peraturan daerah kota banjar nomor … · b. bahwa hak atas air tanah merupakan hak guna air yang...
TRANSCRIPT
213
LEMBARAN DAERAHKOTA BANJAR
NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI EPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR
NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG
PENGELOLAAN AIR TANAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANJAR,Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan unsur yang
sangat penting bagi kehidupanmasyarakat dalam menunjang kegiatanpembangunan, oleh karena itu harusdikelola secara adil dan bijaksanadengan melakukan pengaturan yangmenyeluruh dan berwawasanlingkungan;
b. bahwa hak atas air tanah merupakanhak guna air yang pengelolaannyadiselenggarakan untuk mewujudkankeseimbangan antara upaya konservasidan pendayagunaan air tanah;
214
c. bahwa Peraturan Daerah Nomor 3Tahun 2005 tentang Pengelolaan AirBawah Tanah sudah tidak sesuai lagidengan kondisi yang ada sehinggadiperlukan pengaturan kembali yangdapat menunjang kegiatan pengelolaanair tanah di Kota Banjar;
d. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a,huruf b, dan huruf c perlu menetapkanPeraturan Daerah tentang PengelolaanAir Tanah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (LembagaNegara Republik Indonesia Tahun 1997Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2002tentang Pembentukan Kota Banjar diProvinsi Jawa Barat (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2002 Nomor130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4246);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004tentang Sumber Daya Air (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 32, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4377);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah diubah
215
beberpa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007tentang Penataan Ruang (LembagaNegara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 68, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia 2009 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5059);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011tentang Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun1982 tentang Tata Pengaturan Air(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1982 Nomor 37, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3255);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun1983 tentang Pelaksanaan KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia
216
Tahun 1983 Nomor 36, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3258), sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 58Tahun 2010 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun1983 tentang Pelaksanaan KitabUndang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomor 90, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5145);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun2005 tentang Pedoman Pembinaan danPengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor165, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4593);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun2006 tentang Irigasi (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor46, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4624);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, DanPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota(Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun2008 tentang Rencana Tata Ruang
217
Wilayah Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor48, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4833);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun2008 Air Tanah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor83, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4859);
15. Keputusan Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Nomor716.K/10/MEN/2000 tentang PedomanTeknis Penyelenggaraan Pemerintah diBidang Pengelolaan Air Tanah;
16. Keputusan Menteri Energi dan SumberDaya Mineral Nomor716.K/40/MEN/2003 tentang BatasHorisontal Cekungan Air Tanah diBidang Pengelolaan Air Tanah;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa BaratNomor 5 Tahun 2008 tentangPengelolaan Air Tanah;
18. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 7Tahun 2008 tentang UrusanPemerintahan yang menjadiKewenangan Kota Banjar (LembaranDaerah Kota Banjar Tahun 2008 Nomor7 Seri E);
19. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 11Tahun 2008 tentang OrganisasiPerangkat Daerah Kota Banjar(Lembaran Daerah Kota Banjar Tahun2008 Nomor 11 Seri E), sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Daerah Kota Banjar
218
Nomor 15 Tahun 2012 tentangPerubahan Ketiga Atas PeraturanDaerah Kota Banjar Nomor 11 Tahun2008 tentang Organisasi PerangkatDaerah Kota Banjar (Lembaran DaerahKota Banjar Tahun 2012 Nomor 15 SeriD);
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJAR
danWALIKOTA BANJAR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANGPENGELOLAAN AIR TANAH.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yangdimaksud dengan:1. Daerah adalah Kota Banjar.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah
Kota Banjar.3. Kepala Daerah adalah Walikota Banjar.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
selanjutnya disingkat DPRD adalahDewan Perwakilan Rakyat Daerah KotaBanjar sebagai Badan Legislatif Daerah
5. Walikota adalah walikota Banjar.
219
6. Dinas adalah Dinas Pekerjaan UmumKota Banjar.
7. Kepala Dinas adalah Kepala DinasPekerjaan Umum Kota Banjardan/atau yang membidangipengelolaan teknis air tanah.
8. Air tanah adalah air yang terdapatdalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah.
9. Akuifer adalah lapisan batuan jenuhair tanah yang dapat menyimpan danmeneruskan air tanah dalam jumlahcukup dan ekonomis.
10. Cekungan air tanah adalah suatuwilayah yang dibatasi oleh batashidrogeologis, tempat semua kejadianhidrogeologis seperti prosespengimbuhan, pengaliran, danpelepasan air tanah berlangsung.
11. Hidrogeologi adalah ilmu yangmembahas mengenai air tanah yangbertalian dengan cara terdapat,penyebaran, pengaliran, potensi dansifat kimia serta fisika air tanah.
12. Daerah imbuhan air tanah adalahdaerah resapan air yang mampumenambah air tanah yang berlangsungsecara alamiah pada suatu cekunganair tanah.
13. Daerah lepasan air tanah adalahdaerah keluaran air tanah yangberlangsung secara alamiah padasuatu cekungan air tanah.
14. Pengelolaan air tanah adalah upayamerencanakan, melaksanakan,
220
memantau, mengevaluasipenyelenggaraan konservasi air tanah,pendayagunaan air tanah, danpengendalian daya rusak air tanah.
15. Inventarisasi air tanah adalah kegiatanuntuk memperoleh data dan informasiair tanah.
16. Konservasi air tanah adalah upayamemelihara keberadaan sertakeberlanjutan keadaaan, sifat, danfungsi air tanah agar senantiasatersedia dalam kuantitas dan kualitasyang memadai untuk memenuhikebutuhan makhluk hidup, baik waktusekarang maupun yang akan datang.
