perawat penjagal
DESCRIPTION
Makalah hasil tutorial kelompok I PSIK FK UNLAM tentang perawat penjagalTRANSCRIPT
1
PERAWAT PENJAGAL
DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
NOOR FITHRIYAH I1B109004
RENALDY AZWARI DELMI I1BI09005
EMA DESSY NAEDIWATI I1B109006
ENNY ZAHRATUNNISA I1B109018
MEGA SILVIA I1B109019
NOVI MUSTAHDIATI NASRI I1B109020
LAILY ELFA SYAHRINI I1B109210
RIZKY AMELIA I1B109211
ATIK CIMI I1B109213
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU, 2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO
Perawat “Penjagal”
Stephen Letter seorang perawat selasa (7/2) disebuah pengadilan mengakui
telah menewaskan sejumlah pasien disebuah rumah askit, di Jerman. Namun perawat
itu tidak mengingat berapa banyak korban tewas.
Ia kemungkinan akan menghadapi hukuman penjara seumur hidup. Jika
pengadilan negeri di kota Kempten berhasil membuktikan pembunuhan atas 16 orang
dan membantai 12 orang lainnya.
Jika itu terbukti, perbuatan letter tersbut merupakan pembunuhan terbesar di
Jerman sejak prang dunia II. “Saya ingin mengakui perbuatan saya,dan mengakui
bahwa perbuatan saya tidak bisa dibenarkan.” Demikian letter, yang tetap
berpnampilan tenang.
“Saya membunuh pasien yang sangat menderita dan tidak punya harapan lagi
untuk sembuh.” Kata Letter. Pria berbadan besar itu. Korbannya berusia dari 40-an
hingga 90-an. “Saya tahu saya telah melanggar hukum, tetapi saya hanya merasa
bahwa perbuatan saya itu benar,” kata Letter.
B. IDENTIFIKASI ISTILAH
a. Klasifikasi Istilah
1. Penjagal
2. Hukuman hukum pengadilan negeri
3. Membantai dan pembunuhan
4. Tidak punya harapan untuk sembuh
5. “Perbuatan yang dia lakukan benar”
3
6. Banyak korban tewas
7. Menderita
b.Arti dari Istilah-Istilah
1. Penjagal:
Pembantai
Pembunuh
Pembunuh berdarah dingin
Penghilang nyawa orang
Pembunuh secara sadis
2. Hukuman hukum pengadilan negeri:
Hukuman yang ditetapkan dari pengadilan negeri
� Hukum : sanksi yang diterapkan dalam lingkungan masyarakat.
3. Membantai dan pembunuhan:
� Pengambilan nyawa seseorang tanpa pengetahuan orang tersebut.
� Menghilangkan nyawa seseorang dengan tanpa perikemanusiaan.
� Banyak nyawa yang dikorbankan (membantai).
4. Tidak punya harapan untuk sembuh:
� Kehidupan bergantung pada alat medis.
� Penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi/parah.
� Bergantung pada obat-obatan.
5.“Perbuatan yang dia lakukan benar”
� Tindakan yang dia lakukan adalah benar untuk kondisi pasien (persepsi
dia).
6. Korban tewas
� Kematian yang disebabkan kasus, kematian bukan karena keinginan dari
pasien.
7. Menderita
� Suatu keadaan seseorang yang tidak nyaman/sakit karena suatu sebab.
4
� Adanya tekanan yang membuat kehidupannya tidak normal.
� Persepsi suatu objek dari tekanan psikologis/fisiologis dari luar.
C. DAFTAR MASALAH
1. Apakah perawat itu membunuh pasien secara sengaja atau permintaan pasien
atau keluarga?
2. Prinsip etik apa saja yang bertentangan dengan kasus tersebut?
3. Apakah perawat tersebut melanggar dengan secara sadar atau ada yang
mendasarinya? Prinsip apa yang mendukung dari kasus ini!
4. Dilihat dari hukum-hukum pasal dan ayat berapa yang bertentangan dengan
kasus ini?
5. Apakah perawat penjagal?
6. Jelaskan tentang eustanasia?
7. Bolehkah seorang pasien yang dalam kondisi tidak bisa disembuhkan lagi
harus dibunuh?
8. Apakah tindakan yang dilakukan oleh Letter sudah terbukti?
9. Jika tindakan itu terbukti salah, apakah ada yang tersangka lain yang turut
bertanggung jawab misalnya rumah sakitnya?
