perencanaan pembangkit listrik tenaga surya kapasitas · pdf filemerupakan upaya untuk...
TRANSCRIPT
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
53
Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Kapasitas 50 kWp, dihibridkan dengan PLTD
M. Hariansyah Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik – Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH Sholeh Iskandar km.2 Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor
Email: [email protected]
Abstrak Sistem hibrid antara PLTS dan PLTD, merupakan upaya untuk menggabungkan antara dua unit pembangkit yang berbeda. Hal ini dilakukan, hampir 88 % pembangkit energi listrik yang ada di luar Pulau Jawa menggunakan PLTD, disisi lain harga bahan bakar minyak khususnya solar semakin mahal dan langka, sehingga beberapa PLTD dioperasikan secara terbatas. Salah satu solusi yang perlu dilaksanakan adalah membangun PLTS sistem hibrid dengan PLTD. PLN Unit Sulutengge, tepatnya di Pulau Marampit yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara) berencana untuk membangun PLTS kapasitas 50 kWp menggunakan sistem hibrid dengan PLTD yang telah ada. Saat ini PLTD Marampit mempunyai dua unit Genset, 2x25 kW. Sebelum pelaksanaan pembangunan, perlu di analisis kebutuhan beban rata-rata harian, kapasitas daya modul yang direncanakan, sistem pengontrolan pengisian dan pengosongan battere, serta jumlah dan kapasitas battere, serta kapasitas biderectional inverter. Hasil analisi menyimpulkan bahawa Jumlah modul yang diperlukan sebanyak 400 modul surya, masing-masing modul mempunyai daya 125 Wp. Penyusunan pasangan modul dibuat menjadi 2 grup, masing-masing group menghasilkan daya 25,2 kWp.Untuk pengisi battere digunakan 1 unit Battere kontrol regulator, berkapasitas 50 kW. Kapasitas battere 700 kWh, memutuhkan battere sebanyak 350 unit, masing-masing mempunyai kapasitas 2 V, 1000 Ah.Waktu yang dapat dioperasikan untuk sistem hibrid PLTS dengan PLTD adalah : Modul PLTS beroperasi mulai pukul 08:00 s.d 15:00 selama 7 jam. Battere Bank beroperasi 8 jam mulai pukul 16:00 s.d 24:00 dan PLTD 7 jam dari pukul 00:00 s.d 07:00.
Kata Kunci : Sistem Hibrid PLTS-PLTD, Modul surya, Battere kontrol regulator, Bidirectional Inverter. Abstrac Hybrid system between PLTS and diesel, is an attempt to combine two different generating units. This is done, almost 88% of electric energy generation that are outside the island of Java using diesel, on the other hand the price of diesel fuel oil, especially the more expensive and scarce, so some diesel operated on a limited basis. One solution that needs to be done is to build a hybrid system with diesel PLTS. PLN Unit Sulutengge, precisely on the island Marampit located in North Sulawesi Province) is planning to build the capacity of 50 kWp PLTS use with diesel hybrid systems that already exist. Currently Marampit diesel genset has two units, 2x25 kW. Prior to implementation of development, needs analysis necessary in the average daily load, the capacity of the planned power module, the system controlling the charging and discharging battere, and the number and capacity battere, as well as the capacity of the inverter biderectional. The results of analysis concluded bahawa of modules is required as many as 400 solar modules, each module has a power of 125 Wp. Preparation of the module created pair into 2 groups, each group produced 25.2 kWp.Untuk power charger Battere battere used a control unit regulator, with a capacity of 50 kW. Capacity of 700 kWh battere, memutuhkan battere of 350 units, each having a capacity of 2 V, 1000 Ah.Waktu which can be operated for PLTS with diesel hybrid system is: Module PLTS operates from 08:00 till 15:00 for 7 hours. Battere Bank operates 8 hours starting at 16:00 till 24:00 and diesel 7 hours from 00:00 till 07:00. Keywords: PLTS-diesel hybrid system, solar module, Battere control regulator, Bidirectional Inverter.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
54
1. Pendahuluan. Hampir 88 % pembangkit listrik di luar
Pulau Jawa, menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Disel, mulai dari kapasitas kecil hingga besar [1].
