percobaan iv
TRANSCRIPT
PERCOBAAN IV
ANALISIS KUANTITATIF PENETAPAN KAFEIN DALAM DAUN TEHSECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
I. Tujuan
Analisis kuantitatif kandungan kafein dalam daun teh secara
spektrofotometer ultra violet.
II. Tinjauan Pustaka
Kafein C8H10N4O2 (1,3,7-trimetil xantine) BM = 194,19 adalah suatu
alkaloid yang dapat diperoleh dari biji kopi, daun the dan dapat disintesis dan
mudah larut dalam kloroform. Di dalam pengobatan digunakan sebagai stimulant
susunan syaraf pusat (Rismawati, 2012).
Kafein di jumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun
teh, buah kola, guarana, dan mate. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai pestisida
alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang
memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan
mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh. Kafeina merupakan obat
perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk
secara sementara. Minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, dan
minuman ringan, sangat digemari. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling
banyak dikonsumsi di dunia. Tidak seperti zat psikoaktif lainnya, kafein legal
dan tidak diatur oleh hukum dihampir seluruh dunia. Di Amerika Utara, 90%
orang dewasa mengkonsumsi kafein setiap hari. Teh merupakan sumber kafei
lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafein yang lebih tinggi dari pada
kopi, umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh lebih rendah.
Kandungan kafein juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang berbeda. Teh
mengandung sejumlah kecil teobromina dan kadar teofilina yang sedikit lebih
tinggi dari pada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang baik untuk
menentukan kandungan kafein. Sebagai contoh, teh seperti teh hijau Jepang
gyokuro yang berwarna lebih pucat mengandung jauh lebih banyak kafein dari
pada teh lap sang souchong yang berwarna lebih gelap. Kafein juga terkandung
dalam sejumlah minuman ringan seperti kola. Minuman ringan biasanya
mengandung sekitar 10 sampai 50 mg kafein persajian. Kafein pada minuman
jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itu send ri atau dari
bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama
pembuatan minuman energi, mengandung sejumlah besar kafein dengan jumlah
teobromina dan teofilina yang kecil. Coklat yang didapatkan dari biji kakao
mengandung sejumlah kecil kafein. Efek rangsangan yang dihasilkan oleh coklat
berasal dari efek kombinasi teobromina, teofilina, dan kafein. Coklat
mengandung jumlah kafein yang sangat sedikit untuk mengakibatkan rangsangan
yang setara dengan kopi 28 g sajian coklat susu batangan mengandung kadar
kafein yang setara dengan secangkir kopi yang di dekafeinasi. Akhir-akhir ini,
berbagai pengusaha pabrik mulai menambahkan kafein kedalam produk-produk
mandi seperti (sampo dan sabun), mengklaim bahwa kafein dapat diserap
melalui kulit. Namun, efektivitas produk-produk seperti itu belumlah dibuktikan,
karena kafein tidak akan dengan mudah terserap melalui kulit. (Anonim, 2012).
Ketika cahaya putih dilewatkan dalam suatu substansi maka setiap warna
cahaya yang dipantulkan akan memiliki panjang gelombang yang berbeda.
Berkas cahaya tersebut diasumsikan sebagai warna komplemen dari panjang
gelombang yang diserap. Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya
adalah memencilkan cahaya menjadi monokromatik, yang kemudian cahaya
tersebut dilewatkan pada suatu sampel yang akan diukur kekuatan radiasinya.
Jika P merupakan banyaknya sinar – sinar yang diteruskan oleh larutan sampel
dan Po merupakan banyaknya sinar yang diserap, maka ratio P/Po dapat kita
sebut sebagai transmitansi (Harbone, 1987).
Kafein, atau lebih populernya kafein ialah senyawa alkaloid xantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
pisikoaktif dan diuretik riang. Kafeina ditemukan oleh seorang kimawan jerman,
friedrick ferdinad runge, pada tahun 1918. Ia menciptakan istila “kaffein” untuk
merujuk pada senyawa kimia pada kopi. Kafeina juga di sebut guaranina ketika di
temukan pada guarana, mateina ketika ditemukan pada mate,dan teina ketika
ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama merajuk pada senyawa
kimia yang sama. Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek
menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsetrasi dan
kecepatan reaksi ditingkatkan serta prestai otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerja
terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat dari pada amfetamin. Kafein juga
berefek inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya kontraksi) vasodilatasi
parifer dan diuretis akhirnya juga bersifat menghambat enzim. Cara
penggunaannya sebagai zat penyegar yang paling digunakan terlampau banyak
( lebih dari 20 cangkir sehari ) dapat bekerja aditif. Minuman kopi lebih dari 4-5
cangkir sehari meningkatkan kadar homosistein dalam darah dan dengan demikian
jika resiko akan PJP. Bila dihentikan sekaligus dapat mengakibatkan sakit kepala
sebagai gejalah penarikan. Zat ini sering dikombinasikan dengan parasetamol atau
asetosal guna memperkuat efek analgetiknya, juga dengan argotamin guna
memperkuat absorbsinya. Kopi dan teh mengandung kafein, kadar kafein dalam
daun teh 3% lebih tinggi dari pada kadarnya dalam biji kopi ( 0,7- 2% ) satu
cangkir kopi rata-rata berisi 100 – 150 mg kafein,mendekati dosis terapi.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukut absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagai dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Hoan dan
Rahardja,2000).
Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat yang dapat
menimbulkan dieresis, merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos
bronchus. Secara klinis biasanya digunakan berdasarkan khasiat sentralnya,
merangsang semua susunan saraf pusat mula-mula korteks kemudian batang
otak, sedangkan medulla spinalis hanya dirangsang dengan dosis besar.
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut ditransmisikan atau
direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, S.M, 2002).
III. Alat dan Bahan
III.1. Alat
1. Spektrofotometer UV
2. Gelas kimia 100 ml
3. Labu ukur 50 ml
4. Corong pisah
5. Botol semprot
6. Pipet tetes
7. Statif dan klem
8. Neraca analitik
9. Hot plate
10. Corong kaca
3.2. Bahan
1. Daun teh ( The daun, teh kereta dan teh sariwangi).
2. Kloroform
3. Aquades
4. Amonia 10 %
5. Kertas saring
IV. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan Standar Kafein
1. Menimbang kafein murni 50 mg, memasukkan dalam labu ukur 100 ml
dan menambahkan dengan kloroform sampai tanda batas.
2. Membuat larutan standar 10; 20; 30; 40; 50 ppm
3. Mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 276,5 nm.
b. Pengukuran sampel
1. Menimbang cuplikan daun teh (teh daun, teh kereta dan teh sariwangi)
sebanyak 2,5 g, kemudian memasukkan masing-masing daun teh
tersebut ke dalam gelas kimia 100 ml, menambahkan aquades 7,5 ml,
membiarkan sebentar.
2. Mendidihkan kira-kira 5 menit, menyaring panas-panas. Mengulangi 3
kali lalu mengumpulkan filtratnya. Menambahkan 2,5 ml amonia 10 %.
3. Memasukkan filtrat ke dalam corong pisah lalu menambahkan
kloroform 12,5 ml dan mengocok kira-kira 1 menit. Membiarkan
terpisah lapisan kloroform dan aquades. Mengeluarkan fraksi kloroform.
4. Mengulangi 3-4 kali ekstraksi dengan kloroform. Tepat volume ekstrak
dengan kloroform dalam labu ukur 50 ml.
5. Mengukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 276,5 nm.
V. Pembahasan
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2
dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air). Kafein mempunyai efek diuretik,
setidaknya ketika diberikan dalam dosis tertentu kepada subjek yang tidak
mempunyai toleransi padanya. Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek
menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga daya konsetrasi dan
kecepatan reaksi ditingkatkan serta prestai otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerja
terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat dari pada amfetamin. Kafein juga
berefek inotrop positif terhadap jantung (memperkuat daya kontraksi) vasodilatasi
parifer dan diuretis akhirnya juga bersifat menghambat enzim. Cara
penggunaannya sebagai zat penyegar yang paling digunakan terlampau banyak
( lebih dari 20 cangkir sehari ) dapat bekerja aditif. Minuman kopi lebih dari 4-5
cangkir sehari meningkatkan kadar homosistein dalam darah dan dengan
demikian jika resiko akan PJP. Bila dihentikan sekaligus dapat mengakibatkan
sakit kepala sebagai gejalah penarikan. Zat ini sering dikombinasikan dengan
parasetamol atau asetosal guna memperkuat efek analgetiknya, juga dengan
argotamin guna memperkuat absorbsinya.
