perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat...

63
PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT TERPAPAR PANAS ANTARA TENAGA KERJA BAGIAN OVEN (PENGERINGAN) DAN BAGIAN PACKING DI UD. WREKSA RAHAYU, BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh: Wilis Puspita Bintarwati R0206057 PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: doantu

Post on 11-Mar-2019

303 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

i

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT TERPAPAR PANAS ANTARA TENAGA KERJA

BAGIAN OVEN (PENGERINGAN) DAN BAGIAN PACKING DI UD. WREKSA

RAHAYU, BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh:

Wilis Puspita Bintarwati

R0206057

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar Panas Antara Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) Dan Bagian

Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali

Wilis Puspita Bintarwati, R0206057, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : , Tanggal 2010 Pembimbing Utama Hari Wujoso,dr.MM.Sp.F NIP. 19621022 199503 1 001 .................................................. Pembimbing Pendamping Susilowati,S.Sos NIP. 19701216 198903 2 001 .................................................. Penguji Yeremia Rante Ada’,S.Sos.,M.Kes ..................................................

Surakarta,....................................... Tim Skripsi Ketua Program

D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok. NIP. 1965 0706 198803 1 002 NIP. 19481105 198111 1 001

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, Juli 2010

Wilis Puspita Bintarwati NIM. R0206057

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

iv

ABSTRAK

Wilis Puspita Bintarwati, 2010. PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT TERPAPAR PANAS ANTARA TENAGA KERJA BAGIAN OVEN (PENGERINGAN) DAN BAGIAN PACKING DI UD. WREKSA RAHAYU, BOYOLALI. Skripsi. Program D.IV Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pukul 14.00 WIB di empat titik, bagian Oven (Pengeringan) memiliki ISBB rata-rata 34,1°C dan di bagian Packing memiliki ISBB rata-rata 25,13°C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang dan sampel yang digunakan adalah 30 orang, diperoleh dengan purposive sampling. Data diperoleh dari data primer. Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square Test. Dari hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan panas di bagian Oven (pengeringan) memiliki nilai ISBB rata-rata 33,37 0C, sedangkan di bagian Packing memiliki nilai ISBB rata-rata 25,49 0C. Hasil pengukuran kelelahan kerja didapatkan bahwa waktu reaksi rata-rata di bagian Oven (pengeringan) adalah 489,93 mili detik (lelah sedang atau mengalami kelelahan), sedangkan di bagian Packing adalah 216,93 mili detik (normal atau tidak mengalami kelelahan).

Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi Square Test menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 diperoleh hasil p = 0,000. Hasil uji statistik chi square tersebut menunjukkan bahwa p ≤ 0,01 dan dinyatakan sangat signifikan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

Kata kunci : Tekanan Panas, Kelelahan Kerja

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

v

ABSTRACT Wilis Puspita Bintarwati, 2010. LEVEL DIFFERENCES DUE HEAT AFFECTED FATIGUE BETWEEN LABOR OVEN SECTION (DRYING) AND PACKING SECTION IN UD. WREKSA RAHAYU, BOYOLALI. Thesis. D.IV Occupational Health Program, Faculty of Medicine, of Sebelas Maret University, Surakarta.

Based on a preliminary survey conducted at 2 pm at four points, the ovens section (drying) have an average ISBB 34.1 ° C and at the Packing section has ISBB average of 25.13 ° C. This study aims to find the differences in the level of exposure to heat exhaustion.

Type of research is observational analytic with cross sectional method. Total population in this study were about 40 people and the sample was 30 people, was obtained by purposive sampling. Data obtained from primary file. Statistical analysis using Chi Square Test. from the result showed average heat stress in the Oven section (drying) has an average value of 33.37 ISBB 0C, while at the packing has an average value of 25.49 WBGT 0C. Fatigue measurement results showed that the average reaction time in the ovens section (drying) is 489.93 milli seconds (being tired or experience fatigue), while at the Packing is 216.93 milli seconds (normal or not experiencing fatigue). Having performed a statistical test with the Chi square test using SPSS version 16.0 computer program obtained results p = 0.000. Chi square test results showed that p ≤ 0.01 and otherwise very significant. From this research we can conclude that there are differences in levels of fatigue due to heat exposure between workers of the oven section (drying) and the packing section in the UD. Wreksa Rahayu, Boyolali Keywords: Heat Pressure , work fatigue

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar Panas

Antara Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing di

UD.Wreksa Rahayu, Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan

dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program Diploma

IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Bapak Hari Wujoso,dr., MM. Sp.F, selaku pembimbing I selaku pembimbing

I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Susilowati,S.Sos selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

selama penyusunan skripsi ini.

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

vii

5. Ibu Yeremia Rante Ada’,S.Sos.,M.Kes selaku penguji yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Teguh selaku pemilik UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

7. Bapak, Ibu, adik dan orang-orang terdekat yang aku cintai. Terima kasih atas

doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Tidak

ada kata yang bisa kuucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup kuberikan

untuk membalas segala cinta dan pengorbanan yang mereka berikan.

8. Seluruh dosen dan karyawan/karyawati program D.IV Kesehatan Kerja yang

telah membantu penulis dalam pembuatan laporan ini.

9. Semua teman-teman angkatan 2006 Program Diploma IV Kesehatan Kerja.

Trima kasih atas suka duka selama 4 tahun ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2010

Wilis Puspita Bintarwati

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN ........................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 20

C. Hipotesis ................................................................................ 21

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 22

A. Jenis Penelitian....................................................................... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 22

D. Subjek Penelitian.................................................................... 23

E. Teknik Sampling .................................................................... 24

F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 24

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................ 25

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

ix

H. Desain Penelitian.................................................................... 28

I. Cara Pengukuran .................................................................... 28

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................... 31

BAB IV. HASIL .......................................................................................... 33

A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 33

B. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 35

C. Hasil Pengukuran Tekanan Panas ........................................... 38

D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja ......................................... 39

E. Hasil Analisis Statistik ........................................................... 40

BAB V. PEMBAHASAN ........................................................................... 42

A. Karakteristik Tenaga Kerja ..................................................... 42

B. Tekanan Panas ....................................................................... 44

C. Kelelahan Kerja ..................................................................... 44

D. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Terhadap Tekanan Panas 45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 47

A. Kesimpulan ............................................................................ 47

B. Saran ...................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 49

LAMPIRAN

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) ............................................. 12

Tabel 4.2 Data Distribusi Berdasarkan Usia ................................................. 35

Tabel 4.3 Data Distribusi Berdasarkan Masa kerja........................................ 36

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi/IMT ..... 37

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berdasarkan

Denyut Nadi ................................................................................. 38

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Rata-rata Tekanan Panas .................................. 39

Tabel 4.7 Data Kelelahan Rata-rata Tenaga Kerja ........................................ 39

Tabel 4.8 Data Distribusi Berdasarkan Tingkat Kelelahan Kerja................... 40

Tabel 4.9 Hasil uji statistik chi square test .................................................... 41

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................... 20

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ........................................................... 28

Gambar 3.3 Heat Stress Area merk Quesstemp 100 ...................................... 30

Gambar 3.4 Reaction timer seri L.77 merk Lakassidaya ............................... 32

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Sampel Tenaga Kerja di Bagian Oven (Pengeringan).

