perencanaan pedestrian hijau di jalan …repository.ipb.ac.id/.../123456789/60985/1/a12yha.pdf ·...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA
BARAT
Yolla Hadiyati
A44050270
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
YOLLA HADIYATI A44050270. Perencanaan Pedetrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing Oleh Dr. Ir. BAMBANG SULISTYANTARA, M. Agr)
Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.
Permasalahan sebagian besar jalan di Kota Bogor terutama pada daerah sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah dipadati kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang melintasinya.
Studi mengenai perencanaan pedestrian hijau di jalan lingkar luar Kota Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap jalan yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang aman dan nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat sekitar, menciptakan identitas bagi koridor jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana dan melaksana dalam arsitektur lanskap (Rachman, 1984) yang terdiri atas tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan serta pemeliharaan. Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Teknik survei lapang, wawancara dan studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yakni data aspek fisik/biofisik, sosial ekonomi dan teknik. Keinginan dan persepsi pengguna jalan diketahui melalui penyebaran kuisioner kepada 30 orang masing-masing 20 orang pengguna jalan dan 10 orang pegawai instansi terkait.
Lingkup perencanaan yaitu sepanjang ± 8 km, daerah milik jalan (damija) yang direncanakan adalah 32-35 m. kondisi topografi tapak relatif datar, landai dan curam. Kawasan sekitar jalan telah cukup padat dengan pertokoan dan permukiman. Untuk membuat rencana tapak yang detail maka kawasan dibagi kedalam 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Pedestrian direncanakan bagi pengguna jalan dengan menciptakan suasana aman, nyaman, teduh dan menyenangkan melalui penanaman vegetasi, penambahan fasilitas jalan dan lingkungan sekitar yang asri.
Pada jalan ini direncanakan ruang yang terdiri atas ruang sirkulasi, ruang penyangga, ruang pelayanan dan ruang identitas. Ruang sirkulasi adalah ruang bagi pergerakan kendaraan bermotor berupa badan jalan dan ambang pengamannya. Ruang penyangga adalah ruang bagi vegetasi untuk menyangga kawasan sekitar dari dampak aktivitas kendaraan dan mempertahankan keberadaan sungai. Ruang ini berupa jalur hijau tepi jalan dan area sekitar
perairan. Ruang pelayanan merupakan ruang yang disediakan untuk mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dan masyarakat seperti berjalan kaki, bersepeda, beristirahat dan aktivitas sosial ekonomi lainnya. Sedangkan ruang identitas merupakan ruang yang diciptakan untuk memberi kesan atau ciri khas yang akan diingat oleh pengguna jalan terhadap koridor jalan. Identitas yang direncanakan berupa stop area, gerbang kawasan, tugu dan penataan vegetasi yang berada di sepanjang segmen jalan.
Pemilihan tanaman pada lanskap jalan disyaratkan dapat memberi perlindungan dari matahari, meredam kebisingan, menyerap polusi, mencegah erosi dan memiliki nilai estetika. Tanaman disusun secara masal dan kontinu di sepanjang jalan dengan desain linear, menggunakan kombinasi pohon, semak/perdu, penutup tanah dan rumput. Pada tempat-tempat tertentu menggunakan tanaman khusus penanda. Tanaman untuk lanskap jalan memiliki kriteria yakni perakaran tidak merusak konstruksi jalan, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, tidak mudah terserang hama dan penyakit, mempunyai nilai estetika, daun tidak mudah rontok dan sebagainya. Pada jalur hijau dipilih tamanan jenis pohon yaitu Mahoni (Swietenia mahogany) untuk segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) untuk segmen tengah dan selatan. Sebagai tanaman penanda dipilih jenis Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pada median dipilih jenis pohon yaitu Cemara kipas (Thuja orientalis) untuk segmen utara, Palm Raja (Roystonea regia) untuk segmen tengah dan Kayu manis (Cinnamomun burmanii) untuk segmen selatan. Diantara pohon ditanam semak/perdu yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora javanica). Tanaman penutup tanah digunakan Kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan Rumput Gajah (Cynodon dactylon).
Untuk hardscape berupa pedestrian (lebar 1,8 m), jalur sepeda (lebar 2,2 m), saluran drainase (lebar 1 m), rambu lalu lintas dan fasilitas jalan di sepanjang jalan yaitu tempat duduk (64 buah), tempat sampah (188 buah), fire hydrant (24 unit), lampu jalan (269 buah), lampu pedestrian (1.233 buah), halte (49 buah), papan orientasi (14 buah) dan jembatan pedestrian (12 buah). Papan reklame yang direncanakan menyatu dengan lampu penerangan jalan dan pedestrian.
Dengan dilakukannya pelebaran damija menjadi 32-35 m, penataan tanaman dan penambahan fasilitas jalan diharapkan dapat memberikan kelancaran berlalu lintas, kenyamanan, keamanan dan identitas bagi pengguna jalan. Rencana lanskap ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelaksana dan pengembangan pada kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Selain itu pemeliharaan penting dilakukan demi keberlanjutan rencana lanskap yang telah dibuat.
@ Hak Cipta milik IPB tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PERENCAAN
PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR,
JAWA BARAT adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2012
Yolla Hadiyati
NIM. A44050270
PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA
BARAT
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Yolla Hadiyati
A44050270
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar
Kota Bogor, Jawa Barat
Nama : Yolla Hadiyati
NRP : A44050270
Departemen : Arsitektur Lanskap
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr.
NIP. 19601022 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap,
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada hari Rabu tanggal 21 Januari 1987 di Pekanbaru,
Riau. Penulis merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan
Bapak Yon Reflizar dan Ibu Nelawaty Bakwar.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU di Pekanbaru, Riau.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Negeri 001 Kec.
Sail. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP
Negeri 13 Pekanbaru. Sekolah Menengah Umum diselesaikan pada tahun 2005 di
SMU Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi
Riau. Satu tahun kemudian melalui program mayor-minor dari IPB penulis
diterima di Departemen Arsitektur Lanskap dengan mayor Arsitektur Lanskap dan
memilih supporting course.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas kehendaknyalah sehingga
skripsi yang berjudul Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan Lingkar Luar Kota
Bogor, Jawa Barat dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dipersembahkan
kepada :
1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara sebagai Pembimbing Skripsi dan
Pembimbing Akademik atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan
skripsi.
2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr,Sc dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT
sebagai Dosen Penguji atas arahan, masukan dan koreksinya selama
sidang.
3. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang
sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
4. Seluruh staf Komisi Pendidikan Arsitektur Lanskap atas semua
pelayanannya.
5. Keluargaku tercinta (Ibuk, Bapak, Kiki dan Fiqri) untuk doa, kasih sayang
dan motivasinya selama ini.
6. Untuk Datok dan Nenek untuk doa dan kasih sayangnya.
7. Suami dan putriku tersayang Heru Rahmatullah dan Hanamoza Permata
Rahmatullah (momo) untuk doa, semangat dan bantuannya selama
penyusunan skripsi.
8. Teman-teman Arsitektur Lanskap khususnya angkatan 42 untuk
kebersamaannya selama ini.
9. Teman-teman 363 (oci, nita dila, lesti dan yoan) atas kebersamaan yang
indah selama di asrama TPB
10. Bapak Rudi (BAPEDA Bogor) dan Ibu Yanti (Dinas Tata Ruang Kota
Bogor) atas datanya.
11. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi
namun tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tak ada gading yang tak retak. Tiada sulaman yang paling sempurna.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan manusia adalah
muara kekhilafan dan kesalahan belaka. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna,
namun semoga dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Teks DAFTAR TABEL………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………………............. DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………............. PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………... Tujuan………………………………………………………………… Manfaat………………………………………………………………..
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap………………………………………………………………. Lanskap Jalan………………………………………………………… Jalur Hijau Jalan……………………………………………………… Penanaman Jalur Hijau Jalan………………………………………… Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)………………………………………. Sistem Pedestrian……………………………………………………... Jenis Pedestrian……………………………………………………….. Persyaratan Pedestrian………………………………………………… Bahan Permukaan Pedestrian…………………………………………. Street Furniture (Perabot Jalan)……………………………………… Perencanaan……………...………………………………………….....
METODOLOGI Lokasi dan Waktu…………………………………………………….. Metode Studi…………………………………………………………. Pengambilan Data……………………………………………………..
HASIL INVENTARISASI Kondisi Umum………………………………………………………..
Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan……… Kebijakan Pengembangan Kota Bogor…………………………
Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………... Iklim……………………………………………………………. Geologi dan Tanah…………………………………………….. Pembagian Segmen……………………………………………... Topografi, Hidrologi dan Drainase…………………………….. Vegetasi dan Satwa…………………………………………….. Utilitas………………………………………………………….. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan………………………….. Dimensi Jalan…………………………………………………… Kondisi Visual Tapak…………………………………………... Jalur Pejalan Kaki………………………………………………
Hal xiii xiv xvii
1 2 3 4 4 6 7 8 11 12 13 15 17 18
20 21 24
25 25 29 32 32 33 33 35 37 39 39 41 45 48
Tata Guna Lahan……………………………………………….. Aspek Sosial…………………………………………………………..
Pengguna Potensial…………………………………………….. Kebiasaan Masyarakat…………………………………………. Persepsi Masyarakat……………………………………………. Keinginan Masyarakat………………………………………….
Aspek Teknik…………………………………………………………. Pemeliharaan Lanskap Jalan……………………………………
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Sejarah dan Konsep Pengembangan………………………………….. Lokasi dan Orientasi Tapak…………………………………………... Struktur Kegiatan……………………………………………………... Aspek Fisik dan Biofisik……………………………………………...
Iklim……………………………………………………………. Bentukan Lahan ……………………………………………….. Vegetasi Jalan………………………………………………….. Sarana dan Prasarana Jalan…………………………………….. Pedestrian………………………………………………………..
Aspek Sosial………………………………………………………….. Karakter Pengguna……………………………………………...
Rangkuman Analisis…...……………………………………………... SINTESIS
Rencana Program Ruang……………………………………………… Hubungan Antar Ruang………………………………………………..
KONSEP Konsep Dasar…………………………………………………………. Konsep Pengembangan………………………………………………..
Konsep Ruang (Zonasi)………………………………………… Konsep Sirkulasi……………………………………………….. Konsep Fasilitas Jalan…………………………………………... Konsep Tata Hijau………………………………………………
PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang Sirkulasi……………………………………………... Rencana Ruang Pelayanan……………………………………………. Rencana Ruang Identitas……………………………………………… Rencana Tata Hijau……………………………………………........... Rencana Fasilitas Jalan………………………………………………...
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……………………………………………………………. Saran…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... LAMPIRAN..................................................................................................
49 50 50 52 53 54 54 54
56 57 58 60 60 62 63 64 65 66 66 67
69 72
74 74 74 76 76 78
81 85 86 87 92
116 117 118 120
DAFTAR TABEL
Teks
1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki………………………...
2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi………………………………………...
3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki………………................
4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas……….............
5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data……………………………...
6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor………………..
7. Vegetasi di Area Studi…………………………………………………...
8. Satwa di Area Studi……………………………………………………...
9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan…………………………………...
10. Dimensi Jalan Pada Setiap Segmen………………………………………
11. Analisis Kegiatan di Setiap segmen………………………...................
12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen…………………………………..
13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap………………………………………...
14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas…………………………………..
15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan………….
16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan……………………………………..
17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen………………………………………...
18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen……………………….
19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen…………………
20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah………………………………………
21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen……………………………
22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan……………………………………....
Hal
9
10
10
12
24
35
37
38
40
41
59
65
67
71
72
79
85
88
92
94
99
104
DAFTAR GAMBAR
Teks
1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian…………………………………………....
2. Lokasi Penelitian………………………………………………………..............
3. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lankap..
4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig. Jend. H. Sapta Adjie Hadiprawira…………..
5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor……………………………………………..
6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………...
7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh…………………….
8. Pembagian Segmen………………………………………………………………
9. Kondisi Drainase……………………………………………………..................
10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi………………………………………………..
11. Vegetasi di Area Studi…………………………………………………………...
12. Gardu Saluran Listrik……………………………………………………………
13. Sarana Utilitas……………………………………………………………….......
14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan…………………………………………......
15. Peta Dasar Lokasi Studi………………………………………………………….
16. Potongan A………………………………………………………………………
17. Potongan B………………………………………………………………………
18. Potongan C………………………………………………………………………
19. Bad View (Tumpukan Sampah)………………………………………...............
20. Good View (Keindahan Sungai)…………………………………………………
21. Peta Kondisi Visual……………………………………………………………...
22. Pertokoan………………………………………………………………………...
23. Tanaman yang Tidak Terawat…………………………………………………...
Hal
14
20
23
26
27
27
28
34
36
36
38
39
39
40
41
42
43
44
45
45
46
47
47
24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh………………………………….
25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar……………………………………………
26. Penggunaan Pedestrian yang Salah……………………………………………...
27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)…………………………………………...
28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)……………………………………………………
29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)………………………………................
30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)……………..............
31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian………………………………………….
32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan…………………………………….....
33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima……………………………………………….....
34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat………………………................
35. Block Plan……………………………………………………………………......
36. Konsep Sirkulasi…………………………………………………………………
37. Konsep Tata Hijau……………………………………………………………….
38. Potongan Rencana A…………………………………………………………….
39. Potongan Rencana B……………………………………………………………..
40. Potongan Rencana C……………………………………………………………..
41. Rencana Jembatan Pedestrian……………………………………………………
42. Rencana Ruang Pelayanan……………………………………………………….
43. Rencana Gerbang Kawasan……………………………………………………...
44. Vegetasi yang Digunakan……………………………………………………......
45. Detail Penanaman Pohon………………………………………………………...
46. Detail Penanaman Semak dan Ground Cover…………………………………...
47. Detail Tempat Duduk……………………………………………………………
48. Rencana Tempat Sampah………………………………………………………..
48
48
49
49
49
50
50
51
51
52
53
73
77
80
82
83
84
85
86
86
89
90
91
93
94
49. Detail Tempat Sampah…………………………………………………………..
50. Detail Saluran Drainase………………………………………………………….
51. Rencana Fire Hydrant…………………………………………………………...
52. Rencana Papan Orientasi………………………………………………………...
53. Rencana Lampu pada Median Jalan……………………………………………..
54. Detail Lampu Pedestrian…………………………………………………………
55. Detail Pedestrian Walk………………………………………………………......
56. Rencana Halte……………………………………………………………………
57. Site Plan (Bagian 1)……………………………………………………………...
58. Site Plan (Bagian 2)……………………………………………………………...
59. Site Plan (Bagian 3)……………………………………………………………...
60. Site Plan (Bagian 4)……………………………………………………………...
61. Site Plan (Bagian 5)……………………………………………………………...
62. Site Plan (Bagian 6)……………………………………………………………...
63. Site Plan (Bagian 7)……………………………………………………………...
64. Site Plan (Bagian 8)……………………………………………………………...
65. Site Plan (Bagian 9)……………………………………………………………...
66. Site Plan (Bagian 10)…………………………………………………….………
67. Site Plan (Bagian 11)…………………………………………………………….
95
97
98
98
99
100
102
103
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
1. Form Kuisioner Penelitian……………………………………………...
2. Tabel Jenis Tanaman…………………………………………………...
3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner…………………………...
4. Perspektif Stop Area………………………………………………….
5. Kondisi Eksisting Tapak………………………………………………..
Hal
121
124
125
128
129
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kota terjadi seiring dengan pembangunan infrastruktur kota
yang pesat disegala bidang. Adanya perubahan tersebut membuat wajah kota
berubah. Berbagai macam bentuk infrastruktur seperti bangunan dan sarana
transportasi telah mengisi ruang kota untuk memenuhi segala kebutuhan
masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Kota Bogor merupakan salah satu kota
yang mengalami pertumbuhan pesat, dimana perubahan tersebut memberi
pengaruh pada seluruh kota. Namun, keseimbangan pertambahan infrastruktur
kota tidak diimbangi dengan kesesuaian terhadap tata ruang kota.
Menurut Simonds (1983) lanskap kehidupan manusia tercakup dalam dua
hal yaitu jalan dan tempat. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan
kendaraan sebagai pusat tempat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar,
beribadah dan santai. Lanskap jalan memerlukan penataan fisik ruang luar (open
space) guna mewujudkan hubungan atau keterkaitan yang aman, nyaman dan
selaras antara manusia dan alam lingkungannya, semua ini dipelajari dalam ilmu
Arsitektur Lanskap. Sebagian besar jalan Kota Bogor terutama pada daerah
sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar setiap
hari dipadati oleh kendaraan bermotor dari pagi sampai sore hari, dimana kondisi
tersebut berdampak langsung pada pejalan kaki di sekitarnya. Hal ini disebabkan
karena jumlah jalan yang ada belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang
melintasinya, sehingga menimbulkan berbagai masalah lalu lintas.
Penataan lanskap jalan yang ideal adalah lanskap jalan yang ditata secara
fungsional, estetika dan aman bagi seluruh pengguna jalan. Sehingga untuk
memenuhi segala faktor yang dapat menjadikan lanskap jalan yang ideal, maka
jalan terdiri dari jalan untuk kendaraan dan jalan untuk pejalan kaki. Pedestrian
merupakan sarana transportasi yang digunakan bagi pejalan kaki agar dapat
berpindah dari area satu ke area yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bowersox dalam Setijowarno & Frazila (2003) bahwa transportasi adalah
perpindahan barang atau orang dari suatu lokasi ke lokasi lain dengan produk
2
yang digerakkan atau dipindahkan ke lokasi yang dibutuhkan atau yang
diinginkan, sehingga pedestrian harus ditata sesuai kebutuhan sebagai sirkulasi
pejalan kaki dan memiliki lanskap sekitar yang estetik sehingga pejalan kaki dapat
merasakan keindahan, kenyamanan dan keselamatan selama berjalan di
pedestrian, serta pedestrian yang dibangun dengan menggunakan bahan yang
ramah lingkungan agar tidak merusak lingkungan yang ada disekitarnya.
Pedestrian yang seperti ini disebut “Pedestrian Hijau”.
Pedestrian hijau dapat diterapkan disetiap pedestrian yang ada, karena
pedestrian hijau menciptakan kondisi pedestrian yang nyaman, menarik dan lebih
ramah lingkungan. Pedestrian hijau akan diterapkan di Jalan KH. Rd. Abdullah
bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar, hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut
merupakan salah satu jalan yang memiliki kapasitas padat baik untuk kendaraan
bermotor maupun untuk pejalan kaki. Penerapan pedestrian hijau pada Jalan KH.
Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dimaksudkan untuk membuat
kondisi pengguna pedestrian menjadi lebih nyaman dan aman selama berada di
jalan, serta dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan agar dapat lebih asri
dan estetik.
Tujuan
Perencanaan pedestrian hijau ini bertujuan membuat rencana lanskap jalan
terutama lanskap pedestrian yang memberikan kelancaran arus lalu lintas yang
aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, pedestrian tersebut dapat membantu kelancaran dan keamanan
lalu lintas pejalan kaki dan mendapatkan pengetahuan mengenai kondisi
pedestrian yang ada di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh
Iskandar, baik secara fisik pedestrian dan secara estetika di daerah sekitar
pedestrian.
3
Manfaat
Hasil dari studi ini berupa perencanaan lanskap pedestrian hijau yang
diharapkan dapat berguna sebagai informasi mengenai desain lanskap jalan dalam
rangka membuat pedestrian hijau serta menjadi masukan atau bahan pertimbangan
bagi pihak Pemarintah Kota Bogor, Dinas Tata Kota dan segenap instansi yang
terkait agar dapat membuat pedestrian hijau di seluruh lanskap jalan di Kota
Bogor yang lebih baik dari sebelumnya, serta diperuntukkan untuk semua
kalangan yang membutuhkan informasi.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
Menurut Simonds (1983) lanskap adalah suatu bentang alam dengan
karakteristik yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Wajah dan
karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan
kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, buatan maupun
kombinasi dari keduanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup
manusia beserta makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera
dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, demikianlah
lanskap dapat didefinisikan.
