perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan · pdf filefauzi rahman 0701055047 ... teman-teman...
TRANSCRIPT
1
PERBANDINGAN GAYA BAHASA DAN BAHASA KIASAN
LIRIK LAGU PETERPAN DALAM ALBUM ALEXANDRIA
DENGAN LIRIK LAGU UNGU DALAM ALBUM MELAYANG
SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMA
SKRIPSI
Oleh
FAUZI RAHMAN
0701055047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2011
LEMBAR PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:
KEDUA ORANGTUAKU, BAPAK BADRUDIN DAN IBU SUMIATI, SERTA ADIK
LAKI-LAKI KU SATU-SATUNYA, LUTHFI MAWARDI.
TERIMAKASIH ATAS SEGALA PENGORBANAN BAIK MORIL DAN MATERIL
YANG TANPA PAMRIH, SERTA SELALU MEMBERIKAN SEMANGAT, DOA,
DAN KASIH SAYANG YANG TULUS, YANG SELALU MENEMANI SAAT
SUSAH DAN SENANG KETIKA PENULIS MENYUSUN SKRIPSI INI.
TEMAN-TEMAN SEPERJUANGAN DAN PARA SAHABAT DI UHAMKA,
KHUSUSNYA DI FKIP PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA,
SERTA TEMAN-TEMAN DAN SAHABAT DEKAT LAINNYA DI LUAR
UHAMKA.
TERIMAKASIH TELAH MEYAKINKAN BAHWA SUARA-SUARA ITU MASIH
ADA, BAHKAN DI SAAT BERNAFAS PUN SEDIKIT SULIT.
MOTTO
BAHWA SESUNGGUHNYA SETELAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN,
SESUNGGUHNYA SETELAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN.
(QS ALAM NASYRAH : 5-6)
INSPIRASI AKAN SELALU BERNYANYI, KARENA INSPIRASI TIDAK
PERNAH MENJELASKAN.
(KAHLIL GIBRAN)
BERJALANLAH WALAU HABIS TERANG,
TAK PERLU DENGAR KATA MEREKA, TERUSLAH BERJALAN.
(NAZRIEL IRHAM)
WAKTU AKAN MEMBERI KITA KESEMPATAN DAN PELUANG UNTUK
MENDAPATKAN APA YANG KITA INGINKAN. BUKANKAH JAMAN DULU
SEMUA ORANG MENGATAKAN BUMI ITU DATAR, SAMPAI AKHIRNYA
WAKTU PULA YANG MEMBERIKAN KESEMPATAN UNTUK KITA
MENYADARI BAHWA BUMI ITU BULAT.
ABSTRAK
FAUZI RAHMAN – 0701055047. Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa
Kiasan Lirik Lagu Peterpan dalam Album Alexandria dengan Lirik Lagu
Ungu dalam Album Melayang, Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA. Skripsi. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. 2011.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan di dalam lirik lagu
grup musik Peterpan dalam album Alexandria dengan grup musik Ungu dalam
album Melayang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif,
yang dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011, dan tidak terikat
oleh tempat.
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah bahwa dari grup musik
Peterpan album Alexandria diperoleh data berupa 107 penggunaan gaya bahasa
dan 58 penggunaan kiasan. Sedangkan dari grup musik Ungu album Melayang
diperoleh data berupa 75 penggunaan gaya bahasa dan 50 penggunaan kiasan.
Sehingga diperoleh jumlah keseluruhan dari kedua grup musik tersebut dari 20
lirik lagu yaitu total 182 penggunaan gaya bahasa dan 108 penggunaan bahasa
kiasan. Untuk Total 182 penggunaan gaya bahasa dari grup musik Peterpan dan
Ungu, antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% penggunaan gaya bahasa repetisi
(Peterpan:10, Ungu:3), 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi (Peterpan:4, Ungu:2),
28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi (Peterpan:11, Ungu:17), 87 atau 47,80%
gaya bahasa asonansi (Peterpan:51, Ungu:36), 10 atau 5,49% gaya bahasa
pararelisme (Peterpan:7, Ungu:3), 20 atau 10,98% gaya bahasa simploke
(Peterpan:12, Ungu:8), 8 atau 4,39% gaya bahasa pleonasme (Peterpan:5,
Ungu:3), dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton (Peterpan:7,
Ungu:3). Sedangkan Untuk total 108 penggunaan bahasa kiasan dari grup musik
Peterpan dan Ungu, antara lain terdiri dari 2 atau 1,85% penggunaan kiasan
perbandingan (simile) (Peterpan:2, Ungu:0), 30 atau 27,77% kiasan metafora
(Peterpan:19, Ungu:11), 2 atau 1,85% kiasan alegori (Peterpan:2 Ungu:0), 14
atau 12,96% kiasan personifikasi (Peterpan:9, Ungu:5), 2 atau 1,85% kiasan
depersonifikasi (Peterpan:1, Ungu:1), 27 atau 25% kiasan hiperbola
(Peterpan:10, Ungu:17), 21 atau 19,44% kiasan ironi (Peterpan:8, Ungu:13), dan
10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes (Peterpan:7, Ungu:3).
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul, “Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa
Kiasan Lirik Lagu Peterpan dalam Album Alexandria dengan Lirik Lagu
Ungu dalam Album Melayang Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA”. Shalawat beserta salam tidak lupa selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang yang penuh berkah ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S1), di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka.
Penulis merasa bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Ade Hikmat, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dari segi materi dan penulisan, memberikan arahan, serta selalu
sabar dalam membimbing penulis.
2. Drs. Dede Hasanudin, M.Hum. selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dari segi teknis penulisan, memberikan masukan
materi, memberikan arahan, serta selalu sabar dalam membimbing penulis.
3. Dr. Hj. Nani Solihati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak memberikan motivasi dan
arahan kepada penulis.
4. Dr. H. Sukardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UHAMKA berserta staf yang telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
5. Bapak/ Ibu Dosen FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan berbagai macam informasi dan pengetahuan selama
perkuliahan.
Doa penulis semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut, mendapat
pahala yang berlipat dari Allah SWT, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, sumbang saran dan kritik yang membangun, penulis terima dengan
tangan terbuka. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pengetahuan pendidikan bahasa Indonesia.
Jakarta, 8 September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………….… i
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….… ii
ABSTRAK ………………………………………………………………. v
PRAKATA ………………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL ……………………………………….……………… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 7
1.3 Pembatasan Masalah …………………………………………... 8
1.4 Perumusan Masalah ……………………………………………. 9
1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………………... 9
BAB II KAJIAN TEORETIS
2.1 Deskripsi Teori ………………………………………………… 11
2.1.1 Hakikat Gaya Bahasa ...………………………………… 11
2.1.2 Hakikat Bahasa Kiasan …………………………………. 20
2.1.3 Hakikat Lirik Lagu ….…………………………………... 29
2.1.4 Aplikasi Pembelajaran Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan
dalam Kurikulum SMA ………………………................. 35
2.2 Penelitian yang Relevan ……………………………………….. 38
2.3 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 41
3.2 Metode Penelitian ……………………………………………… 41
3.3 Objek Penelitian ……………………………………………….. 41
3.4 Fokus Penelitian ……………………………………………….. 41
3.5 Instrumen Penelirian …………………………………………... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 46
3.7 Teknik Analisis Data …………………………………………... 47
BAB VI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskpripsi Data ……………………………………………….. 49
4.2 Analisis Data …………………………………………………... 50
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa
Kiasan Lirik Lagu Peterpan …………………………..... 51
4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan
Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan Album
Alexandria ……………………………………… 91
4.2.2 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa
Kiasan Lirik Lagu Ungu ……………………………….. 94
4.2.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa
dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Ungu Album
Melayang ……………………………………… 129
4.2.3 Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan antara
Lirik Lagu Peterpan dengan Lirik Lagu Ungu ……… 132
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………... 139
4.4 Aplikasi Pengajaran di SMA …………………………………... 141
4.5 Keterbatasan/Kelemahan Penelitian …………………………... 143
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 144
5.2 Implikasi Penelitian ……………………………………………. 146
5.3 Saran ………………………………………………………….. 147
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 148
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 150
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….. 231
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 1 Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu ……………………......... 155, 177
Tabel. 2 Analisis Bahasa Kiasan Lirik Lagu ……………………......... 165, 187
Tabel. 3 Hasil Analisis Gaya Bahasa Seluruh Lagu ………………....... 175, 197
Tabel. 4 Hasil Analisis Bahasa Kiasan Seluruh Lagu ………………... 176, 198
Tabel. 5 Pembanding Gaya Bahasa ……………………………........... 199
Tabel. 6 Pembanding Bahasa Kiasan ……………………………......... 200
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Program Pengajaran …………………...…………. 151
Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis ……………………………………….. 155
Lampiran 3. Lirik lagu Peterpan album Alexandria …………...………... 201
Lampiran 4. Lirik lagu Ungu album Melayang ……………….………… 212
Lampiran 5. Profil Peterpan ……………………………………………… 223
Lampiran 6. Profil Ungu ………………………………………………… 227
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan kegunaan
penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
berbahasa. Berbagai macam kegiatan manusia baik itu di sekolah, kantor, halaman
rumah, dan sebagainya tidak akan bisa memisahkan kegiatan berbahasa baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal. Bahkan seseorang yang baru terbangun dari
tidur, kemudian ia melihat hari, tanggal, dan bulan pada sebuah kalender pun
sudah termasuk kegiatan berbahasa. Hal tersebut terjadi karena manusia
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan bahasa itu sendiri telah banyak
memberikan manfaat dalam kehidupan.
Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi.
Bahasa sebagai alat komunikasi telah memberikan banyak pengetahuan bagi
manusia dalam berbagai bidang. Hal itu terjadi karena segala macam bidang ilmu
yang dipelajari umat manusia, semua menggunakan bahasa sebagai pengantarnya.
Tidak mungkin suatu ilmu akan dapat tersosialisasikan tanpa menggunakan
bahasa.
Salah satu dari hakikat bahasa adalah bahwa bahasa itu bersifat dinamis.
Dinamis, dalam konteks hakikat bahasa menurut Chaer dan Agustina adalah
bahwa “bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang
sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua tataran
linguistik”.1 Oleh karena itu, bahasa akan mengalami perkembangan secara terus-
menerus sesuai dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan manusia sebagai
pemakai bahasa. Selain bahasa, kebudayaan pun dapat berkembang sewaktu-
waktu. Dengan kata lain, bahasa dan budaya secara bersama-sama dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju.
Segala perkembangan bahasa, baik berbentuk perubahan makna,
penambahan maupun penggantian, tetap dianggap sebagai perkembangan dalam
bahasa. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Samsuri yang menyebutkan bahwa
”semua hasil proses perkembangan bahasa, baik penambahan, pengurangan
maupun penggantian dalam bidang apapun pada bahasa seperti bentuk dan makna
yang berupa leksikal atau gramatikal dapat kita tandai sebagai perubahan
kebahasaan”.2 Oleh karena itu, sebagai makhluk yang berakal, berpendidikan,
berpengetahuan, dan berbudaya, manusia mampu menggali berbagai macam
kreativitas serta inovasinya sehingga mampu menciptakan suatu maha karya yang
bagus dan disenangi banyak orang.
Secara lazim mungkin kita menggunakan dialog baik secara lisan maupun
tertulis untuk berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi, dalam kegiatan
1 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 1995, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka
Cipta, hlm. 17.
2 Samsuri, 1987, Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga, hlm. 63-64.
berinteraksi ada berbagai macam variasi yang dapat digunakan manusia ketika
mereka melakukan kegiatan berbahasa dalam hidup bermasyarakat. Bukan hanya
berbentuk dialog, namun seiring perkembangan zaman ada juga dalam bentuk
nyanyian sebuah lagu, musikalisasi puisi, syair, pantun, dan sebagainya. Hal
tersebut bisa dikatakan kegiatan berbahasa karena adanya suatu interaksi, yaitu
interaksi antara si pembaca dengan pendengar. Interaksi tersebut terjadi karena
adanya pesan dari si pembaca atau penyanyi, kepada pendengar sebagai penerima
pesan. Sesuai dengan yang dikemukakan Chaer bahwa “kegiatan berbahasa adalah
kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan
makna-makna lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi
lisan, atau pembacanya (dalam komunikasi tulis).”3
Kemampuan manusia menggali kreativitas dalam mengolah bahasa
menyebabkan banyak sekali tercipta karya-karya yang bernilai tinggi dan disukai
oleh banyak masyarakat. Dari karya-karya ciptaan anak manusia tersebut, banyak
karya yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Akan tetapi, Dengan
bervariasinya tingkat imajinasi manusia, maka bervariasi pula ciptaan-ciptaan
manusia apabila dituangkan dalam bentuk kata, sehingga antara satu karya dengan
karya lainnya akan memiliki ciri tersendiri, salah satunya adalah dari segi
pemilihan kata (diksi). Dewasa ini, salah satu kreativitas manusia yang sangat
menonjol, bervariasi, dan tentu saja menggunakan bahasa sebagai mediumnya
adalah dalam bidang seni suara, yang pada umumnya masyarakat menyebutnya
dengan istilah lagu.
3 Abdul Chaer, 2002, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 2.
Dalam membuat lagu, ada dua hal penting yang sangat menunjang dan
harus diperhatikan yaitu lirik sebagai bahasa dan musik sebagai pengiringnya.
Lirik merupakan sebuah karya seni yang memiliki nilai rasa. Lirik lagu dapat
membuat seseorang tergetar hatinya ketika mendengar apabila mengandung nilai
estetika yang tinggi. Keindahan ini sengaja diciptakan oleh seorang komposer
untuk memikat hati para penggemarnya. Keindahan tersebut penyebabnya adalah
dengan memperhatikan gaya bahasa, pengiasan bahasa, diksi, dan irama yang
digunakan. Semua itu dapat mengungkapkan kepuitisan dari seorang komposer
yang memiliki imajinasi dan pemikiran sebagai pencipta lagu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Keraf yang mengatakan bahwa “cara pengungkapan pikiran
adalah melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis”.4
Peterpan dan Ungu adalah dua dari sekian banyak grup band yang ada di
negara ini. Kedua grup musik tersebut merupakan grup yang memiliki popularitas
yang tinggi dan bisa dikatakan berada di atas rata-rata dari grup band lainnya.
Peterpan dan Ungu banyak digemari oleh berbagai macam kalangan, dimulai dari
anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Hal itu terjadi karena kedua grup musik
tersebut selalu menggunakan pemilihan kata yang baik dan indah sehingga
memiliki nilai estetik yang tinggi. Akan tetapi, penulis melihat terdapat ciri khas
masing-masing dalam gaya bahasa yang digunakan dalam lirik-lirik lagu dari
kedua grup band tersebut, khususnya dalam album Alexandria untuk grup musik
4 Gorys Keraf, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 113.
Peterpan, maupun album Melayang untuk grup musik Ungu. Hal inilah yang akan
menjadi fokus peneliti selanjutnya.
Alasan mengapa penulis memilih judul ini adalah, (1) karena objek kajian
berupa lirik-lirik lagu, digunakan untuk dianalisis tentang gaya bahasa dan bahasa
kiasannya, maka penelitian ini dilakukan karena menggunakan bahasa sebagai
media utamanya, (2) Peneliti membandingkan gaya bahasa dan bahasa kiasan
pada lirik lagu kedua grup musik tersebut, karena antara satu grup dengan yang
lainnya memiliki perbedaan tersendiri dalam memakai gaya bahasa maupun
kiasan dalam lirik lagu yang diciptakan. Hal itulah yang menjadi keingintahuan
dasar peneliti untuk mencari tahu gaya bahasa maupun bahasa kiasan seperti apa
yang digunakan oleh grup musik Peterpan maupun grup musik Ungu dalam
menciptakan lirik lagunya. (3) Kenyataan di lapangan bahwa masih banyak siswa
yang kurang termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia karena materi yang
kurang menarik perhatiannya. Maka diharapkan dengan mengaplikasikan hal-hal
yang mereka senangi seperti halnya lirik-lirik lagu dalam pembelajaran, akan
memacu motivasi dan menarik perhatian siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia.
(4) Dipilih Grup musik Peterpan dan Ungu dalam penelitian ini karena kedua
grup musik tersebut merupakan grup musik Indonesia yang memiliki prestasi
yang tidak perlu diragukan lagi dalam belantika musik di Indonesia. Oleh karena
itu, lagu-lagu yang dihasilkan oleh kedua grup musik tersebut selalu banyak
digemari oleh seluruh kalangan masyarakat baik dari anak-anak, para remaja yang
sebagian besar adalah para siswa SMA, bahkan pada kalangan orang tua. (5)
Terdapat komunikasi antara komposer atau penulis lirik lagu dengan pembaca
maupun pendengar, yang terkandung di dalam lirik lagu kedua grup musik ini.
Lagu Peterpan dan Ungu adalah lagu untuk orang dewasa yang setiap
liriknya dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah. Karena merupakan lagu
dewasa, maka lagu-lagu kedua grup musik tersebut sebagian besar mengisahkan
tentang cerita cinta kepada sesama manusia. Itulah yang menyebabkan mengapa
lagu Peterpan dan Ungu banyak digandrungi oleh remaja, selain memang
pemilihan katanya juga indah. Peterpan dan Ungu merupakan dua grup musik
besar. Sehingga dengan mudah kita bisa melihat dan mendengarkan lagu-lagunya
dimanapun, baik itu di televisi, radio, internet, di toko-toko kaset, di telepon
genggam, bahkan di jalanan ketika para pengamen menyanyikannya.
Dengan mengaplikasikan lirik-lirik lagu dari grup musik Peterpan dan
Ungu ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diharapkan dapat memunculkan
motivasi bagi siswa. Realita menunjukkan bahwa siswa masih kurang termotivasi
apabila proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung, ini terjadi karena
dalam diri siswa telah tertanam sisi negatif tentang bahasa Indonesia, bahwa
bahasa Indonesia itu adalah pelajaran yang membosankan dan menjenuhkan.
Maka dari itu, diperlukan variasi dalam merancang suatu model dan media dalam
kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah mengaplikasikan lirik-lirik lagu ke
dalam kegiatan inti pembelajaran. Variasi-variasi semacam itulah yang diharapkan
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan membentuk siswa yang terampil
berbahasa. Selain itu, guru pun dituntut untuk menggunakan model pembelajaran
dan menggunakan media pembelajaran yang diharapkan bisa memacu motivasi
siswa dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, antara guru dan siswa sama-sama
dituntut untuk melancarkan proses pembelajaran di kelas, sehingga proses
interaksi antara guru-murid lebih berjalan lancar dan menyenangkan.
Manfaat praktis dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan di
dalam lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria dan grup musik
Ungu dalam album Melayang. Selain itu, dengan penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan variasi serta motivasi terhadap siswa SMA dalam kegiatan
belajar di sekolah. Variasi dalam merancang suatu model atau strategi
pembelajaran semacam inilah yang dibutuhkan seorang guru sebagai fasilitator
untuk memfasilitasi siswanya untuk membantu menyempurnakan proses
pembelajaran di kelas, sehingga antara guru dan siswa terdapat suatu hubungan
harmonis, dekat, dan sinkron atau nyambung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis di atas, maka
penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut.
1) Apakah jenis gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu Peterpan
dalam album Alexandria dan Ungu dalam album Melayang?
2) Apakah Jenis bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu Peterpan
dalam album Alexandria dan Ungu dalam album Melayang?
3) Jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan apa yang dominan muncul dalam
lirik lagu Peterpan dan Ungu?
4) Apakah makna yang terkandung dalam gaya bahasa maupun dalam
bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik-lirik lagu Peterpan maupun
Ungu?
5) Perbedaan apa yang terdapat dalam gaya bahasa dan bahasa kiasan
yang digunakan antara lirik lagu Peterpan maupun Ungu?
6) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya bahasa dan
bahasa kiasan yang digunakan dalam lirik lagu Peterpan maupun
Ungu?
7) Bagaimana aplikasi teori tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan
terhadap lirik lagu Peterpan dan Ungu?
8) Dengan metode dan model pembelajaran yang digunakan, bagaimana
cara untuk menarik perhatian para siswa SMA dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas?
9) Bagaimana perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik
lagu Peterpan album Alexandria dengan lirik lagu Ungu album
Melayang?
1.3 Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan penulis, maka penelitian ini
akan dibatasi pada perbandingan penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang
terdapat dalam lirik-lirik lagu grup musik Peterpan dan grup musik Ungu, serta
aplikasinya dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
ditentukan penulis, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah,
“Bagaimana perbandingan gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu
Peterpan dalam album Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album
Melayang, serta aplikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA?”
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan berguna bagi
siswa, guru, kurikulum, dan bagi sekolah. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Bagi Siswa
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat membuat siswa
merasakan kenyamanan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA. Penelitian ini juga dilakukan untuk
membuang tabiat bahwa menurut sebagain besar siswa, pelajaran Bahasa
Indonesia itu membosankan.
2) Bagi Guru
Banyak cara dan strategi yang dapat digunakan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Namun dengan dilakukannya penelitian ini,
diharapkan dapat berguna untuk membuat variasi dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah sehingga dapat memacu motivasi siswa untuk belajar
bahasa Indonesia.
3) Bagi Kurikulum
Kegunaan penelitian ini adalah agar kurikulum yang merupakan landasan
yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah, dapat
dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya dengan berbagai macam cara yang
baik dan variatif.
4) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa kontribusi
dalam pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
Dalam bab ini, penulis mendeskripsikan teori menurut para ahli tentang
hakikat gaya bahasa, hakikat bahasa kiasan, hakikat lirik lagu, dan aplikasi dalam
pembelajaran di SMA. Setelah itu, penulis menerangkan penelitian yang relevan
dan mengemukakan landasan berpikir dari penulis sendiri.
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Hakikat Gaya Bahasa
Untuk membuat suatu karya yang baik dan dapat diterima masyarakat luas,
para penulis ataupun para pencipta lirik lagu atau seorang komposer banyak
menggunakan berbagai macam gaya bahasa, selain untuk memperindah karyanya,
juga untuk mengungkapkan isi pemikiran dan jiwa si penulis sendiri di dalam
karyanya. Sesuai dengan yang diungkapkan Keraf bahwa “gaya bahasa adalah
cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang menunjukkan jiwa
serta kepribadian penulisnya”.5 Hal itu dilakukan agar hasil karyanya baik itu
sebuah lagu atau pun puisi memiliki nilai rasa dan seni yang tinggi sehingga
banyak diminati masyarakat. Dengan begitu, baik itu dari penulis maupun
pendengar atau pembacanya mendapatkan kepuasan tersendiri. Penulis merasa
puas karena hasil imajinasinya dan juga curahan hati dan pikirannya banyak
5 Gorys Keraf, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 113.
disukai masyarakat. Begitu pun dengan pendengar atau pembaca, merasakan
kepuasan karena telah menikmati suatu karya yang indah. Dengan begitu, maka
antara penulis dan pembaca atau pendengar terjadi timbal balik.
Dijelaskan pula oleh Semi bahwa “gaya bahasa adalah upaya yang
dilakukan seseorang menurut pilihannya untuk menimbulkan efek tertentu
terhadap tuturannya bagi pembaca atau pendengar”6. Maka dari itu, dengan
menggunakan gaya bahasa dalam suatu karya, diharapkan para pembaca maupun
pendengar khususnya dapat merasakan semacam nilai estetik yang terkandung di
dalam sebuah karya.
Tarigan mengungkapkan suatu definisi bahwa “gaya bahasa merupakan
bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca”.7 Selanjutnya,
dijelaskan oleh Pradopo bahwa “gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa
secara khusus untuk mencipatkan efek tertentu. Dalam karya sastra, efek ini
adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni”.8 Pendapat
seperti ini dikemukakan juga oleh Hartoko dan Rahmanto dalam Pradopo yang
menyatakan bahwa ”gaya bahasa adalah cara khas yang dipakai seseorang untuk
mengungkapkan diri (gaya pribadi)”.9 Dengan begitu dapat dikatakan juga bahwa
gaya bahasa ini merupakan cara atau ekspresi yang ingin diungkapkan dari diri si
6 M. Atar Semi, 1993, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, hlm. 53.
7 Henry Guntur Tarigan, 2009, Pengajaran Gaya Bahasa, Bandung: Angkasa, hlm. 4.
8 Rachmat Djoko Pradopo, 2009, Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
hlm. 264.
9 Ibid.
pengarang yang disampaikan dengan menggunakan bahasa dalam karya-karya
yang diciptakannya.
Selain itu, masih mengenai definisi tentang gaya bahasa, Dale dalam
Tarigan menjelaskan bahwa:
gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan
efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda
atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara
singkat, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu.10
Wibowo juga mengungkapkan bahwa “gaya bahasa adalah cara
mengungkapkan diri sendiri melalui bahasa, sehingga berbeda dengan yang lain,
yakni dibaca pembacanya karena disajikan menarik”.11
Pendapat Wibowo tersebut
juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana dalam Pradopo bahwa
“gaya bahasa itu merupakan keseluruhan ciri-ciri khusus sekelompok penulis
sastra”.12
Jadi, gaya bahasa memang pemikiran pribadi pengarang karena
pendapat dan gagasannya merefleksikan pengarang dalam menulis karya.
Berbicara tentang gaya bahasa, gaya bahasa ini merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk menyampaikan pikiran atau perasaan penulis. Seperti yang
diungkapkan oleh Slametmuljana dalam Pradopo bahwa “gaya bahasa ialah
10 Henry Guntur Tarigan, Loc. Cit.
11
Wahyu Wibowo, 2001, Manajemen Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 36.
12 Rachmat Djoko Pradopo, Loc. Cit.
susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati
penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca”.13
Dari beberapa pendapat para ahli yang melengkapi satu sama lain tersebut,
akhirnya penulis dapat menyimpulkan definisi tentang gaya bahasa, yaitu suatu
susunan kata-kata yang diciptakan dengan menggunakan ekspresi, perasaan,
gagasan, maupun pemikiran pribadi penulis, yang dapat menghidupkan kata-kata
tersebut serta memberikan nilai rasa dan keindahan di dalamnya, sehingga dapat
menimbulkan suatu pengaruh tertentu bagi pembaca ataupun pendengar yang
menikmati karyanya.
Penggunaan bahasa juga memiliki beberapa tujuan, seperti yang
diungkapkan oleh Perine dalam Djojosuroto bahwa “tujuan gaya bahasa antara
lain (1) agar menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) agar
menghasilkan makna tambahan, (3) agar dapat menambah intensitas dan
menambah konkrit sikap dan perasaan penyair, (5) agar makna yang diungkapkan
lebih padat”.14
Setelah berbagai macam definisi dan teori mengenai gaya bahasa yang
telah dijelaskan dari para ahli, selanjutnya dalam gaya bahasa itu sendiri memiliki
bermacam-macam jenis. Seperti yang dikemukakan oleh Semi tentang macam-
macam gaya bahasa yang dapat digunakan yaitu “inversi, repetisi, koreksi,
13 Ibid., hlm. 93.
14
Kinayati Djojosuroto, 2006, Pengajaran Puisi (Analisis dan Pemahaman), Bandung: Nuansa,
hlm. 17.
klimaks, anti klimaks, antithesis, pertanyaan retoris, alusio, pararelisme, sarkasme,
simbolik, pleonasme, paradoks, proterito, asindeton, dan polisindeton”15
.
Pembagian mengenai gaya bahasa juga diungkapkan oleh Rachmat Djoko
Pradopo bahwa gaya bahasa meliputi “tautologi, pleonasme, enumerasi,
pararelisme (persejajaran), retorik retisense, hiperbola, paradoks, dan kiasmus.”16
Bisa dilihat jenis gaya bahasa baik menurut Atar Semi maupun Pradopo ada
beberapa persamaan yang saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Selain itu, Tarigan juga mengungkapkan tentang jenis-jenis gaya bahasa
yang terdiri dari “gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya
bahasa pertautan, dan gaya bahasa pengulangan”.17
Tentunya masih banyak pendapat para ahli yang menerangkan tentang
definisi gaya bahasa maupun jenis-jenis gaya bahasa. Bisa dilihat bahwa antara
pendapat satu dengan lainnya terdapat persamaan dan juga perbedaan yang saling
melengkapi satu sama lain. Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa manusia
memiliki tingkat imajinasi dan kemampuan berpikir yang bermacam-macam, yang
menjadikan manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu yang paling
besar mempunyai ciri ataupun karakteristik tersendiri yang dapat membedakan
antara satu individu dengan individu yang lainnya. Hal itu lah yang menyebabkan
terjadinya perbedaan-perbedaan yang tentu saja semakin memperkaya ilmu
pengetahuan.
15
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53-56.
16
Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 95.
17 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 5.
Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, kemudian penulis
menentukan jenis-jenis gaya bahasa yang dianggap sangat menunjang untuk
digunakan sebagai bahan penelitian. Jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan
penulis dari pendapat para ahli diambil delapan jenis, gaya bahasa tersebut adalah
meliputi, (1) repetisi, (2) inversi, (3) Aliterasi, (4) Asonansi, (5) pararelisme, (6)
simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton. Berikut akan diterangkan satu
persatu tentang gaya bahasa yang penulis gunakan tersebut.
1) Repetisi
Repetisi merupakan pengulangan kata secara beberapa kali untuk
menguatkan tekanan. Semi menjelaskan “repetisi adalah pengulangan
kata yang sudah disebut atau menggantinya dengan sinonimnya
dengan maksud memberi tekanan dan mengeraskan arti”18
. Jadi, jelas
bahwa repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan
kata-kata yang telah disebutkan sebelumnya. Contoh:
- semua yang membebaniku, sungguh membebaniku, sungguh
membebaniku, sungguh membebaniku
- aku menunggumu, menunggumu, menunggumu, mati
didepanku, didepanku, didepanku.
2) Inversi
18 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53.
Inversi merupakan gaya bahasa yang penggunaannya memutar
balikkan subjek dengan predikat. Sehingga menimbulkan ciri khas
tersendiri ketika dibacakan atau diperdengarkan. Semi menjelaskan
bahwa “inversi adalah penggunaan atau pemakaian kalimat dengan
jalan membalikkan subjek dan predikat: artinya predikat didahulukan
dari subjek”.19
Hal ini dilakukan untuk memberi efek tertentu kepada
pembaca. Contoh:
- lemah tetap menari langkahku
3) Aliterasi
Aliterasi adalah jenis gaya bahasa yang berwujud pemakaian kata-kata
yang memiliki permulaan kata maupun konsonan yang sama.
Perulangan pada konsonan tersebut dimaksudkan untuk memberikan
keindahan pada suatu kalimat ketika dibacakan atau dinyanyikan.
Tarigan mengungkapkan bahwa “aliterasi adalahsejenis gaya bahasa
yang memanfaatkan purwakanti maupun pemakaian kata-kata yang
permulaannya sama bunyinya”.20
- Bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan
ku menghilang
19 Ibid.
20
Henry Guntur Tarigan. Op. Cit., hlm. 175.
4) Asonansi
Kebalikan dari aliterasi, gaya bahasa asonansi diartikan sebagai
perulangan vocal yang sama dalam susunan kata-kata. Asonansi
merupakan gaya bahasa yang berwujud pengulangan vocal yang sama.
Tarigan mengungkapkan bahwa “asonansi adalah jenis gaya bahasa
yang berwujud perulangan vocal yang sama. Biasanya digunakan
dalam prosa untuk memperoleh penekanan atau menyelamatkan
keindahan”.21
- Ku harus lepaskanmu, melupakan senyummu
- Tersenyum meluhatmu termenung meliatku
5) Pararelisme
Gaya bahasa pararelisme atau penegasan pengucapan digunakan untuk
mempertegas suatu pernyataan sebagai keseriusan. Seperti yang
diungkapkan Semi bahwa pararelisme adalah “pengulangan
pengucapan kalimat dengan maksud menegaskan kembali atau untuk
memberi efek semangat dan kesungguhan.”22
Contoh:
- aku ingin engkau selalu, hadir dan temani aku, disetiap
langkah yang meyakiniku, kau tercipta untukku.
21 Ibid., hlm. 176
22
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 55.
6) Simploke
Simploke adalah jenis gaya bahasa yang menunjukan kata ulang di
dalam kalimatnya, baik itu di awal maupun di akhir. Seperti yang
diungkapkan Tarigan bahwa “simploke adalah gaya bahasa berupa
pengulangan kata di awal dan diakhir pada beberapa baris atau kalimat
berturut-turut.”23
. Pengulangan yang terjadi pada simploke bukan
merupakan penekanan seperti repetisi maupun pararelisme untuk
menyatakan suatu kesungguhan, tetapi hanya sebagai permainan kata
agar terkesan lebih menarik. Contoh:
- Mengapa hidup begitu sepi Apakah hidup seperti ini
Mengapa ku selalu sendiri Apakah hidupku tak berarti
7) Pleonasme
Pleonasme merupakan penggunaan kata yang berlebihan, maksud dari
berlebihan disini adalah kata yang dituliskan sebenarnya sudah cukup
jelas, namun kembali ditambahkan kata selanjutnya dengan maksud
agar dapat lebih menguatkan makna. Pradopo menjelaskan bahwa
“pleonasme merupakan sarana retorika yang menyatakan keadaan
secara dua kali, tetapi kata yang selanjutnya sebenarnya telah tersimpul
dalam kata pertama”.24
Contoh:
- Lihat ke langit luas
23 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 196.
24
Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 95.
8) Asindeton
Asindeton merupakan salah satu jenis gaya bahasa yang menuliskan
suatu susunan kata tidak menggunakan kata-kata penghubung, kadang
hanya dipisahkan oleh tanda koma. Menurut Semi, asindeton adalah
“gaya bahasa yang menyebutkan urutan kata tanpa menggunakan kata
sambung untuk menunjukkan keseluruhan kata-kata itu.”25
Dengan
kata lain, gaya bahasa asindeton ini dalam penerapannya tidak
menggunakan kata-kata seperti „dan‟, „dengan‟,‟serta‟,dll.. Contoh:
- ini bukan maumu, ini bukan inginmu
2.1.2 Hakikat Bahasa Kiasan
Selain gaya bahasa, untuk menambahkan unsur kepuitisan dan keindahan
yang lain maka digunakan juga bahasa kiasan. Bahasa kiasan ini digunakan
dalam sebuah sajak, syair, maupun lirik, agar menjadi sangat menarik dan
menimbulkan kejelasan ketika dibacakan atau diperdengarkan, serta memberikan
kejelasan gambaran angan yang dideskripsikan melalui kata-kata yang
diungkapkan penulis maupun seorang komposer atau pencipta lagu.
Banyak pendapat yang menjelaskan bahwa bahasa kiasan itu sama dengan
gaya bahasa. Selain itu, ada pendapat juga yang menjelaskan bahwa bahasa
kiasan merupakan bagian dari gaya bahasa. Seperti pendapat dari Semi yang
menjelaskan bahwa ”kiasan atau perlambangan itu merupakan bagian dari gaya
25 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 56.
bahasa. Gaya bahasa itu lebih luas dari kiasan, perumpamaan maupun
perlambangan.”26
Selain pendapat tersebut, ada juga yang berpendapat bahwa gaya bahasa
itu berbeda dengan bahasa kiasan seperti misalnya Pradopo, yang memisahkan
antara gaya bahasa dan bahasa kiasan dalam bukunya yang berjudul Pengkajian
Puisi. Beberapa pendapat yang berbeda tersebut tidak bisa disalahkan begitu saja,
mengingat yang mengeluarkan pendapat adalah para ahli yang telah teruji dalam
bidang ini. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana memahami berbagai
macam teori yang ada untuk digunakan, karena bagaimanapun juga antara satu
pendapat dengan pendapat yang lain sifatnya saling melengkapi.
Dalam penelitian ini, penulis memisahkan antara bahasa kiasan dengan
gaya bahasa. Hal ini dilakukan karena penulis melihat memang ada perbedaan
tersendiri antara gaya bahasa dengan bahasa kiasan. Perbedaan yang penulis
ketahui adalah bahwa gaya bahasa merupakan suatu susunan kata-kata yang
diciptakan dengan menggunakan ekspresi, perasaan, gagasan atau pemikiran
penulis sehingga memberikan nilai estetis dalam suatu karya. Sedangkan bahasa
kiasan adalah sebuah perlambangan, perumpamaan, ataupun menjelaskan suatu
hal dengan hal lainnya. Hal ini dilakukan penulis agar karyanya terasa lebih
hidup dan jelas dalam mengambarkan suatu hal.
Mengenai bahasa kiasan, diungkapkan oleh Pradopo bahwa “bahasa kiasan
adalah mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya
26 Ibid., hlm. 53.
gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.”27
Pendapat itu sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Altenbernd dalam Pradopo bahwa “bahasa kiasan
itu mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan
tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu
yang lain.”28
Chaer menjelaskan bahwa “semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun
kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual,
atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.”29
Itulah yang menyebabkan
mengapa banyak yang berpendapat bahwa bentuk bahasa kiasan memiliki makna
yang agak sulit diinterpretasikan, contohnya adalah puisi. Bahasa kiasan ini
dibentuk dengan memperhatikan adanya persamaan sifat, keadaan bentuk, warna,
tempat, dan waktu antara dua benda yang dibandingkan. Semi menjelaskan
bahwa “bahasa kiasan adalah memberi makna lain dari suatu ungkapan, atau
memisalkan seseorang untuk mengatakan sesuatu yang lain.”30
Selain itu, Suprapto berpendapat bahwa “kiasan adalah perumpamaan arti
kata yang bukan sebenarnya”.31
Tentunya bisa dilihat pengertian ataupun definisi
tentang bahasa kiasan menurut para ahli tersebut memiliki penjelasan yang relatif
sama tentang bahasa kiasan. Persamaan dari berbagai pendapat tersebut, secara
umum menjelaskan bahwa bahasa kiasan merupakan pengiasan serta
27 Rachmat Djoko Pradopo, Op.Cit., hlm. 62.
28
Ibid.
29 Abdul Chaer, 2002, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, hlm 77.
30
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 50.
31 Suprapto, 1991, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, Surabaya: INDAH
Surabaya, hlm. 42.
perumpamaan akan suatu hal yang ingin disampaikan oleh penulis ataupun
pengarang, diungkapkan dengan cara disamakan dengan hal lainnya.
Luxemburg diterjemahkan oleh Hartoko menjelaskan bahwa “bahasa
kiasan sering dipandang sebagai ciri khas bagi jenis sastra yang biasa disebut
puisi”.32
Meskipun tidak semua puisi menggunakan bahasa-bahasa kiasan, tetapi
dalam banyak sajak, kiasan itu penting bagi susunan makna baik itu untuk puisi,
maupun sesuatu yang menyerupai puisi seperti contohnya lirik lagu. Semi
mengungkapkan bahwa “lirik diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan.”33
Oleh karena itu, kiasan yang identik dengan puisi dapat disimpulkan juga dekat
dengan lirik lagu yang digunakan para komposer atau pencipta lagu untuk
menciptakan sebuah lirik lagu yang indah dan dapat disenangi pendengarnya.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, akhirnya penulis menyimpulkan
bahwa bahasa kiasan adalah suatu perumpamaan maupun perlambangan akan
suatu hal dengan hal yang lainnya, akan tetapi masih memiliki persamaan sifat
maupun keadaannya, sehingga menimbulkan kesan lebih hidup.
Setelah menerangkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi bahasa
kiasan, selanjutnya akan dijelaskan mengenai jenis-jenis bahasa kiasan. Bahasa
kiasan ini memiliki berbagai macam jenis yang dapat digunakan untuk membuat
suatu puisi, syair, ataupun lirik. Semi menjelaskan pembagian tentang bahasa
kiasan bahwa “ada dua macam kiasan yaitu kiasan langsung dan tak langsung.
32 . J. V. Luxemburg, et.al. , diterjemahkan Dick Hartoko, 1992, Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, hlm. 187.
33 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 106.
Kiasan tak langsung meliputi perlambangan atau metafora, alegori, personifikasi,
hiperbola, litotes, eufumisme, sinekdokse pars prototo, sinekdose totem proparte,
dan ironi”.34
Jenis bahasa kiasan yang dijelaskan oleh Atar Semi tersebut
termasuk yang paling lengkap dikemukakan. Selain itu, jenis-jenis bahasa kiasan
yang dijelaskan tersebut sering juga disebut sebagai majas dalam bahasa
Indonesia. Selanjutnya, Tarigan menambahkan depersonifikasi selain adanya
personifikasi. Ia berpendapat bahwa “depersonifikasi atau pembendaan adalah
kebalikan dari personifikasi”.35
Luxemburg, diterjemahkan oleh Hartoko menjelaskan bahwa “bahasa
kiasan dibagi menjadi dua kategori pokok yaitu metafora dan perumpamaan,
selain itu ada juga metonimia dan sinekdoke.”36
Selanjutnya, oleh Pradopo juga
diterangkan tentang jenis-jenis bahasa kiasan yang antara lain adalah
“perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi,
metonimi, sinekdoki, dan alegori”.37
Demikianlah bermacam-macam jenis bahasa kiasan yang diungkapkan
oleh para ahli. Dari bermacam-macam bahasa kiasan tersebut terlihat memiliki
beberapa persamaan dan juga perbedaan. Tapi pada dasarnya, variasi tentang
bahasa kiasan tersebut dari pendapat satu ke pendapat lainnya cenderung memiliki
banyak persamaan. Perbedaan rumusan tentang variasi bahasa kiasan tentu saja
karena berbagai faktor diantaranya adalah perbedaan daya pikir mengenai sesuatu
34 Ibid., hlm. 50-53.
35
Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 21. 36
J. V. Luxemburg, et.al., Loc. Cit.
37
Rachmat Djoko Pradopo, Loc. Cit.
yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri pribadi para ahli
tersebut.
Dari berbagai pendapat para ahli yang telah diuraikan, penulis menentukan
jenis-jenis bahasa kiasan yang dianggap dapat menunjang dan selanjutnya
digunakan sebagai bahan penelitian. Sama halnya dengan penggunaan gaya
bahasa yang akan digunakan dalam penelitian ini, jenis-jenis bahasa kiasan yang
digunakan penulis juga mengambil delapan jenis. Delapan bahasa kiasan tersebut
meliputi, (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5)
depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi dan (8) litotes. Berikut akan diterangkan
satu persatu tentang bahasa kiasan yang digunakan tersebut.
1) Perbandingan (Simile)
Bahasa kiasan perbandingan atau simile, merupakan bahasa kiasan
yang menyamakan sesuatu dengan suatu hal yang lain dengan
menggunakan kata-kata yang pembanding yang bersifat tak langsung
misalnya, bagaikan, bak, seperti, laksana, dll.. Tarigan menjelaskan
“perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berlainan dan sengaja dianggap sama”.38
Contoh:
- Hatiku hampa sepertinya luka menghampirinya
2) Metafora
Hampir sama dengan kiasan perbandingan, metafora adalah kiasan
yang fungsinya juga membandingkan. Hanya saja, kiasan metafora ini
38 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 10.
digunakan secara langsung dan tidak menggunakan kata-kata
penghubung seperti halnya yang digunakan oleh perbandingan.
Akhmadi menjelaskan bahwa “metafora adalah kiasan yang digunakan
untuk menyatakan sesuatu hal atau peristiwa dengan menggunakan
suatu perbandingan langsung”.39
Contoh:
- Bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang
3) Alegori
Alegori sebenarnya adalah metafora yang diteruskan ataupun
pengiasan secara beruntun. Sesuai dengan pendapat Semi yang
menjelaskan bahwa “alegori adalah pemakaian beberapa kiasan secara
beruntun. Semua sifat yang ada pada benda itu dikiaskan.”40
Dengan
begitu, kiasan ini bisa disebut sebagai cerita kiasan atau lukisan kiasan
yang berkesinambungan. Itulah sebabnya mengapa disebut metafora
yang diteruskan. Contoh:
- Yang terindah meski terlupakan, dan selalu terangi dunia
mereka-reka, hanya aku dan bintang
4) Personifikasi
Bahasa kiasan ini mempersamakan benda mati dengan tingkah laku
yang bisa dilakukan manusia. Benda-benda tersebut dibuat seakan-
akan bisa berpikir, berbuat, dan sebagainya. Semi menjelaskan tentang
personifikasi, “yaitu mengungkapkan atau mengutarakan sesuatu
39 Mukhsin Akhmadi, 1990, Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia, Malang: Yayasan Asah
Asih Asuh, hlm. 180.
40
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 51.
benda dengan membandingkannya dengan tingkah dan kebiasaan
manusia”.41
Contoh:
- Dan rasakan semua bintang memanggil tawamu terbang ke
atas
5) Depersonifikasi
Kebalikan dari personifikasi, depersonifikasi adalah pembendaan yang
menyebabkan manusia seperti tidak memiliki pikiran dan tak bisa
melakukan suatu perbuatan apapun seakan-akan manusia menyerupai
benda mati. Tarigan menjelaskan bahwa “depersonifikasi atau
pembendaan, adalah kebalikan dari personifikasi atau penginsanan”.42
Contoh:
- Menatap indahnya senyuman di wajahmu, membuatku terdiam
dan terpaku.
6) Hiperbola
Hiperbola merupakan suatu perbandingan ataupun perlambangan yang
berlebih-lebihan atau dibesar-besarkan, padahal kenyataannya tidak
sejauh dengan yang diungkapkan. Pradopo menjelaskan definisi
tentang hiperbola, “yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau
41 Ibid.
42
Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 21
keadaan. Maksudnya di sini untuk menyangatkan, untuk intensitas, dan
ekspresivitas”.43
Contoh:
- Kau hancurkan hatiku
7) Ironi
Kiasan ini merupakan kiasan yang mengejek, menyindir, ataupun
bersifat mengingatkan, akan tetapi dengan pengungkapan secara
berlawanan namun tetap membuat orang yang menjadi sasaran tuturan
merasa tersinggung. Semi menjelaskan pengertian bahwa “ironi adalah
sebuah pengucapan, akan tetapi yang diucapkan mengandung arti
kebalikannya”.44
Contoh:
- Tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri
- Apa yang kau lakukan dibelakangku, mengapa tak kau
tunjukkan dihadapanku
8) Litotes
Litotes merupakan kiasan yang didalam pengungkapannya
menyeatakan sesuatu yang positif dengan bentuk negatif atau bentuk
yang bertentangan dengan keadaan sebenarnya. Moeliono menyatakan
bahwa “litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan
43 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 98.
44
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 53.
yang sebenarnya.”45
Dengan kata lain, litotes ini bisa digunakan untuk
merendahkan suatu keadaan yang mungkin saja keadaan yang
sebenarnya tidak seperti itu.
- Kukatakan dengan indah, dengan terbuka, hatiku hampa
- Mungkin ku salah megartikannya
2.1.3 Hakikat Lirik Lagu
Lirik lagu merupakan suatu karya yang menggunakan bahasa tulis yang
biasanya berupa rangkaian kata dengan diksi yang indah, juga menggunakan gaya
bahasa dan bahasa kiasan sama saja halnya dengan puisi. Artinya, lirik lagu sama
saja dengan puisi apabila dilihat di atas kertas. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Semi, “Lirik diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan,
karena itu ia disusun dengan susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu
yang sederhana pula”.46
Selain itu, Suprapto juga menjelaskan tentang lirik yaitu, “karya sastra
yang berisi curahan pribadi, bersifat subjektif, didasarkan pada rasa kasih sayang,
rindu dendam, suka dan benci, kepastian dan kesangsian, kegembiraan, kesedihan,
dan sebagainya”.47
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lirik
termasuk juga ke dalam karya sastra.
Keindahan yang dimiliki dari lagu tentu tidak dapat terlepas dari unsur
lirik sebagai bahasa, dan musik sebagai iramanya. Sebuah lagu menjadi lebih
45 Anton M Moeliono, 1984, Diksi atau Pilihan Kata (suatu spesifikasi di dalam kosakata),
Jakarta: PPPGB (naskah), hlm. 58.
46 M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 106.
47
Suprapto, Op. Cit., hlm. 46.
indah dan dinikmati para pendengar karena musik yang mengiringinya. Sehingga
antara lirik yang menggunakan bahasa, dengan musik sebagai iramanya sudah
menjadi satu kesatuan yang utuh. Seorang penyanyi baru bisa dikatakan menyanyi
dengan sungguh-sungguh hanya apabila ada musik yang mengiringi nyanyiannya.
Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soemarjo bahwa “Unsur
musik atau irama digunakan untuk mengiringi bahasa yang disusun sebagai lirik
lagu. Lirik lagu yang baik dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
komponis kepada para pendengarnya”.48
Irama atau ritme (rhythm) dan lirik lagu sama-sama memberikan nilai
estetis apabila dipadukan dan menjadi satu kesatuan. Selain hal ini akan
menimbulkan daya pukau bagi para pendengarnya, juga dapat mempertajam
makna yang tersirat dari sebuah lagu yang dinyanyikan. Mengenai irama, Semi
menjelaskan bahwa “irama adalah suatu gerak yang teratur, suatu rentetan bunyi
berulang dan menimbulkan variasi-variasi bunyi yang menciptakan gerak yang
hidup”.49
Sejalan dengan pendapat tersebut, Pradopo berpendapat bahwa “irama
adalah pergantian berturut-turut secara teratur”.50
Jadi dapat disimpulkan bahwa
irama adalah suatu rentetan dan gerakan bunyi yang teratur dan bervariasi
sehingga menciptakan suatu karya menjadi lebih menarik.
Selain itu, satu hal yang tak kalah penting adalah bunyi. Unsur yang sangat
menentukan keindahan irama dalam mengiringi sebuah lirik lagu adalah
kemerduan dari bunyi. Tanpa adanya bunyi yang merdu maka tidak akan tercipta
48 Sumarjo, L. E., 1978, Komponis, Pemain, Publik, Jakarta: Pustaka Jaya, hlm. 35.
49
M. Atar Semi, Op. Cit., hlm. 120.
50 Rachmat Djoko Pradopo, Op. Cit., hlm. 40.
suatu lagu yang harmonis maupun puisi yang nyaman didengar. Dengan kata lain,
bunyi sangat erat hubungannya dengan unsur irama (rhythm) dan liriknya. Bunyi
juga sangat berperan dalam memberikan sugesti dan memperdalam makna kepada
para pendengar dan juga penikmatnya ketika sebuah lagu dilantunkan.Seperti
yang dikemukakan oleh Pradopo bahwa:
bunyi bersifat estetik untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif
bagi sebuah puisi. Bunyi erat kaitannya dengan anasir-anasir musik seperti
lagu, melodi, irama, dan sebagainya. Bunyi juga memiliki tugas yang lebih
penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan
menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang
khusus, dan sebagainya.51
Ketika kita mendengarkan suatu alunan lagu yang diiringi musik dengan
rentetan yang indah, kita dapat merasakan betapa besar pengaruh bunyi bagi
keindahan sebuah lagu. Seperti yang dikemukakan Wellek dan Werren bahwa
“karya sastra terutama puisi lirik, sisi vokalnya dapat merupakan faktor yang
paling penting dalam keseluruhannya”.52
Dari situlah pendengar bisa tersugesti
lebih dalam ketika mendengarkan sebuah lagu. Oleh karena itu, unsur kemerduan
bunyi juga sangat penting, selain menambah nilai estetis, juga dapat menimbulkan
angan dan suasana yang khusus.
Selanjutnya, salah satu yang menentukan keindahan dalam sebuah lirik
lagu adalah diksi (pemilihan kata). Mengenai diksi, Keraf menjelaskan bahwa
diksi mencakup “(1) pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, (2) Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
51 Ibid., hlm. 22.
52
Renne Wellek dan Austin Werren, 1993, Teori Kesusastraan, Jakarta: Gramedia, hlm. 179
nuansa makna yang disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki masyarakat”.53
Oleh karena itu,
sama halnya dengan irama, lirik, dan bunyi, diksi dalam lirik lagu juga sangat
penting peranannya. Kita bisa melihat sendiri bagaimana seorang komposer atau
pencipta lagu mampu mengolah kata-kata dengan diksi yang baik dan indah. Para
komposer tersebut memiliki ciri khas masing-masing dalam menggunakan diksi
dalam lagu-lagu yang diciptakan guna menarik perhatian para pendengar
karyanya. Contoh diksi yang digunakan dalam lirik lagu grup musik Peterpan dan
Ungu berikut.
Lihat ke langit luas
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan
Merangkai mimpi dengan khayalku
Selalu bermimpi dengan hariku
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka
Coba temani, dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
Dan rasakan semua bintang
53 Gorys Keraf, Op. Cit., hlm. 24.
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
Yang terindah meski terlupakan
Dan selalu terangi dunia mereka-reka
hanya aku dan bintang
Peterpan, Aku dan Bintang, 2005
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan Kepada dirimu
Aku ingin engkau selalu Hadir dan temani aku
Di setiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku
Meski waktu akan selalu Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku
Ungu, Tercipta Untukku, 2005
Bisa dilihat perbedaan diksi antara lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan
Bintang dengan lirik lagu Ungu berjudul Tercipta Untukku tersebut. Apabila
dibaca secara sekilas, lirik lagu Peterpan menggunakan kata-kata yang tidak biasa
kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mudah untuk
menginterpretasikan maknanya kecuali apabila kita menginterpretasikannya lebih
dalam. Berbeda dengan lirik lagu Ungu, dibaca sekilas pun masyarakat pasti
sudah bisa menginterpretasikan maknanya karena bahasa yang digunakan biasa
kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, sudah jelas bahwa
setiap penulis lagu atau komposer menulis lirik lagu dengan ciri khas sesuai
dengan tingkat imajinasi yang dimilikinya, sehingga antara satu komposer
dengan komposer yang lainnya memiliki karakteristik tertentu pada karyanya
masing-masing.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa lirik lagu
adalah serangkaian kata-kata yang disusun dan digunakan oleh seorang pencipta
lagu untuk mengungkapkan ekspresi dan pikirannya dengan cara dituangkan
kedalam tulisan yang menyerupai sebuah puisi, namun diiringi dengan irama dan
melodi sehingga lebih memberikan nilai seni dan nilai estetik yang tinggi.
2.1.4 Aplikasi Pembelajaran Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan dalam
Kurikulum SMA
Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa merupakan suatu alat yang tidak bisa
terlepas dari kegiatan manusia. Bahasa yang secara umum merupakan alat untuk
berkomunikasi adalah alat yang paling efektif untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Oleh karena itu, agar penggunaan bahasa dapat berjalan dengan
baik maka diperlukan pengajaran mengenai bahasa itu sendiri. Sesuai dengan
pendapat Imran bahwa “belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman”.54
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keberhasilan yang didapat dalam belajar maka akan
seterusnya melekat dalam diri seseorang. Mengenai keberhasilan proses belajar,
Dimyati dan Mudjiono berpendapat bahwa “belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Siswa merupakan penentu terjadinya atau tidak proses belajar”.55
Suatu proses pengajaran akan berjalan dengan lancar apabila memenuhi
beberapa komponen diantaranya adalah, tujuan pembelajaran, media pengajaran,
evaluasi pengajaran, dan biaya pengajaran. Semua hal itu merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi oleh guru sebagai tenaga pendidik, dibantu oleh siswa
sebagai objek pembelajaran.
Di negara ini, kurikulum terus mengalami perkembangan menuju kearah
perbaikan. Kurikulum yang sekarang diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). “Kurikulum ini dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan karakteristik dari peserta didik”.56
Menurut Mulyasa, secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah:
54 Ali Imran, 1996, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, hlm. 3.
55 Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 7
56
E. Mulyasa, 2006, KTSP, Bandung: Rosda, hlm. 25.
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberidayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.57
Lebih lanjut lagi, dikemukakan bahwa sebenarnya kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan
peningkatan iman dan takwa, akhlak, potensi, kecerdasan, kemandirian, dan minat
peserta didik. Hal-hal tersebutlah yang sesungguhnya harus dimiliki oleh setiap
peserta didik dalam mengenyam pendidikan di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk dapat mensukseskan tujuan pembelajaran, guru
harus bisa kreatif dalam merancang suatu proses kegiatan belajar agar
menciptakan suasana belajar yang kondusif. Ada berbagai macam cara yang dapat
dilakukan guru untuk merancang kegiatan belajar menjadi lebih menarik perhatian
siswa. Hal ini menjadikan peranan seorang guru sebagai pemimpin proses belajar
mengajar di kelas sangat menentukan ketentuan kurikulum yang menganjurkan
agar siswa berperan lebih aktif dalam proses belajar mengajar agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Salah satu usaha yang bisa ditempuh guru yaitu
dengan cara memilih metode mengajar dengan materi yang disajikan semenarik
mungkin, namun sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi dan kompetensi
dasarnya, serta sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
57 Ibid., hlm. 22.
Berikut ini penulis akan menyajikan aplikasi pengajaran bahasa Indonesia
sesuai dengan judul Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu
antara Grup Musik Peterpan dalam Album Alexandria dengan Grup Musik Ungu
dalam Album Melayang, serta aplikasinya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di
SMA sebagai berikut.
1) Sebelum materi pengajaran tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan
dimulai, terlebih dahulu guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
2) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya bahasa maupun bahasa
kiasan.
3) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis
bahasa kiasan berserta cara menggunakannya untuk menganalisis lirik-
lirik lagu.
4) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari grup musik Peterpan dan
Ungu lalu menjelaskan cara menganalisis lirik lagu tersebut dengan
jenis-jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan.
5) Guru memberikan siswa latihan dengan menggunakan lirik lagu, untuk
dianalisis perbedaan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang digunakan.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan judul skripsi “Analisis Gaya Bahasa Pada
Lirik Lagu-Lagu Karya Opick Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA”. Penyusunnya adalah Lulis Setiawati pada tahun 2010,
dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA). Dengan hasil
kesimpulan sebagai berikut.
1) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari 5 gaya bahasa
klimaks,1 gaya bahasa antiklimaks, 8 gaya bahasa antithesis, dan 16
gaya bahasa repetisi.
2) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terdiri dari 85 gaya
bahasa retoris, yang terdiri dari 18 gaya bahasa aliterasi, 11 gaya
bahasa asonansi, 4 gaya bahasa litotes, 9 gaya bahasa tautology, 2
gaya bahasa pleonasme, 4 gaya bahasa pertanyaan retoris, 34 gaya
bahasa hiperbola, 3 gaya bahasa paradoks. 46 bahasa kiasan terdiri
dari 8 gaya bahasa simile, 9 gaya bahasa metafora, 25 gaya bahasa
personifikasi, 4 gaya bahasa sinekdoke pars prototo.58
2.3 Kerangka Berpikir
Gaya bahasa adalah suatu susunan kata-kata yang diciptakan dengan
menggunakan ekspresi, perasaan, gagasan atau pemikiran penulis, yang dapat
menghidupkan kata-kata tersebut serta memberikan nilai rasa dan keindahan di
dalamnya. Oleh karena itu, gaya bahasa yang digunakan dalam puisi, lirik,
maupun karya sastra lainnya dapat menimbulkan suatu pengaruh bagi pembaca
ataupun pendengarnya.
Jenis-jenis gaya bahasa sangat banyak sekali macamnya. Jika jenis gaya
bahasa dirinci terlalu dalam maka akan sulit dipahami siswa. Oleh karena itu,
58 Lulis Setiawati, 2010, Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu-Lagu Opick Serta Aplikasinya
dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Skripsi, Jakarta, UHAMKA.
gaya bahasa yang digunakan penulis dari pendapat para ahli akan diambil delapan
jenis, gaya bahasa tersebut adalah meliputi, (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi,
(4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton.
Selain gaya bahasa, ada juga istilah bahasa kiasan. bahasa kiasan adalah
suatu perumpamaan maupun perlambangan akan suatu hal dengan hal yang
lainnya, akan tetapi masih memiliki persamaan sifat maupun keadaannya,
sehingga menimbulkan kesan lebih hidup. Sama halnya seperti gaya bahasa,
bahasa kiasan juga memiliki banyak jenis, dan akan sulit dipahami siswa jiwa
dirinci terlalu dalam. Oleh karena itu, penulis membatasi pada delapan jenis
bahasa yang akan digunakan. Kedelapan Bahasa kiasan tersebut adalah meliputi,
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5)
depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Lirik lagu adalah serangkaian kata-kata yang disusun dan digunakan oleh
seorang pencipta lagu untuk mengungkapkan ekspresi dan pikirannya dengan cara
dituangkan kedalam tulisan yang menyerupai sebuah puisi. Perbedaan antara lirik
lagu dengan puisi adalah, lirik lagu menggunakan irama dan diiringi dengan
melodi ataupun musik. Dengan kata lain, Lagu adalah puisi yang dinyanyikan.
Lirik lagu ini tidak bisa terlepas dari Irama sebagai pengiringnya karena sudah
menjadi satu kesatuan.
Untuk menghindari gaya pengajaran yang menjenuhkan bagi siswa, maka
upaya meningkatkan motivasi belajar dengan variasi model pembelajaran
menggunakan lirik lagu digunakan penulis sebagai bahan belajar. Selain itu, lagu
pada dasarnya memang disukai oleh kalangan remaja yang pada dasarnya
merupakan siswa SMA. Penulis berharap bahwa penggunaan bahan belajar
dengan lirik lagu pop yang memang tak lazim digunakan dalam kegiatan belajar
di sekolah, dapat memunculkan motivasi siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
gaya bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu Peterpan dalam album Alexandria
dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, serta aplikasinya dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Penelitian
ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2011 dan tidak terikat
oleh tempat.
3.3 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang dijadikan objek penulis adalah lirik lagu grup
musik Peterpan dalam album Alexandria, dan lirik lagu dari grup musik Ungu
dalam album Melayang.
3.4 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada penggunaan gaya bahasa
serta bahasa kiasan yang terkandung di dalam lirik lagu grup musik Peterpan
dalam album Alexandria dengan grup musik Ungu dalam Album Melayang, yang
kemudian akan dibandingkan hasilnya. Lirik lagu grup musik Peterpan dalam
album Alexandria yang akan dipakai dalam penelitian ini terdiri dari 10 judul lagu
antara lain: Tak Bisa Kah, Jauh Mimpiku, Membebaniku, Menunggu Pagi,
Kukatakan Dengan Indah, Sahabat, Aku dan Bintang, Mungkin Nanti, Di
Belakangku, dan Langit Tak Mendengar. Sedangkan Lirik lagu grup musik Ungu
dalam album Melayang terdiri dari 12 lagu antara lain adalah: Melayang, Seperti
yang dulu, Demi waktu, Berikan aku cinta, Berjanjilah, Dari satu hati, Aku bukan
pilihan hatimu, Tak perlu, Ungu (tak (terulang), Tercipta untukku, Ciuman
pertama, dan Sejauh mungkin. Untuk lirik lagu Ungu yang berjumlah 12 lagu,
penulis mengambil 10 lagu yang dipilih secara acak agar jumlah lagu kedua grup
musik seimbang ketika dibandingkan. 10 lagu tersebut diantaranya adalah:
Melayang, Seperti Yang Dulu, Demi Waktu, Berikan Aku Cinta, Berjanjilah, Dari
Satu Hati, Aku Bukan Pilihan Hatimu, Tak Perlu, Tercipta Untukku, dan Sejauh
Mungkin.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,
Proses mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini dibantu dengan
beberapa tabel yang dapat digunakan antara lain yaitu tabel Analisis gaya bahasa,
tabel analisis bahasa kiasan, dan tabel pembanding penggunaan gaya bahasa dan
penggunaan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dengan lirik lagu Ungu.
Tabel. 1 Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6)
simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait
Lirik
Lagu
Gaya Bahasa
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah
Tabel. 2 Analisis Bahasa Kiasan Lirik Lagu
Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi,
(5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
Bait
Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah
Tabel. 3 Hasil Analisis Gaya Bahasa Seluruh Lagu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6)
simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
No
Judul
Lagu
Gaya Bahasa
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah/
Persentase
Tabel. 4 Hasil Analisis Bahasa Kiasan Seluruh Lagu
Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi,
(5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
No
Judul
Lagu
Gaya Bahasa
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah/
Persentase
Tabel. 5 Pembanding Gaya Bahasa
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6)
simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Grup Musik/
Album
Gaya Bahasa Jumlah
(Persentase) 1 2 3 4 5 6 7 8
Peterpan /
Alexandria
Ungu /
Melayang
Jumlah
(Persentase)
Tabel.6 Pembanding Bahasa Kiasan
Keterangan: (1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi,
(5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
Grup Musik/
Album
Bahasa Kiasan Jumlah
(Persentase) 1 2 3 4 5 6 7 8
Peterpan /
Alexandria
Ungu /
Melayang
Jumlah
(Persentase)
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Membaca seluruh lirik lagu grup musik Peterpan pada album
Alexandria dan grup musik Ungu dalam album Melayang.
2) Menandai gaya bahasa dan juga bahasa kiasan yang terdapat pada lirik
lagu grup musik Peterpan dan Ungu.
3) Menentukan jumlah lirik lagu yang akan dianalisis dari grup musik
Peterpan dan grup musik Ungu, masing-masing sepuluh judul lagu.
4) Membandingkan hasil analisis lirik lagu yang diperoleh dari grup
musik Peterpan maupun grup musik Ungu.
3.7 Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, kemudian data tersebut yang berupa lirik lagu
dari grup musik Peterpan dan grup musik Ungu dianalisis dengan cara sebagai
berikut.
1) Dibaca terlebih dahulu seluruh lirik lagu yang terdapat dalam album
Alexandria dan Melayang.
2) Seluruh lirik lagu dalam album Alexandria dari grup musik Peterpan
dianalisis berdasarkan teori gaya bahasa dan bahasa kiasan yang
terkandung di dalamnya.
3) Penulis membahas hasil analisis yang telah dilakukan dari setiap lirik
lagu.
4) Data yang telah dianalisis kemudian dimasukkan ke dalam tabel
analisis.
5) Setelah seluruh lirik lagu grup musik Peterpan selesai di analisis,
selanjutnya proses analisis dilakukan terhadap lirik lagu grup musik
Ungu album Melayang dengan kriteria analisis yang kurang lebih
sama.
6) Data yang merupakan hasil analisis dan hasil interpretasi mengenai
penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari lirik lagu kedua grup musik
tersebut berdasarkan teori gaya bahasa dan bahasa kiasan kemudian
dibandingkan hasilnya dan dimasukkan ke dalam tabel pembanding
guna mengetahui karakteristik penggunaan gaya bahasa maupun kiasan
dari masing-masing grup musik.
7) Penulis menghitung persentase data berdasarkan rumus metode
deskriptif kualitatif. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut.
100% N
n
Keterangan:
% = Persentase
n = Jumlah gaya bahasa/bahasa kiasan yang digunakan
N = Jumlah gaya bahasa/bahasa kiasan secara keseluruhan
8) Diambil kesimpulan dari hasil analisis data dan juga hasil
perbandingan data yang telah didapat.
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lirik lagu dari grup musik
Peterpan yang diambil dari album Alexandria yang berjumlah 10 lagu, serta lirik
lagu dari grup musik Ungu dalam album Melayang yang berjumlah 12 lagu.
