perbedaan skor montreal cognitive assessment versi

104
PERBEDAAN SKOR MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT VERSI INDONESIA (MoCA-INA) ANTARA LAKI-LAKI DENGAN SKIZOFRENIA YANG MENDAPAT RISPERIDON DENGAN PENAMBAHAN OMEGA-3, DAN YANG HANYA MENDAPAT RISPERIDON DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM MEDAN TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Spesialis Kedokteran Jiwa OLEH: GUSRI GIRSANG NIM: 107106005 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERBEDAAN SKOR MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT VERSI

INDONESIA (MoCA-INA) ANTARA LAKI-LAKI DENGAN SKIZOFRENIA YANG

MENDAPAT RISPERIDON DENGAN PENAMBAHAN OMEGA-3, DAN YANG

HANYA MENDAPAT RISPERIDON DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.

MUHAMMAD ILDREM MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Spesialis

Kedokteran Jiwa

OLEH:

GUSRI GIRSANG

NIM: 107106005

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Perbedaan skor Montreal Cognitive Assessment

Versi Indonesia (MoCA-INA) antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3, dan yang hanya

mendapat risperidon di Rumah Sakit Jiwa Prof.

DR. Muhammad Ildrem Medan

Nama Mahasiswa : Gusri Girsang

NIM : 107106005

Program Studi : Kedokteran Jiwa

Menyetujui:

Komisi Pembimbing I: Komisi Pembimbing II:

Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked. K.J., Sp.K.J. (K) dr. Vita Camellia, M.Ked. K.J., Sp.K.J.

NIP. 197220501 199903 2 004 NIP. 19780404 200501 2002

Mengetahui/ Mengesahkan

Ketua Program Studi

Kedokteran Jiwa

Dr.dr. Elmeida Effendy, M.Ked. K.J., Sp.K.J. (K)

NIP. 197220501 199903 2 004

i

Universitas Sumatera Utara

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa, atas berkatNya yang berlimpah dan kasih sayangNya maka

penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat,

terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis

I Kedokteran Jiwa di Program Studi Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya dalam

penyusunan tesis ini yaitu kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS-I Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan

Dokter Spesialis-I Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Elmeida Effendy, M. Ked. K. J. , Sp.K. J.(K), sebagai Ketua

Departemen PPDS-I Psikiatri FK USU dan juga sebagai guru yang

penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan,

pengarahan, dorongan, dukungan, kesempatan luas dan memberi

masukan-masukan yang berharga kepada penulis selama penulis

mengikuti pendidikan spesialisasi.

3. dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked. K. J., M. Sc, Sp.K. J. (K), selaku

guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah

membimbing, memberikan pengarahan, mengkoreksi, dan memberikan

buku-buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialisasi.

4. dr. Vita Camelia, M. Ked. K. J., Sp.K. J., selaku sekretaris Program

Studi PPDS-I Psikiatri, sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan

ii

Universitas Sumatera Utara

memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama penulis

mengikuti pendidikan spesialisasi.

5. dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked. K. J., Sp.K. J., selaku

Sekretaris Departemen PPDS-I Psikiatri, sebagai guru yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan,

dukungan yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialisasi.

6. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.K. J. (K), selaku guru penulis, yang penuh

kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan bimbingan,

pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada

penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

7. dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp. K. J. (K), selaku guru penulis yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta

pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti

pendidikan spesialisasi.

8. (Alm) Prof. dr. H. Syamsir Bs, Sp.K. J. (K), sebagai guru penulis yang

telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan

masukan-masukan yang berharga kepada penulis selama menjalani

pendidikan spesialisasi.

9. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J. (K), selaku guru penulis

yang memberikan bimbingan, pengetahuan, dan pengarahan yang

berharga kepada penulis selama menjalani pendidikan spesialisasi.

10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.K. J., M. Kes, sebagai Direktur

Pelayanan Medik Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa

Prof. Ildrem Medan Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang

telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada

penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.

11. dr. Freddy Subastian Nainggolan, Sp.K. J., sebagai guru yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-

literatur yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan

spesialisasi.

iii

Universitas Sumatera Utara

12. (Almh.) dr. Herlina Ginting, Sp.K. J., sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama

penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

13. dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp.K. J., sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama

penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

14. dr. Vera BR. Marpaung, Sp. K. J, sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama penulis

mengikuti pendidikan spesialisasi.

15. dr. Nazli Mahdina Nasution, M.Ked.K.J., Sp.K.J., sebagai guru yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan selama penulis

mengikuti pendidikan spesialisasi.

16. Direktur Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M.

Ildrem Medan, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan,

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, Direktur RS.

Kesdam BB/Tk.I Putri Hijau, Direktur RS. USU, Direktur RS. Polda Medan,

atas izin, kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

belajar dan bekerja selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.

17. Rekan-rekan peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr. Muhammad Yusuf,

M.Ked.K.J., dr. Endang Sutri Rahayu, M.Ked.K. J., yang banyak

memberikan masukan berharga kepada penulis serta selalu memberikan

dorongan-dorongan yang membangkitkan semangat kepada penulis selama

mengikuti pendidikan spesialisasi.

18. dr. Agussyah Putra, M. Ked. K.J.,Sp.K.J., dr. Wijaya Taufik Tiji, M. Ked.

K.J.,Sp.K.J., dr. Alfi Syahri Rangkuti, M. Ked. K.J., Sp.K.J., dr. Rini Gusya

Liza, M.Ked. K.J.,Sp.K.J., dr. Ritha Mariati Sembiring, M.Ked. K.J., Sp.K.J,

dr. Rosa Yunilda, M. Ked. K.J., Sp.K.J., dr. Susiati, M.Ked. K.J., Sp.K.J, dr.

Reny F. Barus, M.Ked. K.J., Sp.K.J, dr. Dessy Mawar Zalia, M.Ked.

K.J.,Sp.K.J yang banyak memberikan dorongan-dorongan yang

membangkitkan semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan

spesialisasi.

19. Kedua orangtua yang sangat penulis hormati dan sayangi, (alm) Saridin

Girsang dan Lersianna br.Sipayung yang dengan penuh kesabaran, penuh

cinta dan kasih sayang telah membesarkan, memberikan dorongan,

iv

Universitas Sumatera Utara

dukungan baik materil maupun spiritual dalam segala hal kepada penulis,

serta doa restu sejak lahir hingga saat ini.

20. Kedua mertua yang sangat penulis hormati dan sayangi, St.Riori Tumpal

Hasudungan Panggabean, BA dan Rosmaida br Samosir yang penuh kasih

sayang memberikan dorongan, dukungan dan doa kepada penulis selama

mengikuti pendidikan spesialis

21. Seluruh saudara kandung penulis, Sahmaruli pandapotan Girsang, Amd,

Hartati Saragih, Amd, Rani Girsang,S.E, Wira Setya Tambunan, S.E,

Jonsugiat Girsang, S.E, Deisy Isaura, S.E. yang dengan penuh cinta dan

kasih sayang, memberikan dorongan, dukungan baik materil maupun

spiritual dalam segala hal kepada penulis..

22. Seluruh saudara ipar penulis, Anggreini Panggabean,Amd, Sarbarita

Simangunsong, SKM, David Suyono Panggabean S.E, Meriem Martha

Simatupang, S.E, MM, Boyke Harun Panggabean, S.T atas dukungan dan

doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan spesialis

23. Kepada suamiku tercinta, Salomo Hans Fernando Panggabean, S.T, dan

anakku tersayang Ben Nicholas Panggabean, tiada kata terindah yang dapat

penulis ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan

Penyayang, yang telah memberikan seorang suami dan anak yang baik dan

sangat pengertian, terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat,

kesabaran dan pengorbanan atas waktu yang diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Akhir kata penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga

Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang secara langsung

maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan selama

penulis mengikuti pendidikan spesialisasi dan dalam menyelesaikan tesis ini.

Medan,

Gusri Girsang

v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Lembar persetujuan pembimbing ............................................................. i

Ucapan terima kasih ................................................................................. ii

Daftar isi .................................................................................................... vii

Daftar singkatan .......................................................................................... viii

Daftar Gambar.............................................................................................. x

Daftar Tabel.................................................................................................. xi

Daftar Lampiran............................................................................................ xiii

Abstrak.... .... ... ... .... ... .... ... .... ... .... ... .... ... .... ... .... ... ... .... ... .... ... .... ... .... ... .... ... .... . xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1. Latar Belakang....................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................. 3

1.3. Hipotesis................................................................................ 4

1.4. Tujuan Penelitian................................................................... 4

1.5. Manfaat Penelitian................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6

2.1. Skizofrenia............................................................................ 6

2.2. Omega-3............................................................................... 8

2.3. Risperidon............................................................................. 17

2.4. Kognitif Pada Skizofrenia...................................................... 18

2.5. Montreal Cognitive Assessment (MoCA-INA)....................... 21

2.6. Kerangka Teori..................................................................... 22

2.7. Kerangka Konsep.................................................................. 23

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 24

3.1. Desain Penelitian.................................................................. 24

3.2. Tempat dan Waktu................................................................ 24

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 24

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................. 24

3.5. Perkiraan Besar Sampel....................................................... 25

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan ......................................... 32

3.7. Etika Penelitian.............................................................. 32

vi

Universitas Sumatera Utara

vii

3.8. Cara Kerja 32

3.9. Alur Penelitian 35

3.10. Identifikasi Variabel 36

3.11. Definisi Operasional 36

3.12. Manajemen dan Analisis Data 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN 39

BAB 5 PEMBAHASAN 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 57

DAFTAR RUJUKAN 59

vii

Universitas Sumatera Utara

viii

DAFTAR SINGKATAN

PANSS : Positive And Negative Syndrome Scale

MoCA-INA : Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia

CNS : Central Nervus Systems

PUFAs : Polyunsaturated Fatty Acids

DHA : Docosahexaenoic Acid

MMSE : Mini Mental State Examination

EPA : Eicosa Pentaenoic Acid

ALA : α-Linolenic Acid

SDA : Stearidonic Acid

BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor

FDA : Food and Drug Administration

RSJ Rumah Sakit Jiwa

PPDGJ-III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan

Jiwa di Indonesia

N : Jumlah sampel

Zα : Deviat baku alfa

Zβ : Deviat baku beta

> : Lebih besar dari

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

viii

Universitas Sumatera Utara

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1

2. Gambar 2

3. Gambar 3

4. Gambar 4

:Metabolic Pathway Asam Pada Omega-3

: Kerangka Teori

: Kerangka Konsep

: Alur Penelitian

5. Gambar 5: Pengamatan lanjutan skor PANSS total

6. Gambar 6: Pengamatan lanjutan skor MoCA-INA

ix

Universitas Sumatera Utara

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1

: Skor MoCA-INA pada kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3

2. Tabel 3.2: Skor MoCA-INA pada kelompok yang hanya mendapat

risperidon

3. Tabel 4.1 : Distribusi subjek penelitian berdasarkan

karakteristik sosiodemografik

4. Tabel 4.2 : Perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, pada saat awal sebelum

diberikan omega-3 dan pada akhir minggu XII

5. Tabel 4.3 : Perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat

awal dan pada akhir minggu XII

6. Tabel 4.4: Perbedaan perubahan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 dan yang hanya

mendapat risperidon

7. Tabel 4.5: Perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon pada akhir minggu XII

8. Tabel 4.6: Perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, pada saat awal sebelum

diberikan omega-3 dan pada akhir minggu XII

9. Tabel 4.7: Perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat

awal dan pada akhir minggu XII

10. Tabel 4.8: Perbedaan skor PANSS total antara laki-laki

x

Universitas Sumatera Utara

xi

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 dan yang hanya

mendapat risperidon pada akhir minggu XII

xi

Universitas Sumatera Utara

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

3. Kuesioner Positive and Negative Syndromes Scale (PANSS)

4. Data Subjek Penelitian

5. Riwayat Hidup Peneliti

6. Kuesioner Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA)

7. Surat Persetujuan Komite Etik

xii

Universitas Sumatera Utara

xiii

ABSTRAK

Latar belakang: Asam lemak omega-3 memiliki beberapa peran penting

dalam fungsi otak karena merupakan komponen utama sel saraf membran

fosfolipid. Asam lemak omega-3 mengatur sifat membran seperti fluiditas, fleksibilitas, permeabilitas, dan modulasi membrane-bound proteins. Pada

skizofrenia, disfungsi fosfolipase A2 dan enzim lainnya yang disebabkan oleh penurunan polyunsaturated fatty acids secara berlebihan dari posisi

Sn2 pada membran sel fosfolipid dan penurunan konsentrasi polyunsaturated fatty acids dalam tubuh dan otak. Dengan penurunan

konsentrasi asam lemak omega-3, jumlah dopamin, konsentrasi dopamin,

dan Jumlah reseptor D2 menurun pada presinaptik prefrontal. Penurunan fungsi dopamin sistem pada prefrontal menyebabkan simtom negatif dan gangguan kognitif

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pre-post test design experimental non randomized dengan kelompok intervensi adalah

penambahan pengobatanrisperidon dengan Omega-3 dan kelompok

kontrol adalah yang hanya mendapatkan risperidon, kemudian membandingkan dua kelompok. Tempat penelitian adalah Instalasi rawat

inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara

periode 24 Agustus 2017- 7 Maret 2018. Cara pengambilan subjek dengan non probability sampling jenis consecutive sampling.

Hasil: Rerata skor MoCA-INA pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah 21,54 (1,64) dan pada kelompok

yang hanya mendapat risperidon adalah 20,63 (1,46) dengan nilai p=

0,047

Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna rerata skor MoCA-INA pada

akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon.

Kata kunci: Omega-3, Skizofrenia, Montreal Cognitive Assessment Versi

Indonesia.

xiii

Universitas Sumatera Utara

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skizofrenia prevalensi sekitar 1% dari populasi umum, biasanya

dimulai sebelum usia 25 tahun, berlangsung sepanjang hidup dan

mengenai orang-orang dari semua kelas sosial. Walaupun skizofrenia

didiskusikan sebagai suatu penyakit tunggal, skizofrenia mungkin meliputi

sebuah kumpulan gangguan dengan etiologi yang heterogen.1

Skizofrenia ditandai sebagai gangguan psikiatrik dengan dimensi

gejala yang kompleks. Prognosis yang buruk terdapat pada beberapa

fungsi kognitif yang mengakibatkan kesulitan dalam sosial, akademik, dan

adaptasi kerja yang memadai. Gangguan kognitif mengacu pada

hilangnya fungsi kognitif khususnya memori, perhatian, dan kecepatan

memproses informasi. Onset dan perubahan kognitif berjalan dengan

penurunan yang lambat dan bertahap yang sangat sering dimulai sebelum

episode psikotik pertama.2

Omega-3 polyunsaturated fatty acid rantai panjang (Omega-3 LC-

PUFAs) merupakan asam lemak tak jenuh ganda yang tidak dapat

diproduksi sendiri oleh tubuh, namun penting untuk mempertahankan

struktur dan fungsi dari beberapa sistem tubuh. Asam lemak omega-3

memiliki beberapa peran penting dalam fungsi otak karena merupakan

komponen utama sel saraf membran fosfolipid. Asam lemak omega-3

mengatur sifat membran seperti fluiditas, fleksibilitas, permeabilitas, dan

modulasi membrane-bound proteins. Memiliki kontrol terhadap membran,

omega-3 PUFAs juga mengatur kecepatan transduksi signal dengan

1

Universitas Sumatera Utara

2

mempengaruhi sintesis neurotransmitter, pelepasan, dan proses

reuptake.3,4

Pada skizofrenia, disfungsi fosfolipase A2 dan enzim lainnya yang

disebabkan oleh penurunan polyunsaturated fatty acids secara berlebihan

dari posisi Sn2 pada membran sel fosfolipid dan penurunan konsentrasi

polyunsaturated fatty acids dalam tubuh dan otak. Dengan penurunan

konsentrasi asam lemak omega-3, jumlah dopamin, konsentrasi dopamin,

dan Jumlah reseptor D2 menurun pada presinaptik prefrontal. Penurunan

fungsi dopamin sistem pada prefrontal menyebabkan simtom negatif dan

gangguan kognitif.5

Pada studi yang dilakukan oleh Satogami dkk pada tahun 2017 di

Jepang pada 30 subjek yang menderita skizofrenia dan skizoafektif dan

telah mendapatkan pengobatan dengan antipsikotik yang dosisnya sama

dijumpai bahwa fungsi kognitif yang dinilai dengan Brief Assessment of

Cognition in Schizophrenia (BACS) menunjukkan bahwa terdapat korelasi

antara fungsi kognitif dengan kadar omega-3 didalam darah yaitu kadar

eicosapentaenoic acid (EPA) dengan nilai r= 0,474, p= 0,008 dan kadar

docosahexaenoic acid (DHA) dengan nilai r= 0,524, p= 0,003. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan penurunan kadar asam lemak omega-3

berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif.6

Pada studi meta analisis yang dilakukan oleh Mauro dkk pada

tahun 2015 di Amerika Serikat melaporkan bahwa dengan penggunaan

omega-3 lebih dari 1gr/hari yang diamati selama 28-730 hari, dengan rata-

rata 4-6 bulan terdapat perbaikan pada episodic memori (p< 0,004)

dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE).7

2

Universitas Sumatera Utara

3

Pada penelitian yang dilakukan oleh Pawelczyk dkk pada tahun

2015 di Polandia, sebanyak 71 subjek menderita skizofrenia yang

mendapatkan omega-3 polyunsaturated fatty acids (PUFAs) 2,2 gr/hari

selama 26 minggu dibandingkan dengan placebo didapatkan perbedaan

yang signifikan terhadap skor total PANSS (p=0,016; ES=0,29), skala

psikopatologi umum (p=0,009;ES=0,32), simtom depresif (0,006;