10. Apakah kasus pembunuhan dalam bidang medis ini merupakan masalah
pembunuhan yang terbesar pernah terjadi dalam perang dunia II?
11. Bagaimana cara membuat cara Rekam Medis?
D. ANALISA MASALAH
1. Dilakukan sendiri oleh perawat (sengaja)
2. Prinsip-prinsip etik yang bertentangan dengan kasus tersebut yaitu:
� Autonomy (otonom)
� Respect for other (menghormati orang lain)
� Beneficence (berbuat baik)
5
� Non Maleficence
� Justice (keadilan)
3. Perawat tersebut melanggar secara sadar, atas dasar rasa kasihan. Dapat
dilihat dari pernyataan perawat tersebut dalam kasus yaitu “saya membunuh
pasien yang sangat menderita dan tidak punya harapan lagi untuk sembuh”.
Prinsip etik yang mendukung adalah beneficence, namun prinsip etik ini
bukan berarti mendukung tindakan perawat penjagal ini. Beneficence ini dari
sudut pandang atau perspektif perawat itu sendiri.
4. Dasar hukum yang bertentangan dengan kasus ini adalah
� KUHP No. 340 tentang pembunuhan berencana.
� KUHP No. 344 tentang pembunuhan yang dilakukan seseorang terhadap
orang lain atas permintaan orang itu sendiri, dihukum maksimal 12 tahun.
5. Perawat penjagal adalah perawat pembunuh yang dilakukan secara sengaja
dengan sadis.
6. Euthanasia adalah
� Hak pasien untuk mati.
� Pembunuhan yang dilakukan oleh tim medis.
� Ada tiga macam :
� Aktif yaitu dilakukan dengan efek yang langsung, misalnya suntik mati.
� Pasif yaitu dilakukan dengan tidak melaksanakan tindakan yang dapat
memperpanjang hidup pasien.
� Secara tidak langsung yaitu dilakukan dengan cara memberi tindakan yang
dapat mengurangi derita pasien, namun juga berefek memperpendek umur
pasien.
7. Tidak boleh, kita sebagai perawat harus berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelamatkan pasien tersebut. Mungkin dibenarkan jika ada persetujuan dan
perbuatan ini dilegalkan hukum.
8. Tindakan tersebut belum terbukti.
9. Berdasarkan kasus, tidak ada pendelegasian (belum jelas).
6
10. Iya, dalam perang dunia II, Jerman di bawah pimpinan Nazi Hitler,
memberlakukan euthanasia. Hitler melakukan euthanasia pada orang-orang
yang dianggapnya tidak berguna seperti orang cacat, anak-anak cacat, lansia
yang tidak mampu berbuat apa-apa.
11. Rekam medik dilakukan dengan mencatat (dokumentasi) semua tindakan
yang kita lakukan terhadap pasien. Rekam medik dapat menjadi bukti (bila
tersangkut kasus hukum).
E. PROBLEM TREE
F. SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan maksud dari Paternalisme
2. Menyebutkan dan menjelaskan mengenai hukum- hukum (pasal & ayat) pada
kasus Euthanasia
3. Menyebutkan bagaimana norma yang ada di masyarakat tentang Euthanasia
4. Menjelaskan tentang Euthanasia
5. Menjelaskan dan menyebutkan prinsif etik yang ada pada kasus tersebut.
6. Menyebutkan apa saja hak pasien dan kewajiban dari perawat.
EUTHANASIA DASAR HUKUM PENGERTIAN
MACAM-MACAM
HUKUM NEGARA ETIK PERAWAT NORMA DI
MASYARAKAT
7
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paternalisme
Paternalisme adalah suatu tindakan dari professional kesehatan untuk
kebaikan klien atau pasien. Paternalisme adalah melakukan apa yang dipercayai
oleh para professional kesehatan untuk kebaikan klien, kadang tanpa keputusan
dari klien. Perilaku paternalistik sering kali dilakukan karena professional yang
memiliki lebih banyak pengetahuan dan pengalaman dalam penanganan teknik
masalah kesehatan. Dalam berbagai kasus, klien dapat menerima kemampuan
medis dan keputusan yang diambil oleh professional, namun ketika keputusan
menjadi kompleks, batas paternalisme menjadi jelas. Meskipun professional
percaya bahwa mereka tahu apa yang terbaik, mereka bukan orang yang akan
menjalani pengalaman sakit tersebut atau hidup dengan konsekuensi dari pilihan
yang telah diambil. Jika dihubungkan dengan kasus, maka paternalisme
merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dokter.
