perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa sma...

16
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016 43 PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SQUARE MENGGUNAKAN AUTOGRAPH DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE TANPA AUTOGRAPH Oleh : Nuraini Sribina Universitas Potensi Utama ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square tanpa Autograph dengan analisis statistik inferensial. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Pemilihan sampel dilakukan secara random. Penelitian ini diawali dengan tes ujicoba perangkat dan instrumen penelitian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis inferensial yang digunakan adalah analisis dengan uji-t satu pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph lebih baik yaitu dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 80% sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square tanpa Autograph memperoleh ketuntasan belajar sebesar 30,3% dan dari hasil uji t satu pihak dengan α = 0,05 diperoleh t hitung = 5,42 lebih besar dari t tabel = 1,67. Dengan demikian H 0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara kelompok siswa dengan pembelajaran TPS+Autograph dengan kelompok siswa dengan pembelajaran TPS-Autograph ditolak. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika di sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium komputer. Di era teknologi dan informasi ini sudah selayaknya pembelajaran matematika berbasis teknologi disosialisasikan penggunaanya dilembaga unit masing-masing sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium komputer. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph hendaknya disesuaikan dengan materi dimana siswa sulit untuk menyampaikan idenya seperti menyajikan sebuah fungsi kedalam bentuk grafik. Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa, Kooperatif Tipe Think-Pair-Square, Autograph

Upload: dinhthien

Post on 13-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

43

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-

SQUARE MENGGUNAKAN AUTOGRAPH DENGAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SQUARE TANPA

AUTOGRAPH

Oleh : Nuraini Sribina

Universitas Potensi Utama

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui apakah kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square

menggunakan Autograph lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa

yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square tanpa Autograph

dengan analisis statistik inferensial. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Pemilihan sampel dilakukan secara

random. Penelitian ini diawali dengan tes ujicoba perangkat dan instrumen

penelitian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis

statistik deskriptif dan analisis inferensial. Analisis inferensial yang digunakan

adalah analisis dengan uji-t satu pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph lebih baik yaitu

dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 80% sedangkan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square tanpa Autograph

memperoleh ketuntasan belajar sebesar 30,3% dan dari hasil uji t satu pihak

dengan α = 0,05 diperoleh thitung = 5,42 lebih besar dari ttabel = 1,67. Dengan

demikian H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan

komunikasi matematis antara kelompok siswa dengan pembelajaran

TPS+Autograph dengan kelompok siswa dengan pembelajaran TPS-Autograph

ditolak. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph

baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dalam

pembelajaran matematika di sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium

komputer. Di era teknologi dan informasi ini sudah selayaknya pembelajaran

matematika berbasis teknologi disosialisasikan penggunaanya dilembaga unit

masing-masing sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium komputer. Penerapan

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square menggunakan Autograph

hendaknya disesuaikan dengan materi dimana siswa sulit untuk menyampaikan

idenya seperti menyajikan sebuah fungsi kedalam bentuk grafik.

Kata Kunci : Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa, Kooperatif Tipe

Think-Pair-Square, Autograph

Page 2: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

44

ABSTRACT

This research is aimed to find out whether the students’ mathematical

communication ability taught by Think-pair-square cooperative learning using

autograph is better than students who were taught by Think-pair-square

cooperative learning without autograph using the inferential statistic analysis.

This research is an experimental research which was conducted in SMAN

1 Tebing Tinggi The samples were chosen randomly. This research was started by

testing the research instruments. Data collected from the experiment was

analyzed using descriptive statistic analysis and inferential analysis. The

inferential analysis used is the analysis using t-test.

The results of the research shows that : Students’ mathematic

communication ability using the think-pair-square cooperative learning using

autograph is better which has the learning comprehensiveness percentage is 80 %

while a group of students which taught by Think-Pair-Square cooperative

learning without Autograph got comprehensiveness classically as much 30,3%

and from one way case t test with α = 0,05 got thitung = 5,42 higher than ttabel =

1,67. So H0 that said there was nothing different student mathematical

communication ability between students who were taught by Think-pair-square

cooperative learning using autograph with students who were taught by Think-

pair-square cooperative learning without autograph was deny.

Think-pair-square cooperative learning using autograph was good for

raise up the mathematical communication ability in learning mathematic on

school’s who have computer laboratory facilities. In technology and information

era, it was proper that math learning based technology were socialized its using

in the unit of each schools which have computer laboratory facilities. The

application of Think-Pair-Square cooperative learning using autograph is hope

proper with the material where the students felt difficult to deliver their ideas such

as in delivering a function into graph.

Key Word : Mathematical Communication Ability, Think-Pair-Square

Cooperative Learning, Autograph.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan memegang

peranan yang sangat penting bagi

pengembangan siswa agar kelak

menjadi sumber daya manusia

berkualitas. Pendidikan nasional

harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan

mutu dan relevansi serta efisiensi

manajemen pendidikan. Peningkatan

mutu pendidikan diarahkan untuk

meningkatkan kualitas manusia

Indonesia seutuhnya melalui

olahhati, olahpikir, olahrasa dan

olahraga agar memiliki daya saing

dalam menghadapi tantangan global.

