perbup pajak restoran revisi 20013

16
BUPATI PADANG PARIAMAN PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran maka untuk lebih efektif dan efisiennya pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut perlu ditetapkan peraturan pelaksanaannya; b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Padang Pariaman tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984); 3.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);

Upload: yondriloeis

Post on 26-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Perbup Pajak Restoran

TRANSCRIPT

BUPATI PADANG PARIAMAN

PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMANNOMOR TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PADANG PARIAMAN,

Menimbang:a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran maka untuk lebih efektif dan efisiennya pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut perlu ditetapkan peraturan pelaksanaannya; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Padang Pariaman tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran;

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034);2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3851);5. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Mentawai di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Propinsi Sumatera Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4187);7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kodya Padang ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);15. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);16. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

17. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan:PERATURAN BUPATI PADANG PARIAMAN TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten Padang Pariaman;2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman;3. Bupati adalah Bupati Padang Pariaman;4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Pariaman;5. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Padang Pariaman;6. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Padang Pariaman;7. Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran yang selanjutnya disebut PERDA adalah Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran;8. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah;9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)dan/atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;10. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Padang Pariaman.11. Bendahara Penerima adalah Bendahara Penerima Dinas yang kewenangannya sebagai Pengelola Keuangan Daerah dengan fungsi melaksanakan pungutan pajak;12. Sistem Pemungutan Pajak Daerah adalah sistem yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak dalam memungut, memperhitungkan dan melaporkanserta menyetorkan pajak terutang;13. Sitem Self Assesment adalah Suatu sitem dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri pajak yang terutang.14. Kartu NPWPD adalah Kartu yang menyebutkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, nama dan alamat wajib pajak sebagai identitas wajib pajak; 15. Restoran adalah Fasilitas penyedia makanan dan/ atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, bar, dan sejenisnya termasuk juga jasa boga dan catering;16. Warung adalah Fasilitas penyedia makanan dan/ atau minuman dengan dipungut bayaran, yang berada di Lingkungan Pemukiman Masyarakat dan sejenisnya;17. Kantin adalah Fasilitas penyedia makanan dan/ atau minuman dengan dipungut bayaran, yang berada di Lingkungan Kantor, Sekolah, Pabrik, Rumah Sakit dan sejenisnya;18. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan Restoran dengan pembayaran;19. Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada Restoran;20. Wajib Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan sebagai Pemilik atau Pengusaha Restoran;21. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu 1 (satu) tahun pajak;22. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender;23. Bagian Tahun Pajak adalah dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak;24. Pajak Restoran adalah Pajak atas Pelayanan yang disediakan oleh Restoran;25. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah;26. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Bendaharawan Khusus Penerimaan atau Kas Daerah atau tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar;28. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan;29. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;31. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;32. Surat Keputusan Pembetulan adalah Surat Keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah;33. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak;34. Putusan Banding adalah Putusan Pengadilan Pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak;35. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan labarugi pada setiap Tahun Pajak berakhir;36. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah;37. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK

Pasal 2

Dengan nama Pajak Restoran, dipungut Pajak atas pelayanan yang disediakan restoran.

Pasal 3

(1) Objek Pajak Restoran adalah Pelayanan yang disediakan oleh Restoran.

(2) Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan dan/ atau minuman yang dikomsumsi oleh pembeli , baik dikomsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain.

(3) Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran, warung, kantin dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

(4) Wajib Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran, warung, kantin dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering

BAB III

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN WAJIB PAJAK

Pasal 4

(1) Setiap Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya kepada Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya kegiatan usahanya, kecuali ditentukan lain.

(2) Apabila Wajib Pajak Restoran tidak melaporkan sendiri usahanya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset akan mendaftarkan usaha wajib pajak secara jabatan.

(3) Pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dilakukan sebagai berikut :a. Pengusaha/ penanggungjawab atau kuasanya mengambil, mengisi dan menandatangai formulir pendaftaran yang disediakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;b. Formulir pendaftaran yang telah diisi dan ditandatangani disampaikan kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dengan melampirkan :1. Fotocopy KTP pengusaha/ penanggungjawab/ penerima kuasa;2. Fotocopy Surat Keterangan domisili Tempat Usaha;3. Surat kuasa apabila pengusaha/ penanggungjawab berhalangan dengan disertai fotocopy KTP dari pemberi kuasa.