B. Hukum-hukum (pasal & ayat) di Indonesia terkait Euthanasia
Kitab undang-undang hukum pidana mengatur seseorang dapat dipidana
atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun
karena kurang hati-hati. Ketentuan pelanggaran pidana yang berkaitan langsung
dengan Euthanasia aktif terdapat dalam pasal 344 KUHP.
Pasal 344 KUHP :
“Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh di hukum
penjara selama-lamanya 12 tahun”
Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran sebab walaupun terdapat
beberapa alasan kuat untuk membantu pasien atau keluarga pasien mengakhiri
8
hidup atau memperpendek hidup pasien, ancaman hukuman ini harus
dihadapinya.
Untuk jenis Euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal
dibawah ini perlu diketahui oelh petugas kesehatan, khususnya dokter.
Pasal 338 KUHP :
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, di hukum
karena membuat mati, dengan penjara selama-lamanya 15 tahun”
Pasal 340 KUHP :
“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, di hukum, karena pembunuhan di rencanakan
(moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya 20 tahun”
Pasal 359 KUHP :
“Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang dihukum
penjara selama-lamanya 5 tahun atau kurungan selama-lamanya 1 tahun”
Selanjutnya dibawah ini di kemukakan sebuah ketentuan hukum yang
mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhat-hati menghadapi kasus
Euthanasia.
Pasal 345 KUHP :
“ Barang siapa dengan sengaja mengahasut orang lain untuk membunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi
bunuh diri, di hukum penjara selama-lamanya 4 tahun”
Pasal ini mengingatkan dokter, jangankan melakukan Euthanasia, menolong
atau memberi harapan kearah itu saja pun sudah mendapat ancaman pidana.
9
C. Norma yang ada di masyarakat terkait Euthanasia
Di masyarakat sendiri, Euthanasia masih merupakan hal yang dianggap
tabu. Norma-norma di masyarakat masih mengkategorikan Euthanasia sebagai
suatu perbuatan yang tidak selayaknya dilaksanakan. Terkait degan Euthanasia
sendiri, norma di masyarakat yang paling tegas menentang adalah norma agama
dan norma adat.
a. Norma Agama
Agama Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak
tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang
dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2:
243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam
meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara
eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang
menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik." (QS 2: 195), dan dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah
engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya
adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan." Dengan demikian, seorang
Muslim (dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien)
disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.[25]
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut
(eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan
sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan
meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
10
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981,
dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya
eutanasia ataupun pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
dalam alasan apapun juga. Sehinggga dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya, menurut pandangan agama, masyarakat Indonesia menolak
adanya Euthanasia.
b. Norma Adat
Adat di Indonesia sangat menentang adanya Euthanasia, karena pemikiran
atau persepsi sebagian besar masyarakat di Indonesia menyamaratakan
Euthanasia dengan pembunuhan, dan hal tersebut sangat tidak dibenarkan
dalam kehidupan bermasyarakat.
D. Pengertian Euthanasia
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu Euthanatos. Eu adalah baik,
tanpa penderitaan sedangkan thanatos adalah kematian. Dengan demikian
Euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa penderitaan.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum
kesehatan mendefinisikan Euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh
Euthanasia Study Group dari KNMG (ikatan dokter Belanda) : “ Euthanasia
adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan in idilakukan untuk kepentingan pasien
sendiri.
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan in idilakukan
untuk kepentingan pasien sendiri.
11
Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut :
Dilihat dari cara dilaksanakan, Euthanasia dapat dibedakan atas :
1. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup
manusia.
2. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medic melalui
intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup
manusia.
Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas “
a. Euthanasia aktif langsung (direct)
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medic secara teraarah
yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek
hidup pasien. Jenis Euthanasia ini dikenal juga sebagai merci killing
b. Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)
Euthanasia aktif tidak langsung adalah dimana dokter atau tenaga kesehatan
melakukan tindakan medic untuk meringankan penderitaan pasien, namun
mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri
hidup pasien.
Ditinjau dari permintaan, Euthanasia dibedakan atas :
1. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas permintaan pasien)
Euthanasia atas permintaan pasien adalah euthanasia yang dilakukan atas
permintaan pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang.
2. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien)
Euthanasia tidak atas permintaan, adalah euthanasia yang dilakukan pada
pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien meminta.
