perbedaan tingkat kecemasan terhadap ... dan amah yang berada di tangerang. terima kasih atas...
TRANSCRIPT
i
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP
KEMATIAN PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN
BUDAYA TIONGHOA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Alfonsus Bayu Dirgantara
NIM : 109114031
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA
LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Alfonsus Bayu Dirgantara
NIM : 109114031
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Tanggal :
Dra.Lusia Pratidarmanastiti, M.S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA
LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Alfonsus Bayu Dirgantara
NIM: 109114031
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 19 November 2014
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Penguji 1 Dra.Lusia Pratidarmanastiti M.S. .........................
Penguji 2 C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi. .........................
Penguji 3 MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. .........................
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Hasil karya ini ku persembahkan untuk:
Kedua Nenek yang menjadi inspirasiku dalam membuat karya ini...
Kedua Orang Tuaku yang selalu mendoakan dan menyemangatiku...
Kakak dan Sanak Saudara yang selalu mendoakan dan menyemangatiku...
Kekasih yang selalu mendoakan dan menyemangati serta menemani selama
pembuatan karya ini dari awal hingga akhir...
Dosen pembimbing yang selalu mendoakan dan menyemangati serta tak pernah
lelah membimbing dan mengajariku...
Teman-teman seperjuangan Psikologi 2010 yang selalu saling menyemangati,
mendoakan, membimbing satu sama lain dan saling bertukar pikiran...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
Progress. Not Perfection.
(Robert McCall – The Equalizer)
“That's because you keep looking up all the time. The trick is to wait patiently and
pick up the ones from the ground around you. You won't see any opportunities
from below if you keep looking above your head all the time.”
(Yasu-ba – Barakamon)
“If you can't do something, then don't. Focus on what you can.”
“Always look thirty seconds ahead.”
(Shiroe – Log Horizon)
Learning is not memorizing the exact words from the book. Learning is
understanding it and being able to explain it in your own words.
(Rancho Shamaldas Chanchad– 3 Idiots)
“Using no way as way.Having no limitation as limitation.”
(Bruce Lee)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 November 2014
Penulis,
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN PADA
LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN BUDAYA TIONGHOA
Alfonsus Bayu Dirgantara
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Subjek
dalam penelitian ini adalah lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa yang
berusia 60 tahun ke atas dan masih komunikatif. Jumlah subjek dalam penelitian
ini adalah 60 orang, 30 lansia dengan budaya Jawa dan 30 lansia dengan budaya
Tionghoa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan tingkat
kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya
Tionghoa. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala Likert yaitu,
Skala kecemasan terhadap kematian. Relibilitas Skala kecemasan terhadap
kematian adalah 0,916. Reliabilitas diperoleh menggunakan teknik Cronbach’s
Alpha. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan independent
sample t-test. Hasil analisis dalam penelitian ini adalah (t = 1,898 dengan
signifikansi 0,063). Berdasarkan hasil analisis tersebut ditarik kesimpulah bahwa
tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan
budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Kata kunci: tingkat kecemasan, kematian, lansia, budaya Jawa, budaya Tionghoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DIFFERENCE IN ANXIETY LEVEL OF DEATH IN THE ELDERLY
WITH JAVANESE CULTURE AND CHINESE CULTURE
Alfonsus Bayu Dirgantara
ABSTRACT
This research aimed to determine the differences in the level of anxiety of
deathin elderly with Javanese culture and Chinese culture. Subjects in this study
were elderly with Javanese culture and Chinese culture are aged 60 years and
over and still communicative. The number of subjects in this study were 60
people, 30 elderly with Javanese culture and 30 elderly with Chinese culture.
Hypothesis in this research was there is a difference in anxiety level of death in
elderly with Javanese culture and Chinese culture. The data were obtained by
using a Likert scale, death anxiety scale. The reliability of the death anxiety scale
was 0.916. Reliability was obtained using Cronbach's Alpha technique. The data
in this study were analyzed using independent sample t-test. The results of the
analysis in this study were (t =1.898 with a significance of 0.063). Based on the
results of this analysis conclude that there is no difference in the level of anxiety
of death in elderly with Javanese culture and Chinese culture.
Keywords: anxiety level, death, elderly, Javanese culture, Chinese culture
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Alfonsus Bayu Dirgantara
Nomor Mahasiswa : 109114031
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN
PADA LANSIA DENGAN BUDAYA JAWA DAN
BUDAYA TIONGHOA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royaliti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 19 November 2014
Yang menyatakan,
(Alfonsus Bayu Dirgantara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas bimbingan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsinya yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada
Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan mendapatkan dukungan serta
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya secara tulus kepada:
1. Bpk. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Ratri Sunar Asusti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Terima kasih atas kesabaran, bantuan, dan bimbingan yang diberikan
selama proses penyusunan skripsi saya.
4. Papa dan Mama yang berada jauh di rumah. Terima kasih atas doa dan
dukungannya setiap hari selama proses penyusunan skripsi.
5. Kakak yang berada jauh di rumah. Terima kasih atas bimbingan serta
masukkannya selama penyusunan skripsi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Popoh dan Amah yang berada di Tangerang. Terima kasih atas cerita-
cerita yang diberikan selama liburan yang menjadi sebuah inspirasi dalam
pengambilan tema penelitian saya.
7. C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi. dan M.M. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi.
selaku Dosen Penguji Skripsi. Terima kasih atas saran dan masukkannya
untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Ibu P. Henrietta PDADS., MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas dukungan serta masukkannya selama saya berkuliah di
Universitas Sanata Dharma dan selama saya menyususun skripsi saya.
9. Filinia selaku kekasih. Terima kasih atas bantuan, masukkan, dukungan
serta pendampingannya selama penyususunan skripsi saya.
10. Komunitas Lansia Alkid selaku responden dalam penelitian saya. Terima
kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya yang
sangat membantu dan menginspirasi saya.
11. Komunitas Tionghoa Fu Qin selaku responden dalam penelitian saya.
Terima kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya
yang sangat membantu dan menginspirasi saya.
12. Para responden lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas partisipasi, dukungan, masukkan dan cerita-ceritanya
yang sangat membantu dan menginspirasi saya.
13. Grup Budaya Tionghoa di Facebook. Terima kasih atas masukkan dan
bantuannya dalam mencari sumber teori dalam skripsi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. Bapak Ardian Cangianto. Terima kasih atas ketersediaan dan bantuannya
dalam mendapatkan sumber teori dalam skripsi saya.
15. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Respati Yogyakarta. Terima kasih
atas ketersediaan dan bantuannya dalam mencari sumber teori dalam
skripsi saya.
16. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terima kasih atas bimbingan serta ilmu yang telah diberikan selama masa
perkuliahan.
17. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Bu
Nanik, Mas Gandung, Pak Gi, Mas Muji, dan Mas Donny). Terima kasih
atas bantuannya selama menjalani perkuliahan dan penyelesaian skripsi
saya.
18. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Terima kasih
atas pelayanannya yang sangat membantu selama perkuliahan dan
penyusunan skripsi saya.
19. Teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2010 Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih atas bantuan, masukkan, bimbingan dan
inspirasinya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.
20. Teman-teman Fakultas Farmasi Angkatan 2007, 2009, 2010 dan 2011
Universitas Sanata Dharma (Yudi, Benny, Albert, Suryo dan Ade). Terima
kasih atas bantuan, masukkan, bimbingan dan inspirasinya selama
penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
21. Seluruh pihak yang terlibat selama masa perkuliahan dan penyusunan
skripsi yang mungkin saya lupa atau tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya yang sangat berarti.
22. Seluruh orang yang akan membaca skripsi saya. Terima kasih telah
meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya ini, semoga skripsi ini
dapat menjadi masukkan dan inspirasi bagi kalian semua.
Penulis menyadari akan kekurangannya dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dalam kritik dan saran yang terkait dalam
skripsi ini. Kritik dan saran dapat dikirimkan langsung ke alamat e-mail:
[email protected]. Semoga skripsi ini dapat menambah
kajian pengetahuan mengenai pengaruh budaya terhadap kecemasan dan
perkembangan dalam masa lanjut usia dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Yogyakarta, 19 November 2014
Penulis
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xviii
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis ................................................................ 8
2. Manfaat Teoritis ................................................................ 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 10
A. Kecemasan terhadap Kematian.............................................. 10
1. Pengertian ....................................................................... 10
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan terhadap
Kematian ......................................................................... 11
3. Indikator Kecemasan terhadap Kematian ......................... 14
B. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa ........ 16
1. Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa ................................ 16
2. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa... 18
3. Tradisi Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa terhadap
kematian.......................................................................... 22
C. Lansia ................................................................................... 29
1. Pengertian ....................................................................... 29
2. Tipe-tipe Lansia .............................................................. 29
3. Ciri-ciri Lansia ................................................................ 30
D. Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia
dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa .......................... 34
E. Hipotesis ............................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 39
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 39
B. Variabel Penelitian ................................................................ 39
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 39
D. Metode Pengambilan Data .................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Subjek Penelitian ............................................................. 40
2. Metode Pengambilan Sampel .......................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 41
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...................................... 44
1. Validitas .......................................................................... 44
2. Analisis Aitem ................................................................ 45
3. Reliabilitas ...................................................................... 46
G. Metode Analisis Data ............................................................ 47
1. Uji Asumsi ...................................................................... 47
2. Uji Hipotesis ................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 49
A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 49
B. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................... 49
C. Deskripsi Data Penelitian ...................................................... 50
D. Hasil Penelitian ..................................................................... 51
1. Uji Asumsi ...................................................................... 51
2. Uji Hipotesis ................................................................... 52
E. Analisis Tambahan ................................................................ 54
F. Pembahasan .......................................................................... 57
BAB V PENUTUP ................................................................................. 61
A. Kesimpulan ........................................................................... 61
B. Keterbetasan Penelitian ......................................................... 61
C. Saran ..................................................................................... 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1. Bagi Lansia ..................................................................... 62
2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN ..................................................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan favourable................43
Table 2 Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan unfavourable............43
Tabel 3 Blue-Print Skala kecemasan terhadap kematian sebelum try-out.........44
Table 4 Blue-Print Skala kecemasan terhadap kematian sesudah try-out..........45
Table 5 Reliability Statistic.................................................................................47
Table 6 Profile Subjek........................................................................................50
Tabel 7 Descriptive Statistic...............................................................................50
Table 8 Test of Normality...................................................................................51
Tabel 9 Uji Homogenitas....................................................................................52
Tabel 10 Independent Sample T-Test...................................................................53
Tabel 11 Kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita dengan budaya Jawa
dan budaya Tionghoa.............................................................................54
Tabel 12 Kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan budaya Jawa
dan budaya Tionghoa.............................................................................56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Skema Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Terhadap Kematian
pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa...................38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Kecemasan terhadap Kematian Sebelum Try-out................67
Lampiran 2 Skala Kecemasan terhadap Kematian Sesudah Try-out.................79
Lampiran 3 Analisis Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data......................88
Lampiran 4 Hasil SPSS Uji Asumsi dan Uji Hipotesis.....................................93
Lampiran 5 Hasil SPSS Data Analisis Tambahan.............................................96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan terhadap kematian pasti dialami oleh kebanyakan orang di
dunia ini, kapan, dimana dan bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi
kematian sangatlah bervariasi pada tiap-tiap kebudayaan. (Indriana, 2012)
Kecemasan terhadap kematian lebih banyak dialami oleh lansia karena lansia
lebih dekat dengan kematian. Hal ini juga diperkuat dengan banyaknya
penyakit kronis yang dialami oleh lanjut usia. (Kübler-Ross, 1998). Menurut
Lazarus (1991) kecemasan adalah suatu reaksi pada individu terhadap sesuatu
hal yang sedang atau akan dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan
yang menyakitkan, seperti kegelisahan, ketakutan, kebingungan dan lain-lain
yang berhubungan dengan aspek emosi. Kecemasan merupakan gejala yang
akan selalu dirasakan oleh seseorang sejak lahir hingga menghadapi
kematian.
Kecemasan adalah tidak tentram hati (karena khawatir atau takut);
gelisah (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3, 2002). Kecemasan adalah
kondisi perasaan yang ditandai oleh ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
dan gejala somatik dari ketegangan dimana seseorang mengantisipasi bahaya
yang akan datang, malapetaka, atau kemalangan. Ancaman di masa depan
mungkin saja sebuah kenyataan atau imajinasi, dari dalam atau dari luar.
Kecemasan itu mungkin saja sebuah situasi yang dapat diidentifikasi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sebagai ketakutan yang tidak diketahui kejelasannya (APA Dictionary of
Psychology, 2007). Kecemasan adalah keadaan perasaan dan kondisi fisik
yang tidak menyenangkan yang membuat sebuah peringatan terhadap
individu akan sesuatu buruk yang akan terjadi. (Semiun, 2006).
Menurut Freud kecemasan ada tiga jenis.Kecemasan neurotik adalah
ketakutan terhadap suatu bahaya yang tidak diketahui.Perasaan itu sendiri ada
dalam ego, tetapi sumbernya berasal dari id.Tipe kecemasan kedua adalah
kecemasan moral yang terjadi karena konflik antara ego dan superego.Hal ini
disebabkan oleh adanya konflik antara kebutuhan realistik dan tuntutan
superego kita.Tipe kecemasan ketiga adalah kecemasan realistik, yang juga
dikenal sebagai kecemasan objektif, hampir serupa dengan
ketakutan.Kecemasan realistik ini dapat didefinisikan sebagai perasaan yang
tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin
terjadi (Semiun, 2006).
Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung individu
telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau ketika seluruh
aktifitas syaraf di otak berhenti bekerja (Papalia,Olds, & Feldman,2004).Mati
adalah sudah hilang nyawa; tidak hidup lagi; tidak bernyawa.(Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi 3, 2002). Kematian adalah perhentian permanen
proses fisik dan mental dalam suatu organisme (APA Dictionary of
Psychology, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kematian merupakan peristiwa yang terjadi dari berpisahnya jiwa dan
raga, raga atau badan adalah kualitas kebendaan yang pada saat datang
kematian akan musnah, sedangkan jiwa adalah kualitas rohani yang pada saat
datang kematian akan bersifat abadi (Zubair, 2001).
Kecemasan akan kematian adalah gangguan emosi dan ketidakamanan
yang timbul oleh karena teringatnya atau kesadaran diri akan kematian,
termasuk kenangan sendiri dan pikiran (APA Dictionary of Psychology,
2007). Templer (dalam Kastenbaum, 2000) mendefinisikan kecemasan akan
kematian sebagai suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan yang
dialami oleh individu yang disebabkan oleh keadaan tidak jelas yang
menyertai kematian.
Lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1998 adalah sebutan untuk orang tua yang berusia 60 tahun atau lebih
(Yeniar, 2012).
Penelitian mengenai lansia sangat jarang dilakukan khususnya dalam
hal mengenai kecemasan terhadap kematian. Ada beberapa hal yang menjadi
penyebab kecemasan yaitu jenis kelamin, umur, kondisi kesehatan, kondisi
keuangan, sosial budaya, tingkat pendidikan dan sebagainya. Menurut Wijaya
dan Safitri (2010), faktor tingkat pendidikan, terdapat hasil penelitian yang
menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan dan pemahaman mengenai
kematian yang dimiliki oleh lansia maka kecemasan terhadap kematian pada
lansia akan semakin berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada faktor agama, terdapat penelitian yang menunjukkan semakin
tinggi tingkat kereligiusitasan seseorang maka semakin rendah tingkat
kecemasan kematian yang akan dialami oleh orang tersebut (Ya-Hui Wen,
2010).
Pada faktor jenis kelamin, terdapat penelitian yang menunjukkan
bahwa wanita cenderung mengalami kecemasan terhadap kematian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal tersebut di karena sikap wanita
yang cenderung takut akan kehilangan bentuk tubuh yang baik serta
ketakutkan akan rasa sakit yang nanti dialami (Thorson dan Powell, 1988).
Pada faktor umur, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa
semakin tua umur seseorang maka semakin rendah kecemasan terhadap
kematian akan dirasakan. Hal ini disebabkan oleh semakin dewasa dan bijak
pola pikir dengan seiringnya bertambah usia (Thorson dan Powell, 1988).
Pada faktor lingkungan sosial, menunjukkan bahwa ada budaya yang
mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian, namun ada beberapa
budaya yang mampu menenangkan kecemasan terhadap kematian (Letho dan
Stein, 2009).
Pada faktor budaya, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa
budaya timur memiliki tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia
lebih rendah dibandingkan dengan lansia dengan budaya barat.Hal ini di
sebabkan oleh lansia budaya timur pada penelitian ini merupakan Chinesse
dengan kepercayaan Budha yang mempercayai mengenai adanya reinkarnasi
yang berbeda dengan kepercayaan budaya barat (Anise, Catherine, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Timothy, 2002). Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin melihat
tingkat kecemasan terhadap kematian pada budaya Jawa dan budaya
Chinesse, dimana kedua budaya tersebut termasuk ke dalam budaya Timur.
Peneliti juga memilih subjek lansia dikarenakan masih sedikitnya
penelitian yang membahas mengenai lansia di Indonesia khususnya mengenai
kecemasan terhadap kematian. Menurut Letho dan Stein (2009) meskipun
kecemasan terhadap kematian bersifat normal dan universal namun dapat
memiliki konsekuensi yang cukup signifikan terhadap masalah kesehatan
mental. Kecemasan terhadap kematian memiliki hubungan dengan semakin
buruknya perilaku lansia seiring bertambahnya usia dan terhadap kecemasan
terhadap bertambahnya umur. Kecemasan terhadap kematian juga
berhubungan dengan gangguan makan serta perilaku melukai diri sendiri.
Oleh karena itu, lansia perlu mengatasi kecemasan terhadap kematian yang
cenderung akan terjadi karena dapat berdampak negatif bagi lansia.
Budaya merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap perilaku manusia.Budaya pada masyarakat menghubungkan persepsi
tiap individu terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Individu dari kultur
yang berbeda memiliki pandangan atau patokan untuk bertindak yang berbeda
demikian juga pandangan terhadap kematian dan sekarat. Oleh karena itu,
budaya dapat memberikan nilai dan makna yang berbeda-beda mengenai
kehidupan dan kematian (Kübler-Ross, 1981).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Budaya Jawa dan budaya Tionghoa memiliki persepsi atau pandangan
mengenai kehidupan.Dalam memahami hakekat hidup, budaya Jawa dan
budaya Tionghoa sama-sama memandang bahwa hidup penuh dengan
penderitaan yang pasti diterima oleh semua orang. Kedua budaya tersebut
juga meyakini bahwa mereka harus tetap berusaha dan memperbaiki kondisi
yang ada dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebudayaan mereka
(Hariyono, 1993).
Menurut Subagya (2004) kematian menurut budaya Jawa dipandang
sebagai titik akhir yang akan dihadapi oleh semua individu.Budaya Jawa
mempercayai bahwa orang yang sudah meninggal tidak dapat melakukan apa-
apa untuk menebus dosa kesalahan yang telah mereka lakukan selama masih
hidup.Masyarakat Jawa mempercayai bahwa dengan sanak saudara yang
masih hidup mendoakan seseorang yang telah meninggal dalam waktu-waktu
tertentu dapat meringankan beban dan dosa yang dimiliki oleh seseorang
yang telah meninggal.Hal ini mengakibatkan kecemasan terhadap kematian
pada lansia dengan budaya Jawa cenderung tinggi.
Menurut Nio Joe Lan (2013) Budaya Tionghoa mempercayai bahwa
kematian adalah sesuatu hal yang menyenangkan.Hal ini disebabkan oleh
kepercayaan orang Tionghoa dimana individu yang telah meninggal berarti
individu tersebut telah berpesiar ke kalangan dewa-dewa atau telah
menunggangi seekor burung bangau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Menurut Cangianto A. (dalam Setyaningrum, R., 20 Agustus 2012)
Budaya Tionghoa mempresepsi kematian sebagai keadaan dimana arwah
seseorang akan menjalani kehidupan lainnya di dunia arwah atau berpindah
alam. Sebagian dari budaya Tionghoa yang beragama Buddha mempercayai
adanya Reinkarnasi.Reinkarnasi adalah keadaan dimana individu yang telah
mati dilahirkan kembali menjadi seorang manusia.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
Budaya Tionghoa cenderung memandang kematian adalah awal dari
kehidupan selanjutnya. Selain itu, Budaya Tionghoa juga mempercayain
bahwa hidup di dunia ini memang hanya sementara, kehidupan yang
sebenarnya akan dijalani oleh manusia setelah kematian. Akibat adanya
harapan untuk hidup di masa yang ada setelah kematian menyebabkan
kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Tionghoa
cenderung rendah.
Dari uraian di atas dapat di tarik permasalahan : “Apakah ada
perbedaan kecemasan terhadap kematian pada lansia Jawa dan lansia
Tionghoa.”
B. Rumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah ini, penulis akan mengemukakan
masalah yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di atas, yaitu:
Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penulisan ilmiah ini
adalah :
Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada
lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bagaimana
budaya mempengaruhi kecemasan terhadapan kematian pada lansia,
khususnya pada budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk melatih dan
mengembangkan diri dalam bidang penelitian, serta menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai kecemasan dan perkembangan
lanjut usia.
b. Bagi subjek penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
bagaimana budaya yang dimiliki dapat mempengaruhi kecemasan
terhadap kematian yang cenderung dapat dialami oleh lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya khususnya mengenai faktor budaya dalam mempengaruhi
tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kecemasan terhadap Kematian
1. Pengertian
Kecemasan adalah sebuah perasaan yang tidak berbentuk secara
spesifik yang disebabkan oleh sesuatu hal yang tidak pasti dan cenderung
mengawali sebuah pengalaman baru (Stuartdan Laraia, 2005).
Berdasarkan APA Dictionary of Psychology, kecemasan akan
kematian diartikan sebagai gangguan emosi dan perasaan tidak nyaman
yang muncul dari pemikiran atau kenangan individu mengenai kematian.
Kecemasan kematian merupakan fenomena yang kompleks yang
mewakili perpaduan dari berbagai proses berpikir dan emosi, antara lain:
ketakutan akan kematian, kengerian akan kerusakan fisik dan mental,
perasaan akan kesendirian, pengalaman akhir tentang separation anxiety
(kecemasan akan keterpisahan), kesedihan tentang akhir dari diri,
kemarahan dan perasaan putus asa yang ekstrim tentang sebuah situasi di
mana kita tidak memiliki kendali (Firestone dan Catleet, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa kecemasan terhadap kematian merupakan sebuah ketakutan yang
cenderung akan dialami oleh semua orang yang dikarenakan oleh hal-hal
yang tidak jelas dibalik kematian yang belum diketahui oleh manusia.
Selain itu, kecemasan terhadap kematian juga dapat disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adanya rasa kurang baik dalam diri selama hidup, kondisi anggota sanak
keluarga yang belum baik dan adanya keinginan yang masih belum
tercapai.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terhadap kematian
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Menurut Kaplan dan Sadock (Stuart dan Laraia, 2005) Wanita
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pria.Hal
ini disebabkan oleh kepribadian wanita yang cenderung lebih labil dan
peran hormon yang mempengaruhi keadaan emosi wanita yang
cenderung mudah emosi, cemas dan curiga.
b. Umur
Orang yang lebih muda akan lebih mudah mengalami
kecemasan. Sedangkan orang yang lebih tua akan lebih sulit
mengalami kecemasan.
c. Tingkat Pendidikan
Seseorang yang memiliki status pendidikan rendah cenderung
lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki status pendidikan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
d. Lingkungan
Lingkungan yang asing cenderung lebih membuat seseorang
mudah dalam mengalami kecemasan. Lingkungan yang tidak
mendukung perkembangan seseorang akan lebih mudah membuat
seseorang mengalami kecemasan.
e. Sosial Budaya
Budaya cenderung menentukkan pola pikir manusia dan
keyakinan agama yang kuat cenderung membuat seseorang lebih sulit
mengalami kecemasan.Budaya merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh terhadap perilaku individu.Budaya pada
masyarakat menghubungkan persepsi tiap individu terhadap
lingkungan tempat tinggal mereka. Individu dari kultur yang berbeda
memiliki pandangan atau patokan untuk bertindak yang berbeda
demikian juga pandangan terhadap kematian dan sekarat. Oleh karena
itu, budaya dapat memberikan nilai dan makna yang berbeda-beda
mengenai kehidupan dan kematian.(Kübler-Ross, 1981).
f. Keadaan Fisik
Keadaan fisik seseorang yang kurang baik seperti cedera,
penyakit, operasi dan cacat cenderung menyebabkan seseorang lebih
mudah mengalami kecemasan.Ibu hamil cenderung lebih mudah
mengalami kecemasan yang disebabkan oleh perubahan fisik,
penampilan yang menjadi kurang menarik, peningkatan hormon yang
menyebabkan mudah emosi dan cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
g. Tipe Kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
kecemasan dibandingkan dengan orang yang berkepribadian B. Hal ini
disebabkan oleh sikap orang berkepribadian B yang lebih santai dan
bebas.
h. Potensi Stressor
Stressor psikososial cenderung membuat orang mengalami
kecemasana yang disebabkan perubahan pada lingkungan
sosialnya.Hal tersebut menyebabkan seseorang harus beradaptasi
dengan lingkungan yang baru.
i. Maturasi
Kematangan dalam kepribadian menjadi hal yang berpengaruh
dalam seberapa mudah seseorang berpotensi mengalami kecemasan.
Semakin tinggi kematangan dalam kepribadian seseorang maka akan
semakin rendah tingkat potensis seseorang mengalami kecemasan. Hal
ini disebabkan karena seseorang yang memiliki kematangan
kepribadian yang tinggi cenderung memiliki daya adaptasi yang lebih
tinggi dalam menghadapi stressor yang muncul atau dialami.
j. Teori Biologi
Berdasarkan teori biologis terdapat penghambat asam pada
sistem neurotransmitter gamma aminobtyriacid (GABA), seroanim
dan neropinetrin yang memiliki peranan penting dalam mekanisme
biologi untuk mengatur kecemasan.Kecemasan juga bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diturunkan. Kurang lebih 25% generasi pertama akan mengalami
kecemasan. Pada anak kembar satu sel sebanyak 50% dan pada anak
kembar dua sel telur sebanyak 15% mengalami gangguan kecemasan.
k. Teori Psikologis
Pada teori psikologi terdapat dua faktor pikiran utama yang
menyebabkan gangguan kecemasan pada seseorang yaitu bidang
psikoanalitik dan bidang kognitif perilaku.Menurut psikoanalitik
kecemasan adalah bentuk konflik emosional yang disebabkan oleh id
dan super ego.Menurut kognitif perilaku kecemasan merupakan segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang dalam mendapatkan
sesuatu yang diinginkan.
3. Indikator kecemasan terhadap kematian
Menurut Stuart dan Laraia (2005), kecemasan pada seseorang
dapat dilihat dari 3 respon yang terjadi pada seseorang. Respon-respon
tersebut adalah:
a. Respon fisiologis dan perilaku adalah respon dalam bentuk fisik dan
perilaku pada individu yang muncul akibat membayangkan kematian
atau saat adanya peristiwa kematian di sekitarnya.
Bentuk-bentuk respon tersebut yaitu: tekanan darah
meningkat/menurun, detak jantung meningkat/menurun, nyeri di dada
dan detak jantung serasa hilang, nafas tersengal-sengal, rasa seperti
tercekik dan sering menarik nafas panjang, hilang nafsu makan, mual,
rasa tertekan pada perut, diare, sulit menelan, berat badan menurun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia,sukar memulai tidur,
terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk,
kelelahan secara umum dan gemetaran, gelisah, kelelahan secara
umum, ketakutan dan gemetaran, tidak dapat menahan buang air kecil,
sering buang air kecil, muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit,
berkeringat setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal, nyeri pada
otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot,
pengelihatan kabur, hilangnya indera pengecapan sementara.
b. Respon kognitif adalah respon dalam bentuk pemikiran pada individu
yang keliru akibat membayangkan kematian atau saat adanya peristiwa
kematian di sekitarnya.
Bentuk-bentuk respon tersebut yaitu: konsentrasi menurun,
pelupa, ruang persepsi berkurang atau menyempit, kehilangan kontrol,
obyektifitas hilang, takut cidera atau terluka, menjadi lebih berhati-
hati, aktifitas dan produktivitas menurun.
c. Respon emosional adalah respon dalam bentuk perasaan pada individu
yang sangat kuat dan tidak tepat akibat membayangkan kematian atau
saat adanya peristiwa kematian di sekitarnya.
