percobaan ii
DESCRIPTION
percobaan biofarmasiTRANSCRIPT
PERCOBAAN II
PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN, DAN ASUMSI MODEL
KOMPARTEMEN
A. TUJUAN
1. Mampu memperkenalkan model kompartemen kinetika obat berdasarkan kurva semi
logaritmik kadar obat dalam darah terhadap waktu.
2. Mahasiswa mampu menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan serta lamanya
sampling untuk pengukuran parameter farmakokinetika berdasarkan model
kompartemen yang telah ditetapkan.
B. DASAR TEORI
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang menggambarkan
hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap individu. Parameter dari model
menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya penting dalam penentuan observasi dari
konsentrasi atau efek obat. Model farmakokinetik mempunyai aplikasi langsung untuk terapi
obat berkenaan dengan menentukan aturan dosis yang sesuai.
Estimasi parameter model adalah tahap untuk mengukur respon secara individu dan
variabilitas dalam populasi. Populasi farmakokinetik digunakan untuk menggambarkan
karakteristik farmakokinetik dan farmakodinamik dari suatu obat dalam populasi dengan
mengkaitkan struktur model matematika dalam model statistika. Estimasi parameter
farmakokinetik individu menggunakan pengukuran level obat sangat diperlukan karena level
obat digunakan untuk inisialisasi dosis yang diukur untuk memperoleh informasi bagaimana
obat bereaksi terhadap individu pasien. (Sheiner, Rosenberg, & Melmon, 1972)
a. Model kompartemen satu terbuka
Pada model satu kompartemen terbuka, obat tidak terbatas pada sistem sirkulasi,
sebab obat dapat menempati seluruh cairan ekstrasel, jaringan lunak atau bahkan seluruh
tubuh tetapi distribusi terjadi dengan segera dan obat tidak terkumpul di daerah tertentu. Pada
model satu kompartemen terbuka terlihat seolah olah tidak ada fase distribusi, hal ini
disebabkan distribusinya berlangsung cepat. (Gibson & Skett, 1991)
Persamaan yang terkait dengan model ini adalah:
Cp = Cp0 .e−ke.t (untuk rute intravena) ....................................... persamaan 1
Cp = B.e−ka.t − A.e−α .t (untuk rute oral) ...................................... persamaan 2
Keterangan :
Cp = Konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
Cp0 = Konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t = 0
Ke = Konstanta kecepatan eliminasi dari kompartemen pusat
Ka = Konstanta kecepatan absorbsi
α = Konstanta kecepatan eliminasi
A = Nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari residual fase
B = Nilai perpotongan garis regresi di sumbu y dari fase absorbsi
Menurut model kompartemen satu tubuh dianggap sebagai satu kompartemen tempat
menyebar dengan seketika dan merata ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Model ini terlalu
disederhanakan sehingga untuk kebanyakan obat kurang tepat. (Ganiswarna, 2007)
b) Model dua kompartemen terbuka
Model dua kompartemen terbuka terdiri dari kompartemen pusat dan perifer, biasanya
kompartemen pusat adalah darah dan perifernya jaringan lain. Pengelompokan kompartemen
pusat maupun perifer tergantung pada obat yang bersangkutan. (Gibson, 1991)
Dalam model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi dalam dua
kompartemen. Komponen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral, yaitu darah, cairan
ekstra-selular, dan jaringan-jaringan dengan perfusi tinggi, kompartemen ini secara cepat
Intravena Ke
Oral
Ka
Model Kompartemen 1 Terbuka
Kompartemen
sentral
terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi
jaringan-jaringan yang berkesetimbangan secara lambat dengan obat. Model ini menganggap
obat di eliminasi dari kompartemen sentral. (Shargel dan Yu, 2005)
Intravena K12
Oral(Ka)
K21
K10
Gambar 2. Model Dua Kompartemen
Keterangan :
K12 = Tetapan kecepatan transfer obat dari kompartemen 1 ke kompartemen 2
K21 = Tetapan kecepatan transfer obat dari kompartemen 2 ke kompartemen 1
K10 = Tetapan kecepatan eliminasi
Ka = Tetapan kecepatan absorbsi
Persamaan farmakokinetik dua kompartemen setelah pemberian oral adalah :
Cp = Ae – αt + Be-ßt + Ce-kat ....................................................... persamaan 3
Ka
AUC = A + B − C
α β...................................................................... persamaan 4
Keterangan :
Cp = Konsentrasi obat dalam plasma pada waktu t
α = Konstanta laju reaksi untuk fase distribusi
ß = Konstanta laju reaksi untuk fase eliminasi
A = Perpanjangan y-axis ekstrapolasi fase distribusi
B = Perpanjangan y-axis ekstrapolasi fase eliminasi
C = A + B dari perpanjangan y-axis ekstrapolasi distribusi dan eliminasi
Ka = Konstanta kecepatan absorbsi (Shargel dan Yu, 2005)
Kompratemen
Sentral
Kompartemen perifer
Pemodelan farmakokinetik berguna untuk :
Memprediksikan konsetrasi obat di dalam plasma, jaringan, dan urin
Mengkalkulasikan dosis optimum obat bagi setiappasien
Mengestimasikan kemungkinan terakumulasinya obat dan atau produk-produk
metabolismenya
Mengkorelasikan konsentrasi obat dengan efek toksisistas dan efek farmakologinya
Mengevaluasi perbedaan konsentrasi yang terkandung dalam plasma antara formula
yang satu dengan yang lainnya
Menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan fisioligi dan efek dari penyakit terhadap
absorpsi, distribusi dan eleminasi dari suatu obat
Menjelaskan interaksi obat yang mungkin terjadi. (Shargel, 2005)
Farmakokinetika adalah aspek farmakologi yang mencangkup nasib obat dalam tubuh
yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresinya. (Ganiswarna, 1995)
Farmakokinetika meneliti perjalanan obat, mula dari saat pemberiannya, bagaimana
diabsorbsi dari usus transport dalam darah dan distribusiya ke tempat kerjanya dan jaringan
biasanya. Begitu pula bagaimana perombakannya (biofarmasi) dan akhirnya diekskresi oleh
ginjal. (Tjay, Tjan Hoan.2004)
a) Absorbsi
Absorbsi merupakan proses pengambilan obat dari permukaan tubuh (disini termasuk
juga mukosa saluran cerna) atau dari tempat- tempat tertentu dalam organ dalam ke dalam
aliran darah. (Mutschler, 1991)
Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Kecepatan
absorbsi terutama tergantung pada bentuk dan cara pemberian serta sifat fisik kimia dari obat.
(Ganiswarna, 1995)
Faktor-faktor seperti luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung,
pergerakan saluran cerna, dan aliran darah ketempat absorbsi dapat mempengaruhi laju dan
jumlah absorpsi obat dipengaruhi beberapa faktor, misalnya formulasi, stabilitas obat
terhadap asam lambung, enzim pencernaan dan makanan. (Shargel dan Yu, 2005)
b) Distribusi
Setelah diabsorbsi obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi
fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik
misalnya jantung, hati, dan otak. Selanjutnya distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu
mencangkup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit
dan jaringan lemak. (Ganiswarna, 1995)
c) Biotransformasi dan Ekskresi
Biotransformasi atau metabolisme obat adalah proses perubahan struktur kimia obat
yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah
menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak
sehingga lebih mudah di ekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi
inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat.
(Ganiswarna, 1995)
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme lain adalah : dinding usus, ginjal, paru,
darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon oleh flora usus. (Ganiswarna, 2007)
Parameter Farmakokinetik
Parameter farmakokinetik adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari
model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam darah, urin
atau cairan hayati lainnya. Fungsi dari penetapan parameter farmakokinetik suatu obat adalah
untuk mengkaji kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi di dalam tubuh.
(Shargel dan Yu, 2005)
Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data
kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian obat
melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau ekstravaskular.
(Sukmadjaya, 2006).
Terdapat tiga jenis parameter farmakokinetik yaitu parameter farmakokinetik primer,
sekunder, dan turunan, yang termasuk dalam parameter primer adalah kecepatan absorbsi, Fa
(fraksi obat terabsorbsi), Vd (volume distribusi), Cl (klirens). Parameter farmakokinetik
sekunder antara lain adalah t1/2 eliminasi (waktu paruh eliminasi), Ke (konstanta kecepatan
eliminasi), Fe (fraksi obat yang terekskresi). Sedangkan parameter farmakokinetik turunan
harganya tergantung dari dosis dan kecepatan pemberian obat.
(Donatus, 2005; cit Rowland dan Tozer, 1989)
Bahan Obat
Parasetamol
Resorpsi: Dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. t½-nya 1 –
4 jam.
Efek samping : Tidak jarang terjadi, seperti reaksi hipersnsitivitas dan kelainan
darah. Kondisi kronis 3 – 4 gram sehari menyebabkan kerusakan hati. Diatas 6
gram mengakibatkan nekrosis hati.
Interaksi : Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek anti kaogulansia, dan pada
dosis biasa tidak interaktif.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dingin; lebih mudah larut dalam air
panas; larut dalam etanol; metanol; dimetil formamida.
Panjang gelombang : dalam larutan asam 245 nm (A11 = 668a), dalam
larutan basa 257 nm (A11 = 715a).
Nilai t ½ nya antara 1 – 3 jam.
Sulfametoksazols
Derivat –isoksazol dengan PP 65%. Plasma t½-nya lebih kurang 10 jam dan
diekskresi dalam kemih, 25% dalam keadaan utuh dan 60% sebagai metabolit –
asetilnya. Digunakan terkombinasi dengan trimetoprim.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol 1 : 50 larut dalam
aseton 1 : 3.
Panjang gelombang : dalam larutan basa 256nm (A11 = 673a), dalam larutan
asam 265nm (A11 = 175ª).
Nilai t ½ nya antara 9 – 12 jam. (Ristchel, W.A., 1980, handbook of basic
pharmacokinetic) (Moffat, Anthony C. 2005).
Dosis : Menurut ISO: Dosis terapi : 200mg ; 400mg; 800mg.
Menurut Farmakologi dan terapi : Tersedia dalam bentuk tablet oral
400mg dan
80mg trimetropin atau 80mg sulfametoksazol dan 160mg trimetropin. Untuk anak:
suspensi oral 200mg SMZ dan 40mg trimetropin 15ml. Untuk pediatric : 100mg SMZ dan
20mg trimetropin. Untuk Intravena: Infus 400mg SMZ dan 20mg trimetropin per 5ml.
Untuk dewasa : 800mg SMZ dan 160mg trimetropin.
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. Labu takar
2. Mikropipet
3. Tabung reaksi
4. Tabung penampung darah
5. Vortex-Mixer
6. Sentrifuge
7. Alat spektrofotometer
8. Kuvet
9. Pipet volume
10. Filler
11. Gunting
12. Holder
13. Beaker glass
BAHAN :
1. Natrium Diklofenak
2. Asam trikloroasetat (TCA) 5%
3. Heparin
4. NaOH 0,1 N
5. Tikus
6. Aquadest.
D. SKEMA KERJA
1. Sulfametoxazol
Penetapan kadar Metode Berton-Marshal
a.) Pembuatan larutan stok Sulfametoxazol
Di larutkan dengan NaOH 0,1N
Diadkan dengan aquadest 50 ml
b.) Pembuatan Kurva Baku Internal
dicampur homogen
ditambah 2,0 ml TCA 5%, divortex
c.) Pemprosesan Sampel Darah In Vivo (sebagai blanko)
Ditimbang 50,0 mg Sulfametoxazol
labu takar 50 ml
Kadar Larutan stok SMZ
mg/ml atau 1000µg/ml
500 µl darah yang mengandung heparin
Ditambah 500 μl stok SMZ hingga kadarnya
0;10;20;40;60;80;100;120μg/ml
Campuran I
Diambil 50 µl darah yang mengandung heparin
Ditambah 2,0 ml TCA 5% dengan vortexing
Campur homogen
d.)Perlakuan Campuran
Diencerkan dengan 2,0 ml aq. dest
Ditambah NaNO2 0,1% (2,0 ml), diamkan 3’
Ditambah asam sulfanat 0,5% (0,2 ml), diamkan 2’
Ditambah N(1-naftil) etilendiamin 0,1% (0,2 ml)
Ditambah 4,0 ml aq. dest
e.) Uji Pendahuluan Untuk Farmakokinetika Sulfametoksazol
Disiapkan tikus yang telah ditimbang
Diberikan SMZ per oral dengan dosis yang telah ditetapkanDilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor pada waktu-waktu sebagai berikut :
1, 15, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 240, dan 300 menitKadar SMZ hasil pencuplikanDitambah dengan 2,0 ml TCA 5%, divortexing dan
