perbedaan pengaruh jenis recovery aktif, …
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN
MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh:
HAJAR DANARDONO A 121108018
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN
MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH
(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta )
TESIS
Oleh
HAJAR DANARDONO A 121108018
Telah disetujui oleh tim pembimbing
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto ....................... ..... 2013 NIP 194911081976091001
Pembimbing II Prof. Dr. Kiyatno., dr., PFK., ...................... ..... 2013 M.Or., AIFO NIP 194801181976031002
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal...........................2013
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Agus Kristiyanto., M.Pd NIP 196511281990031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH JENIS RECOVERY AKTIF, CORSTABILITY, DAN PASIF, SESUDAH LATIHAN
MAKSIMUM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM LAKTAT DITINJAU DARI INDEKS MASSA TUBUH
TESIS
Oleh
HAJAR DANARDONO
A 121108018
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua
Sekretaris
Anggota Penguji
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr.,
AIFO
1. Prof. Dr. Sugiyanto
2. Prof. Dr.Kiyatno, dr., PFK.,
M.Or., AIFO
-------------------
-------------------
-------------------
-------------------
---------------
---------------
---------------
---------------
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd
NIP. 196107171986011001 NIP 196511281990031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISIONALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif,
Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum terhadap Penurunan
Kadar Asam Laktat Ditinjau dari Indeks Massa Tubuh adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17,
tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, 2013
Yang Membuat Pernyataan
Hajar Danardono NIM. A.121108018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
KANTHI SUMARAH MARANG
KANG KAESTHI BAKAL DADI
(MEMAHAMI, MENIRUKAN, DAN
MENGEMBANGKAN)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karyainidipersembahkankepada:
Kedua orangtuaku, yang telah mendidik dan selalu berdoa demi kesuksesan dan
kebahagiaanku.
Adik-adikku yang selalu memotivasi dan mengiringi langkah-langkahku
setiap saat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah
Latihan maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks
Massa Tubuh
Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan
serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada :
a. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keolahragaan program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, terima
kasih atas rekomendasi bapak sehingga penulis dapat kuliah di
Pascasarjana UNS serta terimaksih atas bimbingan dan arahannya.
d. Prof. Dr. Sugiyanto selaku pembimbing I yang telah secara seksama dan
dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mencurahkan pikiran,
mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk proses bimbingan hingga
terwujudnya penulisan ini.
e. Prof. Dr. Kiyatno, dr, PFK, M.Or, AIFO. selaku pembimbing II yang telah
mencurahkan pikiran, waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan
arahan sampai terselesaikannya tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
f. Drs. Margono, M.Pd. yang telah membantu terlaksananya penelitian ini
(membantu mencarikan sampel dan meluangkan jam kuliah untuk
penelitian saya) serta terimakasih atas rekomendasinya dulu sehingga
penulis dapat melanjutkan studi S2 di UNS.
g. Dr. Widiyanto, M.Kes. yang dengan senang hati dan sungguh-sungguh
membantu dalam proses penelitian di lapangan (baik mencarikan sampel,
pengukuran TB, BB, dan pengambilan darah) tidak lupa alat dan bahan
penelitian yang telah dipinjami serta segala kebaikan yang tidak dapat
disebutkan satu per satu karena terlalu banyak sekali membantu.
h. Drs. Bambang Priyonoadi, M.Kes. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menerima dan
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
i. Yudik Prasetyo, S.Or, M.Kes. selaku Kapprodi Ilmu Keolahragaan
(IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
yang telah mengijinkan mahasiswanya untuk menjadi subyek penelitian
saya.
j. Semua mahasiswa yang menjadi subyek penelitian yang dengan sungguh-
sungguh dan rela hati meluangkan waktu dan tenaga untuk mengikuti
program penelitian ini.
k. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2011 yang telah membantu
dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini.
l. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik
moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang
diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh
dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini.
Surakarta, 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ....................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Kajian Teori ......................................................................................... 8
1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme)
Kadar Asam Laktat dan Sistem Energi............................................ 8
a. Terbentuknya Asam Laktat dalam Otot ...................................... 10
b. Sistem Energi .............................................................................. 11
c. Sumber Energi ............................................................................ 14
d. Penyediaan Energi ...................................................................... 15
e. Sistem Anaerobik ........................................................................ 15
f. Sistem Aerobik ........................................................................... 18
g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga ............................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan .................................... 21
2. Latihan Fisik .................................................................................... 22
a. Ruang Lingkup Latihan .............................................................. 22
b. Pengertian Latihan ...................................................................... 24
c. Ciri-ciri Latihan .......................................................................... 26
d. Tujuan dan Sasaran Latihan ........................................................ 27
e. Komponen-komponen Latihan ................................................... 29
f. Latihan maksimum ..................................................................... 35
3. Kelelahan ......................................................................................... 36
a. Bentuk Kelelahan ........................................................................ 37
b. Fisiologi Kelelahan ..................................................................... 37
c. Mekanisme Kelelahan ................................................................. 40
d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan ................................... 42
4. Pemulihan (Recovery)...................................................................... 43
a. Fisiologi Proses Recovery ........................................................... 44
b. Oksigen Pemulihan ..................................................................... 45
c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi ......................... 48
d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot ......................... 50
e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen .................................... 51
f. Recovery Aktif ............................................................................ 53
g. Recovery Corstability ................................................................. 54
h. Recovery Pasif ............................................................................. 54
i. Penurunan Kadar Asam Laktat ................................................... 56
5. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................................. 57
a. IMT Kurang ................................................................................ 58
b. IMT Normal ................................................................................ 59
c. IMT Lebih ................................................................................... 60
6. Analisis IMT Berkaitan dengan Penurunan Kadar Asam Laktat .... 61
B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 62
C. Hipotesis ............................................................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 66
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 66
B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 66
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 68
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 69
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 72
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 76
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 84
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 85
B. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 92
C. Pembahasan .......................................................................................... 95
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 102
A. Kesimpulan .......................................................................................... 102
B. Implikasi ............................................................................................... 104
C. Saran ..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................. 106
LAMPIRAN .................................................................................................. 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga................... 20
Tabel 2.2 Perbedaan Denyut Jantung Orang Terlatih dan Tidak Terlatih ....... 32
Tabel 2.3 Mekanisme Terjadinya Kelelahan ................................................... 41
Tabel 2.4 Kategori IMT ................................................................................... 58
Tabel 3.1 Rancangan Faktorial 3 x 3 ............................................................... 67
Tabel 3.2 Satuan Harga untuk Uji Bartlet ........................................................ 78
Tabel 3.3 Analisis Variansi Dua Jalur ............................................................. 79
Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Pengukuran Kadar Asam Laktat Darah pada
Mahasiswa yang Memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal,
dan Kurang, Berdasarkan Jenis Recovery yaitu Recovery Aktif,
Corstability, dan Pasif ..................................................................... 85
Tabel 4.2. Nilai Penurunan Kadar Asam Laktat Masing-Masing Sel
(Kelompok Perlakuan) ..................................................................... 88
Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test .......................................... 90
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ....................................... 91
Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan
Kategori IMT dan Jenis Recovery . ................................................. 92
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Perlakuan Recovery
Aktif, Corstability dan Pasif (A1, A2, A3) ........................................ 93
Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2
dan B3) ............................................................................................. 93
Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor ................................. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar: 2.1. Pengetahuan pendukung dalam Proses Berlatih Melatih ........... 23
Gambar 2.2. Kerangka Hubungan Latihan dan Penampilan Atlet ................... 28
Gambar 2.3. Penurunan Heart rate pada Orang Tidak Terlatih dan Terlatih .. 31
Gambar 2.4. Pemulihan Setelah Latihan maksimum Versi MacKenzie .......... 48
Gambar 2.5.Pemulihan Setelah Latihan maksimum (Maksimal) Versi
Mucshin Douwes ........................................................................ 48
Gambar 2.6. Pemulihan Fosfagen Sangat Cepat, Kemudian Agak Lambat,
yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3
sampai 5 menit ............................................................................ 49
Gambar 2.7.Sirkulasi yang Utuh, Pemulihan PC pada Mulanya Sangat
Cepat, Kemudian Jauh Lebih Lambat ......................................... 50
Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi Selama RPP (Rapid-Recovery O2
Phase) .......................................................................................... 52
Gambar 3.1. Pengambilan Laktat ..................................................................... 73
Gambar 3.2. Pengukuran Tinggi Badan ........................................................... 74
Gambar 3.3. Pengukuran Berat Badan ............................................................. 76
Gambar 4.1.Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh ................................................................... 87
Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Penurunan Kadar Asam Laktat Tiap
Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks
Massa Tubuh ............................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Permohonan Ijin Penelitian ......................................................... 111
Lampiran 2. Ijin Penelitian ............................................................................... 112
Lampiran 3. Hasil Analisis One Way Anava ................................................... 113
Lampiran 4. Hasil Analisis Univariate Analysis of Varian ............................. 116
Lampiran 5. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih ............ 121
Lampiran 6. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal ......... 122
Lampiran 7. Data TB dan BB Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang ......... 123
Lampiran 8. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks
Massa Tubuh Lebih .................................................................... 124
Lampiran 9. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks
Massa Tubuh Normal .................................................................. 125
Lampiran 10. Kadar Asam Laktat Pre test dan Post tes Kelompok Indeks
Massa Tubuh Lebih .................................................................. 126
Lampiran 11. Foto Penelitian ........................................................................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Hajar Danardono. 2013. Perbedaan Pengaruh Jenis Recovery Aktif, Corstabilty, Dan Pasif, Sesudah Latihan Maksimum Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat Ditinjau Dari Indeks Massa Tubuh. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana UNS Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (2) Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum, (3) Interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh (IMT) terhadap penurunan kadar asam laktat.
Penelitian dilaksanakan di Stadion Atletik FIK UNY Yogyakarta selama 1 hari. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 3 x 3. Populasi penelitian adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang mempunyai kategori indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. Sampel penelitian berjumlah 45 mahasiswa laki-laki yang diambil dengan teknik purposive random sampling. Variabel penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independen, variabel atributif dan variabel dependen. Rinciannya sebagai berikut: 1) Variabel independen yaitu recovery aktif, corstabilty, dan pasif, 2) Variabel atributif yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih. 3) Variabel dependen yaitu penurunan kadar asam laktat. Seluruh data yang diperlukan diperoleh melalui laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANAVA dua jalur dengan bantuan aplikasi computer menggunakan seri program SPSS for window versi 19 dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara jenis recovery aktif, corstabilty, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana jenis recovery aktif memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada recovery corstabilty, Dan Pasif. (2) Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, (Sig = 0.000 < 0.05) di mana mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang lebih besar dari pada mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang, dan lebih. (3) tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat, mahasiswa laki-laki Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, (Sig = 0.113 > 0.05). Kata Kunci : Recovery, Latihan maksimum, Kadar Asam Laktat, dan Indeks
Massa Tubuh (IMT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Hajar Danardono. 2013. The Differences Effect of Type Active Recovery, Corstabilty, and Passive, After Weight Exercise Toward Decreased levels of lactic acids Seen From the Body Mass Index. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyanto, Supervisor II: Prof. Dr. Kiyatno, dr., PFK., M.Or., AIFO. Study Program of Sport Science, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
The purpose of this study was to find out: (1) The difference effect between of type active recovery, corstabilty, and passive, after weight exercise toward decreased levels of lactic acid, (2) The difference changes of lactic acid levels between the students that have less than body mass index, normal, and more, after weight exercise, (3) The interaction between the type of recovery and categories of body mass index (BMI) toward decreased levels of lactic acids.
The research was conduct at the Athletic Stadium FIK UNY Yogyakarta for 1 day. The research method that used was experiment method with the 3 x 3 factorial design. The research population was students of study program of sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, who have less body mass index categories, normal, and more. The number of research sample was 45 male students taken with the technique of purposive random sampling. This research variables include three variables, that is independent variable, attributive variable and dependent variable. Its detail as follows 1) Independent variable that is active recovery, corstabilty, and passive, 2) Attributive variable that is body mass index is less, normal, and more, 3) Dependent variable that is decreased levels of lactic acids. All data obtained through lactic necessary tests used to measurement the lactate threshold, Scales to measurement weight, stadiometer to measurement height. The technique of data analyzes that used in this research was two way ANAVA with the help of computer applications using serial SPSS for windows version 19 with a significance level of 5%.
The result of research indicate: (1) There was significant difference effect between the type of active recovery, corstabilty, and passive, after weight Exercise toward decreased levels of lactic acid, (Sig = 0.000 <0.05), effect of type active recovery better than the recovery corstabilty, and passive toward lactic acid levels reduction/change. (2) There was significant difference of lactic acid levels reduction/change between the students that have body mass index less than, normal, and more, (Sig = 0.000 <0.05)), students group with normal body mass index category have larger lactic acid levels reduction/change than students group with body mass index less, and more. (3) There was no significant interaction between the type of recovery and BMI categories on decreased levels of lactic acid/reduction, male students of Study Program of Sport Science, Faculty of Sport Science, Yogyakarta State University, (Sig = 0113> 0.05). Key Word : Recovery, Weight Exercise, Lactic Acid Levels, and Body Mass
Index (BMI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga
metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi
dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien. Olahraga merupakan keperluan
dalam kehidupan kita, apalagi bagi yang ingin meningkatkan kesehatannya.
Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan mereka:
seperti olahraga untuk peningkatan prestasi, olahraga meningkatkan kinerja,
ketahanan yang lebih baik, lemak tubuh kurang, tambah dan bahkan hanya
merasa lebih baik. Dalam rangka mempertahankan latihan rutin sangat penting
untuk pulih sepenuhnya setelah latihan. Pemulihan merupakan bagian penting
dari latihan rutin. Hal ini memungkinkan atlet untuk melatih lebih sering dan
melatih lebih keras sehingga atlet mendapatkan lebih banyak dari pelatihannya
(Muhammad Arief Setiawan, 2012).
Proses yang terjadi selama pemulihan dari suatu latihan fisik (exercise)
sama pentingnya dengan proses selama latihan fisik itu sendiri. Pemulihan
yang tidak sempurna antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara
satu pertandingan dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan
menurunkan kinerja fisik seseorang (Ilhamjaya, 2000).
Pada kasus atlet, seringkali hanya istirahat sehari atau 2 hari antara satu
perlombaan dengan perlombaan lainnya. Sebenarnya, bukan suatu hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
luar biasa bagi atlet untuk berpartisipasi pada beberapa perlombaan dalam
seminggu atau beberapa pertunjukkan dalam sehari, khususnya selama waktu
turnamen. Persoalannya adalah bagaimana para pelatih dapat memulihkan
atlet-atlet mereka secara sempurna dan secepatnya dari satu kinerja ke kinerja
berikutnya (Ilhamjaya, 2000).
Konsep yang paling erat kaitanya dengan proses pemulihan dari suatu
latihan fisik (exercise) adalah hutang oksigen (the oxygen debt). Selain itu, ada
beberapa hal penting lainnya dalam proses pemulihan tersebut, yaitu:
pemulihan cadangan fosfagen otot, pengisian mioglobin dengan oksigen,
pengisian cadangan glikogen otot, dan pemusnahan asam laktat darah dan otot
(Fox, Bower & Foss, 1993).
Tubuh manusia secara normal mengalami metabolisme energi yang
menjadi sumber pergerakan tubuh salah satunya berasal dari ATP yang
digunakan antara lain untuk pergerakan otot (Guyton, 1986).
Energi yang digunakan saat beraktivitas pada kondisi anaerob akan
menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam laktat secara normal
terdapat dalam tubuh dan menggambarkan kondisi glikolisis anaerob. Asam
laktat berkaitan erat dengan kemampuan otot untuk berkontraksi. Tubuh
memiliki keterbatasan dalam mentoleransi jumlah asam laktat dan tiap individu
memiliki batas ambang asam laktat yang berbeda-beda. Kadar asam laktat akan
meningkat saat beraktivitas dimana sumber energinya berasal dari sistem
glikolisis anaerob (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana
Herman, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Asam laktat yang terbentuk melalui glikolisis anaerobic ini akan
menurunkan pH (meningkatkan keasaman) dalam otot maupun darah.
Penurunan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia
dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot tersebut sehingga menyebabkan
kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan (Ilhamjaya,
2000).
Adanya aktivitas tinggi tanpa memperhatikan waktu pemulihan yang
cukup, dapat menyebabkan penumpukan asam laktat darah yang
mengakibatkan terhalangnya asupan energi dari sistem aerob pada sel otot dan
timbulnya rasa lelah (Guyton, 1986). Kondisi tersebut berakibat pada turunnya
kinerja otot. Namun adanya asam laktat dalam tubuh juga penting karena asam
laktat dapat diubah menjadi sumber energi. Asam laktat dalam kondisi cukup
oksigen dapat diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya
mengalami sistem oksidatif untuk menghasilkan energi.
Asam laktat merupakan indikator kelelahan, yaitu suatu hasil
sampingan dari metabolisme pembentukan energi. Di dalam tubuh kita,
terjadi proses kimia yang mengubah energi kimia dalam makanan menjadi
energi mekanik yang membuat otot kita dapat berkontraksi. Energi mekanik
yang menjadikan otot berkontraksi berasal dari molekul yang disebut ATP
(Adenosin Tri Phosphate, merupakan gugus adenosine yang mengikat tiga
gugus fosfat). Jika satu gugus fosfat lepas dari ATP, maka energi sebesar 30 kJ
akan dilepas. Salah satu penggunaan energy tersebut, yaitu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menggerakkan otot (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana
Herman, 2009).
Pada beberapa cabang olahraga, pertambahan berat badan berupa lemak
tubuh justru dapat menghambat pergerakan atlet. Contoh atlet yang tidak
membutuhkan berat badan adalah atlet lompat tinggi, lompat jauh, ballerina,
gimnastik, pelari cepat dan marathon. Lemak tubuh hanya akan meningkatkan
berat tubuh atlet tetapi tidak berkontribusi pada produksi energi. Jadi, lemak
tubuh yang berlebihan akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan
berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh.
Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan
meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh
(Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung
tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang
lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang
lebih lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena
banyak kekurangan energy/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam
aktivitas olahraga juga agak lama.
Mekanisme pemulihan laktat dari otot dan darah dipengaruhi oleh
aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas dengan intensitas maksimal. Hal ini
akan mempengaruhi mekanisme keluarnya laktat dari otot ke darah,
meningkatnya aliran darah, ambilan laktat oleh hati, jantung, dan otot rangka.
Kecepatan pengeluaran laktat dari otot ke pembuluh darah akan mempengaruhi
proses metabolisme berikutnya, sehingga laktat dapat segera dimetabolisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kembali membentuk energy melalui siklus krebs (Widiyanto, 2012). Menurut
Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) proses aerobik merupakan salah
satu cara menghilangkan zat kelelahan, karena selama proses aerobik aliran
darah dapat dialirkan menuju otak dan jantung, proses respirasi berjalan lancer
yang menyebabkan oksigen banyak masuk ketubuh sehingga cepat membentuk
energy kembali.
Optimalisasi masa recovery sejalan dengan kajian teoritik yang
menyatakan bahwa pengkondisian fisiologis seseorang tidak hanya pada masa
latihan tapi juga pada masa recovery latihan, masa pertandingan, dan masa
recovery antar pertandingan. Optimalisasi jenis recovery penting untuk
dilakukan mengingat kualitas recovery yang baik dapat menurunkan kelelahan
baik secara objektif maupun subjektif, serta dapat mengurangi cedera
(Widiyanto, 2012). Dalam kesempatan ini peneliti akan membandingkan teknik
recovery aktif, corstability, dan pasif dengan Indeks Massa Tubuh yang
harapannya dapat membantu meningkatkan penurunan kadar asam laktat.
Dengan meningkatnya penurunan kadar asam laktat diharapkan mampu
memberikan sumbangan pada efisiensi pemulihan dan dapat mengetahui
ketahanan atlet selama training dan mempersiapkan kompetisi, bahkan juga
saat proses kompetisinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Adakah perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan
pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat?
2. Adakah perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang
memiliki indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan
maksimum?
3. Adakah pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa
tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif,
sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar asam laktat.
2. Perbedaan penurunan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki
indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih, sesudah latihan maksimum.
3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh
terhadap penurunan kadar asam laktat?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara metodologis penelitian ini penting karena dapat memberi landasan
yang tepat dan rasional pada semua orang tentang jenis recovery aktif,
corstability, dan pasif, sesudah latihan maksimum terhadap penurunan kadar
asam laktat. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat adanya
kecenderungan bahwa masyarakat umum, pecinta olahraga, dan atlet, sering
mengabaikan recovery sehingga sering mengalami kelelahan yang
berlebihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan teori recovery, untuk
mempertegas konsep, pemikiran, dan temuan yang telah dilakukan oleh para
ahli terdahulu.
3. Teknik recovery menjadi peluang yang harus dikembangkan dalam
menyusun program latihan sehingga dapat mengurangi kelelahan yang
berlebihan karena antara latihan dan recovery seimbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hubungan Sistema Kerja Fisik dengan Olahdaya (Metabolisme) Kadar
Asam Laktat dan Sistem Energi
Dalam kehidupan sehari-hari bila kita melakukan aktifitas fisik berat,
misalnya olahraga berat, maka akan timbul kelelahan. Salah satu penyebab
terjadinya kelelahan adalah akibat penumpukan sampah olahdaya
(metabolisme) misalnya yang berupa asam laktat. Sesungguhnya asam laktat
di dalam sel otot bukan merupakan sampah akhir, namun bila jumlahnya
berlebihan, dapat menggangu kinerja sel, sehingga oleh karena itu harus
segera diangkut ke luar dari otot oleh sistem sirkulasi untuk didaur ulang
kembali menjadi glikogen di hati dan jaringan otot lain yang tidak aktif.
Oleh karena itu dengan semakin baiknya kemampuan seseorang untuk
mengangkut sisa olahdaya tersebut keluar dari otot yang lelah ke dalam hati
dan otot lain, maka semakin cepat pula seseorang pulih dari kelelahan
(Astrand yang dipaparkan oleh Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis
K, 2012).
Perlu pula diingat kembali bahwa tertimbunnya asam laktat terjadi
oleh karena pembentukan asam laktat lebih cepat daripada pembuangannya,
dan hal ini berkaitan dengan tidak adekuatnya sistem sirkulasi dalam otot
yang bersangkutan dan tidak adekuatnya pasokan O2, baik secara absolut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
maupun relatif. Pasokan O2 yang secara absolut tidak adekuat disebabkan
oleh rendahnya kapasitas aerobik yang dimilikinya, sedangkan pasokan O2
yang secara relatif tidak adekuat disebabkan oleh tingginya intensitas
kerja/olahraga yang dilakukannya (olahraga dilakukan secara overload).
Salah satu cara untuk pulih kembali dari kelelahan yaitu dengan pemulihan
/Recovery (Santosa Giriwijoyo, Neng Tine K, dan Lilis K, 2012).
Sebelum membahas pelatihan fisik perlu terlebih dahulu dipahami apa
yang dimaksud dengan kondisi pelatihan. Untuk dapat memahami kondisi
pelatihan harus dipahami tata hubungan olahdaya anaerobik dan aerobik.
Fungsi olahdaya anaerobik adalah memasok daya untuk terjadinya gerak
(kontraksi otot), sedang fungsi olahdaya aerobik ialah untuk memulihkan
perubahan, termasuk menghilangkan sampah yang terjadi akibat adanya
olahdaya anaerobik (lihat bagan dibawah ini).
Bagan: olahdaya untuk menghasilkan daya (energi) untuk kerja dan mekanisme pencegahan/pemulihan kelelahan (Santoso Giriwijoyo, 2012).
OLAH DAYA
DAYA (ENERGI)
KERJA/OR
SAMPAH KELELAHAN
ANAEROBIK (TANPA O2)
AEROBIK (+ O2)
PEMBUANGAN MELALUI PROSES OKSIDASI (+ PEMBUANGAN MELALUI SIRKULASI)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kelelahan yang berlebihan setelah berolahraga umumnya sinyal
bahwa Anda berolahraga terlalu keras. Cooper memiliki dua rekomendasi.
Pertama, ia menulis bahwa Anda harus berjalan perlahan-lahan selama
setidaknya lima menit setelah latihan maksimum karena berhenti tiba-tiba
dapat menyebabkan aliran darah tidak memadai ke otak dan jantung. Kedua,
ia menulis bahwa Anda harus memeriksa detak jantung Anda setelah
periode pemulihan lima menit. Jika denyut jantung Anda di atas 120 detak
jantung per menit dan Anda berada di bawah 50 tahun atau detak jantung
Anda di atas 100 detak jantung per menit dan Anda lebih dari 50 tahun,
latihan berikutnya Anda harus lebih pendek dan kurang berat. Pemantauan
denyut jantung Anda terus-menerus dapat membantu Anda membuat
penyesuaian secara cepat (Martin Zabell, 2011).
a. Terbentuknya Asam Laktat dalam otot
Perasaan tegang atau capek di badan adalah indikasi menumpuknya
asam laktat atau asam susu di otot. Asam laktat ini timbul pada proses
pembakaran di dalam otot yang aktif. Dalam kegiatan ini selain
dihasilkan energi juga didapat sisa pembakaran, yaitu berupa asam laktat.
Makin lama aktivitas dijalankan, energi yang dihasilkan semakin kecil
sementara sisa pembakaran berupa asam laktat itu justru menumpuk.
Penumpukan asam laktat inilah yang menyebabkan rasa lelah atau capek.
Secara fisik, otot yang lelah terasa lebih kaku dan keras. Jika dipegang
tidak terasa elastis dan tidak rileks. Otot yang tidak rileks akan
mengganggu alat-alat tubuh, misalnya pembuluh darah vena atau arteri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Juga pembuluh limpa dan persarafan, Bisa jadi pembuluh darah tertekan
atau saraf-saraf terjepit akibatnya peredaran darah menjadi kurang lancar
dan saraf menjadi kurang sensitive (thobib, 2012).
Stephen M. Roth (2012) menjelaskan bahwa Sel-sel otot yang
sedang bekerja dapat melanjutkan jenis produksi energi anaerobik pada
tingkat tinggi selama satu sampai tiga menit, selama waktu itu laktat
dapat mengakumulasi ke tingkat tinggi. Efek samping dari tingkat laktat
yang tinggi adalah peningkatan keasaman sel-sel otot, bersamaan dengan
gangguan metabolit lainnya. Jalur metabolisme yang sama
memungkinkan pemecahan glukosa menjadi energi berkinerja buruk
dalam lingkungan asam. Di permukaan, tampaknya kontraproduktif
bahwa otot bekerja akan menghasilkan sesuatu yang akan memperlambat
kapasitasnya untuk bekerja lebih, Pada kenyataannya, ini adalah
mekanisme pertahanan alami untuk tubuh mencegah kerusakan permanen
saat beraktivitas ekstrim dengan memperlambat sistem kunci yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kontraksi otot. Setelah tubuh
melambat, oksigen menjadi tersedia dan laktat kembali menjadi piruvat,
sehingga metabolisme aerobik jalan terus dan energi untuk pemulihan
tubuh dapat tersedia dari latihan maksimum.
b. Sistem Energi
Olahraga atau aktivitas fisik lainnya memerlukan energi. Kerja
yang dihasilkan oleh aktivitas fisik merupakan hasil penerapan gaya oleh
anggota gerak tubuh terhadap suatu massa pada suatu jarak. Gerakan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
gerakan yang dilakukan oleh anggota gerak tubuh merupakan hasil
kontraksi-relaksasi otot rangka tubuh. Kontraksi-relaksasi otot rangka
memerlukan energi. Energi yang digunakan oleh kontraksi-relaksasi otot
dan proses-proses biologis lainnya dalam tubuh adalah energi yang
dilepaskan oleh hidrólisis adenosine triphosphate (ATP). Energi tersebut
merupakan energi kimia yang dibentuk melalui oksidasi bahan-bahan
penghasil energi (karbohidrat, lemak, dan protein) (Ilhamjaya, 2000).
Metabolisme energi dalam tubuh secara umum dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu metabolisme aerob dan anaerob. Metabolisme anaerob
terdiri dari sistem fosfagen (sistem ATP-PC) yang menggunakan fosfat
inorganik (Pi) hasil pemecahan ikatan phosphocreatine (PC) sebagai
sumber pembentukan kembali ATP dan sistem glikolisis anaerob (sistem
asam laktat) yang melibatkan pemecahan glukosa untuk membentuk
ATP. Metabolisme aerob melibatkan oksigen dalam pemecahan sumber
energi berupa karbohidrat, lemak atau protein untuk pembentukan
kembali ATP. Dalam pelatihan dengan intensitas tinggi dengan waktu
pelaksanaan yang singkat, sumber energi kontraksi sepenuhnya berasal
dari metabolisme anaerob yakni melalui sistem fosfagen (ATP-PC) dan
glikolisis anaerob.
Sistem fosfagen (ATP-PC) merupakan sistem penghasil energi
anaerob yang mempergunakan fosfat kreatin (PC) yang terdapat di dalam
otot untuk resintesis ATP. Fosfat kreatin adalah suatu zat seperti ATP
berisi ikatan fosfat energi tinggi. Tidak seperti pemecahan ATP, energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang dihasilkan dari pemecahan fosfat kreatin tidak dapat digunakan
secara langsung sebagai energi kontraksi otot. Namun energi yang
dihasilkan berperan dalam mengganti ATP. Fosfat kreatin dihidrolisis
menjadi kreatin dan fosat inorganik dengan melepaskan energi tinggi.
Energi tersebut digunakan untuk membentuk kembali ATP dari ADP
(Adenosine Diphosphate).
Pada dasarnya dua macam sistem metabolisme energi yang
diperlukan dalam setiap aktivitas gerak manusia, yaitu dari metabolisme
sistem energi anaerob dan sistem energi aerob tidak dapat dipisah-
pisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja otot berlangsung. Oleh
karena sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan
kebutuhan tenaga yang secara terus menerus berkesinambungan dan
saling silih berganti. Pada awal kerja memang diperlukan sistem ATP-
PC, tetapi jika kerja itu terus berlangsung maka diperlukan sistem energi
lain yang akhirnya akan sampai pada sistem aerobik. Adapun letak
perbedaan di antara kedua sistem energi tersebut adalah pada ada dan
tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhan kebutuhan
energi berlangsung. Sistem anaerob selama proses pemenuhan energinya
tidak memerlukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan energi
yang telah tersimpan di dalam otot, yaitu ATP dan PC. Sebaliknya,
sistem energi aerob dalam proses pemenuhan kebutuhan energi untuk
bergerak memerlukan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menghirup udara yang ada di sekitar dan di luar tubuh manusia melalui
sistem pernafasan (Sukadiyanto, 2011).
c. Sumber Energi
Menurut Saryono (2011), kontraksi otot memerlukan sejumlah
energi yang besar. Adenosin tri fosfat (ATP) menyediakan energi untuk
kontraksi otot. Dalam proses kontraksi sel otot, ATP berguna untuk:
Proses kontraksi, memompa kalsium ke retikulum dan mempertahankan
gradient ion Na/K. Di dalam tubuh manusia banyak alternatif sumber
ATP, sumber-sumber ATP tersebut adalah
1) Creatine phospate (CP)
Creatine phospate merupakan cara yang paling cepat dalam
menghasilkan ATP. 1 ATP dihasilkan untuk setiap penggunaan satu
molekul kreatin fosfat. Energi ini merupakan energi simpanan di otot
skelet. Kreatin disentesis di hepar (dari arginin, glisin, metionin) dan
ditransport ke sel otot, kemudian akan difosforilasi oleh kreatin kinase
(memerlukan ATP) menjadi kreatin fosfat.
2) Respirasi aerob (Siklus krebs/TCA cycle)
Respirasi aerob merupakan metode yang paling efisien.
Respirasi ini memerlukan oksigen, proses pemecahan glukosa
dilakukan untuk menghasilkan ATP, CO2, dan H2O. Proses respirasi
aerob menghasilkan 36 ATP setiap satu molekul glukosa. Sumber
untuk respirasi aerob adalah glukosa, asam lemak,dll.
3) Respirasi anaerob (Glikolisis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Respirasi ini terjadi tanpa adanya oksigen. Pada proses ini
terjadi pemecahan glukosa menjadi ATP dan asam laktat. Glikolisis
dan gikogenolisis terjadi untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Glukosa dipecah menjadi asam piruvat untuk menghasilkan beberapa
ATP. Asam piruvat dikonversi menjadi asam laktat. Asam laktat yang
dihasilkan menyebabkan kelelahan pada otot.
4) Rantai transport elektron
Rantai ini merupakan rantai pemindahan elektron dari donor
electron (seperti NADH) dengan elektronegativitas tinggi ke
elektronegativitas yang rendah, dan diterimakan ke oksigen (akseptor
electron). Pada saat melewati beberapa titik lintasan, akan dilepaskan
fosfat berenergi tinggi (ATP).
d. Penyediaan Energi
Gerak yang terjadi pada olahraga karena adanya kontraksi otot.
Otot dapat berkontraksi karena adanya pembebasan energi berupa ATP
yang tersedia di dalam sel otot. ATP dalam sel otot jumlahnya terbatas
dan dapat dipakai sebagai sumber energi hanya dalam waktu 1 2 detik.
Kontraksi otot akan tetap berlangsung apabila ATP yang telah berkurang
dibentuk kembali. Pembentukan kembali ATP dapat berasal dari kreatin
fosfat, glukosa, glikogen dan asam lemak (Dadang A. Primana, 2000).
e. Sistem Anaerobik
Pada sistem anaerobik, terdapat dua macam proses pemecahan
ATP. Yang pertama adalah sistem ATP-PC (anaerobik alactacid atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
phosphagen sistem). Karena hanya sedikit jumlah ATP yang disimpan di
dalam sel, maka pengurangan energi terjadi sangat cepat ketika pada
awal aktivitas fisik yang berat dilakukan. Energi yang dapat disediakan
kira-kira hanya sekitar 8-10 detik saja. Sistem energi ini biasanya
digunakan pada cabang olahraga yang memerlukan gerakan cepat dan
eksplosif power seperti diving, weight lifting, jumping dan nomor-nomor
lempar pada cabang atletik. Pada latihan kekuatan yang waktu kerjanya
pendek seperti pada latihan kekuatan maksimum dan power, juga
menggunakan sistem energi ini. Setelah otot melakukan aktivitas yang
menggunakan sistem energi ini, maka akan mengalami pemulihan energi
kembali yang disebut dengan Restoration of Phosphagen, Proses ini
terjadi sangat cepat. (Fox et all dalam Bompa, 1993) menyatakan
pemulihan kembali phosphagen pada 30 detik pertama mencapai 70 %
dan pada 3-5 menit akan mengalami pemulihan yang sempurna.
Yang kedua adalah lactic acid sistem (glikolisis anaerobik). Pada
even olahraga yang sedikit memerlukan waktu yang agak lama (40
detik), energi yang digunakan masih ATP-PC dan setelah 10-20 detik
dilanjutkan lactic acid sistem (asam laktad). Proses ini masih terjadi di
dalam sel otot, karena tidak menggunakan O2 selama pemecahan
glikogen maka sebagai hasil yang ditampilkan adalah Lactic Acid (LA).
Jika aktivitas dengan intensitas tinggi dilanjutkan untuk waktu yang
lama, jumlah LA di dalam otot menjadi bertambah banyak dan akan
menyebabkan kelelahan. Di dalam latihan maksimum sistem LA ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
digunakan, yaitu ketika akan mengembangkan M-E of short duration.
Seperti pada sistem ATP-PC yang mengalami restorasi pospagen, maka
pada sistem glikolisis anaerobik ini juga mengalami restorasi glikogen.
Restorasi glikogen yang sempurna agak memerlukan waktu yang cukup
panjang bahkan sampai berhari-hari. Sebagai contoh latihan maksimum
yang menggunakan perbandingan kerja adalah 40 detik dan istirahat
adalah 3 menit, pada 2 jam pertama restorasi hanya mencapai 40%,
setelah 5 jam naik menjadi 55% dan pada 24 jam akan mengalami
restorasi yang sempurna. Selama melakukan latihan maksimum, jumlah
LA dalam darah akan semakin bertambah yang akan mengakibatkan
kelelahan. Sebelum dikembalikan menjadi seimbang setelah tahap
istirahat, LA telah dikeluarkan dari sistem ini. (Fox et al dalam Bompa,
1993) menjelaskan bahwa pada 10 menit terjadi pengeluaran mencapai
25%, 25 menit mengalami pengeluaran 50% dan pada watu 1 jam 15
menit akan mengalami pengeluaran 95%.
Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang anaerobik, meliputi
anaerobik alaktik dan laktik menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah sebagai
berikut:
Ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktasid:
1) Intensitas kerja maksimal
2) Lama kerja kira-kira sampai 10 detik
3) Irama kerja eksplosif (cepat mendadak)
4) Aktivitas menghasilkan Adenosin diphospat (ADP) + energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Ciri-ciri sistem energi anaerobik laktasid:
1) Intensitas kerja maksimal
2) Lama kerja antara 10 sampai 120 detik
3) Irama kerja eksplosif
4) Aktivitas menghasilkan asam laktat dan energi
f. Sistem Aerobik
Pembentukan ATP pada sistem ini terjadi dengan metabolisme
aerobik (oksigen) dan terjadi di dalam otot dengan pengaruh lebih lambat
dan tidak dapat digunakan secara cepat. Sistem ini memerlukan kira-kira
tiga menit untuk memulai memproduksi energi dalam mensintesa ATP
dari ADP + P. Denyut jantung dan pernapasan harus ditingkatkan secara
memadai untuk membawa sejumlah oksigen yang diperlukan sel otot,
sehingga glikogen dapat dipecah melalui hadirnya oksigen. Sistem
aerobik memecah glikogen bedasarkan hadirnya oksigen dan sekaligus
sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan asam laktat, hal ini dapat
memungkinkan seseorang untuk terus melakukan latihan lebih lama.
Sistem aerobik merupakan sumber energi utama dalam aktivitas olahraga
yang berjangka waktu 3 menit atau bahkan 2 sampai 3 jam. Kerja yang
terlalu lama dan lebih dari 2 3 jam, akan mengakibatkan pemecahan
lemak dan protein untuk menggantikan cadangan adenosine triphospat
(ATP), selama cadangan glikogen mendekati habis (Bompa, 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang aerobik ditinjau dari
intensitas, durasi, dan iramanya, menurut (Sukadiyanto, 2011) adalah
sebagai berikut:
Ciri-ciri sistem aerobik:
1) Intensitas kerja sedang
2) Lama kerja lebih dari 3 menit
3) Irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu)
4) Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2+H2O)
g. Sistem Energi Predominan dalam Olahraga
Pada dasarnya setiap aktivitas olahraga tidak menggunakan salah
satu sistem saja, yaitu aerobik atau anaerobik, melainkan menggunakan
keduanya dengan proporsi yang berbeda-beda sesuai dengan tuntutan
kerja cabang olahraga, atau dikenal dengan sistem energi predominan
(energi utama) dalam olahraga. Menurut Fox yang di paparkan oleh
Suharjana (2007) membagi penggunaan energi berdasarkan sistem
penyediaan energi sebagai berikut:
1) Aktivitas yang membutuhkan waktu kurang dari 30 detik,
menggunakan sistem energi utama ATP-PC, seperti nomor lempar,
lompat, lari 100 meter.
2) Aktivitas yang membutuhkan waktu antara 30 detik sampai 90 detik,
menggunakan energi utama dari sistem ATP-PC dan asam laktat.
Seperti lari 200 meter, lari 400 meter, renang 100 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Aktivitas yang membutuhkan waktu 90-180 detik, menggunakan
energi utama melalui sistem asam laktat dan oksigen. Seperti lari 800
meter, lari 1500 meter, renang 400 meter.
4) Aktivitas yang membutuhkan waktu lebih dari 180 detik,
menggunakan energi utama dari sistem energi aerobik. Seperti lari
3000 meter, marathon, jogging, dan sebagainya.
Berikut ini dapat dilihat tabel tentang berbagai cabang olahraga,
aktivitas dan sistem energi utama (predominant energi sistem).
Tabel 2.1. Sistem Energi Utama pada Berbagai Cabang Olahraga (Fox, Bower & Foss, 1993)
Sports or
Sports Activity
% Emphasis by Energi Sistem
ATP-PC and
Lactic Acid
Lactic Acid-
Oxygen
Oxygen
1. Baseball 2. Basketball 3. Fencing 4. Field hockey 5. Football 6. Golf 7. Gymnastics 8. Ice hockey
A. Forward, defense B. Goalie
9. La Crosse A. Goalie defense,
attacker B. Midfielders, man-
down 10. Rowing 11. Skiing
A. Slalom, jumping B. Downhill C. Cross-country D. Recreational
12. Soccer A. Goalie, wings, strikers
80 60 90 50 90 95 80 60 90 50 60 20 80 50 5 20 60 60 98
15 20 10 20 10 5 15 20 5 20 20 30 15 30 10 40 30 20 2
5 20 30 5 20 5 30 20 50 5 20 85 40 10 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sports or
Sports Activity
% Emphasis by Energi Sistem
ATP-PC and
Lactic Acid
Lactic Acid-
Oxygen
Oxygen
B. Halfbacks or link men
13. Swimming and diving A. Diving B. 50 m C. 100 m D. 200 m E. 400 m F. 1500 m, 1650 yd
14. Tennis 15. Track and field
A. 100, 200 m B. Field events C. 400 m D. 800 m E. 1500 m (mile) F. 3000 m (2 mile) G. 5000 m (3 mile) H. 10.000 m (6 mile) I. Marathon
16. Volleyball 17. Wrestling
90 80 30 20 10 70 95-98 95-98 80 30 20-30 10 10 5 negligible 80 90
5 15 65 40 20 20 2-5 2-5 15 65 20-30 20 20 15 5 5 5
5 5 5 40 70 10 5 5 40-60 70 70 80 95 15 5
h. Sistem Energi Saat Istirahat dan Latihan
Pada saat istirahat kebutuhan energi jauh lebih sedikit
dibandingkan pada saat latihan fisik. Pada saat istirahat, energi hanya
diperlukan untuk mempertahankan fungsi-fungsi tubuh, misalnya fungsi
respirasi, peredaran darah, dan metabolisme. Keperluan pasokan oksigen
saat istirahat sudah tercukupi sehingga sistem energi yang digunakan
adalah sistem energi aerobik. Sedangkan pada saat latihan fisik energi
yang diperlukan akan bertambah, karena disamping untuk
mempertahankan fungsi-fungsi tubuh juga diperlukan untuk tambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
energi untuk latihan itu sendiri. Penambahan energi tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem energi aerobik dan anaerobik
(Widiyanto, 2012).
2. Latihan Fisik
a. Ruang Lingkup Latihan
Dalam dunia olahraga, prestasi terbaik adalah menjadi hasil dari
latihan yang sudah dijalankan atau dilakukan. Atlet putra maupun putri
menginginkan menjadi juara dalam kejuaraan-kejuaraan yang
dihadapinya. Latihan-latihan dilakukan untk mempertajam prestasi yang
sudah diraih sebelumnya. Peningkatan ketajaman prestasi biasanya
sebagai hasil dari tingkat fitness atau kesegaran jasmani yang lebih
tinggi. Kesegaran ini timbul sebagai akibat semakin baiknya pengertian
pelatih dan atlet tentang latihan dan pengaruhnya.
Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah
yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik, kemampuan
fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis anak latih. Dalam
olahraga prestasi proses tersebut akan berhasil apabila ada kerjasama
antara pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan dengan ilmuwan
olahraga yang benar-benar menekuni bidang pelatihan. Untuk itu,
idealnya seorang pelatih diharapkan memiliki pengalaman dan
pengetahuan pada cabang olahraga yang digelutinya. Selain itu, juga
diharapkan memiliki latar belakang pendidikan yang menjadikannya
sebagai seorang ilmuwan di bidang olahraga (Sukadiyanto, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Ruang lingkup latihan menyatukan semua informasi dari sumber-
sumber ilmiah dan sosial yang digunakan oleh para pelatih, bersama
dengan pengetahuannya tentang atlet guna menghasilkan program latihan
yang efektif.
Gambar: 2.1. Pengetahuan Pendukung dalam Proses Berlatih Melatih (Bompa, 1999).
Dalam proses berlatih melatih diperlukan berbagai pengetahuan
pendukung agar latihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pengetahuan pendukung tersebut menurut Bompa (1999) seperti yang
terlihat pada Gambar 1, antara lain tentang: anatomi, fisiologi,
kedokteran olahraga, biomekanika, statistik, tes dan pengukuran,
psikologi, pembelajaran motorik, ilmu pendidikan, ilmu gizi, sejarah,
dansosiologi. Semua ilmu pendukung tersebut akan diperoleh secara
lengkap dalam bangku perkuliahan di perguruan tinggi olahraga.
Filsafat Psikologi OR
TEORI
LATIHAN
Biomekanika
Sejarah
Ilmu gizi
Kesehatan OR
Kecakapan mengajar
Fisiologi
Anatomi
Pertumbuhan dan perkembangan
Tes & Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Oleh karena itu, dalam dunia olahraga prestasi proses latihan yang
dilakukan untuk meraihnya merupakan suatu pekerjaan yang sangat unik
dan penuh dengan resiko. Pekerjaannya dikatakan unik karena obyek
latihannya adalah manusia, dimana manusia merupakan satu totalitas
sistem psiko-fisik yang kompleks. Artinya, keberadaan manusia sebagai
anak latih dalam proses latihan tidak dapat diperlakukan seperti robot,
yang harus menuruti setiap perintah dari pusat tombolnya. Namun,
aktualisasi setiap aktivitas anak latih sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor perasaan, pikiran, emosi, dan kondisi fisiknya (Sukadiyanto,
2005).
b. Pengertian Latihan
Latihan fisik yang dilakukan dengan benar akan memberikan suatu
perubahan pada sistem tubuh, baik itu metabolism, sistem syaraf dan otot
maupun sistem hormonal. Perubahan yang terjadi pada saat latihan
disebut respons, sedangkan perubahan akibat suatu periode latihan
disebut adaptasi (Astrand dan Rodhal, 1984)
Dalam kepelatihan olahraga juga dikenal dua istilah penting, yaitu
exercise training Exercise merupakan unit dasar suatu sesi
training unit u tugas
dengan tujuan yang telah ditetapkan, seperti berlari 30 menit di atas
treadmill, latihan beban selama 3 set. Sedangkan latihan atau training
adalah suatu program exercise untuk mengembangkan kinerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
meningkatkan kemampuan fisik atlet dalam rangka meningkatkan
penampilan atau menghadapi kejuaraan tertentu (Suharjana, 2007).
Menurut Lamb yang dipaparkan oleh Suharjana (2007)
acute exercise chronic exercise acute
exercise adalah latihan dengan periode pemberian beban kerja dalam satu
sesi, sedangkan chronic exercise adalah pemberian beban kerja yang
terprogram dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hari atau bulan.
Dengan demikian acute exercise bisa diartikan sebagai exercise
sedangkan chronic exercise serupa dengan istilah
Menurut Sukadiyanto (2011) pengertian latihan yang berasal dari
kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk
meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga
mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan gerakanya. Latihan
exercise merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh
pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.
Menurut Nossek J (1982) latihan adalah suatu proses atau periode
waktu yang berlangsung selama beberapa tahun hingga olahragawan
mencapai puncak prestasi/penampilan yang tinggi. Menurut Rushall dan
Pyke (1990) latihan merupakan suatu proses sistematis yang dirancang
untuk meningkatkan kinerja olahraga, baik berupa kualitas fisik, teknik
maupun psikis. Menurut Harsono (1996) latihan adalah suatu proses
berlatih yang sistematis, dilakukan berulang-ulang dengan beban
semakin bertambah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pendapat lain menyatakan bahwa latihan merupakan aktivitas
olahraga yang sistematik dilakukan dalam waktu yang lama, ditingkatkan
secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi
fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang
ditentukan (Bompa, 1994). Latihan sebaiknya dilakukan sesuai dengan
kemampuan tubuh dalam menanggapi stress, bila tubuh diberi beban
terlalu ringan maka tidak akan terjadi adaptasi (Sugiharto, 2003).
Dari beberapa pendapat menunjukkan bahwa exercise adalah
aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi atau satu kali tatap muka
sedangkan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara
berulang-ulang, teratur dan terprogram yang berlangsung dalam beberapa
hari atau bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian latihan
adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan
kesegaran seorang atlet sesuai dengan aktivitas yang dipilih. Hal ini
merupakan suatu proses yang panjang dan semakin meningkat.
c. Ciri-ciri Latihan
Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun, dan
mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara
pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih
melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Menurut
Sukadiyanto (2011) proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik
dalam berolahraga,yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan),
serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
2) Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif. Teratur maksudnya
latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan
(kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya materi latihan
diberikan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke
yang lebih sulit (kompleks), dan dari yang ringan ke yang lebih berat.
3) Pada setiap satu kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus
memiliki tujuan dansasaran.
4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar
pemahaman dan penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen.
5) Menggunakan metode tertentu, yaitu cara paling efektif yang
direncanakan secara bertahap dengan memperhitungkan faktor
kesulitan, kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.
d. Tujuan dan Sasaran Latihan
Tujuan latihan secara umum adalah untuk membantu para
Pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki
kemampuan secara konseptual serta keterampilan dalam membantu
mengungkapkan potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.
Sedangkan sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan keseiapan olahragawan dalam mencapai puncak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
prestasi. Tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka
panjang maupun pendek (Sukadiyanto, 2011).
Menurut Bompa (1999) faktor dasar latihan meliputi persiapan
fisik, tehnik, taktik, strategi, kejiwaan dan kesiapan teori akan selalu ada
dalam setiap program latihan olahraga. Persiapan fisik dan tehnik
merupakan dasar untuk membangun prestasi. Dengan dukungan fisik
(kesegaran jasmani) yang baik latihan tehnik akan lebih baik, atlet lebih
dapat melakukan latihan tehnik dengan benar. Persiapan taktik dan
strategi diperlukan dalam menghadapi lawan. Bila semua faktor-faktor
diatas sama-sama sudah dilatihkan, maka pemenang dalam pertandingan
adalah atlet yang memiliki kesiapan kejiwaan yang lebih unggul. Bompa
juga menyatakan bahwa latihan yang tujuan utama adalah persiapan fisik,
maka berdasarkan bentuk dan latihannya dapat diklasifikasikan dalam
tiga katagori yaitu:
1. Latihan untuk mengembangkan fisik secara umum
2. Latihan khusus untuk mengembangkan biomotor
3. Latihan untuk olahraga pilihan
Gambar 2.2. Kerangka hubungan Latihan dan Penampilan Atlet
(Modifikasi Bompa, 1994).
PENAMPILAN ATLET
LATIHAN
KONDISI FISIK
TEHNIK TAKTIK MENTAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sedangkan menurut Sukadiyanto (2011) sasaran dan tujuan
latihan secara garis besar adalah (1) meningkatkan kualitas fisik dasar
secara umum dan menyeluruh, (2) mengembangkan dan meningkatkan
potensi fisik yang khusus, (3) menambah dan menyempurnakan teknik,
(4) Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola
bermain, dan (5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis
olahragawan dalam bertanding.
e. Komponen-komponen Latihan
1) Intensitas adalah tinggi rendahnya beban (ambang rangsang) yang
akan digunakan untuk latihan. Untuk menentukan besarnya ukuran
intensitas dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai
berikut :
a) 1 RM ( one repetition maximum)
Cara mencari beban latihan dengan metode trial and error,
mencoba mengangkat beban hingga tidak mampu mengangkat lagi
(satu kali angkatan kuat kemudian yang kedua tidak kuat inilah
yang dikatakan 1 RM). Metode ini tidak dianjurkan bagi mereka
yang belum terlatih, hal ini disebabkan karena otot-otot mereka
belum kuat/ belum biasa menerima beban berat sehingga
dikawatirkan dapat mengalami cedera.
b) Repetisi maksimum (repetition maximum)
Cara menentukan beban yang dilakukan dengan mengetahui
kemampuan otot untuk melakukan pengulangan (repetisi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
maksimum dalam mengangkat beban yang akan digunakan untuk
latihan. Contoh seorang atlet yang pengen mengembangkan daya
tahan otot, atlet tersebut harus mengangkat dumbel (alat yang
digunakan) sebanyak 12-20 kali. Hal ini dapat dilakukan dengan
percobaan misalnya dengan dumbel 5 kg dapat di angkat sebanyak
16 kali, maka beban tersebut dapat di gunakan sebagai beban
latihan (Suharjana, 2007).
c) Denyut jantung Per menit
Denyut jantung berasal dari kontraksi otot jantung dimulai
oleh peristiwa listrik (action potensial) ke peristiwa mekanik, yang
berasal dari jaringan khusus Sino atrial Node dan menjalar melalui
cardiac conduction sistem ini keseluruh bagian myocardium.
Struktur sistem tersebut adalah sino atrial node yang disebut juga
dengan pace maker, atrioventricular node (A V Node)
(Guyton,1996).
Menurut Astrand (1986) denyut jantung adalah debaran
suara jantung yang menjalar sampai keujung pembuluh darah arteri
yang ditentukan oleh tahanan dan tekanan darah.
Pengaturan denyut jantung dan kekuatannya diatur oleh
syaraf simpatis dan parasimpatis, syaraf simpatis berfungsi untuk
menambahkan kecepatan dan kekuatan kontraksi otot jantung.
Sedangkan syaraf parasimpatis berfungsi untuk memperlambat
kontraksi otot jantung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
i. Denyut jantung maksimal
Frekuensi denyut nadi maksimal merupakan denyut
nadi maksimal pada waktu melakukan kerja maksimal. Bompa
mengatakan, bahwa maksimum heart rate diartikan sebagai
denyut nadi maksimum yang dicapai dalam penampilan atau
performanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.3. Perubahan Heart rate pada orang tidak terlatih dan
terlatih (Brooks dan Fahey,1984).
ii. Frekuensi denyut jantung selama kerja fisik
GIAM dan TEH (1992) mengutarakan bahwa aktivitas
fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung
secara keseluruhan. Salah satu petunjuk kearah itu ialah denyut
jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 denyut per
menit) dari seseorang yang terlatih dengan baik, dibandingkan
dengan seseorang yang tidak terlatih (yang denyut jantungnya
rata-rata antara 70-90 denyut per menit). Tabel dibawah ini
Maximum
50
Untrained
100
150
200
0
Rest
Trained
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
membandingkan kecepatan denyut jantung dari seseorang yang
tidak terlatih dan seorang yang terlatih dengan baik. Orang
yang terlatih ini tiap harinya rata-rata berlatih satu jam dengan
latihan sedang dimana denyut jantungnya mencapai 150 denyut
per menit.
Tabel 2.2. Perbedaan Denyut jantung orang terlatih dan tidak terlatih (Giam dan Teh, 1992)
Jantung normal yang tidak terlatih (denyut jantung pada waktu istirahat: 70 denyut per menit)
Jantung normal yang terlatih (dengan denyut jantung pada waktu istirahat: 60 denyut per menit)
Denyut jantung perhari waktu istirahat = 60 menit per jam X 24 jam perhari
100.800 86.400
Tambahan untuk latihan tiap hari
0 5.400
Jumlah denyut per hari 100.800 91.800
Keterangan
1 jam latihan dengan denyut jantung 150 per menit
= penambahan (150-60) atau 90 denyut per menit
= 90 X 60 = 5.400 denyut per jam
Perbedaan antara jumlah denyut jantung dari jantung yang
tidak terlatih dengan jantung yang terlatih:
= 100.800-91.800 = 9.000 denyut per hari
= 270.000 denyut per bulan
= 3.285.000 denyut per tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
= 164.250.000 denyut dalam 50 tahun
(sama dengan penghematan kurang lebih 4,5 tahun dari
jantung normal yang tidak terlatih)
Dengan demikian perbedaan denyut jantung antara jantung
yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per
menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang
berarti (demikian juga dengan pengurangan kerja jantung) dalam
satu hari, satu bulan, satu tahun atau 50 tahun (atau kira-kira
seumur hidup). Ini tentu dapat berarti suatu jantung yang bekerja
lebih efisien dan berumur lebih panjang, dengan demikian tentunya
juga mengakibatkan umur yang lebih panjang. Prinsip yang sama
dapat juga diterapkan pada organ-organ lain (misalnya paru-paru)
dan fungsi-fungsi lain, termasuk tekanan darah dan kecepatan
pernapasan.
d) Kecepatan (waktu tempuh)
Kecepatan merupakan kondisional yang memungkinkan
seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan
melakukan gerakan secepat mungkin dalam jarak tertentu (Nossek
J dalam M. Furqon, 1995). Untuk menentukan intensitasnya
dengan cara jarak tempuh dibagi dengan waktu tempuh.
e) Jarak tempuh
Jarak tempuh yaitu kemampuan seseorang dalam
menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu. Sebagai contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
seorang berlari 15 menit minimal harus menempuh jarak 3200
meter. Dengan demikian jarak tempuh yang digunakan sebagai
ukuran untuk mengukur intensitas atau kemampuan seseorang
dalam melakukan aktivitas (Sukadiyanto, 2011).
2) Set
Set adalah sejumlah repetisi (ulangan) latihan yang diikuti
dengan interval istirahat.
3) Repetisi (Ulangan)
Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan dalam
mengangkat Beban.
4) Volume
Volume adalah jumlah set X repetisi X beban.
5) Interval
Interval adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar
seri, sirkuit atau antar sesi per unit latihan
6) Seri atau sirkuit
Seri atau sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam
menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda-beda,
artinya dalam satu seri terdiri dari beberapa macam latihan yang
semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkaian (Sukadiyanto,
2011)
7) Durasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Durasi adalah lamanya latihan sampai beberapa hari, minggu
atau beberapa bulan program tersebut berlangsung atau dijalankan
sehingga atlet memperoleh kondisi yang diinginkan (Sajoto, 1995).
8) Frekuensi
Frekuensi diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan
waktu (dalam seminggu), pada umumnya periode yang digunakan
untuk menghitung jumlah frekuensi adalah per minggu. contoh latihan
untuk meningkatkan kebugaran pada kebanyakan orang dilakukan 3-5
kali perminggu (Djoko Pekik I, 2002).
9) Sesi atau unit
Sesi atau unit latihan adalah rencana paling kecil dari beban
kerja latihan. Satu unit latihan dapat berlangsung 2-5 jam (Nossek J
yang dipaparkan M. Furqon H, 1995)
f. Latihan maksimum
Latihan maksimum adalah Suatu proses pemberian beban kerja
maksimal (baik intensitas, kecepatan, waktu, kekuatan, dan power) dalam
satu sesi latihan. Latihan maksimum pada penelitian ini dilakukan
dengan cara lari sprint 400 meter (dengan catatan benar-benar dipantau
baik intensitas, kecepatan, dan waktunya). Dengan adanya latihan
maksimum, maka akan terjadi oksigen debt yang mengakibatkan
penumpukan asam laktat melalui glikolisis anaerob, sehingga
mengakibatkan Ph menurun (meningkatkan keasaman). Perubahan Ph
akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terutama dalam sel otot sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah
lemah dan akhirnya mengalami kelelahan.
3. Kelelahan
Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk mempertahankan
tenaga yang diperlukan atau yang diharapkan (Junusul Hairy, 2007).
Definisi lain menurut Ilham jaya (2000) kelelahan otot membatasi kinerja
otot. Kelelahan otot dapat bersifat lokal maupun menyeluruh, dapat
menyertai olahraga endurance maupun olahraga yang berintensitas tinggi
yang berlangsung singkat.
Kelelahan otot lokal (local muscular fatigue) mengikuti latihan fisik
berintensitas tinggi dan berlangsung singkat disebabkan oleh akumulasi
produksi asam laktat didalam otot dan darah. Sedangkan kelelahan yang
menyertai olahraga endurance tidak disebabkan oleh karena akumulasi
produksi laktat. Kelelahan ini disebabkan karena kelelahan otot dan juga
factor diluar otot (komponen tubuh lainnya). Kelelahan karena otot/factor
komponen local, disebabkan terkurasnya cadangan glikogen otot baik pada
serabut otot FT maupun ST, sedangkan kelelahan karena komponen tubuh
lainnya, mungkin disebabkan oleh: hipoglikemia, penipisan glikogen hati,
dehidrasi, kehilangan elektrolit, hipertermia, kebosanan (psikologis). Jadi
kelelahan yang menyertai olahraga endurance bersifat menyeluruh
(Ilhamjaya, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a. Bentuk Kelelahan
Menurut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) Kelelahan
dibagi dalam 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik.
Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja
mental. Kelelahan ini sering disebabkan oleh kejemuan sebab kurangnya
minat, dan hal ini lebih merupakan masalah bagi para ahli psikologi,
psikiatri, sosiolog, termasuk pula para ahli ilmu faal.
Lebih lanjut Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012),
mengemukakan bahwa kelelahan fisik disebabkan oleh karena kerja fisik
atau kerja otot, dan menjadi masalah yang sangat menarik minat para ahli
ilmu faal. Perlu dipahami bahwa kelelahan fisik adalah kelelahan dari
Ergosistema (ES-I) dan dari ES-I yang berfungsi secara aktif adalah
sistema nervorum dan sistema muskular, gabungan dari keduanya lebih
dikenal sebagai sistema neuro-muskular, sehingga kelelahan hakikatnya
dapat terjadi pada salah satu dari padanya atau gabungan dari keduanya.
Kesimpulan pada pembahasan saat ini adalah bahwa kelelahan dapat
terjadi baik pada saraf maupun otot.
b. Fisiologi Kelelahan
Di dalam tubuh, otot atau sekelompok otot dapat mengalami
kelelahan. Kelelahan tersebut terjadi karena kegagalan salah satu atau
keseluruhan perbedaan mekanisme neuromuskuler yang terlibat didalam
kontraksi otot (Junusul Hairy, 2007). Sebagai contoh, kegagalan otot
untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1) Syaraf motor yang mensyarafi serabut-serabut otot di dalam kesatuan
motor untuk mengirimkan rangsangan-rangsangan persyarafan
(nervous impulses).
2) Persimpangan neuromuskuler (neuromuscular junction) memancarkan
rangsangan-rangsangan persyarafan dari syaraf motorik ke serabut-
serabut otot.
3) Mekanisme kontraksi itu sendiri untuk menghasilkan tenaga.
4) Sistem syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan
memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan.
Faktor-faktor Penyebab Kelelahan
Penyebab pertama kelelahan fisik maupun mental haruslah berupa
kegiatan yang menggunakan daya (energy), karena tidak akan terjadi
kelelahan bila sama sekali tidak ada penggunaan daya (Santoso
Giriwijoyo, 2012).
Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan
ketidakmampuan otot untuk berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada
banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan otot. Berikut adalah
penyebab dari kelelahan otot tersebut :
1. Pengosongan ATP-PC
ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk
resintesa ATP secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk
kontraksi terus maka terjadi pengosongan fosfagen intraselular
sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu ada peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan
penumpukan asam laktat. Sebagaimana penyelidikan terhadap
manusia telah disimpulkan, bahwa kelelahan tidak berasal dari
rendahnya konsentrasi fosfagen di dalam otot (Fox, E. L., yang
dipaparkan Junusul Hairy , 2007). Suatu kesimpulan yang sama telah
diperoleh dari hasil penelitian terhadap otot katak yang dipotong pada
otot sartoriusnya.
2. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot
Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama
(30 menit 4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat,
maka menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab
kelelahan, antara lain rendahnya tingkat glukosa darah yang
menyebabkan pengosongan glikogen hati, pengosongan cadangan
glikogen otot yang menyebabkan kelelahan otot lokal, dehidrasi dan
kurangnya elektrolit yang menyebabkan temperatur meningkat
(Junusul Hairy, 2007).
3. Akumulasi Asam Laktat
Akumulasi asam laktat akan menumpuk di otot dan di
pembuluh darah. Penumpukkan asam laktat dapat menyebabkan
konsentrasi H+ meningkat dan pH menurun. Ion H+ menghalangi
proses eksitasi, yaitu menurunnya Ca2+ yang dikeluarkan dari
retikulum sarkoplasmik. Ion H+ juga mengganggu kapasitas mengikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Ca2+ oleh troponin. Ion H+ juga akan menghambat kegiatan fosfo-
fruktokinase.
c. Mekanisme Kelelahan
Pada saat olahraga / aktivitas tinggi tanpa diiringi pasokan
oksigen yang cukup dapat menyebabkan terjadinya oksigen debt.
Oksigen debt ini mengakibatkan penumpukkan asam laktat melalui
glikolisis anaerob, adanya asam laktat menyebabkan Ph menurun
(meningkatkan keasaman). Perubahan Ph akan menghambat kerja enzim-
enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot
sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya
mengalami kelelahan, otot yang lelah ini menyebabkan tidak bisa
kontraksi lagi (Odingaminudin, 2009). Ada 2 teori mekanisme kelelahan,
yaitu sebagai berikut :
1) Teori kimia
Secara teori kimia, bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme
sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus
listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.
Menurut Saryono (2011) latihan yang berat menyebabkan
perubahan dramatis pada kimia otot. Untuk kembali menuju kondisi
istirahat, otot memerlukan :
a) Cadangan oksigen yang harus diisi ulang
b) Asam laktat harus dikonversi menjadi asam piruvat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c) Glikogen simpanan harus diganti
d) ATP dan keratin fosfat harus disintesis kembali
Lebih lanjut Saryono (2011) mengungkapkan bahwa periode
recovery dimulai segera setelah aktivitas berakhir. Oksigen debt
(kelebihan oksigen yang dikonsumsi setelah aktivitas) : jumlah
oksigen yang diperlukan selama periode istirahat untuk
mempertahankan otot kembali ke kondisi normal.
Tabel 2.3. Mekanisme terjadinya kelelahan (Saryono, 2011) Types of fatigue Procces map Proposed mechanisms
Central fatigue
Peripheral Fatigue
CNS
Somatic motor neuron
Neuromuscular junction
Excitation-contraction coupling
Ca2+ Signal
Contraction-relaxation
- Psychological effects - Protective reflexes - Neurotransmitter
release - receptor activation
- Changes in muscle
membrane potential
- Ca2+ Release
- Ca2+ troponin interaction
- Depletion theories : PC, ATP, Glikogen
- Accumulation theoris: H+, Pi, lactate
2) Teori syaraf pusat
Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang
mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf
sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan
aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi
berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan
dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan
menjadi lambat. Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan
sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan
mengusir asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran
darah akan menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan
mengakibatkan kelelahan otot lokal (Ilham jaya, 2000).
Sedangkan Junusul Hairy (2007) mengungkapkan bahwa
kelelahan otot, di perkirakan tempat terjadinya gangguan didalam dan
sekitarnya, dengan mengembalikan sinyal/isyarat ke system syaraf
pusat (otak) melalui syaraf sensoris. Dalam putaran ini otak
mengirimkan sinyal penghambat ke sel-sel syaraf di dalam system
motorik, dan menyebabkan menurunnnya kerja otot sehingga
terjadilah kelelahan. Daerah yang di dalam mekanisme kontraktil
ototnya terganggu, maka mulailah terjadi penumpukkan asam laktat,
pengosongan ATP-PC dan glikogen otot dan itu merupakan factor-
faktor penyebab terjadinya kelelahan atau menurunya performa otot.
d. Kemungkinan Tempat-tempat Kelelahan
Santoso Giriwijoyo & Dikdik Zafar (2012) mengemukakan, ada 6
tempat yang mungkin menjadi tempat terjadinya kelelahan bila ditinjau
dari anatomi sistema neuro-muskular, yaitu:
1) Serabut otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2) Keping ujung saraf motorik (motor nerve endplate) di dalam otot
3) Serabut saraf motorik itu sendiri
4) Synaps di dalam ganglion saraf dan di susunan saraf pusat
5) Badan sel saraf
6) Ujung saraf sensoris di dalam otot, atau dimanapun di dalam tubuh.
4. Pemulihan (Recovery)
Pemulihan adalah proses memulihkan otot dan bagian tubuh lainnya
ke kondisi sebelum latihan fisik. Selama pemulihan (termasuk pengisian
cadangan energy yang terkuras dan penggusuran/perubahan asam laktat
yang terkumpul selama latihan fisik) memerlukan energy yang berupa ATP
(Fox, Bower & Foss, 1993).Dalam latihan apalagi pertandingan (turnamen)
faktor pemulihan memegang peranan yang sangat penting. Setelah
bertanding apalagi kalau pertandingan
mengalami kelelahan yang berlebihan maka cadangan energi didalam tubuh
akan terkuras habis. Kalau keesekon harinya harus bertanding lagi
sedangkan pemulihannya kurang sempurna maka akan mengalami kelelahan
dan tidak bisa tampil maksimal bahkan sampai kalah. Oleh sebab itu
pemulihan harus dilakukan setelah pertandingan agar seseorang tidak
mengalami kelelahan yang berlebihan dan dapat tampil maksimal pada
pertandingan berikutnya.
Asam laktat dalam darah pada tubuh atlet akan meningkat pada saat
berlatih atau bertanding disebabkan karena saat berlatih dan bertanding
mengeluarkan energi dari tubuh. Kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
melalui glikolisis. Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam sel, glikolisis
dapat terjadi secara aerob dan anaerob. Pada glikolisis anaerob terjadi dalam
dua jalan yaitu : secara anaerob alaktasit (sistem fosfagen) yang tidak
menghasilkan asam laktat dan anaerob laktasit (sistem asam laktat) yang
memproduksi asam laktat pada tubuh. Saat anaerob alaktasit terjadi terjadi
secara terus menerus maka ketegangan otot akan atau kontraksi semakin
tinggi. Sehingga penganan asam laktat dalam darah yang terjadi pada atlet
secara berlebihan akan menimbulkan cedera pada otot dan mengakibatkan
peningkatan prestasi kurang maksimal (Bambang Priyonoadi, 2012).
a. Fisiologi Proses Recovery
Dua proses metabolik yang terjadi pada waktu istirahat adalah
pembentukan kembali PC (phosphocreatine) dan bekerjanya sistem
penyangga pada otot-otot aktif yang berperan penting dalam pemulihan
pH otot dan pengangkutan laktat. Kedua proses tersebut membutuhkan
waktu yang berbeda, yaitu resintesis PC lebih cepat (21-60 detik)
dibandingkan pemulihan pH dan pembuangan laktat (6-10 menit). Waktu
istirahat yang diberikan pada massa recovery sebaiknya mencukupi
kebutuhan energi agar memenuhi massa pemulihan energi untuk aktivitas
berikutnya (Widiyanto, 2012).
Konsekuensi dari tidak terpenuhinya waktu istirahat yang cukup
adalah pembentukan kembali ATP-PC yang habis digunakan tidak
sempurna. Semakin sedikit waktu istirahat, maka ATP-PC yang dapat
dihasilkan sebagai sumber energi untuk pengulangan latihan berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
juga sedikit. Bila kondisi tersebut terjadi, maka berjalanlah suatu
mekanisme menghasilkan energi melalui sistem glikolisis anaerobik,
sedangkan kita ketahui bahwa sistem energi ini menghasilkan asam laktat
yang terakumulasi di otot, pada akhirnya akan menimbulkan rasa sakit
dan kelelahan pada atlet. Berkurangnya persediaan PC dan glikogen
mengakibatkan penurunan produksi energi anaerobik, oleh karena itu
terdapat korelasi yang signifikan antara waktu istirahat untuk pemulihan
otot dan pembentukan PC terhadap performa atlet saat melakukan latihan
dengan intensitas yang tinggi (Haseler & Hogandalam Widiyanto, 2012).
Selama waktu istirahat, komponen sumber energi otot ATP-PC
yang telah digunakan tergantikan secara proporsional dengan lamanya
waktu istirahat. Untuk menentukan lama waktu istirahat, yang perlu
diperhatikan adalah setiap waktu istirahat 30 detik, hanya dapat
mengembalikan 50% dari ATP-PC yang telah digunakan.
b. Oksigen Pemulihan
Selain glikogen, unsur utama yang sangat penting dalam
menghasilkan ATP adalah oksigen. Saat olahraga intensitas tinggi,
jumlah oksigen yang disediakan oleh tubuh dari proses pernafasan tidak
dapat mengimbangi kebutuhan tubuh sehingga terbentuk "sampah" yang
berupa asam laktat dan ion H+. Timbunan "sampah" tersebutlah yang
menimbulkan kelelahan otot.
"sampah" di dalam tubuh tersebut dapat di-"daur ulang". Salah
satu unsur utama untuk dapat "mendaur ulang" sampah tersebut adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
oksigen. Semakin banyak asam laktat dan ion H+ dalam otot dan darah,
maka semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk mendaur
ulang. Dalam istilah fisiologi olahraga, kondisi tersebut dinamakan
dengan "oxygen debt", atau disebut juga "hutang oksigen atau yang lebih
recovery oxygen Nanang, 2012).
Selama pemulihan, kebutuhan energi lebih sedikit, meskipun demikian,
konsumsi oksigen berlanjut pada tingkat yang relative tinggi selama
fisik yang baru saja dilakukan (Fox, Bower & Foss, 1993)
Banyaknya oksigen yang dikomsumsi selama pemulihan, biasanya
dikonsumsi pada kondisi istirahat yang disebut
oksigen yang dikonsumsi diatas tingkat istirahat, terutama dilakukan
untuk menyediakan energi bagi pemulihan tubuh kekondisi pra latihan
(termasuk pengisian kembali simpanan energi yang terkuras dan
menggusur asam laktat yang terkumpul selama latihan fisik) (Fox, Bower
& Foss, 1993).
Lebih lanjut Fox, Bower & Foss (1993) menyatakan bahwa banyak
yang menyalah artikan per-istilah
oksigen yang dikonsumsi
kenyataannya selama latihan fisik maksimal pengurasan oksigen yang
disimpan dalam otot (MgO2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sebanyak 0,6 liter. Kadar-kadar oksigen pemulihan dilain pihak, ternyata
hamper 30 kali lipat dari pada angka tersebut (pada para atlet setelah
melakukan latihan fisik maksimal).
Komponen utama pemulihan oksigen adalah: pemulihan cepat
(alaktasid) dan pemulihan lambat (laktasid). Kebutuhan oksigen untuk
-
oksigen total yang dikonsumsi setelah berolahraga lebih dari tingkat
dasar pra-latihan. Pemulihan setelah latihan maksimum (olahraga dengan
intensitas tinggi) yang sering disertai dengan peningkatan kadar asam
laktat dalam darah dan suhu tubuh naik, memerlukan waktu 24 jam atau
lebih untuk kembali menetapkan pengambilan oksigen pra latihan.
Jumlah waktu akan tergantung pada intensitas latihan dan durasi
(MacKenzie, 2000).
Alactacid oksigen debet (komponen cepat) adalah porsi oksigen
yang dibutuhkan untuk mensintesis dan mengembalikan otot toko
phosphagen (ATP dan PC). Sedangkan Lactacid oksigen debet
(komponen lambat) adalah porsi oksigen yang dibutuhkan untuk
menghilangkan asam laktat dari sel-sel otot dan darah (MacKenzie,
2000). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :
Gambar oksigen pemulihan, banyaknya oksigen yang dikonsumsi selama
pemulihan pada kondisi istirahat dalam jangka-waktu yang sama disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
oksigen pemulihan. Konsumsi oksigen pemulihan terdiri atas fase lambat
dan fase cepat).
Gambar 2.4. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (MacKenzie, 2000)
Gambar 2.5. Pemulihan setelah latihan maksimum (maksimal) versi (Fox, Bower & Foss, 1993)
c. Pengisian Kembali Cadangan-cadangan Energi
Ada 2 sumber energi yang dikuras selama latihan fisik yakni :
Fosfagen ATP dan PC yang disimpan dalam sel otot dan Glikogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang disimpan dalam jumlah besar dalam otot & liver. Mengapa lemak
tidak masuk dalam daftar itu? alasannya karena lemak tidak diisi
kembali secara langsung tetapi dibangun kembali secara tidak langsung
melalui pengisian kembali karbohidrat (glikogen dan glikosa). Menurut
Fox, Bower & Foss, 1993) pengukuran langsung simpanan fosfagen
dalam otot skelet manusia agak sulit dilakukan. Meskipun demikian,
beberapa penelitian telah mengungkap bahwa sebagian besar ATP dan
PC yang dikuras dari otot sewaktu melakukan latihan fisik dapat
dipulihkan dengan cepat sekali, yakni dalam waktu beberapa menit
sesudah latihan fisik. Hasil dari salah satu penelitian dalam gambar
dibawah ini.
Gambar 2.6. Pemulihan fosfagen sangat cepat, kemudian agak lambat,
yakni 70% dalam waktu 30 detik, dan 100% dalam waktu 3 sampai 5 menit Fox, Bower & Foss, 1993)
Dalam eksperimen ergometer sepeda selama 10 menit. Sampel
jaringan otot diambil dari m.vastus lateralis dengan biopsy, sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
latihan dan beberapa waktu selama pemulihan. Sampel dianalisis untuk
mengetahui konsentrasi ATP dan PC.
Dengan sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat
cepat, kemudian jauh lebih lambat, Misalnya : sesudah 2 menit
pemulihan, 84% dari PC yang dikuras selama latihan sudah dipulihkan,
dan sesudah 4 menit pemulihan mencapai 89%; pada menit ke 8
mencapai 97%. Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :
Gambar 2.7. Sirkulasi yang utuh, pemulihan PC pada mulanya sangat cepat, kemudian jauh lebih lambat. Fox, Bower & Foss, 1993)
d. Penggusuran Asam Laktat dari Darah dan Otot
Semakin bertambah berat latihan semakin bertambah pula kadar
asam laktat dalam otot maupun darah. Dalam keadaan istirahatpun selalu
didapatkan asam laktat dalam darah dan kadar ini bertambah berat pada
latihan. Asam laktat juga menjadi sebab timbulnya kelelahan. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
karena itu, sedapat mungkin kadar asam laktat dikembalikan ke keadaan
sebelum latihan, yaitu ke kadar yang rendah (Soekarman, 1991).
Lebih lanjut Soekarman (1991), mengungkapkan bahwa asam
laktat yang terdapat dalam tubuh setelah latihan sebagian laktat akan
dibuang lewat keringat atau urine, dan sebagian kecil asam laktat dapat
diubah kembali menjadi bentuk glikogen dalam hati. Perlu diungkapkan
bahwa pembentukan glikogen dalam hati dari asam laktat tidak
memegang peranan yang sangat penting dalam pengurangan kadar asam
laktat. Pengurangan asam laktat yang terbanyak adalah dengan cara
mengubah asam laktat. Hal ini dapat dilakukan oleh otot, otot jantung,
ginjal maupn hati.
Penurunan asam laktat lebih baik kalau seseorang berlatih secara
kontinyu. Latihan kontinyu berfungsi lebih cepat menurunkan kadar
laktat dalam darah. Perubahan asam laktat dalam darah dan otot terjadi
25 menit bila tanpa aktivitas. Penurunan asam laktat lebih cepat selama
massa pemulihan dilakukan dengan aktivitas ringan seperti jalan dan
jogging daripada tanpa aktivitas fisik. Jadi aktivitas fisik selama massa
pemulihan yang paling cepat untuk perubahan (penurunan) asam laktat
adalah dengan melakukan kerja fisik kontinyu daripada intermiten (Ilham
Jaya, 2000).
e. Pemulihan Cadangan-cadangan Oksigen
Pemulihan Cadangan Oksigen adalah Penggunaan oksigen oleh
tubuh untuk menciptakan energi. Pernapasan mendukung kehidupan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
manusia, Duduk, bekerja, dan tidur, semuanya didorong oleh setiap napas
yang di ambil. Namun, latihan keras membutuhkan lebih banyak energi.
Sebuah aktivitas berat, seperti berlari, dengan cepat akan membutuhkan
oksigen banyak, sehingga terjadi utang oksigen (oksigen pemulihan).
Ketika tubuh menggunakan semua oksigen, ia harus mendapatkan lebih
banyak oksigen setelah latihan maksimum (Chitika, 2012).
Darah sangat membutuhkan presentase udara yang mengandung
oksigen kimia yang banyak. Sel darah mengambil oksigen dari jutaan
alveoli kecil (gelembung kecil) yang melapisi paru-paru, dan
menggunakannya untuk bahan bakar seluruh tubuh. Dalam kaitan dengan
olahraga, oksigen bertanggung jawab untuk produksi ATP, suatu
neurotransmitter yang memungkinkan otot-otot untuk berfungsi.
terutama di sediakan melalui sistem aerobik. Energi aerobik tersedia dari
pengisian kembali fosfagen yang berasal dari penguraian karbohidrat dan
lemak (dan mungkin juga sejumlah kecil asam laktat) menjadi CO2 dan
H2O lewat daur krebs dan ETS.
Gambar 2.8. Oksigen yang dikonsumsi selama RPP (Rapid-Recovery O2
Phase), (Fox, Bower & Foss, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Oksigen yang dikonsumsi selama RPP Menyediakan sebagian
besar energi yang diperlukan untuk mengisi kembali simpanan-2 ATP
dan PC dalam otot yang terkuras selama latihan fisik. Sebagian yang
diresintesis langsung disimpan dalam otot, sedangkan yang sebagian lagi
segera diurai untuk meresintesis PC yang kemudian disimpan dalam otot.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa glikolisis anaerobic mungkin juga
menyediakan sebagian energy (ATP) untuk pemulihan fosfagen
(Mucshin Douwes, 2011). Fox, Bower & Foss, 1993)
f. Recovery Aktif
Recovery aktif merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet tidak
berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan intensitas
sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) seperti jogging
dan berjalan. Contoh dalam kasus dilapangan, selama latihan interval
atau pelatihan fartlek, Anda akan akan berlari untuk jarak tertentu
kemudian berjalan untuk pulih. Pemulihan aktif ini membantu
membersihkan otot-otot dari asam laktat dan enzim creatine kinase, yang
menyebabkan rasa sakit dan kelelahan.
Manfaat dari recovery aktif:
1) Bantuan nyeri otot Anda untuk pergi lebih cepat.
2) Membantu otot Anda memulihkan dan memperbaiki jaringan yang
rusak.
3) Meningkatkan pemulihan psikologis / mental.
4) Meningkatkan relaksasi mental dan fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
g. Recovery Corstability
Recovery Corstability merupakan bentuk istirahat yang berarti atlet
tidak berdiam diri, tetapi tetap melakukan aktivitas fisik dengan
intensitas sangat ringan (20% DNM) sampai ringan (50% DNM) dengan
diselingi dengan peregangan (stretching) seperti jogging dan berjalan
kemudian diselingi peregangan, jogging/jalan lagi kemudian peregangan
lagi (begitu seterusnya). Prinsip dari pemulihan corstability, yaitu hampir
sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan lagi kondisi fisik
seseorang agar seperti semula, menghilangkan kadar asam
laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear)
h. Recovery Pasif
Recovery Pasif yaitu latihan yang tidak melibatkan aktifitas/duduk
diam (sat quietly exercise). Sedangkan menurut pendapat lain Recovery
Pasif yaitu aktifitas fisik diam (rest physical activity).
Recovery pasif yaitu aktifitas fisik diam/istirahat total (rest total physical
activity). Recovery Pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas fisik.
Recovery pasif yaitu istirahat/diam tanpa melakukan aktifitas apa-apa
(sleep exercise). Recovery pasif yaitu tidak melakukan latihan aktifitas
fisik apapun (rest exercise). Jadi recovery pasif merupakan bentuk
istirahat yang berarti atlet berdiam diri tanpa adanya aktifitas fisik
apapun, seperti diam, istirahat total (duduk, terlentang, tiduran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pengaruh pemulihan pasif terhadap otot (kelelahan otot) adalah
agar otot dapat pulih kembali seperti semula. Prinsip dari pemulihan
pasif, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu mengembalikan
lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, menghilangkan kadar
asam laktat,menurunkan kadar enzim creatine kinase, serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear).
Dari ketiga jenis recovery (aktif, corstability, dan pasif). Recovery
aktif merupakan recovery yang paling bagus untuk menurunkan kadar
asam laktat, hal ini disebabkab karena Oksidasi laktat secara aerobik
merupakan bagian terbesar dalam proses perubahan/penurunan laktat.
Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan
disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi
oleh bentuk dan beban pemulihan.
Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan
dengan laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak
akan terjadi penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat
dengan oksidasi berjalan dengan seimbang. Di samping otot
menghasilkan laktat, otot juga mengonsumsi (menggunakan) laktat
sebagai sumber energy melalui proses oksidasi aerobik, tetapi pada saat
aktivitas fisik meningkat sampai pada ambang anaerobik terjadi ketidak
seimbangan antara laktat yang dihasilkan dan laktat yang digunakan.
Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas ambang anaerobic
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
(lactate shuttle) artinya laktat yang dihasilkan oleh salah satu otot akan
dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara normal
(terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate shuttle
akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas aktivitas
fisik Brooks dalam Widiyanto (2012).
i. Perubahan kadar asam laktat
Perubahan kadar asam laktat dalam darah dan otot selama massa
pemulihan dari suatu latihan yang melelahkan dengan cara dioksidasi
melalui sistem aerobik adalah sekitar 50% setelah 15 menit, 75% setelah
30 menit dan sekitar 95% setelah 60 menit (Bowers, 1992). Perubahan
asam laktat lebih cepat bila pemulihan dilakukan secara aktif, yaitu
dengan melakukan aktivitas ringan atau sedang. Bagi individu yang tidak
terlatih, optimal bila dilakukan dengan aktivitas dengan intensitas antara
30% hingga 45% dari VO2 maks, dan bagi atlet yang terlatih antara 50
hingga 65% dari VO2 maks (Ilham jaya, 2000).
Lebih lanjut Ilham jaya (2000) menyatakan bahwa asam laktat
yang terakumulasi dalam darah dan otot setelah suatu kerja yang
melelahkan akan disingkirkan melalui beberapa cara, antara lain :
dirubah menjadi glikogen hati, menjadi glukosa darah, menjadi protein,
dioksidasi melalui sistem aerobik membentuk ATP, CO2, dan H2O. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar asam laktat dioksidasi melalui
sistem aerobik (lebih 60%). Jaringan yang melakukan oksidasi tersebut
antara lain : otot rangka, otot jantung, hati, dan ginjal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
5. Indeks massa tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih
panjang.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia
18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya.
Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap
orang secara berkesinambungan.
Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan
perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah:
20,1 25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan
pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara
laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan
ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan
ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk
kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4. Kategori IMT http://www.ilmukesehatan.com/pedoman-praktis. Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,4 Normal 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
a. IMT Kurang
Seseorang dikatakan memiliki IMT kurang (Kurus) bila indeks
massa tubuhnya (IMT) kurang dari 18,4. Contoh seorang pria dengan
tinggi badan 160 cm dan berat badan 45 kg Maka IMT-nya adalah :
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
IMT = 45 : (1,6)2 = 17,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT
kurang (kurus).
Penyebab utama terjadinya kekurangan berat badan adalah asupan
makan (energi intake) lebih kecil dibandingkan energi yang dikeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi
berat badan kurang adalah menambah berat badan secara aman dengan
diet tinggi kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi
bertambah. Prinsip peningkatan berat badan adalah menambah massa
otot (hipertropi) (Djoko Pekik I, 2007).
Menambah BB = Menambah massa otot (energi input > energi output)
b. IMT Normal
Seseorang dikatakan memiliki IMT normal bila indeks massa
tubuhnya (IMT) meliki nilai diantara 18,5 25,0. Contoh seorang pria
dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 55 kg Maka IMT-nya
adalah
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
IMT = 55 : (1,6)2 = 21,5 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT
normal.
Penyebab utama terjadinya berat badan normal adalah asupan
makan (energi intake) hampir sama atau bahkan mendekati sama dengan
energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan
pengaturan makan bagi berat badan normal adalah menjaga berat badan
secara aman dengan zat gizi seimbang dan olahraga secara teratur
sehingga berat badan tetap terjaga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Menjaga BB normal = aktivitas teratur dan terukur (energi input = energi
output)
c. IMT Lebih
Seseorang dikatakan memiliki IMT lebih (overweight/gemuk) bila
indeks massa tubuhnya (IMT) lebih dari 25,1. Contoh seorang pria
dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 65 kg Maka IMT-nya
adalah
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
IMT = 65 : (1,6)2 = 25,39 orang tersebut dikategorikan memiliki IMT
lebih (overweight/gemuk).
Penyebab utama terjadinya kelebihan berat badan adalah asupan
makan (energi intake) lebih besar dibandingkan energi yang dikeluarkan
saat melakukan aktivitas (energi output). Tujuan pengaturan makan bagi
berat badan berlebih adalah menurunkan berat badan secara aman dengan
diet rendah kalori dan zat gizi seimbang sehingga berat badan menjadi
normal. Prinsip penurunan berat badan adalah mengurangi simpanan
lemak tubuh pada jaringan dibawah kulit (Djoko Pekik I, 2007).
Menurunkan BB = Mengurangi lemak tubuh (energi input < energi
output)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6. Analisis IMT Berkaitan dengan Perubahan kadar asam laktat
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan
alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT kurang,
normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai jumlah total
lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak (berlebihan) akan
mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat badan biasanya akan
sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak
akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan meningkatkan ketika diubah
dalam millimeter per kilogram berat tubuh (Fatmah, 2011). Jadi seseorang
yang memiliki berat badan lebih cenderung tidak bugar karena dalam
tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan kurang lincah dalam bergerak
sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu yang agak lama, begitu pula
dengan orang yang kurus, cenderung tidak bugar karena banyak kekurangan
energi/asupan gizi sehingga untuk pemulihan dalam aktivitas olahraga juga
agak lama.
Berdasarkan uraian diatas, Indeks massa tubuh seseorang dapat
mempengaruhi penurunan kadar asam laktat dengan cara recovery sesudah
latihan maksimum. Harapannya dengan diketahuinya penurunan kadar asam
laktat melalui recovery, dapat menghasilkan temuan penelitian berupa
recovery yang paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada
seseorang yang memiliki kategori Indeks massa tubuh lebih, recovery yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
paling efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang
memiliki kategori Indeks massa tubuh normal, dan recovery yang paling
efektif dari recovery aktif, corstability, dan pasif pada seseorang yang
memiliki kategori Indeks massa tubuh kurang.
B. Kerangka Berpikir
Sesuai dengan latar belakang masalah dan kajian teori, maka dapat
disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap
perubahan kadar asam laktat.
Di dalam aktivitas olahraga, terutama untuk olahraga dengan
intensitas tinggi menghasilkan produk samping berupa asam laktat. Asam
laktat dihasilkan ketika penguraian glykogen otot (menjadi tiga molekul
carbon pyruvic acid) melebihi kemampuan mitochondria untuk memproses
metabolit ini. Jadi, asam pyruvic memungut hidrogen, menjadi asam laktat,
dan mulai berakumulasi dalam otot dan darah. Laktat dapat digunakan oleh
jantung dan otot sebagai sumber energi, dan dapat dioksidasikan dalam hati.
Namun, bila produksinya melebihi pembersihan, kadar dalam otot
meningkat. Meningkatnya kadar asam dalam otot mengurangi tenaga
dengan mempengaruhi kontraksi otot, dan menurunkan daya tahan dengan
mengurangi efisiensi enzim aerobik (Sharkey, 2011).
Recovery merupakan hal utama yang harus dilakukan seseorang
(baik atlet, pecinta olahraga, maupun masyarakat) setelah melakukan
aktivitas fisik atau olahraga. Pemulihan (recovery) yang tidak sempurna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
antara latihan satu dengan latihan fisik lainnya atau antara satu pertandingan
dengan pertandingan berikutnya pada akhirnya akan menurunkan kinerja
fisik seseorang. Pada penelitian ini menggunakan tiga macam jenis recovery
yaitu recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif. Perlakuan
pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan
maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint
400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar
asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba
melakukan recovery aktif, corstability, dan pasif (sesuai dengan kelompok),
hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20 menit, kemudian di ambil
darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat atau tidak.
Dari uraian diatas dengan memperhatikan segala kelebihan dan
kekurangan pada masing-masing jenis recovery, maka dapat diduga bahwa
antara jenis recovery aktif, corstability, dan pasif bisa memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap perubahan kadar asam laktat.
2. Perbedaan Perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang memiliki
IMT kurang, normal, dan lebih.
Untuk membedakan status gizi dibagi menjadi tiga, yaitu IMT
kurang, normal, dan lebih. Dimana ketiga jenis kategori ini mempunyai
jumlah total lemak tubuh yang berbeda, semakin lemak tubuh banyak
(berlebihan) akan mengganggu tubuh ketika bergerak. Pertambahan berat
badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan lemak tubuh. Kehilangan
lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total Vo2max tapi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per kilogram berat tubuh
(Fatmah, 2011). Jadi seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung
tidak bugar karena dalam tubuhnya banyak lemak yang mengakibatkan
kurang lincah dalam bergerak sehingga untuk pemulihan memerlukan waktu
yang agak lama, begitu pula dengan orang yang kurus, cenderung tidak
bugar karena banyak kekurangan energi/asupan gizi sehingga untuk
pemulihan dalam aktivitas olahraga juga agak lama.
Pengklasifikasian ini dimaksudkan untuk mengetahui recovery yang
paling efektif dari jenis recovery aktif, corstability, dan pasif pada orang
yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) kurang, normal dan lebih sesudah
latihan maksimum terhadap perubahan kadar asam laktat.
3. Pengaruh interaksi antara recovery dan kategori IMT terhadap perubahan
kadar asam laktat.
Ada keterkaitan antara jenis Recovery dan Indeks Massa Tubuh
terhadap perubahan kadar asam laktat. Ketiga jenis kategori Indeks Massa
tubuh mempunyai status kebugaran (prediksi VO2 Max) yang berbeda,
sehingga jika diberikan perlakuan yang berbeda yaitu dengan Recovery
Aktif, Corstability, dan Pasif, kemungkinan akan mempengaruhi hasil
perubahan kadar asam laktat yang akan didapat. Hal ini berdasar pada status
kebugaran, semakin bugar seseorang maka laktat dalam tubuh sedikit (tidak
mengalami kelelahan yang berlebihan), sedangkan semakin seseorang tidak
bugar maka akan banyak laktat yang menumpuk karena aktivitas tubuh yang
keras tanpa diiringi pasokan oksigen yang cukup sehingga otot mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bahan bakar dari glukosa yang disimpan tubuh. Pemecahan glukosa oleh
tubuh menimbulkan penumpukan asam laktat yang menimbulkan nyeri dan
kelelahan.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran di atas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara recovery aktif, corstability, dan pasif
terhadap perubahan kadar asam laktat.
2. Ada perbedaan perubahan kadar asam laktat antara mahasiswa yang
memiliki Indeks Massa Tubuh kurang, normal, dan lebih.
3. Ada pengaruh interaksi antara recovery dan kategori Indeks Massa Tubuh
terhadap perubahan kadar asam laktat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini seluruhnya dilakukan di Stadion Atletik Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, dari mulai pengambilan data
tinggi badan, berat badan, pelaksanaan pretest-posttest pengambilan darah
(untuk mengetahui laktat) dan sampai pelaksanaan (treatment) dengan
recovery aktif, corstability, dan pasif.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
dan dilakukan pagi hari mulai pukul 07.00 10.30 WIB.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah jenis penelitian
eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
factorial design 3 x 3. Menurut Sudjana (2002) eksperiment factorial design
adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah factor dikombinasikan
atau disilangkan dengan semua taraf tiap factor lainnya yang ada dalam
eksperimen. Dalam rancangan factorial 3 x 3 dijelaskan mengenai eksperimen
factorial bahwa yang diukur tidak hanya pengaruh faktor utama dari setiap
variabel bebas terhadap variabel terikat, tetapi juga pengaruh interaksi antar
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
variabel-variabel bebas. Rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan factorial 3 x 3
Variabel Atributif :
Indeks Massa
Tubuh (A)
Variabel Manipulatif : Recovery (B)
Aktif (b1) Corstability (b2) Pasif (b3)
Lebih (a1) a1 b1 a1 b2 a1 b3
Normal (a2) a2 b1 a2 b2 a2 b3
Kurang (a3) a3 b1 a3 b2 a3 b3
Keterangan:
a1 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi
perlakuan recovery aktif.
a2 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi
perlakuan recovery aktif.
a3 b1 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi
perlakuan recovery aktif.
a1 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi
perlakuan recovery Corstability.
a2 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi
perlakuan recovery Corstability.
a3 b2 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi
perlakuan recovery Corstability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
a1 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh lebih diberi
perlakuan recovery pasif.
a2 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh normal diberi
perlakuan recovery pasif.
a3 b3 : Kelompok orang yang memiliki Indeks massa tubuh kurang diberi
perlakuan recovery pasif.
untuk mendapatkan keyakinan bahwa penurunan kadar asam laktat
merupakan hasil perlakuan dari recovery maka dapat digeneralisasikan ke
dalam populasi yang ada.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang dimaksudkan
untuk diteliti dan yang nantinya akan digeneralisasi (Ali Maksum, 2007).
Generalisasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan terhadap kelompok
individu atau objek yang lebih luas berdasarkan data yang diperoleh dari
sekelompok individu atau objek yang lebih sedikit. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa (laki-laki) Prodi IKORA FIK UNY.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah himpunan bagian (sebagian) populasi yang diambil
secara representatif dari populasi (Agung S & R. Syaifulloh, 2011). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive random
sampling. Menurut Sudjana (2002) teknik purposive random sampling yaitu
dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Sedang menurut
Singh (2006) pemilihan sampel dengan teknik purposive random sampling
adalah teknik memilih sampel penelitian tidak secara acak, namun
didasarkan pada pertimbangan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun kriteria sampel penelitian yang dipilih adalah mahasiswa
IKORA FIK UNY yang memiliki Indeks massa tubuh kurang, normal, dan
lebih, sehingga dengan teknik purposive random sampling diperoleh besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 45 mahasiswa putra.
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan
pengamatan atau semua simbol (ciri) yang menunjukkan variasi atau segala
sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian (Sugiyono, 2010). variabel
dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan satu
variabel terikat (dependent) dengan rincian sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent)
a. Variabel bebas manipulatif yaitu Recovery yang terdiri dari 3 taraf yaitu
1) Recovery Aktif
2) Recovery Corstability
3) Recovery Pasif
b. Variabel bebas atributif dalam penelitian ini adalah
1) Indeks massa tubuh lebih
2) Indeks massa tubuh normal
3) Indeks massa tubuh kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2. Variabel terikat (dependent)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu perubahan kadar asam laktat.
Definisi Operasional
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel
dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Recovery Aktif
Recovery Aktif adalah sebuah pemulihan (recovery) aktif dengan
aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging untuk mengurangi
kelelahan, mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat
yang merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery aktif
pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan
maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint
400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar
asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba
melakukan recovery aktif dengan jalan atau jogging selama 20 menit,
kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan laktat
atau tidak.
2. Recovery Corstability
Recovery Corstability adalah sebuah pemulihan (recovery) dengan
aktifitas olahraga ringan seperti jalan atau jogging kira-kira sejauh 10 m /
dengan jarak 10 m, kemudian dilanjutkan dengan peregangan (stretching),
setelah selesai peregangan orang coba melakukan jalan atau jogging 10 m,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kemudian peregangan lagi (hal ini dilakukan berulang-ulang hingga 20
menit). Recovery corstability ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan,
mempercepat regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang
merupakan produk sampingan dari latihan maksimum. Recovery corstability
pada penelitian ini dilakukan setelah orang coba melakukan latihan
maksimum yaitu dengan lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint
400 m orang coba langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar
asam laktatnya. Setelah diketahui kadar asam laktatnya orang coba
melakukan recovery corstability dengan jalan atau jogging sejauh 10 m,
dilanjutkan dengan peregangan, hal ini dilakukan berulang-ulang selama 20
menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan
laktat atau tidak.
3. Recovery pasif
Recovery pasif adalah sebuah pemulihan (recovery) pasif dengan
langsung istirahat seperti duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas
apapun, hal ini dilakukan untuk mengurangi kelelahan, mempercepat
regenerasi fisiologis, dan menghilangkan laktat yang merupakan produk
sampingan dari latihan maksimum. Recovery pasif pada penelitian ini
dilakukan setelah orang coba melakukan latihan maksimum yaitu dengan
lari sprint 400 m, segera setelah selesai lari sprint 400 m orang coba
langsung di ambil darahnya untuk mengetahui kadar asam laktatnya. Setelah
diketahui kadar asam laktatnya orang coba melakukan recovery pasif
dengan duduk atau langsung berhenti tanpa aktifitas apapun selama 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
menit, kemudian di ambil darahnya lagi untuk mengetahui ada penurunan
laktat atau tidak.
4. Indeks massa tubuh
Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Pada penelitian ini indeks
massa tubuh merupakan variabel atributif yang melekat dan menjadi sifat
dari sampel yang diteliti. Pengukuran indeks massa tubuh digunakan untuk
membedakan level indeks massa tubuh sampel, yang dibagi menjadi tiga
level, yaitu indeks massa tubuh kurang, normal, dan lebih.
E. Teknik Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah laktat tes yang digunakan untuk mengukur ambang laktat, Timbangan
untuk mengukur berat badan, stadiometer untuk mengukur tinggi badan, dan
stadion atletik untuk pelaksanaan keseluruhan mulai dari pre tes dengan lari
400 m, treatmen dengan recovery.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
tes dan pengukuran beberapa variable penelitian:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1. Data Laktat
Data Laktat di dapat setelah orang coba melakukan lari 400 meter
(pre test) dan setelah melakukan treatment berupa recovery (post test).
Sebuah jarum
disterilkan pokes jari
Contoh mikro kecil darah
Analyzer mengambil sampel
Foto ini menunjukkan hasil yang sangat tinggi 13,8 setelah lari sprint 400 meter
Gambar 3.1. Pengambilan Laktat
2. Data Tinggi Badan
Tinggi badan adalah jarak maksimum dari lantai sampai tulang
diatas kepala atau dari vertex ke telapak kaki, subyek diwajibkan
menanggalkan sepatu ataupun alas kaki. Subyek berdiri tegak
membelakangi batang pengukur vertikal (stadiometer). Kedua tumit rapat,
punggung dan bagian kepala (occiput) menyentuh batang pengukur vertikal.
Kepala sedikit mendongak ke atas sehingga bidang Frankfort harus betul-
betul mendatar. Pengukuran dimulai dari vertex sampai dengan telapak kaki
(permukaan lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter atau inci
(Tim Anatomi, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Petunjuk pelaksanaan Test dan Pengukuran
Tinggi Badan
Cara pengukuran:
a) Subyek menanggalakan sepatu atau alas kaki.
b) Subyek berdiri tegak membelakangi pengukur vertikal (stadiometer).
c) Kedua tumit rapat, punggung dan bagian belakang kepala menyentuh
batang pengukur vertical.
d) Kepala sedikit mendongak ke atas.
e) Pengukuran dimulai dari vertek sampai dengan telapak kaki (permukaan
lantai), kemudian dicatat dengan satuan centimeter.
Gambar 3.2. Pengukuran tinggi badan (ISAK, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Data Berat Badan
Dalam penimbangan berat tubuh/badan dilakukan dengan pakaian
seminim mungkin (subyek harus menanggalkan sepatu, jaket, mantel dan
perhiasan-perhiasan lain yang berbobot) dan tubuh dalam keadaan tidak
berkeringat. Subyek berdiri di atas timbangan tidak boleh berpegangan pada
benda lain. Menggunakan alat timbang berat badan standar dengan ketelitian
sampai 100 gram. (Djoko P, 2007). permasalahan tentang berat badan dapat
dibedakan menjadi dua komponen pokok yaitu :
Komponen lemak (fat component), kecenderungan orangnya gemuk
atau berat. Mempunyai keuntungan mudah untuk mempertahankan
keseimbangan. Hal ini penting bagi olahraga yang memerlukan
mempertahankan keseimbangan, seperti gulat, judo, dan sejenisnya.
Komponen bebas lemak (fat free component), komponen bebas
lemak dari berat badan, sebagian terbentuk oleh berat otot dan tulang. Bila
dibandingkan dengan komponen lemak pada, apabila yang lainya sama
besar kecuali kandungan lemak dalam badan, komponen bebas lemak jauh
lebih ringan sehingga akan menguntungkan bagi olahraga yang aktivitasnya
bersifat daya tahan maupun akselerasi. Bobot mati adalah berat senmua
bagian badan yang secara langsung tidak terlibat dalam memproduksi
gerakan. Berat ini terdiri dari berat skeleton, kulit, alat dalam, darah dan
terutama berat otot yang tidak aktif dan lemak badan.
Berat Badan
Cara pengukuran:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a) Angka dalam timbangan benar-benar menunjukkan angka nol.
b) Pakaian subyek seminim mungkin.
c) Subyek berdiri tegak di atas timbangan sampai jarum angka
menunjukkan hasil berat.
Gambar 3.3. Pengukuran berat badan (ISAK, 2001)
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian
(ANAVA) rancangan factorial 3 x 3 taraf
memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (uji
Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas varians (dengan uji bartlet)
setelah itu dilanjutkan dengan uji hipotesis.
Setelah semua data terkumpul, kemudian disusun dan dianalisis secara
statistik melalui proses sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis populasi dilakukan uji prasyarat analisis
yaitu uji normalitas (uji Kolmogorov - Smirnov) dan uji homogenitas
varians (dengan uji bartlet). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogeny atau tidak.
a. Uji normalitas
Uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Uji
normalitas ini di analisis dengan menggunakan bantuan program
komputerisasi staistical product and service solution (SPSS) versi 19
Dalam proses analisis data karena menggunakan bantuan komputer maka
(sig) lebih besar dari 0,05 disimpulkan normal.
b. Uji homogenitas
Untuk menaksir selisih rata-rata dan menguji kesamaan atau
perbedaan dua rata-rata perlu ditekankan adanya asumsi bahwa kedua
populasi mempunyai variansi yang sama. Populasi-populasi dengan
dengan variansi yang sama besar dinamakan variansi yang homogen.
Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis Ho adalah :
F = terkecilVariansi terbesarVariansi
(Sudjana, 1996)
Uji homogenitas ini dilakukan dcngan menggunakan UJI BARTLETT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Rumus X2 = C303,2
(f log MSerror- fi log Si2)
Hasilnya dibandingkan dengan tabel distribusi X2 dengan taraf
signifikansi. H0 diterima bila X2hit < X2tab , yang berarti sampel-sampel
berasal dari populasi yang homogen.
Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan
untuk uji Bartlett akan lebih mudah dan lehih baik disusun ke dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.2. Satuan Harga untuk Uji Bartlet Sampel
Ke Dk
1
Dk Si2 Log Si2 (dk) log Si2
1 N1-1 1/( n1-1) S12 Log S1
2 ( n1-1) Log S12
2 N2-1 1/( n2-1) S22 Log S2
2 ( n2-1) Log S22
.
.
.
K nk-1 1/( nk-1) Sk2 Log Sk
2 ( nk-1) Log Sk2
Jumlah (n1-
1) 1n1
1
- - (n1-1) Log S12
(Sudjana, 1996)
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Statistik Anava
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Data hasil pengukuran kadar asam laktat dianalisis dengan statistika
anava dua jalur dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf
signifikan 0,05 %
Tabel 3.3. Analisis Variansi Dua Jalur
Source of Variance SS df MS F
Between groups
A
B
A*B
Within groups
Total
SSB
SS1
SS2
SS1x2
SSW
SST
dfB
df1
df2
df1x2
dfW
dfT
MSB
MS1
MS2
MS1x2
MSW
FB
F1
F2
F1x2
Langkah-Langkah Perhitungan :
1) Sum of Square
a) Total Sum of Square (SSr)
N
XXSS r
2
2
b) Between group sum of square (SSB)
N
X
N
X
N
X
N
XSS
k
kB
22
2
2
2
1
2
1
c) Within group sum square (SSw)
SSw = SSr - SSB
d) Sum of square for factor 1 (SS1)
N
X
columneachinNcolumneachofSum
SS22
1
e) Sum of square for factor 2 (SS2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
N
X
roweachinNroweachofSum
SS22
2
f) Sum of square for Interactions (SS1x2)
SS1x2 = SSB SS1 SS2
2) Degrees of freedom
a) Total Degrees of Freedom
dfr = N 1
b) Degrees of Freedom Within Groups
dfW = N K
c) Degrees of Freedom for Factor 1
df1 = one less than the number of levels for factor 1
d) Degrees of Freedom for Factor 2
df1 = one less than the number of levels for factor 2
e) Degrees of Freedom for Interaction
df1x2 = df1xdf2
f) Degrees of Freedom Between Groups
dfB = k 1
3) Mean Square
a) Mean Square Between Group (MSB)
B
BB df
SSMS
b) Mean Square within Group (MSW)
W
WW df
SSMS
c) Mean Square for factor 1 (MS1)
1
1
df
SSMS B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
d) Mean Square for factor 2 (MS2)
2
2
df
SSMS B
e) Mean Square for interaction (MS1x2)
21
2121
x
xx df
SSMS
4) F rations and tests of significance
a) Effect of Between group (FB)
W
B
MSMS
F
b) Effect of factor 1 (F1)
WMSMS
F 1
c) Effect of factor 2 (F2)
WMS
MSF 2
d) Effect of interaction (F1x2)
W
x
MS
MSF 21
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava
Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan: (1) observasi
untuk masing-masing kelompok independen, (2) setiap kelompok
perlakuan memiliki variansi yang sama (Homogen), (3) populasi
berdistribusi normal. Selanjutnya untuk menguji perbedaan pengaruh
perlakuan menggunakan Uji Newman-Keuls dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dari yang
paling kecil sampai kepada yang terbesar.
2) Dari rangkuman ANAVA, diambil harga RJKE disertai dk-nya.
3) Hitung Kekeliruan Baku Rata-Rata untuk tiap perlakuan dengan
rumus dibawah ini :
yS
= 1
)(
n
RJK keke liruan
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA
4) Tentukan taraf signifikansi a, lalu gunakan Daftar Rentang Student.
Daftar ini mengandung dk = v dalam kolom kiri dan p dalam baris
atas. Untuk uji Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan)
dan p = 2, 3, .... k. Harga-harga yang didapat dari badan daftar
sebanyak (k-1) untuk v dan p supaya dicatat.
5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik 8 di atas masing-masing
dengan s1. Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan
Rentang Signifikan Terkecil (RST).
6) Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil dengan
RST untuk p = k, selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua
dengan RST untuk p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya
perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil
dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-
rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.
Dengan jalan begini, semuanya akan ada Vt k (k-1) pasangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar
daripada RST-,nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan di antara rata-rata perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian telah dilakukan pada tiga kelompok sampel mahasiswa yang
memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang, pada Program Studi
Ilmu Keolahragaan (IKORA) Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta, masing-masing kelompok sebanyak lima belas mahasiswa. Data
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran terhadap variabel independen
atributif dari ketiga kelompok, yaitu kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih dari
jumlah sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif,
corstability, dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal dari jumlah
sampel 15 dibagi tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability,
dan pasif. Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang dari jumlah sampel 15 dibagi
tiga masing-masing diberi perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif.
Ketiga kelompok tersebut dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu satu kali
tes awal (pretest) dan satu kali tes akhir (posttest). Item tes pada pretest maupun
posttest sama, yaitu kadar asam laktat darah. Dalam penelitian ini dilakukan
beberapa analisa statistik. Semua analisa statitik dikerjakan dengan aplikasi
computer menggunakan seri program SPSS for windows versi 19 dengan taraf
signifikansi 5%.
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan
pada tes awal dan tes akhir kadar asam laktat darah. Berikut disajikan mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
deskripsi data, pengujian prasarat analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan
hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil pengukuran kadar asam laktat darah
yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Deskripsi Data Hasil Pengukuran kadar asam laktat darah pada mahasiswa yang memiliki Indeks Massa Tubuh Lebih, Normal, dan Kurang Berdasarkan jenis recovery yaitu recovery aktif, corstability, dan pasif.
Perlakuan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Statistik Hasil Tes
Awal
Hasil Tes
Akhir
Perubahan kadar asam
laktat
Recovery Aktif
Lebih
Jumlah 87.1 59.6 27.5 Rerata 17.42 11.92 5.5 SD 2.324 1.898 1.178
Normal
Jumlah 69.4 24.9 44.5 Rerata 13.88 4.98 8.9 SD 1.243 0.746 0.836
Kurang
Jumlah 72.4 43.1 29.3 Rerata 14.48 8.62 5.86 SD 1.515 1.585 1.004
Recovery Corstability
Lebih
Jumlah 77.2 55.6 21.6 Rerata 15.44 11.12 4.32 SD 2.406 1.876 1.235
Normal
Jumlah 76.4 42.7 33.7 Rerata 15.28 8.54 6.74 SD 0.567 0.873 0.689
Kurang
Jumlah 79.4 51.7 27.7 Rerata 15.88 10.34 5.54 SD 0.775 0.989 0.484
Recovery Pasif
Lebih
Jumlah 70.2 55.3 14.9 Rerata 14.04 11.06 2.98 SD 2.046 2.006 0.574
Normal
Jumlah 70.5 44.3 26.2 Rerata 14.1 8.86 5.24 SD 1.104 1.458 1.978
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Kurang
Jumlah 76.8 50.9 25.9 Rerata 15.36 10.18 5.18 SD 0.943 1.148 0.904
Hal-hal yang mendapat perhatian dari nilai-nilai yang terdapat dalam
tabel di atas adalah sebagai berikut :
1. Pada kelompok perlakuan recovery aktif mempunyai rata-rata tes awal
15.26 dan tes akhir 8.50 dengan rata-rata perubahan kadar asam laktat 6.75.
Pada kelompok perlakuan recovery corstability mempunyai rata-rata tes
awal 15.53 dan tes akhir 10.00 dengan rata-rata perubahan kadar asam
laktat 5.53. dan Pada kelompok perlakuan recovery pasif mempunyai rata-
rata tes awal 14.50 dan tes akhir 10.03 dengan rata-rata perubahan kadar
asam laktat 4.46. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka rata-rata
perubahan kadar asam laktat dengan perlakuan recovery aktif lebih baik
dari pada perlakuan recovery corstability dan recovery pasif, kemudian
perlakuan recovery corstability lebih baik dari pada recovery pasif.
2. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh lebih
mempunyai rata-rata tes awal 15.63 dan tes akhir 11.36 dengan perubahan
kadar asam laktat 4.26. Kelompok perlakuan pada subyek yang memiliki
indeks massa tubuh normal mempunyai rata-rata tes awal 14.42 dan tes
akhir 7.46 dengan perubahan kadar asam laktat 6.99. Dan Kelompok
perlakuan pada subyek yang memiliki indeks massa tubuh kurang
mempunyai rata-rata tes awal 15.24 dan tes akhir 9.71 dengan perubahan
kadar asam laktat 5.52. Bila ketiga perlakuan itu dibandingkan maka
kelompok subyek yang mempunyai indeks massa tubuh normal mempunyai
perubahan yang lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
tubuh kurus dan lebih, kemudian subyek yang mempunyai indeks massa
tubuh kurus lebih baik dari pada subyek yang mempunyai indeks massa
tubuh lebih.
3. Untuk memperoleh gambaran yang lengkap dari nilai rata-rata perubahan
kadar asam laktat untuk masing-masing faktor utama penelitian, perlu
dibuat perbandingan-perbandingannya. Masing-masing sel (kelompok
perlakuan) memiliki perubahan kadar asam laktat yang berbeda. Nilai rata-
rata perubahan kadar asam laktat yang dicapai tiap kelompok perlakuan
disajikan dalam bentuk histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai rata-
rata persentase kadar asam laktat, maka dapat dibuat histogram
perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :
Gambar 4.1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Perubahan kadar asam laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Indeks Massa Tubuh.
R A = Kelompok Recovery Aktif
R C = Kelompok Recovery Corstability
R P = Kelompok Recovery Pasif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Lebih = Kelompok Indeks Massa Tubuh Lebih
Normal = Kelompok Indeks Massa Tubuh Normal
Kurang = Kelompok Indeks Massa Tubuh Kurang
Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki perubahan kadar asam
laktat yang berbeda. Nilai perubahan kadar asam laktat masing-masing sel
(kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2. Nilai Perubahan Persentase Lemak Tubuh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)
Perlakuan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Perubahan kadar asam laktat
Recovery Aktif
Lebih 5.5
Normal 8.9
Kurang 5.86
Recovery Corstability
Lebih 4.32 Normal 6.74 Kurang 5.54
Recovery Pasif
Lebih 2.98 Normal 5.24 Kurang 5.18
Gambaran dari nilai perubahan kadar asam laktat pada masing-masing
kelompok berdasarkan jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh dapat
dilihat pada histogram sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Gambar 4.2. Histogram Nilai Rata-rata Perubahan Kadar Asam Laktat Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Recovery dan Kategori Indeks Massa Tubuh.
Kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan recovery aktif, recovery
corstability, dan recovery pasif memiliki perubahan/penurunan kadar asam laktat
yang berbeda. Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat perlakuan
recovery aktif, recovery corstability, dan recovery pasif dibandingkan, maka dapat
diketahui bahwa kelompok perlakuan recovery aktif memiliki
perubahan/penurunan kadar asam laktat sebesar 6.75 yang lebih besar dari pada
kelompok recovery corstability dan recovery pasif.
Perbedaan kategori indeks massa tubuh (IMT) berpengaruh pada
perubahan/penurunan kadar asam laktat. Jika antara kelompok mahasiswa yang
memiliki kategori indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang dibandingkan,
maka dapat diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks
massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat sebesar 6.99 yang
0123456789
10
Lebi
h
Nor
mal
Kura
ng
Lebi
h
Nor
mal
Kura
ng
Lebi
h
Nor
mal
Kura
ng
Recovery Aktif RecoveryCorstability
Recovery Pasif
Perubahan kadar asam laktat
Perubahan kadar asam laktat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
lebih besar dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh
kurang dan lebih.
Pengujian Prasarat Analisis
Untuk memenuhi persyaratan analisa statistic terlebih dahulu dilakukan
uji persyaratan terhadap data penelitian. Uji persyaratan yang dimaksud
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas distribusi populasi dilakukan untuk mengetahui
normal tidaknya distribusi data atau dengan kata lain untuk mengetahui
kepastian sebaran data yang diperoleh normal atau tidak. Jika diperoleh nilai
probabilitas lebih besar dari @ = 0,05 (p>0,05), maka sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4.3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
laktat_darah
N 45
Normal Parametersa,b Mean 5.5844
Std. Deviation 1.89124
Most Extreme
Differences
Absolute .076
Positive .076
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .507
Asymp. Sig. (2-tailed) .959
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas variansi populasi dimaksudkan untuk menguji
kesamaan varians antara kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
homogenitas kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi
yang homogen, pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji
homogenitas variansi populasi antara kelompok 1, kelompok 2, dan
kelompok 3 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi populasi Kelompok Perlakuan
N Lower SD Upper
KP1 5 3.8645 1.317 7.1355 KP2 5 7.7385 0.935 10.0615 KP3 5 4.4646 1.123 7.2554 KP4 5 2.6053 1.380 6.0347 KP5 5 5.7838 0.770 7.6962 KP6 5 4.8679 0.541 6.2121 KP7 5 2.1830 0.641 3.7770 KP8 5 2.4934 2.212 7.9866 KP9 5 3.9217 1.013 6.4383
KP1 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh lebih
KP2 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh normal
KP3 = Kelompok perlakuan recovery aktif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh kurang
KP4 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh lebih
KP5 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh normal
KP6 = Kelompok perlakuan recovery corstability pada orang yang
menyadang Indeks massa tubuh kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
KP7 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh lebih
KP8 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh normal
KP9 = Kelompok perlakuan recovery pasif pada orang yang menyadang
Indeks massa tubuh kurang
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data
dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai
langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis
varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus
diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan
pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kadar Asam Lakat Berdasarkan Kategori IMT dan Jenis Recovery
Jenis Recovery
Kategori IMT
A1 A2 A3
B1 B2 B3 B1 B2 B3 B1 B2 B3
Hasil tes awal 17.42
13.88 14.48
15.44 15.28
15.88 14.04
14.1
15.36
Hasil tes akhir 11.92 4.98 8.62
11.12 8.54
10.34 11.06
8.86
10.18
Perubahan 5.5 8.9
5.86
4.32 6.74
5.54
2.98
5.24
5.18
Keterangan :
A1 : Recovery Aktif
A2 : Recovery Corstability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
A3 : Recovery Pasif
B1 : Indeks Massa Tubuh Lebih
B2 : Indeks Massa Tubuh Normal
B3 : Indeks Massa Tubuh Kurang
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk perlakuan recovery aktif, corstability dan pasif (A1, A2, A3)
Sumber Variasi DF SS MS F Sig A Kekeliruan
2 1457.851 485.950 336.479 0.000 36 51.992 1.444
Tabel 4.7. Ringkasan Analisis Variansi Untuk Indeks Massa Tubuh (B1, B2 dan
B3) Sumber Variasi DF SS MS F Sig A Kekeliruan
2 39.275 19.638 13.597 0.000 36 51.992 1.444
Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Analisis Varian Dua Faktor Sumber Variasi DF SS MS F
Sig
Rata-rata Perlakuan
A 2 1457.851 485.950 336.479 0.000
B 2 39.275 19.638 13.597 0.000
AB 4 11.632 1.444 0.113 Kekeliruan 36 Total 44 1560.750
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis
sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis I
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa recovery aktif dapat
memberikan perubahan/penurunan kadar asam laktat yang berbeda dengan
recovery corstability dan pasif. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05.
Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pengaruh yang signifikan antara recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap
penurunan kadar asam laktat. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata
pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari
pada perlakuan recovery corstability dan pasif, dengan rata-rata penurunan kadar
asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 8.9 dan 5.86. Perlakuan recovery
corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery
pasif dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 4.32,
6.74 dan 5.54. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling
sedikit, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 2.98,
5.24 dan 5.18.
2. Pengujian Hipotesis II
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang
berbeda. Hal ini dibuktikan dari nilai Sig = 0.000 < 0.05. Dengan demikian
hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti terdapat perbedaan penurunan kadar asam
laktat yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih,
normal, dan kurang.
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan laktat lebih besar
dibanding mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan
lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 8.9,
6.74, dan 5.24. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh kurang
memiliki penurunan laktat yang lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
indeks massa tubuh lebih, dengan rata-rata penurunan kadar asam laktat masing-
masing yaitu 5.86, 5.54, dan 5.18. Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh
lebih memiliki penurunan laktat yang paling sedikit, dengan rata-rata
perubahan/penurunan kadar asam laktat masing-masing yaitu 5.5, 4.32, dan 2.98.
3. Pengujian Hipotesis III
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara jenis recovery
dan kategori IMT tidak bermakna. Karena Sig = 0.113 > 0.05. dengan demikian
hipotesis nol diterima yang berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara
jenis recovery dan kategori IMT terhadap penurunan kadar asam laktat.
C. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan
pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis
yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama
penelitian (b) tidak ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama
dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat
dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Perbedaan pengaruh antara perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif
terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat.
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan
perlakuan recovery aktif, corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar
asam laktat. Pengaruh perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
lebih besar dari pada perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan
recovery corstability memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding
perlakuan recovery pasif. Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan
laktat yang paling sedikit.
Pada waktu pemulihan, otot akan mengeluarkan laktat ke sirkulasi
darah untuk dibawa ke jaringan atau ke otot yang kurang aktif. Sebagian
laktat otot akan dibersihkan melalui sirkulasi, sedangkan yang lain
dikonversi kembali menjadi piruvat untuk membentuk glikogen kembali
dengan bantuan enzim piruvat dehidrogenase. Sebagian piruvat akan
dioksidasi menjadi karboksida dan air, sedang yang lain dirubah menjadi
alanin (Widiyanto, 2012).
Oksidasi laktat secara aerobik merupakan bagian terbesar dalam
proses perubahan/penurunan laktat. Adanya perbedaan dalam penurunan
laktat pada saat pemulihan disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan
oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk dan beban pemulihan.
Brooks dalam Widiyanto (2012) berpendapat bahwa berkaitan dengan
laktat, aktivitas fisik yang menggunakan sistem aerobik tidak akan terjadi
penumpukan laktat yang berlebihan, karena produksi laktat dengan oksidasi
berjalan dengan seimbang. Di samping otot menghasilkan laktat, otot juga
mengonsumsi (menggunakan) laktat sebagai sumber energy melalui proses
oksidasi aerobik, tetapi pada saat aktivitas fisik meningkat sampai pada
ambang anaerobik terjadi ketidak seimbangan antara laktat yang dihasilkan
dan laktat yang digunakan. Dijelaskan pula bahwa pada saat latihan di atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
-
otot akan dilepas dan ditangkap oleh otot yang lainnya tidak berjalan secara
normal (terganggu), sehingga terjadi penumpukkan laktat di otot. Lactate
shuttle akan kembali normal pada pemulihan atau penurunan intensitas
aktivitas fisik, (Brooks dalam Widiyanto, 2012).
Oleh karena itulah perlakuan recovery aktif memiliki hasil yang lebih
baik dibandingkan recovery corstability dan pasif dalam menurunkan kadar
asam laktat. Recovery aktif/olahraga ringan merupakan pemulihan yang
sangat efektif menurunkan kadar asam laktat.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan
oleh recovery aktif adalah 6.75 lebih besar dari pada dengan recovery
corstability dan pasif. recovery corstability rata-rata penurunan kadar asam
laktat yang dihasilkan adalah 5.53 lebih besar daripada recovery pasif.
recovery pasif rata-rata penurunan kadar asam laktat yang dihasilkan adalah
4.46 atau yang paling sedikit.
2. Perbedaan perubahan/penurunan kadar asam laktat antara yang memiliki
indeks massa tubuh lebih, normal, dan kurang.
Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa dengan kategori indeks
massa tubuh lebih, normal, dan kurang terhadap penurunan kadar asam
laktat. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih
besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih.
Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan
laktat yang paling sedikit.
Pertambahan berat badan biasanya akan sejalan dengan pertambahan
lemak tubuh. Kehilangan lemak berlebih tidak akan mempengaruhi total
VO2 Max tapi akan meningkatkan ketika diubah dalam millimeter per
kilogram berat tubuh. Pertambahan berat badan berupa lemak tubuh justru
dapat menghambat pergerakan seseorang, lemak tubuh hanya akan
meningkatkan berat tubuh seseorang tetapi tidak berkontribusi pada
produksi energy. Jadi lemak tubuh berlebihan akan mengganggu tubuh
ketika bergerak (Fatmah, 2011). Sebaliknya pada orang yang kekurangan
berat badan (gizi kurang), ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan
berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan
kardiovaskuler. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik seseorang
haruslah melakukan latihan olahraga yang cukup dan mendapatkan gizi
yang memadai untuk kegiatan fisiknya (Fatmah, 2010).
Pada kelompok mahasiswa dengan kategori indeks massa tubuh
normal memiliki potensi yang lebih besar dari pada mahasiswa yang
memiliki kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa dengan
kategori indeks massa tubuh normal memiliki status kebugaran/VO2 Max
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
yang lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan kategori indeks massa
tubuh kurang dan lebih. Status kebugaran/ VO2 Max yang lebih baik lebih
memungkinkan memiliki perubahan/penurunan yang lebih besar, hal ini
disebabkan karena peningkatan kapasitas respirasi paru dan denyut jantung
dapat dicukupi pasokan oksigennya daripada orang yang memiliki status
kebugaran/VO2 Max kurang baik. Oleh karena itulah mahasiswa yang
memiliki kategori indeks massa tubuh normal memiliki penurunan kadar
asam laktat yang lebih besar, dari pada mahasiswa yang memiliki kategori
indeks massa tubuh kurang dan lebih.
Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan
bahwa perbandingan rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa
yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 6.99 yang lebih besar
dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh kurang
dan lebih. Rata-rata penurunan kadar asam laktat pada mahasiswa yang
memiliki kategori indeks massa tubuh kurang 5.52, lebih besar daripada
indeks massa tubuh lebih. rata-rata penurunan kadar asam laktat pada
mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal 4.26, atau
yang paling sedikit.
3. Pengaruh interaksi antara jenis recovery dan kategori indeks massa tubuh
terhadap perubahan/penurunan kadar asam laktat.
Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa
faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan tidak
adanya interaksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
jenis recovery dan kategori IMT tidak bermakna. Hal ini dibuktikan dari
nilai sig diterima = 0,05. Ini dapat dibuktikan dengan hasil
perhitungan analisis varians 2 faktor yaitu Sig = 0.113 > 0.05.
Kondisi demikian memberikan suatu gambaran bahwa perubahan
kadar asam laktat pada kelompok Indeks massa tubuh lebih, normal, dan
kurang mempunyai nilai yang sama (ketiganya paling baik bila diberi
perlakuan recovery aktif). hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih
memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan
recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki
penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila
dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery
corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling
sedikit.
b. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh
normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi
perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability
memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif
namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan
recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang
paling sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
c. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh
kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi
perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability
memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif
namun bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan
recovery corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang
paling sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara perlakuan recovery aktif,
corstability, dan pasif terhadap penurunan kadar asam laktat. Pengaruh
perlakuan recovery aktif memiliki penurunan laktat lebih besar dari pada
perlakuan recovery corstability dan pasif. Perlakuan recovery corstability
memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding perlakuan recovery pasif.
Perlakuan recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling sedikit.
2. Ada perbedaan penurunan kadar asam laktat yang signifikan antara
mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh (IMT) lebih, normal
dan kurang. Mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh normal
memiliki penurunan laktat lebih besar dibanding mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh kurang dan lebih. Mahasiswa yang memiliki
kategori indeks massa tubuh kurang memiliki penurunan laktat yang lebih
besar dibanding mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih.
Mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh lebih memiliki penurunan
laktat yang paling sedikit.
3. Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara jenis recovery dan kategori
indeks massa tubuh terhadap penurunan kadar asam laktat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh lebih
memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi perlakuan
recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability memiliki
penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun bila
dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery
corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling
sedikit.
b. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh
normal memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi
perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability
memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun
bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery
corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling
sedikit.
c. Kelompok mahasiswa yang memiliki kategori indeks massa tubuh
kurang memiliki penurunan kadar asam laktat yang besar jika diberi
perlakuan recovery aktif, jika diberi perlakuan recovery corstability
memiliki penurunan laktat lebih sedikit dibanding recovery aktif namun
bila dibanding recovery pasif lebih besar bila diberi perlakuan recovery
corstability. recovery pasif memiliki penurunan laktat yang paling
sedikit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan
ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas
dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai
berikut:
1. Dalam upaya menurunkan kadar asam laktat, recovery aktif dengan olahraga
ringan seperti jalan atau jogging dengan intensitas ringan sampai dengan
ringan sekali sangat dianjurkan, hal ini dilakukan agar seseorang baik
olahragawan atau masyarakat awam tidak mengalami kelelahan yang
berlebihan atau bahkan hingga overtraining setelah melakukan olahraga
atau bahkan latihan fisik untuk persiapan kompetisi.
2. Khusus bagi penyandang overweight atau berat badan lebih dan
underweight atau berat badan kurang, karena kebanyakan dari mereka
banyak yang kurang bugar, maka setelah melakukan aktifitas olahraga
hendaknya sebisa mungkin untuk dipaksakan melakukan
pemulihan/recovery aktif yang adekuat. Pemulihan yang tepat dapat
menjaga homeostatis tubuh serta dapat menghindarkan lemah, letih dan
lesu.
3. Kadar asam laktat yang tinggi bila tidak menurun segera akan berpengaruh
terhadap produksi ATP, sebab enzim yang berperan dalam pembentukan
ATP melalui glikolisis akan terhambat oleh keasaman dan akumulasi asam
laktat, kemungkinan akan menyebabkan terbatasnya kemampuan anaerobik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
4. Adanya perbedaan dalam penurunan laktat pada saat pemulihan disebabkan
oleh adanya perbedaan kecepatan oksidasi, yang dipengaruhi oleh bentuk
dan beban pemulihan.
C. Saran
1. Perlu penelitian yang serupa dengan membandingkan status kebugaran, VO2
Max, jenis kelamin, usia, dan pengukuran yang bertahap.
2. Perlu penelitian serupa dengan menggunakan sampel setelah melakukan
pertandingan (misal sepak bola, bola basket, tenis lapangan, dan bulu
tangkis).
3. Untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas, maka bagi peneliti yang akan
datang bisa memperluas penelitian ini, misalnya dengan menambah variabel
yang lain yang masih berkaitan dengan pengembangan kemampuan
fisiologis atlet.
4. Demi kesempurnaan hasil penelitian ini, maka penelitian ini perlu di
ujicobakan pada subjek cabang olahraga dengan melibatkan unsur fisik yang
lain, sehingga penelitian ini memiliki implikasi yang bermakna pada cabang
olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user