghadapi situasi terburuk saat mewabahnya COVID-19. Hal itu memerlukan sinergitas lintas sektor, karena Kementerian Pertanian tidak akan mampu mengatasi permasalahan tersebut sendiri. Berikut akan dibahas bagaimana ketersediaan dan stabilitas harga pangan serta membangun sinergitas.

Ketersediaan Pangan

Kecukupan ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional karena dapat memperbesar akses bagi penduduk untuk memperoleh pangan. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan,

Page 32: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 31

dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan Badan Ketahan Pangan, Kementan, yang disampaikan pada Rapat Terbatas 30 Maret 2020, kondisi ketersediaan dan kebutuhan pangan terbagi dalam dua periode, yaitu periode Maret-Mei dan periode Juni-Agustus. Pada Tabel 1 terlihat kondisi persediaan pangan strategis secara nasional untuk periode Maret-Mei 2020 masih tercukupi. Dari 11 komoditas semua masih surplus, hanya bawang putih yang tidak dapat memenuhi kebutuhan, sehingga diperlukan asupan sumber dari non-domestik, yaitu dengan mengadakan impor.

Kebutuhan bawang putih periode Januari-Mei 2020 untuk memenuhi lima katagori, yaitu: (1) Konsumsi langsung Rumah Tangga berdasarkan Susenas BPS Triwulan I 2019; (2) Kebutuhan Horeka dan warung/PKL, (3) Kebutuhan industri; (4) Kebutuhan benih (sesuai estimasi Ditjen Hortikultura) dan (5) Kehilangan/tercecer (Estimasi Ditjen Hortikultura).

Sedangkan kebutuhan gula selama ini untuk memenuhi tiga katagori, yaitu: (1) Konsumsi Langsung RT; (2) Konsumsi Hotel-Restoran-Katering (Horeka), Rumah Makan (RM), dan Penyedia Makanan dan Minuman (PMM); dan (3) Kebutuhan lainnya (Susenas Triwulan I 2019).

Dari Tabel 1 terlihat bahwa impor diperlukan, terutama dalam kondisi saat ini yang tidak normal. Sampai kini impor

(Ton)

Neraca Akhir Feb'20

Perkiraan Produksi

Rencana Impor Jumlah

1 2 3 4=1+2+3 5 6 = 4-5

1 Beras 1) 3.513.736 11.869.939 15.383.675 7.607.789 7.775.886 2 Jagung 661.060 9.622.630 10.283.690 5.956.146 4.327.544 3 Bawang Merah 254.561 333.219 587.780 347.387 240.393 4 Bawang Putih 2) 30.000 40.449 196.549 266.998 150.692 116.306 5 Cabai Besar 311.099 311.099 277.548 33.551 6 Cabai Rawit 326.804 326.804 257.900 68.904 7 Daging Sapi/Kerbau 3) 14.299 141.028 109.253 264.580 201.730 62.850 8 Daging Ayam Ras 98.640 987.196 1.085.836 881.204 204.632 9 Telor Ayam Ras 27.582 1.281.421 1.309.003 1.284.097 24.906

10 Gula Pasir 386.065 213.104 672.500 1.271.669 708.148 563.521 11 Minyak Goreng 8.244.058 6.736.367 14.980.425 2.119.283 12.861.142

No. KomoditasPerkiraan

Kebutuhan *

Perkiraan Neraca Kumulatif

(Surplus/Defisit)

Perkiraan Ketersediaan

Tabel 1. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok Nasional Periode Maret-Mei 2020

Sumber: Biro Perencanaan (Bahan Ratas 30 Maret 2020)

Keterangan:1) Stok Beras akhir Februari : Bulog 1.650.916 ton + Penggilingan 1.070.000 ton + Pedagang 792.820 ton.2) Mempercepat realisasi Impor Bawang Putih sebesar 196.549 ton dari Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH)

yang telah diterbitkan Kementan.3) Impor 109.253 ton terdiri dari daging sapi/kerbau 75.006 ton dan sapi bakalan 152.810 ekor setara daging 34.247 ton.* Kebutuhandagingsapi/kerbaumerupakanestimasi BPS berdasarkanSurveiBapok 2017 dan Susenas 2018 serta 2019.

Page 33: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian32

merupakan jalan keluar untuk memenuhi beberapa kebutuhan pangan. Tiga komoditas yang memerlukan dukungan dari impor, yaitu bawang putih, gula, dan daging sapi/kerbau.

Untuk periode Juni-Agustus juga diperlukan tambahan impor karena bencana COVID-19 hingga kini belum diketahui kapan akan berakhir. Oleh karena itu, pemerintah juga harus membuat perkiraan ketersediaan lebih dari tiga bulan setelah masa inkubasi COVID-19. Pada Tabel 2 menunjukkan kondisi ketersediaan pangan untuk periode Juni-Agutus 2020.

Dari Tabel 2 juga terlihat pada periode Juni-Agustus 2020 untuk komoditas bawang putih dan daging sapi/kerbau mengalami defisit. Sedangkan untuk komoditas lainnya pada periode yang sama masih mengalami surplus. Kondisi defisit ini harus menjadi perhatian khusus, mengingat COVID-19 belum ada yang dapat memprediksi kapan akan berakhir. Kementerian Pertanian diharapkan sudah dapat mempersiapkan kebijakan

membuka impor kembali untuk komoditas bawang putih dan daging sapi/kerbau. Selain kebijakan impor, kebijakan stabilisasi harga pangan juga sangat diperlukan, sehingga harganya tejangkau masyarakat.

Dari Tabel 2 dapat disimpulkan juga untuk ketersediaan pangan komoditas strategis periode Maret-Agutus 2020 dapat dikatakan aman terkendali. Hanya tiga komoditas yang memerlukan perhatian lebih yaitu bawang putih, daging sapi/kerbau dan gula. Hal ini terjadi karena produksi lokal yang belum dapat memenuhi kebutuhan domestik. Sementara komoditas strategis lainnya, produksi dalam negeri sudah dapat memenuhi untuk kebutuhan domestik.

Stabilitasi Harga Pangan

Di tengah kondisi penyebaran COVID-9 ini, pemerintah berupaya menjaga stabilitas harga pangan di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan agar di tengah situasi penyebaran

(Ton)

Stok Akhir Mei'20

Perkiraan Produksi

Rencana Impor

Jumlah

1 2 3 4 5 =2+3+4 6 7 = 5-6

1 Beras 7.775.886 7.965.923 15.741.809 7.492.056 8.249.753 2 Jagung 4.327.545 4.807.119 9.134.664 4.599.959 4.534.705 3 Bawang Merah 240.523 415.146 655.669 354.094 301.575 4 Bawang Putih * 116.306 14.801 34.858 131.107 146.444 15.337- 5 Cabai Besar 294.758 294.758 273.713 21.045 6 Cabai Rawit 282.878 282.878 251.998 30.880 7 Daging Sapi/Kerbau ** 62.850 107.798 180.752 170.648 192.110 21.462- 8 Daging Ayam Ras 204.632 992.764 1.197.396 854.604 342.792 9 Telor Ayam Ras 24.906 1.268.117 1.293.023 1.203.041 89.982

10 Gula Pasir 563.521 1.595.571 2.159.092 691.436 1.467.656 11 Minyak Goreng 12.861.142 8.412.132 21.273.274 2.299.897 18.973.377

Perkiraan KetersediaanNo. Komoditas

Perkiraan Kebutuhan

Perkiraan Neeraca s.d Agustus

Tabel 2. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok Nasional Periode Juni-Agustus 2020

Sumber: Biro Perencanaan (Bahan Ratas 30 Maret’ 20)

Keterangan: *Masih diperlukan tambahan penerbitan RIPH dan Persetujuan Impor (PI) baru**Rencana impordagingsapi/kerbau Juni-Austustsebesar 180.752 ton.Terdiridari 147.135 ton dagingsapi/kerbau dan 150.000 ekorsapibakalansetaradengan 33.617 ton dagingsapi (Ditjen PKH)

Page 34: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 33

COVID-19 seluruh harga kebutuhan bahan pangan tetap terjangkau masyarakat. Sebab, kenaikan harga pangan akan menurunkan kesejahteraan rakyat, terutama yang berpenghasilan rendah dan juga memicu kenaikan laju inflansi.

Oleh karena itu, kebijakan stabilisasi harga pangan selalu menjadi isu untuk dibahas dan dimonitor pemerintah. Mengingat sebagian besar komoditas bahan pangan merupakan produk pertanian yang memiliki karakteristik produksi bersifat musiman dan harga berfluktuasi, sementara permintaan terjadi sepanjang waktu. Berikut ini adalah uraian secara singkat beberapa kebijakan harga pangan yang selama ini telah diimplementasikan (Hermanto 2020).

- Penetapan Harga Acuan

Dalam rangka melindungi produsen dan konsumen, Presiden Jokowi telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres)

No.71 Tahun 2015 tentang Penetapan Harga dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Nasional. Dalam Perpres tersebut disebutkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengendalikan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok dan/atau Barang Penting di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang terjangkau.

Perpres ini menegaskan, dalam kondisi tertentu (kondisi terjadinya gangguan pasokan dan/atau kondisi harga tertentu berada di atas/di bawah   harga acauan) yang dapat mengganggu kegiatan perdagangan nasional, Pemerintah Pusat wajib menjamin pasokan dan stabilisasi harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.

Sebagai tindak lanjut dari Perpres No.71 Tahun 2015, telah ditetapkan kebijakan stabilisasi tujuh komoditas pangan yang

Page 35: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian34

tertuang dalam Permendag No. 63/M-DAG/PER/09/2016 tentang Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Dalam Permendag tersebut ditetapkan dua jenis harga acuan, yaitu harga acuan pembelian di tingkat petani dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen untuk 7 komoditas, yaitu, beras, jagung, kedelai, gula, bawang merah, cabai, dan daging sapi (Eka, 2017).

Selanjutnya, pemerintah juga melakukan perubahan terhadap harga acuan pembelian di petani dan harga acuan penjualan di konsumen dengan mencabut Permendag No. 63/M-DAG/PER/9/2016 digantikan dengan Permendag No. 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang penetapan harga acuan pembelian di petani dan harga acuan penjualan di konsumen. Aturan ini mulai berlaku pada 16 Mei 2017 untuk sembilan harga komoditas bahan pokok, yaitu beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Kemendag juga mengeluarkan Permendag No.47 Tahun 2017 tentang harga eceran tertinggi pembelian di petani dan penjualan di konsumen. Aturan itu merupakan revisi dari Permendag No.27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.

Dalam Permendag No.47 Tahun 2017 ada tambahan pasal 5a yang mengatur harga acuan penjualan beras di tingkat konsumen, yang sekaligus juga berfungsi sebagai harga eceran tertinggi. Melalui aturan tersebut, harga beras medium maupun premium dipatok Rp 9.000/kg. Mengingat harga eceran tertinggi pada Permendag No.47 Tahun 2017 belum diundangkan, sehingga pemberlakuannya dibatalkan. Dengan demikian Permendag No.27 Tahun 2017 tetap diberlakukan.

Pada 24 Agustus 2017, Kementerian Perdagangan menerbitkan Permendag No.57 Tahun 2017 tentang Penetapan

Page 36: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 35

Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras dengan membagi beras medium dan premium melalui butir patah maksimal. Penerapan batas HET beras tersebut berlaku pada 1 September 2017. Dengan peraturan ini, ketentuan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan untuk komoditas beras pada Permendag No. 27 Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Penetapan HET beras ini dimaksudkan untuk menurunkan harga beras yang belakangan cenderung mengalami kenaikan. Dengan HET ini, konsumen mendapat kepastian harga dan terjaga daya belinya, serta mencegah terjadinya spekulasi harga. Penetapan HET ini juga dengan memperhatikan kepentingan petani dan mengakomodasi pelaku usaha. HET beras diharapkan memberikan perlindungan tambahan kepada petani karena adanya kepastian harga. Sementara pedagang tetap mendapatkan keuntungan yang wajar.

Pemerintah membagi HET beras kepada tiga kategori harga berdasarkan wilayah. Pertama, daerah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi, HET beras medium Rp9.450/kg, sedangkan beras premium Rp12.800/kg. Kedua, Sumatera (selain Lampung dan Sumatera Selatan), Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan, HET beras medium Rp9.950/kg, dan premium Rp13.300/kg. Ketiga, Kalimantan dan Maluku,

HET beras medium Rp10.250/kg, dan premium Rp13.600/kg. Setelah Peraturan Menteri Perdagangan tentang HET beras ini keluarkan diikuti Peraturan Menteri Pertanian mengenai kategori dan kualitas jenis harga beras yang ditentukan.

- Serap Gabah Petani

Dalam menyerap gabah petani, Bulog dibantu penyuluh dan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten serta Komandan Komando Distrik Militer TNI-AD dan jajarannya. PPL selanjutnya melakukan sosialisasi kepada petani untuk menjual gabah dan beras kepada Bulog. Selain itu, pengawasan dan pendampingan dalam proses penjemuran juga dilakukan PPL agar petani mengerti cara meningkatkan kualitas gabah, sehingga dihasilkan beras terbaik. PPL juga bertugas menjembatani penjualan gabah kepada Bulog dengan cara mendampingi dan mengantar ke Bulog bersama kelompok tani.

Dalam implementasinya, program serap gabah petani ini menemui banyak kendala, sehingga penyerapan gabah petani menjadi tidak optimal. Setidaknya ada tiga kendala yang dihadapi. Pertama, masa panen padi berlangsung di musim hujan, sementara kemampuan penggilingan padi melakukan pengeringan gabah untuk proses penggilingan sangat terbatas. Akibatnya, banyak gabah yang tidak bisa dikeringkan dan susah digiling menjadi beras.

Kedua, banyak gabah petani tidak memenuhi persyaratan kualitas yang sesuai HPP. Sementara banyak perusahaan penggilingan yang berani membeli dengan harga lebih tinggi. Ketiga, permintaan konsumen terhadap beras kualitas premium terus meningkat.

Penetapan HET beras ini dimaksudkan untuk menurunkan

harga beras yang belakangan cenderung mengalami kenaikan.“

Page 37: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian36

Dengan memperhatikan berbagai kendala tersebut, upaya pemerintah untuk mengakselerasi serap gabah petani dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 03 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembelian Gabah dan Beras Petani.

