percobaan vi - widi.pdf
TRANSCRIPT
-
LAPORAN AKHIR
PERCOBAAN VI
A. Judul : Kimia Tembaga
B. Tujuan : Mempelajari:
1. Beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga
2. Pembuatan tembaga (I) oksida
3. Reaksi antara tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida
dengan asam.
4. Pembuatan tembaga (I) klorida
5. Penguraian thermal tembaga (II) halida
6. Pembuatan tembaga (I) yodida.
C. Dasar Teori
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam
golongan IB. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak
lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh
logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga
adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik.
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling
aktif. Cu+
mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar
(baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk.
Untuk menilai pada keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu
membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu
+ akan berada pada banyak
jumlah (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari
Cu+). Disproporsionasi ini akan menjadi sempurna. Di lain pihak jika Cu
+ dijaga
sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). Cu2+
sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat di tempa dan
liat. Tembaga melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif
(+0,34 V untuk pasangan Cu / Cu+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan
-
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam
nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga.
Enthalpi ionisasi kedua dan ketiga dari Cu lebih rendah dibandingkan
dengan unsur alkali da diperhitungkan sebagai karakater unsur transisi yang
diunjukkan melalui keberadaan ion paramagnetik berwarna dan senyawaan
kompleks dari oksida II, III, dan IV. Tingkat oksidasi dan stereokimia dari
tembaga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulfit teroksidasi
superficial dalam udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida
karbonat dan hidrokso sulfat dan SO2. Di atmosfer tembaga mudah larut dalam
asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen. Kestabilan relatif kepro dan
kopri diartikan dengan potensial Cu*= 0,52 V dan Cu+
= 0,153 V. Kestabilan
relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang cukup beragam dengan
pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam kristal. Pelarutan tembaga hidroksida
karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau dituliskan
[Cu(H2O)6]2+
. Diantara berbagai kristal hidratnya adalah sulfat hidratnya adalah
sulfat biru CuSO4.5H2O yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi
zat anhidrat yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks
dengan pertukaran molekul air secara berurutan.
-
Tembaga dalam jumlah yang kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan
bersifat racun dalam jumlah yang besar, terutama bagi bakteri, alga, dan fungi.
Diantara banyak senyawa tembaga yang digunakan sebagai pestisida adalah asetat
basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan sulfat. Secara komersil senyawa tembaga
yang terpenting adalah CuSO4.5H2O. Selain dalam bidang pertanian, CuSO4 juga
digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan garam tembaga yang lain,
perminyakan, karet, dan industri baja.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air. Senyawa-senyawa
tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO hitam. Garam-
garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat,
maupun dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion
tetraakuokuprat (II) [Cu (H2O)4]2+
saja. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,
seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning).
Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah. Sedangkan
senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu
(II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap
(biru gelap) yang terbentuk dengan larutan amonia berlebihan. Cu digunakan buat
kabel, kawat, peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu
kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain. Umumnya bijih
tembaga hanya mengandung 0,5% Cu. Pemekatan bijih ini sangat diperlukan. Hal
ini biasanya dilakukan dengan pengembangan menghasilkan bijih pekat dengan
kandungan sekitar 20-40%. Untuk mendapatkan tembaga yang lebih murni, Cu2O
direduksi dengan karbon (C). Reaksinya sebagai berikut
2Cu2O + C 4Cu + CO2
Sifat-sifat katalitik dari senyawa-senyawa tembaga
Senyawa-senyawa tembaga mengkatalisis banyak reaksi baik sebagai
katalitik homogen, heterogen, dalam fase gas, dengan pelarut organic, maupun
dalam air. Kebanyakan dari reaksi-reaksi ini, khususnya jika dalam larutan dalam
air melibatkan sistem oksidasi-reduksi dan sebuah siklus redok Cu+ Cu2+.