Permasalahan yang terjadi saat ini, PLN Unit Sulutengge, tepatnya di Pulau Marampit yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara) berencana untuk membangun PLTS kapasitas 50 kWp dengan cara dihibridkan dengan PLTD yang telah ada. Saat ini PLTD Marampit mempunyai dua unit Genset, 2x25 kW [2]. PLTD ini dioperasikan selama 6 jam perhari secara bergantian. Upaya ini dilakukan karena harga bahan bakar minyak, terutama bahan bakar solar sudah tidak menguntungkan ditinjau dari segi bisnis.
Sehingga dirasa perlu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut di
atas. Salah satu alternatif yang paling baik untuk dilakukan adalah membuat pembangkit listrik tenaga surya. Tujuan yang ingin dicapai adalah menghasilkan analisis teknis, menentukan jumlah unit modul beserta teknik pemasangannya, menentukan kapasitas BCR ( Battere Control Regulator), Menentukan kapasitas Bidirectional inverter, serta kapasitas battere dan penjadwalan sistem hibrid antara PLTD dan PLTS,
2. Tinjauan Pustaka. 2.1 Blok Diagram Pemasangan PLTD
dihibridkan dengan PLTS Bentuk blok diagram hibrid PLTS – PLTD yang [3] diperlihatkan pada Gambar 1
.
kWh
Modul
PV Panel
Sinkronisai
Modul
PVModul
PV
Modul
PV
Modul
PV
Box Kombinasi
Charge
Kontrol/MPPT
Bi Directional
Inverter
Panel
Distribusi
Transformator
DistribusiPLTD
CB
CB
CB
CB
CB
Ke Laluhe
Ke JTM
Battere
Bank
CB
Panel
Sinkronisai
kWh
kWhkWh
PLTS
PLTD
Spare
Gambar 1. Blok Diagram PLTS on Grid
a. Ketika modul surya ( photovoltaik)
mendapat sinar matahari, maka pada terminal output modul surya (photovoltaik) tersebut menghasilkan tegangan listrik.
b. Tegangan tersebut disalurkan ke charger kontrol yang berfungsi untuk mengontrol pengisian dan pengosongan battere, serta dapat mengirim daya listrik ke beban.
c. Agar dapat mempararelkan anatar PLTS dan PLTD, diperlukan alat sinkronisasi. Dalam hal ini diperlukan dua unit panel sinkronisasi, yaitu sinkronisasi di sisi PLTD ( antara G1 dan G2), dan anatar PLTD dengan PLTS.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
55
2.2 Komponen PLTS Komponen utama PLTS terdiri dari: 2.2.1 Modul Surya ( Photovoltaik ).
Modul surya atau Fhotovoltaic merupakan gabungan beberapa sel surya yang terhubung secara seri. Satu sel surya mengahasilkan tegangan sebesar 0,45 Volt. [4]. Tegangan ini sangat rendah untuk dapat dimamfaatkan secara praktis, sehingga diperlukan sejumlah sel surya yang
dihubungkan secara seri. Modul surya yang standar dengan 36 atau 40 buah sel surya semi kristal silikon yang masing-masing berukuran 10 x 10 cm, menghasilkan daya sebesar 38 hingga 50 watt pada tegangan 12 volt pada saat disinari cahaya matahari dengan intensitas penuh. Contoh modul surya yang akan ditawarkan dibandingkan dengan KAK( Kerangka Acuan Kerja ) diperlihatkan pada Tabel 2.[5]
Tabel 2. Spesifikasi Modul Photovoltaic
No Uraian Spesifikasi Spesifikasi Sesuai KAK
1 Jenis Modul Surya Mono cristal Mono cristal atau polycristal
2 Kapasitas Total 125,4 kWp Minimum 125 kWp
3 Kapasitas per modul 245 Wp Minimum 120 Wp
4 Jaminan Life Time 20 tahun Minimal 20 tahun
5 Tegangan Max Power > 24 volt dc > 24 volt dc