Berdasarkan kebijakan tersebut, gabah petani dengan kadar air 25-30 % harus dibeli pemerintah melalui Bulog dengan harga sebesar Rp 3.700/kg. Dalam Inpres tersebut juga disebutkan persyaratan kualitas yang sesuai HPP, misalnya untuk GKP kadar air 25% dan kadar hampa 10%. Untuk GKG kadar air 14% dan kadar hampa 3%. Sedangkan kualitas beras kadar air 14%, butir patah 20%, butir menir 2 % dan derajat sosoh 95%.

Stabilisasi Harga Pangan Saat COVID-19

Dari pengalaman sebelumnya, ternyata kebijakan stabilisasi harga pangan sangat diperlukan untuk menjaga terjadinya gejolak permintaan. Pada Maret 2020 telah terjadi

gejolak permintaan yang cukup tinggi karena wabah COVID-19. Kebijakan pembukaan Persetujuan Impor (IP) terhadap impor pangan merupakan bentuk respon pemerintah yang adaptif terhadap situasi yang terjadi saat ini.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta juga berpendapat bahwa ketersediaan yang memadai di pasar akan mampu menstabilkan harga. Hal ini penting supaya seluruh lapisan masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan pangan dengan harga yang memadai. Sebagai gambaran kondisi harga pasar komoditas beberapa produk pangan yang ada di Provinsi DKI Jakarta per 30 Maret 2020, dapat dilihat pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 terlihat ada beberapa harga pangan yang mengalami kenaikan, seperti beras, cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, ayam boiler/ras dan minyak goreng (kuning/eceran). Diperkirakan kenaikan harga tersebut karena adanya panic buying oleh masyarakat, dan panic trader oleh pedagang karena COVID-19. Padahal jika dilihat dari komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga tersebut, ternyata ketersediaannya masih

NO KOMODITAS HARGA (Rp) NAIK/TURUN Rp *

1 Beras IR (IR 64) 11.880 naik 58 2 Beras IR II (IR 64) Ramos 10.999 naik 3 3 Beras IR III (IR 64) 9.925 naik 64 4 Beras Muncul I 12.660 turun 26 5 Beras IR 42/Pera 12.660 turun 26 6 Beras Sentra I/Premium 12.607 naik 65 7 Cabe Merah Keriting 36.843 turun 881 8 Cabe Merah Besar (TW) 45.540 turun 2.068 9 Cabe Rawit Merah 60.394 naik 3.416

10 Cabe Rawit Hijau 36.368 turun 865 11 Bawang Merah 46.948 naik 735 12 Bawang Putih 44.897 naik 25 13 Ayam Boiler/Ras 35.810 naik 245 14 Telur Ayam 26.397 turun 38 15 Minyak Goreng (Kuning/Eceran) 12.947 naik 96

Tabel 3. Rata-rata Harga Komoditas per 30 Maret 2020 di DKI Jakarta (Studi kasus)

Keterangan: * Harga dibandingkan dengan harga pada hari sebelumnya (29 Maret 2020).

Page 38: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 37

cukup, sehingga kenaikan harga seharusnya tidak terjadi.

Dengan demikian langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilisasi harga pangan dalam kondisi COVID-19 adalah membukakan keran impor pangan yang sesuai kebutuhan. Hal ini juga didukung dengan rancangan UU Cipta Kerja Omnibus Law, yang menyatakan bahwa kebutuhan pangan domestik akan dipenuhi oleh pasokan domestik dan impor.

Selain itu dalam situasi saat ini, Pemerintah Jokowi telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) terkait Langkah Perlindungan Sosial dan Stimulus Ekonomi Menghadapi Dampak COVID-19. Dalam Perpu tersebut salah satu prioritas utama, yaitu menyiapkan anggaran untuk perlindungan sosial, melalui dukungan logistik sembako dan kebutuhan pokok sebesar Rp25 triliun.

Membangun Sinergitas Lintas Sektor

Ketersediaan pangan merupakan salah satu pilar dalam ketahanan pangan, yang penanganannya  memerlukan sinergi dari seluruh sektor pembangunan, mulai sektor pertanian, kesehatan, pendidikan, perdagangan, dan sektor ekonomi lainnya. Dalam situasi penyebaran COVID-19 ini, ketersediaan pangan menjadi isu yang mendominasi mengingat kebutuhan pangan bagi masyarakat menjadi prioritas. Dalam kondisi wabah, kecukupan pangan tidak hanya dari sisi kuantitas yang dimakan, tetapi juga kualitas dan kandungan gizi.

Untuk memastikan kecukupan pangan yang berkualitas tersebut, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bersama supplier dan produsen pangan telah menandatangani kesepakatan bersama

tentang ketersediaan, stabilisasi pasokan, dan harga pangan. Dalam kesepakatan tersebut, Kementerian Pertanian beserta suplier dan produsen pangan menyatakan komitmen menjaga stok pangan nasional. Kesinambungan dan sinergitas berbagai kebijakan ketahanan pangan juga sangat diperlukan untuk menjamin kemudahan akses masyarakat terhadap bahan pangan. Jadi, bukan hanya sisi ketersediaannya, tapi juga sisi keterjangkauan harga pangan.

Keterjangkauan pangan berkaitan erat dengan harga pangan. Harga pangan yang terlalu tinggi akan menyulitkan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizinya. Harga pangan yang tidak terjangkau dipengaruhi dua faktor, yakni kurangnya produktivitas pangan dan panjangnya rantai distribusi pangan. Produksi pangan sulit ditingkatkan karena banyaknya konversi lahan pertanian, alat pertanian masih tradisional, dan rusaknya jaringan irigasi. Sementara rantai distribusi pangan dari petani ke konsumen masih terlalu panjang. Akibatnya harga yang ada di pasaran menjadi tinggi dan tidak berdaya saing.

Kurangnya produksi pangan domestik mendesak pemerintah untuk mengambil kebijakan impor untuk mencukupi kebutuhan pangan. Padahal, impor sangat bergantung

Tidak dapat dipungkiri, harga pangan domestik saat ini memang

lebih mahal dari harga pangan global. Namun jika impor terus dilakukan, maka dalam jangka panjang Indonesia akan sulit

terlepas dari ketergantungan impor.

Page 39: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian38

pada fluktuasi harga pangan global yang mempengaruhi harga pangan domestik. Selain itu, impor pangan juga merupakan ancaman terhadap produk dalam negeri. Tidak dapat dipungkiri, harga pangan domestik saat ini memang lebih mahal dari harga pangan global. Namun jika impor terus dilakukan, maka dalam jangka panjang Indonesia akan sulit terlepas dari ketergantungan impor.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menjaga keterjangkauan harga pangan adalah dengan meningkatkan produktivitas dan memotong rantai pasok pangan. Peningkatan produktivitas pangan dapat dilakukan antara lain efektivitas dan efisiensi implementasi redistribusi lahan, modernisasi mesin penggilingan dan alat pertanian lain, peningkatan kualitas konstruksi jaringan irigasi.

Rantai pasok pangan dapat dipangkas dengan cara mengoptimalkan Toko Tani Indonesia (TTI) dan pembentukan BUMDes. BUMDes dapat dimanfaatkan untuk menampung seluruh kegiatan di bidang

ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola desa dan/atau kerja sama antardesa. Dengan adanya BUMDes diharapkan masyarakat bisa memajukan desanya masing-masing. Dari desa untuk desa.

Selain hal tersebut, Pemerintah era Jokowi telah melakukan pengawasan agar stabilitas harga pangan tetap stabil. Salah satunya dengan dibentuknya Satuan Tugas atau Satgas Pangan yang merupakan sinergi antara Polri, Kemendag, Kemendagri, KPPU, Bulog, dan Kementan. Satgas Pangan ini juga dibentuk di setiap daerah untuk memudahkan dalam mengawasi stabilitas harga pangan. Tim Satgas Pangan daerah dipimpin Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda dengan anggota terdiri dari Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, dan instansi terkait lainnya. 

Koordinasi antar-lembaga dan pembentukan satgas tersebut merupakan perwujudan dari perintah Presiden Joko Widodo yang meminta sejumlah menterinya agar menstabilkan harga sembako. Oleh karena itu, Satgas Pangan ini bertugas melakukan

Page 40: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 39

pengawasan dan ketersediaan pangan di pasar-pasar yang dievaluasi hasilnya pada tiap dua pekan.

Satgas Pangan juga melakukan penegakan hukum terhadap kartel dan mafia pangan. Hasil kerja koordinasi antar-lembaga ini telah membuktikan hasil kerja yang efektif, ketika harga relatif stabil saat Hari Raya Idul Fitri. Presiden Joko Widodo mengapresiasi kinerja tim Satgas Pangan yang disampaikan saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna Rapat Evaluasi terkait harga-harga bahan pokok dan antisipasi mudik Lebaran di Istana Merdeka, pada 22 Juni 2017.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dalam kondisi saat ini fungsi dan tugas tim Satgas Pangan lintas sektor perlu dioptimalkan untuk mengawasi ketersediaan dan stabilisasi harga pangan. Dengan demikian, saat kondisi penyebaran COVID-19 ini masyarakat dapat memperoleh kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau.

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Virus Corona atau COVID-19 sampai kini memang belum ditemukan anti virusnya.Berarti kondisi ini akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Hal ini tentu akan berdampak pada kebutuhan bahan pangan yang sudah dipastikan akan terus meningkat. Karenaitu, ketersediaan dan stabilisasi harga pangan menjadi sangat penting. Dari hasil pembahasan sebelummnya, beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:

a. Penyediaan kebutuhan pangan yang berkualitas akan berdampak pada ketahanan pangan masyarakat. Melalui Komando Strategis Pembangunan

Pertanian (KOSTRATANI), peran penyuluh menjadi garda terdepan dalam penyediaan pangan. Namun dalam prakteknya untuk menjamin harga yang dapat terjangkau masyarakat, tidak hanya aspek produksi yang diperhatikan, tetapi aspek produktivitas dan rantai distribusi perlu mendapat perhatian prioritas.

b. Pemerintah Joko Widodo telah menegaskan pandemi COVID-19 tidak hanya terkait dengan kesehatan dan keselamatan masyarakat, namun juga memiliki dampak ekonomi yang mengikutinya. Untuk itu pemerintah telah mengumumkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah meminta pemerintah pusat serta pemerintah daerah menjamin ketersediaan bahan pokok, diikuti dengan memastikan terjaganya daya beli, terutama masyarakat lapisan bawah. Sebagai implementasinya program padat karya diharapkan dapat membantu masyarakat.

c. Upaya mengimplementasikan kebijakan Presiden Jokowi tersebut, Kementerian Pertanian telah melakukan sinergitas bersama instansi yang terkait dengan penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pertanian, supplier dan produksen pangan tentang ketersediaan, stabilitas pasokan, dan harga pangan.

Dari kesimpulan tersebut, implikasi kebijakannya sebagai berikut.

1. Untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan, dalam kondisi bencana nasional COVID-19 ini, Kementerian Pertanian perlu meningkatkan peran penyuluh dalam KOSTRATANI, terutama dalam pemantauan harga panen. Peran penyuluh tidak hanya memberikan pelatihan, tapi juga diharapkan dapat memantau harga jual hasil panen.

Page 41: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian40

2. Untuk mengimplementasikan progam padat karya dalam kondisi COVID-19, sebaiknya Kementerian Pertanian dapat mengotimalkan kegiatan yang dapat menjangkau konsumen dengan harga relatif rendah. Pembentukan TTIC Via Online (Go Shoponline) menjadi salah satu contoh yang dapat diperluas ke beberapa wilayah.

3. Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak panic buying dan panic trader dalam upaya menghindari terjadinya kelangkaan ketersediaan pangan dan kenaikan harga pangan.

4. Kekurangan kebutuhan pangan sebaiknya diprioritaskan dapat dipenuhi oleh pasokan domestik dan impor. Namun kebijakan impor jangan sampai menimbulkan kerugian dipihak produsen atau petani, tetapi hanya bertujuan untuk menambah ketersediaan di dalam negeri.

5. Kementerian Pertanian perlu melihat kembali kebijakan subsidi KUR yang diberikan, terutama kepada pelaku di sektor pertanian. Saat ini subsidi KUR yang diberikan melalui suku bunga ringan sebesar 6% dan dalam bentuk modal usaha tani yang disalurkan melalui off taker. Dalam kondisi saat ini diharapkan subsidi KUR dapat diberikan suku bunga lebih ringan atau bahkan nol persen (0%). Selisih suku bunga dapat ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.

6. Kebijakan Kementerian untuk membangun pertanian berbasis korporasi petani, sebiaknya dapat disosialisasikan kepada pelaku usaha tani secara jelas. Kondisi penyebaran COVID-19 memberi pembelajaran pentingnya bersinergi dalam pemenuhan kebutuhan pangan dengan harga yang terjangkau.

7. Membangun sinergi dari seluruh sektor pembangunan, mulai sektor pertanian, kesehatan, pendidikan, perdagangan, dan sektor ekonomi lainnya menjadi penting untuk menjamin ketersediaan pangan dan pengendalian harga pangan pada kondisi semakin meluasnya penyebaran COVID-19.

DAFTAR PUSTAKABadan Ketahan Pangan, Kementerian Pertanian “Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan 2020”, diterbitkan oleh Badan Ketahan Pertanian pada tahun 2020.

Dewan Ketahanan Pangan “Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi Tahun 2015-2109”. Diterbitkan oleh Kementan Tahun 2015

Hermanto. 2017. Perdagangan, Distribusi dan StabilisasiHarga Pangan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian. Dalam Buku “Merah Putih Swasembada Pangan, Menghapus Ego Sektoral” . Kementerian Pertanian 2017.

Katadata.co.id  dengan judul “Analisis Data: Ekonomi Dunia Menanggung Beban Covid-19”, Penulis: Safrezi Fitra.

Katadata.co.id  dengan judul “Ekonomi Indonesia dalam Skenario Terburuk Akibat Virus Corona” ,Penulis: Pingit Aria, Editor: Pingit Aria.

Katadata.co.id  dengan judul “Jokowi Ungkap Dua Alasan Tak Mau Lockdown untuk Atasi Corona” penulis: Rizky Alika Editor: Agustiyanti.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, tahun 2012.

Page 42: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 41

IMPLIKASI COVID-19 BAGI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN

Sri Asih RohmaniPerencana Ahli Madya Badan Litbang Pertanian

ABSTRAK

Wabah pandemi COVID-19 saat ini telah menjangkiti 201 negara di dunia.

Bahkan WHO telah menyatakan sebagai bencana global. Wabah COVID-19 tidak saja menimbulkan penderitaan kemanusiaan dan sosial, namun menjadi sebuah guncangan ekonomi karena mempengaruhi berbagai bidang mulai dari penurunan PDB, sektor

manufaktur, perdagangan dan ekspor, juga berpengaruh nyata terhadap unsur-unsur dari pasokan dan permintaan pangan. Dengan kondisi ini, COVID-19 tidak tidak lagi sebagai masalah regional melainkan masalah global yang menuntut tanggapan terkoordinasi, kekuatan kolaborasi dan partisipasi berbagai pihak dalam upaya penanganannya secara global. Sebuah telaah diagnostik fenomena perkembangan wabah COVID-19 yang terjadi

Page 43: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian42

sampai kini, disertai review referensi dan hasil kajian yang relevan. Tulisan ini difokuskan untuk membahas dan memberikan deskripsi bagaimana pengaruh COVID-19 di bidang pangan secara umum. Untuk itu diperlukan terobosan inovasi dalam penyediaan dan kemudahaan akses pangan, serta rumusan berbagai alternatif strategi dan langkah kebijakan yang diperlukan agar pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi. Dengan mengambil “sisi positif” dari wabah pandemi telah memberikan lesson learned bagi pembangunan pangan dan pertanian di masa depan.

Kata Kunci: COVID-19, Kebutuhan, Pangan, Inovasi dan Kebijakan

I. PENDAHULUANSaat ini Indonesia termasuk salah satu

negara yang mengalami kasus infeksi COVID-19 menyusul penderitaan di sebagian besar negara di dunia. Laporan resmi World Health Organization (WHO), diperkuat akun resmi Kementerian Kesehatan Indonesia hingga akhir Maret 2020 COVID-19 telah menjangkiti 189 negara/wilayah di dunia. Setidaknya ditemukan 823.626 kasus positif dengan kasus kematian 40.598 jiwa (4,9% angka kematian).

Penyakit COVID-19 menyebar demikian cepat, sehingga tidak lagi sebagai masalah regional, melainkan masalah global. Karenanya, menuntut tanggapan terkoordinasi dan kekuatan kolaborasi dan partisipasi berbagai pihak dalam upaya penangannya secara global.

Perkembangan wabah COVID-19 sejak pertama kali terkonfirmasi di Cina pada akhir Desember 2019 hingga penyebarannya terkini, OECD dan IMF memprediksi wabah COVID-19 dapat berdampak terhadap ekonomi global. Bahkan kejatuhan dan resesi ekonomi bagi berbagai negara maju, seperti Italia, Perancis,

Jerman, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat, disamping Cina yang telah lebih dahulu sebagai epicentris penyebarannya. Hal ini sekaligus memunculkan kekhawatiran dan ketidakpastian kapan wabah akan mereda, dan seberapa cepat wabah terus akan terjadi dan meluas.

Wabah COVID-19 tidak saja menimbulkan penderitaan kemanusiaan dan sosial, namun telah menjadi sebuah guncangan ekonomi. Sebab dampaknya mempengaruhi berbagai bidang mulai dari penurunan PDB, sektor manufaktur, perdagangan dan ekspor, juga berpengaruh nyata terhadap unsur-unsur dari pasokan dan permintaan pangan.

Setidaknya ada dua sebab. Pertama, pasokan akan terganggu akibat dampak penyakit pada kesejahteraan manusia, sehingga dilakukan upaya penahanan (karantina) yang membatasi mobilitas dan meningkatnya biaya berusaha karena rantai pasokan terganggu. Kedua, permintaan juga akan turun karena tingginya ketidakpastian, peningkatan perilaku pencegahan, upaya penahanan, serta meningkatnya biaya pengeluaran yang mengurangi kemampuan belanja.

Akibat dari penutupan wilayah dan karantina, gangguan pasar, rantai pasok dan perdagangan akan membatasi masyarakat untuk mengakses ke sumber makanan secara cukup/beragam dan bergizi. Terutama di negara-negara yang telah dilanda virus dan dipengaruhi tingkat ketidakamanan pangan yang tinggi.

Di satu sisi, pengaruh wabah pandemi COVID-19 yang menyebar dengan cepat, juga mempengaruhi perilaku masyarakat untuk semakin sadar dan aware dalam menjaga kesehatan, termasuk konsumsi pangan. Kehatian-hatian dan kesadaran masyarakat menjaga kesehatan, misalnya dengan menjaga pola hidup sehat dan bersih, disertai kesadaran

Page 44: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 43

masyarakat meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas), akhirnya berpengaruh pada perubahan pola konsumsi pangan, termasuk pengeluaran belanja bahan pangan.

Untuk dapat menangkal dan bertahan dari infeksi COVID-19, diperlukan peningkatan imunitas tubuh yang dapat diperoleh dari asupan nutrisi dan makanan bergizi, berimbang, sehat dan aman (B2SA). Hal ini juga menimbulkan hikmah bagi pola hidup sehat, terutama meningkatkan imunitas dengan cara memperbaiki pola konsumsi dan memperhatikan keseimbangan nilai gizi, yang mencakup energi, protein, vitamin, dan mineral dari bahan pangan yang aman dan sehat dikonsumsi.

Tulisan ini akan mereview secara singkat mulai dari gambaran wabah dan penyebaran COVID-19 secara global dan nasional, bagaimana pengaruhnya di bidang pangan pertanian secara umum. Selain itu, terobosan

inovasi dalam penyediaan kemudahaan akses pangan yang diperlukan. Begitu juga, rumusan berbagai alternatif strategi dan langkah kebijakan agar pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dapat selalu terpenuhi dengan harga yang terjangkau. Dengan mengambil “sisi positif” dari wabah pandemi yang akan memberikan lesson learned bagi pembangunan pangan dan pertanian pada masa depan.

II. METODE PENULISANTulisan ini disusun dengan diawali telaah

diagnostik fenomema perkembangan wabah COVID-19 yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Analisis terkait dengan pengaruh COVID-19 bagi pertanian dan pemenuhan pangan masyarakat dilakukan dengan disertai review literatur dan penguatan data-data empiris yang relevan dan resmi dilaporkan. Meski dalam hal ini, ketersediaan data dan

Page 45: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian44

Gambar 1. Perkembangan Penyebaran Wabah COVID-19 Global dan Nasional (Sumber WHO dan PHEOC Kementerian Kesehatan Indonesia)

informasi spesifik yang memperkuat tema bahasan dirasakan masih relatif terbatas.

Dengan merujuk pada hasil kajian yang telah ada, disertai asumsi beberapa dampak penyebaran COVID-19 di negara lain juga terjadi di Indonesia, maka rumusan alternatif strategi dan langkah kebijakan dapat dirancang, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, sebagai bagian terintegrasi dalam pembangunan pangan dan pertanian di masa depan.

III. PENYEBARAN COVID-19 DAN IMPLIKASINYA

Wabah COVID-19 yang terus menyebar luas telah menimbulkan duka dan penderitaan kehidupan manusia di banyak negara, termasuk Indonesia. Meski wilayah episentrum terjangkit di Cina mulai memberikan tanda kembali pulih, namun COVID-19 menyebar dengan cepat di berbagai negara lain. Hal ini juga terus memunculkan kekhawatiran dan sederet pertanyaan masih seberapa jauh dan cepat penyebaran akan terjadi dan bagaimana

implikasinya terhadap sektor pangan. Dengan demikian, upaya antisipasi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat dilakukan sejak dini dengan langkah-langkah yang konkrit.

Penyebaran COVID-19

Data resmi yang dilaporkan WHO dan Kementerian Kesehatan Indonesia per April 2020 menunjukkan secara global, penyebaran COVID-19 telah menjangkau 201 negara, kasus terkonfirmasi sebesar 823.626 orang dengan angka kematian sebesar 4,9% (40.598 orang). Sementara situasi kasus di Indonesia menunjukkan berisiko tinggi dengan jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak 1.677 orang dan tingkat kematian sebesar 9,4% dengan jumlah meninggal sebesar 157 orang, dengan kasus sembuh 6,1% (103 orang).

Pada awal Maret 2020, epidemi COVID-19 terpusat di Tiongkok dengan lebih dari 90% kasus yang dilaporkan terjadi dan dua negara yang paling terpukul berikutnya adalah Jepang dan Korea. Gambaran perkembangan penyebaran COVID-19 secara global dan

Page 46: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 45

Tabel 1. Jumlah Kasus dan Kematian Pandemi N1H1, SARS, MERS, dan Penyakit EVD

No. Pandemi/Tahun ∑ Kasus (orang)/ Ditemukan Tingkat Kematian

11 Flu burung (N1H1)/2009 151.700-575.400 0,001-0,007%

22Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)/November 2002-Juli 2003

8.096 (Kasus terbesar China dan Hongkong)

9,6% (namun lebih sedikit menular)

33 Middle East Respiratory Syndrome (MERS)/2012

Menyebar di 27 negara 35%

44 Virus Ebola (EVD)/2014-2016Wabah terbaru 2018-2019

3.811

54 (di Kongo)

67%

61%

Sumber : Baldwin dan Weder di Mauro, 2020

nasional hingga akhir Maret 2020 disajikan pada Gambar 1.

Dampak pandemi COVID-19 antar-negara berbeda secara ekonomi. Dibandingkan pandemi yang terjadi sebelumnya seperti Flu Burung (N1H1), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Penyakit Virus Ebola (EVD) tidak terlalu dominan secara ekonomi, karena menjangkit kasus yang lebih kecil.

Namun untuk kasus COVID-19 delapan atau sembilan kali lebih besar dari jumlah kasus SARS, bahkan dapat bertambah besar. Setidaknya sama pentingnya menghasilkan sebuah satu fakta serius, berupa pukulan ekonomi bagi negara-negara maju, termasuk G7 plus Cina (Baldwin dan Weder 2020). Empat kasus pandemi yang terjadi sebelumnya, disajikan pada Tabel 1.

Indikasi dari tingkat penyebaran COVID-19 menunjukkan kurang mematikan, tapi lebih menular dibandingkan SARS. Untuk memprediksi tingkat penyebarannya pada populasi tertutup, saat ini diterapkan epidemiolog menggunakan model matematika SIR (susceptibles, infection, recovery) yang dikembangkan pada tahun 1927. Model ini menggunakan asumsi bahwa populasi dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu rentan terinfeksi, Infeksi, dan sembuh. Model SIR menjadi akronim dari label kelompok tersebut.

Bila dibuat asumsi lebih berani bahwa semua orang yang menular dan rentan berpeluang sama untuk bertemu, jumlah interaksi adalah total orang yang rentan (S), kali total orang yang menularkan (I), per periode (jumlah hari selama orang yang terinfeksi tetap menularkan). Jika tingkat (probabilitas) transmisi (penularan) adalah ‘β’, maka jumlah kasus baru adalah ‘β kali S kali I.

Tentu saja, setiap infeksi baru membuat kelompok menular lebih besar dan kelompok rentan lebih kecil. Selain itu, ukuran kelompok terinfeksi (I) turun karena terdapat orang menjadi lebih baik pada tingkat R (orang pulih adalah tidak menular atau rentan). Dengan model ini dinamika penyebaran akan mengarah pada peningkatan logistik total orang terdampak seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Model ini juga dapat dikembangkan untuk memprediksi berapa jumlah terinfeksi dalam jangka panjang.

Gambaran model tersebut, dalam perkembangannya menunjukkan terdapat 10 negara paling terpukul COVID-19 yang hampir

Page 47: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian46

Gambar 2. Kurva Epidemologi COVID-19 di Luar Cina

identik dengan 10 ekonomi terbesar di dunia (Iran dan India adalah pengecualian). Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, dan Italia semuanya masuk dalam 10 besar yang paling terkena dampak penyakit ini.

Cina mengalami pukulan ekonomi paling sulit. Dengan hanya mengambil dampak ekonomi di Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, dan Italia, COVID-19 berpengaruh pada 60% penawaran dan permintaan dunia (PDB), 65% manufaktur dunia, dan 41% ekspor manufaktur dunia.

Perekonomian Cina, Korea, Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat menjadi bagian dari rantai nilai global, sehingga pukulan dan kesengsaraan dari negara-negara tersebut akan menghasilkan “penularan gangguan pada rantai pasok” hampir di semua negara. Untuk itu, pentingnya mengontrol tingkat epidemi yang dapat dilakukan dengan memperlambat laju infeksi. Misalnya, menjaga jarak sosial (social distancing), mengurangi kontak dengan orang-orang keseluruhan.

Kebijakan ini diterapkan di Indonesia melalui pembatasan (karantina wilayah), pelaksanaan kedinasan work form home (WFH)

bagi Aparatiur Sipil Negara (ASN) yang secara tegas diatur melalui SE MENPAN-RB No.34 tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Selain itu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19 melalui PP Nomor: 21 tahun 2020.

Kurva epidemologi yang lebih rata memberikan makna dan harapan lebih menyelamatkan hidup secara langsung (karena lebih sedikit yang jatuh sakit dan meninggal). Secara tidak langsung menghindari tidak berfungsinya penanganan kesehatan karena melonjaknya kasus yang biasanya menghasilkan perawatan yang kurang optimal.

Keinginan untuk meminimalkan jumlah terinfeksi menjadi alasan mengapa pemerintah di seluruh dunia mengambil tindakan yang mungkin tampak sebagai langkah ekstrem. Misalnya lockdown bagian wilayah yang terdampak. Kenyataan pahit pada Abad-21 ini adalah belum ditemukannya vaksin atau cara perawatan progresif untuk melawan COVID-19.