Lampiran 2. Identitas Sampel Tenaga Kerja di Bagian Packing.

Lampiran 3. Identitas Status Gizi di Bagian Oven (Pengeringan)

Lampiran 4. Identitas Status Gizi di Bagian Packing.

Lampiran 5. Hasil Pengukuran ke I dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Oven (Pengeringan).

Lampiran 6. Hasil Pengukuran ke II dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Oven (Pengeringan).

Lampiran 7. Hasil Pengukuran ke III dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Oven (Pengeringan).

Lampiran 8. Hasil Pengukuran ke I dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Packing.

Lampiran 9. Hasil Pengukuran ke II dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Packing.

Lampiran 10. Hasil Pengukuran ke III dengan Reaction Timer merk Lakassidaya

seri L77 di Bagian Packing.

Lampiran 11. Hasil Rata-rata Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Oven

(Pengeringan).

Lampiran 12. Hasil Rata-rata Pengukuran Kelelahan Kerja di Bagian Packing.

Lampiran 13. Hasil Pengukuran Tekanan Panas dengan Quest temp di Bagian

Oven (Pengeringan).

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xiii

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Tekanan Panas dengan Quest temp di Bagian

Packing.

Lampiran 15. Hasil Pengukuran I Denyut Nadi Kerja

Lampiran 16. Hasil Pengukuran II Denyut Nadi Kerja

Lampiran 17. Hasil Pengukuran III Denyut Nadi Kerja

Lampiran 18. Hasil Pengukuran Chi-Square.

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya

adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya

sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi

kondisi pekerja. Iklim kerja panas merupakan beban bagi tubuh ditambah lagi

apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat

memperburuk kondisi kesehatan dan stamina tenaga kerja. Dalam area kerja

harus ditata menurut proses kerja yang ada sehingga aliran proses dan material

yang ada dapat berjalan lancar sehingga tercapai efisiensi yang tinggi, agar

tidak menimbulkan udara berlebih dan ketidaknyamanan bekerja. Iklim

setempat di tempat kerja diatur agar nyaman sesuai dengan sifat pekerjaan

yang dilakukan (Megasari dan Anda Iviana Juniani, 2005).

Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses

metabolisme. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi dihubungkan dengan produksi

panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009). Tenaga kerja di dalam lingkungan panas,

seperti di sekitar furnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau

bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan

panas (Tarwaka dkk, 2004). Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang

1

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xv

terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara,

sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna

dan lain-lain (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

Jika kita perhatikan “kenyamanan suhu” suatu ruangan, selama dalam

batas kenyamanan maka tidak akan menjadi masalah, namun jika sudah

berada di luar batas kenyaman maka akan menjadi sebuah bahan yang

menarik untuk diteliti. Ketidaknyamanan dapat menjadi sebuah gangguan atau

bahkan akan menimbulkan efek-efek psikologis ataupun salah satu nyeri

fisiologis tergantung pada level dari proses pertukaran panasnya.

Ketidaknyamanan akan menyebabkan perubahan fungsional pada organ yang

bersesuaian pada tubuh manusia. Menurut Grandjean (1993) kondisi panas

sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,

mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Eko

Nurmianto, 2003).

Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan

lingkungan sosial, dan keduanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja,

lingkungan fisik mencakup pencahayaan, kebersihan, kebisingan dan

kegaduhan kondisi bangunan dan sebagainya.

Demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja, efisiensi kerja

sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak

dingin dan kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24-26º C bagi orang-

orang Indonesia. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau

kurangnya koordinasi otot sedangkan suhu panas mengurangi kelincahan,

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xvi

memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,

mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa

dan motoris serta memudahkan untuk dirangsang (Suma’mur, 2009).

Salah satu efek tekanan panas pada pekerjaan adalah kelelahan.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat

sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah

kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

UD. Wreksa Rahayu merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang pengolahan kayu lapis dimana terdapat mesin yang dapat

menimbulkan panas. Berdasarkan hasil pengukuran awal yang dilakukan pada

pukul 14.00 di empat titik, bagian Oven (Pengeringan) memiliki ISBB rata-

rata 34,1°C dan di bagian Packing memiliki ISBB rata-rata 25,13°C

diperkirakan mempengaruhi kelelahan kerja pada tenaga kerja. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Perbedaan

Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar Panas Antara Tenaga Kerja Bagian

Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xvii

B. Perumusan Masalah

Apakah Ada Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar

Panas Antara Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing

di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar

Panas Antara Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian

Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kelelahan kerja akibat

terpapar panas di bagian Oven (Pengeringan) dan bagian Packing di

UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

2) Untuk mengetahui gambaran tentang tekanan panas di bagian Oven

(Pengeringan) dan bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa tekanan panas dapat

menyebabkan kelelahan kerja pada tenaga kerja yang terpapar.

b. Aplikatif

1) Diharapkan tenaga kerja dapat mengatur waktu kerja istirahat secara

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xviii

tepat berdasarkan nilai ISBB.

2) Sebagai masukan untuk perusahaan tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja khususnya mengenai tekanan panas.

c. Bagi Penulis

Sebagai pengalaman belajar dalam menerapkan konsep ilmiah dalam

kehidupan nyata serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang

perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas pada tenaga kerja.

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xix

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi antara iklim kerja dan proses

metabolisme. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara, kelembaban

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi dihubungkan dengan produksi

panas oleh tubuh (Suma’mur, 2009). Tenaga kerja di dalam lingkungan

panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas

atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami

tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut, tubuh

secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran

panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas

yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh

(Tarwaka dkk, 2004). Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang

terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara,

sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan,

warna dan lain-lain (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

6

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xx

2. Pengaturan Suhu Tubuh

Menurut Suma’mur (1984) dan Priatna (1990) dalam Tarwaka dkk

(2004) suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap

(homoeotermis) oleh sistem pengatur suhu (thermoregulatory system).

Suhu menetap ini adalah kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan di

dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara

tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas di dalam tubuh

tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari bahan

kimiawi, dan gangguan pada sistem pengatur panas, misalnya dalam

keadaan demam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan panas

a. Indoor climate (Faktor Iklim dalam Ruangan)

Menurut Grandjean (1993) adalah suatu kondisi fisik sekeliling

dimana kita melakukan sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1) Temperatur udara

2) Temperatur permukaan sekeliling

3) Kelembaban udara

4) Aliran perpindahan udara (Eko Nurmianto, 1996)

b. Aklimatisasi

WHO (1969) memberikan definisi aklimatisasi sebagai berikut:

aklimatisasi panas adalah istilah yang diberikan pada suatu keadaan

penyesuaian fisiologik yang terjadi pada seseorang yang biasanya

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxi

hidup di iklim dingin, kemudian berada di iklim panas (Depkes RI,

2003).