17. Perlindungan air tanah adalahkegiatan pengamanan kondisi danlingkungan air tanah dari kerusakanyang ditimbulkan oleh ulah manusiamaupun alam.
18. Pemeliharaan air tanah adalahkegiatan perawatan air tanah untukmenjamin kelestarian fungsi air tanah.
19. Pengawasan air tanah adalahpengawasan terhadap kegiatanadministrasi dan teknis pengelolaan airtanah agar sesuai ketentuan yangtelah ditetapkan.
20. Pemulihan air tanah adalah kegiatanuntuk memperbaiki ataumerehabilitasi kondisi dan lingkunganair tanah agar lebih baik atau kembaliseperti semula.
21. Pemantauan air tanah adalah kegiatanpengamatan dan pencatatan secara
221
menerus atas perubahankuantitas,kualitas, dan lingkungan airtanah.
22. Pendayagunaan air tanah adalahupaya penatagunaan, penyediaan,penggunaan, pengembangan air tanah,dan pengusahaan air tanah secaraoptimal agar berhasil guna danberdayaguna.
23. Penatagunaan air tanah adalah upayauntuk menentukan zona penggunaanair tanah.
24. Penggunaan air tanah adalah setiapkegiatan pemanfaatan air tanah untukberbagai keperluan.
25. Pengambilan air tanah adalah setiapkegiatan untuk mengeluarkan airtanah melalui sumur gali, sumur bordan bangunan penurapan atau dengancara lainnya.
26. Pengeboran air tanah adalah kegiatanmembuat sumur bor air tanah yangdilaksanakan sesuai dengan pedomanteknis sebagai sarana eksplorasi,pengambilan, pemakaian danpengusahaan, pemantauan, atauimbuhan air tanah.
27. Penggalian air tanah adalah kegiatanmembuat sumur gali, saluran air, danterowongan air untuk mendapatkan airtanah yang dilaksanakan sesuaidengan pedoman teknis sebagai saranaeksplorasi, pengambilan, pemakaiandan pengusahaan, pemantauan atauimbuhan air tanah.
222
28. Pengembangan air tanah adalah upayapeningkatan kemanfaatan fungsi airtanah sesuai dengan daya dukungnya.
29. Hak guna air dari pemanfaatan airtanah adalah hak guna air untukmemperoleh dan memakai ataumengusahakan air tanah untukberbagai keperluan.
30. Hak guna pakai air dari pemanfaatanair tanah adalah hak untukmemperoleh dan memakai air tanah.
31. Hak guna usaha air dari pemanfaatanair tanah adalah hak untukmemperoleh dan mengusahakan airtanah.
32. Izin pemakaian air tanah adalah izinuntuk memperoleh hak guna pakai airdari pemanfaatan air tanah.
33. Izin pengusahaan air tanah adalah izinuntuk memperoleh hak guna usaha airdari pemanfaatan air tanah.
34. Debit adalah volume air yang melaluisuatu penampang tertentu per satuanwaktu.
35. Pemohon adalah badan usaha, baikberbadan hukum maupun tidakberbadan hukum (perseorangan).
36. Sumur pantau adalah sumur yangdibuat untuk memantau muka danatau mutu air tanah pada akuifertertentu.
37. Sumur gali adalah sumur yang dibuatdengan cara menggali tanah untukmendapatkan air.
223
38. Mata Air adalah air tanah yangmengalir keluar dari permukaan tanahpada suatu tempat atau di manapermukaan muka air tanah (akuifer)bertemu dengan permukaan tanah.
39. Sumur bor adalah sumur yang dibuatdengan di bor untuk mengambil airtanah pada satu atau lebih akuifer.
40. Zona Kritis adalah daerah yangmengalami penurunan muka air tanah> 60% - 80%, zat padat terlarut 10.000– 100.000 mg/L, daya hantar listrik1.500 – 5.000 µ S/cm atau telah terjadiamblesan tanah.
41. Eksplorasi adalah melakukanpenyelidikan, penelitian air tanahtermasuk melakukan pengeboran.
42. Eksploitasi adalah pengambilan danpemanfaatan air tanah yang berasaldari sumur bor, sumur pantek, sumurgali dan mata air.
43. Upaya Pengelolaan Lingkungan, yangselanjutnya disingkat UKL, adalahdokumen yang mengandung upayapenanganan dampak terhadaplingkungan hidup yang ditimbulkanakibat dari rencana usaha dan/ataukegiatan pengambilan air tanah.
44. Upaya Pemantauan Lingkungan, yangselanjutnya disingkat UPL, adalahdokumen yang mengandung upayapemantauan komponen lingkunganhidup yang terkena dampak akibat darirencana usaha dan/atau kegiatanpengambilan air tanah.
224
45. Analisis Mengenai DampakLingkungan, yang selanjutnyadisingkat Amdal, adalah kajianmengenai dampak penting suatu usahadan/atau kegiatan pengambilan airtanah yang direncanakan padalingkungan hidup yang diperlukanbagi proses pengambilan keputusanserta penyelenggaraan usahadan/atau kegiatan.
46. Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yangselanjutnya disingkat PPNS, adalahpejabat Pegawai Negeri Sipil tertentudi lingkungan pemerintah daerah yangdiangkat oleh pejabat yang berwenanguntuk melakukan penyidikan tindakpidana di bidang pengelolaan airtanah.