Salah satu cara untuk meningkatkan

pendidikan adalah dengan

mengimplementasikan Standar

Nasional Pendidikan dalam

kurikulum. Kurikulum tingkat satuan

pendidikan jenjang pendidikan dasar

Page 3: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

46

dan menengah dikembangkan oleh

sekolah dan komite sekolah

berpedoman pada standar

kompetensi lulusan dan standar isi

serta panduan penyusunan kurikulum

yang dibuat oleh BSNP (Badan

Standar Nasional Pendidikan).

Bahwa salah satu prinsip

pengembangan kurikulum adalah

“Tanggap terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni” (Permen No 22 Tahun 2006).

Kurikulum dikembangkan atas dasar

kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang

secara dinamis, dan oleh karena itu

semangat dan isi kurikulum

mendorong peserta didik untuk

mengikuti dan memanfaatkan secara

tepat perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

Pembangunan sumber daya

manusia secara optimal akan

bermanfaat bagi kepentingan

individu dan menunjang

pembangunan sektor kehidupan

lainnya. Pendidikan adalah hidup.

Pendidikan adalah segala

pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup.

Pengembangan kemampuan siswa

secara optimal pada saat ini sangat

diperlukan karena seiring dengan

perkembangan ilmu dan teknologi

sekarang ini di satu sisi

memungkinkan kita untuk

memperoleh banyak informasi

dengan cepat dan mudah dari

berbagai tempat di dunia. Namun, di

sisi lain kita tidak mungkin untuk

mempelajari keseluruhan informasi

dan pengetahuan yang ada, karena

sangat banyak dan tidak semuanya

diperlukan. Untuk menghadapi

tantangan tersebut dituntut sumber

daya manusia yang handal dan

mampu berkompetisi secara global,

yaitu sumber daya manusia yang

memiliki kemampuan dan

keterampilan tinggi yang melibatkan

pemikiran kritis, kreatif, sistematis,

logis, dan kemampuan bekerjasama

yang efektif.

Pemikiran kritis, kreatif,

sistematis, dan logis ini dapat

dikembangkan melalui pendidikan

matematika. Hal ini sangat

memungkinkan karena hakekat

pendidikan matematika adalah

membantu siswa agar berpikir kritis,

bernalar efektif, efisien, bersikap

ilmiah, disiplin, bertanggung jawab,

percaya diri disertai dengan iman dan

taqwa (Ansari, 2009). Matematika

merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib diikuti siswa di sekolah.

Mengingat pentingnya matematika

terhadap kehidupan manusia. Akan

tetapi persepsi siswa terhadap

matematika tidaklah sepenting

manfaat dari matematika itu sendiri

terhadap kehidupan manusia. Banyak

siswa yang menganggap bahwa

matematika itu adalah momok yang

paling menakutkan bagi mereka,

seperti yang dikemukakan oleh

Turmudi (2008) bahwa tidak banyak

siswa yang menyukai matematika

dari setiap kelasnya.

Komunikasi bisa membantu

pembelajaran siswa tentang konsep

matematika baru ketika mereka

memerankan situasi, menggambar,

45

Page 4: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

47

menggunakan objek, memberikan

laporan dan penjelasan verbal. Juga

ketika menggunakan diagram,

menulis dan menggunakan simbol

matematika. Kesalahpahaman bisa

diidentifikasi dan ditunjukkan.

Keuntungan sampingannya adalah

bisa mengingatkan siswa bahwa

mereka berbagi tanggung jawab

dengan guru atas pembelajaran yang

muncul dalam pelajaran tertentu.

Dari prinsip-prinsip dan

standar NCTM yang dikemukakan di

atas, maka dapat dikatakan bahwa

kemampuan komunikasi matematis

merupakan hal yang sangat penting

dan perlu ditingkatkan dalam

pembelajaran matematika, untuk

meningkatkan hasil belajar

matematika. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Turmudi

(2008) “Aspek komunikasi dan

penalaran hendaknya menjadi aspek

penting dalam pembelajaran

matematika. Aspek komunikasi

melatih siswa untuk dapat

mengkomunikasikan gagasannya,

baik komunikasi lisan maupun

komunikasi tulis”. Lebih lanjut

Ansari (2009) juga mengatakan

bahwa komunikasi matematik baik

sebagai aktifitas sosial (talking)

maupun sebagai alat bantú berpikir

(writing) adalah kemampuan yang

mendapat rekomendasi para pakar

agar terus ditumbuhkembangkan

dikalangan siswa.

Baroody (dalam Ansari,

2009) juga menyebutkan sedikitnya

ada dua alasan penting mengapa

komunikasi matematika perlu

ditumbuhkembangkan dikalangan

siswa. Pertama, mathematics as

language, artinya matematika tidak

hanya sekedar alat bantu berpikir (a

tool to aid thinking), alat untuk

menemukan pola, menyelesaikan

masalah atau mengambil kesimpulan,

tetapi matematika juga sebagai suatu

alat yang berharga untuk

mengkomunikasikan berbagai ide

secara jelas, tepat dan cermat. Kedua,

mathematics learning as social

activity, artinya sebagai aktifitas

sosial dalam pembelajaran

matematika, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa, dan

juga komunikasi antara guru dan

siswa. Dengan demikian, komunikasi

matematik baik sebagai aktifitas

sosial (talking) maupun sebagai alat

berpikir (writing) merupakan

kemampuan yang mendapat

rekomendasi oleh para pakar agar

terus ditumbuhkembangkan dan

ditingkatkan di kalangan siswa.

Akan tetapi kenyataan di

lapangan, kemampuan komunikasi

ini kurang mendapat perhatian dari

para guru untuk

ditumbuhkembangkan, beberapa

guru cenderung tidak

mempersoalkan kemampuan dalam

berkomunikasi sebagai salah satu

Kompetensi Dasar dalam

pembelajaran matematika sehingga

muncullah anggapan bahwa

kemampuan komunikasi tidak dapat

dibangun pada pembelajaran

matematika. Anggapan ini tentu saja

tidak tepat menurut Greenes dan

Schulman (dalam Ansari, 2004).

Akibat anggapan yang salah tersebut,

akhirnya dalam pelaksanaan

46

Page 5: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

48

pembelajaran matematika sehari-

hari, guru jarang memberi

kesempatan kepada siswa untuk

mengkomunikasikan ide-idenya. Hal

ini mengakibatkan siswa akan

mengalami kesulitan dalam

memberikan penjelasan yang benar

dan logis atas jawabannya. Ini sesuai

dengan pendapat Cai, Lane, dan

Jakabcsin (dalam Ester, 1996) yang

mengemukakan bahwa karena siswa

jarang diminta untuk berargumentasi

dalam pelajaran matematika,

akibatnya sangat asing bagi mereka

untuk berbicara tentang matematika.

Selain itu, padatnya materi

dalam kurikulum, menyebabkan guru

hanya berkonsentrasi pada

pencapaian penyelesaian materi,

sehingga guru tak sempat lagi

memikirkan bagaimana

meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswanya.

Ansari (2009) mengatakan bahwa

hasil observasi lapangan yang

dilakukan terhadap siswa

menunjukkan bahwa rata-rata siswa

terlihat kurang terampil

berkomunikasi untuk menyampaikan

informasi seperti menyatakan ide,

mengajukan pertanyaan, dan

menanggapi pertanyaan dan

pendapat orang lain. Lebih lanjut

Ansari (2009) juga mengatakan

bahwa dalam proses pembelajaran

kemampuan komunikasi matematik

belum sepenuhnya dikembangkan

secara tegas, padahal sebagaimana

diungkapkan oleh para

matematikawan kemampuan

komunikasi merupakan salah satu

kompetensi yang perlu diupayakan

peningkatannya sebagaimana

kompetensi lainnya seperti bernalar

dan pemecahan masalah.

Guru bidang studi

matematika SMA N 1 di Tebing

Tinggi (dalam wawancara 20 Juni

2010), juga mengatakan bahwa

ketika proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung banyak siswa

yang masih belum mampu

mengungkapkan ide matematikanya

dengan baik, masih malu-malu jika

diberikan kesempatan untuk

berbicara menyampaikan ide maupun

gagasannya mengenai konsep-konsep

matematika kepada khalayak ramai

seperti rekan-rekan sebayanya, masih

banyak yang belum mampu

menginterpretasikan data-data

matematika dalam bentuk gambar

atau grafik, seperti pada contoh kasus

materi integral, salah satu sub

materinya adalah menghitung dengan

menggunakan sifat-sifat integral.

Pada soal berikut ini, siswa harus

menggunakan sifat-sifat integral

untuk menghitung

.

Hampir semua siswa mendapatkan

kesulitan dalam memahami dan

mengkomunikasikan tentang

penggunaan sifat-sifat integral.

Dari penjelasan di atas,

jelaslah bahwa kemampuan

komunikasi matematis merupakan

hal yang sangat penting dan perlu

ditingkatkan dalam pembelajaran

matematika. Ada banyak faktor yang

mempengaruhi kemampuan

matematika siswa belum maksimal

47

Page 6: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

49

sepenuhnya ketika proses

pembelajaran berlangsung. Beberapa

diantaranya yakni, model

pembelajaran yang diterapkan guru,

yang selama ini pembelajarannya

masih terpusat pada guru (teacher

centred) serta media pembelajaran

yang berbasis ICT yang digunakan

selama ini masih belum up to date

dan pemanfaatannya masih belum

terlaksana dengan baik dikarenakan

masih minimnya pemahaman guru

mengenai teknologi.

Model pembelajaran yang

diduga dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis

siswa adalah pembelajaran

kooperatif. Dalam pembelajaran

koperatif, siswa akan lebih aktif

karena terjadi proses diskusi atau

interaksi di antara siswa dalam

kelompoknya. Melalui kegiatan

diskusi, percakapan dalam

mengungkapkan ide-ide matematika

dapat membantu siswa

mengembangkan pikirannya,

sehingga siswa yang terlibat dalam

perbedaan pendapat atau mencari

solusi dari suatu permasalahan akan

memahami konsep matematika

dengan lebih baik dan dapat

meningkatkan kemampuan

komunikasi matematisnya. Hal ini

sejalan dengan pendapat Ansari

(2009) yang mengatakan bahwa

salah satu alternatif pembelajaran

yang inovatif yang diharapkan dapat

mengembangkan keterampilan

berkomunikasi dan proses interaksi

antar siswa adalah model

pembelajaran diskusi kelas.

Salah satu teknik dalam

pembelajaran kooperatif adalah

Think-Pair-Square (TPS). Teknik ini

didesain untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

berpikir dan bekerja secara

individual (think), berdiskusi dengan

teman pasangan (pair), dan

dilanjutkan dengan berdiskusi

dengan pasangan lain dalam

kelompok (square). Kagan dalam

Maitland (Ester, 2006) menyarankan

penggunaan teknik TPS ini dalam

upaya meningkatkan kemampuan

berpikir, komunikasi, dan

mendorong siswa untuk berbagi

informasi dengan siswa lain.

Kemajuan teknologi

mengambil peranan yang sangat

penting untuk kemudahan proses

pembelajaran kooperatif untuk

meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa. Seperti yang

diungkapkan Ahmadi (2009) bahwa

kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi yang begitu pesat yang

menawarkan berbagai kemudahan-

kemudahan baru dalam pembelajaran

memungkinkan terjadinya pergeseran

orientasi belajar dari outside-guided

menjadi self-guided dan dari

knowledge-as-possesion menjadi

knowledge-as-construction. Itu

artinya, teknologi diperlukan untuk

kemudahan pembelajaran di dunia

pendidikan saat ini. Teknologi

meningkatkan proses belajar

matematika karena memungkinkan

eksplorasi yang lebih luas dan

memperbaiki penyajian ide-ide

matematika (Van de Walle, 2007).

Penggunaan media pembelajaran

48

Page 7: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

50

berbasis ICT juga telah mendapat

rekomendasi oleh NCTM (The

National Council of teachers of

mathematics) pada Curriculum and

Evaluation Standards For School

Mathematics (2000) Suggest That :

All student should have a

calculator, possibly one that has

graphing capabilities, a computer

should be available at all times in

every classroom for demonstration

purposes and all student should have

access to computers for individual

and group work.

Komputer merupakan salah

satu bentuk yang menandakan

adanya perkembangan teknologi dan

informasi saat ini. Hampir seluruh

kegiatan dalam kehidupan manusia

dapat dipermudah dengan adanya

bantuan komputer. Dengan adanya

komputer akan sangat membantu

proses pembelajaran. Tam dalam

www.kolumnis.com juga mengatakan

bahwa komputer dapat secara efektif

digunakan untuk mengembangkan

higher-order thinking skills yang

terdiri dari kemampuan

mendefenisikan masalah, menilai

(judging) suatu informasi,

memecahkan masalah dan menarik

kesimpulan yang relevan.

Salah satu software

matematika atau perangkat lunak

yang dapat digunakan pada komputer

sebagai media pembelajaran berbasis

ICT untuk membuat penyampaian

matematika menjadi lebih mudah,

menarik dan siswa termotivasi untuk

belajar adalah software Autograph.

Hal ini didukung oleh penelitian

Ahmadi (2009) yang mengatakan

bahwa siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan

media software Autograph secara

klasikal mencapai tingkat

penguasaan 93,75% yang

memperoleh nilai lebih dari atau

sama dengan 65 yang artinya

ketuntasan siswa tercapai. Manurung

(2010) juga mengungkapkan :

Penggunaan Autograph

sebagai media pembelajaran dapat

menjadikan pengetahuan komputer

dan pengetahuan deklaratif menjadi

lebih menarik dan berkesan,

sehingga pengalaman belajar

dirasakan siswa lebih konkret.

Penggunaan Autograph dalam

pembelajaran bisa memudahkan guru

dalam menyampaikan materi, dan

mempermudah siswa untuk

menyerap apa yang disampaikan

guru.

Berdasarkan permasalahan di

atas, peneliti mencoba untuk

melakukan penelitian untuk melihat

apakah kemampuan komunikasi

matematis siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Square menggunakan

Autograph lebih baik dari pada yang

tanpa menggunakan Autograph.

II. METODE PENELITIAN

Sampel penelitian ini

berjumlah 63 orang yang terdiri dari

siswa kelas XII IPA-1 (30 orang) dan

XII IPA-3 (33 orang) SMA Negeri 1

Tebing Tinggi. Sampel penelitian

dipilih dengan teknik pengambilan

sampel kelompok secara acak

(cluster random sampling).

49

Page 8: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

51

Penelitian ini dikategorikan ke

dalam penelitian eksperimen semu

(quasi experiment). Rancangan

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pretes Posttest

Control Group Design. Adapun

prosedur pengumpulan data pada

penelitian ini adalah, menyiapkan

perangkat tes kemampuan

komunikasi matematis berdasarkan

kisi-kisinya. Selanjutnya, diadakan

pelaksanaan penelitian yang diawali

dengan memberikan soal pretest dan

dilanjutkan dengan pelaksanaan

pembelajaran Kooperatif tipe Think-

Pair-Square menggunankan

Autograph pada kelas eksperimen

dan pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Square tanpa Autograph

pada kelas kontrol selama enam kali

pertemuan, ditambah satu hari

pelaksanaan postest.

Instrumen dan perangkat

pembelajaran divalidasi isi oleh

dosen dan alumni S2 Pendidikan

Matematika Unimed. Selanjutnya

diujicobakan, ujicoba RPP dan LAS

dilaksanakan pada kelas XII IPA B

SMA Shaffiyatul Medan diluar

subjek penelitian dengan materi Luas

Daerah Bidang Datar (Aplikasi

Integral). Tes kemampuan

komunikasi matematis siswa

diujicobakan pada kelas XII IPA A

SMA Shaffiyatul Medan.

Hasil validasi tes menunjukkan

bahwa empat butir tes kemampuan

komunikasi matematis valid dan

reliabilitasnya 0,62 (tinggi). Daya

beda keempat butir soal sedang,

untuk tingkat kesukaran soal nomor

1 tergolong soal sedang, soal nomor

2 tergolong sukar, soal nomor 3

tergolong sedang dan soal nomor 5

tergolong sukar.

Data peningkatan kemampuan

komunikasi matematis dilakukan

analisis sebagai berikut:

a. Menghitung gain ternormalisasi

dengan rumus: Indeks Gain (g)

g = Pretes Nilai -Ideal Nilai

PretesNilai - Postes Nilai (Hake.

1999)

Kriteria indeks gain adalah:

g > 0,7 tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 sedang

g ≤ 0,3 rendah, (Hake, 1999)

Dalam penelitian ini, gain

ternormalisasi digunakan untuk

menentukan peningkatan seluruh

aspek kemampuan komunikasi

matematis siswa, Setelah hasil gain

ternormalisasi terkumpul, tahap

selanjutnya adalah menguji

normalitas dan homogenitas sebagai

prasyrat untuk uji statistik

parametrik.

b. Menguji normalitas

Uji normalitas diperlukan

untuk menguji apakah sebaran data

berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas ini dilakukan terhadap

dua kelompok siswa kelas

eksperimen dan kontrol seluruh

aspek kemampuan komunikasi

matematis. Untuk menguji

normalitas digunakan uji Chi-

Kuadrat dan uji Kolmogorov-

Smirnov, dengan bantuan sofware

SPSS 17,00.

Adapun dasar analisis

normalitas dengan uji Chi-Kuadrat

adalah sebagai berikut :

50

Page 9: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

52

1. Menentukan chi-kuadrat hitung

2. Membandingkan dengan chi-

kuadrat tabel, apabila 2

hitung < 2

tabel

maka hipotesis nol diterima, artinya

sebaran data berdistribusi normal.

Dan uji kolmogorov smirnov adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan distribusi relatif

masing-masing sampel

2. Menentukan selisih terbesar

frekuensi kumulatif antara kedua

sampel ( D )

3. Karena ukuran sampel tidak sama,

Dtabel dengan a = 0,05 adalah

Dtabel = D BABA nnnn /

4. Ap

5. abila Dhitung Dtabel maka hipotesis

nol ditolak, dengan kata lain

perbedaan itu signifikan.

Hipotesisnya sebagai berikut:

Ho : sebaran data mengikuti

distribusi normal

Ha : sebaran data tidak mengikuti

distribusi normal

Kriteria : Terima Ho jika taraf

signifikansi perhitungan

lebih besar dari taraf

signifikansi 0,05.

c. Menguji homogenitas varians dari

kedua kelompok

Uji homogenitas varians

digunakan untuk menguji kesamaan

varians dari kedua kelas (kelas

eksperimen dan kontrol) untuk setiap

aspek kemampuan matematika

menggunakan rumus statistik uji

varians dua peubah bebas F Hitung =

2

2

kecil

besar

S

S

dan uji Levene menggunakan

SPSS.

W =

k

i

k

j ikij

k

i ikiji

ZZk

ZZNkN

1 1

2

2

1

)1(

)(

Zij = iij YY , dimana iY adalah rata-

rata dari subgrup ke-i

Adapun hipotesis statistik yang

digunakan adalah:

Hipotesis :

Ho : 2t = 2

c (Tidak terdapat

perbedaan variansi kelas

eksperimen dengan kelas

kontrol)

Ha : 2

t 2c (terdapat

perbedaan variansi kelas

eksperimen dengan kelas

kontrol)

Kriteria : Terima Ho jika taraf

signifikansi perhitungan

lebih besar dari taraf

signifikansi 0,05

d. Uji dua rata-rata

Uji dua rata-rata dilakukan

dengan uji t. Jika data berdistribusi

normal menggunakan uji t satu arah.

Analisis data menggunakan bantuan

program software SPSS17.0.

Ho = Tidak ada perbedaan

distribusi skor tes

kemampuan komunikasi

matematis kelas eksperimen

dengan kelas kontrol

Ha = Distribusi skor tes

kemampuan komunikasi

matematis kelas eksperimen

lebih baik dari pada kelas

kontrol.

Jika data yang diperoleh

berdistribusi normal tetapi tidak

homogen maka digunakan uji 't

(Sudjana, 2001) dengan rumus:

51

Page 10: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

53

kontrol kelas siswajumlah

eksperimen kelas siswajumlah

kontrolkelompok varians

eksperimenkelompok varians

kontrol kelas siswa rata-rata nilai

eksperimen kelas siswa rata-rata nilai dengan

)/()/('

2

1

2

2

2

1

2

1

2

2

21

2

1

21

n

n

s

s

x

x

nsns

xxt

Kriteria pengujiannya adalah

tolak H0 jika hitungtabel tt 11 dan

terima H0 untuk kondisi lainnya

dengan taraf signifikansi yang

telah ditentukan.

Jika data yang diperoleh tidak

berdistribusi normal dan tidak

homogen, maka digunakan uji

statistik non parametrik yaitu uji

Mann-Whitney, dengan rumus:

1

11

211 R2

)1(nnnnU

dan

2

22

212 R2

)1(nnnnU

Dimana:

n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

U1 = jumlah peringkat 1

U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah rangking pada n1

R2 = jumlah rangking pada n2

Jika data yang diperoleh

berdistribusi normal dan

homogen maka digunakan uji t

dengan rumus:

1

)1()1(dan

11

21

2

22

2

11

gab

21

gab

21

hitung

nn

snsnS

nnS

xxt

(Sudjana, 2001)

dengan :

1x = nilai rata-rata kelompok

eksperimen

2x = nilai rata-rata kelompok kontrol

n1= banyaknya siswa kelompok

eksperimen

n2= banyaknya siswa kelompok

kontrol 2

1s = varians kelompok eksperimen

2

2s = varians kelompok kontrol

Sgab= simpangan gabungan

Kriteria pengujiannya adalah

tolak H0 jika hitungtabel

tt dan terima

H0 untuk kondisi lainnya dengan

taraf signifikansi yang telah

ditentukan.

Kriteria : Berdasarkan perbandingan

t hitung dari t tabel

jika t hitung > t tabel, maka Ho

ditolak

jika t hitung < t tabel, maka Ho

diterima.

III. Hasil

Untuk melihat perbedaan

kemampuan komunikasi matematis

antara siswa yang memperoleh

pembelajaran kooperatif tipe Think-

Pair-Square menggunakan

Autograph dengan siswa yang

52

Page 11: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

54

memperoleh pembelajaran kooperatif

tipe Think-Pair-Square tanpa

Autograph adalah dengan

menghitung perbedaan rata-ratanya

menggunakan uji-t. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.1. Pada tabel

diperoleh thitung = 5,42. ttabel dengan

derajat kebebasan dk = 30 + 33 – 2 =

61 dan α = 0,05 (uji

satu pihak) diperoleh 1,67.

Dengan demikian, Karena thitung

berada didaerah penolakan H0 atau

thitung > ttabel atau 5,42 > 1,67, maka

H0 ditolak. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mean kelompok

eksperimen lebih baik dari kelompok

kontrol artinya kemampuan

komunikasi matematis siswa dengan

pembelajaran kooperatif tipe TPS

menggunakan

Autograph lebih baik dari

kemampuan komunikasi matematis

siswa dengan pembelajaran

kooperatif tipe TPS tanpa

menggunakan Autograph.

Tabel 4.1 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelompok TPS+Autograph dan TPS-Autograph

IV. Pembahasan

Dari hasil tes awal

kemampuan komunikasi matematis

siswa, diperoleh rata-rata kelompok

TPS+Autograph sebesar 52,50 dan

kelompok TPS-Autograph sebesar

47,88. Hasil analisis data

menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis awal siswa

pada kelompok TPS+Autograph dan

kelompok TPS-Autograph berada

dalam kemampuan yang tidak jauh

berbeda.

Hasil tes akhir rata-rata skor

yang diperoleh oleh kelompok

TPS+Autograph adalah 72,50 dan

kelompok TPS-Autograph sebesar

57,50. Hasil skor yang diperoleh

kedua kelompok menunjukkan

peningkatan setelah siswa diberi

perlakuan, kelompok

TPS+Autograph melalui

pembelajaran kooperatif dengan

teknik Think-Pair-Square dengan

menggunakan Autograph, sedangkan

kelompok TPS+Autograph melalui

pembelajaran kooperatif dengan

teknik Think-Pair-Square tanpa

menggunakan Autograph.

Berdasarkan hasil analisis

terhadap hasil tes awal dan tes akhir

siswa baik kelompok

TPS+Autograph maupun kelompok

TPS-Autograph menunjukkan

kenaikan kemampuan komunikasi

matematis siswa. Hasil ini

ditunjukkan oleh kenaikan rata-rata

untuk kelompok TPS+Autograph

Kemampuan

yang diukur

Kelompok

TPS+Autograph

Kelompok TPS-

Autograph

thitung ttabel Kesimpulan

x S S2 x S S

2

Komunikasi

Matematis 72,50 11,28 127,16 57,58 10,76 115,81 5,42 1,67 Ho ditolak

53

Page 12: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

55

sebesar 20, sedangkan kelompok

TPS+Autograph kenaikan rata-

ratanya sebesar 9,62.

Selain itu, ditemukan pula

bahwa nilai rata-rata gain

kemampuan komunikasi matematis

dengan kategori sedang siswa pada

kelompok TPS+Autograph dan

rendah pada kelompok TPS-

Autograph yaitu sebesar 0,39 dan

0,15. Dari temuan tersebut dapat

disimpulkan bahwa gain pada

kelompok TPS+Autograph lebih

besar daripada kelompok TPS-

Autograph atau kemampuan

komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran kooperatif

dengan teknik Think-Pair-Square

dengan menggunakan Autograph

peningkatannya lebih baik daripada

siswa yang memperoleh

pembelajaran kooperatif dengan

teknik Think-Pair-Square tanpa

menggunakan Autograph.

Dari hasil postes kelas

TPS+Autograph, diperoleh pula

temuan yakni terdapat seorang siswa

dengan nilai kemampuan komunikasi

yang terendah, yaitu 50. Hal ini

terjadi diakibatkan oleh adanya

beberapa faktor penghambat yang

terjadi pada saat pembelajaran

TPS+Autograph berlangsung, dan ini

mengakibatkan hasil yang dicapai

oleh siswa tersebut kurang maksimal.

Faktor tersebut antara lain adalah

siswa tersebut termasuk siswa

dengan kemampuan rendah. Hal ini

dapat dilihat dari hasil kemampuan

awalnya yang memiliki nilai rendah

yakni 40, dimana nilai 40 berada

dibawah rata-rata kelas yakni 52,5.

Siswa dengan kemampuan rendah

tersebut tidak mampu untuk

menyelesaikan soal-soal kemampuan

komunikasi matematis yang

berkategori sukar, seperti soal nomor

4 dimana indikatornya adalah

menyusun konjektur, menyusun

argument, merumuskan defenisi dan

generalisasi.

Dari ketiga aspek

kemampuan komunikasi, yaitu

menggambar (drawing), membuat

model matematika (mathematical

expression), dan memberikan

penjelasan secara logis dan benar

(written texts), hasil postes

menunjukkan bahwa secara

deskriptif siswa memiliki kemajuan

yang cukup berarti pada aspek

drawing dan mathematical

expression.

Berdasarkan hasil penelitian

ini, dapat dikatakan bahwa

kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mendapat pembelajaran

kooperatif dengan teknik TPS

dengan menggunakan Autograph

lebih baik daripada siswa yang

mendapat pembelajaran kooperatif

dengan teknik TPS tanpa

menggunakan Autograph. Hal ini

disebabkan, pembelajaran kooperatif

dengan teknik TPS dengan

menggunakan Autograph telah

mengubah pembelajaran yang selama

ini berpusat pada guru menjadi

pembelajaran yang lebih

menitikberatkan pada keaktifan

siswa.

Kegiatan diskusi kelompok

yang dilakukan siswa, baik pada saat

tahap pair, maupun square, membuat

54

Page 13: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

56

siswa bisa lebih banyak berdiskusi,

baik dengan teman pasangannya

maupun dengan teman dalam

kelompoknya. Hal ini menyebabkan

terjadi lebih.

Temuan ini juga sejalan

dengan pendapat Lie dan Kagan. Lie

(Ester, 2004) mengatakan bahwa

bahwa dalam pembelajaran

kooperatif dengan teknik TPS akan

memberikan kesempatan kepada

siswa sedikitnya delapan kali lebih

banyak dalam berinteraksi dengan

teman dalam kelompoknya.

Selanjutnya Kagan (Ester, 2001)

berpendapat bahwa pembelajaran

kooperatif dengan teknik TPS dapat

mengembangkan kemampuan

berpikir, meningkatkan kemampuan

komunikasi, dan mendorong siswa

untuk saling berbagi informasi.

V. Simpulan

Berdasarkan hasil,

pembahasan dan temuan selama

pelaksanaan pembelajaran

kooperatif dengan teknik Think-

Pair-Square dengan

menggunakan Autograph,

diperoleh kesimpulan yaitu :

Kemampuan komunikasi

matematis siswa yang diajar

dengan pembelajaran kooperatif

dengan teknik Think-Pair-Square

dengan menggunakan Autograph

lebih baik dari siswa yang diajar

dengan pembelajaran kooperatif

dengan teknik Think-Pair-Square

tanpa menggunakan Autograph.

Ini bisa dilihat dari skor rata-rata

postes dan gain siswa yang mendapat

pembelajaran kooperatif dengan

teknik Think-Pair-Square dengan

menggunakan Autograph sebesar

72,50 dan 0,39 lebih tinggi dari rata-

rata postes dan gain siswa yang

mendapat pembelajaran kooperatif

dengan teknik Think-Pair-Square

dengan tanpa Autograph 57,58 dan

0,15. Dan dari hasil analisis

menggunakan uji-t satu pihak dengan

α = 0,05 diperoleh thitung = 5,42 lebih

besar dari ttabel = 1,67. Dengan

demikian H0 yang menyatakan

bahwa tidak terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi matematis

antara kelompok siswa dengan

pembelajaran TPS+Autograph

dengan kelompok siswa dengan

pembelajaran TPS-Autograph

ditolak.

VI. Saran

Berdasarkan analisis dari

hasil penelitian, maka

disampaikan beberapa

rekomendasi yang ditujukan

kepada berbagai pihak yang

berkepentingan dengan hasil

penelitian ini. Rekomendasi

tersebut sebagai berikut.

1. Kepada Guru

a. Pembelajaran kooperatif

dengan teknik Think-Pair-

Square dengan menggunakan

Autograph merupakan salah

satu alternatif

pembelajaran yang efektif

dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi

siswa pada materi aplikasi

integral dalam menghitung

luas bidang datar.

55

Page 14: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

57

b. Dalam setiap

pembelajaran guru

sebaiknya menciptakan

suasana belajar yang

memberi kesempatan

kepada siswa untuk

mengungkapkan gagasan-

gagasan matematika

dalam bahasa dan cara

mereka sendiri, sehingga

dalam belajar matematika

siswa menjadi berani

beragumentasi, lebih

percaya dan kreatif.

c. Dalam menerapkan

pembelajaran ini

sebaiknya guru

mengelompokkan siswa

dalam kategori siswa

dengan kemampuan

rendah, sedang dan

tinggi.

d. Ketika menerapkan

pembelajaran ini

sebaiknya guru

menyajikan soal-soal

yang dapat

mengakomodasi

keberagaman level

kemampuan siswa,

sehingga siswa akan

merasa berpartisipasi

dalam pembelajaran

dengan mengkontruksi

pengetahuan mereka.

e. Gunakan infokus untuk

membantu siswa yang

berlevel rendah dalam

pembelajaran.

2. Kepada peneliti Lanjutan

Untuk peneliti selanjutnya

yang ingin melakukan penelitian

yang sejenis, maka peneliti

memberikan saran :

a. Sebaiknya melakukan

penelitian pada sekolah

yang memiliki fasilitas

komputer yang memadai,

artinya setiap siswa

mendapatkan satu

komputer. Dan memiliki

spesifikasi yang tinggi atau

yang terbaru. Tidak hanya

fasilitas computer, tetapi

ada sarana lain seperti

LCD Projector.

b. Sebaiknya melakukan

penelitian pada kelas atau

sekolah yang

menggunakan bahasa

pengantar bahasa Inggris.

Karena bahasa yang

digunakan pada software

Autograph ini

menggunakan bahasa

Inggris. Atau jika

dilakukan pada sekolah

tidak menggunakan bahasa

pengantar bahasa Inggris,

maka gunakan software

Autograph yang bahasa

pengantarnya bahasa

Indonesia.

c. Perlu dilakukan penelitian

yang berbeda, misalnya

pada tingkat sekolah

menengah pertama.

Dengan materi dan

populasi penelitian yang

lebih banyak lagi.

d. Perlu diteliti lebih lanjut

masalah pembelajaran

kooperatif dengan teknik

TPS dengan menggunakan

56

Page 15: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

58

software Autograph

apakah juga berperan

dalam meningkatkan

kemampuan penalaran,

problem solving dan

koneksi matematik.

e. Sebaiknya berikan

perlakuan yang berbeda

terhadap siswa-siswa yang

memiliki kemampuan

rendah. Seperti remedial

maupun pelayanan secara

individual.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R. 2009. Efektivitas Media

Software Autograph

Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think-Pair-Share Pada

Pembelajaran Persamaan

Garis Lurus Di Kelas VIII

SMP N 1 Tanjung Pura

Tahun Pelajaran

2008/2009. Medan. FMIPA

Unimed.

Ansari, I.B. 2009. Komunikasi

Matematik Konsep dan

Aplikasi. Yayasan Pena

Banda Aceh.

Ester, R. 2006. Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif

dengan Teknik Think-Pair-

Square Terhadap

Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Siswa. Tesis.

UPI. Bandung

Hake, R. (1999). Analyzing

Change/Gain Score.

[Online]. Tersedia :

http://www.physic.indiana.e

du/~sdi/AnalyzingChange-

Gain.pdf. [Desember 2010]

Hu, C. 2006. Use Web-Based

Simulation to Learn

Trigonometry Curves.

[Online]. Tersedia :

http:www. Cimt.

Plymouth.ac.uk/journal/chu

nhu.pdf. 28 Juli 2011

Manurung, S.L. 2010. Peningkatan

Kemampuan Pemahaman

Matematis dan Berpikir

Kritis Siswa Melalui

Penerapan Model

Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS)

Dengan Menggunakan

Software Autograph. Tesis.

PPS Unimed. Medan

NCTM. 2000. Curriculum and

Evaluation Standards For

School Mathematics.

(http://www.nctm.org/meeti

ngs/). Diakses pada tanggal

11 Januari 2011

Sudjana. 1996. Metoda Statistika.

Penerbit Tarsito. Bandung

Turmudi. 2008. Landasan Filsafat

dan Teori Pembelajaran

Matematika (Berparadigma

Eksploratif dan

Investigatif). PT. Leuser

Cita Pustaka. Jakarta

57

Page 16: PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA …jurnalmudiraindure.com/wp-content/uploads/2016/08/...SMA...PAIR-.pdf · jurnal ilmiah “integritas” vol.2 no. 1 maret 2016

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.2 No. 1 Maret 2016

59

Van de Walle, J. 2007. Matematika

Pengembangan Pengajaran.

Penerbit Erlangga. Jakarta

Wahyudin. (1999). Kemampuan

Guru Matematika, Calon

Guru Matematika dan Siswa

Dalam Mata Pelajaran

Matematika. Disertasi pada

SPS UPI Bandung. Tidak

diterbitkan.

Winarji, B. 2009. Pembuatan Media

Pembelajaran Yang

Inovatif. Makalah yang

dipresentasikan pada

Seminar Nasional

“Optimalisasi Penggunaan

Media Pendidikan Dalam

Pembelajaran” Tanggal 23

Mei 2009 di Auditorium-

Unimed. Medan

58