Faktor yang mempengaruhi pertukaran panas (Budi, 2010) :

a. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk

gelombang panas inframerah.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit

dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh.

c. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan

melalui kontak udara dengan tubuh.

d. Evaporasi

Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi

perpindahan panas tubuh.

3. Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh

untuk memelihara keseimbangan panas. Bahwa reaksi fisiologis tubuh

(Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar comfort

zone adalah sebagai berikut :

a. Vasodilatasi

b. Denyut jantung meningkat

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxii

c. Temperatur kulit meningkat

d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dll.

Selanjutnya apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus

berlanjut, maka resiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat.

Reaksi fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai

dari gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya

penyakit yang sangat serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga

menyebabkan penurunan berat badan. Menurut hasil penelitian bahwa

tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6

minggu, pada ruangan dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) antara

32,02-33,01oC menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23% (Pulat,

1992 dalam Tarwaka dkk, 2004).

4. Gangguan Kesehatan Akibat Pemaparan Suhu Lingkungan Panas

Menurut Tarwaka dkk (2004) beberapa gangguan kesehatan karena

pengaruh tekanan panas adalah sebagai berikut :

a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti terjadinya kelelahan,

sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.

b. Dehidrasi yaitu suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun

karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5 %

gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut

kering.

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxiii

c. Heat Rash yaitu suatu keadaan seperti biang keringat buntat, gatal kulit

akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu

beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak

penghilang keringat.

d. Heat Cramp merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki)

akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium

dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minim terlalu

banyak dengan sedikit garam natrium.

e. Heat Syncope atau Fainting yaitu keadaan yang disebabkan karena

aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah

darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena

pemaparan suhu tinggi.

f. Heat Exhaustion yaitu keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan

terlalu banyak cairan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering,

sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak

dialami oleh tenaga kerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu

udara panas.

5. Penilaian Lingkungan Kerja Panas

Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas ditempat

kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu

inti tubuh tenaga kerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah

37 °C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konveksi,

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxiv

konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh

pekerja > 38 °C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang

dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan

pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter panas pengatur

suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan

Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara

basah dan suhu panas radiasi.

Peralatan sederhana yang digunakan untuk mengukur parameter

ISBB tersebut menggunakan alat Thermometer Bola, Sling Psycometer

(suhu basah dan suhu kering) dan Kata Termometer. Kemudian secara

manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari (outdoor)

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering)

b. Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan (indoor)

ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB adalah

Questtemp Heat Stress Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan secara

digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan

ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang hasilnya tinggal membaca pada

alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan °C atau °F. Pada

waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja

melakukan pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxv

Tabel 2.1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999, Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang diperkenankan adalah :

Variasi ISBB ºC

Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat

Kerja terus menerus Kerja 75% istirahat 25% Kerja 50% istirahat 50% Kerja 25% istirahat 75%

30,0 30,6 31,4 32,2

26,7 28,0 29,4 31,1

25,0 25,9 27,9 30,0

6. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Menurut Tarwaka dkk (2004) untuk mengendalikan pengaruh

pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi

tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan. Dan aktivitas kerja yang

dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat

faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing

pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar.

Teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas sebagai berikut :

a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.

b. Mengurangi beban panas radian dengan cara menurunkan temperatur

udara dari proses kerja yang menghasilkan panas, relokasi proses kerja

yang menghasilkan panas, dan penggunaan tameng panas dan alat

pelindung diri yang dapat memantulkan panas.

c. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan

melalui ventilasi pengenceran atau pendinginan secara mekanis.

d. Meningkatkan pergerakan udara melalui ventilasi buatan dimaksudkan

untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi

0,2 m/det.

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxvi

e. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara melakukan

pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari, penyediaan

tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan, dan

mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja

dan nilai ISBB.

7. Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya

efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik

tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Sritomo

Wignjosoebroto, 2003).

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat

subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi

dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan adalah suatu mekanisme

perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh (Suma’mur, 2009). Kelelahan kerja dapat dibedakan

menjadi beberapa macam, yaitu: kelelahan otot dan kelelahan umum (AM

Sugeng Budiono dkk, 2003).

a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan

melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi,

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxvii

dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan

fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya

kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang

menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam

melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas

kerjanya. Gejala Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak

dari luar atau external signs (AM Sugeng Budiono dkk, 2003).

b. Kelelahan Umum (General Fatigue)

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang

luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena

munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk

bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan

merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono dkk, 2003). Kelelahan umum

biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang

disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik,

keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan

gizi (Tarwaka dkk, 2004).

8. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja

Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka dkk (2004)

menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat

bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxviii

efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out

stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi

periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan

penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah :

a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

b. Lingkungan kerja : ikim kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan

lain-lain.

c. Problem fisik : tanggung jawab, kekawatiran, konflik.

d. Kenyerian dan kondisi kesehatan

e. Nutrisi

Menurut Suma’mur (1994) kelelahan dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain sebagai berikut :

a. Usia

Pada usia meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ,

sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan

menurunnya kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan

tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan.

b. Jenis Kelamin

Pada tenaga kerja wanita terjadi siklus setiap bulan di dalam

mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi

fisik maupun psikisnya, dan hal itu menyebabkan tingkat kelelahan

wanita lebih besar dari pada tingkat kelelahan tenaga kerja laki-laki.

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxix

c. Penyakit

Penyakit akan menyebabkan Hipo/hipertensi suatu organ, akibatnya

akan merangsang mukosa suatu jaringan sehingga merangsang syaraf-

syaraf tertentu. Dengan perangsangan yang terjadi akan menyebabkan

pusat syaraf otak akan terganggu atau terpengaruh yang dapat

menurunkan kondisi fisik seseorang.

d. Kondisi Psikis Tenaga Kerja

Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang ditafsirkan bagian

yang salah, sehingga merupakan suatu aktivitas secara primer suatu

organ, akibatnya timbul ketegangan-ketegangan yang dapat

meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.

e. Beban Kerja

Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat

kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini dapat mempercepat pula

kelelahan seseorang. Beban kerja meliputi : iklim kerja, penerangan,

kebisingan, debu dan lain-lain.

Menurut Siswanto (1989), faktor penyebab kelelahan kerja

berkaitan dengan:

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,

variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan

pekerjaan.

b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang

berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxx

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak

menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)

Menurut Lientje Setyawati (2007) faktor individu seperti umur

juga dapat berpengaruh terhadap waktu reaksi dan perasaan lelah tenaga

kerja. Pada umur yang lebih tua terjadi penurunan kekuatan otot, tetapi

keadaan ini diimbangi dengan stabilitas emosi yang lebih baik dibanding

tenaga kerja yang berumur muda yang dapat berakibat positif dalam

melakukan pekerjaan.