(4) Terhadap penerima berkas pendaftaran, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset memberi Tanda terima pendaftaran.

Pasal 5

(1) Berdasarkan keterangan Wajib Pajak dan data yang ada pada formulir pendaftaran, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset menerbitkan :a. Surat Pengukuhan sebagai Wajib Pajak dengan Sistem Pemungutan Pajak yang dikenakan;b. Kartu NPWPD.

(2) Penyerahan Surat Pengukuhan dan Kartu NPWPD kepada pengusaha/ penanggungjawab atau kuasanya sesuai dengan Tanda terima pendaftaran.

BAB IV

DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK

Pasal 6

Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran.

Pasal 7

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari dasar pengenaan pajak.

BAB V

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Pasal 8

Atas usaha Penyelenggaraan Restoran dan Catering, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset menetapkan Sistem Pemungutan Pajak dengan Sistem Self Assesment.

BAB VI

TATA CARA PERHITUNGAN PAJAK

Pasal 9

(1) Besarnya pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan atau ayat (2) Pasal 7 Peraturan Bupati ini.

(2) Adapun contoh perhitungan pajak adalah:Restoran A menjual makanan dan minuman sebagai berikut : Nasi Putih5 piring @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,- Sate Ayam3 porsi @ Rp. 15.000,- Rp. 45.000,- Sop Kambing2 porsi @ Rp. 27.000,- Rp. 54.000,- Lalapan1 porsi @ Rp. 3.000,- Rp. 3.000,- Lemon Tea5 gelas @ Rp. 8.000,- Rp. 40.000,-Jumlah Rp.152.000,- Diskon 5% (Rp.152.000,-) Rp 7.600,- Jumlah setelah diskon Rp.144.400,-Pajak Restoran 10% (Rp.144.4000,-) Rp. 14.440,- (PB I)

(1) Yang dimaksud dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana yang dimaksud pada contoh dalam ayat (2) Pasal ini adalah Jumlah setelah diskon yaitu sebesar Rp. 144.400,-

BAB VII

TATA CARA PENYETORAN PAJAK

Pasal 10

(2) Berdasarkan rekapitulasi penerimaan bulanan, yang disusun dari rekapitulasi bill atau bukti pembayaran harian, ditetapkan jumlah pajak yang telah dipungut untuk masa atau bulan yang bersangkutan.

(3) Jumlah pajak yang telah dipungut selama 1 (satu) bulan disetorkan ke Kas Daerah atau Bendahara penerima Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aseet atau Bank yang ditunjuk, paling lambat 15 (lima belas) bulan berikutnya dengan mempergunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

(4) SSPD yang telah ditandatangani dan dicap tertentu oleh Kas Daerah atau Bendahara Penerima Dinas atau Bank yang ditunjuk, dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang akan disampaikan ke Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset sebagai laporan.

(5) Keterlambatan penyetoran pajak, akan dikenakan denda tambahan sebesar 2% (dua per seratus) perbulan dari pokok pajak dan maksimal keterlambatan selama 24 (dua puluh empat) bulan. Pengenaan denda keterlambatan akan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

BAB VIII

TATA CARA PELAPORAN

Pasal 11

(1) Berdasarkan rekapitulasi penerimaan bulanan, yang disusun dari rekapitulasi bill atau bukti pembayaran harian, Wajib Pajak menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) masa/bulan.

(2) SPTPD dan dilampirkan dengan SSPD yang sudah dicap oleh Kas Daerah atau Bendahara Penerima Dinas atau Bank yang ditunjuk, disampaikan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

(3) Keterlambatan penyampaian SPTPD, akan dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua perseratus) per-masa pajak.

(4) Pengenaan denda keterlambatan akan mempergunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)

BAB IX

PENETAPAN PAJAK

Pasal 12

(1) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dapat menetapkan pajak terutang dalam suatu masa pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).

(2) SKPD yang ditrerbitkan meliputi :a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB);b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang BayarTambahan (SKPDKBT);c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB);d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).