12
Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain dan membaginya
atas 4 kategori, yaitu :
1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup
pasien.
2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup
pasien.
3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup
pasien
4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup
pasien.
E. Prinsip Etik
1. Beneficence
Beneficence adalah prinsip yang menyatakan bahwa individu melaksanakan hal
yang baik untuk menghadapi hal yang buruk. Jadi prinsip ini menyatakan
bahwa akan menghasilkan keuntungan.
2. Justice
Justice adalah prinsip yang menyatakan bahwa individu harus mendapat
perlakuan yang sama.
3. Non Maleficence
Non Maleficence adalah prinsip dimana kita harus mencegah dari bahaya.
Dalam keadaan darurat, pasien tidak dapat menentukan keputusan sendiri.
4. Autonomi
Autonomi adalah prinsip etik yang menyatakan bahwa pasien menyatakan hak
memilih sesuatu yang terbaik baginya.
5. Ketaatan
Ketaatan adalah prinsip dimana individu setia pada komitmen yang mereka
buat.
13
F. Kewajiban Perawat dan Hak Pasien
Kewajiban Perawat
Kewajiban Perawat berdasarkan Keputusan Dirjen Yenmed, terdiri dari :
Mematuhui semua peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan antara
pegawai dengan rumah sakit
Mengadakan perjanjian tertulis dengan rumah sakit
Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/asuhan keperawatan sesuai dengan
standar profesi dan batas kewenangannya
Menghormati hak klien/pasien
Merujuk klien/pasien kepada perawat/ tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlian/kemampuan yang lebih baik
Memberikan kesempatan pada klien/pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarganya menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan pelayanan
kesehatan
Memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan kepada
klien/pasien atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya
Membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
berkesinambungan
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan
Mengikuti perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi keperawatan secara
terus-menerus
14
Melakukan pertolongan darurat sesuai dengan batas kewenangannya
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang klien/pasien, bahkan juga
setelaj klien/pasien meninggal, kecuali diminta oleh pihak yang berwenang
Kewajiban perawat berdasarkan Kepmenkes 1239/2001 adalah :
Mempunyai izin untuk melakukan pekerjaan maupun untuk melakukan
praktek keperawatan (bagi perawat lulusan luar negeri harus melakukan
adaptasi terlebih dahulu( (pasal 1,3,6,8)
Membantu program pemerintah di bidang kesehatan (pasal 18)
Meningkatkan mutu pelayanan profesi (bagi perawat praktek) (pasal 21)
Mencantumkan Surat Izin Praktek Perawat di rugan prakteknya (pasal 21)
Memenuhi persyaratan mutu pelayanan dalam bentuk ketersediaan sarana dan
prasarana minimal bagi (perawat praktek) (pasal 22,23), dan berpraktek sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan (pasal 30)
Mengumpulkan sejumlah angka kredit (ketentuan MenPAN 94/2001)
Menjalankan fungsi keperawatan berdasarkan ketentuan Juklak Menkes
1239/2001
Hak Pasien
Dilayani sesuai standar profesi
Penjelasan ttg penyakit atau prosedur dll
Kerahasiaan
Berhubungan dgn keluarga, rohaniawan
Hak memutuskan perawatan
Hak ganti rugi atas kelalaian UU no 23/92 pasal 55 ayat (1)
15
Bagi Pasien : Pasal 55 UU No 23/1992 ayat (1), Setiap orang berhak atas ganti
rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
16
BAB III
PENUTUP
Euthanasia merupakan tindakan pengakhiran hidup terhadap pasien dengan
tujuan agar pasien tidak lagi menderita dan dilakukan dengan dasar kasih saying.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, Euthanasia terbagi menjadi Euthanasia aktif dan
Euthanasia pasif. Sedangkan ditinjau dari permintaan, ada Euthanasia voluntir dan
ada Euthanasia involuntir.
Pada dasarnya, Indonesia tidak melegalkan adanya tindakan Euthanasia. Hal
tersebut tersirat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Di dalam
norma masyarakat pun, Euthanasia merupakan hal yang masih dianggap tabu dan
tidak layak untuk dilakukan. Terlebih lagi keprofesian perawat sendiri memiliki etik
yang jelas-jelas telah melarang adanya tindakan Euthanasia.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunardi. 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta : UI Press.
2. Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik Vol 1. Jakarta : EGC.
3. Helm, Ann. 2003. Nursing Malpractice. United States : Lippincott Williams &
Wilkins.
4. www.wikipedia.com