ES=0,34), skala fungsi (p=0,01; ES=0,29), dan Clinical Global Impression

(p=0,046; Es=0,29).8

Pada penelitian yang dilakukan oleh Witte dkk pada tahun 2013 di

Jerman pada 25 orang dengan usia 50-75 tahun dengan menggunakan

omega-3 PUFAs 2,2 gr/hari dibandingkan dengan plasebo selama 26

minggu, didapatkan adanya peningkatan yang signifikan pada fungsi

eksekutif (p=0,023) yang diperiksa dengan menggunakan MMSE.9

Pada studi meta analisi yang dilakukan oleh Knochel dkk pada

2015 di Brazil melaporkan bahwa dengan pemberian DHA 250 mg/hari

dan EPA 1740 mg/hari dibandingkan plasebo selama 4 minggu pada 41

orang yang sehat menunjukkan adanya perbaikan kognitif dalam

mengambil keputusan.10

Beberapa studi telah meloporkan bahwa penurunan asam lemak

omega-3 mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif,

peningkatan simtom positif, negatif pada skizofrenia yang dapat

meningkatkan angka kejadian mortalitas dan morbiditas sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Pada orang dewasa, faktor seperti peningkatan level hormon dan

maturasi struktur dan fungsi yang terlibat dalam proses informasi

3

Universitas Sumatera Utara

4

merupakan penyebab adanya perbedaan antara laki-.laki dan perempuan.

Sebagai contoh, kehilangan substansi grisea (gray matter) selama proses

maturasi otak pada laki-laki atau adanya peran pelindung dari hormon

estrogen pada wanita dapat mempengaruhi perjalanan penyakit ini.

Terkait fungsi kognitif, laki-laki dilaporkan lebih banyak kesulitan dalam hal

memori verbal, persepsi emosi dan fleksibilitas. Dengan tingkatkepatuhan

pengobatan yang sama, ditemukan bahwa outcome yang lebih baik

terlihat pada perempuan.11

Perempuan memiliki konsentrasi DHA yang lebih tinggi daripada

laki-laki. Konsentrasi EPA & DHA dalam jaringan dan plasma

berhubungan positif dengan tingkat sirkulasi estradiol dan progesteron

dan memiliki hubungan negatif dengan tingkat sirkulasi dari testosteron.4

Dengan kedua pertimbangan tersebut, maka studi ini dibatasi pada subjek

laki-laki penderita skizofrenik.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan skor Montreal cognitive assessment

versi Indonesia (MoCA-INA) pada laki-laki dengan skizofrenia yang

mendapat risperidon dengan penambahan omega-3, pada saat

awal sebelum diberikan omega-3 dan pada akhir minggu XII?

2. Apakah terdapat perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang hanya mendapat risperidon, pada saat awal dan

pada akhir minggu XII?

4

Universitas Sumatera Utara

5

3. Apakah terdapat perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-

3, dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir minggu XII?

1.3. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-

3, pada saat awal sebelum diberikan omega-3 dan pada akhir

minggu XII

2. Terdapat perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang hanya mendapat risperidon, pada saat awal dan

pada akhir minggu XII

3. Terdapat perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-

3, dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir minggu XII

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum :

Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui karakteristik demografik subjek penelitian;

umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan,

lama sakit, umur awitan.

5

Universitas Sumatera Utara

6

2. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, pada saat awal dan pada akhir minggu

XII

3. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki

dengan skizofrenia yang hanya mendapat risperidon, pada saat

awal sebelum diberikan omega-3 dan pada akhir minggu XII

4. Untuk mengetahui perubahan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, dan yang hanya mendapat risperidon

pada akhir minggu XII.

5. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, dan yang hanya mendapat risperidon

pada akhir minggu XII

6. Untuk mengetahui perbedaan skor PANSS total pada laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, pada saat awal dan pada akhir minggu

XII

7. Untuk mengetahui perbedaan skor PANSS total pada laki-laki

dengan skizofrenia yang hanya mendapat risperidon, pada

saat dan pada akhir minggu XII

8. Untuk mengetahui perbedaan skor PANSS total pada laki-laki

dengan skizofrenia mendapat risperidon dengan penambahan

6

Universitas Sumatera Utara

7

omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir

minggu XII

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengaruh penambahan omega-3 terhadap fungsi

kognitif pada laki-laki dengan skizofrenia

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan

dalam memberikan terapi tambahan pada laki-laki dengan

skizofrenia.

3. Hasil penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk bahan

penelitian selanjutnya yang sejenis atau penelitian ini dijadikan

sebagai bahan acuan.

7

Universitas Sumatera Utara

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis yang pada umumnya

ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan

oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual yang biasanya tetap

dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian. Gangguan ini melibatkan fungsi yang paling mendasar yang

memberikan kepada orang normal suatu perasaan kepribadian

(individuality), keunikan dan pengarahan diri (self-direction). Pikiran,

perasaan dan perbuatan yang paling intim/mendalam sering terasa

diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang lain, dan waham-waham

dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan supernatural

sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan

cara-cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre.12

Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan

secara bervariasi sekitar 1 sampai 1,5 %. Prevalensi antara laki-laki

dengan perempuan sama, tetapi kedua jenis kelamin tersebut

menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki

mempunyai onset yang lebih awal daripada wanita. Usia puncak untuk

onset laki-laki adalah 10 sampai 25 tahun, untuk wanita usia puncaknya

25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau

sesudah 60 tahun adalah sangat jarang. Sembilan puluh persen pasien

8

Universitas Sumatera Utara

9

yang mendapat pengobatan skizofrenia berusia antara 15 sampai 55

tahun.13

Beberapa penelitian membuat sub kategori dari simtom penyakit ini

kedalam 5 bagian yaitu : simtom positif, simtom negatif, simtom kognitif,

simtom agresif dan simtom afektif. Gejala kognitif skizofrenia adalah

adanya gangguan perhatian dan gangguan pemrosesan informasi

dimanifestasikan sebagai gangguan kefasihan lisan atau verbal

(kemampuan untuk menghasilkan berbicara spontan), masalah dengan

rangkaian belajar (dari daftar item atau urutan kejadian) dan penurunan

kewaspadaan untuk fungsi eksekutif (masalah dengan mempertahankan

dan memusatkan perhatian, berkonsentrasi, memprioritaskan, dan

perilaku modulasi berdasarkan isyarat-isyarat sosial).14

2.1.1. Diagnosis

Kriteria diagnosis untuk skizofrenia berdasarkan PPDGJI-III adalah

sebagai berikut:12

Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJI-III umumnya ditandai

oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek

yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang

jernih dan kemampuan intelektual yang dipertahankan, walaupun defisit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Walaupun tidak ada

simtom-simtom patognomonik yang khusus, dalam praktek ada

manfaatnya untuk membagi simtom-simtom tersebut ke dalam kelompok-

kelompok yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya : 12

(a) “thought echo”, “thought insertion” atau “withdrawal” dan

“thought broadcasting”

9

Universitas Sumatera Utara

10

(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham yang

dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity”, yang jelas

merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota

gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations)

khusus; persepsi delusional;

(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus

terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di

antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang

berasal dari salah satu bagian tubuh;

(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya

dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti

misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau

kekuatan dan kemampuan “manusia super” (misalnya mampu

mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk

asing dari dunia lain);

(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila

disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang

maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif

yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)

yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami

sisipan(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau

pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

10

Universitas Sumatera Utara

11

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

(h) Simtom-simtom “negatif” seperti sikap sangat masa bodoh

(apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional

yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi

neuroleptika;

(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap

malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan

diri secara sosial.12

2.1.2. Pedoman Diagnosis

Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus

ada sedikitnya satu simtom tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya

dua simtom atau lebih apabila simtom-simtom itu kurang tajam atau

kurang jelas) dari simtom yang termasuk salah satu kelompok simtom (a)

sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua simtom dari kelompok

(e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu

satu bulan atau lebih.12

11

Universitas Sumatera Utara

12

2.2 Omega-3

2.2.1. Definisi dan metabolik omega-3

Omega-3 polyunsaturated fatty acid rantai panjang (Omega-3 LC-PUFAs)

merupakan asam lemak tak jenuh ganda yang tidak dapat diproduksi

sendiri oleh tubuh, namun penting untuk mempertahankan struktur dan

fungsi dari beberapa sistem tubuh. Asam lemak tak jenuh memiliki molekul

hydrogen yang lebih sedikit daripada asam lemak jenuh, dan memberikan

lebih sedikit kalori, tapi lebih aktif dalam berbagai proses fisiologis

termasuk dalam signaling cell, dan fungsi membran sel dan kontrol

peradangan Secara biokimia, asam lemak omega-3 adalah keluarga dari

asam lemak tak jenuh ganda yang memiliki ikatan rangkap akhir pada

karbon ketiga dari akhir, atau terminal ikatan karbon.5

Dalam literatur ilmiah omega-3 bisa ditulis sebagai π-3, Ω-3 atau n-

3. Tubuh manusia tidak dapat meghasilkan asam lemak omega-3 asam

sendiri sehingga harus didapat dari makanan atau suplemen. Asam lemak

omega-3 yang fungsinya penting pada manusia meliputi: asam linolenat

atau α-linolenic acid (ALA), stearidonic acid (SDA) eicosapentaenoic acid

(EPA), dan docosahexaenoic acid (DHA). Perubahan asam linolenat

menjadi terhadap stearidonic acid dengan bantuan enzim seperti delta-6

desaturase. Jika fungsi enzim delta-6 desaturase tidak adekuat maka

asam omega-3 seperti SDA, EPA dan DHA harus disediakan dalam

makanan. Asam linolenat (ALA) dapat dijumpai dalam konsentrasi tinggi

pada biji rami, biji labu, minyak biji labu, krokot, minyak biji perilla, kenari

dan minyak kenari, minyak bunga matahari, kedelai, dan minyak jagung.

ALA hadir di beberapa minyak yang umum digunakan, termasuk minyak

12

Universitas Sumatera Utara

13

canola dan kedelai, dan beberapa sayuran hijau. Manusia tidak memiliki

mesin enzimatik yang dibutuhkan untuk mensintesis asam lemak omega-

3, mereka harus diperoleh dari makanan. Sumbernya adalah makanan

yang kaya akan asam lemak omega 3, termasuk biji-bijian, buah segar

dan sayuran, ikan, minyak zaitun, bawang putih, dan juga anggur. EPA

dan DHA ditemukan pada ikan air dingin seperti salmon, makarel, halibut,

sarden, tuna dan hering.4,5,15

Dalam beberapa penelitian tentang omega-3 dianjurkan dosis 1,3

gr /oral/hari dari E, dosis maksimum adalah 4,3 gr /hari, dan dosis rata-

rata adalah 2,6 gr /hari. Pada kisaran dosis 1-4 gr / hari, cukup untuk

mengobati defisiensi EPA + DHA pada pasien psikiatri. Badan

administrasi Makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat

mempertimbangkan dosis omega-3 asam sampai 3 gr/hari umumnya

dianggap aman. Potensi efek samping yang terkait dengan penggunaan

asam lemak omega-3 termasuk gangguan gastrointestinal seperti: mual,

diare, refluks gastoesofagus, eructation, dan muntah. Pada studi telah diuji

klinis secara double blind pada pasien remaja dan dewasa, efek samping

utama dilaporkan setelah penggunaan asam lemak omega-3 dalam waktu

8-12 minggu masalah yang ditemui sehubungan gastrointestinal, dan

ternyata dianggap ringan dan tidak signifikan secara klinis. Untuk

meminimalkan gangguan gastrointestinal terkait penggunaan

asam lemak omega-3, pasien dianjurkan meminumnya setelah makan.16

13

Universitas Sumatera Utara

14

Metabolic Pathway Asam pada Omega-3

Dikutip dari: Collins JJ. Omega-3 Essensial Fatty Acid. Recent Health and

nutrition Information from Douglas Laboratories, may 2010.

2.2.2. Hubungan omega-3 dan skizofrenia

Hubungan antara skizofrenia dan asam lemak omega-3 telah

menarik perhatian sejak akhir tahun 1980. Christensen dkk melaporkan

bahwa dengan konsumsi tinggi makanan laut cenderung dikaitkan dengan

perbaikan gejala dari skizofrenia. Menurut Peet dkk, tahun 1995, penderita

skizofrenia menunjukkan adanya penurunan secara signifikan kadar EPA

dan / atau DHA dalam sel darah merah. Glen dkk tahun 1994 melaporkan

14

Universitas Sumatera Utara

15

bahwa pada pasien skizofrenia predominannya simtom negatif

menunjukkan tingkat EPA dan DHA yang lebih rendah pada sel darah

merah.5

Pada studi Glen dkk pada tahun 1994 melaporkan bahwa pada

skizofrenia DGLA, EPA, AA, dan DHA hilang secara berlebihan dari

membran sel, terutama posisi Sn2 dari fosfolipid. Hal ini mungkin

disebabkan oleh satu atau lebih dari enzim A2 fosfolipase yang

menghilangkan EFA dari posisi Sn2. Kemungkinan lain menurut Horrobin

dkk tahun1998 adalah disebabkan oleh aksi berurutan dari fosfolipase C

dan lipase DAG. Hal tersebut disebabkan oleh hiperaktif enzim fosfolipase

C dan lipase DAG, mungkin merupakan akibat dari perubahan aktivitas

reseptor neurotransmiter.5

2.2.2.1. Omega-3 pada fungsi otak

Asam lemak omega-3 memiliki beberapa peran penting dalam

fungsi otak. Sebagai komponen utama sel saraf membran fosfolipid, asam

lemak omega-3 mengatur sifat membran seperti fluiditas, fleksibilitas,

permeabilitas, dan modulasi membrane-bound proteins. Memiliki kontrol

terhadap membran, omega-3 PUFAs juga mengatur kecepatan transduksi

signal dengan mempengaruhi sintesis neurotransmitter, pelepasan, dan

proses reuptake. DHA juga penting dalam neurogenesis dan sintesis

fosfolipid. Selanjutnya, asam lemak omega-3 sebagai prekursor untuk

hormon yang disebut eicosanoids. Eicosanoids dapat diperoleh dari

omega-6 dan omega-3 PUFAs, asam lemak omega-6 berfungsi sebagai

pro-inflamasi, sementara asam lemak omega-3 memiliki efek anti

15

Universitas Sumatera Utara

16

inflamasi. Sebagai agen anti inflamasi, eicosanoids ini memiliki efek pada

vaskulatur, termasuk peningkatan darah aliran, peningkatan kadar

antioksidan, penurunan tingkat peroksida, dan penurunan kerusakan

iskemik. Peran protektif asam lemak omega-3 melawan penuaan otak

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: neural dan serebrovaskular.3

A. Mekanisme Neural

Konsumsi asam lemak omega-3 dilibatkan mencegah jalur

neurodegeneratif di otak melalui berbagai perannya termasuk

neurogenesis, regulasi neurotransmisi, reduksi produksi amiloid-β, dan

peningkatan kadar dari brain-derived neurotrophic factor (BDNF).3

Neurogenesis

Karena kandungan DHA yang tinggi pada membran saraf, omega-3

memberikan kontrol terhadap produksi baru neuron, atau neurogenesis.

