perbaikan sistem kerja untuk meningkatkan produktivitas di ... · peta kerja dibagi 2, yaitu peta...
TRANSCRIPT
Perbaikan Sistem Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas di Warung Sadikin
Farhan Mutaqin
Institut Teknologi Bandung
Catatan Penulis
Farhan Mutaqin, Program Studi Teknik Industri. Institut Teknologi Bandung
Korespondensi mengenai penelitian ini harus diajukan kepada Farhan Mutaqin Program Studi
Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung. Jalan Ganeca No. 10, Bandung.
081286363000. Email : [email protected]
2
ABSTRAK
Perancangan sistem kerja adalah ilmu yang berisi teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk
mendapatkan rancangan sistem kerja yang terbaik. Penerapan teknik dan prinsip kerja tersebut
digunakan untuk mengatur komponen pada sistem kerja agar mencapai kondisi EASNE, yaitu
Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien.
Pada penelitian ini, sistem kerja yang penulis pilih adalah sistem kerja pada Warung Sadikin.
Warung Sadikin merupakan warung yang terletak di Jalan Cisitu Lama no 8 Dago Bandung,
dekat gerbang Cisitu Permai. Warung ini menjual makanan dan minuman seperti mie instan,
roti bakar, bubur, susu, kopi, dan sebagainya. Warung ini beroperasi 24 jam dengan 2 pekerja
masing-masing bekerja 12 jam. Pergantian kerja dilakukan pada jam 06.00 dan 18.00. Sistem
kerja pada Warung Sadikin memiliki beberapa kelemahan seperti sistem kerja yang belum
efisien, terdapat beberapa waste yang dilakukan pekerja, kondisi lingkungan kerja yang kurang
baik. dan peletakkan bahan dan peralatan yang kurang sesuai. Pada penelitian ini, penulis akan
lebih memfokuskan pada bahasan perubahan sistem kerja yang kurang efisien serta peletakkan
bahan dan peralatan yang kurang sesuai sehingga masih bisa diperbaiki lagi. Proses kerja yang
dimaksud adalah proses pembuatan 1 buah mie goreng telur dadar dan minuman ovaltine.
Hasil pada penelitian ini didapat bahwa ternyata terdapat waktu menunggu yang lama pada
konsumen yang disebabkan terdapat waktu delay yang cukup signifikan pada pekerja dalam
melakukan pekerjaannya serta layout Warung Sadikin yang masih bisa diubah untuk
meminimasi transportasi. Peneliti juga mencantumkan rekomendasi sistem kerja usulan yang
telah dibuat untuk meningkatkan produktivitas pada Warung Sadikin.
Kata Kunci : Flow Process Chart, waktu tunggu, Flow Diagram, layout, produktivitas
3
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Perancangan Sistem Kerja ialah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik
untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Ilmi ini merupakan salah satu
ilmu didalam disipilin teknik industri, bahkan dilihat dari sejarahnya. Perancangan Sistem Kerja
merupakan cikal bakal disiplin ini.1 Penerapan teknik dan prinsip kerja tersebut digunakan
untuk mengatur komponen pada sistem kerja agar mencapai kondisi EASNE, yaitu Efektif,
Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien.
Pada penelitian ini, proses perancangan sistem kerja yang ingin diubah adalah sistem kerja yang
terdapat pada Warung Sadikin. Warung Sadikin merupakan warung yang terletak di Jalan Cisitu
Lama no 8 Dago Bandung. Warung ini menjual makanan dan minuman seperti mie instan, roti
bakar, bubur, susu, kopi, dan sebagainya. Warung ini beroperasi 24 jam Pergantian kerja
dilakukan pada jam 06.00 dan 18.00. Penelitian ini memfokuskan pada proses kerja pembuatan
mie goreng telur dadar dan minuman ovaltine.
Warung Sadikin memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sistem kerja yang belum efisien,
terdapat beberapa waste yang dilakukan pekerja, kondisi lingkungan kerja yang kurang baik.
dan peletakkan bahan dan peralatan yang kurang sesuai. Kelemahan ini menyebabkan terdapat
beberapa pengunjung kurang nyaman dan memiliki waktu tunggu yang lama. Oleh karena itu,
pada Warung Sadikin perlu dilakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitasnya dan
meningkatkan service level pada konsumen.
Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Menentukan sistem kerja yang sesuai pada Warung Sadikin
Menentukan layout yang tepat pada Warung Sadikin
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada Warung Sadikin sebagai
berikut :
1 Iftikar Z. Sutalaksana , et al., Teknik Perancangan Sistem Kerja (Bandung:Penerbit ITB, 2006), hlm. 1
4
Warung Sadikin dapat mengurangi waktu tunggu yang terjadi pada pekerja dan
konsumennya
Warung Sadikin dapat meningkatkan produktivitasnya
Dengan peningkatan produktivitas, Warung Sadikin diharapkan dapat meningkatkan
profitnya juga
Kajian Pustaka
Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-
prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang bersangkutan.Teknik-
teknik dan prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem kerja
yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan, serta
lingkungan kerja sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi
bagi perusahaan serta aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja. Tujuan perancangan sistem kerja
yang demikian itu disingkat EASNE, yaitu Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien.2
Pada penelitian ini, perancangan sistem kerja dilakukan menggunakan peta-peta kerja.
Peta kerja merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki suatu sistem kerja secara sistematis dan jelas. Peta kerja
dibagi 2, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat. Peta kerja yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2 peta kerja keseluruhan, yaitu flow process chart dan diagram aliran.
Flow process chart atau FPC menggambarkan aliran material, pekerja, atau informasi
dalam suatu kegiatan produksi. Tujuan pemetaan dengan FPC adalah untuk mengetahui aliran
material atau pekerja dan memberikan informasi jumlah operasi yang dikerjakan dan waktu
operasinya.
Dalam mengidentifikasi masalah, informasi yang dianalisis didapat dari 7 waste, yaitu
over production, idle time, transportation, production process, inventory, non-value added
motions, dan defects. Waste atau pemborosan merupakan hal-hal yang tidak memberikan nilai
tambah yang harus direduksi atau dihilangkan.
2 Ibid, hlm. 6
5
Sedangkan dalam merancang sistem kerja dengan gerakan kerja ekonomis diperlukan
penerapan prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan aspek tubuh manusia dan
gerakannya, pengaturan tata letak tempat kerja, dan perancangan peralatan.
6
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dilakukan dengan metode wawancara dan pengamatan langsung /
observasi pada pekerja Warung Sadikin. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data-data
yang bersifat tidak umum seperti jam buka, jumlah karyawan, dan sebagainya. Sedangkan
metode pengamatan langsung dilakukan untuk pengumpulan data yang langsung dapat dilihat,
seperti urutan pekerjaan dan waktu pekerjaan.
Subjek Penilitian
Subjek pada penelitian ini adalah salah satu pekerja yang saat itu sedang melaksanakan
pekerjaannya di Warung Sadikin saat peneliti melakukan observasi, yaitu Bapak Agni.
Data Penelitian
Data pada penelitian ini berisikan tentang waktu-waktu pekerjaan saat pengukuran serta gambar
kondisi layout eksisting yang akan dicantumkan pada lampiran.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data, yaitu waktu pekerja melakukan pekerjaannya pada penelitian ini
menggunakan metode pengukuran waktu jam henti. Pengukuran waktu menggunakan jam henti
seringkali digunakan karena merupakan cara yang paling banyak dikenal. Selain itu, alasan
lainnya pengukuran waktu menggunakan jam henti juga sering digunakan karena
kesederhanaan aturan-aturan pengukuran yang dipakai.3 Pengukuran jam henti digunakan pada
penelitian ini karena caranya yang praktis sehingga peneliti dapat mengumpulkan data dengan
mudah.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Flow Process Chart (Peta
Aliran Proses) dan Flow Diagram (Diagram Aliran). Metode Peta Aliran Proses digunakan
untuk mengetahui dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, mengubah tempat kerja,
mengubah waktu atau urutan kerja, serta menyederhanakan atau memperbaiki metode kerja.