disentrifuge selama 10’ (2500 rpm)Diambil beningan 1,50 ml, diencerkan aq. dest 2,0 mlPada tabung ditambah NaNO2 0,1% (0,2 ml), didiamkan 3’Ditambah 0,2 ml larutan asam sulfamat 0,5%, didiamkan 2’
Ditambah 0,2 ml Na-EDTA 0,1%, dicampur baik, didiamkan 5’ di tempat gelap
Campuran II
Masing-masing campuran I dan II
Disentrifuge (10 menit, 2500 rpm), diambil 1,50 ml supernatan bening
Larutan yang siap dibaca absorbansinya
Dibuat kurva hubungan antara kadar Sulfametoxazol vs absorbansinya
2. Paracetamol
a.) Pembuatan larutan stok Paracetamol
Ditambah 4,0 ml aq. dest
Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 545 nm dengan blanko darah dengan memperhitungkan OT
Ditimbang 100,0 mg Paracetamol
labu takar 100 ml
Di larutkan dengan aquadest panas
Diadkan dengan aquadest 100 ml
b.) Pembuatan Kurva Baku Internal
Campur homogen
Ditambah 2,0 ml TCA 20%, divortex
c.) Pemprosesan Sampel Darah In Vivo (sebagai blanko)
Ditambah 2,0 ml TCA 20% dengan vortexing
Campur homogen
d.) Perlakuan Campuran
Kadar Larutan stok PCT 100mg/100ml atau 100µg/ml
500 µl darah yang telah ditambah heparin
Ditambah 500μl stok PCT hingga kadarnya 100, 200, 300, 400, 500, 600, dan 700 μg/ml
Campuran I
Diambil 500 µl darah yang mengandung heparin
Campuran II
Masing-masing campuran I dan II
Ditambah 0,5 ml HCl 6N
Ditambah 1,0 ml NaNO2 10%
Dicampur, diamkan 15’ (suhu <15°C)
Ditambah 1,0 ml larutan Asam Sulfamat 15%
Ditambah 3,5 ml NaOH 10%, diadkan
dengan aq. dest
e.) Uji Pendahuluan Untuk Farmakokinetika Paracetamol
Disiapkan tikus yang telah ditimbang
Diberikan PCT per oral dengan dosis yang telah ditetapkan
Dilakukan pencuplikan darah lewat vena ekor pada waktu-waktu sebagai berikut :
0, 15, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 240, dan 300 menitDiambil 1,50 ml supernatant yang jernih dalam labu takar 10 mlDitambah HCl 6N (0,5 ml)Ditambah 1,0ml larutan NaNO2 10%, dicampur dan didiamkan 15’ di tempat
dingin (<15°C)Ditambah 1,0 ml larutan Asam Sulfamat melalui dinding tabung
Disentrifuge (10 menit, 2500 rpm), diambil 1,50 ml supernatan bening, dimasukkan dalam labu
takar 10 ml
Larutan yang siap dibaca absorbansinya
Dibuat kurva hubungan antara kadar Sulfametoxazol vs absorbansinya
E. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
● Data Berat Badan Tikus
Tikus ke Berat (gram)
Kadar PCT hasil pencuplikan
Ditambah dengan 2,0 ml TCA 20%, divortexing dan disentrifuge selama 10’ (2500 rpm)
Ditambah 3,5ml NaOH 10% diaskan dengan aq. dest
Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 435nm dengan blanko darah dengan memperhitungkan OT
1.) Sulfametoksazol
Dosis SMZ = 800 mg
Dosis pada manusia 70kg = 70kg/50kg x 800 mg = 1120 mg
Konversi dosis dari manusia ke tikus = 1120 mg x 0,018 = 20,16mg/200g tikus
= 100,8mg/kg BB
BB tikus terbesar = gram
Dosis = 100,8 mg/1000g x g = mg/2,5ml = mg/ml
Dibuat ml dan ditimbang mg
CMC Na. untuk oral solution 0,1-1%
CMC Na % =/100 x ml = g
Penimbangan : Kertas + zat =
Kertas + sisa =
Berat zat =
Kadar stok sebenarnya =
mg pemberian =
● Pembuatan Larutan STOK Sulfametoksazol
Kadar SMZ yang digunakan = 10-120μg/ml
Darah yang diinginkan = 500μL
Larutan SMZ = 50mg/50ml = 1mg/1ml = 1000μg/ml
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μl. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1=V2.C2
