percobaan 5 fix

Upload: riri-fauziyya

Post on 18-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Percobaan 5 Fix

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR KIMIA ANALISISPRAKTIKUM 4GRAVIMETRI

Disusun Oleh:NAMA KELOMPOK:AYU WIKHA NOVIYANAG1F011026RIRI FAUZIYYAG1F011028GARNISHA UTAMAS N. G1F011030ERNA TUGIARTI BUDIASIH G1F011034GOLONGAN: II BKELOMPOK : 4ASISTEN: RIZKY NOVASARI SOFFATUL AZIZAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASIPURWOKERTO2012A. JUDUL PERCOBAAN : GRAVIMETRI

B. TUJUAN Mampu menetapkan kadar dengan konsep pemisahan logam-logam secara gravimetri dan mampu menentukan kandungan tembaga di dalam sulfatnya.C. ALAT dan BAHANAlat- alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas beaker 50 ml, gelas beaker 250 ml, gelas beaker 1000 ml, pipet ukur, pipet tetes, batang pengaduk, gelas arloji, timbangan analitik, penangas air, pembakar spirtus (bunsen), kaki tiga dan kertas saring.Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu CuSO4.5H2O, H2SO4, logam Zn, HCl encer, aquadest, dan aseton.D. DATA PENGAMATAN KELOMPOK 1Berat Beaker glass 50 mL= 33,26 gramBerat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4= 35,26 gramBerat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 33,765 gramMassa analit dalam beaker glass 250 mL= (Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4) (Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4)= 35,26 gram 33,765 gram= 1,495 gramBerat Zn=1,2 gramBerat Kertas saring= 0,619 gramBerat Kertas saring + endapan sampel= 1,044 gramBerat sampel= (berat kertas saring + endapan) (berat kertas saring)= 1,044 gram 0,619 gram = 0,425 gramPersentase Cu dalam garam terhidratnya = = = 28,42 %

KELOMPOK 2 Berat Beaker glass 50 mL= 6,767 gramBerat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4= 8,767 gramBerat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 7,339 gramMassa analit dalam beaker glass 250 mL= (Berat Beaker glass 100 mL + 2 gram CuSO4) (Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4)= 8,767 gram 7,339 gram= 1,428 gramBerat Zn= 1,2 gramBerat beaker glass 250 mL + endapan= 124,268 gramBerat beaker glass 250mL + sisa endapan = 123,937 gramBerat sampel= (Berat beaker glass 250 mL + endapan) (Berat beaker glass 250mL + sisa endapan)= 124,268 gram 123,937 gram = 0,331 gramPersentase Cu dalam garam terhidratnya = = = 23,179 %

KELOMPOK 3

Berat Beaker glass 50 mL= 30,103 gramBerat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4= 32,103 gramBerat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 30,603 gramMassa analit dalam beaker glass 250 mL= (Berat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4) (Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4)= 32,103 gram 30,603 gram= 1,5 gramBerat Zn = 1,2 gramBerat beaker glass 250 mL+ endapan sampel = 118,465 gramBerat beaker glass 250 mL + sisa = 118,130 gramBerat sampel yang didapat= 118,465 gram 118,130 gram = 0,335 gramPersentase Cu dalam garam terhidratnya = = = 22,33% KELOMPOK 4

Berat Beaker glass 50 mL= 32,951 gramBerat Beaker glass 50 mL + 2 gram CuSO4= 34,952 gramBerat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4 = 33,450 gramMassa analit dalam beaker glass 250 mL= (Berat Beaker glass 100 mL + 2 gram CuSO4) (Berat Beaker glass 50 mL + sisa CuSO4)= 34,952 gram 33,450 gram= 1,502 gramBerat Zn= 1,2 gramBerat beaker glass 250 mL + endapan= 124,257 gramBerat beaker glass 250mL + sisa endapan = 123,827 gramBerat sampel= (Berat beaker glass 250 mL + endapan) (Berat beaker glass 250mL + sisa endapan)= 124,257 gram 123,827 gram = 0,43 gramPersentase Cu dalam garam terhidratnya = = = 28,62 %PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI

28,4225,63752,78257,742

23,182,45756,039

22,333,307510,939

28,622,98258,895

Harga ditolak jika = 2,5Replikasi 1 = 2,5=0,965 2,5 (diterima)Replikasi 2= 2,5=0,853 2,5(diterima)Replikasi 3 = 2,5=1,147 2,5(diterima)Replikasi 4 = 2,5=1,035 2,5(diterima)