Tindakan yang dapat dilakukan hanyalah metode untuk mengendalikan epidemi

Page 48: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 47

Tindakan yang dapat dilakukan hanyalah metode untuk mengendalikan epidemi

(sebagaimana pengalaman pada awal Abad ke-20), sehingga

cenderung sangat mengganggu secara ekonomi (Baldwin dan

Weder di Mauro, 2020).

“(sebagaimana pengalaman pada awal Abad ke-20), sehingga cenderung sangat mengganggu secara ekonomi (Baldwin dan Weder di Mauro, 2020). Dapat diidentifikasi tiga sumber penting terjadinya goncangan ekonomi karena COVID-19.

Pertama, guncangan medis, terinfeksi jatuh sakit dan tidak berproduksi. Kedua, dampak ekonomi dari tindakan penahanan publik. Termasuk penutupan sekolah, kantor, perusahaan dan pabrik, pembatasan perjalanan yang berdampak pada pariwisata dan transportasi, serta tindakan karantina. Ketiga, pola perilaku (behavior) individu dan masyarakat dalam menghadapi COVID-19.

Penyediaan Pangan dan Pertanian

Rantai suplai makanan sebagai sebuah jaringan kompleks yang melibatkan produsen, input pertanian, transportasi, industri pengolahan, pengiriman dan seterusnya hingga produk pangan sampai kepada konsumen. Ketika COVID-19 menyebar dan kasusnya terus meningkat, diikuti dengan langkah-langkah yang diperketat untuk mengatasi penyebarannya, akan berdampak pada sistem pangan. Berbagai pihak dan tenaga ahli terus berupaya untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan, dan mempelajari sistem pangan dan rantai pasokan. Sebab, dalam perkembangannya telah memberikan indikasi akan banyak mengalami gangguan (Poppick 2020).

Meskipun gangguan terhadap produksi pangan belum spesifik dilaporkan, namun gangguan COVID-19 terhadap ketersediaan pangan (termasuk yang dirasakan di Indonesia) relatif minim. Sebab persediaan pangan telah memadai, serta distribusi dan pasar telah dikelola relatif baik. Kajian beberapa ahli, misalnya Lembaga Penelitian Kebijakan Pangan Internasional Nirlaba (IFPRI)

melaporkan hingga awal April 2020, dampak COVID-19 tidak menimbulkan ancaman besar bagi keamanan pangan global secara keseluruhan, karena persediaan pangan pokok yang memadai masih tersedia.

Diharapkan kekurangan pangan yang meluas tidak akan terjadi dalam waktu dekat, bila pertanian ditempatkan sebagai pekerjaan penting di bawah koordinasi pemerintah di berbagai negara. Dalam hal ini, petani juga harus tetap mematuhi persyaratan jarak sosial dan diikuti dengan beberapa peraturan dan perubahan lain dalam rantai pasok makanan.

Kementerian Pertanian juga terus bertekad mengamankan pangan bagi penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil Survei  Penduduk  Antar Sensus (SUPAS) 2015  jumlah penduduk Indonesia  pada 2019 sebanyak 267 juta jiwa. Diproyeksikan akan meningkat menjadi 269,6 juta jiwa pada tahun 2020.

Tekad tersebut ditegaskan melalui Surat Edaran Menteri Pertanian Nomor: 1/SE/KN.010/M/03/2020 tentang Strategi Kementerian Pertanian dalam Rangka Pencegahan dan Perlindungan dari Dampak Perlindungan COVID-19. Strategi tersebut juga digambarkan pada berbagai skenario rencana capaian yang ditetapkan dalam prognosa

Page 49: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian48

produksi dan kebutuhan berbagai pangan pokok/strategis periode Maret-Mei 2020 dan Juni-Agustus 2020 saat terjangkit COVID-19 dan infeksi mulai mereda.

Ada tiga skenario yang dibangun. Pertama, Skenario Optimis bila produksi, realisasi impor dan kebutuhan pangan normal. Kedua, Skenario Moderat, dengan asumsi produksi turun 5%, kebutuhan naik 5%, dan realisasi impor (bawang putih, daging sapi/kerbau, gula pasir) turun 5%. Ketiga, Skenario Pesimis, bila produksi turun 10%, kebutuhan naik 10%, dan realisasi impor (bawang putih, daging sapi/kerbau, gula pasir) turun 10%.

Target produksi diprediksi akan turun 5-10% dengan beberapa asumsi. Untuk komoditas padi dan jagung, jika terkena banjir dan serangan hama dan penyakit akan turun

5%. Jika kemudian bantuan bibit dan pupuk tidak lancar, serta petani mulai ketakutan COVID-19, produksi turun 10%. Sedangkan untuk cabai dan bawang karena curah hujan tinggi dan serangan penyakit, produksi akan turun 5%, tapi kalau petani mulai ketakutan COVID-19 akan turun 10%.

Sementara untuk unggas, jika terjadi serangan penyakit dan harga jagung mahal, produksi akan turun 5%. Namun jika ditambah konsentrat dan obat-obatan juga mahal, produksi bisa turun hingga 10%. Begitu juga untuk produksi daging sapi karena konsentrat dan obat-obatan mahal akan turun 5%, dan peternak ketakutan COVID-19 akan turun 10%. Untuk produksi tebu dan sawit, produksi terganggu karena cuaca kemungkinan bisa turun 5%. Namun, jika pekebun ketakutan COVID-19 akan turun 10%.

Page 50: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 49

Pengaruh COVID-19 akan menyebabkan hilangnya pendapatan secara luas, kemampuan dan daya beli masyarakat menurun dan lebih

sedikit konsumen yang mampu membeli produk bernilai tinggi,

termasuk sayuran organik.

Sementara itu, kebutuhan pangan diperkirakan naik 5-10% karena terjadinya panic buying akibat COVID-19 (5%). Sedangkan jika COVID-19 belum reda dan masyarakat menyetok pangan berlebihan kebutuhan naik 10%. Sementara realisasi impor turun 5-10%, bila importasi tidak lancar karena COVID-19 (5%) dan negara produsen membatasi ekspornya karena COVID-19 (10%).

Terkait dengan ketersediaan pangan global dilaporkan bahwa stok sereal global berada pada tingkat yang aman dan prospek gandum dan tanaman pokok lainnya untuk tahun 2020 adalah positif. Meskipun gangguan produksi pangan dari komoditas bernilai tinggi seperti buah-buahan dan sayuran telah terjadi, namun belum menunjukkan adanya penguncian dan gangguan dalam rantai nilai.

Beberapa gangguan logistik yang terkait distribusi dan pergerakan pangan terjadi karena dampak pandemi COVID-19. Misalnya pada sektor ternak karena berkurangnya akses ke pakan ternak dan rumah pemotongan hewan kapasitasnya berkurang akibat kendala logistik dan kekurangan tenaga kerja. Kondisi ini telah terjadi di Cina. Akibatnya pada bulan April dan Mei, diprediksi akan terjadi gangguan dalam rantai pasokan makanan (OECD 2020).

Hal tersebut senada dengan yang dilaporkan FAO (2020). Karena gangguan COVID-19, komoditas bernilai lebih tinggi lebih mungkin mengalami lonjakan harga dari pada tanaman pokok. Secara spesifik, misalnya kasus di Amerika Serikat, buah-buahan dan produk organik yang ditanam pertanian skala kecil (yang secara umum membutuhkan lebih banyak tenaga kerja) dan penjualannya dilakukan ke pasar-pasar dan restoran daripada langsung ke toko-toko (grocery) sekarang banyak yang tutup atau mengurangi layanan. Meski petani masih dapat terus berproduksi, tapi mereka memiliki tempat terbatas untuk menjual produk pangan.

Ditutupnya jalur transportasi karena pembatasan wilayah sangat mengganggu rantai pasokan pangan segar. Bahkan dapat menyebabkan peningkatan tingkat kehilangan dan limbah makanan. Pembatasan transportasi dan tindakan karantina cenderung menghambat akses petani ke pasar, membatasi kapasitas produksi dan menghalangi petani menjual produknya.

Kekurangan tenaga kerja juga dapat mengganggu produksi dan proses produksi pangan, terutama untuk tanaman padat karya. Dalam jangka pendek, lonjakan harga tidak diharapkan untuk pangan pokok utama yang pasokan, stok, dan produksi bersifat padat modal, termasuk komoditas bernilai tinggi (terutama daging) dan komoditas yang mudah rusak.

Pengaruh COVID-19 akan menyebabkan hilangnya pendapatan secara luas, kemampuan dan daya beli masyarakat menurun dan lebih sedikit konsumen yang mampu membeli produk bernilai tinggi, termasuk sayuran organik. Pengurangan kapasitas pembelian tersebut dapat lebih memberikan pemahaman petani, untuk menjual langsung ke konsumen di pasar daripada melalui toko grosir.

Cara tersebut, dapat dipandang sebagai pendekatan pemasaran yang menarik untuk sistem pangan, dengan mengedepankan kegiatan empati sosial. Keterikatan sosial

Page 51: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian50

sebagai wujud kapital sosial dapat terus dikembangkan saat menghadapi kondisi emergensi COVID-19. Corona virus memiliki efek yang jauh lebih luas baik pada ranah sosial maupun kelembagaan.

Hal ini dapat dipandang semacam bencana global yang menuntut adanya kekuatan kolaborasi dan respon terkoordinasi secara global. Bila disertai dengan adanya tekanan lingkungan, seperti bencana banjir atau kekeringan, sistem pangan dan pertanian akan menjadi lebih rentan (Poppick, 2020).

Menyikapi terjadinya wabah virus korona, negara-negara di seluruh dunia mulai menerapkan sejumlah langkah kebijakan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih lanjut. Langkah-langkah tersebut dapat mempengaruhi produksi, distribusi dan perdagangan hasil pertanian. Misalnya, banyak negara menerapkan kontrol yang lebih ketat pada kapal-kapal kargo, dengan risiko membahayakan kegiatan pengiriman barang.

Langkah-langkah yang mempengaruhi pergerakan bebas orang (pembatasan dan karantina wilayah) juga berdampak pada

produksi pertanian, sehingga mempengaruhi harga pasar secara umum. Langkah-langkah untuk menjamin standar kesehatan yang diterapkan bagi industri dan pabrik makanan juga akan memperlambat produksi (OECD, 2020).

Pandemi COVID-19 diprediksi juga akan mempengaruhi permintaan pangan masyarakat. Hal ini dapat terjadi (sebagaimana krisis ekonomi) ketika pendapatan berkurang dan ketidakpastian. Kondisi itu membuat orang membelanjakan lebih sedikit dan mengakibatkan permintaan menurun. Sesuai hukum keseimbangan ekonomi akibatnya penjualan dan produksi menurun.

Pada tahap awal wabah COVID-19, ada peningkatan permintaan makanan yang signifikan. Secara umum memang tidak elastis berpengaruh terhadap konsumsi keseluruhan dan akan cenderung terbatas, meskipun pola makan dapat berubah. Ada kemungkinan penurunan konsumsi daging yang lebih besar akibat dari ketakutan yang tidak berdasar bahwa hewan mungkin menjadi inang virus. Produk bernilai lebih tinggi lainnya yang cenderung menyebabkan kemerosotan harga.

Page 52: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 51

Permintaan akan buah-buahan dan sayur-sayuran cenderung mengalami peningkatan. Hal ini akan berbeda dengan permintaan pangan di negara-negara miskin, karena kurangnya pendapatan dan hilangnya peluang mendapatkan pendapatan dapat berdampak pada konsumsi (Baldwin dan Weder 2020).

Inovasi Penyediaan dan Kemudahan Akses Pangan

Dengan timbulnya kekhawatiran dan ketakutan terjadinya penularan dapat mengurangi kunjungan masyarakat ke pasar, toko swalayan dan retail untuk membeli kebutuhan pangan. Hal ini mendorong peluang perubahan dalam cara orang membeli dan mengonsumsi makanan.

Merebaknya infeksi COVID-19 membuat masyarakat beralih memilih restoran dengan pola berinteraksi yang lebih rendah. Misalnya, delivery system, peningkatan pengiriman e-commerce (seperti yang dibuktikan di Cina) dan peningkatan makan di rumah. Hal ini didukung kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era industri 4.0 dengan berbagai teknologi kuncinya. Seperti, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), kekuatan pengelolaan bigdata secara real time dan saling terkoneksi antar-pelaku dengan berbagai objek dalam sebuah value chain hulu-hilir (Rohmani dan Soeparno 2018).

Hadirnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas), juga berpengaruh pada perubahan pola konsumsi pangan masyarakat, termasuk pengeluaran belanja bahan pangan. Buah dan sayur merupakan unsur yang penting dan bermanfaat bagi kesehatan, karena kandungan vitamin dan mineral yang beragam, serta serat tinggi. Jika dikonsumsi dengan porsi yang dianjurkan, konsumsi buah dan sayur dapat mengurangi risiko defisiensi gizi mikro,

meningkatnya daya tahan tubuh dari infeksi penyakit menular.

Laporan World Food Programme (2017) menunjukkan, pada tahun 2016, konsumsi buah dan sayur di Indonesia masih kurang dari setengah konsumsi yang direkomendasikan. Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 173 gram/kapita/hari. Angka itu, lebih kecil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan, sebesar 400 gram/kapita/hari.

Konsumsi buah juga lebih sedikit dari pada konsumsi sayur, yaitu hanya 67 gram, sedangkan sayur sebesar 107 gram/kapita/hari. Data tahun 2016, tidak semua penduduk Indonesia mengonsumsi buah dan sayur. Hanya 97,3% yang mengonsumsi sayur dan 73,6% mengonsumsi buah. Konsumsi buah dan sayur menunjukkan tren penurunan selama periode lima tahun terakhir. Konsumsi buah mengalami penurunan lebih sedikit, yaitu sebesar 3,5%, sedangkan konsumsi sayur menurun sebesar 5,3%.

Untuk terus terjaganya persediaan bahan pangan yang segar dan sehat, petani perlu didorong terus meningkatkan produksi setiap hari dengan menanam dan memanen bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat secara berkelanjutan. Proses dan produksi pangan harus dipastikan dilakukan secara efisien, efektif, dan berdaya saing dengan penerapan pertanian presisi dari hulu sampai hilir dan dapat dilacak (traceable), sehingga dipastikan keamanannya untuk dikonsumsi.