Bentuk-bentuk respon tersebut yaitu: takut dan gelisah, cepat
marah, kecewa, merasa tidak berdaya, takut akan pikiran sendiri, otot
sakit dan kaku serta tertusuk-tusuk pada kulit, takut akan pikiran
sendiri, dan tubuh terasa panas dan gatal-gatal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
B. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
1. Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
a. Budaya Jawa
Menurut Koentjaraningrat (2007) Budaya Jawa merupakan
sebuah tata cara kehidupan dan tata cara berbahasa yang berkembang
di daerah pulau Jawa khususnya pada bagian tengah dan timur yang
merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram.Kebudayaan tersebut
meliputi istilah teknis, dialek bahasa dan pembagian tingkat bahasa
pada masing-masing derajat kedudukan.
Pada sistem kemasyarakatan, budaya Jawa dibagi menjadi 2
istilah yaitu priyayi yang cenderung menjadi sebutan bagi orang yang
menjadi pegawai negeri dan kaum terpelajar dan wong cilik yang
menjadi sebutan bagi orang yang menjadi pekerja kasar, petani-petani
dan tukang-tukang.
Pada sistem kepemelukan agama, budaya Jawa cenderung
terbagi menjadi 2 yaitu agama santri dan agama kejawen. Keduanya
cenderung beragama Islam namun pada agama kejawen cenderung
tidak secara patuh menjalankan rukun-rukun agama Islam, misalnya
tidak puasa, tidak salat, tidak naik haji dan sebagainya.Selain kedua
agama tersebut, terdapat juga sebagian kecil masyarakat Jawa yang
beragama Nasrani dan agama besar lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Budaya Tionghoa
Menurut Koentjaraningrat (2007) Budaya Tionghoa
merupakan sebuah tata cara kehidupan dan tata cara berbahasa yang
masuk ke Indonesia dari dua propinsi yaitu Fukien dan Kwangtung.
Perkembangan budaya Tionghoa yang masuk ke Indonesia terbagi
menjadi 4 kelompok besar yaitu Hokkien, Teo-Chiu, Hakka, dan
Kanton. Keempat kelompok besar tersebut memiliki suku bangsa, tata
cara berbahasa dan tradisi yang berbeda-beda.
Pada sistem kemasyarakatan, budaya Tionghoa terbagi
menjadi dua kelompok besar yaitu Tionghoa Totok dan Tionghoa
Peranakan. Tionghoa Totok adalah masyarakat Tionghoa yang masih
murni tanpa campuran budaya lain dalam silsilah keluarganya.
Tionghoa Peranakan adalah masyarakat Tionghoa yang sudah
memiliki campuran budaya dalam silsilah keluarganya.Kedua
kelompok ini saling memandang rendah lawannya.
Pada sistem kepemelukan agama, budaya Tionghoa di
Indonesia sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Budha,
Katolik, Kristen, Kung Fu-Tse, Tao dan Islam.Pada Tionghoa Totok
mayoritas masih memeluk agama Kung Fu-Tse.Sebenarnya, Kung Fu-
Tse bukanlah sebuah agama melainkan sebuah ajaran untuk hidup
dengan baik yaitu dengan berbakti pada orang tua sehingga Kung Fu-
Tse melakukan pemujaan kepada leluhur sebagai rasa syukur dan
terima kasih serta bentuk kebaktian anak pada orang tua atau leluhur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Batasan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa dalam penelitian
Pada partisipan masyarakat dengan budaya Jawa dalam
penelitian ini dibatasi dengan menggunakan kriteria yaitu berada di
wilayah Yogyakarta, lebih pada priyayi dan beragama
kejawen.Sedangkan, pada masyarakat budaya Tionghoa dalam
penelitian ini di batasi dengan menggunakan kriteria yaitu berada di
wilayah Yogyakarta, lebih pada Tionghoa Totok dan beragama Kung
Fu-Tse.
2. Kematian menurut Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
a. Pengertian Kematian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berdasarkan kata
“mati”, kematian adalah sudah tidak bernyawa atau tidak hidup lagi.
Menurut APA Dictionary of Psychology, kematian diartikan sebagai
berhentinya proses fisik dan mental yang dialami oleh suatu makhluk
hidup secara permanen.
Kematian dinyatakan terjadi ketika nafas dan denyut jantung
individu telah berhenti selama beberapa waktu yang signifikan atau
ketika seluruh aktifitas syaraf di otak berhenti bekerja (Papalia, Olds,
dan Feldman, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
b. Konsep Budaya Jawa mengenai kematian
Menurut Subagya (2004) kematian dipandang sebagai titik
akhir yang akan dihadapi oleh semua individu.
Sebagian besar masyarakat dengan budaya Jawa beragama
Islam. Hal ini mempengaruhi pandangan masyarakat dengan budaya
Jawa mengenai kematian karena agama Islam mempercayai bahwa
bila orang mati maka sudah selesai tugasnya di dunia ini dan tidak
ada waktu untuk berbuat kebaikan lagi untuk menebus kesalahan
yang dilakukan individu selama hidup.Selain itu, hanya sanak
saudaranya yang masih hidup yang dapat mendoakan untuk
pengampunan dosa yang telah dilakukan individu tersebut. Orang
Jawa juga mempercayai adanya siksa kubur dan api penyucian yang
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa yang dilakukan
saat individu masih hidup.
Budaya Jawa juga beranggapan bahwa dunia merupakan
tempat kehidupan yang fana. Kehidupan yang sebenarnya ada saat
kematian datang dalam diri seseorang. Hal ini membuat masyarakat
Jawa memiliki kebiasaan untuk mencari ngelmu. Ngelmu adalah
ajaran mengenai kehidupan sejati yang tataran puncaknya dapat
dicapai oleh individu dalam angraga sukma. Angraga sukma adalah
perwujudan lain dari manunggaling kawila lan gusti atau bersatunya
hamba dengan Tuhan yang dapat dicapai saat individu meleburkan
diri dalam suasana saung atau tiada. Masyarakat Jawa meyakini hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tersebut dengan menjauhkan diri dari hal-hal duniawi dengan cara
mati raga atau mati di tengah kehidupan.
Budaya Jawa juga mempercayai bahwa kematian itu sudah
ditentukan dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui kapan
saat kematian akan tiba. Alam kematian merupakan misteri yang
tidak bisa dijelaskan oleh individu kecuali dengan iman dan
keyakinan.
c. Konsep Budaya Tionghoa mengenai kematian
Menurut Cangianto A. (Setyaningrum, R., 20 Agustus 2012)
budaya Tionghoa mempresepsi kematian sebagai keadaan dimana
arwah seseorang menjalani kehidupan lainnya di dunia arwah atau
berpindah alam.Reinkarnasi adalah sebuah pandangan yang berasal
dari jaman Yunani sebelum masa kekristenan dimulai.Reinkarnasi
dipahami sebagai keadaan dimana individu yang telah mati
dilahirkan kembali menjadi daging.
Budaya Tionghoa memiliki perayaan Qing Ming, dimana saat
itu seluruh sanak keluarga ziarah kekuburan leluhur untuk
membersihkan kuburan dan memberikan sesuatu kepada luluhur
dengan membakarnya. Hal ini dilakukan dengan membuat altar
sederhana yang dilengkapi dengan 2 lilin merah kecil dan beberapa
makanan. Budaya Tionghoa menganggap kegiatan ini untuk
mengundang arwah leluhur untuk berkumpul bersama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
merupakan sebuah upaya untuk membangun “tali asih” agar tidak
terputus begitu saja.
Menurut Liu Weilin (2013), pandangan kalangan Ru
(Khonghucu) mengenai kematian adalah sebuah kehidupan baru atau
kehidupan lain. Sedangkan, dari pandangan Taoism kematian adalah
tidak mati. Menurut Buddhism kematian adalah kehidupan baru yang
akan terjadi setelah individu mati.
Menurut Suryadi (2014), kematian menurut ajaran
Confusianisme adalah saat dimana roh terpisah dari badan.
Seseorang yang hidupnya senantiasa melaksanakan hal-hal yang
sesuai dengan kaidah agama, maka roh orang tersebut akan menjadi
Shen atau roh suci dan naik ke surga. Sedangkan, seseorang yang
semasa hidupnya selalu melanggar kaidah agama, maka rohnya akan
menjadi Kuei atau roh jahat dan akan turun ke neraka.
Cangianto A. (2013) mengatakan bahwa dalam budaya
Tionghoamemiliki konsep kematian sebagai sebuah
takdir.Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa kehidupan dan
kematian seseorang adalah sebagai sebuah takdir yang tidak bisa
dihindari.Budaya Tionghoa mempercayai dimana ada kehidupan
pasti ada kematian.Kehidupan dan kematian adalah sesuatu hal yang
tidak dapat dipisahkan seperti langit dan bumi atau seperti sebuah
perjalanan maka ada saatnya kembali pulang.Walaupun dalam
kenyataannya banyak orang yang menyukai kehidupan dan takut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
akan kematian dan juga sebaliknya. Hal itu disebabkan oleh kondisi
bagaimana seseorang menjalani kehidupannya.Budaya Tionghoa
mengajarkan seseorang untuk dapat memikirkan dan menjalani
kehidupan yang ada dengan baik dan benar baru memikirkan hal
yang lebih jauh lagi.Hal ini dimaksudkan agar seseorang lebih
menjadi berguna bagi kehidupannya terlebih dahulu dan memandang
kematian adalah sebagai sesuatu yang wajar.
3. Tradisi Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa terhadap kematian
a. Tradisi Budaya Jawa
Menurut Hardjowirogo M. (1979) budaya Jawa menganggap
meninggalnya seseorang menyebabkan terjadinya peristiwa
kesripahan, yaitu kematian bagi keluarga yang ditinggalkan.
Masyarakat Jawa cenderung melakukan slametan-slametan yang
dipercaya dapat melindungi keluarga. Slametan yang dilakukan yaitu
hari geblak atau hari meninggalnya. Slametan ini dilakukan dengan
menghidangkan sego-asahan yang terdiri dari nasi putih biasa yang
diletakan secara ungkur-ungkuran atau secara berhadapan terbalik
setengah-setengah dari nasi yang telah dipotong menjadi dua belah
bagian. Hidangan itu terus dilakukan sejak hari geblaknya,
nigaharinya, nujuhharinya, ngempatpuluhharinya, nyeratusharinya,
mendaksepisan atau setahunannya, mendak-pindo atau dua tahunnya,
mendak-telu, nyewu atau seribuharinya, pada kesempatan itu
diberikan juga piring, cangkir dan sapu tangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Budaya Jawa percaya bahwa seseorang yang meninggal pada
hari Sabtu cenderung akan mengajak orang lain untuk menemaninya.
Bentuk slametan yang dilakukan untuk kepercayaan ini adalah
dengan membuka sebagian genting rumah. Membuka sebagian
genting rumah ini bertujuan agar saat hari ke-empat puluh sesudah
meninggalnya orang tersebut arwahnya dapat meninggalkan rumah
melalui lubang yang dibuat tersebut. Masyarakat Jawa mempercayai
bahwa nyawa orang mati belum akan pergi dari rumahnya sebelum
hari ke-empatpuluh.
Bentuk slametan dari kematian yang ketiga adalah
sadranan.Sadranan adalah kegiatan dimana keluarga dari orang
yang meninggal akan mendatangi makam untuk berkumpul bersama
keluarga besar saat menjelang bulan Ruwah atau bulan menjelang
Rahmadhan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan atau
memperbaiki makam dari leluhur. Kegiatan ini sudah mulai pudar
dilakukan masyarakat Jawa karena sering kali dianggap sudah tidak
jaman lagi, namun masih ada sebagian masyarakat yang
melakukannya.
Bentuk slametan yang terakhir adalah kolkolan.Kolkolan
adalah kegiatan yang dilakukan saat upacara setahunan seseorang
meninggal.Slametan ini dilakukan dengan menghidangkan nasi
gurih, ingkung ayam utuh yang direbus dalam santan yang hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berbumbu garam, merica dan salam. Nasi gurih tersebut ditaburi
dengan gorengan kedelai dengan lalapan mentimun, cabai hijau utuh
dan bawang merah utuh. Selain itu, dihidangkan pula apem, ketan
dan kolak pisang dan ubi. Bentuk slametan ini dilakukan secara
terus-menerus sesuai dengan kesepakatan ahli waris yang
bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa masyarakat dengan budaya Jawa memiliki tradisi
untuk mendoakan seseorang yang sudah meninggal agar dapat
tenang di alam kubur dan tidak membawa sanak saudaranya pergi
kea lam kubur. Masyarakat dengan budaya Jawa memiliki waktu-
waktu tertentu untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal
agar dosanya dapat di ringankan. Ketenangan seseorang yang sudah
meninggal tergantung pada doa yang diberikan oleh sanak
saudaranya yang masih hidup di dunia ini. Hal tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat dengan budaya Jawa cenderung akan memiliki
kecemasan terhadap kematian yang tinggi.
b. Tradisi BudayaTionghoa
Menurut Nio Joe Lan (2013), budaya Tionghoa memandang
duka cita atau kematian sebagai hukum alam yang tak terelakkan.
Bahkan kegermelapan suka cita hanya dapat berkilauan dikarenakan
adanya kesuraman akan duka cita. Duka cita yang terkecil bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
masyarakat dengan budaya Tionghoa adalah saat salah satu sanak
keluarganya mengalami suatu penyakit.
Masyarakat dengan budaya Tionghoa memandang kematian
sebagai kedukaan yang terbesar yang menimpa seseorang namun
bagi masyarakat Tionghoa, peti mati bukanlah sesuatu yang
menakutkan seperti masyarakat lainnya. Lansia Tionghoaakan sangat
senang jika pada hari ulang tahunnya diberikan peti mati dari kayu
yang berkualitas bagus dan dengan ukiran atau lukisan yang indah di
peti tersebut. Peti mati bagi budaya Tionghoa dianggap sebagai siu-
pan yang artinya peti panjang umur. Budaya Tionghoa juga memiliki
siu-i yang artinya baju panjang umur. Baju ini dikenakan pada orang
yang akan meninggal disaat keluarganya mendapatkan keputusan
bahwa seseorang tersebut akan meninggal.
Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa seseorang yang
telah meninggal itu berarti orang tersebut telah “menunggangi seekor
burung bangau” atau “berpesiar kekalangan dewa-dewa”. Istilah
menunggangi seekor burung bangau menurut sejarahnya terbentuk
dari sejarah, dimana ada seorang yang bernama Shao Kan-chieh
yang menderita sakit keras. Saat sedang tidur siang Shao Kan-chieh
bermimpi bahwa ada seekor burung bangau yang turun dari langit
mendatanginya dan membawanya terbang kepegunungan.
Budaya Tionghoa juga memiliki tradisi atau kebiasaan,
dimana saat ada seorang sanak keluarga yang meninggal, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
akan membeli sebuah hio-lou atau alat tempat menancapkan batang
dupa. Tempat dupa tersebut diletakkan pada meja di samping
jenazah dekat kakinya, dimana di meja tersebut diletakkan juga
sepasang lilin merah kecil yang menyala. Di alat tersebut diisikan
dengan abu dari dapur rumah lalu ditancapkan dupa yang menyala.
Abu yang berada di dalam alat penancap dupa tersebut tidak selalu
dari abu hasil pembakaran jenazah leluhur. Di depan rumah dibakar
sebuah kayu bakar yang akan terus menyala selama peti jenazah
berada didalam rumah. Di samping jenazah diletakkan sebuah
lelangse yang ditaruh sebuah pasu. Pasu tersebut digunakan untuk
membakar kertas perak secara terus menerus oleh salah satu anak
atau anggota keluarga. Pada pintu dan jendela rumah ditempelkan
kertas putih kecil panjang dengan posisi diagonal menyilang selama
dalam kondisi berkabung. Seluruh anggota keluarga menggunakan
baju serba putih yang terbuat dari karung goni dengan kondisi
terbalik, bagian luar menjadi bagian dalam. Ada juga kopiah
bewarna putih untuk menantu laki-laki.Sepatu yang digunakan
diwarnai putih dengan pasta putih, namun sekarang menggunakan
sepatu dengan bahan berwarna putih.
Budaya Tionghoa memiliki tradisi sembahyang tutup
peti.Sembahyang tutup peti ini dilakukan saat sore hari menjelang
magrib. Peti mati akan ditutup dengan dipantekkan empat buat paku
pada tiap ujung peti. Pemantekkan dilakukan oleh pemimpin agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
atau pihak pembuat peti mati dengan menyerukan ucapan doa bagi
anak dan cucu dari jenazah agar makmur, bahagia dan lain-lain.
Setelah itu, semua sanak keluarga berkeliling peti jenazah dengan
membawa lilin merah kecil, lalu meneteskan lilin pada setiap empat
paku yang ada di peti mati. Selain itu, masyarakat Tionghoa
memiliki tradisi sembahyang geser peti. Tradisi ini sering disebut
juga dengan sembahyang ki-hok, acara sembahyang ini dilakukan
setelah tiga hari peti mati jenazah diletakkan ditengah-tengah ruang.
Sembahyang ini dilakukan untuk memindahkan peti mati sejajar
dengan dinding tempat diletakkannya peti mati sambil menunggu
hari baik untuk dimakamkannya jenazah.
Saat menjelang dikuburkan, masyarakat Tionghoa memiliki
tradisi untuk memecahkan buah semangka sampai hancur saat peti
jenazah akan diangkat menuju kuburan. Setelah sampai pada jarak
tertentu sanak keluarga yang berlutut di pinggir jalan yang dilalui
oleh peti mati berdiri lalu mengucapkan terima kasih kepada
sahabat-sahabat jenazah yang telah hadir dan telah menunjukkan
rasa cinta dan penghormatannya terhadap jenazah. Saat mengantar
peti jenazah ke pemakaman, ada tradisi untuk berlutut pada setiap
jembatan yang dilewati. Hal ini dilakukan dikarenakan oleh
kepercayaan akan adanya malaikat sungai, sebagai tanda hormat dan
pengharapan agar jenazah dapat pergi ke alam baka dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Setelah tujuh hari akan diadakan sembahyang dengan
membakar sebuah perahu, rumah, peralatan rumah tangga,
kendaraan dan lain-lainnya sebagai harta yang akan dimiliki oleh
arwah leluhur di alam baka. Perahu juga dimaksudkan sebagai
kendaraan menuju alam baka.Selanjutnya, masyarakat dengan
budaya Tiongoa akan mengunjungi makam leluhurnya setiap tahun
pada hari perayaan Cheng-beng. Selama 3 tahun setelah
meninggalnya salah satu anggota keluarga, seluruh anggota keluarga
tidak boleh menggunakan perhiasan emas dan menghadiri pesta
maupun mengadakan pesta.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa budaya Tionghoa cenderung memandang
kematian sebagai sebuah hal yang tidak terelakkan namun
masyarakat Tionghoa tidak memandang kematian itu sebagai hal
yang menakutkan. Masyarakat Tionghoamemiliki tradisi yang
menggambarkan bahwa setelah seseorang meninggal maka mereka
akan memiliki kehidupan selanjutnya. Hal tersebut di tunjukkan
dengan tradisi membakar barang-barang kebutuhan yang dibentuk
dari kertas minyak sebagai hadiah atau bekal untuk kehidupan
selanjutnya. Masyarakat Tionghoa juga melakukan sembahyang
kubur dan membakar uang kertas untuk arwah yang ada di alam sana
setiap tahun. Tradisi ini menunjukkan bahwa kematian bukan
sesuatu yang menakutkan bagi masyarakat Tionghoa.Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dapat membuat tingkat kecemasan terhadap kematian pada
masyarakat dengan budaya Tionghoa menjadi kecil.
C. Lansia
1. Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1, lansia merupakan
salah satu sebutan untuk orang tua yang berusia 60 tahun atau lebih
(Indriana, 2012).
2. Tipe-tipe lansia
Menurut Indriana (2012) lansia dibedakan menjadi 2 tipe
berdasarkan potensial lansia dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Lanjut usia potensial
Lanjut usia yang masih dapat melakukan suatu hal untuk
memenuhi kebutuhan yang dimiliki dirinya secara mandiri.
b. Lanjut usia tidak potensial
Lanjut usia yang tidak mampu dan berdaya lagi untuk
memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri secara mandiri dan selalu
bergantung pada bantuan orang lain.
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti akan menggunakan
subjek yang masuk kedalam tipe lansia yang masih potensial. Hal ini
dikarenakan lansia yang menjadi subjek diharapkan masih dapat membaca
dengan baik dan menjawab skala yang akan diberikan kepada lansia demi
kepentingan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3. Ciri-ciri lansia
Ciri utama lansia adalah mengalami perubahan. Nugroho (2002)
membagi perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia berdasarkan tiga
jenis perubahan yaitu:
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang dialami oleh lansia meliputi perubahan
dari tingkat sel hingga ke sistem tubuh yaitu :
1) Sistem Pernafasan
Lansia cenderung mengalami kehilangan kekuatan dan
pengkakuan otot pernafasan serta penurunan aktifitas silia yang
menyebabkan penurunan reaksi batuk dan penurunan aktifitas paru-
paru sehingga jumlah udara untuk pernafasan yang masuk kedalam
paru-paru mengalami penurunan. Pengurangan dan pelebaran
jumlah aveoli, serta kemampuan batuk yang berkurang
menyebabkan pengeluaran sekret berkurang dan mengalami
sumbatan dan obstruksi yang dapat mengakibatkan sulitnya
bernafas.
2) Sistem Pendengaran
Lansia sering kali mengalami pengurangan kemampuan
pendengaran yang disebabkan oleh hilangnya kemampuan
pendengaran dalam telinga dalam, terjadinya pengumpulan
serumen yang dapat mengeras karena mengumpulnya keratin dan
membran timpani atropi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3) Sistem Pengelihatan
Permasalahan pengelihatan yang dialami oleh lansia
cenderung disebabkan oleh kornea lebih berbentuk skeris, lensa
menjadi lebih keruh, meningkatnya daya adaptasi lensa terhadap
cahaya yang membuat lansia susah melihat dalam keadaan gelap,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan luas
pandang serta menurunnya daya membedakan warna biru dan
hijau.
4) Sistem Kardiovaskuler
Permasalahan kardiovaskuler yang sering terjadi pada
lanisa adalah katup jantung menebal dan menjadi lebih kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% pertahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat akibat meningkatnya retensi pembuluh
darah perifer.
5) Sistem GenitoUrinaria
Permasalahan genito urinaria yang dialami oleh lansia
adalah ginjal atropi, vesikaurinaria otot-ototnya melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga menyebabkan
frekuensi BAK meningkat.
6) Sistem Endokrin
Hampir semua produksi hormon pada lansia menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
gonad (progesteron, esterogen, dan testosteron), defisiensi
hormonal dapat menyebabkan hipotiroidism depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu mengatasi tekanan jiwa.
7) Sistem Pencernaan
Lansia cenderung mengalami permasalahan pencernaan
yang disebabkan oleh kehilangan gigi, indera pengecap menurun,
esophagus melebar, peristaltic melemah dan menyebabkan
konstipasi, dan fungsi absorpsi melemah.
8) Sistem Muskuloskeletal
Permasalahan muskuloskeletal pada lansia adalah
kehilangan kepadatan tulang sehingga mudah rapuh, kyphosis
(tubuh menjadi membungkuk), serta persendian membesar dan
kaku.
9) Sistem Integumen
Pada lansia permasalahan integumen yang dialami adalah
kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering
dan kurang elastis karenan kekurangan cairan dan hilangnya
jaringan adipos, kelenjar-kelenjar keringat mulai tidak bekerja
dengan baik, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat
menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel yang
memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi
tebal dan rapuh, pertumbuhan rambut berhenti dan mengalami
penipisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Perubahan Mental atau Psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada
lansia adalah perubahan fisik yang terjadi khususnya dalam organ
perasa, kesehatan yang cenderung terus menurun, keturunan yang
belum sukses, lingkungan yang cenderung menjauhi atau kurang
menerima, gangguan pada memori yang cenderung membuat lansia
lupa akan hal yang baru saja terjadi dan perubahan yang terjadi pada
IQ, perubahan pada IQ tidak dalam informasi dan perkataan verbal
melainkan lebih kepada berkurangnya penampilan, persepsi dan
kemampuan psikomotor.
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia adalah
perubahan ekonomi akibat pensiun atau penghentian jabatan, penyakit
kronis atau ketidakmampuan yang bertambah parah, gangguan syaraf
yang cenderung menyerang panca indera sehingga menyebabkan tuli
dan kebutaan, kehilangan hubungan dengan teman-teman yang
cenderung sudah meninggal terlebih dahulu, kehilangan hubungan
dengan keluarga yang cenderung diakibatkan karena anggota keluarga
tidak mau mengurus lansia atau sudah meninggal terlebih dahulu, dan
kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih.
Lansia pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan baik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dalam maupun di luar tubuhnya yang akan berpengaruh pada
kehidupan lansia tersebut. Oleh adanya perubahan-perubahan tersebut
akan timbul kecemasan pada diri lansia yang salah satunya adalah
kecemasan terhadap kematian. Akibatnya lansia cenderung akan
mengalami kecemasan terhadap kematian.
D. Perbedaan Tingkat Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia dengan
Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
Semua individu pasti mengalami kematian, namun kematian tersebut
belum jelas secara pasti mengenai apa yang akan terjadi dan dialami saat
individu mengalami kematian. Hal ini membuat individu mengalami
kecemasan terhadap kematian yang akan dihadapinya. Individu yang
cenderung lebih dekat dengan kematian adalah lansia.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kecemasan yaitu jenis
kelamin, usia, agama, sosial budaya, kesehatan, lingkungan dan sebagainya.
Hal ini menyebabkan kecemasan menjadi sangat luas.Peneliti ingin
memfokuskan penelitian pada faktor budaya sebagai faktor yang
menyebabkan kecemasan.
Budaya adalah salah satu bentuk persepsi yang cenderung sangat
mempengaruhi pola pikir dimiliki oleh individu, sehingga budaya menjadi
salah satu faktor yang kuat untuk membuat perbedaan dalam konsep
pemikiran lansia mengenai kematian dan kecemasan yang menyertai
kematian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Budaya Jawa cenderung menganggap kematian adalah titik kehidupan
terakhir dari individu di dunia ini dan tidak bisa diperbaiki lagi apa yang
sudah terjadi atau bertobat untuk menebus kesalahan yang telah dilakukan
individu selama ini. Masyarakat Jawa memiliki tradisi untuk mendoakan
seseorang yang telah mati dalam rentan waktu tertentu. Hal tersebut
diharapkan dapat membantu meringankan beban dan dosa dari seseorang
yang telah meninggal sehingga arwahnya dapat menjadi lebih tenang.
Masyarakat Jawa yang beragama katolik juga mempercayai adanya api
penyucian, dimana individu yang telah meninggal masuk kedalam api
penyucian untuk mempertanggung jawabkan semua kesalahannya selama
hidup untuk baru dapat masuk surga, jika tidak maka individu akan masuk ke
neraka. Sedangkan, masyarakat Jawa yang beragama Islam cenderung
percaya bahwa ada siksa kubur yang akan dijalani oleh semua individu yang
telah mati untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosa yang telah
diperbuatnya.
Masyarakat Jawa juga menganggap kematian adalah sebuah takdir
yang tidak dapat dihindari dan dapat menjadi berbahaya bagi sanak saudara
yang ditinggalkan, oleh sebab itu ada berbagai tradisi yang dilakukan saat
seseorang meninggal sebagai upacara keselamatan. Selain itu, masyarakat
Jawa tidak memiliki imajinasi mengenai apa yang akan terjadi pada seseorang
setelah meninggal. Namun di sisi lain, sebagian masyarakat Jawa
mempercayai bahwa dunia ini hanyalah kehidupan yang fana dan ada
kehidupan yang lebih sejati nantinya. Hal-hal tersebut membuat kematian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berdasarkan sudut pandang budaya Jawa terlihat menakutkan, sehingga
menyebabkan masyarakat Jawa cenderung mengalami kecemasan yang tinggi
terhadap kematian.
Budaya Tionghoa cenderung menganggap kematian adalah kehidupan
baru yang akan dijalani oleh individu setelah kematian. Masyarakat Tionghoa
memiliki imajinasi bahwa arwah individu yang telah meninggal akan terbang
bersama burung bangau atau berlayar ke kalangan para dewa-dewa.
Masyarakat Tionghoa yang beragama Buddha mempercayai adanya
reinkarnasi sebagai perwujudan tanggung jawab atas kesalahan yang telah
dilakukan oleh individu semasa hidupnya. Reinkarnasi akan terus menerus
terjadi hingga manusia terbebas dari dukha dan dapat masuk ke dalam
Nirvana dan menjadi dewa.
