perbedaan pengaruh latihan dengan metode
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISRTRIBUTED
PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN
POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV
DAN V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN
KAB. KEBUMEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG WAHYU IKHTIANTORO
NIM: X4608502
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISRTRIBUTED
PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN
POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV
DAN V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN
KAB. KEBUMEN TAHUN 2010
Oleh :
AGUNG WAHYU IKHTIANTORO
NIM: X4608502
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. H. Agus Margono, M. Kes
NIP.19580822 198403 1 002
Pembimbing II
Drs. H. Sunardi, M. Kes.
NIP. 19581121 1999003 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Agung Wahyu Ikhtiantoro. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN
METODE DISRTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP
KEMAMPUAN POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV DAN V
SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN KAB. KEBUMEN TAHUN 2010. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Januari. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Perbedaan pengaruh antara
latihan dengan metode distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan
power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010. (2).
Pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V
SDN Sumberadi Tahun 2010.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Sedangkan rancangan yang digunakan yaitu Pretest-Posttest Design. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SD Negeri Sumberadi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Teknik analisis data
menggunakan uji t.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan : (1). Ada perbedaan
pengaruh pembelajaran distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan
power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi Kec Kebumen
Kab Kebumen tahun 2010, karena nilai thitung yang diperoleh sebesar 1,790 , lebih
besar dari ttabel sebesar 1,699. (2). Pembelajaran distributed practice lebih baik daripada
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V
SD Negeri Sumberadi Kec Kebumen Kab Kebumen tahun 2010, karena rata-rata
peningkatan secara matematika yaitu persentasenya peningkatan pembelajaran
distributed practice lebih baik daripada massed practice, yaitu distributed practice
11,068 % dan massed practice 1,456 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
AGUNG WAHYU IKHTIANTORO
Agung Wahyu Ikhtiantoro
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah dengan
agama hidup menjadi terarah.
(A.H. Mukti Ali)
Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang
tak tahu arah menjadi terarah.
(Al Imam Al Mawardi)
Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan
( QS Al- Insyroh, 94: 6)
Janganlah ragu-ragu dalam berkorban untuk meraih cita-cita, karena cita-cita akan tercapai
membutuhkan banyak pengorbanan.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada
Bapak dan Ibu tercinta
Rekan-rekan PENJASKESREK KG 08 JPOK UNS
Almamater
SD Negeri Sumberadi, Kebumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala
bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun
skripsi ini.
2. Drs. H. Agus Margono, M. Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
dan Sekaligus sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan bimbingannya.
3. Drs. H. Sunardi, M. Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
dan Sekaligus sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan bimbingannya.
4. Kepala Sekolah SD Negeri Sumberadi Kebumen sebagai tempat penelitian.
5. Siswa kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi Kebumen sebagai sampel penelitian.
6. Rekan JPOK ”08” Penjaskesrek KG yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan
penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga di SD
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ………………………………………..……………...………………………...
PENGAJUAN ……………………………………………..…..…………………………
PERSETUJUAN ……………………………………………..…..………………………
PENGESAHAN ………………………………………………...……………………….
ABSTRAK……………………………………..…………………..……………………...
MOTTO ……………………………………..………………………..…………………
PERSEMBAHAN ……………………………………..……………….………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………..……………….……………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….…………..
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..…………….……………..
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ..........
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. .........
B. Identifikasi Masalah..................................................................................... ........
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... ........
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... ........
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... ........
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... ........
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... ........
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ ........
1. Power Otot Tungkai………............................................................................
2. Latihan...................... ............................................................................... ........
3. Latihan pada Siswa Sekolah Dasar..................................................................
4. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Distributed Practice...............
5. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Massed Practice.....................
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. ........ ......
C. Perumusan Hipotesis ............................................................................ ........ ......
I
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xii
1
1
4
4
4
5
5
6
6
6
11
17
20
23
27
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... ........ .......
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... ........ .......
B. Metode Penelitian.................................................................................................
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. ........ .....
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... ........ ......
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ ........ .......
BAB IV. HASIL PENELITIAN ……...…………………………………………........
A. DeskripsiData …………………………...…………………………….......
B. Uji Reliabilitas...............................................................................................
C. PengujianPrasyaratAnalisis.…………..…………………………………..
D. Hasil Analisis Data …………………...…….……………………………...
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ....…..……………………………....
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN ……………………………………….
A. Simpulan ……………………....…………………………………………..
B. Implikasi ………………………....………………………………………..
C. Saran ………………………………....……………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………….
29
29
29
30
30
31
35
35
36
37
38
42
44
44
44
45
46
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan Power Otot Tungkai………………………
Tabel 2. Ringkasan Uji Reliabilitas ..............................................................................
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas ……………........................….………………..
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ……….............................................
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data …...........................................…..
Tabel 6. Rangkuman Hasil T-Test kemampuan Power Otot Tungkai pada
Taraf Signifikasi = 0,05................................................................................
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 1.....................................................................................................
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 2...................................................................................................
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2....................................................................................................
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Peningkatan kemampuan Kelompok 1 dan
Kelompok 2..................................................................................................
35
36
36
37
38
38
39
40
40
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksannan Tes Power Otot Tungkai......................................
Lampiran 2. Program Latihan Power Otot Tungkai dengan Massed Practice............
Lampiran 3. Program Latihan Power Otot Tungkai dengan Distributed Practice......
Lampiran 4. Pengambilan Data Tes Awal..................................................................
Lampiran 5 Pengambilan Data Tes Akhir..................................................................
Lampiran 6 Pembagian Kelompok dengan Ordinal Pairing......................................
Lampiran 7 Uji Normalitas Data...............................................................................
Lampiran 8 Uji Homogenitas ..................................................................................
Lampiran 9 Uji Perbedaan ............................................…......................………......
Lampiran 10 Dokumentasi ........................ ……………………………………….....
Lampiran 11 Perijinan Penelitian............... ……………………………………….....
48
49
51
54
55
56
57
59
61
69
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT Agung Wahyu Ikhtiantoro.. EFFECT OF EXERCISE WITH DIFFERENT METHODS DISRTRIBUTED PRACTICE AND PRACTICE MASSED ABILITY TO POWER ON LEG MUSCLE CLASS IV AND V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN KAB. KEBUMEN YEAR 2010. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, January. 2011.
The purpose of this study is to determine: (1). The difference between the
exercise effect by the method of distributed practice and massed practice on the
ability of leg muscle power in boys grade IV and V SDN Sumberadi Year 2010.
(2). Better effect between exercise by the method of distributed practice and
massed practice on the ability of leg muscle power in boys grade IV and V SDN
Sumberadi Year 2010.
The method used in this study is the experimental method. While the
design used in the pretest-posttest design. The population used in this study is the
fourth and fifth grade students at primary school Sumberadi. The sample used in
this study amounted to 30 people. Analysis using t test.
Based on the results of data analysis can be concluded: (1). There are
differences in the influence of distributed learning practices and massed practice
on the ability of leg muscle power in class IV and V Elementary School District
Kebumen Sumberadi Kebumen district in 2010, because tcount obtained at 1.790,
is greater than ttable amounted to 1.699. (2). Learning distributed practice is better
than massed practice on the ability of leg muscle power in class IV and V
Elementary School District Kebumen Sumberadi Kebumen district in 2010,
because the average increase in the percentage increase in learning mathematics
are distributed practice is better than massed practice, which is distributed massed
practice and practice 11.068% 1.456%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua yang telah ada
dan dilakukan oleh manusia sejak jaman purba sampai sekarang ini. Bahkan dapat
dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini, atletik sudah ada dan dilakukan
oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan setiap gerakan dalam atletik merupakan
perwujudan dari gerakan dasar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Atletik
merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan dan memiliki beberapa
nomor yang diperlombakan seperti jalan, lari, lompat dan lempar.
Gerakan-gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga, pada
intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan pada atletik. Oleh
karena itu, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu
dari semua cabang olahraga. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani
bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan,
kelincahan dan lain sebagainya. Pembelajaran pendidikan jasmani, merupakan
salah satu bagian dari pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan.
Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu metode
pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf prestasi
tertentu. Dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh selama ini masih di jumpai
penerapan pembelajaran dengan model atau pola lama, guru selalu mengajar
lompat jauh sesuai dengan tehnik dasar lompat jauh seperti : awalan, tolakan,
melayang dan mendarat sehingga metode pembelajarannya terkesan monoton.
Selama ini belum pernah diterapkan berbagai pembaharuan atau inovasi metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru penjasorkes, sebagian besar guru
penjasorkes masih sering menggunakan model atau pola lama dalam memberikan
materi pelajaran khususnya lompat jauh.
Cabang olahraga lompat jauh, membutuhkan suatu awalan yang
dipengaruhi oleh kecepatandan tolakan (power tungkai) yang maksimal untuk
dapat menghasilkan jarak lompatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu diketahui beberapa faktor yang ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berpengaruh dan menentukan keberhasilan pembelajaran lompat jauh khususnya
dalam nomor lompat jauh tanpa awalan siswa SD yang akhir-akhir ini dilombakan
pada KIDS ATHLETICS. Faktor-faktor tersebut menurut Sajoto (1995: 7) antara
lain adalah sebagai berikut :” 1) Pengembangan Fisik, 2) Pengembangan Teknik,
3) Pengembangan Mental, 4) Kematangan Juara”. Salah satu unsur kondisi fisik
yang dapat berguna pada pembelajaran lompat jauh yaitu explosive power atau
daya ledak. Sedang latihan yang dapat meningkatkan explosive power (kekuatan
daya ledak) antara lain adalah : 1) Melompat memantul jauh ke depan atas
(bounds), 2) Loncat-loncat vertikal (hops), 3) Melompat (jump), 4) Lompat
berjingkat (leaps), 5) Langkah dekat (Skips).
Kemampuan teknik dasar power otot tungkai yang masih rendah tersebut
perlu dilakukan evaluasi dari semua faktor, baik guru, siswa, metode
pembelajaran, sarana prasarana dan lain sebagainya. Terbatasnya jam pelajaran
yang digunakan untuk tatap muka dan kurangnya sarana prasarana merupakan
kendala. Waktu yang tersedia hanya dimanfaatkan untuk mengajarkan teknik
dasar saja, itu pun tidak mencukupi. Jika tidak ada waktu tambahan di luar jam
pelajaran (latihan khusus), maka kemampuan teknik dasar power otot tungkai
tidak dapat meningkat.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam
menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang
disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Metode latihan merupakan suatu
cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih.
Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh
kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya
macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu
menerapkan metode latihan yang baik dan tepat. Menurut Andi Suhendro (2004:
3.70) bahwa, “ Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
keterampilan tehnik di antaranya dengan metode massed practice dan distributed
practice”.
Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada
pelaksanaan praktiknya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed
practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui
efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan power otot tungkai. Untuk
mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan
diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen pada SDN Sumberadi, kec.
Kebumen, Kab. Kebumen.
Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada SDN Sumberadi, kec.
Kebumen, Kab. Kebumen dari hasil pembelajaran yang telah diikuti hasil belajar
yang dicapai kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan,
antara lain: (1) Kemampuan power otot tungkai yang masih rendah dan perlu
ditingkatkan, sehingga lompat jauh tanpa awalan yang dilakukan sering tidak
sesuai dengan harapan, misalnya, tolakan yang dilakukan siswa kurang
menghasilkan lompatan yang jauh, melayang dengan teknik yang kurang benar.
(2) Pelaksanaan pembelajaran yang kurang bersemangat. Misalnya waktu yang
tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukan pengulangan lompat secara
maksimal, siswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti
dan kelihatan lelah, pengaturan antara waktu latihan dan istirahat kurang
diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama,
maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai.
Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar belakangi
judul penelitian, “Perbedaan Pengaruh Latihan Dengan Metode Disrtributed
Practice dan Massed Practice terhadap Kemampuan Power Otot Tungkai Pada
Siswa Kelas IV dan V SDN Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen Tahun
2010”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Belum pernah diterapkan latihan dengan metode distributed practice dan
massed practice untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai.
2. Belum diketahui pengaruh latihan dengan metode distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV
dan V SDN Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen Tahun 2010.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar
tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Pengaruh latihan dengan metode distributed practice dan massed practice
terhadap kemampuan power otot tungkai.
2. Kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V SDN
Sumberadi Tahun 2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan dengan metode distributed practice
dan massed practice terhadap power otot tungkai pada siswa putra kelas IV
dan V SDN Sumberadi Tahun 2010?
2. Manakah pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode distributed
practice dan massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada
siswa putra kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh antara latihan dengan metode distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra
kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010.
2. Pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode distributed practice
dan massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa
putra kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai alternatif pembina atau pelatih pada SDN Sumberadi
untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V.
2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan siswa agar mengetahui
pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk
menguasai suatu keterampilan olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Power Otot Tungkai
a. Pengertian Power Otot Tungkai
Power (daya ledak) atau eksplosif power biasanya mengacu pada
kemampuan seseorang dalam melakukan maksimal dan usaha yang
dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Menurut Harsono ( 1988
: 200 ) bahwa: “ Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kemampuan
otot maksimal, dalam waktu yang sangat cepat“. Kemudian menurut M. Sajoto
(1995 : 8) bahwa: “ Daya ledak otot ( maskulus power ) adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang
dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya“. Selanjutnya Suharno HP
(1993 : 59) mengemukakan bahwa, ” eksplosif power ialah kemampuan otot atlet
untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam
satu gerak yang utuh “.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh
kecepatan, kekuatan, keterampilan, serta koordinasi gerak. Disamping itu power
juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan
faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya
ada dua macam, yaitu: ”serabut otot cepat, dan serabut otot lambat”. Sudoso
Sumosardjuno (1994:15). Serabut otot cepat merupakan serabut otot putih,
sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah.
Kekuatan dan kecepatan merupakan dua komponen kondisi fisik yang di
padukan secara bersama-sama, sehingga akan menghasilkan power yang
merupakan kemampuan dari otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban
tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan utuh dengan waktu yang
singkat. Pada prinsipnya power digunakan dalam suatu gerakan dengan
mengerahkan tenaga secara maksimal dalam waktu yang cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Seperti yang dikemukakan M. Sajoto (1988:58) bahwa “Power atau
muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan
maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya”. Menurut Andi Suhendro (2004 : 4.3) mendefinisikan power adalah “
Kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam menahan beban
tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”. Sedangkan menurut
Mulyono B. (2007:57) mengemukakan bahwa “ Power adalah kemampuan untuk
mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu yang minim”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa power otot
tungkai merupakan kemampuan dari otot atau sekelompok otot tungkai untuk
mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu relatif singkat.
Berdasar unsur terbentuknya power yaitu kekuatan dan kecepatan, maka
kedua komponen tersebut merupakan faktor yang dominan menentukan baik dan
tidaknya power. Oleh karena itu power yang dimiliki apabila kedua unsur tersebut
baik semua. Namun apabila hanya salah satu komponen saja yang baik, maka
power yang dimiliki kurang maksimal.
Berdasarkan definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa daya
ledak pada dasarnya adalah kemampuan atlet untuk mengerahkan kekuatan
secara maksimal dalam waktu yang sependek – pendeknya. Dalam daya ledak
atau power terdapat dua unsur utama yaitu kekuatan otot dan kecepatan dalam
mengerahkan tenaga yang dimiliki tersebut secara maksimal. Dari hal tersebut
dapat dirumuskan bahwa otot tungkai merupakan kemampuan otot atau
sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan
tinggi dalam satu gerak yang utuh. Power otot tungkai adalah kemampuan otot
tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif yang dilakukan oleh
otot – otot tungkai. Tungkai pada manusia terdiri dari tungkai atas dan tungkai
bawah. Otot – otot penggerak utama dalam gerakan daya ledak otot tungkai
terdiri dari:
1). Otot – otot yang terletak pada tungkai atas (paha):
a). Otot paha bagian depan:
(1). Otot abduktor dari paha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(2). Otot sartoreus
(3). Otot quadriceps femoris:
(a). Otot tensor facia lata
(b). Otot vastus laterae
(c). Otot rektus femoris
(d). Otot vastus medialis
b). Otot tungkai atas bagian belakang:
(1). Hamstring muscle : otot pada lateral dan medial
(2). Otot gluteus maksimus
Kemampuan daya ledak otot tungkai seseorang dapat dilihat dari
kemampuannya melakukan gerakan secara eksplosif. Banyak cabang olahraga
yang memerlukan gerakan melompat, meloncat, berlari, menendang, dan
sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa daya ledak otot tungkai
merupakan unsur dasar bagi berbagai cabang olah raga, seperti lompat tinggi,
lompat jauh, lari cepat, dan sebagainya. Khusus dalam lompat jauh tanpa awalan,
daya ledak otot tungkai sangat penting dalam mendukung atlet saat melakukan
tolakan.
b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Power
Power merupakan hasil perpaduan dari dua kemampuan yaitu kekuatan
dan kecepatan. Dalam upaya untuk meningkatkan power otot, pelatih perlu
memahami mengenai seluk beluk power otot. Hal yang sangat penting yang perlu
diketahui yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi power otot. Untuk
menghasilkan power yang baik banyak faktor yang turut menentukan. Suharno
HP (1993:59-60) menjelaskan bahwa faktor – faktor penentu daya ledak sebagai
berikut:
1). Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.
2). Kekuatan dan kecepatan otot atlet.
Ingat Rumus P = F x V
P = Power, F = Force, V = Velocity (kecepatan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3). Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsangan hanya 15
detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu
rangsang selama 34 detik.
4). Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.
5). Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).
6). Penguasaan teknik garakan yang benar.
Kualitas power seseorang berbeda-beda, selain kekuatan dan
kecepatan hal yang membuat perbedaan adalah jenis kelamin, macam jenis fibril
otot, latihan dan lain sebagainya. Power yang dimiliki seseorang akan lebih
baik apabila dilatih secara sistematis dan kontinyu dengan metode yang tepat dan
baik. Tanpa dilatih secara sistematis dan kontinyu power yang dimiliki
tidak berperan dalam aktifitas olahraga. Menurut Suharno HP (1993: 60) ciri-
ciri untuk mengembangkan power yaitu: (1) melawan beban relatif ringan,
(2) gerakan latihan yang dinamis, (3) gerakan-gerakan merupakan satu gerak
yang singkat dan selaras. Seseorang yang memiliki power otot tungkai
yang baik maka gerakan-gerakan yang dilakukan lebih singkat, cepat dan
maksimal. Maka seorang pelompat khususnya pada atlet lompat jauh harus
bias melakukan dan menggunakan power otot tungkai yang dimiliki secara
maksimal.
Power dalam nomor lompat jauh tanpa awalan dapat diartikan
sebagai explosive power atau muscular power, explosive power atau muscular
power adalah”. Kemampuan seseorang mempergunakan kekuatan maksimum
yang dikerahkan dalam waktu yang sependek – pendeknya” . Sajoto (1995: 8).
Menurut Suharno HP (1993: 59) explosive power atau muscular power
adalah ” kemampuan otot atlet untuk mengatasi beban dengan kekuatan dan
kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”. Menurut Andi Suhendro
(2004:4.3) explosive power atau muscular power adalah ” kemampuan otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan dalam
suatu gerakan yang utuh”.
Menurut Suharno HP (1993: 60) adapun ciri latihan explosive power
atau muscular power adalah: (1) Melawan beban yang relatif ringan, (2) Gerak
latihan aktif, dinamis dan cepat, (3) Gerakan – gerakan merupakan satu gerak
yang singkat dan serasi, (4) Bentuk gerak dapat Cyclic atau acyclic, (5)
Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.
Begitu juga pada nomor lompat jauh tanpa awalan explosive power atau
muscular power diperlukan sebagai faktor pendukung dalam mencapai prestasi
yang maksimal. Dengan ciri latihan melawan beban yang relatif ringan, cukup
dengan berat badan sendiri dan tidak perlu tambahan beban luar yang ringan
sekalipun maka dengan modifikasi latihan power otot tungkai dengan
menggunakan rintangan panjang dan rintangan bilah dapat berguna untuk
manambah explosive power atau muscular power otot tungkai.
Banyak dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik
yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti
sprint, tinju beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya. Kecepatan
tidak hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas
pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Menurut Mulyono B (2007:58) ” Kecepatan adalah kemampuan untuk
melakukan suatu gerak dalam periode waktu yang singkat. Menurut Suharno HP
(1993:23) ” kecepatan adalah suatu kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan
pertukaran antara kontraksi dan relaksasi yang menuju maksimal. Kecepatan
ditentukan frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi
otot, tingkat otomatis gerak dan power otot. Gerak kecepatan dilakukan dengan
melakukan perlawanan yang berbeda – beda, misalnya berat badan, berat besi,
hambatan air dan sebagainya. Di dalam latihan power otot tungkai perlawanan
yang dilakukan adalah memindahkan seluruh berat badan secepat mungkin dalam
waktu yang singkat dan menghasilkan lompatan yang semaksimal mungkin.
Menurut Suharno HP (1993 : 47) Kecepatan bergerak adalah “ kemampuan atlet
bergerak secepat mungkin dalam satu gerak yang ditandai waktu antara gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
permulaan dan gerak akhir ”. Kecepatan bergerak tergantung pada kekuatan, dan
daya ledak dari otot tungkai. Kecepatan bergerak harus disertai daya koordinasi,
kelincahan dan keseimbangan gerak seluruh tubuh yang berkaitan dengan gerakan
lompat jauh tanpa awalan. Menurut Suharno HP (1993 : 49) adapun ciri latihan
Kecepatan bergerak adalah: (1) Memiliki bentuk gerak Cyclic atau acyclic, (2)
Gerak latihan mengejar waktu yang paling pendek atau cepat, (3) Pengukuran
waktu mulai dari perangsangan (stimulus) dan jawaban (Respon), (4)
Menggunakan metode Interval running, interval training, metode pertandingan
(Competition Method), dan metode bermain kecepatan ( Speed Play).
Untuk memperoleh explosive power atau muscular power dan kecepatan
bergerak dalam melakukan lompat jauh tanpa awalan diperlukan gerak kaki yang
cepat dan kuat dengan koordinasi aktif, dinamis dan efektif. Semakin besar
explosive power atau muscular power otot tungkai , maka akan semakin
menghasilkan kecepatan bergerak yang maksimal.
2. Latihan
a. Pengertian Latihan
Menurut Sudjarwo (1995:14) “Latihan adalah suatu proses yang
sistematis secara berulang–ulang secara ajeg dengan selalu memberikan
peningkatan beban latihan”. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145)
mengemukakan : ” Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih yang
dilakukan secara berulang–ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban
latihan serta intensitas latihannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan
secara sistematis maksudnya berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem
tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur, dari yang
sederhana ke yang lebih rumit. Latihan berulang–ulang adalah setiap elemen
teknik harus diulang sesering mungkin, maksudnya adalah agar gerakan yang
semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis pelaksanaannya
sehingga makin menghemat energi. Kian hari kian ditambah bebannya, segera
setelah tiba saatnya beban latihan harus ditambah dan diperberat. Kalau beban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tidak pernah ditambah prestasipun tidak akan meningkat. Latihan harus
direncanakan dengan baik, hal ini meliputi program latihan, sasaran yang hendak
dikembangkan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan prestasi yang baik.
Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang sebaik
mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi
pencapaian prestasi dalam olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang
kompleks ialah penerapan metode latihan yang ilmiah.
Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih
dalam menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan
dengan metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang
pembina atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Dalam hal ini seorang
pelatih harus menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan
merupakan jalan keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau
atlet dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian
keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan.
b. Latihan Fisik untuk meningkatkan Power Otot Tungkai
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk
mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian
prestasi yang optimal. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999:4.1)
bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam
meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat
mendasar untuk meraih prestasi olahraga”. Pentingnya peranan kondisi fisik
untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga, maka harus dilatih dengan
baik dan benar.
Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada
tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga
dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang
teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan
dengan latihan fisik Andi Suhendro (1999: 3.5) bahwa, “ Latihan fisik adalah
latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi
seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain
kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan,
power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara
menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk
meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat
ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal
ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan
karakteristik komponen fisik yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pemberian beban
latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan.
Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan dan prinsip dasar latihan Sudjarwo (1995
: 21-23 ) adalah sebagai berikut :
“Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlit”. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut : a) Prinsip individual, b) Prinsip beban berlebih (overload principle), c) Prinsip interval, d) Prinsip stress. (penekanan), e) Latihan sepanjang tahun, f) Prinsip makanan yang baik ( nutrition )
Adapun prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan menurut
Bompa (1999: 28-44) meliputi: “(1) prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam
berlatih, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip
individual, (5) prinsip latihan bervariasi, (6) prinsip modeling adalah proses
pelatihan”. Prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP.(1993 : 10-21) antara lain
: ” a) Latihan setahun tanpa berselang. (Prinsip kontinyu dalam latihan), b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Kenaikan beban latihan secara teratur, c) Prinsip individual, d) Prinsip interval, e)
Prinsip stress. (penekanan), f) Prinsip spesialisasi ”.
Prinsip latihan merupakan dasar yang harus digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan
lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Disini peneliti melatih teknik sehingga faktor fisik pada prinsip latihan tidak
dilatih.
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet, akan mengarah
kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan
kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,
jarak yang ditempuh, dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya,
intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih
merencanakan suatu latihan yang dinamis. Maka harus mempertimbangkan semua
aspek yang menjadi komponen latihan tersebut diatas.
Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai
dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaaan dari cabang olahraga yang
dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara
pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan
penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
membutuhkan keterampilan yang tinggi termasuk lompat jauh, maka
kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Untuk lebih
jelasnya, komponen-komponen latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Volume Latihan
Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat
penting untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih
baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “volume latihan adalah ukuran
yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang
dapat ditunjukkan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah “ ulangan
gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”.
2) Intensitas Latihan
Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang
dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban
kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya.
Menurut Suharno HP (1993: 31) bahwa, “Intensitas adalah takaran yang
menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas
jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.
3) Densitas Latihan
Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “ Density merupakan
ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.
Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan
dalam satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan
menjamin efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang
berlebihan.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang
dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan
membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah
intensitas latihan. Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan
menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan
tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf
otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual
terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan mana yang
memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Penyusunan Program Latihan
Program latihan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam pelatihan olahraga prestasi. Berkaitan dengan program latihan
Andi Suhendro (1999: 5.13) menyatakan, “ Program latihan merupakan suatu
petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan
ditempuh untuk mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, program latihan merupakan
petunjuk atau pedoman dalam latihan yang disusun oleh pelatih dan harus
dilaksanakan oleh atlet. Program latihan yang dibuat secara teratur dan terprogram
dengan baik dalam jangka waktu yang tertentu akan membuat kemampuan
meningkat.
Unsur-unsur pendukung untuk pencapaian prestasi maksimal meliputi
unsur fisik, tehnik, taktik, dan mental akan dapat meningkat secara maksimal
dengan membutuhkan proses yang panjang. Dengan adanya program latihan yang
teratur dengan baik, maka latihan akan terarah, sehingga tujuan yang ditetapkan
akan dapat tercapai. Hai ini sesuai pendapat Sudjarwo (1993: 81) menyatakan, “
Suatu hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah
menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang hendak dicapai”.
Dalam pencapaian prestasi yang tinggi diperlukan usaha melalui latihan
yang dituangkan dalam rencana program latihan tertulis sebagai pedoman arah
kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenanya, pelatih
dituntut untuk memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang
cermat dan tepat. Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap
pelaksanaa dan tujuan latihan. Manfaat dari program latihan diantaranya sebagai
pedoman yang teroragnisir, terhindar dari faktor kebetulan, waktu yang digunakan
lebih efektif dan efisien, dapat terhindar dari hambatan-hambatan, arah dan tujuan
latihan menjadi lebih jelas serta sebagai control latihan yang telah dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Latihan Pada Siswa Sekolah Dasar
a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Program latihan yang baik adalah program latihan yang sesuai
dengan kondisi pelakunya. Pemberian latihan yang baik harus memperhatikan
tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Pengajar, khususnya di Sekolah
Dasar perlu mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa SD.
Kemampuan fisik, psikomotor dan psikologis manusia berkembang sesuai dengan
tingkatan usia dan taraf pertumbuhan fisiknya. Manusia dari anak-anak hingga
dewasa mengalami berbagai perkembangan, antara lain yaitu perkembangan
fisiologis, psikologis, intelektual, sosial dan kemampuan gerak. Secara kronologis
sepanjang hidupnya manusia dapat dibedakan dalam lima tahapan kehidupan,
yaitu “(a) fase sebelum lahir (prenatal), (b) fase bayi (infant), (c) fase anak-anak
(childhood), (d) fase adolesensi (adolescene), dan (e) fase dewasa (adulthood)”
(Sugiyanto, 1998: 7). Setiap fase kehidupan manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan karakteristik tertentu, termasuk di dalamnya yang berhubungan
dengan perkembangan fisiknya.
Pada umumnya siswa-siswa di SD, khususnya kelas IV dan V
usianya adalah antara 9 sampai 12 tahun. Dalam tahapan perkembangan usia 9
sampai 12 tersebut dapat diklasifikasikan pada taraf perkembangan pada fase
anak-anak yaitu anak besar. Hal ini seperti yang dikemukakan Sugiyanto
(1998:9) bahwa, fase anak besar yaitu “usia 6 sampai 10 atau 12 tahun”.
Kelompok usia 9 - 12 tahun tersebut termasuk dalam kelompok umur anak
besar. Anak usia tersebut memiliki kerakteristik perkembangan dan
pertumbuhan bersifat khusus, yang berbeda dengan kelompok usia lain. Pada
usia anak besar, anggota gerak atas dan anggota gerak bawahnya bertambah
dengan cepat. Keadaan tersebut berpengaruh pada perkembangan kemampuan
gerak yang dicapainya. Dengan cepatnya pertumbuhan anggota gerak atas
maupun bawah tersebut, maka perkembangan kemampuan gerak anak juga
cukup pesat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Perkembangan kemampuan gerak manusia berlangsung secara bertahap.
Secara kronologis, tahapan kehidupan tersebut adalah masa bayi, masa anak kecil,
masa anak besar, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Sejalan dengan
pertumbuhan fisik di mana anak semakin tinggi dan besar, maka kemampuan
gerak anak meningkat. Kemampuan koordinasi merupakan unsur dasar yang baik
dalam perkembangan keterampilan dan dalam belajar gerak. Kecepatan seseorang
dalam mempelajari suatu keterampilan gerak dipengaruhi oleh kemampuan
koordinasi yang dimiliki.
Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.
Perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya minat anak terhadap
aktivitas fisik. Minat anak terhadap aktivitas fisik dipengaruhi oleh kondisi
psikologis dan sosialnya. Mengenai sifat-sifat psikologis dan sosial yang
menonjol pada masa anak besar adalah sebagai berikut : Imajinatif serta
menyenangi suara dan gerak ritmik, menyenangi pengulangan aktivitas,
menyayangi aktivitas kompetitif, rasa ingin tahunya besar, selalu memikirkan
sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan, lebih menyenangi aktivitas kelompok
daripada aktivitas individual, meningkatkan minatnya untuk terlibat dalam
permainan yang diorganisasi, tetapi belum siap untuk mengerti peraturan
permainan yang rumit, cenderung membandingkan dirinya dengan teman-
temannya, dan mudah merasa ada kekurangan pada dirinya atau mengalami
kegagalan, mudah gembira karena pujian, dan mudah patah hati atau tidak senang
kalau dikritik, senang menirukan idolanya, selalu menginginkan persetujuan orang
dewasa tentang apa yang diperbuat.
Kemampuan koordinasi berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan
kematangan anak. Menurut Sugiyanto ( 1998: 166) bahwa, “pada masa anak
besar, berbagai gerak dasar dan variasinya yang telah bisa dilakukan sebelumnya
akan mengalami peningkatan kualitas atau mengalami penyempurnaan”.
Peningkatan kualitas penguasaan sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk
melakukannya. Anak besar memerlukan aktivitas gerak yang beragam yang bisa
meningkatkan kemampuan fisik, keterampilan, kreativitas, serta sifat sosialnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa karakteristik siswa
SD kelas IV dan V adalah sebagai berikut :
a. Siswa SD kelas IV dan V berada pada fase perkembangan anak besar.
b. Ukuran dan proporsi bagian-bagian tubuh anak besar belum matang. Secara
proporsional kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan
togok.
c. Minatnya terhadap kegiatan fisik makin meningkat, imajinasi, rasa ingin tahu
dan kegiatan sosial juga makin meningkat.
d. Menyukai aktivitas kelompok dan permainan.
e. Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.
Gerakannya dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, semakin
lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan makin bervariasi serta gerakan
semakin bertenaga.
b. Latihan Power Otot Tungkai Untuk Siswa Sekolah Dasar.
Teknik lompat memiliki kedudukan yang penting dalam latihan power
otot tungkai. Oleh karena itu, dalam latihan power otot tungkai harus diberikan
latihan teknik secara tepat dan intensif. Dalam melakukan latihan power otot
tungkai diperlukan strategi latihan yang sesuai. Dengan melalui latihan yang
sistematis, teratur dan kontinyu serta dengan strategi latihan yang sesuai, maka
penguasaan kemampuan power otot tungkai akan dapat tercapai.
Pengajar harus memberikan latihan dengan pendekatan yang baik agar
dapat mengantarkan siswanya kepada penguasaan kemampuan lompat jauh tanpa
awalan secara optimal. Latihan power otot tungkai pada siswa SD, perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kondisi fisik siswa SD belum
matang sehingga program latihannya memerlukan berbagai penyesuaian agar
hasilnya lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Distributed Practice
a. Metode Distributed Practice
Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan giliran praktik
keterampilan yang pada pelaksanaanya diselingi dengan waktu istirahat diantara
waktu latihan. Menurut Sugiyanto (1991:284) “distributed practice adalah
mempraktekkan gerakan dengan diselingi antara melakukan gerakan dan waktu
istirahat”. Menurut Andi Suhendro (2004:3.72) bahwa,” distributed practice
adalah prinsip pengaturan giliran dalam latihan dimana diadakan pengaturan
waktu latihan dengan waktu istirahat secara berselang-seling”.
Metode distributed practice pada prinsipnya merupakan pengaturan
giliran waktu latihan, yaitu dalam pelaksanaanya dilakukan secara berselang-
seling antar waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor
penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed practice. Andi
Suhendro (2004:3.72) menyatakan, “ penggunaan waktu istirahat secara memadai
bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian-bagian penting
didalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”.
Metode distributed practice merupakan metode latihan yang
mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek
(latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi
merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat
diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat
yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih
siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.
b. Pelaksanaan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Distributed
Practice
Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran
praktik ketrampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan
dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut,
maka latihan lompat dilakukan secara berselang-seling. Hal ini maksudnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
setelah melakukan gerakan lompat beberapa kali, untuk selanjutnya diberi
kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan.
Istirahat yang diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan
demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati
kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya
kesalahan tidak diulangi lagi.
c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang
dilakukan secara berselang – seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan
diberikan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan berselang - seling tersebut,
sehingga keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat.
Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan
yang dipelajari akan lebih lama dikuasai.
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan power otot
tungkai dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka
pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu
pemprosesan informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang
dengan cepat pula karena lamanya waktu.
Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan lompat
dengan metode distributed practice yaitu, siswa akan mengingat gerakan
lompat jauh tanpa awalan pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun
setelah melakukan gerakan latihan power otot tungkai diberi waktu istirahat
atau diselingi oleh siswa lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan
dilakukan siswa lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan
yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus
diperhatikan sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu
lama, maka keterampilan akan cepat hilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode
Distributed Practice
Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi
dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode
distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih
maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1992:11) bahwa kegunaan prinsip interval
dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan
kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3)
pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.
Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat
memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan
gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan power otot tungkai dengan metode
distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:
1) Dapat meminimalkan kesalahan tehnik lompat, karena setiap kesalahan dapat
segera dibetulkan.
2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(overtraining)
3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya
dengan baik.
Latihan power otot tungkai dengan metode distributed practice juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan power otot tungkai dengan
metode distributed practice antara lain:
1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu
gilirannya.
2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya
hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.
3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan tehnik gerakan
menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang
lagi dalam istirahat.
4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan tehnik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Massed Practice
a. Metode Massed Practice
Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka
dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan
frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan
giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat.
Berkaitan dengan metode massed practice, Sugiyanto (1991 : 284) menyatakan,
“massed practice adalah mempraktekkan gerakan keterampilan yang dilakukan
secara terus menerus tanpa diselingi istirahat”. Menurut Andi Suhendro
(2004:3.72) “massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana
atlet melakukan gerakan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”.
Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para
ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat
disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan
giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus-
menerus tanpa istirahat.
b. Pelaksanaan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Massed Practice
Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan
atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari
pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan
power otot tungkai yaitu, siswa melakukan latihan power otot tungkai secara
terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang dijadwalkan
selesai tanpa diberi kesempatan istirahat. Dengan metode massed practice siswa
berusaha melakukan latihan power otot tungkai sebanyak-banyaknya. Seperti
dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.72) bahwa, “ metode massed practice setiap
atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-menerus selama waktu
latihan”. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh
keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan
keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai.
Seperti yang dikemukakan Suharno HP. (1992:8) bahwa, “ untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, tehnik, taktik, dan keterampilan
yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi
sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau
sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan
yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara
terus-menerus akan menguatkan respon.
c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice
Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan
secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini siswa
melakukan latihan power otot tungkai secara terus-menerus sesuai dengan
program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan latihan power otot tungkai
secara berulang-ulang, maka menguatkan respon.
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan power otot
tungkai dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka panjang
atau long term memory.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan power otot tungkai yang
dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan (lompat jauh tanpa
awalan) akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara terus-
menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga siswa akan memiliki konsep
gerakan power otot tungkai yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan yang
dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun
keterampilan yang dimiliki akan menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode
Massed Practice
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa
diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan
yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh
terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode massed
practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.
Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan
kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang
kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai
prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip
Syarifuddin (1996:142) bahwa, “ metode terus-menerus meningkatkan self control
atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan
kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot yang memegang
peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”.
Berdasarkan pelaksanaan latihan power otot tungkai dengan metode
massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice
antara lain:
1) Pengusaan terhadap pola gerakan tehnik power otot tungkai akan lebih
cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat
membentuk pola gerakan lompat jauh tanpa awalan yang lebih cepat.
2) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung
penampilannya dalam melakukan lompat jauh tanpa awalan.
Kelemahan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice
antara lain:
1) Penguasaan tehnik power otot tungkai kurang dapat tercapai dengan baik,
sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan
kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Pengontrolan dan perbaikan tehnik gerakan sulit dilakukan karena tidak
ada waktu istirahat.
3) Akan sering terjadi kesalahan tehnik karena terlalu lelah.
4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat
menimbulkan cedera.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode
Distributed Practice dan Massed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan bentuk keterampilan
yang diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode
latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang tidak diselingi waktu
istirahat pada saat latihan berlangsung. Metode latihan distributed practice
merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama
pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan metode massed
practice menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi
sebanyak-banyaknnya tanpa memperhitungkan waktu istirahat.
Berdasarkan karakteristik metode latihan distributed practice
menunjukkan bahwa, latihan power otot tungkai dengan metode distributed
practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap tehnik gerakan akan
lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan tehnik dasar dapat dilakukan lebih dini,
akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya akan selalu
stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan power otot tungkai
dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat
mengakibatkan penguasaan tehnik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan
pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan tehnik, sedangkan kondisi
fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat.
Sedangkan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice
memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap gerakan lompat jauh tanpa
awalan akan lebih cepat tercapai, dapat meningkatkan keterampilan sekaligus
meningkatkan daya tahan fisik. Kelemahannya antara lain: penguasaan tehnik
lompat jauh tanpa awalan sulit dikuasai kondisi karena lelah, penampilan siswa
tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap tehnik
power otot tungkai sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.
Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan
distributed practice dan massed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua bentuk
latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut
tentunya akan menimbulkan pengaruh perbedaan terhadap peningkatan
kemampuan lompat jauh tanpa awalan. Dengan demikian diduga bahwa, metode
latihan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan pengaruh
terhadap kemampuan power otot tungkai.
2. Metode Latihan Distributed Practice Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap
Peningkatan Kemampuan Power Otot Tungkai
Berdasarkan perbedaan antara metode latihan massed practice dan
distributed practice menunjukkan bahwa, metode latihan distributed practice
mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai.
Hal ini karena, dalam belajar keterampilan waktu istirahat sangat penting
terhadap pemulihan kondisi siswa. Kondisi yang baik sangat penting terhadap
latihan berikutnya, sehingga memungkinkan untuk lebih baik menguasai
kemampuan power otot tungkai. Selain itu juga waktu istirahat yang diberikan
memungkinkan siswa melakukan perbaikan terhadap kesalahan tehnik yang
dilakukan dan akan terhindar dari kelelahan, sehingga penampilan kondisinya
selalu stabil karena istirahat yang cukup. Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa,
metode latihan distributed practice memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap
peningkatan kemampuan power otot tungkai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan power otot tungkai dengan
metode distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan power
otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V di SDN Sumberadi Tahun 2010.
2. Metode latihan distributed practice lebih baik pengaruhnya terhadap
kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V di SDN
Sumberadi Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SDN Sumberadi Kec. Kebumen
Kab. Kebumen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 25 September sampai dengan 10 Nopember
2010 dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Waktu penelitian selama
enam minggu. Sebelum pemberian perlakuan dilakukan tes awal (pretest),
sedangkan setelah pemberian perlakuan dilakukan tes akhir (posttest).
B. Metode Penelitian
1. Metode Eksperimen
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen.. Sugiyanto (1995 : 21) mengemukakan :
“Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda”.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah: ”Randomized Pretest – Posttest
Design”. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut :
KE 1 Treatment A Posttest
R Pretest MSOP
KE 2 Treatment B Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Keterangan :
OP = Ordinal Pairing
KE 1 = Kelompok Eksperimen 1
X = Latihan Power Otot Tungkai Dengan distributed practice
KE 2 = Kelompok Eksperimen 2
Y = Latihan Power Otot Tungkai Dengan massed practice
Untuk pembagian kelompok menggunakan ordinal pairing, yaitu setelah
dilakukan tes awal, kemudian hasil tes awal dirangking setelah itu dipisahkan ke
dalam kelompok 1 dan kelompok 2 dengan cara ordinal pairing sehingga kedua
kelompok mempunyai keterampilan yang setara atau seimbang. Adapun
pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dan seterusnya
1. Variabel
Sesuai dengan masalah yang diajukan, dalam penelitian ini
terdapat dua variabel penelitian, yaitu :
1) Variabel Bebas
a) Latihan Power Otot Tungkai Dengan distributed practice
b) Latihan Power Otot Tungkai Dengan massed practice
2) Variabel Terikat
a) Kemampuan Power Otot Tungkai
K2
2
3
6
K1
1
4
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas IV dan V di SD
Negeri Sumberadi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
seluruh siswa putra kelas IV dan V di SD Negeri Sumberadi, kec. Kebumen, Kab.
Kebumen. tahun 2010 yang berjumlah 30 orang dengan menggunakan teknik
Total sampling.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul
penelitian, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan tehnik
tes dan pengukuran olahraga. Kemampuan power otot tungkai diukur dengan tes
lompat jauh tanpa awalan ( standing broad jump) dari Johnson dan Nelson yang
dikutip Mulyono.B. Petunjuk pelaksanaan masing-masing terlampir.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh, teknik pengolahannya menggunakan
teknik analisis data dengan rumus t-test dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum
menguji dengan t-test, terlebih dahulu dilakukan uji realibilitas dan uji
persyaratan analisis data dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas.
Dengan demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
adalah sebagai berikut :
1) Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui validitas data menggunakan tes uji reliabilitas
dengan ANOVA dari THOMAS dan Nelson (2001:351) sebagai berikut :
MSA - MSW R= MSA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keterangan :
R : Koefisien reliabilitas
MSA : Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW : Jumlah rata-rata antara kelompok
2) Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data atau
data berbeda dalam suatu kurve normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan metode Lillieforse dari Sudjana (2002:466) untuk mengetahui
apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun
prosedur uji normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan X1, X2, ...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ...., Zn dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
X = Rata-rata
s = Simpangan Baku
2. Untuk bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian di hitung peluang F(Zi) = P(Z<Xi)
3. Selanjutnya di hitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka :
4. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Xi- X
Zi = S
Banyaknya Z1, Z2, …., Zn yang < Zi S(Zi) =
n
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Rumus Lo = S(Zi) - F(Zi) maksimum
Kriteria :
Lo ≤ Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Lo > Ltab : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan berasal dari kelompok yang sama atau setara. Untuk mencari atau
menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk mencari uji homogenitas
(Sudjana, 1996:386). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan :
db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
db : Vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil
SD2bs = Varians yang lebih besar
SD2kt = Varians yang lebih kecil
3) Uji Perbedaan
a). Mencari perbedaan kelompok
Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan power otot
tungkai dengan menggunakan rumus t-test dari Thomas dan Nelson (2001:137)
sebagai berikut :
t =
( )1
2
−∑
NN
d
Md
SD2 bs
Fdbvb : dbvk = SD2
kt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan :
t = Nilai Perbedaan
Md = Mean Deviasi
d2 = Derajat perbedaan
N = Jumlah Sampel
b). Mencari perbedaan antar kelompok
[ M1 - M2 ] t = √ (s1
2 / n1)+ (s2 2 / n2 )
(Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson, 1990 : 121 )
Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi
5% dan db = N – 1. Jika thitung< ttabel = 5%, maka Ho ditolak. Artinya tidak ada
perbedaan pengaruh latihan power otot tungkai dengan distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra
kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen tahun
2010.
Jika thitung> ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan
pengaruh pembelajaran latihan power otot tungkai dengan distributed practice dan
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas
IV dan V SD Negeri Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen tahun 2010.
Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N – 1 pada
taraf signifikansi 5 %. Peningkatan prosentasi dari latihan yang telah dilakukan,
dicari dengan cara sebagai berikut.
Md = mean posttest – mean pretest
Peningkatan Prosentasi= %100xtestpre
Md
−
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir kemampuan power otot tungkai. Berturut-turut
berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, hasil analisis
data serta pengujian hipotesis dan pembahasan.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data kemampuan power otot tungkai pada siswa
kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen
tahun 2010 yang dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Deskripsi Data Kemampuan Power Otot Tungkai pada siswa kelas IV
dan V SD Negeri Sumberadi Kecamatan, Kebumen Kabupaten Kebumen tahun 2010 Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok Tes N Hasil
Terendah
Hasil
Tertinggi Mean SD
Kelompok 1 (Kelompok Metode
Distributed Practice)
Awal 15 80 144 105,40 17,875
Akhir 15 95 150 117,06 15,182
Kelompok 2 (Kelompok Metode Massed Practice)
Awal 15 79 138 105,27 16,858
Akhir 15 80 140 106,8 16,729
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan rata-
rata kemampuan power otot tungkai pada kelompok 1 yaitu 105,40, sedangkan
setelah mendapat perlakuan memiliki rata-rata kemampuan power otot tungkai =
117,06. Adapun rata-rata kemampuan power otot tungkai pada kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sebelum diberi perlakuan adalah = 105,27, sedangkan setelah mendapat perlakuan
memiliki rata-rata kemampuan power otot tungkai = 106,8.
B. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes kemampuan power otot
tungkai, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir
kemampuan power otot tungkai yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
Tes Nilai Reliabilitas Kategori
Tes Awal 0,46 Kurang
Tes Akhir 0,59 Kurang
Dari tabel tersebut diketahui bahwa, nilai reliabilitas hasil tes awal
adalah sebesar 0,46, dimana termasuk dalam kategori kurang. Adapun nilai
reliabilitas hasil tes akhir adalah sebesar 0,59, dimana termasuk dalam kategori
kurang. Untuk mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut, digunakan
pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip Mulyono B.
(1992:22), yaitu:
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,59
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu dengan uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya.
Uji normalitas data pada penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan
kelompok 2 adalah:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N M SD Lhitung Lt 5%
K1 15 105,4 17,875 0,130 0,220
K2 15 105,2 16,858 0,145 0,220
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung =
0,130 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang
dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung = 0,145 dimana nilai tersebut lebih kecil
dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Tujuan uji homogenitas adalah untuk menguji kesamaan varians
antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas ini berfungsi sebagai
persyaratan dalam pengujian perbedaan, dimana jika terdapat perbedaan antar
kelompok yang diuji, perbedaan itu betul-betul merupakan perbedaan nilai rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
rata. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%
K1 15 298,4 1,124 2,15
K2 15 265,26
Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung = 1,124 , sedangkan dengan db
= 14 lawan 14, angka Ftabel5% = 2,15 yang ternyata bahwa nilai Fhitung <Ftabel5%
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki
varians yang homogen. Dengan demikian apabila nantinya antara kelompok
1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut benar–benar
karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberikan perlakuan dilakukan uji perbedaan antara
kelompok 1 dan kelompok 2 dari hasil pemasangan yang subyek yang telah
dilakukan. Tujuan uji perbedaan yang dilakukan sebelum diberi perlakuan
yaitu untuk menguji apakah sebelum diberi perlakuan kedua kelompok tersebut
benar-benar berangkat dari titik tolak kemampuan yang sama. Hasil uji
perbedaan yang telah dilakukan antara kelompok 1 dan kelompok 2, sebelum
diberikan perlakuan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok N M thitung ttabel 5%
K1 15 105,4 0,02101 1.699
K2 15 105,26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 0,02101, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel 5% yaitu 1.699. Dengan
demikian hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa sebelum diberi perlakuan
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dengan kelompok 2.
Sehingga apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, maka perbedaan
tersebut betul-betul dikarenakan adanya perbedaan pengaruh perlakuan yang
diberikan.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Dalam penelitian ini subyek diberi perlakuan selama 6 minggu
dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Dalam hal ini kelompok 1 diberi
perlakuan pembelajaran kemampuan power otot tungkai dengan pembelajaran
distributed practice dan kelompak 2 diberi perlakuan pembelajaran massed
practice kemudian dilakukan tes akhir. Dari hasil tes akhir pada masing-masing
kelompok tersebut kemudian dilakukan uji perbedaan, yang hasilnya adalah
sebagai berikut:
a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu :
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok 1.
Tes N M Md thitung ttabel 5%
Awal 15 105,4 11,667 5,6127 2.151
Akhir 15 117,06
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 5,6127, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel5% yaitu 2,151. Dengan demikian
hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Dengan demikian setelah
mendapat perlakuan latihan kemampuan power otot tungkai dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
distributed practice, terjadi peningkatan kemampuan power otot tungkai pada
kelompok 1 secara menyakinkan.
b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu : Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 2.
Tes N M Md thitung ttabel 5%
Awal 15 105,26 1,533 3,0893 2,151
Akhir 15 106,8
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai thitung sebesar 3,0893,
yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel 5% yaitu 2,151 Dengan
demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Setelah
mendapat perlakuan latihan kemampuan power otot tungkai dengan metode
massed practice, terjadi peningkatan kemampuan power otot tungkai pada
kelompok 2 secara menyakinkan.
c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu :
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok N M thitung ttabel 5%
K1 15 117,06 1,7600 1.699
K2 15 106,8
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 1.7600, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel 5% yaitu 1.699. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa setelah diberi perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada kelompok 1
dan kelompok 2.
3. Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki persentase
peningkatan yang lebih baik, diadakan penghitungan perbedaan persentase
peningkatan tiap - tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan
kemampuan power otot tungkai dalam persen pada kelompok 1 dan
kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan kemampuan
power otot tungkai Dalam Persen Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Persentase
Peningkatan
Kelompok 1 15 105,4 117,06 11,667 11,068%
Kelompok 2 15 105,26 106,8 1,533 1,456%
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki
peningkatan kemampuan power otot tungkai sebesar 11,068 %. Sedangkan
kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan power otot tungkai sebesar
1,456 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki
persentase peningkatan kemampuan power otot tungkai yang lebih besar dari
pada kelompok 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan
perlakuan, diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok 1 dan kelompok
2 = 0.0210, sedangkan ttabel = 1.699. Ternyata t yang diperoleh < t dalam
tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok 1
dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Antara
kelompok 1 dan kelompok 2 berangkat dari titik tolak rata-rata kemampuan
power otot tungkai yang sama. Yang berarti apabila setelah diberi perlakuan
terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan perlakuan yang
diberikan.
Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada
kelompok 1 dan kelompok 2, diperoleh nilai t sebesar 1,7600. Sedangkan ttabel =
1.699. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan
selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada
kelompok 1 dan kelompok 2. Karena sebelum diberikan perlakuan kedua
kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah
karena perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Metode pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap proses
belajar yang berlangsung. Pada penelitian ini kelompok 1 dan kelompok 2
diberikan mendapatkan pembelajaran kemampuan power otot tungkai dengan
metode yang berbeda. Perbedaan metode yang diberikan selama pembelajaran
mempengaruhi, semangat, motivasi, kreatifitas yang berbeda dari pelaku,
sehingga dapat memberikan efek atau pengaruh yang berbeda. Perbedaan metode
yang diterapkan pada pembelajaran juga berpengaruh pada perbedaan
pembentukan pola keterampilan gerakan. Penguasaan keterampilan gerakan
power otot tungkai antara kelompok 1 dan kelompok 2 menjadi berbeda. Oleh
karena itulah, kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran kemampuan
power otot tungkai dengan metode distributed practice dan dengan metode
massed practice memiliki pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemampuan power otot tungkai. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran power otot tungkai dengan
metode distributed practice dan metode massed practice terhadap kemampuan
power otot tungkai, dapat diterima kebenarannya.
Kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan power
otot tungkai sebesar 11,068%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan
kemampuan power otot tungkai sebesar 1,456%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki persentase peningkatan kemampuan
power otot tungkai yang lebih besar dari pada kelompok 2. Kelompok 1
(kelompok yang mendapat perlakuan pembelajaran power otot tungkai dengan
metode distributed practice), ternyata memiliki peningkatan kemampuan power
otot tungkai yang lebih besar dari pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat
perlakuan pembelajaran kemampuan power otot tungkai dengan metode massed
practice).
Metode pembelajaran menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan
menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan gairah dan motivasi untuk
menguasai teknik yang diajarkan. Melalui pembelajaran ini juga tercipta semangat
kompetitif sehingga pelaksanaannya lebih bergairah. Selama pembelajaran dengan
pembelajaran inovatif, siswa lebih semangat dan aktif melakukan gerakan yang
diajarkan karena merupakan hal baru bagi siswa.. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa, pembelajaran kemampuan power otot tungkai dengan
metode distributed practice memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada metode
massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan
V SD Negeri Sumberadi Kebumen Kabupaten Kebumen tahun 2010, dapat
diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
dapat diperoleh kesimpulan sebagi berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh pembelajaran distributed practice dan massed
practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V
SD Negeri Sumberadi Kec Kebumen Kab Kebumen tahun 2010, karena nilai
thitung yang diperoleh sebesar 1,790 , lebih besar dari ttabel sebesar 1,699.
2. Pembelajaran distributed practice lebih baik daripada massed practice terhadap
kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V SD Negeri
Sumberadi Kec Kebumen Kab Kebumen tahun 2010, karena rata-rata
peningkatan secara matematika yaitu persentasenya peningkatan pembelajaran
distributed practice lebih baik daripada massed practice, yaitu distributed
practice 11,068 % dan massed practice 1,456 %.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kemampuan power otot
tungkai dengan pembelajaran distributed practice dan massed practice keduanya
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan power otot tungkai.
Implikasi yang diberikan bahwa dalam meningkatkan kemampuan
power otot tungkai, guru dapat menggunakan distributed practice dan massed
practice, sehingga hal tersebut menjadi dasar bagi guru untuk meningkatkan
kemampuan power otot tungkai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan
implikasi yang ditimbulkan. Maka guru / pengajar, khususnya di SD Negeri
Sumberadi Kec. Kebumen, Kab. Kebumen, disarankan hal-hal sebagi berikut :
1. Dalam pembelajaran kemampuan power otot tungkai hendaknya guru
/pengajar menggunakan metode yang sesuai dan dapat digunakan untuk
latihan lompat jauah tanpa awalan secara maksimal.
2. Penggunaan latihan yang tepat ternyata sangat berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan power otot tungkai, pembelajaran distributed
practice dan massed practice ternyata sesuai dengan karakteristik siswa SD
karena berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa.
3. Untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai hendaknya
guru/pengajar menggunakan distributed practice, karena berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan distributed practice mempunyai pengaruh
yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh tanpa awalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
DAFTAR PUSTAKA
Andi Suhendro, 2004. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bompa O Tudor, 1999. Theory and Methodology of Training The Key to Athletic
Performance. Departement of Physical Education York University Toronto Antorio Canada.
, 1994. Power Training For Sport, Plyometrics For Maximum
Power Development. Canada. Choaching Association of Canada
Djumidar. 2007. Dasar-dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen
Pendidikan Nasional Donald A. Chu. 1992. Jumping Into Plyometrics. California. Leisure Press.
Champaign. Illinois
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung.
CV Tambak Kusuma.
Jerry R. Thomas dan JK. Nelson. 2001. Research Methods in Physical Activity.
USA : Human Kinetics Publishers. Champaign. Illinois
Jess Jarver. 2005. Belajar dan Berlatih ATLETIK. Bandung. CV. Pionir Jaya
Mulyono. B. 2007. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani dalam Olahraga.
Surakarta. Departemen pendidikan dan Kebudayaan RI. Universitas Sebelas Maret. Press
M. Sajoto. 1995. Peningkatandan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Semarang. Dahara Prize
Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan I. Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Surakarta. Universitas Sebelas Maret Press
Sudoso Sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: PT Gramedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Suharno HP. 1993. Metodologi Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung.Tarsito
Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Depdikbub. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Penjaskes SD Setara D-II Jakarta.
Wahyu. S, dkk. 2000. Anatomi. Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
Surakarta. Universitas Sebelas Maret Press
Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta:
Departemen pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.