Studi Ikemoto dkk pada tahun 2000, pada hewan model telah

menunjukkan bahwa konsumsi omega-3 PUFAs mengarah ke

pertumbuhan saraf hipocampal meningkat. Penelitian lain telah

mengamati penurunan berarti ukuran sel tubuh neuron di hipokampus,

hipotalamus, dan parietal korteks. Selanjutnya, DHA telah terlibat dalam

meningkatkan diferensiasi stem sel saraf melalui regulasi sintesis

phosphatidylserine, yang berperan penting dalam apoptosis. Sebagai ligan

untuk peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR), sebagai faktor

transkripsi sel , asam lemak omega-3 mengatur transkripsi gen yang

terkait dengan proliferasi stem sel punc. DHA juga merupakan ligan

terhadap retinoic X receptor(RXR). RXR dan reseptornya, retinoic acid

16

Universitas Sumatera Utara

17

receptor(RAR) sangat diekspresikan dalam hippokampus. Jalur signal

RAR-RXR menyebabkan beberapa efek termasuk perubahan plastisitas

sinaptik, penyatuan membran, transduksi signal, pembentukan saluran

ion, dan neurogenesis.3

Neurotransmiter

Asam lemak omega-3 PUFAs terlibat dalam menjaga

keseimbangan sistem neurotransmitter di otak. Beberapa Penelitian

berbasis hewan telah mengkonfirmasi bahwa kekurangan asam lemak

omega-3 selama perkembangan mengakibatkan gangguan transmisi

dopaminergik, serotonergik, dan kolinergik. Efek omega-3. PUFAs adalah

pleiotropik, mengakibatkan perubahan dalam sintesis neurotransmitter,

pelepasan, dan reuptake.3

Efek omega-3 pada sistem dopamin

Penelitian selama dekade terakhir telah menunjukkan bahwa

perubahan asam lemak omega-3 secara kuantitatif dalam tubuh

mempengaruhi perubahan kuantitatif dalam konsentrasi dopamin dan

jumlah reseptor dopamin (D2) diotak, efeknya berbeda antara jaras

dopamin di mesokorteks dan jaras dopamin di mesolimbik, dan secara

kinetik dopamin dipengaruhi oleh perubahan jumlah asam lemak omega-3

dan aktivitas dopaminergik diamati pada skizofrenia. Asam lemak omega-

3 tidak mempengaruhi jumlah reseptor D1.3,5

Pada percobaan hewan tikus yang dilakukan oleh Zimmer dkk pada

tahun 2000, bahwa dengan diet yang kurang asam lemak omega-3 pada

lobus frontal tikus dijumpai menyebabkan penurunan asam lemak omega-

3, jumlah dopamin pada presinaptik berkurang dan metabolisme basal

17

Universitas Sumatera Utara

18

dopamin meningkat. Beberapa mekanisme yang mungkin dapat

menjelaskan penurunan jumlah dopamin telah dinyatakan oleh Zimmer

dkk, salah satunya adalah, adanya perubahan metabolisme dan siklus

yang terjadi. Sesuai dengan studi Yoshida dkk pada tahun 1997,

perubahan morfologis pada enzim setelah kekurangan asam lemak

omega-3 dapat menyebabkan perubahan pada proses recovery pada

vesikula setelah pelepasan dopamin. Kedua adalah kemungkinan

perubahan fisiologis karakteristik membran neuronal. Asupan makanan

asam lemak omega-3 yang menurun menyebabkan perubahan pada

lapisan ganda membran sel fosfolipid, sehingga terjadi penurunan fluiditas

membran sinaptik. Hal ini mengakibatkan viskositas membran dopamin.5

Perubahan pada konsentrasi dopamin dan reseptor D2 dapat

terjadi, dimana defisiensi asam lemak omega-3 memberikan efek

berlawanan dari dopamin pada frontal dan limbik sistem, dapat

dihipotesiskan sebagai berikut: dopamin dan reseptor D2 menurun pada

lobus frontal akibat defisiensi asam lemak omega-3. Hal ini menyebabkan

pengurangan pada penekanan inti kaudatus lobus frontal, dan konsentrasi

dopamin di kaudatus nukleus meningkat. Presinaptik membran merespon

peningkatan konsentrasi dopamin ini, dan meningkatkan density reseptor

D2.5

Selanjutnya pada studi yang dilakukan Zimmer dkk pada tahun

2002, dengan melakukan pemeriksaan in situ hybridization, menunjukkan

bahwa ekspresi mRNA reseptor D2 adalah 32% lebih rendah pada lobus

frontal dan 19% lebih tinggi pada nukleus kaudatus pada kelompok

kekurangan asam lemak omega-3 dibanding kelompok kontrol. Ini

18

Universitas Sumatera Utara

19

menunjukkan aktivasi jaras dopaminergik di mesolimbik dan inaktivasi

lebih lanjut dari jaras dopaminergik di mesokortikal pada kelompok

kekurangan asam lemak omega-3. Hasil ini menunjukkan bahwa

perubahan kandungan lemak dalam asupan makanan tidak hanya

mempengaruhi komposisi lemak pada sel serebral.5

Pada skizofrenia, disfungsi fosfolipase A2 dan enzim lainnya yang

disebabkan oleh penurunan polyunsaturated fatty acids secara berlebihan

dari posisi Sn2 pada membran sel fosfolipid dan penurunan konsentrasi

polyunsaturated fatty acids dalam tubuh dan otak. Dengan penurunan

konsentrasi asam lemak omega-3, jumlah dopamin, konsentrasi dopamin,

dan Jumlah reseptor D2 menurun pada presinaptik prefrontal. Penurunan

fungsi dopamin sistem pada prefrontal menyebabkan simtom negatif dan

gangguan kognitif. Demikian juga penekanan dopamin pada subkortikal

karena adanya penurunan pada prefrontal, sehingga konsentrasi dopamin

dan jumlah reseptor D2 dalam tubuh meningkat. Peningkatan aktivitas

dopamin pada subkortikal dan limbik sistem menimbulkan simtom positif.5

Pengurangan Produksi Amyloid-β

Amyloid-β adalah peptida yang berasal dari amyloid precursor protein

(APP) dan membentuk plak amiloid. yang merupakan penanda penyakit

Alzheimer di otak dan diyakini sebagai pelaku utama dalam memulai

rangsangan patologis penyakit ini. DHA mengurangi amyloid-β melalui

beberapa mekanisme. Studi telah menunjukkan bahwa suplemen DHA

pada tikus transgenik APPLE Tg2576 menghasilkan pengurangan dosis

yang bergantung pada amyloid total pada hippocampal dan parietal

korteks, amyloid-β pathology dan kerusakan saraf yang terkait dengan

19

Universitas Sumatera Utara

20

amyloid-β plaques. Pada studi Green dkk tahun 2007, melaporkan bahwa

suplementasi DHA mengurangi amyloid-β dan tau pathology pada tikus

yang mengangkut tiga transgen mutan (App, Ps1, Tau) terkait dengan

patologi penyakit Alzheimer.3

Meningkatkan Brain-derived neurotrophic factor (BDNF)

Brain-derived neurotrophic factor mendukung kelangsungan hidup

neuron dan mendorong pertumbuhan dan diferensiasi neuron baru. BDNF

merupakan neurotropin yang banyak dijumpai pada hipokampus dan

korteks serebral dan memegang peran penting dalam mekanisme

plastisitas neuron. Pada studi Cole dkk tahun 2010, DHA meningkatkan

tingkat BDNF otak yang memiliki peran protektif terhadap produksi

amiloid-β.3

B. Mekanisme Vaskular

Peradangan sistemik kronis telah dikaitkan dengan gangguan kognitif.

Peradangan ini merangsang produksi sitokin inflamasi, seperti interleukin

1β (IL-1β ), IL-6, dan IL-18 yang mengganggu neurogenesis dan

kerusakan neuron yang ada. Sebuah studi meta analisis yang dilakukan

oleh Potvin dkk pada tahun 2008 dari 62 studi pada 2298 orang dengan

skizofrenia dan 1858 kontrol melaporkan adanya ketidak seimbangan

sitokin pada skizofrenia. Pada studi yang dilakukan oleh Monji dkk tahun

2009, melaporkan bahwa IL-1b, IL-6, dan perubahan pada growth factor-

beta (TGF-b) meningkat secara signifikan yang merupakan biomarker

pada pasien episode pertama dan pasien yang kambuh pada fase akut.

Meisenzahl dkk pada tahun 2001 melaporkan bahwa terdapat hubungan

antara hilangnya volume otak dan peningkatan produksi penanda

20

Universitas Sumatera Utara

21

imunologi, seperti IL-1. Demikian pula Garver dkk pada tahun 2003

melaporkan bahwa terdapat perubahan morfologis volume otak dan

peningkatan kadar IL-6 di Cerebrospinal fluid (CSF) pada skizofrenia.3

Asam lemak omega-3 meningkatkan kesehatan serebrovaskular

melalui efek anti inflamasi yang dimediasi melalui turunannya yaitu

eicosanoid. Konsumsi dari diet dengan rasio omega-3 dan omega-6 yang

lebih tinggi telah dikaitkan dengan hasil yang bermanfaat termasuk

penurunan trombosis, penurunan tekanan darah, dan menurunkan kadar

trigliserida serum. Peradangan sistemik kronis telah dikaitkan dengan

gangguan kognitif. Ini merangsang produksi sitokin inflamasi, seperti IL-1β,

IL-6, dan IL-18, yang mengganggu neurogenesis dan kerusakan neuron

yang ada. Konsumsi asam lemak omega-6 meningkatkan produksi

eicosanoids yang merupakan pro-inflamasi yang sangat kuat. Asam lemak

omega-3 mengurangi peradangan melalui kompetisi dengan asam lemak

omega-6 dalam penggabungan fosfolipid di otak dan akses terhadap

enzim cyclooxygenase dan lipoxygenase yang dibutuhkan untuk sintesis

produk eicosanoid yang kurang kuat. Kehadiran EPA meningkatkan

sintesis secara signifikan eicosanoid yang kurang kuat. Penelitian terbaru

juga menyarankan agar DHA menghambat gen pro-inflamasi di otak

melalui aktivitas antioksidan. Studi Pada model hewan menunjukkan

bahwa DHA melindungi melawan kerusakan peroksidatif radikal bebas

lipid dan protein di otak.3

Efek anti-trombotik omega-3 PUFAs juga dimediasi oleh kompetisi

antara omega-6 dan omega-3 dalam memproduksi eicosanoid. Asam

lemak omega-6 melakukan vasokonstriksi untuk memproduksi eicosanoid,

21

Universitas Sumatera Utara

22

thromboxane A2 ( TXA2) yang merupakan simulator yang kuat pada

agregasi platelet. Studi eksperimental secara in vitro dan pada manusia

menunjukkan hal tersebut dimana turunan omega-3 PUFAs seperti EPA

dan DHA mengurangi agregasi platelet, dengan mengurangi pembentukan

TXA2. Asam lemak omega-3 juga menghasilkan TXA3, yang memiliki efek

agregasi yang jauh lebih lemah daripada TXA2. Lebih lanjut, Asam lemak

omega-3 dapat dimetabolisme menjadi anti trombotik eicosanoid,

prostaglandin I3.3

Eicosanoids yang berasal dari asam lemak omega-3 menyebabkan

vasodilatasi dan menghambat vasokonstriksi yang diinduksi oleh

eicosanoid asam lemak omega-6. Peningkatan kadar omega-3

berhubungan dengan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

Penelitian telah menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 Suplementasi

menghasilkan tekanan darah rendah pada populasi dengan tekanan darah

normal dan juga pada orang dengan hipertensi, meskipun tidak semuanya

studi hasilnya demikian. Perbedaan ini dapat terkait dengan efikasi

suplementasi yang berbeda pada populasi dengan tingkat hipertensi.3

Peningkatan kadar triacylglycerols (trigliserida) adalah faktor risiko

untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. Asam lemak omega-3 PUFA

telah ada terbukti menurunkan konsentrasi triasil gliserol darah, dengan

mengurangi trigliserida sintesis. Studi oleh Harris dkk tahun 2007

melaporkan bahwa penurunan kadar omega-3 telah dikaitkan dengan

peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Mekanisme dimana asam

lemak omega-3 asam memiliki efek menurunkan trigliserida belum jelas.

Dalam hal ini termasuk pengurangan ketersediaan substrat untuk

22

Universitas Sumatera Utara

23

trigliserida sintesis, peningkatan sintesis fosfolipid, atau perubahan

aktivitas enzim yang terlibat dalam sintesis trigliserida. Studi metaanalisis

oleh Harris dkk pada tahun 200 mengemukakan bahwa pada percobaan

dengan model tikus paling konsisten mendukung hipotesis tersebut bahwa

penurunan lemak merupakan hasil dari menurunnya ketersediaan

substrat, meskipun studi klinis lebih lanjut diperlukan untuk

mengkonfirmasi efek ini pada manusia.3

2.3. Risperidon

Risperidon sintetis menjadi fokus produksi perusahaan obat sejak

tahun 1984 karena risperidon bersifat antagonis yang kuat pada reseptor

D2 dan 5-HT2. Kemudian beberapa studi telah menunjukkan keamanan

dan efikasi risperidon sehingga risperidon telah mendapat persetujuan

sebagai obat antipsikotik di Amerika Serikat pada tahun 1994. Risperidon

merupakan obat antipsikotik generasi kedua yang telah disetujui dalam

pengobatan setelah clozapin. Dimana clozapin diberikan pada pasien

dengan respons yang buruk terhadap pengobatan dengan antipsikotik,

risperidon merupakan antipsikotik lini pertama yang diberikan secara luas

pada pasien dengan gangguan psikotik.17

Risperidon merupakan turunan dari benzisoxazole. Risperidon

mempunyai bioavailabilitas 70%, dan studi menunjukkan bahwa semua

bentuk oral risperidone adalah bioekuivalen. Risperidon dimetabolisme di

hati menjadi 9-hydroxy risperidone (paliperidone), dimana secara umum

mempunyai profil farmakologis yang sama dengan senyawa utama.

Setelah dikonsumsi, kadar plasma puncak senyawa utama terjadi dalam 1

jam dan dalam waktu 3 jam menjadi 9-OH-risperidone. Steady state

23

Universitas Sumatera Utara

24

diharapkan akan dicapai dengan 5 hari. Makanan tidak mempengaruhi

nilainya atau diabsorbsi secara luas diusus.17

Secara khusus risperidon memiliki keseimbangan yang unik dari

serotonin dan dopamin antagonis yaitu bahwa afinitasnya terhadap

serotonin 5-HT2A reseptor secara signifikan lebih besar daripada

afinitasnya terhadap D2 reseptor. Risperidon telah terbukti memiliki efek

terhadap simtom positif dan simtom negatif dari skizofrenia. Risperidon

telah digunakan pada banyak penellitian untuk menilai keamanan,

keefektifan, toleransi dan kepuasan pasien dan mendapat hasil yang

positif. Risperidone secara luas digunakan baik untuk pengobatan fase

akut maupun maintenance. Pada pengobatan simtom negatif risperidon

memiliki hasil yang lebih baik dibanding dengan antipsikotik generasi

pertama. Risperidon memiliki risiko terjadinya hiperprolaktinemia lebih

tinggi dibandingkan dengan antipsikotik generasi pertama, tetapi memiliki

efek samping metabolik yang lebih rendah dibandingkan dengan obat

antipsikotik generasi kedua lainnya.18

2.4. Kognitif pada skizofrenia

Gangguan kognitif sering terjadi pada skizofrenia, yang

mempengaruhi hingga 75% pasien dan hanya 27% dari pasien dengan

skizofrenia yang diklasifikasikan sebagai neuropsychopathologically

"normal". Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kognitif pada pasien

skizofrenik secara signifikan adalah normal.19

Gangguan kognitif sering terjadi sebelum timbulnya diagnosis

skizofrenia. Berbagai fungsi kognitif yang terpengaruh terutama memori,

perhatian, keterampilan motorik, fungsi eksekutif dan kecerdasan.