Lanskap Jalan
Menurut Simonds (1983) jalan merupakan suatu kesatuan yang harus
lengkap, aman, efisien, menarik, memiliki sirkulasi dan interaksi yang baik serta
mampu memberikan pengalaman yang menarik pengguna jalan, sedangkan yang
dimaksud lanskap jalan adalah bentukan permanen yang dapat segera mengubah
karakter dari areal lahan. Diterangkan lebih lanjut oleh Direktorat Jendral Bina
Marga (1996) bahwa lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak
yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap
alami seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama indah, maupun
yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan
kondisi lahannya. Lanskap ini mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan
dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah,
nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.
Selain itu, jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi kelancaran lalu lintas. Jalan merupakan
suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-
pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
5
dalam satu hubungan hirarki. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.
38 Tahun 2004 Bab III Bagian Kedua Pasal 8 mengenai pengelompokkan jalan
menurut peranannya yaitu :
1. Jalan Arteri merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masih dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang melayani angkutan pengumpulan
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
3. Jalan Lokal merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi
4. Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan dekat dengan kecepatan rata-rata rendah.
Berdasarkan tata cara perencanaan teknik lanskap jalan No.
033/TBM/1996 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga, jalan
memiliki bagian-bagian jalan yaitu sebagai berikut :
1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja) merupakan ruas sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang
ditetapkan oleh pembina jalan dan dimanfaatkan untuk konstruksi jalan.
Damaja terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan
bahu jalan. Ambang pengaman terletak di bagaian paling luar dari Damaja
dan ditujukan untuk mengamankan bangunan jalan.
2. Daerah Milik Jalan (Damija) merupakan ruas jalan yang dibatasi oleh lebar
dan tinggi jalan tertentu dan dikelola oleh pembina jalan. Bagian ini
dimanfaatkan untuk Daerah Manfaat Jalan (Damaja), pelebaran jalan maupun
menambah jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk
pengaman jalan.
6
3. Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruas sepanjang jalan di luar
Daerah Milik Jalan (Damija) yang penggunaannya diawasi oleh pembina
jalan dengan tujuan agar tidak mengganggu pemandangan pengemudi dan
konstruksi bangunan jalan.
4. Median Jalan merupakan pemisah antara dua jalur yang berlawanan biasanya
pada bagian median jalan ini umumnya diletakkan bak-bak tanaman, lampu
penerangan jalan dan tiang-tiang reklame.
5. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap
lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) atau di Daerah
Pengawasan Jalan (Dawasja). Jalur tanaman sering disebut jalur hijau karena
didomonasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna
hijau.
6. Bahu Jalan merupakan bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki,
tempat kendaraan berhenti untuk sementara akibat keadaan tertentu apabila
tidak ada rambu larangan berhenti dan untuk tempat menghindar bagi
kendaraan saat berpapasan dengan kendaraan lain yang berlawanan. Bahu
jalan tidak diperkenankan untuk parkir kendaraan.
Jalur Hijau Jalan
Jalur hijau jalan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berupa
jalur untuk menempatkan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di
dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja).
Karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya
bewarna hijau maka disebut area jalur hijau. Dengan adanya jalur hijau maka
dapat mengurangi kemonotonan kekakuan aspal dan beton (Ecbo, 1964). Selain
itu, dengan penempatan pohon di sepanjang jalan menurut Carpenter et al (1975)
dapat memberikan suatu naungan, memberikan kesan, mengarahkan pada suatu
objek, menyediakan aset visual dan menciptakan sense of unity and stability.
Jalur hijau ditujukan untuk memisahkan pejalan kaki dari jalur kendaraan
bagi keselamatan pejalan kaki (Lynch, 1981). Selain itu dimanfaatkan pula untuk
7
memberikan informasi jalur jalan, memberi ruang bagi utulitas, memberi ruang
untuk pemasangan perlangkapan jalan dan vegetasi jalan. Terdapat beberapa
persyaratan khusus yang dikeluarkan pada tipe jalur hijau yaitu :
1. Jalur hijau tepi jalan, sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, diantara
jalur lintasan kendaraan dan jalur pejalan kaki.
2. Jalur hijau median, jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar
minimum 0,8 meter dengan lebar ideal 4-6 meter.
Daerah tepi jalan merupakan daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan
kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan
penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan dan melindungi
bentuk jalan. Median jalan merupakan jalur yang memisahkan dua jalan yang
berlawanan dan dapat digunakan sebagai pendukung keselamatan pengendara,
peletakan rambu-rambu lalu lintas ataupun sebagai jalur hijau dengan persyaratan
tertentu.
Penanaman Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan letak penanamannya jalur hijau dibedakan menjadi empat
yaitu jalur tanaman tepi, median jalan, daerah tikungan, dan persimpangan
(Direktorat Jendral Bina Marga, 1996). Letak penanaman yang diizinkan menurut
Departemen Pekerjaan Umum 1996 adalah sebagai berikut :
1. Tanaman jenis pohon di jalan perkotaan harus memiliki jarak tanam ke tepi
perkerasan jalan, trotoar maupun drainase minimal 1 meter agar tidak rusak
oleh perakarannya.
2. Penanaman tidak menutupi daerah bebas pandang minimum 10 meter/60o dari
bukaan jalan (U-turn).
3. Tanaman tidak menutupi darerah bebas pandang minimum 45o.
Menurut Grey dan Dekene (1978) penanaman tanaman pada jalur hijau
jalan tidak hanya sekedar memperindah lingkungan tetapi juga berfungsi untuk
memperbaiki kualitas lingkungan, seperti :
8
1. Perbaikan iklim mikro
Terdapat beberapa manfaat penggunaan tanaman salah satunya adalah
guna memperbaiki iklim mikro. Dalam memperbaiki iklim mikro tanaman
mampu mengubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi
matahari melalui proses evapotranspirasinya. Tanaman atau kumpulan
tanaman ini juga dapat berperan sebagai penahan angin dan pengatur
kelembapan.
2. Peredam kebisingan
Tanaman dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang
suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif
untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun
yang rindang, dengan penanaman jenis tanaman berbagai strata yang cukup
rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan yang sumbernya berasal
dari bawah.
3. Pengontrol polusi udara
Polusi udara dapat berupa debu dan gas. Polutan yang berbentuk
partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara
efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang
dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap
polutan gas adalah :
a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat
b. Tumbuh sepanjang tahun
c. Percabangan dan daun yang padat
d. Daun yang berambut
Pedestrian (Jalur Pejalan Kaki)
Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran,
keamanan dan kenyaman pejalan kaki tersebut (Direktorat Jendral Bina Marga,
9
1995). Sepanjang jalur pedestrian tersebut prioritas utama diberikan kepada
pejalan kaki dan melarang kendaraan bermotor masuk kedalamnya.
Menurut Simonds (1983) karakteristik pedestrian dapat diumpamakan
sebagai aliran sungai dimana dalam pergerakannya akan mencari hambatan yang
terkecil. Jalur yang diambil adalah jalur-jalur terpendek dari satu titik ke titik
lainnya, sehingga jalur sirkulasinya memotong rintangan di depannya.
Aspek fungsional dan estetik merupakan dua hal yang harus menjadi
pertimbangan dalam sirkulasi pedestrian, dimana keduanya harus dapat dipadukan
secara bersama-sama untuk mendapatkan sebuah sistem pedestrian yang baik.
Aspek fungsional yang menjadi pertimbangan antara lain kenyamanan, keamanan
dan kepuasan yang diberikan kepada pejalan kaki. Sedangkan aspek estetika yang
menjadi pertimbangan dapat diciptakan melalui penyusunan ruang dan
pemandangan sepanjang tapak, sehingga tercapai sebuah jalur pedestrian dengan
kualitas visual yang menarik.
Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines (1988) menjelaskan
tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian diantaranya adalah :
1. Kriteria dimensional
Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat terlihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Jarak Ruang yang Dibutuhkan antar Pejalan Kaki
Jarak Lokasi 1,8 m Tempat umum
2,8 – 3,6 m Tempat belanja 4,6 – 5,5 m Berjalan normal
>10,6 m Jalan santai
2. Kriteria pergerakan
Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki
meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga.
10
3. Kriteria visual
Kriteria atau persyaratan visual (pemandangan) disesuaikan dengan tinggi
mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada
pandangan normal setinggi mata (misalnya untuk penempatan rambu-
rambu lalu lintas).
Menurut PP Nomor 26 Tahun 1985 tentang jalan, trotoar adalah jalur
pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.
Persyaratan ukuran lebar trotoar berdasarkan lokasi dan jumlah pejalan kaki
menurut Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993 dapat dilihat
pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Lebar Trotoar Berdasarkan Lokasi
No Lokasi trotoar Lebar minimum 1 Jalan di daerah pertokoan atau kaki lima Daerah 4 meter 2 Perkantoran utama 3 meter 3 Daerah industri
a. Jalan primer b. Jalan akses
3 meter 4 meter
4 Di wilayah pemukiman a. Jalan primer b. Jalan akses
2,75 meter
2 meter *Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993
Tabel 3. Lebar Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki
No Jumlah pejalan kaki/detik/meter Lebar trotoar 1 6 orang 2,3-5 meter 2 3 orang 1,5-2,3 meter 3 2 orang 0,9-1,5 meter 4 1 orang 0,6-0,9 meter
*Sumber : Keputusan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 1993
Penambahan lebar trotoar juga dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas
pelengkap yang akan diakomodasikan dalam sistem pedestrian. Hal ini untuk
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi pejalan kaki, sehingga tidak
terganggu apabila ada perbaikan terhadap fasilitas tersebut.
11
Sistem Pedestrian
Menurut Harris dan Dines (1988), secara umum sistem sirkulasi dibagi
menjadi dua kategori, yaitu suatu sistem yang telah memiliki struktur dasar dan
sistem yang tidak ada sistem sirkulasi sebelumnya. Pada sistem yang telah ada,
proyek terutama berhubungan dengan peningkatan estetik dari sistem sirkulasi
yang telah dilengkapi berbagai amenity, peningkatan kualitas pemandangan, kesan
yang ditimbulkan, kenyamanan dan kesenangan. Untuk sistem yang baru pertama
kali ada harus direncanakan sesuai dengan usulan titik awal dan titik tujuan jalan,
serta memiliki lebar yang cukup untuk diakomodasikan bagi beban lalu lintas
pejalan kaki terutama pada puncak penggunaan. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan syarat kemiringan lahan (%) untuk struktur dan fasilitas dari sistem
pedestrian yang akan di buat (Tabel 4).
Aktivitas pejalan kaki dapat dibedakan antara pejalan kaki yang hanya
mempunyai kepentingan mencapai dari satu titik ke titik lain dan pejalan kaki
yang mempunyai kepentingan lain atau ingin sekedar berekreasi. Untuk pejalan
kaki yang aktivitas pergerakannya hanya dari satu titik asal ke satu titik tujuan ada
dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor orientasi dan faktor negosiasi.
Pada faktor orientasi wujud landmark, formalitas dan material perkerasan
memberi keuntungan bagi pejalam kaki untuk menemukan dan mengenali
lingkungan dalam konteks yang lebih besar terutama dalam lingkungan yang
kompleks. Faktor kedua yaitu negosiasi yang berhubungan dengan kenyamanan
relatif dalam pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi konflik
dari pejalan kaki dan gangguan fisik dari peletakan fasilitas/perlengkapan jalan,
genangan air dan sampah serta hembusan angin yang tidak nyaman.
12
Tabel 4. Syarat Kemiringan Lahan (%) untuk Struktur dan Fasilitas
Struktur dan Fasilitas Kemiringan (%)
Maksimum Minimum Optimum
1. Permukaan berpaving • Badan Pedestrian • Tempat Parkir
10 3
0
0,05
1 1
2. Jalur Hijau 25 - 2-3 3. Ruang Terbuka
• Sitting area • Pedestrian pocket • Playground
2-3 2-3 2-3
0,05 0,05 0,05
1 1 1
4. Sistem Drainase 15 0 10-12 5. Bangunan Permanen
• Kios pedagang • Halte bis • Shelther
20-25 20-25 20-25
0 0 0
2 2 2
6. Telepon umum 10 0,5 2-3 7. Advertising, Informasi 10 0,5 2-3 *Sumber : Landscape Planning Environmental Applications (Marsh, 1991)
Jenis Pedestrian
Harris dan Dines (1988) membedakan pedestrian menjadi 3 jenis yaitu :
1. Pedestrianisasi penuh (full pedestrianitation)
Dengan menghilangkan atau melarang semua kendaraan bermotor untuk
sepanjang waktu, terkecuali untuk pemeliharaan tapak, full
pedestrianitation biasanya menghilangkan badan jalan untuk kendaraan
dan menjadikan jalan secara kontinu ditutupi oleh paving dengan tekstur
permukaan yang konsisten. Pedestrian ini membutuhkan jalan terdekat
sebagai akses terdekat jalur bus/ angkutan umum. Dengan ditiadakannya
kendaraan bermotor maka dibutuhkan sekali suatu desain yang sangat
baik, untuk mencapai daerah pedestrian ini harus memberi kesan yang
jelas bahwa kendaraan akan memberi gangguan terhadap lingkungan
pejalan kaki. Contohnya adalah pedestrian street dan pedestrian mall yang
biasanya terdapat di daerah komersial dan ditujukan untuk kenyamanan
berbelanja.
13
2. Pedestrianisasi sebagian (partial pedestrianitation)
Dengan mengurangi jenis kendaraan bermotor, terutama kendaraan
pribadi, daerah ini diprioritaskan untuk kepentingan pejalan kaki. Jalur
pejalan kaki diperbesar dan jalur kendaraan bermotor diperkecil
maksimum dua jalur. Kendaraan pribadi biasanya dilarang masuk
terkecuali angkutan umum, taksi dam bus. Laju kendaraan dibatas
kecepatan tertentu.
3. Pedestrian distrik
Dibuat dengan menghilangkan lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah
perkotaan dengan mempertimbangkan alasan adanya unit arsitektural,
komersial maupun sejarah. Kota-kota di Eropa sering kali menggunakan
jenis ini karena sesuai dengan kondisi daerah pusat kota yang bersejarah.
Persyaratan Pedestrian
Pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan.
Adapun persyaratan pedestrian menurut Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No
486 tahun 1998 adalah sebagai berikut :
1. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, berstruktur halus tetapi
tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun
terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari1,25 cm. Apabila
menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang
permanen.
2. Kemiringan
Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan
terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
3. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat
dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi.
14
4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
5. Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm,
mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram.
6. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searahdan 160
cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-
rambu, lubang drainase/gorong-gorong danbenda-benda lainnya yang
menghalangi.
7. Tepi pengaman/kanstin/low curb
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah
area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum10 cm dan
lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
8. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.
Perencanaan pedestrian juga harus memperhatikan ukuran dan detail
penerapan standar agar persyaratan pedestrian dapat berfungsi optimal. Berikut
disajikan gambar prinsip perencanaan pedestrian.
*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 1. Prinsip Perencanaan Jalur Pedestrian
15
Bahan Permukaan Pedestrian
Bahan permukaan pedestrian yang biasa digunakan menurut McDowel
(1975) dalam Kodariyah (2004) adalah batu bata, cetakan beton dan batu kerikil.
Setiap bahan-bahan ini mempunyai karakter yang membuatnya sesuai untuk suatu
situasi.
Hampir semua batu dengan bagian atas datar, dapat digunakan untuk
perkerasan pedestrian. Batu merupakan bahan alami yang paling disukai, karena
salah satu sifatnya yang mempunyai daya tahan lama. Beberapa jenis yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis sediman seperti batu pasir, batu coklat, batu biru dan batu kapur.
Jenis tersebut merupakan jenis yang lunak, sehingga mudah dipotong dan
dibentuk, tetapi mudah berubah warnanya dan terpengaruh oleh perubahan
cuaca karena karakternya yang berpori.
2. Bentuk metamorfik dari batu kapur adalah keramik, yang lebih kasar, kuat,
mudah dipahat dan diasah dan sangat sering digunakan karena pola dan
keindahannya.
3. Bentuk metamorfik dari batu tulis adalah tipis, keras dan merupakan batu
yang kuat serta bervariasi mulai dari warna abu-abu hingga hitam
disamping beberapa jenis yang bewarna merah.
4. Bentuk batu karang api adalah granit yang keras dan jelas sangat kuat.
Warnanya berkisar mulai dari keputihan sampai abu-abu tua, dengan
beberapa jenis memiliki warna agak merah muda. Batu jenis ini dapat
dipahat dan dipotong dalam banyak bentuk dan ukuran. Jenis ini tahan
terhadap goresan dan cuaca.
5. Batu vulkanik memiliki karakter warna gelap dan terbatas dalam
penggunaan dengan ukuran terpecah-pecah. Hal ini menjadikannya tidak
praktis untuk dipahat. Batu ini digunakan seperti jenis batuan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Batu ini tidak berbentuk, tajam dan berbahaya
untuk kulit.
16
6. Batu jenis kecil, jenis batu keras seperti trap rock. Batuan ini mudah
dibentuk dan sangat berguna sebagai bahan dasar beton, lapisan dasar
perkerasan, alas untuk kandang dan sebagainya.
Bata dapat memberikan kontribusi yang menarik antara barat dan timur.
Bata ini bersifat hangat, bernuansa tanah, cenderung bewarna coklat,
permukaannya kasar dan bentuknya tidak rata. Bata dengan warna tua yang
berbunyi apabila saling berbenturan biasanya lebih kuat, merupakan unit yang
terbakar dengan baik dan dapat dipastikan lebih tahan pecah. Bata dapat
dikombinasikan dengan batu alami.
Cetakan beton tidak mempunyai penampilan yang alami dari batu, tetapi
bisa dikombinasikan dengan bata untuk membentuk pedestrian yang bagus
sebagai perkerasan. Batu kerikil memiliki beberapa keuntungan diluar bahan-
bahan permukaan untuk pedestrian. Batu kerikil untuk pedestrian relatif murah,
sederhana untuk dipasang dan mudah untuk dipelihara. Batu kerikil mengering
dengan cepat. Baik pada waktu hujan atau ada siraman air akan menggenang,
dengan kata lain batu kerikil mempunyai permukaan yang tidak nyaman dan
lambat.
Terdapat tiga kriteria yang mempengaruhi pemilihan perkerasan yaitu :
1. Kegunaan
Hal yang pertama dipikirkan adalah kegunaan dari dibuatnya perkerasan
baik untuk jalan kendaraan, pedestrian ataupun patio. Ketiga hal ini dapat
diakomodasi sesuai dengan kondisinya, dapat dilihat sebagai tiga hal yang
terpisah dari teknik konstruksi dan bahan permukaan yang berbeda.
Permukaan dari bahan perkerasan juga berpengaruh pada tujuan
penggunaan area, tekstur perkerasan penting untuk pejalan kaki, juga
mempunyai dampak pada kecepatan pergerakan. Perkerasan dengan
tekstur yang tidak licin, lebih digemari karena dapat menjamin keamanan
pejalan kaki, biasanya dipakai di area sekitar displai elemen air atau
tempat yang berbahaya. Perkerasan dengan tekstur lebih kasar dipakai di
tepian sungai atau pada jalur dengan kemiringan cukup tajam.
17
2. Estetika
Pedestrian yang dibuat dengan mengikuti tema yang sangat sederhana atau
sebaliknya dapat dibuat dengan sangat rumit dengan tujuan untuk menarik
perhatian. Kombinasi yang dirancang dengan sangat cermat terutama yang
menyangkut perubahan warna dan tekstur sangat membantu dalam
menciptakan kesan kontras, variasi dan skala yang diinginkan. Mengenali
keragaman jenis material berikut variasi tekstur dan warnanya sangat perlu
mengingat untuk area yang luas, agar tidak terkesan monoton, dapat pula
dipilih tema yang berbeda untuk masing-masing bagian tapak.
3. Biaya
Pemilihan material juga tergantung dari biaya yang akan dikeluarkan,
jumlah tenaga manusia yang tinggi juga dibutuhkan dalam pemasangan
bata, batu dan perkerasan pracetak, mengakibatkan biaya untuk jenis
perkerasan ini menjadi tinggi. Penggunaan pola yang sulit dan
keterbatasan tenaga kerja terlatih bisa menambah rumit masalah
pembiayaan selanjutnya.
Street Furniture (Perabot Jalan)
Menurut Harris dan Dines (1988), perabot jalan merupakan perlengkapan
jalan sebagai elemen-elemen yang ditempatkan dalam suatu lanskap jalan untuk
kenyamanan, kesenangan, informasi, kontrol sirkulasi dan perlindungan bagi
pengguna jalan. Sementara itu menurut Simond (1983) menambahkan bahwa
pengorganisasian merupakan bagian dari desain sehingga pemilihan dan peletakan
perabot jalan diharapkan dapat menerjemahkan suatu fungsi area menjadi volume
spasial. Selain itu kegiatan ini harus mempertimbangkan skala manusia dan
karakter tapak.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga
(1995), street furniture merupakan segala bentuk kelengkapan jalan, baik yang
terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah dengan tujuan pengadaannya
18
adalah untuk mencapai fungsi jalan secara optimum. Keberadaan kelengkapan
jalan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :
1. Fungsi keamanan dan kenyamanan. Contoh lampu, halte, saluran drainase,
jalan penyebrangan, rambu-rambu lalu lintas, unsur tanaman sebagai
peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan kaki.
2. Fungsi pelengkap. Contoh tempat duduk, tempat sampah, telepon, kotak
surat, wadah tanaman , informasi dan lain-lain.
3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft
material dan hard material ataupun memanfaatkan pemandangan dari luar
tapak.
Perencanaan
Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis,
pengorganisasian, dan suatu proses informasi yang digunakan untuk menentukan
saat awal suatu keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai
keadaan yang diharapkan tersebut dengan menilai suatu objek melalui
pengamatan yang berinspirasi. Diungkapkan pula oleh Nurisjah dan Pramukanto
(2008), perencanaan adalah pengambilan keputusan yang berorientasi pada
kepentingan yang akan datang serta usaha dalam menempatkan penilaian yang
tinggi dari rasionalitas dan aplikasi ilmu pengetahuan.
Perancangan merupakan tahap lanjut dari perencanaan. Perancangan
merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan masa dengan
mengomposisikan elemen lanskap alami dan elemen lanskap non-alami serta
kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta karya tata ruang yang secara fungsi
berdaya guna dan secara estetis bernilai indah. Hasil yang dicapai adalah
kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup di dalamnya,
selaras dengan faktor ruang, waktu, dan geraknya.
Perancangan lanskap menurut Simond (2000) merupakan tahap lebih
lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain.
Perancangan lanskap lebih berkaitan dengan seleksi komponen-komponen
19
perancangan, bahan atau elemen perancangan yang berhubungan dengan visual,
tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya. Hal ini berfungsi sebagai pemecah masalah
yang ada dalam rencana tapak. Dalam perancangan dengan tema yang khusus
seperti lanskap jalan hal tersebut perlu diperhatikan, bahkan dalam beberapa
elemen tanaman dilakukan penekanan atau penegasan untuk menjadikan jalan
tersebut sebagai simbol suatu kawasan di sekitarnya.
Prinsip perancangan terdiri dari : 1). Kesatuan (Unity) sebagai unsur
penyatu, 2). Keseimbangan (Harmony) sebagai unsur penyelaras, 3). Simplicity
sebagai unsur kesederhanaan, 4). Emphasis adalah menitikberatkan pandangan
pada elemen atau pola tertentu, 5). Balance sebagai unsur penyeimbang yang
menciptakan kestabilan, 6). Scale dan Proportion yang mengacu pada
pembidangan relatif antara ketinggian, panjang, luas, masa, dan volume, 7).
Sequence adalah unsur yang berhubungan dengan pergerakan.
Elemen lanskap merupakan unsur pembentuk suatu lanskap. Terdapat
sebuah prinsip yang biasa digunakan dalam merencanakan suatu lanskap, yaitu
dengan mengeleminasi elemen-elemen yang buruk dan menonjolkan elemen-
elemen yang baik. Dalam lanskap karakter tapak yang menarik harus diciptakan
atau dipertahankan sehingga semua elemen yang banyak variasinya akan menjadi
kesatuan yang harmonis. Elemen lanskap terdiri dari elemen lanskap mayor
(major landscape element) dan elemen lanskap minor (minor landscape element).
Elemen lanskap mayor yaitu bentuk alam (topografi, pegunungan, lembah, sungai
dan lain-lain), ciri-ciri alam (hujan, suhu, musim, kabut dan lain-lain) dan
kekuatan alam (angin, proses pertumbuhan, air, energi radiasi, gravitasi dan lain-
lain) yang dominan dan relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan elemen
lanskap minor diantaranya bukit, aliran air dan hutan kecil yang cenderung dapat
dimodifikasi oleh manusia.
20
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat
dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan studi dilaksanakan selama ± 5 bulan mulai
Bulan April sampai Bulan Agustus 2012.
*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 2 : Lokasi Penelitian
Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh
Jl. H. Soleh Iskandar
21
Metode Studi
Studi ini dilakukan mengikuti tahapan proses berpikir lengkap merencana
dan melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984) dengan tahap-tahap
berupa inventarisasi, analisis, konsep, perencanaan dan perancangan, pelaksanaan
serta pemeliharaan (Gambar 2). Pada studi ini dibatasi hingga tahap perencanaan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sumberdaya yaitu untuk
mendapatkan rencana yang ideal berdasarkan sumberdaya yang tersedia. Tahap
perencanaan pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.
Soleh Iskandar adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahapan persiapan meliputi persiapan administrasi pelaksanaan
penelitian seperti pembuatan izin penelitian dan bantuan informasi di lapang
dan studi pustaka yang menunjang penelitian seperti laporan penelitian atau
jurnal-jurnal yang berkaitan dengan studi.
2. Inventarisasi
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer melalui survei di
lapang serta wawancara dan data sekunder melalui studi pustaka.
Pengumpulan data primer yang diperoleh dari pencatatan, pengamatan visual,
dan pemotretan sehingga akan didapatkan data fisik tapak yang sebenarnya,
sedangkan wawancara dilakukan kepada pihak yang terkait dengan
pengembangan dan pengawasan tapak, pengguna tapak dan masyarakat
sekitar tapak. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan
dokumen-dokumen.
3. Analisis
Tahap ini merupakan tahap dimana data atau informasi yang diperoleh
pada tahap sebelumnya dianalisis sehingga dapat diketahui permasalahan
yang ada pada tapak dan potensi yang menjadi andalan tapak tersebut. Selain
menganalisis dari segi dimensi fisik, analisis juga dilakukan dari segi dimensi
pengguna (user) yaitu dari data kuisioner kepada masyarakat sebagai
pengguna, dimana hasil analisis ini dapat memberi gambaran pelayanan yang
22
dinginkan dan persepsinya terhadap tapak yang akan didesain. Kebijakan
pemerintah juga dianalisis dengan memperhatikan dan mengkaji peraturan
pemerintah yang berlaku.
4. Sintesis
Pada tahap ini yang merupakan lanjutan dari tahap analisis, dicari
alternatif pemecahan kendala dan pemanfaatan potensi yang disesuaikan
dengan tujuan perancangan. Data-data yang diperoleh dari analisis,
disimpulkan dan dicari pemecahan masalahnya yang disesuaikan menurut
kondisi tapak.
5. Konsep
Pada tahap ini disusun ide konsep pengembangan tapak dengan
mempertimbangkan kesatuan ruang, kesesuaian lahan, kesesuaian kebutuhan
ruang. Ide konsep dipilih berdasarkan analisis dan memenuhi kriteria dan
kesesuaian pada tapak yang merupakan solusi yang terintegrasi dari aspek
sebelumnya.
6. Perencanaan
Merupakan tahap pengembangan ide konsep. Pengembangan tersebut
meliputi perencanaan ruang yang ada dan perencanaan tata letak berupa site
plan dalam bentuk gambar dan penjelasannya.
23
Gambar 3 . Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap (Rachman, 1984)
inventarisasi analisis sintesis konsep Perencanaan pelaksanaan pemeliharaan
data:
aspek fisik
aspek sosial
masalah &
potensi
alternatif pemecahan
masalah
pemanfaatan potensi
Ide konsep dari hasil
solusi yang terintegrasi dari aspek
sebelumnya
Rencana tertulis dan
terlukis
Program pengembangan
pedestrian
zonasi tapak
Konsep
23
24
Pengambilan Data
Pada studi ini data yang diambil meliputi data primer didapat dari hasil
survei, pengamatan langsung, wawancara tidak terstruktur dan penyebaran 30
kuisioner untuk mengetahui keinginan pengguna jalan dan masyarakat setempat
serta instansi terkait lainnya. Responden diambil menggunakan metode purposive
sampling yaitu pengambilan responden berdasarkan kebutuhan. Data sekunder
diperoleh dari studi pustaka. Data tersebut meliputi data aspek fisik dan biofisik,
aspek sosial dan aspek teknik. Jenis data, cara pengambilan dan sumber data di
sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis, Cara Pengambilan dan Sumber Data
Jenis Data Cara Pengambilan Sumber Data 1. Aspek fisik dan biofisik
a. Sejarah, konsep pengembangan b. Lokasi tapak c. Aksesibilitas d. Iklim e. Hidrologi f. Geologi dan tanah g. Topografi h. Dimensi jalan i. Perlengkapan & kelengkapan jalan j. Vegetasi dan satwa k. Tata guna lahan l. View tapak
Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka Studi pustaka, Survei lapang Studi pustaka Survei lapang Survei lapang Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang Studi pustaka, Survei lapang Survei lapang
BAPEDA Lokasi Lokasi BAPEDA BAPEDA, lokasi Balittan Lokasi Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi Lokasi, BAPEDA Lokasi
2. Aspek sosial a. Penduduk b. Karakter pengguna c. Keinginan masyarakat
Studi pustaka Survei lapang kuisioner
BAPEDA Lokasi Lokasi
3. Aspek teknik a. Aturan jalan b. Kebijakan-kebijakan c. Utilitas dan fasilitas
Studi pustaka Survei lapang, Studi pustaka Survei lapang
BAPEDA, lokasi Lokasi
25
HASIL INVENTARISASI
Berdasarkan studi yang telah dilakukan dapat diperoleh berbagai kondisi
tapak yang dimasukkan ke dalam beberapa faktor yang dianggap mewakili.
Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menentukan proses penyusunan rencana
lanskap pedestrian hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh
Iskandar. Kemudian hasil yang didapat akan dianalisis dan dicari solusi
pemecahan masalah yang ada untuk memperoleh suatu rencana lanskap yang
ideal.
Kondisi Umum
Lokasi Tapak, Aksesibilitas dan Konsep Pengembangan
Secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48´ BT dan 6º 36´ LS
dengan jarak ± 56 km dari Ibu Kota Jakarta. Kota Bogor memiliki luas wilayah
meliputi ± 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan
jalan lingkar luar Kota Bogor yang menghubungkan jalan keluar tol lingkar luar
Kota Bogor dengan Jalan Raya Dramaga. Karena menghubungkan dua wilayah
dengan tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan
ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan.
Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan lokasi studi termasuk ke
dalam dua wilayah administrasi yang berbeda yaitu Jalan KH. Rd. Abdullah bin
Nuh termasuk ke dalam Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sedangkan Jalan
H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Wilayah Kecamatan Tanah Sareal berdasarkan konsep makro pengembangan
Kota Bogor memiliki ciri sebagai fungsi kawasan permukiman, perbelanjaan dan
niaga serta kegiatan lainnya.
Lingkup wilayah perencanaan dilakukan sepanjang Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu sepanjang ±8 km dan lebar
milik jalan yang direncanakan 32-35 m, mulai dari pertigaan Jalan Raya Dramaga
26
sampai persimpangan jalan tol lingkar luar Kota Bogor. Kawasan perencanaan ini
berbatasan dengan :
a. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
Sebelah Utara : Jl. H. Soleh Iskandar
Sebelah Timur : permukiman
Sebelah Selatan : Jl. Raya Dramaga
Sebelah Barat : permukiman
b. Jalan H. Soleh Iskandar
Sebelah Utara : pertokoan
Sebelah Timur : jalan tol lingkar luar Kota Bogor
Sebelah Selatan : pertokoan
Sebelah Barat : Jl. Baru
Lokasi tapak dapat diakses melalui beberapa jalan utama seperti Jalan
Raya Pajajaran, Jalan Raya Dramaga, Jalan Raya Cifor, Jalan Brigadir Jendral H.
Sapta Adjie Hadiprawira, Jalan Raya Parung-Bogor, Jalan HM. Syarifuddin, Jalan
Sindang Barang Pilar 1, Jalan Cilebut Raya, Jalan Kebon Pedes, Jalan Raya
Semplak, pintu keluar jalan tol lingkar luar Kota Bogor serta jalan lokasi
permukinan yang ada di sekitar tapak.
Gambar 4. Jl. HM. Syarifuddin dan Jl. Brig.Jend H. Sapta Adjie Hadiprawira
27
Gambar 5. Pintu Tol Lingkar Luar Kota Bogor
Berdasarkan rencana strategis Kota Bogor 2004-2009 konsep
pengembangan dilakukan pada pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan
warga, juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya
kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini
adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat kota,
timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah pedagang kali lima secara
berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota
sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi
daya dukung lingkungan.
Gambar 6. Kondisi Secara Umum di Jalan H. Soleh Iskandar
28
Dalam rencana strategis Kota Bogor permasalahan yang perlu penanganan
berkaitan dengan kewenangan wajib yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kota Bogor, terkait dengan RTH antara lain sebagai berikut :
1. Belum meratanya informasi rencana tata ruang bagi masyarakat dalam
melakukan investasi dan pembanguan, sehingga tidak terkendalinya
perkembangan fisik baik dari segi tata ruang dan tata bangunan.
2. Masih rendahnya tekanan publik terhadap pemanfaatan sumberdaya alam
sungai yang disebabkan tidak tegasnya penegakan hukum dan rendahnya
kesadaran masyarakat.
3. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan hidup, yang mengakibatkan kerusakan sumberdaya alam
serta beban pencemaran akibat limbah cair dan sampah rumah tangga.
4. Dibidang kependudukan yaitu kondisi kependudukan belum optimal
antara lain besarnya jumlah penduduk secara absolut dan tingkat
kesejahteraan keluarga relatif rendahnya produktivitasnya, sehingga
keluarga sebagai wahana pertama untuk meningkatnya kualitas penduduk.
Gambar 7. Kondisi Secara Umum di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
29
Kebijakan Pengembangan Kota Bogor
Seperti yang tercantum dalam RDTR Kota Bogor tahun 2002-2012 untuk
tiap-tiap kecamatan telah ada rencana Ruang Terbuka Hijau. Rencana tersebut
dituangkan dalam tujuan dari RTH kota tiap kecamatan adalah :
1. Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang bersih, indah dan
nyaman sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan.
2. Menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat.
Prioritas pengembangan RTH pada wilayah per kecamatan di Kota Bogor
adalah :
1. Kecamatan Bogor Barat
a. Mengembangkan sempadan Sungai Cisadane, Sungai Sindang Barang,
Sungai Ciapus dan saluran-saluran yang ada.
b. Mengembangkan taman dan unit-unit lingkungan, jalur jalan
pergerakan, garis sempadan sungai, jalur listrik tegangan tinggi.
c. Mempertahankan dan menyediakan lapangan olahraga terbuka.
d. Selain itu dilakukan pula pengembangan RTH sebagai tempat wisata
terutama pada daerah CIFOR dan Situ Gede.
2. Kecamatan Bogor Selatan
a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan
yaitu Sungai Cisadane, Sungai Cipakancilan, Sungai Cipananggading
dan anak-anak sungai lainnya.
b. Pengalih fungsikan secara perlahan dari areal kuburan cina menjadi
lapangan golf di Kelurahan Kertamaya.
c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,
kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.
30
d. Mempertahankan dan konservasi lahan pada kemiringan lahan > 30%
yang banyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan.
e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa
pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
3. Kecamatan Bogor Tengah
a. Mengamankan sungai-sungai yang berada di wilayah perencanaan
yaitu Sungai Cisadane, Sungai Ciliwung, dan anak-anak sungai
lainnya.
b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,
kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.
c. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa
pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
d. Kebun Raya Bogor merupakan daerah hijau terbesar yang ada di
Kecamatan Bogor Tengah. Daerah ini diarahkan sebagai daerah wisata
ilmiah, lahan konservasi, daerah tangkapan hujan (catchment area) dan
sebagai paru-paru kaota.
4. Kecamatan Bogor Timur
a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan
yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut
dibuat jalan inspeksi
b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan
lainnya
31
c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,
kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.
d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.
e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa
pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
5. Kecamatan Bogor Utara
a. Pada garis sempadan sungai, untuk yang bertanggul 3-5 meter dan
yang tidak bertanggul 10-15 meter dan pada pinggir sungai tersebut
dibuat jalan inspeksi.
b. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan
lainnya
c. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,
kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.
d. Di sepanjang jalur listrik tegangan tinggi.
e. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa
pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
6. Kecamatan Tanah Sareal
a. Pada kawasan permukiman, perbelanjaan dan niaga serta kegiatan
lainnya.
b. Di sepanjang jalan untuk dapat menciptakan keindahan kota,
kenyamanan dan keamanan bagi pemakai jalan.
32
c. Pada daerah bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cipakancilan dan
sungai lainnya.
d. Jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau dan lahan konsevasi berupa
pohon-pohonan yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi
masyarakat berupa tanaman khas, tanaman hias, tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
Aspek Fisik dan Biofisik
Iklim
Secara klimatologis wilayah perencanaan termasuk ke dalam iklim Kota
Bogor secara umum. Badan Perencana Daerah Kota Bogor menyatakan bahwa
berdasarkan data dari stasiun curah hujan dalam kurun waktu tahun 2010, kondisi
iklim di lokasi studi adalah sebagai berikut :
a. Suhu udara : 26º C – 34º C
b. Kelembaban udara : 70%
c. Kecepatan angin : 2,3 km/jam
d. Curah hujan : 3.000-4.000 mm/tahun
e. Penyinaran matahari : 61,4 %
f. Intensitas cahaya matahari : sedang, terik dan sangat terik
Keadaan iklim mikro pada lokasi studi di sepanjang Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dipengaruhi juga oleh banyaknya
kendaraan yang melintas di lokasi studi sehingga menunjukkan suhu udara lebih
tinggi dan kelembaban udara lebih rendah. Hal ini terjadi dikarenakan kedua jalan
tersebut adalah jalan yang padat dan ramai dilalui oleh berbagai jenis kendaraan
bermotor, sehingga kemungkinan besar terjadi peningkatan suhu.
33
Geologi dan Tanah
Pada wilayah kawasan studi yaitu di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah
bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar memiliki jenis tanah Alluvial dengan
permeabilitas tanah sedang. Karakteristik umum keadaan geologi dan tanah pada
kawasan studi adalah secara umum Kota Bogor ditutupi batuan vulkanik yang
berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi yaitu Gunung
Pangrango (berupa batuan bresik tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa
alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari
permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya
berupa Alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil pelapukan
endapan, hal ini baik untuk vegetasi.
Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki aliran Andesit
seluas 2.719,61 Ha, kipas alluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan seluas 1.372,68
Ha, Tupaan seluas 3.395,75 Ha, dan Lanau Breksi Tufan dan Capili seluas
1.112,56 Ha.
Pembagian Segmen
Pada kawasan lokasi studi dibagi menjadi tiga segmen utama yaitu segmen
utara, tengah dan selatan. Segmen utara yaitu Jalan H. Soleh Iskandar, segmen
tengah mulai dari perempatan Jalan Semplak sampai pertigaan Jalan H. Soleh
Iskandar dan segmen selatan mulai dari pertigaan Jalan Raya Darmaga sampai
perempatan Jalan Semplak.
Pembagian ketiga segmen tersebut berdasarkan dimensi dan kondisi yang
terdapat pada jalur pedestrian, median jalan, jalur hijau jalan dan peruntukan
kawasan. Pembagian Segmen pada lokasi studi dimaksudkan untuk
mempermudah inventarisasi dan analisis agar dapat membuat perencanaan yang
optimal.
34
8
35
Topografi, Hidrologi dan Drainase
Secara umum Kota Bogor mempunyai karakter permukaan lahan
(landform) bergelombang, berbukit-bukit dengan perbedaan ketinggian yang
cukup besar, bervariasi antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan
laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2% (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2-15%
(landai) seluas 8.091,27 Ha, 15-25% (agak curam) seluas1.109,89 Ha, 25-40%
(curam) seluas 764,96 Ha dan >40% (sangat curam) seluas 119,94 Ha.
Tabel 6. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan Kota Bogor
Kecamatan Kemiringan Lereng
Jumlah (Ha) 0-2% 2-15% 15-25% 25-40% >40%
Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam Bogor Utara 137,85 1.565,65 - 68,00 0,50 1.772 Bogor Timur 182,30 722,70 56,00 44,00 10,00 1.015 Bogor Selatan 169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081
Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813 Bogor Barat 618,40 2.502,14 - 153,81 10,65 3.285 Tanah Sareal 530,85 1.321,91 - 31,24 - 1.884 Jumlah 1.763,94 8.091,27 1.109,89 764,96 119,94 11.850 *Sumber : Data pokok pembangunan Kota Bogor tahun 2004
Secara topografis, bentang alam dan relief wilayah perencanaan
merupakan medan yang relatif datar, landai dan beberapa kawasan yang curam,
terutama pada wilayah-wilayah yang dilalui oleh perairan alami Sungai Ciliwung
dan Sungai Cisadane. Kemiringan yang agak curam berada di sekitar Jalan H.
Soleh Iskandar tepatnya di daerah underpass rel kereta api. Topografi relatif datar
di beberapa wilayah studi seperti di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.
Soleh Iskandar menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase
sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat
musim hujan. Tidak hanya itu drainase yang seharusnya berfungsi mengalirkan air
memiliki keadaan struktur yang sebagian besar telah rusak, banyak timbunan
sampah dan pasir, beralih fungsi dan ada sebagian jalan yang tidak memiliki
saluran drainase (Gambar 9).
36
Gambar 9. Kondisi Drainase
Terdapat aliran sungai di sekitar daerah studi yaitu Sungai Ciliwung dan
Sungai Cisadane. Kedua sungai tersebut tepat dilintasi oleh jalur Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Pada masing-masing sungai yang
dilewati dibangun jembatan. Sungai-sungai tersebut digunakan untuk kegiatan
diantaranya untuk mengairi persawahan disekitarnya.
Gambar 10. Sungai-sungai pada Lokasi Studi
37
Vegetasi dan Satwa
Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan merupakan hasil
penanaman yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Vegetasi tersebut
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu vegetasi alami dan vegetasi buatan.
Vegetasi alami adalah vegetasi yang secara eksisting memang sudah ada pada
tapak. Vegetasi buatan adalah vegetasi yang sengaja ditanam di sekitar jalan
(median dan jalur hijau) oleh Dinas Pertamanan Kota Bogor. Jenis-jenis vegetasi
yang ditemukan pada lokasi studi disajikan pada Tabel 7.
Jenis vegetasi yang diperlukan untuk lanskap jalan adalah vegetasi yang
dapat berfungsi sebagai penahan polusi baik itu polusi udara, suara maupun
aroma. Selain fungsinya sebagai peneduh, pengarah, pemberi identitas maupun
penambah estetika bagi jalan. Dalam perencanaan pedestrian hijau di sepanjang
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar akan dilakukan
pemilihan dan pengaturan vegetasi jalan yang sesuai dengan kondisi tapak yang
berada di sekitar kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Tabel 7. Vegetasi di Area Studi Pengamatan Keterangan
Spesies • Mahoni (Swietenia mahogani)
• Bungur (Lagerstromia loudonii)
• Kenari (Canarium hirsutum)
• Palem putri (Veitchia merillii)
• Palem raja (Roystonea regia)
• Rumput gajah/paetan (Axonopus compressus)
• Glodokan tiang (Polyalthia longifolia)
• Kayu manis (Cinnamomum burmanii)
Lokasi Median jalan dan jalur hijau jalan
Fungsi • Sebagai pengarah
• Sebagai peneduh jalan
• Pembatas antar jalan dan pedestrian
• Penutup permukaan tanah
*Sumber : Pengamatan di lapang
38
Gambar 11. Vegetasi di Area Studi
Satwa merupakan kelompok konsumen yang hidupnya sangat bergantung
pada produsen, namun juga memegang peranan penting dalam kelangsungan
hidup dari produsennya tersebut. Dari hasil studi ditemukan beberapa jenis satwa
seperti yang ditampilkan pada Tabel 8. Keberadaan satwa memberikan nuansa
tersendiri pada lanskap jalan, sehingga sedapat mungkin dalam merencana
pedestrian hijau nantinya tetap dapat mengakomodasi kelangsungan hidup
mereka.
Tabel 8. Satwa di Area Studi Pengamatan Keterangan
Spesies Burung, Jangkrik, Nyamuk, Lalat, Kumbang, Kupu-kupu, Semut, Anjing, Ayam, Kucing dan lain-lain.
Lokasi Sepanjang jalan, pedestrian dan di vegetasi Fungsi Sebagai binatang peliharaan warga sekitar dan binatang liar
*Sumber : Pengamatan di lapangan
39
Utilitas
Sarana utilitas yang ada di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan
Jalan H. Soleh Iskandar berupa listrik (PLN), jaringan komunikasi (Telkom), air
bersih (PDAM Kota Bogor) dan saluran drainase berupa saluran buangan limbah
dan sungai sebagai drainase makro Kota Bogor. Secara umum kondisi utilitas
berfungsi dengan baik, struktur rusak ringan sampai berat serta kurang perawatan.
Gambar 12. Gardu Saluran Listrik
Gambar 13. Sarana Utilitas
Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan
Berdasarkan pengamatan di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
dan Jalan H. Soleh Iskandar dapat dijumpai beberapa fasilitas jalan seperti lampu
penerangan jalan, lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas yang tersebar di
sepanjang daerah studi. Sedangkan untuk perlengkapan jalan lainnya seperti
tempat sampah, halte, telpon umum, zebra cross dan lain sebagainya seperti yang
disajikan pada Tabel 9.
40
Tabel 9. Perlengkapan dan Kelengkapan Jalan
No Jenis Jumlah Satuan Kondisi 1 Halte
20 Buah Berada di sepanjang jalur hijau jalan. Kondisi
struktur halte baik namun keadaannya kotor dan gelap.
2 Jembatan 4 Buah Struktur jembatan baik, apabila hujan kondisi jembatan tergenang air.
3 Lampu Jalan
160
Buah Berada di sepanjang median jalan. Secara fisik lampu jalan dalam komdisi baik, hanya beberapa saja yang rusak. Namun fungsi dimalam hari kurang karena sebagian lampu padam.
4 Lampu lalu lintas 7
Buah Terdapat di setiap pertigaan dan persinpangan. Berfungsi dengan baik hanya saja dari segi penampilan kurang menarik.
5 Fire hydrant
3
Buah Terdapat di jalur hijau tepatnya di depan tempat parkir mobil pemadam kebakaran di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh. Kondisi struktur rusak, tidak berfungsi serta jumlah sangat kurang.
6 Gardu polisi 3 Buah Struktur dan fungsi berjalan baik. 7 Tempat sampah
3
Buah Struktur tempat sampah rusak dan tidak berfungsi dengan baik untuk menampung sampah sementara bagi pengguna jalan, serta jumlah tempat sampah sangat kurang.
8 Telepon umum 5 Buah Kondisi struktur baik, ada sebagian telpon yang tidak berfungsi.
9 Kotak surat
1
Buah Terdapat di Jalan H. Soleh Iskandar tepatnya di samping pusat perbelanjaan Yogya, kondisi struktur baik namun tidak lagi digunakan masyarakat sekitar.
10 Rambu lalu lintas 58 Buah Struktur dan fungsi baik namun jumlah rambu-rambu kurang.
11 Penunjuk arah 9 Buah Terdapat di jalur persimpangan dan di underpass dan dalam kondisi baik.
*Sumber : Pengamatan di Lapang
Gambar 14. Perlengkapan & Kelengkapan Jalan
41
Dimensi Jalan
Pada kawasan studi yaitu di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.
Soleh Iskandar memiliki lebar jalur kendaraan 14 meter yang digunakan untuk
masing-masing dua jalur kendaraan dengan dua arah. Lebar pedestrian di kawasan
studi berbeda-beda mulai dari tidak memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar
1,5 meter. Median jalan pada kedua jalan ini mulai dari 1 meter sampai 3 meter,
jalur hijau yang berada di sisi kedua jalan dengan lebar 1 meter sampai 2,5 meter.
Sistem drainase yang ada pada tapak terdapat dua jenis yaitu sistem terbuka dan
tertutup dengan lebar 0,5 meter sampai 1,5 meter (Gambar 13 & 14).
Tabel 10. Dimensi Jalan Pada Setiap segmen
Segmen Jalur kendaraan
Pedestrian Median Jalur hijau Drainase
Utara (A) 14 m 1 m 3 m 1 m Terbuka (0,5 m) Tengah (B) 14 m 1,5 m 2 m 2,5 m Tertutup (1,5 m) Selatan (C) 14 m Tidak ada 1 m 2 m Terbuka (1 m)
*Sumber : Pengukuran di Lapang
*Sumber : http://maps.google.co.id
Gambar 15. Peta Dasar Lokasi Studi
C AB
41
TANPA SKALA
42
POTONGAN A
16
42
TANPA SKALA 43
POTONGAN B
17
43
TANPA SKALA 44
POTONGAN C
18
45
Kondisi Visual Tapak
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh memiliki topografi yang beragam mulai
dari topografi datar, landai dan sedikit curam. Keadaan topografi yang beragam
tersebut memberikan nilai visual yang beragam di sepanjang Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh. Keragaman visual terbagi atas pemandangan yang menarik
(good view) dan pemandangan yang tidak menarik (bad view). Pemandangan yang
menarik diantaranya pemandangan sungai, sawah yang membentang dan
pemandangan keindahan Gunung Salak, sedangkan pemandangan yang tidak
menarik seperti ketidakteraturan pedagang di sepanjang jalan, banyaknya
kendaraan yang berhenti di sepanjang jalan serta tumpukan sampah
Gambar 19. Bad View (Tumpukan Sampah)
Gambar 20. Good View (Keindahan Sungai)
46
PETA KONDISI VISUAL
21
47
Pada Jalan H. Soleh Iskandar memiliki topografi yang relatif datar dan
hanya sebagian jalan yang memiliki topografi curam. Pemandangan di sepanjang
Jalan H. Soleh Iskandar didominasi oleh pertokoan saja sehingga menimbulkan
kesan yang monoton.
Gambar 22. Pertokoan
Jenis tanaman yang ditanam di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
dan Jalan H. Soleh Iskandar didominasi oleh pohon yang diantaranya Mahoni
(Swietenia mahogani), Kenari (Canarium hirsutum), Bungur (Lagerstromia
loudonii), Palem Raja (Roystonea regia) dan Palem Putri (Veitchia merillii),
sedangkan semak dan tanaman penutup tanah tidak banyak terdapat disepanjang
jalan ini. Keadaan tanaman yang sangat tidak terawat membuat tanaman tidak
terlihat estetik untuk dinikmati oleh pengguna jalan yang mengakibatkan suasana
jalan terasa monoton dan membosankan. Tanaman yang ditanam di sepanjang
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berfungsi sebagai
pengarah dan peneduh.
Gambar 23. Tanaman yang Tidak Terawat
48
Struktur bangunan yang terdapat di sisi kanan dan kiri jalan didominasi
oleh pertokoan, tidak terdapat struktur bangunan yang unik dan menarik perhatian
pengguna jalan. Tidak hanya struktur bangunan di sekitar jalan saja yang bersifat
monoton struktur fasilitas penunjang jalan juga tidak memiliki keunikan dan daya
tarik, apalagi yang memperlihatkan keistimewaan dan perbedaan jalan tersebut
dengan jalan lain yang ada di sekitarnya.
Jalur Pejalan Kaki
Lebar pedestrian/jalur pejalan kaki bervariasi di beberapa lokasi, mulai
dari tidak ada pedestrian sampai 1,5 meter. Material berupa konblok berbentuk
persegi, kondisi mulai dari baik hingga ada beberapa bagian yang rusak, hancur,
bergelombang dan tidak terdapat pedestrian. Lebar pedestrian yang terlalu sempit
memberikan ketidaknyamanan dalam berjalan kaki, terutama jika berpapasan dari
arah berlawanan.
Gambar 24. Pedestrian di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
Gambar 25. Pedestrian di Jalan H. Soleh Iskandar
Selain itu, di beberapa tempat ditemui adanya penggunaan yang salah dari
fungsi pedestrian sebagai jalur pejalan kaki misalnya pedestrian dijadikan tempat
berjualan, tempat penimbunan barang dan area parkir kendaraan.
49
Gambar 26. Penggunaan Pedestrian yang Salah
Tata Guna Lahan
Lokasi studi yang berada di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh
dan Jalan H. Soleh Iskandar digunakan untuk area perdagangan barang dan jasa,
pelayanan umum untuk masyarakat dan sebagai area permukiman penduduk.
Gambar 27. Tata Guna Lahan (Terminal Bubulak)
Gambar 28. Tata Guna Lahan (Pertokoan)
50
Gambar 29. Tata Guna Lahan (Pusat Perbelanjaan)
Gambar 30. Tata Guna Lahan (Pengadilan Agama dan Rumah Sakit)
Aspek Sosial
Pengguna Potensial
Pengguna jalan yang potensial di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan
Jalan H. Soleh Iskandar adalah masyarakat yang tinggal di permukiman di sekitar
jalan tersebut, seperti Perumahan Taman Yasmin, Perumahan Bukit Cimanggu
City dan beberapa perumahan penduduk lainnya. Selain itu jalan ini juga
digunakan oleh warga Kota Bogor yang melakukan perjalanan baik ke dalam
maupun ke luar Kota Bogor.
Berdasarkan hasil kuisioner pemakai jalan ini terdiri dari berbagai
kelompok usia mulai dari 7-12 tahun sebanyak 6,67%, 13-19 tahun sebanyak
13,33%, 20-24 tahun sebanyak 23,33%, 25-55 tahun sebanyak 50% dan diatas 55
tahun sebanyak 6,67% serta berbagai jenis pekerjaan seperti pelajar/mahasiswa
sebanyak 30%, pegawai sebanyak 40%, wiraswasta sebanyak 6,67%, pedagang
51
sebanyak 16,67% dan ibu rumah tangga sebanyak 6,67% dengan berbagai latar
belakang pendidikan seperti tamatan SD sebanyak 6,67%, tamatan SMA sebanyak
26,67%, tamatan akademi 16,67% dan tamatan perguruan tinggi sebanyak 50%.
Jenis kendaraan yang melintasi jalan ini terdiri dari kendaraan milik pribadi dan
kendaraan umum. Selain penggunaan oleh kendaraan, jalan ini juga dimanfaatkan
oleh pejalan kaki seperti berjalan menuju pusat perbelanjaan, sarana pendidikan,
rumah sakit dan fasilitas umum lainnya.
Gambar 31. Aktivitas Pengguna Jalan di Pedestrian
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar
dimanfaatkan sebagai jalan menuju Jakarta-Bogor, karena sebagian masyarakat
yang tinggal di sekitar kedua jalan ini bekerja di DKI Jakarta. Oleh karena itu, laju
komuter akan sangat tinggi khususnya pada hari kerja di pagi dan sore hari.
Perjalanan rutin setiap harinya akan mengakibatkan kelelahan dan kejenuhan
sehingga perlu penataan lanskap jalan yang memberi efek rekreasi atau
menyenangkan untuk melepas lelah sehabis bekerja. Selain itu juga menciptakan
kenyamanan dan keselamatan berlalu lintas.
Gambar 32. Aktivitas Pengguna Jalan di Badan Jalan
52
Selain pengguna kendaraan dan pejalan kaki pengguna potensial yang
sangat terlihat adalah pedagang kaki lima (PKL) yang membuka lapak mereka di
sepanjang jalur pedestrian baik di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H.
Soleh Iskandar. Para pedagang menggunakan jalur pedestrian untuk berjualan
dikarenakan tidak tersedia tempat yang memadai untuk mereka berjualan. Hal ini
tentu saja sangat mengganggu pengguna pedestrian yaitu pejalan kaki untuk
berjalan dengan nyaman.
Gambar 33. Aktivitas Pedagang Kaki Lima
Kebiasaan Masyarakat
Kebiasaan masyarakat yang umumnya terdapat di sekitar Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah memiliki sifat konsumtif
sehingga membuat para pedagang memburu tempat untuk berjualan di sekitar
jalan tersebut sehingga mengakibatkan pedagang banyak yang menggunakan
pedestrian untuk tempat mereka berjualan. Kebiasaan buruk lainnya adalah
kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga membuat daerah
sepanjang jalan terlihat kotor, terdapat pula aksi mencoret-coret dan merusak
fasilitas umum yang ada di sekitar jalan serta kebiasaan pengguna jalan yang tidak
mematuhi peraturan lalu lintas. Kebiasaan buruk ini menambah ketidaknyamanan
bagi para pengguna jalan.
53
Gambar 34. Salah Satu Kebiasaan Vandalisme Masyarakat
Persepsi Masyarakat
Guna mengetahui persepsi masyarakat mengenai kondisi yang ada di
sekitar Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dilakukan
penyebaran 30 kuisioner. Kondisi jalur sirkulasi kendaraan pada lokasi studi
dalam keadaan baik (76,67%), kondisi jalur pejalan kaki dalam keadaan sangat
buruk (50%). Menurut persepsi masyarakat terik sinar matahari ketika berjalan di
kedua jalan ini sangat terik (60%), keamanan dan keselamatan selama berada di
jalan ini dinilai sedang (56,67% dan 66,67%).
Keadaan sekitar jalan seperti pemandangan dan kebersihan jalan dinilai
masyarakat sedang (76,67% dan 56,67%). Kurangnya penataan tanaman di
sepanjang jalan (43,33%) tidak lupu dari perhatian pengguna jalan. Fasilitas
pelayanan pengguna jalan seperti lebar pedestrian dinilai sedang (80%), dengan
fasilitas lampu penerangan yang sangat kurang (90%), peletakan rambu
peringatan dan papan informasi yang yidak tepat (63,33% dan 70%). Selain itu,
fasilitas jalan seperti telepon umu dinilai sangat kurang (90%) terdapat di jalan ini.
Keberadaan halte menurut pengguna telah memadai (46,67%). Kenyamanan
pengguna jalan khususnya pejalan kaki sangat terganggu (56,67%) oleh
keberadaan pedagang kaki lima yang memanfaatkan pedestrian untuk berjualan.
54
Keinginan Masyarakat
Guna mengetahui keinginan masyarakat di sekitar jalan dan pengguna
jalan serta partisipasi yang dilakukan terhadap keberadaan jalan ini, maka
dilaksanakan penyebaran kuisioner kepada 30 orang yang terdiri dari 20 orang
yang mewakili masyarakat dan pengguna jalan serta 10 orang yang mewakili
instansi terkait.
Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa dominan masyarakat dan
pengguna menghendaki fasilitas atau perabot jalan seperti tempat sampah, lampu
penerangan pejalan kaki, telepon umum, drainase, halte, jalur hijau dan utilitas
dengan model yang modern dalam berbagai bentuk yang bervariasi. Oleh karena
itu akan diupayakan rencana fasilitas yang mampu mengakomodasikan keinginan
tersebut namun tetap sesuai dengan kondisi tapak.
Fasilitas-fasilitas yang dikehendaki masyarakat tersebut umumnya telah
ada namun dengan jumlah yang sangat sedikit. Tidak berfungsinya penerangan
sangat berpengaruh terhadap penggunaan di malam hari. Kurangnya penerangan
pada jalur pedestrian dapat menimbulkan kerawanan kejahatan, tidak adanya
tempat sampah akan mendukung kebiasaan buruk membuang sampah
sembarangan, yang pada akhirnya mengurangi kenyamanan pengguna jalan.
Keberadaan fasilitas tersebut akan mendukung fungsi jalan sebagai sarana
pelayanan masyarakat.
Aspek Teknik
Pemeliharaan Lanskap Jalan
Pemeliharaan lanskap merupakan aspek penting yang harus dilakukan
apabila menginginkan keberlanjutan. Dalam pemeliharaan lanskap jalan ditangani
oleh pihak Dinas Pertamanan Kota Bogor yang mengeluarkan dana tidak sedikit
disetiap bulannya. Sehingga dalam melakukan perancangan dan penataan
lanskapnya perlu diperhatikan agar dalam pelaksanaannya tidak melebihi
anggaran yang tersedia.
55
Yang termasuk dalam cakupan pemeliharaan lanskap Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar adalah tanaman jalur tepi jalan,
median jalan dan taman-taman yang ada di sepanjang jalan. Pemeliharaan di
median dan jalur hijau dikiri dan kanan jalan dilakukan secara rutin harian.
Kegiatan pemeliharaan dapat terbagi tiga kelompok yaitu penyiraman setiap hari;
pemupukan dan penyulaman per 3 bulan; pengairan, pemangkasan dan
pembabatan setiap hari.
Pada lokasi studi pemeliharaan lanskap di kedua jalan tidak dilakukan,
sehingga dapat dipastikan kondisi tanaman-tanaman yang ada sangat tidak
terawat, tumpukan sampah tersebar dimana-mana karena tidak ada petugas
kebersihan di sekitar jalan.
56
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili
kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian
dicari solusinya sebagai landasan dalam Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan
KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.
Sejarah dan Konsep Pengembangan
Perkembangan suatu kota sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana
yang tersedia untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintahan.
Sarana transportasi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi
kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut. Keberadaan Kota Bogor berdekatan
dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi
strategis ini memerlukan kesiapan Kota Bogor untuk menerima limpahan aktivitas
masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Bogor.
Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang
berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai.
Pemerintah Kota Bogor merencanakan pengembangan jalan-jalan di
daerah Bogor sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun
1999-2009. Salah satu kegiatan tersebut adalah untuk menghijaukan di sekitar
kanan dan kiri jalan; pada yang memiliki lereng-lereng yang sangat miring
dianjurkan ditanami dengan tanaman yang berakar kuat dan tidak mempunyai
perakaran yang besar di permukaan tanah; mudah tumbuh pada tanah padat; tahan
terhadap hembusan angin yang kuat; batang/dahan/ranting tidak mudah patah;
pohon tidak mudah tumbang; tidak memiliki buah yang terlalu besar; mempunyai
serasah yang sedikit; tahan terhadap pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor; mudah sembuh bila terjadi luka akibat benturan kendaraan; cukup teduh
tetapi tidak terlalu gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangan secara
keseluruhan indah; berumur panjang; memiliki laju pertumbuhan yang cepat serta
tahan terhadap hama dan penyakit.
57
Perencanaan jalur pedestrian di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin
Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar bertujuan sebagai berikut :
a. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pejalan kaki yang melintasi kedua
jalan tersebut.
b. Memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki sehingga dapat
berpindah tempat melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Menata tata ruang daerah melalui perbaikan dan pengembangan sarana dan
prasarana transportasi.
Berdasarkan tujuan tersebut perencanaan jalur pedestrian hijau pada
lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai
penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, maka diperlukan suatu
pererencanaan lanskap jalan berupa konsep penataan lanskap sekitar jalan
sehingga didapatkan jalan yang dapat memberi kenyamanan, kesenangan dan
identitas tersendiri bagi pengguna dan masyarakat sekitar khususnya dan juga bagi
warga Bogor pada umumnya.
Lokasi dan Orientasi Tapak
Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun yang akan
datang merupakan kesinambungan dari rangkaian program pembangunan
sebelumnya. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa mengindahkan rencana
tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek di masa datang. Dalam
rangka mewujudkan visi dan merealisasikan misi pembangunan Kota Bogor,
beberapa rencana tata ruang dan program kegiatan pembangunan telah dilakukan.
Dibidang pembangunan fisik dan tata ruang antara lain adalah di bidang
perhubungan dan kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh
Iskandar termasuk ke dalam wilayah pengembangan Kota Bogor dengan arahan
fungsi kegiatan untuk perumahan, perdagangan barang dan jasa komersial.
Bentuk tapak adalah berupa koridor/strip dimana di dalamnya terjadi
pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Lokasi tapak sebagai penghubung
wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dengan tingkat aktivitas perdagangan
58
dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup
strategis untuk dikembangkan. Maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan
agar didapat jalan yang memiliki identitas dan karakter yang kuat.
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berada pada
daerah kepemilikan lahan Pemerintah Kota Bogor, kepemilikan lahan Pemerintah
Kabupaten Bogor dan masyarakat, sehingga pembangunan rancangan lanskap
nantinya Pemerintah Kota Bogor harus melakukan pertemuan dengan pihak-pihak
tersebut agar tidak mengalami kesulitan kedepannya.
Suatu kawasan dengan orientasi yang baik adalah kawasan yang dengan
mudah dapat dikenali dan diingat oleh manusia penggunanya, baik itu melalui
karakter bangunan, suasana ataupun dari karakter lanskapnya. Orientasi kawasan
sangat dipengaruhi oleh fungsi kawasan dalam hal ini kawasan linear Jalan KH.
Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai kawasan perdagangan
barang dan jasa. Sehingga kawasan ini harus mampu menampilkan karakternya
melalui penataan lanskap sekitar jalan.
Salah satu permasalahan perkotaan yang terdapat di lokasi studi adalah
tidak adanya penataan bagi kegiatan informal seperti pedagang kali lima. Saat ini
keberadaan pedagang kaki lima dapat dilihat di sepanjang ruas kedua jalan lokasi
studi. Hal ini jika di biarkan akan menimbulkan kesemrawutan wajah kota dan
akan menimbulkan gangguan sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang
melintas, sehingga perlu diupayakan penertiban dan pengalokasian pedagang kaki
lima ke tempat yang lebih sesuai dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.
Struktur Kegiatan
Kawasan ini berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor akan
dikembangkan sebagai kawasan ruko, rukan, permukiman dan superblok yaitu
kawasan hunian dan komersial dalam satu struktur bangunan yang sama dan
dibuat pada kondisi vertikal dengan pembagian ruang lantai bawah untuk
komersial sedangkan lantai atas untuk hunian. Dari sini dapat dilihat bahwa
Pemerintah Kota Bogor lebih berorientasi ekonomi tanpa melihat keinginan dan
kebutuhan masyarakatnya yang juga membutuhkan ruang untuk kenyamanan dan
59
rekreasi. Rekreasi tersebut dapat berupa olahraga, berjalan-jalan, melihat
pemandangan atau bercengkrama bersama.
Untuk memudahkan dalam menganalisis lebih detail pada kawasan jalur
pedestrian ini akan dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan
selatan.
Tabel 11. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen
Segmen Analisis Pemecahan Masalah
Utara (Jalan H. Soleh
Iskandar)
Pada segmen ini terdapat
banyak bangunan yang
digunakan untuk perdagangan
dan jasa. Pada sisi kiri dan
kanan jalan jalur pedestrian
dimanfaatkan pedagang kaki
lima, tempat meletakkan
produk-produk toko dan lahan
parkir kendaraan sehingga
mengganggu pejalan kaki. Menyediakan tempat untuk
aktivitas ekonomi dan
mengalokasikan PKL agar
lebih tertata rapi dan membuat
aturan-aturan yang tegas untuk
dapat dipatuhi oleh semua
pengguna tapak.
Tengah (Pertigaan Jalan H.
Soleh Iskandar-persimpangan
semplak)
Pada segmen ini terdapat
banyak bangunan yang
digunakan sebagai pemukiman
penduduk kepadatan tinggi.
Aktivitas perdagangan seperti
penjual makanan banyak
terdapat di badan jalan dan
jalur hijau.
Selatan (Persimpangan
semplak-pertigaan Jalan Raya
Dramaga)
Aktivitas dan perdagangan
banyak terdapat di segmen ini.
Bentuk bangunan yang banyak
terdapat di segmen ini adalah
bangunan berlantai satu.
Pedagang kaki lima banyak
terdapat di pedestrian.
60
Sesuai dengan peraturan daerah masyarakat seharusnya dapat menikmati
dan memanfaatkan ruang berserta sumberdaya alam yang terkandung di
dalamnya, menikmati manfaat ruang berupa manfaat ekonomi, sosial dan
lingkungan dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan atau pemberian hak
tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku. Untuk itu perlu pengaturan ruang untuk berbagai aktivitas
yang dapat dilakukan di tapak misalnya melalui pembuatan taman kota atau taman
lingkungan sebagai sarana masyarakat beraktivitas dan penyediaan tempat bagi
aktivitas ekonomi seperti kios-kios, dengan pembuatan aturan-aturan khusus yang
harus dipatuhi.
Aspek Fisik dan Biofisik
Sumberdaya yang terdapat di tapak merupakan faktor penting dalam
pengembangan rencana pedestrian hijau. Sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan
sehingga dapat memberi kenyamanan dan pelayanan bagi pengguna jalan.
Kenyamanan itu sendiri meliputi kenyamanan fisik, visual, dan sosial.
Kenyamanan fisik misalnya menyangkut pada iklim yang sesuai dan kondisi
sarana dan prasarana yang baik. Kemudian kenyamanan visual adalah
kenyamanan penglihatan yang diperoleh dari view atau pemandangan indah di
sekitar jalan, ini terkait juga dengan estetika lanskap jalan. Sedangkan
kenyamanan sosial merupakan kenyamanan yang diperoleh melalui rasa aman,
terhindar dari berbagai bentuk kejahatan dan kenyamanan bersosialisasi.
Iklim
Berdasarkan data iklim dari Badan Perencana Daerah Kota Bogor
diperoleh bahwa suhu udara tahunan 26oC – 34oC dan kelembaban 70%. Suhu
yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan penggunaan naungan baik dengan
penanaman vegetasi ataupun pembangunan stuktur naungan.
Curah hujan tahunan pada kawasan studi sekitar 3.000 - 4.000 mm/tahun
dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada
bulan September. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap
ketersediaan air bagi perairan maupun air tanah dan mendukung untuk tumbuh
61
kembangnya vegetasi. Curah hujan yang tergolong tinggi dapat juga menjadi
kendala dalam hal peresapan air ke dalam tanah dan aliran drainase. Di beberapa
tempat pada tapak terutama di bagian jalan dengan kemiringan yang cukup curam
akan menimbulkan limpahan aliran air hujan yang cukup banyak. Untuk itu
diperlukan sistem drainase yang baik dan sesuai dengan topografi yang ada.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat direncanakan pada tapak ini
adalah penggunaan struktur perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat menyerap
air atau porous sehingga air di atasnya mudah terserap, penanaman vegetasi yang
berfungsi sebagai penahan erosi dan run off, dan merancang sistem drainase yang
baik. Fasilitas peneduh sebagai pelindung saat hujan juga dapat disediakan.
Intensitas penyinaran matahari pada kawasan ini dengan fluktuasi tertinggi
pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Intensitas penyinaran
yang cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik. Namun jika
berlebihan akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna
jalan.
Vegetasi seperti pohon, semak/perdu, penutup tanah, dan rumput
menghasilkan bayangan yang dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari
baik secara langsung atau yang dipantulkan oleh bangunan. Elemen lanskap yang
digunakan pada tapak sebaiknya menggunakan warna-warna yang tidak
memantulkan cahaya, antara lain biru, abu-abu, atau cokelat.
Kecepatan angin rata-rata adalah 2,3 Km/Jam. Angin mempunyai peran
penting dalam menciptakan kenyamanan pada tapak akibatnya teriknya matahari
dan belum adanya naungan yang mencukupi menyebabkan ketidaknyamanan bagi
pengguna khususnya pejalan kaki. Namun dengan adanya angin yang sedikit
kencang dapat memberikan kenyamanan. Kecepatan angin akan berpengaruh pula
bagi masyarakat sekitar jalan yaitu debu yang bertebangan membawa polusi udara
terutama pada musim kemarau.
Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya
faktor iklim. Tingkat kecelakaan tersebut dapat ditekan dengan menciptakan
kondisi sedemikian rupa agar pengendara merasa aman dan nyaman selama
62
perjalanan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penataan
lanskap jalan dengan mengembangkan potensi dan mengurangi kendala pada
unsur-unsur iklim yang tidak menguntungkan pada tapak.
Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu,
radiasi matahari, angin, dan kelembaban udara. Misalnya penanaman vegetasi
pada sisi-sisi dan median jalan selain dapat menciptakan iklim mikro yang
nyaman juga menciptakan efek bayangan sehingga dapat mengurangi silau pada
siang hari.
Faktor kelembaban tidak terlalu berpengaruh langsung bagi pengendara
karena mereka berada dalam kendaraan yang sedang melaju cepat dan sebagian
besar dilengkapi AC. Kelembaban justru berpengaruh terhadap pejalan kaki dan
masyarakat sekitar. Kelembaban udara pada kawasan sekitar 70%. Oleh sebab itu
diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kenyamanan pada tapak. Keadaan ini
perlu diatasi dengan melakukan pendekatan kelembaban ideal dan
mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna merasa nyaman seperti
memanfaatkan angin, seperti melalui peletakan vegetasi yang tidak menghalangi
jalan angin.
Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan
suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air karena air dapat
berdampak pada penurunan suhu melalui proses penguapan sehingga dapat
memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya.
Oleh karena itu, badan air yang ada di tapak seperti sungai dipertahankan dan
dirawat keberadaannya.
Bentukan Lahan
Tapak pada lokasi studi merupakan tapak dengan kondisi lahan yang datar,
landai dan curam. Kondisi ini memberikan keunikan tersendiri bagi lanskap di
sekitarnya. Topografi yang relatif datar memberikan aspek visual yang kurang
menarik dan memberi kesan monoton yang dapat menyebabkan kejenuhan bagi
pengguna jalan. Namun kondisi ini juga berpotensi untuk dikembangkan dan
ditingkatkan nilainya melalui penanaman vegetasi, dimana pada daerah yang
63
relatif datar lebih mudah dilakukan, dan juga melakukan penataan kawasan berupa
bangunan perkerasan dengan desain yang menarik. Untuk menghilangkan kesan
monoton dilakukan penanaman vegetasi secara dinamis baik dari pemilihan jenis
tanaman maupun bentuk-bentuk penanaman.
Topografi yang relatif datar di wilayah studi menjadi kendala dalam
terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan-genangan air
ke badan jalan terutama saat musim hujan. Kondisi ini dapat diatasi dengan
pembuatan sistem drainase terpadu dengan dilakukan kontrol pada inlet dan outlet
secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan, baik akibat sedimentasi
maupun kotoran akibat bawaan aliran air.
Pada bagian tapak yang datar ditemui adanya genangan air sehabis hujan
karena banyaknya limpahan air hujan dan tidak berfungsinya saluran drainase
dengan baik akibat struktur drainase rusak dan tertimbun serta dipenuhi sampah.
Perlu pembuatan drainase dengan kemiringan yang sesuai agar limpahan air dapat
mengalir lancar.
Vegetasi Jalan
Keberadaan vegetasi pada lanskap jalan memberikan kegunaan lebih,
terutama jika dilihat dari masalah polusi baik itu polusi udara, suara dan aroma.
Daerah sisi jalan mempunyai banyak lahan kosong sehingga berpotensi
sebagai pengembangan kawasan dan menjadikannya good view. Lebar daerah
penanaman untuk sisi jalan bervariasi hingga 1-2,5 meter. Ukuran tersebut kurang
mencukupi apabila ingin dilakukan penanaman pohon. Karena akar pohon yang
relatif besar dapat merusak struktur perkerasan yang berda di sampingnya. Untuk
itu perlu dilakukan pelebaran media tanam minimal 3 meter apabila ingin
dilakukan penanaman pohon atau ukuran tetap namun dengan jenis tanaman yang
disesuaikan dengan luasan tersebut. Hal ini bertujuan demi keselamatan
pengendara kendaraan dan tumbuh kembang tanaman.
Daerah median di lokasi studi bervariasi mulai dari lebar 1-3 meter. Pada
lokasi studi dengan lebar median yang relatif sempit maka vegetasi yang sesuai
64
ditanam semak pendek/rumput dengan masa daun padat dan ketinggian tidak lebih
dari 1,1 meter terutama pada daerah persimpangan, karena rata-rata pandangan
pengendara dalam kendaraan adalah 1,1 meter. Tanaman ditanam rapat agar dapat
menahan silau lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Untuk daerah
median pada tapak yang relatif luas dapat ditanami pohon dengan kombinasi
semak pendek dan rumput agar lebih memberi kesan menarik dan berfungsi
sebagai pengarah.
Area persimpangan dan jembatan merupakan area dengan tingkat polusi
tinggi karena pada daerah ini kendaraan bergerak melambat sehingga gas buangan
dari pembakaran terakumulasi di daerah ini. Untuk itu pemilihan tanaman yang
toleran terhadap kondisi tersebut.
Sarana dan Prasarana Jalan
Pada lokasi studi sarana dan prasarana jalan beberapa telah tersedia
namun, sebagian besar dalam kondisi yang rusak dan tidak dapat difungsikan lagi,
seperti halnya jumlah tempat penyeberangan (zebra cross) belum mencukupi
untuk mengakomodasi masyarakat sekitar jalan yang akan melintasi jalan karena
hanya ada di beberapa kawasan saja. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menyebrang pada tempatnya akan berdampak pada keselamatan mereka dan
pengguna jalan dan juga merusak tanaman yang ada di median jalan.
Secara umum saluran drainase telah tersedia terletak di samping pedestrian
berupa saluran terbuka. Hal ini yang menyebabkan kurang berfungsinya saluran
akibat tertimbun sampah dan struktur rusak. Akibatnya adalah timbulnya
genangan pada badan jalan khususnya pada daerah cekungan. Perbaikan dan
pemeliharaan drainase sangatlah penting demi keberlanjutan jalan tersebut.
Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas sangat
penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya
bagi pejalan kaki dimalam hari. Penambahan fasilitas rambu-rambu lalu lintas dan
penerangan jalan sangat membantu guna mendukung kelancaran dan keamanan
berlalu lintas sekaligus memberi kenyamanan.
65
Pedestrian
Pedestrian yang terdapat pada lokasi studi bervariasi mulai dari tidak
memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar 1,5 meter, untuk memudahkan
dalam menganalisis pedestrian dibagi men jadi tiga segmen. Berikut tabel analisis
pedestrian di setiap segmen.
Tabel 12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen Segmen Analisis Pemecahan Masalah
Utara (Jalan H. Soleh
Iskandar)
Pada segmen ini terdapat
pedestrian dengan lebar 1
meter. Pengguna pedestrian
ramai terutama pada siang
hari. Pada sisi kiri dan kanan
jalan jalur pedestrian
dimanfaatkan pedagang kaki
lima, tempat meletakkan
produk-produk toko dan lahan
parkir kendaraan sehingga
mengganggu pejalan kaki.
Kondisi struktur pedestrian
baik.
Perlu pelebaran pedestrian
menjadi 1,8 meter, serta
pembuatan ramp untuk
kemudahan bagi penyandang
cacat, serta penambahan jalur
sepeda selebar 2,2 meter.
Tengah (Pertigaan Jalan H.
Soleh Iskandar-persimpangan
semplak)
Pada segmen ini terdapat
pedestrian dengan lebar 1,5
meter. Pengguna pedestrian
ramai terutama pada siang
hari. Kondisi struktur
pedestrian baik.
Selatan (Persimpangan
semplak-pertigaan Jalan Raya
Dramaga)
Pada segmen ini tidak terdapat
pedestrian, hal ini membuat
pejalan kaki berjalan di badan
jalan.
Perlu pembuatan pedestrian
selebar 1,8 meter, serta
pembuatan ramp untuk
kemudahan bagi penyandang
cacat, serta penambahan jalur
sepeda selebar 2,2 meter.
66
Lebar pedestrian yang bervariasi mulai dari tidak ada pedestrian sampai
1,5 meter kurang memadai bila dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang
lebih senang berjalan bersama-sama, berjajar dan minimal berpasangan. Tidak
mengakomodasi bagi pejalan kaki yang cacat dan pengendara sepeda, serta tidak
memperhatikan segi keselamatan pejalan kaki untuk pedestrian dengan lebar
hanya 0,5 meter. Untuk itu perlu pelebaran pedestrian menjadi 1,8 meter, serta
pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan
jalur sepeda selebar 2,2 meter.
Aspek Sosial
Karakter Pengguna
Beragamnya pengguna jalan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan dari
berbagai tingkat sosial dan ekonomi memberikan karakter berbeda dalam hal
ketertiban berlalu lintas. Kebiasaan menyeberang di sembarang tempat,
membuang sampah sembarangan, timbulnya kios-kios liar, mengebut dan
sebagainya merupakan kebiasaan yang buruk dan harus diubah. Untuk itu
diperlukan perlengkapan sarana jalan dan penegakan aturan lalu lintas yang tegas
terhadap semua pengguna jalan. Melalui rencana lanskap jalan ini akan diberikan
ruang bagi pengguna jalan agar dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman serta
diharapkan dapat merubah perilaku pengguna menjadi lebih baik.
67
Rangkuman Analisis
Data hasil inventarisasi dari berbagai faktor telah dianalisis permasalahan
dan kondisi yang ada, serta telah ditentukan pula pemecahan masalahnya. Berikut
disajikan rangkuman analisis yang telah dibahas sebelumnya berupa tabel agar
lebih mudah terlihat permasalahan dan alternatif pemecahan masalah yang ada di
lokasi studi
Tabel 13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap
No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan
Masalah
Alternatif Tindakan Potensi Kendala
1 Aksesibilitas dan Lokasi Tapak
Akses mudah dan kondisi jaringan jalan baik, jalan menghubungkan dua wilayah dengan tingkat kesibukan tinggi berpotensi dikembangkan sarana aktivitas masyarakat
Pedestrian kurang memadai untuk jalur pejalan kaki dan sepeda
Penentuan jaringan primer (kendaraan) dan sekunder (pejalan kaki), penentuan peruntukan kawasan
Pelebaran damija (pedestrian dan pengaman jalan) sesuai peruntukan kawasan
2 Geologi dan Jenis Tanah
Tidak peka sampai sedang erosi
Peka erosi, kesuburan tanah
Pengaturan penggunaan lahan kawasan, pengendalian erosi, peningkatan kesuburan tanah
Pembangunan struktur bangunan, penanaman vegetasi, penambah unsur hara
3 Hidrologi • Sumber air • Merupakan
drainase makro kota
• View bagi tapak
Mulai mengalami erosi dan kerusakan akibat aktivitas manusia
Membuat sempadan sungai dengan penggunaan vegetasi dan struktur penahan erosi, memberi bukaan sebagai vista
Menjaga dan melestrarikan keberadaan badan air
4 Topografi <15% >15 %
Tidak peka erosi,
stabil
Titik pandang yang baik Peka erosi
Pengembangan sarana dan prasarana dan aktivitas, memberikan bukaan pada titik-titik tertentu, pengendalian erosi, konservasi, cut and fill.
Pembangunan fasilitas, penanaman vegetasi, pembangunan struktur penahan
68
No Unsur Lanskap Analisis Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan
Masalah
Alternatif Tindakan Potensi Kendala
5 Iklim • Suhu • Kelembaban • Curah Hujan • Intensitas
Cahaya
Mendukung tumbuh kembang vegetasi, ketersediaan air
Suhu tinggi Tinggi, kurang nyaman, bahaya erosi, limpahan air Tinggi
Dipertahankan Diperlukan penendalian pencegahan erosi,pembuatan sistem drainase, pengaturan penetrasi cahaya
Penataan vegetasi Pembangunan struktur bangunan, membuat bukaan, pembuatan sistem drainase yang sesuai, perkerasan
6 Vegetasi Beraneka ragam Belum berfungsi optimal, kurang menunjang untuk kenyamanan, penataan sesuai kondisi jalan masih kurang.
Mempertahankan dan meningkatkan jenis vegetasi untuk berbagai fungsi, pemilihan jenis sesuai fungsi.
Penanaman dan penataan sesuai fungsi dan kondisi tapak.
7 Tata guna lahan Digunakan sebagai tempat perdagangan barang dan jasa.
Perubahan fungsi lahan, sempadan sungai rentan kerusakan.
Penataan lanskap jalan yang sesuai untuk setiap penggunaan lahan dan lingkungan sekitar.
Alokasi ruang untuk masing-masing fungsi bagi pengguna tapak secara keseluruhan.
69
SINTESIS
Rencana Program Ruang
Berdasarkan hasil analisis potensi dan kendala yang ada pada lokasi studi
maka fungsi yang ingin dikembangkan pada tapak adalah :
1. Fungsi kenyamanan
Lanskap yang ada memberikan rasa nyaman baik kepada pengguna jalan,
pengelola jalan maupun masyarakat sekitar jalan. Fungsi kenyamanan
yang dimaksud yaitu dengan menanam tanaman peneduh, memperbaiki
fisik jalan, menjaga kebersihan sekitar jalan dan menciptakan ketenangan
bagi masyarakat sekitar jalan.
2. Fungsi keamanan
Lanskap yang ada berfungsi untuk menjaga keamanan dan keselamatan
pengguna jalan, pengelola jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi
keamanan diwujudkan dengan membuat pembatas yang jelas antara
wilayah jalan (transportasi) dengan wilayah aktivitas manusia,
pemasangan rambu-rambu lalu lintas, membuat jalur penyeberangan dan
pemasangan lampu penerang jalan.
3. Fungsi estetika
Lanskap yang ada menberikan view yang indah, menarik dan
menyenangkan pengguna jalan. Diharapkan memiliki kesatuan yang
harmonis antara jalan dengan lanskap sekitarnya. Fungsi estetika
diwujudkan dengan penataan tanaman semak dan tanaman penutup tanah
pada median jalan dan daerah sisi jalan, memberi desain khusus pada
struktur bangunan, memanfaatkan potensi alam yang memiliki view yang
baik dan mengkombinasikan/memadukan lanskap jalan dengan lingkungan
sekitarnya.
70
4. Fungsi identitas
Lanskap yang memberikan identitas pada jalan dan memberikan kesan
yang kuat pada pengguna jalan. Fungsi yang diterapkan pada tapak dapat
berupa landmark dan ciri khas lainnya seperti desain struktur bangunan
dan pemilihan jenis tanaman yang dapat membedakan Jalan KH. Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar dengan jalan-jalan lainnya
5. Fungsi pelayanan
Lanskap yang ada berperan dalam memenuhi kebutuhan guna mendukung
aktivitas pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. Fungsi pelayanan
dapat diwujudkan dengan pengadaan area berbagai aktivitas,
meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan informasi perjalanan dan
sebagainya
6. Fungsi penyangga/konservasi
Lanskap yang ada berfungsi untuk melindungi masyarakat dan tapak dari
dampak negatif yang ditimbulkan dan melestarikan vegetasi dan satwa
yang ada di sekitar jalan dengan pembuatan jalur hijau yang berfungsi
sebagai peredam kebisingan, daerah resapan air, melindungi jalan dari
pengaruh erosi dengan cara pembuatan tembok penahan tanah pada
daerah-daerah yang dianggap rawan erosi, yang kemudian dilakukan
penataan tanaman.
Fungsi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rencana tata ruang.
Ruang-ruang yang direncanakan meliputi :
1. Ruang sirkulasi, merupakan ruang untuk lalu lintas kendaraan bermotor,
berjalan kaki dan bersepeda.
2. Ruang pelayanan yaitu ruang yang diciptakan untuk mendukung dan
memperlancar berbagai aktivitas pengguna jalan sehari-hari seperti stop
area, jalur pemberhentian kendaraan, mendapatkan informasi dan
sebagainya.
71
3. Ruang penyangga yaitu ruang yang berfungsi sebagai penyangga untuk
meminimalkan dampak negatif dari aktivitas yang ada seperti pengarah
pandangan, penyerap polutan, peredam kebisingan, estetik dan melindungi
area sungai.
4. Ruang identitas merupakan ruang dengan ciri khas pada bagian-bagian
tertentu jalan sebagai penanda atau pemberi informasi kawasan.
Tabel 14. Komposisi Ruang, Fungsi dan Fasilitas
No Ruang Fungsi Fasilitas 1 Sirkulasi Keamanan,
Kenyamanan Identitas Estetika
Badan jalan, lampu dan rambu-rambu lalu lintas, lampu penerangan, papan informasi
2 Penyangga/konsevasi
Penyangga Estetika
Lampu, tempat duduk
Penyangga Tempat duduk, shelter, lampu penerangan, tempat sampah
3 Pelayanan Keamanan Kenyamanan Estetika Pelayanan Identitas Penyangga
Pedestrian, jalur sepeda, area tanaman hias, vegetasi peneduh, tempat penyeberangan, lampu penerangan, parkir, tempat duduk, stop area, halte, tempat sampah
4 Identitas Penerimaan
Rekreasi
Identitas Estetika Keamanan Kenyamanan Pelayanan Identitas Pelayanan Kenyamanan Estetika Penyangga
Tugu dan gerbang kota, taman dan bundaran, vegetasi pengarah dan estetika, perlengkapan dan kelengkapan jalan Vegetasi pengarah pandangan, stop area, tempat duduk, lampu, tempat sampah dan sebagainya
Setiap ruang yang terbentuk memiliki fungsi dan tujuan masing-masing
yang disesuaikan dengan kondisi tapak, yang nantinya akan menciptakan
identitas/ciri khas kawasan secara keseluruhan.
72
Hubungan Antar Ruang
Hubungan antar ruang menggambarkan interaksi antar berbagai ruang
yang direncananakan yang dibagi menjadi tiga tingkat hubungan yaitu hubungan
erat, hubungan cukup erat dan hubungan tidak erat. Hubungan antar ruang dapat
dilihat dalam Tabel 15.
Tabel 15. Matrik Hubungan Antar Fungsi dan Ruang pada Bagian Jalan
Fungsi
Ken
yam
anan
Kea
man
an
Este
tika
Iden
titas
Pela
yana
n
Kon
serv
asi
Bagian Jalan Ruang Sub Ruang Badan jalan Sirkulasi Sirkulasi kendaraan
Jalur pedestrian Jalur sepeda
Pedestrian/tepi jalan Pelayanan Stop area Pemberhentian kendaraan
Daerah tepi, median, sekitar perairan
Penyangga/konservasi
Penyangga Konservasi
Persimpangan jalan, setiap segmen jalan
identitas Penerimaan
Keterangan :
hubungan erat hubungan cukup erat hubungan tidak erat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fungsi kenyamanan dan keamanan
sangat dominan diwujudkan pada semua lokasi baik dalam wilayah studi maupun
terhadap lingkungan sekitarnya, tujuannya agar pengguna jalan dan masyarakat
dapat merasakan manfaatnya. Fungsi estetika diwujudkan pada persimpangan dan
seluruh bagian jalan dan kawasan secara keseluruhan tetap diperhatikan penataan
lanskapnya. Fungsi identitas secara umum cukup dominan pada badan jalan,
persimpangan, daerah sisi jalan, pedestrian dan median jalan. Namun, secara
umum fungsi identitas ini berada pada setiap bagian jalan guna menunjukkan ciri
khas jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan jalan H Soleh Iskandar secara
keseluruhan. Fungsi pelayanan secara umum dominan diwujudkan pada daerah
sisi jalan karena dapat mendukukng aktivitas masyarakat dan pengguna jalan.
Fungsi konservasi sangat dominan diwujudkan pada daerah sisi jalan,
persimpangan dan median jalan.
73
35
Ruang Sirkulasi
Ruang Penyangga
Ruang Pelayanan
Ruang Identitas
Badan Air
74
KONSEP
Konsep Dasar
Konsep dasar dari perencanaan tapak ini adalah pedestrian hijau yang
dapat mewujudkan suatu lanskap jalan yang aman, nyaman, indah, beridentitas
dan bermanfaat bagi masyarakat dan pengguna jalan, memanfaatkan potensi yang
ada agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan masyarakat
dan pengguna jalan. Selain dapat meningkatkan nilai tapak dan kualitas
lingkungan.
Konsep yang dikembangkan berasal dari solusi yang terintegrasi dari
segala aspek yang telah dianalisis dengan sempurna. Fungsi-fungsi pada lanskap
jalan dimasukkan ke dalam konsep pengembangan yang meliputi konsep ruang,
konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan konsep tata hijau.
Konsep Pengembangan
Berdasarkan konsep dasar maka konsep pengembangan pada lanskap Jalan
KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu lanskap jalan yang
dapat memberikan efek yang menyenangkan bagi pengguna jalan dan ramah
lingkungan. Sesuai dengan itu maka konsep pengembangan ini meliputi konsep
ruang, konsep sirkulasi, konsep tata letak fasilitas atau perabot jalan dan konsep
tata hijau.
Konsep Ruang (Zonasi)
Berdasarkan hasil sintesis terdapat 6 fungsi lanskap yang ingin
dikembangkan dalam perencanaan lanskap kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin
Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar yaitu fungsi kenyamanan, keamanan, estetika,
identitas, pelayanan dan konservasi. Fungsi-fungsi tersebut dimasukkan ke dalam
program ruang. Ruang-ruang yang direncanakan meliputi ruang sirkulasi, ruang
pelayanan, ruang penyangga/konservasi dan ruang identitas.
75
Konsep ruang merupakan pembagian ruang berdasarkan pada karakteristik
ruang yang terdapat pada tapak sesuai dengan fungsi ruang pada tapak, aktivitas
pemakai jalan, kondisi lingkungan sekitar tapak dan kemungkinan pengembangan
ruang selanjutnya. Konsep ruang pada tapak dibagi menjadi empat bagian utama
yang meliputi :
1. Ruang sirkulasi yaitu ruang untuk lalu lintas kendaraan bermotor, berjalan
kaki dan bersepeda.
2. Ruang penyangga/konservasi yaitu ruang yang berfungsi sebagai
penyangga kawasan dari berbagai aktivitas yang mungkin menimbulkan
dampak negatif bagi tapak dan mempertahankan sumberdaya yang ada.
Ruang ini meliputi area penyangga pada jalur hijau tepi jalan dan median
jalan, sedangkan area konservasi terdapat di sekitar perairan (sungai)
dengan tujuan untuk mempertahankan keberadaan badan air dan mencegah
erosi.
3. Ruang pelayanan yaitu merupakan ruang untuk mendukung dan
memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan pada tapak. Area ini
meliputi stop area, jalur pemberhentian kendaraan dan taman/hutan kota.
4. Ruang identitas adalah ruang yang memberikan kesan identitas yang kuat
pada pengguna jalan terhadap tapak berupa tugu atau gerbang kawasan
pada welcome area dan penataan tanaman sepanjang tepi jalan.
Secara keseluruhan lanskap jalan yang ingin diwujudkan adalah
memberikan efek sirkulasi yang menyenangkan melalui perpaduan antara unsur
alami dan modern yaitu dengan melakukan penataan vegetasi sesuai fungsinya
dan penampilan struktur bangunan maupun street furniture yang unik. Sementara
kawasan sekitar jalan yang direncanakan adalah sebagai kawasan perdagangan
dan jasa dan hunian berupa ruko, rukan, superblok dan permukiman yang terletak
di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.
76
Konsep Sirkulasi
Jalur sirkulasi pada tapak merupakan sarana perjalanan yang diarahkan
untuk mempermudah aksesibilitas untuk aktivitas sehari-hari seperti berjalan-
jalan, bersepeda, jual beli dan lain sebagainya. Oleh karena itu, konsep sirkulasi
yang akan dibuat adalah jaringan sirkulasi yang dapat memudahkan pengguna
beraktivitas. Konsep sirkulasi pada tapak dibedakan menjadi sirkulasi kendaraan
dan sirkulasi pejalan kaki/sepeda. Konsep sirkulasi ini pada intinya adalah tetap
mempertahankan atau memperkuat struktur yang ada yaitu pergerakan kendaraan
dua jalur dan dua arah dengan disertai usaha untuk menciptakan budaya jalan
yang sehat dan hemat bahan bakar minyak maka direncanakan jalur pedestrian
dan jalur sepeda. Konsep ini dibuat dengan tujuan demi kelancaran lalu lintas.
Konsep sirkulasi untuk kendaraan adalah pergerakan yang aman, nyaman
dan lancar dengan memanfaatkan sistem jalan yang telah ada. Sedangkan konsep
sirkulasi untuk pejalan kaki/sepeda dikembangkan untuk pergerakan yang aman
dan nyaman dengan sistem yang kontinu, terpisah dari jalur kendaraan dengan
lebar yang mencukupi dalam bentuk sirkulasi linear. Konsep ini akan disesuaikan
dengan kondisi tapak.
Konsep Fasilitas Jalan
Fasilitas jalan meliputi tata informasi dan street furniture. Penempatan
informasi seperti rambu lalu lintas, papan informasi, papan reklame, landmark
kawasan; penempatan street furniture seperti tempat duduk, tempat sampah,
lampu penerangan, telepon umum, halte, tempat parkir, jembatan pedestrian dan
sebagainya dimaksudkan agar fungsional, informatif dan estetik. Fasilitas jalan
dibuat untuk memberi kemudahan jangkauan, tidak mengganggu sirkulasi dan
dapat memenuhi kebutuhan penggunanya, sedangkan dari segi estetik
dimaksudkan agar tidak mengganggu visual jalan.
77
36
78
Konsep Tata Hijau
Konsep tata hijau yang dikembangkan meliputi tata hijau yang berfungsi
untuk kenyamanan pengguna jalan, tata hijau penyangga, tata hijau untuk
konservasi dan tata hijau estetis, seperti yang dijelaskan berikut ini :
1. Tata hijau konservasi yaitu tata hijau yang berfungsi untuk
mempertahankan keberadaan perairan yang ada pada tapak yaitu Sungai
Ciliwung dan Sungai Cisadane serta mencegah bagian tapak yang curam
dari bahaya erosi yang mungkin terjadi. Diharapkan ketersediaan air bagi
kehidupan makhluk hidup di sekitar tapak tetap dapat tercukupi.
2. Tata hijau kenyamanan yaitu tata hijau yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan dari terik matahari. Mengurangi silau lampu kendaraan dan
sinar matahari, serta mengurangi polusi (udara dan kebisingan) kendaraan
dengan menggunakan tanaman dengan bentuk tajuk yang memberikan
naungan seperti bentuk kubah atau menyebar.
3. Tata hijau penyangga yaitu tata hijau yang memisahkan badan jalan
dengan lingkungan sekitarnya seperti permukiman dan perdagangan
barang dan jasa. Tata hijau ini berfungsi meredam kebisingan terutama
yang disebabkan oleh laju kendaraan, serta mengurangi polusi dari
kendaraan yang melewati jalan.
4. Tata hijau estetika yaitu tata hijau yang memberikan nilai estetik dan
menandai lokasi khusus sebagai penciri dan pemberi identitas seperti pada
welcome area, area komersil, hunian, halte, persimpangan jalan dan
sebagainya.
79
Kriteria tanaman yang digunakan pada bagian jalan dengan fungsi-fungsi
tersebut dapat terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kriteria Tanaman pada Bagian Jalan
No Bagian Jalan Kriteria Tanaman
1 Jalur hijau tepi jalan Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, mampu bertahan saat musim kering, dan akarnya tidak merusak pondasi, pertumbuhannya relatif panjang serta mudah dipelihara.
2 Median jalan Semak/ perdu, ground cover/tanaman penutup tanah, masa daun padat, mempunyai karakter yang bagus (bentuk tajuk, percabangan, masa daun, warna bunga dan daun), tahan terhadap sinar matahari dan angin, tidak menggugurkan daun, toleransi sedang-tinggi terhadap polusi udara, bertrikoma/berambut, tajuk tidak mengganggu lalu lintas, akar tidak merusak konstruksi jalan.
3 Tanaman dalam blok kawasan komersial
Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, mudah dipelihara.
4 Tanaman dalam kawasan penghijauan
Tanaman yang ditanam memiliki karakter : estetika baik, tanaman peneduh dan perdu semak hias, serta tanaman yang dapat hidup dalam pot, memiliki keragaman corak dan jenis, tahan terhadap kondisi cuaca, toleran terhadap polusi, mudah dipelihara.
Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di
lingkungan perkotaan memberikan suasana alami. Tanaman mempengaruhi
penampakan visual yang kita lihat. Secara umum di dalam lanskap, pohon
merupakan sebuah elemen utama. Secara individual maupun berkelompok pohon-
pohon dapat memberikan kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang
berbeda-beda pula. Pada jarak dekat daun, batang pohon dan cabang-cabang dapat
dilihat secara jelas. Jika dilihat dari jarak menengah puncak-puncak pohon terlihat
seperti garis. Jarak ini merupakan bagian penting dalam lanskap karena
menberikan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam
pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, perbedaan ketinggian dari
puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya dari jarak ini pohon
digunakan sebagai latar belakang.
80
37
81
PERENCANAAN LANSKAP
Perencanaan merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana yang
sistematis, baik menjadi rencana tertulis maupun rencana grafis. Rencana tertulis
bertujuan untuk menjelaskan tapak secara deskriptif sehingga tercapai fungsi
akurasi data baik data nominal maupun data spasial, sedangkan rencana grafis
bertujuan untuk memvisualisasikan seluruh informasi yang terdapat dalam
rencana tertulis menjadi gambar yang komunikatif dan informatif.
Rencana Ruang Sirkulasi
Rencana ruang sirkulasi yang dikembangkan pada tapak merupakan
kelanjutan dari penggunaan jalan yang telah ada. Ruang sirkulasi ini meliputi
ruang pergerakan bagi kendaraan yaitu badan jalan dengan lebar 14 meter untuk
dua jalur kendaraan yang berada disepanjang segman jalan.
Pedestrian merupakan ruang khusus bagi pejalan kaki yang bertujuan
untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor. Ruang ini terdapat disepanjang
segmen jalan dengan lebar 1,8 meter. Untuk perkerasaan dipilih jenis konblok
yang porous.
Jalur sepeda merupakan ruang baru yang diciptakan dengan tujuan yang
hampir sama. Jalur ini berada berdampingan dengan pedestrian dan dibatasi
dengan berm. Jalur sepeda yang akan digunakan terpisah dari badan jalan. Lebar
jalur sepeda 2,2 meter menggunakan perkerasan dari jenis batu alam dan koral
yang disusun rapi.
Median jalan yang dikembangkan merupakan kelanjutan dari setiap
penggunaan yang telah ada seperti pada Jalan H. Soleh Iskandar (segmen utara)
dengan lebar median 3 meter dan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh (segmen
tengah dan selatan) dengan lebar 2 meter. Terdapat juga jalur hijau dengan lebar 3
meter pada semua segmen jalan. Sebagai pelengkap disediakan fasilitas berupa
rambu lalu lintas, papan informasi dan lain-lain.
82
A
POTONGAN RENCANA A
1 m 1 m
3 m 3 m
1,8 m 1,8 m
2 m 2,2 m 2,2 m 7 m 7 m
38
83
B
POTONGAN RENCANA B
7 m7 m 2 m 3 m
3 m 2,2 m2,2 m
1,8 m 1,8 m1 m
1 m
39
84
POTONGAN RENCANA C
C
7 m7 m 3 m
3 m 2,2 m
1,8 m
3 m2,2 m
1,8 m
40
85
Tabel 17. Rencana Sirkulasi Setiap Segmen Lokasi Utara Tengah Selatan
Jalur kendaraan 14 meter 14 meter 14 meter Pedestrian 3,6 meter 3,6 meter 3,6 meter Jalur sepeda 4,4 meter 4,4 meter 4,4 meter Jalur hijau 6 meter 8 meter 6 meter Median 3 meter 2 meter 2 meter Drainase 2 meter 3 meter 2 meter Jumlah 33 meter 35 meter 32 meter
Pada lokasi tapak yang melalui aliran sungai dan rel kereta api
direncanakan untuk menambahkan jembatan pedestrian. Pada jembatan pedestrian
dan jalur sepeda diletakkan pada satu tempat namun terpisah dari badan jalan. Hal
ini dimaksudkan untuk memberi kenyamanan dan keamanan baik untuk pejalan
kaki maupun bagi pengguna jalan.
*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 41. Rencana Jembatan Pedestrian
Rencana Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan merupakan ruang yang direncanakan agar dapat
mengakomodasi aktivitas pengguna jalan dalam hal beristirahat, aktivitas sosial
ekonomi, melihat pemandangan dan sebagainya. Pada ruang ini disediakan tempat
duduk yang berada di samping pedestrian berjarak setiap 200 meter di sepanjang
jalan dan stop area berupa shelter di kawasan padat aktivitas disepanjang jalan
sesuai kondisi tapak. Fasilitas jalan lainnya seperti lampu pedestrian, tempat
sampah, tempat penyeberangan dan tanaman peneduh sebagai fasilitas penambah
kenyamanan.
86
*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 42. Rencana Ruang Pelayanan
Rencana Ruang Identitas
Ruang identitas adalah ruang yang diciptakan untuk memberikan kesan
bagi siapa pun yang melalui jalan ini dan diharapkan dapat terus diingat. Ruang
identitas terletak pada nruang penerimaan. Ruang penerimaan merupakan ruang
dengan fungsi penyambutan dan pelepasan, dimana pengguna jalan masuk dan
keluar tapak sehingga kesan kuat dan menarik yang ditonjolkan.
Identitas/landmark diperkuat melalui penataan tanaman maupun kombinasi antara
tanaman dengan bentukan hardscape berupa gerbang kawasan, sedangkan melalui
penataan tanaman yaitu dengan memanfaatkan tanaman dengan bentuk
ornamental dengan tajuk piramidal yaitu Palm Raja (Roystonea regia) pada
segmen tengah, Cemara Kipas (Thuja orientalis) pada segmen utara dan Kayu
Manis (Cinnamomun burmanii) pada segmen selatan.
*Sumber : http://beritadaerah.com
Gambar 43. Rencana Gerbang Kawasan
87
Rencana Tata Hijau
Rencana tata hijau terdapat hampir di seluruh ruang yang direncanakan
yaitu pada jalur hijau, pada median dan tepi jalan, ruang pelayanan dan sekitar
perairan. Jalur hijau pada median dengan lebar 3 meter di sepanjang Jalan H.
Soleh Iskandar dan lebar 2 meter di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh.
Jalur tepi jalan diperlebar menjadi 3 meter di sepanjang lokasi studi.
Tata hijau pengarah menggunakan tanaman berkarakter formal dengan
bentuk tajuk piramidal atau kolumnar untuk memberi kesan vertikal dan
ornamental, ditanam secara teratur dan linear dengan pola penanaman tunggal
berjajar. Tanaman yang digunakan yaitu Cemara Kipas (Thuja orientalis), Pinus
(Pinus merkusii), Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia), Kayu Manis
(Cinnamomun burmanii) dan Palm Raja (Roystonea regia). Diletakkan di median
jalan dengan tanaman Palm Raja (Roystonea regia) di sepanjang segmen tengah,
tanaman Kayu Manis (Cinnamomun burmanii) di sepanjang segmen selatan dan
Cemara Kipas (Thuja orientalis) di sepanjang segmen Utara. Sementara disetiap
pertemuan antar jalan serta di sekitar jalan masuk blok kawasan disekitarnya
digunakan tanaman Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan Tiang (Polyalthia
longifolia). Selain sebagai pengarah tanaman tersebut juga berfungsi sebagai
penanda kawasan.
Tanaman peneduh ditempatkan di sepanjang sisi jalan dengan lebar 3
meter. Karakteristik pohon yang digunakan adalah bentuk tajuk kubah, bulat atau
menyebar sehingga dapat mengurangi silau matahari. Jenis vegetasi yang
digunakan adalah Mahoni (Swietenia mahogany) pada segmen utara dam Kenari
(Canarium hirsutum) pada segmen tengah dan selatan dengan jarak tanam 6-8
meter.
Tanaman penutup tanah (ground cover) yang digunakan berupa Rumput
Gajah (Cynodon dactilon) ditanam pada jalur hijau sepanjang koridor jalan dan
Kacang-kacangan (Arachis pintoi) ditanam di median jalan. Tanaman merambat
sejenis Alamanda (Allamanda cathartica) ditanam di tempat duduk, hal ini
88
dimaksudkan agar tanaman merambat di atap tempat duduk untuk memberi kesan
estetik.
Tabel 18. Rencana Penanaman Tata Hijau di Setiap Segmen
Lokasi Jenis Vegetasi Fungsi Cara Penanaman Utara Tengah Selatan
Jalur Hijau Mahoni (Swietenia mahogany)
Kenari (Canarium hirsutum) Penyangga, kenyamanan, estetik
Penanaman tunggal dengan jarak tanam 6 meter
Rumput Gajah (Cynodon dactilon) Penanaman padat
Median
Cemara Kipas (Thuja orientalis)
Palm Raja (Roystonea regia)
Kayu Manis (Cinnamomun burmanii)
Pengarah, kenyamanan,
estetik
Penanaman tunggal dengan jarak tanam 6 meter
Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora
javanica)
Penanaman padat berjajar diselang-seling setiap 15 meter
Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Penanaman padat
Ruang Peralihan
Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia)
Identitas, estetik
Penanaman tunggal dengan jarak tanam 4-5 meter
Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora
javanica)
Penanaman padat berjajar diselang-seling setiap 15 meter
Kacang-kacangan (Arachis pintoi) Penanaman padat
Tempat duduk
Alamanda (Allamanda cathartica) Kenyamanan, estetik
Penananam tunggal
Tanaman pada median jalan sebagai barrier atau pembatas, penahan silau
lampu kendaraan dan matahari serta sebagai penambah estetika digunakan
kombinasi tanaman semak. Tanaman semak dijaga ketinggiannya melalui
tindakan pemangkasan agar tidak melebihi batas maksimal 1,1 meter. Jenis
vegetasi yang digunakan yaitu Bunga Mentega (Nerium oleander), Bogenvil
(Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora javanica). Pola penanaman pada
median dilakukan guna mengurangi kemonotonan melalui perubahan pola
penanaman setiap 200 meter sesuai dengan kondisi di lapang. Pola penanaman
yang diwujudkan yaitu bentuk padat berjajar. Penanaman dilakukan diantara
tanaman pengarah yang juga ditanam di median jalan, serta penanaman dilakukan
89
agak menjorok ke tengah dengan perkiraan bahwa pertumbuhan tajuk tanaman
tidak akan mengganggu pengguna jalan.
*Sumber : http://www.google.co.id
Gambar 44. Vegetasi yang Digunakan
90
± 0,0
TAMPAK POTONGAN
45
91
TAMPAK POTONGAN
TAMPAK POTONGAN
46
92
Rencana Fasilitas Jalan
Tapak yang direncanakan memerlukan peletakan fasilitas/perabot jalan
guna mendukung fungsi tapak. Fasilitas tersebut meliputi tata informasi yaitu
rambu lalu lintas, papan informasi dan papan reklame, sedangkan untuk street
furniture yaitu tempat duduk, tempat sampah, lampu penerangan, telepon umum,
halte, saluran drainase, pedestrian, jalur sepeda, kotak surat, fire hydrant, stop
area dan jembatan pedestrian. Berikut dijelaskan masing-masing fasilitas jalan :
1. Tempat duduk
Pemilihan tempat duduk pada tapak dilakukan berdasarkan kenyamanan,
kesederhanaan bentuk, estetika, tinggi bangku 60 cm, mudah dipelihara
dan tahan terhadap vandalisme. Bangku dilengkapi dengan atap pelindung
yang dirambati tanaman merambat yang berbunga sehingga terlihat lebih
estetik selain berfungsi melindungi pengguna dari panas matahari dan air
hujan. Penempatan bangku dibuat berjajar berada di sepanjang tepi
pedestrian setiap 200 m di setiap segmennya disesuaikan dengan kondisi
tapak (Gambar 47).
Tabel 19. Jumlah dan Lokasi Tempat Duduk pada Setiap Segmen Segmen Keterangan
Jumlah Lokasi Utara 33 buah Sepanjang jalan, kawasan komersial, stoparea,
jembatan pedestrian Tengah 16 buah Sepanjang jalan, kawasan komersial, stoparea,
kawasan perumahan Selatan 15 buah Sepanjang jalan, kawasan terminal, stoparea, jembatan
pedestrian Jumlah 64 buah
93
TAMPAK POTONGAN
47
94
2. Tempat sampah
Tempat sampah yang direncanakan pada tapak di bagi menjadi dua yaitu
tempat sampah organik dan anorganik dengan desain sederhana, terbuat
dari bahan plastik dengan tinggi 80 cm dan lebar 40 cm ( Gambar 49).
Diletakkan di sepanjang jalur pedestrian, pada stop area dan halte dengan
jarak peletakan setiap 100 m, sehingga secara keseluruhan tempat sampah
yang disediakan pada koridor jalan ini sebanyak ± 188 buah (segmen
selatan 26 buah, segmen tengah 34 buah dan segmen utara 67 buah).
Peletakan tempat sampah pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau
oleh pengguna jalan sehingga dapat berfungsi secara optimal.
Tabel 20. Jumlah dan Lokasi Tempat Sampah
Lokasi Jumlah
Pedestrian 127 buah
Stop area 12 buah
Halte 49 buah
188 buah
Gambar 48. Rencana Tempat Sampah
95
TAMPAK POTONGAN DEPAN
49
96
3. Saluran drainase
Tingginya curah hujan akan menimbulkan limpahan air hujan yang cukup
tinggi. Adanya Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane beserta anak
sungainya berfungsi sebagai saluran penampungan akhir. Bentuk saluran
di sepanjang segmen utara dan segmen selatan merupakan saluran drainase
dengan sistem terbuka yang terletak di tepi jalur hijau. Bentuk saluran
berupa trapesium dengan lebar dimensi yang lebih besar yaitu 1 meter
(Gambar 50), sedangkan saluran drainase pada segmen tengah merupakan
saluran drainase dengan sistem tertutup berada di bawah jalur pedestrian
dengan bentuk saluran pipa berdiameter 1 meter.
4. Rambu Lalu Lintas
Rencana penempatan rambu lalu lintas sangatlah penting untuk kelancaran
berlalu lintas. Penempatan rambu-rambu lalu lintas biasanya ditempatkan
pada lokasi persimpangan/pertigaan, area rawan kecelakaan, area padat
pejalan kaki dan area penting lainnya. Rambu-rambu lalu lintas dapat
berupa rampu maksimum/minimum kecepatan kendaraan, rambu dilarang
berhenti atau parkir, rambu yang menunjukkan fasilitas umum dan
sebagainya. Selain rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas juga penting
ditempatkan di lokasi studi seperti pada daerah persimpangan dan
pertigaan hal ini dimaksudkan untuk mengatur arus lalu lintas agar dapat
berjalan teratur tanpa terjadi kecelakaan antara kendaraan bermotor mapun
kendaraan bermotor dengan pejalan kaki dan sepeda. Diharapkan dengan
adanya rambu dan lampu lalu lintas dapat menambah kenyamanan,
keamanan dan kelancaran dalam berlalu lintas di sepanjang Jalan KH.Rd.
Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar.
97
TAMPAK POTONGAN
50
98
5. Fire hydrant
Rencana peletakan fire hydrant pada jalan dimaksudkan untuk memberi
pertolongan pertama jika terjadi kebakaran di jalan dan sekitarnya. Fire
hydrant didesain sederhana namun harus dipastikan berpotensi maksimal
dengan bahan dari besi dan diberi warna merah (Gambar 51). Peletakan
fire hydrant direncanakan setiap 500 m sehingga di sepanjang jalan
terdapat ± 24 unit (4 unit di segmen selatan, 8 unit di segmen tengah dan
12 unit di segmen utara).
Gambar 51. Rencana Fire Hydrant
6. Papan orientasi
Papan orientasi berguna untuk memberi informasi arah kepada pengguna
jalan agar pengguna jalan dapat mengetahui jalur perjalanan yang akan
dilewatinya. Papan informasi diletakkan di setiap persimpangan dan
pertigaan, pusat perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya.
Gambar 52. Rencana Papan Orientasi
99
7. Lampu dan papan reklame
Penerangan pada tapak terutama pada jalan sangatlah penting, selain demi
alasan keamanan juga agar pengguna jalan dapat mengetahui orientasi
dengan mudah. Lampu pada pedestrian dengan tinggi 2,5 m dengan jenis
lampu pijar atau neon/TL (Gambar 54). Lampu pedestrian diletakkan
diantara jalur sepeda dan pedestrian setaip jarak 10 m. Pada bagian tiang
lampu pedestrian dilengkapi papan reklame untuk meletakkan
reklame/iklan agar terlihat lebih rapi. Lampu penerangan untuk jalur
kendaraan diletakkan di median jalan setiap 25 m.