6 Tegangan Sitim DC max 1000 Vdc 1000 Vdc
7 Jaminan Kualitas Dalam beroperasi 15 tahun degradasi daya output ≤ 10 %
Dalam beroperasi 10 tahun degradasi daya output ≤ 10 %
Penentuan banyaknya modul surya dapat dilakukan dengan persamaan berikut [6]
np
Pn ........ ................................ (1)
Dimana : P = Daya yang direncanakan ( kWp) Pn = Kapasitas daya listrik setiap modul
surya ( Wp)
Pemasangan modul surya dapat dilakukan secara seri maupun secara pararel tergantung pada kapasitas daya yang direncanakan. Jika modul surya dipasang seri, [4] persamaan menjadi:
nT IIIII .....321 ........... (2)
dimana : I1, I2, I3 s/d In : adalah arus yang keluar pada masing-masing modul Jika modul surya dipasang secara pararel analisis tegangan (V) menggunakan persamaa
nT VVVV ......21 ......................... (3)
2.2.2 Bi Directional Inverter
Bi Directional Inverter berfungsi merubah tegangan dan arus searah (dc) menjadi tegangan arus bolak baliok (ac), atau sebaliknya,Selain itu alat ini juga dapat melakukan sinkronisasi antara PLTS dan PLTD (system on Grid)., fasilitas sistem kontrol regulasi tegangan dan frekuensi. Spesifikasi Bi Directional Inverter [5] diperlihatkan pada Tabel 3.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
56
Tabel 3. Bi directional Inverter yang di tawarkan di banding KAK
2.2.3 Solar Charge/MPPT
Solar Charger/MPPT yaitu seperangkat komponen elektronika yang berfungsi:
a. Mengatur transfer enerji dari modul surya (PV) ke baterai dan kebeban secara efisien dan semaksimal mungkin.
b. Melindungi baterai dari pengisian berlebih (overcharge), yaitu dengan jalan memutuskan proses pengisian baterai pada tegangan atas untuk menghindari terbentuknya gas (gassing) yang dapat menyebabkan menguapnya air baterai dan korosi pada grid baterai.
c. Melindungi pengosongan berlebih (overdischarge), yaitu dengan jalan
d. memutuskan proses pengosongan pada tegangan batas bawah untuk menghindari pembebanan berlebih yang dapat menyebabkan kerusakan baterai.
e. Membatasi daerah tegangan kerja baterai f. Mencegah beban berlebih dan hubung
singkat( short circuit) g. Melindungi system dari kekeliruan
instalasi rangkaian dengan polaritas terbalik
h. Memperpanjang umur baterai. Spesifikasi Bi Directional Inverter [5], diperlihatkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi Solar Carger
2.2.4 Battere Bank Kapasitas Batere adalah besarnya
arus listrik ( ampere ) batere yang dapat dialirkan ke suatu rangkaian luar atau beban
dalam jangka waktu tertentu ( t jam ), untuk memberikan tegangan tertentu. Kapasitas suatu battere menyatakan berapa lama
No Uraian Spesifiksi Solar Charge Spesifikasi berdasarkan KAK 1 Kapasitas Daya totall 50 kW Minimum 50 kW 2 Daya output/unit 125 W Minimum 120 W 3 Effisiensi > 95,2 % >93 % 4 Cgarging Step Minimum 120 V dc, ( sesuai dgn Charge) Minimum 120 V dc, ( sesuai dgn Charge)
5 Proteksi
over current, over load, short circuits, over temperature, over & under voltage, under frequensi
over current, high voltage disconect (HVD), Low Voltage Disconect ( LVD), over temperature, reverse polarity and over load