9. Gejala Akibat Mengalami Kelelahan Kerja

Menurut Gilmer dan Cameron yang dikutip Tarwaka dkk (2004)

gejala kelelahan antara lain adalah :

a. Menurun kesiagaan dan perhatian.

b. Penurunan dan hambatan persepsi.

c. Cara berpikir atau perbuatan anti social.

d. Tidak cocok dengan lingkungan.

e. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk (2003) gambaran mengenai

gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan obyektif antara

lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya konsentrasi,

berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxi

ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan

rohani.

Menurut Suma’mur P.K. (2009) gejala-gejala atau perasaan

perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

a. Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala,

badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau

pikiran, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku,

berdiri tidak stabil dan ingin berbaring.

b. Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi

gugup, tidak dapat berkonsentrasi, susah berfikir, cenderung untuk

lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kepercayaan berdiri

berkurang,dan sulit mengontrol sikap.

c. Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di

bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor

pada anggota badan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

Menurut Tarwaka dkk (2004) kelelahan dapat diatasi dengan cara :

a. Menyesuaikan kapasitas kerja fisik, kapasitas kerja mental dengan

pekerjaan yang kita lakukan.

b. Mendesain stasiun pekerjaan yang ergonomi dan mendesain

lingkungan kerja yang nyaman.

c. Melakukan sikap kerja yang alamiah.

d. Memberikan variasi terhadap pekerjaan yang dilakukan.

e. Mengorganisasi kerja yang baik.

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxii

f. Mencukupi kebutuhan kalori yang seimbang.

g. Melakukan istirahat setelah bekerja selama 2 jam dengan sedikit

kudapan.

10. Pengukuran Kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan

secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya

kelelahan akibat kerja. Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka dkk

(2004) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa

kelompok, yaitu:

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

b. Uji psikomotor (Psychomotor test)

c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

d. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjective feeling of fatigue)

e. Uji mental

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga (1999) yaitu

sebagai berikut :

a. Normal (N) : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

b. Kelelahan kerja ringan : waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 mili detik

c. Kelelahan kerja sedang : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 mili detik

d. Kelelahan kerja berat : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik

Keterangan : x = hasil pengukuran dengan Reaction Timer Lakasidaya

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxiii

B. Kerangka Pemikiran

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Tekanan Panas

Kelelahan Kerja

Suhu tubuh naik

Hipotalamus merangsang

kelenjar keringat

Pengeluaran keringat

Kehilangan cairan tubuh dan garam

Faktor Internal: - Usia - Jenis kelamin - Kondisi kesehatan - Status gizi - Masa dan lama

kerja

Faktor Eksternal: - Penerangan - Kebisingan - Beban kerja

Penurunan kontraksi otot

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxiv

C. Hipotesis

Ada Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar Panas Antara

Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing di UD. Wreksa

Rahayu, Boyolali

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan jenis

penelitian penjelasan (observasional analitik) mengenai pengaruh antara

variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya. Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross

sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan

variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan

(Mochammad Arief, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bagian Oven (Pengeringan) dan bagian Packing

di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali pada bulan Februari - April 2010.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Soekidjo Notoatmojo, 2002). Sebagai populasi adalah semua tenaga kerja

yang bekerja di bagian Oven (Pengeringan) di UD. Wreksa Rahayu,

22

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxvi

Boyolali yang berjumlah 20 orang dan di bagian Packing yang berjumlah

20 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmojo, 2002).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan 30

pekerja.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah tenaga kerja bagian Oven (Pengeringan)

dan bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Inklusi

1) Usia 20 - 45 tahun.

2) Jenis kelamin Laki-Laki.

3) Masa kerja lebih dari 2 tahun.

4) Kondisi kesehatan baik atau sehat dan tidak dalam keadaan sakit.

5) Status gizi normal.

6) Lama kerja 8 jam sehari.

b. Eksklusi

1) Tenaga kerja yang tidak mengundurkan diri menjadi sampel.

2) Tenaga kerja yang tidak dalam perjalanan kerja mengalami sakit.

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxvii

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang

didasarkan pada pertimbangan tertentu, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004).

Dalam penelitian ini ditentukan 30 tenaga kerja yang memenuhi ciri-ciri

yang telah ditentukan sebelumnya. Dari 30 orang tersebut, 15 tenaga kerja

yang bekerja di bagian Oven (Pengeringan) dan 15 orang yang bekerja di

bagian Packing.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas.

b. Variabel Terikat

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

c. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1) Variabel Pengganggu Terkendali : usia, jenis kelamin, penyakit, lama

kerja, masa kerja, status gizi.

2) Variabel Pengganggu Tidak Terkendali: kondisi psikis, lingkungan kerja

(penerangan, kebisingan).

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxviii

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Tekanan Panas

Tekanan panas adalah adalah kombinasi antara iklim kerja dan

proses metabolisme. Iklim kerja adalah kombinasi antara suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi dihubungkan

dengan produksi panas oleh tubuh.

Alat ukur : Area Heat Stress merk Quesstemp 100

Hasil ukur : ≤ NAB dan ≥ NAB.

Satuan : °C

Skala pengukuran : ordinal.

b. Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

istirahat.

Alat ukur : Reaction Timer merk Lakassidaya seri L-77.

Hasil ukur :

1) Normal (N) : waktu reaksi 150,0 – 240,0 mili detik

2) Kelelahan kerja ringan : waktu reaksi 240,0 < x < 410,0 mili detik

3) Kelelahan kerja sedang : waktu reaksi 410,0 ≤ x < 580,0 mili detik

4) Kelelahan kerja berat : waktu reaksi ≥ 580,0 mili detik

Keterangan :

- Normal : tidak mengalami kelelahan

- Ringan, sedang, berat : mengalami kelelahan

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xxxix

Satuan : milidetik

Skala pengukuran : ordinal.

c. Usia

Usia adalah masa atau jangka waktu sejak tenaga kerja menjadi

sampel dilahirkan sampai saat dilakukan penelitian ini. Data diperoleh

dari hasil wawancara. Dalam penelitian ini yang menjadi sampling adalah

tenaga kerja yang berusia 20-45 tahun dengan skala pengukuran rasio.

d. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah kriteria atau ciri-ciri biologis yang dapat

membedakan antara laki-laki dan perempuan. Data diperoleh dari hasil

wawancara. Dalam penelitian ini yang menjadi sampling adalah tenaga

kerja yang dengan jenis kelamin laki-laki dengan skala pengukuran

adalah nominal.

e. Kondisi kesehatan

Kondisi kesehatan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang dalam

kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala- gejala penyakit. Data

diperoleh dari hasil wawancara. Dalam penelitian ini yang menjadi

sampling adalah tenaga kerja dengan kesehatan baik atau sehat dan tidak

dalam keadaan sakit. Skala pengukuran adalah nominal.

f. Masa dan Lama kerja

Masa kerja adalah waktu tenaga kerja tersebut mulai bekerja pada

perusahaan itu sampai sekarang. Lama kerja adalah jangka waktu yang

dihitung dalam 1 hari sejak awal sampel mulai bekerja dengan

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xl

pekerjaannya sampai selesai. Data diperoleh dari hasil wawancara. Dalam

penelitian ini yang menjadi sampling adalah tenaga kerja dengan lama

kerja 8 jam sehari, dengan skala pengukuran rasio.

g. Status gizi adalah keadaan gizi tenaga kerja yang diukur melalui Indeks

Masa Tubuh (IMT).

Alat ukur : Timbangan berat badan dan meteran.

Satuan : Kg, cm

h. Kondisi psikis.

Kondisi psikis adalah kondisi kejiwaan tenaga kerja. Dalam

penelitian ini kondisi psikis tidak dikendalikan dikarenakan peneliti tidak

melakukan pengukuran atau mengendalikan keadaan psikis tenaga kerja.

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xli

H. Desain Penelitian

Gambar 3.2 Bagan Desain Penelitian

I. Cara Pengukuran

a. Area Heat Sterss Monitor merk Quesstemp 100

Area Heat Sterss Monitor adalah suatu termometer yang dilengkapi

baterai dan alat ini di gunakan untuk mengukur kelembaban nisbi, panas,

radiasi dan mengetahui lama pendinginan karena dalam satu alat ini

terdapat alat ukur psychrometer, globe termometer dan kata termometer

Terpapar panas diatas NAB

Bagian Packing

Bagian Oven

Tidak mengalami

kelelahan kerja

Populasi

Subjek

Purposive Sampling

Terpapar panas dibawah NAB

Chi square

Tidak mengalami

kelelahan kerja

Mengalami kelelahan kerja

Mengalami kelelahan kerja

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlii

sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan

diukur.

Cara penggunaan alat pada waktu pengukuran:

1) Menyiapkan alat dan merangkai alat pada statif.

2) Memberi air pada Wet Sensor Bar, lalu menekan tombol On dan

membiarkannya ± 10 menit untuk kalibrasi.

3) Menekan tombol dan memilih ˚C atau ˚F.

4) Menekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan

diukur)

5) Menekan tombol yang akan diukur lalu memperhatikan angka pada

display, kemudian mencatat hasilnya.

6) Jika sudah selesai mematikan alat dengan menekan Off.

Gambar 3.3 Heat Stress Area merk Quesstemp 100

b. Reaction timer seri L.77 merk Lakassidaya

Alat ini digunakan untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja

dengan menggunakan metode waktu reaksi, peralatan ini dilengkapi

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xliii

dengan sensor cahaya dan sensor suara dengan penggunaan secara

bergantian, dan hasilnya bisa dilihat di layar pengukuran. Cara

penggunaan alat pada waktu pengukuran:

1) Alat dihubungkan dengan sumber tenaga (listrik/ baterai), lalu alat di

“ON” kan

2) Pastikan angka pada display menunjukkan 000,0 jika belum tekan

tombol reset.

3) Untuk menilai dengan sensor suara, maka tekan tombol untuk sensor

suara

4) Operator siap menekan saklar sensor rangsang cahaya demikian juga

probandus siap melihat lampu pada alat.

5) Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya

menekan saklar OFF, untuk sensor cahaya apabila melihat cahaya

lampu

6) Untuk menilai dengan suara maka tekan tombol untuk sensor suara

7) Cara pemeriksaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara sensor

cahaya, hanya saja probandus siap untuk mendengar suara pada alat.

8) Pemeriksaan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan

nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena 1-5 adalah dalam

taraf penyesuaian alat dan nomor 16-20 dianggap tingkat kejenuhan

mulai muncul.

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xliv

Gambar 3.4 Reaction timer seri L.77 merk Lakassidaya

c. Tensoval yaitu alat untuk mengukur denyut nadi. Tensoval yang

digunakan yaitu Tensoval dengan merk Hartmann. Adapun cara

penggunaanya adalah:

a. Pasang baterai

b. Pasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan

atas.

c. Tekan tombol start

d. Tunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai

e. Hasil akan ditampilkan dilayar

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi

square test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. dalam

penelitian ini ditetapkan tingkat kesalahan atau probabilitas 5% yaitu :

a. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

b. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlv

c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Sugiyono,

2002)

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlvi

BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum Perusahaan

UD. Wreksa Rahayu Boyolali merupakan industri pengolahan kayu

lapis, dimana termasuk dalam kategori industri sedang yang berdiri sejak

tahun 2000. Pemilik UD. Wreksa Rahayu adalah bapak Teguh dan industri ini

terletak di jalan jalur lingkar utara kabupaten Boyolali. Luas lahan

pengolahan kayu lapis ini adalah 10.000 m², sedangkan luas bangunan yang

dipergunakan untuk pengolahan kayu lapis adalah 8000 m² .

Setiap harinya pengolahan kayu lapis ini beroperasi selama 8 jam

sehari dan dibagi menjadi 2 shift yaitu shift 1 dari jam 07.00-15.00 dengan

istirahat 1 jam, yaitu 12.00-13.00. Sedangkan shift 2 dari jam 15.30-23.30

dengan waktu istirahat 1 jam yaitu dari jam 18.00-19.00. Pengolahan kayu

lapis ini beroperasi hanya 6 hari setiap minggunya, yaitu dari hari senin

hingga sabtu. Pada hari sabtu hanya masuk hingga pukul 13.00 dan tidak ada

shift sore.

Terdapat dua bagian di pengolahan kayu lapis ini yaitu bagian

Produksi dan bagian Adminstrasi. Bagian produksi terdiri dari beberapa

bagian yaitu :

33

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlvii

1. Bagian bahan baku : bagian ini mencari bahan baku berupa kayu

glondongan yang biasanya adalah kayu dari pohon durian ataupun pohon

mahoni. Kayu ini berasal dari daerah Boyolali dan sekitarnya.

2. Penggergajian : setelah didapat bahan baku berupa kayu glondongan maka

kayu-kayu tersebut digergaji menggunakan gergaji mesin.

3. Pengovenan : dari bagian penggergajian setelah kayu tersebut terpotong

maka kayu-kayu tersebut dioven.

4. Pengeringan : setelah dari ruang pengovenan maka kayu-kayu tersebut

dibawa ke ruang pengeringan agar kayu tersebut tidak basah dan cepat

kering.

5. Vakum : kayu-kayu tersebut kemudian divakum dengan tujuan agar tahan

lama/awet dan terbebas dari ngengat.

6. Finger join : dari bagian vakum maka kayu-kayu tersebut masuk ke bagian

finger join untuk dipotong-potong lagi menjadi beberapa bagian yang

lebih kecil dan kemudian disambung menurut pesanan yang disebut

dengan kayu lapis .