Masyarakat Tionghoa juga mempercayai bahwa kematian dapat
dipersiapkan sebelum dan sesudah seseorang meninggal. Budaya Tionghoa
memiliki tradisi untuk mencari hari baik untuk seseorang dimakamkan dan
memiliki tradisi memperingati kematian seseorang dengan memberikan uang
orang mati, rumah dan benda-benda lain yang dibuat dari kertas minyak
sebagai modal untuk kehidupan di alam selanjutnya dan sebagai persiapan
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah kematian. Masyarakat
Tionghoa juga mempercayai bahwa kematian adalah sebuah takdir yang tak
bisa dihindari oleh semua orang dan kematian adalah sebuah duka terbesar
bagi keluarga yang ditinggalkan, namun kematian dapat membuat keluarga
yang ditinggalkan lebih makmur dan bahagia. Di sisi lain, sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
masyarakat Tionghoa mempercayai adanya surga dan neraka, bila seseorang
selama hidup melakukan banyak kebaikan maka akan masuk surga dan jika
seseorang sering berbuat jahat maka mereka akan menjadi hantu dan masuk
neraka. Hal-hal tersebut membuat kematian menurut sudut pandang budaya
Tionghoa terlihat tidak menakutkan, sehingga menyebabkan masyarakat
Tionghoa cenderung mengalami kecemasan yang rendah terhadap kematian.
Perbedaan pandangan akan kematian dari kedua budaya yang ada
akan mengakibatkan perbedaan tingkat kecemasan yang dialami individu,
terutama pada lansia. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwaakan adanya
perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian yang terjadi pada lansia
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
E. Hipotesis
Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Skema Penelitian
Skema 1
Skema Dinamika Perbedaan Tingkat Kecemasan Terhadap Kematian
pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa
Hipotesis
Adanya perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan
budaya Jawa dan lansia dengan budaya Tionghoa.
Sudut Pandang Budaya terhadap kematian
Lansia
Budaya Tionghoa
1. Awal dari sebuah kehidupan
baru.
2. Dapat dipersiapkan agar
menjadi baik bagi yang
meninggal.
3. Tidak dapat dihindari.
4. Ada imajinasi mengenai apa
yang terjadi setelah
kematian.
5. Kematian sebuah duka
terbesar namun dapat
membuat makmur dan
bahagia keluarga yang
ditinggalkan
6. Ada surga dan neraka
Budaya Jawa
1. Titik akhir dari kehidupan.
2. Tidak bisa diperbaiki apa
yang sudah terjadi,
bergantung pada bakti anak-
cucu dan saudara,
3. Tidak dapat dihindari.
4. Tidak adanya imaginasi
mengenai apa yang terjadi
setelah kematian.
5. Kematian sebuah bencana
dan dapat berbahaya bagi
keluarga yang ditinggalkan.
6. Ada kehidupan sejati.
7. Ada siksa kubur dan api
penyucian.
Kematian cenderung terlihat tidak
menakutkan
Kematian cenderung terlihat
menakutkan
Menyebabkan kecemasan
terhadap kematian cenderung
tinggi
Menyebabkan kecemasan
terhadap kematian cenderung
rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
membandingkan satu variabel dengan variabel lainnya (Purwanto &
Sulistyastuti, 2008). Peneliti ingin membandingkan atau melihat perbedaan
tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan
lansia dengan budaya Tionghoa.
B. Variabel Penelitian
Kecemasan terhadap kematian adalah ketakutan yang cenderung akan
dialami oleh semua orang yang dikarenakan oleh hal-hal yang tidak jelas
dibalik kematian yang belum diketahui oleh manusia.
Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
miliknya dengan belajar.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Kecemasan terhadap kematian dalam penelitian ini adalah kecemasan
yang diukur dengan menggunakan skala kecemasan yang dibuat oleh peneliti.
Semakin tinggi subjek mendapat skor dalam skala penelitian maka semakin
tinggi tingkat kecemasan subjek. Kematian yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kematian yang dirasakan subjek berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pengalaman, bayangan atau kejadian yang dirasakan, dilihat dan didengar
oleh subjek dari lingkungan sekitar subjek.
Budaya dalam penelitian ini adalah suatu gagasan dan pandangan
yang dimiliki oleh subjek penelitian dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Budaya subjek penelitian ini adalah budaya Jawa dan budaya
Tionghoa. Subjek dengan budaya Jawa didapatkan dari sebuah komunitas
lansia Jawa yang ada di daerah Yogyakarta. Subjek dengan budaya Tionghoa
juga didapatkan dari sebuah komunitas lansia Tionghoa dan sebagian
didapatkan dengan mendatangi rumah lansia yang disarankan oleh kerabat
peneliti.
D. Metode Pengambilan Sampel
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun
atau lebih. Subjek diharapkan masih dapat membaca dan mengisi lembar
skala untuk mempelancar penelitian atau komunikatif. Subjek berasal
dari suku Jawa dan Tionghoa. Subjek dengan budaya Jawa dibatasi
dengan kriteria yaitu berada di wilayah Yogyakarta, lebih pada priyayi
atau berpendidikan tinggi dan beragama kejawen. Sedangkan, pada
masyarakat budaya Tionghoa dalam penelitian ini dibatasi dengan
menggunakan kriteria yaitu berada di wilayah Yogyakarta, lebih pada
Tionghoa Totok dan beragama Kung Fu-Tse.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Metode Pengambilan Sampel
Subjek dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
yaitu purposive sampling. Hal ini dilakukan kerena peneliti
membutuhkan sample yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
dalam penelitian. Selain itu dipergunakan teknik snowballing sampling.
Peneliti menggunakan jenis sampling ini dikarenakan jumlah subjek yang
cenderung sedikit dan keadaan kondisi subjek yang akan lebih mudah
didapat jika ada rekomendasi dari teman atau orang yang subjek kenal.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data adalah
dengan skala. Skala yang digunakan adalah skala tertutup, dimana sudah
tersedianya jawaban untuk dipilih oleh responden. Skala yang digunakan
akan berbentuk rating-scale yang jenisnya adalah skala Likert. Skala Likert
yang digunakan akan menjabarkan beberapa pertanyaan dari variabel-variabel
mengenai tingkat kecemasan terhadap kematian kedalam sub-sub variabel
yang sesuai.
Indikator kecemasan terhadap kematian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator berdasarkan Stuart and Laraia. Berdasarkan hal
tersebut, kecemasan terhadap kematian dibagi menjadi 3 dimensi respon
kecemasan yaitu respon fisiologis dan perilaku, respon kognitif dan respon
emosional. Ketiga dimensi respon tersebut memiliki beberapa sub-dimensi
yang akan dijadikan sebuah pernyataan yang akan menjadi aitem dalam
penelitian yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Indikator tingkat kecemasan dalam penelitian ini dilihat dari nilai
mean pada kelompok budaya yang ada. Nilai mean yang ada pada setiap
subjek merupakan mean empirik yang kemudian akan dibandingkan dengan
mean teoritis atau nilai mean soal yang ada. Nilai mean empirik didapatkan
dengan menggunakan penghitungan sebagai berikut.
𝛍 =𝚺𝐱
𝐧
Keterangan :
μ = Mean empirik
Σx = Total nilai
n = Jumlah aitem
Sedangkan, untuk mencari nilai mean teoritik digunakan
penghitungan sebagai berikut.
𝛍 = 𝐈_𝐦𝐚𝐤𝐬 + 𝐈_𝐦𝐢𝐧 𝚺𝐤
𝟐
Keterangan :
μ = Mean teoritis
I_maks = Nilai maksimal aitem
I_min = Nilai minimal aitem
Σk = Jumlah aitem
Mean teoritik yang dimiliki dalam skala ini adalah 82,5. Nilai tersebut
didapat dengan menggunakan rumus di atas dengan nilai minimal aitem 0 dan
nilai maksimal item 5 dan jumlah aitem 33.Jumlah aitem yang digunakan
adalah 33 karena merupakan jumlah aitem pernyataan yang digunakan setelah
try-out.
Tingkat kecemasan dalam skala ini ada 2 yaitu kecemasan rendah dan
kecemasan tinggi. Penentuan tinggi rendahnya kecemasan dilakukan dengan
membandingkan nilai mean empirik dengan nilai mean teoritik. Jika nilai
mean empirik lebih rendah dari mean teoritik maka dapat disimpulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kecemasan yang ada dalam kelompok hitung termasuk dalam tingkat
kecemasan yang rendah. Jika nilai mean empirik lebih tinggi dari mean
teoritik maka dapat disimpulkan kecemasan yang ada dalam kelompok hitung
termasuk dalam tingkat kecemasan yang tinggi.
Nilai dalam skala didapatkan sesuai dengan respon yang diberikan
subjek pada masing-masing pernyataan. Nilai yang diberikan juga ditentukan
oleh jenis pernyataan yang ada dalam skala. Jenis pernyataan dalam skala
penelitian ini ada dua yaitu Favorable dan Unfavorable. Pilihan respon yang
terdapat dalam skala adalah STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju),
ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju).
Nilai yang terdapat pada masing-masing pilihan respon adalah sebagai
berikut.
Tabel 1
Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan Favorable.
Respon Nilai
STS (Sangat Tidak Setuju) 0
TS (Tidak Setuju) 1
ATS (Agak Tidak Setuju) 2
AS (Agak Setuju) 3
S (Setuju) 4
SS (Sangat Setuju) 5
Tabel 2
Penilaian pada pilihan respon dalam pernyataan Unfavorable.
Respon Nilai
STS (Sangat Tidak Setuju) 5
TS (Tidak Setuju) 4
ATS (Agak Tidak Setuju) 3
AS (Agak Setuju) 2
S (Setuju) 1
SS (Sangat Setuju) 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Skala yang dibuat oleh peneliti sebelum try-out memiliki 60 butir
pernyataan dengan 6 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS
(Tidak Setuju), ATS (Agak Tidak Setuju), AS (Agak Setuju), S (Setuju), dan
SS (Sangat Setuju).Peneliti tidak menyediakan pilihan jawaban N (Netral)
untuk menghindari kecenderungan subjek untuk mengisi jawaban dengan
pilihan netral sehingga data mengenai perbedaan dari responden menjadi
kurang informatif (Azwar, 1999). Setelah try-out, skala memiliki 33 butir
pernyataan dengan 6 pilihan jawaban.
Berikut merupakan blue-print skala penelitian sebelum try-out.
Tabel 3
Blue-Print Skala Kecemasan terhadap kematian sebelum try-out
Keterangan Favorable Unfavorable Jumlah (Σ)
Respon Fisiologis dan Perilaku 15 5 20
Respon Kognitif 15 5 20
Respon Emosional 15 5 20
Jumlah (Σ) 45 15 60
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas merupakan suatu pengukuran yang digunakan untuk
mengeahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997).
Validitas yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah validitas
isi (content validity) yang mengukur tingkat kebenaran suatu instrumen
melalui isi dari area yang akan diukur. Validitas isi merupakan sebuah
cara pengestimasian validitas melalui pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau dengan professional judgement (Azwar, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Peneliti melakukan pengujian validitas isi terhadap skala penelitian
dengan mendiskusikannya kepada dosen pembimbing.
2. Analisis Aitem
Pada seleksi aitem, parameter yang paling penting adalah daya
diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana
aitem mampu membedakan antara individu maupun kelompok individu
yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur.
Penghitungan daya diskriminasi aitem akan menghasilkan koefisien
korelasi aitem-total (rix). Aitem yang akan dipilih adalah aitem yang baik
dengan koefisien korelasi ≥0,30. Aitem yang memiliki nilai koefisien
korelasi kurang dari 0,30 dianggap sebagai aitem yang kurang baik dan
tidak akan digunakan. Meskipun demikian, apabila jumlah aitem yang
lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat
menurunkan kriteria penilaian menjadi 0,25 tetapi tidak sampai dibawah
0,20 (Azwar, 2009).
Hasil uji aitem yang dilakukan setelah try-out menunjukkan ada
33 aitem yang memenuhi syarat untuk diujikan lebih lanjut kepada
subjek.
Berikut merupakan blue-print skala penelitian sesudah try-out.
Tabel 4
Blue-Print Skala Kecemasan terhadap kematian sesudah try-out
Keterangan Favorable Unfavorable Jumlah (Σ)
Respon Fisiologis dan Perilaku 10 1 11
Respon Kognitif 10 0 10
Respon Emosional 11 1 12
Jumlah (Σ) 31 2 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Soal yang digunakan setelah try-out adalah untuk dimensi respon
fisiologis dan perilaku sejumlah 11 aitem, dimensi respon kognitif
sejumlah 10 aitem, dimensi respon emosional sejumlah 12 aitem (lihat
Tabel 2). Aitem pada masing-masing dimensi tidak dilakukan
penyetaraan dikarenakan masing-masing dimensi tidak mempunyai
tujuan ukur yang berbeda secara spesifik melainkan merupakan suatu
dimensi yang memiliki tujuan ukur yang lebih luas yaitu kecemasan. Hal
tersebut dapat dipertanggungjawabkan selama semua aitem yang
digunakan memiliki nilai keofisien korelasi yang memuaskan yaitu di
atas 0,30 (Azwar, 1999).
3. Reliabilitas
Realibilitas merupakan pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat di percaya (Azwar,
S., 1997).
Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang 0 sampai 1,00.
Koefisien reliabilitas yang baik adalah yang nilainya semakin mendekati
1,00. Reliabilitas yang rendah terjadi jika koefisien reliabilitasnya
semakin mendekati 0 (Azwar, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Hasil koefisien reliabilitas dari skala yang dibuat oleh peneliti
bernilai 0,916, dengan jumlah soal 33 butir.
Tabel 5
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items
N of Items
,916 ,918 33
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan
terhadap data penelitian untuk mengecek data penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berasal dari populasi yang sebarannya normal
(Santoso, 2010). Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov melalui program SPSS
16.0. Jika nilai p lebih kecil daripada 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data yang dimiliki berbeda secara signifikan, sehingga
sebaran data tidak normal. Jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa data yang dimiliki tidak berbeda secara
signifikan, sehingga sebaran data normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan
terhadap data penelitian untuk melihat apakah asumsi pada varian
penelitian sama atau tidak. Uji homogenitas ini akan dilakukan
dengan menggunakan analisis Levene Test melalui program SPSS
16.0. Jika varian dalam penelitian ini sama, maka uji t akan
menggunakan nilai pada kolom Equal Variance Assumed. Jika
varian dalam penelitian ini berbeda, maka uji t akan menggunakan
nilai pada kolom Equal Variance Not Assumed. Hal tersebut
dilakukan dengan melihat nilai signifikansi yang pada hasil
pengujian. Jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian
yang sama, sedangkan jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang
memiliki varian yang berbeda (Priyanto, 2012)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Independent Sample T-Test. Metode ini digunakan untuk mengetahui
perbedaan nilai signifikan dari dua kelompok sampel dalam penelitian
yang independen (Purwanto & Sulistyastuti, 2008).
Hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti dalam kerangka
pemikiran adalah: “Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian
pada lansia dengan budaya Jawa dan lansia dengan budaya Tionghoa”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian sempat mengalami beberapa kendala dalam mencari subjek
dilapangan yang dikarenakan sulitnya menemui subjek yang sesuai dengan
kriteria penelitian dan ada subjek yang tidak ingin ikut dalam penelitian,
namun dapat diatasi oleh peneliti.
Penelitian dilakukan dengan datang ke rumah seorang subjek lalu
menanyakan kerabat subjek yang dapat turut berpartisipasi dalam penelitian
ini atau secara snowballing. Penelitian untuk masyarakat dengan budaya Jawa
dilakukan di daerah Alun-Alun Lor, dimana terdapat sebuah komnunitas
lansia Alkid yang bersedia menjadi subjek dan dapat memenuhi kriteria
subjek yang diperlukan dalam penelitian.
Penelitian untuk subjek dengan budaya Tionghoa dilakukan di
kelompok masyarakat Tionghoa Fu Qin dan beberapa subjek berasal dari
kerabat dan saudara teman-teman peneliti.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia.
Subjek berasal dari kelompok perkumpulan yang ada di daerah Yogyakarta.
Subjek yang ikut serta dalam penelitian berusia 60-80 tahun.Subjek bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 6
Profile subjek
Budaya Jenis Kelamin Jumlah
Jawa
Pria 23
Wanita 6
Tidak
teridentifikasi 1
Tionghoa
Pria 16
Wanita 12
Tidak
teridentifikasi 2
C. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 7
Deskriptive Statistics
Keterangan N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kecemasan
terhadap
kematian
60 10 93 47,52 19,254
Jawa 30 20 93 52,13 19,280
Tionghoa 30 10 86 42,90 18,397
Valid N
(listwise) 30
Rata-rata nilai kecemasan terhadap kematian pada 60 orang lansia
adalah 47,52 dengan standart deviasi 19,254. Nilai terendah yang diperoleh
subjek adalah 10 dan nilai tertingginya adalah 93.
Pada subjek dengan budaya Jawa nilai terendah adalah 10 dan nilai
tertinggi 93 dengan mean 47,52 dan standard deviasi 19,280. Sedangkan pada
subjek dengan budaya Tionghoa memiliki nilai terendah 20 dan nilai tertinggi
86 dengan mean 42,90 dan standard deviasi 18,397.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik 47,52 lebih
rendah dari nilai mean teoritis yaitu 82,5, maka dapat disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lansia dalam penelitian ini memiliki tingkat kecemasan terhadap kematian
yang rendah.
D. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Berdasarkan analisis Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh
dengan menggunakan SPSS 16.0, menunjukkan nilai signifikansi
untuk lansia dengan budaya Jawa sebesar 0,180. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai p lebih besar 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Pada
lansia dengan budaya Tionghoa memiliki nilai signifikansi sebesar
0,200, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal.
Tabel 8
Tests of Normality
Keterangan Budaya Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df Sig.
Skor Total Jawa ,134 30 ,180
Tionghoa ,130 30 ,200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan menggunakan
SPSS 16.0, menunjukkan hasil berdasarkan Levene’s Test for
Equality of Variances yang memperlihatkan nilai F adalah 0,835
dengan p = 0,365. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya
persamaan varian antara kedua populasi budaya Jawa dan budaya
Tionghoa.
Tabel 9
Uji Homogenitas
Statistics
Skor Total
Assumptions
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not assumed
Levene's Test
for Equality of
Variances
F ,835
Sig. ,365
2. Uji Hipotesis
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan
Independent Sample T-Test yang diperoleh dengan menggunakan SPSS
16.0.Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan tingkat
kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan
Tionghoa. Kesimpulan dalam penelitian ini ditentukan dengan hasil uji 2
sisi dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Berikut merupakan hasil
uji Independent Sample T-Test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 10
Independent Samples Test
Dependent
variables Statistics
Assumptions
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
Skor Total
T-Test for
Equality
of Means
t 1,898 1,898
df 58 57,873
Sig. (2-tailed) ,063 ,063
Mean Difference 9,233 9,233
Std. Error Difference 4,865 4,865
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -,506 -,506
Upper 18,972 18,973
Group Statistics
Budaya N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Skor Total Jawa 30 52.13 19.280 3.520
Tionghoa 30 42.90 18.397 3.359
Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian
pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada
lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat nilai signifikan
pada hasil t-test. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho
diterima. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh nilai t = 1,898
dengan nilai signifikansi 0,063 sehingga Ho diterima. Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan
terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya
Tionghoa.
E. Analisis Tambahan
Peneliti menambahkan pengelompokkan hasil penelitian berdasarkan
jenis kelamin pada masing-masing budaya untuk melihat perbedaan tingkat
kecemasan terhadap kematian berdasarkan jenis kelamin subjek.Berikut tabel
hasil pengelompokkan jenis kelamin pada masing-masing budaya.
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh dua analisis tambahan yang
terkait dengan pengelompokkan jenis kelamin dari subjek penelitian sebagai
berikut.
1. Perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Tabel 11
Kecemasan terhadap kematian pada lansia wanita dengan budaya
Jawa dan budaya Tionghoa
Budaya N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Wanita Jawa 6 54.00 18.133 7.403
Tionghoa 12 49.50 21.138 6.102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Independent Samples Test
Wanita
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not assumed
Levene's Test for
Equality of
Variances
F .493
Sig. .493
t-test for Equality of
Means
t .445 .469
df 16 11.657
Sig. (2-tailed) .663 .648
Mean Difference 4.500 4.500
Std. Error Difference 10.123 9.593
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -16.961 -16.471
Upper 25.961 25.471
Hasil tabel di atas menunjukkan lansia dengan budaya Jawa yang
berjenis kelamin wanita memiliki nilai mean 54 dan lansia dengan
budaya Tionghoa yang berjenis kelamin wanita memiliki nilai mean
49,5.Berdasarkan nilai mean keduanya jika dibandingkan dengan mean
teoritik maka tingkat kecemasan kedua kelompok berada di tingkat
kecemasan yang rendah. Meskipun demikian, nilai mean pada lansia
wanita dengan budaya Jawa lebih tinggi 4,5 daripada mean pada lansia
wanita dengan budaya Tionghoa.
Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lansia
wanita dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa tidak memiliki
perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian.Keduanya sama-sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dalam tingkat kecemasan yang rendah dalam hal kematian namun lansia
wanita dengan budaya Jawa memiliki kecemasan yang cenderung lebih
tinggi sedikit dibanding dengan lansia wanita budaya Tionghoa.
2. Perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan
budaya Jawa dan budaya Tionghoa.
Tabel 12
Kecemasan terhadap kematian pada lansia pria dengan budaya
Jawa dan budaya Tionghoa
Budaya N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pria Jawa 23 50.61 19.646 4.097
Tionghoa 16 39.00 15.765 3.941
Independent Samples Test
Pria
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for
Equality of
Variances
F 1.687
Sig. .202
t-test for Equality of
Means
T 1.962 2.042
Df 37 36.150
Sig. (2-tailed) .057 .048
Mean Difference 11.609 11.609
Std. Error Difference 5.916 5.685
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -.378 .081
Upper 23.596 23.136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hasil tabel di atas menunjukkan lansia dengan budaya Jawa yang
berjenis kelamin pria memiliki nilai mean 50,61 dan lansia dengan
budaya Tionghoa yang berjenis kelamin pria memiliki nilai mean
39.Berdasarkan nilai mean keduanya jika dibandingkan dengan mean
teoritik maka tingkat kecemasan kedua kelompok berada di tingkat
kecemasan yang rendah. Meskipun demikian, nilai mean pada lansia pria
dengan budaya Jawa lebih tinggi 11,609 daripada mean pada lansia pria
dengan budaya Tionghoa.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa lansia pria
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa tidak memiliki perbedaan
tingkat kecemasan terhadap kematian. Keduanya sama-sama dalam
tingkat kecemasan yang rendah dalam hal kematian namun lansia pria
dengan budaya Jawa memiliki kecemasan yang cenderung lebih tinggi
sedikit dibanding dengan lansia pria budaya Tionghoa.
F. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan hipotesis yang diajukan oleh peneliti
“ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia dengan
budaya Jawa dan budaya Tionghoa” ditolak maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
signifikasi sebesar 0.063. Lansia dengan budaya Jawa memiliki kecemasan
terhadap kematian yang cenderung sama dengan lansia dengan budaya
Tionghoa. Hal ini di tunjukkan dengan nilai mean yang diperoleh oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kelompok budaya tersebut, dimana kelompok budaya Jawa memperoleh nilai
mean sebesar 52,13 dan kelompok budaya Tionghoa memperoleh nilai mean
sebesar 42,90. Berdasarkan hasil kedua mean tersebut, tingkat kecemasan
terhadap kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa
masuk ke dalam tingkat kecemasan yang ringan. Hal tersebut disebabkan oleh
nilai mean kedua budaya lebih rendah dari nilai mean teoritik skala penelitian
yaitu 82,5.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
budaya tidak mempengaruhi tingkat kecemasan terhadap kematian pada
lansia. Budaya Jawa dan budaya Tionghoa memiliki kecemasan yang sama-
sama rendah dapat disebabkan oleh kedua budaya memiliki kepercayaan
bahwa ada kehidupan baru dan sejati setelah kematian. Selain itu, kedua
budaya tersebut memiliki pengharapan akan bentuk bakti dari anak cucu dan
sanak saudara yang ditinggalkan yang dapat membantu mereka untuk lebih
bahagia dan meringankan beban kesalahan mereka selama hidup yang belum
dapat diperbaiki.
Peneliti juga menemukan penyebab lain yang menyebabkan
kecemasan kedua budaya rendah. Hal tersebut adalah hasil penelitian Stein
dan Letho yang mengatakan bahwa budaya Jawa dan Tionghoa termasuk ke
dalam budaya Timur, dimana dalam penelitian yang menunjukkan bahwa
budaya Timur memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah terhadap
kematian. Selain itu, Stein dan Letho juga menyebutkan bahwa ada beberapa
budaya yang cenderung menenangkan kecemasan terhadap kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Peneliti juga menemukan beberapa hal yang dapat menyebabkan
kecemasan terhadap kematian pada seseorang menjadi rendah yaitu agama,
kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan lingkungan sosial. Peneliti
melakukan penelitian terhadap subjek dengan budaya Jawa pada kelompok
lansia di Yogyakarta yang sebagian besar adalah pensiunan dan memiliki
tingkat ekonomi yang tinggi. Kelompok lansia tersebut sering berkumpul
untuk bersenang-senang dan bercanda gurau satu sama lain. Keadaan
ekonomi mereka yang masih baik dan mencukupi, dapat menjadi faktor
penyebab kecemasan terhadap kematian menjadi berkurang dikarenakan
sudah terpenuhinya semua kebutuhan dan keinginan mereka.Selain itu,
mereka juga mendapatkan situasi lingkungan yang mendukung dari sesama
lansia. Hal tersebut bisa merupakan faktor penyebab kecemasan terhadap
kematian pada subjek dengan budaya Jawa menjadi rendah.
Peneliti melakukan penelitian terhadap subjek dengan budaya
Tionghoa dengan subjek yang sebagian besar berasal dari perkumpulan
Tionghoa yang cukup besar di Yogyakarta. Kelompok ini terdiri dari lansia
dengan ekonomi yang cukup mapan dan dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Kelompok ini juga melakukan kebaktian sosial terhadap lingkungan sekitar
dengan memberikan jasa tusuk jarum, pengobatan, kunjungan sosial dan
sebagainy setiap minggunya. Selain melakukan kegiatan sosial, kelompok ini
juga melakukan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka seperti makan
bersama dan karaoke. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menyebabkan tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia Tionghoa
menjadi rendah.
Peneliti melihat adanya faktor lain yang mempengaruhi tingkat
kecemasan terhadap kematian pada kedua kelompok budaya tersebut. Faktor
ekonomi dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar lansia menjadi hal yang
cukup berpengaruh bagi lansia dalam menghadapi kecemasan terhadap
kematian. Faktor ekonomi yang mencukupi membuat mereka dapat tercukupi
dan terpenuhi kebutuhannya. Faktor dukungan sosial dari lansia yang
berinteraksi dengan mereka menjadi salah satu faktor yang cukup
berpengaruh. Hal ini dapat disebabkan adanya rasa kesamaan atau kemiripan
antara lansia sehingga mereka merasa masih memiliki teman
sepenanggungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat kecemasan terhadap kematian pada lansia
dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa.Tingkat kecemasan terhadap
kematian pada lansia dengan budaya Jawa dan budaya Tionghoa sama-sama
dalam tingkat kecemasan yang rendah.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada masyarakat dengan budaya
Jawa dan budaya Tionghoa yang berada dalam satu kota yaitu Yogyakarta.
Kota Yogyakarta sudah dikenal dengan kekentalan budaya Jawa. Ada
kemungkinan jika subjek dengan budaya Tionghoa diperoleh dari wilayah
yang masih kental dengan budaya Tionghoa seperti Kalimantan Barat atau
Semarang, hasil dari penelitian ini akan dapat berubah.
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam jumlah subjek. Hasil
dari penelitian ini mungkin akan berubah jika subjek penelitian ini dapat lebih
banyak lagi. Hal ini cukup sulit karena subjek yang dibutuhkan cukup sedikit
dan kurangnya subjek yang mau ikut dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
C. Saran
1. Bagi Lansia
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya tidak
memiliki pengaruh besar dalam membentuk kecemasan terhadap kematian
pada lansia. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang membentuk
kecemasan terhadap kematian untuk lansia seperti tingkat keagamaan dan
dukungan dari lingkungan sekitar lansia.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya tidak memberikan
perbedaan yang signifikan mengenai kecemasan terhadap kematian pada
lansia namun jika dicermati lebih lanjut, terdapat perbedaan skor rata-rata
dari masing-masing budaya, dimana skor rata-rata budaya Jawa sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata budaya Tionghoa. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini dapat mengalami perubahan hasil jika
penelitian selanjutnya dapat lebih ketat lagi dalam menyaring subjek
penelitian. Seperti pada penelitian Stein dan Letho yang menjelaskan
bahwa budaya Timur cenderung menyebabkan kecemasan terhadap
kematian menjadi berkurang. Pada subjek dengan budaya Jawa cenderung
terdapat subjek yang menganut agama Islam dan Nasrani. Agama Islam
berasal dari budaya Timur dan agama Nasrani berasal dari budaya Barat.