Sedangkan Diagram aliran berfungsi untuk melengkapi Peta Aliran Proses. Penganalisisan
suatu proses kerja akan lebih sempurna apabila kita mengetahui lokasi tempat mesin, tempat
3 Ibid, hlm. 133
7
kerja, daerah kerja, dan arah gerakan dari bahan, perlengkapan, atau orang selama proses
tersebut berlangsung.4
4 Ibid., hlm. 43
8
Hipotesis
Hipotesa awal peneliti pada saat melakukan penilitian adalah sebagai berikut :
Proses menunggu yang lama pada konsumen disebabkan banyaknya transportasi yang
terjadi pada pekerja.
Banyaknya transportasi yang terjadi dikarenakan tata letak Warung Sadikin masih
belum sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan.
Selain transportasi, proses menunggu pada konsumen juga disebabkan karena urutan
pengerjaan yang masih kurang efisien sehingga terdapat delay pada pekerja.
9
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil-Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian didapat urutan proses kerja, jumlah operasi, pemeriksaan,
transportasi, menuggu penyimpanan, beserta waktunya direpresentasikan dalam flow process
chart sebagai berikut :
Lampiran Gambar 1
Berdasarkan flow process chart eksisting diatas, terdapat 35 jumlah operasi dengan
jumlah waktu 111,32 detik, 13 transportasi dengan jumlah waktu 46,32 detik, proses menunggu
/ delay sebanyak 3 selama 238,2 detik, dan tidak ada proses pemeriksaan dan penyimpanan.
Sedangkan untuk urutan aliran material dari awal pembuatan mie, pembuatan telur
dadar, pembuatan ovaltine, hingga pemberian kepada pelanggan direpresentasikan pada
diagram aliran proses sebagai berikut :
Lampiran Gambar 3
Pembahasan
Pada flow process chart eksisting, terdapat 35 jenis operasi yang memiliki waktu total
sebesar 111,32 detik, 13 jenis transportasi yang memiliki waktu total sebesar 46,32 detik, dan
proses menunggu / delay sebanyak 3 dengan waktu total sebesar 238,2 detik. Waktu operasi ini
meliputi proses pembuatan mie, telur, dan minuman ovaltine dari awal persiapan hingga
pemberian ke pelanggan. Jarak total transportasi yang dilakukan oleh operator sebesar 36,92m,
yaitu meliputi transportasi ke tempat perebusan mie, ke tempat peralatan, ke tempat
penggorengan telur, ke tempat penyimpanan bahan, ke tempat penyimpanan air, ke tempat
penyimpanan es, dan ke transportasi ke pembeli. Proses yang dilakukan pada kondisi eksisting
adalah mengambil mie dari penyimpanan mie, transportasi ke tempat pembuatan mie, menaruh
panci diatas kompor 1, membuka bungkus mie dan bumbunya, mengambil telur, transportasi
ke tempat peralatan, mengambil alat pengadukan, memecahkan dan memasukkan telur ke
pengadukan, membuang kulit telur, mengaduk telur, transportasi ke tempat penggorengan telur,
menyalakan kompor 3, memasukkan telur ke wajan, menunggu telur sampai matang,
transportasi ke tempat peralatan, mengambil piring, transportasi ke tempat penggorengan telur,
mematikan kompor 3, menaruh telur ke dalam piring, transportasi ke tempat peralatan,
10
mengambil mangkok, transportasi ke tempat perebusan mie, memasukkan bumbu mie ke dalam
mangkok, menunggu mie matang, mematikan kompor 1, mengangkat panci, mengeringkan dan
menuangkan mie ke mangkok, menaruh telur ke mangkok, transportasi mie ke pembeli,
memberikan pesanan ke pembeli, transportasi kembali ke tempat peralatan, mengambil gelas
dan sendok, menuangkan susu kental manis, menunggu penuangan susu kental manis,
menggunting minuman sachet, menuangkan sachet minuman ke gelas, transportasi ke tempat
penyimpanan, memberikan gula kedalam gelas, transportasi ke tempat penyimpanan,
memberikan gula kedalam gelas, menuangkan air, mengaduk minuman, transportasi ke tempat
pengambilan es batu, mengambil es batu, menuangkan es batu, mengambil sedotan,
mengantarkan minuman ke pembeli dan terakhir memberikan minuman ke pembeli. Kompor 1
merupakan kompor perebusan mie, kompor 2 merupakan kompor perebusan air, dan kompor 3
merupakan kompor untuk menggoreng telur dadar. Pada proses eksisting, dapat dilihat banyak
sekali pemborosan seperti transportasi yang banyak, proses menunggu yang seharusnya bisa
dilakukan untuk hal lain, serta proses yang redundant. Pemborosan disini disebabkan karena
tata letak pabrik dan peralatan yang masih belum sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan.