Untuk 12 lirik lagu dari grup musik Ungu diambil 10 lagu. Hal ini dilakukan
dengan maksud agar jumlah judul lirik lagu dari kedua grup musik sama ketika
dibandingkan. Lirik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Lirik lagu grup musik Peterpan dalam album Alexandria:
1) Tak Bisa Kah
2) Jauh Mimpiku
3) Membebaniku
4) Menunggu Pagi
5) Kukatakan dengan Indah
6) Sahabat
7) Aku dan Bintang
8) Mungkin Nanti
9) Dibelakangku
10) Langit tak Mendengar
Lirik lagu grup musik Ungu dalam album Melayang:
1) Melayang
2) Seperti yang Dulu
3) Demi Waktu
4) Berikan Aku Cinta
5) Berjanjilah
6) Dari Satu Hati
7) Aku Bukan Pilihan Hatimu
8) Tak Perlu
9) Tercipta Untukku
10) Sejauh Mungkin
4.2 Analisis Data
Data yang dianalisis dan dibandingkan berupa 10 judul lirik lagu ciptaan
grup musik Peterpan dalam album Alexandria, dengan 10 judul lirik lagu ciptaan
grup musik Ungu dalam album Melayang. Semua data yang berupa lirik lagu
tersebut dianalisis dari segi gaya bahasa dan dari segi bahasa kiasannya, sesuai
dengan teori yang mendukung tentang kedua aspek tersebut. Setelah mendapatkan
hasil analisis dari lirik-lirik lagu yang dijadikan objek penelitian, kemudian lirik
lagu yang telah dianalisis dan diketahui dari segi penggunaan gaya bahasa dan
bahasa kiasannya tersebut dalam lirik lagu antara grup musik Peterpan dan Ungu
akan dibandingkan baik dari segi jumlah penggunaan gaya bahasa serta bahasa
kiasannya, maupun persentase dari jumlah kedua aspek tersebut.
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Peterpan
1) Tak Bisa kah
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu selalu dalam hatiku (Repetisi)
Ku melangkah sejauh apapun itu (Asonansi)
Selalu kau di dalam hatiku (Inversi)
Ku berjalan berjalan memutar waktu (Repetisi)
Berharap temukan sisa hatimu (Asonansi)
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku (Simploke)
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu (Simploke)
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku (Pleonasme)
Ku berjalan berjalan memutar waktu (Repetisi)
Berharap temukan sisa hatimu (Asonansi)
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku (Simploke)
Dara kau mencari hidupku
Kemana kau tahu isi hatiku (Asonansi)
Tunggu sejenak aku di situ (Asonansi)
Jalanku, jalan menemukanmu (Asindeton)
Penggunaan gaya bahasa repetisi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait
ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1. Dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik
“selalu selalu dalam hatiku” merupakan repetisi karena kata “selalu” diucapkan
dua kali dengan maksud untuk lebih menguatkan tekanan bahwa orang yang
berkata tersebut bersungguh-sungguh dalam memikirkan seseorang didalam
hatinya. Dalam bait ke-2 baris ke-1 pada lirik “ku berjalan berjalan memutar
waktu” terdapat gaya bahasa repetisi karena kata “berjalan” diucapkan dua kali
juga dengan maksud meyakinkan pendengarnya. Pada bait ke-4 baris ke-1 tetap
sama pada lirik “ku berjalan berjalan memutar waktu”, dengan penjelasan yang
sama seperti pada bait ke-2. Sedangkan untuk penggunaan gaya bahasa inversi
terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 dalam lirik “selalu kau didalam hatiku”. Disebut
inversi karena lirik “selalu kau di dalam hatiku” membalikkan antara “kau”
sebagai objek dengan “selalu” yang seharusnya berada setelah kata “kau” (kau
selalu di dalam hatiku). Selain gaya bahasa inversi, terdapat juga 3 penggunaan
gaya bahasa simploke pada bait ke-1, ke-3, dan ke-4. Pada bait ke-2 dan ke-4
dapat dilihat pada baris ke-3 dan ke-4 nya yaitu lirik “mengertilah ku ingin
engkau begitu, mengerti kau di dalam hatiku”. lirik tersebut mengandung gaya
bahasa simploke karena menunjukkan kata ulang di dalam kalimatnya yaitu kata
“mengerti”. Begitupun halnya pada bait ke-3 yang berbunyi “tak bisakah kau
menungguku, hingga nanti tetap menunggu, tak bisakah kau menuntunku,
menemani jalan hidupku”, disebut mengandung gaya bahasa simploke karena
menunjukkan pengulangan yaitu “tak bisakah” dan “menunggu” secara berturut-
turut dalam beberapa baris pada bait ke-3. Gaya bahasa asonansi terdapat pada
bait ke-1 baris ke-3, bait ke-2 baris ke-2, bait ke-3 baris ke-4, dan bait ke-5 baris
ke-2 dan ke-3. Salah satu contoh liriknya adalah “berharap temukan sisa hatimu”,
disebut bergaya bahasa asonansi karena terdapat pengulangan vokal “a”.
Selanjutnya penggunaan gaya bahasa asindeton pada bait ke-5 baris ke-4. Disebut
asindeton karena diantara “jalanku” dan “jalan” tidak menggunakan adalah,
merupakan, ataupun penghubung lain. Jadi, pada lirik lagu berjudul Tak Bisa Kah,
terdapat 3 gaya bahasa repetisi, 1 gaya bahasa inversi, 3 gaya bahasa
simploke, 5 gaya bahasa asonansi, 1 pleonasme, dan 1 gaya bahasa asindeton.
Tak Bisa Kah
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu selalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu (Hiperbola)
Selalu kau di dalam hatiku
Ku berjalan berjalan memutar waktu (Metafora)
Berharap temukan sisa hatimu (Hiperbola)
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
Ku berjalan berjalan memutar waktu (Metafora)
Berharap temukan sisa hatimu (Hiperbola)
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
Dara kau mencari hidupku (Ironi)
Kemana kau tahu isi hatiku
Tunggu sejenak aku di situ
Jalanku, jalan menemukanmu
Untuk penggunaan kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-1 baris ke-3,
bait ke-2 baris ke-2, dan bait ke-4 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik
“ku melangkah sejauh apapun itu”, merupakan hiperbola sebab pernyataan
“melangkah sejauh apapun itu” sedikit dilebih-lebihkan karena seseorang
melangkah tidak mungkin dapat sejauh-jauhnya. Namun penyair bermaksud
menyiratkan makna bahwa ia ingin berusaha lebih serius lagi dalam mengejar
pujaan hatinya. Kemudian dalam bait ke-2 dan ke-4 sama-sama dalam lirik
“berharap temukan sisa hatimu”, mengandung kiasan hiperbola karena
pernyataan “temukan sisa hatimu” merupakan hal yang dilebih-lebihkan karena
tak mungkin seseorang memiliki hati yang terpisah-pisah sehingga bisa ditemukan
sisa-sisanya. Namun makna yang dimaksudkan penyair adalah berharap masih
bisa mendapatkan harapan dari seseorang yang dikasihinya.
Selanjutnya untuk pernggunaan kiasan metafora terdapat dalam bait ke-2
dan bait ke-4 baris ke-1 yang liriknya sama-sama berbunyi “ku berjalan berjalan
memutar waktu”. Disebut mengandung kiasan metafora karena dalam lirik
tersebut penyair ataupun komposer mengibaratkan bahwa ia sedang berjalan-jalan
mengitari waktu, dimana makna yang tersirat sebetulnya adalah hanya melewati
hari ke hari dan waktu ke waktu. Namun penyair mengibaratkan bahwa ia seperti
memutari waktu.
Penggunaan bahasa kiasan yang selanjutnya adalah kiasan ironi yang
terdapat pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “dara kau mencari
hidupku, kemana kau tahu isi hatiku”. Dalam lirik tersebut, mengandung kiasan
ironi karena penyair bermaksud menyindir seseorang gadis dengan lirik “kemana
kau tahu isi hatiku”. Dikatakan menyindir karena lirik tersebut menyiratkan
makna bahwa sebetulnya dara yang dimaksudkan si penyair itu hanya sekedar
mengenali diri si penulis dari luar saja, akan tetapi tidak mengetahui apa-apa
tentang isi hati si penyair.
Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Tak Bisa Kah tersebut terdapat 6
penggunaan bahasa kiasan. Penggunaan kiasan tersebut antara lain terdiri
dari 3 kiasan hiperbola, 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan ironi.
68
2) Jauh Mimpiku
Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita (Asonansi)
Kau ciptakan mimpiku (Aliterasi)
Jujurku hanya sesalkan diriku (Aliterasi)
Kau tinggalkan mimpiku (Aliterasi)
Dan itu hanya sesalkan diriku
Ku harus lepaskanmu (Asonansi)
Melupakan senyummu (Asonansi)
Semua tentangmu tentangku hanya harap (Asindeton)
Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku (Asonansi)
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke 4 baris
ke-1 dan ke-2, dan bait ke-5 baris ke-2. Dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik
“berdua jalani cerita”, disebut asonansi karena terjadi pengulangan vokal “a”.
Dalam bait ke-4 baris ke-1 dan ke-2 yaitu lirik “ku harus lepaskanmu” dan
“melupakan senyummu”, juga terdapat pengulangan yang terjadi pada vokal “u”.
Pengulangan vokal “u” juga terjadi pada bait ke-5 baris ke-2 yaitu lirik “jauh ku
jauh mimpiku dengan inginku”. Untuk gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait
ke-2 baris ke-1 dan ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1. Ketiga aliterasi pada lirik
tersebut karena terjadi pengulangan konsonan “k” yaitu “kau ciptakan mimpiku”,
“jujurku hanya sesalkan diriku” dan “kau tinggalkan mimpiku”. Sedangkan
untuk gaya bahasa asindeton ada dalam bait ke-5 baris ke-1 pada lirik “semua
tentangmu tentangku hanya harap”, karena antara “tentangmu” dan “tentangku”
tidak ada kata penghubung. Jadi, pada lirik lagu di atas terdapat 4 gaya bahasa
asonansi, 3 gaya bahasa aliterasi, dan 1 gaya bahasa asindeton.
69
Jauh Mimpiku
Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita (Metafora)
Kau ciptakan mimpiku (Metafora)
Jujurku hanya sesalkan diriku (Litotes)
Kau tinggalkan mimpiku (Metafora)
Dan itu hanya sesalkan diriku
Ku harus lepaskanmu
Melupakan senyummu
Semua tentangmu tentangku hanya harap
Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku (Litotes)
Untuk penggunaan bahasa kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris
ke-2, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-3 baris ke-1. Untuk bait ke-1 dalam baris
ke-2 yaitu pada lirik “berdua jalani cerita”, mengandung kiasan metafora karena
penyair mengibaratkan ia sedang menjalani sebuah cerita bersama pujaan hatinya,
makna sebenarnya yang ingin disampaikan penyair adalah mereka pernah selalu
berdua bersama-sama menjalani kehidupan dan hari-hari dalam suatu waktu.
Selanjutnya untuk bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik “kau ciptakan mimpiku”,
disebut mengandung kiasan metafora karena penyair mengibaratkan seseorang
yang dikaguminya tersebut telah menciptakan mimpi-mimpi dan harapan-harapan
bagi diri si penyair. Dalam lirik tersebut, makna sebenarnya yang ingin
disampaikan oleh si penulis adalah seseorang yang dikaguminya telah
memberikan harapan ataupun memberikan sinyal positif untuk dapat menerima
cinta dari si penyair, dengan mengibaratkannya dengan pernyataan “kau ciptakan
mimpiku”. Kemudian untuk bait ke-3 baris ke-1dalam lirik “kau tinggalkan
70
mimpiku”, yang masih berkaitan dengan pernyataan sebelumnya yaitu “kau
ciptakan mimpiku”, merupakan metafora karena penyair mengibaratkan setelah
pujaan hatinya itu menciptakan mimpi untuk si penyair, kemudian pujaan hatinya
tersebut meninggalkan mimpi tersebut. Dengan kata lain, perasaan penyair yang
sudah sangat dalam kemudian ditinggalkan oleh pujaan hatinya setelah ia
memberikan berbagai macam harapan-harapan yang tinggi.
Penggunaan bahasa kiasan selanjutnya adalah kiasan litotes yang terdapat
pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-5 baris ke-2. Pada bait ke-2 baris ke-2
disebut mengandung kiasan litotes karena dalam lirik “jujurku hanya sesalkan
diriku” penyair mengurangi ataupun melemahkan kekuatan pernyataan yang
diungkapkannya. Penulis melemahkan pernyataan sehingga tersirat bahwa
kejujuran yang diungkapkannya hanya menyesalkan dirinya sehingga terkesan
bahwa kejujuran hanya akan berakibat buruk, padahal kejujuran itu sendiri akan
membawa kebaikan pada si penyair. Selanjutnya untuk bait ke-5 baris ke-2 dalam
lirik “jauh ku jauh mimpiku dengan inginku”, merupakan litotes karena penyair
atau komposer merendahkan atau melemahkan pernyataannya. Dalam lirik
tersebut, komposer mengungkapkan atau menyiratkan bahwa harapannya jauh
dengan yang mampu dilakukannya sehingga ia merendahkan dirinya, padahal
belum tentu ia tidak mampu untuk melakukan apa yang diinginkannya.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul
Jauh Mimpiku tersebut terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan
tersebut antara lain terdiri dari 3 kiasan metafora, dan 2 kiasan litotes.
71
3) Membebaniku
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu (Asonansi)
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku (Asonansi, Pleonasme)
oh kepalaku (Repetisi)
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku (Repetisi)
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Lemah tetap menari langkahku (Inversi)
Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Asindeton)
Masih tetap mencari jalanku
Memahami beban itu
Gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1
baris ke-2 dan baris ke-3. Di dalam bait ke-1 baris ke-2 pada lirik yang berbunyi
“masih menangis dalam sela waktu” tersebut mengandung gaya bahasa asonansi
karena pada lirik tersebut terdapat pengulangan untuk vokal “a”. Sama halnya
dengan lirik pada bait ke-1 baris ke-3 yaitu “dan tanganku ini masih memegang
erat kepalaku”, terjadi pengulangan pada vokal “a” sehingga disebut asonansi.
Gaya bahasa pleonasme pada lirik lagu tersebut terdapat pada bait ke-1
baris ke-2 yaitu “dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku”. Lirik tersebut
mengandung gaya bahasa pleonasme karena setelah kata “memegang”, si pencipta
lagu menambahkan kata “erat” untuk menguatkan makna. Sebetulnya “memegang
kepalaku” tanpa menambahkan kata “erat” diantaranya sudah cukup, akan tetapi
penulis lagu bermaksud ingin mempertegas maupun menguatkan lagi makna yang
akan disampaikan.
72
Selain gaya bahasa pleonasme, dalam lirik lagu tersebut terdapat juga gaya
bahasa repetisi yang ada pada bait ke-1 baris ke-3-4, dan bait ke-2. Penggunaan
repetisi yang pertama pada bait ke-1 baris ke-3-4 terdapat pada lirik “dan
tanganku ini masih memegang erat kepalaku, oh kepalaku”. Pada lirik tersebut,
disebut repetisi karen kata “kepalaku” diucapkan dua kali dengan maksud
menegaskan makna. Sedangkan pada bait ke-2, sangat jelas terjadi pengulangan
kata beberapa kali pada kata “membebaniku”, dengan maksud menguatkan dan
menegaskan makna yaitu lirik “semua yang membebaniku, sungguh
membebaniku, sungguh membebaniku, sungguh membebaniku”.
Selanjutnya, pada lirik lagu tersebut terdapat gaya bahasa inversi pada bait
ke-3 baris ke-1 yaitu dalam lirik “lemah tetap menari langkahku”. Lirik tersebut
memiliki gaya bahasa inversi karena terjadi pertukaran antara kata “menari”
sebagai predikat, dengan kata “langkahku” sebagai objek. Seharusnya objek
diletakkan sebelum predikat, namun si penyair menukar posisinya semata-mata
agar terasa lebih menarik ketika diperdengarkan.
Gaya bahasa selanjutnya adalah asindeton yang terdapat pada bait ke-3
baris ke-2 dalam lirik “mencoba tetap berdiri, ku menangis”. Disebut asindeton
karena tidak ada kata penghubung antara kata “berdiri” dan “ku menangis”.
Jadi kesimpulannya yaitu, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul
Membebaniku tersebut terdapat 7 gaya bahasa. Tujuh gaya bahasa tersebut
antara lain terdiri dari 2 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa pleonasme, 2
gaya bahasa repetisi, 1 gaya bahasa inversi, dan 1 gaya bahasa asindeton.
73
Membebaniku
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu (Metafora)
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku
oh kepalaku
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Lemah tetap menari, langkahku (Metafora)
Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Metafora)
Masih tetap mencari jalanku (Metafora)
Memahami, beban itu
Pada bait ke-1 baris ke-2, dan bait ke-3 baris ke-1, ke-2, dan ke-3. Pada
bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “masih menangis dalam sela waktu”, merupakan
metafora karena penyair mengibaratkan ia menangis dalam sela-sela waktu,
dimana makna sebenarnya adalah dia selalu bersedih di setiap saat. Selanjutnya,
bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “lemah tetap menari langkahku”, maksudnya
adalah dia selalu berkarya yang disimbolkan dengan “menari”, meskipun dalam
keadaan lemah atau terpuruk. Pada bait ke-3 baris ke-3 lirik “mencoba tetap
berdiri, ku menangis”, maksudnya adalah si penyair terus mencoba tegar dan kuat
dalam menghadapi cobaan meskipun ia sedang dalam keadaan yang terpuruk.
Terakhir, pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “masih tetap mencari jalanku”
maksudnya adalah penyair atau komposer merasa masih tetap mencari jalan mana
yang akan dia tempuh dalam menjalani hidupnya. Jadi, pada lirik lagu yang
berjudul Membebaniku tersebut terdapat 4 bahasa kiasan yang seluruhnya
merupakan kiasan metafora.
74
4) Menunggu Pagi
Apa yang terjadi dengan hatiku
Ku masih disini menunggu pagi
Seakan letih tak menggangguku (Simploke)
Ku masih terjaga menunggu pagi
Entah kapan malam berhenti
Teman, aku masih menunggu pagi
Malam begini, malam tetap begini (Asindeton)
Entah mengapa pagi enggan kembali (Asonansi) (Pararelisme)
Gaya bahasa simploke pada bait ke-1 yaitu “Apa yang terjadi dengan
hatiku, ku masih disini menunggu pagi, seakan letih tak menggangguku, ku
masih terjaga menunggu pagi”. Lirik tersebut menunjukkan pengulangan yaitu
“ku masih” dan “menunggu pagi” yang diucapkan secara berturut-turut dalam
beberapa baris. Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan bahwa tidak bisa
menenangkan hatinya sehingga tidak bisa beristirahat, hanya bisa menunggu pagi
datang sambil tetap terjaga meski dalam keletihan.
Gaya bahasa selanjutnya adalah asindeton yang terdapat pada bait ke-3
baris ke-1dalam lirik “malam begini, malam tetap begini”. Disebut asindeton
karena tidak ada kata penghubung didalamnya diantara “malam begini” dengan
“malam tetap begini”, tetapi hanya memakai tanda koma ( , ) sebagai pemisah
kalimatnya. Pada lirik tersebut, penyair menggambarkan bahwa waktu yang ia
lalui tidak pernah ada perubahan, tetap terjadi seperti diungkapkan dalam lirik
“malam begini, malam tetap begini”.
Selain simploke dan asindeton, terdapat pula gaya bahasa asonansi pada
bait ke-3 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “entah mengapa pagi enggan
75
kembali”. Gaya bahasa asindeton dalam lirik tersebut dapat terjadi karena
didalamnya terdapat pengulangan untuk vokal “a”.
Selanjutnya adalah gaya bahasa pararelisme pada bait ke-3 yaitu pada lirik
“malam begini, malam tetap begini, entah mengapa pagi enggan kembali”.
Dalam lirik tersebut, terjadi pengulangan pada kata “malam” dan “begini”.
Pengulangan pengucapan pada kata-kata tersebut dimaksudkan untuk
menegaskan kembali dan memberi efek kesungguhan sebelum mengungkapkan
pernyataan yang paling utamanya. Dalam lirik tersebut, pernyataan yang
utamanya adalah pada lirik “entah mengapa pagi enggan kembali”. Dalam bait
ke-3 ini, penyair bermaksud menegaskan bahwa pagi yang enggan kembali yang
diungkapkan dalam lirik tersebut benar-benar dirasakan si penyair dengan
membuat pernyataan “malam begini, malam tetap begini” sebelum membuat
pernyataan “entah mengapa pagi enggan kembali”.
Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan yang berjudul
Menunggu Pagi tersebut, terdapat 4 gaya bahasa didalam liriknya. Keempat
gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 1 jenis gaya bahasa simploke, 1
gaya bahasa asindeton, 1 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa
pararelisme.
76
Menunggu Pagi
Apa yang terjadi dengan hatiku
Ku masih di sini menunggu pagi (Metafora)
Seakan letih tak menggangguku (Personifikasi)
Ku masih terjaga menunggu pagi (Metafora)
Entah kapan malam berhenti
Teman, aku masih menunggu pagi (Metafora)
Malam begini, malam tetap begini
Entah mengapa pagi enggan kembali (Personifikasi)
Untuk kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan ke-4, dan
bait ke-2 baris ke-2, yang lirik-liriknya antara lain yaitu “ku masih di sini
menunggu pagi”, “ku masih terjaga menunggu pagi”, dan “aku masih
menunggu pagi”. Disebut terdapat kiasan metafora karena dalam lirik tersebut
terdapat ungkapan “menunggu pagi”, yang maksudnya adalah bahwa penyair
sedang menunggu waktu yang sedang berlangsung agar segera berlalu.
Selanjutnya adalah kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-1 baris
ke-3, dan bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “seakan letih
tak menggangguku”, merupakan personifikasi karena penyair membuat seakan-
akan keletihan itu hidup dan dapat mengganggu dirinya. Untuk bait ke-3 baris ke-
2 lirik “entah mengapa pagi enggan kembali” merupakan personifikasi karena
pagi dianggap seperti makhluk hidup yang enggan datang menghampiri.
Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Menunggu Pagi
tersebut terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara
lain terdiri dari 3 kiasan metafora, dan 2 kiasan personifikasi.
77
5) Ku Katakan Dengan Indah
Ku katakan dengan indah (Asonansi)
Dengan terbuka hatiku hampa (Asonansi)
Sepertinya luka menghampirinya (Asonansi)
Kau beri rasa yang berbeda
Mungkin ku salah mengartikannya
Yang kurasa cinta
Tetapi hatiku selalu meninggikanmu Terlalu meninggikanmu (Pararelisme)
Selalu meninggikanmu
Kau hancurkan hatiku (Asonansi)
Hancurkan lagi (Pararelisme)
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Asonansi)
Kau terangi jiwaku (Asonansi)
Kau redupkan lagi (Pararelisme)
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Asonansi)
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi (Repetisi)
Membuatku merasakan yang telah terjadi (Asonansi) (Simploke)
Semua yang terbaik dan yang terlewati (Asonansi)
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri (Simploke)
Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi, terdapat pada bait ke-1 baris ke-
, ke-2, dan ke-3, bait ke-4 baris ke-1 dan ke-3, bait ke-5 baris ke-1 dan ke-3, dan
terakhir pada bait ke-6 baris ke-2 dan baris ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 sampai
ke-3 merupakan gaya bahasa asonansi karena pada ketiga lirik tersebut yang
liriknya berbunyi “kukatakan dengan indah”, “dengan terbuka hatiku hampa”,
dan “sepertinya luka menghampirinya”, mengalami pengulangan untuk vokal “a”.
Hampir semua asonansi pada lirik lagu tersebut menggunakan pengulangan untuk
vokal “a”, kecuali pada bait ke-4 baris ke-3 dan bait ke-5 baris ke-3 yang liriknya
78
sama-sama berbunyi “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”. Pada lirik tersebut
pengulangan vokal terjadi pada vokal “u”.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa pararelisme pada lirik lagu
yang berjudul Kukatakan dengan Indah tersebut terdapat pada bait ke-3, bait ke-4,
dan pada bait ke-5. Pada bait ke-3 dalam lirik “tetapi hatiku selalu
meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu”, merupakan
pararelisme karena menggunakan pengulangan untuk memberikan kesan
kesungguhan dalam membuat pernyataan. Pada lirik tersebut, pernyataan utama
yang ingin disampaikan penyair adalah pada lirik “tetapi hatiku selalu
meninggikanmu”, sebelum menguatkan dan memberi kesan kesungguhan
pernyataan tersebut dengan pernyataan sesudahnya yaitu “terlalu meninggikanmu,
selalu meninggikanmu. Kemudian pada bait ke-4 dalam lirik “kau hancurkan
hatiku, hancurkan lagi, kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”, juga merupakan
pararelisme karena sebelum menyampaikan pernyataan “kau hancurkan hatiku
tuk melihatmu” sebagai pernyataan utama, penyair membuat pengulangan untuk
kesan keseriusan dan kesungguhan dengan membuat pernyataan “kau hacurkan
hatiku, hancurkan lagi”. Sama halnya dengan penggunaan pararelisme pada bait
ke-4, dalam bait ke-5 lirik “kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi, kau hancurkan
hatiku tuk melihatmu”, pernyataan utama yang ingin disampaikan penulis adalah
pada lirik “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”. Perbedaannya dengan
parerelisme pada bait ke-4 adalah pada pernyataan-pernyataan penguatnya yaitu
“kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi”. Pada bait ke-5 tersebut, keseriusan
ataupun pengulangan sebagai pembuat kesan kesungguhan terdapat pada kata
79
“kau” yang diulang oleh si penyair, berbeda dengan bait ke-4 yang lebih jelas
membuat pengulangan kata “hancurkan”, sebelum pernyataan utamanya.
Dalam lirik lagu Ku Katakan dengan Indah, terdapat juga penggunaan
gaya bahasa repetisi yaitu pada bait ke-6 dalam lirik “membuatku terjatuh dan
terjatuh lagi”. Dalam lirik tersebut, terdapat pengulangan pada kata “terjatuh”
meskipun diselingi dengan penghubung “dan”. Pengulangan pada kata tersebut
dimaksudkan untuk mengeraskan arti dan makna bahwa si penyair atau komposer
menyiratkan makna “terjatuh” tersebut memang benar-benar dirasakan.
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah simploke yang terdapat pada
bait ke-6 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada baris ke-
1-2 dalam lirik “membuatku terjatuh dan terjatuh lagi, membuatku merasakan
yang telah terjadi”, merupakan simploke karena terjadi pengulangan kata di awal
dalam beberapa baris yaitu “membuatku”. Sedangkan untuk baris ke- 3-4 terjadi
pengulangan pada lirik “semua yang terbaik dan yang terlewati, semua yang
terhenti tanpa kuiakhiri”, yaitu pengulangan pada lirik “semua yang…”.
Pengulangan yang terjadi pada simploke bukan merupakan penekanan makna
seperti repetisi, maupun pararelisme untuk menyatakan suatu kesungguhan, tetapi
hanya sebagai permainan kata agar terkesan lebih menarik.
Kesimpulannya adalah, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Ku Katakan
dengan Indah tersebut terdapat 15 pemakaian gaya bahasa. Lima belas gaya
bahasa tersebut antara lain terdiri dari 9 gaya bahasa asonansi, 3 gaya
bahasa pararelisme, 1 gaya bahasa repetisi, dan 2 gaya bahasa simploke.
80
Ku Katakan dengan Indah
Ku katakan dengan indah (Litotes)
Dengan terbuka hatiku hampa Sepertinya luka menghampirinya (Perbandingan(Simile))
Kau beri rasa yg berbeda (Litotes)
Mungkin ku salah mengartikannya Yang kurasa cinta
Tetapi hatiku selalu meninggikanmu
Terlalu meninggikanmu (Ironi)
Selalu meninggikanmu
Kau hancurkan hatiku (Hiperbola)
Hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Hiperbola)
Kau terangi jiwaku (Ironi)
Kau redupkan lagi Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu (Hiperbola)
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi (Metafora)
Membuatku merasakan yang telah terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri (Metafora)
Kiasan litotes terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2, dan bait ke-2
baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-1, kiasan litotes terdapat dalam lirik
“kukatakan dengan indah, dengan terbuka hatiku hampa”, karena pada lirik
tersebut penyair membuat pernyataan yang membuat seakan-akan penyair
merendahkan atau melemahkan dirinya sendiri yaitu dengan ungkapan“hatiku
hampa”. Maksud dari lirik pada bait tersebut adalah bahwa penyair
mengungkapkan perasaannya kepada seseorang dengan segala kepasrahannya
yang diungkapkan dengan pernyataan “dengan terbuka hatiku hampa”.
Sedangkan pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik “kau beri rasa yang
81
berbeda, mungkin ku salah mengartikannya”, mengandung kiasan litotes atau
melemahkan karena penyair membuat pernyataan yang merendahkan atau
melemahkan pernyataannya yaitu pada lirik “mungkin ku salah mengartikannya”.
Maksud dari lirik tersebut adalah bahwa penyair mengira bahwa dirinya salah
mengartikan perasaan dari seseorang yang dikaguminya, dia mengira bahwa orang
tersebut mengasihinya padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah perbandingan (simile) yang
terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “sepertinya luka menghampirinya”.
Disebut mengandung kiasan perbandingan (simile) karena dalam lirik tersebut
penyair menggunakan kata “sepertinya” sehingga lirik tersebut menggunakan
perbandingan tidak langsung (simile). Karena masih termasuk ke dalam baris ke-1
dan ke-2, maka maksud dari lirik “sepertinya luka menghampirinya” adalah
bahwa penyair mengungkapkan perasaan kepada seseorang dengan kepasrahan
karena dia sudah tahu bahwa orang yang dikasihinya tersebut tidak akan
menerima perasaannya, sehingga ia sudah lebih dahulu merasakan kekecewaan.
Bahasa kiasan selanjutnya adalah ironi yang terdapat pada bait ke-3, dan
pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-3 dalam lirik “tetapi hatiku
selalu meninggikanmu, terlalu meninggikanmu, selalu meninggikanmu”, termasuk
ironi karena dalam lirik tersebut terdapat sindiran terutama pada pernyataan
“terlalu meninggikanmu”. Dalam lirik tersebut, penyair menyindir seseorang
dengan maksud bahwa dia sudah terlalu memuji-muji seseorang yang sebetulnya
tidak terlalu pantas untuk dipuji. Sedangkan pada bait ke-5 baris ke-1 sampai ke-2
dalam lirik “kau terangi jiwaku, kau redupkan lagi” merupakan sindiran yang
82
maksudnya adalah penyair menyindir seseorang karena telah memberikan
harapan, tetapi kemudian menghilangkan harapan tersebut.
Selanjutnya, kiasan yang terdapat dalam lirik lagu berjudul Ku Katakan
dengan Indah tersebut adalah kiasan hiperbola yang terdapat pada bait ke-4 baris
ke-1 sampai ke-2 dan pada baris ke-3, serta pada bait ke-5 baris ke-3. Hiperbola
yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 terdapat dalam lirik “kau
hancurkan hatiku, hancurkan lagi”, karena lirik tersebut menggunakan pernyataan
yang berlebihan. Disebut berlebihan karena tidak mungkin sampai
menghancurkan hati. Sedangkan pada baris ke-3 dan pada bait ke-5 baris ke-3
yang liriknya sama yaitu “kau hancurkan hatiku tuk melihatmu”, merupakan
hiperbola karena tidak mungkin hanya karena melihat dapat menghancurkan hati.
Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-6 baris ke-
1 dan ke-4. Pada baris ke-1 dalam lirik “membuatku terjatuh dan terjatuh lagi”,
merupakan metafora karena makna sebenarnya adalah bahwa penyair merasa
selalu terpuruk atau tersakiti hatinya dengan disimbolkan kata “terjatuh”. Dan
untuk baris ke-4 dalam lirik “semua yang terhenti tanpa ku akhiri”, merupakan
metafora karena makna sebenarnya yaitu bahwa penyair merasa apa yang
dialaminya berakhir tetapi dia tidak mengakhirinya atau menyelesaikannya.
Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Ku Katakan dengan
Indah tersebut terdapat 10 penggunaan bahasa kiasan. Sepuluh kiasan
tersebut antara lain terdiri dari 2 kiasan litotes, 1 kiasan perbandingan
(simile), 2 kiasan ironi, 3 kiasan hiperbola, dan 2 kiasan metafora.
83
6) Sahabat
Bayangkan ku melayang
Seluruh nafasku terbang (Aliterasi)
Bayangkan ku menghilang (Pararelisme)
Semua tanpamu teman
Bila nafasku lepas (Asonansi)
Semua langkah yang lelah (Asonansi) (Pararelisme)
Semua waktu yang hilang (Asonansi)
Tapi bayangmu tetap (Asonansi)
Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)
Kita untuk selamanya kita percaya (Inversi)
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah (Asonansi) (Simpkole)
Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)
Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)
Kita untuk slamanya, kita percaya (Inversi)
Kita bagai cerita wahai sahabat (Asonansi) (Simploke)
Ingatkanku semua wahai sahabat (Asonansi)
Penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1
sampai ke-3 pada lirik “bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang,
bayangkan ku menghilang…”. disebut aliterasi karena didalamnya terdapat
pengulangan konsonan “ng” pada beberapa kata yaitu “bayangkan”, “melayang”,
“terbang”, dan “menghilang”.
Untuk penggunaan gaya bahasa pararelisme terdapat pada bait ke-1, dan
juga pada bait ke-2. Pada bait ke-1 dalam lirik “bayangkan ku melayang, seluruh
nafasku terbang, bayangkan ku menghilang, semua tanpamu teman”, disebut
pararelisme karena mengandung pengulangan kata “bayangkan”. Pengulangan
tersebut merupakan bentuk penegasan dan keseriusan sebelum komposer
mengungkapkan pernyataan utamanya “semua tanpamu teman”. Sedangkan untuk
84
bait ke-2 yaitu lirik “bila nafasku lepas, semua langkah yang lelah, semua waktu
yang hilang, tapi bayangmu tetap”, terjadi pengulangan pada kata “semua”
sebelum komposer mengungkapkan pernyataan yang paling ingin disampaikannya
yaitu “tapi bayangmu tetap”.
Selanjutnya, untuk penggunaan asonansi pada lirik lagu tersebut terdapat
pada bait ke-2 baris ke1 ke-2, ke-3, ke-4, bait ke-3 baris ke-1, ke-3, ke-4, dan bait
ke-4 baris ke-1 dan ke-3. Seluruh asonansi pada lirik lagu tersebut secara
keseluruhan terjadi dikarenakan pengulangan untuk vokal “a”. contoh:
“ingatkanku semua wahai sahabat”, “tapi bayangmu tetap”, dll..