6 Lightning Arrester minimum 25 kA Pada masukan untuk over current dan over voltage.
N Uraia Spesifikasi yang ditawarkan Spesifikasi berdasarkan KAK 1 Kapasitas total 50 kW minimum 50 kW 2 Daya Output perunit 25 kW Minimum 10 kW 3 Jumlah phasa/frekuensi tiga phasa/50 /60 Hz tiga phasa/50 Hz 4 Gelombang Output Sinus Murni Sinus Murni 5 Tegangan output 380 VAC(L-L), 220 VAC (L-N) 380 VAC(L-L), 220 VAC (L-N) 6 Tegangan input DC 120 V DC ( Sesuaikan dgn Charge Minimum 120 V DC ( Sesuaikan dgn 7 Effesiensi 8 Total Harmonik Distorsi 9 Proteksi Over Current, Over Load, Short Circuits, Over Over Current, Over Load, Short
1 Indikator LCD ( display ( tegangan dan arus inverter, LCD ( display ( tegangan dan arus 1 Audible Alaram low battere, inferter fault, high temperature low battere, inferter fault, high 1 Temperatur 0 - 45 oC 0 - 45 oC 1 Relative Humidity 0 - 90 0 - 90 1 Power surge Rating 120 % nominal rating 120 % nominal rating
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
57
kemampuannya untuk memberikan aliran listrik pada tegangan tertentu yang dinyatakan dalam ampere-jam(Ah),[6], karena tidak mungkin suatu baterai dikosongkan penuh 100 %, maka perlu diperhitungkan tingkat pengosongannya,
biasanya antara 50 % – 75 %, tergantung dari jenis baterainya dan karakteristik dari baterai. Karakteristik battere type lead – acid (asam) dan alkalin di perlihatkan Gambar 4.
1,3
1,2
1,1
1
cell
volt
Discharge charge
Time ( in HOUR )
CONSTANT CHARGE
CURRENT
Volts per cellStaedy state
af ter 100 %Volts per cell
100 %CONSTANT DISCHARGE
CURRENT
2.80
2.60
2.40
2.20
2.00
1.80
1.60
cell
volt
Discharge charge
Time ( in HOUR )
Specific gravity
Ampere Hours
discharge
Ampere Hours
returned
Volts per cell
Full
Charge
Normal
Discharge
Specific gravity
Volts per cell
17.00 07.00 17.00
BCR
17.00 07.00 17.00
BCR
Gambar 4. Karaktreristik baterai Lead Acid (asam) dan alkalin
Gambar tersebut di atas menjelaskan pada pukul 17.00 intensitas sinar matahari mulai berkurang, maka pada saat itu baterai mulai dibebani hinggá pukul 07.00. Pada saat sinar matahari mengenai modul surya proses pengisian oleh Charge Control/MPPT segera dimulai. Pengosongan baterai sangat tergantung terhadap enerji yang digunakan,
dan lama pengisian baterai Sangat tergantung pada kapasitas BCR dan intensitas sinar matahari. Besar teganan dan arus baterai dapat dihasilkan dengan melakkan dua cara menghubungkan baterai secara seri dan pararel. Rencana Battere [7] diperlihatkan pada Tabel 5
Tabel 5. Battere Bank yang ditawarkan di bandingkan dengan KAK
2.2.5 Hibrid Monitoring Sistem
Hibrid monitoring Sistem berfungsi untuk menampilkan parameter operasi secara real time dalam display monitor dengan ukuran monitor 25”. Disamping itu displai monitoring memudahkan oporator untuk memonitoring
pengukuran secara langsung. Seperti pengukuran daya, tegangan, arus, dan energi listrik. Bentuk prototype hibrid monitoring diperlihatkan pada Gambar 4.
No Uraian Spesifikasi Battere yang ditawarkan Spesifikasi berdasarkan KAK
1 Kapasitas total battere 700 kWh minimal 700 kWh
2 Jenis battere OPzS ( Turbular Plate Lead Acid), Deep Cycle Lead Acid Battere
OPzS ( Turbular Plate Lead Acid), Deep Cycle Lead Acid Battere
3 Cycle Lift 1200 cycles pada DOD 80 % ( IEC 896-1)
Minimum 1200 cycles pada DOD 80 % ( IEC 896-1)
4 Tegangan terminal battere 2 V, 1000 Ah 2 V/ Cel
5 Life Time 5 tahun pada suhu 40 o C Minimal 5 tahun pada suhu 40 o C
6 Temperatur Operasi Sampai 45 o C Sampai 45 o C
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
58
S
SS
G CB CB
PVCharge
Bi Directional
Inverter
kWh
Panel
Sinkronisasi
Panel Distribusi
Ke Trafo
Ke Beban
Spare
kWh
kWh
CB
CB CB
Panel Bus Bar
GensetPLTD
PLTS
Ke Penggunaan
Sendiri
wV I P w
PLTD PLTS Panel Distribusi
V I P w V I P w
SINGLE LINE DIAGRAM SISTEM HIBRID
PLTS - PLTD
PROTOTYPE MONITORING SISTEM
Gambar 4. Prototype Monitoring Sistem Hibrid PLTS - PLTD
Cara instalasi monitoring sistem, [3], dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengukuran secara real time, tegangan, arus, daya serta energi listrik pada PLTD, PLTS dan Panel Distribusi digunakan 3 unit tranduser yang dipasang pada ketiga sub sistem tersebut di atas, dan 1 unit tranduser penggabung.