Oksigen molekuler sering dapat digunakan sebagai oksidan, seperti oksida asam
-
askorbat yang dikatalis tembaga dan dalam proses Wecker (pembuatan PdCl2
dengan melibatkan CuCl2, HCl, dan O2).
Senyawa-senyawa tembaga mempunyai banyak kegunaan dalam kimia
organic untuk oksidasi seperti fenol oleh kompleks amina. Kompleks amina dari
Cu2+
dan halogenasi. Tembaga (II) juga mempunyai kedudukan cukup penting
dalam biokimia.
D. Alat dan Bahan
1) Alat
NO Nama Alat Fungsi
1
Tabung reaksi
Sebagai tempat untuk mereaksikan dua
larutan atau lebih
2
Penjepit tabung reaksi
Digunakan untuk menjepit tabung
reaksi pada saat pemanasan.
3
Gelas kimia 250 mL
sebagai wadah larutan atau sampel yang
digunakan dalam praktikum
4
Gelas Ukur
Untuk mengukur kadar/ volume larutan
-
5
Batang pengaduk
Digunakan untuk mengaduk larutan
kimia di dalam alat gelas hingga larutan
tersebut homogen.
6
Pipet
Untuk memindahkan/meneteskan
larutan dimana volume yang
dipindahkan tidak diketahui.
7
Kertas saring
Berfungsi untuk memisahkan partikel
suspense dengan cairan ,atau untuk
memisahkan antara zat terlarut dengan
zat padat
8
Pembakar bunsen
Sebagai sumber panas/memanaskan
larutan.
10.
Rak tabung reaksi
Untuk meletakkan tabung reaksi
-
Bahan
Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia
Tembaga - Berwarna kuning kemerahan
dan mengkilap
- Merupakan unsur logam
- Bereaksi dengan unsur
nonlogam membentuk
senyawa ionic
NaOH - Berwarna putih atau praktis
putih
- Keras dan rapuh
- Menunjukkan pecahanhablur
- Titikdidih1390 0c
- Titikleleh 3180c
- Sangat mudah terionisasi
membentuk ion natrium
dan hidroksida
- NaOH membentuk basa
kuat bila dilarutkan dalam
air
- Bila dibiarkan di udara
akan cepat menyerap
karbondioksida dan
lembab
- Kelarutan mudah larut
dalam air dan dalam
etanol tetapi tidak larut
dalam eter
HNO3 - Larutan tak berwarna. Titik
leleh -41,80C. titik didih pada
1 atm: 120,50C
- Sebagai asam. Sebagai zat
pengoksidasi.
- Larut sempurna dalam air
HCl - Massa atom: 36,45 gr/mol
- Massa jenis: 3,21 gr/cm3.
- Titik leleh : -101 C
- Energi ionisasi: 1250 kj/mol
- Kalor jenis : 0,115 kal/gr C
- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak
berwarna
- Berbau tajam.
- HCl akan berasap tebal di udara lembab.
- Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau
merangsang.
- Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform,
dan eter.
- Merupakan oksidator kuat.
-
- Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur
lainnya, sehingga dapat
- Racun bagi pernapasan KI - Mempunyai massa molekul
4,99 g/mol.
- Cairan berwarna kuning.