24

Universitas Sumatera Utara

25

Penurunan nilai kognitif juga mempengaruhi fungsi sosial dan hasil

fungsional.19

Korteks prefrontal memainkan peran yang dominan dalam kehidupan

psikis manusia, karena mengintegrasikan informasi yang datang langsung

dari daerah limbik, neokorteks, batang otak serta hipotalamus dan secara

tidak langsung melalui thalamus dari hampir semua daerah otak, sehingga

disfungsional pada bagian tertentu dari struktural dan / atau perubahan

fungsional dalam hal ini bagian dari central nervus systems (CNS)

mempengaruhi kuantitatif dan kualitatif gangguan kesadaran, perencanaan,

pelaksanaan tindakan, kuantitatif dan kualitatif

gangguan penglihatan, konsentrasi, berbicara, emosi dan afek.19

2.4.1. Domain Fungsi kognitif pada penderita skizofrenia

1. Atensi/ Kewaspadaan

Kewaspadaan mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan

perhatian dari waktu ke waktu. Gangguan di kewaspadaan dapat

mengakibatkan kesulitan mengikuti percakapan sosial dan

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk penting mengenai fungsi

pengobatan, terapi, atau bekerja. kegiatan sederhana seperti membaca

atau menonton televisi dapat menjadi berat atau tidak memungkinkan.

Ulasan literatur telah menyarankan bahwa defisit kewaspadaan pada

pasien dengan skizofrenia terkait dengan berbagai aspek outcome,

termasuk defisit sosial, fungsi komunitas, dan keterampilan akuisisi.20

2. Pembelajaran verbal dan memori

Fungsi memori verbal tidak terbatas pada kemampuan

berhubungan dengan mempelajari informasi baru, mempertahankan

25

Universitas Sumatera Utara

26

informasi yang baru dipelajari dari waktu ke waktu, dan mengenali

materi yang disampaikan sebelumnya. Pasien dengan skizofrenia tidak

hanya terganggu pada kemampuan mereka untuk segera mengingat

materi verbal, dibandingkan dengan kontrol mereka juga terganggu

pada kemampuan mereka untuk belajar dari waktu ke waktu. Pasien

juga mengalami gangguan dalam mengingat materi yang secara verbal

lebih menarik, seperti cerita. Bukti empiris banyak menunjuk hubungan

dari gangguan memori verbal dengan defisit sosial dan pekerjaan pada

pasien skizofrenia.20

3. Pembelajaran visual dan memori

Karena informasi visual tidak mudah dinyatakan sebagai informasi

verbal, hanya sedikit tes yang sensitif terhadap penurunan ini yang

berkembang, dan fungsi neurokognitif secara umum telah ditemukan

tidak mengalami penurunan nilai sebagai memori verbal. memori visual

telah ditemukan berkorelasi sederhana dengan status pekerjaan,

kepemilikan pekerjaan, keberhasilan rehabilitasi psikososial, fungsi

sosial, kualitas hidup, dan dengan kapasitas fungsional. Penelitian lain

melaporkan tidak ada korelasi yang signifikan.20

4. Penalaran dan pemecahan masalah

Meskipun ada banyak tes penalaran dan pemecahan masalah, juga

dijelaskan dalam beberapa konteks sebagai fungsi eksekutif, paling

terkenal dan sering digunakan dalam penelitian skizofrenia adalah the

Wisconsin Card Sorting Test (WCST). Pasien dengan skizofrenia yang

mengalami penurunan nilai pada langkah-langkah penalaran dan

26

Universitas Sumatera Utara

27

pemecahan masalah sering mengalami kesulitan beradaptasi dengan

dunia yang berubah dengan cepat di sekitar mereka.20

5. Kecepatan memproses

Banyak tes neurokognitif membutuhkan subyek untuk memproses

informasi dengan cepat dan dapat dikompromikan oleh gangguan

dalam kecepatan pemrosesan. Sebuah contoh standar jenis tugas

adalah Wechsler Adult Intelligence Scale Digit Symbol Test. Setiap

angka (1 sampai 9) dikaitkan dengan simbol sederhana yang berbeda.

Relevansi defisit ini jelas ditunjukkan oleh efek dari berkurangnya

kecepatan pemrosesan pada kemampuan beberapa pasien skizofrenia

untuk tetap pada langkah dengan pekerjaan berorientasi tugas yang

sering dipegang oleh pasien dengan skizofrenia. Selain itu, peningkatan

latency respon dalam pengaturan sosial dapat menghambat hubungan

sosial.20

6. Kefasihan verbal

Kebanyakan penilaian neurokognitif dalam studi pengobatan

skizofrenia telah mencantumkan penilaian kefasihan lisan sebagai

domain yang terpisah dari fungsi. pasien skizofrenia tidak hanya

menghasilkan kata-kata yang lebih sedikit dibandingkan kontrol normal,

tetapi mereka sering menghasilkan contoh yang tidak pantas, seperti

kata-kata yang bukan hewan. gangguan kefasihan lisan dapat merusak

fungsi dalam sosial dengan membuat komunikasi sulit dan canggung.20

7. Memori segera atau memori kerja

Memori segera mengacu pada kemampuan untuk memiliki

keterbatasan informasi secara langsung untuk jangka waktu singkat

27

Universitas Sumatera Utara

28

(biasanya beberapa detik). Mengulangi serangkaian angka (angka ke

depan) adalah contoh dari memori langsung. memori kerja identik

dengan memori segera, sedangkan yang lain menggambarkan bahwa

itu harus membutuhkan beberapa manipulasi informasi yang sedang

diadakan secara langsung. Misalnya, mengulangi serangkaian angka

dalam urutan terbalik dari yang mereka disajikan (angka belakang)

membutuhkan manipulasi aktif karena kebutuhan informasi untuk

menjadi diselenggarakan secara langsung dan kemudian kemudian

mengatur kembali. defisit memori kerja pada skizofrenia berasal dari

korelasi yang kuat bahwa tindakan memori kerja memiliki dengan

berbagai domain neurokognitif terganggu lainnya dalam skizofrenia,

seperti perhatian, perencanaan, memori, dan kecerdasan. Secara kerja

neuroanatomi fungsi memori pada primata manusia dan bukan manusia

menambah pemahaman kita tentang gangguan dalam memori kerja di

skizofrenia. neuroanatomikal kerja ini telah menyarankan bahwa sirkuit

saraf yang meliputi daerah korteks prefrontal memediasi aspek fungsi

memori kerja, dan bahwa sirkuit ini mungkin terganggu dalam

skizofrenia.20

8. Kognisi sosial

Tes sosial persepsi isyarat menggunakan rangsangan yang lebih

dinamis yang memerlukan beberapa modalitas sensorik, seperti menonton

rekaman video orang berinteraksi. Pasien dengan skizofrenia

menunjukkan gangguan konsisten pada tugas-tugas ini. Secara khusus,

mereka memiliki lebih banyak kesulitan membedakan tujuan dan niat

individu lain dari apa yang mereka kenakan atau katakan.Meskipun

28

Universitas Sumatera Utara

29

berbagai laporan telah menggambarkan hubungan yang kuat antara

gangguan neurokognitif umum dan defisit sosial dalam skizofrenia, ada

bukti yang berkembang bahwa kognisi sosial berhubungan dengan

gangguan sosial pada skizofrenia, bahkan setelah mengendalikan kinerja

pada tugas-tugas neurokognitif.20

2.5. Montreal Cognitive Assessment (MoCA)

Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dirancang sebagai

instrumen skrining cepat untuk disfungsi kognitif ringan. Hal menilai

domain kognitif yang berbeda: perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif,

memori, bahasa, keterampilan visuoconstructional, pemikiran konseptual,

perhitungan, dan orientasi. Waktu untuk mengelola Moca adalah sekitar

10 menit. Total skor adalah 30 poin; skor 26 atau di atas dianggap

normal.21,22

MoCA berguna untuk mendeteksi penurunan kognitif ringan dalam

berbagai kondisi termasuk penyakit Alzheimer, Vascular Cognitive

Impairment, penyakit Parkinson, Lewy body, Fronto-temporal dementia,

multiple sclerosis, penyakit Huntington, tumor otak, ALS, sleep apnea,

gagal jantung, penyalahgunaan zat, skizofrenia, HIV, dan trauma

kepala.21,22

Spesifitas MoCA untuk mengekslusi kontrol normal cukup baik yaitu

87% dan sensitivitas dari Moca telah diperkirakan sangat baik yaitu 90%

untuk mendeteksi gangguan kognitif ringan, dan jauh lebih sensitifitas

daripada MMSE.23

Di Indonesia. MoCA telah divalidasi ke dalam bahasa

Indonesia oleh Husein dan kawan-kawan pada tahun 2009 dan disebut

sebagai MoCA-Ina.2

29

Universitas Sumatera Utara

30

2.6. Kerangka Teori

↓Omega-3 Fatty Acid

Cell Membrane

Disfungsi phosfolipase A2

Lobus Prefrontal

↓Dopamin

Mesolimbik Sistem

↑Dopamin

Simtom negatif

Disfungsi Kognitif

Simtom Positif

Skizofrenia

Gambar 1. Kerangka Teori

Dikutip dari: Ohara K. The n-3 polyunsaturated fatty acid/dopamine hypothesis of

schizophrenia. Progress in Neuro-Psychopharmacology& Biological Psychiatry

31 (2007) 469-474. Elsevier Inc; 2006

30

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep

Kelompok Intervensi

Baseline Antipsikotik

Skor MoCA-INA

dan Omega-3

Kelompok Kontrol

Baseline Antipsikotik

Skor MoCA-INA

Variabel bebas Variabel

tergantung

Gambar 2. Kerangka Konsep

31

31

Akhir

Penelitian

Skor MoCA- INA

Akhir Penelitian

Skor MoCA-INA

Variabel tergantung

Universitas Sumatera Utara

32

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre-post test design

experimental non randomized kelompok kontrol dan kelompok intervensi

penambahan pengobatan dengan Omega-3, yaitu dengan

membandingkan dua kelompok.

1. Pada kelompok I: kelompok pasien yang mendapat pengobatan

risperidon dengan penambahan omega-3.

2. Pada kelompok II: kelompok pasien yang hanya mendapat

pengobatan risperidon.

3.2.Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian : Instalasi rawat inap BLUD RSJ. Prof.Dr.

M.Ildrem Propinsi Sumatera Utara.

2. Waktu Penelitian : 24 Agustus 2017- 7 Maret 2018

3.3.Populasi dan sampel penelitian

Populasi target : Laki-laki dengan skizofrenia

Populasi terjangkau : Laki-laki dengan skizofrenia yang

dirawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi

Sumatera Utara periode 24 Agustus 2017- 7 Maret 2018

Sampel penelitian : Laki-laki dengan skizofrenia yang

dirawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi

Sumatera Utara periode 24 Agustus 2017- 7 Maret 2018 yang

memenuhi kriteria inklusi.

32

Universitas Sumatera Utara

33

Cara pengambilan subjek: dengan non probability sampling jenis

consecutive sampling.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

1. Laki-laki dengan skizofrenia yang didiagnosis berdasarkan PPDGJ

III.

2. Berusia 20-45 tahun.

3. Skor PANSS berkisar antara 60-80

4. Lama sakit 5-10 tahun

5. Telah memasuki fase stabilisasi dengan menggunakan obat

antipsikotik

6. Berdomisili dikota Medan

7. Indeks massa tubuh dalam batas normal

8. Pendidikan terakhir minimal SMP

9. Kooperatif dan bersedia ikut dalam penelitian

Kriteria eksklusi :

1. Memiliki gangguan medik umum dan atau komorbiditas lainnya

2. Riwayat penggunaan zat (kecuali kafein dan nikotin)

3. Riwayat pemakaian suplemen omega-3 selama ± 3 bulan

sebelumnya

3.5. Perkiraan Besar Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di

Indonesia khususnya di Sumatera Utara yang meneliti perbedaan skor

MoCA-INA antara laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3, dan yang hanya mendapat risperidon.

33

Universitas Sumatera Utara

34

Oleh sebab itu, untuk mengetahui besar sampel dilakukan penelitian

pendahuluan pada 24 Agustus 2017- 27 November 2017 dengan merekrut

10 subjek yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3 dan

10 subjek hanya mendapat risperidon kemudian dilakukan prosedur

penelitian dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.1. Skor MoCA-INA pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3

rerata ± s.b

Skor MoCA-INA mgg 0 19,70 ± 1,889

Skor MoCA-INA akhir mgg XII 21,50 ± 1,581

Selisih skor MoCA-INA 1,80 ± 0,422

Tabel 3.2. Skor MoCA-INA pada kelompok yang hanya mendapat

risperidon

rerata ± s.b

Skor MoCA-INA mgg 0 18,90 ± 1,449

Skor MoCA-INA akhir mgg XII 20,00 ± 1,563

Selisih Skor MoCA-INA 1,10 ± 0,316

3.5.1 Besar sampel yang diperkirakan untuk mengetahui perbedaan

skor MoCA-INA antara laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon pada akhir minggu XII

Sebelumnya dihitung simpang baku gabungan dengan menggunakan

rumus:

Sg 2 = S1

2 (n1 - 1) + S2

2 (n2 - 1)

n1 + n2 - 2

34

Universitas Sumatera Utara

35

KETERANGAN

Sg = Simpang baku gabungan

(Sg)2

= Varian gabungan

S1 = Simpang baku kelompok 1 pada studi pendahuluan

= Simpang baku skor MoCA-INA kelompok yang mendapat

pengobatan risperidon dengan penambahan omega-3 akhir

minggu XII pada studi pendahuluan = 1,581

n1 = Besar sampel kelompok 1 pada studi pendahuluan

= Besar kelompok yang mendapat pengobatan risperidon dengan

penambahan omega-3 pada studi pendahuluan = 10

S2 = Simpang baku kelompok 2 pada studi pendahuluan

= Simpang baku skor MoCA-INA kelompok yang hanya mendapat

pengobatan risperidon akhir minggu XII pada studi pendahuluan

= 1,563

n2 = Besar sampel kelompok 2 pada studi pendahuluan

= Besar kelompok yang hanya mendapat pengobatan risperidon

pada studi pendahuluan = 10

Dari rumus maka diperoleh hasil sebagai berikut:

(Sg)2

= S12 (n1 - 1) + S2

2 (n2 - 1)

n1 + n2 - 2

(Sg)2 = (1,581

2 (10-1)+ 1,563

2(10-1)

10+10-2

35

Universitas Sumatera Utara

36

Sg2 = 2,499 (9)+ 2,442 (9)

18

Sg2 = 22,491 + 21,978

18

Sg2 = 44,469 = 2,470

18

Sg = √2,470 = 1,571

Untuk jumlah besar sampel didapatkan:

n1 = n2 = 2 ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 = Besar sampel kelompok yang mendapatkan pengobatan

risperidon dengan penambahan omega-3

n2 = Besar sampel kelompok yang hanya mendapatkan pengobatan

dengan risperidon

Zα = Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96

(hipotesis dua arah )

Zβ = Kesalahan tipe II (β) ditetapkan sebesar 10%, sehingga Zβ = 1,28

S = Simpang baku gabungan = 1,571

X1-X2 = Perbedaan rerata diantara dua kelompok yang dianggap

bermakna = 1,50

n1 = n2 = 2 ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 = n2 = 2 (1,96 +1,28) 1,571 2

1,50

36

Universitas Sumatera Utara

37

, = 2

,

= 2 (3,393)2

= 2 (11,512)

= 23,024 → 24

3.5.2. Besar sampel yang diperkirakan untuk mengetahui perubahan

skor MoCA-INA pada laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3, dan yang hanya mendapat

risperidon pada akhir minggu XII:

