percobaan v
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Kimia Bahan Alam
Isolasi Antosianin dari Ubi Jalar Ungu
Nama : Ayu A. Puspitasari
Stambuk : G 301 11 023
Kelompok : VI(Enam)
Asisten : Sayu Nila Widayanti
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK DAN BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2013
1
Percobaan V
Isolasi Antosianin dari Ubi Jalar Ungu
I. Tujuan
Mempelajari cara isolasi antosianin dari ubi jalar ungu.
II. Landasan Teori
Antosianin adalah salah satu pigmen fenolik yang terekspresi sebagai
karakter warna merah, biru, dan ungu. Pigmen ini terdapat pada vakuola sel.
Secara medis antosianin berfungsi sebagai antioksidan (Close dan Christopher
2003).
Antosianin merupakan senyawa berwarna yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias.
Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai
dengan adanya dua cincin aromatic benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan
tiga atom karbon yang membentuk cincin (Anonim,2012).
Antosianin disusun dari sebuah aglikon (antosianidin) yang teresterifikasi
dengan satu atau lebih gugus gula (glikon). Kebanyakan antosianin ditemukan
dalam enam bentuk antosianidin, yaitu pelargonidin, sianidin, peonidin,
delfinidin, petunidin, dan malvidin. Gugus gula pada antosianin bervariasi,
namun kebanyakan dalam bentuk glukosa, ramnosa, galaktosa, atau arabinose.
Gugus gula ini bias dalam bentuk mono atau disakarida dan dapat diasilasi
dengan asam fenolat atau asam alifatis. Terdapat sekitar 539 jenis antosianin
yang telah diekstrak dari tanaman (Anonim,2012).
Degradasi antosianin dapat terjadi selama proses ekstraksi, pengolahan
makanan, dan penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
antosianin tersebut yaitu adanya modifikasi pada struktur spesifik antosianin
(glikosilasi, asilasi dengan asam alifatik atau aromatic), pH, temperatur,
cahaya, keberadaan ion logam, oksigen, kadar gula, enzim, dan pengaruh sulfur
dioksida(Anonim,2012).
2
Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan kelarutan komponen
terhadap komponen lain atau polaritasnya dalam campuran. Etanol 95%
umumnya digunakan dalam ekstraksi antosianin karena kepolarannya hampir
sama dengan polaritas antosianin sehingga mudah melarutkan antosianin.
Etanol 70% terbukti efektif dalam mengekstraksi antosianin buah anggur.
Etanol 80% merupakan pelarut terbaik dalam ekstraksi antosianin black currant
(Cacace dan Mazza, 2003).
Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai
antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion.
Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya
(Santoso, 2006).
Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau basa, sehingga
ekstraksi dilakukan pada kondisi asam. Beberapa jenis pengasaman yang
digunakan pada ekstraksi antosianin adalah HCl dan asam sitrat (Hidayat dan
Saati, 2006).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa beberapa flavonoids yang
terdapat dalam ubi jalar ungu memiliki khasiat antioksidan, karena
mikronutrien yang merupakan gugus fitokimia dari berbagai bahan makanan
yang berasal dari tumbuh- tumbuhan tersebut diyakini sebagai proteksi
terhadap stres oksidatif. Salah satu jenis flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang
dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna alami yang disebut
antosianin. Berdasarkan hasil penelitian dari Fakultas Pertanian Unud di Bali
ditemukan tumbuhan ubi jalar ungu yang umbinya mengandung antosianin
cukup tinggi yaitu berkisar antara 110 mg-210 mg/100 gram (Sutirtayasa dkk,
2007).
Turker dan Erdogdu (2006) menyatakan, bahwa suhu dan pH
berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin dan koefisien difusinya,
semakin rendah pH maka koefisien distribusi semakin tinggi, demikian juga
semakin tinggi temperaturnya. Tetapi antosianin merupakan senyawa fenolik
3
yang labil dan mudah rusak akibat pemanasan, sehingga berakibat pada
penurunan biaoktivitasannya.
