perbedaan basis, sub base, liner

13
1 A. Pulpitis Reversibel dan Ireversibel Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi. Inflamasi pada pulpa bisa disebabkan oleh berbagai macam stimuli. Karies gigi merupakan penyebab yang sering dijumpai. Beberapa contoh penyebab lain, yakni: trauma eksternal, trauma oklusi, perubahan temperatur yang sangat ekstrim, atrisi, abrasi, erosi, dan lain-lain (Delong,2008). 1. Pulpitis Reversibel a. Pengertian Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan (Grossman et.al,1995 dan Dolan, 2009). Menurut Delong (2008) dan Walton & Torabinejad (2003), pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal. b. Faktor Penyebab Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium

Upload: fitria-rahmitasari

Post on 30-Nov-2015

4.998 views

Category:

Documents


567 download

DESCRIPTION

konservasi gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

1

A. Pulpitis Reversibel dan Ireversibel

Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi.

Inflamasi pada pulpa bisa disebabkan oleh berbagai macam stimuli. Karies gigi

merupakan penyebab yang sering dijumpai. Beberapa contoh penyebab lain,

yakni: trauma eksternal, trauma oklusi, perubahan temperatur yang sangat

ekstrim, atrisi, abrasi, erosi, dan lain-lain (Delong,2008).

1. Pulpitis Reversibel

a. Pengertian

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai

sedang yang disebabkan oleh adanya jejas, tetapi pulpa masih mampu kembali

pada keadaan tidak terinflamasi setelah jejas dihilangkan (Grossman et.al,1995

dan Dolan, 2009). Menurut Delong (2008) dan Walton & Torabinejad (2003),

pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya

dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal.

b. Faktor Penyebab

Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah

stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi

oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam, dan

fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton dan Torabinejad,

2003).

c. Gejala

Pulpitis reversibel dapat bersifat simptomatik atau asimptomatik. Gejala

simptomatik pada pulpitis reversible ditandai oleh rasa sakit yang hanya sebentar.

Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari pada panas dan

oleh udara dingin. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya

ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan ireversibel adalah

kuantitatif; rasa sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung

lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap

stimulus, seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis irreversibel

Page 2: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

2

rasa sakit datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimptomatik

dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali

setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Grossman et .al,

1995).

d. Pemeriksaan

Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan

tes klinik. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan umumnya

berhenti bila stimulusnya dihilangkan. Dingin, manis, atau asam biasanya

menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masing-

masing paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar, paroksisme

dapat berlanjut berminggu-miggu bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh

sama sekali atau rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval

keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati.

Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin,

aplikasi dingin merupakan suatu cara untuk menemukan dan mendiagnosis gigi

yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi

terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografik

jaringan apikal adalah normal (Grossman et.al, 1995).

e. Perawatan

Menghilangkan iritan dan menutup serta melindungi dentin yang terbuka

atau pulpa vital biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada) dan memulihkan

proses inflamasi jaringan pulpa. Akan tetapi jika iritasi ini berlanjut atau

intensitasnya meningkat, inflamasi akan berkembang menjadi sedang bahkan

parah yang akhirnya menjadi pulpitis ireversibel dan bahkan nekrosis (Walton dan

Torabinejad, 2003).

f. Prognosis

Prognosa baik, bila iritasi diambil cukup dini, jika tidak kondisinya dapat

berkembang menjadi pulpitis irreversibel (Grossman et.al, 1995).

Page 3: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

3

2. Pulpitis Ireversibel

a. Pengertian

Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten,

dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus/jejas,

dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan

pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal (Grossman et.al,1995).

Menurut Walton & Torabinejad (2003) dan Dolan (2009), pulpitis ireversibel

seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel. Pulpitis

ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun

penyebabnya dihilangkan.

b. Faktor Penyebab

Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama

prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau

pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat menyebabkan pulpitis

ireversibel (Walton dan Torabinejad, 2003).

c. Gejala

Gejala pulpitis ireversibel biasanya asimptomatik (Dolan, 2009) atau

pasien hanya mengeluhkan gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis reversibel

dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang

intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul,

setempat, atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit atau

berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri

periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi

stimulus eksternal seperti dingin atau panas dapat mengakibatkan nyeri

berkepanjangan (Walton dan Torabinejad, 2003).

d. Pemeriksaan

Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke

periapeks, respons gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.

Penjalaran inflamasi hingga mencapai ligamen periodontium akan mengakibatkan

Page 4: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

4

gigi peka terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya

(Walton dan Torabinejad, 2003).

e. Perawatan

Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu apakah

apeks gigi masih terbuka atau apeks gigi sudah tertutup. Pada dewasa muda

dengan pulpitis ringan dilakukan perawatan pulpotomi dengan Ca(OH)2 dan pada

pulpitis yang berlangsung lama dilakukan pulpotomi dengan formokresol. Pada

gigi dewasa dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan pembuatan

restorasi yang sesuai (Standar Pelayanan Medik, 1995).

Page 5: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

5

B. Bahan Pelindung Pulpa

Persyaratan bahan pelindung pulpa harus memiliki beberapa fungsi

sebagai berikut: (1) chemical protection, (2) electrical protection, (3) thermal

protection, (4) pulpal medication, dan (5) mechanical protection (Gambar 1).

Liner dan basis adalah bahan yang ditempatkan diantara dentin (kadang-kadang

pulpa) dan restorasi sebagai bentuk perlindungan pulpa atau respon pulpa

(Sturdevant,2002).

Gambar 1. Fungsi liner dan basis untuk proteksi pulpa (Sturdevant, 2002)

A. Liner

Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier

untuk melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari

restorasi/cairan rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi. Liner

juga sebagai penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan

thermal dan medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal

yang luas ke pulpa yang tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam, cast

gold, atau restorasi indirect (Sturdevant, 2002).

Menurut Sharmila (2004) dan Pitt Fort (1993), liner memiliki beberapa

kegunaan, antara lain:

i. Pemberian liner pada kavitas sangat tipis saja (< 0,5 mm)

ii. Liner digunakan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia

Page 6: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

6

iii.Pada direct pulp capping, penggunaan liner biasanya berupa calcium hydroxide

memiliki pH 9,2-11,7 sehingga dapat memacu pembentukan dentin reparatif.

Calcium hydoxide dapat sebagai antibakteri karena memiliki pH alkali.

iv. Pada indirect pulp capping, penggunaan liner bisa berupa calcium hydroxide

atau zinc oxide eugenol (ZnOE). Calcium hydroxide penggunaannya lebih baik

dibandingkan dengan ZnOE karena ZnOE sedikit mengiritasi pulpa.

v. Bahan ini tidak dapat mengatasi adanya tekanan yang berasal dari kondensasi

saat menumpat.

Gambar 2. Aplikasi Liner (Sharmila, 2004)

B. Sub Basis

Sub base (sub basis) menurut Sharmila (2004):

i. Pada kavitas yang dalam, sub base diletakkan di bawah basis.

ii. Sub base dapat melindungi pulpa dari paparan asam yang berasal dari basis.

iii.Bahan ini dapat memacu penyembuhan pada pulpa, sebagai contoh: semen zinc

oxide eugenol yang diletakkan di bawah basis semen zinc phosphate.

Gambar 3. Aplikasi Sub Basis (Sharmila,2004)

Page 7: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

7

C. Basis

Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relatif lebih

tebal dan lebih kuat dibandingkan dengan liner untuk menggantikan dentin yang

sudah rusak dan sebagai penyekat thermal (Sharmila, 2004). Bahan basis

berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat

terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan selama pemampatan bahan

restoratif. Kebutuhan akan pelindung sebelum merestorasi bergantung pada

perluasan lokasi preparasi dan material restorasi yang akan digunakan (Baum,

1997).

Basis (biasanya 1-2 mm) atau ketebalan minimal 0,75 mm digunakan

untuk memberikan perlindungan thermal untuk pulpa dan menambahkan

dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan stress lokal dari

restorasi ke permukaan dentin di bawahnya (Eccles & Green, 1994; Sharmila,

2004, dan Sturdevant, 2002).

Basis memberikan perlindungan bagi pulpa (Gatot Sutrisno, 2006):

i. Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi

ii. Insulating base : melindungi pulpa dari shock thermal

iii.Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury

Gambar 4. Aplikasi Basis (Sharmila,2004)

Macam-macam Basis

Menurut Eccles and Green (1994), ada beberapa macam basis, antara lain:

i. Modifikasi Semen Zinc Oxide Eugenol

Page 8: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

8

Semen ini sudah dimodifikasi untuk mendapatkan semen yang mengeras

lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan semen zinc oxide eugenol yang

sederhana. Semen ini tidak berbahaya bagi pulpa dan merupakan isolator

thermal yang baik, dapat dimanipulasi dengan mudah dan cukup kuat. Semen

dapat digunakan pada kavitas yang akan ditumpat dengan amalgam, tetapi

tidak dapat digunakan bersama dengan bahan resin akrilik atau komposit,

karena eugenol berfungsi melunakkan resin.

ii. Semen Asam Etoksibensoat (EBA)

Semen ini tidak mengiritasi pulpa, ,erupakan isolator termal yang baik, dan

lebih kuat dibandingkan dengan semen zinc oxide eugenol yang sudah

dimodifikasi. Bila mengeras, semen dapat dirapikan dengan instrumen rotasi

tanpa menjadi retak. Semen dapat digunakan bersama amalgam dan inlay.

Semen sebaiknya tidak digunakan bersama tumpatan berbahan dasar resin

karena semen ini mengandung minyak esensial yang dapat berakibat buruk

terhadap bahan tumpatan.

iii. Semen Polikarboksilat

Semen polikarboksilat mengiritasi pulpa. Semen ini lebih kuat

dibandingkan dengan semen EBA.

iv. Semen Zinc Phosphate

Semen zinc phosphate agak mengiritasi pulpa dan jangan digunakan untuk

kavitas yang dalam tanpa diberi liner. Semen ini merupakan isolator termal

yang baik dandapat dimanipulasi dengan baik. Bila mengeras, semen ini

merupakan bahan yang paling kuat diantara semen yang lain dan dapat diasah

dengan instrumen rotasi tanpa menjadi retak.

Page 9: Perbedaan Basis, Sub Base, Liner

9

DAFTAR PUSTAKA

Baum. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi/Baum Philips Lund. Edisi:3. Jakarta: EGC.

Delong, Leslie. 2008. General and Oral Pathology for the Dental Hygienist. United States: Lippincott - Williams & Wilkins. pp.84.

Dolan, John. 2009. Endodontic Principles and Practice. Missouri: Saunders Elsevier. pp.53-54.

Eccles dan Green. 1994. Konservasi Gigi (the Conservation Teeth). Edisi:2. Jakarta: Widya Medika. hal. 78.

Grossman, et.al. 1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hussain, Sharmila. 2004. Textbook of Dental Materials. 1st Edition. India: Jaypee. pp.159, 186-190.

Ford, Pitt. 1993. Restorasi Gigi (The Restoration of Teeth). Edisi:2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal. 51.

Sturdevant, CM. 2002. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry. 4th

Edition. United States of America : Mosby, Inc. pp. 170-171.

Walton, RE dan Torabinejad, M. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Edodonsia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.