Akibat pembatasan interaksi dan pergerakan manusia, memberikan peluang sekaligus tantangan pentingnya bertransformasi memperkuat modernisasi pertanian secara berkelanjutan. Keadaan ini memerlukan kehadiran petani-petani milenial dengan jiwa entrepreneurship yang handal. Dari

Page 53: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian52

Gambar 3. Nominal Belanja Makanan di Rumah dan Pengeluaran Makanan di Luar Rumah (Sumber : USDA Farm Biro Calculation)

mulai kegiatan on farm (menanam, mengolah, dan memanen), pasca-panen (pengolahan) hingga ke tahap hilir (off farm) dengan memanfaatkan peluang pasar.

Selain itu, akibat COVID-19 cara konsumen membeli makanan juga berubah. Hasil kajian terbaru Layanan Penelitian Ekonomi USDA untuk Seri Pengeluaran Makanan terupdate melaporkan konsumen di AS membelanjakan lebih besar dari pengeluarannya untuk makanan. Misalnya, dengan pembelian makanan di restoran dan perusahaan serupa lainnya dari pada pembelian untuk konsumsi di rumah (Gambar 3).

Total pengeluaran makanan di rumah di AS mencapai 781 miliar dollar AS pada tahun 2018. USDA mendefinisikan pengeluaran makanan di rumah sebagai pembelian makanan yang mana pembeli akhir adalah konsumen (termasuk pembelian makanan dari grocery, gudang, toko serba ada dan pasar petani).

Peningkatan terbesar pembelian makanan di rumah terlihat dalam pemesanan dan pengiriman ke rumah, mencapai 24,84 miliar dollar AS pada 2018. Nilai tersebut meningkat 9% atau hampir 2 miliar dollar AS dibandingkan tahun 2017. Sebaliknya, penjualan makanan langsung ke konsumen

oleh petani, produsen dan pedagang grosir menurun 12%, atau 713 juta dollar AS dari level 2017 menjadi 5,23 miliar dollar AS pada tahun 2018.

Pada 2018, konsumen di Amerika Serikat membelanjakan 931 miliar dollar AS untuk makanan di luar rumah. Misalnya, makanan ringan yang disediakan perusahaan layanan makanan komersial. Penjualan makanan di restoran (dengan layanan lengkap dan terbatas) menyumbang 73%. Sedangkan pengeluaran makanan di luar rumah naik hampir 30% dari satu dekade sebelumnya. Secara rinci pengeluaran belanja makanan di rumah dan belanja makanan di luar rumah berdasarkan kategori lokasi pada tahun 2018 disajikan pada Gambar 4.

Langkah Kebijakan dan Strategi

Berpijak dari bahasan sebelumnya, dapat memberikan pelajaran baik bagi upaya mempertahankan ketersediaan dan pemenuhan pangan bagi masyarakat. Dengan memperhatikan berbagai skenario yang terjadi dalam sistem pangan, agar pemenuhan pangan masyarakat terus dapat terjaga secara berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah

Page 54: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 53

Gambar 4. Nominal Belanja Makanan di Rumah dan di Luar Rumah(Sumber : USDA Farm Biro Calculation)

kebijakan dan strategi, baik jangka pendek, menengah, dan panjang.

Beberapa alternatif kebijakan jangka pendek dapat dilakukan antara lain:

1. Terpenuhinya ketersediaan pangan yang beragam dan terjangkau, misalnya dengan operasi pasar dan layanan Toko Tani Indonesia.

2. Bantuan pangan seperti makanan penguat dan suplemen (untuk yang rentan seperti lansia dan pekerja kasar yang terbatas pendapatannya).

3. Padat karya tunai untuk memperkuat daya tahan ekonomi desa dan peningkatan daya beli. Misalnya bagi ojek on line dan pekerja harian lainnya (dengan disesuaikan tingkat ketrampilannya).

4. Sosialisasi bagi petani dan aparat (PPL, PPL-THL, POPT, dll) serta penyedia saprodi pertanian melakukan pencegahan COVID-19, sehingga tidak mengganggu keberlanjutan produksi pangan.

5. Membangun empati sosial dalam sebuah jaringan terkoordinasi dengan memberikan bantuan pangan terutama di lingkungan sosial masing-masing.

Beberapa kebijakan jangka menengah dapat dilakukan, antara lain:

a. Kebijakan yang memperkuat produksi dan perubahan perilaku. Hal ini dapat ditempuh dengan bantuan permodalan ke arah produksi dan perubahan peningkatan keterampilan dan jiwa entrepreneurship bagi petani milenial untuk pemanfaatan peluang pasar dan produk pangan baru.

b. Untuk memberikan pemahaman dan perubahan perilaku masyarakat, dilakukan sosialisasi multi-channel melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pola hidup sehat dan makanan B2SA.

c. Pengembangan pasar tani di berbagai wilayah.

d. Pengembangan terobosan teknologi pemasaran yang semakin mendekatkan produsen dan pembeli (farmer to consumers).

Selanjutnya, dalam jangka panjang memperkuat sistem pangan dan pertanian sesuai tantangan yang akan datang. Dapat dirancang sebuah kebijakan yang mendorong sinergi dan akselerasi dalam memperkuat upaya modernisasi pertanian secara berkelanjutan. Pembangunan pangan dan pertanian ke depan

Page 55: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian54

mengisyaratkan dipastikannya penerapan pertanian presisi dari hulu-hilir, sehingga keseluruhan proses dan produksi pangan dapat berjalan efisien, memiliki nilai tambah dan berdaya saing.

Upaya ini sebenarnya telah diinisiasi Kementerian Pertanian melalui Permentan No.18 Tahun 2018 tentang Pembangunan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani sebagai entry point tekat menuju pertanian modern di Indonesia. Kebijakan ini diiringi pengembangan kerjasama dan kolaborasi antar-berbagai lembaga dan stakeholders bonding dan bridging strategy. Disertai juga penguatan kolaborasi dengan berbagai negara “linking strategy” dalam pembangunan pangan dan pertanian, termasuk membangun tindakan terkoordinasi dalam penanganan COVID-19.

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Penyebaran COVID-19 hingga kini masih terus berlangsung dan belum dapat diketahui hingga kapan wabah ini akan mereda dan berakhir. Kondisi ini tentu selain akan membawa rasa kekhawatiran dan ketakutan dalam kehidupan masyarakat juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang semakin meluas, termasuk bagi sektor pangan dan pertanian.

Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan dengan beberapa implikasi kebijakan sebagai berikut.

1. Sebagai bentuk kesadaran dan antisipasi terhadap pencegahan infeksi COVID-19, telah membawa perubahan perilaku masyarakat ke arah gaya hidup yang lebih sehat, disiplin disertai pola konsumsi pangan yang bergizi, berimbang, sehat

dan aman (B2SA). Perubahan perilaku masyarakat terlihat dari perubahan pola konsumsi pangan yang semakin memperhatikan keseimbangan nilai gizi (energi, protein, vitamin, dan mineral) dari bahan pangan yang sehat dikonsumsi.

2. Di tengah berbagai keterbatasan akibat diterapkan kebijakan pembatasan mobilitas dan penutupan (karantina) wilayah, serta meningkatnya biaya berusaha karena rantai pasokan terganggu, diperlukan inovasi bagi penyediaan dan kemudahan akses pangan dengan memanfaatkan keunggulan teknologi kunci revolusi industri 4.0 (IoT, AI, pengelolaan big data secara real time) dan saling terkoneksi dalam keseluruhan value chain hulu-hilir;

3. Upaya solutif dan antisipatif dalam merespon dampak COVID-19 harus ditetapkan berbagai alternatif kebijakan dan strategi dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Sekaligus menjadi bagian dalam upaya pencegahaan dan pengendalian penyebaran COVID-19 yang semakin luas.

Dari hasil telaahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan pada kondisi penyebaran COVID-19 yang semakin meluas di Indonesia, memiliki beberap aimplikasi kebijakan, yaitu:

1. Keberhasilan strategi jangka pendek yang lebih difokuskan sebagai bentuk jaring pengaman sosial, memerlukan dukungan akurasi data dan informasi kelompok masyarakat yang akan dibantu sehingga tepat sasaran, disamping kepastian dukungan logistik pangan bagi masyarakat yang mampu;

2. Strategi peningkatan kapasitas produksi, fasilitasi peningkatan ketrampilan serta pengembangan jiwa entrepreneurship

Page 56: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 55

(utamanya petani milenial) dalam suatu sistem rantai pasok (supply chain) pangan dan pertanian perlu dilakukan dengan pendekatan learning process, dengan meningkatkan daya adaptasi pelaku terhadap perubahan lingkungan bisnis pangan dan pertanian yang terjadi saat ini akibat terjadinya COVID-19;

3. Implementasi strategi untuk bertransformasi menuju pembangunan pertanian modern di masa depan (sebagai alternatif strategi jangka panjang) diupayakan dalam kerangka memperkuat pertanian rakyat dan inklusif bagi petani kecil.Disertai juga penyesuaian dan adaptasi teknologi tepat guna, sehingga compatible dengan kondisi sistem usaha tani, logistik dan keseluruhan rantai produksi pertanian di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAn Roinn Talmhaiochta, Bia Agus Mara. Departement of Agriculture, Food and the Marine. https://www.agriculture.gov.ie/customerservice/coronaviruscovid-19/

Baldwin, R. dan Weder di Mauro, B. 2020. Economics in The Time of COVID-19. A. VoxEU.org Book. CEPR Press. Centre for Economic Policy Research. Great Sutton Street London, EC1V 0DX. UK

FAO (Food and Agricuture Organization). 2019. FAO Work On Agricutural Innovation. Sowing the seeds of transformation to achieve the SDGs. Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome, 2019.

Kilpatrick, Sue dan Susan Johns, 2003. How Farmer Learn : Different Aproaches to Change Article in The Journal of Agricultural Education and Extension December 2003. The Journal of Agricultural Education and Extension, 2003, vol. 9, no. 4.

Mohieldin Mahmud, 2017. Cara untuk Mencapai SDGs. World Bank Group Senior Vice President for the 2030 Development Agenda, United Nations Relations and Partnerships, and is a former minister of investment of Egypt

[OECD] Organization for Economic Cooperation and Development. 2020. OECD Interim Economic Outlook. Corona Virus: The World Economy at Risk. Indonesia (ID): OECD Publishing.

Laura Poppick, 2020. The Effects of COVID-19 Will Ripple through Food Systems: Staple crops are likely to be less affected by measures to control the virus, but farmers growing more specialized ones could feel the pinch. Public Health. American Scientific dalam https://www.scientificamerican.com/article/the-effects-of-covid-19-will-ripple-through-food-systems/.

Rohmani, SA. dan Soeparno H. 2018. Pertanian Digital dalam Membangun Pertanian Modern di Era Industri 4.0. Badan Litbang Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Wyman Oliver, 2018. Agriculture 4.0: The Future of Farming Technology. World Government Summit. Februari 2018.

Page 57: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian56

DAMPAK PANIC BUYING PRODUK PERTANIAN AKIBAT COVID-19

Marwoso Perencana Ahli Madya Biro Perencanaan Kementerian Pertanian

ABSTRAK

Panic buying yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir karena ketakutan masyarakat

yang berlebihan dalam menyikapi kejadian penyebarluasan COVID-19 berimplikasi cukup luas terhadap ketersediaan pangan di pasar. Dengan berbondong-bondong masyarakat memborong bahan pangan untuk stok dalam mengantisipasi kejadian luar biasa yang berkepanjangan, menyebabkan ketersediaan pangan terganggu sehingga harganya

cenderung terus meningkat. Sementara beberapa petani mengeluhkan karena adanya pembatalan pesanan produk pertanian, terutama yang biasa memasok kebutuhan bahan pangan ke restoran, hotel, katering yang untuk sementara aktivitasnya berhenti. Tulisan ini bertujuan untuk mencari solusi dampak punic buying akibat COVID-19 terhadap ketersediaan bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat dengan pendekatan studi literatur. Panic buying berdampak buruk terhadap perekonomian

Page 58: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 57

di Indonesia, yang dapat menyebabkan inflasi, bahkan resesi/krisis. Untuk itu harus segera di ambil langkah-langkah cepat untuk mengatasinya. Diantaranya, (1) meyakinkan kepada masyarakat bahwa stok pangan cukup; (2) melakukan pembatasan jumlah belanja; (3) menindak tegas apabila ada yang memanfaatkan situasi ini untuk menimbun/mengeruk keuntungan yang berlebih; (4) menjaga agar harga tetap stabil; (5) distribusi pangan harus dapat dikawal agar tetap lancar; (6) mendorong petani yang selama ini menjual produknya dengan cara tradisional segera beralih menggunakan e-comerce; dan (7) pengalihan anggaran/refocusing belanja Kementerian Pertanian yang tidak langsung dinikmati masyarakat agar dialihkan untuk kegiatan yang dapat langsung dinikmati masyarakat, seperti fasilitasi distribusi pangan dan fasilitasi Toko Tani Indonesia/pasar murah.

Kata Kunci: COVID-19, Dampak, Panic buying, Pertanian, dan Pangan.

I. PENDAHULUANDunia sedang gonjang ganjing akibat

keberadaan corona virus disease 2019 (COVID-19). Virus ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Cina pada Desember 2019 dan kini telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Sejak itu masyarakat seluruh dunia dilanda kecemasan berlebihan, khawatir jika pandemi ini menjangkiti dirinya maupun keluarga mereka.

Jika dilihat dari data orang yang meninggal akibat terjangkit virus corona dan penyebarannya yang begitu cepat, maka berbagai negara berusaha agar warganya tidak terserang virus tersebut. Berbagai upaya kebijakan yang dilakukan di beberapa negara diantaranya adalah melakukan lockdown

dan social distancing (menjaga jarak aman dengan orang lain). Di Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan tidak memilih lockdown, tetapi social distancing dengan pertimbangan budaya dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda dengan negara lainnya.

Berdasarkan Keputusan Presiden No.11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), masyarakat diminta untuk social distancing. Caranya, mengurangi/membatasi aktivitas di ruang publik, tidak melakukan kegiatan dengan berkerumun, sekolah dari rumah, bekerja dari rumah (Work From Home/WFH).