Sebelumnya dihitung simpang baku gabungan dengan menggunakan

rumus: Sg 2 = S1

2 (n 1 - 1) + S 2

2 (n 2 - 1)

n1 + n2 - 2

KETERANGAN

Sg = Simpang baku gabungan

(Sg)2

= Varian gabungan

S1 = Simpang baku selisih kelompok 1 pada studi pendahuluan

= Simpang baku selisih skor MoCA-INA kelompok yang mendapat

pengobatan risperidon dengan penambahan omega-3 pada studi

pendahuluan = 0,422

n1 = Besar sampel kelompok 1 pada studi pendahuluan

= Besar kelompok yang mendapat pengobatan risperidon dengan

penambahan omega-3 pada studi pendahuluan = 10

S2 = Simpang baku selisih kelompok 2 pada studi pendahuluan

37

Universitas Sumatera Utara

38

= Simpang baku selisih skor MoCA-INA kelompok yang hanya

mendapat pengobatan risperidon pada studi pendahuluan =

0,316

n2 = Besar sampel kelompok 2 pada studi pendahuluan

= Besar kelompok yang hanya mendapat pengobatan risperidon

pada studi pendahuluan = 10

Dari rumus maka diperoleh hasil sebagai berikut:

(Sg)2 = S1

2 (n1 - 1) + S2

2 (n2 - 1)

n1 + n2 - 2

(Sg)2 = (0,422

2 (10-1)+ 0,316

2 (10-1)

10+10-2

Sg2 = 0,178 (9)+ 0,099 (9)

18

Sg2 = 1,602 + 0,891

18

Sg2 = 2,493 = 0,1385

18

Sg = √0,1385 = 0,372

Untuk jumlah besar sampel didapatkan:

n1 = n2 = 2 ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 =Besar sampel kelompok yang mendapatkan pengobatan

risperidon dengan penambahan omega-3

38

Universitas Sumatera Utara

39

n2 = Besar sampel kelompok yang hanya mendapatkan pengobatan

dengan risperidon

Zα = Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96

(hipotesis dua arah )

Zβ = Kesalahan tipe II (β) ditetapkan sebesar 10%, sehingga Zβ = 1,28

S = Simpang baku gabungan = 0,372

X1-X2 = Perbedaan rerata diantara dua kelompok yang dianggap

bermakna =0,7

n1 = n2 = 2 ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 = n2 = 2 (1,96 +1,28) 0,372 2

0,7

= 2

,

,

= 2 (1,721)2

= 2 (2,961)

= 5,922 → 6

3.5.3. Besar sampel yang diperkirakan untuk mengetahui perbedaan

skor MoCA-INA pada laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3, pada saat awal sebelum

diberikan intervensi dan pada akhir minggu XII:

n1 = n2 = ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

39

Universitas Sumatera Utara

40

Keterangan :

Zα = Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96

(hipotesis dua arah)

Zβ = Kesalahan tipe II (β) ditetapkan sebesar 10%, sehingga Zβ = 1,28

X1 - X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1,80

S = simpang baku dari selisih nilai antar kelompok

=simpang baku pada kelompok berpasangan adalah simpang baku

selisih dari kelompok yang mendapat pengobatan risperidon

dengan penambahan omega-3 pada awal (baseline) dan akhir

minggu XII pada studi pendahuluan = 0,422

n1 = n2 = ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 = n2 = ( 1,96 + 1,28 ) 0,422 2

1,80

n1 = n2 = (0,759)2

n1 = n2 = 0,576 → 1

3.5.4. Besar sampel yang diperkirakan untuk mengetahui perbedaan

skor MoCA-INA pada laki-laki dengan skizofrenia yang hanya

mendapat risperidon pada saat awal sebelum diberikan intervensi

dan pada akhir minggu XII:

n1 = n2 = ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

40

Universitas Sumatera Utara

41

Keterangan :

Zα = Kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96

(hipotesis dua arah)

Zβ = Kesalahan tipe II (β) ditetapkan sebesar 10%, sehingga Zβ = 1,28

X1 - X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1,10

S = simpang baku dari selisih nilai antar kelompok

=simpang baku pada kelompok berpasangan adalah simpang baku

selisih dari kelompok yang mendapat pengobatan risperidon pada

awal (baseline) dan akhir minggu XII pada studi pendahuluan =

0,316

n1 = n2 = ( Zα + Zβ ) S 2

X1 - X2

n1 = n2 = ( 1,96 + 1,28 ) 0,316 2

1,10

n1 = n2 = (0,930)2

n1 = n2 = 0,864 → 1

Dapat disimpulkan bahwa besar sampel untuk masing-masing kelompok

yaitu kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

sebanyak 24 subjek dan yang hanya mendapat risperidon sebanyak 24

subjek.

3.6. Persetujuan setelah penjelasan / Inform Concent

Semua subjek penelitian diminta mengisi persetujuan secara

tertulis untuk ikut serta dalam penelitian setelah terlebih dahulu diberi

penjelasan yang terperinci dan jelas.

41

Universitas Sumatera Utara

42

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etika

penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebelum

melakukan penelitian.

3.8. Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan pencarian

literatur, persetujuan oleh pembimbing, studi pendahuluan,

pengajuan proposal dan mendapat persetujuan dari Komite Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pengambilan data didahului dengan wawancara terstruktur dengan

menggunakan MINI ICD-10 dan penegakan diagnosis dengan

menggunakan pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III,

kemudian dilanjutkan skrining dengan menggunakan kriteria inklusi

dan eksklusi.

Seluruh laki-laki dengan skizofrenia yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi akan diberikan penjelasan yang terperinci dan jelas

dari penulis dan jika pasien bersedia, maka pasien diminta untuk

menandatangani persetujuan untuk menjadi subjek dalam

penelitian ini.

Untuk alokasi subjek akan dipilih secara acak sederhana untuk

dimasukkan kedalam kelompok I atau II

- Kelompok I adalah kelompok intervensi, yaitu kelompok yang

mendapat risperidon dengan fixed dose 4 mg/hari/oral

terbagi dalam 2 dosis dengan penambahan omega-3 dengan

dosis 2,7gr/hari/oral pada pagi hari setelah makan,

42

Universitas Sumatera Utara

43

sebanyak 24 subjek diberikan selama 12 minggu. Apabila

subjek pulang sebelum 12 minggu karena masa rawatan

telah berakhir maka pengobatan dilanjutkan di instalasi rawat

jalan.

- Kelompok II adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok yang

hanya mendapat pengobatan risperidon dengan fixed dose 4

mg/hari/oral terbagi dalam 2 dosis sebanyak 24 subjek

selama 12 minggu. Apabila pasien pulang karena masa

rawatan telah berakhir maka pengobatan dilanjutkan di

instalasi rawat jalan.

Sebelum dilakukan intervensi tiap-tiap kelompok akan dinilai skor

MoCA-INA dan skor PANSS sebagai data baseline selama ± 10

menit.

- Pada pengukuran MoCA-INA dan PANSS, dilakukan uji

kesesuaian antara interrater dan penulis dengan

menggunakan uji komparatif kesesuaian numerik (Bland

Altman) karena variabel yang digunakan adalah variabel

dengan skala numerik, dengan hasil sebagai berikut:

Skor Total PANSS

Interreter Penulis Selisih

78 77 1

71 70 1

78 79 -1

79 78 1

74 74 0

76 76 0

73 74 -1

73 72 1

70 70 0

70 70 0

43

Universitas Sumatera Utara

44

Skor Total PANSS

Minimal = rerata selisih – 1,96 x simpang baku

= 0,20 – 1,96 x 0,789 = -1,388

Maksimal= rerata selisih + 1,96 x simpang baku

= 0,20 + 1,96 x 0,789 = 1,704

Skor MoCA-INA

Interreter Penulis Selisih

19 20 -1

20 20 0

19 18 1

21 20 1

23 22 1

22 23 -1

18 18 0

18 18 0

20 19 1

16 17 -1

Skor MoCA-INA

Minimal = rerata selisih – 1,96 x simpang baku

= 0,10 – 1,96 x 0,876 = -1,629

Maksimal = rerata selisih + 1,96 x simpang baku

= 0,10 + 1,96 x 0,876 = 1,804

Apabila dalam pelaksanaan penelitian muncul efek samping

pengobatan berupa gejala ekstrapiramidal maka akan diberikan

tambahan obat triheksifenidil dengan kisaran dosis 2-5 mg/hari

selama 1-2 minggu. Jika dalam 2 minggu gejala EPS tidak teratasi

maka pasien akan dikeluarkan.

44

Universitas Sumatera Utara

45

Pada akhir minggu XII akan dilakukan kembali pengukuran skor

MoCA-INA.

Penelitian ini merupakan on treatment analysis sehingga setiap

terjadi drop out, subjek akan diganti dengan yang baru. Kriteria

drop out adalah subjek yang tidak patuh terhadap pengobatan,

mengundurkan diri, ataupun muncul efek samping ekstrapiramidal

yang tidak teratasi setelah 2 minggu penggunaan triheksifenidil.

Setelah semua data terkumpul akan dilakukan pengolahan dan

analisis data serta disajikan dalam bentuk tabel.

45

Universitas Sumatera Utara

46

3.9. Alur Penelitian

Persiapan Penelitan

Laki-laki dengan skizofrenia yang Kriteria eksklusi

ditegakkan berdasarkan PPDGJ- III

Memenuhi Kriteria Inklusi

Informed consent Tidak bersedia

Bersedia

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

Pengukuran Skor

Minggu 0

Pengukuran Skor

MoCA-INA MoCA-INA

Antipsikotik dengan

Antipsikotik

penambahan Omega-3

Pengukuran Skor MoCA-INA pada akhir minggu XII

Analisis data

Laporan Hasil Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

46

Universitas Sumatera Utara

47

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel bebas: Omega-3

Variabel tergantung: skor MoCA-INA

3.11. Definisi Operasional

No Definisi Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Laki-laki dengan skizofrenia Penegakan Wawan Menderita Nominal adalah gangguan mental berat diagnosis cara skizofrenia

yang diagnosisnya ditegakkan dengan berdasar

berdasarkan PPDGJ-III PPDGJ III kan mini

ICD 10

2 Umur adalah lamanya waktu Kartu hidup

atau ada sejak Indentitas dilahirkan Pasien,

rekam medis

3 Tingkat pendidikan adalah Kartu jenjang

pendidikan formal identitas yang

terakhir diikuti oleh pasien pasien

4 Status pernikahan adalah Kartu status dalam ikatan identitas pernikahan

atau tidak dalam pasien ikatan

pernikahan 5 Status pekerjaan merupakan Kartu

kegiatan yang menghasilkan identitas

uang. pasien

6 Indeks Massa Tubuh Timbangan

merupakan sebuah indeks

yang sederhana dari rasio

berat-tinggi 7 Lama sakit adalah lama Rekam

pasien mengalami skizofrenia medis

sejak awitan pertama 8 Umur awitan dimana pertama Rekam

kali pasien menderita medis skizofrenia

Wawanca 20-45 Numerik

ra terha tahun dap pas

ien dan

keluarga

Wawan SMP Ordinal

cara, SMA/seder rekam

ajat

medis

PT

Wawan Menikah Nominal cara, Tidak

rekam menikah

medis

Wawan Bekerja Nominal cara, Tidak

catatan bekerja

rekam

medis

IMTNormal Numerik 2 (18,50-

IMT=BB/TB24,99kg/m2)

Wawanca Lama sakit Numerik ra, rekam (5-10 tahun)

medis Wawanca Umur dalam Numerik ra dengan tahun

pasien

dan

keluarga,

catatan

rekam

medis

47

Universitas Sumatera Utara

48

9 Pemakaian antipsikotik Rekam Wawan Risperidon Nominal merupakan jenis antipsikotik medis, cara,catat 4mg/hari/oral

yang dikonsumsi penderita wawancara an rekam Dibagi dalam

skizofrenia perawat medis 2 dosis 10 Omega-3 adalah suplemen Wawancara Wawan Omega-3 Nominal

asam lemak tak jenuh ganda rekam cara, dosis 2,7 yang bersifat essential, medis rekam gr/hari/oral/

sehingga harus didapatkan medis Pagi setelah

dari makanan. makan 12 Fase stabilisasi adalah Kuesioner Total skor Skor PANSS Numerik

pasien skizofrenia yang telah PANSS PANSS 60-80

mendapatkan terapi

antipsikotik dengan dosis

yang adekuat, yang telah

melewati fase akut (4-8

minggu). 13 Skala Montreal Cognitive Kuesioner Total Skor Skor:0-30 Numerik

Assessment versi Indonesia MoCA-Ina MoCA-Ina Skor ≥ 26

(MoCA-Ina) sebagai adalah

instrumen skrining cepat normal

untuk disfungsi kognitif

ringan. Hal menilai domain

kognitif yang berbeda:

visuospasial, fungsi eksekutif,

bahasa, atensi dan

konsentrasi, memori kerja,

memori dan orientasi. 14 Gangguan medik umum atau Wawancara Wawan Tanpa Nominal

komorbiditas adalah berbagai rekam cara, gangguan

kondisi yang sering medis catatan medis umum

ditemukan dalam hubungan rekam dan

dengan beberapa gangguan, medis komorbiditas

seperti neoplasma, penyakit serta susunan saraf dan penyakit keteranga

sistem sirkulasi.12

n perawat

3.12. Manajemen dan analisis data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap-

tahap sebagai berikut: (I) Editing, merupakan langkah untuk meneliti

kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara, (2) Koding, adalah

usaha untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya, (3)

Tabulasi, adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke

dalam tabel berdasarkan variabel yang diteliti, (4) Analisis data, data

penelitian dianalisis menggunakan uji statistik SPSS. Dilakukan uji

48

Universitas Sumatera Utara

49

normalitas terhadap data masing-masing kelompok dengan menggunakan

uji Saphiro-Wilk oleh karena jumlah subjek masing-masing kelompok lebih

kecil dari 50. Uji hipotesis dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan

omega-3, pada saat awal sebelum diberikan omega-3 dan pada

akhir minggu XII menggunakan uji T berpasangan apabila

memenuhi persyaratan uji, bila tidak memenuhi maka akan

dilakukan transformasi data, jika masih tidak memenuhi

persyaratan uji maka akan dilakukan uji Wilcoxon.25

2. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki

dengan skizofrenia yang hanya mendapat risperidon pada saat

awal dan pada akhir minggu XII menggunakan uji T berpasangan

apabila memenuhi persyaratan uji, bila tidak memenuhi maka akan

dilakukan transformasi data, jika masih tidak memenuhi

persyaratan uji maka akan dilakukan uji Wilcoxon.25

3. Untuk mengetahui perbedaan perubahan skor MoCA-INA antara

laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon pada

akhir minggu XII menggunakan uji T tidak berpasangan apabila

memenuhi persyaratan uji, bila tidak memenuhi maka akan

dilakukan transformasi data, jika masih tidak memenuhi

persyaratan uji maka akan dilakukan uji Mann Whitney U.

4. Untuk mengetahui perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan

49

Universitas Sumatera Utara

50

omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir minggu

XII menggunakan uji T tidak berpasangan apabila memenuhi

persyaratan uji, bila tidak memenuhi maka akan dilakukan

transformasi data, jika masih tidak memenuhi persyaratan uji maka

akan dilakukan uji Mann Whitney U.26

50

Universitas Sumatera Utara

51

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Studi ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof. M.Ildrem Provinsi Sumatera

Utara. Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan cara non

probability sampling jenis consecutive sampling. Subjek penelitian dibagi

dalam dua kelompok yang mendapat pengobatan risperidon dengan

penambahan omega-3 sebanyak 24 orang dan kelompok yang hanya

mendapat pengobatan risperidon sebanyak 30 orang. Pada subjek

penelitian dijumpai bahwa semua subjek tidak bekerja dan tidak menikah.

Tabel uji normalitas data berdasarkan karakteristik sosiodemografik:

1. Umur

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,188

Risperidon 24 0,096

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,188 dan kelompok

risperidon p = 0,096. Dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal (p >0,05) sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan

51

Universitas Sumatera Utara

52

2. Lama sakit

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,001

Risperidon 24 0,001

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,001 dan kelompok

risperidon p = 0,001. Dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak

berdistribusi normal (p <0,05) sehingga dilakukan transformasi data.

Kelompok N P

Log_risperidon+omega-3 24 0,002

Log_Risperidon 24 0,001

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,002 dan kelompok

risperidon p = 0,001. Dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak

berdistribusi normal (p <0,05), oleh karena itu, uji yang digunakan adalah

Uji Mann Whitney-U.

3. Umur Awitan

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,203

Risperidon 24 0,350

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,203 dan kelompok

risperidon p = 0,350. Dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal (p >0,05) sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan

52

Universitas Sumatera Utara

53

4. Indeks massa tubuh

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,475

Risperidon 24 0,385

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,475 dan kelompok

risperidon p = 0,385. Dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal (p >0,05) sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan

5. Skor MoCA-INA pada awal (Minggu 0)

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,070

Risperidon 24 0,096

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,070 dan kelompok

risperidon p = 0,096. Dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal (p >0,05) sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan

6. Skor PANSS total awal (Minggu 0)

Kelompok N P

risperidon+omega-3 24 0,071

Risperidon 24 0,383

Uji Saphiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 nilai p = 0,071 dan kelompok

risperidon p = 0,383. Dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal (p >0,05) sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan.

53

Universitas Sumatera Utara

54

Tabel 4.1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan karakteristik

sosiodemografik

Karakteristik

sosiodemografik

Umur (tahun)

rerata (s.b)

Pendidikan, n (%)

- SMP - SMA/sederajat

Lama sakit

-Median (Min-Maks)

Umur Awitan

-rerata (s.b)

Indeks massa tubuh

-Rerata (s.b)

Skor MoCA-INA awal

-Rerata (s.b)

Skor PANSS Total awal

-Rerata ( s.b)

Mendapat Hanya P risperidon + omega- mendapat

3 risperidon

(n=24) (n=24)

31,79 (4,96) 32,92 (4,52) 0,416*

13 (56,50) 10 (43,50) 0,563**

11 (44,00) 14 (56,00)

7,50 (6,00-10,00) 7,00(6,00- 0,828***

10,00)

24,38 (4,59) 25,58 (3,72) 0,322*

21,35 (0,88) 21,58 (0,83) 0,347*

19,38 (1,71) 19,54 (1,50) 0,722*

75,83 (2,12) 75,00 (2,30) 0,199*

* Uji t-tidak berpasangan

** Uji Chi square

***Uji Mann Whitney U

Tabel 4.1 memperlihatkan karakteristik demografik masing-masing

kelompok, dimana rerata umur pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah 31.79 (4,96) tahun dan pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 32,92.27 ( 4,52) tahun.

Pendidikan terakhir pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah SMP sebanyak 13 orang (56.50%),

54

Universitas Sumatera Utara

55

dan SMA sebanyak 11 orang (44,00%), pada kelompok yang hanya

mendapat risperidon SMP sebanyak 10 orang (43,50%), dan SMA

sebanyak 14 orang (56,00%).

Median lama sakit pada kelompok yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 adalah 7,50 dengan nilai minimum adalah 6,00dan

maksimum adalah 10,00. Pada kelompok yang hanya mendapat

risperidon median 7,00 dengan nilai minimum 6,00 dan maksimum 10,00.

Rerata umur awitan pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah 24,38 (4,59) tahun, dan pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 25,58 (3,72) tahun.

Rerata indeks massa tubuh pada kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 adalah 21,35 (0,88), dan pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 21,58 (0,83)

Rerata skor MoCA-INA awal pada pada kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 adalah 19,38 (1,71) dan

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 19,54 (1,50)

Rerata skor PANSS total awal pada pada kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 adalah 75,83 (2,12) dan

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 75,00 (2,30)

Dari seluruh karakteristik sosiodemografik tidak dijumpai adanya

perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, dengan nilai p>0,05.

55

Universitas Sumatera Utara

56

Uji normalitas perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3,

pada saat awal sebelum diberikan omega-3 dan pada akhir minggu

XII

Kelompok Risperidon + Omega-3 N P

Skor MoCA-INA minggu 0 24 0,070

Skor MoCA-INA akhir minggu XII 24 0,086

Selisih skor MoCA-INA 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, selisih skor MoCA-INA nilai p

<0,001. Dapat diambil kesimpulan bahwa data selisih skor MoCA-INA

tidak berdistribusi normal (p <0,05) sehingga dilakukan transformasi data

selisih skor MoCA-INA.

Kelompok N P

Log_selisih skor MoCA-INA 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, transformasi data selisih skor

MoCA-INA kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan

omega-3 pada minggu 0 dan akhir minggu XII tetap tidak terdistribusi

normal (p<0,05), oleh karena itu uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon.

56

Universitas Sumatera Utara

57

Tabel 4.2. Perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan

omega-3, pada saat awal sebelum diberikan omega-3 dan

pada akhir minggu XII

Median P

(Minimum-Maksimum)

Minggu 0 (n=24) 19,00 (17,00-23,00) <0,001*

Minggu XII (n=24) 21,00 (19,00-25,00)

*Uji Wilcoxon

Tabel 4.2 menunjukkan nilai median skor MoCA-INA pada

kelompok yang mendapatkan risperidon dengan penambahan omega-3

pada minggu 0 adalah 19,00 (17,00-23,00) dan pada akhir minggu XII

adalah 21,00 (19,00-25,00). Hasil analisis dengan menggunakan uji

Wilcoxon dijumpai perbedaan yang bermakna dari skor MoCA-INA pada

minggu 0 dan pada akhir minggu XII dengan nilai p<0,001.

Uji normalitas perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat awal dan pada akhir

minggu XII.

Kelompok Risperidon N P

Skor MoCA-INA minggu 0 24 0,096

Skor MoCA-INA akhir minggu XII 24 0,165

Selisih skor MoCA-INA 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, selisih skor MoCA-INA nilai p

<0,001. Dapat diambil kesimpulan bahwa data selisih skor MoCA-INA

tidak berdistribusi normal (p <0,05) sehingga dilakukan transformasi data

selisih skor MoCA-INA

57

Universitas Sumatera Utara

58

Kelompok N P

Log_selisih skor MoCA-INA 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Saphiro-Wilk didapatkan, transformasi data selisih skor

MoCA-INA kelompok yang mendapat risperidon pada minggu 0 dan akhir

minggu XII tetap tidak terdistribusi normal (p<0,05), oleh karena itu uji

yang digunakan adalah uji Wilcoxon

Tabel 4.3. Perbedaan skor MoCA-INA pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat awal dan

pada akhir minggu XII

Median P

(Minimum-Maksimum)

Minggu 0 (n=24) 19,00 (17,00-23,00) <0,001*

Minggu XII (n=24) 20,00 (18,00-24,00)

* Uji Wilcoxon

Tabel 4.3 menunjukkan nilai median skor MoCA-INA pada

kelompok yang hanya mendapatkan risperidon pada minggu 0 adalah

19,00 (17,00-23,00) dan pada akhir minggu XII adalah 20,00 (18,00-

24,00). Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dijumpai

perbedaan yang bermakna dari skor MoCA-INA pada minggu 0 dan pada

akhir minggu XII dengan nilai p<0,001.

58

Universitas Sumatera Utara

59

Uji normalitas Perbedaan perubahan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan

omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon

N P

Selisih MoCA-INA

Kelompok risperidon +omega-3 24 <0,001

Kelompok risperidon 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan data selisih MoCA-INA kelompok

risperidon dengan penambahan omega-3 dan data selisih MoCA-INA

kelompok risperidon tidak terdistribusi normal, (nilai p<0,05), sehingga

dilakukan transformasi data.

N P

Log_selisih risperidon +omega-3 24 <0,001

Log_selisih risperidon 24 <0,001

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Shapiro-Wilk, transformasi data selisih MoCA-INA

kelompok risperidon dengan penambahan omega-3 dan data selisih

MoCA-INA kelompok risperidon tidak terdistribusi normal (nilai p<0,05),

oleh karena itu uji yang digunakan adalah uji Mann-Whitney U.

59

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 4.4. Perbedaan perubahan skor MoCA-INA antara laki-laki

dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon.

Median P

(Minimum-Maksimum)

Selisih skor MoCA-INA

Kelompok risperidon+omega-3 (n=24) 2,00 (2,00-3,00) <0,001*

Kelompok risperidon (n=24) 1,00 (1,00-2,00)

* Uji Mann-Whitney U

Tabel 4.4 menunjukkan nilai median perubahan skor MoCA-INA

pada kelompok yang mendapatkan risperidon dengan penambahan

omega-3 adalah 2,00 (2,00-3,00) dan pada kelompok yang hanya

mendapat risperidon adalah 1,00 (1,00-2,00). Hasil analisis dengan

menggunakan uji Mann Whitney U dijumpai perbedaan yang bermakna

dari perubahan skor MoCA-INA dengan nilai p<0,001.

Uji normalitas perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir minggu XII

N p

Kelompok risperidon +omega-3 24 0,086

Kelompok risperidon 24 0,165

Uji Shapiro-Wilk

60

Universitas Sumatera Utara

61

Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan data skor MoCA-INA pada kedua

kelompok terdistribusi normal, (nilai p>0,05), sehingga uji yang digunakan

uji t-tidak berpasangan.

Tabel 4.5. Perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan

omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir

minggu XII

Rerata (s.b) P

Risperidon + Omega-3 21,54 (1,64) 0,047*

(n=24)

Risperidon (n=24) 20,63 (1,46)

*Uji t-tidak berpasangan

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rerata skor MoCA-INA pada

kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

adalah 21,54 (1,64) dan pada kelompok yang hanya mendapat risperidon

adalah 20,63 (1,46) dengan nilai p= 0,047 (p<0,05). Dari hasil analisis uji t-

tidak berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata skor MoCA-INA

pada akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon.

61

Universitas Sumatera Utara

62

Uji normalitas perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3,

pada saat awal sebelum diberikan omega-3 dan pada akhir minggu

XII

Kelompok Risperidon + Omega-3 N P

skor PANSS total Minggu 0 24 0,071

skor PANSS total Minggu XII 24 0,071

Selisih skor PANSS total 24 0,015

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan data selisih skor PANSS total

kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3 tidak

terdistribusi normal, (nilai p<0,05), sehingga dilakukan transformasi data.

N P

Log_selisih skor PANSS total 24 0,006

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Shapiro-Wilk, transformasi data selisih skor PANSS total

kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3 tetap

tidak terdistribusi normal (p<0,05), oleh karena itu uji yang digunakan

adalah uji Wilcoxon.

62

Universitas Sumatera Utara

63

Tabel 4.6. Perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3, pada saat awal sebelum diberikan

omega-3 dan pada akhir minggu XII

Risperidon + Omega-3 Median P

(Minimum-Maksimum)

Minggu 0 (n=24) 76,00 (72,00-79,00) <0,001*

Minggu XII (n=24) 51,00 (46,00-54,00)

* Uji Wilcoxon

Tabel 4.6 menunjukkan nilai median skor PANSS total pada

kelompok yang mendapatkan risperidon dengan penambahan omega-3

pada minggu 0 adalah 76,00 (72,00-79,00) dan pada akhir minggu XII

adalah 51,00 (46,00-54,00). Hasil analisis dengan menggunakan uji

Wilcoxon dijumpai perbedaan yang bermakna dari skor PANSS total pada

minggu 0 dan pada akhir minggu XII dengan nilai p<0,001.

Uji normalitas perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat awal dan pada akhir

minggu XII.

Kelompok Risperidon N P

skor PANSS total Minggu 0 24 0,383

skor PANSS total Minggu XII 24 0,649

Selisih skor PANSS total 24 0,103

Uji Shapiro-Wilk Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan data terdistribusi normal, (nilai

p>0,05), sehingga uji yang digunakan uji t berpasangan.

63

Universitas Sumatera Utara

64

Tabel 4.7. Perbedaan skor PANSS total pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon pada saat awal dan

pada akhir minggu XII

Risperidon Rerata (s.b) Selisih (s.b) IK 95% P

Minggu 0 (n=24) 75,00 (2,30) 22,75 (2,06) 21,87-23,62 <0,001*

Minggu XII (n=24) 52,25 (1,93)

* Uji t berpasangan

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rerata skor PANSS total pada kelompok

yang mendapat risperidon pada minggu 0 adalah 75,00 (2,30) dan pada

minggu XII adalah 52,25 (1,93), rerata selisih 22,75 (2,06), dengan nilai

interval kepercayaan (IK 95%) adalah 21,87-23,62, nilai p< 0,001. Dari

hasil analisis uji t berpasangan, terdapat perbedaan secara signifikan

rerata skor PANSS total minggu 0 dan akhir minggu XII pada kelompok

yang hanya mendapat risperidon.

Uji normalitas perbedaan skor PANSS total antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

dan yang hanya mendapat risperidon pada akhir minggu XII

Skor PANSS total N p

Kelompok risperidon +omega-3 akhir minggu XII 24 0,071

Kelompok risperidon akhir minggu XII 24 0,071

Uji Shapiro-Wilk

Pada uji Shapiro-Wilk didapatkan data terdistribusi normal, (nilai

p>0,05), sehingga uji yang digunakan uji t-tidak berpasangan.

64

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.8. Perbedaan skor PANSS total antara laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon pada akhir minggu XII

Rerata (s.b) p

Risperidon + Omega-3 (n=24) 50,83 (2,20) 0,022*

Risperidon (n=24) 52,25 (1,93)

*Uji t-tidak berpasangan

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa rerata skor PANSS total pada

kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

adalah 50,83 (2,20) dan pada kelompok yang hanya mendapat risperidon

adalah 52,25 (1,93) dengan nilai p= 0,022 (p<0,05). Dari hasil analisis uji t-

tidak berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata skor PANSS

total pada akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon.

65

Universitas Sumatera Utara

66

PENGAMATAN LANJUTAN PEMERIKSAAN PANSS TOTAL

80

70 SKOR PANSS RISP+OMEGA

60 SKOR PANSS RISPERIDON

50

40

30

20

10

0

PENGAMATAN LANJUTAN SKOR MoCA-INA

22

21,5

21

20,5

20 SKOR MOCA

19,5

RISPERIDON+OMEGA-3

19 SKOR MOCA RISPERIDON

18,5

18

MIN

GG

U 0

MIN

GG

U 1

MIN

GG

U 2

MIN

GG

U 3

MIN

GG

U 4

MIN

GG

U 5

MIN

GG

U 6

MIN

GG

U 7

MIN

GG

U 8

MIN

GG

U 9

MIN

GG

U 1

0

MIN

GG

U 1

1

MIN

GG

U 1

2

66

Universitas Sumatera Utara

67

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil studi ini menunjukkan adanya perbedaan rerata skor MoCA-

INA pada laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon, yang dinilai

berdasarkan skor MoCA-INA, dimana instrumen ini telah menunjukkan

validitas dan reabilitas yang baik untuk menilai fungsi kognitif. Dosis

risperidon yang digunakan adalah 4mg dalam dosis terbagi yaitu 2mg pagi

dan malam hari, sedangkan dosis omega-3 adalah 2,7mg/hari/oral pada

pagi hari setelah makan.

Pada studi ini subjek yang diikut sertakan hanya yang berjenis

kelamin laki-laki karena pada orang dewasa, faktor seperti peningkatan

level hormon dan maturasi struktur dan fungsi yang terlibat dalam proses

informasi merupakan penyebab adanya perbedaan antara laki-.laki dan

perempuan. Sebagai contoh, kehilangan substansi grisea (gray matter)

selama proses maturasi otak pada laki-laki atau adanya peran pelindung

dari hormon estrogen pada perempuan dapat mempengaruhi perjalanan

penyakit ini. Terkait fungsi kognitif, laki-laki dilaporkan lebih banyak

kesulitan dalam hal memori verbal, persepsi emosi dan fleksibilitas.