Penggunaan gaya bahasa inversi terdapat pada bait ke-3 baris ke-2, dan
pada bait ke-4 baris ke-2 yang sama-sama berbunyi “kita untuk selamanya kita
percaya”. Disebut inversi karena “kita percaya” sebagai objek seharusnya berada
didepan kalimat (“kita percaya kita untuk selamanya”) Akan tetapi, komposer
atau penyair bermaksud membuat kesan indah.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait
ke-3 baris ke-2 sampai ke-3, dan bait ke-4 baris ke2 sampai ke-3. Pada kedua lirik
tersebut disebut simploke karena keduanya mengulang kata “kita” dalam beberapa
baris dan kalimat. Contoh: “kita untuk selamanya, kita percaya…”.
Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Sahabat tersebut terdapat 17
pemakaian gaya bahasa. Tujuh belas gaya bahasa tersebut antara lain terdiri
dari 1 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa pararelisme, 10 gaya bahasa
asonansi, 2 gaya bahasa inversi, dan 2 gaya bahasa simploke.
85
Sahabat
Bayangkan ku melayang Seluruh nafasku terbang (Alegori)
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpamu teman
Bila napasku lepas (Hiperbola)
Semua langkah yang lelah (Personifikasi)
Semua waktu yang hilang (Metafora)
Tapi bayangmu tetap (Metafora)
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah (Metafora)
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk slamanya, kita percaya
Kita bagai cerita, wahai sahabat (Perbandingan (Simile))
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Penggunaan bahasa kiasan alegori terdapat pada bait ke-1 yaitu dalam lirik
“bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang,
semua tanpamu teman”. Lirik tersebut merupakan alegori karena setiap lirik-
liriknya mulai dari baris pertama sampai ke-3 merupakan metafora yang terjadi
secara berturut-turut sebelum mengungkapkan pernyataan yang paling utama.
Dalam lirik tersebut, pernyataan yang paling utama adalah lirik “semua tanpamu
teman”. Makna dari lirik dalam bait tersebut adalah bahwa penyair berkata kepada
sahabatnya apabila sahabatnya tidak lagi bersamanya maka penyair akan merasa
sangat kehilangan. Kehilangan ini disimbolkan dengan beberapa ungkapan yaitu
“bayangkan ku melayang, seluruh nafasku terbang, bayangkan ku menghilang”.
86
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait
ke-2 baris ke-1 dalam lirik “bila nafasku lepas”. Di sini penyair menggunakan
pernyataan yang berlebihan dengan mengibaratkan nafasnya sampai terlepas.
Secara logika, nafas seseorang dapat terlepas dari jasadnya hanya ketika orang
tersebut meninggal dunia.
Selanjutnya, kiasan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut adalah
personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2 dalam lirik “semua langkah
yang lelah”. Disebut mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan karena di
sini penyair membuat seakan-akan langkah dapat mengalami kelelahan. Padahal
yang dapat mengalami kelelahan adalah orang yang melangkah atau melakukan
kegiatan melangkah tersebut. Maksud dari penyair adalah bahwa kelelahan itu
tidak hanya lelah dalam arti penurunan kondisi fisik saja, akan tetapi kelelahan itu
juga dapat menjadi simbol dari kejenuhan, kesedihan, dan lain-lain. Sedangkan
maksud dari “langkah” di sini bukan hanya langkah dari kaki saja, akan tetapi
merupakan keseluruhan ataupun orang yang bersangkutan.
Penggunaan kiasan selajutnya adalah kiasan metafora yang terdapat pada
bait ke-2 baris ke-3 dan ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-3. Pada bait ke-2 baris
ke-3 dalam lirik “semua waktu yang hilang”, merupakan metafora karena makna
sebenarnya bukanlah waktu yang bisa menghilang, akan tetapi penyair
menyiratkan makna dari lirik tersebut adalah bahwa semua waktu yang telah
terbuang atau waktu-waktu ataupun hari-hari yang telah terlewati yang
disimbolkan dengan “hilang”. Selanjutnya pada baris ke-4 yang masih berkaitan
dengan lirik sebelumnya yaitu pada lirik “tapi bayangmu tetap”, merupakan
87
metafora karena penyair menyimbolkan sahabatnya hanya dengan bayangannya
saja. Ungkapan “bayangmu” disini bukan hanya bayangan saja, akan tetapi secara
keseluruhan. Maksud lirik tersebut adalah penyair mengungkapkan bahwa
meskipun dalam kejenuhan, kelelahan, dan meskipun sudah banyak waktu yang
terlewati, namun sahabatnya akan tetap ada bersamanya. Selanjutnya, kiasan
metafora terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “kita tebarkan arah dan
tak pernah lelah”. Dalam lirik tersebut penyair membuat ungkapan “tebarkan
arah” yang maksudnya adalah menjalani kehidupan di tempat mereka tinggal.
Sehingga maksud dari lirik “kita terbarkan arah dan tak pernah lelah” adalah
bahwa penyair dan sahabatnya selalu menjalani kehidupan dimana mereka berada
dan tak pernah mengalami kejenuhan maupun kelelahan selama mereka selalu
bersama.
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah kiasan perbandingan (simile) yang
terdapat pada bait ke-4 baris ke-3 dalam lirik “kita bagai cerita, wahai sahabat”.
Dalam lirik tersebut terdapat ungkapan “bagai cerita” sehingga dapat disebut
perbandingan (simile). Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan kepada
sahabatnya bahwa kisah mereka berdua sudah seperti cerita ataupun kisah yang
bisa dijadikan sebagai contoh.
Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul
Sahabat tersebut terdapat 7 penggunaan bahasa kiasan. Tujuah kiasan
tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan alegori, 1 kiasan hiperbola, 1 kiasan
personifikasi, 3 kiasan metafora, dan 1 kiasan perbandingan (simile).
88
7) Aku dan Bintang
Lihat ke langit luas (Pleonasme)
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan (Asonansi)
Merangkai mimpi dengan khayalku
Selalu bermimpi dengan hariku (Simploke)
Pernah kau lihat bintang (Asonansi)
Bersinar putih penuh harapan (Aliterasi)
Tangan halusnya terbuka (Asonansi)
Coba temani, dekati aku (Asindeton)
Selalu terangi gelap malamku (Aliterasi)
Dan rasakan semua bintang (Asonansi)
Memanggil tawamu terbang ke atas (Aliterasi, Pleonasme)
Tinggalkan semua hanya kita dan bintang (Asonansi)
Yang terindah meski terlupakan (Aliterasi)
Dan selalu terangi dunia mereka-reka
hanya aku dan bintang (Asonansi)
Penggunaan gaya bahasa pleonasme terdapat pada bait ke-1 baris ke-1, dan
pada bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1 barik ke-1 pada lirik “lihat ke langit
luas”, mengandung gaya bahasa pleonasme karena semua orang tahu bahwa langit
itu luas, jadi tidak perlu ditambah kata “luas”, namun penyair atau komposer ingin
lebih menguatkan makna sehingga kata yang sudah cukup jelas kembali ditambah
kata yang bisa lebih menguatkan lagi maknanya. Untuk bait ke-3 baris ke-2 pada
lirik “memanggil tawamu terbang ke atas”, juga mengandung gaya bahasa
pleonasme karena kita semua tahu bahwa terbang pasti selalu ke atas, jadi tidak
perlu ditambah lagi kata “ke atas”.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat pada bait
ke-1 baris ke-3, bait ke-2 baris ke-1, ke-3- ke-4, dan ke-5, bait ke-3 baris ke-1 dan
89
ke-3, dan bait ke-4 baris ke-3. 6 peristiwa asonansi pada lirik lagu tersebut
semuanya terjadi karena pengulangan vokal “a”. contoh: “tetap bermain awan”.
Untuk gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 sampai ke-
5 yaitu lirik “merangkai mimpi dengan khayalku, selalu bermimpi dengan
hariku”. lirik tersebut disebut mengandung gaya bahasa simploke karena
mengulang kata “mimpi” dalam beberapa baris.
Untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-2 baris ke-2
dan ke-5, dan bait ke-3 baris ke 2, dan bait ke-4 baris ke-1. Bait ke-2 baris ke-2
lirik “bersinar putih penuh harapan” adalah aliterasi karena terjadi pengulangan
konsonan “p”. Baris ke-5 pada lirik “selalu terangi gelap ,malamku”, terjadi
pengulangan konsonan “l”. untuk bait ke-3 baris ke-2 dan bait ke-4 baris ke-1
yaitu lirik “memanggil tawamu terbang ke atas” dan “yang terindah meski
terlupakan”, terjadi pengulangan untuk konsonan “t”.
Selanjutnya, untuk gaya bahasa asindeton terdapat pada bait ke-2 baris ke-
3 pada lirik “coba temani, dekati aku”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa
asindeton karena tidak memakai kata penghubung seperti dan, lalu, dll., tapi
hanya dipisahkan oleh tanda koma.
Jadi, dalam lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan Bintang terdapat 14
penggunaan gaya bahasa. Empat belas gaya bahasa tersebut terdiri dari 2
gaya bahasa pleonasme, 6 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa simploke, 4
gaya bahasa aliterasi, dan 2 gaya bahasa asindeton.
90
Aku dan Bintang
Lihat ke langit luas
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan (Hiperbola)
Merangkai mimpi dengan khayalku (Metafora)
Selalu bermimpi dengan hariku (Hiperbola)
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka (Personifikasi)
Coba temani, dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
Dan rasakan semua bintang (Personifikasi)
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
Yang terindah meski terlupakan
Dan selalu terangi dunia mereka-reka (Alegori)
hanya aku dan bintang
Kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 dan baris ke-5. Pada
baris ke-3 dalam lirik “tetap bermain awan”. Lirik tersebut merupakan hiperbola
karena menggunakan pengungkapan yang berlebihan, padahal tidak mungkin
seseorang bisa bermain-main dengan awan kecuali dalam khayalan. Sedangkan
pada baris ke-5 dalam lirik “selalu bermimpi dengan hariku”, disebut hiperbola
atau berlebihan karena seseorang tidak mungkin akan selalu bermimpi.
Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-
4 dalam lirik “merangkai mimpi dengan khayalku”. Disebut metafora karena
maksud dari lirik tersebut yang sebenarnya dari penyair adalah bahwa khayalan
atau imajinasi dapat melakukan apa saja, bahkan untuk merangkai mimpi. Selagi
masih dalam khayalan maka apapun bisa dilakukan.
91
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah personifikasi yang terdapat pada
bait ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2. Pada bait ke-2 dalam lirik
“pernah kau lihat bintang bersinar putih penuh harapan, tangan halusnya
terbuka coba temani dekati aku, selalu terangi gelap malamku”, mengandung
kiasan personifikasi karena penyair membuat seakan akan bintang itu hidup dan
memiliki tangan halus yang bisa datang dan menemani. Selanjutnya pada bait ke-
3 dalam lirik “dan rasakan semua bintang, memanggil tawamu terbang ke atas
tinggalkan semua…”, juga mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan
karena penyair membuat seakan-akan bintang dapat memanggil manusia.
Selanjutnya, bahasa kiasan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut
adalah kiasan alegori yang terdapat pada bait ke-4 yaitu dalam lirik “yang
terindah meski terlupakan , dan selalu terangi dunia mereka-reka, hanya aku dan
bintang”. Merupakan alegori atau metafora yang beruntun karena dalam lirik-lirik
pada bait tersebut memang mengandung kiasan metafora secara beruntun yaitu
“yang terindah meski terlupakan, dan selalu terangi dunia mereka-reka…”. Lirik-
lirik tersebut diungkapkan sebelum pernyataan utamanya yaitu “hanya aku dan
bintang”. Maksud dari lirik-lirik tersebut adalah penyair menungkapkan bahwa
meskipun semua keindahan sudah berlalu, akan tetapi masih selalu terasa.
Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Aku dan Bintang terdapat 6
penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 2 kiasan hiperbola, 1
kiasan metafora, 2 kiasan personifikasi, dan 1 kiasan alegori.
92
8) Mungkin Nanti
Saatnya ku berkata
Mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua (Aliterasi)
Ku yakin inilah waktunya
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi (Simploke)
Mungkin saja rasa itu telah pergi
Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi
Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali (Asonansi)
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua di sini
Dan bila hatimu termenung
Bangun dari mimpi-mimpimu
Membuka hatimu yang dulu (Asonansi)
Cerita saat masalahku (Asonansi)
Tak usah kau tanyakan lagi (Asonansi)
Simpan untukmu sendiri Semua sesal yang kau cari (Asonansi) (Pararelisme)
Semua rasa yang kau beri
Penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-3 yaitu
pada lirik “sudahlah lepaskan semua”. Pada lirik tersebut terdapat gaya bahasa
aliterasi karena terjadi pengulangan untuk konsonan “s”.
Selanjutnya untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait
ke-2 baris ke-1 sampai ke-2 yaitu lirik “mungkin saja kau bukan yang dulu lagi,
mungkin saja rasa itu telah pergi”. Pada lirik tersebut mengandung gaya bahasa
simploke karena terjadi pengulangan kata dalam beberapa baris yaitu “mungkin
saja…”. Pengulangan tersebut dilakukan oleh si pencipta lagu atau komposer agar
lebih memberikan kesan lebih menarik ketika diperdengarkan.
93
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah asonansi yang terdapat pada
bait ke-3 baris ke-2 sampai ke-3, bait ke-3 baris ke-3 dan baris ke-4, dan bait ke-5
baris ke-1 dan baris ke-3. Pada bait ke-3 baris ke-2 sampai ke-3 dalam lirik “satu
pintaku jangan kau coba tanyakan kembali rasa yang ku tinggal mati”,
merupakan asonansi karena terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Untuk bait ke-3
baris ke-3 pada lirik “membuka hatimu yang dulu”, terjadi pengulangan untuk
vokal “u”. Selanjutnya, peristiwa asonansi yang terjadi pada lirik lagu Mungkin
Nanti disebabkan oleh pengulangan vokal “a” yaitu “cerita saat masalahku”, “tak
usah kau tanyakan lagi”, dan “semua sesal yang kau cari”.
Gaya bahasa selanjutnya adalah pararelisme yang terdapat dalam bait ke-
5 yaitu pada lirik “tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri, semua
sesal yang kau cari, semua rasa yang kau beri”. Pada lirik tersebut, komposer
membuat pernyataan “tak usah kau tanyakan lagi” sebagai pernyataan utama
yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Setelah pernyataan tersebut
diungkapkan, komposer membuat pernyataan dan pengulangan yang dapat
memperkuat penekanan dan memberikan kesan keseriusan yaitu pada lirik
“simpan untukmu sendiri, semua sesal yang kau cari, semua rasa yang kau beri”.
Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Mungkin Nanti
terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Delapan gaya bahasa tersebut antara
lain terdiri dari 1 gaya bahasa aliterasi, 1 gaya bahasa simploke, 5 gaya
bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa pararelisme.
94
Mungkin Nanti
Saatnya ku berkata
Mungkin yang terakhir kalinya (Litotes)
Sudahlah lepaskan semua
Ku yakin inilah waktunya
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi (Ironi)
Mungkin saja rasa itu telah pergi (Personifikasi)
Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi
Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati (Hiperbola)
Seperti hari kemarin saat semua di sini
Dan bila hatimu termenung (Personifikasi)
Bangun dari mimpi-mimpimu
Membuka hatimu yang dulu (Metafora)
Cerita saat masalahku
Tak usah kau tanyakan lagi
Simpan untukmu sendiri (Ironi)
Semua sesal yang kau cari
Semua rasa yang kau beri
Penggunaan kiasan litotes dalam lirik tersebut terdapat pada bait ke-1 baris
ke-1 sampai ke-2 yaitu lirik “saatnya ku berkata mungkin yang terakhir
kalinya”. Lirik tersebut mengandung kiasan litotes karena penyair menggunakan
pengungkapan yang merendah atau melemahkan pernyataannya. Pada pernyataan
“mungkin yang terakhir kalinya”, penyair merendah padahal belum tentu apa yang
dia katakana itu benar, karena mungkin saja suatu hari nanti akan bertemu
kembali dengan orang yang dimaksudnya dan dapat berbicara lagi dengannya.
Kiasan selajutnya adalah ironi yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1, dan
pada bait ke-5. Pada bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik “mungkin saja kau bukan
yang dulu lagi”, disebut mengandung kiasan ironi karena merupakan sindiran dari
95
penyair kepada orang yang dimaksudnya. Maksud dari lirik tersebut adalah,
penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa mungkin saja suatu hari nanti
apabila bisa bertemu kembali, orang yang dimaksudkan tersebut sudah berubah
dan tidak seperti yang dikenal oleh si penyair. Kemudian pada bait ke-5 dalam
lirik “tak usah kau tanyakan lagi, simpan untukmu sendiri, semua sesal yang
kau cari, semua rasa yang kau beri”, juga mengandung kiasan ironi karena
terdapat sindiran terutama pada pernyataan “tak usah kau tanyakan lagi, simpan
untukmu sendiri…”. Maksud penyair dalam lirik-lirik pada bait ke-5 adalah bahwa
penyair memberikan pernyataan kepada seseorang agar orang tersebut tidak perlu
bertanya-tanya lagi, dan penyair membiarkan orang tersebut merasakan
penyesalannya sendiri.
Penggunaan bahasa kiasan yang selanjutnya adalah kiasan personifikasi
yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1. Untuk bait
ke-2 baris ke-2, kiasan personifikasi terdapat pada lirik “mungkin saja masa itu
telah pergi”. Lirik tersebut mengandung kiasan personifikasi atau penginsanan
karena penyair membuat seakan-akan “masa” atau dalam arti lain adalah “waktu”
dapat pergi dan meninggalkannya seperti halnya manusia. Maksud dari lirik
tersebut adalah penyair mengungkapkan kepada seseorang bahwa mungkin saja
masa-masa mereka sedang bersama, suatu hari nanti akan berbeda karena orang
tersebut sudah berubah atau sudah tidak seperti yang si penyair kenal. Kemudian
kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 yaitu terdapat dalam
lirik “dan bila hatimu termenung”. Merupakan personifikasi karena penyair
membuat seakan-akan hati dapat termenung seperti halnya manusia. Makna lirik
96
tersebut sebenarnya adalah bahwa yang termenung bukanlah hatinya saja, akan
tetapi orang yang memiliki hati itulah yang termenung.
Kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-
3 dalam lirik “rasa yang ku tinggal mati”. Lirik tersebut merupakan hiperbola
karena penyair berlebihan mengungkapkan pernyataannya. Maksud penyair
bukanlah meninggalkan rasa itu melalui kematian, akan tetapi hanya
meninggalkan rasa atau perasaan itu dalam-dalam, melupakan perasaan tersebut,
dan tidak lagi mengingat-ingatnya kembali.
Penggunaan kiasan yang selanjutnya adalah kiasan metafora yang terdapat
pada bait ke-4 baris ke-3, yaitu dalam lirik “membuka hatimu yang dulu”.
Peristiwa metafora atau perlambangan terdapat pada pernyataan “membuka
hatimu” yang maksudnya adalah tidak menutup-nutupi atau menyatakan segala
perasaan. Sehingga lirik “membuka hatimu yang dulu” maksudnya adalah bahwa
penyair berharap seseorang yang dimaksudkannya itu apabila sedang teringat akan
perasaannya yang pernah orang tersebut rasakan pada masa dulu, maka penyair
berharap orang tersebut tidak menutup-nutupi apabila teringat kembali kenangan
masa lalu mereka sewaktu masih bersama.
Kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Peterpan berjudul
Mungkin Nanti terdapat 7 penggunaan bahasa kiasan. Ketujuh kiasan
tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan litotes, 2 kiasan ironi, 2 kiasan
personifikasi, 1 kiasan hiperbola, dan 1 kiasan metafora.
97
9) Di Belakangku
Kau peluk aku sebelum membunuhku (Asonansi)
Tersenyum melihatku, melamun melihatmu (Aliterasi, Asindeton)
Kau menungguku, menunggu ku terjatuh (Asonansi, Asindeton)
Setiap langkah tertuju
Setia dalam renungku (Aliterasi)
Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu (Repetisi)
Mati di depanku di depanku, di depanku (Repetisi)
Apa yang kau lakukan dibelakangku (Asonansi)
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku (Asonansi)
Apa yang kau lakukan dibelakangku (Asonansi)
Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku (Repetisi)
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke 1, bait ke-2 baris
ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1, ke-2, dan ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dan bait
ke-2 baris ke ke-1 dalam lirik “kau peluk aku sebelum membunuhku” dan “kau
menungguku, menunggu ku terjatuh”, mengandung gaya bahasa asonansi karena
terjadi pengulangan untuk vokal “u”. sedangkan pada bait ke-4 baris ke-1, ke-2,
dan ke-3 dalam lirik “apa yang kau lakukan di belakangku”, dan “mengapa tak
kau tunjukkan dihadapanku”, merupakan asonansi dengan pengulangan untuk
vokal “a”.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait
ke-1 baris ke-1, dan pada bait ke-2 baris ke-2 sampai ke-3. Pada bait ke-1 baris
ke-1 dalam lirik “tersenyum melihatku, melamun melihatmu”, mengandung gaya
bahasa aliterasi karena terdapat pengulangan untuk konsonan “m”. Sedangkan
untuk bait ke-2 pada baris ke-2 sampai ke-3 dalam lirik “setiap langkah tertuju,
setia dalam renungku”, merupakan aliterasi karena terjadi pengulangan pada awal
98
kata yang juga merupakan konsonan yaitu untuk konsonan “s”. Meskipun lirik
tersebut berada dalam beberapa baris, akan tetapi masih dalam satu kesatuan
kalimat.
Untuk penggunaan gaya bahasa asindeton terdapat pada bait ke-1 baris ke-
2, dan bait ke-2 baris ke-1. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “tersenyum
melihatku, melamun melihatmu”, disebut asindeton karena tidak menggunakan
kata penghubung seperti dan, lalu, kemudian, dll., akan tetapi hanya dipisahkan
oleh tanda koma. Begitupun halnya yang terjadi dalam lirik pada bait ke-2 baris
ke-1 yaitu “kau menungguku, menunggu ku terjatuh”, tidak menggunakan
penghubung, hanya dipisahkan oleh tanda koma.
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah repetisi yang terdapat pada
bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2, dan pada bait ke-4 baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait
ke-3 baris ke-1 dan ke-2 dalam lirik “aku menunggumu, menunggumu,
menunggumu, mati di depanku, di depanku, di depanku”, merupakan repetisi
karena mengulang kata “menunggumu” dan “di depanku” sebagai penekanan
untuk mengeraskan arti. Begitupun halnya dengan bait ke-4 baris ke-3 sampai ke-
4 dalam lirik “apa yang kau lakukan di belakangku, di belakangku, di
belakangku, di belakangku”, terdapat pengulangan kata “di belakangku”.
Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul Di Belakangku tersebut
terdapat 12 penggunaan gaya bahasa. Dua belas gaya bahasa tersebut
antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, 2 gaya bahasa aliterasi, 2
gaya bahasa asindeton, dan 3 gaya bahasa repetisi.
99
Di Belakangku
Kau peluk aku sebelum membunuhku (Ironi)
Tersenyum melihatku, melamun melihatmu
Kau menungguku, menunggu ku terjatuh (Ironi)
Setiap langkah tertuju
Setia dalam renungku
Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu
Mati di depanku di depanku, di depanku
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku (Ironi)
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku
Pada bait ke-1 baris ke-1, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1
sampai ke-2. Pada bait ke-1 dalam lirik “kau peluk aku sebelum membunuhku”,
disebut ironi karena penyair menyinggung seseorang dimana makna sebenarnya
yaitu penyair merasa diperhatikan lebih oleh seseorang sebelum akhirnya disakiti.
Selanjutnya, Pada bait ke-2 dalam lirik “kau menungguku, menunggu ku terjatuh”,
juga merupakan sindiran terhadap seseorang dari penyair yang bermaksud
mengungkapkan bahwa orang tersebut sebenarnya sedang menunggu penyair
“terjatuh” atau dengan kata lain terpuruk. Terakhir pada bait ke-4 yaitu dalam
lirik “apa yang kau lakukan di belakangku, mengapa tak kau tunjukkan
dihadapanku”, juga merupakan ironi atau sindiran dari penyair terhadap seeorang,
di mana penyair mengungkapkan bahwa penyair merasa curiga atas apa yang
selama ini diperbuat orang tersebut dan tidak penyair ketahui karena orang
tersebut tidak memberitahu si penyair. Jadi, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul
Di Belakangku mengandung 3 kiasan ironi.
100
10) Langit tak Mendengar
Jalan hidup telah memilih
Menurunkan aku ke bumi (Asonansi)
Hari berganti dan berganti (Repetisi)
Aku diam tak memahami (Asonansi)
Mengapa hidup begitu sepi (Simploke)
Apakah hidup seperti ini (Simploke)
Mengapa ku selalu sendiri
Apakah hidupku tak berarti
Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya (Asonansi, Pleonasme)
Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar (Asonansi)
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan ke-4, dan
bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2. Pada bait ke-1 untuk baris ke-2 dalam lirik
“menurunkan aku ke bumi” mengandung gaya bahasa asonansi karena terjadi
pengulangan untuk vokal “u”, sedangkan untuk baris ke-4 dalam lirik “aku diam
tak memahami”, terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Selain itu, peristiwa
asonansi untuk vokal “a” terdapat pula pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2 yaitu
lirik “coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya” dan lirik “aku bertanya
pada langit tua langit tak mendengar”.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa repetisi terdapat pada bait ke-
1 baris ke-3 dalam lirik “hari berganti dan berganti”. Lirik tersebut disebut
repetisi karena penyair melakukan pengulangan untuk menguatkan makna pada
kata “berganti”. Pengulangan tersebut dilakukan dengan maksud menguatkan dan
meyakinkan pada para pendengar atau pembacanya bahwa hari memang benar-
benar akan selalu berganti dan berganti seiring berjalannya waktu.
101
Untuk penggunaan gaya bahasa simploke, terdapat pada bait ke-2 yaitu
dalam lirik”mengapa hidup begitu sepi, apakah hidup seperti ini, mengapa ku
selalu sendiri, apakah hidupku tak berarti”. Disebut mengandung gaya bahasa
simploke karena dalam lirik tersebut terjadi pengulangan kata dalam beberapa
baris maupun kalimat untuk kata “mengapa” dan “apakah”. Pengulangan tersebut
dilakukan oleh seorang komposer atau penulis lagu untuk mendapatkan nilai
keindahan dan kesyahduan tersendiri ketika lirik tersebut diperdengarkan kepada
para pendengarnya.
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa pleonasme yang
terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 yaitu dalam lirik “coba bertanya pada manusia
tak ada jawabnya”. Peristiwa pleonasme dalam lirik tersebut terjadi ketika penyair
menggunakan pemubaziran kata saat mengungkapkan pernyataan “bertanya pada
manusia”. Secara logika, ketika seseorang memiliki pertanyaan dan ingin
menanyakannya, maka sudah pasti ia akan bertanya kepada kepada orang lainnya
dalam atau dengan kata lain kepada manusia lainnya, dan tidak masuk akal jika
seseorang bertanya kepada hewan, benda mati, ataupun tumbuhan. Namun
kembali penulis ingin menguatkan makna kepada para pendengarnya.
Kesimpulannya, di dalam lirik lagu Peterpan berjudul langit tak
Mendengar tersebut terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Delapan gaya
bahasa tersebut antara lain terdiri dari 4 gaya bahasa asonansi, 1 gaya
bahasa repetisi, 2 gaya bahasa simploke, dan 1 pleonasme.
102
Langit tak Mendengar
Jalan hidup telah memilih
Menurunkan aku ke bumi (Personifikasi)
Hari berganti dan berganti Aku diam tak memahami (Litotes)
Mengapa hidup begitu sepi
Apakah hidup seperti ini
Mengapa ku selalu sendiri
Apakah hidupku tak berarti (Litotes)
Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya (Depersonifikasi)
Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar (Personifikasi)
Penggunaan kiasan personifikasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai
ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-2. Pada bait ke-1, penggunaan kiasan
personifikasi terdapat dalam lirik “jalan hidup telah memilih, menurunkan aku ke
bumi”, karena dalam lirik tersebut terdapat penginsanan pada kata “memilih” dan
“menurunkan”. Makna dalam lirik tersebut adalah, penyair mengungkapkan
bahwa jalan hidup yang ditentukan oleh yang maha kuasa telah menciptakan
dirinya untuk hidup dan tinggal di dunia ini. Maksud dari ungkapan “jalan hidup”
pada lirik tersebut tidak lain adalah takdir yang merupakan kodrat yang sudah
dimiliki oleh setiap manusia. Kemudian pada bait ke-3 baris ke-2, kiasan
personifikasi terdapat dalam lirik “aku bertanya pada langit tua langit tak
mendengar”. Lirik tersebut merupakan personifikasi atau penginsanan karena di
dalamnya penyair mengungkapkan bahwa ia telah bertanya kepada langit.
Meskipun ia tahu bahwa langit tidak dapat mendengar, namun penyair tetap
menganggap bahwa langit dapat mendengar apa yang dikatakannya.
103
Kiasan selajutnya adalah litotes yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-3
sampai ke-4, dan pada bait ke-2 baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-1 dalam lirik
“hari berganti dan berganti, aku diam tak memahami”, merupakan litotes karena
dalam lirik tersebut penyair merendah atau melemahkan pernyataan dengan
mengatakan “aku diam tak memahami”, padahal apa yang diungkapkan oleh
penyair itu belum tentu benar. Selajutnya pada bait ke-2 dalam lirik “mengapa ku
selalu sendiri, apakah hidupku tak berarti”, juga merupakan litotes atau
merendahkan dan melemahkan pernyataan karena pada lirik tersebut penyair
merendah dengan mengatakan “apakah hidupku tak berarti”. Disebut merendah
karena belum tentu apa yang diungkapkan oleh penyair itu benar, bisa saja
sebenarnya hidup si penyair itu berguna dan berarti bagi orang-orang di
sekitarnya.
Penggunaan bahasa kiasan selanjutnya adalah depersonifikasi yang
terdapat pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “coba bertanya pada manusia tak
ada jawabnya”. Lirik tersebut mengandung kiasan depersonifikasi ataupun
pembendaan yang merupakan lawan dari personifikasi (penginsanan), karena telah
membuat manusia seakan-akan tidak mampu menjawab pertanyaan yang
ditujukan kepadanya, dengan kata lain membuat manusia seperti benda yang tidak
bisa menjawab bila ditanya oleh seseorang, padahal manusia bisa menjawab
meskipun ia tidak selalu tahu jawaban yang benar.
Jadi, dalam lirik lagu Peterpan berjudul Langit tak Mendengar terdapat 5
penggunaan bahasa kiasan. Kelima kiasan tersebut antara lain terdiri dari 2
kiasan personifikasi, 2 kiasan litotes, dan 1 kiasan depersonifikasi.
104
4.2.1.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan
Lirik Lagu Peterpan Album Alexandria
Berdasarkan hasil analisis data mengenai penggunaan gaya bahasa dan
bahasa kiasan yang dilakukan peneliti pada 10 lirik lagu Peterpan dalam album
Alexandria, terdapat 107 penggunaan gaya bahasa dan 58 penggunaan bahasa
kiasan yang digunakan penyair atau komposer untuk memberi dan menambahkan
nilai keindahan disetiap liriknya. 107 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain
terdiri dari 10 atau 9,34% gaya bahasa repetisi, 4 atau 3,73% gaya bahasa inversi,
11 atau 10,28% gaya bahasa aliterasi, 51 atau 47,66% gaya bahasa asonansi, 7
atau 6,54% gaya bahasa pararelisme, 12 atau 11,21% gaya bahasa simploke, 5
atau 4,67% gaya bahasa pleonasme, dan 7 atau 6,54% gaya bahasa asindeton.
Sedangkan untuk 58 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 2 atau
3,44% kiasan perbandingan (simile), 19 atau 32,75% kiasan metafora, 2 atau
3,44% kiasan alegori, 9 atau 15,51% kiasan personifikasi, 1 atau 1,72% kiasan
depersonifikasi, 10 atau 17,24% kiasan hiperbola, 8 atau 13,79% kiasan ironi, dan
7 atau 12,06% kiasan litotes. Dalam lirik lagu Peterpan album Alexandria, gaya
bahasa yang sering muncul adalah asonansi yaitu 51 kali penggunaan atau
47,66%. Sedangkan untuk gaya bahasa yang jarang muncul adalah gaya bahasa
inversi yaitu hanya ada 4 penggunaan atau 3,73%. Kemudian untuk penggunaan
bahasa kiasan, yang paling sering muncul dalam lirik lagu Peterpan adalah kiasan
Metafora yaitu 19 kali penggunaan atau sekitar 32,75%. Sedangkan kiasan yang
paling jarang muncul adalah kiasan depersonifikasi yaitu hanya terdapat 1
penggunaan atau 1,72%. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
105
Tabel hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Peterpan
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
No Judul Lagu Gaya Bahasa
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Tak Bisa kah 3 1 - 5 - 3 1 1 14
2 Jauh Mimpiku - - 3 4 - - - 1 8
3 Membebaniku 2 1 - 2 - - 1 1 7
4 Menunggu Pagi - - - 1 1 1 - 1 4
5 Kukatakan dengan Indah 1 - - 9 3 2 - - 15
6 Sahabat - 2 1 10 2 2 - - 17
7 Aku dan Bintang - - 4 6 - 1 2 1 14
8 Mungkin Nanti - - 1 5 1 1 - - 8
9 Di Belakangku 3 - 2 5 - - - 2 12
10 Langit tak Mendengar 1 - - 4 - 2 1 - 8
Jumlah
(Persentase)
10
(9,34%)
4
(3,73%)
11
(10,28%)
51
(47,66%)
7
(6,54%)
12
(11,21%)
5
(4,67%)
7
(6,54%) 107
(100%)
106
Tabel hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Peterpan
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
No Judul Lagu Bahasa Kiasan
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Tak Bisa kah - 2 - - - 3 1 - 6
2 Jauh Mimpiku - 3 - - - - - 2 5
3 Membebaniku - 4 - - - - - - 4
4 Menunggu Pagi - 3 - 2 - - - - 5
5 Kukatakan dengan Indah 1 2 - - - 3 2 2 10
6 Sahabat 1 3 1 1 - 1 - - 7
7 Aku dan Bintang - 1 1 2 - 2 - - 6
8 Mungkin Nanti - 1 - 2 - 1 2 1 7
9 Di Belakangku - - - - - - 3 - 3
10 Langit tak Mendengar - - - 2 1 - - 2 5
Jumlah
(Persentase)
2
(3,44%)
19
(32,75%)
2
(3,44%)
9
(15,51%)
1
(1,72%)
10
(17,24%)
8
(13,79%)
7
(12,06%) 58
(100%)
107
4.2.2 Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan Lirik Lagu Ungu
1) Melayang
Disini dibatasanku
Mencoba menegakkan langkahku (Aliterasi)
Mencari rasa yang hilang bersamamu (Asonansi)
Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu (Aliterasi)
Yang datang menghantui setiap malamku (Asonansi)
Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu
Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku
Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap (Aliterasi, Pleonasme)
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku (Aliterasi)
Terbang melayang menyusuri ruang cinta (Aliterasi, Pleonasme)
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku (Aliterasi)
Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-
1, dan pada bait ke-3 baris ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-2,
penggunaan gaya bahasa aliterasi terdapat dalam lirik “mencoba menegakkan
langkahku”, karena terjadi pengulangan pada awalan “men” pada kata “mencoba”
dan “menegakkan”. Pada bait ke-2 baris ke-1, gaya bahasa aliterasi terdapat pada
lirik “dan ku beranikan diri berlari mengejar bayanganmu”, karena dalam lirik
tersebut terdapat pengulangan untuk konsonan “r”. kemudian pada bait ke-3 baris
ke-1 dalam lirik “kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap”, disebut
memiliki gaya bahasa aliterasi karena terjadi pengulangan untuk konsonan “ng”
pada kata “terbang” dan “melayang”. Pengulangan konsonan “ng” pada kata yang
sama juga terjadi pada bait ke-3 baris ke-2, yaitu dalam lirik “terbang melayang
menyusuri ruang cinta”. Selanjutnya pada bait ke-3 baris ke-2 dalam lirik “ku
berharap ku akan temukan dirimu untukku”, juga terdapat gaya bahasa aliterasi
108
karena terjadi pengulangan untuk konsonan “k”. pengulangan konsonan “k” juga
terjadi pada bait ke-3 baris ke-4 dengan lirik yang sama.
Gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa asonansi yang terdapat pada
bait ke-1 baris ke-3, dan pada bait ke-2 baris ke-2. Pada bait ke-1 baris ke 3,
penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat dalam lirik “mencari rasa yang hilang
bersamamu”. Disebut memiliki gaya bahasa asonansi karena dalam lirik tersebut
terjadi pengulangan untuk vokal “a”. Selanjutnya, pengulangan vokal “a” juga
ada pada bait ke-2 baris ke-2, lirik “yang datang menghantui setiap malamku”.
Kemudian, untuk penggunaan gaya bahasa pleonasme terdapat pada bait
ke-3 baris ke-1, dan ke-3. Pada bait ke-3 baris ke-1, penggunaan gaya bahasa
pleonasme terdapat dalam lirik “kini ku terbang melayang mencoba kepakkan
sayap”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pleonasme ataupun pemubaziran kata
karena setelah kata “terbang”, penyair atau komposer menambahkan kata
“melayang”. Penambahan kata “terbang” setelah kata “melayang” merupakan
pemubaziran kata karena siapapun tahu bahwa segala sesuatau yang terbang itu
sudah pasti melayang, sehingga tidak perlu lagi menambahkan kata “melayang”.
Gaya bahasa pleonasme dengan kasus yang sama juga terjadi pada baris ke-3
dalam lirik “terbang melayang menyusuri ruang cinta”.
Jadi, dalam lirik lagu berjudul Melayang, terdapat 10 penggunaan gaya
bahasa. 10 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 6 gaya
bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa pleonasme.
109
Melayang
Disini dibatasanku
Mencoba menegakkan langkahku (Metafora)
Mencari rasa yang hilang bersamamu (Metafora)
Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu (Hiperbola)
Yang datang menghantui setiap malamku Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu (Hiperbola)
Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku (Personifikasi)
Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap (Hiperbola)
Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ku
Terbang melayang menyusuri ruang cinta (Metafora)
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku
Untuk kiasan metafora terdapat pada bait ke-1 baris ke-2 dan baris ke-3,
dan pada bait ke-3 baris ke-3. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi
“mencoba menegakkan langkahku”, merupakan metafora karena terdapat
ungkapan “menegakkan langkahku”. Makna yang ingin disampaikan penyair
adalah bahwa penyair mencoba bersabar, mencoba tegar, dengan ungkapan
“menegakkan langkah” tersebut. Kemudian pada baris ke-3 yang masih
berhubungan dengan baris ke-2, dalam lirik “mencari rasa yang hilang
bersamamu”, memiliki kiasan metafora karena terdapat ungkapan “rasa yang
hilang”. Makna dari ungkapan “rasa yang hilang” yang dikemukakan penyair
adalah perasaan sayang atau cinta yang dahulu pernah ada tapi sudah tidak ada
lagi, dan penyair mencoba mencari kembali perasaan tersebut, dan mencoba tegar
serta sabar dalam mencari perasaan itu. Kiasan metafora selanjutnya terdapat
pada bait ke-3 baris ke-3 dalam lirik “terbang melayang menyusuri ruang cinta”.
Disebut metafora karena dalam lirik tersebut terdapat ungkapan “terbang
110
melayang” dan “menyusuri ruang cinta”. Makna yang ingin disampaikan penyair
dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair memiliki kebebasan dalam mencari
perasaan cinta yang telah hilang di dalam hatinya.
Selanjutnya, penggunaan kiasan dalam lirik lagu Melayang adalah kiasan
hiperbola yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2, dan baris ke-3,
serta pada bait ke-3 baris ke-1. Dalam bait ke-2 baris ke-1 dan 2 dalam lirik “dan
ku beranikan diri berlari mengejar bayanganmu yang datang menghantui setiap
malamku”, merupakan hiperbola karena pernyataan “bayanganmu yang datang
menghantui setiap malamku” merupakan pernyataan berlebihan. Pernyataan
berlebihan juga terdapat pada baris ke-3 dalam lirik “terhempas tubuhku di
memeluk tubuhmu”, karena “terhempas” saat hanya memeluk adalah hal yang
berlebihan. Kemudian pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik “kini ku terbang
melayang mencoba kepakkan sayap”, juga merupakan hiperbola atau melebih-
lebihkan karena tidak mungkin ada orang yang memiliki sayap dan bisa terbang.
Kiasan selanjutnya adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2 baris
ke-4 dalam lirik, “terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku”. Disebut
personifikasi karena penyair menggambarkan bahwa mimpi dapat memasung
seperti halnya manusia.
Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Melayang tersebut, terdapat 7
penggunaan bahasa kiasan. Tujuh penggunaan kiasan tersebut antara lain
terdiri dari 3 kiasan metafora, 3 kiasan hiperbola, dan 1 kiasan personifikasi.
111
2) Seperti Yang Dulu
Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini
Semuanya telah berlalu bersama lukaku (Asonansi)
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Asonansi)
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani
Hatiku yang telah terluka karena dustamu (Aliterasi)
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Asonansi)
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu (Simploke)
Takkan ada yang rindu seperti yang dulu
Seperti yang dulu (Repetisi)
Seperti yang dulu
Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu tersebut
terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, bait ke-2 baris ke-1, dan bait ke-4 baris ke-1.
Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik “semuanya telah berlalu bersama lukaku”,
memiliki gaya bahasa asonansi karena terdapat pengulangan untuk vokal “a”.
Pengulangan untuk vokal “a” yang mengakibatkan terjadinya peristiwa asonansi
juga terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, yang memiliki lirik sama dengan lirik
pada bait ke-4 baris ke-1 yaitu lirik “semua yang telah berakhir antara hatiku dan
hatimu”.
Penggunaan gaya bahasa yang selanjutnya adalah gaya bahasa aliterasi
yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 yaitu dalam lirik “hatiku yang telah
terluka karena dustamu”. Lirik tersebut mengandung gaya bahasa aliterasi karena
penyair menggunakan pengulangan konsonan “t” di dalamnya beberapa kali.
112
Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Ungu berjudul
Seperti yang Dulu tersebut adalah gaya bahasa simploke yang terdapat pada bait
ke-4 dari baris ke-1 sampai baris ke-4. Dalam bait tersebut, yang liriknya berbunyi
“semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu, takkan ada cinta seperti
yang dulu. Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu, takkan ada
rindu seperti yang dulu.”, terdapat pengulangan yang dibuat oleh penyair atau si
penulis lagu yaitu pada pernyataan “semua yang telah berakhir” dan “takkan ada”
dalam beberapa baris atau pun kalimat, sehingga disebut mengandung gaya
bahasa simploke.
Penggunaan gaya bahasa dalam lirik lagu Seperti yang Dulu selanjutnya
adalah gaya bahasa repetisi yang terdapat pada bait ke-5 ataupun bait yang
terakhir yaitu dalam lirik “seperti yang dulu, seperti yang dulu”. Lirik tersebut
mengandung gaya bahasa repetisi karena penyair atau penulis lirik menggunakan
pengulangan terhadap lirik “seperti yang dulu” dua kali secara utuh dan penuh,
bahkan tanpa penambahan dan pengurangan sedikitpun didalamnya. Pengulangan
tersebut dilakukan oleh sang penyair dimaksudkan untuk memberikan tekanan dan
mengeraskan arti bagi para pembaca maupun pendengar, bahwa apa yang
dituliskan maupun dinyatakan si penyair merupakan suatu keseriusan.
Jadi, dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Seperti yang Dulu tersebut,
terdapat 6 penggunaan gaya bahasa. 6 penggunaan gaya bahasa tersebut
antara lain terdiri dari 3 gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa aliterasi, 1
gaya bahasa simploke, dan 1 gaya bahasa repetisi.
113
Seperti yang Dulu
Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini (Ironi)
Semuanya telah berlalu bersama lukaku
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Ironi)
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani
Hatiku yang telah terluka karena dustamu (Personifikasi)
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu (Ironi)
Takkan ada cinta seperti yang dulu Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu (Ironi)
Takkan ada yang rindu seperti yang dulu
Seperti yang dulu
Seperti yang dulu
Untuk kiasan ironi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2, bait ke-
2 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3
sampai ke-4. Pada kiasan ironi bait ke-1 terdapat dalam lirik yang berbunyi
“tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini, semuanya telah berlalu bersama
lukaku”. Lirik tersebut memiliki kiasan ironi karena merupakan sindiran kepada
seseorang yang dimaksudkan oleh penyair, terlebih penyair menguatkan
sindirannya tersebut dengan mengeluarkan pernyataan “tiada guna”. Maksud
dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair menyinggung atau menyindir kepada
seseorang yang mencoba mendekati penyair kembali, padahal sebelumnya pernah
melakukan suatu kesalahan yang berat terhadap si penyair sehingga percuma saja
orang tersebut mendekati lagi karena kesalahannya sulit untuk dimaafkan.
Kemudian, pada bait ke-2 yang liriknya sama dengan lirik pada bait ke-3 baris ke-
1 sampai ke-2 yaitu, “semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu,
114
takkan ada cinta seperti yang dulu”, juga merupakan ironi atau sindiran, dimana
maksud si penyair hampir sama dengan lirik sebelumnya yaitu si penyair
mengungkapkan kepada seseorang bahwa hubungan yang sudah berakhir, tidak
akan bisa kembali bersatu seperti dahulu karena penyair merasa telah sangat sakit
hati oleh perbuatan-perbuatan seseorang yang dimaksud. Makna tersebut juga
berlaku untuk lirik yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai baris ke-4 yaitu
lirik yang berbunyi “semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu, takkan
ada rindu seperti yang dulu”. Lirik tersebut juga termasuk mengandung bahasa
kiasan ironi.
Selain bahasa kiasan ironi, dalam lirik lagu Seperti yang Dulu tersebut
juga terdapat kiasan personifikasi yang terdapat pada bait ke-3 baris ke-2 dalam
liriknya yang berbunyi, “hatiku yang telah terluka karena dustamu”. Lirik
tersebut mengandung kiasan personifikasi karena terdapat penginsanan terhadap
kata “dusta” atau dalam lirik ditulis “dustamu”. Dalam lirik tersebut, penyair
membuat “dusta” seakan-akan seperti bisa melakukan hal menyakiti atau
menyakiti hati penyair sebagaimana yang bisa dilakukan oleh manusia. Padahal
yang bisa menyakiti hati biasanya adalah manusia. Jadi, maksud lirik tersebut dari
penyair adalah bahwa karena seseorang yang dimaksud oleh penyair telah
berbohong atau berdusta, sehingga membuat hati si penyair menjadi tersakiti.
Jadi. di dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Seperti yang Dulu, terdapat 5
penggunaan kiasan. Ke lima penggunaan kiasan tersebut antara lain terdiri
dari 4 kiasan ironi, dan 1 kiasan personifikasi.
115
3) Demi Waktu
Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya (Asonansi)
Yang kini hadir di antara kita (Asonansi)
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang selama ini temani hidupku
Maafkan aku menduakan cintamu (Asonansi)
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya (Asonansi)
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih (Aliterasi)
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku (Aliterasi)
Membawa aku dalam kehancuran (Asonansi)
Gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-1, bait ke-
2 baris ke-1 dan ke-2, dan bait ke-3 baris ke-4. Kecuali untuk bait ke-1 baris ke-2
yang menggunakan pengulangan untuk vokal “i” dalam lirik “yang kini hadir
diantara kita”, hampir keseluruhan penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik
lagu tersebut dikarenakan pengulangan vokal “a”, seperti “ku yang tak pernah
bisa lupakan dirinya”,”maafkan aku menduakan cintamu”, dll.
Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-2 baris ke-5 dalam lirik
“seandainya bila ku bisa memilih”, karena mengulang konsonan “b”, dan bait ke-
3 baris ke-3 dalam lirik “dirimu dan dirinya kini ada dihatiku”, mengulang “d”.
Jadi kesimpulannya adalah, dalam lirik lagu berjudul Demi Waktu
terdapat 7 penggunaan gaya bahasa. Ke-7 penggunaan gaya bahasa tersebut
antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa aliterasi.
116
Demi Waktu
Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya (Hiperbola)
Yang kini hadir di antara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu (Metafora)
Yang selama ini temani hidupku
Maafkan aku menduakan cintamu (Metafora)
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya (Hiperbola)
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu (Personifikasi)
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku (Hiperbola)
Membawa aku dalam kehancuran
Untuk kiasan hiperbola dalam lirik lagu Demi Waktu, terdapat pada bait
ke-1 baris ke-1, bait ke-2 baris ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-3 sampai baris
ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “ku yang tak pernah
bisa lupakan dirinya”, merupakan hiperbola karena lirik tersebut menggunakan
pernyataan yang dianggap berlebihan, dimana penyair menganggap bahwa dia
tidak bisa melupakan seseorang meskipun dia sudah memiliki kekasih lagi.
Padahal bisa saja dia lupa, karena manusia adalah tempatnya salah dan tempatnya
lupa dengan mudahnya dimanapun dan kapanpun. Selanjutnya, pada bait ke-2
baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “berat rasa hatiku tinggalkan dirinya”, juga
merupakan hiperbola atau dianggap menggunakan pernyataan yang berlebihan,
karena penyair menyatakan bahwa dia sangat berat hati meninggalkan seseorang
padahal ia juga telah memiliki kekasih lagi, dengan kata lain, pernyataan “berat
rasa hatiku…”, merupakan pernyataan yang berlebihan. Pernyataan berlebihan
117
atau hiperbola yang terakhir terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai ke-4 dalam
lirik “dirimu dan dirinya kini ada di hatiku, membawa aku dalam kehancuran”.
Pernyataan “membawa aku dalam kehancuran” dianggap pernyataan yang sangat
berlebihan.
Kiasan selanjutnya adalah metafora yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-
3 sampai ke-4, dan pada bait ke-2 baris ke-1. Pada bait ke-1 baris ke-3 sampai ke-
4 dalam lirik “namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu yang selama ini
temani hidupku”, merupakan metafora karena terdapat ungkapan “menepis
bayangmu”, dimana makna dari lirik tersebut adalah bahwa meskipun penyair
masih mencintai kekasihnya yang lain, tapi ia juga mencintai kekasihnya yang
sekarang. Selanjutnya, Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik “maafkan aku
menduakan cintamu”, merupakan metafora karena terdapat ungkapan
“menduakan cintamu” yang maknanya adalah memiliki dua kekasih. Jadi makna
dari lirik tersebut adalah bahwa penyair meminta maaf kepada salah satu
kekasihnya karena mencintai seseorang selain kekasihnya.
Kiasan yang terakhir adalah personifikasi yang terdapat pada bait ke-2
baris ke-3 dalam lirik “dan demi waktu yang bergulir di sampingmu”. Lirik
tersebut merupakan personifikasi karena meskipun memang berjalan , namun
“waktu” tetap dianggap diberi penginsanan, yang membuat “waktu” bisa bergulir.
Jadi, dalam lirik lagu Ungu berjudul Demi Waktu tersebut, ada 6
penggunaan bahasa kiasan. Enam kiasan tersebut antara lain terdiri dari 3
kiasan hiperbola, 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan personifikasi.
118
4) Berikan Aku Cinta
Terbelenggu cintamu
Terhempas ku di dalam pelukanmu (Inversi)
Bermandikan air surga
Membasuh jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
Dekaplah tubuhku kasih (Aliterasi, Aliterasi)
Bawalah aku melayang bersamamu (Asonansi)
Menyusuri ruang hati yang penuh kasih
Berhiaskan cinta abadi (Asonansi)
Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu (Pleonasme)
Berikan aku kasih putih yang tulus darimu (Simploke)
Selalu ku berharap semuanya abadi (Inversi)
Dua Penggunaan gaya bahasa inversi dalam lirik lagu tersebut terdapat
pada bait ke-1 baris ke-2, dan pada bait ke-4. Pada bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik
yang berbunyi “terhempas ku di dalam pelukanmu”, mengandung gaya bahasa
inversi karena di dalamnya penyair atau penulis lirik membalikkan subjek dengan
predikat yaitu “terhempas ku…”, yang menurut struktur kalimat yang baik
seharusnya “ku terhempas” atau “aku terhempas”. Begitu pun pada bait ke-4 yang
liriknya berbunyi “selalu ku berharap semuanya abadi”, penyair atau komposer
meletakkan “ku” setelah kata “selalu” sehingga menjadi “selalu ku”. Hal tersebut
dilakukan penyair agar karyanya lebih menarik meski tidak sesuai struktur bahasa.
Gaya bahasa selanjutnya adalah dua gaya bahasa Aliterasi yang semuanya
terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “dekaplah tubuhku
kasih”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa aliterasi karena terdapat pengulangan
untuk konsonan “k” dan konsonan “h”.
119
Gaya bahasa yang digunakan selanjutnya adalah gaya bahasa asonansi
yang terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada
baris ke-2 dalam lirik “bawalah aku melayang bersamamu”, merupakan asonansi
karena menggunakan pengulangan untuk vokal “a”. sedangkan pada baris ke-3
sampai ke-4 dalam lirik yang berbunyi “menyusuri ruang hati yang penuh kasih
berhiaskan cinta abadi”, pengulangan yang menyebabkan peristiwa asonansi
terdapat pada vokal “i”.
Gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa pleonasme yang terdapat
pada bait ke-3 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “berikan aku cinta suci yang
terdalam dari hatimu”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pleonasme karena
terjadi pemubaziran kata yang disebabkan penambahan kata “suci” setelah kata
“cinta” (cinta suci). Disebut pemubaziran karena semua orang tahu bahwa “cinta”
adalah sesuatu yang suci sehingga sebenarnya tidak perlu lagi ditambah kata
“suci” sesudahnya.
Selanjutnya, untuk gaya bahasa simploke terdapat pada bait ke-3 baris ke-1
sampai ke-2 dalam lirik “berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu,
berikan aku kasih putih yang tulus darimu”. Disebut simploke, karena lirik
tersebut mengulang pernyataan “berikan aku” dalam beberapa baris dan kalimat.
Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Berikan Aku Cinta tersebut,
terdapat 8 pemakaian gaya bahasa. Ke delapan gaya bahasa tersebut antara
lain terdiri dari 2 gaya bahasa inversi, 2 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya bahasa
asonansi, 1 gaya bahasa pleonasme, dan 1 gaya bahasa simploke.
120
Berikan Aku Cinta
Terbelenggu cintamu (Personifikasi)
Terhempasku di dalam pelukanmu (Hiperbola)
Bermandikan air surga (Metafora)
Membasuh jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
Dekaplah tubuhku kasih
Bawalah aku melayang bersamamu (Hiperbola)
Menyusuri ruang hati yang penuh kasih (Metafora)
Berhiaskan cinta abadi (Metafora)
Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu (Hiperbola)
Berikan aku kasih putih yang tulus darimu
Selalu ku berharap semuanya abadi (Hiperbola)
Untuk penggunaan kiasan personifikasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-1
dalam lirik yang berbunyi, “terbelenggu cintamu”. Dalam lirik tersebut, kata
“cinta” yang maknanya merupakan benda abstrak diberikan penginsanan sehingga
disebut personifikasi, karena oleh penyair “cinta” seakan-akan bisa membelenggu
si penyair. Padahal yang bisa membelenggu seseorang secara logika hanyalah
manusia. Maksud dari lirik “terbelenggu cintamu” adalah bahwa penyair merasa
bahwa dirinya sudah merasa cocok dengan cintanya atau kekasihnya yang
sekarang. Kecocokan tersebut, oleh penyair disimbolkan dengan kata
“terbelenggu”.
Kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait ke-1 baris
ke-2, bait ke-2 baris ke-2, bait ke-3 baris ke-1, dan pada bait ke-4. Pada bait ke-1
baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi, “terhempasku di dalam pelukanmu”,
merupakan hiperbola karena penyair menggunakan pernyataan yang berlebihan
121
terutama pada kata “terhempasku…” di dalam lirik tersebut. Maksud dari lirik
tersebut adalah penyair mengungkapkan bahwa ia telah terlanjur menyukai dan
selalu teringat kepada seseorang. Terlanjur menyukai disimbolkan dengan
“terhempas”, sedangkan selalu teringat kepada seseorang, oleh penyair
disimbolkan oleh “pelukanmu”. Selanjutnya, pada bait ke-2 baris ke-2 dalam lirik
yang berbunyi “bawalah aku melayang bersamamu”, juga merupakan hiperbola
karena lirik tersebut sangat berlebihan. Dalam lirik tersebut, penyair meminta
kepada kekasihnya untuk membawanya melayang. Padahal secara logika, tidak
mungkin seorang manusia bisa terbang melayang. Namun maksud dari penyair
dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair ingin seseorang yang dikasihinya itu
membuatnya merasa bahagia. Kebahagiaan yang diungkapkan dalam lirik
tersebut, oleh penyair disimbolkan oleh ungkapan “melayang”. Pada bait ke-3
baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “berikan aku cinta suci yang terdalam dari
hatimu”, juga merupakan hiperbola karena dalam lirik tersebut terdapat
pernyataan “yang terdalam”, yang menguatkan lirik tersebut sebagai lirik yang
menggunakan pernyataan yang berlebihan. Selanjutnya, penggunaan kiasan
hiperbola yang terakhir dalam lirik lagu di atas terdapat pada bait ke-4 dalam lirik
yang berbunyi “selalu ku berharap semuanya abadi”. Lirik tersebut juga
merupakan hiperbola karena menggunakan pernyataan yang berlebihan. Dalam
lirik tersebut, penyair berharap semua kisah tentang dirinya dan kekasihnya itu
abadi, sementara kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, dan keabadian
hanyalah milik Allah swt..
122
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah bahasa kiasan metafora yang
terdapat pada bait ke-1 baris ke-3, dan pada bait ke-2 baris ke-3 dan baris ke-4.
Pada bait ke-1 baris ke-3 dalam lirik yang berbunyi, “bermandikan air surga”,
merupakan metafora karena dalam lirik tersebut penyair mengibaratkan bahwa
dirinya seperti sedang bermandikan air surga. Makna sebenarnya hanyalah bahwa
penyair menggambarkan tentang perasaan yang sangat berbahagia, yang
disimbolkan dengan “bermandikan air surga”, hal itu dikarenakan dimana orang
yang bisa mandi di air surga pasti akan sangat merasa bahagia. Lirik tersebut
adalah metafora (perbandingan langsung) dan bukan merupakan kiasan
perbandingan (simile) karena tidak menggunakan kata ibarat, bagai, bak, dll.
Kiasan metafora juga terdapat pada bait ke-2 baris ke-3 dalam lirik yang
berbunyi, “menyusuri ruang hati yang penuh kasih”. Lirik tersebut merupakan
metafora karena di dalamnya terdapat ungkapan “menyusuri ruang hati”, yang
menurut hemat penulis bahwa maksud dari lirik tersebut adalah menyimbolkan
penyair yang mencari cinta sejati yang setulus hati dan penuh dengan rasa kasih
sayang. Selanjutnya, untuk penggunaan kiasan metafora yang terakhir dalam lirik
lagu diatas masih terdapat pada bait ke-3, dalam baris ke-4 dengan liriknya yang
berbunyi “berhiaskan cinta abadi”. Lirik tersebut merupakan metafora karena
makna sebenarnya dari penulis adalah bahwa penulis ingin mendapatkan cinta
yang indah dan dapat bertahan sebagaimana perhiasan yang bisa mengindahkan.
Jadi, dalam lirik lagu Ungu berjudul Berikan Aku Cinta di atas, terdapat 8
penggunaan bahasa kiasan. Ke delapan kiasan tersebut antara lain terdiri
dari 1 kiasan personifikasi, 4 kiasan hiperbola, dan 3 kiasan metafora.
123
5) Berjanjilah
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi (Asonansi)
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku (Simploke)
Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku
Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku (Asindeton)
Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku (Asonansi)
Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku (Asindeton)
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi (Asonansi)
Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku (Asonansi)
Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi (Simploke)
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
Semoga rasa ini abadi untuk selamanya
Semoga cinta ini akan slalu ada (Simploke)
Berjanjilah
Berjanjilah (Repetisi)
Untuk penggunaan gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-1 baris ke-
1, bait ke-2 baris ke-3, dan pada bait ke-3 baris ke-1 dan ke-2. Seluruh peristiwa
asonansi dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Berjanjilah tersebut, disebabkan
oleh pengulangan untuk vokal “a” dalam setiap lirik-liriknya. Lirik-lirik tersebut
yaitu lirik “berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi”, “karena dahulu
engkau pernah menjadi kekasih hatiku”, dan “berjanjilah kau setia bila kau masih
mencintaku”.
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa asindeton yang
terdapat pada bait ke-2, pada baris ke-2 dan ke-4. Pada baris ke-2 dalam lirik
“dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku”, memiliki gaya bahasa
asindeton karena antara lirik “dalam pencarian cintaku” dan lirik “wujudkan
124
mimpi-mimpiku”, tidak menggunakan kata penghubung seperti dan, lalu,
kemudian, dll., hanya menggunakan tanda koma ( , ). Begitupun pada baris ke-4
dalam lirik “perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh mimpiku”.
Selanjutnya, untuk penggunaan gaya bahasa simploke terdapat pada bait
ke-1 baris ke 1 sampai ke-2, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-4, dan bait ke-4 baris
ke-1 sampai ke-2. Untuk peristiwa simploke pada bait ke-1 dalam lirik
“berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi, berjanjilah kau setia selama
kau masih disisiku”, dan bait ke-3lirik “berjanjilah kau setia bila kau jadi
kekasihku lagi, berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku, berjanjilah kau
setia untuk menyayangi aku lagi, berjanjilah kau setia selama kau masih
disisiku”, merupakan simploke karena pengulangan pernyataan “berjanjilah kau
setia” dalam beberapa baris atau beberapa kalimat. Sedangkan pada bait ke-4
dalam lirik “semoga rasa ini abadi untuk selamanya, semoga cinta ini akan slalu
ada”, merupakan simploke karena terjadi pengulangan untuk kata “semoga”.
Penggunaan gaya bahasa yang terakhir adalah repetisi yang terdapat pada
bait ke-5 dalam lirik “berjanjilah, berjanjilah”. Lirik tersebut merupakan repetisi
karena menggunakan pengulangan kata beberapa kali. Pengulangan tersebut oleh
penyair dimaksudkan untuk menguatkan tekanan dan mengeraskan arti.
Jadi, di dalam lirik lagu Ungu berjudul Berjanjilah tersebut, terdapat 10
pemakaian gaya bahasa. Ke sepuluh gaya bahasa tersebut antara lain terdiri
dari 4 gaya bahasa asonansi, 2 gaya bahasa asindeton, 3 gaya bahasa
simploke, dan 1 gaya bahasa repetisi .
125
Berjanjilah
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku
Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku (Metafora)
Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku
Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku (Metafora)
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku
Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
Semoga rasa ini abadi untuk selamanya (Hiperbola)
Semoga cinta ini akan slalu ada
Berjanjilah berjanjilah
Kiasan metafora terdapat pada bait ke-2 baris ke-2, dan baris ke-4. Pada
baris ke-2 dalam lirik “dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku”,
merupakan metafora karena terdapat ungkapakn “pencarian cinta” dalam arti
mencari seorang pendamping hidup. Selanjutnya pada bari ke-4 dalam lirik
“perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku”, juga merupakan
metafora karena terdapat ungkapan “perhiasan dalam mimpiku”.
Kemudian untuk kiasan hiperbola terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 dalam
lirik “semoga rasa ini abadi untuk selamanya”. Lirik tersebut adalah hiperbola
karena terdapat pernyataan “abadi”, sementara di dunia ini tidak ada yang abadi.
Jadi, dalam lirik lagu di atas, ada 3 penggunaan kiasan. Tiga kiasan
tersebut antara lain terdiri dari 2 kiasan metafora, dan 1 kiasan hiperbola.
126
6) Dari Satu Hati
Lelah ku menanti
Rasa yang ku harap kembali (Asonansi)
Takkan pernah terulang lagi (Asonansi)
Semua ini takkan terjalin lagi
Bila engkau mengerti
Apa yang telah ku lalui
Dari semua yang terjadi (Asonansi)
Memberiku keraguan tak terakhiri
Mampukah engkau merindukanku (Aliterasi)
Sedalam engkau melepaskan semua (Aliterasi)
Seindah aku memahamimu (Asonansi)
Sanggupkah engkau mencintai aku (Asonansi)
Penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu Dari Satu Hati terdapat
pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-2, bait ke-2 baris ke-3, dan pada bait ke-3 baris
ke-3 dan ke-4. Seluruh peristiwa asonansi dalam lirik lagu tersebut disebabkan
oleh pengulangan vokal “a”. Lirik-liriknya yaitu, “rasa yang ku harap kembali”,
“takkan pernah terulang lagi”. “dari semua yang terjadi”, “seindah aku
memahamimu”, dan “sanggupkah engkau mencintai aku”.
Sedangkan untuk gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-4 baris ke-1
dan ke-2. Pada baris ke-1 dalam lirik “mampukah engkau merindukanku”, proses
aliterasi terjadi karena pengulangan konsonan “k”. Kemudian pada baris ke-2 lirik
“sedalam engkau melepaskan semua”, pengulangan terjadi pada konsonan “s”.
Jadi, dalam lirik lagu berjudul Dari Satu Hati tersebut, terdapat 7
penggunaan gaya bahasa. Ke tujuh penggunaan gaya bahasa tersebut antara
lain terdiri dari 5 gaya bahasa asonansi, dan 2 gaya bahasa aliterasi.
127
Dari Satu Hati
Lelah ku menanti
Rasa yang ku harap kembali
Takkan pernah terulang lagi
Semua ini takkan terjalin lagi
Bila engkau mengerti (Ironi)
Apa yang telah ku lalui Dari semua yang terjadi
Memberiku keraguan tak terakhiri
Mampukah engkau merindukanku (Ironi)
Sedalam engkau melepaskan semua Seindah aku memahamimu (Ironi)
Sanggupkah engkau mencintai aku
Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2, dan pada bait ke-3 baris ke-1
sampai ke-2 dan pada baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-
2 dalam lirik yang berbunyi “bila engkau mengerti apa yang telah ku lalui”. Lirik
tersebut mengandung kiasan ironi karena penyair menyindir kepada seseorang
bahwa sebenarnya seseorang itu tidak mengerti dan tidak mengetahui apa-apa
tentang hal yang dialami penyair. Selanjutnya, pada bait ke-3 baris ke-1 sampai
baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “mampukah engkau merindukanku sedalam
engkau melepaskan semua”, mengandung ironi karena makna dari lirik tersebut
adalah, penyair menyindir kepada seseorang bahwa orang tersebut tidak
merindukan si penyair karena orang tersebut sudah melupakannya. Terakhir pada
baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik “seindah aku memahamimu, sanggupkah
engkau mencintai aku”, penyair menyindir bahwa orang yang dimaksud tidak
akan mencintai penyair, sebagaimana penyair mencintainya. Jadi, dalam lirik lagu
Ungu di atas, terdapat 3 penggunaan bahasa kiasan ironi.
128
7) Aku Bukan Pilihan Hatimu
Jika memang diriku
Bukanlah menjadi pilihan hatimu
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu (Aliterasi)
Harus selalu kau tahu (Asonansi)
Ku mencintamu di sepanjang waktuku
Harus selalu kau tahu (Asonansi)
Semua abadi untuk selamanya (Asonansi)
Karena ku yakin cinta dalam hatiku
Hanya milikmu sampai akhir hidupku
Karena ku yakin di setiap hembus nafasku (Simploke)
Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu (Asonansi)
Gaya bahasa aliterasi terdapat pada bait ke-1 baris ke-4 dalam lirik “kau
dan aku takkan mesti bersatu”. disebut aliterasi karena mengulang konsonan “t”.
Untuk gaya bahasa asonansi terdapat pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-
2, baris ke-3, dan baris ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-4. Kecuali untuk bait ke-
2 baris ke-4 yang menggunakan pengulangan vokal “a”, proses asonansi
disebabkan pengulangan untuk vokal “u”, contoh “harus selalu kau tahu”.
Gaya bahasa selanjutnya adalah simploke pada bait ke-4 baris ke-1 sampai
ke-4. Disebut simploke karena terdapat pengulangan pada pernyataan “karena ku
yakin" pada lirik “karena ku yakin cinta dalam hatiku” dan “karena ku yakin di
setiap hembius nafasku”, dalam beberapa baris dan kalimat.
Jadi, dalam lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu, ada 6 penggunaan gaya
bahasa. Ke enam penggunaan gaya bahasa tersebut terdiri dari 1 gaya
bahasa aliterasi, 4 gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa simploke.
129
Aku Bukan Pilihan Hatimu
Jika memang diriku
Bukanlah menjadi pilihan hatimu (Litotes)
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu
Harus selalu kau tahu (Hiperbola)
Ku mencintamu sepanjang waktuku
Harus selalu kau tahu
Semua abadi untuk selamanya (Hiperbola)
Karena ku yakin cinta dalam hatiku (Hiperbola)
Hanya milikmu sampai akhir hidupku
Karena ku yakin di setiap hembus nafasku
Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu (Hiperbola)
Untuk penggunaan kiasan litotes terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai
baris ke-4, dalam lirik yang berbunyi “jika memang diriku bukanlah menjadi
pilihan hatimu, mungkin sudah takdirnya kau dan aku takkan mesti bersatu”.
Lirik tersebut merupakan lirik yang mengandung kiasan litotes atau melemahkan
pernyataan, karena pada lirik tersebut penyair mengungkapkan bahwa dirinya
merasa tidak akan bisa bersatu dan berdampingan bersama seseorang sebagai
pasangan kekasih. Penyair juga mengungkapkan bahwa, mungkin tidak bisa
bersatunya mereka karena sudah takdir. Hal tersebut merupakan pernyataan yang
dilemahkan atau dengan kata lain merendah dari diri si penyair. Padahal mungkin
saja kenyataan yang sebenarnya tidak semenyedihkan apa yang diungkapkan oleh
penyair pada lirik tersebut, karena itulah lirik tersebut mengandung kiasan litotes.
Kiasan selanjutnya adalah kiasan hiperbola yang terdapat pada bait ke-2
baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai ke-4, dan pada bait ke-3 baris ke-1
130
sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai ke-4. Pada bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-2
dalam lirik yang berbunyi “harus selalu kau tahu ku mencintamu sepanjang
waktuku”, merupakan hiperbola karena terdapat pernyataan “mencintamu
sepanjang waktuku” yang dianggap pernyataan terlalu berlebihan. Selanjutnya
pada bait ke-2 baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik yang berbunyi “harus selalu kau
tahu semua abadi untuk selamanya”, juga merupakan hiperbola karena terdapat
pernyataan “semua abadi untuk selamanya”. Padahal kita tahu bahwa tidak ada
yang abadi di dunia ini. Dalam lirik tersebut, maksud penyair adalah
mengungkapkan kepada seseorang bahwa orang tersebut harus mengetahui bahwa
si penyair akan setia menyayangi orang yang dikasihinya itu. Kemudian pada bait
ke-3 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik yang berbunyi “karena ku yakin cinta
dalam hatiku hanya milikmu sampai akhir hidupku”, juga merupakan hiperbola
karena terdapat pernyataan “hanya milikmu sampai akhir hidupku”, yang
merupakan pernyataan yang sedikit berlebihan. Penggunaan kiasan hiperbola
yang terakhir terdapat pada bait ke-3 baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik yang
berbunyi “karena ku yakin di setiap hembus nafasku, hanya dirimu satu yang
selalu ku rindu”. Dalam lirik tersebut, penyair mengungkapkan kepada seseorang
bahwa disetiap hembus nafasnya, dia hanya merindukan kekasihnya. Pernyataan
tersebut adalah pernyataan yang sangan berlebihan atau hiperbola.
Jadi kesimpulannya adalah bahwa, dalam lirik lagu yang berjudul Aku
Bukan Pilihan Hatimu di atas, terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima
kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasan Litotes, dan 4 kiasan
Hiperbola.
131
8) Tak Perlu
Telah berulang kali ku katakan semua ini
Semuanya telah terjadi (Aliterasi)
Mungkin kau belum mengerti
Maafkan aku lagi yang kini telah melukai
Semuanya telah terjadi (Aliterasi)
Kau takkan pernah mengerti
Sampai hari ini aku yang menghianati (Simploke)
Namun sampai kini kau belum juga mengerti
Kau tak perlu abadikan cintamu untukku
Dalam hatiku takkan ada cinta sejati (Asonansi)
Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku (Simploke)
Agar kau tahu takkan pernah datang padamu (Asonansi)
Bebaskan aku dari belenggu cintamu (Repetisi)
Dari belenggu cinta
Untuk penggunaan gaya bahasa aliterasi dalam lirik lagu Tak Perlu
tersebut, terdapat pada bait ke-1 baris ke-2, dan pada bait ke-2 baris ke-2. Ke dua
penggunaan gaya bahasa aliterasi tersebut antara bait ke-1 dan bait ke-2 memiliki
lirik yang sama yaitu lirik yang berbunyi “semuanya telah terjadi”. Lirik tersebut
merupakan aliterasi karena di dalamnya terdapat pengulangan yang hampir sama
pada awalan kata “telah” dan kata “terjadi”. Selain itu, bisa disebut juga terjadi
pengulangan untuk konsonan “t” pada ke-2 kata tersebut.
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah gaya bahasa simploke yang
terdapat pada bait ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-4. Pada bait ke-3
dalam lirik yang berbunyi “sampai hari ini aku yang mengkhianati, namun
sampai kini kau belum juga mengerti”. Di dalam lirik tersebut, setelah kata
“sampai” pada lirik pertama, penyair mengulang kata tersebut pada lirik
132
selanjutnya sehingga disebut simploke karena mengulang suatu kata dalam
beberapa baris atau kalimat. Selanjutnya pada bait ke-4 dalam lirik “kau tak perlu
abadikan cintamu untukku dalam hatiku takkan ada cinta sejati, sungguh tak
perlu abadikan cintamu untukku agar kau tahu takkan pernah datang padamu”,
disebut simploke karena dalam lirik tersebut terdapat pengulangan untuk
pernyataan “tak perlu” dan kata “takkan” untuk menyatakan suatu kesungguhan.
Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu Tak Perlu
adalah asonansi yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-2 dalam lirik “dalam hatiku
takkan ada cinta sejati”, dan baris ke-4 dalam lirik “agar kau tahu takkan pernah
datang padamu”. Lirik-lirik tersebut memiliki gaya bahasa asonansi karena
terdapat pengulangan vokal “a” di dalamnya.
Gaya bahasa yang terakhir adalah gaya bahasa repetisi yang terdapat pada
bait ke-5. Pada bait tersebut dalam lirik yang berbunyi “bebaskan aku dari
belenggu cintamu, dari belenggu cinta”, mengandung gaya bahasa repetisi
karena terjadi pengulangan untuk pernyataan “dari belenggu cinta”. Pengulangan
pernyataan tersebut dilakukan oleh penyair atau penulis lirik dimaksudkan untuk
memberikan tekanan dan menguatkan makna sehingga memberikan kesan
keseriusan.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Ungu berjudul Tak
Perlu tersebut, terdapat 7 pemakaian gaya bahasa. Ke tujuh gaya bahasa
tersebut antara lain terdiri dari 2 gaya bahasa aliterasi, 2 gaya simploke, 2
gaya bahasa asonansi, dan 1 gaya bahasa repetisi.
133
Tak Perlu
Telah berulang kali ku katakan semua ini
Semuanya telah terjadi (Ironi)
Mungkin kau belum mengerti
Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai
Semuanya telah terjadi (Ironi)
Kau takkan pernah mengerti
Sampai hari ini aku yang menghianati
Namun sampai kini kau belum juga mengerti (Ironi)
Kau tak perlu abadikan cintamu untukku
Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati (Ironi)
Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku
Agar kau tahu takkan pernah datang padamu (Ironi)
Bebaskan aku dari belenggu cintamu
Dari belenggu cinta (Metafora)
Untuk penggunaan kiasan ironi dalam lirik lagu di atas terdapat pada, bait
ke-1 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-2 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-3 baris ke-1
sampai ke-2, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 dan baris ke-3 sampai
baris ke-4. Pada bait ke-1 dalam lirik yang berbunyi, “telah berulang kali ku
katakan semua ini, semuanya telah terjadi, mungkin kau belum mengerti”,
mengandung kiasan ironi karena lirik tersebut merupakan sindiran, dimana
penyair mengungkapkan bahwa dia sudah berkali-kali menjelaskan kepada
seseorang namun orang tersebut tidak memahaminya. Pada bait ke-2 baris ke-1
sampai ke-3 dalam lirik yang berbunyi, “maafkan aku lagi yang kini tlah melukai,
semuanya telah terjadi, kau takkan pernah mengerti”, dan pada bait ke-3 dalam
lirik “sampai hari ini aku yang mengkhianati, namun sampaui kini kau belum
juga mengerti”, juga merupakan sindiran yang ditujukan penyair kepada
134
seseorang, dimana penyair ingin mengungkapkan bahwa dia sudah tidak pantas
lagi untuk kekasihnya, bahkan dia sudah tidak menyayangi kekasihnya lagi karena
merasa sudah melakukan kesalahan dan mengkhianatinya, namun kekasihnya
tersebut belum juga mengerti bahwa penyair sudah tidak menyayangi kekasihnya
lagi dan berharap kekasihnya itu meninggalkan dia, namun tidak juga dimengerti
oleh kekasihnya. Kemudian pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik
“kau tak perlu abadikan cintamu untukku, dalam hatiku takkan ada cinta sejati”
dan baris ke-3 sampai ke-4 dalam lirik “sungguh tak perlu abadikan cintamu
untukku agar kau tahu takkan pernah datang padamu”, juga merupakan sindirian
yang ditujukan penyair kepada seseorang. Maksud dari lirik tersebut adalah bahwa
penyair berharap orang yang dimaksud tidak perlu berharap dan tidak perlu lagi
mencintai, karena penyair merasa sudah tidak mencintainya lagi.
Selanjutnya, untuk penggunaan bahasa kiasan metafora dalam lirik lagu
Tak Perlu, terdapat pada bait ke-5 dalam lirik yang berbunyi, “bebaskan aku dari
belenggun cintamu, dari belenggu cinta”. Lirik tersebut mengandung kiasan
metafora karena di dalamnya terdapat ungkapan “belenggu cinta”. Maksud dari
ungkapan dalam lirik tersebut adalah bahwa penyair meminta kepada orang yang
dimaksud agar melupakannya dan tidak berharap lagi karena itu sangat
membebani. Beban tersebut oleh penyair disimbolkan dengan “belenggu”.
Jadi, dalam lirik lagu yang berjudul Tak Perlu di atas, terdapat 6
penggunaan bahasa kiasan. Enam kiasan tersebut antara lain terdiri dari 5
kiasan Ironi, dan 1 kiasan Metafora.
135
9) Tercipta Untukku
Menatap indahnya senyuman di wajahmu (Asonansi)
Membuatku terdiam dan terpaku (Aliterasi)
Mengerti akan hadirnya cinta terindah (Asonansi)
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu (Asonansi)
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku (Pararelisme, Asonansi)
Kau tercipta untukku sepanjang hidupku
Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu (Asonansi,
Yang mencintaimu sepanjang hidupku Pararelisme)
Penggunaan gaya bahasa asonansi dalam lirik lagu berjudul Tercipta
Untukku tersebut, terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 dan ke-2, pada bait ke-2, bait
ke-3 baris ke-1 sampai ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-3. Pada bait
ke-1 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi “menatap indahnya senyuman di
wajahmu”, merupakan asoansi karena di dalam liriknya terdapat pengulangan
vokal “a”. Pengulangan untuk vokal “a” juga terdapat pada bait ke-2 dalam lirik
yang berbunyi “banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu”.
Selanjutnya, pada bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-3 dalam lirik yang berbunyi “aku
ingin engkau selalu hadir dan temani aku, disetiap langkah yang meyakiniku, kau
tercipta untukku” juga merupakan asonansoi, karena lirik tersebut tejadi
pengulangan vokal “u”. Pengulangan vokal “u” juga terjadi pada bait ke-4 baris
ke-1 sampai ke-3, lirik “meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragamu,
ku ingin kau tahu ku selalu milikmu, yang mencintaimu sepanjang hidupku”.
136
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya adalah aliterasi yang terdapat pada
bait ke-1 baris ke-2 dalam lirik yang berbunyi “membuatku terdiam dan terpaku”.
Lirik tersebut mengandung gaya bahasa aliterasi karena di dalamnya terdapat
pengulangan awalan “ter” pada kata “terdiam” dan kata “terpaku”. Selain itu, bisa
juga disebabkan oleh pengulangan untuk konsonan “t”.
Selanjutnya, gaya bahasa yang digunakan dalam lirik lagu berjudul
Tercipta Untukku adalah gaya bahasa pararelisme, yang terdapat pada bait ke-3
baris ke-1 sampai ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-1 sampai ke-3. Pada bait ke-3
dalam lirik “aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku, disetiap langkah yang
meyakiniku, kau tercipta untukku sepanjang hidupku”. Disebut pararelisme
karena pada lirik tersebut, penyair memberikan pernyataan-pernyataan penguat
sebelum mengungkapkan pernyataan utamanya yaitu lirik “kau tercipta untukku
sepanjang hidupku”. Hal serupa juga terjadi pada bait ke-4 dalam lirik “meski
waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku, ku ingin kau tahu ku selalu
milikmu, yang mencintaimu sepanjang hidupku”. Lirik tersebut, menggunakan
pernyataan penegas dan penguat sebelum mengungkapkan pernyataan utamanya
yaitu lirik”yang mencintaimu sepanjang hidupku”, sehingga disebut pararelisme.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa di dalam lirik lagu Ungu berjudul
Tercipta Untukku tersebut, terdapat 8 penggunaan gaya bahasa. Ke delapan
penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 5 gaya bahasa
asonansi, 1 gaya bahasa aliterasi, dan 2 gaya bahasa pararelisme.
137
Tercipta Untukku
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku (Depersonifikasi)
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu (Litotes)
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku sepanjang hidupku (Hiperbola)
Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku (Personifikasi)
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku (Hiperbola)
Untuk penggunaan bahasa kiasan depersonifikasi dalam lirik lagu di atas
terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-2 dalam lirik yang berbunyi,
“menatap indahnya senyuman di wajahmu membuatku terdiam dan terpaku”.
Lirik tersebut memiliki kiasan depersonifikasi atau pembendaan terhadap hal-hal
yang hidup (manusia), karena dalam lirik tersebut penyair membuat seakan-akan
dirinya itu seperti “terpaku” ketika melihat senyuman seseorang yang menurutnya
indah. Jadi, kebalikan dari personifikasi yang merupakan penginasanan terhadap
benda mati, depersonifikasi adalah pembendaan terhadap manusia yang seakan-
akan menyerupai benda mati.
Kiasan selanjutnya adalah litotes yang terdapat pada bait ke-2 dalam lirik
yang berbunyi “banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu”.
Lirik tersebut mengandung kiasan litotes karena penyair melemahkan
pernyataannya. Pada lirik tersebut, penyair mengungkapkan bahwa dirinya tidak
138
mampu untuk mengungkapkan kata-kata yang ingin dia ungkapkan kepada
seseorang. Hal tersebut merupakan pelemahan atau merendahkan terhadap
pernyataan yang diungkapkan, karena mungkin bisa saja hal yang diungkapkan
penyair sebenarnya tidak seperti itu.
Penggunaan kiasan selanjutnya adalah hiperbola yang terdapat pada bait
ke-3 baris ke-3, dan pada bait ke-4 baris ke-2 sampai ke-3. Lirik-liriknya adalah,
“kau tercipta untukku sepanjang hidupku”, dan lirik “ku ingin kau tahu ku selalu
milikmu yang mencintaimu sepanjang hidupku”. Lirik-lirik tersebuit merupakan
hiperbola karena dianggap mengungkapkan hal yang berlebihan terutama pada
pernyataan “sepanjang hidupku”.
Selanjutnya, penggunaan bahasa kiasan yang terakhir adalah kiasan
personifikasi yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 dalam lirik yang berbunyi
“meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku”. Dalam lirik tersebut,
terdapat pernyataan “waktu akan mampu memanggil”, dimana “waktu” dibuat
seakan-akan seperti manusia yang bisa memanggil seseorang sehingga disebut
personifikasi (penginsanan). Makna dari pernyataan “waktu akan mampu
memanggil selruruh ragaku”, adalah ajal yang menjemput.
Jadi, dalam lirik lagu Ungu yang berjudul Tercipta Untukku di atas,
terdapat 5 penggunaan bahasa kiasan. Lima kiasan tersebut antara lain
terdiri dari 1 kiasan depersonifikasi, 1 kiasan litotes, 2 kiasan hiperbola, dan 1
kiasan personifikasi.
139
10) Sejauh Mungkin
Lelah hati yang tak kau lihat
Andai saja dapat kau rasa kan (Asonansi)
Letihnya jiwaku karena sifatmu
Indah cinta yang kau berikan (Asonansi)
Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa
Baiknya kupergi tinggalkan dirimu
Sejauh mungkin untuk melupakan (Asonansi)
Dirimu yang selalu tak pedulikan ku
Yang mencintaimu, yang menyayangimu (Asindeton)
Bila saat nanti aku jauh (Asonansi)
Ku harap kau mengerti (Pararelisme)
Ku harap kau sadari
Penggunaan gaya bahasa yang paling banyak adalah gaya bahasa asonansi
yang terdapat pada bait ke-1 baris ke-1 sampai ke-3, bait ke-2 baris ke-1 sampai
ke-2, bait ke-3 baris ke-1 sampai ke-4, dan pada bait ke-4 baris ke-1. Peristiwa
asonansi yang pertama terdapat pada bait ke-1 yang liriknya berbunyi “lelah hati
yang tak kau lihat, andai saja dapat kau rasakan letihnya jiwaku karena sifatmu”.
Lirik pada bait ke-1 tersebut merupakan asonansi karena di dalamnya terdapat
pengulangan vokal “a”. Pengulangan vokal “a” juga terjadi pada bait ke-2 dan
pada bait ke-4 baris ke-1. Pada bait ke-2 liriknya berbunyi, “indah cinta yang kau
berikan kini tiada lagi lagi ku dapatkan teduhnya jiwa”. Sedangkan pada bait ke-4
baris ke-1 liriknya berbunyi “bila saat nanti aku jauh”. Selain pengulangan untuk
vokal “a”, dalam lirik lagu berjudul Sejauh Mungkin tersebut juga terdapat
pengulangan untuk vokal “u” yang ada pada bait ke-3 dalam lirik yang berbunyi,
140
“baiknya ku pergi tinggalkan dirimu sejauh mungkin untuk melupakan dirimu
yang selalu tak pedulikanku yang mencintaimu, yang menyayangimu”.
Selain gaya bahasa asonansi, dalam lirik lagu Sejauh Mungkin juga
terdapat gaya bahasa asindeton yang ada pada bait ke-3 baris ke-4 dalam lirik
yang berbunyi, “yang mencintaimu, yang menyayangimu”. Lirik tersebut
merupakan asindeton karena yang memisahkan antara pernyataan “yang
mencintaimu” dan pernyataan “yang menyayangimu” adalah tanda koma ( , ), dan
tidak menggunakan kata penghubung seperti dan, juga, dll..
Penggunaan gaya bahasa selanjutnya pada lirik lagu Sejauh Mungkin
adalah gaya bahasa pararelisme yang terdapat pada bait ke-4 baris ke-1 sampai
baris ke-3, yaitu lirik yang berbunyi “bila saat nanti aku jauh, ku harap kau
mengerti, ku harap kau sadari”. Lirik tersebut memiliki gaya bahasa pararelisme
karena setelah penyair atau penulis lirik mengungkapkan pernyataan yang paling
utama yaitu pada lirik “bila saat nanti aku jauh”, penyair memperkuat pernyataan
tersebut dengan pernyataan selanjutnya yaitu “ku harap kau mengerti, ku harap
kau sadari”. Selain alasan tersebut, disebut pararelisme juga karena di dalam
pernyataan-pernyataan penguatnya terdapat pengulangan pengucapan pada kata
“ku harap kau….” beberapa kali setelah pernyataan utamanya.
Jadi, di dalam lirik lagu ungu yang berjudul Sejauh Mungkin tersebut, ada 6
penggunaan gaya bahasa. Ke enam penggunaan gaya bahasa tersebut antara
lain terdiri dari 4 penggunaan gaya bahasa asonansi, 1 gaya bahasa
asindeton, dan 1 gaya bahasa pararelisme.
141
Sejauh Mungkin
Lelah hati yang tak kau lihat
andai saja dapat kau rasa kan (Ironi)
Letihnya jiwaku karena sifatmu
Indah cinta yang kau berikan
kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa
Baiknya kupergi tinggalkan dirimu
Sejauh mungkin untuk melupakan (Litotes)
Dirimu yang slalu tak pedulikan ku
Yang mencintaimu, yang menyayangimu
Bila saat nanti aku jauh
Ku harap kau mengerti
Ku harap kau sadari
Untuk kiasan ironi, terdapat pada bait ke-1 dalam lirik “lelah hati yang tak
kau lihat, andai saja dapat kau rasakan letihnya jiwaku karena sifatmu”. Lirik
tersebut merupakan ironi atau sindiran yang diungkapkan penyair kepada
seseorang yang sama sekali tidak mengerti bahwa orang itu sudah membuat
hatinya merasa lelah dan letih.
Selanjutnya, untuk kiasan litotes terdapat pada bait ke-3 dalam lirik
“baiknya ku pergi tinggalkan dirimu sejauh mungkin untuk melupakan dirimu
yang slalu tak pedulikanku yang mencintaimu, yang menyayangimu”. Lirik
tersebut merupakan litotes atau merendah, dimana penyair mengungkapkan bahwa
dirinya lebih baik pergi atau menjauhi seseorang yang tidak mempedulikannya,
padahal penyair sangat menyayanginya.
Jadi, dalam lirik lagu di atas, ada 2 penggunaan bahasa kiasan. Kedua
kiasan tersebut antara lain terdiri dari 1 kiasn ironi, dan 1 kiasan litotes.
142
5.2.2.1 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan
Lirik Lagu Ungu Album Melayang
Berdasarkan hasil analisis data mengenai penggunaan gaya bahasa dan
bahasa kiasan yang dilakukan peneliti pada 10 lirik lagu Ungu dalam album
Melayang, terdapat 75 penggunaan gaya bahasa dan 50 penggunaan bahasa
kiasan . 75 penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain terdiri dari 3 atau 4%
gaya bahasa repetisi, 2 atau 2,66% gaya bahasa inversi, 17 atau 22,66% gaya
bahasa aliterasi, 36 atau 48% gaya bahasa asonansi, 3 atau 4% gaya bahasa
pararelisme, 8 atau 10,66% gaya bahasa simploke, 3 atau 4% gaya bahasa
pleonasme, dan 3 atau 4% gaya bahasa asindeton. Sedangkan untuk 50
penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari 0 atau 0% (tidak ada
penggunaan) kiasan perbandingan (simile) , 11 atau 22% kiasan metafora, 0 atau
0% kiasan alegori, 5 atau 10% kiasan personifikasi, 1 atau 2% kiasan
depersonifikasi, 17 atau 34% kiasan hiperbola, 13 atau 26% kiasan ironi, dan 3
atau 6% kiasan litotes. Dalam lirik lagu Ungu Album Melayang, gaya bahasa
yang sering muncul adalah asonansi yaitu 36 kali penggunaan atau 48%.
Sedangkan untuk gaya bahasa yang jarang muncul adalah gaya bahasa inversi
yaitu hanya ada 2 penggunaan atau 2,66%. Kemudian untuk penggunaan bahasa
kiasan, yang paling sering muncul dalam lirik lagu Ungu adalah kiasan Hiperbola
yaitu 17 kali penggunaan atau 34%. Sedangkan kiasan yang paling jarang muncul
adalah depersonifikasi yaitu 1 penggunaan atau hanya 2%. Untuk kiasan yang
tidak ada penggunaannya dalam lirik lagu Ungu adalah kiasan perbandingan
(simile) dan kiasan alegori (0%). Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
143
Tabel hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Ungu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
No Judul Lagu Gaya Bahasa
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Melayang - - 6 2 - - 2 - 10
2 Seperti yang Dulu 1 - 1 3 - 1 - - 6
3 Demi Waktu - - 2 5 - - - - 7
4 Berikan Aku Cinta - 2 2 2 - 1 1 - 8
5 Berjanjilah 1 - - 4 - 3 - 2 10
6 Dari Satu Hati - - 2 5 - - - - 7
7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - 1 4 - 1 - - 6
8 Tak Perlu 1 - 2 2 - 2 - - 7
9 Tercipta Untukku - - 1 5 2 - - - 8
10 Sejauh Mungkin - - - 4 1 - - 1 6
Jumlah
(Persentase)
3
(4%)
2
(2,66%)
17
(22,66%)
36
(48%)
3
(4%)
8
(10,66%)
3
(4%)
3
(4%) 75
(100%)
144
Tabel hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Ungu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
No Judul Lagu Bahasa Kiasan
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Melayang - 3 - 1 - 3 - - 7
2 Seperti yang Dulu - - - 1 - - 4 - 5
3 Demi Waktu - 2 - 1 - 3 - - 6
4 Berikan Aku Cinta - 3 - 1 - 4 - - 8
5 Berjanjilah - 2 - - - 1 - - 3
6 Dari Satu Hati - - - - - - 3 - 3
7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - - - - 4 - 1 5
8 Tak Perlu - 1 - - - - 5 - 6
9 Tercipta Untukku - - - 1 1 2 - 1 5
10 Sejauh Mungkin - - - - - - 1 1 2
Jumlah
(Persentase)
-
(0%)
11
(22%)
-
(0%)
5
(10%)
1
(2%)
17
(34%)
13
(26%)
3
(6%) 50
(100%)
145
5.2.3 Perbandingan Gaya Bahasa dan Bahasa Kiasan antara Lirik Lagu
Peterpan dengan Lirik Lagu Ungu
Berdasarkan hasil analisis penggunaan gaya bahasa dan penggunaan
bahasa kiasan pada 10 lirik lagu Peterpan dalam album Alexandria dan 10 lirik
lagu Ungu dalam album Melayang, diperoleh jumlah keseluruhan dari total 20
lirik lagu dari kedua grup musik tersebut yaitu berjumlah 182 penggunaan gaya
bahasa, dan total 108 penggunaan bahasa kiasan. Total 182 penggunaan gaya
bahasa dari kedua grup musik tersebut antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% gaya
bahasa repetisi, 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi, 28 atau 15,38% gaya bahasa
aliterasi, 87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi, 10 atau 5,49% gaya bahasa
pararelisme, 20 atau 10,98% gaya bahasa simploke, 8 atau 4,39% gaya bahasa
pleonasme, dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton. Sedangkan
untuk total 108 penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu
antara lain terdiri dari, 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile), 30
atau 27,77% kiasan metafora, 2 atau 1,85% kiasan alegori, 14 atau 12,96% kiasan
personifikasi, 2 atau 1,85% kiasan depersonifikasi, 27 atau 25% kiasan hiperbola,
21 atau 19,44% kiasan ironi, dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes.
Dengan melihat hasil analisis yang telah didapat, maka bisa dilihat bahwa
grup musik Peterpan cenderung lebih banyak menggunakan gaya bahasa dan
bahasa kiasan di dalam liriknya dibandingkan dengan grup musik Ungu. Hal
tersebut terjadi karena dari 182 total keseluruhan penggunaan gaya bahasa, 107
diantaranya atau sekitar 58,79% terdapat pada 10 lirik lagu Peterpan., sedangkan
grup musik Ungu hanya terdapat 75 atau sekitar 41,21% penggunaan gaya bahasa
146
dalam 10 lirik lagunya. Kemudian dari 108 total keseluruhan bahasa kiasan, 58
atau sekitar 53,71% penggunaannya terdapat pada 10 lirik lagu Peterpan, dan
hanya 50 atau sekitar 46,29% penggunaan yang ada pada 10 lirik lagu Ungu. Dari
hasil tersebut, maka terbukti bahwa grup musik Peterpan lebih banyak
menggunakan gaya bahasa maupun bahasa kiasan dalam lirik-lirik lagunya
dibandingkan dengan grup musik Ungu. Selanjutnya, perbandingan dari setiap
penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan akan dirinci sebagai berikut.
1. 182 penggunaan gaya bahasa, merupakan data yang diperoleh dari grup
musik Peterpan dan grup musik Ungu yang terdiri dari:
1) 13 penggunaan gaya bahasa repetisi (7,14%) yang terdiri dari:
a) 10 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
2) 6 penggunaan gaya bahasa inversi (3,29%) yang terdiri dari:
a) 4 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
3) 28 penggunaan gaya bahasa aliterasi (15,38%) yang terdiri dari:
a) 11 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 17 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
147
4) 87 penggunaan gaya bahasa asonansi (47,80%) yang terdiri dari:
a) 51 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 36 penggunaan dari grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
5) 10 penggunaan gaya bahasa pararelisme (5,49%) yang terdiri dari:
a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
6) 20 penggunaan gaya bahasa simploke (10,98%) yang terdiri dari:
a) 12 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 8 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
7) 8 penggunaan gaya bahasa pleonasme (4,39%) yang terdiri dari:
a) 5 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
8) 10 penggunaan gaya bahasa asindeton (5,49%) yang terdiri dari:
a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa ini.
148
2. 108 penggunaan bahasa kiasan, merupakan data yang diperoleh dari
grup musik Peterpan dan grup musik Ungu yang terdiri dari:
1) 2 penggunaan kiasan perbandingan (simile) (1,85%) yang terdiri dari:
a) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan, dan
b) tidak ada penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, hanya grup musik Peterpan yang menggunakan kiasan ini.
2) 30 penggunaan kiasan metafora (27,77%) yang terdiri dari:
a) 19 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 11 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini.
3) 2 penggunaan kiasan alegori (1,85%) yang terdiri dari:
a) 2 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan, dan
b) tidak ada penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, hanya grup musk Peterpan yang menggunakan kiasan ini.
4) 14 penggunaan kiasan personifikasi (12, 96%) yang terdiri dari:
a) 9 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 5 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini
5) 2 penggunaan kiasan depersonifikasi (1,85%) yang terdiri dari:
a) 1 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
149
b) 1 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, antara Peterpan dan Ungu sama-sama memiliki 1 kiasan ini.
6) 27 Penggunaan kiasan hiperbola (25%) yang terdiri dari:
a) 10 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 17 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan kiasan ini.
7) 21 penggunaan kiasan ironi (19,44%) yang terdiri dari:
a) 8 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 13 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Ungu lebih banyak menggunakan kiasan ini.
8) 10 penggunaan kiasan litotes (9,25%) yang terdiri dari:
a) 7 penggunaan dari lirik lagu grup musik Peterpan
b) 3 penggunaan dari lirik lagu grup musik Ungu.
Jadi, grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan kiasan ini.
Dapat dilihat dari rincian tersebut bahwa hampir seluruh penggunaan gaya
bahasa dan bahasa kiasan lebih banyak didapat dari lirik lagu Peterpan, kecuali
untuk gaya bahasa aliterasi, kiasan hiperbola dan kiasan ironi yang lebih banyak
terdapat dalam lirik lagu Ungu. Selanjutnya, perbandingan penggunaan gaya
bahasa dan bahasa kiasan pada lirik lagu antara grup musik Peterpan dengan grup
musik Ungu dapat dilihat dalam tabel pembanding berikut.
150
Tabel 3. Pembanding Gaya Bahasa
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
NO GRUP MUSIK /
ALBUM
GAYA BAHASA JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Peterpan / Alexandria
10
(5,49%)
4
(2,19%)
11
(6,04%)
51
(28,02%)
7
(3,84%)
12
(6,59%)
5
(2,74%)
7
(3,84%)
107
(58,79%)
2 Ungu / Melayang
3
(1,65%)
2
(1,1%)
17
(9,34%)
36
(19,78%)
3
(1,65%)
8
(4,39%)
3
(1,65%)
3
(1,65%)
75
(41,21%)
Jumlah
(Persentase)
13
(7,14%)
6
(3,29%)
28
(15,38%)
87
(47,80%)
10
(5,49%)
20
(10,98%)
8
(4,39%)
10
(5,49%)
182
(100%)
151
Tabel 4. Pembanding Bahasa Kiasan
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
NO GRUP MUSIK /
ALBUM
BAHASA KIASAN JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Peterpan / Alexandria
2
(1,85%)
19
(17,59%)
2
(1,85%)
9
(8,33%)
1
(0,92%)
10
(9,26%)
8
(7,4%)
7
(6,48%)
58
(53,71%)
2 Ungu / Melayang
-
(0%)
11
(10,18%)
-
(0%)
5
(4,63%)
1
(0,92%)
17
(15,74%)
13
(12,04%)
3
(2,77%)
50
(46,29%)
Jumlah
(Persentase)
2
(1,85%)
30
(27,77%)
2
(1,85%)
14
(12,96%)
2
(1,85%)
27
(25%)
21
(19,44%)
10
(9,25%)
108
(100%)
152
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai perbandingan
penggunaan gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dalam
album Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, didapat 107
penggunaan gaya bahasa serta 58 penggunaan kiasan dari lirik lagu Peterpan, dan
75 penggunaan gaya bahasa serta 50 penggunaan kiasan dari lirik lagu Ungu.
Dari data tersebut terlihat selisih penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari kedua
grup musik.
Dari lirik lagu grup musik Peterpan, 107 penggunaan gaya bahasa tersebut
antara lain terdiri dari, 10 gaya bahasa repetisi, 4 gaya bahasa inversi, 11 gaya
bahasa aliterasi, 51 gaya bahasa asonansi, 7 gaya bahasa pararelisme, 12 gaya
bahasa simploke, 5 gaya bahasa pleonasme, dan 7 gaya bahasa asindeton.
Sedangkan untuk 57 penggunaan bahasa kiasan antara lain terdiri dari, 2 kiasan
perbandingan (simile), 19 kiasan metafora, 2 kiasan alegori, 9 kiasan
personifikasi, 1 kiasan depersonifikasi, 10 kiasan hiperbola, 8 kiasan ironi, dan 7
kiasan litotes.
Kemudian dari lirik lagu grup musik Ungu, 75 penggunaan gaya bahasa
yang didapat antara lain terdiri dari, 3 gaya bahasa repetisi, 2 gaya bahasa inversi,
17 gaya bahasa aliterasi, 36 gaya bahasa asonansi, 3 gaya bahasa pararelisme, 8
gaya bahasa simploke, 3 gaya bahasa pleonasme, dan 3 gaya bahasa asindeton.
Sedangkan untuk 50 penggunaan kiasan antara lain terdiri dari, 0 (tidak ada
penggunaan) kiasan perbandingan (simile) , 11kiasan metafora, 0 kiasan alegori,
153
5 kiasan personifikasi, 1 kiasan depersonifikasi, 17 kiasan hiperbola, 13 kiasan
ironi, dan 3 kiasan litotes.
Dari data penggunaan gaya bahasa dan kiasan dari lirik lagu Peterpan
dengan lirik lagu Ungu, diperoleh jumlah keseluruhan dari total 20 lirik lagu dari
kedua grup musik tersebut yaitu berjumlah 182 penggunaan gaya bahasa, dan
total 108 penggunaan bahasa kiasan. Total 182 penggunaan gaya bahasa dari
kedua grup musik tersebut antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% gaya bahasa
repetisi, 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi, 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi,
87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi, 10 atau 5,49% gaya bahasa pararelisme,
20 atau 10,98% gaya bahasa simploke, 8 atau 4,39% gaya bahasa pleonasme, dan
10 atau 5,49% penggunaan gaya bahasa asindeton. Sedangkan untuk total 108
penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu antara lain terdiri
dari, 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile), 30 atau 27,77%
kiasan metafora, 2 atau 1,85% kiasan alegori, 14 atau 12,96% kiasan
personifikasi, 2 atau 1,85% kiasan depersonifikasi, 27 atau 25% kiasan hiperbola,
21 atau 19,44% kiasan ironi, dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes.
Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh, maka dapat diketahui
bahwa grup musik Peterpan lebih banyak menggunakan gaya bahasa serta bahasa
kiasan dalam lirik lagunya dibandingkan dengan grup musik Ungu. Selain itu,
terdapat persamaan pada penggunaan gaya bahasa yang sering muncul, yaitu
sama-sama sering menggunakan gaya bahasa asonansi atau pengulangan
terhadap vokal dalam setiap lirik kedua grup musik tersebut. Selain persamaan,
154
terdapat juga perbedaan yang terjadi pada penggunaan bahasa kiasan. Untuk
grup musik Peterpan, kiasan yang sering muncul adalah kiasan metafora atau
menyatakan suatu hal atau peristiwa dengan menggunakan perbandingan dengan
hal lainnya secara langsung. Sedangkan untuk grup musik Ungu, kiasan yang
paling sering muncul adalah kiasan hiperbola atau menyatakan sesuatu hal atau
peristiwa secara berlebihan atau dibesar-besarkan.
4.4 Aplikasi Pengajaran di SMA
Dalam sebuah karya sastra, baik itu dalam bentuk cerpen, puisi, ataupun
lirik, gaya bahasa dan kiasan merupakan unsur penting yang tidak bisa
ditinggalkan. Tanpa menggunakan gaya bahasa maupun kiasan, sebuah karya
sastra akan terasa hambar dan tidak menarik untuk dibaca, maupun
diperdengarkan kepada orang banyak. Oleh karena itu, pengajaran mengenai gaya
bahasa perlu dilakukan agar siswa lebih kreatif dalam mengolah kata-kata,
terutama untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang bernilai estetik.
Untuk dapat menyukseskan tujuan pembelajaran dalam mengajarkan gaya
bahasa dan kiasan, guru harus bisa kreatif dalam merancang suatu proses kegiatan
belajar agar menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Ada
berbagai macam cara yang dapat dilakukan guru untuk merancang kegiatan
belajar agar menjadi lebih menarik perhatian siswa. Salah satu usaha yang bisa
ditempuh guru yaitu dengan cara memilih metode mengajar dengan materi yang
disajikan semenarik mungkin, namun sesuai dengan kebutuhan standar
kompetensi dan kompetensi dasarnya, serta sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa.
155
Berikut ini penulis akan menyajikan aplikasi pengajaran dalam pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia, sesuai dengan judul Perbandingan Gaya Bahasa dan
Bahasa Kiasan Lirik Lagu antara Grup Musik Peterpan dalam Album Alexandria
dengan Grup Musik Ungu dalam Album Melayang, serta aplikasinya dalam
Pengajaran Bahasa Indonesia di SMA, sebagai berikut.
6) Sebelum materi pengajaran tentang gaya bahasa dan bahasa kiasan
dimulai, terlebih dahulu guru mengemukakan tujuan pembelajaran.
7) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya bahasa maupun bahasa
kiasan.
8) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya bahasa dan jenis-jenis
bahasa kiasan berserta contoh-contohnya.
9) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari grup musik Peterpan dan
Ungu lalu menjelaskan cara menganalisis lirik lagu tersebut dengan
jenis-jenis gaya bahasa dan bahasa kiasan.
10) Guru memberikan siswa latihan dengan menggunakan lirik lagu
Peterpan dan Ungu, untuk dianalisis gaya bahasa dan bahasa kiasan
yang digunakan, serta membandingkannya.
11) Siswa membuat karangan berupa puisi yang bertema bebas dengan
menggunakan gaya bahasa dan kiasan.
12) Siswa membaca hasil karangannya di depan kelas.
156
4.5 Keterbatasan/Kelemahan Penelitian
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan. Namun demikian, dalam
penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang menyebabkan penelitian ini
tidak sempurna. Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Objek yang diambil dalam penelitian ini dibatasi hanya pada lirik lagu
Peterpan dalam album Alexandria dan lirik lagu Ungu dalam album
Melayang.
2) Terdapat perbedaan jumlah lirik lagu, dimana pada lirik lagu Peterpan
album Alexandria ada 10 lirik lagu, sedangkan pada lirik lagu Ungu
album Melayang ada 12 lirik lagu, sehingga peneliti mengurangi 2 lirik
lagu dari grup musik Ungu agar jumlah lirik sama-sama 10 antara
kedua grup musik ketika dibandingkan penggunaan gaya bahasa dan
kiasannya.
3) Keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan pengetahuan dari peneliti.
4) Hasil penelitian ini merupakan hasil interpretasi dari peneliti
sepenuhnya, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya
perbedaan hasil apabila analisis dilakukan oleh peneliti lain.
5) Kemungkinan para komposer atau pencitpta lirik lagu tidak
mengetahui maupun tidak menyadari tentang penggunaan gaya bahasa
dan bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik-lirik lagu ciptaan mereka.
157
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti tentang perbandingan
gaya bahasa dan bahasa kiasan antara lirik lagu Peterpan dalam album
Alexandria dengan lirik lagu Ungu dalam album Melayang, maka peneliti
membuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari 20 lirik lagu kedua grup musik tersebut, terdapat total keseluruhan
yaitu 182 penggunaan gaya bahasa, dan total 108 penggunaan kiasan.
Total 182 penggunaan gaya bahasa dari grup musik Peterpan dan Ungu,
antara lain terdiri dari, 13 atau 7,14% penggunaan gaya bahasa repetisi
(Peterpan:10, Ungu:3), 6 atau 3,29% gaya bahasa inversi (Peterpan:4,
Ungu:2), 28 atau 15,38% gaya bahasa aliterasi (Peterpan:11, Ungu:17),
87 atau 47,80% gaya bahasa asonansi (Peterpan:51, Ungu:36), 10 atau
5,49% gaya bahasa pararelisme (Peterpan:7, Ungu:3), 20 atau 10,98%
gaya bahasa simploke (Peterpan:12, Ungu:8), 8 atau 4,39% gaya bahasa
pleonasme (Peterpan:5, Ungu:3), dan 10 atau 5,49% penggunaan gaya
bahasa asindeton (Peterpan:7, Ungu:3). Selanjutnya, untuk total 108
penggunaan bahasa kiasan dari grup musik Peterpan dan Ungu, antara lain
terdiri dari 2 atau 1,85% penggunaan kiasan perbandingan (simile)
158
(Peterpan:2, Ungu:0), 30 atau 27,77% kiasan metafora (Peterpan:19,
Ungu:11), 2 atau 1,85% kiasan alegori (Peterpan:2 Ungu:0), 14 atau
12,96% kiasan personifikasi (Peterpan:9, Ungu:5), 2 atau 1,85% kiasan
depersonifikasi (Peterpan:1, Ungu:1), 27 atau 25% kiasan hiperbola
(Peterpan:10, Ungu:17), 21 atau 19,44% kiasan ironi (Peterpan:8,
Ungu:13), dan 10 atau 9,25% penggunaan kiasan litotes (Peterpan:7,
Ungu:3).
2. Dari total 182 penggunaan gaya bahasa dan 108 penggunaan kiasan dari
kedua grup musik tersebut, dalam lirik lagu dari Grup musik Peterpan,
terdapat lebih banyak penggunaan gaya bahasa dan kiasan bila
dibandingkan dengan lirik lagu dari grup musik Ungu. Dalam lirik lagu
Peterpan, terdapat 107 penggunaan gaya bahasa atau sekitar 58,79%, dan
58 penggunaan kiasan atau sekitar 53,71%. Sedangkan dalam lirik lagu
Ungu, hanya terdapat 75 penggunaan gaya bahasa atau sekitar 41,21%,
dan 50 penggunaan kiasan atau 46,29%.
3. Dalam penggunaan gaya bahasa, lirik lagu dari grup musik Peterpan
maupun Ungu sama-sama banyak menggunakan gaya bahasa asonansi
atau pengulangan terhadap vokal yang sama dalam setiap lirik lagu yang
diciptakan oleh kedua grup musik tersebut. Kemudian, untuk penggunaan
bahasa kiasan, dalam lirik lagu grup musik Peterpan kiasan yang sering
muncul adalah metafora atau menyatakan suatu hal maupun peristiwa
dengan menggunakan perbandingan dengan hal lainnya secara langsung.
Sedangkan untuk grup musik Ungu, kiasan yang paling sering muncul
159
adalah hiperbola atau menyatakan hal maupun peristiwa secara berlebihan
atau dibesar-besarkan. Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa lirik
lagu dari grup musik Peterpan lebih sulit diinterpretasikan maknanya bila
dibandingkan dengan lirik lagu dari grup musik Ungu yang lebih mudah
diinterpretasikan maknanya. Kiasan metafora yang pada dasarnya
membandingkan sesuatu hal dengan hal lain, bisa berbeda pemahaman
maknanya jika dalam menginterpretasikan maknanya adalah dua orang
yang berbeda atau lebih.
5.2 Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian terhadap pembelajaran gaya bahasa dan kiasan
yaitu sebagai berikut.
1. Menjadikan guru lebih inovatif dan kreatif dalam mengajarkan gaya
bahasa dan kiasan kepada siswa.
2. Memperkaya media pembelajaran dalam materi gaya bahasa maupun
kiasan, sehingga contoh-contoh penggunaannya tidak hanya terpaku pada
contoh lama yang sudah lazim, sudah sering didengar, dan sudah banyak
diketahui oleh siswa.
3. Siswa SMA yang pada dasarnya merupakan remaja, akan merasa senang
dalam kegiatan belajar, sehingga lebih termotivasi serta lebih aktif
mempelajari materi tentang gaya bahasa maupun bahasa kiasan, dengan
contoh lirik-lirik lagu yang mereka sukai.
160
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian yang telah diuraikan
penulis, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan keterampilan, misalnya
dalam hal menulis dengan menggunakan gaya bahasa maupun bahasa
kiasan, baik dalam bentuk menulis puisi, cerpen, maupun menulis puisi
lirik, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan menulis
kesusastraan.
2. Agar pembelajaran mengenai gaya bahasa dan kiasan tidak
menjenuhkan bagi siswa, maka guru harus menggunakan media-media
yang disenangi oleh siswa seperti halnya lirik lagu, hal ini dilakukan
agar guru tidak hanya terpaku pada media puisi maupun cerpen saja.
3. Pihak sekolah agar lebih memperhatikan sarana dan prasarana seperti
buku, LCD, OHP, laboratorium bahasa, dan perpustakaan agar guru
dapat memaksimalkan media maupun metode belajar yang lebih
inovatif. Hal tersebut semata-mata agar siswa sebagai peserta didik
merasa lebih bersemangat dan merasakan kenyamanan saat belajar.
Demikian kesimpulan, implikasi penelitian, dan saran yang penulis
kemukakan, semoga dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan referensi
dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
161
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, Mukhsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang:
Yayasan Asah Asih Asuh.
Chaer, Abdul, dan Agustina, Leone. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi (Analisis dan Pemahaman).
Bandung: Nuansa.
E., Sumarjo L. 1978. Komponis, Pemain, Publik. Jakarta: Pustaka Jaya.
Imran, Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003. Jakarta
Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
__________ . 1994. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah
Luxemburg, J. V. et.al. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. (diterjemahkan Dick
Hartoko). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono, Anton M. 1984. Diksi atau Pilihan Kata (suatu spesifikasi di dalam kosakata).
Jakarta: PPPGB (naskah)
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda.
Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: UHAMKA Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa, Jakarta: Erlangga
Semi, M. Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
162
Setiawati, Lulis, 2010, Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu-Lagu Opick Serta
Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA,
Skripsi, Jakarta: UHAMKA
Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia.
Surabaya: INDAH Surabaya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wellek, Renne dan Werren, Austin. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Wibowo, Wahyu. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
163
LAMPIRAN-LAMPIRAN
164
RENCANA PROGRAM PENGAJARAN
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : X/I
Waktu : 2 x 45 menit
Aspek : Mendengarkan
1. Standar Kompetensi
Memahami puisi yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung
2. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman.
3. Indikator
3.1 Mampu mengidentifikasi (gaya bahasa, kiasan) di dalam puisi
3.2 Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
3.3 Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang
4. Tujuan Pembelajaran
4.1 Siswa mampu mengidentifikasi (gaya bahasa, kiasan) di dalam puisi
4.2 Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
4.3 Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang
LAMPIRAN 1
165
5. Materi Pembelajaran
5.1 Gaya Bahasa
Gaya bahasa menurut Tarigan adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan
kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
mempengaruhi penyimak dan pembaca.
Beberapa jenis gaya bahasa yang akan digunakan dalam pembelajaran kali
ini adalah : Repetisi, Inversi, Aliterasi, Asonansi, Pararelisme, Simploke,
Pleonasme, dan Asindeton.
5.2 Bahasa Kiasan
Kiasan menurut Pradopo adalah mengiaskan atau mempersamakan sesuatu
hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik, dan
hidup.
Jenis-jenis kiasan yang akan digunakan dalam pembelajaran kali ini
adalah: Perbandingan (Simile), Metafora, Alegori, Personifikasi,
Depersonifikasi, Hiperbola, Ironi, dan Litotes.
6. Kegiatan Belajar Mengajar
6.1 Pendekatan
a. Pendekatan Proses
b. Pendekatan Kompetensi
6.2 Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
1 Kegiatan Awal:
1) Guru mengondisikan kelas
2) Apersepsi
3) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran
4) Guru menerangkan langkah-langkah
pembelajaran
10 menit Tanya Jawab
166
2 Kegiatan Inti:
1) Guru menjelaskan pengertian tentang gaya
bahasa maupun bahasa kiasan.
2) Guru menerangkan tentang jenis-jenis gaya
bahasa dan jenis-jenis bahasa kiasan
berserta contoh-contohnya.
3) Guru menjelaskan tentang lirik lagu dari
grup musik Peterpan dan Ungu lalu
menjelaskan cara menganalisis lirik lagu
tersebut dengan jenis-jenis gaya bahasa dan
bahasa kiasan.
4) Guru memberikan siswa latihan dengan
menggunakan lirik lagu Peterpan dan
Ungu, untuk dianalisis gaya bahasa dan
bahasa kiasan yang digunakan, serta
membandingkannya.
5) Guru dan siswa membahas hasil pekerjaan
siswa.
6) Guru memberikan siswa kesempatan untuk
bertanya
70 menit
Ceramah
Membangun
diri
Latihan
Penilaian
Tanya Jawab
3 Kegiatan Akhir:
Guru dan siswa melakukan refleksi
Guru dan siswa melakukan evaluasi
Guru memberikan tugas kepada siswa
10 menit
Refleksi
Penugasan
7. Alat dan Sumber Pembelajaran
7.1 Alat Pembelajaran
LCD Proyektor-Video Klip, LKS
7.2 Sumber Pembelajaran
Adi Abdul Somad dkk., 2008, Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia,
Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
8. Penilaian
7.1 Penilaian Proses : Tidak ada
7.2 Penilaian Akhir : Ada
7.3 Tes : Tes tulis, tes unjuk kerja
167
9. Tugas
Contoh lirik lagu:
MEMBEBANIKU
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu (Asonansi) (Metafora)
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku (Asonansi, Pleonasme)
oh kepalaku (Repetisi)
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku (Repetisi)
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Lemah tetap menari, langkahku (Inversi) (Metafora)
Mencoba tetap berdiri, ku menangis (Asindeton) (Metafora)
Masih tetap mencari jalanku (Metafora)
Memahami beban itu
Penggunaan gaya bahasa dan kiasan dalam lirik lagu berjudul
Membebaniku:
1) Gaya bahasa:
a. Asonansi : 2 penggunaan
b. Pleonasme: 1 penggunaan
c. Repetisi : 2 penggunaan
d. Inversi : 1 penggunaan
e. Asindeton : 1 penggunaan
2) Kiasan:
a. Metafora : 4 penggunaan
Jakarta, September 2011
Guru
Fauzi Rahman
168
Tabel 1.1 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tak Bisa Kah
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku
3 √
√
√
2
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
√
3 √
√
3
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
√
2
√
4
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
√
3 √
√
5
Dara kau mencari hidupku
Kemana kau tahu isi hatiku
Tunggu sejenak aku di situ
Jalanku, jalan menemukanmu
3 √
√
√
JUMLAH 3 1 - 5 - 3 1 1 14
LAMPIRAN 2
169
Tabel 1.2 Analisis gaya bahasa lirik lagu Jauh Mimpiku
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita
1 √
2 Kau ciptakan mimpiku
Jujurku hanya sesalkan diriku
√
2 √
3 Kau tinggalkan mimpiku
Dan itu hanya sesalkan diriku
√
1
4 Ku harus lepaskanmu
Melupakan senyummu
√
2 √
5 Semua tentangmu, tentangku hanya harap
Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku
√
2 √
JUMLAH - - 3 4 - - - 1 8
170
Tabel 1.3 Analisis gaya bahasa lirik lagu Membebaniku
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku
oh kepalaku
4 √
√ √ √
2
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
√
1
3
Lemah tetap menari langkahku
Mencoba tetap berdiri, ku menangis
Masih tetap mencari jalanku
Memahami, beban itu
√
2 √
JUMLAH 2 1 - 2 - - 1 1 7
171
Tabel 1.4 Analisis gaya bahasa lirik lagu Menunggu Pagi
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Apa yang terjadi
Dengan hatiku
Ku masih disini menunggu pagi
Seakan letih tak menggangguku
Ku masih terjaga menunggu pagi
1
√
2 Entah kapan malam berhenti
Teman, aku masih menunggu pagi
-
3 Malam begini, malam tetap begini
Entah mengapa pagi enggan kembali
√
√ 3
√
JUMLAH - - - 1 1 1 - 1 4
172
Tabel 1.5 Analisis gaya bahasa lirik lagu Kukatakan dengan Indah
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Kukatakan dengan indah
Dengan terbuka hatiku hampa
Sepertinya luka menghampirinya
√
3 √
√
2
Kau beri rasa yg berbeda
Mungkin ku salah mengartikannya
Yang kurasa cinta
-
3
Tetapi hatiku
Selalu meninggikanmu Terlalu meninggikanmu
Selalu meninggikanmu
√
1
4 Kau hancurkan hatiku
Hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
√
√
3
√
5
Kau terangi jiwaku
Kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
√
√
3
√
6
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi
Membuatku merasakan yang telah terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri
√ √
5 √
√ √
JUMLAH 1 - - 9 3 2 - - 15
173
Tabel 1.6 Analisis gaya bahasa lirik lagu Sahabat
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Bayangkan ku melayang
Seluruh nafasku terbang
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpamu teman
√
√
2
2
Bila nafasku lepas
Semua langkah yang lelah
Semua waktu yang hilang
Tapi bayangmu tetap
√
√
5 √
√
√
3
Ingatkanku semua wahai sahabat
Kita untuk selamanya kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah
Ingatkanku semua wahai sahabat
√
5 √
√
√
√
4
Ingatkanku semua wahai sahabat Kita untuk slamanya, kita percaya
Kita bagai cerita wahai sahabat
Ingatkanku semua wahai sahabat
√
5 √
√
√
√
JUMLAH - 2 1 10 2 2 - - 17
174
Tabel 1.7 Analisis gaya bahasa lirik lagu Aku dan Bintang
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lihat ke langit luas
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan
Merangkai mimpi dengan khayalku
Selalu bermimpi dengan hariku
√
3
√
√
2
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka
Coba temani, dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
√
5
√
√
√
√
3
Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua hanya kita dan bintang
√
4 √ √
√
4
Yang terindah meski terlupakan
Dan selalu terangi dunia mereka-reka
hanya aku dan bintang
√
2
√
JUMLAH - - 4 6 - 1 2 1 14
175
Tabel 1.8 Analisis gaya bahasa lirik lagu Mungkin Nanti
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Saatnya ku berkata
Mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua
Ku yakin inilah waktunya
1
√
2 Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi
√
1
3
Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi
Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin saat semua di sini
1
√
4
Dan bila hatimu termenung
Bangun dari mimpi-mimpimu
Membuka hatimu yang dulu
Cerita saat masalahku
2
√
√
5
Tak usah kau tanyakan lagi
Simpan untukmu sendiri Semua sesal yang kau cari
Semua rasa yang kau beri
√
√
3
√
JUMLAH - - 1 5 1 1 - - 8
176
Tabel 1.9 Analisis gaya bahasa lirik lagu Di Belakangku
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kau peluk aku sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku, melamun melihatmu
√ 3
√ √
2
Kau menungguku, menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju
Setia dalam renungku
√ √
3 √
3 Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu
Mati di depanku di depanku, di depanku
√ 2
√
4
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku
√
4 √
√ √
JUMLAH 3 - 2 5 - - - 2 12
177
Tabel 1.10 Analisis gaya bahasa lirik lagu Langit tak Mendengar
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jalan hidup telah memilih
Menurunkan aku ke bumi
Hari berganti dan berganti
Aku diam tak memahami
3 √
√
√
2
Mengapa hidup begitu sepi
Apakah hidup seperti ini
Mengapa ku selalu sendiri
Apakah hidupku tak berarti
√
2 √
3 Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya
Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar
√ √ 3
√
JUMLAH 1 - - 4 - 2 1 - 8
178
Tabel 2.1 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tak Bisa Kah
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu selalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu Selalu kau di dalam hatiku
1
√
2
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku
√
2 √
3
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
-
4
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
√
2 √
5
Dara kau mencari hidupku
Kemana kau tahu isi hatiku
Tunggu sejenak aku di situ
Jalanku, jalan menemukanmu
√
1
JUMLAH - 2 - - - 3 1 - 6
179
Tabel 2.2 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Jauh Mimpiku
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita
1
√
2 Kau ciptakan mimpiku
Jujurku hanya sesalkan diriku
√ 2
√
3 Kau tinggalkan mimpiku
Dan itu hanya sesalkan diriku
√ 1
4 Ku harus lepaskanmu
Melupakan senyummu
-
5 Semua tentangmu tentangku hanya harap
Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku
1
√
JUMLAH - 3 - - - - - 2 5
180
Tabel 2.3 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Membebaniku
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku
oh kepalaku
1 √
2
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
--
3
Lemah tetap menari, langkahku
Mencoba tetap berdiri, ku menangis
Masih tetap mencari jalanku
Memahami, beban itu
√
3 √
√
JUMLAH - 4 - - - - - - 4
181
Tabel 2.4 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Menunggu Pagi
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Apa yang terjadi dengan hatiku
Ku masih di sini menunggu pagi
Seakan letih tak menggangguku
Ku masih terjaga menunggu pagi
3 √
√
√
2 Entah kapan malam berhenti
Teman, aku masih menunggu pagi
1
√
3 Malam begini, malam tetap begini
Entah mengapa pagi enggan kembali
1
√
JUMLAH - 3 - 2 - - - - 5
182
Tabel 2.5 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Kukatakan dengan Indah
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Ku katakan dengan indah
Dengan terbuka hatiku hampa
Sepertinya luka menghampirinya
√
2
√
2 Kau beri rasa yg berbeda
Mungkin ku salah mengartikannya Yang kurasa cinta
√
1
3 Tetapi hatiku selalu meninggikanmu
Terlalu meninggikanmu
Selalu meninggikanmu
√
1
4 Kau hancurkan hatiku
Hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
√
2
√
5 Kau terangi jiwaku
Kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
√
2
√
6
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi Membuatku merasakan yang telah terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri
√
2
√
JUMLAH 1 2 - - - 3 2 2 10
183
Tabel 2.6 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Sahabat
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Bayangkan ku melayang
Seluruh nafasku terbang
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpamu teman
√
1
2
Bila napasku lepas
Semua langkah yang lelah
Semua waktu yang hilang
Tapi bayangmu tetap
√
4 √
√
√
3
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah Ingatkanku semua, wahai sahabat
1
√
4
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk slamanya, kita percaya
Kita bagai cerita, wahai sahabat Ingatkanku semua, wahai sahabat
1
√
JUMLAH 1 3 1 1 - 1 - - 7
184
Tabel 2.7 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Aku dan Bintang
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lihat ke langit luas
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan
Merangkai mimpi dengan khayalku
Selalu bermimpi dengan hariku
3
√
√
√
2
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka
Coba temani, dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
√
1
3 Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
√
1
4 Yang terindah meski terlupakan
Dan selalu terangi dunia mereka-reka
hanya aku dan bintang
√
1
JUMLAH - 1 1 2 - 2 - - 6
185
Tabel 2.8 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Mungkin Nanti
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Saatnya ku berkata
Mungkin yang terakhir kalinya Sudahlah lepaskan semua
Ku yakin inilah waktunya
√
1
2 Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi
√ 2
√
3
Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi
Satu pinta ku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati Seperti hari kemarin saat semua di sini
1
√
4
Dan bila hatimu termenung Bangun dari mimpi-mimpimu
Membuka hatimu yang dulu Cerita saat masalahku
√
2
√
5
Tak usah kau tanyakan lagi
Simpan untukmu sendiri
Semua sesal yang kau cari
Semua rasa yang kau beri
√
1
JUMLAH - 1 - 2 - 1 2 1 7
186
Tabel 2.9 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Di Belakangku
Keterangan:
(1)Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kau peluk aku sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku, melamun melihatmu
√ 1
2
Kau menungguku, menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju
Setia dalam renungku
√
1
3 Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu
Mati di depanku di depanku, di depanku
-
4
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapank
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku
√
1
JUMLAH - - - - - - 3 - 3
187
Tabel 2.10 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Langit tak Mendengar
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jalan hidup telah memilih
Menurunkan aku ke bumi
Hari berganti dan berganti
Aku diam tak memahami
√
2
√
2
Mengapa hidup begitu sepi
Apakah hidup seperti ini
Mengapa ku selalu sendiri
Apakah hidupku tak berarti
1
√
3 Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya
Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar
√ 2
√
JUMLAH - - - 2 1 - - 2 5
188
Tabel 3. Hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Peterpan
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
No Judul Lagu Gaya Bahasa
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Tak Bisa kah 3 1 - 5 - 3 1 1 14
2 Jauh Mimpiku - - 3 4 - - - 1 8
3 Membebaniku 2 1 - 2 - - 1 1 7
4 Menunggu Pagi - - - 1 1 1 - 1 4
5 Kukatakan dengan Indah 1 - - 9 3 2 - - 15
6 Sahabat - 2 1 10 2 2 - - 17
7 Aku dan Bintang - - 4 6 - 1 2 1 14
8 Mungkin Nanti - - 1 5 1 1 - - 8
9 Di Belakangku 3 - 2 5 - - - 2 12
10 Langit tak Mendengar 1 - - 4 - 2 1 - 8
Jumlah (Persentase) 10
(9,34%)
4
(3,73%)
11
(10,28%)
51
(47,66%)
7
(6,54%)
12
(11,21%)
5
(4,67%)
7
(6,54%) 107
(100%)
189
Tabel 4. Hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Peterpan
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
No Judul Lagu Bahasa Kiasan
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Tak Bisa kah - 2 - - - 3 1 - 6
2 Jauh Mimpiku - 3 - - - - - 2 5
3 Membebaniku - 4 - - - - - - 4
4 Menunggu Pagi - 3 - 2 - - - - 5
5 Kukatakan dengan Indah 1 2 - - - 3 2 2 10
6 Sahabat 1 3 1 1 - 1 - - 7
7 Aku dan Bintang - 1 1 2 - 2 - - 6
8 Mungkin Nanti - 1 - 2 - 1 2 1 7
9 Di Belakangku - - - - - - 3 - 3
10 Langit tak Mendengar - - - 2 1 - - 2 5
Jumlah (Persentase) 2
(3,44%)
19
(32,75%)
2
(3,44%)
9
(15,51%)
1
(1,72%)
10
(17,24%)
8
(13,79%)
7
(12,06%) 58
(100%)
190
Tabel 1.1 Analisis gaya bahasa lirik lagu Melayang
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Disini dibatasanku
Mencoba menegakkan langkahku
Mencari rasa yang hilang bersamamu
2 √
√
2
Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu
Yang datang menghantui setiap malamku
Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu
Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku
√
2 √
3
Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku
Terbang melayang menyusuri ruang cinta
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku
√ √
6 √
√ √
√
JUMLAH - - 6 2 - - 2 - 10
191
Tabel 1.2 Analisis gaya bahasa lirik lagu Seperti yang Dulu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini
Semuanya telah berlalu bersama lukaku
1
√
2 Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
√ 1
3 Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani
Hatiku yang telah terluka karena dustamu
1
√
4
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu
Takkan ada yang rindu seperti yang dulu
√
√
1
5 Seperti yang dulu
Seperti yang dulu √
1
JUMLAH 1 - 1 3 - 1 - - 6
192
Tabel 1.3 Analisis gaya bahasa lirik lagu Demi Waktu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
Yang kini hadir di antara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang selama ini temani hidupku
√
2 √
2
Maafkan aku menduakan cintamu
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih
√
3
√
√
3
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku
Membawa aku dalam kehancuran
2
√
√
JUMLAH - - 2 5 - - - - 7
193
Tabel 1.4 Analisis gaya bahasa lirik lagu Berikan Aku Cinta
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Terbelenggu cintamu
Terhempas ku di dalam pelukanmu
Bermandikan air surga
Membasuh jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
1
√
2
Dekaplah tubuhku kasih
Bawalah aku melayang bersamamu
Menyusuri ruang hati yang penuh kasih
Berhiaskan cinta abadi
√√
4 √
√
3 Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu
Berikan aku kasih putih yang tulus darimu
√
√ 2
4 Selalu ku berharap semuanya abadi √ 1
JUMLAH - 2 2 2 - 1 1 - 8
194
Tabel 1.5 Analisis gaya bahasa lirik lagu Berjanjilah
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
√ √
2
2
Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku
Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku
Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku
Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku
3 √
√
√
3
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku
Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
√
√
3 √
4 Semoga rasa ini abadi untuk selamanya
Semoga cinta ini akan slalu ada
√
1
5 Berjanjilah
Berjanjilah √
1
JUMLAH 1 - - 4 - 3 - 2 10
195
Tabel 1.6 Analisis gaya bahasa lirik lagu Dari Satu Hati
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lelah ku menanti
Rasa yang ku harap kembali
Takkan pernah terulang lagi
Semua ini takkan terjalin lagi
2 √
√
2
Bila engkau mengerti
Apa yang telah ku lalui
Dari semua yang terjadi
Memberiku keraguan tak terakhiri
1
√
3
Mampukah engkau merindukanku
Sedalam engkau melepaskan semua
Seindah aku memahamimu
Sanggupkah engkau mencintai aku
√
4 √
√
√
JUMLAH - - 2 5 - - - - 7
196
Tabel 1.7 Analisis gaya bahasa lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jika memang diriku
Bukanlah menjadi pilihan hatimu
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu
1
√
2
Harus selalu kau tahu
Ku mencintamu di sepanjang waktuku
Harus selalu kau tahu
Semua abadi untuk selamanya
√
3
√
√
3
Karena ku yakin cinta dalam hatiku
Hanya milikmu sampai akhir hidupku
Karena ku yakin di setiap hembus nafasku
Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu
√
2
√
JUMLAH - - 1 4 - 1 - - 6
197
Tabel 1.8 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tak Perlu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Telah berulang kali ku katakan semua ini
Semuanya telah terjadi
Mungkin kau belum mengerti
1 √
2
Maafkan aku lagi yang kini telah melukai
Semuanya telah terjadi
Kau takkan pernah mengerti
1 √
3 Sampai hari ini aku yang menghianati
Namun sampai kini kau belum juga mengerti
√
1
4
Kau tak perlu abadikan cintamu untukku
Dalam hatiku takkan ada cinta sejati
Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku
Agar kau tahu takkan pernah datang padamu
√
3 √
√
5 Bebaskan aku dari belenggu cintamu
Dari belenggu cinta √
1
JUMLAH 1 - 2 2 - 2 - - 7
198
Tabel 1.9 Analisis gaya bahasa lirik lagu Tercipta Untukku
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
√
3 √
√
2 Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu
√
1
3
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku sepanjang hidupku
√ √
2
4
Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku
√ √
2
JUMLAH - - 1 5 2 - - - 8
199
Tabel 1.10 Analisis gaya bahasa lirik lagu Sejauh Mungkin
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lelah hati yang tak kau lihat
Andai saja dapat kau rasa kan
Letihnya jiwaku karena sifatmu
√
1
2 Indah cinta yang kau berikan
Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa
√
1
3
Baiknya kupergi tinggalkan dirimu
Sejauh mungkin untuk melupakan
Dirimu yang selalu tak pedulikan ku
Yang mencintaimu, yang menyayangimu
√
2
√
4
Bila saat nanti aku jauh
Ku harap kau mengerti
Ku harap kau sadari
√
√
2
JUMLAH - - - 4 1 - - 1 6
200
Tabel 2.1 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Melayang
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Gaya Bahasa Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Disini dibatasanku
Mencoba menegakkan langkahku
Mencari rasa yang hilang bersamamu
2 √
√
2
Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu
Yang datang menghantui setiap malamku
Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu
Terjerat mimpi-mimpi yang memasung langkahku
√
3
√
√
3
Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap
Ku berharap ku akan temukan dirimu untuk ku
Terbang melayang menyusuri ruang cinta
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku
√
2
√
JUMLAH - 3 - 1 - 3 - - 7
201
Tabel 2.2 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Seperti yang Dulu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini
Semuanya telah berlalu bersama lukaku
√
1
2 Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
√
1
3 Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani
Hatiku yang telah terluka karena dustamu
1
√
4
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu
Takkan ada yang rindu seperti yang dulu
√
2
√
5 Seperti yang dulu
Seperti yang dulu
-
JUMLAH - - - 1 - - 4 - 5
202
Tabel 2.3 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Demi Waktu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
Yang kini hadir di antara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang selama ini temani hidupku
√
2
√
2
Maafkan aku menduakan cintamu
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih
√
3
√
√
3
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku
Membawa aku dalam kehancuran
1
√
JUMLAH - 2 - 1 - 3 - - 6
203
Tabel 2.4 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Berikan Aku Cinta
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Terbelenggu cintamu
Terhempasku di dalam pelukanmu
Bermandikan air surga
Membasuh jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
√
3
√
√
2
Dekaplah tubuhku kasih
Bawalah aku melayang bersamamu
Menyusuri ruang hati yang penuh kasih
Berhiaskan cinta abadi
3 √
√
√
3 Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu
Berikan aku kasih putih yang tulus darimu
√ 1
4 Selalu ku berharap semuanya abadi √ 1
JUMLAH - 3 - 1 - 4 - - 8
204
Tabel 2.5 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Berjanjilah
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
-
2
Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku
Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku
Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku
Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku
2 √
√
3
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku
Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
-
4 Semoga rasa ini abadi untuk selamanya
Semoga cinta ini akan slalu ada
√ 1
5 Berjanjilah berjanjilah -
JUMLAH - 2 - - - 1 - - 3
205
Tabel 2.6 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Dari Satu Hati
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lelah ku menanti
Rasa yang ku harap kembali
Takkan pernah terulang lagi
Semua ini takkan terjalin lagi
-
2
Bila engkau mengerti
Apa yang telah ku lalui
Dari semua yang terjadi
Memberiku keraguan tak terakhiri
√
1
3
Mampukah engkau merindukanku
Sedalam engkau melepaskan semua
Seindah aku memahamimu
Sanggupkah engkau mencintai aku
√
2
√
JUMLAH - - - - - - 3 - 3
206
Tabel 2.7 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Aku Bukan Pilihan Hatimu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Jika memang diriku
Bukanlah menjadi pilihan hatimu
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu
√ 1
2
Harus selalu kau tahu
Ku mencintamu sepanjang waktuku
Harus selalu kau tahu
Semua abadi untuk selamanya
√
2
√
3
Karena ku yakin cinta dalam hatiku
Hanya milikmu sampai akhir hidupku
Karena ku yakin di setiap hembus nafasku
Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu
√
2
√
JUMLAH - - - - - 4 - 1 5
207
Tabel 2.8 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tak Perlu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Telah berulang kali ku katakan semua ini
Semuanya telah terjadi
Mungkin kau belum mengerti
√
1
2
Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai
Semuanya telah terjadi
Kau takkan pernah mengerti
√
1
3 Sampai hari ini aku yang menghianati
Namun sampai kini kau belum juga mengerti
√
1
4
Kau tak perlu abadikan cintamu untukku
Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati
Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku
Agar kau tahu takkan pernah datang padamu
√
2
√
5 Bebaskan aku dari belenggu cintamu
Dari belenggu cinta
√
1
JUMLAH - 1 - - - - 5 - 6
208
Tabel 2.9 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Tercipta Untukku
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
√
1
2 Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu
√ 1
3
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku sepanjang hidupku
1
√
4 Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku
√
2 √
JUMLAH - - - 1 1 2 - 1 5
209
Tabel 2.10 Analisis bahasa kiasan lirik lagu Sejauh Mungkin
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
Bait Lirik
Lagu
Bahasa Kiasan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8
1
Lelah hati yang tak kau lihat
Andai saja dapat kau rasa kan
Letihnya jiwaku karena sifatmu
√
1
2 Indah cinta yang kau berikan
Kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa
-
3
Baiknya kupergi tinggalkan dirimu
Sejauh mungkin untuk melupakan
Dirimu yang slalu tak pedulikan ku
Yang mencintaimu, yang menyayangimu
√ 1
4
Bila saat nanti aku jauh
Ku harap kau mengerti
Ku harap kau sadari
-
JUMLAH - - - - - - 1 1 2
210
Tabel 3. Hasil analisis gaya bahasa seluruh lagu Ungu
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
No Judul Lagu Gaya Bahasa
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Melayang - - 6 2 - - 2 - 10
2 Seperti yang Dulu 1 - 1 3 - 1 - - 6
3 Demi Waktu - - 2 5 - - - - 7
4 Berikan Aku Cinta - 2 2 2 - 1 1 - 8
5 Berjanjilah 1 - - 4 - 3 - 2 10
6 Dari Satu Hati - - 2 5 - - - - 7
7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - 1 4 - 1 - - 6
8 Tak Perlu 1 - 2 2 - 2 - - 7
9 Tercipta Untukku - - 1 5 2 - - - 8
10 Sejauh Mungkin - - - 4 1 - - 1 6
Jumlah
(Persentase)
3
(4%)
2
(2,66%)
17
(22,66%)
36
(48%)
3
(4%)
8
(10,66%)
3
(4%)
3
(4%) 75
(100%)
211
Tabel 4. Hasil analisis bahasa kiasan seluruh lagu Ungu
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes
No Judul Lagu Bahasa Kiasan
Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Melayang - 3 - 1 - 3 - - 7
2 Seperti yang Dulu - - - 1 - - 4 - 5
3 Demi Waktu - 2 - 1 - 3 - - 6
4 Berikan Aku Cinta - 3 - 1 - 4 - - 8
5 Berjanjilah - 2 - - - 1 - - 3
6 Dari Satu Hati - - - - - - 3 - 3
7 Aku Bukan Pilihan Hatimu - - - - - 4 - 1 5
8 Tak Perlu - 1 - - - - 5 - 6
9 Tercipta Untukku - - - 1 1 2 - 1 5
10 Sejauh Mungkin - - - - - - 1 1 2
Jumlah
(Persentase)
-
(0%)
11
(22%)
-
(0%)
5
(10%)
1
(2%)
17
(34%)
13
(26%)
3
(6%) 50
(100%)
212
Tabel 5. Pembanding Gaya Bahasa
Keterangan: (1) repetisi, (2) inversi, (3) aliterasi, (4) asonansi, (5) pararelisme, (6) simploke, (7) pleonasme, dan (8) asindeton
NO GRUP MUSIK /
ALBUM
GAYA BAHASA JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Peterpan / Alexandria
10
(5,49%)
4
(2,19%)
11
(6,04%)
51
(28,02%)
7
(3,84%)
12
(6,59%)
5
(2,74%)
7
(3,84%)
107
(58,79%)
2 Ungu / Melayang
3
(1,65%)
2
(1,1%)
17
(9,34%)
36
(19,78%)
3
(1,65%)
8
(4,39%)
3
(1,65%)
3
(1,65%)
75
(41,21%)
Jumlah
(Persentase)
13
(7,14%)
6
(3,29%)
28
(15,38%)
87
(47,80%)
10
(5,49%)
20
(10,98%)
8
(4,39%)
10
(5,49%)
182
(100%)
213
Tabel 6. Pembanding Bahasa Kiasan
Keterangan:
(1) Perbandingan (simile), (2) metafora, (3) alegori, (4) personifikasi, (5) depersonifikasi, (6) hiperbola, (7) ironi, dan (8) litotes.
NO GRUP MUSIK /
ALBUM
BAHASA KIASAN JUMLAH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Peterpan / Alexandria
2
(1,85%)
19
(17,59%)
2
(1,85%)
9
(8,33%)
1
(0,92%)
10
(9,26%)
8
(7,4%)
7
(6,48%)
58
(53,71%)
2 Ungu / Melayang
-
(0%)
11
(10,18%)
-
(0%)
5
(4,63%)
1
(0,92%)
17
(15,74%)
13
(12,04%)
3
(2,77%)
50
(46,29%)
Jumlah
(Persentase)
2
(1,85%)
30
(27,77%)
2
(1,85%)
14
(12,96%)
2
(1,85%)
27
(25%)
21
(19,44%)
10
(9,25%)
108
(100%)
201
LIRIK LAGU
PETERPAN
LAMPIRAN 3
202
TAK BISA KAH
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
Tak bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
Ku berjalan berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah kuingin engkau begitu
Mengerti kau didalam hatiku
Dara kau mencari hidupku
Kemana kau tahu isi hatiku
Tunggu sejenak aku di situ
Jalanku, jalan menemukanmu
203
JAUH MIMPIKU
Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita
Kau ciptakan mimpiku
Jujurku hanya sesalkan diriku
Kau tinggalkan mimpiku
Dan itu hanya sesalkan diriku
Ku harus lepaskanmu
Melupakan senyummu
Semua tentangmu tentangku hanya harap
Jauh ku jauh mimpiku dengan inginku
204
MEMBEBANIKU
Tertidur lagi
Masih menangis dalam sela waktu
Dan tanganku ini masih memegang erat kepalaku
oh kepalaku
Semua yang membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Sungguh membebaniku
Lemah tetap menari, langkahku
Mencoba tetap berdiri, ku menangis
Masih tetap mencari jalanku
Memahami, beban itu
205
MENUNGGU PAGI
Apa yang terjadi dengan hatiku
Ku masih disini menunggu pagi
Seakan letih tak menggangguku
Ku masih terjaga menunggu pagi
Entah kapan malam berhenti
Teman, aku masih menunggu pagi
Malam begini, malam tetap begini
Entah mengapa pagi enggan kembali
206
KUKATAKAN DENGAN INDAH
Kukatakan dengan indah
Dengan terbuka hatiku hampa
Sepertinya luka menghampirinya
Kau beri rasa yg berbeda
Mungkin ku salah mengartikannya
Yang kurasa cinta
Tetapi hatiku
Selalu meninggikanmu
Terlalu meninggikanmu
Selalu meninggikanmu
Kau hancurkan hatiku
Hancurkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
Kau terangi jiwaku
Kau redupkan lagi
Kau hancurkan hatiku tuk melihatmu
Membuatku terjatuh dan terjatuh lagi
Membuatku merasakan yang telah terjadi
Semua yang terbaik dan yang terlewati
Semua yang terhenti tanpa kuakhiri
207
SAHABAT
Bayangkan ku melayang
Seluruh nafasku terbang
Bayangkan ku menghilang
Semua tanpamu teman
Bila napasku lepas
Semua langkah yang lelah
Semua waktu yang hilang
Tapi bayangmu tetap
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Ingatkanku semua, wahai sahabat
Kita untuk slamanya, kita percaya
Kita bagai cerita, wahai sahabat
Ingatkanku semua, wahai sahabat
208
AKU DAN BINTANG
Lihat ke langit luas
Dan semua musim terus berganti
Tetap bermain awan
Merangkai mimpi dengan khayalku
Selalu bermimpi dengan hariku
Pernah kau lihat bintang
Bersinar putih penuh harapan
Tangan halusnya terbuka
Coba temani, dekati aku
Selalu terangi gelap malamku
Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
Yang terindah meski terlupakan
Dan selalu terangi dunia mereka-reka
hanya aku dan bintang
209
MUNGKIN NANTI
Saatnya ku berkata
Mungkin yang terakhir kalinya
Sudahlah Lepaskan semua
Ku yakin inilah waktunya
Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja masa itu telah pergi
Dan mungkin bila nanti kita akan bertemu lagi
Satu pinta ku jangan kau coba tanya kan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin
Saat semua di sini
Dan bila hatimu termenung
Bangun dari mimpi-mimpimu
Membuka hatimu yang dulu
Cerita saat masalahku
Tak usah kau tanyakan lagi
Simpan untukmu sendiri
Semua sesal yang kau cari
Semua rasa yang kau beri
210
DI BELAKANGKU
Kau peluk aku sebelum membunuhku
Tersenyum melihatku, melamun melihatmu
Kau menungguku, menunggu ku terjatuh
Setiap langkah tertuju
Setia dalam renungku
Aku menunggumu, menunggumu, menunggumu
Mati di depanku di depanku, di depanku
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku
Apa yang kau lakukan dibelakangku
Dibelakangku, dibelakangku, dibelakangku
211
LANGIT TAK MENDENGAR
Jalan hidup telah memilih
Menurunkan aku ke bumi
Hari berganti dan berganti
Aku diam tak memahami
Mengapa hidup begitu sepi
Apakah hidup seperti ini
Mengapa ku selalu sendiri
Apakah hidupku tak berarti
Coba bertanya pada manusia tak ada jawabnya
Aku bertanya pada langit tua langit tak mendengar
212
LIRIK LAGU
UNGU
LAMPIRAN 4
213
MELAYANG
Disini dibatasanku
Mencoba menegakkan langkahku
Mencari rasa yang hilang bersamamu
Dan kuberanikan diri berlari mengejar bayanganmu
Yang datang menghantui setiap malamku
Terhempas tubuhku di memeluk tubuhmu
Terjerat mimpi mimpi yang memasung langkahku
Kini ku terbang melayang mencoba kepakkan sayap
Ku berharap kuakan temukan dirimu untuk ku
Terbang melayang menyusuri ruang cinta
Ku berharap ku akan temukan dirimu untukku
214
SEPERTI YANG DULU
Tiada guna kau kembali mengisi ruang hati ini
Semuanya telah berlalu bersama lukaku
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Tiada guna kau berjanji untuk setia menemani
Hatiku yang telah terluka karena dustamu
Semua yang telah berakhir antara hatiku dan hatimu
Takkan ada cinta seperti yang dulu
Semua yang telah berakhir antara diriku dan dirimu
Takkan ada yang rindu seperti yang dulu
Seperti yang dulu
Seperti yang dulu
215
DEMI WAKTU
Ku yang tak pernah bisa lupakan dirinya
Yang kini hadir di antara kita
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang selama ini temani hidupku
Maafkan aku menduakan cintamu
Berat rasa hatiku tinggalkan dirinya
Dan demi waktu yang bergulir di sampingmu
Maafkanlah diriku sepenuh hatimu
Seandainya bila ku bisa memilih
Kalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Dirimu dan dirinya kini ada di hatiku
Membawa aku dalam kehancuran
216
BERIKAN AKU CINTA
Terbelenggu cintamu
Terhempasku di dalam pelukanmu
Bermandikan air surga
Membasuh jiwa
Menghempaskan seluruh dahaga
Dekaplah tubuhku kasih
Bawalah aku melayang bersamamu
Menyusuri ruang hati yang penuh kasih
Berhiaskan cinta abadi
Berikan aku cinta suci yang terdalam dari hatimu
Berikan aku kasih putih yang tulus darimu
Selalu ku berharap semuanya abadi
217
BERJANJILAH
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
Kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku
Dalam pencarian cintaku, wujudkan mimpi-mimpiku
Karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku
Perhiasan dalam mimpiku, mewarnai seluruh hidupku
Berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi
Berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku
Berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi
Berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku
Semoga rasa ini abadi untuk selamanya
Semoga cinta ini akan slalu ada
Berjanjilah berjanjilah
218
DARI SATU HATI
Lelah ku menanti
Rasa yang ku harap kembali
Takkan pernah terulang lagi
Semua ini takkan terjalin lagi
Bila engkau mengerti
Apa yang telah ku lalui
Dari semua yang terjadi
Memberiku keraguan tak terakhiri
Mampukah engkau merindukanku
Sedalam engkau melepaskan semua
Seindah aku memahamimu
Sanggupkah engkau mencintai aku
219
AKU BUKAN PILIHAN HATIMU
Jika memang diriku
Bukanlah menjadi pilihan hatimu
Mungkin sudah takdirnya
Kau dan aku takkan mesti bersatu
Harus selalu kau tahu
Ku mencintamu sepanjang waktuku
Harus selalu kau tahu
Semua abadi untuk selamanya
Karena ku yakin cinta dalam hatiku
Hanya milikmu sampai akhir hidupku
Karena ku yakin di setiap hembus nafasku
Hanya dirimu satu yang selalu ku rindu
220
TAK PERLU
Telah berulang kali ku katakan semua ini
Semuanya telah terjadi
Mungkin kau belum mengerti
Maafkan aku lagi yang kini tlah melukai
Semuanya telah terjadi
Kau takkan pernah mengerti
Sampai hari ini aku yang menghianati
Namun sampai kini kau belum juga mengerti
Kau tak perlu abadikan cintamu untukku
Dalam hatiku tak akan ada cinta sejati
Sungguh tak perlu abadikan citamu untukku
Agar kau tahu takkan pernah datang padamu
Bebaskan aku dari belenggu cintamu
Dari belenggu cinta
221
TERCIPTA UNTUKKU
Menatap indahnya senyuman di wajahmu
Membuatku terdiam dan terpaku
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu
Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku
Disetiap langkah yang meyakiniku
Kau tercipta untukku sepanjang hidupku
Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tahu ku selalu milikmu
Yang mencintaimu sepanjang hidupku
222
SEJAUH MUNGKIN
Lelah hati yang tak kau lihat
andai saja dapat kau rasa kan
Letihnya jiwaku karena sifatmu
Indah cinta yang kau berikan
kini tiada lagi ku dapatkan teduhnya jiwa
Baiknya kupergi tinggalkan dirimu
Sejauh mungkin untuk melupakan
Dirimu yang slalu tak pedulikan ku
Yang mencintaimu, yang menyayangimu
Bila saat nanti aku jauh
Ku harap kau mengerti
Ku harap kau sadari
223
PROFIL PETERPAN
Peterpan adalah sebuah band beraliran
poprock dari Bandung, Indonesia yang sekarang
anggotanya tinggal 4. Band ini dibentuk pada
tahun 1997 dan terkenal berkat lagu-lagunya
"Ada Apa Denganmu", "Topeng", dan
"Kukatakan Dengan Indah". Pada awalnya kelompok Peterpan terdiri dari Ariel, Uki,
Loekman, Reza, Andika, dan Indra.
Pada tahun 1997, Andhika (kibor) membentuk band Topi dengan mengajak adik
kelasnya di SMU 2 Bandung, Uki (gitar), serta teman mainnya, Abel (bas) dan Ari (drum).
Uki pun mengajak teman SMP-nya Ariel yang mengisi posisi vokal. Dengan formasi
seperti itulah, mereka mulai manggung dan memainkan musik beraliran Brits alternatif.
Kemudian Ari mengundurkan diri dan Topi pun bubar tanpa sebab yang pasti.
Andika mengumpulkan kembali personel Topi di tahun 2000. Namun kali ini,
posisi drum dipegang oleh Reza. Untuk memberi warna musik yang lebih dewasa dan
lebih kaya melody, maka diajaklah Loekman, teman kakak Indra, yang akhirnya jadi lead
guitar (gitar utama). Setelah terbentuk dengan formasi enam orang, mereka pun
mengambil nama Peterpan. Tanggal 1 September 2000 secara resmi Peterpan
terbentuk.
Perjalanan profesional Peterpan dimulai tahun 2001 dengan merambah dari
kafe ke kafe di Bandung. Mereka bermain di café O'Hara dan Sapu Lidi dengan
membawakan lagu-lagu top 40, serta alternative rock seperti Nirvana, Pearl Jam, Cold
LAMPIRAN 5
224
play, U2, Creed, dll.. Saat di Kafe Sapu Lidi-lah potensi mereka terlihat oleh Kang Noey
(basis Java Jive) yang sedang mencari band untuk mengisi album kompilasi. Dari tiga lagu
yang dikirim untuk demo, "Sahabat", "Mimpi Yang Sempurna", dan "Taman Langit",
terpilih lagu "Mimpi Yang Sempurna" untuk dimasukan ke album kompilasi Kisah 2002
Malam yang dirilis Juli 2002. Tak disangka lagu tersebut menjadi jagoan album ini dan
mendongkrak penjualan sampai di atas 150.000 kopi.
Perusahaan rekaman Musica Studios pun tak melewatkan potensi Peterpan.
Musica mempercepat pengajuan kontrak untuk debut album Peterpan. Akhirnya debut
album Peterpan bertajuk Taman Langit dirilis bulan Juni 2003. Tak dinyana, album itu
mampu terjual di atas angka 650.000 kopi. Atas prestasi tersebut, mereka menerima
Multi Platinum untuk album Taman Langit.
Tak hanya jumlah penjualan, Peterpan juga sukses mencetak rekor konser
maraton di enam provinsi dalam tempo 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004. Konser
bertajuk "LA Lights Peterpan 24 Jam Breaking Record" itu dimulai di Medan, Sumatra
Utara sekitar pukul 07.55 sampai 08.40 WIB. Dari sana, mereka lalu melanjutkan di
Padang, Sumatra Barat sekitar pukul 10.45 hingga 11.30 WIB. Pada jam 12.55 hingga
13.40 WIB, Peterpan konser di Pekanbaru, Riau, terus Lampung pada jam 16.25 sampai
17.10 WIB. Ariel lantas membuka konser di Semarang, Jawa Tengah, sekitar pukul 19.45
dan berakhir pada 20.30 WIB. Konser Peterpan ditutup di Surabaya sekitar pukul 22.15
sampai 23.00 WIB. Atas prestasinya ini, mereka berhak dicatat dalam Museum Rekor
Indonesia (MURI).
225
Pada Agustus 2004, Peterpan merilis album ke-2 bertajuk Bintang di Surga.
Album itu telah terjual 350.000 kopi dalam waktu 2 minggu setelah rilis dan pada awal
Januari 2005 telah mencapai 1,7 juta kopi. Pada Februari 2005, penjualan album ini
mencapai 2 juta kopi. Dan menurut catatan, album ini mampu terjual sebanyak 3 juta
kopi.
Di awal tahun 2005, Peterpan meraih penghargaan sebagai artis favorit
Indonesia di MTV Asia Aid pada tanggal 9 Februari 2005 di Bangkok. Dalam Anugerah
Musik Indonesia (AMI) 2005, Peterpan menempati urutan teratas nominasi dengan
memperoleh 11 nominasi. Empat di antaranya dicetak lewat lagu "Ada Apa Denganmu".
Dari 11 nominasi itu, Peterpan mendapat 7 penghargaan, antara lain untuk "band
terbaik", "album terbaik", "grafis desain album terbaik" dan "karya produksi terbaik",
karena album Bintang di Surga. Pada ajang SCTV Music Awards 2005, Peterpan
mendapat penghargaan di kategori "Album Pop Group Ngetop"' dan "Lagu Paling
Ngetop".
Di tahun 2005, Peterpan kembali merilis 2 album yaitu : VCD Untuk Sahabat
Peterpan yang berisi Orginal VCD Karaoke termasuk video klip serta dokumentasi saat
mereka melakukan pemecahan rekor konser selama 24 jam di 6 kota, dan album jalur
suara film Alexandria.
Pada tanggal 4 November 2006, Andika dan Indra, resmi keluar dari anggota
band. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan prinsip kreativitas. Kedua mantan
personil ini pada akhirnya membentuk kelompok bernama The Titans.
226
Pasca keluarnya Andika dan Indra, posisi mereka ditempati oleh dua pemusik
tambahan, yaitu Lucky dan David. Dengan formasi tambahan ini, Peterpan merilis, Hari
yang Cerah. Acara launching album ini juga dibuat lain karena dilakukan di dua negara.
Di RUUMS Kuala Lumpur pada 25 Mei 2007 setelah itu di Bandung di Monumen
Pahlawan Gazebo dan disiarkan secara live di 6 stasiun televisi.
Album ini diklaim sebagai album terakhir mereka dengan nama "Peterpan". Ariel
mengklaim bahwa pada akhirnya mereka akan melepaskan nama Peterpan dan
menggunakan nama lainnya.
Meski tanpa formasi utuh seperti dulu, Peterpan masih mampu memperlihatkan
'taring'nya. Di bulan September 2007, mereka mendapat kehormatan untuk mengikuti
acara "Song Festival" di Korea Selatan. Sebelumnnya, Peterpan juga masih mampu
mengantongi penghargaan sebagai Best Favorite Artis Indonesia MTV Asia Award 2006
dan Album Pop Group Ngetop SCTV Music Award 2006. Terakhir sampai saat ini,
Peterpan tetap berkarya dan mengeluarkan album bertajuk “Sebuah Nama Sebuah
Cerita” dan beberapa single lainnya.
Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/peterpan
227
PROFIL UNGU
Ungu adalah grup musik Indonesia yang
beranggotakan Pasha (penyanyi), Makki (bass),
Enda (gitar), Oncy (gitar), dan Rowman (drum).
Sampai tahun 2007 mereka telah menghasilkan 4
album dan 2 album mini.
Ungu terbentuk tahun 1996. Motor pembentuknya adalah Ekky (gitar) dan
saat itu vokalisnya adalah Michael, sedangkan drum dipegang oleh Pasha Van
derr Krabb. Tahun 1997, saat Ungu hendak manggung, Pasha Van derr Krabb
'menghilang' dan posisinya digantikan oleh Rowman. Enda yang sebelumnya
adalah roadies-nya Ekky juga ikut bergabung dengan Ungu.
Tahun 2000, Ungu mulai mempersiapkan album pertama mereka, yang
akhirnya dirilis 6 Juli 2002 bertajuk Laguku. Sebelumnya, Ungu ikut mengisi 2
lagu di album kompilasi Klik bersama Lakuna, Borneo, Piknik, dan Energy. Ke
dua lagu tersebut adalah "Hasrat" dan "Bunga". Single pertama album ini,
"Bayang Semu" menjadi lagu tema sinetron ABG (RCTI). Meski terbilang sukses,
album ini baru mendapat Platinum Award setelah hampir 2 tahun album ini dirilis.
Saat hendak masuk dapur rekaman untuk album kedua, Ekky memutuskan
keluar. Oncy yang saat itu baru keluar dari Funky Kopral dipilih untuk
menggantikan Ekky. Album kedua Ungu Tempat Terindah dirilis Desember 2003.
Album ini menjagokan "Karena Dia Kamu" sebagai single pertama dan "Suara
LAMPIRAN 6
228
Hati" dipilih sebagai single kedua. Baru empat bulan dirilis, penjualannya telah
mencapai 80.000 (delapan puluh ribu) kopi. Jumlah yang cukup signifikan jika
dibandingkan dengan album pertama yang 'mendapatkan platinum (150.000 kopi)
dalam hitungan waktu satu setengah tahun.
Pada tahun 2005, Ungu menjadi salah satu artis yang berkolaborasi dengan
Chrisye di album terbaru Chrisye, "Senyawa".
Album Melayang dirilis Desember 2005. Di albumnya yang ketiga dengan
single "Demi Waktu", Ungu mendapat double platinum. Dengan hits Demi Waktu
mengantarkan Ungu jadi MTV Exclusive Artis di bulan Desember 2005. Gaung
"Demi Waktu" merambah negeri Jiran, Malaysia. Empat perusahaan label berebut
untuk mendapatkan hak edar di sana. SRC, perusahaan yang menaungi Siti
Nurhaliza akhirnya keluar sebagai pemenang.
Ungu mengeluarkan sebuah mini album untuk menyambut Ramadhan
1427 H bertajuk SurgaMu yang dirilis September 2006. Hanya dalam tempo
sepuluh hari sejak rilis mini album SurgaMu, telah terjual sebanyak 150 ribu
keping. Bahkan Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi penghargaan 'Inspiring'
atas album religi SurgaMu. Sayangnya, saat hendak menerima penghargaan di
istana Wapres, Ungu yang mengenakan setelah jas yang dipadu celana jeans
ditolak masuk ke dalam istana, dengan alasan pakaian yang tidak sesuai dengan
protokoler istana.
229
Dalam Penghargaan MTV Indonesia 2006, Ungu masuk dalam 3 nominasi,
yaitu Most Favorite Group/Band/Duo, Best Director "Demi Waktu" Abimael
Gandy, dan Video of the Year "Demi Waktu".
Ungu dengan dukungan "A Mild Live Productions" dan "Trinity Optima
Production" membuat buku biografi. Buku yang diberi judul "A Mild Live Ungu
Book Magazine" itu diluncurkan pada Kamis, 10 Mei 2007, di Jakarta. Dicetak
sebanyak 40 ribu eksemplar, buku tersebut memuat biografi masing-masing
personil, diskografi Ungu, foto-foto, dan bahkan chord lagu-lagu Ungu.
Ungu juga sering terlibat dalam pembuatan album soundtrack. Ungu
pernah menyumbangkan lagu untuk film Buruan Cium Gue yang dilarang edar.
Ungu pun menyumbangkan 3 buah lagu untuk film Coklat Stroberi yakni dua lagu
baru, "Disini Untukmu" dan "Sahabatku", serta mengikutkan lagu "Berjanjilah"
dari album ketiga mereka Melayang.
Dalam ajang "SCTV Music Awards 2007" di Balai Sidang Jakarta (JHCC),
Ungu mendapat 4 kemenangan. Album SurgaMu yang diproduseri
Trinity/Prosound membawa Ungu menjadi penerima penghargaan 'Album Religi',
'Lagu Paling Ngetop' dan 'Video Klip Paling Ngetop' untuk lagu "Andai Kutahu".
Sedangkan Melayang dengan lagu andalan "Tercipta Untukmu" memenangkan
kategori 'Album Pop Rock Duo/Grup'.
Ungu kembali merilis album reguler keempatnya bertajuk Untukmu
Selamanya. Album ini di-launching di empat negara sekaligus, yaitu 9 Agustus
230
2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Agustus 2007 di Singapura, 12 Agustus
2007 Hongkong dan puncaknya 15 Agustus 2007 di Jakarta, Indonesia. Lagu
andalan dalam album ini antara lain, "Kekasih Gelapku", "Cinta dalam Hati",
"Apalah Arti Cinta" dan "Ijinkan Aku".
Menyambut Ramadhan 1428 H, Ungu merilis album religi lagi yang
berbentuk mini album bertajuk Para Pencari-Mu. Dalam album ini Ungu
berkolaborasi dengan ustad Jeffry Al Buchori. Album ini hanya berisi lima lagu,
yaitu "Para PencariMu", "Sembah Sujudku", "Surga Hati", "Sesungguhnya", dan
"Tuhanku". Sebelum mini album ini dirilis, tiga dari lima lagu telah terpilih
sebagai soundtrack sinetron religi yang tayang selama Bulan Ramadhan.
Ungu kembali meraih penghargaan untuk kategori 'Band Ngetop' di ajang SCTV
Music Awards 2007, yang berlangsung di JCC Senayan Jakarta, Jumat, 24 Agustus 2007.
Dalam ajang itu, Ungu berhasil menyisihkan grup band lainnya, seperti Ada Band,
Peterpan, Radja, dan pendatang baru yang mendadak populer, Kangen Band. Pada
tahun 2007, Ungu bersama Samsons dan Naff dijuluki 'The Rising Star' band, oleh
penyelenggara konser musik akbar Soundrenaline, A Mild Live Productions dan Deteksi
Productions, juga oleh raksasa label rekaman Musica Studio.
Dikutip dari: http://id.wikipedia.org/wiki/ungu_(grup_musik)
231
PROFIL PENULIS
Penulis bernama lengkap Fauzi Rahman,
lahir di Bogor pada tanggal 20 Juli 1989. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saat
ini penulis berkediaman di Desa Nagrak
Gunungputri Kabupaten Bogor, bersama kedua
orang tuanya yaitu bapak Badrudin dan ibu Sumiati,
beserta satu orang adik laki-lakinya yang bernama Luthfi Mawardi.
Riwayat pendidikan penulis yaitu pernah bersekolah di SD Negeri Nagrak
05 pada tahun 1995-2001, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 03
Gunungputri tahun 2001-2004, dan selanjutnya di SMA Negeri 1 Cileungsi pada
tahun 2004-2007. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
(UHAMKA), program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun
2007. Selama pendidikan di UHAMKA, selain sebagai mahasiswa, penulis juga
merangkap sebagai ketua tingkat mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2007, dari semester 1 sampai dengan semester 4.