Dengan pembatasan sosial ini mengakibatkan masyarakat mengalami kepanikan secara psikologis. Hal ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang mulai panic buying. Menurut Tutum Rahanta dari HIPPINDO dalam wawancaranya dengan Cermati.com menyampaikan bahwa masyarakat mulai memborong barang-barang kebutuhan seperti peralatan kesehatan, masker, hand sanitizer, obat-obatan, vitamin dan sebagainya.

Kebutuhan bahan pangan pokok seperti beras, gula, bawang merah, bawang putih, minyak, dan sebagainya menjadi sasaran untuk dijadikan stok. Ketakutan berlebihan yang menyebabkan panic buying tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga hampir di seluruh dunia. Pasar dan supermarket mulai kekurangan stok barang, bahkan sudah ada beberapa yang kosong.

Meski produk pertanian tetap tidak berkurang dan stok bahan pangan tercukupi., namun sebagian petani yang menjual

Page 59: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian58

produknya dengan cara tradisional mengalami kesulitan. Beberapa pasar modern seperti hotel, restouran, rumah makan, catering mulai slowdown, bahkan sudah beberapa lockdown, sehingga dampaknya luar biasa.

Menurut petani Ciwidey melalui instagram.com, petani yang biasa memasok bahan pangan di pasar modern mengalami kesulitan menjual produknya. Sementara petani yang menjual produknya sudah menggunakan e-comerce/digitalisasi dibanjiri pesanan yang sangat luar biasa. Karena itu, tulisan ini akan membahas bagaimana dampak punic buying akibat COVID-19 terhadap ketersediaan bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat.

II. METODE PENULISANPenulisan telaahan ini dilakukan dengan

menggunakan metode studi literatur, yaitu dengan cara mengamati perubahan perilaku masyarakat, karena adanya perubahan sosial ekonomi yang disebabkan masyarakat itu sendiri (internal) dan perubahan karena pengaruh dari luar (external). Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari data yang sudah ada, seperti dokumen peraturan perundang-udangan, hasil kajian secara ilmiah, hasil penelitian, dan sebagainya. Analisis data dilakukan dengan teknik deskripsi, sehingga dimungkinkan untuk dapat memberikan gambaran keadaan sosial ekonomi masyarakat yang saat diwabahi dengan COVID-19.

III. DAMPAK PANIC BUYINGPenimbunan barang yang dilakukan

konsumen atau masyarakat ketika ada situasi tertentu yang dipandang gawat atau darurat kerap dikenal dengan istilah  panic buying. Perilaku panic buying  ini menurut Enny dalam

Dea Chadiza (2020) dipicu faktor psikologis yang biasanya terjadi karena informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang diterima masyarakat. Akibatnya timbul kekhawatiran di masyarakat, sehingga menimbulkan respon tindakan belanja secara masif sebagai upaya penyelamatan diri.

Panic buying akibat COVID-19 telah beberapa kali terjadi di Indonesia. Pertama, terjadi sejak diumumkan kasus COVID-19 oleh Presiden Jokowi, tanggal 2 Maret 2020. Efeknya rak-rak supermarket berisi bahan pangan kosong, bukan karena stok habis, tapi karena aksi masyarakat memborong produk pangan. Kedua, terjadi pada 14 Maret 2020. Isu akan diberlakukan lockdown membuat masyarakat kembali resah. Ketiga, ketika BNPB mengumumkan bahwa dampak COVID-19 ini terjadi sampai Mei, punic buying kembali terjadi.

Panic buying yang terjadi justru menguntungkan pemburu rente atau pencari keuntungan. Namun, mempersiapkan masa isolasi menurut sejumlah akademisi me-rupakan salah satu ekspresi dari mekanisme bertahan hidup manusia. Jadi kondisi panic buying merupakan bentuk kekhawatiran yang terjadi di masyarakat. Khawatir kalau tidak belanja sekarang, besok harga barang akan naik. Sebaliknya jika tidak segera belanja sekarang, maka ke depan stok bahan pangan sudah tidak ada.

Maraknya orang yang memburu suatu barang secara langsung berpengaruh terhadap permintaan. Sebagaimana hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi, jika permintaan tinggi karena jumlah barang yang sedikit, maka harga barang akan semakin mahal. Kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan para pemburu rente.

Di tengah kondisi  panic buying, masyarakat cenderung membeli barang lebih dari yang dibutuhkan. Jika hal ini dilakukan

Page 60: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 59

banyak orang, maka yang akan terjadi adalah kelangkaan barang akibat ketidakseimbangan demand dan supply. Pada akhirnya berujung pada kenaikan harga. Akibat kenaikan harga yang terjadi adalah penurunan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat harus menyiapkan uang lebih banyak untuk membeli barang yang jumlahnya sama.

Agar panic buying tidak terulang harus dilakukan antisipasi dan mitigasi oleh otoritas yang berwenang terkait kejelasan informasi yang disajikan supaya tidak tumpang tindih. Hal ini dapat meredam tekanan psikologis masyarakat, termasuk dari berbagai macam berita hoaks. Langkah konkret lain yang juga bisa dilakukan pemerintah adalah menjamin ketersediaan stok sembako, sehingga masyarakat tidak merasa khawatir kalau barang kebutuhan pokoknya akan langka.

Steven Taylor dalam Wahyu Widiantoro (2020) mengungkapkan, dalam kasus terjadi bencana alam, terdapat perbedaan gagasan

yang jelas antara persiapan untuk menghadapi bencana dan sekedar pembelian berlebih. Dalam kasus sebaran COVID-19 saat ini adalah karena ada banyak ketidakpastian yang mendorong terjadinya perilaku pembelian berlebih.

Panic buying  menurut Taylor didorong oleh kecemasan dan keinginan untuk berusaha keras menghentikan ketakutan tersebut. Panic buying membantu orang merasa mengendalikan situasi. Dalam keadaan seperti ini, orang merasa perlu untuk melakukan sesuatu yang sebanding dengan apa yang mereka anggap sebagai tingkatan krisis.

Namun beberapa peneliti mengungkap-kan, dalam menghadapi ancaman yang tidak diketahui, manusia cenderung menggunakan pengetahuan yang telah mereka pahami sebelumnya dari ancaman serupa. Menurut Helene Joffe dalam Bryan Lufkin (2020) terdapat kesinambungan antara reaksi orang terhadap krisis massal. Beberapa orang

Page 61: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian60

mengaitkan wabah COVID-19 dengan wabah SARS yang pernah terjadi sebelumnya. SARS sendiri disebabkan virus corona yang berbeda dan sempat menyebar pada 2003 silam.

Manusia memiliki kemampuan untuk melihat ancaman di masa depan dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dalam kasus wabah COVID-19, satu faktor yang sangat menentukan adalah kecepatan informasi yang dapat dibagikan di seluruh dunia. Kosongnya jalan-jalan di Wuhan dan kota-kota lain di Cina, serta terisolirnya kehidupan masyarakat, menjadi sesuatu yang wajar jika setiap orang ingin bersiap menghadapi ancaman gangguan serupa di negerinya.

Mempersiapkan masa isolasi menurut David dan Benno dalam Dea Chadiza (2020), bukanlah hasil dari ketakutan ekstrem atau irasional, melainkan ekspresi dari mekanisme bertahan hidup manusia yang sudah mengakar. Namun demikian harus disikapi dengan cara tidak perlu terburu-buru untuk membeli berbagai bahan pangan yang justru tidak bisa bertahan selama masa inkubasi virus.

Ada baiknya membuat daftar belanja dan hanya membeli produk yang dibutuhkan.Memilih untuk panic buying atau berbelanja

sesuai kebutuhan sepenuhnya ada di tangan konsumen. Namun, ada baiknya untuk tetap menjaga tindakan agar tidak merugikan orang lain. Sebab, dengan  panic buying, boleh jadi yang diuntungkan adalah para pemburu rente.Sebaliknya, orang-orang yang benar-benar membutuhkan dirugikan.

IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Berdasarkan pengamatan kondisi yang terjadi saat ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. COVID-19 yang melanda dunia mengakibatkan banyak masyarakat dunia mengalami panic buying, termasuk di Indonesia, terutama di kota-kota besar.

2. Secara psikologis panic buying terjadi karena adanya kekhawatiran masyarakat untuk bertahan hidup selama pembatasan sosial. Takut kekurangan barang kebutuhan hidup, sehingga memborong barang dalam jumlah besar.

3. Meskipun data stok pangan seperti beras, gula, minyak, bawang putih, dan lainnya dalam kondisi tercukupi, namun distribusi kebutuhan pokok masih terhambat karena aktivitas distributor terganggu dan kondisi pasar mengalami perubahan akibat COVID-19.

4. Petani tetap berproduksi, namun mengalami kendala dalam pemasaran, terutama petani yang belum biasa menjual produk dengan online.

5. Penimbunan bahan pangan telah terjadi baik dalam skala kecil maupun besar, menyebabkan kelangkaan dibeberapa tempat, sehingga berdampak pada kenaikan harga produk pangan.

Panic buying sangat berbahaya apabila tidak segera dikendalikan, karena dapat menyebabkan krisis politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan stabilitas negara akan

terganggu.

Page 62: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 61

Panic buying sangat berbahaya apabila tidak segera dikendalikan, karena dapat menyebabkan krisis politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan stabilitas negara akan terganggu. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian, Satgas Pangan Polri, Perum Bulog, Kementerian Perdagangan, harus segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengatasi masalah ini, yaitu:

1. Kekhawatiran masyarakat terhadap kelangkaan bahan pangan sebagai dampak dari penyebaran COVID-19 harus segera dihentikan dengan cara meyakinkan kepada masyarakat bahwa stok pangan cukup. Petani terus didorong untuk tetap produksi dengan protokol kesehatan yang ketat.

2. Menetapkan regulasi pembatasan jumlah belanja per orang selama mewabahnya COVID-19. Kepada masyarakat yang melakukan penimbunan bahan pangan pokok dengan tujuan mengeruk keuntungan, harus segera diperingatkan. Jika perlu dilakukan penindakan tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Memetakan lokasi yang mengalami kesulitan dalam memasarkan produk pangan dan pertanian agar dapat dibantu dan dikawal dalam pendistribusiannya sehingga tetap lancar sampai kepada konsumen akhir. Selain itu, stabilisasi harga tetap harus dilakukan di setiap lini.

Page 63: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian62

4. Mendorong petani yang selama ini menjual produknya dengan cara tradisional agar segera beralih menggunakan cara e-comerce dalam memasarkan hasil panennya.

5. Melakukan refocussing atau pengalihan anggaran kegiatan. Terutama mengalihkan belanja yang tidak langsung dapat dinikmati masyarakat untuk kegiatan yang dapat langsung dinikmati masyarakat. Misalnya, untuk kegiatan fasilitasi distrbusi pangan, dan pasar murah melalui Toko Tani Indonesia (TTI).

6. Mendorong percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Usaha Kecil, Mikro dan Menengah dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi pertanian.

DAFTAR PUSTAKACegah Panic buying, Asosiasi Pedagang Batasi Pembelian Sembako, https://tirto.id/eFLH.

Dea Chadiza Syafina, Panic buying dan dampaknya terhadap ekonomi-eDDT, tirto.id (diakses 12 Maret 2020).

Harga Pangan Dunia pun Tergerus Dampak Virus Corona, Ipotnews FAO Thursday, March 05, 2020  17:58 WIB.

Importir Tetap Perlu Rekomendasi dari Kementan untuk Impor Bawang, katadata.co.id/berita/2020/03/21.

Industri Pertanian Garut Bergeliat di Tengah Wabah Corona. Ayobandung.com/ read/2020/03/16.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Mark Stephenson dan Dr. John Shutske dari University of Wisconsin-Madison, Agriculture.com.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9).

Perilaku Panic buying dapat Menguntungkan Pemburu Rente, https://tirto.id/panic-buying-dan-dampaknya-terhadap-ekonomi-eDDT.

Surat Edaran No.B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim yang berisi pembatasan pembelian sembako dan ditujukan kepada pengusaha ritel dan pedagang pasar tradisional diseluruh Indonesia.

Tutum Rahanta, Anggota Dewan Penasehat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Wawancara Cermati.com.

Wahyu Widiantoro, psikologi abnormal, moveon.psikologiup45.com.

Page 64: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 63

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI DAMPAK COVID-19

Duma Sari Simbolon Perencana Ahli Madya Badan Ketahanan Pangan Kementan

ABSTRAK

Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara terdampak penyebaran wabah virus Corona

yang berawal dari Cina. Akibat virus ini telah mengancam semua sektor kehidupan, termasuk pangan. Tulisan ini menganalisis dampak virus Corona (COVID-19) terhadap pentingnya pemenuhan pangan bagi semua lapisan masyarakat. Tulisan ini merupakan hasil studi literatur dengan menelaah berbagai kondisi dan perkembangan penyebaran virus Corona

yang saat ini terjadi di Indonesia. Berbagai upaya pemenuhan pangan telah dilakukan pemerintah. Hasilnya pemerintah menjamin pemenuhan kebutuhan 11 komoditas pangan pokok tersebut. Bahkan sampai Mei 2020 yang merupakan batas darurat bencana akibat COVID-19 yang ditetapkan BNPB. Data menunjukkan sampai 29 Mei 2020, stok pangan masih surplus. Untuk komoditas beras sebanyak 7.775.886 ton, jagung 4.327.544 ton, bawang merah 240.393 ton, bawang putih

Page 65: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian64

116.306 ton, cabai besar 33.551 ton ,cabai rawit 68.904 ton, daging sapi/kerbau 62.850 ton, daging ayam ras 204.632 ton, telur ayam ras 24.906 ton, gula pasir 563.521 ton, dan minyak goreng 12.861.142 ton. Pendistribusian diusulkan untuk dikoordinasikan dalam satu komando oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.Metode kolaborasi pentahelix berbasis komunitas diharapkan dapat efektif dalam pendistribusian pangan kepada 267 juta orang penduduk Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.