Hal ini menunjukkan bahwa agama cukup berpengaruh dalam sebuah
budaya, sehingga peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian dengan subjek yang menganut agama yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
berasal dari budaya Timur seperti subjek dengan budaya Jawa yang
beragama Islam dan subjek dengan budaya Tionghoa yang beragama
Buddha.
Peneliti juga menyarakna untuk peneliti lain dapat menggunakan
faktor lain yang dapat menyebabkan kecemasan terhadap kematian
misalnya faktor ekonomi dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar.
Jumlah subjek dalam penelitian juga cukup penting dalam menentukkan
hasil penelitian jadi disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat
memakai subjek yang lebih banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Anise M.S. Wu, Catherine S.K. Tang and Timothy C.Y. Kwok. (2002). Death
Anxiety among Chinese Elderly People in Hong Kong. Journal of Aging
and Health, Vol. 14 No. 1, February 2002 42-56
APA Dictionary of Psychology edited by Gary R. VandenBos. (2007).
Washington, DC. American Psychological Association.
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Cangianto, A. 03 April 2013. Apa Yang Terjadi Setelah Kita Mati?, diperoleh
pada 11 Maret 2014 dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/3592-apa-yang-terjadi-setelah-kita-mati-?
Cangianto, A. 08 April 2013. Beberapa Pandangan Tentang Kematian,
diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/1875-beberapa-pandangan-tentang-kematian.
Firestone, R., Catlett, J. (2009). Beyond Death Anxiety: Achieving Life-
Affirming Death Awareness. New York. Springer Publishing Company,
LLC.
Hall, C.S. (1960). Sigmund Freud:Pengantar Kedalam Ilmu Djiwa Sigmund
Freud. Jakarta. PT. Pembangunan Djakarta.
Hardjowirogo, M. (1979). Adat Istiadat Jawa: Sedari Seseorang Masih Dalam
Kandungan Hingga Sesudah Ia Tiada Lagi. Bandung.Patma.
Hariyono, P.(1993). Kultur Cina dan Jawa: Pemahaman Menuju Asimilasi
Kultural. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
Helgeson, V.C. (2012). Psychology of Gender 4th
edition. New Jersey. Pearson
Education, Inc.
Hidayat, K.(2005). Psikologi Kematian: Mengubah Ketakutan Menjadi
Optimisme. Jakarta. Hikmah.
Indriana, Y. (2012). Gerontologi dan Progeria.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3.(2002). Jakarta. Balai Pustaka.
Kastenbaum, R. (2000). Psychology of Death 3rd
edition. New York. Springer
Publishing Company, Inc.
Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta.
Djambatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kübler-Ross, E.(1981). Living with Death and Dying. New York. Macmillan
Publishing Co., Inc.
Kübler-Ross, E. (1998). On Death and Dying (Kematian sebagai bagian
Kehidupan). Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Lathief, S.I. (2010). Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme. Lamongan.
PUstaka puJAngga.
Lazarus, R.S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theoryof
Emotion.American Psychologist Association Vol.46, No. 8, 819-834.
Liu Weilin. 27 Agustus 2013. PandanganOrang Tionghoa Terhadap
Kematian, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/3675-pandangan-orang-tionghoa-terhadap-
kematian.
Myers, D.G. (1983). Social Psychology. Michigan. McGraw Hill.
Nio Joe Lan. (2013). Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Jakarta.
Kepustakaan Populer Gramedia.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatric edisi 3. Jakarta.EGC.
Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. (2004). Human Development 9th
Edition. New York. McGraw-Hill.
Publication Manual of the American Psychological Association. (2010).
Washington, DC.American Psychological Association.
Purwanto, E.A., Sulistyastuti, D.R. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta. Gava
Media
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku.
Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
Semiun, Y. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta. Kanisius.
Setyaningrum. R. 20 Agustus 2012.Notulensi Seminar: Alam Arwah Menurut
Tradisi Tionghoa, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/2272-notulensi-seminar--alam-arwah-
menurut-tradisi-tionghoa.
Stein, K.F., Letho, R.H. (2009). Death Anxiety: An Analysis of an Evolving
Concept. Research and Theory for Nursing Practice: An International
Journal, Vol. 23, No. 1, 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Stuart, G.W., Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing 8th
edition. Missouri. Elsevier Mosby, Inc.
Stuart, R.F., Sundeen P.C. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Diterjemahkan oleh Achir Yani S. Jakarta. EGC.
Subagya, Y.T. (2004). Menemui Ajal: Etnografi Jawa Tentang Kematian.
Yogyakarta. Kepel Press.
Suryadi, H. 10 April 2014. Seri Tulisan Confusius [20] – Kehidupan dan
Kematian, diperoleh pada 11 Maret 2014 dari http://web.budaya-
tionghoa.net/index.php/item/1886-seri-tulisan-confucius-20-kehidupan-
dan-kematian.
Thorson, J.A., Powell. F.C. (1988). Elements of Death Anxiety and Meanings of
Death. JournalofClinicalPsychology, September 1988, Vol.44,No.5.
Trihendradi, C.(2013). Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk Ilmu Sosial
dan Kesehatan + Konsep & Penerapannya menggunakan
SPSS.Yogyakarta.Andi.
Wijaya, F.S., Safitri, R.M. (2010). Persepsi Terhadap Kematian dan Kecemasan
Menghadapi Kematian pada Lanjut Usia. Naskah Publikasi. Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Ya-Hui Wen. (2010). Religiosity and Death Anxiety. The Journal of Human
Resource and Adult Learning, December 2010 Vol. 6, Num. 2.
Zubair, A.C.(2001). Dari Kematian ke Epistemologi Da’wah: Sebuah Refleksi
Tentang Keislaman. Yogyakarta.Philosophy Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
LAMPIRAN 1
Skala Kecemasan terhadap Kematian
Sebelum Try-out
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SKALA PENELITIAN
Alfonsus Bayu Dirgantara
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Yogyakarta, Juni 2014
Yth. Bapak/ Ibu
yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Terkait dengan penelitian yang saya lakukan, perkenankan saya memohon
izin untuk meminta bantuan serta partisipasi Bapak/ Ibu untuk merelakan waktu
dalam rangka mengisi skala berikut ini.
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokkan dalam
beberapa bagian. Dalam merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat
berharap Bapak/ Ibu untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya,
dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pengisian skala ini tidak ada penilaian benar atau salah,
serta data yang diberikan oleh Bapak/ Ibu sangat terjaga kerahasiaannya.
Saya juga mohon Bapak/ Ibu untuk selalu memperhatikan petunjuk
pengerjaan dan instruksi yang diberikan dalam mengisi skala ini, karena hasil
dari pengisian ini akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Atas perhatian dan
partisipasi Bapak/ Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DATA DIRI
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *
Usia : ______ tahun
Status Pernikahan : Lajang / Menikah / Janda / Duda *
Suku Adat :
(* coret yang tidak sesuai)
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa
adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun namun saya dengan suka
rela mengisi skala ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang
disusun.
Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam
kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya.
Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk
penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya.
Yogyakarta, Juni 2014
(................................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PETUNJUK PENGERJAAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang
Anda rasakan, Anda pikirkan, dan Anda lakukan ketika melihat, membayangkan,
mendengar dan mengalami pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa
kematian yang ada di sekitar Anda.
Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap
pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (√)
pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda
alami. Enam pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut :
Kolom SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan
Kolom AS, jika Anda Agak Setuju dengan pernyataan
Kolom ATS, jika Anda Agak Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap
pernyataan, oleh sebab itu pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili
persetujuan Anda terhadap pernyataan yang disajikan.Tidak ada jawaban yang
salah.
Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
1. Saat saya melihat seseorang meninggal,
detak jantung saya menjadi lebih cepat.
2. Saya sangat takut untuk membayangkan
kematian yang akan terjadi dengan diri
saya.
3. Suara saya menjadi hilang saat melihat
kematian secara langsung.
4. Saya mendapat berita kematian saya
menjadi lupa dengan apa yang sedang
saya lakukan.
5. Saya menerima pemberitahuan dokter
bahwa saya memiliki penyakit kronis,
saya menjadi sangat marah pada diri
saya.
6. Saat menghadiri pemakaman seseorang
saya sering berpikir bagaimana jika yang
dimakamkan adalah saya.
7. Saat didiagnosis memiliki penyakit
kronis, pikiran saya tetap tenang dan
fokus.
8. Saya akan berhenti melakukan pekerjaan
saya setelah mendapatkan berita tentang
kematian seseorang.
9. Detak jantung saya terasa hilang sejenak
saat mendengar pemberitahuan dari
dokter bahwa saya memiliki penyakit
yang membuat saya meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
10. Saya merasa ketakutan saat melihat
peristiwa kematian secara langsung.
11. Saya cenderung memiliki firasat buruk
saat sedang bekendara di jalan.
12. Saat terjadi kecelakaan di lingkungan
sekitar, saya berani menolong korban
kecelakaan tersebut walau kondisinya
sudah meninggal.
13. Saya tidak dapat berkonsentrasi setelah
mendengar pemberitahuan dokter
mengenai penyakit kronis yang saya
derita.
14. Pengelihatan saya menjadi kabur saat
saya menerima berita kematian teman
saya.
15. Saya tidak berani datang ke pemakaman
seseorang.
16. Saya tetap tenang saat melihat peristiwa
kematian secara langsung.
17. Saya takut untuk menolong orang yang
mengalami kecelakaan di lingkungan
sekitar saya.
18. Saya sering merasa banyak hal di
lingkungan sekitar dapat mencelakakan
diri saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
19. Saya tetap melakukan aktifitas saya
dengan baik setelah mendapatkan berita
mengenai kematian.
20. Saat membayangkan mengenai kematian
yang akan saya alami secara tidak sadar
saya mengertakkan gigi saya.
21. Saya menjadi terus terpikirkan mengenai
kematian saat melihat peristiwa
kecelakaan secara langsung.
22. Saya menjadi dipresi saat mengetahui
bahwa saya memiliki penyakit kronis
yang dapat membuat saya meninggal.
23. Produktivitas saya menurun saat saya
mengetahui saya memiliki penyakit
yang dapat membuat saya meninggal.
24. Saat menghadiri pemakaman seseorang,
saya selalu kehilangan nafsu makan
saya.
25. Saya tenang-tenang saja saat menerima
berita kematian seseorang.
26. Pikiran saya terpecah-pecah setelah
membayangkan mengenai kematian.
27. Saya sering merasakan perasaan ingin
buang air kecil saat saya menghadiri
pemakaman seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
28. Saya tetap tegar dan tidak depresi saat
saya didiagnosis bahwa saya memiliki
penyakit kronis yang dapat merenggut
nyawa saya.
29. Saya menjadi sangat hati-hati di jalan,
setelah melihat peristiwa kecelakaan
yang merenggut nyawa seseorang.
30. Perasaan saya menjadi sangat cemasa
saat menghadiri pemakaman seseorang.
31. Saya sering menarik nafas yang panjang
dan dalam saat melihat peristiwa
kematian secara langsung.
32. Saya sering memikirikan apa yang akan
terjadi jika saya meninggal nantinya.
33. Saat menghadiri pemakaman seseorang
saya tidak pernah merasakan perasaan
ingin buang air kecil.
34. Saya merasakan kegundahan di dalam
hati saya setelah membayangkan tentang
kematian.
35. Saya tetap dapat mengingat banyak hal
setelah mendengar berita tentang
kematian.
36. Saat membayangkan mengenai kematian
saya menjadi sangat gelisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
37. Saya merasakan kepedihan yang
mendalam saat mendapat berita
kematian seseorang.
38. Pikiran saya menjadi negatif saat setelah
melihat peristiwa kecelakaan yang
merenggut nyawa seseorang.
39. Keringat saya menjadi banyak saat saya
membayangkan mengenai kematian.
40. Pikiran saya tetap fokus setelah saya
melihat peristiwa kematian secara
langsung.
41. Saat berkendara di jalan saya sering
merasa khawatir akan mengalami
kecelakaan yang dapat menghilangkan
nyawa saya.
42. Setelah menerima kabar dokter
mengenai penyakit kronis yang saya
derita, saya selalu memikirkan apa saja
yang dapat membahayakan saya.
43. Nafas saya menjadi tersengal-sengal saat
saya membayangkan mengenai
kematian.
44. Indera pengecapan saya berkurang
fungsinya saat saya berada di
pemakaman seseorang.
45. Pikiran saya melayang saat melihat
kematian secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
46. Saya merasa tenang dan dapat
menghibur orang lain saat menghadiri
pemakaman orang lain.
47. Saat mengetahui saya memiliki penyakit
kronis saya merasa sangat tidak berdaya.
48. Saya tetap dapat mengontrol pikiran
saya setelah membayangkan mengenai
kematian.
49. Saat saya membayangkan mengenai
kematian, saya tidak dapat menahan
buang air kecil.
50. Saya dapat mengontrol nafas saya
dengan baik saat mendengar
pemberitahuan dokter bahwa saya
memiliki penyakit kronis.
51. Saya menjadi tidak dapat tidur setelah
membayangkan mengenai kematian.
52. Saya merasa tidak terima dan cenderung
menyalahkan orang lain saat menerima
berita dari dokter bahwa saya memiliki
penyakit kronis.
53. Saat membayangkan mengenai
kematian, saya tidak pernah
mengeluarkan keringat dingin.
54. Wajah saya menjadi sangat pucat saat
melihat peristiwa kecelakaan secara
langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
55. Saya tidak mengertakkan gigi saya saat
melihat peristiwa kematian secara
langsung.
56. Saat mendengar pemberitahuan dokter
mengenai penyakit saya yang kronis,
pemahaman saya mengenai hal-hal yang
sederhana menjadi berkurang.
57. Saya dapat mengontrol suasana hati saya
untuk tidak sedih terlalu dalam saat
menghadiri pemakaman seseorang.
58. Saya tidak dapat melakukan banyak hal
saat mendengar berita kematian
seseorang.
59. Tubuh saya menjadi tegang dan
gemetaran saat dokter memberitahu
bahwa umur saya hanya tinggal
sebentar.
60. Saat menerima berita kematian
seseorang, emosi saya menjadi meluap-
luap.