Ekstraksi adalah suatu produk pemisahan suatu zat dari campuranya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang
lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya, komponen bercampur sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil atau tersedia dalam konsentrasi yang telalu
rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses
yang dapat digunakan atau yang paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan
ester untuk essence pada sirup, pengambilan kafein dari daun teh dan pelarutaan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas.Saat ekstraksi, larutan
ekstrak yang tercemar harus dibersihkan. Suatu pelarut yang digunakan sedapat
mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar, sehingga
kebutuhan pelarut lebih sedikit. Aplikasi ekstraksi dalam bidang industri adalah
penentuan kadar kafein dalam produksi teh kering. Selain itu, dalam pembuatan
ester untuk essence pada sirup dan penentuan kadar kafein dalam produksi kopi.
Oleh karena itu, ekstraksi adalah proses yang sangat penting dalam dunia
industri.
Penetapan kadar kafein dilakukan dengan spektrofotometri UV (ultra
violet) pada panjang gelombang 276,5 nm. Spektrofotometri UV adalah suatu
metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis
oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang 200 – 350 nm dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacum
phototube atau tabung foton hampa. Metode penambahan standar adalah suatu
metode dimana jumlah sampel yang sama ditambahkan larutan standar dengan
konsentrasi yang berbeda.
Pada percobaan ini analisis kuantitatif kafein dalam daun teh dilakukan
dengan ekstraksi pelarut menggunakan pelarut air dan kloroform. Menurut
Khopkar (1990), prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti
benzena, karbon titraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
dipergunakan untuk hal preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta
analisis pada semua skala kerja.
Pada percobaan ini dilakukan penambahan aquadest. Fungsi
penambahan akuades untuk membuat larutan teh, karena lebih mudah
mengekstrak kafein dari teh ketika tehnya berbentuk larutan
dibandingkan tehnya berbentuk padatan. kafein yang merupakan alkaloid
yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik.Hal ini
mengakibatkan kafein keluar dari teh dan ikut larut dalam air. Selanjutnya
dilakukan penambahan kloroform pada larutan teh tersebut, penambahan
kloroform bertujuan untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar
terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein dapat terikat oleh kloroform
karena kloroform berupa zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar juga
yaitu kloroform. Larutan dan kloroform dikocok agar kloroform dapat
terdistribusi dengan cepat dan keduanya dapat tercampur sempurna. Kemudian
memasukkan larutan teh tersebut ke dalam corong pisah, dapun prinsip kerja dari
corong pisah yaitu memisahkan campuran berdasarkan perbedaan massa jenis
dari larutan. Massa jenis larutan yang lebih kecil terletak di atas, dan larutan
dengan massa jenis yang lebih besar berada di bawah. Larutan dalam corong
pisah yang telah dikocok, terbagi menjadi tiga lapisan. Lapisan atas berwarna
cokelat tua, lapisan tengah berwarna cokelat muda dan lapisan bawah berwarna
bening. Sedangkan larutan kafein adalah larutan dengan massa jenis terbesar
yaitu 1,23 gram/mL. Larutan kafein dikeluarkan ke dalam gelas kimia agar
kafein terpisah dari zat lainnya. Sedangkan pada lapisan atas ditambahkan
kloroform lagi agar kafein yang tertinggal dapat terpisah secara sempurna.
VI. Penutup
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kafein adalah jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji
kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman
penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan
rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air).
2. Analisis kuantitatif kandungan kafein dalam daun teh dapat dilakukan
secara spektrofotometeri ultraviolet dengan mengekstraksi larutan teh
menggunakan air dan kloroform.
3. Kandungan kafein dalam daun teh dapat diketahui dengan cara
mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 276,5 nm.
VI.2. Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya alat-alat yang akan
digunakan dalam praktikum agar dapat disiapkan terlebih dahulu sebelum
praktikum dimulai demi kelancaran praktikum.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Ektraksi. http://www.chem-is-try.org. (diakses pada tanggal 28 Desember 2012)
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB.
Hoan Tjay, T dan Rahardja. 2000. Obat-obat Penting. PT. Elex Media Computindo. Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Sikanna, R. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen. Jurusan Kimia FMIPA UNTAD. Palu