Tabel 21. Jumlah Lampu Penerangan di Setiap Segmen
Segmen Jumlah Lampu
Lokasi Pedestrian Jalan
Utara 670 buah 146 buah Di sepanjang tepian jalan, ditempatkan pada median dan diantara pedestrian dan
jalur sepeda Tengah 325 buah 69 buah
selatan 238 buah 54 buah
Jumlah 1.233 buah 269 buah
Gambar 53. Rencana Lampu pada Median Jalan
100
TAMPAK POTONGAN
54
101
8. Pedestrian dan jalur sepeda
Sisterm jalur pejalan kaki dan sepeda pada tapak digabungkan dalam suatu
pedestrian walk berada di sepanjang koridor jalan. Pada area ini juga
ditempatkan rambu-rambu lalu lintas, utilitas (listrik, air bersih, saluran
drainase) dengan ketentuan yaitu:
a) Jalur pedestrian dengan lebar 1,8 m termasuk jalur untuk
penyandang cacat.
b) Jalur sepeda yang terpisah dari badan jalan dengan lebar 2,2 m
untuk dua arah.
c) Pada bagian pedestrian yang di bawahnya dilewati saluran drainase
pada setiap 10 m diberi lubang (manhole) untuk pemeliharaan
dilenkapi dengan tutup yang dapat dibuka.
d) Rambu lalu lintas, tiang listrik, dan pohon diletakkan di bagian
jalur hijau.
e) Untuk menghubungkan pedestrian di kawasan sungai dan jalur
kereta api digunakan jembatan pedestrian.
Jalur sepeda yang direncanakan termasuk ke dalam klasifikasi kelas I yaitu
antara jalur pejalan kaki dan sepeda terdapat pada lokasi yang sama namun
terpisah dari badan jalan. Sistem ini akan lebih aman dan nyaman dengan
adanya batas yang jelas.
Untuk perkerasannya pada jalur pedestrian digunakan paving konblok
dengan warna terang (merah bata, biru), sedangkan untuk jalur sepeda
digunakan perkerasan jenis step stone dipadukan dengan batu koral pada
kedua sisinya.
102
102
TAMPAK POTONGAN
TAMPAK ATAS
55
103
9. Jembatan pedestrian
Jembatan pedestrian dimaksudkan untuk mempermudah pengguna jalan
khususnya pejalan kaki untuk menyeberangi tempat-tempat yang terpisah
oleh aliran sungai dan rel kereta api. Jembatan pedestrian diletakkan pada
kedua sisi jembatan yang terpisah dari jalur kendaraan. Hal ini agar
pengguna jalan lebih merasa aman dan nyaman dalam menyeberang.
Jembatan pedestrian dibuat dengan lebar 2 m dan tinggi disesuaikan
dengan keadaan di lapang. Jumlah jembatan pedestrian di lokasi studi
sebanyak 12 buah (6 buah di segmen utara dan 6 buah di segmen selatan).
10. Halte
Rencana halte yang dikembangkan merupakan kelanjutan dari penggunaan
yang telah ada. Halte yang direncanakan berfungsi sebagai tempat
pemberhentian bis yang dibuat untuk memberi keamanan dan kenyamanan
bagi pengguna halte. Halte diletakkan di setiap segmen kawasan, sesuai
dengan sistem yang dibuat sebelumnya. Halte diletakkan pada jalur lay
bay jalan yaitu memberikan ruang lebih pada badan jalan sehingga tidak
mengganggu lalu lintas kendaraan lainnya saat pengangkutan dan
penaikan penumpang. Jumlah halte pada kawasan sebanyak 49 buah ( 7
buah di segmen selatan, 16 buah di segmen tengah dan 26 buah di segmen
utara).
Gambar 56. Rencana Halte
104
Rencana fasilitas jalan berdasarkan keterangan diatas dapat disajikan
dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 22. Rencana Penempatan Fasilitas Jalan
No Fasilitas Jalan Lokasi Jumlah/luasan
1 Tempat duduk Sepanjang jalan setiap 200 m 64 buah
2 Tempat sampah Sepanjang jalur pedestrian, pada jalur hijau dan halte dengan jarak setiap 100 m
188 buah
3 Saluran drainese Sepanjang jalan ± 8 km
4 Fire hydrant Sepanjang jalan setiap 500 m 24 unit
5 Lampu dan papan reklame
Di median jalan (setiap 25 m) dan di antara pedestrian dan jalur sepeda (setiap 10 m)
269 buah dan 1.233 buah
6 Pedestrian dan jalur sepeda
Sepanjang jalan ± 8 km
7 Halte Sepanjang jalan 49 buah
8 Jembatan pedestrian Di daerah aliran sungai dan rel kereta api 12 buah
9 Papan orientasi Di persimpangan dan pertigaan 14 buah
10 Stop area Di pusat perumahan dan fasilitas umum lainnya 12 buah
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar merupakan
jalan dengan fungsi kolektor primer yaitu sebagai jalan penghubung antara
wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Jalan ini melewati kawasan
perdagangan dan permukiman. Akitivitas yang tinggi menyebabkan jalan ini perlu
penataan lanskap jalan terutama jalur pejalan kaki (pedestrian) sehingga pejalan
kaki merasa aman dan nyaman selama berada di kawasan koridor jalan.
Dalam perencanaan lanskap pedestrian hijau dilandasi pada konsep
menciptakan koridor jalan yang aman, nyaman dan menyenangkan maka daerah
milik jalan (damija) yang semula berdimensi lebar 22 m dilebarkan menjadi 32 m
(segmen selatan), lebar 29 m dilebarkan menjadi 35 m (segmen tengah) dan lebar
25 m dilebarkan menjadi 33 m (segmen utara). Daerah milik jalan meliputi badan
jalan (14 m), median (2-3 m), pedestrian (1,8 m), jalur sepeda (2,2 m) dan saluran
drainase (1-1,5 m). Melihat potensi tapak, ruang yang ada, kebutuhan pengguna
dan lingkungan maka ruang yang direncanakan pada tapak terdiri dari ruang
sirkulasi, ruang penyangga/konservasi, ruang pelayanan dan ruang identitas.
Suasana nyaman diciptakan melalui penataan tanaman dan fasilitas
penunjang. Vegetasi di jalur hijau ditanam jenis pohon Mahoni (Swietenia
mahogani) di segmen utara dan Kenari (Canarium hirsutum) di segmen tengah
dan selatan, sedangkan vegetasi estetik sebagai pengarah dan penanda dengan
menggunakan pohon Palm Raja (Roystonea regia), Kayu Manis (Cinnamomun
burmanii), Cemara Kipas (Thuja orientalis), Pinus (Pinus merkusii) dan Glodokan
tiang (Polyalthia longifolia) sedangakan tipe semak/perdu yaitu Bunga Mentega
(Nerium oleander), Bogenvil (Bougainvillea spectabilis) dan Soka (Ixora
javanica). Fasilitas jalan yang disediakan seperti tempat sampah, lampu
penerangan, tempat duduk, halte dan sebagainya ditempatkan sebagai pemenuhan
pelayanan bagi pengguna jalan dan masyarakat. Hardscape pada lanskap kedua
jalan ini dibuat dengan desain perpaduan antara modern dan tradisional dengan
konsep sederhana namun tetap menarik dan fungsional. Pada bagian jalan yang
117
terpisah oleh aliran sungai dan rel kereta api maka dibangun jembatan pedestrian
bagi pengguna jalan khususnya pejalan kaki agar lebih merasa aman, nyaman dan
terhindar dari hal-hal buruk lainnya.
Saran
Setelah dilakukan studi mengenai Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan
Lingkar Luar Kota Bogor perlu dilakukan perencanaan lebih mendalam terhadap
peruntukan kawasan sekitar daerah milik jalan agar sesuai dan harmonis dengan
konsep jalan yang telah dibuat. Pengembangan jalur sepeda dan pedestrian
menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah kemacetan. Agar lanskap jalan
tetap indah dan sesuai tujuannya maka segi pemeliharaan juga harus menjadi
perhatian.
118
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, H.F. 1980. Trees in Urban Design. New York : Van Nostrand Reinhold
Co.
Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. 2010. Masterplan Ruang Terbuka Hijau
Kota Bogor T.A. 2010. Bogor : BAPEDA Kota Bogor.
Carpenter, P.L.T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plant in the Landscape. New York : W. H. Freeman and Company.
Direktorat Jendral Bina Marga. 1985.Undang-Undang RI No. 26/1985 Tentang Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
. 1995. Petunjuk Perencanaan Trotoar. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
. 1995. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Ecbo, G. 1964. Urban Landscape Desagn. New York : McGraw-Hill Book Inc.
Gold .1980. Recreation Planning and Design. New York : McGraw-Hill Book Co.
Grey, GW dan FJ Deneke. 1978. Urban Forestry. New York : John Willey and Sons Inc.
Hakim, R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Jakarta : Bumi Aksara.
Harris, C.W dan N.T Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture. New York : McGraw-Hill Book Co.
Kodariyah, R. 2004. Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Perdagangan di Kota Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Laurie, M. 1986. Pengantar untuk Arsitektur Lanskap (Terjemahan). Bandung : Intermatra.
Lestari, Garsinia dan Ira Puspa Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya.
119
Lynch, K. 1981. The Image of the City. Cambridge Mass. M.I.T.prees.
Nurisjah, S. dan Qodarian P. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB (tidak dipublikasikan).
Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksanakan. Bogor : Makalah Diskusi pada Festival Tanaman VI Himagron.
Setijowarno, D dan R. B. Frazila. 2003. Pengantar Rekayasa Dasar Transportasi. Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata.Direktorat jendral pndidikan tinggi.
Simonds, JO. 1983. Landscape Architecture. New York : McGraw Hill-Book Co.
120
LAMPIRAN
121
Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR
KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap pedestrian hijau (jalur pejalan kaki) yang indah, nyaman, aman, dan mendukung aktivitas pejalan kaki dan pengguna jalan di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan
Jalan H. Soleh Iskandar Oleh : YOLLA HADIYATI (A44050270)
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Kuisioner ini mohon diisi dan atas perhatiannya, saya ucapkan teriman kasih.
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN
DATA RESPONDEN Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita Usia : a. 7-12 thn b.13-19 thn c. 20-24 thn
d. 25-55 thn e. >55 thn Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. Pegawai negeri/swasta
c. Wiraswasta d. Pedagang e. Ibu rumah tangga f. Tidak bekerja g. Lainnya…..
Pendidikan Terakhir : a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Akademi f. Peguruan Tinggi
Alamat : …………………………………………………….……… Persepsi/Keadaan umum jalan menurut pemakai jalan
1. Kondisi jalur sirkulasi kendaraan di jalan ini menurut Anda saat ini : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. baik e. sangat baik
2. Kondisi jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda saat ini : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. baik e. sangat baik
3. Ketika anda berada di jalan ini sinar matahari yang anda rasakan : a. Sangat terik b. terik c. sedang d. teduh e. sangat teduh
4. Bagaimana menurut anda keamanan di jalan ini : a. Sangat bahaya b. bahaya c. sedang d. aman e. sangat aman
5. Bagaimana menurut anda keselamatan di jalan ini : a. Sangat bahaya b. bahaya c. sedang d. aman e. sangat aman
6. Pemandangan di jalan ini menurut anda : a. Sangat buruk b. buruk c. sedang d. indah e. sangat indah
7. Kebersihan jalan ini menurut anda : a. Sangat kotor b. kotor c. sedang d. bersih e.sangat bersih
122
Lanjutan Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian
8. Penataan tanaman di jalan ini menurut anda :
a. Terlalu alami/rimbun b. kurang alami/banyak elemen keras c. gersang d. kurang penataan e. lainnya……………………
9. Lebar jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda : a. Sangat sempit b. sempit c. sedang d. lebar e. sangat lebar
10. Penataan lampu/penerangan di jalan ini menurut anda : a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. layak e. sangat layak
11. Penempatan rambu peringatan di jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat
12. Peletakan marka jalan pada jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat
13. Penempatan papan informasi di jalan ini menurut anda : a. Sangat tidak tepat b. tidak tepat c. sedang d. tepat e. sangat tepat
14. Menurut anda keberadaan pedagang kaki lima di trotoar ini : a. Sangat mengganggu b. mengganggu c. sedang d. bermanfaat e. sangat bermanfaat
15. Fasilitas telepon di jalan ini menurut anda : a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. memadai
e. sangat memadai 16. Keberadaan halte di jalan ini menurut anda :
a. Sangat kurang b. kurang c. sedang d. memadai e. sangat memadai
Keinginan dari pengguna jalan 1. Jenis tanaman yang ada di sekitar jalan ini :
a. Tanaman besar rindang (peneduh) b. tanaman berbunga indah c. tanaman penghasil buah d. tanaman berwarna-warni e. lainnya………………………………………………………………..
2. Motif permukaan jalur pejalan kaki yang diinginkan : a. Polos b. bercorak dengan motif tertentu c. lainnya………
3. Apakah perlu dibuat pembatas antara pedestrian dan jalan kendaraan : a. Perlu, alasan………………………………………………………………... b. Tidak perlu, alasan………………………………………………………….
4. Jika perlu, bentuk pagar pembatas seperti apa : a. Pagar besi b. pagar tanaman c. lainnya………………...
5. Saluran drainase seperti apa yang anda inginkan :
123
Lanjutan Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian
a. Saluran terbuka b. saluran tertutup c. kombinasi d. tidak perlu
6. Menurut keinginan anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya bersifat : a. Permanen/tetap b. temporer/sementara
7. Peletakan pedagang kaki lima sebaiknya : a. Dipusatkan di tempat tertentu b. tersebar di tempat tertentu c. tersebar dan tidak teratur d. lainnya…………………
8. Tempat parkir pada jalan ini yang anda harapkan : a. Tersebar dan teratur b. disatu tempat c. dimana saja
9. Penerangan/lampu jalan yang anda harapkan : a. Sangat terang b. terang c. remang-remang d. gelap e. lainnya………………….
10. Peletakan papan informasi yang anda harapkan : a. Dipusatkan pada tempat tertentu b. tersebar dan teratur c. tersebar dan tidak teratur d. lainnya……………
11. Penempatan tempat sampah yang anda harapkan : a. Pada tempat yang ramai b. tersebar merata, mudah terjangkau c. tersebar berjauhan d. lainnya……………..
Saran anda untuk perencanaan lanskap pedestrian di jalan ini : ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
126
Lampiran 2. Tabel Jenis Tanaman No Nama Latin Nama Lokal Famili Tipe
Tanaman Bentuk Tajuk
Warna Daun
Warna Bunga
Penyinaran
Kelembaban
Perbanyakan
1 Allamanda cathartica Alamanda Apocynaceae TM S H K T-N S S,B,C 2 Arachis pintoi Kacang-kacangan Leguminaceae GC B H K T S S,A 3 Areca catechu Pinang Arecaceae PT M H P T S B 4 Bougainvillea spectabilis Bogenvil Nyctaginaceae SS S H Pi T S S,B.Sa 5 Canarium hirsutum Kenari Burseraceae PT K H - T S B 6 Cinnamomun burmanii Kayu manis Lauraceae PT P H,M - T S B,S,C 7 Cynodon dactylon Rumput gajah Poaceae GC D H - T S A 8 Ixora javanica Soka Rubiaceae SP S H P T S B,S 9 Lagerstromia speciosa Bungur lythraceae PT B H U T S B,C
10 Nerium oleander Bunga mentega Apocynaceae ST B H K T S S 11 Pinus merkusii Pinus Pinaceae PT K H C N S B,C 12 Polyalthia longifolia Glodokan tiang Annonaceae PS P H K T S B.C 13 Roystonea regia Palm raja Arecaceae PT M H - T S B 14 Swietenia mahogani mahoni Meliaceae PT S H - T S B,C,S 15 Thuja orientalis Cemara kipas Cupressaceae PP P H - T S B,S,C 16 Veitchia merilii Palm putri Arecaceae PS M H - T S B
Keterangan :
Tipe tanaman : TA ( Tanaman Air), E (Epifit), GC (GRoud Cover), SP (Semak Pendek), SS (Semak Sedang), ST (Semak Tinggi),
PP (Pohon Pendek), PS (Pohon Sedang), PT (Pohon Tinggi), TM (Tanaman Merambat)
Bentuk tajuk : B (Bulat), K (Kolumnar), D (Dome), P (Piramidal), O (Oval), M (Menjurai), S (Spread)
Warna Daun/Bunga : H (Hijau), M (Merah), K (Kuning), C (Coklat), Pi (Pink), P (Putih), U (Ungu)
Penyinaran : T (Terbuka), N (Naungan)
Kelembaban : K (Kering), S (Sedang), L (Lembab)
Perbanyakan : A (Anakan), B (Benih/Biji), S (Stek), C (Cangkok), Sa (Sambung)
124
125
Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner
Data Responden
126
Lanjutan Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner
Persepsi/Keadaan umum jalan menurut pemakai jalan
No Pertanyaan Jawaban
A B C D E
1 Kondisi jalur sirkulasi kendaraan di jalan ini menurut Anda saat ini
0 0 7 23 0
2 Kondisi jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda saat ini :
15 10 5 0 0
3 Ketika anda berada di jalan ini sinar matahari yang anda rasakan
18 10 2 0 0
4 Bagaimana menurut anda keamanan di jalan ini
0 10 17 3 0
5 Bagaimana menurut anda keselamatan di jalan ini
0 4 20 6 0
6 Pemandangan di jalan ini menurut anda 0 1 23 4 2
7 Kebersihan jalan ini menurut anda 0 3 17 10 0
8 Penataan tanaman di jalan ini menurut anda 10 0 7 13 0
9 Lebar jalur pejalan kaki di jalan ini menurut anda
0 5 24 1 0
10 Penataan lampu/penerangan di jalan ini menurut anda
27 3 0 0 0
11 Penempatan rambu peringatan di jalan ini menurut anda
8 19 3 0 0
12 Peletakan marka jalan pada jalan ini menurut anda
2 5 23 0 0
13 Penempatan papan informasi di jalan ini menurut anda
2 21 7 0 0
14 Menurut anda keberadaan pedagang kaki lima di trotoar ini
17 5 5 3 0
15 Fasilitas telepon di jalan ini menurut anda : 27 2 1 0 0
16 Keberadaan halte di jalan ini menurut anda : 0 3 8 14 5
127
Lanjutan Lampiran 3. Data Responden dan Rekap Hasil Kuisioner
Keinginan dari pengguna jalan
No Pertanyaan Jawaban
A B C D
1 Jenis tanaman yang ada di sekitar jalan ini 17 8 3 2
2 Motif permukaan jalur pejalan kaki yang diinginkan
7 23 0 0
3 Apakah perlu dibuat pembatas antara pedestrian dan jalan kendaraan
28 2 0 0
4 Jika perlu, bentuk pagar pembatas seperti apa 2 25 3 0
5 Saluran drainase seperti apa yang anda inginkan 7 5 18 0
6 Menurut keinginan anda, keberadaan pedagang kaki lima di jalan ini sebaiknya bersifat
9 21 0 0
7 Peletakan pedagang kaki lima sebaiknya 19 6 0 5
8 Tempat parkir pada jalan ini yang anda harapkan 20 8 2 0
9 Penerangan/lampu jalan yang anda harapkan 16 13 1 0
10 Peletakan papan informasi yang anda harapkan 15 13 0 2
11 Penempatan tempat sampah yang anda harapkan : 7 23 0 0
128
TANPA SKALA 128 Lampiran 4. Perspektif Stop Area
131
Lampiran 5. Peta Kondisi Eksisting Tapak
1 2 3 4
7
13
8 9 10
5
11
6
1
14 15 16 17 18
19
1 20
1
2
3
4
56
7
8
9
10
11 12
13
15
1716
18 14
20
129