Terima kasih atas partisipasi Anda.
Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua
soal terisi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN 2
Skala Kecemasan terhadap Kematian
Sesudah Try-out
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
SKALA PENELITIAN
Alfonsus Bayu Dirgantara
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Yogyakarta, Juni 2014
Yth. Bapak/ Ibu
yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini
Terkait dengan penelitian yang saya lakukan, perkenankan saya memohon
izin untuk meminta bantuan serta partisipasi Bapak/ Ibu untuk merelakan waktu
dalam rangka mengisi skala berikut ini.
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan yang dikelompokkan dalam
beberapa bagian. Dalam merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saya sangat
berharap Bapak/ Ibu untuk mengisinya dengan sebenar-benarnya, apa adanya,
dan sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan Bapak/ Ibu dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pengisian skala ini tidak ada penilaian benar atau salah,
serta data yang diberikan oleh Bapak/ Ibu sangat terjaga kerahasiaannya.
Saya juga mohon Bapak/ Ibu untuk selalu memperhatikan petunjuk
pengerjaan dan instruksi yang diberikan dalam mengisi skala ini, karena hasil
dari pengisian ini akan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Atas perhatian dan
partisipasi Bapak/ Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Alfonsus Bayu Dirgantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
DATA DIRI
Nama / Inisial :
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *
Usia : ______ tahun
Status Pernikahan : Lajang / Menikah / Janda / Duda *
Suku Adat :
(* coret yang tidak sesuai)
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa
adanya paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun namun saya dengan suka
rela mengisi skala ini demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah yang
disusun.
Semua respon yang saya berikan mewakili apa yang saya alami dalam
kehidupan saya sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya.
Saya juga memberikan ijin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk
penelitian ilmiah meskipun tanpa mencantumkan identitas pribadi saya.
Yogyakarta, Juni 2014
(................................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PETUNJUK PENGERJAAN
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan yang terkait dengan apa yang
Anda rasakan, Anda pikirkan, dan Anda lakukan ketika melihat, membayangkan,
mendengar dan mengalami pengalaman yang berhubungan dengan peristiwa
kematian yang ada di sekitar Anda.
Anda hanya diminta untuk memberikan persetujuan Anda terhadap
pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan membubuhkan tanda centang (√)
pada kolom jawaban yang paling mewakili keadaan atau kondisi yang Anda
alami. Enam pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut :
Kolom SS, jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
Kolom S, jika Anda Setuju dengan pernyataan
Kolom AS, jika Anda Agak Setuju dengan pernyataan
Kolom ATS, jika Anda Agak Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom TS, jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
Kolom STS, jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Masing-masing orang memiliki jawaban yang berbeda untuk setiap
pernyataan, oleh sebab itu pilihlah jawaban yang paling sesuai untuk mewakili
persetujuan Anda terhadap pernyataan yang disajikan.Tidak ada jawaban yang
salah.
Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
1. Saya sangat takut untuk membayangkan
kematian yang akan terjadi dengan diri
saya.
2. Saat mendapat berita kematian saya
menjadi lupa dengan apa yang sedang
saya lakukan.
3. Saat menerima pemberitahuan dokter
bahwa saya memiliki penyakit kronis,
saya menjadi sangat marah pada diri
saya.
4. Saya merasa ketakutan saat melihat
peristiwa kematian secara langsung.
5. Saya cenderung memiliki firasat buruk
saat sedang berkendara di jalan.
6. Saya tidak berani datang ke pemakaman
seseorang.
7. Saya tetap tenang saat melihat peristiwa
kematian secara langsung.
8. Saat membayangkan mengenai kematian
yang akan saya alami secara tidak sadar
saya mengertakkan gigi saya.
9. Saya menjadi terus terpikirkan mengenai
kematian saat melihat peristiwa
kecelakaan secara langsung.
10. Saya menjadi depresi saat mengetahui
bahwa saya memiliki penyakit kronis
yang dapat membuat saya meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
11. Produktivitas saya menurun saat saya
mengetahui saya memiliki penyakit
yang dapat membuat saya meninggal.
12. Saat menghadiri pemakaman seseorang,
saya selalu kehilangan nafsu makan
saya.
13. Pikiran saya terpecah-pecah setelah
membayangkan mengenai kematian.
14. Saya sering merasakan perasaan ingin
buang air kecil saat saya menghadiri
pemakaman seseorang.
15. Saya merasakan kegundahan di dalam
hati saya setelah membayangkan tentang
kematian
16. Saat membayangkan mengenai kematian
saya menjadi sangat gelisah.
17. Saya merasakan kepedihan yang
mendalam saat mendapat berita
kematian seseorang.
18. Pikiran saya menjadi negatif saat setelah
melihat peristiwa kecelakaan yang
merenggut nyawa seseorang.
19. Keringat saya menjadi banyak saat saya
membayangkan mengenai kematian.
20. Setelah menerima kabar dokter
mengenai penyakit kronis yang saya
derita, saya selalu memikirkan apa saja
yang dapat membahayakan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
21. Nafas saya menjadi tersengal-sengal saat
saya membayangkan mengenai
kematian.
22. Indera pengecapan saya berkurang
fungsinya saat saya berada
dipemakaman seseorang.
23. Pikiran saya melayang saat melihat
kematian secara langsung.
24. Saat mengetahui saya memiliki penyakit
kronis saya merasa sangat tidak berdaya.
25. Saat saya membayangkan mengenai
kematian, saya tidak dapat menahan
buang air kecil.
26. Saya menjadi tidak dapat tidur setelah
membayangkan mengenai kematian.
27. Saya merasa tidak terima dan cenderung
menyalahkan orang lain saat menerima
berita dari dokter bahwa saya memiliki
penyakit kronis.
28. Saat membayangkan mengenai
kematian, saya tidak pernah
mengeluarkan keringat dingin.
29. Wajah saya menjadi sangat pucat saat
melihat peristiwa kecelakaan secara
langsung.
30. Saya tidak dapat melakukan banyak hal
saat mendengar berita kematian
seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
No. PERNYATAAN STS TS ATS AS S SS
31. Saat mendengar pemberitahuan dokter
mengenai penyakit saya yang kronis,
pemahaman saya mengenai hal-hal yang
sederhana menjadi berkurang.
32. Tubuh saya menjadi tegang dan
gemetaran saat dokter memberitahu
bahwa umur saya hanya tinggal sebentar
lagi.
33. Saat menerima berita kematian
seseorang, emosi saya menjadi meluap-
luap.
Terima kasih atas partisipasi Anda.
Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua
soal terisi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN 3
Analisis Reliabilitas Data dan Kualitas
Aitem Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
1. Hasil Uji Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data Sebelum Seleksi Aitem.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha
Based on
Standardize
d Items N of Items
.884 .889 60
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pernyataan 01 104.77 617.495 .251 . .884
Pernyataan 02 105.67 604.989 .436 . .881
Pernyataan 03 105.77 625.220 .174 . .884
Pernyataan 04 105.57 605.082 .449 . .881
Pernyataan 05 106.00 615.034 .543 . .881
Pernyataan 06 104.40 622.110 .182 . .885
Pernyataan 07 105.50 630.052 .079 . .886
Pernyataan 08 105.27 627.375 .094 . .886
Pernyataan 09 104.80 646.441 -.165 . .889
Pernyataan 10 105.50 606.328 .489 . .880
Pernyataan 11 105.83 618.351 .353 . .882
Pernyataan 12 105.47 618.189 .239 . .884
Pernyataan 13 104.47 627.844 .120 . .885
Pernyataan 14 105.37 625.413 .160 . .885
Pernyataan 15 106.40 621.352 .323 . .883
Pernyataan 16 105.80 627.476 .169 . .884
Pernyataan 17 105.23 621.771 .163 . .885
Pernyataan 18 105.73 626.202 .168 . .884
Pernyataan 19 105.77 615.357 .324 . .882
Pernyataan 20 105.77 624.530 .274 . .883
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Pernyataan 21 105.10 605.679 .476 . .880
Pernyataan 22 105.50 607.569 .541 . .880
Pernyataan 23 105.17 598.075 .626 . .878
Pernyataan 24 105.63 607.757 .453 . .881
Pernyataan 25 104.90 621.128 .195 . .884
Pernyataan 26 105.63 596.309 .647 . .878
Pernyataan 27 106.10 611.403 .402 . .881
Pernyataan 28 105.70 621.872 .213 . .884
Pernyataan 29 103.33 640.368 -.119 . .886
Pernyataan 30 105.97 623.137 .260 . .883
Pernyataan 31 104.33 629.264 .085 . .886
Pernyataan 32 104.40 624.662 .165 . .885
Pernyataan 33 105.70 625.183 .175 . .884
Pernyataan 34 105.60 605.972 .526 . .880
Pernyataan 35 105.83 625.040 .249 . .883
Pernyataan 36 105.83 595.661 .685 . .878
Pernyataan 37 104.90 611.541 .353 . .882
Pernyataan 38 105.33 600.989 .517 . .880
Pernyataan 39 106.07 618.892 .487 . .881
Pernyataan 40 105.70 612.079 .399 . .881
Pernyataan 41 105.17 621.040 .238 . .884
Pernyataan 42 104.70 611.114 .360 . .882
Pernyataan 43 106.23 621.357 .441 . .882
Pernyataan 44 106.07 613.513 .436 . .881
Pernyataan 45 105.60 595.076 .589 . .878
Pernyataan 46 106.23 633.151 .163 . .884
Pernyataan 47 105.83 609.040 .613 . .880
Pernyataan 48 105.77 619.357 .266 . .883
Pernyataan 49 106.27 624.271 .341 . .883
Pernyataan 50 105.87 630.809 .103 . .885
Pernyataan 51 105.40 598.800 .604 . .879
Pernyataan 52 105.97 615.206 .339 . .882
Pernyataan 53 105.70 612.217 .386 . .882
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Pernyataan 54 105.43 608.047 .414 . .881
Pernyataan 55 105.77 618.254 .284 . .883
Pernyataan 56 105.73 617.444 .421 . .882
Pernyataan 57 106.27 631.168 .129 . .884
Pernyataan 58 105.83 618.282 .384 . .882
Pernyataan 59 104.93 601.030 .495 . .880
Pernyataan 60 106.13 623.361 .296 . .883
2. Hasil Uji Reliabilitas Data dan Kualitas Aitem Data Sesudah Seleksi Aitem.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.916 .918 33
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Pernyataan 02 51.29 350.280 .454 . .914
Pernyataan 04 51.16 357.406 .333 . .916
Pernyataan 05 51.58 362.252 .447 . .914
Pernyataan 10 51.06 354.329 .454 . .914
Pernyataan 11 51.42 361.985 .349 . .915
Pernyataan 15 52.00 361.333 .400 . .914
Pernyataan 16 51.39 363.712 .302 . .916
Pernyataan 20 51.35 362.437 .402 . .914
Pernyataan 21 50.71 349.546 .528 . .913
Pernyataan 22 51.10 355.624 .488 . .913
Pernyataan 23 50.77 347.914 .588 . .912
Pernyataan 24 51.23 350.581 .525 . .913
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Pernyataan 26 51.23 344.647 .660 . .911
Pernyataan 27 51.71 350.213 .539 . .913
Pernyataan 34 51.19 352.095 .534 . .913
Pernyataan 36 51.42 350.852 .542 . .913
Pernyataan 37 50.48 353.658 .414 . .915
Pernyataan 38 50.94 344.462 .602 . .912
Pernyataan 39 51.65 359.303 .602 . .913
Pernyataan 42 50.32 354.559 .385 . .915
Pernyataan 43 51.84 362.940 .474 . .914
Pernyataan 44 51.68 354.492 .523 . .913
Pernyataan 45 51.23 346.447 .531 . .913
Pernyataan 47 51.42 357.985 .518 . .913
Pernyataan 49 51.84 366.406 .343 . .915
Pernyataan 51 51.00 342.867 .697 . .910
Pernyataan 52 51.55 354.056 .461 . .914
Pernyataan 53 51.29 358.146 .364 . .915
Pernyataan 54 51.00 350.333 .492 . .913
Pernyataan 56 51.32 355.959 .580 . .913
Pernyataan 58 51.45 357.589 .488 . .913
Pernyataan 59 50.55 344.523 .572 . .912
Pernyataan 60 51.71 364.813 .324 . .915
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
LAMPIRAN 4
Hasil SPSS Uji Asumsi dan Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tests of Normality
Budaya
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
SkorTotal Jawa .134 30 .180
Tionghoa .130 30 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
b. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Skor
Total
Based on Mean .835 1 58 .365
Based on Median .832 1 58 .366
Based on Median and
with adjusted df .832 1 55.775 .366
Based on trimmed mean .844 1 58 .362
2. Uji Hipotesis
Group Statistics
Budaya N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Skor Total Jawa 30 52.13 19.280 3.520
Tionghoa 30 42.90 18.397 3.359
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Independent Samples Test
Dependent
variables Statistics
Assumptions
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Skor Total Levene's Test
for Equality of
Variances
F .835
Sig. .365
t-test for
Equality of
Means
t 1.898 1.898
df 58 57.873
Sig. (2-tailed) .063 .063
Mean Difference 9.233 9.233
Std. Error Difference 4.865 4.865
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -.506 -.506
Upper 18.972 18.973
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN 5
Hasil SPSS Data Analisis Tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
1. Hasil Independent Sample T-Test Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia
Wanita dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa.
Group Statistics
Budaya N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Wanita Jawa 6 54.00 18.133 7.403
Tionghoa 12 49.50 21.138 6.102
Independent Samples Test
Wanita
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for
Equality of Variances
F .493
Sig. .493
t-test for Equality of
Means
t .445 .469
df 16 11.657
Sig. (2-tailed) .663 .648
Mean Difference 4.500 4.500
Std. Error Difference 10.123 9.593
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -16.961 -16.471
Upper 25.961 25.471
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Hasil Independent Sample T-Test Kecemasan terhadap Kematian pada Lansia
Pria dengan Budaya Jawa dan Budaya Tionghoa.
Group Statistics
Budaya N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pria Jawa 23 50.61 19.646 4.097
Tionghoa 16 39.00 15.765 3.941
Independent Samples Test
Pria
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for
Equality of
Variances
F 1.687
Sig. .202
t-test for Equality of
Means
t 1.962 2.042
df 37 36.150
Sig. (2-tailed) .057 .048
Mean Difference 11.609 11.609
Std. Error Difference 5.916 5.685
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower -.378 .081
Upper 23.596 23.136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI