perbaikan kehamilan smpai kb
DESCRIPTION
makalah kesehatanTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) sebagai salah satu indikator utama pembangunan
sektor kesehatan internasional dan juga di Indonesia. AKI dan AKB masih
terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan jika
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Di dunia ini setiap
menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait karena
kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan setiap hari atau
lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan
persalinan. (WHO, 2013). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan.
AKI juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah
kematian ibu. Tinggi rendahnya AKI di suatu wilayah dijadikan sebagai indikator
yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan
dan sumber daya di suatu wilayah (Kementerian Kesehatan RI, 2013).Salah satu
hasil Konvensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000
menghasilkan adanya Komitmen Internasional untuk mencapai Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun
2015. Yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia dengan delapan
sasaran MDGs. Dimana sasaran keempat dan kelima terkait langsung dengan
1
2
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Tujuan keempat MDGs mengenai
penurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka kematian balita. MDGs
mentargetkan pengurangan hasil pencapaian tahun 1990 menjadi 2/3 pada tahun
2015. Artinya kita harus menurunkan AKB dari 97/1000 Kelahiran Hidup (KH)
menjadi 32/1000 KH pada tahun 2015. Target tersebut tampaknya masih sulit
dicapai karena Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 sebesar 56/1000 KH.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) menunjukan penyebab
kematian bayi 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas
(32,4%) dan sepsis (12%). Penyebab kematian bayi 7-28 hari yaitu sepsis
(20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pneumonia (15,4%). Penyebab
kematian bayi 29 hari-11 bulan yaitu Diare (31,4%), pneumonia (23,8%) dan
meningitis/ensefalitis (9,3%). (WHO, 2013).
Tujuan kelima MDGs adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
melahirkan hingga 3/4-nya dari angka pada tahun 1990. Dengan asumsi bahwa
rasio tahun 1990 sekitar 450/100.000 KH. Maka target MDGs tahun 2015 adalah
110/100.000 KH. Target tersebut tampaknya masih sulit dicapai, karena AKI pada
tahun 2013 sebesar 359/100.000 KH. Angka tersebut bisa jauh lebih tinggi,
terutama di daerah-daerah yang lebih miskin dan terpencil. Sebab di daerah
terpencil akses pelayanan kesehatan masih rendah. Berbagai potensi kematian bisa
dicegah apabila para ibu memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan.
Kenyataannya, sekitar 69,3% persalinan di Indonesia berlangsung di rumah.
Padahal Peraturan Kementerian Kesehatan mensyaratkan bahwa persalinan harus
dilakukan di pelayanan kesehatan. Sedangkan penyebab langsung kematian ibu
adalah pendarahan 40-60%, preeklamsi dan eklamsi 20-30%, infeksi 20-30%,
3
sedangkan penyebab tidak langsung salah satunya adalah 35% ibu hamil
menderita anemia (WHO, 2013).
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,
dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana
angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25%
pada tahun 2013. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 80,26% pada 2007 menjadi
86,04% pada 2008, namun setelah itu mengalami penurunan menjadi 84,54% di
tahun berikutnya. Kemudian setelah terus mengalami kenaikan, cakupan K4
kembali menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya
(Kemenkes,2013)Dines Kesehatan Kota Bandar Lampung, dalam upaya untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, peran serta bidan di
masyarakat sangat diperlukan terutama dalam menekan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta peningkatan taraf hidup kesehatan
masyarakat. Hal tersebut seiring dengan komitmen Pemerintah Kota Tangerang
4
dalam memberikan pelayanan di bidang kesehatan dan juga mendukung
percepatan program Millennium Development Goals (MDGs). Dan AKI dan AKB
berkait erat dengan program keluarga berencana (KB). Program KB kurang
didukung pemerintah daerah. ”Upaya (penurunan) AKI dan AKB menjadi utang
program kita mengingat MDG akan berakhir tahun 2015.
Selain itu, di Provinsi Lampung hasil evaluasi target pencapaian Millennium
Development Goals (MDGs), hingga tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Lampung masih tinggi. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013. AKI Lampung
mencapai 115,8/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 300/100.000
kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs 2015 adalah AKI 102 per 100ribu
kelahiran hidup dan AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. Artinya perlu usaha yang
ekstra untuk menurunkan AKI dan AKB, khususnya kematian Ibu yang masih
sangat jauh dari target MDGs.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Bandar Lampung berdasarkan hasil Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2013 trendnya
menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 55 per 1000 KH tahun 2002
menjadi 30 per 1000 KH tahun 2013. Angka ini bila dibandingkan dengan target
dari MDGs tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 Kelahiran Hidup, maka masih perlu
kerja keras untuk mencapainya. Bila dilihat berdasarkan laporan tahun 2013 dari
Kabupaten Kota terlihat bahwa AKB (perinatal, neonatal dan bayi) sebesar 7/1000
Kelahiran Hidup. Angka Kematian Bayi berdasarkan laporan ini tidak dapat
dibandingkan karena tidak menggambarkan kejadian kematian di populasi (data
hanya dari fasilitas pelayanan kesehatan), sehingga tetap mempergunakan data
5
dari hasil survey dalam hal ini SDKI yang dilakukan setiap lima tahun. Kematian
bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari), diikuti kematian pada
masa bayi neonatal (7 – 28 hari) dan masa bayi (>28 hari - < 1 tahun). Penyebab
kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi Lampung tahun 2013 pada dua
terbesar disebabkan oleh BBLR dan Asfiksia. Berdasarkan laporan Puskesmas
Way Kandis selama tahun 2014 AKI adalah 26/100.000 Kelahiran Hidup
sedangkan AKB sebanyak 1/1000 Kelahiran Hidup. Cakupan kelahiran yang
ditiolong tahun 2014 oleh tenaga kesehatan sebesar 97,1 % Kelahiran Hidup. Dan
cakupan K1 tahun 2014 di Puskesmas Way Kandis yaitu 99,8% Kehamilan, dan
cakupan K4 yaitu 91,4 % Kehamilan. Dan didapatkan hasil laporan K4
Puskesmas Way Kandis sebanyak 34 % ibu hamil mengalami anemia.
Oleh karena itu, kita sebagai tenaga kesehatan sudah harus menekankan
angka kematian ibu dan bayi yang dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif,
seperti pemeriksaan kehamilan yang rutindan berkualitas, kehadiran tenaga
kesehatan yang terampil pada saat persalinan serta pemberian gizi yang memadai
pada ibu hamil, menyusui dan balita. Berbagai perbaikan harus dilakukan
semaksimal mungkin dalam menurunkan AKI dan AKB dengan meningkatkan
pelayanan kesehatan ,khususnya pelayanan asuhan kebidanan secara
komprehensif yang berfokus pada asuhan sayang ibu dan bayi yang sesuai dengan
pelayanan kebidanan.Standar antenatal yang telah ditetapkan saat ini adalah
pelayanan 14 T yaitu ukur berat badan dan tinggi badan, ukur tekanan darah,
ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe sebanyak
90 tablet selama kehamilan, pemeriksaanHb, pemeriksaan VDRL, pemeriksaan
protein urine, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara, senam
6
hamil,pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, temu wicara
atau konseling yang bertujuan untuk menyiapkan mental ibu dan memantau
keadaan ibu dan janin.
BPS Theresia Suwarni Amd.Keb merupakan salah satu BPS di daerah kota
bandar Lampung. Pada tahun 2015 ini di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb selama
sebulan terakhir terdapat jumlah kunjungan rutin ibu hamil yang memeriksakan
kehamilan sebanyak 13 orang, dari kehamilan tersebut terdapat kehamilan dengan
trimester I sebanyak 7 orang ibu hamil, trimester II terdapat 3 orang ibu hamil dan
trimester III terdapat 3 ibu hamil. Salah satu klien yang rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb adalah Ny.M dengan
usia kehamilan 36 minggu. Maka penulis bermaksud memberikan Asuhan
Kebidanan kepada Ny.M secara berkelanjutan dimulai dari
kehamilan ,persalinan,nifas ,hingga keluarga berencana (KB).
B. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut. “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan keluarga berencana (KB)”.Pada Ny.M usia
kehamilan 36 minggu dengan tafsiran persalinan pada tanggal 8 april 2015
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masai
kehamilan ≥ 35 minggu atau ≤ 37 secara kontinyu pada ibu dalam masa
7
kehamilan, persalinan, nifas, sampai dengan keluarga berencana (KB).
Dengan melakukan pendekatan Manajemen Kebidanan yang di
dokumentasikan bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.M dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas, dan keluarga berencana (KB) di BPS Theresia
Suwarni Amd.Keb tahun 2015.
b. Mampu menetapkan diagnosa masalah kebidanan sesuai dengan
prioritas pada Ny.M dalam masa kehamilan, bersalin nifas, dan
keluarga berencana (KB) di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb
c. Mampu melaksanakan identifikasi tindakan segera secara kontinyu
pada Ny M dalam masa kehamilan, bersalin , nifas dan keluarga
berencana (KB ) di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.
d. Merencanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada Ny.M
dalam masa kehamilan, nifas, dan keluarga berencana (KB) di BPS
Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015
e. Melaksanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada Ny.M
dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan keluarga berencana
(KB) di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.
f. Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan secara kontinyu pada
Ny.M dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, , dan keluarga
berencana (KB) di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb tahun 2015.
g. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan secara kontinyu
pada Ny. M dan dalam masa kehamilan, persalinan, nifas, dan
8
keluarga berencana (KB) di BPS Theresia Suwarni Amd.Keb tahun
2015.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah
dilakukan baik dalam peroses perkuliahan maupun peraktik lapangan agar
mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana (KB)
dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di lapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas
dan keluarga berencana (KB)
b. Bagi Lahan Peraktik
Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
keluarga berencana (KB).
c. Bagi Klien Asuhan
Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian
pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan keluarga
berencana (KB).
9
E. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Asuhan Kebidanan pada Ny. M, meliputi Asuhan Kebidanan pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir, dan keluarga berencana
(KB).
2. Tempat
Asuhan Kebidanan pada Ny. M, dilakukan di BPM Theresia Suwarni
Amd.Keb. Desa Pematang Wangi Kec.Tanjung Seneng Bandar Lampung
3. Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan selama 9 minggu mulai dari 23 Maret 2015
sampai dengan Mei 2015. Pada tanggal 10,17,25 Maret dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan tafsiran persalinan 8 april 2015.Dengan
jadwal peraktik 6 hari/ minggu (Hari Senin-Sabtu)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan Normal
1. Definisi kehamilan normal
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi Bila dihitung dari saat
fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu
40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender inernasional
(Prawirohardjo, 2010). Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Prawirohardjo, 2010)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono Prawirohardjo, 2011). Dari
beberapa definisi tersebut, maka disimpulkan kehamilan adalah penyatuan dari
spermatozoa dan ovum yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum
akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dimulai dan konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari
pertama haid terahir.
11
B. Klasifikasi
Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 trimester menurut Sarwono
Prawirohardjo, 2011.
1. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu).
2. Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu).
3. Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu)
1. Tanda dan Gejala Kehamilan
a. Payudara membesar, lembut, dan terasa nyeri
Hal ini sering menjadi pertanda fisik paling umum di awal kehamilan.
Payudara akan membesar, menjadi lebih lembut, dan nyeri saat ditekan
adalah perubahan alami sebagai persiapan untuk menyusui. Banyak
wanita yang menyadari kehamilannya berdasarkan pertanda awal
ini.Payudara membesar karena meningkatnya produksi hormon
esterogen dan progesteron. Rasa nyeri saat ditekan pada payudara dan
puting biasanya terjadi pada kehamilan pertama, namun juga bisa
terjadi pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
b. Kelelahan dan merasakan kantuk yang berlebihan
Perasaan sangat lelah dan mengantuk biasanya akan dialami di awal
kehamilan. Pada saat itu, tubuh wanita akan bekerja sangat keras
menghadapi perubahan yang terjadi, seperti produksi hormon yang
meningkat, kerja jantung memompa dan mengalirkan darah menjadi
lebih kuat, dan aktivitas organ vital lainnya, untuk menunjang
kebutuhan janin baru. Meningkatnya produksi hormon progesteron
12
menyebabkan perasaan ‘sangat-lelah’ dan mengantuk di masa awal
kehamilan.
c. Bercak darah atau flek, serta kram
Bercak darah atau flek disebabkan oleh implantasi. Pendarahan akibat
implantasi (implantaion bleeding) terjadi saat embrio menempel pada
dinding rahim, yang biasanya terjadi 10-14 hari setelah pembuahan.
Pendarahan akibat implantasi biasanya sangat sedikit atau hanya
berupa bercak yang sangat kecil. Keluarnya bercak darah juga diikuti
dengan kram di perut. Kondisi ini terjadi karena rahim mulai
berkembang untuk menyediakan ruang bagi embrio dan janin.Kedua
hal tersebut di atas sering dianggap sebagai menstruasi hingga wanita
tersebut menyadari kehamilannya.
d. Morning Sickness: mual dan muntah
Sebagian besar wanita mengalami gejala ini di saat kehamilan. Rasa
mual tidak selalu diikuti dengan muntah. Morning sickness biasanya
terjadi antara minggu keempat dan kedelapan, walaupun beberapa
orang mengalaminya lebih cepat, yaitu sekita minggu kedua setelah
pembuahan.Walaupun disebut dengan istilah morning sickness,
gejalanya bisa muncul kapan saja, entah itu pagi, siang ataupun malam.
Gejala mual dan muntah disebabkan oleh meningkatnya hormon
esterogen yang diproduksi oleh janin dan placenta. Aktivitas-aktivitas
hormonal tersebut akan menyebabkan efek tertentu di perut dan
mengakibatkan rasa mual.Selain itu, rasa mual juga sangat mudah
muncul karena terpicu oleh hal-hal biasa di lingkungan sekitar, seperti
13
kopi, makanan pedas, aroma-aroma tertentu, dan produk sehari-sehari
lainnya.
e. Frekuensi urinasi atau buang air kecil meningkat
Kegiatan ‘berlari ke kamar mandi’ akan sering dialami wanita hamil
selama trisemester awal kehamilannya. Perkembangan embrio atau
janin menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Peningkatan
urinasi ini biasanya terjadi pada trisemester pertama dan trisemester
ketiga.
2. Perubahan fisiologis selama kehamilan
a. Perubahan fisiologis pada sistem reproduksi
1) Badan uterus
a) Desidua
Setelah tertanamnya blastosit, terjadi penebalan dan peningkatan
vaskularitas lapisan uterus atau desidua.
b) Miometrium
Diawal kehamilan, pertumbuhan uterus terjadi akibat hiperplasia
(peningkatan jumlah akibat pembelahan) dan hipertrofi (peningkatan
ukuran) sel miometrium dibawah pengaruh estrogen.
c) Perimetrium
Lipatan ganda perimetrium (ligamen lebar) menggantung dari tuba
uterina dan memanjang sampai kedinding lateral pelvis, menjadi lebih
panjang dan lebih luas sejalan dengan meningkatnya tekanan pada
lapisan ini saat uterus membesar dan menonjol keluar dari pelvis.
Lipatan anterior dan posterior terbuka sehingga tidak lagi berdekatan
14
dan dapat mengakomodasi pembesaran uterus, uteri dan vena
ovarium.
d) Suplai darah
Akibat peningkatan curah jantung, aliran darah uterus meningkat
secara progresif hampir sepuluh kali lipat, dari sekitar 50 ml/menit
pada usia gestasi 10 minggu mencapai maksimal 450-700 ml/menit
pada kehamilan cukup bulan. Delapan puluh persen darah tersebut
diperfusikan ke miometrium.
2) Perubahan bentuk dan ukuran uterus
a) Usia kehamilan 12 minggu
Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus berukuran kira-kira seperti
buah jeruk besar. Uterus tidak lagi teranteversi dan antefleksi serta
menonjol keluar dari pelvis dan menjadi tegak lurus. Fundus dapat
dipalpasi pada abdomen diatas simpisis pubis.
b) Usia kehamilan 16 minggu
Pada usia kehamilan 16 minggu, janin sudah cukup besar untuk
menekan ismus, menyebabkannya tidak berlipat sehingga bentuk
uterus menjadi lebihbulat.
c) Usia kehamilan 20 minggu
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus uterus dapat dipalpasi sejajar
umbilikus. Sejak usia gestasi ini hingga cukup bulan, bentuk uterus
menjadi lebih silindris atau ovoid dan fundusnya berbentuk kubah
yang lebih tebal dan lebih bulat.
15
d) Usia kehamilan 30 minggu
Segmen bawah uterus masih belum lengkap, tetapi dapat didefinisikan
sebagai bagian yang terdapat diantara garis pelengkap kantong
uterovesikal peritoneum secara superior dan os internal secara
inferior.
e) Usia kehamilan 38 minggu
Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum.
Tuba uterina tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah
uterus.
3) Vagina
Selama kehamilan lapisan otot mengalami hipertofi dan estrogen
menyebabkan epitelium vagina menjadi lebih tebal dan vaskular. Warna
ungu pada vagina kemungkinan disebabkan oleh hiperemia. Perubahan
komposisi jaringan ikat yang mengelilinginya meningkatkan elastisitas
vagina dan membuatnya lebih mudah mengalami dilatasi ketika bayi lahir.
a.Perubahan sistem kardiovaskuler
1) Jantung
Jantung membesar sekitar 12% antara awal dan akhir kehamilan.
Sebagian distensi bilik jantung terjadi karena peningkatan hipertrofi
miometrium, tetapi sebagian besar terjadi karena peningkatan
pengisian diastolik (terutama di ventrikel kiri) bersamaan dengan
peningkatan volume darah.
16
a) Curah jantung
Peningkatan curah jantung pada kehamilan terjadi antara 35
hingga 50%, dari rata-rata 5 L/menit sebelum kehamilan menjadi
sekitar 7 L/menit pada minggu ke 20, kemudian perubahan yang
terjadi setelah itu tidak begitu drastis.
2) Darah
a) Tekanan darah
Curah jantung meningkat, tetapi tekanan darah arteri
menurunhingga 10%, hal ini terjadi karena tahanan aliran
memang harus diturunkan.
b) Aliran darah
Aliran darah pada ekstremitas bawah melambat pada akhir
kehamilan. Aliran balik vena yang buruk dan peningkatan
tekanan darah pada tungkai menyebabkan meningkatnya
distensibilitas dan tekanan vena tungkai, vena, rektum dan pelvis,
menyebabkan edema dependen, varises pada vena tungkai dan
vulva, dan hemoroid.
c) Volume darah
Dua komponen utama darah-plasma dan sel darah merah
mengalami serangkaian adaptasi dramatik. Volume darah
maternal total meningkat 30-50% pada kehamilan tunggal dengan
rata-rata peningkatan tersebut 33%.
17
d) Metabolisme zat besi
Peningkatan massa sel darah merah dan kebutuhan janin yang
sedang berkembang serta plasenta menyebabkan peningkatan
kebutuhan zat besi selama kehamilan, yang disertai dengan
beberapa peningkatan absorbsinya. Kebutuhan zat besi meningkat
dari 2 mg menjadi 4 mg per hari.
e) Protein plasma
Kandungan protein serum total menurun selama trimester pertama
dan tetap rendah selama kehamilan. Konsenterasi albumin
menurun dengan cukup tiba-tiba di awal kehamilan, kemudian
lebih lambat hingga akhir kehamilan.
f) Faktor pembekuan
Peningkatan kecenderungan pembekuan disebabkan oleh
berkurangnya aktivitas fibrinolitik plasma dan meningkatnya
produk degradasi fibrin yang bersirkulasi didalam plasma.
b. Perubahan sistem pernafasan
Sebagian besar perubahan pada subdivisi volume paru terjadi akibat
perubahan anatomi toraks selama kehamilan. Akibat pembesaran uterus,
diafragma terdorong ke atas sebanyak 4 cm, dan tulang iga juga bergeser
ke atas.
c. Perubahan sistem perkemihan
Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada ginjal dan ureter.
Ginjal mengalami panambahan berat dan panjang sebesar 1 cm. Di
bawah pengaruh progesteron, kaliks dan pelvis renal mengalami dilatasi.
18
Ureter juga mengalami dilatasi dan memanjang, serta membentuk kurva
dengan berbagai ukuran.
d. Perubahan sistem pencernaan
Meskipun banyak wanita yang mengalami mual di awal kehamilan, ada
juga yang mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan makanan
harian meningkat hingga 200 kkal.
e. Perubahan rangka
Postur biasanya mengalami perubahan untuk mengompensasi
pembesaran uterus, terutama jika tonus otot abdomen buruk. Lordosis
progresif menggeser pusat, gravitasi ibu ke belakang tungkai. Terdapat
juga peningkatan mobilitas sendi sakroiliaka dan sakrokoksigeal yang
berperan dalam perubahan postur maternal yang dapat menyebabkan
nyeri punggung bagian bawah diakhir kehamilan terutama pada wanita
multipara.
f. Perubahan kulit
Hiperpigmentasi lebih nyata terlihat pada wanita berkulit gelap dan lebih
terlihat di area seperti areola, perinium, umbilikus, aksila dan paha
bagian dalam.
g. Perubahan payudara
Akibat peningkatan suplai darah dan stimulasi oleh sekresi estrogen dan
progesteron dari kedua korpus luteum dan plasenta, terjadi perubahan
besar pada payudara selama kehamilan, dan terbentuk duktus dan sel
asini yang baru.
(Fraser, Cooper, 2010)
19
3. Kebutuhan Kesehatan Ibu
1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa
kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut
Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010).
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan
kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal
(narkoba).
9. berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya
merupaka kenaikan berat badan ibu.
2. Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang
meningkat. tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta
untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010).
20
3. Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan
oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru
(Aritonang, 2010) Menurut Aritonang (2010)
4. Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan
mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka
kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2010
untuk tambahan gizi ibu hamil
5. Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan
janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat
besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi
hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg.
Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840
mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian
50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah
sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.
21
Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil
trimester ketiga adalah 39 mg/hari. Menurut Aritonang (2010), ada dua
bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat
dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam
produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan
daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh
kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga
makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan
sayuran berwarna hijau lainnya Menurut Aritonang (2010), makanan-
makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya
sebagai berikut :
a) Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu
daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.
b) Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan
kopi.Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan
yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi
hanya melalui diet. Oleh karenaitu, suplementasi zat besi sangat
penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.
6. Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolism
beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting
dalam sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010).
22
Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi
kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia
kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010).
7. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan
tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan
untuk membantu pembuluh darah berkontrkasi dan berdilatasi.
2. Pola makan ibu hamil
1) Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik
diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta
vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Senada
dengan hal itu, Husada (2010) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman
pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:
a) Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi
jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan
lemak yang mengandung lemak.
b) Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat
pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani
adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu, serta
hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang mengandung protein
nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah, kacang
merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe,
tahu, dan lain sebagainya.
23
c) Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi
tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat
pengatur adalahsemua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan
makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.
4. Pengkajian
1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,pekerjaan
alamat dan sebagainya.
2) Anamnesa Umum:
a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,
perkawinan, dan sebagainya.
b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari
pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran
persalinan memakai rumus Naegel: hari + 7 hari – 3 bulan, dan
tahun +1
c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik
atau kehamilan mola sebelumnya (Mochtar, 1998)
3) Riwayat Medis
Selama kehamilan, baik ibu maupun janin, dapat mengalami penyakit
tertentu atau penyakit yang berubah akibat kehamilan; jika tidak
diobati, kemungkinan dapat menimbulkankonsekuensi yang seriu bagi
kesehatan ibu.
24
4) Riwayat Keluarga
Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan
keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan
lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal.
b. Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakuka pemeriksaan fisik pada ibu hamil, persetujuan dan
kenyamanan harus menjadi pertimbangan utama. Pengkajian biokimia
yang canggih dan pemeriksaan ultrasound dapat meningkatkan hasil
observasi klinik.
1) Berat Badan
Ibu yang menurut kategori BMI berada pada rentang obesitas lebih
beresiko mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi tersebut
antara lain diabetes gestasional, hipertensi akibat kehamilan,dan
distosia bahu. Terdapat juga kesulitan dalam memalpasi bagian
tubuh janin dan menentukan presentasi, posisi, atau engagement
janin.
Semua Ibu harus ditimbang berat badannya, tetapi jika berada
dalam rentang BMI normal, tidak terdapat data yang cukup untuk
mengatakan bahwa penimbangan berat badan secara rutin
merupakan predikator yang baik dari pertumbuhan janin (hiyyten,
1990). Ibu yang kelebihan atau kekurang berat badan harus
dipantau secara cermat dan diberikan konseling mengenai nutrisi.
25
2) Tekanan Darah
Tekanandarah diukur untuk memastikan kenormalan dan sebagai
dasar untuk pemantauan tekanan darah selama kehamilan. Tekanan
sistolik dapat mengalami peningkatan palsu jika ibu merasa cemas
atau gelisah. Kandung kemih yang penuh juga dapat meningkatkan
tekanan darah. Tekanan darah harus diukur ketika ibu dalam
keadaan relaks. Ibu harus duduk dengan nyaman atau terlentang
dalam keadaan lateral untuk pengukuran tekanan darah. Tekanan
arteri brakial paling tinggi dalam keadaan duduk dan rendah pada
keadaan terlentang. Tekanan darah yang kuat diperlukan untuk
perfusi plasenta, tetapi tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan
diastolik 90 mmHg pada kunjungan pertama merupakan indikasi
adanya hipertensi dan memerlukan pemantauan yang cermat
selama kehamilan, baik oleh bidan maupun dokter obstetri.
c. Pemeriksaan Kebidanan
1) Inspeksi :
a) Muka : adakah cloasma gravidarum, oedem
b) Mata : simetris, konjungtiva pucat atau tidak,
sclera ikterik atau tidak, reflek
pupil dan fungsi penglihatan
c) Hidung : simetris, apakah terdapat secret,
polip, peradangan
26
d) Mulut : kebersihannya, stomatitis, carries
gigi
e) Telinga : simetris, apakah ada serumen,
peradangan fungsi pendengaran
f) Leher : apakah ada pembesaran vena
jugularis, dan kelenjar thyroid
g) Dada : simetris,
Payudara : keadaan puting susu,kebersihan,
adakah benjolan abnormal dan nyeri
tekan, pengeluaran colostrum
h) Abdomen : adakah bekas luka operasi,
pembesaran rahim sesuai atau tidak
dengan usiakehamilan, striae
gravidarum, pigmentasi linea alba
dll.
i) Vulva : Kebersihanya, adakah varises,
oedem, perineum terdapat luka
parut, dan hemoroid pada anus.
j) Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah : simetris, oedem,
varises, fungsi
keduanya.
2) Palpasi :
a) Leopold 1
(1) Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha,
27
(2) Pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita
(3) Rahim dibawa ketengah
(4) Tentukan Tinggi Fundus Uteri
(5) Tentukan bagian apa yang terdapat di fundus
(6) Hubungan antara Tinggi Fundus Uteri dan umur Kehamilan
b) Leopold II
(1) Kedua tangan pindah meraba kesamping
(2) Tentukan dimana letak punggung dan ekstermitas bayi
c) Leopold III
Goyangkan pada bagian bawah, apakah maasih biasa
digoyangkan atau tidak serta ditentukan bagian apa yang berada
dibawah.
d) Leopold IV
(1) Dengan Kedua tangan, tentukan bagian apa yang berada
dibawah.
(2) Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk kedalam PAP
atau belum, dan berapa masuknya bagian bawah kedalam
rongga panggul.
(3) Jika kedua tangan convergent, berarti hanya bagian kecil
dari kepala yang turun dalam rongga
(4) Jika kedua tangan sejajar maka hanya sebagian dari bagian
kepala yang masuk ke dalm rongga panggul
(5) Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari
kepala telah masuk kedalam rongga panggul
28
3) Auskultasi :
(1) Biasanya dilakukan dengan stetoscop
(2) Biasanya yang didengar adalah DJJ, bising usus, paru- paru
dan jantung.
d. Pemeriksaan panggul
Keadaan panggul terutama penting pada primigravida, karena
panggulnya belum pernah di uji dalam persalinan, sebalik nya pada
multigravida anamnesa mengenai persalinan yang gampang dapat
memberikan keterangan yang berharga mengenai keadaan panggul.
Yang diperiksa ialah :
1) Conjugata diagonalis
2) Apakah linea innominata teraba seluruhnya atau hanya sebagaian
3) Keadaan sacrum apakah concaaf dalam arah atas bawah dan dari
kiri ke kanan.
4) Apakah spinae ischiadicae menonjol
5) Keadaan os pubis adakah exostose
6) Keadaan arcus pubis.
(Obstetri Fisiologi fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung,1983)
e. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
Normalnya pada ibu hamil 11 gr%
29
2) Pemeriksaan protein urine
Normalnya adalah negatif
3) Pemeriksaan glukosa pada urine
Normalnya adalah negatif
5. Dignosis Kehamilan
Diagnosis kehamilan didasarkan atas gejala dan tanda-tanda tertentu yang
diperoleh melalui riwayat dan ditemukan pada pemeriksaan, serta pada
hasil-hasil uji laboratorium. Gejala dan tanda-tanda kehamilan tersebut
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Tanda Tidak Pasti/ Tanda Presumtif
a. Amenore (Tidak datang bulanSetelah ovum dikeluarkan dari folikel
deGraf matang di ovarium, maka folikel ini akan berubah menjadi
korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan
mengalami degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum
dibuahi oleh spermatozoa maka korpus luteum akan dipertahankan
oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsiotrofoblas di
sekitar blastokis menjadi korpus luteus kehamilan. Kehamilan
menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak
dilepaskan sehingga amenore dianggap sebagai tanda kehamilan,
namun tidak datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan
penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor-faktor
lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering) gangguan
emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau
30
malahan mereka yang sangat ingin hamil (dikenal dengan
pseudocyesis atau hamil semu.
b. Mual dan Muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari
yang dissebut morning sickness. Akibat mual dan muntah dapat
mengurangi nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan
sebagai tanda pasti kehamilan karena penyakit metabolik lain dapat
pula menimbulkan gejala yang serupa. Emesis pada kehamilan
digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih dari trimester
pertama.
c. Payudara tegang.
Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh
plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan
membesar) serta somatomatrofin menimbulkan defosit lemak, air,
garam pada payudara. Namun payudara yang tegang dan membesar
juga dapat terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal,
penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan
hamil semu (pseudocyesis).
d. Pigmentasi Kulit
Efek stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon
estrogen dan progesteron menyebabkan pigmentasi kulit pada area
wajah (dahi, hidung, pipi, dan leher) yang disebut dengan chloasma
31
gravidarum. Pada dinding perut dinamakan (striae lividae, striae nigra,
linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola
mamae). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan
kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian
terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar tetapi
guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.
e. Rasa lelah (fatigue)
Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic Rate (BMR)
dalam trimester pertama kehamilan.
f. Sering Miksi
Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan
menyebabkankandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
g. Konstipasi dan Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan
kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi juga dapat disebabkan pola
makan.
2. Tanda Kemungkinan Hamil
a. Rahim membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin
lama makin bundar bentuknya.
b. Reaksi Kehamilan Positif
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormone
hCG (chorionic gonadotropin) dalam urine.
32
c. Tanda Piscasecks
Yaitu pembesaran uterus kesalah satu arah sehingga menonjol jelas
kearah pembesaran tersebut.
d. Goodell sign
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi diperut dengan cara menggoyang-
goyangkan disalah satu sisi, maka akan terasa pantulan disisi lain
(tanda hegar). Konsistensi rahin dalam kehamilan berubah menjadi
lunak, terutama daerah ismus.
e. Braton Hicks
Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.
f. Tanda Chadwiks
Yaitu dinding vagina yang mengalami kongesti, atau warna kebiru-
biruan .
3. Tanda Pasti Hamil
Digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan.
a. Terasa gerakan janin
Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18 minggu dan
multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu.
b. Teraba bagian-bagian janin
Yaitu pemeriksaan dengan cara palpasi menurut Leopold pada akhir
trimester ke II
c. DJJ (Denyut jantung Janin), dapat didengar dengan:
1. Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu
2. System Doppler pada kehamilan 12 minggu
33
3. Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu.
d. Pada pemeriksan dengan USG dapat terlihat gambaran janin berupa
kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat
diperkirakan tuanya kehamilan
6. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil akan bertambah sesuai dengan usia kehamilan
karena pertumbuhan janin menurut Salmah, 2010
Table. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Usia
Kehamilan
Rata-Rata
Berat Badan
Janin
Rata-Rata
Panjang
Badan Janin
Pertambahan Berat Badan
Normal Ibu
0-12 Minggu
(Trimester I)
13-27 Minggu
(Trimester II)
28-40 Minggu
(Trimester III)
15 Gram
750 Gram
3200 Gram
6,5 Cm
30 Cm
50 Cm
1 Kg Dari Berat Badan
Sebelum Hamil
6 Kg Dari Berat Badan
Trimester I
4 Kg Dari Berat Badan
Trimester II
Jika pertambahan berat badan ibu lebih dari pertambahan berat badan normal,
ibu dapat melakukan diet. Kebutuhan nutrisi ibu dan janin terpenuhi dengan
mengkonsumsi:
a. Roti, sereal, kentang dan nasi. Makanan ini bagian utama dari diet karena
mengandung karbohidrat, protein nabatidan vitamin B, makanan rendah
lemak sangat baik untuk ibu hamil.
34
b. Gandum mengandung lebih banyak vitamin dan mineral, zat besi dan
asam folat adalah pilihan yang baik selama kehamilan.
c. Daging, ikan, ayam, telur, kacang-kacangan merupakan sumber utama
protein hewani, vitamin dan mineral yang baik.
d. Konsumsi juga ikan sarden atau salmon setiap minggu untuk
mendapatkan omega 3 yang baik untuk perkembangan otak janin.
e. Susu adalah minuman yang mengandung kalsium tinggi yang baik untuk
pertumbuhan tulang janin dan merupakan sumber protein yang baik.
7. Tujuan Antenatal care (14T)
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal
kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai
TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap
minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai
TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk
mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
2) Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 -
140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya
Preeklampsi.
3) Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU
menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan
berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil
35
anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin
mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam
minggu yang dicantumkan dalam HPHT
Judul Table.
Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan sesuai minggu Jarak dari simfisis
22 – 28 Minggu
28 Minggu
30 Minggu
32 Minggu
34 Minggu
36 Minggu
40 Minggu
24-25 cm
26,7 cm
29,5 – 30 cm
31 cm
32 cm
33 cm
37,7 cm
4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
5) Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di
berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang
pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
36
Judul Table
Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid
Imunisasi TT
Selang Waktu
minimal pemberian
Imunisasi TT
Lama Perlindungan
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
-
1 bulan setelah TT1
6 bulan setelah TT2
12 Bulan setelah TT3
12 Bulan setelah TT4
Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
3 Tahun
6 Tahun
10 Tahun
≥25 Tahun
6) Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan
pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr%
Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan
0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.
7) Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )
pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil
spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka
dilakukan pengobatan dan rujukan.
8) Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah
pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala
Preeklampsi.
37
9) Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) untuk Bumil dengan riwayat DM.
bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk
memastikan adanya DMG.
10) Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara
untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia
kehamilan 6 Minggu.
11) Senam Hamil ( T11 )
12) Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang
dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni
panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus
gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat
berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14) Temu wicara / Konseling ( T14 )
KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
1) Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
2) Perilaku hidup bersih dan sehat
38
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur serta melakukan olah raga ringan.
3) Peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasiSetiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-
tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada
jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar
ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
5) Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
6) Gejala penyakit menular dan tidak menular
39
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi)Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang
risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.
Apabila ibu hamil tersebut HIV,positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil
tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV
negatifselama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusifSetiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk
kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
9) KB paska persalinanIbu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya
ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan.
40
C. Persalinan normal
1. Definisi persalinan normal
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan Uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau malalui
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).(Manuaba 1998).
Persalinan adalah proses bergeraknya janin, plasenta dan membran keluar
dari uterus dan saluran lahir. Persalinan merupakan rangkaian koordinasi
kontraksi uterus tidak disadari yang menghasilkan affacemen dan dilatasi serviks
dan usaha keras yang disadari menghasilkan persalinan. (Bobak, 2000)
Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan (37-42 minggu) disusul dengan pengeluaran placenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses inidimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, 2004)
a. Kala I persalinan
Kala I persalinan dibagi ke dalam dua urutan fase, yaitu :
1) Fase laten
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak
kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif.
Selama fase laten bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak
sama sekali. (Varney, 2004)
41
Fase laten sebelum kala I aktif dan dapat berlangsung 6-8 jam pada ibu
primigravida untuk dilatasi serviks dari 0 cm hingga 3-4 cm dan kanal serviks
memendek dari 3 cm menjadi kurang dari 0,5 cm. (Fraser, Cooper, 2009)
2) Fase aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
hingga pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi. Pembukaan
umumnya dimulai dari 3-4 cm (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm (atau
akhir kala I persalinan). Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi
selama akhir fase aktif dan selama kala II persalinan. (Varney, 2004)
Kala I aktif adalah saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat.
Saat ini dimulai ketika serviks berdilatasi 3-4 cm dan jika terdapat kontraksi
ritmik, kala I aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh
(10 cm). (Fraser, Cooper, 2009)
3) Fase transisi
Selama fase transisi, wanita mengakhiri kala I persalinan pada saat hampir
memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala II persalinan. Sejumlah
besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku telah diidentifikasi sebagai
petunjuk transisi ini. (Varney, 2004)
Fase transisiri sekitar 8 cm adalah kala persalinan ketika serviks
berdilatasi dari sekitar 8 cm sampai dilatasi penuh (atau hingga kontraksi
ekspulsif yang terjadi pada kala II mulai dirasakan oleh ibu), sering kali intensitas
aktivitas uterus berhenti sejenak pada saat ini. (Fraser, Cooper, 2009)
b. Kala II persalinan
42
Kala II adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi
penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya.
Kala II ini berakhir saat bayi lahir. (Fraser, Cooper, 2009). Kala II persalinan
adalah kala pengeluaran janin. Ini ditandai dengan pembukaan serviks secara
lengkap (10 cm) hingga lahirnya bayi. (Bobak, 2000)
Tiga fase pada kala II yaitu :
a. Fase 1, periode tenang
Dari dilatasi lengkap sampai desakan untuk mengejan atau awitan usaha
mengejan yang sering dan berirama.
b. Fase II, mengejan aktif
Dari awitan upaya mengejan yang berirama atau desakan untuk
mendorong sampai bagian presentasi tidak lagi mundur diantara usaha
mengejan (crowning).
c. Fase III, perineal
Dari crowning bagian presentasi sampai pelahiran semua tubuh bayi.
(Varney, 2004)
Tanda-Tanda Persalinan
a. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu :
1) Pengeluaran lender
43
2) Lendir bercampur darah
c. Dapat disertai ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks.
1) Perlunakan serviks
2) Pendataran serviks
3) Terjadi pembukaan serviks
Faktor – Faktor Penting dalam Persalinan
a. Power
1) His (kontraksi otot rahim)
2) Kontraksi otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
b. Pasanger
Janin dan plasenta
c. Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang (Rustam Muchtar, 1998)
c. Kala III persalinan
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Kala III persalinan berlangsung rata-rata antara 5 dan 10
menit, akan tetapi kisaran normal kala III sampai 30 menit. Risiko perdarahan
meningkat apabila kala III lebih lama dari 30 menit, terutama antara 30 sampai 60
menit. (Varney, 2004)
Rentang kala III persalinan adalah dari lahirnya bayi sampai lahirnya
plasenta. Tujuan penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta
44
yang dilakukan dengan cara yang paling mudah dan dengan jalan yang paling
aman. (Bobak, 2000)
Kala III persalinan terdiri atas dua fase berurutan, yaitu pelepasan plasenta
dan pengeluaran plasenta. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,
yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Setelah
plasenta lahir, uterus yang kosong berkontraksi dengan sendirinya dan tetap
berkontraksi jika tonus otot baik. Apabila tonus otot tidak baik, seorang wanita
akan mengalami peningkatan aliran lokhia dan kontraksi uterus berulang sewaktu
uterus relaksasi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri setelah melahirkan. (Varney,
2004)
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a. Rahim naik, disebabkan karena plasenta yang telah lepas jatuh kedalam
segmen bawah rahim atau bagian atas vagina dan mengangkat vagina
b. Bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang
c. Rahim menjadi lebih bundar bentuknya dan menjadi lebih keras
d. Keluarnya darah dengan tiba-tiba
(Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983)
d. Kala IV persalinan
Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini ibu
masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena kemungkinan perdarahan
yang disebabkan oleh atonia uteri masih mengancam, maka ibu belum boleh
dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan. Tugas bidan
45
dalam kala IV adalah mengawasi perdarahan post partum, menjahit robekan
perinium dan memeriksa bayi. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983)
Selama kala IV persalinan, bidan memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan :
a. Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
b. Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perinium
c. Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan tali pusat
d. Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi
e. Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang
mengindikasikan pemulihan
(Varney, 2004)
Pada pengawasan perdarahan postpartum, yang harus diawasi adalah :
a. Setelah plasenta lahir, hendaknya plasenta diperiksa dengan teliti
apakah lengkap atau tidak
b. Darah yang keluar dari jalan lahir
c. Fundus uteri
d. Kontraksi rahim
e. Keadaan umum ibu
2. Etiologi Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang
ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada
syaraf, dan nutrisi.
46
a. Teori-teori yang menyebabkan terjadinya persalinan menurut buku
(Mochtar Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998). yaitu :
1) Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila kadar progesteron.
2) Teori Plasenta Menjadi Tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrgen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi.
b. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenter.
c. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganlion servikale (fleksus frankenhauses)
bila ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontruksi uterus.
d.Induksi Partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria
Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanan servikalis dengan
tujuan merangsang plensus fraknehauser.
47
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus
3. Mekanisme persalinan
Karena bentuk lorong panggul yang tidak teratur dan dimensi-dimensi
kepala janin matur yang relatif besar, jelas bahwa tidak semua diameter kepala
dapat melewati semua diameter panggul. Yang terjadi adalah diperlukan suatu
proses adaptasi atau akomodasi bagian-bagian kepala yang bersangkutan terhadap
berbagai segmen panggul untuk menyelesaikan kelahiran. Perubahan-perubahan
posisi dibagian presentasi ini merupakan mekanisme persalinan. (Cunningham,
1995)
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Gerakan ini diperlukan karena diameter
terbesar janin harus sejajar dengan diameter terbesar pelvis ibu agar janin yang
cukup bulan dapat melewati pelvis dan kemudian bayi dapat dilahirkan. (Varney,
2004)
Gerakan utama pada mekanisme persalinan ialah :
a. Turunnya Kepala
Turunnya kepala dapat dibagi dalam :
1) Masuknya kepala dalam PAP
Pada primigravida masuknya kepala pada bulan terakhir kehamilan
sedangkan pada multigravida pada permulaan persalinan. Masuknya kepala dalam
PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan fleksi ringan.
a) Synclitismus
48
Jika sutura sagitalis ditengah-tengah antara simpisis dan promontorium
pada synclitismus os periental depan sama tingginya dengan os pariental
belakang.
b) Asynclitismus
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati sympisis atau agak ke
belakang mendekati promotorium.
(1) Asynclitismus Posterior
Jika sutura sagitalis mendekati sympisis dan os pariental
belakang lebih rendah dari depan.
(2) Asynclitismus anterior
Jika sutura sagitalis mendekati promontorium dan os
pariental depan lebih rendah dari belakang.
2. Majunya kepala
Pada primigravida terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul
dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala
dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala
ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain, yaitu fleksi, putaran paksi
dalam dan ekstensi yang menyebabkan majunya kepala, yaitu tekanan cairan
intrauterine, tekanan langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan mengejan dan
melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.
b. Fleksi
Dengan majunya KPL biasanya fleksi bertambah hingga UUK jelas lebih
rendah dari UUB. Keuntungan bertambahnya fleksi ukuran kepala yang lebih
49
kecil melalui jalan lahir diameter suboccipito bregmatica (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm) fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan
mendapat tahanan dari pinggir atas panggul, cervix, dinding panggul dasar
panggul.
c. Putaran Paksi Dalam
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran dari bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke
depan ke bawah symphysis. Presentasi belakang kepala bagian yang terendah
ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke
bawah symphysis. Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyampaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khsuusnya bidang tenagna
dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam ini bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak sebelum kepala sampai ke hoodge III. Sebab – sebab putaran
paksi dalam yaitu :
1) Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala.
2) Bagian terendah dari KPL ini mencapai tahapan yang paling sedikit
terdapat setelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara in levator ani
kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior
4) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan KPL sampai dari dasar panggul,
terjadilah extensi atau defleksi dari kepala hal ini disebabkan sumbu jalan lahir
50
pada pintu bawah panggul mengarh ke depan dan atas. Pada kepala bekerja dua
kekuatan, yang satu mendesak ke bawah dan tahanan dasar panggul yang menolak
ke atas. Dimana suboccipiit menjadi pusat pemutaran (hypomochson) maka
lahirlah berturut-turut UUB, dahi, hidung mulut dan dagu dengan gerakan extensi.
5) Putaran Paksi Luar
Gerakan yang terakhir adalah putaran paksi luar yang sebenarnya
disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisacromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
6) Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah symphysis dan
menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badna anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983)
4. Gejala / Tanda – Tanda Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulanya / mingguan / harinya yang disebut kala pendahuluan
(preparotory stage of labor).
a. Tanda-tanda permulaan persalinan menurut buku (Mochtar Rustam,
MPH, Sinopsis Obstetri Jilid I 1998) sebagai berikut :
1) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atau panggul terutama pada primigravida pad amulti begitu kentara.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polaisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
51
4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “False labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show).
b. Tanda-Tanda Inpart menurut (Mochtar Rustam, MPH, Sinopsis Obstetri
Jilid I, 1998):
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan perbukaan telah ada.
5.Penatalaksanaan Persalinan
a. Kala I
Pengkajian Awal
1) Lihat
a) Tanda-tanda perdarahan, mekoneum atau bagian organ yang
lahir
b) Tanda-tanda bekas operasi sesar terdahulu.
c) Ibu yang warna kulitnya kuning atau kepucatan
2) Tanya
a) Kapan tanggal perkiraan kelahiran
b) Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan atau belum
3) Periksa
a) Tanda-tanda penting untuk hipertensi
52
b) Detak jantung janin untuk bradikardi
(Prawirohardjo,2006)
Tabel 5
Asuhan yang diberikan pada Kala I
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
Menghadirkan orang yang
dianggap penting oleh ibu
seperti : suami, keluarga pasien /
teman dekat :
Dukungan yang diberikan :
a. Mengusap keringat
b. Menemani jalan-jalan (mobilisasi)
c. Memberikan minum
d. Merubah posisi
e. Memijat / menggosok pinggang
Mengatur aktivitas dan posisi
ibu
a. Ibu boleh melakukan aktivitas sesuai
dengan kesanggupannya.
b. Posisi sesuai dengan keinginannya ibu
tapi tidak dianjurkan posisi tidur
terlentang
Membimbing ibu untuk rileks
sewaktu ada his
Ibu meminta menarik napas panjang, tahan
napas sebenar kemudian dilepaskan dengan
cara meniup sewaktu his.
53
Menjagai privasi ibu Menggunakan penutup / tirai, tidak
menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin pasien / ibu
Penjelasan tentang kemajuan
persalinan
Menjelaskan perubahan yang terjadi dalam
tubuh ibu, serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil – hasil pemeriksaan.
Menjaga kebersihan diri Membolehkan ibu untuk mandi.
Menganjurkan ibu membasuk sekitar
kemaluannya setelah BAK/BAB.
Mengetahui rasa panas a. Gunakan kipas angin / AC dalam kamar
b. Menggunakna kipas biasa
c. Menganjurkan ibu untuk mandi
Masase Jika ibu suka lakukan masase pada pinggang
atua mengusap perut dengan lembut
Pemberian cukup minum Untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi
Mempertahankan kandung
kemih tetap kosong
Sarankan ibu untuk berkemih sesering
mungkin
Sentuhan Disesuaikan dengan keinginan ibu,
memberikan sentuhan pada salah satu
bagian tubuh yang bertujun untuk
menguraikan rasa kesendirian ibu selama
54
proses persalinan.
(Prawirohardjo, 2006
6. Diagnosa
Tabel 6
Diagnosa Kala I
Katagori Keterangan
Sudah dalam persalinan (inpartu)
Kemajuan persalinan
Persalinan bermasalah
Kegawatdaruratan
Ada tanda-tanda persalinan:
- Pembukaan serviks > 3 cm.
- His adekuat (teratur, minimal 2
kali dalam 10 menit selama 40
detik)
- Lendir darah dari vagina
Kemajuan berjalan sesuai dengan
partograf
Kemajuan berjalan tidak sesuai
dengan partograf , melewati garis
waspadai
Seperti :
- Eklamsia
- Perdarahan
55
- Gawat janin
(Prawirohardjo,2006)
b. Kala II
Selama Kala II, petugas harus terus memantau :
1) Tenaga, atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
2) Janin yang penurunan presentasi janin, dan kembali normalnya
detak jantung bayi setelah kontraksi.
3) Kondisi ibu.
Tabel 7
Asuhan yang diberikan pada Kala II
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
Memberikan dukungan
terus menerus kepada ibu
a. Mendampingi ibu agar merasa nyaman
(keluarga)
b. Menawarkan minum, mengipasi dan memijat
Menjaga kebersihan diri a. Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar
dari infeksi.
b. Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera
dibersihkan
Mengipasi dan masase Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan
mental
Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu,
dengan cara :
56
a. Menjaga privasi ibu
b. Penjelasan tentang proses dan kemajuan
persalinan
c. Penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan dan keterlibatan ibu
Mengatur posisi ibu Dalam memimpin mengedan dapat dilihat posisi
sebagai berikut :
a. Jongkok
b. Menungging
c. Tidur miring
d. Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya
rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma
vagina, dan perinium dan infeksi.
Menjaga kandung kemih
tetap kosong
Anjurkan ibu untuk BAK sesering mungkin.
Kandung kemih yang penuh dapat menghalangi
turunnya kepala ke dalam rongga panggul.
Memberikan cukup
minum
Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
Memimpin mengedan Pimpin ibu mengedan selama his, anjurkan pada ibu
untuk mengambil nafas
Bernafas selama
persalinan
Minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala
akan lahir. Untuk menjaga agar perineum meregang
57
pelan dan mengontrol lahirnya kepala sesat
mencegah raegakan
Pemantauan DJJ Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<
120). Selama mengedan yang lama, akan terjadi
pengurangan aliran darah O2ke janin
Melahirkan bayi 1. Menolong kelahiran kepala
2. Periksa tali pusat
3. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
Bayi dikeringkan dan
dihangatkan dari kepala
sampai seluruh tubuh
Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti
dengan menggunakann handuk / sejenisnya,
letakkan pad aperut ibu dan berikan bayi untuk
menetek.
Merangsang bayi 1. Biasakan dengan melakukan pengeringan cukup
memberikan rangsangan pada bayi.
2. Dilakukan dengan cara mengusap-usap pada
bagian punggung atau menepuk telak kaki bayi.
(Prawirohardjo, 2009)
4) Diagnosa
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak
divulva dengan diameter 5-6cm.
58
Tabel 8
Diagnosa Kala II
Katagori Keterangan
Kala II berjalan dengan baik
Kondisi kegawatdaruratan pada Kala
II
Ada kemajuan penurunan kepala bayi
Kondisi kegawatdaruratan
membutuhkan perubahan dalam
penatalaksanaan atau tindakan segera.
Contoh kondisi tersebut termasuk :
- Eklamsia
- Kegawatdaruratan bayi
- Penurunan kepala terhenti
- Kelelahan ibu
(Prawirohardjo,2006)
c. Kala III
Pengkajian Awal
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua : jika
ada, tunggu sampai bayi ke-2 lahir.
2) Menilai apakah BBL dalam keadaan stabil, jika tidak, rawat bayi
segera.
Tabel 9
Asuhan yang diberikan pada Kala III
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
59
Jepit dan gunting tali pusat
sedini mungkin
Dengan menjepit tali pusat sedini mungkin
akan memulai pelepasan plasenta
Memberikan oksitoksin Oksotosin merangsang uterus berkontraksi
yang juga mempercepat pelepasan plasenta :
a. Oksotosin 10 U IM diberikan ketika
kelahiran bahu depan bayi jika p etugas >
1 dan pasti hanya ada bayi tunggal.
b. Oksotosin diberikan dalam 2 menit setelah
kelahiran jika hanya 1 orang petugas dan
hanay ada bayi tunggal
c. Oksotosin 10 IM dapat diulangi 15 menit
jika masih belum lahir.
d. Jika oksotosin tidak tersedia, rangsangan
putting payudara ibu atau berikan ASI
pada bayi guna menghashilkan oksitosin
alamiah
Melakukan penegangan tali
pusat terkendali atau PTT
(Controlled Cord Traction)
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu
sudah terlepas :
a. Satu tangan diletakkan pada corpus uteri
tepat di atas simpisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong uteri dengan
gerakna dosro cranial-kearah belakang dan
60
kearah kepala ibu.
b. Tangan yang satu memegang tali pusat
dekat pembukaan vagina dan melakukan
tarikan tali pusat yang terus menerus dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus selama kontraksi.
PTT dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi.Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu dapat juga memberitahu petugas
ketika ia merasakan kontraksi.
Massase Fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya
dilahirkan, massase fundus agar menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
post partum. Jaka uerus tidak berkontraksi kuat
selama 10-15 detik atau jika perdarahan hebat
terjadi, mulailah segera melakukan kompresi
bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam
waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk
perdarahan post partum.
(Prawirohardjo,2006: 116-117)
3) Diagnosa
Tabel 10
61
Diagnosa Kala III
Katagori Keterangan
Kehamilan dengan janin normal
tunggal
Bayi normal
Bayi dengan penyulit
- Persalinan spontan melalui
vagina pada bayi tunggal
- Cukup bulan
- Tidak ada tanda-tanda
kesulitan pernafasan
- APGAR > 8 pada menit ke 5
- Tanda-tanda vital stabil
- Berat badan ≥ 2500gr
Seperti :
- Berat badan ≤ 2500gr
- Asfiksia
- APGAR < 7 pada menit ke 5
- Cacat lahir
(Prawirohardjo,2006)
4) Evaluasi
b) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga
lahir dalam waktu 30 menit:
(1) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika
kandung kemih penuh
62
(2) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
(3) Berikan oksitosin 10 U IM dosis kedua, dalam jarak waktu
15menit dari pemberian oksitosin dosis pertam
(4) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan
plasenta.
c) Jika manajemen aktif tidak dilakukan (seperti jika penyulit
pada bayi baru lahir dengan hanya seorang petugas terlatih)
maka:
(1) Periksa tanda-tanda pelepasan plasenta fisiologis dan
melakukan PTT untuk melahirkan plasenta berikut selaput
ketuban
(2) Melakukan massase uterus hingga uterus mengeras
(3) Memberikan oksitosin 10 U IM setelah plassenta lahir
(Prawirohardjo,2006)
d. Kala IV
Tabel 11
Asuhan yang diberikan pada Kala IV
Tindakan Deskripsi dan Keterangan
Ikat tali pusat Jika petugas sendirin dan sedang melakukan
management aktif kala III tali pusat diklem,
gunting dan berikan oksitosin. Segera setelah
placenta dan selaputnya lahir lakukan masase
63
fundus agar berkontraksi baru tali pusat diikat
dan klem di lepas.
Pemeriksaan fundus dan
masase
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 20-30 menit selama jam ke-2
Nutrisi dan hidrasi Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah
dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman
yang disukai
Bersihkan ibu Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu
yang bersih dan kering
Istirahat Biarkan ibu beristirahat. Ia telah bekerja keras
melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi yang
nyaman
Peningkatan hubungan ibu
dan bayi
Biarkan bayi berada pada ibu untuk
meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai
permulaan dengan menyusui bayinya.
Memulai menyusui Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini
sangat tepat untuk memulai memberikan ASI,
menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
Menolong ibu ke kamar
mandi
Ibu boleh bangun ke kamar mandi, pastikan ibu
dibantu dan selamat karena ibu masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam post
64
partum
Mengajari ibu dan anggota
keluarga
Ajari ibu / anggota keluarga tentang :
a. Bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi.
b. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
(Prawirohardjo,2006)
Tabel 12
Diagnosa Kala IV
Katagori Keterangan
Involusi normal
Kala IV dengan penyulit
- Tonus: uterus tetap berkontraksi
- Posisi: fundus uteri di atau
dibawah umblikus
- Perdarahan: tidak berlebihan
- Cairan: tidak berbau
- Sub-involusi: uterus tidak keras,
posisi diatas umbilikus
- Perdarahan: atonia, laserasi,
bagian plasenta tertinggal/
membran yang lain.
(Prawirohardjo,2006)
65
D. Nifas normal
1. Definisi
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2010)
2. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Perubahan sistem reproduksi dan sistem-sistem yang berhubungan
1) Perubahan corpus uterine
a) Involusi uterine
66
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran
bayi diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala III dari persalinan uterus berada
pada garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus, dengan fundus menetap
pada sakral promontarium. Dalam 12 jam setelah persalinan, fundus berada
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dari waktu ini, involusi uterus berlangsung
sangat cepat, memperbaiki keadaan uterine dan mendukung tinggi fundus untuk
turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Enam hari setelah postpartum
normalnya harus berjarak setengah dari simpisis pubis dan umbilikus. Uterus
harus tidak teraba lagi pada abdominal setelah 9 hari postpartum. Uterus jika
penuh bisa memiliki berat 11 kali dari berat sebelum kehamilan, dengan cepat
mengalami involusi sampai kira-kira 500 gr 1 minggu setelah kelahiran dan 350
gr 2 minggu setelah kelahiran. Seminggu setelah persalinan, uterus terletak pada
pelvis kembali. Pada 6 minggu beratnya 50 sampai 60 gr.
b) Kontraksi uterine
Intensitas kontraksi uterine meningkat secara bermakna segera setelah
kelahiran bayi, yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah volume
intra uterine. Selama 1 atau 2 jam pertama postpartum, aktifitas uterin menurun
dengan halus dan dengan progresif dan stabil. Kontraksi uterin mempunyai peran
untuk keseimbangan oleh penekanan intra mural pembuluh-pembuluh darah.
c) Tempat pelepasan plasenta
Segera setelah plasenta dan membran-membran dikeluarkan terjadi
kontriksi vaskular dan trombus untuk menutupi tempat tumbuhnya plasenta
dengan suatu nodul-nodul yang ireguler dan area elevasi. Pelepasan jaringan-
67
jaringan yang nekrose diikuti dengan pertumbuhan endometrium untuk mencegah
terjadinya scar. Proses yang unik ini adalah karakteristik penyembuhan luka yang
normal.
2) Perubahan vagina dan perinium
Penurunan kadar estrogen pada postpartum bertanggung jawab terhadap
penipisan mukosa vagina. Dinding vagina yang membesar secara berangsur-
angsur ukurannya akan kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 6 sampai
8 minggu setelah persalinan.
3) Perubahan dinding abdominal blood
Hari pertama setelah persalinan, otot-otot abdominal tidak dapat
menahan isi abdomen. Abdomen menonjol dan memberikan bentuk seperti masih
hamil. Selama 2 minggu pertama setelah persalinan dinding abdominal
berelaksasi. Dibutuhkan waktu kira-kira 6 minggu sebelum dinding abdominal
kembali seperti semula.
4) Perubahan payudara
Konsenterasi hormon-hormon yang di stimulasikan pada payudara
berkembang selama kehamilan (estrogen, progesteron, gonadotropin, prolaktin,
kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah persalinan. Perlu waktu untuk
mengembalikan keadaan hormon-hormon ini pada keadaan seperti sebelum hamil
tergantung pada apakah dia menyusui bayinya.
b. Perubahan sistem endokrin
1) Hormon plasenta
68
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta
lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic Gonadotropin
turun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke -7
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun diam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rDyahnya hingga ovulasi terjadi
3) Hipotalamik-pituitary-ovarium
Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama
bersifat anovulasi yang dikarenakan rDyahnya kadar estrogen dan progesterone.
Diantaranya wanita laktasi sekitar 12% memperoleh menstruasi selama 6 minggu
dan 42% setelah 12 minggu. Diantara yang tidak laktasi 40% menstruasi selama 6
minggu, 62% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita
laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi
20% siklus pertama anovulasi. Variabel yang mempengaruhi siklus menstruasi
mungkin disebabkan oleh rangsangan hisap yang berbeda pada tiap individu.
Pemberian minuman susu formula sebagai pemdamping ASI dan menyusui
kurang dari 6 kali/hari akan ikut berpengaruh. Setelah bersalin kadar oksitosin dan
prolaktinakan meningkat sehingga pada ovarium akan terjadi penurunan hormon
69
estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya penurunan FSH dan LH
pada kelenjar hipofise.
c. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui plasenta,
dan setelah plasenta lahir aliran darah ini akan terhenti. Sehingga volume darah
ibu akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban jantung ibu. Hal ini
diatasi oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi ampal perlahan-lahan volume
darah kembali normal seperti sedia kala. Juga demikian halnya pada pembuluh
darah akan kembali keukuran semula.
d. Perubahan sistem urinary
Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan,
diaforesis terjadi pada malam hari ke 2-3 persalinan sebagai mekanisme untuk
mengurangi tahan cairan pada kehamilan. Distensi kandung kemih segera terjadi
sebagai akibat pengambalian metabolisme cairan pada kehamilan dan dimobilisasi
pada eliminasi akhir produk katabolisme protein. Kontraksi kandung kemih sering
kali pulih dalam 2-7 hari persalinan dengan penggosongan kandung kemihnya
adekuat.
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi setelah persalinan
sehingga akan menyebabkan kesulitan untuk kencing akibatnya terjadi
overdistensi dari kandung kemih, pelvik ginjal dan ureter dipengaruhi oleh
progesterone yang mengarah pada dilatasi dan statis urine, ini akan menyebabkan
peningkatan resiko infeksi selama kehamilan. Efek progesteron akan menghilang
setelah kelahiran plasenta. Selama persalinan kandung kemih akan naik ke dalam
70
abdomen dengan memperlonggar ureter sedikit demi sedikit sehingga sering kali
ureter mengalami memar. Ureter yang memar akan menyebabkan nyeri kencing
dan kandung kemih mudah membesar. Penggosongan yang tidak sempurna dan
adanya sisa urine yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada ginjal,
kecuali bila diambil langkah-langkah untuk mempengaruhi ibu dalam melakukan
buang air kencing sehinggq efek dari trauma selama persalinan pada kandung
kemih dan ureter akan menghilang.
e. Perubahan sistem muskuloskeletal
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan
sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.
3. Perubahan-perubahan Fisik pada Ibu Post Partum
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil
Tabel 13
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
71
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar dan
menonjol kedalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira 7,5 cm,
sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke-6
mengecil lagi sampai 2,4 cm dan akhirnya akan pulih kembali. Di samping itu,
dari cavum uteri keluar cairan sekret yang disebut lochia.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus.lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada vagina
normal. Lokhea mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak teralu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
seperti berikut ini:
Tabel 14
Pengeluaran Lokhea
Lokhea Waktu Warna ciri-ciri
72
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari darah segar,
jaringan sisa plasenta,
dinding rahim,lemak bayi,
lanugo dan sisa
mekonium.
Sangiulent
a
4-7 hari Merah kecoklatan
dan berlendir
Sisa darah bercampur
lendir
Serosa 7-14 hari Kuning
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum,juga
terdiri dari leukosit dan
robekan atau laserasi
plasenta.
Alba >14 hari
berlangsung 2 -
6 minggu
postpartum
Putih Mengandung leukosit,sel
desidua dan sel
epitel,selaput lendir
serviks dan serabut
jaringan yang mati.
Lokhea
purulenta
Terjadi infeksi keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Lokiastasi
s
Pengeluaran lokhea tidak
lancar
73
Lokhea rubra yang menetap pada awal periode postpartum menunjukkan
adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya selaput plasenta. Lokhea serosa atau alba yang berlanjut bisa
menandakan adanya endometritis,terutama jika disertai demam,rasa sakit atau
nyeri tekan pada abdomen.
2) Cerviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Servik mengalami
involusi bersama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh
2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. (Anggraini,
2010)
3) Vagina dan perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami
beberapa derajat edema dan memar dan celah pada introitus. Setelah satu hingga
dua hari pertama pasca partum,tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar
dan vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih
besar dari biasanya, dan umumnya longgar. (Varney, 2010).
4) Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk
merapatkan dinding rahim sehinggga tidk terjadi perdarahan, kontraksi inilah
yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan
74
mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim akan
terasa keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah
tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula.
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Perubahan hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan
menurunnya fungsi usus, seingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB.
Kerapkali diperlukan eaktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagia bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. (Anggraini,
2010)
6) Perubahan sistem Perkemihan
Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan,
kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah
pascapartum kandung kemih,edema,mengalami kongesti dan hipotonik, yang
dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap dan residu
urine yang berlebihan. Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir
hingga hari kelima pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih dari 3000 mL
perhari. (Varney,2008)
7) Perubahan hematologis
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma
serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum
75
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskositas sehingga peningkatan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat
mencapai 12.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama
dari masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi
sampai 22.000 atau 30.000 tapa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama. Jumlah Hemoglobine, hematokrit dan eriytrosit akan
sangat bervariasi pada masa awal-awal post partumsebagai akibat dari volume
darah, volume plasenta dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Kira-kira kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah
sekitar 200 – 200 ml selama persalinan. Penurunan volume dan peningkatan sel
darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hemotokrit dan
hemoglobine pada hari ke 3 – 7 persalinan dan akan kembali normal dalam 4 – 5
minggu post partum. (Anggraini, 2010).