7. Solid laminating : dari bagian finger join maka kayu tersebut masuk ke

bagian solid laminating. Kayu tersebut dilaminating atau dipress untuk

menghilangkan serabut-serabut kasar dan diberi lapisan lagi agar tahan

lama.

8. Packing : bagian terakhir adalah pengepakan. Kayu-kayu tersebut

dibungkus dahulu menggunakan plastik dan kemudian ke dalam box.

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlviii

Tiap harinya perusahaan pengolahan kayu lapis ini mampu

menghasilkan 9 kubik kayu, yang dikirim ke Jepang. Jumlah tenaga kerja di

perusahaan ini berjumlah 125 orang. Rata-rata tenaga kerjanya adalah laki-

laki dan mereka semuanya adalah tamatan SMA atau sederajad. Tiap-tiap

bagian terdapat 2 pengawas yang mengawasi pekerjaan tenaga kerja.

Pergantian shift tenaga kerja dilakukan tiap 1 minggu sekali.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua bagian yaitu bagian Oven

(Pengeringan) dan bagian Packing.

1. Umur

Hasil wawancara terhadap 30 sampel bagian Oven (Pengeringan)

dan bagian Packing (lampiran 1 dan 2) diperoleh sebaran umur sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Data Distribusi Berdasarkan Usia di Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing.

Umur (Tahun)

Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing Frekuensi Prosentase

(%) Frekuensi Prosentase

(%) 20-25 26-30 31-35 36-40 41-45

4 5 2 3 1

26,67 33,33 13,33 20,00 6,67

5 4 3 2 1

33,33 26,67 20,00 13,33 6,67

Jumlah 15 100 15 100

Tenaga kerja yang berada di bagian Oven (Pengeringan) pada saat

penelitian umur antara 20-25 tahun ada 4 tenaga kerja (26,67%), 26-30

tahun ada 5 tenaga kerja (33,33%), 31-35 tahun ada 2 tenaga kerja

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

xlix

(13,33%), 36-40 tahun ada 3 tenaga kerja (20%), sementara umur yang

paling sedikit antara 41-45 tahun yaitu 1 tenaga kerja (6,67%). Sedangkan

tenaga kerja yang berada di bagian Packing pada saat penelitian umur

antara 20-25 tahun ada 4 tenaga kerja (33,33%), 26-30 tahun ada 4 tenaga

kerja (26,67%), 31-35 tahun ada 3 tenaga kerja (20%), 36-40 tahun ada 2

tenaga kerja (13,33%), sementara umur yang paling sedikit antara 41-45

tahun yaitu 1 tenaga kerja (6,67%).

2. Masa kerja

Hasil wawancara terhadap 30 sampel bagian Oven (Pengeringan)

dan bagian Packing (lampiran 1 dan 2) diperoleh sebaran masa kerja

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Distribusi Berdasarkan Masa kerja di Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing.

Masa Kerja (tahun)

Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing Frekuensi Prosentase

(%) Frekuensi Prosentase

(%) 2-4 4-8

8-12

10 2 3

66,67 13,33 20,00

8 4 3

53,33 26,67 20,00

Jumlah 15 100 15 100 Tenaga kerja yang berada di bagian Oven (pengeringan) pada saat

penelitian masa kerja 2-4 tahun ada 10 tenaga kerja (66,67%), 4-8 tahun

ada 2 tenaga kerja (13,33%), 8-12 tahun ada 3 tenaga kerja (20%).

Sedangkan tenaga kerja yang berada di bagian Packing pada saat

penelitian masa kerja 2-4 tahun ada 8 tenaga kerja (53,33%), 4-8 tahun ada

2 tenaga kerja (26,67%), 8-12 tahun ada 3 tenaga kerja (20%).

Page 50: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

l

3. Status gizi/IMT

Hasil perhitungan status gizi/IMT terhadap 30 sampel bagian Oven

(Pengeringan) dan bagian Packing (lampiran 3 dan 4) diperoleh sebaran

status gizi/IMT sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi/IMT Pada Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing.

IMT Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing Frekuensi Prosentase

(%) Frekuensi Prosentase

(%) < 18,5

18,5 – 22,9 23 – 27,4

27,5 > < 18,5

0 15 0 0 0

0 100 0 0 0

0 15 0 0 0

0 100

0 0 0

Jumlah 15 100 15 100

Tenaga kerja yang berada di bagian Oven (Pengeringan) dan bagian

Packing pada saat penelitian status gizinya normal semua yaitu 18,5-22,9.

4. Beban Kerja

Untuk mengetahui beban kerja dilakukan pengukuran pada denyut

nadi tenaga kerja dilakukan sebanyak 3 kali setelah tenaga kerja selesai

bekerja pada hari yang berbeda (lampiran 15,16 dan 17). Pengukuran

denyut nadi dilakukan dengan alat bantu yang digunakan adalah Tensoval.

Tabel 8 berikut menyajikan hasil pengukuran denyut nadi kerja di kedua

bagian tersebut:

Page 51: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

li

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Denyut Nadi Pada Tenaga Kerja Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing.

Denyut Nadi

Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing Frekuensi Prosentase

(%) Frekuensi Prosentase

(%) 75-100

100-125 125-150 150-175

≥ 175

0 15 0 0 0

0 100

0 0 0

0 15 0 0 0

0 100

0 0 0

Jumlah 15 100 15 100

Tenaga kerja yang berada di bagian Oven (Pengeringan) dan bagian

Packing pada saat penelitian beban kerjanya sedang semua yaitu 100-125.

C. Hasil Pengukuran Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas dilakukan di dua area yaitu di area yang

tekanan panasnya ≤ NAB dan area yang tekanan panasnya ≥ NAB.

Pengukuran pada masing-masing bagian dilakukan selama 3 hari sebanyak 6

kali pengukuran dengan mengambil 2 titik pengukuran (lampiran 13 dan 14).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran

tekanan panas dengan Indeks Suhu Basah dan Bola rata-rata di kedua bagian

tersebut:

Page 52: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lii

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Rata-rata Tekanan Panas di Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing.

Waktu Pengukuran Rata-rata ISBB (0C)

Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing 14.00 WIB 15.00 WIB 16.00 WIB 17.00 WIB 18.00 WIB 19.00 WIB

34.1 33.2 33.51 32.9 33.77 32.67

25.13 25.33 25.6 26.2 26 25

Rata-rata 33.37 25.49 Pengukuran rata-rata tekanan panas di bagian Oven (Pengeringan)

adalah 33.370C ≥ NAB sedangkan dibagian Packing adalah 25.490C ≤ NAB.

D. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kelelahan kerja di bagian

Oven (Pengeringan) dan di bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

Pengukuran ini dilakukan pada tenaga kerja di kedua bagian tersebut, dengan

rincian bagian Oven (Pengeringan) 15 orang dan bagian Packing adalah 15

orang. Pengukuran menggunakan alat ukur lelah yaitu Reaction Timer seri

L77 merk Lakassidaya, pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setelah tenaga

kerja selesai bekerja pada hari yang berbeda (lampiran 5,6,7,8,9 dan 10).

Dilakukan pengukuran setelah bekerja karena pada saaat itu keadaan fisik

tenaga kerja mulai terjadi penurunan. Dari ketiga pengukuran tersebut

kemudian dirata-rata untuk mendapatkan data kelelahan kerja.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

pengukuran kelelahan kerja yang ditunjukan pada tabel di bawah ini :

Page 53: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

liii

Tabel 4.7 Data Kelelahan Rata-rata Tenaga Kerja di Bagian Oven (Pengeringan) dan Bagian Packing

Lokasi Rata-rata Kelelahan Kerja (milidetik)

bagian Oven (Pengeringan) bagian Packing

489,6 216,93

Tabel 4.8 Data Distribusi Berdasarkan Tingkat Kelelahan Kerja di bagian

Oven (Pengeringan) dan bagian Packing Kriteria

Kelelahan (milidetik)

Bagian Oven (Pengeringan) Bagian Packing Frekuensi Prosentase

(%) Frekuensi Prosentase

(%) Lelah

Tidak Lelah 14 1

93,33 6,67

2 13

13,33 86,67

Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan data diatas bagian oven (pengeringan) terdapat 14 sampel

(93,33%) dalam keadaan mengalami kelelahan, 1 sampel (6,67%) dalam

keadaan normal atau belum terjadi kelelahan. Sedangkan bagian packing

terdapat 2 sampel (13,33%) dalam keadaan mengalami kelelahan, 13 sampel

(86,67%) dalam keadaan normal atau belum terjadi kelelahan.

E. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Akibat Terpapar Panas

Antara Tenaga Kerja bagian Oven (Pengeringan) dan bagian Packing di

UD. Wreksa Rahayu, Boyolali.

Dari tabel 4.8 didapat sebanyak 14 orang (93,33%) termasuk kategori

lelah dan sebanyak 1 orang (6,67%) kategori tidak lelah pada tekanan panas ≥

NAB atau pada bagian oven (pengeringan), sedangkan sebanyak 2 orang

(13,33%) termasuk kategori lelah dan 13 orang (86,67%) termasuk kategori

tidak lelah pada tekanan panas ≤ NAB atau pada bagian packing.

Page 54: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

liv

Dari hasil pengukuran tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas

antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di UD.

Wreksa Rahayu, Boyolali dilakukan uji statistik dengan chi square test

melalui program SPSS versi 16.0 didapatkan hasil pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil uji statistik chi square test

Dari hasil pengujian statistik untuk perbedaan tingkat kelelahan kerja

akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan

bagian packing di UD. Wreksa Rahayu, boyolali maka didapatkan nilai

koefisien sebesar p = 0,000. Oleh karena nilai p ≤ 0,01, maka dinyatakan

sangat signifikan. Berarti ada perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat

terpapar panas.

Value Approx.Sig Contingency Coeffienct N of Valid Cases

.626 30

.000

Page 55: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lv

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tenaga Kerja

Tekanan panas dan kelelahan dipengaruhi oleh beberapa faktor dari

dalam individu maupun luar individu. Dari dalam individu seperti jenis

kelamin, umur, kondisi kesehatan. Sedangkan faktor dari luar diantaranya

adalah beban kerja dan kondisi lingkungan kerja (A. M. Sugeng Budiono,

dkk. 2003).

1. Umur

Dalam penelitian ini umur yang diambil adalah usia antara 20-45

tahun, karena usia tersebut termasuk usia kerja yang produktif.

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an

dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (Lambert, David,

1996). WHO menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas

(Margatan, Arcole, 1996). Sedang di Indonesia umur 55 tahun sudah

dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan, Arcole, 1996).

Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek

penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan

kelelahan.

42

Page 56: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lvi

2. Masa kerja

Penelitian terhadap masa kerja didapatkan hasil bahwa masa kerja

tenaga kerja paling sedikit adalah 8-12 tahun dan masa kerja tenaga kerja

paling banyak adalah 2-4 tahun. Rata-rata tenaga kerja sudah bekerja di

atas 2 tahun, sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel

masa kerja di atas 2 tahun.

Masa kerja dapat mempengaruhi tubuh dalam menerima panas

lingkungan kerja karena semakin lama tenaga kerja terpapar tekanan panas

di lingkungan tempat kerja maka tubuh sudah beradaptasi terhadap panas

(aklimatisasi). Proses aklimatisasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10

hari. Masa kerja juga dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin

lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam

melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah terbiasa dengan pekerjaannya

(Suma’mur P.K, 2009).

Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa masa kerja

subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kelelehan

kerja.

3. Status gizi

Dalam penelitian ini status gizi/IMT subjek penelitian g normal

semua yaitu 18,5-22,9. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5

termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk

dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori

Page 57: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lvii

over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori

obesitas.

B. Tekanan Panas

Tingkat tekanan panas dalam hal ini digunakan parameter ISBB atau

WBGT diperoleh bahwa di bagian Oven (pengeringan) memiliki nilai ISBB

rata-rata 33,37 0C, sedangkan di bagian Packing memiliki nilai ISBB rata-

rata 25,49 0C. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa kedua bagian tersebut

termasuk dalam beban kerja sedang berdasarkan hasil pengukuran denyut

nadi (lampiran 15,16 dan 17) dan dalam 8 jam kerja kedua bagian tersebut

terdapat waktu istirahat ± 1 jam (60 menit), sehingga kedua bagian tersebut

bekerja 75% dan istirahat 25% dengan beban kerja sedang. Menurut

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 51/MEN/1999, Indeks Suhu Basah

dan Bola (ISBB) yang diperkenankan untuk kerja 75% - istirahat 25% dengan

beban kerja sedang adalah 28 0C (Keputusan Menteri Tenaga Kerja. No.51,

1999). Hal ini berarti di di bagian Oven (pengeringan) terpapar panas lebih

dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, sedangkan di bagian

Packing terpapar panas kurang dari Nilai Ambang Batas yang diperkenankan.

C. Kelelahan Kerja

Kelelahan berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh, selain itu juga menyebabkan seseorang berhenti bekerja

seperti halnya kelelahan fisiologis berakibatkan tertidur. Kelelahan mudah

Page 58: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lviii

ditiadakan dengan beristirahat. Tetapi, jika dipaksakan terus, kelelahan akan

bertambah dan mengganggu kesehatan (Suma’mur P.K, 2009).

Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan setelah kerja didapatkan

bahwa waktu reaksi rata-rata di bagian Oven (pengeringan) adalah 489,93

mili detik (lelah sedang atau mengalami kelelahan), sedangkan di bagian

Packing adalah 216,93 mili detik (normal atau tidak mengalami kelelahan),

pada lampiran 11 dan 12. Perbedaan waktu reaksi kedua bagian tersebut

adalah 273 mili detik dengan waktu reaksi di bagian Oven (pengeringan)

lebih besar dari pada di bagian Packing. Oleh karena itu tenaga kerja di

bagian Oven (pengeringan) lebih lelah dari pada tenaga kerja di bagian

Packing. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satunya pengaruh iklim kerja

yaitu tekanan panas yang ada di bagian Oven (pengeringan) ≥ NAB (melebihi

NAB) dari pada bagian Packing ≤ NAB (kurang dari NAB).

D. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja terhadap Tekanan Panas

Tekanan panas dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dikarenakan

suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan naik. Hal itu akan

menyebabkan hipotalamus merangsang kelenjar keringat sehingga tubuh akan

mengeluarkan keringat. Dalam keringat terkandung bermacam-macam garam

natrium klorida, keluarnya garam natrium klorida bersama keringat akan

mengurangi kadarnya dalam tubuh, sehingga menghambat transportasi

glukosa sebagai sumber energi. Hal itu akan menyebabkan penurunan

kontraksi otot sehingga tubuh mengalami kelelahan (Guyton, 1994).

Page 59: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lix

Dari hasil analisa statistik perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat

terpapar panas antara tenaga kerja bagian Oven (Pengeringan) dan bagian

Packing di UD. Wreksa Rahayu, Boyolali didapatkan nilai nilai koefisien p =

0,000. Oleh karena nilai p ≤ 0,01, maka dinyatakan sangat signifikan yang

berarti Ho (tidak ada kesesuaian) ditolak dan Ha (ada hubungan) diterima

(Sugiyono, 2004).

Di UD. Wreksa Rahayu ini tidak menyediakan kipas angin atau alat

pendingin ruangan lainnya. Pada bagian Oven (Pengeringan) terdapat proses

pembakaran atau pengovenan kayu lapis sehingga tekanan panas yang

dihasilkan tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-

51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.

Sedangkan di bagian Packing hanya proses pengepakan, dimana tempatnya

berada dekat pintu masuk sehingga masih bisa terkena udara dari luar.

Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak melakukan upaya-upaya

dalam pengendalian tekanan panas di bagian Oven (Pengeringan) di UD.

Wreksa Rahayu, Boyolali jadi peneliti hanya melakukan pengukuran

kelelahan di bagian Oven (Pengeringan) dan bagian Packing.

Namun menurut Djafri (2007), untuk mengendalikan lingkungan kerja

panas dapat dilakukan beberapa hal yaitu dengan mengurangi faktor beban

kerja, mengurangi beban panas radian, dibuat atap agar terlindung dari

sengatan panas matahari, pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dan

mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai

ISBB.

Page 60: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lx

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil uji statistik chi square test menunjukkan bahwa ada perbedaan

tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian

Oven (Pengeringan) dan bagian Packing di UD. Wreksa Rahayu,

Boyolali, dengan hasil sangat signifikan, dengan nilai p sebesar 0,000.

2. Waktu reaksi rata-rata di bagian Oven (Pengeringan) adalah 489,93 mili

detik (lelah sedang atau mengalami kelelahan), sedangkan di bagian

Packing adalah 216,93 mili detik (normal atau tidak mengalami

kelelahan). Perbedaan waktu reaksi kedua bagian tersebut adalah 273

mili detik dengan waktu reaksi di bagian Oven (Pengeringan) lebih besar

dari pada di bagian Packing.

3. Tekanan panas rata-rata di bagian Oven (Pengeringan) 33,37 0C lebih

besar dibandingkan di bagian Packing memiliki nilai ISBB rata-rata

25,49 0C. Hal ini telah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku untuk

faktor fisik di tempat kerja ternyata di bagian Oven (Pengeringan)

melebihi dari NAB (Nilai Ambang Batas).

47

Page 61: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lxi

B. Saran

1. Sebaiknya di bagian Oven (Pengeringan) yang memiliki tekanan panas ≥

NAB di tambahkan ventilasi-ventilasi seperti general exhaust fan atau

dilution ventilation (pendingin ruangan) untuk mengurangi tekanan

panas, sehingga kelelahan dapat diminimalkan.

2. Sebaiknya pemilik UD. Wreksa Rahayu, Boyolali memberikan air

minum di bagian Oven (Pengeringan) yang memiliki tekanan panas ≥

NAB, agar dapat dikonsumsi oleh para tenaga kerja sehingga terhindar

dari dehidrasi.

3. Sebaiknya hasil pengukuran kelelahan dan tekanan panas

disosialisasikan kepada seluruh tenaga kerja serta memberikan

sosialisasi atau pengetahuan tentang dampak yang akan terjadi serta

cara mengatasinya.

Page 62: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lxii

DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2010. Regulasi Suhu Tubuh. http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/. (3 Januari 2010).

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja, Jakarta. Djafri. 2007. Environmental Pollution and Human Health Effect.

psikm.unand.ac.id/deff/ehandout/eh/EH_05.pdf. 29 April 2010. Eko Nurmianto. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna

Widya. Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc.

London. Guyton. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7 bagian III. Penerbit Buku

Kedokteran EGC Keputusan Menteri Tenaga Kerja. No.51: 1999. Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. Lambert, David. 1996. Tubuh Manusia, Jakarta : Arcan. Margatan, Arcole. 1996. Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Solo: CV Aneka. Megasari Ashitra dan Anda Iviana Juniani. 2005. Penerapan Indeks Suhu Bola

Basah (Isbb) Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Heat Strain Akibat Paparan Heat Stress. www.pdfqueen.com/. (3 Januari 2010).

Mochammad, Arief. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan. Cet-2, The Community of Self Help Group Forum. Klaten Selatan.

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2009. Ergonomi.

www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF. (3 Januari 2010). Setyawati, Lientje. 2007. Kelelahan dan Permasalahannya. http:/www. Cermin

Dunia Kedokteran.com/2004/intisari/bising.htm. (3 Januari 2010). Siswanto. 1989. Ergonomi dan Bahaan Kimia. Surabaya: Balai Hiperkes & KK

Jawa Timur.

Page 63: PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA AKIBAT …... · i perbedaan tingkat kelelahan kerja akibat terpapar panas antara tenaga kerja bagian oven (pengeringan) dan bagian packing di ud

lxiii

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugeng Budiono A.M, Jusuf R.M.S, Andiana Pusparini 2003. Bunga Rampai

Hiperkes dan Keselamatan Kerja, eds 2. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta Suma’mur P.K. 1994. Higene Perusahaan Kerja, Jakarta: CV. Haji Masagung. ____________. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PT.

Sagung Seto. Jakarta Sutrisno Hadi. 2004. Statistik 2, Yogyakarta: Andi Offset. Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,

Surabaya:Guna Widya. Tarwaka, Solichul HA Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.