BAB IIAZAS, MAKSUD, DAN TUJUAN
PENGELOLAAN AIR TANAH
Pasal 2
Pengelolaan air tanah berdasarkan azaspemanfaatan, keseimbangan, danberkesinambungan.
Pasal 3
Maksud pengelolaan air tanah adalah:a. tercapainya keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan dalam pemanfaatansumber daya air;
225
b. terwujudnya masyarakat yang memilikisikap dan tindak melindungi sertamembina sumber daya air;
c. tercapainya kepentingan akankebutuhan air bagi generasi sekarangdan generasi yang akan datang;
d. tercapainya kesinambungan fungsisumber daya air; dan
e. terkendalinya pemanfaatan sumberdaya air secara bijaksana.
Pasal 4
Pengelolaan air tanah bertujuan untukmewujudkan pemanfaatan sumber dayaair tanah yang berkesinambungan denganberwawasan lingkungan.
BAB IIILANDASAN PENGELOLAAN
AIR TANAH
Pasal 5
(1) Pengelolaan air tanah didasarkan padacekungan air tanah yangdiselenggarakan berlandaskan padakebijakan pengelolaan air tanah danstrategi pengelolaan air tanah.
(2) Hak atas air tanah adalah hak gunaair.
Pasal 6
(1) Hak guna air sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (2) berupa hak
226
guna pakai air dan hak guna usahaair.
(2) Hak guna air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak dapatdipindahtangankan sebagian atauseluruhnya kepada pihak lain.
Pasal 7
(1) Hak guna pakai air tanah diperolehtanpa izin untuk memenuhi kebutuhanair minum dan rumah tangga dengandebit pemakaian tidak melebihi 100meter kubik per bulan dan tidakdikomersilkan.
(2) Hak guna pakai air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1)memerlukan izin apabila :a. cara pengambilannya dapat
menimbulkan kerusakan akuifer;dan/atau
b. ditujukan untuk memenuhikebutuhan selain.
BAB IVWEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 8
(1) Wewenang dan tanggung jawabWalikota meliputi:a. menyusun dan menetapkan
kebijakan pengelolaan air tanahdengan mengacu pada kebijakan
227
teknis pengelolaan air tanahprovinsi;
b. menetapkan kerangka dasarpengelolaan air tanah padacekungan air tanah;
c. menetapkan rencana pengelolaanair tanah;
d. mengatur dan menetapkanpenyediaan, pengambilan,peruntukan, penggunaan air tanahpada cekungan air tanah;
e. menyediakan dukungan dalampengembangan dan pemanfaatanair tanah;
f. menentukan cekungan air tanahskala lebih besar dari 1 : 50.000;
g. mengkoordinasikan kegiatanpengelolaan air tanah dalam rangkainventarisasi, konservasi, danpendayagunaan air tanah padacekungan air tanah;
h. memberikan rekomendasi teknispenerbitan izin penggalian,pengeboran, penurapan, danpengambilan air tanah termasukmata air pada cekungan air tanah;
i. mengelola dan memberikanpelayanan data dan informasi airtanah di Kota;
j. menetapkan daerah imbuhan danlepasan air tanah pada cekunganair tanah;
k. menetapkan dan mengatur jaringansumur pantau pada cekungan airtanah;
228
l. melaksanakan pengelolaan airtanah sesuai ketentuan teknis yangditetapkan oleh Menteri; dan
m. melakukan pemantauan,pengendalian, dan pengawasanpengelolaan air tanah padacekungan air tanah.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a adalah kebijakanteknis pengelolaan air tanah danditujukan dalam penyelenggaraankonservasi tanah, pendayagunaan airtanah, pengendalian daya rusak airtanah, dan informasi air tanah.
(3) Wewenang dan tanggung jawabsebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat didelegasikan kepada KepalaDinas.
(4) Dalam melaksanakan wewenang dantanggung jawab sebagaimanadimaksud pada ayat (3), Kepala Dinasberkoordinasi dengan Instansi terkait.
BAB VPENGELOLAAN AIR TANAH
Bagian KesatuInventarisasi
Pasal 9
(1) Inventarisasi air tanah dilaksanakanuntuk memperoleh data dan informasiair tanah.
229
(2) Inventarisasi air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanpada setiap cekungan air tanah.
(3) Inventarisasi air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui kegiatan pemetaan,penyelidikan, dan penelitian,eksplorasi, serta evaluasi data airtanah untuk menentukan :a. kuantitas dan kualitas air tanah;b. kondisi lingkungan hidup dan
potensi yang terkait dengan airtanah;
c. sebaran cekungan air tanah;d. daerah imbuhan dan lepasan air
tanah;e. geometri dan karakteristik akuifer ;f. neraca dan potensi air tanah;g. perencanaan pengelolaan air tanah;h. pengambilan dan pemanfaatan air
tanah; dani. upaya konservasi air tanah.
(4) Kegiatan inventarisasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan untuk penyusunanpengembangan terpadu air tanah yangdisajikan pada peta skala lebih besardari 1 : 50.000.
(5) Hasil inventarisasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (4)digunakan sebagai dasar perencanaankonservasi dan pendayagunaan airtanah.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara inventarisasi air tanah
230
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Walikota.
Bagian KeduaPenetapan Zona Konservasi
Pasal 10
(1) Data dan informasi hasil kegiataninventarisasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 digunakan sebagaibahan penyusunan zona konservasi airtanah.
(2) Zona konservasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh Walikota sesuaidengan kewenangannya setelahmelalui konsultasi publik denganmengikutsertakan instansi teknis danunsur masyarakat terkait.