Jadi kadar Cu = = 25,6375% = 25,6375% 0,8825

E. PEMBAHASANGravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis. Gravimetri menjadi metode klasik yang masih sering digunakan. Prinsip gravimetri adalah penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan. Penimbangan merupakan penimbangan hasil reaksi setelah zat yang dianalisis direaksikan. Hasil reaksi dapat berupa sisa bahan atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisis. Gravimetri merupakan cara analisis tertua dan paling murah. Hanya saja gravimetri memerlukan waktu yang relatif lama karena harus menunggu dan hanya dapat digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar (Day dan Underwood, 1986).Suatu kesalahan kecil, secara relatif akan berakibat besar. Kendati demikian gravimetri masih dipergunakan untuk keperluan analisis karena waktu pengerjaannya yang tidak perlu terus-menerus dilakukan analis karena setiap tahapan pengerjaan memakan waktu yang cukup lama. Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang akan ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam bentuk yang dapat ditimbang. Berat analat dapat dihitung dari rumus dan berat atom senyawa yang ditimbang. Pengendapan merupakan teknik yang paling luas penggunaannya. Hal terpenting dalam pengendapan suatu analit adalah kemurniannya dan kemudahan penyaringan yang pasti dilakukan dalam teknik pengendapan (Gandjar, 2009). Metode gravimetri untuk analisis pada umumnya didasarkan pada suatu reaksi kimia : CuSO4.xH2O CuSO4 + xH2OMolekul CuSO4 yang masih bercampur dengan air dilalui dengan proses pengeringan atau dipijarkan dengan tujuan memperoleh endapan kering. Karena perlakuan panas ini, maka air pada sampel akan menguap dan menyisakan endapan kering yang bebas air. Dari endapan yang telah diketahui beratnya maa dapat dihitung jumlah air yang telah dilepaskan ke udara. Semakin maksimal proses pengeringan akan semakin tepat data yang akan diperoleh (Day dan Underwood, 1986).Analisis gravimetri yang dilakukan terhadap sampel CuSO4 didapat kofisien H2O sebesar 3,6125. Pada literatur menyebutkan bahwa koefisien H2O adalah 5. Pada analisis ini terjadi perbedaan nilai yang didapat dengan nilai literatur. Kemungkinan penyebab adalah air yang belum 100% menguap dan atau kontaminasi zat pengotor selama proses penyiapan sampel sampai produk (Harjadi, 1993).Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil harus dipenuhi dua kriteria yaitu :1. Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna, semisal air yang dihasilkan dalam produk masih tersisa.2. Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat tidak komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi bercampur dengan zat pengotor.Kesalahan dalam analisis Gravimetri:1. Kesalahan yang sering terjadi pada metode analisis gravimetri adalah pembentukan endapan, pemurnian(pencucian), pemanasan atau pemijaran dan penimbangan.2. Pada pembentukan endapan kadang dalam contoh mengandung zat lain yang juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan, sehinggadiperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini kadang dimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan. 3. Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan melakukan pencucian bukan hanya zat pengotor saja yang larut tetapi juga zat yang dianalisis juga ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikan penggunaan pencuci harus sedemikan kecil supaya kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya masih lebih kecil dari pada sensitivitas timbangan yang digunakan. 4. Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang tidak sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap (volatil). 5. Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring seperti perak klorida, sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori) dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga komposisi zat tidak tentu.6. Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan mengalami penyerapan air atau gas karbondioksida selama pendinginan sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator yang cukup baik selama pendinginan.(Rivai, 1994)Monografi Bahan1. CuSO4 (Tembaga (II) Sulfat) anhidratBM 159, 60

Nama resmi : TEMBAGA II SULFATNama lain : Kupri sulfatRM : CUSO4.5H2OPemerian : Prisma tri klinik,serbuk hablur,biru. Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol, sangat sukar larut dalam etanol. Penyimpanannya disimpan dalam wadah tertutup rapat(Anonim, 1995).2. H2SO4 (Asam Sulfat)BM 98,07