Menurut Revilla (1998), pengaruh suhu menjadi tidak signifikan dengan
penambahan HCl pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, karena
pengaruh HCl lebih besar daripada pengaruh suhu. Penggunaan HCl 1% dalam
ekstraksi antosianin akan menyebabkan hidrasi sebagian hingga total
antosianin yang terasetilasi sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam
tubuh.
Tujuan penambahan HCl adalah untuk memberikan suasana asam karena
antosianin bersifat lebih stabil pada pH asam. Selain itu kemampuan
mendonorkan hidrogen (hydrogen-donating activity) dari antosianin meningkat
pada kondisi yang semakin asam (Pokorny et al. 2001).
Turker dan Erdogdu (2006), menyatakan pH berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi antosianin dan koefisien difusinya, semakin rendah pH maka
koefisien distribusi semakin tinggi. Penggunaan HCl 1% dalam ekstraksi
antosianin akan menyebabkan hidrasi sebagian hingga total antosianin yang
terasetilasi sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam tubuh.
Substitusi beberapa gugus kimia pada rangka antosianin dapat
mempengaruhi warna yang diekspresikan oleh antosianin dan kestabilannya.
Penambahan gugus glikosida atau peningkatan jumlah gugus hidroksi bebas
pada cincin A menyebabkan warna cenderung biru dan relative tidak stabil.
Sebaliknya, penambahan jumlah gugus metoksi atau metilasi akan
menyebabkan warna cenderung merah dan relatif stabil (Anonim,2012).
Di dalam larutan, antosianin berada dalam lima bentuk kesetimbangan
tergantung pada kondisi pH. Kelima bentuk tersebut yaitu kation flavilium,
basa karbinol, kalkon, basa quinonoidal, dan quinonoidal anionic. Pada pH
sangat asam (1-2), bentuk dominan antosianin adalah kation flavilium. Pada
bentuk ini, antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan paling berwarna.
Ketika pH meningkat di atas 4 terbentuk senyawa antosianin berwarna kuning
(bentuk kalkon), senyawa berwarna biru (bentuk quinouid), atau senyawa tidak
berwarna (basa karbinol) (Anonim,2012).
4
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Kuvet
3. Gelas ukur 100 ml
4. Gelas ukur 5 ml
5. Kertas saring
6. Rak tabung reaksi
7. Corong kaca
8. Neraca analitik
9. Kertas pH universal
10. Pipet Tetes
11. Mesin Seker
12. Penangas air
13. Gelas kimia 50 ml
14. Gelas kimia 500 ml
15. Spektronik 20
3.2 Bahan
1. Ubi jalar ungu
2. Etanol-HCl 1%
3. HCl 2M
4. NaOH 2M
5
IV. Prosedur Kerja
1. Menimbang ubi jalar ungu dalam bentuk tepung sebanyak 5 gram,
kemudian memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan menambahkan
Etanol-HCl 1 % sebanyak 100 ml.
2. Mengocok campuran selama 1 jam dengan menggunakan mesin kocok
agitasi 250 rpm, kemudian menyaring dan menampung filtratnya.
3. Menambahkan 5 ml HCl 2M ke dalam 5 ml ekstrak, lalu memanaskannya
pada suhu 100o’
4. C selama 5 menit sambil mengamati perubahan warna yang terjadi.
5. Menambahkan 5 ml NaOH 2M tetes demi tetes ke dalam 5 ml ekstrak
sambil mengamati perubahan warna yang terjadi.
6. Membagi ekstrak menjadi dua bagian lalu mengatur pH bagian pertama
pada pH 1 dan bagian kedua pada pH 4,5.
7. Mengukur serapan kedua bagian ekstrak tersebut pada panjang gelombang
510 nm dan 700 nm. Kemudian menghitung nilai serapannya dengan
menggunakan persamaan di bawah ini:
A =
8. Menghitung total kandungan antosianin pada sampel dengan menggunakan
persamaan di bawah ini:
Total antosianin (mg/L) =
Dimana:
A = Absorbans
= 26.900l/mol cm
L = Lebar kuvet 1 cm
MW = Berat molekul sianidin 449,2 g/mol
Df = Faktor Pengenceran
6
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 5 gram tepung ubi jalar ungu + 100
ml etanol-HCl 1% + dikocok
selama 1 jam
Larutan berwarna coklat muda
Endapan berwarna coklat muda
2. 5 ml ekstrak + 5 ml HCl 2M +
dipanaskan 5 menit
Larutan berwarna merah
3. 5 ml ekstrak + 5 ml NaOH 2M Larutan berwarna hijau muda
4. Ekstrak dengan pH 1 A510= 0,915
A700= 0,029
5. Ekstrak dengan pH 4,5 A510= 0,811
A700= 0,002
5.2 Analisa Data
Absorbansi
pH 1 : A510= 0,915
A700= 0,029
pH 4,5 : A510= 0,811
A700= 0,002
A =
= (0,915-0,029) - (0,811-0,002)
= 0,886-0,809
= 0,077
Total Antosianin
Dik: A = 0,077
= 26.900l/mol cm
L = Lebar kuvet 0,1 cm
MW = Berat molekul sianidin 449,2 g/mol
Df = Faktor Pengenceran 1
7
Total antosianin (mg/L) =
= 0,12858 g/l
= 0,1258x103 mg/l
8
5.3 Pembahasan
Antosianin merupakan senyawa berwarna yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur, dan tanaman hias.
Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai
dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan
tiga atom karbon yang membentuk cincin. Percobaan ini bertujuan untuk
mengisolasi antosianin dari ubi jalar ungu.
Pada percobaan ini larutan pengekstrak yang digunakan adalah etanol-
HCl 1%. Tujuan dari perlakuan ini, yaitu memberikan suasana asam pada
antosianin. Karena, antosianin tidak stabil pada suasana netral dan basa.
Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Hidayat dan Saati (2006),
Antosianin tidak stabil di dalam larutan netral atau basa, sehingga ekstraksi
dilakukan pada kondisi asam. Beberapa jenis pengasaman yang digunakan
pada ekstraksi antosianin adalah HCl dan asam sitrat.
Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis pelarut, seperti
air, etanol, metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan
metanol yang diasamkan dengan HCl. Tetapi karena sifat toksik dari metanol
biasanya dalam sistem pangan digunakan air atau etanol yang diasamkan
dengan HCl.
Pada proses pengekstraksian ini dilakukan pengocokkan selama 1 jam.
Pengocokkan ini bertujuan untuk meningkatkan energi kinetik reaksi sehingga
proses reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Selanjutnya ekstrak disaring
untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan merupakan hasil
isolasi antosianin dari ubi jalar ungu. Filtrat yang didapatkan berwarna merah
coklat muda.
Sebagian filtrat kemudian direaksikan dengan HCl 2M dan dipanaskan
pada 100OC selama 5 menit. Penambahan HCl 2M ini meyebabkan warna
ekstrak yang semula pink menjadi berwarna merah. Perubahan warna ekstrak
ini disebabkan karena pH ekstrak yang bertambah asam. Menurut Hendry and
Houghton (1995), warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari
tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan
9
sebagai indikator pH, pada pH 1 warna yang ditimbulkan adalah merah.
Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kestabilan dari
antosianin. Menurut Turker dan Erdogdu (2006), bahwa antosianin merupakan
senyawa fenolik yang labil dan mudah rusak akibat pemanasan, sehingga
berakibat pada penurunan biaoktivitasannya.
Sebagian filtrat kemudian direaksikan dengan NaOH 2M tetes demi tetes
hingga berubah warna menjadi berwarna kehijauan. Perubahan warna ini
menunjukkan bahwa pH ekstrak yang semula asam mengalami perubahan
menjadi basa. Menurut Hendry and Houghton (1995), warna yang ditimbulkan
oleh antosianin pada pH 12 adalah hijau.