8) Perubahan sitem endokrin
a) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta
lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic Gonadotropin
turun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
76
b) Hormon Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hipotalamik-Pituitary-Ovarium
Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama
bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
Diantaranya wanita laktasi sekitar 12 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu
dan 42 % setelah 12 minggu. Diantara yang tidak laktasi 40 % menstruasi selama
6 minggu, 62 % setelah 12 minggu dan 90 % setelah 24 minggu. Untuk wanita
laktasi 80 % menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 20
% siklus pertama anovulasi. (Anggraini, 2010).
9) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui plasenta,
dan setelah plasenta lahir aliran darah ini akan terhenti. Sehingga volume darah
ibu akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban jantung ibu. Hal ini
diatasi oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi sampai perlahan-lahan
volume darah kembali normal seperti sediakala. Juga demikian halnya pada
pembuluh darah akan kembalai keukuran semula.
10) Perubahan sistem gastrointestinal
77
Penggosongan usus spontan terhambat 2 – 3 hari karena penurunan
kontraksi otot, pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi, luka dan
haemoroid.
11) Perubahan sistem muskuloskletal
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6 – 8 minggu setelah persalinan
sebagai upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.
12) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu Badan
Satu hari (24jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga
suhu badan naik lagi karena adanya pembentukkan ASI.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nada akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan postpartum yang tertunda.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah
ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
78
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya. (Anggraini, 2010).
4. Perubahan Psikologis Pada Ibu Post Partum
Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa khususnya
seorang wanita diharapkan memainkan peranan baru seperti peran sebagai seorang
istri, orang tua (ibu), berkarier dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-
keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas baru ini. Penyesuaian diri ini
menjadi periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang kehidupan seorang
wanita.
Perlu diingat bahwa setiap wanita membutuhkan kasih sayang, pengakuan
dari manusia lain serta butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan dan
butuh mendapat dukungan dari orang lain, keluarga dan teman terutama setelah
melahirkan dimana pada periode ini cukup sering seorang ibu menunjukan depresi
ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi ringan setelah melahirkan
tersebut merupakan akibat dari beberapa faktor penyebab yang paling sering
adalah:
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan karena
adanya perubahan peran.
b. Rasa sakit yang timbul pada masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selam persalinan dan post partum.
79
d. Kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya (body image).
f. Riwayat perkawinan yang abnormal.
g. Riwayat kelahiran mati atau cacat.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode ini,
bidan sebagai provider harus bertindak bijaksana, dapat menunjukan rasa empati,
menghargai dan menghormati setiap ibi bagaimana adanya, misalnya
memperhatikan dengan memberi ucapan selamat atas kelahiran bayinya yang
dapat memberikan perasaan senang pada ibu.
Dalam memberikan dukungan dan suport bidan dapat melibatkan suami,
keluarga dan teman di dalam melaksanakan asuhan sehingga akan melahirkan
hubungan antar manusia yang baik, antar petugas dengan klien, dan antar klien
sendiri. Dengan adanya a good human realitionship diharapkan akan memenuhi
kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai
perubahan pada masa post partum terdapat 3 fase, yaitu :
a. Fase Taking In
Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri membutuhkan tidur
yang cukup, nafsu makan meningkat berharap untuk menceritakan pengalaman
partusnya dan bersikap sebagai penerima menunggu apa yang disarankan dan apa
yang diberikan.
b. Fase Taking Hold
80
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin kuat,
perubahan mood mulai terjadi dan susah mengerjakan tugas keibuan.
c. Fase Letting Go
Periode terjadi biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada masa ini ibu
mengambil tugas atau tangung jawab terhadap perawatan bayi sehingga ia harus
beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan dan hubungan sosial. Pada umumnya depresi post partum terjadi pada
periode ini. (Anggraini, 2010)
3. Diagnosa
Untuk menentukan hal-hal berikut:
a. Apakah masa nifas berlangsung normal atau tidak (seperti involusi
uterus, pengeluaran lokhea dan pengeluaran ASI serta perubahan sistem tubuh,
termasuk keadaan psikologis)?
b. Adakah keadaan darurat pada ibu (seperti perdarhan, kejang dan
panas)?
c. Adakah penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan
perawatan/rujukan (seperti abses pada payudara)?
d. Apakah kondisi normala atau tidak (seperti bernafas, refleks, masih
menyusu melalui penilaian APGAR, keadaan gawat darurat pada bayi seperti
panas, kejang, asfiksia, hipotermi dan perdarahan)?
81
e. Adakah bayi dalam keadaan gawat darurat (seperti demam, kejang,
asfiksia, hipotermi, perdarahan pada pusat)?
f. Adakah bayi bermasalah perlu dirujuk untuk penanganan lebih lanjut
(seperti: kelainan/cacat, BBLR)? (Prawirohardjo,2006)
4. Kunjungan pada ibu nifas
Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi yang baru lahir, mencegah dan medeteksi, menangani masalah-masalah
yang terjadi.
Tabel 16
Kunjungan Pada Ibu Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1. 6-8 jam setelah
persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan.
c. Memberi konseling pada ibu dan keluarga
82
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayinya.
f. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara
mencegah hipotermi.
g. Jika petugas menolong persalinan dirumah,
ia harus tetap mengawasi ibu dan BBL untuk
2 jam pertama post partum dan sampai
keadaan stabil.
2. 6 hari setelah
persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal
uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal
dan tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan
cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda.
e. Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
83
3. 2 minggu setelah
persalinan
6 minggu setelah
persalinan
- Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan)
- Menanyakan pada ibu tentang penyakit-
penyakit yang ia atau bayi alami.
- Memberikan konseling KB secara dini.
(Anggraini,2010)
6.Penatalaksanaan Ibu Nifas
a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Nasihatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai
buan gair kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kemaluannya.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah
matahari atau disetrika.
e. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dan sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
f. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai dengan permintaan.
84
g. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan. Dan minum sedikitnya 3 liter air putih setiap hari (anjurkan
ibu untuk minum setiap kali menyusui)
h. pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
i. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
j. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu seperti,
1) Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada:
tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali
2) Untuk memperkuat otot tonus otot vagina (latihan kegel).
k. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan dengan otot-otot, pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak
5 kali
l. Anjurkan ibu menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan
BH yang menyokong payudara
m. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
85
n. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul
masalah atau rasa khawatir.
(Yanti, 2011)
f. Mekanisme menyusui
a. Reflek mencari ( rooting reflek)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Keadaan ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi
diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam
mulut.
b. Reflek menghisap (sucking reflek)
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah
ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu
yang pada saat itu sudah terletak pada langit- langit keras. Tekanan bibir dan
gerakan rahang yang terjadi secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang
payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu,
selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang
mengakibatkan air susu keluar dari puting susu.
c. Refleks menelan
Pada saat air susu keluar ari puting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
86
g. Manfaat pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur
sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu
maupun masyarakat pada umumnya.
a. Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembanan kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal, mudah
dicerna, penyerapan lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI
adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia,
membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibodi mencegah infeksi,
merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin
ibu dan bayi.
b. Bagi ibu
Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi
uterus, mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih
sayang, mengurangi penyakit kanker.
c. Bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat
biaya untuk berobat.
d. Cara Menyusui yang Benar
87
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
1) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
2) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
4) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan satunya di
depan.
5) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
6) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
7) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
8) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah . Jangan menekan putting susu dan areolanya saja.
9) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting reflek)
dengan cara: menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
10) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
11) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit- langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
88
12) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.
13) Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e) Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian
bawah lebih banyak yang masuk.
f) Bayi dapat menghisap kuat dengan irama perlahan
g) Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i) Kepala agak menengadah
2. Masalah menyusui pada masa nifas dini
a. Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang.
Cara menangani :
1) Pastikan posisi menyusui sudah benar
2) Mulailah menyusu pada puting susu tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada puting susu yang sakit
89
3) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu
kering
b. Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang
mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui
yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush atau dermatitis.
Cara menangani :
1) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, cavdidiasis
atau dermatitis)
2) Obati penyebab puting lecet terutama perhatikan posisi menyusui
3) Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi
4) Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak
begitu sakit
5) Olesi puting susu dengan ASI,jangan memberikan obat lain,
seperti krim, salep, dan lain-lain
6) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2x24 jam
90
7) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri
8) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh
9) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
bentuk ASI
10) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. Jangan
menggunakan dot
11) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula
dengan waktu yang singkat
12) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas
c. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh
dan nyeri disebabka bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan
denganASI mulai di produksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
1) Posisi bayi dan putting susu ibu salah
2) Produksi ASI berlebihan
3) Terlambat menyusui
91
4) Pengeluaran ASI yang jarang
5) Waktu menyusui yang terbatas
Penyebab payudara penuh dengan payudara bengkak adalah :
1) Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas, dan keras.bila
diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam
2) Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang,
kulit mengkilat walupun tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak
keluarCara mengatasinya :
3) Susui bayi secara on demand
4) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan
atau pompa ASI yang efektif
5) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat
dilakukan: kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara,
massase leher dan punggung
6) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema.
d. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat, dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini
disebabkan kurang nya ASI diisap/dikeluarkan atau penghisapan yang tak efektif.
Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan
baju/BH.
92
Tindakan yang dapat dilakukan :
1) Kompres hangat/panas dan pemijatan
2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit
yaitu stimulasi puting susu, pijat leher dan punggung, dll.
3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10
hari
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang
nyeri
5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah
E. Keluarga Berencana
1. Definisi
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu aspek penting ke arah
pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia. Selanjutnya,
pengetahuan tersebut akan berpengaruh kepada pemakaian alat/cara kontrasepsi
yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden mengenai metode kontrasepsi
diperoleh dengan cara menanyakan semua jenis alat atau cara kontrasepsi yang
pernah didengar untuk menunda atau menghindari terjadinya kehamilan dan
kelahiran.
a. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan
93
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Anggraini,
2011)
Kesimpulan tujuan dari program KB menurut (Anggraini,2011:49) adalah:
a. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa.
b. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa
c. Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk mengurangi angka kematian ibu, bayi dan anak.
d. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
a. Keluarga dengan anak ideal
b. Keluarga sehat
c. Keluarga berpendidikan
d. Keluarga sejahtera
e. Keluarga berketahanan
f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
g. Penduduk tumbuh seimbang (Anggraini, 2011).
b. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Ada berbagai macam alat kontrasepsi Menurut Saifuddin (2010)
pembagian cara kontrasepsi, yaitu:
a. Kontrasepsi kombinasi
1) Suntik kombinasi
94
2) Pil kombinasi
b. Kontrasepsi progestin
1) Suntik progestin
2) Pil progestin
3) Implant
4) IUD dengan progestin
c. Metode Amenorhea Laktasi (MAL)
d. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
e. Senggama terputus
f. Metode Barier
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spermisida
g. Intrauterine Devices (IUD/AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Medis Operatif Pria (Vasektomi)
2) Medis Operatif Wanita (Tubektomi)
Macam-Macam Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui
a. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah kehamilan dengan
melalui suntukan hormonal (Anggraini, 2011)
Tersedia dua jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu Depo
Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) dan Depo Nerosisteron Enantat (Depo
Noristerat) (Anggraini,2011)
95
1) Cara Kerja KB Suntik Progestin
a) Menghalangi ovulasi (masa subur)
b) Mengubah lendir serviks menjadi kental sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan tropi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Anggraini,2011).
2) Keuntungan KB Suntik Progestin
a) Sangat efektif
b) Pencegaha kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak memiliki dampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
f) Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun
g) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
h) Menurunkan kejadian kanker payudara
i) Mencegah beberapa penyebab radang panggul
j) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Anggraini, 2011).
3) Kerugian KB Suntik Progestin
a) Sering ditemukan gangguan haid
b) Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya
d) Permasalahan berat badan
96
e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B dan infeksi HIV
f) Terlambat kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian
g) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan
tulang, kekeringan pada vagina, penurunan libido, gangguan
emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat (Anggraini, 2011).
h) Setelah 7 hari setelah suntikan pertama tidak boleh melakukan
hubungan seksual (Dewi, 2011)
4) Indikasi KB Suntik Progestin
a) Usia reproduksi
b) Nulipara yang telah memiliki anak
c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi
d) Setelah melahirkan dan menyusui
e) Setelah abortus atau keguguran
f) Tekanan darah tinggi dan gangguan pembekuan darah
g) Menggunakan obat epilepsi atau obat tuberkulosisi
h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
i) Anemia difesiensi besi
j) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kombinasi (Anggraini, 2011)
5) Kontraindikasi KB Suntik Progestin
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
97
c) Tidak bisa menerima gangguan haid
d) Diabetes militus disertai komplikasi (Anggraini, 2011)
b. Kontrasepsi Suntikan Progestin
1) Mini Pil
Mini pil adalah pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja
tanpa estrogen. Dosis progestinnya kecil 0,5 mg atau kurang
(Anggraini, 2011).
2) Cara Kerja
a) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus
b) Perubahan motibilitas tuba sehingga fertilisasi terganggu
c) Perubaha dalam endometrium
d) Perubahan lendir serviks
e) Perubahan dalam fungsi korpus luteum (Anggraini, 2011).
3) Cara Penggunaan
a) Mulai hari 1-5 haid
b) Diminumsetiap hari pada saat yang sama
c) Bila anda minum pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil
tesebut begitu diingat, dan gunakan metode pelindung selama 48
jam
d) Bila anda lipa 1-2 pil, minumlah segerap pil yang terlupa dan
minumlah pil pelindung selama 1 bulan
e) Bila tidak haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir
habis (Dewi, 2011)
4) Keuntungan
98
a) Sangat efektif
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak mempengaruhi ASI karena kadar gestagen dalam air susu
ibu sangat rendah
d) Kesuburan cepat kembali
e) Nyaman dan mudah digunakan
f) Dapat dihentikan setiap saat
g) Tidak mengandung estrogen (Anggraini, 2011).
5) Kerugian
a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid
b) Peningkatan/penurunan berat badan
c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatis
f) Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi
g) Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan
obat epilepsi da tuberkulosis
h) Tidak meilindungi diri dari infeksi menlar seksual atau
HIV/AIDS (Anggraini, 2011).
6) Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama
periode menyusui
c) Pasca keguguran
99
d) Mempunyai tekanan darah tinggi atau dengan masalah
pembekuan darah
e) Tidak boleh atau senang menggunakan estrogen (Anggraini,
2011).
7) Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak bisa menerima gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberkulosis atau obat epilepsi
e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
f) Sering lupa menggunakan pil
g) Mioma uterus
h) Riwayat stroke (Anggraini, 2011)
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Menurut (Anggraini, 2011:156) AKDR/IUD/Spiral adalah suatu benda
kecil dari plastik yang lentur, kebanyakan memiliki lilitan tembaga (Copper,
Cuprum, Cu), namun ada juga yang tidak berlogam dan ada juga yang
mengandung hormon. Alat ini dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan
kebanyakan memiliki benang.
AKDR memiliki beberapa jenis, yaitu CuT-380A, Nova T, Lippes Lopps
(Dewi, 2011).
1) Keuntungan
a) Efektivitasnya tinggi.
b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
100
c) Metode jangka panjang.
d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f) Meningkatkan keamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil.
g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-
380A).
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i) Dapat dipasang segera setlah melahirkan atau sesudah abortus.
j) Dapat digunakan sampai menepouse.
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
l) Mencegah kehamilan ektopik (Anggraini, 2011).
2) Kerugian
a) Perubahan siklus haid.
b) Haid lebih lama dan banyak.
c) Perdarahan.
d) Saat haid lebih sakit.
e) Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan.
f) Perdarahn berat ketika haid atau diantaranya yang
memungkinkan anemia.
g) Perforasi dinding uterus.
h) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
101
i) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS termasuk
HIV/AIDS.
j) Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau suka berganti
pasangan.
k) Penyakit radang panggul sering terjadi sesudah pasien IMS
memakai AKDR (Anggraini, 2011).
3) Kontraindikasi
a) Kehamilan.
b) Penyakit inflamasi pelvik (PID).
c) Karsinoma serviks atau uterus.
d) Riwayat atau penyakit katup jantung.
e) Miomata, malformasi kongenital, atau anomali perkembangan
yang dapat mempengaruhi rongga uterus.
f) Alergi terhadap tembaga.
g) Ukuran uterus berada diluar batas.
h) Resiko tinggi penyakit menular seksual.
i) Riwayat kehamilan ektopik.
j) Servisitis atau vaginitis akut.
k) Peningkata kerentanan terhadap infeksi.
l) Penyakit hati akut.
m) Dicurigai terkena arsinoma payudara (hanya untuk AKDR
hormonal).
n) Trombosis vena dalam/embolisme paru (hanya untuk AKDR
hormonal).
102
o) Sakit kepal migrain (hanya untuk AKDR hormonal) (Anggraini,
2011).
d. Implan/Susuk
Implan ini merupakan kontrasepsi jenis lain yang bersifat hormonal, dan
dimasukkan ke bawah kulit. Susuk atau implan merupakan salah satu metode
kontrasepsi berjang waktu 2-5 tahun (Anggraini, 2011)
1) Keuntungan
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Bebas dari pengaruh estrogen
f) Tidak mengganggu senggama
g) Tidak mengganggu ASI
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
j) Cara penggunaannya mudah
k) Bersifat efektif dan tidak merepotkan klien
l) Ekonomis
m) Proses penggunaannya mudah
n) Tingkat proteksi yang berkesinambungan
o) Menyenangkan dan tidak mengganggu aktivitas normal
p) Bersifat nyaman dan tidak menonjol (Anggraini,2011)
103
2) Kerugian
a) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual
b) Membutuhkan teknik pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan
c) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi ini
d) Dapat mempengaruhi penurunan dan kenaikan berat badan
e) Memliki resiko infeksi, hematoma dan perdarahan
f) Secara kosmetik implan dapat terlihat dari luar
g) Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan daur
haid
h) Timbulnya keluhan seperti nyeri kepala, perubahaan perasaan,
nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, dermatitis atau
jerawat (Anggraini, 2011)
3) Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
104
d) Pasca persalinan dan pasca keguguran
e) Riwayat kehamilan ektopik
f) Tekanan darah tinggi dan gangguan pembekuan darah
g) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen
h) Sering lupa menggunakan pil
4) Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan yang belum jelas penyebabnya
c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
e) Mioma uterus
f) Gangguan toleransi glukosa (Anggraini,2011)
1. Macam-macam kontrasepsi
Ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu
dibagi dalam tiga bagian besar. Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan
kontrasepsi mantap.
a. Kondom
Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan
digunakan direndam dulu. Kemudian terbuat dari linen. Kini kondom terbuat dari
bahan karet yang tipis dan elastis. Bentuknya seperti kantong. Fungsi kondom
sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina.
Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Terlebih jika dipakai bersama dengan
spermisida (pembunuh sperma). Kondom harganya murah, mudah didapat, tidak
105
perlu resep dokter, tidak perlu pengawasan dan juga bisa mencegah penularan
penyakit kelamin. Tapi tidak selalu cocok terutama jika pemakai alergi terhadap
bahan karet. Dan mungkin saja terjadi kebocoran, karena bahannya yang sangat
tipis.
b. Diafragma
Kontrasepsi wanita yang mirip kondom. Bentuknya seperti topi yang
menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Kontrasepsi ini
dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya
sperma ke dalam rahim. Diafragma digunakan jika akan berhubungan seksual.
Setelah itu bisa dilepas lagi atau tetap pada tempatnya. Karena bahannya lebih
tebal dari kondom, kontrasepsi ini tidak mungkin bocor.
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal dengan nama
spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak macamnya. Ada yang terbuat dari plastik
seperti bentuk huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam tembaga
berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan mirip huruf T (Copper T).
Selain itu, ada berbentuk sepatu kuda (Multiload). Alat kontrasepsi ini
dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan bantuan alat. Benda asing dalam
rahim ini akan menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel telur
yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini bisa bertahan dalam rahim selama 2-5
tahun, tergantung jenisnya dan dapat dibuka sebelum waktunya jika ibu ingin
hamil lagi. Sebagai pemakai, ibu bisa memeriksa sendiri keberadaan alat tersebut.
Caranya dengan meraba benang alat kontrasepsi tersebut di mulut rahim.
106
Ibu yang telah melakukan pemasangan kontrasepsi ini harus melakukan
pemeriksaan ulang. Apakah itu 2 minggu sekali, 1-2 bulan sekali, atau setiap
enam bulan sampai satu tahun setelah pemasangan. Pemakaian kontrasepsi tanpa
bahan aktif Copper dapat terus berlangsung sampai menjelang menopause.
Sedangkan kontrasepsi dengan bahan aktif Copper, 3-4 tahun harus diganti. Yang
perlu diingat kontrasepsi ini bukanlah alat yang sempurna. Masih ada
kekurangannya. Misalnya, kehamilan bisa tetap terjadi, perdarahan, atau infeksi.
Mungkin akibat benang dari alat tersebut dapat merangsang mulut rahim sehingga
menimbulkan perlukaan dan menganggu dalam hubungan seksual. Pemakaian
AKDR juga membuat kita lebih mudah keputihan. Karena itu sebaiknya
kontrasepsi ini tidak digunakan jika terdapat infeksi genetalia atau perdarahan
yang tidak jelas. Keuntungannya, alat ini bisa dipakai untuk jangka panjang.
Bahkan sama sekali tidak menganggu produksi ASI, jika ibu sedang mmenyusui.
d. Spermisida
Kontrasepsi ini merupakan senyawa kimia yang dapat melumpuhkan
sampai membunuh sperma. Bentuknya bisa busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet,
atau aerosol. Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan ke dalam
vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan seksual dapat dilakukan.
Penggunaan spermisida ini kurang efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain,
seperti kondom atau diafragma. Selain itu, pemakaiannya agak merepotkan
menjelang hubungan senggama. Pasangan pun sulit mencapai kepuasan.
e. Pil atau Tablet
Pil bertujuan meningkatkan efektifitas, mengurangi efek samping, dan
meminimalkan keluhan. Sebagian besar wanita dapat menerima kontrasepsi ini
107
tanpa kesulitan. Di Indonesia, jenis ini menduduki jumlah kedua terbanyak
dipakai setelah suntikan. Pil ini tersedia dalam berbagai variasi. Ada yang hanya
mengandung hormon progesteron saja, ada pula kombinasi antara hormon
progesteron dan estrogen.
Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua
cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil
diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet
plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian
dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat
dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
Pada setiap pil terdapat perbandingan kekuatan estrogenik atau
progesterogenik, melalui penilaian pola menstruasi. Wanita yang menstruasi
kurang dari 4 hari memerlukan pil KB dengan efek estrogen tinggi. Sedangkan
wanita dengan haid lebih dari 6 hari memerlukan pil dengan efek estrogen rendah.
Sifat khas kontrasepsi hormonal yang berkomponen estrogen
menyebabkan mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan
nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, Sedangkan yang berkomponen
progesteron menyebabkan payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan
tangan sering kram, liang senggama kering.
Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan
fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa
mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti
vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal. Kecuali itu,
kandungan hormon estrogen dapat mengganggu produksi ASI.
108
Keuntungannya, pil ini dapat meningkatkan libido, sekaligus untuk
pengobatan penyakit endometriosis. Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid,
dan mengatur keluarnya darah haid. Efektifitas penggunaan pil ini 95-98 persen.
Jadi, ada sekitar 7 wanita yang hamil dari 1.000 pasangan dalam setahun.
f. Suntikan
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan ini
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap
10 minggu (Norigest), dan setiap bulan (Cyclofem). Salah satu keuntungan
suntikan adalah tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa
mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu makan
meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga haid
sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat
kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000 pasangan dalam setahun.
g. Susuk
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit
pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus
silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Kini sedang diuji coba susuk
satu kapsulimplanon). Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau
Levonorgestrel. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit demi
sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma.
109
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan 3 tahun
(Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi
ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang
ingin hamil lagi. Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil
dalam setahun.
Efek sampingnya berupa gangguan menstruasi, haid tidak teratur,
bercak atau tidak haid sama sekali. Kecuali itu bisa menyebabkan kegemukan,
ketegangan payudara, dan liang senggama terasa kering. Kendala lainnya dalam
pencabutan susuk yaitu sulit dikeluarkan karena mungkin waktu pemasangannya
terlalu dalam. Hal tersebut dapat menimbulkan infeksi.
h. Kontrasepsi mantap
Dipilih dengan alasan sudah merasa cukup dengan jumlah anak yang
dimiliki. Caranya, suami-istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi
untuk wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria dan saluran telur
pada wanita, sehingga pasangan tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
(Miskuri, 2013)
110
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
TERHADAP NY.M
DENGAN G2 P1 A0 HAMIL36 MINGGU
Anamnesa : Arista Suningsih
Tanggal : 10 maret 2015
111
Waktu : 16.00 WIB
SUBJEKTIF (S)
I. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny M Tn.A
Umur : 34 th 35 th
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jl.Pulau Damar no.5 Way Kandis Desa Umbul Senen
Anamnesa
1. Alasan kunjungan : Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan rutin dan
ingin mengetahui kesehatan ibu dan janinnya
2. Riwayat kehamilan :G2 P1 A0
2.1 Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorhoe : Tidak
Sifat darah : Cair dan ada gumpalan darah
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari
112
HPHT : 1 -7- 2014
TP : 8 -4- 2015
Usia kehamilan : 36 minggu
2.2 Tanda- tanda kehamilan
Tanda pasti hamil
Terasa gerakan janin : Ya
DJJ :Terdengar mulai dari kehamilan 16 minggu
Tanda Mungkin
Tes kehamilan :Positif (+)
Rahim membesar : Tidak
Tanda tidak pasti
Amenorea :Ya
Mual- Muntah :Ya
2.3 Gerakan fetus dirasakan 10 kali dalam 24 jam terakhir
2.4 Keluhan yang dirasakan
Rasa lelah :Tidak
Mual-mual :Tidak
Malas beraktifitas :Tidak
Panas menggigil :Tidak
Sakit kepala :Tidak
Penglihatan kabur :Tidak
Rasa nyeri/ panas saat BAK :Tidak
Rasa gatal pada vulva/vagina dan sekitarnya :Tidak
Nyeri pada vagina/kemerahan pada vagina :Tidak
113
Nyeri /kemerahan padasekitar vagina :Tidak
2.5 Diet/Makanan
Sebelum hamil
Pola makan sehari-hari : 3 kali sehari, dengan porsi sedang
Jenis makanan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk dan buah
Selama hamil
Pola makan dalam sehari-hari : 3-4 kali sehari, dengan porsi lebih
banyak
Jenis makanan sehari-hari : Nasi, sayur, lauk pauk buah dan susu
2.6 Pola eliminasi
Sebelum hamil
BAK : 5-6 kali sehari
Warna : Jernih kekuningan
BAB : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Coklat kekuningan
Saat hamil
BAK : 8-10kali sehari
Warna : Jernih kekuningan
BAB : 1 kali sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Coklat kekuningan
2.7 Aktivitas sehari-hari
114
Sebelum hamil
Pola istirahat dan tidur : 8-9 jam
Seksualitas : 1-2 kali per minggu
Pekerjaan : Mengerjakan pekerjaan rumah
Saat hamil
Pola istirahat dan tidur : 9-10 jam
Seksualitas : 1 kali per minggu
Pekerjaan : Mengerjakan pekerjaan rumah
2.8 Imunisasi
TT1 :Ya,dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu
TT2 :Ya,dilakukan pada usia kehamilan 20 minggu
2.9 Kontrasepsi terakhir yang pernah digunakan sebelumnya : KB PIL
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
NoTahun
partus
Tempat
partus
Usia
kehamilan
Jenis
partus
Kelainan Anak
KetHamil partu
s
Nifas L/
P
BB PB
1 2007 BPS 38 minggu Spont
an
- - - P 4000
gr
49
cm
IMD
4. Riwayat kesehatan
4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Jantung :Tidak
115
Hipertensi :Tidak
Diabetes Melitus :Tidak
Asma :Tidak
Hepar :Tidak
Anemia berat :Tidak
PMS dan HIV/AIDS :Tidak
4.2 Perilaku kesehatan
Penggunaan alkohol atau sejenisnya : Tidak
Mengkonsumsi jamu : Tidak
Merokok : Tidak
Personal hygiene : Baik
5. Riwayat sosial
5.1 Kehamilan ini direncanakan :Ya
5.2 Status perkawinan : menikah, jumlah
1 kali
5.3 Pengambil keputusan dalam keluarga : suami
5.4 Susunan keluarga yang tinggal dirumah
No Jenis
Kelamin
Umur Hubungan Pendidikan pekerjaan Ket.
1. L 30tahun Suami SMA Wiraswasta
2. L 7 tahun Anak SD Pelajar -
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan persalinan dan nifas:
Tidak ada
116
6. Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan keturunan
OBJEKTIF (O)
A. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 110/70 mmHg R : 22 x/menit
N : 82x/menit T : 36,7℃
BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 62kg
TB : 162 cm Kenaikan BB : 12 kg
LILA : 25 cm
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
1.1 Rambut : kebersihan : Bersih dan rapih
Warna : Hitam
Kekuatan akar : Baik, tidak rontok
1.2 Wajah : Tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada closma
1.3 mata : Kelopak mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Pucat( anemis)
Skelera : Putih (an ikterik)
1.4 Hidung : Simetris : Ya
Pengeluaran : Tidak ada
117
Polip : Tidak ada
Cuping hidung : Tidak ada
1.5 Telinga : Simetris : Ya
Keadaan : Bersih
Pengeluaran : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
1.6 Mulut dan gigi : Bibir : Lembab, tidak pecah-pecah
Lidah : Bersih, warna kemerahan,
tidak pucat
Gigi : Tidak ada caries
Gusi : Tidak ada pembengkakan
2. leher
2.1 Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembesaran
2.2 Kelenjar Linfe : Tidak ada pembengkakan
2.3 Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
3. Dada
3.1 Jantung : Lup-dup dan tidak ada kelainan bunyi jantung
3.2 Paru-paru : Normal, tidak ada suara whezing dan ronchi
3.3 Payudara : Pembesaran : Ya
Simetris : Ya kanan dan kiri
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran ASI : Ya
Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
118
Hiperpigmentasi : Ya areola mamae
4 .Abdomen
3.4 Bekas luka operasi : Tidak
3.5 Pembesaran : Ya
3.6 Benjolan : Tidak ada
3.7 Tumor : Tidak ada
3.8 Posisi uterus : Normal
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)
Pada bagian fundus teraba bagian besar bulat dan tidak
melenting(bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus, seperti
papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, melentingdan
keras serta (kepala).Kepala belum masuk PAP
Leopold IV : Konvergen
Mc.Donald : 31cm
DJJ : (+) frekuensi 148 kali/menit
Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu
TBJ(rumus Jhonson-Tausak) =(MD-n) x 155 gram
=(31 cm-13)x155 gram
=2790 gram
4. Punggung dan pinggang
119
Posisi punggung : Lordosis
Nyeri pinggang : Tidak ada, ibu tidak merasa kesakitan sewaktu
dilakukan ketukan pada punggung
5. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pergerakan : Baik, dapat menggenggam melipat dan
bergerak bebas
Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Pergerakan : baik, mampu berjalan tanpa bantuan
Reflek patela : (+) kanan dan kiri
6. Anogenital
Perineum : Utuh
Vulva dan vagina : Tidak ada Varises
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
Kelenjar bartoline : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada haemoroid
5 Pemeriksaan penunjang
120
1. Laboratorium
HB : 9,0gr % (Anemia Ringan )
Protein : -
Glukosa : -
ANALISA(A)
Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 36 minggu
Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala
Masalah :Anemia Ringan
PELAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam
keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala.
2. Memberitahu ibu bahwa kadar Hb ibu 9,0 gr% yang termasuk anemia ringan
dan menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta mengkonsumsi
makanan yang bergizi yang mengandung zat besi (seperti sayur-sayuran hijau
daun bayam,daun katu,kacang-kacangan,buah-buahan segar,telur ,ikan ,daging
,roti ,dan susu dengan pola makan sebagai berikut.)Pagi nasi/roti 1 porsi,ikan
atau daging 1 potong ukuran sedang,tempe/tahu 1 potong ,sayur 1 mangkuk
sedang.Siang nasi 1 porsi,ikan /telur 1 potong ukuran sedang ,kacang-
kacangan 1 mangkuk kecil,sayuran 1 mangkuk sedang,buah 1 potong .Malam
nasi 1 porsi, telur/ikan 1potong ukuran sedang,tempe/tahu 1 potong,sayuran 1
manggkuk sedang,buah 1 buah/potong.
3. Memberitahu ibu risiko-risiko yang mungkin terjadi dengan kada Hb
rendah/anemia ringan, diantaranya :Ibu mudah lelah,Perdarahan dalam
121
keadaan gawat darurat,Tenaga mengedan dalam persalinan lemah,dan apabila
anemia bertambah parah dapat mengalami shock dalam keadaan gawat
darurat.
4. Menjelaskan ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan :
Perdarahan pervaginam,sakit kepala hebat,penglihatan kabur,bengkak diwajah
jari tengah,gerakan janin tidak teraba dan nyeri perut yang hebat.
5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan, sakit pada panggul
dan tulang belakang, keluarnya lendir bercampur darah, kontraksi dan
pecahnya air ketuban.
6. Menganjurkan ibu untuk merencanakan persalinannya seperti, penolong
persalinan. Tempat persalinan, pendamping persalinan lainnya.
7. Mengajarkan ibu senam hamil minggu ke 36 dengan gerakan sebagai berikut:
a. Duduk bersila dan kedua tumit bertemu sedekat mungkin dengan
selangkangan. Dengan bantuan berat badan, tekan kedua lutut dengan
telapak tangan 4x8 hitungan.
b. Berpegangan pada sesuatu yang berat dalam (meja, kursi, dan lainnya).
Kemudian berjongkok sampai tumit tanpa mengangkat tumit, kemudian
kembali keposisi berdiri lakukan 4x8 hitungan.
c. Latihan nafas saat mulai kerja dipembukan jalan lahir (mulas-mulas)
diulangi lagi panting quick breat lakukan 4x8 hitungan.
d. Latihan mengejan
Posisi tidur terlentang dengan bantal agar tinggi sebelum melakukan
gerakan mengejan tarik nafas dulu, ditahan di daerah dada, diikuti lutut
122
ditekuk dibuka kesamping dan kedua tangan memegang pergelangan kaki,
angkat kepala dengan mendorong kepala kearah jalan lahir. Gerakan ini
dipertahankan sampai tidak kuat lagi. Kemudian nafas dikeluarkan lewat
mulut secara tiba-tiba.
8. Memberikan ibu vitamin C 50 mg, tablet Fe 60 mg, kalsium 500 mg dan
menganjurkan pada ibu untuk diminum 1x1 hari
9. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
berikutnya atau apabila ada keluhan pada tanggal 17 maret 2015
123
Kunjungan Ulang (Minggu ke 2)
Anamnesa Oleh:Arista Suningsih
Tanggal :17 Maret 2015
Subjektif (S)
Ibu merasa cemas karena sering BAK
Objektif (O)
A.Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 22 x/menit
N : 82x/menit T : 36,7℃
BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 62kg
TB : 162 cm Kenaikan BB : 12 kg
LILA : 25 cm
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)
Pada bagian fundus teraba besar bulat dan tidak
melenting(bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus, seperti
papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
124
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, melentingdan
keras serta (kepala).Kepala belum masuk PAP
Leopold IV : Konvergen
Mc.Donald : 31 cm
DJJ : (+) frekuensi 148 kali/menit
Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu
TBJ (rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram
= (31-13) x 155 gram
=2790 gram
ANALISA (A)
Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 37 minggu
Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala
PELAKSANAN(P)
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam
keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala
2. Memberitahu ibu bahwa kondisi sering BAK adalah normal pada ibu hamil
trimester III
3. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup serta mengkonsumsi
makanan yang bergizi yang mengandung zat besi (seperti sayur-sayuran hijau
daun bayam,daun katu,kacang-kacangan,buah-buahan segar,telur ,ikan ,daging
,roti ,dan susu.
4. Menjelaskan ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu sakit pada panggul dan
tulang belakang,keluar lendir bercampur darah,dan adanya kontraksi.
125
5. Mengajarkan ibu untuk melakukan perwatan payudara yang bertujuan untuk
menjaga kebersihan payudara terutama puting susu,menguatkan dan
melenturkan puting susu agar memudahkan bayi menyusui ,merangsang
kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar dan banyak.
6. Memberikan ibu vitamin C 50 mg, tablet Fe 60 mg, dan menganjurkan pada
ibu untuk diminum 1x1 hari
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
berikutnya atau apabila ada keluhan pada tanggal 24 maret 2015
126
Kunjungan Ulang (Minggu ke 3)
Anamnesa Oleh : Arista Suningsih
Tanggal : 25 Maret 2015
Subjektif (S)
Alasan kunjungan :Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang untuk
memeriksakan keadaan ibu dan kandunganya
Objektif (O)
A.Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD : 110/80 mmHg R : 22 x/menit
N : 78x/menit T : 36,0℃
BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 63kg
TB : 162 cm Kenaikan BB : 13 kg
LILA : 25 cm
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphodeus (Px)
Pada bagian fundus teraba besar bulat dan tidak
melenting(bokong)
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian keras, lurus, seperti
127
papan (punggung janin).Pada bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bulat, melenting
dan keras serta sukar digerakkan (kepala).Kepala masuk PAP
Leopold IV :Divergen
Penurunan :4/5
Mc.Donald : 30 cm
DJJ : (+) frekuensi 128 kali/menit
Punctum maksimum : Berada di ± 3 jari dibawah pusat sebelah kiri ibu
TBJ(rumus Jhonson-Tausak) = (MD-n) x 155 gram
= (30-12) x 155 gram
=2790 gram
ANALISA (A)
Diagnosa ibu : G2 P1 A0hamil 38 minggu
Diagnosa janin : Tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala
PELAKSANAN(P)
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, yaitu tanda-tanda vital dalam
keadaan normal, keadaan janin baik, janin tunggal dengan presentasi kepala
2. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan yaitu sakit panggul
dan tulang belakang,keluar lendir bercampur darah,dan adanya kontraksi.
3. Memberitahu ibu kembali apabila sudah ada tanda-tanda persalinan,suami atau
keluarga dapat segera membawa ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan
128
4. Mengingatkan ibu kembali tentang pentingnya perwatan payudara
yaitu:kebersihan payudara terutama puting susu lebih terjaga,menguatkan dan
melenturkan puting susu agar memudahkan bayi menyusui ,merangsang
kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar dan banyak.
5. Mengingatkan ibu dan keluarga kembali tentang hal-hal yang perlu di
persiapkan menjelang persalinan,yaitu:rencana tempat bersalin,tabunagn untuk
biaya persalian,suami,keluarga,dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika
sewaktu-waktu diperlukan,dan persiapan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan .
6. Memberikan ibu vitamin B complex,tablet Fe 60 mg, kalsium 500 mg dan
menganjurkan pada ibu untuk diminum 1x1 hari
7. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
berikutnya atau apabila ada keluhan