Asam sulfat (H2SO4) memiliki bobot molekul 98,07 gram/mol. Asam sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 98,0% b/b H2SO4. Perhatian bila asam sulfat akan dicampur dengan cairan lain, selalu tambahkan asam ke dalam cairan pengencer dan lakukan dengan sangat hati-hati. Pemerian asam sulfat yaitu cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat tajam dan koresif. Bobot jenis lebih kurang 1,84. Kelarutan bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas (Anonim, 1995).3. Zn (Zink)BA 65,38

Murni pereaksiSeng (Zn) adalah unsur pertama dalam golongan IIB pada tabel periodik. Zn mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65.38 dengan valensi 2. Logam Zn umumnya tidak bereaksi dengan molekul air(Anonim, 1995).4. HCl (Asam klorida)BM 36,46

Asam klorida mengandung tidak kurang dari 336,5% b/b dan tidak lebih dari 38,0% b/b HCl. Pemerian Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat(Anonim, 1979).5. Aquades (Aqua purificata/ Air murni/ H2O)BM 18,2Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan mengguinakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain.Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat(Anonim, 1995).6. Aseton (C3H6O)BM 58,08

Aseton mengandung tidak kurang dari 99,0% C3H6O, dihitung terhadap zat anhidrat.Pemerian Cairan transparan, tidak berwarna, mudah menguap, bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral terhadap kertas lakmus. Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dengan eter, dan dengan kloroform. Wadah dan Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api.

(Anonim, 1995).Air SadahA. Pengertian Air SadahKesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air yang memiliki kadar kesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Hal sebaliknya terjadi pada air yang memiliki kadar kesadahan tinggi. Air dengan kesadahan tinggi sulit, bahkan tidak akan dapat membentuk busa jika ia dicampur dengan sabun. Selain itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam kaitannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH (Harjadi, 1993).Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen-karbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan oleh garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh limbah industri maupun terjadi secara alami karena susunan geologi tanah di sekitar sumber air. Misalnya, air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang mengandung kapur. Misalnya, pada sungai yang mengalir melalui daerah yang mengandung gips CaSO4, akan terkandung garam itu pula. Garam CaCl2 yang digunakan untuk melawan debu di jalan juga dapat terbawa ke sungai dan meningkatkan kesadahannya (Khopkar, 1990).Kesadahan tidak menguntungkan. Air yang dianggap bermutu tinggi memiliki kesadahan yang rendah. Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga daya kerja aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter akan mengikuti lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang sukar mengendap. Apabila kesadahan terlalu rendah, secara simultan alkalinitas juga cenderung rendah. Ini akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan sehingga sukar mengendap. Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air (Khopkar, 1990).