(3) Zona konservasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (2)memuat ketentuan mengenaikonservasi dan pendayagunaan airtanah pada cekungan air tanah.
(4) Zona konservasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1)disajikan dalam bentuk peta yangdiklasifikasikan menjadi:a. zona perlindungan air tanah yang
meliputi daerah imbuhan air tanah;dan
b. zona pemanfaatan air tanah yangmeliputi zona aman, rawan, kritis,dan rusak.
231
(5) Zona konservasi air tanah yang telahditetapkan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dapat ditinjau kembaliapabila terjadi perubahan kuantitas,kualitas, dan/atau lingkungan airtanah pada cekungan air tanah yangbersangkutan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara penetapan zona konservasi airtanah sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur dengan PeraturanWalikota.
Bagian KetigaKonservasi
Paragraf 1Umum
Pasal 11
(1) Konservasi air tanah ditujukan untukmenjaga kelangsungan keberadaandaya dukung, dan fungsi air tanah.
(2) Konservasi air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertumpu padaasas kelestarian, kesinambunganketersediaan, dan kemanfaatan airtanah serta lingkungankeberadaannya.
(3) Pelaksanaan konservasi air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1)didasarkan pada:a. hasil inventarisasi, identifikasi dan
evaluasi cekungan air tanah;
232
b. hasil kajian daerah imbuhan danlepasan air tanah;
c. rencana pengelolaan air tanah padacekungan air tanah; dan
d. hasil pemantauan perubahankondisi dan lingkungan air tanah.
Pasal 12
(1) Konservasi air tanah dilakukan secaramenyeluruh pada cekungan air tanahmencakup daerah imbuhan dandaerah lepasan air tanah melalui :a. penentuan zona konservasi air
tanah;b. perlindungan dan pelestarian air
tanah;c. pengawetan air tanah;d. pemulihan air tanah;e. pengendalian pencemaran air
tanah; danf. pengendalian kerusakan air tanah.
(2) Konservasi air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus menjadisalah satu pertimbangan dalamperencanaan pendayagunaan air tanahdan perencanaan tata ruang wilayah.
(3) Penetapan zona konservasi air tanahdiatur lebih lanjut dengan peraturandan/atau keputusan walikota.
Pasal 13
(1) Semua pihak yang berkaitan dengankegiatan pendayagunaan air tanah
233
wajib melaksanakan konservasi airtanah.
(2) Kegiatan selain sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan berpotensi mengubahatau merusak kondisi dan lingkunganair tanah wajib disertai dengan upayakonservasi air tanah.
Pasal 14
(1) Untuk menjamin keberhasilankonservasi air tanah dilakukanpemantauan air tanah.
(2) Pemantauan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanuntuk mengetahui perubahan kualitas,kuantitas, dampak lingkungan akibatpengambilan dan pemanfaatan airtanah, dan/atau perubahanlingkungan.
(3) Pemantauan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan pada sumurpantau dan/atau sumur produksidengan cara :a. mengukur dan mencatat
kedudukan muka air tanah;b. mengukur dan mencatat debit mata
air;c. memeriksa sifat fisika, kandungan
unsur kimia, kandungan biologiatau radioaktif dalam air tanah;
d. memetakan perubahan kualitasdan/atau kuantitas air tanah;
e. mencatat jumlah pengambilan danpemanfaatan air tanah; dan
234
f. mengamati dan mengukurperubahan lingkungan fisik akibatpengambilan air tanah.
(4) Pemantauan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dilakukansecara berkala sesuai dengan jeniskegiatan pemantauan.
(5) Hasil pemantauan air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (3)berupa rekaman data yang merupakanbagian dari sistem informasi air tanahKota.
(6) Hasil pemantauan air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (5)digunakan oleh Walikota sesuaidengan kewenangannya sebagai bahanevaluasi pelaksanaan konservasi,pendayagunaan, dan pengendaliandaya rusak air tanah.
Pasal 15
(1) Sumur pantau sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 ayat (3) digunakansebagai alat pengendalian penggunaanair tanah.
(2) Sumur pantau sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib disediakan dandipelihara oleh Walikota dan/ ataupemegang izin sesuai dengankewenangannya.
235
Pasal 16
(1) Walikota sesuai dengankewenangannya menetapkan jaringansumur pantau pada setiap cekunganair tanah berdasarkan:a. kondisi geologis dan hidrogeologis
cekungan air tanah;b. sebaran sumur produksi dan
intensitas pengambilan air tanah;dan
c. kebutuhan pengendalianpenggunaan air tanah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenaijaringan sumur pantau sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Walikota.
Paragraf 2Perlindungan dan Pelestarian
Pasal 17
(1) Perlindungan dan pelestarian air tanahditujukan untuk melindungi danmelestarikan kondisi dan lingkunganserta fungsi air tanah.
(2) Untuk melindungi dan melestarikan airtanah sebagaimana dimaksud padaayat (1), Walikota sesuaikewenangannya menetapkan kawasanlindung air tanah.
(3) Pelaksanaan perlindungan danpelestarian air tanah sebagaimana
236
dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan:a. menjaga daya dukung dan fungsi
daerah imbuhan air tanah;b. menjaga daya dukung akuifer;
dan/atauc. memulihkan kondisi dan
lingkungan air tanah pada zonakritis dan zona rusak.
Bagian KeempatPendayagunaan
Paragraf 1Umum
Pasal 18
(1) Perencanaan pendayagunaan air tanahdilaksanakan sebagai dasarpendayagunaan air tanah padacekungan air tanah.
(2) Kegiatan perencanaan pendayagunaanair tanah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan dalam rangkapengaturan pengambilan danpemanfaatan serta pengendalian airtanah.
(3) Perencanaan pendayagunaan air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1),didasarkan pada hasil inventarisasidan konservasi air tanah.
(4) Dalam melaksanakan perencanaanpendayagunaan air tanah sebagaimana
237
dimaksud pada ayat (1) wajibmelibatkan peran serta masyarakat.
(5) Hasil perencanaan pendayagunaan airtanah sebagaimana dimaksud padaayat (2) merupakan salah satu dasardalam penyusunan rencana tata ruangwilayah.
Pasal 19
(1) Pendayagunaan air tanah ditujukanuntuk memanfaatkan air tanah denganmengutamakan pemenuhankebutuhan pokok sehari-harimasyarakat secara adil danberkelanjutan.
(2) Pendayagunaan air tanahdilaksanakan berdasarkan rencanapengelolaan air tanah.
(3) Pendayagunaan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui:a. penatagunaan;b. penyediaan;c. penggunaan;d. pengembangan; dane. pengusahaan.
(4) Walikota sesuai dengankewenangannya menyelenggarakanpendayagunaan air tanah denganmengikutsertakan masyarakat.
238
Paragraf 2Penggunaan
Pasal 20
(1) Penggunaan air tanah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat (3)huruf c ditujukan untuk pemanfaatanair tanah dan prasarana padacekungan air tanah.
(2) Penggunaan air tanah terdiri ataspemakaian air tanah dan pengusahaanair tanah.
(3) Penggunaan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukansesuai dengan penatagunaan danpenyediaan air tanah yang telahditetapkan pada cekungan air tanah.
(4) Penggunaan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukandengan mengutamakan pemanfaatanair tanah pada akuifer dalam yangpengambilannya tidak melebihi dayadukung akuifer terhadap pengambilanair tanah.
(5) Debit pengambilan air tanahditentukan berdasar atas:a. daya dukung akuifer terhadap
pengambilan air tanah;b. kondisi dan lingkungan air tanah;c. alokasi penggunaan air tanah bagi
kebutuhan mendatang; dand. penggunaan air tanah yang telah
ada.
239
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenaipenggunaan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Walikota.
Pasal 21
(1) Urutan prioritas peruntukanpemanfaatan air tanah ditetapkansebagai berikut :a. air minum;b. air untuk rumah tangga;c. air untuk peternakan dan
pertanian rakyat;d. air untuk irigasi;e. air untuk industri;f. air untuk pertambangan;g. air untuk usaha perdagangan; danh. air untuk kepentingan lainnya.
(2) Urutan prioritas peruntukanpemanfaatan air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat berubahdengan memperhatikan kepentinganumum dan kondisi setempat.
(3) Peruntukan pemanfaatan air tanahuntuk keperluan selain air minumdapat ditentukan apabila tidak dapatdipenuhi dari sumber air lainnya.
240
BAB VIPENGELOLAAN DATA AIR TANAH
Pasal 22
(1) Data dan informasi air tanah padaInstansi/Lembaga Pemerintah danSwasta dilaporkan kepada Walikotamelalui Dinas.
(2) Data dan informasi hasil kegiataninventarisasi, konservasi, danpendayagunaan air tanah wajibdisampaikan kepada Walikota melaluiDinas.
(3) Walikota mengirim data sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) kepadaMenteri dan Gubernur dengantembusan ke DPRD.
(4) Data dan informasi air tanahsebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dan ayat (2) dikelola oleh Walikotasebagai dasar pengelolaan air tanah.
BAB VIIPERIZINAN
Bagian KesatuIzin dan Jenis Izin
Pasal 23
(1) Kegiatan eksplorasi dan eksploitasimeliputi pengeboran, penggalian,penurapan, dan pengambilan air tanah
241
hanya dapat dilaksanakan setelahmemperoleh izin dari Walikota
(2) Kegiatan eksploitasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang tidakmemerlukan izin adalah:a. pengambilan dan pemanfaatan air
untuk keperluan peribadatan,penanggulangan bahayakebakaran, penelitian ilmiah, dankeperluan air minum dan/ataurumah tangga dengan jumlahpengambilan kurang dari 100 meterkubik per bulan dan sampaikedalaman 60 meter; dan
b. keperluan pembuatan sumurimbuhan.
Pasal 24
(1) Jenis izin pengelolaan air tanahmeliputi:a. izin pengeboran eksplorasi air
tanah;b. izin pengeboran eksploitasi air
tanah;c. izin juru bor;d. izin penurapan mata air;e. izin pengambilan air tanah;f. izin pengambilan air dari mata air;g. izin sumur pantek;h. izin pembuatan sumur pantau;i. izin pengambilan dan pemanfaatan
air sumur pantek; danj. izin perusahaan pengeboran air
tanah.
242
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan atas nama pemohonuntuk setiap titik pengambilan air.
(3) Untuk mendapatkan izin sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diajukankepada Walikota melalui Dinas terkait.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenaipersyaratan dan tata cara permohonanizin sebagaimana dimaksud pada ayat(3) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 25
(1) Izin sebagaimana dimaksud dalamPasal 24 ayat (1) ditetapkan olehWalikota berdasarkan kelengkapanpersyaratan yang ditentukan sesuaidengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak dapat dipindahtangankankecuali dengan persetujuan Walikota.