- Titik leleh 11,60C
H2SO4 - Berupa cairan
- Tak berwarna
- Tak berbau
- Massa molar 98,08 gr/mol
- Densitas 1,84 g/cm3
- Viskositas 26,7 cP (20 C)
- Bereaksi dengan air
- Asam sulfat bereaksi
dengan kebanyakan basa,
menghasilkan garam
sulfat
CuO + H2SO4 CuSO4 +
H2O
- Bereaksi dengan natrium
asetat
H2SO4 + CH3COONa
NaHSO4 + CH3COOH
-
2) Prosedur Kerja
a) Eksperimen Pendahuluan
- Memanaskannya pada nyala pembakar Bunsen
dengan menggunakan penjepit
- Memasukkannyakedalam 2 mL HNO3 encer
- Memanaskan
- Menambahkan NaOH encer tetes demi tetes
sampai berlebih
Sekeping Logam tembaga
Warna nyala Cu Hijau
Sekeping Tembaga
Terbentuk gas berwarna putih
dengan larutan bening dan Cu
tidak larut
2 mL CuSO4
Terbentuk endapan agak biru
dan larutan keruh
-
- Memasukkannya ke dalam tabung reaksi
- Menambahkan amonia tetes demi tetes
sampai berlebih
- Memasukkannya ke dalam tabung reaksi
- Menambahkan HCl pekat tetes demi tetes
sampai tidak terjadi perubahan warna
-
b) Tembaga (I) dan tembaga (II)
Pembuatan tembaga (I) Oksida
2 mL CuSO4
larutan berwarna kuning kehiajuan ketika ditetesi HCl
pekat
5 ml CuSO4
2 mL CuSO4
Larutan berwarna bening kebiruan
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi
- Menambahkan 5 ml NaOH dan 1 gr
kalium tartrat
- memasukkan 1 gr glukosa
- memanaskan campuran
Terbentuk endapan merah jingga pada tabung
reaksi dan semakin lama dipanaskan endapan
tersebut menjadi berwarna merah bata
-
Reaksi tembaga (II) dengan asam
Pembuatan Cu (I) yodida
Tabung reaksi
3
Larutan yang awalnya
berwarna hitam
berubah menjadi
berwarna bening
kehijauan
Larutan yang
awalnya berwarna
hitam berubah
menjadi bening
kebiruan dan
terbentuk gas
0,1 gr Cu2O
- Memasukkannya ke dalam masing-
masing 3 tabung reaksi
Tabung reaksi
1
- Menambahkan beberapa tetes HCl
encer
- Memanaskan larutan
- Menambahkan beberapa tetes
H2SO4 encer
- Memanaskan larutan
- Menambahkan beberapa tetes
H2SO4 encer
- Memanaskan larutan
Larutan yang
awalnya berwarna
hitam berubah
menjadi bening
kebiruan
Tabung reaksi
2
3 ml CuSO4
- Memasukkannya ke dalam
tabung reaksi
- Menambahkan 3 ml KI
- Menambahkan larutan Na2S2O3
Larutan yang awalnya bening menjadi
keruh setelah penambahan Na2S2O3
-
E. Hasil Pengamatan
No. Variabel yang diamati Hasil Pengamatan
1
2
3
4.
5.
A. EksperimenPendahuluan
- Memanaskan sekeping logam Cu
pada nyala pembakar bunsen
dengan menggunakan penjepit.
- Memasukkankan 2 ml HNO3 ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan sekeping tembaga
- Memanaskannya
- Memeriksa gas yang terbentuk
- Memasukkan 2 ml CuSO4 ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan larutan NaOH
encer tetes demi tetes sampai
NaOH berlebih
- Memasukkan 2 ml CuSO4 ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan larutan NH3 tetes
demi tetes sampai NH3 berlebih
- Memasukkan 2 ml CuSO4 ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan larutan HCl pekat
tetes demi tetes sampai HCl
sampai tidak terjadi lagi
perubahan
- Warna nyala keping tembaga
hijau
- Tidak ada perubahan yang
terjadi
- Larutan bening dan terbentuk
gas berwarna putih
- Terbentuk endapan dengan
warna agak biru dan larutan
berwarna keruh
- Larutan berwarna bening
kebiruan
- Larutan berwarna kuning
kehijauan dan larutan panas
-
6.
7.
B. Tembaga (I) dan tembaga (II)
- Memasukkan 5 ml NaOH ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan 1 gr kalium
tartrat
- Menambahkan 5 ml CuSO4
- Menambahkan 1 gr glukosa
- Memanaskan campuran
- Mencuci endapan yang
terdapatdalam tabung reaksi
tersebut
- Memasukkan 0,1 gr Cu2O ke
dalam masing-masing 3 tabung
reaksi
Tabung reaksi 1
- Menambahkan HCl encer
- Memanaskan campuran
Tabung reaksi 2
- Menambahkan H2SO4 encer
- Memanaskan campuran
Tabung reaksi 3
- Menambahkan HNO3 encer
- Memanaskan larutan
- Terbentuk endapan putih pada
tabung
- Endapan melarut
- Larutan menjadi keruh
- Terbentuk endapan merah
jingga pada tabung reaksi dan
ketika semakin lama
dipanaskan, endapan merah
jingga tersebut menjdi merah
bata
- Endapan tidak larut karena
endapan tersebut merupakan
endapan dari CuO
- Larutan berwarna hitam
- Larutan berwarna bening
kehijauan
- Larutan berwarna hitam
- Larutan berwarna bening
kebiruan
- Larutan berwarna hitam
- Larutan menjadi berwarna
bening kebiruan
-
8.
Untuk eksperimen dengan
menggunakan CuO tidak
dilakukan karena endapan CuO
yang terbentuk pada eksperimen
1 sangatlah sedikitdan
melengket dikertas saring
Pembuatan tembaga (I) Yodida
- Memasukkan 3 ml CuSO4 ke
dalam tabung reaksi
- Menambahkan 3 ml KI
- Menambahkan Na2S2O3
- Larutan bening
- Larutan keruh
G. Pembahasan
1. Eksperimen pendahuluan
Pada eksperimen pendahuluan, sekeping logam tembaga dipanaskan pada
nyala api (pembakar bunsen). Pada saat dilakukan pemanasan, api disekeliling
keping tembaga berubah menjadi hijau. Hal ini menunjukkan bahwa warna nyala
dari tembaga adalah hijau.
Percobaan selanjutnya, memasukkan sekeping logam tembaga ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan larutan HNO3. Campuran ini dipanaskan dan
menghasilkan gas berwarna putih dengan warna larutan bening. Gas tersebut
merupakan gas NO sesuai persamaan reaksi di bawah ini. Tembaga tidak larut
dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3
sehingga tembaga larut dalam HNO3 namun dari hasil percobaan ternyata
tembaga tidak larut dalam HNO3. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh
konsentrasi HNO3 yang tidak pekat. Persamaan reaksinya:
3Cu(s) + 8H+
(aq) + 2NO3-(aq) 3Cu
2+(aq) + 2NO(g) + 4H2O
Kemudian, larutan NaOH encer tetes demi tetes ditambahkan pada 2 mL
CuSO4 sehingga menghasilkan larutan berwarna keruh, dan menambahkan sampai
-
NaOH berlebih menyebabkan terbentuknya endapan berwarna agak biru. Endapan
tersebut merupakan endapan dari Na2SO4. Persamaan reaksinya:
NaOH + CuSO4 Na2SO4 + Cu(OH)2
Pada 2 ml larutan CuSO4 juga ditambahkan NH3 tetes demi tetes hingga
NH3 berlebih. Larutan menjadi berwarna bening kebiruan. Larutan yang terbentuk
merupakan larutan [Cu(NH3)4]SO4 sesuai persamaan reaksi:
CuSO4 + 4 NH3 [Cu(NH3)4]SO4
Lain halnya ketika dilakukan penambahan HCl pekat pada 2 ml CuSO4
hingga tidak ada lagi perubahan yang terjadi pada larutan menghasilkan larutan
yang berwarna kuning kehijauan dan larutan tersebut panas. Persamaan reaksinya
sebagai berikut.