Dengan tingkatkepatuhan pengobatan yang sama, ditemukan bahwa

outcome yang lebih baik terlihat pada perempuan.11

Perempuan memiliki konsentrasi DHA yang lebih tinggi daripada

laki-laki. Konsentrasi EPA & DHA dalam jaringan dan plasma

67

Universitas Sumatera Utara

68

berhubungan positif dengan tingkat sirkulasi estradiol dan progesteron

dan memiliki hubungan negatif dengan tingkat sirkulasi dari testosteron.4

Dalam beberapa penelitian tentang omega-3 dianjurkan dosis 1,3

gr /oral/hari dari E, dosis maksimum adalah 4,3 gr /hari, dan dosis rata-

rata adalah 2,6 gr /hari. Pada kisaran dosis 1-4 gr / hari, cukup untuk

mengobati defisiensi EPA + DHA pada pasien psikiatri. Badan

administrasi Makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat

mempertimbangkan dosis omega-3 asam sampai 3 gr/hari umumnya

dianggap aman.16

Pada studi ini, semua subjek tidak bekerja dan tidak menikah. Dari

hasil uji komparatif antara variabel karakteristik sosiodemografik subjek

penelitian, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna untuk rerata

umur, pendidikan, lama sakit, umur awitan, indeks massa tubuh, skor

Moca-INA dan skor total PANSS.

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa rerata skor MoCA-INA pada

kelompok yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3

adalah 21,54 (1,64) dan pada kelompok yang hanya mendapat risperidon

adalah 20,63 (1,46) dengan nilai p= 0,047 (p<0,05). Dari hasil analisis uji t-

tidak berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata skor MoCA-INA

pada akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon. Selama

dalam pencarian literatur jurnal, peneliti tidak menjumpai literatur yang

sama dengan studi ini sehingga dilakukan studi pendahuluan. Tetapi

terdapat beberapa literatur yang meneliti hubungan antara omega-3

dengan fungsi kognitif.

68

Universitas Sumatera Utara

69

Pada studi meta analisis yang dilakukan oleh Mauro dkk pada

tahun 2015 di Amerika Serikat melaporkan bahwa dengan penggunaan

omega-3 lebih dari 1gr/hari yang diamati selama 28-730 hari, dengan rata-

rata 4-6 bulan terdapat perbaikan pada episodic memori (p< 0,004)

dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE).7

Pada penelitian yang dilakukan oleh Witte dkk pada tahun

2013 di Jerman pada 25 orang dengan usia 50-75 tahun dengan

menggunakan omega-3 PUFAs 2,2 gr/hari dibandingkan dengan plasebo

selama 26 minggu, didapatkan adanya peningkatan yang signifikan pada

fungsi eksekutif (p=0,023) yang diperiksa dengan menggunakan MMSE.9

Pada studi meta analisis yang dilakukan oleh Knochel dkk pada

2015 di Brazil melaporkan bahwa dengan pemberian DHA 250 mg/hari

dan EPA 1740 mg/hari dibandingkan plasebo selama 4 minggu pada 41

orang yang sehat menunjukkan adanya perbaikan kognitif dalam

mengambil keputusan.10

Pada skizofrenia, disfungsi fosfolipase A2 dan enzim lainnya yang

disebabkan oleh penurunan polyunsaturated fatty acids secara berlebihan

dari posisi Sn2 pada membran sel fosfolipid dan penurunan konsentrasi

polyunsaturated fatty acids dalam tubuh dan otak. Dengan penurunan

konsentrasi asam lemak omega-3, jumlah dopamin, konsentrasi dopamin,

dan Jumlah reseptor D2 menurun pada presinaptik prefrontal. Penurunan

fungsi dopamin sistem pada prefrontal menyebabkan simtom negatif dan

gangguan kognitif.5

Kelebihan studi ini adalah, ini merupakan penelitian pertama yang

dilakukan di Indonesia khususnya di Sumatera Utara yang meneliti

69

Universitas Sumatera Utara

70

perbedaan skor MoCA-INA antara laki-laki dengan skizofrenia yang

mendapat risperidon dengan penambahan omega-3, dan yang hanya

mendapat risperidon. Keterbatasan penelitian ini adalah, penelitian ini

tidak memeriksa kadar omega-3 didalam darah sebelum dan sesudah

dilakukan terapi.

70

Universitas Sumatera Utara

71

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari subjek yang diikutserakan dalam penelitian ini dibagi kedalam

dua kelompok dimana 24 subjek mendapat risperidon dengan

penambahan omega-3 dan 24 orang hanya mendapatkan risperidon,

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai median skor MoCA-INA pada kelompok yang mendapatkan

risperidon dengan penambahan omega-3 pada minggu 0 adalah

19,00 (17,00-23,00) dan pada akhir minggu XII adalah 21,00

(19,00-25,00). Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon

dijumpai perbedaan yang bermakna dari skor MoCA-INA pada

minggu 0 dan pada akhir minggu XII dengan nilai p<0,001.

2. Nilai median skor MoCA-INA pada kelompok yang hanya

mendapatkan risperidon pada minggu 0 adalah 19,00 (17,00-23,00)

dan pada akhir minggu XII adalah 20,00 (18,00-24,00). Hasil

analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon dijumpai perbedaan

yang bermakna dari skor MoCA-INA pada minggu 0 dan pada akhir

minggu XII dengan nilai p<0,001.

3. Nilai median perubahan skor MoCA-INA pada kelompok yang

mendapatkan risperidon dengan penambahan omega-3 adalah

2,00 (2,00-3,00) dan pada kelompok yang hanya mendapat

risperidon adalah 1,00 (1,00-2,00). Hasil analisis dengan

menggunakan uji Mann Whitney U dijumpai perbedaan yang

bermakna dari perubahan skor MoCA-INA dengan nilai p<0,001.

71

Universitas Sumatera Utara

72

4. Rerata skor MoCA-INA pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah 21,54 (1,64) dan pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 20,63 (1,46)

dengan nilai p= 0,047 (p<0,05). Dari hasil analisis uji t-tidak

berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata skor MoCA-INA

pada akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon.

5. Nilai median skor PANSS total pada kelompok yang mendapatkan

risperidon dengan penambahan omega-3 pada minggu 0 adalah

76,00 (72,00-79,00) dan pada akhir minggu XII adalah 51,00

(46,00-54,00). Hasil analisis dengan menggunakan uji Wilcoxon

dijumpai perbedaan yang bermakna dari skor PANSS total pada

minggu 0 dan pada akhir minggu XII dengan nilai p<0,001.

6. Rerata skor PANSS total pada kelompok yang mendapat risperidon

pada minggu 0 adalah 75,00 (2,30) dan pada minggu XII adalah

52,25 (1,93), rerata selisih 22,75 (2,06), dengan nilai interval

kepercayaan (IK 95%) adalah 21,87-23,62, nilai p< 0,001. Dari hasil

analisis uji t berpasangan, terdapat perbedaan secara signifikan

rerata skor PANSS total minggu 0 dan akhir minggu XII pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon.

7. Rerata skor PANSS total pada kelompok yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 adalah 50,83 (2,20) dan pada

kelompok yang hanya mendapat risperidon adalah 52,25 (1,93)

dengan nilai p= 0,022 (p<0,05). Dari hasil analisis uji t-tidak

72

Universitas Sumatera Utara

73

berpasangan, terdapat perbedaan bermakna rerata skor PANSS

total pada akhir minggu XII antara kelompok yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 dan yang hanya

mendapat risperidon.

6.2. Saran

1. Diharapkan para klinisi tidak hanya memfokuskan perhatiannya

terhadap penanganan simtom positif dan negatif saja tetapi

hendaknya juga memberikan perhatian terhadap penanganan

terhadap simtom kognitif.

2. Penggunaan suplemen omega-3 merupakan pendekatan yang

aman dalam memperbaiki fungsi kognitif pada pasien.

73

Universitas Sumatera Utara

74

DAFTAR RUJUKAN

1. Sadock VA. Schizophrenia. Kaplan & Sadock’s Concise Textbook

of Clinical Psychiatry. Edisi Kedua : Philadelphia : Lippincot

Williams & Wilkins, 2004. h. 134-7

2. Ramirez LRB, Alvarez RS, Orizco RE, Orellana AF. Validity of the

Montreal Cognitive Assessment Scale (MoCA) for the detection of

cognitive impairment in schizophrenia. Salud Mental 2014;37:485-

490

3. Velasco AB, Tan ZS. Fatty Acids and the Aging Brain. In: Omega-3

Fatty Acid In Brain And Neurological Health. Elsevier Inc. 2014

4. Collins JJ. Omega-3 (Ω-3) Essential Fatty Acids. Nutri News.

Recent health and nutrition information from Douglas Laboratories.

May 2010

5. Ohara K. The n-3 polyunsaturated fatty acid/dopamine hypothesis

of schizophrenia. Progress in Neuro-Psychopharmacology&

Biological Psychiatry 31 (2007) 469-474. Elsevier Inc; 2006

6. Satogami K, Takahashi S, Yamada S, Ukai S, Shinosaki K. Omega-

3 fatty acids related to cognitive impairment in patients with

schizophrenia. Schizophrenia research: Cognition; 2017.p. 8-12

7. Mauro KY, Alexander DD, Elswyk ME. Decosahexaenoic acid and

adult memory: A systematic review and meta-analysis. Plos One.

March18, 2015

8. Pawelczyk T, Grabka MG, Antczak MK, Trafalska E, Pawelczyk A.

A randomized controlled study of the efficacy of six-month

74

Universitas Sumatera Utara

75

supplementation with concentrated fish oil rich in omega-3

polyunsaturated fatty acids in first episode schizophrenia. BMC

Psychiatry; 2015.

9. Witte AV et al. Long-Chain Omega-3 Fatty acids Improve Brain

Function and Structure in Older Adult. Germany: Cerebral Cortex

Advance Access,June 2013

10. Knochel C, Voss M, Gruter F, Alves GS et al. Omega-3 fatty acids:

novel neurotherapeutic targets for cognitive dysfunction in mood

disorder and schizophrenia?. Bentham Science Publisher; 2015

11. Perez R, Victoria G, Ulloa E. Sex differences in severity, social

functioning, adherence to treatment, and cognition of adolescents

with schizophrenia. Schizophrenia Research and Treatment. 2016

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJI-III). Jakarta, 1993 : 105 – 115

13. Sadock VA. Schizophrenia. In: Kaplan & Sadock’s Synopsis of

Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th

ed.

Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins, 2007. p. 468

14. Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology Neuroscientific

Basic and Practical Applications. 3rd

ed. Cambridge: Cambridge

University Press. 2008.p.247-325

15. Scherr R, Chellino M, Ayers L, Scholl T, Youlton A et al. Nutrition

and health info sheet: Omega-3 fatty acids for health professionals.

Department of Nutrition University of California, October 2016

75

Universitas Sumatera Utara

76

16. Messamore E, McNamara RK. Detection and treatment of omega-3

fatty acid deficiency in psychiatric practice: Rationale and

implementation. Messamore and McNamara Lipids in health and

disease (2016) 15:25

17. Marder SR, Davis MC. Second-Generation Antipsychotic. In:

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan& Sadock’s Comprehensive

Textbook of Psychiatry, Vol I, 10th

ed. Philadelphia: Lippincontt

William & Wilkinsi, 2017. P.8125-32

18. Mehbedbasic AB. Risperidone in the treatment of schizophrenia.

Med Arh. 2011;65 (6): 345-47

19. Fisekovic S, Memic A, Pasalic A. Correlation between MoCA and

MMSE for the assessment of cognition in schizophrenia. Acta

inform med. 2012;20(3): 186-9

20. Harvey PD, Keefe RS, Eesley CE. Neurocognitive in schizophrenia.

In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, Eds. Kaplan & Sadock

comprehensive textbook of psychiatry. Vol I. 10th

ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins. 2017.p.3852-78

21. Nazreddin ZS, Philips NA, Bedirian V, Charbonneau S et al. The

montreal cognitive assessment, MoCA: a brief screening tool for

mild cognitive impairment. American Geriatrics Society, 2005.

22. About MoCA. About Test Conception, 2015. Available from

http://mocatest.org.

23. Husein N, Lumempouw N, Ramli Y, Herqutanto. Uji validitas san

reabilitas montreal cognitive assessment versi Indonesia (MoCA-

76

Universitas Sumatera Utara

77

Ina) untuk skrining gangguan kognitif. Available from

http://mru.fk.ui.ac.id. Accessed on September 2015

24. Iriondo MR, Salaberria K, Echeburua E. Shizophrenia: Analysis and

psychological treatment according to the clinical staging. Actas Esp

psiquiatr. 2013;41:52-9

25. Dahlan MS. Uji hipotesis komparatif numerik berpasangan. Dalam

Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat, dan

multivariat dilengkapi aplikasi SPSS. Edisi 6. Jakarta: Epidemiologi

Indonesia; 2015. h. 91-135

26. Dahlan MS. Uji hipotesis komparatif numerik tidak berpasangan.

Dalam Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat,

dan multivariat dilengkapi aplikasi SPSS. Edisi 6. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia; 2015. h. 137-62

77

Universitas Sumatera Utara

78

Lampiran 1

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Judul Penelitian: Perbedaan skor Montreal cognitive assessment versi

Indonesia (MoCA-INA) pada laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat

risperidon dengan penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat

risperidon.

Pengantar

Anda diminta untuk berpartisipasi di dalam penelitian ini. Sebelum anda

memutuskan, anda membutuhkan informasi mengapa penelitian ini

dilakukan dan keterlibatan anda di dalamnya. Harap anda dapat

memberikan waktu untuk membaca informasi berikut ini dan

mendiskusikannya dengan keluarga jika dibutuhkan. Jika ada sesuatu

yang belum jelas atau anda ingin mendapatkan infomasi tambahan,

silahkan menghubungi peneliti dan atau nomor kontak di bawah ini.

Silakan anda memutuskan apakah anda ingin terlibat di dalam penelitian

ini atau tidak.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui Perbedaan skor Montreal

cognitive assessment versi Indonesia (MoCA-INA) pada laki-laki dengan

skizofrenia yang mendapat risperidon dengan penambahan omega-3 dan

yang hanya mendapat risperidon.

Anda diminta berpartisipasi untuk menyampaikan beberapa hal

berhubungan dengan profil demografi dan berpartisipasi dalam penelitian

ini. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat diketahui apakah

dengan penambahan omega-3 pada pengobatan dapat memperbaiki

fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Sehingga dapat dilakukan

penatalaksanaan yang lebih tepat sehingga dapat hasil pengobatan yang

lebih baik. Karena itulah maka partisipasi anda sangat diperlukan.

Pemilihan

Anda diminta berpartisipasi ke dalam penelitian ini karena anda terpilih

berdasarkan pemilihan subjek penelitian

Partisipasi anda

Jika ada ingin berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda akan

diwawancarai oleh pewawancara dengan menggunakan kuesionar.

78

Universitas Sumatera Utara

79

Kuesioner berisikan hal-hal yang sudah saya sampaikan dalam tujuan

penelitian.

Risiko atas Partisipasi

Penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan dari pihak

manapun, serta tidak dipungut biaya apapun selama penelitian. Informasi

yang anda berikan TIDAK akan digunakan di luar tujuan penelitian dan

konteks akademis.

Kerahasiaan

Semua informasi yang anda berikan akan dirahasiakan dengan baik dan

hanya akan digunakan oleh peneliti. Kuesioner anda akan dikode dan

informasi yang ada hanya akan ditampilkan dalam laporan atau

publikasinya. Semua penanda yang berhubungan dengan anda akan

dihapus untuk menjamin kuesioner anda tidak diketahui oleh siapapun.

Perubahan

Ini merupakan penelitian yang mengandalkan partisipasi. Anda memiliki

hak untuk tidak terlibat di dalam penelitian ini kapan pun tanpa harus

memberikan penjelasan atau mengalami paksaan.

Keikutsertaan

Jika anda ingin berpartisipasi, maka anda akan menerima Lembar

Penjelasan ini untuk disimpan dan anda juga diminta untuk

menandatangani sebuah Lembaran Persetujuan.

Kontak dan Informasi

Jika anda membutuhkan informasi lain atau anda mengalami masalah

selama penelitian ini, silakan untuk menghubungi peneliti pada nomor +62

81361434310, di Departemen Kedokteran Jiwa FK USU Medan. Terima

kasih atas waktu anda.

Medan, Agustus 2017

Hormat saya

(dr. Gusri Girsang)

79

Universitas Sumatera Utara

80

Lampiran 2

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

penelitian “Perbedaan skor Montreal cognitive assessment versi Indonesia

(MoCA-INA) pada laki-laki dengan skizofrenia yang mendapat risperidon

dengan penambahan omega-3 dan yang hanya mendapat risperidon” dan

setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan penelitian tersebut,maka dengan ini saya secara

sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam

penelitian tersebut.

Medan, Agustus 2017

Yang membuat pernyataan

( ....……………………)

80

Universitas Sumatera Utara

81

Lampiran 3

Positive and Negative Syndromes Scale (PANSS)

PANSS

SKALA POSITIF

P1. WAHAM P2. Kekacauan Proses Pikir (Conceptual Disorganization)

P3. Perilaku Halusinasi P4. Gaduh Gelisah (Excitement)

P5. Waham Kebesaran P6. Kecurigaan/ Kejaran.

P7. Permusuhan Total

SKALA NEGATIF N 1. Afek Tumpul.

N 2. Penarikan Emosional (emotional withdrawal). N 3. Kemiskinan Rapport. N 4. Penarikan Diri Dari Hubungan Sosial Secara Pasif/ Apatis.

N 5. Kesulitan Dalam Pemikiran Abstrak. N 6. Kurangnya Spontanitas dan Arus Percakapan.

N 7. Pemikiran Stereotipik. Total

G 1. Kekhawatiran Somatik. G 2. Anxietas.

G 3. Rasa Bersalah. G 4. Ketegangan.

G 5. Manerisme dan Posturing. G 6. Depresi.

G 7. Kelambanan Motorik. G 8. Ketidakkooperatifan.

G 9. Isi Pikiran Yang Tidak Biasa. G 10. Disorientasi.

G 11. Perhatian Buruk. G 12. Kurangnya Daya Nilai dan Tilikan.

G 13. Gangguan Dorongan Kehendak. G 14. Pengendalian Impuls yang Buruk.

G 15. Preokupasi. G 16. Penghindaran Sosial Secara Aktif.

Total

81

Universitas Sumatera Utara

82

Lampiran 4

DATA SAMPEL PENELITIAN

Nomor Responden : Tanggal:

Nomor Medical Record :

Data Demografik

1. Nama : ......................................

2. Umur : ................tahun

3. Pendidikan : / SMP / SMA/SMK/ PT

4. Pekerjaan : Bekerja/Tidak bekerja

5. Status Perkawinan : Menikah/ Tidak menikah

6. Lama sakit :

7. Umur awitan :

Tinggi Badan : Kg

Berat Badan : cm ( m)

Indeks Massa Tubuh : (Normal /diatas normal)

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Skor PANSS :

Skor (MoCA-INA) : ......... (0 – 30)

82

Universitas Sumatera Utara

83

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data pribadi

Nama

Jenis kelamin

Tempat dan tanggal lahir

Agama

Alamat

Telepon

: Gusri Girsang

: Perempuan

: Situri-turi, 1 Agustus 1982

: Kristen Protestan

: jl. Letjen Jamin Ginting No 764 Medan

: 081361434310

Riwayat pendidikan

Tahun 1988-1994

Tahun 1994-1997

Tahun 1997-2000

Tahun 2001-2007

Tahun 2010-sekarang

: SDN 060886 Medan

: SMP Katholik Putri Cahaya Medan

: SMA Cahaya Medan

: Pendidkan dokter umum di Fakultas

Kedokteran Methodist Indonesia

: Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Riwayat pekerjaan

Tahun 2008-Sekarang

: Dokter PNS di Puskesmas Batu Anam Kab.

Simalungun

83

Universitas Sumatera Utara

84

Lampiran 6

84

Universitas Sumatera Utara

85

Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina)

Administrasi, Instruksi dan Skoring

The Montreal Cognitive Assessment (Moca) dirancang sebagai instrumen

skrining cepat untuk memeriksa disfungsi kognitif ringan. Ini menilai domain

kognitif yang berbeda : perhitungan perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif,

memori, bahasa, keterampilan konstruksi visual, berpikir konseptual,, dan

orientasi. Waktu yang digunakan dalam test ini adalah sekitar 10 menit. Nilai total

maksimal yang diperoleh adalah 30 poin, skor 26 < dianggap wajar.

1. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (I):

Administrasi: pemeriksa memerintahkan subjek: "Tariklah garis dimulai dari

nomor ke huruf secara berurutan seperti contoh. Mulailah di sini. [Menunjuk ke

(1)] dan menarik garis dari 1 maka ke A kemudian ke 2 dan seterusnya.

berakhir di sini [menunjuk ke (E)]. " Skor: Berikan satu poin jika subjek berhasil menarik pola berikut: 1– A– 2 – B - 3 – C - 4 – D - 5 – E, tanpa membuat garis yang memotong. Setiap

kesalahan yang tidak segera dikoreksi, akan dinilai dari 0.

2. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (KUBUS):

Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut, (sambil menunjuk ke

kubus) : "Salinlah gambar ini semirip mungkin, pada bagian yang kosong di

bawah". Skor : Salah satu titik yang dialokasikan untuk gambar dengan benar

dieksekusi. • Gambar harus tiga-dimensi • Semua garis yang ditarik • Tidak ada baris yang ditambahkan ataupun di ulang. • Hasil garis yang dibuat relatif paralel dengan panjang sama (prisma empat

persegi panjang yang diterima) titik A tidak ditetapkan jika salah satu-

kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi.

3. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (JAM):

Administrasi: Tunjukkan ruang/bagian ketiga (di sebelah kanan) dan berikan

instruksi berikut: "Gambarlah sebuah jam yang menunjukkan pukul 11.10

lengkap dengan angkanya. ". Skor: Berikan satu poin untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:

Contour (1 poin):. Gambar jam yang harus berupa lingkaran ( kesalahan

kecil dapat dimaklumi, misalnya ketidaksempurnaan sedikit pada

penutupan lingkaran); Angka (1 poin):. Semua nomor jam yang harus ada dan tanpa nomor

tambahan; angka harus berada dalam urutan yang benar dan sesuai

penempatannya; angka Romawi dapat diterima; nomor dapat ditempatkan

di luar lingkaran kontur ;

Tangan (1 poin):. Harus ada dua jarum jam yang menunjukkan waktu yang

tepat, jarum jam harus jelas lebih pendek dari sisi menit; dan pangkal harus

berpusat di tengah lingkaran.

85

Universitas Sumatera Utara

86

Point nilai tidak akan diberikan bila satupun dari ketiga kriteria diatas tidak

terpenuhi.

4. PENAMAAN:

Administrasi: Dimulai dari gambar di sebelah kiri, sambil menunjuk gambar

satu persatu sambil mengatakan “Sebutkan, binatang apakah ini?” Skor : Satu poin untuk tiap gambar yang direspon benar (1) Unta; (2) Badak; (3) Gajah.

5. MEMORI:

Administrasi: pemeriksa membaca daftar dari 5 kata yang tersedia secara

berurutan dengan jeda waktu satu detik dari kata satu ke berikutnya,

kemudian berikan instruksi sebagai berikut: "Ini adalah tes memori. Saya akan

membacakan daftar kata yang akan Anda harus ingat sekarang dan nanti.

Dengar baik-baik. Ketika saya selesai, ulangi kata-kata yang Anda ingat". Cek

kembali kata-kata yang di ulangi subjek (pasien). Apabila subjek menunjukkan

bahwa ia telah selesai atau tidak dapat mengingat kata-kata lebih lanjut,

bacalah daftar kata untuk kedua kalinya dengan instruksi berikut: "Saya akan

membacakan daftar yang sama untuk kedua kalinya. Cobalah untuk

mengingat dan mengatakan kembali kata-kata sebanyak yang Anda bisa,

termasuk kata-kata Anda mengatakan pertama kali” Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap kata yang benar. Pada akhir test kedua, informasikan kepada subjek bahwa ia akan diminta

untuk mengingat kata-kata lagi dengan mengatakan, "Saya akan meminta

Anda untuk mengingat kata-kata lagi pada akhir test." Skor: Tidak ada poin diberikan untuk test pertama dan kedua.

6. ATENSI:

Forward Digit Span (Baca daftar angka): Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Saya akan mengatakan beberapa

angka dan ketika saya selesai, ulangi persis angka-angka tadi seperti yang

telah saya sebutkan". Baca urutan angka pertama dengan intonasi datar dan

jeda satu detik tiap angkanya. Backward Digit Span: Administrasi: Berikan

instruksi berikut: "Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka lagi, tapi

ketika saya selesai, Anda harus mengulangi kepada saya dalam urutan

mundur/terbalik" Baca urutan angka kedua dengan intonasi datar dan jeda

satu detik tiap angkanya. Skor: Berikan satu poin untuk setiap urutan yang benar. (contoh: jawaban

yang benar untuk urutan dari belakang adalah 2-4-7).

Daftar Huruf:

Administrasi: pemeriksa membaca daftar urutan huruf pada pada kecepatan

konstan, setelah memberikan instruksi berikut: "Saya akan membaca urutan

huruf. Setiap kali saya mengatakan huruf A, ketukkan tangan Anda sekali.

Jika saya mengatakan huruf yang berbeda, jangan buat ketukan ". Skor: Berikan satu poin bila kesalahan terjadi maksimal satukali (error adalah

ketukan di huruf yang salah atau kegagalan untuk mengetuk pada huruf A).

86

Universitas Sumatera Utara

87

7s Series (Pengurangan Angka 7):

Administrasi : pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sekarang, saya

akan meminta Anda untuk menghitung, pengurangan berurutan dengan

angka 7, dimulai dari 100, dan kemudian terus dikurangi tujuh dari jawaban

Anda sampai saya memberitahu Anda untuk berhenti" Berikan pengulangan

instruksi ini dua kali jika perlu. Skor: Sub test ini memiliki nilai maksimal 3 poin bila jawaban benar > 4;

Berikan 2 poin bila 2 atau 3 jawaban benar; nilai 1 poin untuk 1 jawaban

benar; dan 0 (nol) bila tidak satupun jawaban benar. Sebagai contoh, seorang

peserta dapat menjawab "92-85 - 78-71 - 64" mana "92" tidak benar, tapi

semua nomor berikutnya akan dikurangi dengan benar. Ini adalah salah satu

kesalahan dan item tersebut akan diberi skor 3.

7. PENGULANGAN KALIMAT:

Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan

membacakan kalimat. Ulangi persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Wati

membantu saya menyapu lantai hari ini" (Setelah respon) lanjutkan pada

kalimat ke dua, dengan instruksi: "Sekarang saya akan membacakan kalimat

lain. Ulangi setelah saya, persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Tikus

bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang." Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kalimat diulang dengan benar. Pengulangan

harus sama persis. Waspada untuk kesalahan karena kelalaian (misalnya,

dengan mengabaikan "ketika", "ini") dan substitusi / penambahan (misalnya,

"menyapu lantai pada hari ini;" menggantikan atau mengubah bentuk jamak,

dll )

8. VERBAL FLUENCY:

Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sebutkan kata-kata

sebanyak mungkin ang dimulai dengan huruf tertentu yang saya akan

memberitahu Anda dalam sekejap. Anda dapat mengatakan apa saja kata

yang Anda inginkan, kecuali Kata benda (seperti nama orang atau hewan, dll),

angka, atau kata-kata yang dimulai dengan suara yang sama namun memiliki

akhiran yang berbeda. Aku akan memberitahu Anda untuk berhenti setelah

satu menit. Apakah Anda siap? [Jeda] Sekarang, sebutkan kata-kata

sebanyak yang yang dimulai dengan huruf F. [waktu selama 60] sec. Berhenti.

"

Skor: Berikan satu poin jika subjeknya menghasilkan 11 kata atau lebih dalam 60 detik.

9. ABSTRAKSI:

Administrasi: pemeriksa meminta subyek untuk menjelaskan apa kesamaan

yang dimiliki masing-masing pasangan kata yang akan disebutkan, dimulai

dengan contoh: "Katakan kepada saya apa kemiripan antara pisang dan

jeruk?". Jika jawaban subyek yang diberikan kurang tepat, ulangi instruksi

sebelumnya dengan mengatakan: "Berikan kemiripan lainnya". Jika subjek

tidak memberikan respon yang sesuai (buah), pemeriksa mengatakan, "Ya,

87

Universitas Sumatera Utara

88

keduanya sama-sama buah" Jangan memberikan petunjuk tambahan atau

klarifikasi..

Setelah percobaan atau contoh, berikan instruksi berikutnya: "Sekarang,

sebutkan kemiripan antara kereta api dan sepeda". Berikut respon,

selanjutnya untuk soal kedua, instruksikan: "Selanjutnya sebutkan kemiripan

antara jam tangan dengan penggaris". Pemeriksa dilarang memberikan

petunjuk tambahan atau kata kunci. Skor: Hanya dua soal terakhir yang dinilai. Beri 1 poin untuk masing-masing

pasangan menjawab soal dengan benar.

Respon berikut dapat diterima: Kereta-sepeda = sarana transportasi, sarana perjalanan; Jam tangan-penggaris = alat ukur, digunakan untuk

mengukur. Respon berikut ini tidak dapat diterima:

Kereta-sepeda = mereka telah roda; Jam tangan-watch = mereka memiliki nomor.

10. Ingatan tertunda (Delayed Recall):

Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan

membacakan beberapa kata kepada Anda sebelumnya, tugas anda adalah

mengingat kata-kata yang telah saya sebutkan dan kemudian mengulanginya

kembali kata-kata tersebut”. Buatlah tanda cek (√) untuk setiap kata-kata yang

dapat ingat dan disebutkan secara spontan tanpa isyarat. Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kata-kata yang berhasil diingat dan di

sebutkan dengan benar tanpa petunjuk ataupun kata kunci.

Optional:

Setelah percobaan sub test delayed recall, berikan motivasi pada subjek

dengan memberikan kata kunci (clue) sesuai dengan petunjuk yang

disediakan di bawah ini untuk tiap kata-kata yang sama sekali sulit

diingat oleh subjek. Berikan tanda (√) pada kolom, untuk tiap kata yang

dapat diingat dan disebutkan dengan benar setelah subjek diberikan

bantuan kata kunci. Bila dengan cara ini subjek tetap sulit mengingat kata

yang telah disebutkan, berikan bantuan terakhir dengan pilihan jawaban

menggunakan instruksi:, "Manakah di antara kata-kata berikut yang

termasuk jawaban kata tadi, HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?" Gunakan kategori berikut dan / atau isyarat pilihan ganda untuk setiap

kata, bila sesuai: WAJAH : bantuan kategori: bagian tubuh pilihan: hidung, wajah,

tangan

: bantuan Kategori: jenis bahan pilihan: jeans, katun, SUTERA

sutera MASJID : bantuan kategori: jenis bangunan pilihan: masjid, sekolah,

rumah sakit

ANGGREK : bantuan kategori: jenis bunga pilihan: anggrek, aster, tulip

MERAH : bantuan kategori: warna pilihan : merah, biru, hijau

Skor: Tidak ada poin untuk jawaban yang diberikan dengan bantuan. Kata

kunci ataupun bantuan digunakan untuk tujuan informasi klinis saja dan

dapat memberikan informasi tambahan pada pemeriksa tentang

88

Universitas Sumatera Utara

89

jenis gangguan memori. Untuk memori deficit karena kegagalan

proses encoding, pemberian bantuan kata kunci tidak perpengaruh

pada performance.

11. Orientasi:

Administrasi: Pemeriksa memberikan instruksi "Katakan tanggal berapa

sekarang/hari ini". Jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka

segera lanjutkan instruksi: "Katakan pada saya (bulan, tahun, dan hari]"

Kemudian katakan: "Sekarang, ceritakan dimanakan kita sekarang(tempat,d

an kota). Skor: Berikan satu poin untuk setiap item/soal yang dijawab dengan benar.

Subjek harus menyebutkan tanggal dan nama tempat dengan tepat (nama

rumah sakit, klinik, kantor). Poin/nilai tidak diberikan bila subjek salah dalam

menjawab soal.

TOTAL SKOR: Jumlahkan semua sub scores yang tercantum di sisi kanan.

Tambahkan satu poin bagi subjek yang memiliki latar belakang pendidikan formal

kurang dari 12 tahun. Skor maksimal yang dihasilkan adalah 30, untuk skor total

> 26 adalah normal (tidak ada gangguan).

89

Universitas Sumatera Utara

90

Lampiran 7. Ethical Clearance

90

Universitas Sumatera Utara