b. Transduser pengukuran berfungsi mengubah besaran listrik, tegangan, arus dan daya serta energi menjadi bilangan binery, dan juga berfungsi untuk memonitoring sistem.
c. Bilangan binery perlu dikonversi terlebih dahulu, sebelum masuk ke dalam CPU ( Central Processor Unit). Tampilan masing-masing besaran pada PLTS, PLTD dan Panel Distribusi, secara langsung dapat terlihat di layar monitoring.
2.2.6 Kabel Power dan Kabel PV Modul Kabel power yang digunakan dirancang sesuai ukuran daya , tegangan dan arus, sehingga kabel yang akan digunakan: a. Kabel PV dihubungkan menggunakan
jenis kabel NYAF 1 x 4 mm2 (SPLN) dan
kabel antara penyangga modul
menggunakan NYYHY ( 2 x 6 mm2)
(SPLN), dandipasang secara seri atau pararel menggunakan kontak sambung.
b. Semua kabel modul PV ditempatkan pada cable tray yang terbuat dari alumunium atau galvanis yang terpasang pada bagian bawah PV.
c. Kabel dari Combiner PV Array ke solar charge controller menggunakan jenis NYYHY 1 x 50 mm
2
d. Kabel dari battere ke solar Charge Controller menggunakan NYAF 1 x 120 mm
2
e. Kabel power dari inverter ke panel distribusi menggunakan NYY 4 x 50mm
2
f. Kabel dari panel Distribusi PLTS ke Panel Sinkronisasi menggunakan kabel NYY 4 x 50 mm2
g. Kabel dari panel busbar Genset ke Panel Sinkronisasi menggunakan Twisted Cable 1 x ((3x70)+(1x50))mm2
h. Setiap kabel disambung menggunakan konektor-konektor yang sesuai.
2.2.7 Panel Sring Box dan Combiner PV Panel sring box kombinasi berfungsi
sebagai: a. Pertemuan (interface) anatara sel dan
bagian luar.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
59
b. Melindungi sambungan kabel yang saling berhubungan dengan berbagai komponen.
c. Modul dan berbagai komponen sistem fotovoltaik.
d. Tempat menyimpan blok sambungan ( connection block)
e. Melindungi system dari kekeliruan instalasi rangkaian dengan polaritas terbalik.
f. Memerpanjang umur baterai.
Pemasangan box kombinasi seperti diperlihatkan pada Gambar 5
Panel Surya
( Gabungan Seri dan
Pararel )
Box Kombinasi
Panel Surya
( Gabungan Seri dan
Pararel )
Box Kombinasi
I
N
V
E
R
T
E
R
On Grid
Gambar 5. Pemasangan Box Kombinasi pada PLTS
Bentuk instalasi panel Panel Sring Box dan Combiner PV arrey yang di tawarkan diperlihatkan pada Gambar 6.
50 mm
800 mm
600 mm
300 mm
30 mm 600 mm
Panel String
Box
Cor Beton
Bertulang
Pondasi
Diagram Garis Tunggal Panel
String Box
Dari PVKe Charge
Controller
CB CB
Lightning Arrester
Gambar 6. Pemasangan Panel String Box dan Diagram Garis Tunggal
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
60
2.2.8 Panel Busbar Genset
Panel busbar genset berfungsi untuk mempararelkan Generator pertama (G1) dan Generator kedua ( G2). Bentuk rencana
pemasangan panel dan diagram Segaris Busbar Genset yang ditawarkan diperlihatkan pada Gambar 7
G1
G2
CB 25 kW
CB 25 kW
CB 25 kW
CB 25 kW
CB 50 kWkWh
Panel Busbar dilenkapi
SinkronisasiGenset
Ke Panel Sinkronisasi
PLTD - PLTS
Gambar 7. Panel Busbar Genset
2.2.9 Panel sinkronisasi
Panel sinkronisasi berfungsi sebagai alat untuk melakukan sinkronisasi antara PLTS dengan PLTD. Syarat melakukan kerja pararel adalah:
a. Tegangan dan frekuensi harus sama
b. Urutan phasa dan jumlah phasa harus sama.