Proses menunggu / delay¸ terjadi 3x pada flow process chart eksisting, yaitu menunggu
telur sampai matang, menunggu mie sampai matang, dan menunggu penuangan susu kental
manis. Tidak ada proses pemeriksaan / inspeksi dan penyimpanan pada proses pembuatan mie
goreng telur dadar dan minuman ovaltine di peta aliran proses tersebut. Sehingga waktu total
dari seluruh kegiatan pembuatan mie goreng telur dadar dan minuman ovaltine adalah 395,84
detik.
Sedangkan pada diagram aliran eksisting, terlihat bahwa banyak ketidakefisienan
terutama dalam tata letak perancangan stasiun kerja. Di mana peletakan tersebut mengakibatkan
seringnya pekerja melakukan transportasi dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain
dengan jarak tempuh yang lumayan besar. Selain masalah transportasi, ketinggian kompor juga
harus dirancang untuk memenuhi kondisi ideal bagi pekerja. Sehingga dibutuhkan perbaikan
tata letak stasiun kerja dan pendekatan antropometri untuk mengoptimalkan proses pembuatan
mie goreng telur dan minuman ovaltine sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan.
Rekomendasi yang Diajukan
Peneliti mengajukan urutan proses kerja dengan flow process chart sebagai berikut :
Lampiran Gambar 2
11
Pada flow process chart eksisting, proses yang terlihat berbeda signifikan dengan flow
process chart usulan adalah proses transportasi. Proses transportasi yang terjadi pada flow
process chart eksisting dilakukan sebanyak 13 kali sehingga menyebabkan waktu yang
diperlukan oleh operator menyelesaikan pekerjaannya lebih lama dan energi yang dikeluarkan
lebih besar. Sedangkan pada kondisi usulan, terdapat perubahan layout pada warung sadikin
sehingga tempat penyimpanan bahan, tempat penggorengan telur dadar, tempat peralatan,
tempat perebusan mie, serta tempat perebusan air ditempatkan pada bagian yang berdekatan
satu sama lain sehingga operator tidak melakukan banyak perpindahan dalam melakukan
pekerjaannya. Selain itu, terdapat juga perubahan dengan menghilangkan meja menjadi ruang
kosong sehingga operator tidak perlu memutar dalam mengantarkan pesanan ke pelanggan.
Perbedaan proses transportasi waktu pada transportasi antara kondisi eksisting dan usulan
mencapai 40,32 detik sehingga pada kondisi usulan, proses transportasi yang dilakukan
operator dalam membuat mie goreng telur dadar dan minuman ovaltine hanyalah 6 detik.
Perbedaan operasi antara flow process chart eksisting dan usulan adalah perbedaan
urutan pengerjaan yang dilakukan operator. Pada kondisi eksisting, proses pembuangan antara
bungkus mie, sachet minuman, dan kulit telur dilakukan secara terpisah. Hal ini merupakan
gerakan pemborosan, sehingga pada kondisi usulan, ketiga sampah tersebut dibuang secara
bersamaan. Proses operasi yang lain yang berbeda adalah pada saat kondisi eksisting, urutan
hal yang dilakukan operator adalah membuat mie terlebih dahulu, lalu membuat telur,
selanjutnya mengantarkan mie dan telur kepada pelanggan, membuat minuman ovaltine, dan
terakhir mengantarkan minuman kepada pelanggan. Sedangkan pada kondisi usulan, urutan hal
yang dilakukan operator adalah membuat mie terlebih dahulu, selanjutnya sambil menunggu
mie matang, operator membuat minuman dan telur terlebih dahulu, dan terakhir
mengantarkannya ke pelanggan. Dengan kondisi usulan ini, operator akan meningkatkan
tingkat efisiensi pekerjaannya dan mengurangi jumlah transportasi yang terjadi.
Perbedaan proses menunggu / delay pada kondisi existing dan kondisi usulan adalah
pada kondisi eksisting, proses menunggu terjadi pada pembuatan telur hingga matang, lalu
proses menunggu pembuatan mie hingga matang, dan setelah itu dilakukan pembuatan ovaltine
dan proses menunggu saat menuangkan susu kental manis. Sedangkan pada kondisi usulan,
proses yang terjadi adalah pembuatan mie terlebih dahulu, selanjutnya dilanjutkan pembuatan
minum, dan terakhir pembuatan telur, sehingga proses menunggu yang terjadi pada pembuatan
mie hingga matang hanyalah sedikit karena tertutup oleh pekerjaan – pekerjaan yang lain.
Berkurangnya proses menunggu / delay ini akan mengurangi waktu menganggur pada operator
sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien.
12
Sedangkan untuk flow diagram usulan yang peneliti sarankan adalah sebagai berikut:
Lampiran Gambar 4
Pada kondisi eksisting, terdapat beberapa aspek yang dipertimbangkan untuk diubah,
yakni tata letak stasiun kerja berupa penempatan setiap stasiun kerja agar penempatan tersebut
optimal bagi pekerja untuk menjangkau segala alat dan bahan dalam proses pembuatan mie
goreng dan minuman ovaltine.
Dapat dilihat dari flow diagram usulan, terjadi beberapa perubahan stasiun kerja. Yang
pertama adalah pemindahan tempat penyimpanan bahan yang semula berada pada etalase
warung dipindah menjadi di atas tempat perebusan mie, perebusan air, dan penggorengan telur.
Peletakan meja tempat penggorengan pada kondisi usulan juga diubah, di mana susunan
dari kanan ke kirinya yaitu tempat perebusan air, tempat perebusan mie, tempat penggorengan
telur, dan tempat peralatan. Usulan ini memungkinkan pekerja untuk meminimasi transportasi
dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain. Dengan kondisi usulan tersebut, diharapkan pekerja
dapat melakukan aktivitas tanpa harus berpindah dan berjalan, tapi hanya membutuhkan
pergerakan posisi badan dalam proses pembuatan mie. Perubahan peletakan meja tempat
penggorengan juga sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan
tata letak tempat kerja, yaitu meletakkan material dan peralatan di tempat yang mudah dan cepat
untuk dijangkau dan menentukan urutan peletakkan bahan dan material sesuai dengan urutan
prosesnya.
Sedangkan dalam proses pembuatan minuman ovaltine, usulan yang diberikan adalah
dengan menaruh minuman saset pada bagian kanan tempat penyimpanan sehingga pekerja
dapat tetap dengan mudah menjangkau minuman saset. Selain itu, letak tempat es batu juga
dipindahkan dari yang semula ditaruh pada meja di sebrang tempat perebusan mie menjadi di
bawah tempat penggorengan telur. Dengan memosisikan tempat es batu di bawah tempat
penggorengan telur, pekerja dapat meminimasi perputaran badan untuk pengambilan es pada
kondisi eksisting walaupun terjadi keterbatasan ruang peletakan tempat es batu.
Dengan dipindahkannya beberapa stasiun kerja yang telah disebutkan, secara otomatis
tempat penggorengan ketan hitam dan kacang hijau akan berubah. Tempat penggorengan
kacang hijau dan ketan hitam disarankan untuk ditaruh pada meja sebrang tempat perebusan
mie dikarenakan sedikitnya permintaan kacang hijau dan ketan hitam oleh pelanggan Warung
Sadikin. Sehingga ketika ada pemesanan kacang hijau dan ketan hitam, hal yang dilakukan oleh
pekerja Warung Sadikin antara lain adalah memindahkan panci penggorengan telur ke meja
13
sebrang tempat perebusan air dan memindahkan wajan penggorengan kacang hijau atau ketan
hitam (sesuai dengan permintaan pelanggan) pada tungku tempat penggorengan telur
sebelumnya. Hal ini juga untuk meminimasi penggunaan alat penggorengan yang semula pada
kondisi eksisting berjumlah lima menjadi tiga pada kondisi usulan.