V1.1000μg/ml = 500 μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi ug/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000 μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1. 1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1. 1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μl
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 =- V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
● Kurva Baku Sulfametoksazol
C (μg/ml) Absorbansi
a =
b =
r =
y = bx + a
y =
Cuplikan 1
Waktu
(menit)
Tikus 1
Absorbansi
Tikus 2
Absorbansi
Tikus 1
x
Tikus 2
x
0
15
30
60
90
120
180
Blanko - -
Cuplikan 2
Waktu
(menit)
Tikus 1
Absorbansi
Tikus 2
Absorbansi
Tikus 1
x
Tikus 2
x
0
15
30
60
90
120 -
150
180
Blanko - -
Perhitungan t ½ eliminasi:
T (menit) Ln Cp
Regresi linier t vs ln Cp (waktu vs konsentrasi)
a =
b =
r =
Kel =
=
T1/2 = 0,693 = 0,693 = menit
Kel
Jadwal sampling replikasi I
Darah = 3 – 5 x T1/2 = 3 – 5 x menit
2. Paracetamol
Dosis PCT = 500 mg
Dosis pada manusia 70kg = 70kg/50kg x 500 mg = 700 mg
Konversi dosis dari manusia ke tikus = 700 mg x 0,018 = 12,6mg/200g tikus
= 63,mg/kg BB
BB tikus terbesar = gram
Dosis = 100,8 mg/1000g x g = mg/2,5ml = mg/ml
Dibuat ml dan ditimbang mg
CMC Na. untuk oral solution 0,1-1%
CMC Na % =/100 x ml = g
● Pembuatan Larutan STOK Paracetamol
Larutan PCT = 1mg/ml = 1000μg/ml
Darah yang diinginkan = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μl. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1=V2.C2
V1.1000μg/ml = 500 μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi ug/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000 μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1. 1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi 500μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1. 1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = Μl
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 =- V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
- Konsentrasi μg/ml
V1.C1 = V2.C2
V1.1000μg/ml = 500μL. μg/ml
V1 = μL
Darah = μL
● Kurva Baku Paracetamol
Konsentrasi (μg/ml) Absorbansi
a = ; b = ; r =
y = bx + a →
Cuplikan 1
Waktu
(menit)
Tikus 1
Absorbansi
Tikus 2
Absorbansi
Tikus Tikus
0
15
30
60
90
120
150
180 -
Cuplikan 2
Waktu
(menit)
Tikus 1
Absorbansi
Tikus 2
Absorbansi
Tikus Tikus
0
15
30
60
90
120
150
180
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
H. DAFTAR PUSTAKA
Cahyati, Yeyet S. 1985. Cermin Dunia Kedokteran, Pengantar Farmakokinetika. Jakarta :
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma.
Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia,.
Ganiswara, S. 2007. Obat Otonom. dalam Farmakologi dan Terapi ed.5. editor: Sulistia
ganiswara. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Gibson, G.G dan Skett, P. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Penerjemah: Iis Aisyah.
Jakarta : Penerbit EGC.
Mutschler, 1991, Dinamika Obat, Edisi V, diterjemahkan oleh Mathilda B dan Setiadi,
Penyunting Padmawinata Kosasih, Bandung : ITB,.
Neal, Michael J. 2006. Farmakologi Medis. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Shargel, L, and Yu, Andrew. 2005. Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics.
New York : 5th Appleton and Lange.
Sheiner, L. B., Rosenberg, B., & Melmon, K. L. 1972. Modelling of Individual
Pharmacokinetics for Computer-Aided Drug Dosage. Computers and Biomedical
Research. New York : 5th Appleton and Lange.