HCl + CuSO4 H2SO4 + CuCl2
2. Tembaga (I) dan tembaga (II)
Pembuatan tembaga (I) oksida
Pada pembuatan tembaga 1 oksida, sebanyak 5 ml NaOH dan 1 gr kalium
tartrat ditambahkan ke dalam 5 ml CuSO4. Kalium tartrat tidak larut seluruhnya
sehingga menimbulkan endapan putih pada larutan. Pada larutan tersebut
ditambahkan sebanyak 1 gr glukosa. Larutan ini dipanaskan dan membentuk
endapan berwarna merah jingga pada tabung reaksi. Semakin lama dilakukan
pemanasan, endapan tersebut berubah warna menjadi merah bata. Endapan
tersebut seharusnya didekantasi, namun karena endapan yang terbentuk sangat
sedikit dan jika didekantasi maka endapan akan ikut terbuang bersama filtratnya
sehingga dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Ternyata
endapan tersebut tidak larut dalam air karena endapan yang terbentuk merupakan
CuO.
Reaksi Cu (I) oksida dan Cu (II) oksida dengan asam
Sebanyak 0,1 gr Cu2O dimasukkan ke dalam masing-masing 3 tabung
reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan dengan HCl encer kemudian
-
dipanaskan. Larutan yang terbentuk berwarna bening kehijauan. persamaan
reakisnya:
Cu2O + 2 HCl 2 CuCl2 + H2O
Tabung reaksi kedua ditambahkan dengan H2SO4 encer kemudian
dipanaskan. Larutan yang terbentuk berwarna bening kebiruan dan terbentuk
gas.persamaan reaksinya:
Cu2O + H2SO4 CuO + SO3 + H2O
Cu2O mengalami oksodasi dimana bilangan oksidasinya naik dari +1
menjadi +2 dan H2SO4 bertindak sebagai oksidator. Kemungkinan reaksi di
bawah ini juga bisa terjadi:
2Cu2O + 4H+ + 2SO4
2- 4Cu + 2SO2 + 2H2O + 2O2
Dimana, tembaga mengalami reduksi dengan bilangan oksidasi +1
menjadi 0.
Tabung reaksi ketiga ditambahkan dengan HNO3 selanjutnya dipanaskan.
Larutan yang terbentuk berwarna bening kebiruan. Persamaan reaksinya:
Cu2O + HNO3 CuO + NO2 + H2O
Untuk eksperimen dngan menggunakan CuO tidak dilakukan karena CuO
yang terbentuk pada eksperimen 1 sangatlah sedikit dan melengket pada kertas
saring.
Pembuatan tembaga (I) yodida
Pembuatan tembaga (I) yodida. Dengan menambahkan 3 ml KI pada 3 ml
tembaga (II) sulfat, pada warna awal larutan berwarna biru kemudian berubah
menjadi cokelat dan terbentuk endapan. Campuran tersebut diatas ditambahkan
dengan natrium thiosulfat, sehingga larutan yang pada awalnya berwarna cokelat
berubah menjadi warna putih susu. Reaksinya sebagai berikut:
KI + CuSO4 CuI +K2SO4
-
H. Kesimpulan
1. Warna nyala tembaga adalah hijau
2. Logam tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi
tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3
3. Senyawa tembaga dapat bereaksi dengan asam
4. Tembaga (I) oksida dapat dibuat dengan mereaksikan tembaga sulfat dan
NaOH serta Cu2+
yang terbentuk direduksi dengan glukosa.
5. Tembaga (I) oksida dapat mengalami disproposionasi
6. Tembaga (I) yodida dapat dibuat dengan mereaksikan KI dan CuSO4
-
DAFTAR PUSTAKA
Putra, putu Eka Surya. 2011. Kimia Tembaga. (online)
http://berkomentarlah.blogspot.com. Diakses tanggal 17 Desember 2013
pukul 11.49 WITA
Sudria, IB Nyoman dan Manimpan Siregar. 2002. Buku Penuntun Belajar Kimia
Anorganik II (Bagian kedua). IKIP Negeri Singaraja : Jurusan Pendidikan
Kimia
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press. Bandung
Team Teaching. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jurusan Kimia
FMIPA UNG