Bentuk rangkaian kerja pararel yang ditawarkan menggunakan lampu sinkronoskop, seperti diperlihatkan pada Gambar 9.
S
CB 50 kW
CB 50 kW
CB 50 kW
OCR
CT
Triping
Coil
Ke Panel Distribusi
PLTD
Bi Directional
Inverter PLTS
Panel Sinkronisasi PLTS - PLTD
Gambar 9. Panel sinkronisasi PLTS-PLTD
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
61
Rangkaian sinkronisasi [8] diperlihatkan pada Gambar 9.
CB - 2
Lampu
Sinkronoskop
V
CB - 1
PLTD
PLTS
S
CB - 3
Ke Panel Distribusi
Ke Panel Distribusi
Gambar 9. Rangkaian Sinkronisasi PLTS - PLTD
Cara kerja sinkronisasi PLTS dengan PLTD dijelaskan sebagi berikut:
a. Bi Directional Inverter dan PLTD sudah dioperasikan CB1 dan CB 2 on ( masuk ) CB 3 (off).
b. Untuk menyamakan tegangan dan frekuensi perhatikan lampu, jika ketiga lampu menyala redup maka tegangan dan frekuensi belum sama, untuk memastikan dapat dilihat dari alat ukur volt meter
c. Cara menyamakan tegangan dan frekuensi atur putaran generator dan arus exitasi, hingga lampu menyala sama terang, dan tegangan pada alat
ukur antara phasa RS = ST = TR sudah sama besar.
d. CB 3 dimasukkan, proses kerja parrel sudah dilakukan.
2.2.10 Panel Distribusi
Panel distribusi berfungsi untuk mendistribusikan beban-beban listrik dari pembangkit ke pelanggan. Mengacu pada KAK bentuk panel distribusi diperlihatkan pada Gambar 10.
Ke Trafo 100 kVA
Ke Laluhe
Cadangan
CB 100 kW
CB 100 kW
CB 40 kW
CB 40 kW
Dari PLTS/PLTD
kWh
Gambar 10. Diagram Segaris Panel Distribusi
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
62
3. Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April hingga bulan Mei 2010, di PT. PLN PERSERO, SULUTTENGGO, Pulau Marampit Sulawesi Utara ( Manado). Penelitian dilakukan dengan cara membuat perencanaan PLTS yang akan dibangun, beserta kelengkapannya, agar dapat dihibritkan dengan PLTD. 3.2 Alat Dan Bahan.
Alat dan bahan yang digunakan untuk membangun PLTS terdiri dari: a. Pondasi beton core , tiang galvanis 2”
dan rangka penyangga modul surya 1 lot, untuk ukuran 50 kWp.
b. Modul surya kapasitas 125 Wp, sebanyak 400 modul
c. Battere Controller Charger kapasitas d. Bidirectional Inverter 2 unit kapasitas 25
kW e. Battere OPzS ( Turbular Plate Lead Acid), Deep
cicle 80 %, 2 V, 2000 Ah, sebanyak 300 unit.
f. Panel kontrol dan sistem monitoring, serta sinkronisasi PLTS – PLTD.
g. Sistem proteksi OCR ( Over Current Relay), OVR ( Over Voltage Relay), FR ( Frekuensi), Arrester.
4. Hasil dan Bahasan 4.1 Penentuan Jumlah Modul PV
Mengacu pada daya yang di rencanakan pada PLTS sebesar 50 kWp. Spesifikasi PV, daya setiap modul yang ditawarkan menghasilkan daya 125 watt/modul sehingga menggunakan persamaan (1) diperoleh jumlah modul sebanyak:
madulunitn
n
ModulDayaKapasitas
andirencanakyangDayan
400
125
000.50
Jadi untuk merencanakan 50 kWp, dibutuhkan modul sebanyak 400 unit.
4.2 Pemasangan PV
Pemasangan PV ada yang dihubungkan seri dan ada yang dihubungkan pararel. Cara menentukan hubungan seri dan pararel PV, sangat tergantung pada daya output solar. charge controller/MPPT. Mengacu total daya maksimum 50 kW. Sehingga lay out pemasangan PLTS dan Bi Directional inverter, input tegangan yang dibutuhkan antara 220 volt dc hingga 400 volt dc, sementara output dari modul PV hanya 31,35 volt dan arus 7,82 A, sehingga dibutuhkan :
Hubungan PV yang dipasang seri. Kebutuhan tegangan input inverter antara 220 volt hingga 400 volt dc dibagi dengan 31,35 volt dc output maka
75,12 01,7
35,31
400
35,31
220
atauPVseri
atauPVseri
:
Jadi jumlah modul yang dapat dipasang secara seri antara 7 hingga 13 modul, dipilih 10 modul maka tegangan out dari system ini adalah 313, 5 volt. Bentuk pemasangnya diperlihatkan pada Gambar 2.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
63
1 2 3 4 5 6 7 8 9
MCB 6 A
360 Volt
10
Gambar 2. Susunan PV secara seri
Mengacu pada gambar 2, dapat dilakukan analisinya, dengan persamaan (2)
AI
IIIII
T
nT
82,7
.....321
Analisis Tegangan menggunakan persamaan (3)
voltV
V
VVVV
T
T
nT
5,313
35,3135,3135,3135,3135,31
35,3135,3135,3135,3135,31
......21
Kebutuhan arus maksimum untuk Charge MPPT adalah 400 A, dibagi dalam lima (5) Grup, maka 80 A, dibagi dengan 7,82 A, Maka:
unitPVpararel
PVpararel
2,10
82,7
80
Jadi diperoleh : a. PV ± 10,2 unit PV dipasang pararel b. PV 10 unit di pasang Seri; c. Jumlah panel tiap Blok = 102 unit.
Analisis Tegangan dan arus dan daya per blok:
a. Tegangan output group = 31,35 volt/ PV x 10 PV pasang seri = 313,5 Volt
b. Arus output group = 7,82 A/PV x 10,2 PV pasang pararel = 80 Amper,
c. Daya yang dapat dibangkitkan per Blok oleh PLTS = 313,5 volt x 80 = 25,1 kWp
d. Jumlah Daya Total (Blok ada 2 x 25,1 kWp) = 50,2 kWp
4.3 Penentuan Jumlah Battere Mengacu KAK , bahwa kapasitas total battere minimum 700 kWh pada C 10. Battere yang di tawarkan Deep cycle Lead Acid Battere kapasitas perunit 2 V, 1000 Ah. Sehingga jumlah battere dapat dianalisis: Kapasitas battere (W) = 700.000 Wh Daya Battere/unit ( P) = Tegangan battere x arus battere hour = 2 x 1000 = 2000 Wh Maka jumlah battere = Kapsitas battere (W) / Daya battere perunit = 700.000 / 2000 = 350 unit battere Bentuk pemasangannya modul PV seri dan pararel diperlihatkan pada Gambar 3.
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
64
Ke Pa
nel S
inkron
isasi P
LTS-P
LTD
Panel
SuryaGabungan Seri dan
Pararel
Blok 2 = 25.000 W
p
Panel
SuryaGabungan Seri dan
Pararel
Blok 4 = 25.000 W
p
Charge
Kontrol/
MPPT
50 kW
Battere
Bank
350 unit
Bi Dir
ectio
nal In
verte
r
50 k
W
Box
Kombin
asi
Box
Kombin
asi
30 kW
30 kW
Gambar 3. Pemasangan Seri dan Pararel Modul PV, Kapasitas 50 kWp
4.4 Analisis Waktu Operasi sesuai KAK Model operasi yang diminta mengacu KAK dijelaskan sebagai berikut: 4.1. Beban disuplai oleh PV Array dan Battere Bank.
Jika semua beban disuplai oleh PLTS, maka operasional PLTS dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Beban disuplai oleh PV Array dan Battere Bank.