Bagian KeduaTata Cara Memperoleh Izin
Pasal 26
(1) Untuk memperoleh izin pemakaian airtanah atau izin pengusahaan airtanah, pemohon wajib mengajukanpermohonan secara tertulis kepadaWalikota melalui Dinas terkait dengantembusan kepada Gubernur.
243
(2) Permohonan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus dilampiriinformasi:a. peruntukan dan kebutuhan air
tanah;b. rencana pelaksanaan pengeboran
atau penggalian air tanah; danc. UKL atau UPL atau Amdal sesuai
dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Pasal 27
(1) Izin pemakaian air tanah atau izinpengusahaan air tanah diterbitkanoleh Walikota.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tembusannya disampaikan kepadaGubernur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenaiperizinan sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan PeraturanWalikota.
Pasal 28
(1) Setiap izin pemakaian air tanah atauizin pengusahaan air tanah yang telahditerbitkan Walikota, disertai dengankewajiban untuk membuat sumurresapan.
(2) Tata cara pelaksanaan kewajibanpembuatan sumur resapansebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dengan Peraturan Walikota.
244
Pasal 29
(1) Setiap pemohon izin pemakaian airtanah atau izin pengusahaan air tanahyang mengambil air tanah di zonakritis wajib melakukan eksplorasi airtanah.
(2) Hasil eksplorasi air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) digunakansebagai dasar perencanaan:a. kedalaman pengeboran atau
penggalian air tanah;b. penempatan saringan pada
pekerjaan konstruksi; danc. debit dan kualitas air tanah yang
akan dimanfaatkan.
Pasal 30
(1) Pemegang izin pemakaian air tanahatau izin pengusahaan air tanah hanyadapat melakukan pengeboran ataupenggalian air tanah di lokasi yangtelah ditetapkan.
(2) Pengeboran dan penggalian air tanahsebagaimana dimaksud pada ayat (1)hanya dapat dilakukan oleh instansipemerintah, perseorangan atauperusahaan yang memenuhi kualifikasidan klasifikasi untuk melakukanpengeboran atau penggalian air tanah.
(3) Perusahaan pengeboran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) harusmerupakan badan usaha yang telahmemiliki Izin Perusahaan Pengeboran
245
Air Tanah dan Sertifikat Badan UsahaJasa Pengeboran Air Tanah.
(4) Kualifikasi dan klasifikasi untukmelakukan pengeboran dan penggalianair tanah sebagaimana dimaksud padaayat (2) dapat diperoleh melalui:a. sertifikasi instalasi bor air tanah;
danb. sertifikasi keterangan juru
pengeboran air tanah.(5) Pelaksanaan sertifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4)diselenggarakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenaikualifikasi dan klasifikasi untukmelakukan pengeboran ataupenggalian air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (4) diatur denganPeraturan Walikota
Bagian KetigaJangka Waktu Izin
Pasal 31
(1) Jangka waktu izin pemakaian airtanah atau izin pengusahaan air tanahdapat diberikan selama 3 (tiga) tahundan dapat diperpanjang.
(2) Perpanjangan izin sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diberikan olehWalikota.
246
(3) Dalam proses perpanjangan izin harusmemperhatikan:a. ketersediaan air tanah; danb. kondisi dan lingkungan air tanah.
Bagian KeempatEvaluasi
Pasal 32
(1) Walikota melakukan evaluasi terhadapizin pemakaian air tanah atau izinpengusahaan air tanah yangditerbitkan.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan mulai dari kegiatanpengeboran atau penggalian.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan terhadap debit dankualitas air tanah yang dihasilkanguna menetapkan kembali debit yangakan dipakai atau diusahakansebagaimana tercantum dalam izin.
(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud padaayat (3) dilakukan berdasarkan laporanhasil pelaksanaan pengeboran ataupenggalian air tanah.
(5) Laporan hasil pelaksanaan pengeboranatau penggalian air tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (4) paling sedikitmemuat:a. gambar penampang litologi dan
penampang sumur;b. hasil analisis fisika dan kimia air
tanah;
247
c. hasil analisis uji pemompaanterhadap akuifer yang disadap; dan
d. gambar konstruksi sumur berikutbangunan di atasnya.
Bagian KelimaPencabutan Izin
Pasal 33
Izin pemakaian air tanah atau izinpenggunaan air tanah dicabut dandinyatakan tidak berlaku apabila:a. pemegang izin tidak mengajukan
perpanjangan izin;b. izin dikembalikan oleh pemegang izin;c. pemegang izin tidak mematuhi
ketentuan yang tercantum dalam suratizin atau ketentuan lainnya; dan
d. berdasarkan pertimbangan teknismenimbulkan dampak negatif yangtidak dapat diperkirakan sebelumnya.
BAB VIIIHAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
Pasal 34
Setiap pemegang izin pemakaian air tanahatau izin penggunaan air tanah berhakuntuk memperoleh dan menggunakan airtanah sesuai dengan ketentuan yangtercantum dalam izin.
248
Pasal 35
Pemegang izin sebagaimana dimaksuddalam Pasal 34 berkewajiban:a. memasang meter air atau alat
pengukur debit pada setiap titikpengambilan air tanah sesuaiketentuan yang berlaku; dan
b. melaporkan pelaksanaan UKL, UPL,atau Amdal;
c. memberikan sebagian air kepadamasyarakat sekitar kecualiketersediaan air tersebut tidakterganggu;
d. pemegang izin berkewajiban membayarpajak air tanah dari air tanah yangdiambil; dan
e. mengikut sertakan karyawannya dalamprogram perlindungan tenaga kerja.
Pasal 36
Pemegang izin pengambilan air tanah danpengambilan air dari mata air wajib :a. melaporkan hasil kegiatan secara
tertulis kepada Walikota melalui Dinasterkait; dan
b. melaporkan hasil kegiatanpengambilan air tanah dan hasilrekaman sumur pantau secara tertulissetiap bulan kepada Walikota melaluiDinas terkait.
249
Pasal 37
(1) Setiap titik atau lokasi pengambilan airtanah dan air dari mata air yang telahmendapat izin harus dilengkapi denganmeter air atau alat pengukur debit airyang sudah ditera atau dikalibrasi olehInstansi Teknis yang berwenang.
(2) Pengawasan dan pengendalianpemasangan meter air atau alatpengukur debit air sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan olehDinas dan instansi teknis yangberwenang.
(3) Pemegang izin wajib memelihara danbertanggung jawab atas kerusakanmeter air.
Pasal 38
(1) Pemohon izin baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama wajibmenyediakan sumur pantau berikutkelengkapannya untuk memantaukedudukan muka air tanah disekitarnya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan di:a. setiap keberadaan 1 (satu) sumur
produksi dengan debit pengambilan50 (lima puluh) liter/detik ataulebih;
b. setiap keberadaan lebih dari 1(satu) sumur produksi pada 1(satu) sistem akuifer dengan total
250
debit pengambilan 50 (lima puluh)liter/detik atau lebih dalam arealpengambilan air tanah seluaskurang dari 10 (sepuluh) hektar;
c. setiap keberadaan 5 (lima) sumurproduksi dari 1(satu) sistem dalamareal pengambilan air tanah seluaskurang dari 10 (sepuluh) hektar;dan
d. di tempat-tempat tertentu yangkondisi air tanahnya dinyatakanrawan dan kritis.
(3) Pengelolaan sumur pantau berikut alatpantaunya sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b dan huruf c yangkepemilikannya lebih dari 1 (satu)orang atau lebih dari 1 (satu) badanusaha, biaya pengadaannyaditanggung bersama.
(4) Besarnya biaya pengadaan sumurpantau sebagaimana dimaksud padaayat (3) ditanggung bersama yangjumlah penyertaannya disesuaikandengan jumlah kepemilikan sumurproduksi atau jumlah pengambilan airtanah.
(5) Pemilik sumur pantau sebagaimanadimaksud pada ayat (3) wajibmemelihara sumur pantau danmelakukan pemantauan kedudukanmuka air tanah dan melaporkanhasilnya setiap 1 (satu) bulan kepadaWalikota melalui Dinas terkait.
(6) Penetapan lokasi titik, jaringan, dankonstruksi sumur pantau dan sumur
251
resapan pada cekungan air tanahditentukan oleh Dinas terkait.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pelaksanaan kewajibansebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2), dan ayat (5) ditetapkandengan Keputusan Walikota.
Pasal 39
(1) Untuk rencana pengambilan air tanahyang dilakukan oleh pemohon dengandebit kurang dari 50 (lima puluh)liter/detik pada satu sumur produksiwajib dilengkapi dokumen UKL danUPL.
(2) Untuk rencana pengambilan air tanahyang dilakukan oleh pemohon dengandebit 50 (lima puluh) liter/detik ataulebih, baik dari satu sumur maupunlebih produksi, wajib dilengkapidengan dokumen AMDAL.
(3) Hasil pelaksanaan UKL dan UPLsebagaimana dimaksud pada ayat (1)atau AMDAL sebagaimana dimaksudpada ayat (2) wajib dilaporkan kepadaWalikota melalui Dinas.
252
BAB IXPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 40
(1) Pengawasan dan pengendaliankegiatan pengelolaan air tanahdilaksanakan oleh Dinas terkait.
(2) Pengawasan dan pengendaliansebagaimana dimaksud dalam ayat (1),meliputi:a. lokasi titik pengambilan air tanah;b. teknis konstruksi sumur bor,
sumur gali, sumur pantek dan ujipemompaan;
c. pembatasan debit pengambilan airtanah;
d. penataan teknis dan pemasanganalat ukur debit pemompaan;
e. pendataan volume pengambilan airtanah;
f. teknis penurapan mata air;g. kajian hidrogeologi; danh. pelaksanaan UKL dan UPL atau
Amdal.
Pasal 41
Masyarakat dapat melaporkan kepadaDinas, apabila menemukanpelanggaran pengambilan air tanahserta merasakan dampak negatifsebagai akibat pengambilan air tanah.
253
BAB XPEMBIAYAAN
Pasal 42
Biaya operasional pengawasan danpengendalian air tanah dibebankanpada Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah.
BAB XILARANGAN
Pasal 43
(1) Setiap pemegang izin dilarang:a. merusak, melepas,
menghilangkan danmemindahkan meter air ataualat ukur debit air dan/ ataumerusak segel tera pada meterair atau alat ukur debit air;
b. mengambil air tanah dari pipasebelum meter air atau alatukur debit air;
c. mengambil air tanah melebihidebit yang ditentukan dalamizin;
d. menyembunyikan titikpengambilan atau lokasipengambilan air tanah;
e. memindahkan letak titikpengambilan atau lokasipengambilan air tanah;
254
f. memindahkan rencana letaktitik pengeboran dan/atau letaktitik penurapan atau lokasipengambilan air tanah;
g. mengubah konstruksi sumurbor atau penurapan mata air;
h. menyampaikan laporanpengambilan dan pemanfaatanair tanah atau melaporkantidak sesuai dengan kenyataan;
i. tidak melaporkan hasilrekaman sumur pantau;
j. tidak melaporkan pelaksanaanUKL dan UPL atau AMDAL; dan
k. tidak melaksanakan ketentuanyang tercantum dalam izin.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat(1) akan dikenakan sanksiadministratif berupa peringatantertulis sebanyak 3 (tiga) kali secaraberturut-turut dengan jangkawaktu masing-masing 1 (satu)bulan.