B. Penggolongan Air SadahKesadahan air dapat digolongkan menjadi dua yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara bersifat sementara, sedangkan kesadahan tetap bersifat menetap dan sulit untuk dikembalikan ke kondisi awalnya. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion kalsium dan bikarbonat dalam air. Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur-soda abu, proses zeolit dan proses resin organik (Rivai, 1994). Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi reaksi: Ca2+ + 2 HCO3-(aq) CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l)(Khopkar, 1990)Air sadah digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.1. Air sadah sementaraAir sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah : Ca(HCO3)2 (aq) > CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) (Day dan Underwood, 1986).2. Air sadah tetapAir sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+. CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (s) + 2NaCl (aq) Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) MgCO3(s) + 2KNO3(aq)(Harjadi,1993).Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.C. Jenis-Jenis Air SadahKesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) Kesadahan umum (general hardness atau GH), dan(2) Kesadahan karbonat (carbonate hardness atau KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH (Day dan Underwood, 1986).Kesadahan umum atau General Hardness merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga dapat diabaikan (Day dan Underwood, 1986).GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/satu per-sejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm (Rivai, 1994). Berikut adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai: - 0 4 dH, 0 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak) - 4 8 dH, 70 140 ppm : rendah (lunak) - 8 12 dH, 140 210 ppm : sedang - 12 18 dH, 210 320 ppm : agak tinggi (agak keras) - 18 30 dH, 320 530 ppm : tinggi (keras)Untuk air minum, kesadahan dibawah 250 ppm masih dapat diterima, sementara diatas 500 ppm akan merusak kesehatan. Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan KH ataupun kesadahan total. Apabila ikan atau tanaman dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah (lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran serta dapat mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, namun tidak demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat (Harjadi, 1993).Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3) di dalam air. KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+). Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk menjaga kestabilan pH. KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH (Rivai, 1994).Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara mineral-mineral yang berperan adalah gips, CaSO4.2H2O; anhidratnya, CaSO4; dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang berbeda dari CaCO3. Air yang mengandung karbon dioksida mudah melarutkan kalsium dari mineral-mineral karbonat (Harjadi, 1993). CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l) Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq)Reaksi sebaliknya berlangsung bila CO2 hilang dari perairan. karbondioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan alami, terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan organik dalam air, dan sediment berperan sangat besar terhadap kadar CO2 -dan HCO3- dalam air. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses kimia perairan dan geokimia (Day dan Underwood, 1986).D. CARA-CARA PENANGGULANGANKesadahan tetap dapat dihilangkan dengan cara berikut ini:1. Distilasi (penyulingan)2. Menambahkan natrium karbonat atau soda pencuci (Na2CO3)Natrium karbonat menghilangkan kesadahan sementara maupun kesadahan tetap karena mengendapkan ion-ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air sadah.3. Menggunakan resin penukar ionResin penukar ion kini banyak digunakan untuk melunakkan air, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk industri. Resin penukar ion mengandung ion-ion natrium bebas. Jika air sadah dilewatkan melalui kolom resin penukaran ion maka resin akan menahan ion-ion kalsium dan magnesium. Dengan demikian diperoleh air lunak karena tidak lagi mengandung ion kalsium dan magnesium, melainkan ion natrium yang tidak menyebabkan kesadahan(Day dan Underwood, 1986).Kesadahan umumnya dihilangkan dengan menggunakan resin penukar ion. Resin pelunak air komersial dapat digunakan untuk skala kecil, akan tetapi tidak efektif jika digunakan dalam skala besar. Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik atau asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi.Untuk proses air minum sampai sekarang hanya dipakai resin dengan sifat anionik (Harjadi, 1993).Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat. Untuk resin penukar ion basa kuat, resin diperoleh dengan mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation maupun resin penukar anion hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam garam (Khopkar, 1990).Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman maupun sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC. Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena. Setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka produk ini akan digunakan sebagai yempat menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan. Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya yaitu dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin) (Rivai, 1994).Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion (Harjadi, 1993).Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air (Day dan Underwood, 1986).Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi sangat mirip dengan pertukaran ion-ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran (Day dan Underwood, 1986).Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion ion yang dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan ion ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+, OH atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit Ion Exchange (Day dan Underwood, 1986).PROSEDUR PERCOBAANLangkah pertama yang dilakukan dalam percobaan kali ini adalah menimbang beaker glass kosong 50 mL, kemudian timbang 2 gram CuSO4. Masukkan 2 gram CuSO4 yang telah ditimbang ke dalam beaker glass 50 mL. Selanjutnya timbang beaker glass yang telah berisi CuSO4 tersebut dan catat beratnya. Timbang lagi beaker glass 250 mL kosong. Kemudian ambil 1,5 gram CuSO4 yang ada di beaker glass 50 mL, kemudian masukkan dalam beaker glass 250 mL. Setelah itu ditimbang dan catat beratnya. Timbang juga sisa gram CuSO4 dalam beaker glass 50 mL. Untuk mendapatkan massa sampel dalam beaker glass 250 mL, kurangkan massa kedua dengan pertama. Tambahkan 50 mL H2SO4 I M pada gelas beaker 250 mL dan panaskan secara berlahan dengan pengadukan sampai semua CuSO4 larut. Hati-hati karena reaksi menghasilkan gas H2 yang lepas di udara. Pemanasan bertujuan agar kelarutannya bertambah besar seiring bertambahnya temperature. Penambahan H2SO4 secara perlahan pada larutan yang sudah diencerkan bertujuan untuk mencegah endapan terjadi terlalu cepat. Karena jika endapan terjadi terlalu cepat menyebabkan endapan yang diperoleh kecil permukaannya. Ini dikarenakan proses pembentukan inti lebih cepat dibanding laju pertumbuhan inti. Kemudian masukkan 1,2 gram Zn ke dalam larutan dan tutup dengan gelas arloji. Diamkan sebentar, kemudian buka tutup setiap beberapa untuk mengaduk larutan. Penambahan Zn berfungsi agar semua ion tembaga dalam larutan dapat diubah menjadi logamnya. Karena Zn merupakan reduktor yang lebih kuat daripada Cu sehingga penambahan Zn dapat menyebabkan terjadinya reaksi substitusi yang mereduksi Cu menjadi logamnya, sedangkan Zn akan berikatan dengan ion SO4. Reaksi yang terjadi adalah :Zn(s) + H2SO4 ZnSO4(aq) + H2(g) (Day and Underwood,1986)Reaksi berlangsung sempurna jika larutan sudah tidak berwarna dan tidak ada gas yang terlepas di udara. Reaksi antara seng dengan tembaga (II) sulfat ini berlangsung serta merta (spontan) dan disertai dengan pembebasan energi berupa panas yang ditandai dengan naiknya suhu larutan. Elektron berpindah dari Zn ke Cu2+.Ion-ion Cu2+ datangkepermukaan logam Zn, menyerap electron lalumengendap.Sementara itu atom-atom Zn larut sebagai ionZn2+, sehingga menyebabkan logam Zn lama-kelamaan menjadi keropos dan mengendor. Sedangkan warna biru memudar pada larutan CuSO4 disebabkan karena ion Cu2+berubah menjadi Cu dan menendap.Zn(s) + CuSO4(aq) Cu(s) + ZnSO4(aq) (Day and Underwood,1986)Apabila larutan berwarna dan masih melepaskan gas, tambahkan 2 mL HCl encer dengan pengadukan dan panaskan hingga gas habis. Fungsi HCl adalah agar reaksi itu dapat berlangsung sempurna dan tidak melepaskan gas. Fungsi pengadukan dan pemanasan pada reaksi ini adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi. Logam tembaga dan mengendap dalam beaker glass dipindahkan dengan cara dekantasi dengan hati-hati ke dalam beaker glass lainnya. Kemudian cuci endapan dengan akuades, aduk beberapa menit dan dekantasi kembali. Pencucian dengan akuades dilakukan sekali lagi, selanjutnya dilakukan pencucian dengan 15 mL aseton. Proses pencucian menggunakan akuades serta aseton karena tidak melarutkan endapan serta tidak menyebabkan peptisasi dan sifatnya mudah menguap.. Keringkan sisa aseton dengan evaporasi dengan bantuan pemanasan dalam beaker glass 400 mL yang berisi air panas serta tambahkan 1 mL HCl encer. HCl encer ini berfungsi untuk mencegah pengendapan air sadah. Panaskan dengan penangas air hingga kering dan bau aseton tidak terdeteksi lagi. Dinginkan dan timbang bersama beaker glass yang berisi Cu. Pindahkan sampel dalam kertas saring dan tentukan berat sampel dengan menimbang ulang massa gelas beaker tanpa sampel.HASIL PERCOBAANHasil percobaan dan perhitungan kelompok kami ( kelompok 4 )didapatkan kadar Cu dalam CuSO4 sebesar 28,62%, sedangkan kelompok 1 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 28, 42%, kelompok 2 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 23, 18%, kelompok 3 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 22,33%. Hasil percobaan dan perhitungan dari semua kelompok didapatkan kadar Cu dalam CuSO4 sebesar 25,6375% 0,8825. Hasil ini kurang sesuai dengan literature (Farmakope Indonesia III, 1979) yang menyebutkan bahwa kadarnya adalah tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%. Perbedaan ini disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan percobaan, juga kemungkinan bahan-bahan yang digunakan sudah lama dan kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai factor luar lainnya.

F. KESIMPULAN1. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.2. Prinsip metode pengendapan adalah mengubah bentuk komponen-komponen yang diinginkan menjadi bentuk yang sukar larut.3. Hasil percobaan dan perhitungan didapatkan kadar Cu dalam CuSO4 sebesar 25,6375% 0,8825, hasil ini kurang sesuai dengan literature (Farmakope Indonesia III, 1979) yang menyebutkan bahwa kadarnya adalah tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%.

G. DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta.Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Depkes RI, Jakarta.Day, Jr. A. and Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, terjemahan Pujaatmaka, Edisi V, Penerbit Erlangga, Jakarta.Gandjar, I.G., dan Abdul ROHMAN, 2009, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Harjadi, W, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.Khopkar, S. M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.