(3) Mekanisme pengelolaan ketetapan pajak, seperti tindak lanjut penetapan pajak, penagihan hasil penetapan, pengajuan keberatan dan banding, pengurangan, penundaan dan penghapusan pajak ditetapkan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan yang ada pada Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak Restoran.

BAB X

PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 13

(1) Wajib Pajak Parkir wajib menyelenggarakan pembukuan sesuai prinsip pembukuan yang berlaku umum sekurang-kurangnya menyelenggarakan pencatatan nilai peredaran/ omzet usaha atau nilai penjualan yang menjadi dasar pengenaan pajak.

(2) Pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan sebaik-baiknya dan harus mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya.

(3) Pembukuan dimaksudkan untuk mempermudah Wajib Pajak dalam mengelola usahanya dan sekaligus membantu petugas DPPKA dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha Wajib Pajak guna mengetahui jumlah peredaran/omzet yang menjadi dasar pengenaan pajak untuk setiap masa pajak.

(4) Apabila Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan pembukuan pada saat pemeriksaan, maka jumlah penjualan terutang pajak akan ditetapkan secara jabatan.

(5) Pembukuan atau pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan wajib pajak harus disimpan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

(6) Untuk kepentingan pencegahan kehilangan penerimaan pajak daerah akibat dari pembukuan yang dilakukan wajib pajak, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dapat memasang perangkat elektronik yang ditetapkan oleh Bupati. (7) Tata cara pembukuan, penggunaan bill/ bon penjualan/ tanda terima/ invoice dan pelaporan usaha akan ditetapkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

Pasal 14

(1) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajibab perpajakan.

(2) Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa dilengkapi dengan surat perintah tugas.

(3) Wajib Pajak yang diperiksa atau kuasanya wajib :a. Memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak yang terutang;b. Memberikan kesempatan kepada petugas untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. Memberikan kesempatan kepada petugas untuk melakukan pemeriksaan kas, bon/ bill penjualan ataupun sistem pembukuan;d. Memberikan keterangan secara benar, lengkap dan jelas;e. Memenuhi ketentuan lain yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset guna menunjang kelancaran.

(4) Dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa tidak memenuhi kewajiban sebagaiman dimaksud pada ayat (3) maka pajak terutang ditetapkan secara jabatan.

(5) Petugas pemeriksa wajib menjaga kerahasiaan data informasi wajib pajak.

(6) Tata Cara pemeriksaan pajak dan pelaporan hasil pemeriksaan serta tindak lanjut pemeriksaan pajak akan ditetapkan kemudian oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

BAB XI

PENGAWASAN Pasal 15

(1) Dalam rangka pengawasan, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk bila dipandang perlu dapat menetapkan serta menempatkan, personil dan atau peralatan (eguipment) baik sitem manual maupun dengan sitem koputerisasi setiap Objek Pajak Parkir.

(2) Penetapan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Wajib Pajak, dalam tenggang waktu yang cukup dan seluruh biaya yang ditimbulkan sebagai akibat ditempatkannya peralatan tersebutmenjadi kewajiban Pemerintah Daerah.

(3) Pelaksanaan penempatan personil dan atau peralatan dimaksud pada ayat (1) dengan memperlihatkan asas kepatuhan, akuntabelitas serta transparansi.

Pasal 16

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 15, adalah pengawasan dalam rangka penataan dan peralatan potensi Wajib Pajak riil dan tidak bersifat investigasi/ penyelidikan.

BAB XII

PENYIDIKAN Pasal 17

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana perpajakan daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2) Pasal ini; h. Memotret seseorang dengan kaitan tindak pidana perpajakan daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; dan atauk. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik/ Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA Pasal 18

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daera dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar.

Pasal 19

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Peraturan Bupati ini, tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya Pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya bagian tahun Pajak yang bersangkutan.

BAB XIVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 20

Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, penyelenggaraan perpajakan Daerah yang telah dilaksanakan sebelumnya disesuaikan lebih lanjut dan mengacu kepada Peraturan Bupati ini.

BAB XVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Padang Pariaman.

Ditetapkan di Parit Malintang pada tanggal 2013

BUPATI PADANG PARIAMAN,

ALI MUKHNI

Diundangkan di Parit Malintangpada tanggal

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN PADANG PARIAMAN,

JONPRIADI

BERITA DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR ...