perbedaan efek antara mengunyah permen karet …

51
PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET MENGANDUNG SORBITOL DAN XILITOL TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus mutants LAPORAN PENELITIAN SKRIPSI INI DIBUAT SEBAGAI KARYA TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI STEFFANO ADITYA HANDOKO NIM: 040.04.188 UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI JAKARTA 2008

Upload: others

Post on 16-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET MENGANDUNG SORBITOL DAN XILITOL

TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus mutants

LAPORAN PENELITIAN

SKRIPSI INI DIBUAT SEBAGAI KARYA TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI

STEFFANO ADITYA HANDOKO

NIM: 040.04.188

UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

JAKARTA 2008

Page 2: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

THE DIFFERENT EFFECT BETWEEN SORBITOL AND XYLITOL CHEWING GUM

ON COLONY NUMBER OF Streptococcus mutants

RESEARCH REPORT

THIS PAPER IS DONE FOR BACHELOR DENTAL SURGERY DEGREE REQUIREMENT

FACULTY OF DENTISTRY TRISAKTI UNIVERSITY

STEFFANO ADITYA HANDOKO

STUDENT REGISTERED NUMBER: 040.04.188

TRISAKTI UNIVERSITY FACULTY OF DENTISTRY

JAKARTA 2008

Page 3: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

PERBEDAAN EFEK MENGUNYAH PERMEN KARET MENGANDUNG SORBITOL DAN XILITOL

TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus mutants

LAPORAN PENELITIAN

Pembimbing Pendamping:

(drg. M. Orliando R.)

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal:

(Prof. DR. H. Boedi Oetomo R., drg, MBiomed)

Mata Kuliah : Biokimia

Page 4: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, yang oleh karena rahmat, karunia, dan

ridhoNYA, maka skripsi yang berjudul PERBEDAAN EFEK ANTARA

MENGUNYAH PERMEN KARET MENGANDUNG SORBITOL DAN

XILITOL TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus mutants ini dapat

penulis selesaikan dengan baik. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Program Strata Satu (S1) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Mama papaku yang sangat aku cintai di atas segala-galanya, atas

segala limpahan kasih sayang, doa yang tiada henti-hentinya, motivasi

di saat sedang jatuh serta dukungan bantuan materiil dan spiritual.

Adik-adikku Richardo Raditya Handoko dan Kevin Marciano

Handoko yang memberikan semangat dan juga mengingatkan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. H. Boedi Oetomo Roeslan, drg, MBiomed. selaku

pembimbing skripsi dan penasehat akademik yang telah dengan sangat

sabar serta telah meluangakan waktu, tenaga, pikiran untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skriksi ini.

3. Drg. Orliando (bang icol), selaku pembimbing pendamping yang telah

sangat membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Drg. Sri Lestari, M.Kes dan drg. Julius Loho selaku Wadek III dan

Sekjurmawa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti yang telah

ikut serta memberi motivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini.

5. Drg. Widijanto, drg. Sari, ibu Sri yang telah membantu dan

membimbing penulis dalam pengumpulan data penelitian.

Page 5: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

6. Para dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

7. Pak Samingan, Pak Partono, Ibu Eko, Pak Teguh, Pak Daryo, Pak

Dedy, Mas Ari, Pak Sarmili, Pak Waiman, Pak Karjono, Om Rohman,

Pak Slamet, Pak Supar, Mas Ade serta seluruh staf dan karyawan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

8. Seluruh staf perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Trisakti yang telah menyediakan buku-buku panduan.

9. Kinanti Aryani yang telah dengan sangat sabar membantu,

mengingatkan, mendukung, memberi semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Kakakku yang tercinta Hanna,skg (2002) yang kalau tidak ada dia

penulis tidak tahu harus berbuat apa. Terimakasih atas segala

bimbingan, kebaikannya. Sukses selalu.

11. Fitri Astuti Antoni yang selalu mendukung, memberi semangat serta

turut mengingatkan penulis untuk mengejar deadline skripsi.

12. Teman seperjuangan serta sahabat penulis di FKG Riswandi, Bayu

Herlambang, Andri Sutanto, dan Catherine Adelina yang selalu

memberi semangat.

13. Mas-mas, kakak-kakak dan abang-abangku di FKG Mas Harno, Mas

Endong, Mas Ilham, Mas Ari, Bang Fandi, Bang Irfan, Bang Johan,

Kak Iraf, Zulmi, Bakrie, Koko, Arifandi, Willy, Indra, Rasyid, Ujang,

Yoyo, Fadil, Mopan, Ikhwan, Aulia, Adol, Sergio, Tarman, Ferry, Ika,

Oky, anak tongkrongan lantai 1 terima kasih untuk menghibur pada

waktu penulis buntu pikirannya.

14. Kak Henny, Dilla, mbak Ning, Icha, Cia, Thya, Ditya, Desty, Amel,

Dina, Tita, Yetty, Nanda, BEM periode 2005-2006.

15. Teman-Teman angkatan 2004 Allia, Ika, Rineth, Nia, Ina, Wenny, Ery,

Eko, Babi, Yono, Nicky, Vebie, Mira, Hijir, Raymond, Incen, Teja,

Rio, Laura, Ricky, Anak-anak TLC, Be15, dll yang telah memberi

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 6: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

16. Seluruh teman-teman di kepengurusan BEM periode 2007-2008 yang

telah banyak memberikan dukungan dan pengertian.

17. Teman-teman di OTF SATGAS dan di OTF Basket atas dukungannya

selama pengerjaan skripsi ini.

18. Pihak lain yang banyak membantu penulis yang mohon maaf tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari pembuatan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dan oleh karena manusia

tidak luput dari kesalahan maka dari itu, dengan segenap kerendahan diri penulis

mohon maaf bila ada kesalahan yang kurang berkenan dalam proses pembuatan

skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi pengetahuan

bagi generasi yang berikutnya.

Jakarta, Juni 2008

Penulis

Page 7: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA................................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN............................................................................. xi

DAFTAR LAMBANG................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii

ABSTRAK................................................................................................... xiv

ABSTRACT................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………….. 3

C. Tujuan Penelitian……………………………………… 3

D. Manfaat Penelitian…………………………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………... 4

A. Karies Gigi…………………………………………….. 4

B. Kebiasaan mengunyah permen karet………………….. 6

C. Sorbitol………………………………………………... 7

D. Xilitol………………………………………………….. 9

E. Streptococcus mutans..................................................... 12

BAB III KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS............................. 16

A. Kerangka Teori................................................................ 16

B. Kerangka Konsep............................................................ 17

C. Hipotesis......................................................................... 17

BAB IV METODE PENELITIAN...................................................... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian....................................... 18

B. Skema Penelitian.............................................................. 18

Page 8: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

C. Populasi Penelitian........................................................... 19

D. Sampel Penelitian............................................................ 19

E. Bahan dan Alat................................................................. 19

F. Cara Kerja........................................................................ 20

G. Penghitungan Streptococcus mutans............................... 21

H. Analisis Data.................................................................... 21

BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................... 22

BAB VI PEMBAHASAN................................................................... 25

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 30

Page 9: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil penghitungan jumlah koloni Streptoccocus mutants

berdasarkan waktu pengukuran dan selisih koloni antara

waktu pengukuran………………………………………………. 21

Tabel 2. Rata-rata dan simpang baku hasil pengukuran jumlah koloni

Streptococcus mutants…………………………………………… 22

Tabel 3. Hasil uji normalitas data…………………………………………. 22

Tabel 4. Hasil uji-t untuk menentukan homogenitas awal data…………… 22

Tabel 5. Hasil analisis varian……………………………………………… 22

Tabel 6. Hasil perhitungan selisih antar kelompok perlakuan untuk uji

HSD ……………………………………………………………... 23

Page 10: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Paduan faktor penyebab karies……………………………….. 5

Gambar 2. Rumus bangun sorbitol……………………………………….. 9

Gambar 3. Rumus bangun xilitol…………………………………………. 10

Gambar 4. Kristal xilitol….………………………………………………. 11

Gambar 5. Pewarnaan Streptococcus mutants pada biakan Thiglycolate… 13

Gambar 6. Kerangka konsep……………………………………………… 16

Gambar 7. Skema penelitian………………………………...……………. 17

Gambar 8. Grafik pola perubahan jumlah koloni Streptococcus mutants... 23

Page 11: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR SINGKATAN

ADP : Agar Darah Plate

HSD : Honestly Significant Difference

Page 12: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR LAMBANG

p : probabilitas

pH : derajat keasaman

Page 13: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Informed consent

Lampiran B. Perhitungan Besar Sampel

Page 14: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

ABSTRAK

Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu proses patologis yang menyerang permukaan gigi-geligi yang terbuka di dalam mulut.Bakteri penyebab karies yang utama adalah Streptococcus mutans. Karbohidrat terbukti sangat berperan dalam proses terjadinya karies gigi. Sekarang ini telah banyak digunakan gula alkohol untuk pemanis sebagai pengganti sukrosa seperti xilitol dan sorbitol. Tujuan: Mengevaluasi perbedaan efek mengunyah permen karet mengandung sorbitol dan xilitol terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans di dalam plak gigi. Metode: Plak diambil dari subjek, dimasukkan dalam tioglikolat, kocok sampai homogen. Setelah 20 menit, letakkan pada ADP. Simpan dalam suhu 37°C. Masukkan sungkup atau jaringan anaerob, lihat dalam waktu 3 x 24 jam. Hitung jumlah koloni Streptococcus mutans. Hasil: Penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p < 0,005) dengan hasil yang menunjukkan bahwa rata-rata jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari mengunyah permen karet yang mengandung xilitol (1707 + 235) lebih tinggi dibandingkan jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol (1076 + 369). Kesimpulan: Jumlah koloni Streptococcus mutans pada plak gigi individu yang mengunyah permen karet yang mengandung xilitol lebih tinggi dibandingkan individu yang mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol.

Kata kunci: xilitol, sorbitol, Streptococcus mutans, permen karet

Page 15: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

ABSTRACT

Background: Dental caries is a pathologic process that attacks an open surface of teeth inside our mouth. The main bacteria that cause caries are Streptococcus mutans. Carbohydrate is proven very important in the process of dental caries. Nowadays, sweetener alcoholic sugar for replacing sucrose such as xylitol and sorbitol has been found. Objective: To evaluate the different effect between xylitol and sorbitol chewing gum on colony number of Streptococcus mutans inside the dental plaque. Methods: We took plaque from subjects, put them in tioglycolate, then we shake. After 20 minutes, put them in ADP, in 37°C temperature. Watch them for 3 x 24 hours.Count the number of Streptococcus mutans colony. Result: The research shows a significant differences (p < 0,005). The number of Streptococcus mutans after 28 days chewing gum with xilitol (1707 + 235) are higher then the number of Streptococcus mutans after 28 days chewing gum with sorbitol (1076 + 369). Conclusion: The colony number of Streptococcus mutans in subjects that chewing gum with xilitol are higher then subjects that chewing gum with sorbitol.

Keywords: xylitol, sorbitol, Streptococcus mutans, chewing gum

Page 16: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah kesehatan gigi yang sering dijumpai pada masyarakat umum dewasa

ini adalah masalah kebersihan mulut (oral hygiene) yang buruk serta penyakit

gigi, terutama karies dan penyakit periodontal (Bouswma, 1996). Prevalensi

karies aktif pada penduduk Indonesia sekarang ini kurang lebih 52,3% (SKRT,

2002). Walaupun frekuensi kelainan periodontal di Indonesia lebih tinggi

daripada karies gigi, namun perhatian lebih dikhususkan pada karies gigi,

mengingat sifatnya yang tidak memungkinkan terjadi pembentukan kembali

struktur gigi yang sudah berlubang (Roeslan, 2001).

Kehadiran penyakit gigi dan mulut berawal dari adanya plak gigi (Attstrom,

1998). Plak gigi terdiri dari kumpulan bakteri-bakteri yang berkembang biak

dalam suatu maktriks, yang melekat erat pada permukaan gigi yang licin. Warna

dari plak gigi itu sendiri adalah kuning keabu-abuan yang berbentuk deposit lunak

(Susilo, 1996).

Berdasarkan survei, 80% faktor penyebab timbulnya karies gigi adalah

kurangnya kesadaran dan pemahaman pentingnya menjaga kebersihan gigi. Ada 4

prinsip dasar yang mempengaruhi pembentukan karies dalam mulut, yaitu jumlah

bakteri, gigi sebagai pejamu, gula, dan antibodi (Lehner, 1992). Bakteri penyebab

karies yaitu S. mutans, S. sanguis, Lactobacillus acidophilus, dan Actinomyces

viscosus. Bakteri yang paling besar pengaruhnya ialah bakteri Streptococcus

mutans. Gigi sebagai pejamu dipengaruhi oleh morfologi, bentuk gigi, saliva,

celah gusi, dan fluorida. Anti bakterial spesifik dalam saliva yaitu lisozim,

peroksidase, dan laktoferin, sedangkan antibodi spesifik yang terkandung dalam

saliva ialah IgA sekretori (IgAs) (Roeslan, 2001).

Page 17: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Karbohidrat terbukti sangat berperan dalam proses terjadinya karies gigi,

karena mudah difermentasi dan diuraikan menjadi asam oleh mikroorganisme

pembentuk asam di dalam dan sekitar rongga mulut. Sukrosa adalah golongan

karbohidrat disakarida yang mempunyai potensi kariogenik yang paling besar,

serta merupakan gula yang paling banyak digunakan dalam diet. Sukrosa dari sisa

makanan akan dimetabolisme oleh mikroorganisma kariogenik terutama

Streptococcus mutans yang menghasilkan polisakarida ekstraseluler bentuk

glukan yang berperan dalam pembentukan plak pada permukaan email gigi (Be,

1978; Kidd dan Bechal, 1987).

Sekarang ini telah banyak digunakan gula alkohol untuk pemanis sebagai

pengganti sukrosa. Gula alkohol seperti sorbitol, manitol, dan xilitol, mempunyai

kelebihan, diantaranya yaitu tidak mudah difermentasikan oleh mikroorganisme

rongga mulut (Andrew, 1999, cit. Lestari dan Yuliarsi, 2002). Gula alkohol

tersebut memproduksi kalori yang hampir sama dengan sukrosa dan secara

alamiah sudah ada dalam konsentrasi rendah, terutama terdapat di dalam buah-

buahan (Kidd dan Bechal, 1987; Thylsrup dan Fejershov, 1986).

Pada saat ini di pasaran Indonesia, telah diproduksi berbagai macam permen

karet yang mengandung sukrosa dan bahan pemanis pengganti lainnya seperti

sorbitol, manitol, dan xilitol, yang biasa disebut sugar free. Tentang manfaat yang

diberikan pada saat mengunyah permen karet setelah makan karbohidrat telah

banyak dilakukan penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan Gales dan

Nguyen (2000), permen karet yang mengandung xilitol lebih efektif mereduksi

karies dibandingkan dengan permen karet yang mengandung sorbitol. Jumlah

koloni Streptococcus mutans di dalam plak gigi individu yang mengunyah permen

karet yang mengandung xilitol lebih rendah dibandingkan dengan jumlah koloni

Streptococcus mutans di dalam plak gigi individu yang mengunyah permen karet

yang mengandung sorbitol.

Page 18: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut, apakah terdapat perbedaan efek mengunyah permen

karet mengandung sorbitol dan xilitol terhadap jumlah koloni Streptococcus

mutans di dalam plak gigi?

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan efek mengunyah

permen karet mengandung sorbitol dan xilitol terhadap jumlah koloni

Streptococcus mutans di dalam plak gigi.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk sumbangan

pengetahuan di bidang kedokteran gigi pada khususnya, sebagai informasi bagi

tenaga kesehatan terutama yang berhubungan langsung dengan kesehatan gigi dan

mulut, sebagai informasi bagi masyarakat pada umumnya, serta hasil penelitian

dapat dipakai sebagai bahan untuk meneliti lebih jauh tentang manfaat pemanis

pengganti sukrosa terhadap Streptococcus mutans di dalam plak gigi.

Page 19: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies gigi

Karies gigi merupakan suatu proses patologis yang menyerang permukaan

gigi-geligi yang terbuka di dalam mulut. Karies adalah penyakit infeksi

mikrobiologik yang dapat menyebabkan pelarutan jaringan lokal dan

penghancuran jaringan yang terkalsifikasi (Sturdevant’s, 2002).

Karies gigi ditandai oleh rusaknya email dan dentin yang progrsif yang

disebabkan oleh keaktifan metabolisme bakteri plak. Proses karies mulai dari

permukaan gigi dan terus berpenetrasi makin dalam. Ketika mencapai dentin,

perkembangannya semakin cepat sehingga menyebabkan email berlubang

(Pittford, 1992).

Karies gigi mengakibatkan kerusakan dari jaringan keras mahkota gigi yang

akan berlangsung lambat, sehingga dapat disebut kronis, dan apabila karies

tersebut terjadi pada penderita dengan resesi gingiva, maka lesi karies juga akan

menyerang bagian akar yang terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya karies

akar. Bila tidak dilakukan perawatan, maka lesi karies ini akan meluas sampai

jaringan pulpa gigi dan dapat merusak seluruh mahkota gigi. Hal ini kemudian

dapat menyebabkan rasa sakit, terganggunya fungsi mastikasi, inflamasi jaringan

gingiva, pembentukan abses, perubahan penampilan pasien, dan efek-efek sosial

yang berkaitan dengannya. Penyakit ini tersebar luas di negara-negara

berkembang dan hanya beberapa orang saja yang terbebas dari serangan penyakit

ini (Eccles & Green, 1981).

Terdapat empat faktor utama yang berperan dalam proses terjadinya karies,

yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Faktor-faktor tersebut bekerja

sama dan saling mendukung satu sama lain. Bakteri plak akan memfermentasikan

Page 20: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

karbohidrat (misalnya sukrosa) dan menghasilkan asam, sehingga mengakibatkan

pH plak akan turun dalam waktu 1 – 3 menit sampai pH 4,5 – 5,0 (Kidd dan

Bechal, 1992).

Karies merupakan proses penghancuran atau kerusakan jaringan keras gigi,

yaitu email, dentin, dan sementum. Karies disebabkan oleh suatu jasad renik yang

dapat meragikan karbohidrat dan ditandai adanya demineralisasi jaringan keras

gigi, kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik email, dentin, dan

sementum. Penyebaran infeksi karies dapat masuk ke jaringan periapikal yang

menyebabkan rasa nyeri karena adanya mikroflora yang masuk ke dalam pulpa.

Meskipun demikian, mengingat kemungkinan terjadinya remineralisasi, pada

stadium yang sangat dini, penyakit ini dapat dihentikan.

Mikroorganisme

Substrat

Waktu

Host

Gambar 1. Paduan faktor penyebab karies

Page 21: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

B. Kebiasaan mengunyah permen karet

Lima tips agar mulut lebih sehat menurut Jones (2001), ialah menyikat gigi

selama dua menit penuh (biasanya orang menyikat gigi hanya 45 detik), menyikat

lidah, mengurangi konsumsi snack, meninggalkan konsumsi minuman bersoda,

dan mengunyah permen karet yang bahan pemanisnya xilitol. Menurut Burt

(2006), mengunyah permen karet merangsang stimulasi aliran saliva yang dapat

meningkatkan kapasitas penyangga dan juga membantu menetralisir pengurangan

pH plak secara normal setelah kita makan.

Permen karet pernah menjadi ikon anak muda di Indonesia. Awalnya, permen

karet dipasarkan hanya sebagai makanan ringan semata. Kemudian, ditambah

berbagai rasa dan warna agar lebih diterima pasar. Sejak itu, permen karet

terkenal akan manfaatnya (Wilz, 2001).

Manfaat positif mengunyah permen karet menurut Rohdiana (1997) ialah

sebagai berikut.

1. Baik untuk kesehatan mulut dan gigi karena permen karet dapat membantu

mengangkat dan membersihkan kotoran yang tersisa di gigi

2. Aktivitas mengunyah dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga oksigen

yang dikirim ke otak semakin banyak, pikiran menjadi lebih segar dan

konsentrasi meningkat

3. Pergerakan rahang pada saat mengunyah permen karet dapat menggerakkan

otot wajah sehingga kulit wajah menjadi kencang

4. Memberikan perasaan rileks sehingga dapat membantu mengurangi stres dan

mengatasi kejenuhan

Seorang psikolog asal Inggris menyebutkan orang yang terbiasa mengunyah

permen karet akan memiliki ingatan yang lebih kuat sebanyak 25%. Hal ini secara

tidak langsung berkaitan dengan kerja jantung dan pembuluh darah yang

membawa oksigen lebih cepat ke otak saat kita mengunyah (Wilz, 2001).

Sebelumnya studi in situ dan in vitro telah menjelaskan bahwa mengunyah

permen karet yang bebas sukrosa dapat mengurangi perkembangan karies gigi.

Menurut penelitian di Budapest, Hungaria, sebanyak 547 anak sekolah dianjurkan

Page 22: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

untuk mengunyah satu stik permen karet yang mengandung sorbitol selama 20

menit setelah makan sebanyak tiga kali sehari. Setelah dua tahun berjalan,

sebanyak 38,7% mengalami penurunan tingkat karies, tidak termasuk white spots.

Hasil ini sudah jelas menyatakan bahwa walaupun sudah berlatih menjaga

populasi karies dan kesehatan mulut secara normal dengan menggunakan pasta

gigi yang mengandung fluor, namun mengunyah permen karet setelah makan juga

dapat mengurangi perkembangan karies (Szoke dkk., 2001).

Penelitian terbaru oleh para peneliti dari Universitas Northumbia menemukan

bahwa mengunyah permen karet kemampuan orang untuk mengingat kata-kata

akan meningkat lebih dari satu per tiga ketika mereka mengkonsumsi permen

karet (Budiman, 2005).

Pada saat ini, di pasaran terdapat bermacam-macam pemanis dalam permen

karet. Di antaranya ialah yang mengandung sukrosa dan bahan pengganti pemanis

lain seperti sorbitol, manitol, dan xilitol yang mengandung gula alkohol dan biasa

disebut dengan sugar free (Lestari dan Yuliarsi, 2002).

Dapat dipercaya, bahwa permen karet yang bebas gula memberikan

keuntungan yang berlipat ganda, antara lain mengurangi produksi asam dan

meningkatkan kecepatan saliva sehingga kapasitas bufernya juga meningkat. Oleh

karena itu, pembentukan plak oleh asam dapat dihambat (Hayes, 2001).

C. Sorbitol

Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-glucitol atau D-sorbite adalah monosakarida

polyol (1,2,3,4,5,6-Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol berupa

senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh

berkisar antara 89°C sampai dengan 101°C, higroskopis, dan berasa manis.

Sorbitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai 0,7 kali

tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara

dengan 10,87 kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut berperan dalam

reaksi pencoklatan Maillard (Badan POM, 2002).

Page 23: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Menurut Houwink (1993, cit. Soesilo dkk., 2005), sorbitol merupakan bahan

pengganti gula dari golongan gula alkohol yang paling banyak digunakan

terutama di Indonesia. Di Indonesia sorbitol paling banyak digunakan sebagai

pemanis pengganti gula karena bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya

murah (Kanzil dan Santoso, 1999, cit. Soesilo, 2005). Di Indonesia, sorbitol

diproduksi dari tepung umbi tanaman singkong (Manihot Utillissima Pohl) yang

termasuk keluarga Euphoribiaceae (Krisnowati, 1997, cit. Soesilo dkk., 2005).

Menurut Garrow dan James (1994, cit. Soesilo dkk., 2005), sorbitol juga produksi

dalam jaringan tubuh manusia yang merupakan hasil katalisasi dari D-glukosa

oleh enzim aldose reductase, yang mengubah struktur aldehid (CHO) dalam

molekul glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Gula alkohol merupakan hasil

reduksi dari glukosa dimana semua atom oksigen dalam molekul gula alkohol

yang sederhana terdapat dalam bentuk kelompok hidroksil, sinonim dengan

polyhidric alcohol (polyols). Polyols dapat dibagi menjadi dua yaitu polyols

asiklik dan polyols siklik. Sorbitol termasuk dalam kelompok polyols asiklik

dengan enam rantai karbon (Goldberg, 1994, cit. Soesilo dkk., 2005).

Secara alamiah, sorbitol terdapat di dalam buah seperti ceri, plum, pir, dan

rumput laut. Nama lain sorbitol ialah glukitol, yang merupakan polihidroksi

alkohol dengan enam atom karbon. Sorbitol dibuat oleh pabrik secara kimiawi,

merupakan hasil reaksi reduksi glukosa dengan tekanan yang tinggi dan

katalisator Ni atau logam hibrida seperti NaBH4 atau LiBH4 (Soni, 1976, cit.

Lestari dan Yuliarsi, 2002). Sorbitol pelan-pelan diserap usus dan dimetabolisme

ke dalam bentuk bentuk fruktosa di hati. Dengan begitu produksi asam dari

sorbitol secara normal rendah karena hanya dapat digunakan kira-kira 5-10% dari

bakteri dalam plak gigi. Polyol dianggap sebagai kariogenik yang rendah. Jika

konsumsi dari sorbitol sering, maka plak bakteri mengalami adaptasi dan

fermentasi polyol dan potensi kariogenik dapat meningkat (Kalfas dkk., 1990. Cit.

Holgerson, 2007).

Sorbitol aman dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi dan sangat

bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita penyakit diabetes dan diet

rendah kalori. Fungsi lain sorbitol ialah sebagai bahan pengisi (filler/bulking

Page 24: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

agent), pengental, mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Batas maksimum

penggunaan sorbitol pada berbagai produk pangan berkisar antara 500 sampai

200.000 mg/kg produk (Badan POM, 2002).

Sorbitol seringkali digunakan pada obat batuk sirup dan mentol sugar free,

dan biasanya tercantum dalam daftar bahan baku yang tidak aktif (Wikipedia,

2008).

Gambar 2. Rumus bangun sorbitol

D. Xilitol

Xilitol merupakan sumber karbohidrat alamiah yang termasuk golongan

politol atau gula alkohol (Imfeld, 1993, cit. Sudhana, 2002). Xilitol memiliki rasa

semanis sukrosa dan digunakan sebagai pemanis yang tidak berbahaya dan juga

berfungsi sebagai pengganti gula pada makanan penderita diabetes (Dorland,

2002). Sama halnya dengan sorbitol, xilitol juga digunakan sebagai pemanis

pengganti gula untuk mengurangi resiko karies karena kurang difermentasi oleh

mikroorganisme rongga mulut, namun harganya sedikit lebih mahal (Imfeld,

1993, cit. Sudhana, 2002).

Xilitol pertama kali ditemukan dari pohon birch di Finlandia pada abad ke-19

dan pertama kali dipopulerkan di Eropa sebagai pemanis yang aman untuk

Page 25: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

penderita diabetes yang tidak mempengaruhi kadar insulin dalam darah

(Wikipedia, 2008).

Gambar 3. Rumus bangun xilitol

Xilitol memiliki struktur pentiol atau gula alkohol dengan 5 atom karbon yang

merupakan molekul yang tidak reaktif karena ikatan kimianya cenderung stabil.

Hal ini disebabkan oleh karena jumlah atom karbonnya yang ganjil, sehingga sulit

bagi mikroorganisme untuk membongkar dan menghasilkan energi darinya.

Bentuk molekulnya cenderung untuk menarik air (hidrofilik) dan berikatan lemah

dengan kalsium pada larutan. Ikatan ini tidak cukup kuat untuk melarutkan

kalsium dalam email gigi. Xilitol cenderung stabil terhadap panas dan

asam.Xilitol melebur ketika dipanaskan hingga 94ºC (201°F) dan mendidih pada

suhu 216°C (421°F). Xilitol tidak mengalami reaksi Maillard, yang merupakan

perubahan warna menjadi coklat, yang bersifat non enzimatik, terjadi ketika gula

dipanaskan dengan asam amino.

Xilitol memiliki rasa manis seperti sukrosa, tetapi hanya mengandung dua per

tiga kalori sukrosa (Wikipedia, 2008). Kekuatan rasa manis dari xilitol tergantung

dari beberapa hal, seperti konsentrasi, pH, suhu, campurannya dengan pemanis

jenis lain, dan bentuk produk dari xilitol yang dipergunakan. Ketika xilitol larut

dalam mulut, muncul rasa dingin yang menyenangkan yang merupakan hasil dari

Page 26: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

reaksi endotermik yang muncul (Peldyak, 1996). Xilitol menghambat perlekatan,

pertumbuhan, dan metabolisme deri mikroorganisme rongga mulut, sehingga

xilitol mengurangi jumlah Streptococcus mutans. Xilitol juga memungkinkan

terjadinya proses remineralisasi dari lesi awal karies pada email. Xilitol memiliki

sifat bersinergi dengan fluoride dalam penggunaannya secara bersama-sama

(Anderson, 1993).

Gambar 4. Kristal xilitol

Xilitol merupakan pemanis alami yang ditemukan dalam serat pada beberapa

jenis sayuran dan buah2an (Wikipedia, 2008). Xilitol terdapat pada jamur, pisang,

stroberi, dan apel. Beberapa penelitian menunjukkan xilitol dapat membantu

terjadinya proses remineralisasi, sehingga proses terjadinya karies dapat dicegah

(Thylsrup dan Fejershov, 1986; Kidd dan Bechal, 1987).

Xilitol dipergunakan secara luas di Finlandia. Seluruh permen karet yang

dipasarkan di Finlandia, dan hampir seluruh negara bagian di Eropa,

menggunakan pemanis xilitol (Wikipedia, 2008).

Page 27: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

E. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans adalah sel berbentuk bulat dengan diameter 0,6 mikron

sampai dengan 1 mikron. Streptococcus mutans ditemukan pertama kali oleh

Clerke pada tahun 1924, tetapi pada saat itu belum dapat didefinisikan sebagai

penyebab karies gigi. Bakteri ini dinamakan mutans karena bakteri ini sering

berubah bentuk, kadang berbentuk kokus dan kadang berbentuk batang. Apabila

dibiakkan pada BHI broth, maka selnya yang berbentuk kokus akan tersusun

seperti rantai gram positif, sedangkan bila dibiakkan pada media agar, bentuk

selnya lebih banyak berbentuk batang. Pada tahun 1960, Fitzgerald dan Keyes

berhasil membuktikan bakteri tersebut sebagai penyebab karies gigi (Schactele,

1990).

Streptococcus mutans bersifat fakultatif anaerob karena tetap dapat tumbuh

dengan atau tanpa adanya oksigen. Akan tetapi, biasanya pertumbuhan optimal

terjadi pada keadaan anaerob yang mengandung 5% CO2 (Wallman dan Krask,

1991).

Streptococcus mutans membuat glukosiltransferase yang dapat menghasilkan

sejumlah polisakarida ekstraseluler (glukan) dari sukrosa. Juga enzim

glikosidihidrolase yang memecah gula dari glikoprotein yang larut waktu makan

(Rosen dkk., 1991). Menurut Rosen dkk. (1991), ciri lain dari Streptococcus

mutans adalah memiliki berbagai struktur antigenik pada dinding selnya seperti

antigen protein, polisakarida, spesifik peptidoglikan dan asam lipoteloat,

Streptococcus mutans dibedakan menjadi 8 serotipe berdasarkan spesifitas

karbohidrat terhadap dinding sel, dan terdapat protein yang berfungsi sebagai

enzim. Enzim tersebut adalah glukosiltransferase (GTF) yang dapat mengubah

sukrosa menjadi glukan.

Streptococcus dapat diklasifikasi berdasarkan pada kemampuannya

memfermentasikan bermacam-macam karbohidrat pada spesies yang berbeda.

Menurut Burnet dan Schucter (1973), penggolongan streptococcus adalah

Streptococcus haemolyticus yang dapat menghasilkan clear zone (hemolisa β) di

Page 28: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

sekeliling koloninya dan Streptococcus viridans yang membentuk green zone

(hemolisa α) pada sebagian proses hemolisis di sekeliling koloninya

Gambar 5. Pewarnaan Streptococcus mutans pada biakan tioglikolat

Streptococcus mutans termasuk dalam Streptococcus viridans dan juga

digolongkan menjadi 8 serotipe a, b, c, d, e, f, g, h (Rosen dkk., 1991).

Penggolongan ini juga didukung oleh analisa dinding sel dan DNA base content

(guanin dan sitosin dalam persen). Streptococcus mutans yang termasuk dalam

serotipe c dan d merupakan jenis yang paling banyak pada plak dan berhubungan

dengan segala macam karies, sedangkan jenis populasi terbanyak kedua adalah

Streptococcus sobrinus dalam serotipe d dan g (Samaranayake dkk., 1996).

Streptococcus mutans merupakan penyebab utama karies gigi secara umum

dan dianggap sebagai bakteri yang paling kariogenik di antara semua golongan

streptococcus (Ajdi dkk., 2002). Streptococcus mutans dapat hidup di dalam

mulut hanya bila terdapat permukaan deskuamatif seperti gigi atau geligi tiruan.

Kuman ini tidak dapat ditemukan pada bayi yang tidak bergigi, dan baru dapat

dideteksi setelah gigi mulai erupsi. Pada orang tua yang sudah tidak bergigi lagi,

kuman ini akan menghilang dan akan tampak kembali setelah menggunakan geligi

tiruan (Roeslan, 2000). Tempat untuk Streptococcus mutans biasanya pada lubang

Page 29: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

(pit) dan celah gigi (fissure) permukaan oklusal, daerah aproksimal, permukaan

gigi dekat gusi (Schactele, 1983, cit. Roeslan, 2000).

Streptococcus mutans positif mempunyai hubungan dengan awal terjadinya

karies pada fisura dari permukaan email yang halus (Schactele, 1983, cit. Roeslan,

2000). Bila dikaji lebih mendalam, virulensi Streptococcus mutans dalam

kaitannya dengan kariogenitasnya lebih ditekankan pada kemampuannya dalam

membentuk plak gigi dari sukrosa. Tanpa adanya plak gigi, tidak akan terbentuk

koloni kuman penghasil asam, yang berarti tidak akan ada asam yang akan

melarutkan email gigi. Sifatnya membentuk polisakarida ekstraseluler yang tidak

larut ini, merupakan kontribusi Streptococcus mutans yang penting dalam

menginduksi karies gigi. Mutan-mutan Streptococcus mutans yang tidak mampu

mensintesis glukan yang tidak larut, tidak dapat menyebabkan timbulnya karies

pada permukaan gigi yang halus (Newburn, 1989, cit. Roeslan, 2000). Walaupun

demikian, tidak dapat diabaikan kemungkinan kuman asidogenik-asidurik lain

yang terdapat di dalam plak gigi ikut berperan dalam pembentukan asam.

Di balik rasa dan bentuknya yang manis, permen karet mengandung zat yang

menyehatkan. Salah satunya xilitol, yang terbukti mampu mengurangi

pembentukan karies pada gigi. Tak hanya itu, selama proses mengunyah, mulut

memproduksi banyak saliva yang membantu menetralisasi asam akibat makanan

yang dapat merusak gigi (Wilz, 2001).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larmas dkk. (1976 cit. Sudhana,

2002), ditemukan adanya penurunan jumlah Streptococcus mutans di dalam saliva

orang dewasa yang setiap hari mengkonsumsi permen karet xilitol selama 1 tahun.

Sedangkan menurut Wennerholm dkk. (1994 cit. Sudhana, 2002); Simons (1997

cit. Sudhana 2002); Hildebrandt dan Sparks (2000 cit. Sudhana, 2002), permen

karet xilitol memiliki potensi untuk menurunkan tingkat Streptococcus mutans di

dalam saliva.

Menurut penelitian yang dilakukan Gales dan Nguyen (2000), permen karet

yang mengandung xilitol lebih efektif mereduksi karies dibandingkan dengan

permen karet yang mengandung sorbitol. Belum ada penelitian yang

mengemukakan efek mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol

Page 30: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

terhadap Streptococcus mutans. Oleh karena itu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk membandingkan efek mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol

dan xilitol terhadap Streptococcus mutans.

Page 31: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB III

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kerangka teori

Masalah kesehatan gigi yang sering dijumpai pada masyarakat umum dewasa

ini adalah masalah kebersihan mulut (oral hygiene) yang buruk serta penyakit

gigi, terutama karies dan penyakit periodontal. Karbohidrat terbukti sangat

berperan dalam proses terjadinya karies gigi, karena mudah difermentasi dan

diuraikan menjadi asam oleh mikroorganisme pembentuk asam di dalam dan

sekitar rongga mulut. Sekarang ini telah banyak digunakan gula alkohol untuk

pemanis sebagai pengganti sukrosa, seperti manitol, sorbitol, dan xilitol.

Awalnya, permen karet dipasarkan hanya sebagai makanan ringan semata.

Kemudian, ditambah berbagai rasa dan warna agar lebih diterima pasar. Sejak itu,

permen karet terkenal akan manfaatnya. Pada saat ini, di pasaran terdapat

bermacam-macam pemanis dalam permen karet. Di antaranya ialah yang

mengandung sukrosa dan bahan pengganti pemanis lain seperti sorbitol, manitol,

dan xilitol

Bakteri penyebab karies yaitu S. mutans, S. sanguis, Lactobacillus

acidophilus, dan Actinomyces viscosus. Bakteri yang paling besar pengaruhnya

ialah bakteri Streptococcus mutans.

Permen karet yang mengandung xilitol lebih efektif mereduksi karies

dibandingkan dengan permen karet yang mengandung sorbitol, sehingga

mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dapat mengurangi jumlah

koloni Streptococcus mutans dibandingkan dengan mengunyah permen karet yang

mengandung sorbitol.

Page 32: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

B. Kerangka konsep

Gambar 6. Kerangka konsep

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

hipotesis bahwa mengunyah permen karet mengandung xilitol lebih banyak

mengurangi jumlah koloni Streptococcus mutans di dalam plak gigi daripada

mengunyah permen karet mengandung sorbitol.

Mengunyah permen karet SORBITOL

Mengunyah permen karet XILITOL

Perubahan jumlah koloni Streptococcus mutans

dalam plak gigi

Perubahan jumlah koloni Streptococcus mutans

dalam plak gigi

?

Page 33: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro pada manusia untuk

mengetahui perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans pada individu yang

mengunyah permen karet mengandung sorbitol dan xilitol (Gambar 4).

B. Skema Penelitian

Gambar 7. Skema penelitian

Pengukuran Streptococcus mutans awal

Mengunyah permen karet sorbitol

Mengunyah permen karet xilitol

Pengukuran Streptococcus mutans pada hari ke-7, 14, dan 28

Analisis statistik

Page 34: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

C. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah karyawan dan karyawati Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. Sampel diambil mulai

tanggal 19 Februari sampai 22 Maret 2007 dan dilakukan setiap minggu.

D. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah jumlah koloni kuman Streptococcus mutans yang

diambil secara acak (simple random sampling). Terdiri dari 10 individu, dan

dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas dari 5 orang.

Besarnya sampel (Lampiran B) dihitung dengan rumus:

Sd2(Zα + Zβ)2

n =

( x1 – x2 )2

E. Bahan dan Alat

1. Bahan

a. Plak

b. Lempeng agar darah

c. Mediator (Tioglikolat)

2. Alat

a. Alat hitung

b. Spatel

c. Swab (cotton bud)

d. Lampu spirtus

Page 35: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

F. Cara Kerja

Sampel penelitian yang telah dipilih secara random dari populasi penelitian

dalam lingkup karyawan-karyawati rumah sakit gigi dan mulut fakultas

kedokteran gigi universitas trisakti yang dibagi dalam dua kelompok yaitu

kelompok pertama adalah kelompok dengan mengunyah permen karet yang

mengandung sorbitol dan kelompok kedua dengan mengunyah permen karet yang

mengandung xilitol. Pengukuran jumlah koloni streptococcus mutants dibagi

menjadi 2 tahap,

1. Pengukuran jumlah koloni streptococcus mutants awal sebelum diberikan

permen karet. Pada tahap ini dilakukan pengukuran jumlah koloni

streptococcus mutans sebelum diberikan permen karet.

2. Pengukuran jumlah koloni streptococcus mutants setelah diberikan permen

karet. Pada tahap ini pengukuran jumlah koloni streptococcus mutans

dilakukan

a. Hari I

Ambil sampel (plak), masukkan ke tioglikolat. Kocok sampai homogen.

Setelah 20 – 30 menit, tuang ke Agar Darah Plater (ADP). Simpan dalam

suhu 37°C. Masukkan sungkup atau jaringan anaerob, lihat dalam

waktu 3 x 24 jam. Jika dalam waktu 1 x 24 jam terlihat ada pertumbuhan

kuman, langsung hitung jumlah koloni.

b. Hari II

Hitung pertumbuhan jumlah koloni untuk waktu 2 x 24 jam, lakukan

seterusnya sampai 3 x 24 jam.

c. Hari III

Jika setelah 3 x 24 jam tidak terlihat pertumbuhan kuman, maka hasil

perhitungan dinyatakan negatif

Page 36: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

G. Penghitungan Streptococcus mutans

Kuman dalam ADP dihitung kasat mata / manual. Pertama ADP dibagi

menjadi empat bagian, lalu dihitung salah satu bagiannya saja dengan alat hitung

manual. Hasil penghitungan kemudian dikali empat. Bila jumlah kumannya

terlalu banyak, maka ADP dibagi delapan bagian, kemudian hitung bagian yang

kira-kira paling kelihatan jumlah kumannya. Setelah itu hasil penghitungannya

dikali delapan.

H. Analisis Data

Hasil pemeriksaan Streptococcus mutans sebelum dan sesudah mengunyah

permen karet yang mengandung sorbitol dan xilitol diuji secara statistic dengan

metode Anova 2 dengan taraf kemaknaan α = 0,05.

Page 37: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian untuk mengetahui perbedaan Streptococcus mutans pada individu

yang mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol dan xilitol, dilakukan

pada karyawan-karyawati Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Trisakti, Jakarta. Subjek terdiri dari 10 individu yang terbagi dalam

dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang. Hasil perhitungan

jumlah koloni Streptococcus mutans pada individu yang mengunyah permen karet

yang mengandung xilitol dan sorbitol disajikan pada Tabel 1. Rata-rata dan

simpang baku hasil pengukuran jumlah koloni Streptococcus mutans disajikan

pada Tabel 2. Hasil uji normalitas data disajikan pada Tabel 3. Hasil uji-t untuk

menentukan homogenitas data awal disajikan pada Tabel 2. Uji hipotesis disajikan

pada Tabel 4. Hasil analisis varian disajikan pada Tabel 5. Hasil perhitungan

selisih antarkelompok perlakuan untuk uji HSD disajikan pada Tabel 6. Grafik

pola perubahan jumlah koloni Streptococcus mutans disajikan pada Gambar 8. Tabel 1. Hasil penghitungan jumlah koloni Streptococcus mutans berdasarkan waktu pengukuran dan selisih koloni antara waktu pengukuran

Permen karet

S. mutans awal

S. mutans 14 hari

S. Mutans 28 hari

Selisih S. Mutans awal

– 14 hr

Selisih S. Mutans 14 hr – 28 hr

Xilitol

3648 2424 3024 3006 2424

2006 2376 2184 2028 2068

1824 1966 1332 1707 1707

1642 48

840 978 356

182 410 852 321 361

Sorbitol

2808 3912 2616 2520 2964

1488 1236 1454 1452 1812

1176 656 900

1006 1644

1320 2676 1162 1068 1150

312 580 554 446 168

Ket : hr = hari

Page 38: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Tabel 2. Rata-rata dan simpang baku hasil pengukuran jumlah koloni Streptococcus mutans

Permen karet n Rata-rata Simpang baku Xilitol sebelum perlakuan 5 2905 509 Xilitol 14 hari setelah perlakuan 5 2132 152 Xilitol 28 hari setelah perlakuan 5 1707 235 Sorbitol sebelum perlakuan 5 2964 557 Sorbitol 14 hari setelah perlakuan 5 1414 101 Sorbitol 28 hari setelah perlakuan 5 1076 369 Tabel 3. Hasil uji normalitas data

Permen karet n D p Xilitol sebelum perlakuan 5 0,300 0,142 Xilitol 14 hari setelah perlakuan 5 0,260 > 0,15 Xilitol 28 hari setelah perlakuan 5 0,200 > 0,15 Sorbitol sebelum perlakuan 5 0,264 > 0,15 Sorbitol 14 hari setelah perlakuan 5 0,301 0,140 Sorbitol 28 hari setelah perlakuan 5 0,194 > 0,15 Tabel 4. Hasil uji-t untuk menentukan homogenitas awal data

Permen karet n Rata-rata Simpang baku t p Xilitol sebelum perlakuan Sorbitol sebelum perlakuan

5 5

2905 2132

509 152

- 0,17

0,87

Tabel 5. Hasil analisis varian

Sumber df Jumlah kuadrat Rata-rata kuadrat F p Perlakuan Error Total

5 24 29

1477120 3310665

18081865

2954240 137944

21,42

0,000

* Nilai kritis = 4,37 Perhitungan Honestly Significant Difference (HSD)

MSe 137944

HSD = Nilai kritis = 4,37 = 726

n 5

Page 39: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Keterangan : nilai kritis dan MSe(mean square error) didapat dari perhitungan

ANOVA

Tabel 6. Hasil perhitungan selisih antarkelompok perlakuan untuk uji HSD Xilitol

awal Xilitol 14

hari Xilitol 28

hari Sorbitol

awal Sorbitol 14

hari Xilitol 14 hari 773* Xilitol 28 hari 1198* 425 Sorbitol awal 59 1476* 1257* Sorbitol 14 hari 1491* 718 293 1550* Sorbitol 28 hari 1829* 1056* 631 1888* 338 * ada perbedaan yang bermakna (p < 0,005) antara rata- rata kelompok

Gambar 8. Grafik pola perubahan jumlah koloni Streptococcus mutans

Awal 14 hari 28 hari

Page 40: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada karyawan dan karyawati Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta. Subjek

penelitian yang dilibatkan dipilih secara random yang terbagi menjadi dua

kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima individu. Tujuan penelitian

ini ialah untuk mengevaluasi perbedaan efek mengunyah permen karet

mengandung sorbitol dan xilitol terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans

dalam plak gigi. Subjek dipilih dengan alasan memudahkan dalam pengambilan

sampel. Selain itu, subjek bekerja di lingkungan kedokteran gigi, yang semestinya

mengerti bagaimana cara menjaga dan memelihara kesehatan mulutnya.

Kesehatan gigi dan mulut sangat penting bagi kita. Namun masih banyak

masyarakat yang memiliki masalah dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

dan mulutnya. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang paling banyak

ditemukan dalam rongga mulut.

Kehadiran penyakit gigi dan mulut berawal dari adanya plak gigi (Attstrom,

1998). Plak gigi terdiri dari kumpulan bakteri-bakteri yang berkembang biak

dalam suatu maktriks, yang melekat erat pada permukaan gigi yang licin. Warna

dari plak gigi itu sendiri adalah kuning keabu-abuan yang berbentuk deposit lunak

(Susilo, 1996). Pembentukan plak berlangsung setiap kali mengkonsumsi gula dan

selama gula berada di dalam mulut.

Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya interaksi antara

bakteri plak, diet makanan, dan gigi. Tidak diragukan lagi, bahwa tanpa adanya

plak, maka tidak akan timbul karies. Makanan sangat berpengaruh pada

pembentukan plak. Plak didominasi oleh kuman Streptococcus mutans yang dapat

menyebabkan karies. Streptococcus mutans merupakan kuman yang kariogenik

yang mampu segera membenutk asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.

Page 41: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Karbohidrat terbukti sangat berperan dalam proses terjadinya karies gigi,

karena mudah difermentasi dan diuraikan menjadi asam oleh mikroorganisme

pembentuk asam di dalam dan sekitar rongga mulut. Sukrosa adalah golongan

karbohidrat disakarida yang mempunyai potensi kariogenik yang paling besar,

serta merupakan gula yang paling banyak digunakan dalam diet. Sukrosa dari sisa

makanan akan dimetabolisme oleh mikroorganisma kariogenik terutama

Streptococcus mutans yang menghasilkan polisakarida ekstraseluler bentuk

glukan yang berperan dalam pembentukan plak pada permukaan email gigi (Be,

1978; Kidd dan Bechal, 1987).

Sekarang ini telah banyak digunakan gula alkohol untuk pemanis sebagai

pengganti sukrosa. Gula alkohol seperti sorbitol, manitol, dan xilitol, mempunyai

kelebihan, diantaranya yaitu tidak mudah difermentasikan oleh mikroorganisme

rongga mulut (Andrew, 1999, cit. Lestari dan Yuliarsi, 2002). Gula alkohol

tersebut memproduksi kalori yang hampir sama dengan sukrosa dan secara

alamiah sudah ada dalam konsentrasi rendah, terutama terdapat di dalam buah-

buahan (Kidd dan Bechal, 1987; Thylsrup dan Fejershov, 1986).

Pengembangan dari permen karet bebas gula kemungkinan merupakan

alternatif non kariogenik daripada permen karet biasa yang mengandung gula.

Memang permen karet bebas gula terlihat lebih efektif, namun kedua jenis permen

karet tersebut dapat mengurangi respon pembentukan asam (Manning dan Edgar,

1993). Efek mengurangi plak semestinya lebih terlihat pada permen karet yang

mengandung xilitol (Makkinen dkk., 2005).

Jumlah Streptococcus mutans di dalam plak gigi dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti diet sukrosa, pemberian fluor secara topikal, pemakaian antibiotika,

jumlah Streptococcus mutans di dalam air liur, dan tingkat kebersihan mulut.

Faktor air liur, baik komposisi maupun jumlah alirannya, interaksinya

antarmikroorganisme di dalam plak, dan daya tahan pejamu, mempengaruhi

derajat infeksi Streptococcus mutans (Newburn, 1989, cit, Roeslan, 2000). Faktor

yang mempengaruhi jumlah Streptococcus mutans dalam penelitian ini ialah

xilitol dan sorbitol yang terdapat dalam permen karet dan merupakan bahan

Page 42: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

pemanis pengganti sukrosa. Kedua pemanis ini mempunyai sifat kariogenik yang

rendah.

Permen karet banyak digunakan sebagai alat bantu yang cukup potensial

untuk meningkatkan aktivitas pengunyahan, sehingga volume saliva akan

meningkat dan keadaan ini dapat menurunkan aktivitas pembentukan plak di

rongga mulut. Penggunaan permen karet dapat berfungsi untuk merangsang

sekresi air liur serta meningkatkan kecepatan sekresi saliva, jadi berguna sebagai

pembersih mulut dari sisa makanan karbohidrat yang mudah difermentasi oleh

mikroorganisme rongga mulut. Juga pembersihan asam yang terbentuk akibat

proses glikolisis karbohidrat oleh mikroorganisme asidogenik, karena kecepatan

yang tinggi dari saliva akan mengalir di atas plak (Edgar dan Geddes, 1990).

Dengan cara ini diharapkan terjadi penurunan indeks plak dalam mulut dan

berkurangnya jumlah koloni Streptococcus mutans.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro pada manusia untuk

mengetahui perbedaan jumlah koloni Streptococcus mutans di dalam plak gigi

individu yang mengunyah permen karet mengandung sorbitol dan dan individu

yang mengunyah pemen karet yang mengandung xilitol.

Untuk mengetahui adanya perbedaan efek mengunyah permen karet yang

mengandung sorbitol dan xilitol terhadap jumlah bakteri Streptococcus mutans di

dalam plak gigi, dilakukan analisis varian satu jalan dengan nilai critical value

sebesar 4,37. Hasil perhitungan dibandingkan dengan perbandingan multipel.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna (p < 0,005) antara

efek mengunyah permen karet yang mengandung sorbitol dan xilitol terhadap

jumlah koloni Streptococcus mutans di dalam plak gigi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan rata-rata jumlah

Streptococcus mutans setelah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol

selama 28 hari yang tertinggi ialah 1966, sedangkan setelah mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol ialah 1644. Perhitungan rata-rata jumlah

Streptococcus mutans setelah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol

selama 28 hari yang terendah ialah 1332, sedangkan setelah mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol ialah 656. Sehingga didapatkan hasil yang

Page 43: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

menunjukkan bahwa rata-rata jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari

mengunyah permen karet yang mengandung xilitol (1707 + 235) lebih tinggi

dibandingkan jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol (1076 + 369).

Page 44: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan rata-rata jumlah

Streptococcus mutans setelah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol

selama 28 hari yang tertinggi ialah 1966, sedangkan setelah mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol ialah 1644. Perhitungan rata-rata jumlah

Streptococcus mutans setelah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol

selama 28 hari yang terendah ialah 1332, sedangkan setelah mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol ialah 656. Sehingga didapatkan hasil yang

menunjukkan bahwa rata-rata jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari

mengunyah permen karet yang mengandung xilitol (1707 + 235) lebih tinggi

dibandingkan jumlah Streptococcus mutans setelah 28 hari mengunyah permen

karet yang mengandung sorbitol (1076 + 369).

B. Saran

Hasil yang didapat dalam penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang

dikemukakan sebelumnya, bahwa permen karet yang mengandung xilitol lebih

efektif menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal ini kemungkinan

disebabkan lamanya mengunyah permen karet berbeda-beda.

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menetapkan waktu yang

sama untuk tiap individu mengunyah permen karet, sehingga didapatkan hasil

yang lebih menunjang dari yang didapatkan pada penelitian ini.

Page 45: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, M.H. 1993. The Role of Xylitol in Caries Prevention. Journal of

American Dentistry Association. 124:37

Attstrom, R. 1998. Epidemiology and Etiology of Periodontal Disease ant the

Role of Plaque Control in Dental Caries.

http://www.periodont.od.mah.se/interactive/muchenwiter/mechanical2.html.

online

Be Kien Nio. 1978. Preventive Dentistry. Ed. ke-2. Yayasan Kesehatan Gigi

Indonesia, Bandung. Hlm. 14-27

Bouswma, O.J. 1996. The Status, Future, and Problems of Oral Antiseptic.

http://www.ichf.org.publi/chxrew.htm. online

Burnett, G.W. dan Schuster, G.S. 1973. Pathogenic Microbiology. Mosby. St.

Louis. Hlm. 1987-1991

Gales, M.A. dan Nguyen, T.M. 2000. Sorbitol Compared with Xylitol in

Prevention of Dental Caries. Am Pharmacother. 34:98-100

Kidd, E.A.M dan Bechal, S.J. 1992. Dasar-dasar Karies Penyakit dan

Penanggulangannya. Cetakan ke-2. Penerbit buku kedokteran. Jakarta. Hlm.

1, 3-4

Lehner, T. 1995. Imunologi pada Penyakit Mulut. Penerjemah: Farid R. dan

Suryadhana, N.G. EGC. Jakarta. Hlm. 9-25, 43-69

Page 46: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Lestari, S. dan Yuliarsi Y. 2002. Pengaruh Mengunyah Permen Karet

Mengandung Sorbitol dan Xilitol pada Ibu Hamil terhadap Jumlah

Streptococcus mutans. M.I. Kedokteran Gigi. Ed. FORIL. Jakarta. Hlm.

494-497

Peldyak, J. 1996. Xylitol, Sweeten Your Smile. Ed. Ke-2. Advance

Development.inc, Mt. Pleasant. Hlm. 2-14, 36-9, 83-4, 121-6

Pittford, T.R. 1993. Restorasi Gigi. Ed.ke-2. Jakarta. Hlm.1

Roeslan, B.O. 2001. Isolasi IgAs dari Air Ludah Tiga Individu dengan Kondisi

Karies Berbeda. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti. 45:113

Rossen, S., dkk. 1991. Essential Dental Microbiology. Prentice-Hall International.

Ohio. Hlm. 157-164

Schactele, C.F. 1990. Dental Caries. Dalam Oral Microbiology and Infectious

Disease. Schuuster, G.S. (Editor). Ed. Ke-2. Williams and Wilkins.

Baltimore. London. Hlm. 197-222

Soesilo, D. Santoso, R. J. Diyatri, I. 2005. Peranan Sorbitol dalam

Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies.

Majalah Kedokteran Gigi. Vol. 38. No. 1. Jakarta. Hlm. 25-28

Sturdevant’s, C.M. 2002. Art and Science of Operative Dentistry. Ed.ke-4. T.M.

Robertson,dkk (editor). Mosby. St. Louis. Hlm.6-12

Sudhana, W. 2002. Permen Karet Xilitol: Upaya Alternatif dalam Mencegah

Streptococcus mutans Penularan Dini dari Ibu ke Anak. M.I. Kedokteran

Gigi. Ed. FORIL. Jakarta. Hlm. 348

Page 47: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

Susilo, A. 1996. Kontrol Plak sebagai Upaya Pencegahan dan Perawatan Penyakit

Periodontal. Ceramah Poster. Rimbawan. Hlm. 770-772

Thylstrup, A. dan Fejerskov, O. 1986. Textbook of Cariology. Ed. Ke-1.

Muunskagard, Copenhagen. Hlm. 28-39, 89-102, 151, 259-262, 286-287,

340-41

Page 48: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

LAMPIRAN A

INFORMED CONSENT

Page 49: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Jl. Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat 11440 Telp (021) 5672731 (Hunting), Faks (021) 5655787

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ....................................................................................

Usia : ............. Jenis kelamin : ........................

Alamat : ....................................................................................

....................................................................................

Pekerjaan : ....................................................................................

No. telp : ....................................................................................

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dan menyadari atas manfaat dan resiko penelitian dengan judul: ....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Dengan sukarela menyetujui untuk mengikutsertakan dalam uji klinik tersebut dengan catatan, bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Jakarta, .............................................

Penanggung jawab penelitian Yang menyetujui

________________________ ________________________

Page 50: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

LAMPIRAN B

Perhitungan Besar Sampel

Page 51: PERBEDAAN EFEK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET …

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

Sd2(Zα + Zβ)2 n = ( x1 – x2 )2

(0,2075) 2 (1,645 + 1,282) 2

n = (6,396-6,610) 2 n = 9,22

Hasil perhitungan sampel dari seluruh populasi adalah 9,22 sampel, dibulatkan

menjadi 9 sampel.

Keterangan:

n = Besar sampel Sd = Rata-rata simpang baku kedua kelompok Zα = Tingkat kemaknaan (α = 0,05) Zβ = Kekuatan uji (80 %) x1 = Rata-rata xilitol sebelum mengunyah permen karet x2 = Rata-rata xilitol sesudah mengunyah permen karet