(3) Pemegang izin yang tidakmelaksanakan kewajibannyasetelah berakhirnya jangka waktuperingatan sebagaimana dimaksudpada ayat (2), dikenakan sanksiadministratif berupa penghentiansementara seluruh kegiatan selamajangka waktu 3 (tiga) bulan.
(4) Pemegang izin yang tidakmelaksanakan kewajiban setelahberakhirnya jangka waktu
255
penghentian sementara seluruhkegiatan sebagaimana dimaksudpada ayat (3), dikenakan sanksiadministratif berupa pencabutanizin.
BAB XIIPENYIDIKAN
Pasal 44
(1) PPNS tertentu di lingkunganpemerintah daerah diberiwewenang khusus sebagai penyidikuntuk melakukan penyidikantindak pidana di bidangpengelolaan air tanah sebagaimanadimaksud dalam Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimanadimaksud ayat (1) adalah :a. menerima, mencari,
mengumpulkan, dan menelitiketerangan atau laporanberkenaan dengan tindakpidana di bidang pengelolaanair tanah agar keterangan ataulaporan tersebut menjadilengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, danmengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi ataubadan tentang kebenaranperbuatan yang dilakukan
256
sehubungan dengan tindakpidana pengelolaan air tanahtersebut;
c. meminta keterangan dan bahanbukti dari orang pribadi ataubadan sehubungan dengantindak pidana dibidangpengelolaan air tanah;
d. memeriksa buku-buku,catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaandengan tindak pidana di bidangpengelolaan air tanah;
e. melakukan penggeledahanuntuk mendapatkan bahanbukti pembukuan, pencatatan,dan dokumen lain, sertamelakukan penyitaan terhadapbahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahlidalam rangka pelaksanaantugas penyidikan tindak pidanadi bidang pengelolaan air tanah;
g. menyuruh berhenti dan/ataumelarang seseorangmeninggalkan ruangan atautempat pada saat pemeriksaansedang berlangsung danmemeriksa identitas orang,benda, dan/atau dokumen yangdibawa;
h. memotret seseorang yangberkaitan dengan tindak pidanadi bidang pengelolaan air tanah;
257
i. memanggil orang untukdidengar keterangannya dandiperiksa sebagai tersangkaatau saksi;
j. menghentikan penyidikan;dan/atau
k. melakukan tindakan lain yangperlu untuk kelancaranpenyidikan tindak pidanadibidang pengelolaan air tanahsesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memberitahukandimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannyakepada Penuntut Umum, sesuaidengan ketentuan yang diaturdalam Undang-Undang Nomor 8Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana.
BAB XIIISANKSI ADMINISTRASI
Pasal 45
Setiap pemegang izin yang melanggarPeraturan Daerah ini dapat dikenakansanksi administrasi berupa :a. pencabutan izin usaha perusahaan
pemboran air tanah;b. penyegelan alat pengeboran dan
titik pengambilan air tanah;
258
c. pencabutan izin pengambilan danpemanfaatan air tanah; dan
d. penutupan sumur bor ataubangunan penurapan mata air.
BAB XIVSANKSI PIDANA
Pasal 46
(1) Pemegang Izin yang melakukanpelanggaran ketentuansebagaimana dimaksud dalamPasal 13 ayat (1), Pasal 22 ayat (2),Pasal 26 ayat (1), Pasal 29, Pasal35, Pasal 36, Pasal 37 ayat (3),Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 43diancam dengan pidana kurunganpaling lama 6 (enam) bulan ataudenda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah).
(2) Denda sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disetorkan ke KasDaerah.
(3) Selain tindak pidana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yangmenyebabkan terjadinya kerusakanlingkungan hidup dan/ataukerusakan kondisi dan lingkunganair tanah diancam pidana sesuaidengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
259
BAB XVKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 47
Dengan berlakunya Peraturan Daerahini, maka izin yang telah diterbitkansebelum ditetapkannya PeraturanDaerah ini, masih tetap berlakusampai dengan berakhirnya izin yangbersangkutan.
BAB XVIKETENTUAN PENUTUP
Pasal 48
(1) Pada saat Peraturan Daerah inimulai berlaku, Peraturan DaerahNomor 3 Tahun 2005 tentangPengelolaan Air Bawah Tanah,dicabut dan dinyatakan tidakberlaku.
(2) Dengan ditetapkannya PeraturanDaerah ini maka pengelolaan airtanah menyesuaikan denganketentuan ini.
Pasal 49
Peraturan Daerah ini mulai berlakupada tanggal diundangkan.
260
Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam LembaranDaerah Kota Banjar.
Ditetapkan di Banjarpada tanggal 8 Juli 2014WALIKOTA BANJAR,
ttd
ADE UU SUKAESIH.
Diundangkan di Banjarpada tanggal 8 Juli 2014SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANJAR,
ttd
FENNY FAHRUDIN
LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR TAHUN 2014 NOMOR3 SERI E
Salinan Sesuai Dengan AslinyaKEPALA BAGIAN HUKUM
SURYAMAH, SH,.MHPembina Tk. I /IV b
NIP. 196310211992032003
NO.REG PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR, PROVINSIJAWA BARAT: (78/2014)