Kata Kunci: Virus Corona, Ketersediaan, Pangan, dan Pendistribusian

I. PENDAHULUANOrganisasi Kesehatan Dunia (World Health

Organization) mendeklerasikan berjangkitnya virus Corona (COVID-19) pada 11 Maret 2020 sebagai situasi darurat global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Situasi ini adalah peristiwa luar biasa yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penularan penyakit lintas batas negara, sehingga membutuhkan tanggapan internasional yang terkoordinasi. Dunia menjadi waspada terhadap wabah virus ini.Tidak hanya waspada terhadap penyebaran penyakitnya, tapi juga waspada terhadap dampak yang mungkin terjadi di semua sektor kehidupan termasuk pangan.

Wabah virus Corona di Cina telah berdampak pada perdagangan komoditas pertanian Indonesia. Dari sisi ekspor, misalnya minyak kelapa sawit menurun drastis realisasi pada Februari mencapai 84.000 ton. Angka ini sangat jauh dibandingkan realisasi Januari sebesar 487.000 ton dan pada periode yang sama tahun 2019 mencapai 371.000 ton.

Dari sisi impor pangan, Indonesia yang memiliki ketergantungan bawang putih dari

Cina, hanya dapat mengimpor sebanyak 23.000 ton pada Februari 2020 (finance.detik.com,17 Februari 2020). Pada Februari 2020, penurunan impor terbesar dari Cina juga terlihat pada komoditas buah-buahan turun signifikan sebesar 78,88% dari 160,4 juta dollar AS menjadi 33,9 juta dollar AS (katadata.co.id, 17 Februari 2020).

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah menginstruksikan kepada seluruh kementerian dan lembaga serta kepala daerah melalui telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 24 Maret 2020 untuk seirama dengan pemerintah pusat dalam penanganan Corona Virus Disease (COVID-19). Pandemi ini membutuhkan kerjasama semua pihak untuk memastikan kesehatan dan keselamatan masyarakat, serta menanggulangi dampak-dampak sosial maupun ekonomi yang akan ditimbulkan.

Bahkan Presiden telah meminta masing-masing daerah untuk mempersiapkan diri terhadap sejumlah hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk dukungan APBD untuk memprioritaskan anggaran untuk,1) keselamatan dan kesehatan rakyat; 2) bantuan sosial; dan 3) kesiapan dalam menyediakan pangan.

Tren perkembangan kasus positif virus Corona dalam tiga hari, sejak Selasa, 24 Maret 2020, mengalami penambahan sebanyak 107 kasus, sehingga total menjadi 686 orang. Rabu, 25 Maret 2020 bertambah sebanyak 104 kasus, sehingga totalnya menjadi 790. Kemudian pada Kamis, 26 Maret2020 bertambah lagi sebanyak 103 kasus, sehingga menjadi 893 orang. Artinya terjadi kenaikan rata-rata 100 kasus setiap hari.

Untuk menekan penyebaran wabah virus Corona tersebut, pemerintah telah menghimbau masyarakat menerapkan social distancing dan physical distancing. Bahkan

Page 66: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 65

mendorong masyarakat untuk menjaga dan memperkuat sistem imun atau kekebalan tubuh. Penyebaran virus Corona yang semakin tidak terprediksi dan sangat cepat, sehingga upaya mempertahankan dan meningkatkan daya tahan tubuh merupakan keharusan.

Menurut ahli gizi diperlukan kecukupan zat gizi, terutama vitamin dan mineral.Karena zat gizi ini tidak dapat disintesa tubuh, maka konsumsi makanan yang beragam dan seimbang sangat diperlukan dalam mempertahankan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Siswanto, dkk Buletin Gizi Indonesia 2013). Kajian ini akan menganalisa bagaimana pemerintah dapat mendukung upaya peningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh dengan cara menjamin pemenuhan ketersediaan pangan yang dapat diakses seluruh masyarakat Indonesia.

II. METODE ANALISISTulisan ini merupakan hasil studi

literatur dengan menelaah berbagai kondisi dan perkembangan penyebaran virus Corona melalui berbagai pemberitaan di media masa dan media sosial yang saat ini terjadi di Indonesia. Dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi berbagai sumber informasi dan pemberitaan tersebut, penulis memfokuskan padadata dan informasi yang mendukung peran pemerintah dalam pemenuhan ketersediaan pangan untuk periode tiga bulan kedepan yaitu Maret, April, dan Mei 2020.

Hasilnya diharapkan dapat memberi keyakinan kepada masyarakat bahwa pemerintah telah bekerja untuk memastikan pemenuhan ketersediaan dan produksi pangan aman dan dapat diakses 267 juta orang penduduk Indonesia. Selain menghadapi

Page 67: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian66

wabah virus Corona, kesiap-siagaan pasokan pangan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri juga mendapat perhatian prioritas dari pemerintah. Sudah merupakan tugas pemerintah untuk memberikan rasa aman terkait stabilisasi pasokan pangan. Hal ini merupakan aspek terpenting yang seharusnya diwujudkan dan dikawal pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

III. KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN

Hipotesis analisis pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dalam mengantisipasi dampak wabah virus Corona adalah ketersediaan pangan pokok aman dan pendistribusiannya dari produsen ke konsumen lancar. Sudah saatnya Indonesia menunjukkan kapasitasnya mewujudkan kemandirian pangan sesuai Undang-Undnag No.18 Tahun 2012.

Dalam UU tersebut Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

Kinerja pembangunan pangan Indonesia menunjukkan peningkatan dalam mempertahankan stabilisasi pasokan dan harga, dibuktikan dengan semakin membaiknya pembangunan pangan selama periode tahun 2014-2018. Ditunjukkan dari hasil kajian The Economist Intelligence Unit (EIU), peringkat Global Food Security Index (GFSI) Indonesia naik dari 65 pada 2018 ke posisi 62 pada 2019 (EIU2019). Hal ini menggambarkan semakin membaiknya: ketersediaan, keterjangkauan,

kecukupan, keamanan dan kualitas, serta sumberdaya pangan di Indonesia.

Prestasi itu menunjukkan kemampuan Indonesia mewujudkan kemandirian pangan pada masa sulit seperti saat ini. Belajar dari kebijakan yang diberlakukan beberapa negara yang terdampak untuk menekan penyebaran virus Corona, semua memberlakukan pembatasan pergerakan barang dan manusia yang terkendali, baik pada wilayah yang telah maupun belum/tidak menetapkan status tanggap darurat bencana virus Corona.

Jaminan Ketersediaan Pangan

Data perkiraan ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok nasional yang diolah Badan Ketahanan Pangan untuk periode Maret-Mei 2020 (Tabel 1), menunjukkan 11 komoditas pangan pokok ketersediaan dan produksi berada pada posisi surplus atau aman. Untuk pemetaan produksi pangan masih tersentra di beberapa wilayah atau provinsi yang menjadi sentra produksi. Untuk itu perlu upaya pendistribusian dari produsen kepada konsumen.

Optimisme pemerintah untuk mendorong produksi pangan pokok sesuai dengan target yang telah ditetapkan sama kuatnya untuk mendorong komoditas yang masih perlu mendapat pertimbangan, terkait dukungan impor seperti bawang putih, daging sapi/kerbau dan gula pasir. Berikut perkiraan ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok nasional untuk tiga bulan kedepan.

Secara rinci ketersediaan dan produksi per komoditas pangan pokok, termasuk keberadaannya sebagai berikut.

1. Ketersediaan komoditas beras berada di Bulog, Penggilingan dan Pedagang. Kondisi diatas belum memperhitungkan stok di

Page 68: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 67

masyarakat lainnya seperti Rumah Tangga, Rumah Sakit, Horeka, Industri dan lainnya.

2. Produksi komoditas jagung berada di Bulog dan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak(GPMT).

3. Produksi bawang merah berada di petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Hortikultura.

4. Produksi bawang putih berada di petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Hortikultura. Dari perkiraan impor bawang putih berdasarkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang sudah diterbitkan Kementerian Pertanian.

5. Produksi cabai berada di petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Hortikultura.

6. Produksi daging sapi dan kerbau dari peternak dan dari perkiraan impor untuk

daging sapi/kerbau dan impor sapi bakalan dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

7. Produksi Daging Ayam Ras berdasarkan potensi produksi DOC FS dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

8. Produksi Telur Ayam Ras berdasarkan populasi layer komersial umur produktif yang dikeluarkan BPS dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

9. Produksi Gula Pasir dari petani dan pabrik gula, serta importasi Gula Kristal Putih (GKP), importasi raw sugar dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Perkebunan.

10. Produksi minyak goreng dari CPO dan Kopra dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Perkebunan (BKP 2020).

Untuk komoditas yang perlu diimpor, langkah antisipasi percepatan impor telah

(Ton)

Neraca Akhir Feb'20

Perkiraan Produksi

Rencana Impor Jumlah

1 2 3 4 = 1 + 2 + 3 5 6 = 4 - 51. Beras 1) 3.513.736 11.869.939 15.383.675 7.607.789 7.775.886 2. Jagung 661.060 9.622.630 10.283.690 5.956.146 4.327.544 3. Bawang Merah 254.561 333.219 587.780 347.387 240.393 4. Bawang Putih 2) 30.000 40.449 196.549 266.998 150.692 116.306 5. Cabai Besar 311.099 311.099 277.548 33.551 6. Cabai Rawit 326.804 326.804 257.900 68.904 7. Daging Sapi/Kerbau 3) 14.299 141.028 109.253 264.580 201.730 62.850 8. Daging Ayam Ras 98.640 987.196 1.085.836 881.204 204.632 9. Telur Ayam Ras 27.582 1.281.421 1.309.003 1.284.097 24.906 10. Gula Pasir 386.065 213.104 672.500 1.271.669 708.148 563.521 11. Minyak Goreng 8.244.058 6.736.367 14.980.425 2.119.283 12.861.142

Perkiraan KetersediaanKomoditasNo. Pekiraan

Kebutuhan

Perkiraan Neraca Kumulatif

(Surplus/Defisit)

Tabel 1. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok Nasional Periode Maret-Mei 2020.

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (2020)

Page 69: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian68

dilakukan Kementerian Pertanian yaitu mendorong penyelesaian dokumen impor untuk 196.549 ton bawang putih, dokumen impor untuk 109.253 ton daging sapi/kerbau, dan dokumen impor untuk 672.500 ton gula pasir.

Sebagai informasi telah diterbitkan 37 RIPH (Ditjen Hortikultura 2020). Khusus untuk bawang putih, pemerintah terus mencarikan negara produsen bawang putih selain Tiangkok. Diantaranya, India, Mesir, Bangladesh dan beberapa negara lainnya. Pemerintah berkomitmen menjaga keseimbangan supply dan demand pangan pokok yang dibutuhkan masyarakat.

Pengawalan akan dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan virus Corona yang telah di bentuk pemerintah pusat. Pelaksanaannya bekerjasama dengan pelaku usaha, pemerintah daerah dan seluruh dinas akan mengawal untuk memastikan distribusi bahan pokok lancar dan terkendali.

Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan telah melakukan langkah cepat dengan mengkoordinasikan berbagai stakeholder yang terkait dengan produsen dan supplier pangan. Komoditasnya yakni,beras, jagung, minyak goreng, gula pasir, bawang merah, bawang putih, cabai, daging ayam,

daging sapi dan telur dalam rangka kerjasama penyediaan bahan pangan pokok.

Penandatanganan Kerjasama dilakukan pada Jumat, 20 Maret 2020 di Auditorium Kementerian Pertanian dalam bentuk penandatanganan kesepakatan, terkait penyediaan, penyaluran dan stabilisasi harga pangan pokok. Salah satu point arahan Menteri Pertanian adalah ditengah wabah virus corona yang merebak, pemerintah perlu memberikan kepastian kepada masyarakat bahwa stok pangan bahan pokok yang dimiliki saat ini masih dalam jumlah aman hingga menjelang Lebaran, sehingga masyarakat tidak perlu panic buying.

Selain itu, pemerintah akan melakukan diversifikasi produk pertanian untuk komoditas yang selama ini masih impor dari Cina, misalnya buah-buahan. Pemerintah terus mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi produk buah-buahan lokal, serta mendorong petani lokal meningkatkan produksinya, baik secara kuantitas maupun kualitas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Seperti ditunjukkan pada Tabel 1,surplus 11 komoditas pangan pokok/strategis masing-masing sebagai berikut, beras (7.775.886 ton), jagung (4.327.544 ton), bawang merah (240.393 ton), bawang putih (116.306 ton), cabai besar (33.551 ton), cabai rawit (68.904 ton), daging sapi/kerbau (62.850 ton), daging ayam ras (204.632 ton), telur ayam ras (24.906 ton), gula pasir (563.521 ton) dan minyak goreng (12.861.142 ton).

Fenomena Distribusi Pangan dan Alternatif Solusinya

Meski pemerintah menjamin ketersedian pangan pokok, persoalannya adalah bagaimana pangan tersebut dapat didistribusikan dan

Salah satu point arahan Menteri Pertanian adalah ditengah wabah

virus corona yang merebak, pemerintah perlu memberikan kepastian kepada masyarakat

bahwa stok pangan bahan pokok yang dimiliki saat ini masih dalam

jumlah aman

Page 70: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 69

dapat diakses 267 juta penduduk Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan bagaimana sistem logistik yang paling efektif dan aman dengan mempertimbangkan kabijakan social distancing dan physical distancing.

Sejalan pemberitaan di Kompas, 27 Maret 2020 yang memberitakan kondisi di Amerika Serikat, bahwa isu ketersediaan bahan pangan saat wabah COVID-19 terletak pada masalah distribusi, bukan stok. Di Indonesia pendistribusian pangan memang masih menjadi kendala terbesar. Hal ini wajar karena secara geografis wilayah Indonesia sangat luas, terdiri dari pulau-pulau dan penyebaran penduduk yang tidak merata.

Selama ini pemerintah pusat telah memperkuat kapasitas pemerintah daerah bersama satgas pangan untuk terus memantau dan melakukan pengawasan dalam rangka menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan di wilayah masing-masing. Cara ini dinilai cukup efektif karena berbagai informasi terbaru diperoleh setiap hari. Hasilnya dapat

mempercepat pengambil kebijakan terkait pangan.