Selanjutnya, dilakukan uji analisis kuantitatif dari ekstrak antosianin dari
sampel ubi jalar ungu dengan menggunakan spektronik 20. Spektronik-20
merupakan spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas
tunggal (single beam). Analisis dengan metode spektrofotometri merupakan
metode yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya
akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Pada perlakuan ini sebelumnya ekstrak dibagi menjadi dua bagian yakni
bagian pertama yang memiliki pH 1 dan bagian kedua yang memiliki pH 4,5.
Tujuan pengaturan pH ekstrak ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pH
terhadap kestabilan ekstrak. Pada pengujian dengan spektronik 20 digunakan
larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung
analat untuk dianalisis (Basset 1994). Larutan blanko digunakan sebagai
kontrol dalam suatu percobaan sebagai nilai 100% transmittans. Dari hasil
pengamatan didapatkan nilai A pada pada pH 1 dengan 510 nm dan 700 nm
adalah 0,915 dan 0,029 sedangkan untuk nilai A pada pH 4,5 dengan 510 nm
dan 700 nm adalah 0,811 dan 0,002. Dari data tersebut didapatkan nilai A
sampel sebesar 0,077. Sehingga didapatkan hasil perhitungan total antosianin
pada sampel sebesar 0,12858. 103 mg/l. Berdasarkan perhitungan tampak hasil
10
yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur dimana menurut Sutirtayasa dkk
(2007), kanungan antosianin pada ubi jalar ungu adalah sebesar 110 mg-210
mg/100 gram. Perbedaan ini mungkin terjadi karena kurangnya ketelitian serta
kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur dalam pengekstraksian
antosianin dari ubi jalar ungu.
11
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Antosianin merupakan senyawa berwarna yang termasuk dalam golongan
flavonoid yang mana warna dari antosianin sangat dipengaruhi oleh pH..
2. Dari percobaan yang dilakukan warna antosianin menjadi merah pada
suasana asam dan berwarna hijau pada suasana basa.
3. Nilai absorbansi dari antosianin pada sampel ubi jalar ungu adalah sebesar
0,077dengan total antosianin sebesar 0,2858. 103 mg/l.
12
Daftar Pustaka
Anonim.2012.Merah Ungu Antosianin. (http://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-
content/uploads/2013/03/06-merah-ungu-antosianin.pdf). Diakses pada 18
September 2013.
Bassett,J. 1994. Buku Ajaran Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Cacace, J.E. dan Mazza, G. 2003. Extraction of anthocyanins and other phenolic
from black currants. Annals of biological research, 3(5):2181-2186
Close dan Christopher 2003. Cold-induced Photoinhibition Affects Establishment
of Eucalyptus nitens (Deane and Maiden) Maiden and Eucalyptus
globulus Labill. Trees 15:32- 41.
Francis. 1982. Francis FJ. 1982. Analysis of Anthocyanins dalam Anthocyanins as
Food Colors. Academic Press inc. New York.
Hidayat, N. dan Elfi Anis Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami. Penerbit Trubus
Agrisarana. Surabaya.
Hendry, G.A.I and J.D.Hougtoa. 1995. Natural Food Colorant . Chapman anad
Hall. New York.
Markakis P. 1982. Stability of Anthocyanins in Foods dalam Anthocyanins as
Food Colors. New York : Academic Press inc.
Pokorny JN, M Yanishlieva, Gordon. 2001. Antioxidants in Food. Boca Raton CRC
Press. Boston New York Washington, DC.
Santoso. 2006. Antioksidan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sutirtayasa dkk. 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu
(Ipomoiea Batatas L) Terhadap Hati Setelah Aktifitas Fisik Maksimal
dengan Melihat Kadar AST dan ALT Darah pada Mencit. Dexa Media
Turker N dan F Erdogdu. 2006. Effects of pH and temperature of extraction
medium on effective diffusion coefficient of anthocynanin pigments of
13
black carrot (Daucus carota var. L.). Journal of Food Engineering. 76. 579–
583
Yu Gao and GA Cahoon. 1998. Cluster Thinning Effects on Fruit Weight, Juice
Quality, and Fruit Skin Characteristics in 'Reliance' Grapes. Fruit Crops.
A Summary of Research.