Keterangan: a. Pada pukul 09.00 hingga 15.00, PV
beroperasi untuk: - Mensuplai beban 20 kW - Mengisi battere 30 kW, jika batere
kosong. b. Pada pukul 16.00 hingga 24:00 battere
bank yang mensuplay beban. c. Pada pukul 24.00 hingga 07.00, PLTD
yang beroperasi Analisis waktu operasi, berdasarkan waktu penyinaran sinar matahari terhadap modul surya. Karena modul surya hanya dapat beroperasi secara maksimum antara pukul 09.00 hingga 15.00, maka PV direncanakan akan beroperasi pada jam
tersebut. Operasi PV digunakan untuk mensuplai beban 20 kW, dan mengisi battere 30 kW.
4.2 Analis Pengosongan dan Pengisian Battere
Analisis pada tabel 1, terhadap pengosongan dan pengisian battere dijelaskan sebagai berikut: - Waktu operasi battere = 8 jam - Daya yang disuplai = 20 kW - Energi batere yang terpakai = 20 kW * 8
jam, atau = 160 kWh - Pengosongan battere = 160 kWh / 700
kWh, = 22,8 %
Beban ( kW)
PLTD
PLTS
Battere
Jam 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Beban harian rata-rata 20 kW
Elektriese Vol.1 No. 2 November 2010 ISSN : 2086-6933
65
Analisi Pengisian battere: a. Daya dari PV untuk mengisi kekosongan
battere = 30 kW b. Energi battere yang terpakai = 160 kWh c. Sehingga lama pengisian battere (t) t =
Energi battere terpakai / Daya pengisianbattere
= 160 kWh /30 kW = 5,3 jam. Jadi battere akan terisi penuh setelah dilakukan pengisian selama 5,3 jam. Sementara waktu penyinaran matahari mencapai 5,4 jam. Jadi sebelum matahari medapat penyinaran matahari terrendah, battere bank sudah terisi penuh 5. Kesimpulan
Mengacu hasilbahasan serta data-data yang dihasilkan untuk merancang PLTS kapasitas 50 kWp yang dihibridkan dengan PLTD dapat disimpulkan:
a. Jumlah modul yang diperlukan sebanyak 400 modul surya, masing-masing modul mempunyai daya 125 Wp.
b. Penyusunan pasangan modul dibuat
menjadi 2 grup, masing-masing grup menghasilkan daya 25,2 kWp.
c. Untuk pengisi battere digunakan 1 unit Battere kontrol regulator, berkapasitas 50 kW.
d. Kapasitas battere 700 kWh, memutuhkan battere sebanyak 350 unit, masing-masing mempunyai kapasitas 2 V, 1000 Ah.
e. Waktu yang dapat dioperasikan untuk sistem hibrid PLTS dengan PLTD adalah : Modul PLTS beroperasi mulai pukul 08:00 s.d 15:00 selama 7 jam. Battere Bank beroperasi 8 jam mulai pukul 16:00 s.d 24:00 dan PLTD 7 jam dari pukul 00:00 s.d 07:00.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ridwan M.. Laporan Tahunan Direktorat
Jendral Listrik. Bidang Energi Listrik. DJPEL ( Direktur Jendral Pemanfaatan Energi Listrik). Jakarta. 2010
[2] Lahole S. dkk. KAK ( Kerangka Acuan Kerja) Pembangunan PLTS sistem Hibrid PLTD. PLN. Sulutenggo. Manado. 2010.
[3] Eric L . Sistem Hibrid PLTS-PLTD. PT. Smiko. Indonesia. Jakarta.2010
[4] Djojohadikusumo. Perencanaan PLTS.
ITB ( Institut Teknologi Bandung). Bandung. 2006
[5] ........ PT. Smiko. Brosur Teknik Spesifikasi Modul surya. Laboratorium PT. Smiko. Jakarta. 2010
[6] Unggul W. Energi Listrik Baru Terbarukan.
Universitas Brawijaya. Malang. 2008 [7] ............ Battere Nippres.. Brosur Teknik
Battere Nippres. Jakarta. 2010 . [8]. Zuhal. Dasar Teknik Tenaga Listrik.
Institut Teknplogi Bandung ( ITB). Bandung. 1990.
.