Sepanjang wabah COVID-19, beberapa daerah mengalami permasalahan distribusi yang berdampak pada naiknya harga pangan. Misalnya, pendistribusian pangan dari produsen ke wilayah Jabodetabek yang menjadi pusat episentrum COVID-19. Hambatan timbul karena beberapa produsen menghentikan pengiriman karena kekhawatiran lockdown dan penularan COVID-19.

Oleh karena itu, intervensi yang diperlukan adalah sosialisasi kepada produsen pangan maupun distributor bahwa protokol COVID-19 akan diberlakukan di beberapa lokasi tujuan distribusi pangan ke Jabodetabek. Termasuk jika angkutan mengalami kesulitan, maka setiap angkutan yang membawa komoditas pangan pokok akan diberikan surat jalan dari instansi ketahanan pangan.

Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah kebijakan yang tepat dengan mempertimbangkan masyarakat menengah

Page 71: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian70

kebawah. Terutama masyarakat berpenghasilan harian yang sangat merasakan dampak wabah COVID-19 seperti: pedagang keliling, pedagang asongan, atau pedagang jajanan.Mereka itu pasti sangat membutuhkan pangan.

Untuk menjamin pemenuhan ketersediaan pangan pokok dapat terdistribusi sampai ke 267 juta penduduk Indonesia, pemerintah perlu membangun sistem logistik yang mampu meminimalkan kedatangan, pertemuan dan kerumunan pembeli yang mampu meminimalkan potensi penyebaran wabah COVID-19. Pendistribusian dengan cara konvensional yang rutin pemerintah lakukan dalam mengatasi kenaikan harga pangan dan kelangkaan bahan pangan yaitu melalui operasi pasar.

Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Agus Eko menilai cara ini menjadi opsi untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga akibat

lonjakan permintaan dalam menghadapi wabah COVID-19. Untuk pelaksanaannya pemerintah perlu mengatur waktu kedatangan konsumen dan mengatur jarak antrian antara konsumen dan antara penjual dan konsumen.

Cara konvensional lainnya untuk rumah tangga miskin melalui bantuan pangan non-tunai (BPNT). Vivi Alatas dalam Okefinance.co.id tanggal 29 Maret 2020 masih merekomendasikan BPNT atau program sembako dengan menambah jumlah beras yang diberikan. Pada tahun 2020 nilai BPNT sebesar Rp150.000/keluarga penerima manfaat (KPM). Untuk enam bulan kedepan mulai Maret 2020, pemerintah telah menambah nilai BPNT menjadi Rp200.000/KPM. Bantuan tersebut hanya dapat ditukarkan dengan beras dan/atau telur sesuai kebutuhan KPM di e-Warong.

Toko Tani Indonesia Center (TTIC) juga dapat menjadi alternatif dalam memperkuat

Page 72: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 71

pendistribusian pangan. Penyebaran TTIC di 34 provinsi merupaan jaringan yang tepat, karena lokasinya di daerah padat penduduk. Untuk pelaksanaannya tetap mengikuti protokol COVID-19.

TTIC kini telah terhubung dengan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah sentra produksi beras, cabai, bawang merah dan telor. Saat ini TTIC Pasar Minggu dan TTIC Bogor telah melakukan pembelanjaan komoditas pangan secara online melalui fitur Goshop. Harapannya TTIC di provinsi seluruh Indonesia dapat melakukan hal yang sama.

Pendistribusian door to door service ditawarkan Muchlis Fadjarudin, dalam tulisannya pada ekonomi bisnis, 24 Maret 2020. Pelaksanaannya dilakukan pejabat yang berwenang di setiap daerah dengan pengaturan jadwal. Cara ini dapat menyentuh semua lapisan masyarakat yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah secara berjenjang dari level RT sampai walikota atau bupati di wilayah masing-masing.

Era digitalisasi mendorong pen-distribusian melalui e-commerce. Dengan merangkul pengusaha ritel sekaligus memanfaatkan sistem distribusi pasar modern berikut fasilitas distribusinya (pusat distribusi dan jaringan toko) dan sistem operasionalnya (Setijadi2020). Berbagai kelebihan yang dapat diperoleh dengan on-line system.

Menurut Firma Konsultan Manajemen Bain & Company yang mendukung belanja secara on-line dalam menghadapi wabah COVID-19 ini, cara ini sesuai kebijakan physical distancing yang meminimalisasi kontak langsung antara pembeli dan penjual. Untuk pengantaran perlu protokol lebih lanjut, sehingga tidak terjadi kontak antara pengantar dan konsumen. Demikian juga pengemasan bahan pangan perlu pemikiran lebih lanjut

yang aman, tidak tekontaminasi virus dan bakteri. Untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19 dalam sistem pendistribsian pangan secara on-line, perlu mempersingkat jarak dan waktu tempuh. Hadi (2020) mengusulkan untuk desentralisasi logistik.

Setijadi (2020) mengusulkan Sistem Logistik Tanggap Darurat untuk mendekatkan jarak antara produsen dan konsumen.Pelaksanaannya diusulkan melakukan pemetaan terhadap rantai pasok. Pertama, pemetaan permintaan yakni, penentuan batas wilayah dan jumlah penduduk masing-masing wilayah, serta penentuan barang yang dibutuhkan (jenis dan volume). Kedua, pemetaan pasokan yakni identifikasi dan penentuan sumber pasokan masing-masing jenis barang berikut kapasitasnya. Ketiga, identifikasi terhadap sistem distribusi yang akan digunakan, penentuan pelaku/perusahaan yang akan terlibat, jumlah, jenis dan sebaran fasilitas distribusi.

Data dan informasi tersebut sangat diperlukan dalam memotong rantai distribusi untuk mendukung physical distancing. Pelaksanaan kebijakan pembatasan pergerakan manusia dan barang, Ariyo (2020) mengusulkan adanya prioritas pergerakan dan pendistribusian pangan sebagai prioritas utama.

Untuk meminimalisasi penyebaran COVID-19 dalam sistem

pendistribsian pangan secara on-line,perlu mempersingkat jarak

dan waktu tempuh. Hadi (2020) mengusulkan untuk desentralisasi

logistik.

Page 73: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian72

Penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga diutamakan, bahkan dalam pemberitaan Okefinance 18 Maret 2020, akibat panic buying sempat diberlakukan pembatasan pembelian pangan sesuai SE Kepala Satgas Pangan No. B/1872/III/Res.2.1/2020/Bareskrim. Bahan pokok yang dibatasi pembatasan pembeliannya yakni beras maksimal 10 kg, gula 2 kg, minyak goreng 4 liter, dan mi instan 2 dus. Namun, cara ini hanya untuk meredam perilaku konsumen saat panic buying.

Hasil study literatur tersebut dapat disentesis bahwa skala prioritas yang langsung menyentuh ke semua masyarakat, yaitu prioritas mempertimbangkan kebijakan social distancing dan physical distancingdengan memperhatikan amanat Menteri Pertanian bahwa 267 juta orang rakyat Indonesia tidak boleh lapar. Artinya pangan harus dapat terjangkau oleh seluruh penduduk Indonesia.

Percepatan dalam mengatasi pen-distribusian pangan merupakan dorongan paling kuat yang diikuti dengan memanfaatkan sistem logistik dan jaringan yang sudah ada. Semangat gotong royong memang harus dibangkitkan kembali dengan melibatkan semua stakeholder, baik pihak pemerintahan maupun pihak swasta. Seluruh sumberdaya perlu dikoordinasikan pemerintah pusat seperti, infrastruktur, transportasi, gudang, jaringan, sistem dan lainnya yang mendukung penjaminan ketersdiaan dan pasokan pangan, serta pendistribusian pangan ke seluruh penduduk Indonesia.

Koordinasi dapat dilakukan langsung Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID19. Dalam Liputan6.com 28 Maret 2020 Kepala Gugus Tugas penanganan COVID-19 mengingatkan seluruh pihak menggunakan metode kolaborasi pentahelix berbasis komunitas dalam penanganan penyebaran

Page 74: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian 73

virus Corona. Pentahelix merupakan kerjasama antar lini di masyarakat.

Pendistribusian pangan juga akan menggunakan metode kolaborasi pentahelix berbasis komunitas dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, kelurahan, desa bahkan sampai RT dan RW. Untuk itu yang sesuai Indonesia dalam menjamin pemenuhan ketersediaan pangan dalam menghadapi wabah COVID-19 ini adalah: mengombinasikan antara sistem digitalisasi dan konvensional.

Untuk wilayah perkotaan dan masyarakat menengah ke atas diarahkan untuk pembelian pangan dengan sistem online dengan sistem pembayaran non-tunai. Sedangkan wilayah perkotaan dengan masyarakat menengah ke bawah serta wilayah pedesaan yang sulit terjangkau dilakukan dengan cara konvensional melalui bantuan pemerintah daerah dengan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas dan pendistribusian yang terjadwal.

Wabah COVID-19 telah mendorong dan memaksa semua pihak untuk melek terhadap kondisi petani lokal. Petani lokal Indonesia masih sangat minim mengikuti perkembangan pasar dan teknologi, sebagian besar justru masih menggunakan cara-cara konvensional.Seharusnya mereka mempunyai peluang besar saat ini untuk dapat menawarkan produk unggulannya ke pasar.

Kedepan pemerintah perlu memberi kesempatan kepada petani lokal melalui kemitraan inti plasma. Kemitraan ini sangat bisa diimplementasikan bagi petani hortikultura dan tanaman pangan. Pemerintah juga perlu mencarikan model pengimplementasian dari hulu sampai ke hilir, sehingga kapasitas petani dapat ditingkatkan dalam penyediaan komoditas pangan yang sesuai standar pasar.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pemerintah Indonesia mampu memenuhi ketersediaan dan produksi untuk 11 komoditas pangan pokok selama periode Maret sampai Mei 2020.Periode ini sesuai masa darurat bencana akibat virus Corona yang ditetapkan BNPB sampai 29 Mei 2020.

2. Untuk pendistribusiannya, Kementerian Pertanian telah bekerjasama dengan pemasok dan supplier pangan untuk komoditas beras, jagung, minyak goreng, gula pasir, bawang merah, bawang putih, cabai, daging ayam, daging sapi dan telur dalam penyediaan, penyaluran dan stabilisasi harga pangan. Untuk pelakasanaannya Satgas Pangan akan melakukan pemantauan dan pelaporan secara rutin.

3. Langkah pendistribusian akan sangat spesifik dan tergantung kebutuhan. Optimalisasi dan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki pemerintah dan pihak swasta menjadi yang utama. Untuk itu, semangat gotong royong dalam pendistribusian pangan akan terus dibangkitkan dengan tetap mengutamakan cara dan langkah yang meminimalisasi penyebaran virus Corona dan memperhatikan masyarakat yang rentan terdampak, yaitu masyarakat menengah kebawah dan pekerja harian.

Dari hasil telaahan memiliki beberapa implikasi kebijakan, yaitu sudah saatnya pemerintah mendorong petani dalam negeri dapat masuk pasar konvensional dan pasar digital. Dengan pola kemitraan inti plasma diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan

Page 75: Perencanaan Pembangunan Pertanian kata pengantarperencanaan.setjen.pertanian.go.id › public › upload › ... · ekonomi dunia terus mengalami perlambatan. Bahkan Dana Moneter

Buletin Perencanaan Pembangunan Pertanian74

kualitas produk pangan yang dihasilkan dan dapat terhubung dengan jangkauan pasar yang lebih luas. Seperti pada komoditas hortikultura dengan menggandeng beberapa startup melalui penjualan online. Tidak ada satupun cara terbaik dalam pendistribusian barang termasuk pangan dengan kondisi masyarakat yang sangat heterogen dan tersebar luas.

Peran pemerintah daerah sangat penting untuk terus mengawal dan mengevaluasi kebijakan pendistribusian pangan di wilayah masing-masing. Diusulkan pendistribusian pangan secara nasional dibawah satu komando olehGugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Kementerian Pertanian akan mendukung pemenuhan ketersediaan pangan dan informasi peta penyebaran pangan pokok tersebut.

DAFTAR PUSTAKACegah Virus Corona Dengan Jaga Imun Tubuh, https://www.cermati.com/artikel/cegah-virus-corona-dengan-jaga-imun-tubuh-begini-caranya.

Eka Budiyanti, Dampak Virus Corona terhadap Sektor Perdagangan dan Pariwisata Indonesia Buletin Info Singkat Volume XII, No 14/III/Puslit/Februari/2020 http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-4-II-P3DI-Februari-2020-219.pdf.

Francisca Christy Rosana, Dampak Virus Corona, LIPI: Waspadai Ancaman Inflasi, , Sabtu 29 Fbruari 2020 https://bisnis.tempo.co/read/1313765/dampak-virus-corona-lipi-waspadai-ancaman-inflasi/full&view=ok.

Hadi Kuncoro, Dampak Wabah Virus Corona: Ketika KitaDipaksa “Lebih” Digital, Artikel Logistik E-Commerce, 18 Maret 2020.

https://katadata.co.id/telaah/2020/03/17/panic-buying-dan-ancaman-virus-corona-menjangkiti-bisnis-retail.

Kepala Gugus Tugas Covid-19 Ajak Seluruh Masyarakat Kolaborasi Lawan Corona, Liputan6.com, Rabu 28 Maret 2020 https://www.liputan6.com/news/read/4213542/kepala-gugus-tugas-covid-19-ajak-seluruh-masyarakat-kolaborasi-lawan-corona.

Muchlis Fadjarudin, Hasil Kajian INDEF Soal Penanganan Wabah COVID-19 dan Dampak ekonominya, https://www.suarasurabaya.net/ekonomibisnis/2020/hasil-kajian-indef-soal-penanganan-wabah-covid-19-dan-dampak-ekonominya/.

Setijadi, Membangun Sistem Logistik Tanggap Darurat Pandemi COVID-19 https://jurnalmaritim.com/membangun-sistem-logistik-tanggap-darurat-pandemi-covid-19.

Taufik Fajar, https://economy.okezone.com/read/2020/03/27/20/2190095/sederet-saran-bank-dunia-untuk-ri-tarif-listrik-gratis-hingga-thr-cair-lebih-cepat?page=2.

Taufik Fajar, Pembelian Pangan Dibatasi, Aprindo Ikut Mengawasi economy.okezone.com, 18 Maret 2020.