Pengalihfungsian meja tempat penyimpanan bahan dijadikan tempat nampan untuk
menaruh makanan dan minuman yang dipesan oleh pelanggan. Tempat nampan juga diletakkan
pada letak meja tempat penyimpanan bahan sebelumnya karena pada kondisi usulan ini
dilakukan penghilangan meja yang tidak begitu penting dalam keberjalanan bisnis Warung
Sadikin. Usulan tersebut menghasilkan ruang kosong tempat pekerja menghidangkan
pemesanan pelanggan kepada tempat makan sesuai dengan tata letak sebelumnya.
Dengan kondisi ini, tingkat produktivitas pekerja Warung Sadikin meningkat seiring
dengan berkurangnya jumlah transportasi yang berhubungan dengan jarak pindah dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain. Serta kondisi ini mendukung sistem kerja dalam
meminimasi musculoskeletal disorder (MSD) yang diakibatkan oleh tinggi tempat
penggorengan telur pada kondisi sebelumnya. Dari penjelasan di atas, didapatkan kondisi
optimal dalam peletakan stasiun kerja untuk pekerja dalam proses pembuatan mie goreng telur
dan minuman ovaltine. Untuk memudahkan, layout pada Warung Sadikin pada kondisi
eksisting dan usulan digambarkan sebagai berikut :
Lampiran Gambar 5
Lampiran Gambar 6
14
Penutup
Kesimpulan
Perancangan Sistem Kerja ialah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan
teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik. Perancangan
sistem kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perancangan ssistem kerja Warung
Sadikin dengan identifikasi masalah dari 7 waste, perbaikan sistem kerja menggunakan peta
kerja flow process chart dan flow diagram, serta perancangan sistem kerja yang dilakukan
berdasarkan prinsip ekonomi gerakan.
Dari FPC eksisting, dapat dilihat banyak sekali pemborosan seperti transportasi yang
banyak, proses menunggu yang seharusnya bisa dilakukan untuk hal lain, serta proses yang
redundant. Pemborosan disini disebabkan karena tata letak pabrik dan peralatan yang masih
belum sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan. Sedangkan pada diagram aliran eksisting,
terlihat bahwa banyak ketidakefisienan terutama dalam tata letak perancangan stasiun kerja. Di
mana peletakan tersebut mengakibatkan seringnya pekerja melakukan transportasi dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain dengan jarak tempuh yang lumayan besar.
Sehingga pada kondisi usulan, peneliti menyarankan untuk mengubah urutan proses
kerja yang dilakukan pekerja Warung Sadikin serta melakukan perubahan layout. Perubahan
urutan proses sistem kerja dan perubahan layout dijelaskan pada FPC usulan dan Diagram
Aliran usulan yang terdapat pada lampiran.
Rekomendasi Penelitian Berikutnya
Peneliti menyarankan untuk penelitian berikutnya lebih diperdalam lagi bukan hanya
tentang sistem kerjanya, tapi postur tubuh saat bekerja, lingkungan kerja yang masih belum
baik, serta visual display dari menu. Karena selain sistem kerja, beberapa hal yang disebutkan
diatas juga mempengaruhi produktivitas dari Warung Sadikin.
15
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada Dr.Ir. Iftikar Zahedi Sutalaksana yang
telah mengajari peneliti ilmu-ilmu tentang teknik dan perancangan sistem kerja selama 1
semester terakhir ini. Selain itu peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Orang Tua
peneliti karena kedua Orang Tua sangat mendukung dan membantu sehingga penelitian ini
dapat selesai. Peneliti juga berterimakasih kepada Yasser Apriliano karena telah mengajarkan
cara-cara untuk merapihkan laporan serta membantu dalam proses pembuatan flow diagram
dan layout.
Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman peneliti seperti Aditya
Binowo, Welly Sijabat, Demetrius Bagas, Davin Kurnia karena telah membantu dan
menyemangati pembuatan penelitian ini hingga penelitian ini dapat selesai. Selain itu, tak lupa
peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada asisten LRSKE karena berkat modul-modul
PPST yang diberikan membuat peneliti lebih mengerti bagaimana cara merancang sistem kerja
yang baik, terutama pada modul 2.
16
Pustaka Acuan
Asisten Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II. (2016). Modul 2 Pemetaan Kondisi
Eksisting dan Analisis Metode Kerja, Bandung: ITB
Asisten Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II. (2016). Modul 4 Standardisasi Sistem
Kerja, Bandung: ITB
Hidayat, W. N. (2014). Jenis-Jenis Metode Penelitian Beserta Contohnya. Retrieved from
website : http://penjual-mimpi.blogspot.co.id/2014/09/jenis-jenis-metode-penelitian-
beserta.html
Mahasiswa Teknik Industri Telkom. (2014). Analisis Perancangan Kerja. Retrieved from
website: http://industrialengineeringtelkom.blogspot.co.id/2014/05/perancangan-
sistem-kerja.html
Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., & Tjakraatmadja, J. H. (2006). Teknik Perancangan
Sistem Kerja, Bandung: Penerbit ITB Bandung.
17
Menunggu telur sampai
matang● 1 150,7
Transportasi ke tempat
peralatan● 0,7 1 1,4
Mengambil piring ● 1 2,1
Transportasi ke tempat
penggorengan telur● 0,7 1 1,6
Mematikan kompor 3 ● 1 1,3
Menaruh telur ke dalam
piring● 1 4,3
Transportasi ke tempat
peralatan● 0,7 1 2,3
Mengambil mangkok ● 1 2,32
Transportasi ke
perebusan mie● 1,13 1 2,22
Memasukkan bumbu
mie ke dalam mangkok● 1 3,3
Menunggu mie matang ● 1 80,3
Mematikan kompor 1 ● 1 1,3
Mengangkat panci ● 1 3,6
Mengeringkan dan
menuangkan mie ke
mangkok
● 1 13,5
Menaruh telur ke
mangkok● 1 2,3
Transportasi mie ke
pembeli● 9 1 10,2
Memberikan pesanan ke
pembeli● 1 2,1
Transportasi kembali ke
tempat peralatan● 10,13 1 9,5
Mengambil gelas dan
sendok● 1 4,5
Menuangkan susu kental
manis● 1 1,7
Menunggu penuangan
susu kental manis● 1 7,2
Menggunting minuman
sachet● 1 2,6
Menuangkan sachet
minuman ke gelas● 1 2,3
Transportasi ke tempat
penyimpanan● 0,8 1 1,3
Memberikan gula
kedalam gelas● 1 2
Transportasi ke tempat
penyimpanan air● 0,8 1 1,2
Menuangkain air ● 1 1,4
Mengaduk minuman ● 1 14,3
Transportasi ke tempat
pengambilan es batu● 0,9 1 1,5
Mengambil es batu ● 1 1,3
Menuangkan es batu ● 1 3,6
Mengambil sedotan ● 1 1,5
Mengantarkan minuman
ke pembeli● 9 1 10,3
Memberikan minuman
ke pembeli● 1 2,1
Gambar 1 FPC Eksisting
Lampiran
18
Mengambil sedotan ● 1 1,5
Mengambil telur ● 1 2,2
Mengambil alat
pengadukan● 1 2,3
Memecahkan dan
memasukkan telur ke
pengadukan
● 1 3,2
Membuang kulit telur,
bungkus mie dan bumbu
mie, dan sachet
minuman
● 1 2,1
Mengaduk telur ● 1 6,5
Menyalakan kompor 3 ● 1 1,3
Memasukkan telur ke
wajan● 1 2,3
Mengambil piring ● 1 2,1
Menunggu telur matang ● 1 148,6
Mematikan kompor 3 ● 1 1,3
Menaruh telur ke dalam
piring● 1 4,3
Mengambil mangkok ● 1 2,32
Memasukkan bumbu
mie ke dalam mangkok● 1 3,3
Menyalakan kompor 2 ● 1 1,3
Menunggu mie matang ● 1 5,48
Mematikan kompor 1 ● 1 1,3
Mengangkat panci ● 1 3,6
Mengeringkan dan
menuangkan mie ke
mangkok
● 1 13,5
Menaruh telur ke
mangkok● 1 2,3
Transportasi mie, telur,
dan minuman ke pembeli● 5 1 6
Memberikan pesanan ke
pembeli● 1 2,1
Gambar 2 FPC Usulan
19
Gambar 3 Diagram Aliran Eksisting Gambar 4 Diagram Aliran Usulan
20
Gambar 5 Layout Eksisting
Gambar 6 Layout Usulan